Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
PENDIDIKAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI TEMBANG DOLANAN1
Endang Sri Maruti2 IKIP PGRI Madiun ABSTRAK Tembang dolanan merupakan nyanyian yang ditembangkan anak-anak sambil bermain dan terkadang diiringi dengan gerakan-gerakan tertentu. Dalam tembang dolanan, anak-anak tidak hanya menggerakkan badan sesuai irama musik atau pukulan gamelan ataupun nyanyian orang lain, akan tetapi mereka bergerak dan bernyanyi dengan spontan baik diiringi musik ataupun tidak. Jadi, tembang dolanan yang ditembangkan dengan gerakan itu lebih sempurna daripada nyanyian atau tarian orang dewasa. Dalam tembang dolanan, irama, lirik, dan gerakan bersatu padu dengan jiwa anak-anak, sehingga dalam tembang dolanan dapat diambil karakter berupa kedisiplinan, sportif, dan kegembiraan hidup yang tak ternilai. Nilai-nilai inilah yang akan diajarkan guru SD pada siswanya. Melalui pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan, diharapkan nilai karakter tersebut dapat tersampaikan dengan maksimal. Kata kunci: pendidikan karakter, siswa SD, tembang dolanan
1
2
Makalah disampaikan pada acara Seminar Nasional Menjadi Guru Inspirator “Kenali dan Kembangkan Kemampuan Intelegensi Emas untuk Indonesia Emas” di Prodi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tanggal 30 April 2016. Koresponden mengenai isi makalah ini dapat dilakukan melalui:
[email protected]
189
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
PENDAHULUAN Tembang dolanan merupakan lagu yang ditembangkan anak-anak sambil bermain bersama teman-temannya. Materi tembang dolanan sendiri telah diajarkan sejak kelas rendah yakni kelas 1 Sekolah Dasar. Selain terdapat dalam materi muatan lokal wajib, pemberian materi tembang dolanan bertujuan juga untuk melestarikan warisan budaya Jawa. Peranan guru dan orang tua dalam melestarikan warisan nenek moyang juga sangat penting karena anak ibarat kertas putih bersih yang belum ternoda. Kalau sejak dini atau siswa mulai duduk bangku sekolah dan sudah mendapatkan pelajaran bahasa daerah, siswa diperkenalkan dahulu dengan tembang dolanan lalu tembang macapat. Tembang Jawa sangat banyak manfaatnya karena berisi petuah, pendidikan moral, dan budi pekerti, maka kelak jika dewasa akan terbentuk watak dan budi pekerti yang baik. Untuk mendukung tercapainya pendidkan karekter melalui materi nembang dolanan di SD, pihak sekolah atau kepala sekolah juga harus ikut serta dengan menyediakan alat atau media yang bisa digunakan siswa untuk mengepresiasi kesenian Jawa misalnya menyediakan gamelan yang bisa digunakan siswa untuk berlatih nembang dolanan atau belajar karawitan, membuka sanggar seni yang bisa digunakan siswa untuk berlatih drama kethoprakatau ludruk dan latihan seni tari tradisional. Jadi tugas guru bahasa daerah yang profesional disini yaitu bisa menarik minat belajar siswa terhadap pembelajaran bahasa Jawa terutama nembang dolanan supaya siswa bisa melestarikan kesenian Jawa dan bisa membentuk karakter siswa yang berbudi pekerti luhur. PEMBAHASAN A. Pendidikan Karakter Secara eksplisit, pendidikan karakter (watak) merupakan amanat Undang-Undang Nomor 23 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang pada pasal 3 menegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Terkait hal tersebut, untuk melaksanakan fungsi dan tujuan pendidikan karakter telah diterbitkan Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Jika dicermati secara mendalam, sesungguhnya hampir pada setiap rumusan SKL tersebut secara implisit maupun eksplisit, baik pada SKL SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMKmemuat substansi
190
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
nilai/karakter. Karena semakin mendesaknya implementasi pendidikan karakter di Indonesai, maka Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kemeterian Pendidikan Nasional dalam publikasinya berjudul Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (2011) menyatakan bahwa pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tamgguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Dengan demikian, pendidikan karakter bersifat komprehensif, yakni tidak hanya terdapat dalam kognisi, tetapi juga dalam afeksi dan psikomotor. Maka dari itu, nilai karakter dan budi pekerti tidak bisa diajarkan seperti halnya ilmu matematika atau ilmu ekonomi. Di sini, selain mempunyai pengetahuan, siswa juga harus mempunyai kebiasaan. Pendidikan karakter juga harus berdasarkan landasan konsepsional dan operasional yang jelas. Landasan konsepsional pendidikan karakter mencakup tiga hal, yaitu: (1) upaya sadar untuk menyiapkan siswa menjadi manusia seutuhnya dengan budi pekerti yang luhur dalam segala bidang, baik sekarang maupun pada masa yang akan datang; (2) upaya untuk mewujudkan, mengembangkan, melestarikan, dan memperbaiki tingkah laku siswa supaya mau dan bisa melaksanakan semua tugasnya secara selaras, serasi, dan seimbang di antara lahir dan batin, material dan spiritual, serta individu dan sosialnya; dan (3) upaya untuk mewujudkan siswa untuk mempunyai kepribadian yang utuh yang berbudi tinggi dengan kegiatan seperti menuntun, membiasakan, pengajaran dan pelatihan, serta yang paling penting adalah ketauladanan. Dengan dasar operasional, pendidikan karakter yaitu sebagai upaya untuk membekali siswa dengan kegiatan menuntun, mendidik, mengajar, dan melatih supaya tumbuh dan berkembang sehingga bisa dijadikan bekal untuk mengahadapi masa depan dengan hati bersih, watak yang baik, serta menjaga kesusilaan selama melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan dan sesama, sehingga terwujud kepribadian yang utuh dalam segala tingkah laku seperti perbuatan, perkataan, sikap, perasaan, pekerjaan, dan hasil pekerjaannya dengan berdasarkan nilai-nilai agama serta moral bangsa yang tinggi. Dalam Publikasi Pusat Kurikulum dinyatakan bahwa pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik.; (2) memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur; dan (3) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitik dalam pergaulan dunia. Dalam kaitannya dengan itu, telah diidentifikasi sejumlah nilai pembentuk karakter yang meru[akan hasi;l kajian empirik Pusat Kurikulum. Nilai-nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional tersebut adalah : (1) religius, (2) jujur,
191
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
(3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab. B.
Pembelajaran Tembang Dolanan di SD
Pembelajaran tembang dolanan ini masuk dalam standar kompetensi membaca dan kompetensi dasar membaca indah yaitu menyanyikan tembang dolanan dengan titilaras atau intonasi yang tepat. Menurut Andayani (2010:7) hubungan antara tujuan membaca dengan kemampuan membaca sangat signifikan. Pembaca yang mempunyai tujuan yang sama, dapat mencapai tujuan dengan cara pencapaian yang berbeda-beda. Tujuan membaca mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam membaca karena akan berpengaruh pada proses membaca dan pemahaman membaca. Hal ini dapat dijelaskan dalam proses pembelajaran nembang dolanan semua siswa mempunyai tujuan yang sama yaitu bisa menyanyikan tembang dolanan dengan baik, tetapi kenyataannya berbeda. Dalam pelajaran nembang dolanan ini membutuhkan kemampuan intelektual siswa dalam membaca notasi atau titilaras dan cakepan dengan tepat. Siswa yang mampu membaca titilaras dan cakepan, maka siswa tersebut mampu menyanyikan lagu tembang dolanan dengan bagus. Sebaliknya siswa tidak mampu membaca notasi atau titilaras dan cakepan dengan tepat, maka siswa tersebut tidak tersebut mampu menyanyikan lagu tembang dolanan dengan bagus Tembang dolanan berbahasa Jawa merupakan sarana untuk bersenangsenang dalam mengisi waktu luang dan juga sebagai sarana komunikasi yang mengandung pesan mendidik. Contoh tembang dolanan yang dimaksud adalah cublak-cublak suweng, jaranan, padang bulan, ilir-ilir, dan masih banyak lagi. Tembang dolanan anak merupakan suatu hal yang menarik karena sesuai dengan perkembangan jiwa anak yang masih suka bermain, didalamnya juga mengandung ajaran-ajaran atau nilai-nilai moral budi pekerti. Dr. Suharko Kasaran, (Ketua Komisi Nasional Budi Pekerti) mengatakan bahwa apabila anak kurang/tidak dibina pendidikan budi pekerti sedini mungkin, pada umur 14 tahun anak itu akan mengembangkan sikap destruktif (cenderung ke arah brutal). Kurangnya pembinaan atau pedidikan budi pekerti dibuktikan banyaknya kejadian di usia remaja dan dewasa atau tua seperti kenakalan remaja, tawuran massal, pelecehan seksual, dan sebagainya (wawancaraSeputar Indonesia RCTI, 11 Mei 2015). Menurut Riyadi (dalam Djaka Lodang, 5 Agustus 2009) memerinci sifat lagu dolanan anak-anak yaitu bersifat didaktis dan sosial. Didaktis artinya lagu dolanan itu mengandung unsur pendidikan, baik yang disampaikan secara langsung dalam lirik lagu atau disampaikan secara tersirat, dengan berbagai
192
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
perumpamaan atau analogi. Salah satu keahlian orang Jawa adalah membuat berbagai ajaran dengan berbagai perumpamaan. Sosial artinya bahwa lagu dolanan memiliki potensi untuk menjalin hubungan sosial anak dan menumbuhkan sifat-sifat sosial. Pada dasarnya lagu dolanan anak bersifat unik. Artinya, berbeda dengan bentuk lagu/tembang Jawa yang lain. Menurut Danandjaja (1985:19) lagu dolanan anak ada yang termasuk lisan Jawa, yaitu tergolong nyanyian rakyat. Sarwono dkk (1995: 5) menjelaskan bahwa lagu dolanan memiliki aturan, yaitu: (1) bahasa sederhana, (2) cengkok sederhana, (3) jumlah baris terbatas, dan (4) berisi hal-hal yang selaras dengan keadaan anak. Lirik dalam lagu dolanan tersebut tersirat makna religius, kebersamaan, kebangsaan, dan nilai estetis. Generasi muda terutama anak-anak merupakan pemegang tongkat estafet perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Bila mereka kurang pemahaman dan pengalaman pada potensi seni budaya bangsa dikhawatirkan kelak bangsa ini akan kehilangan jatidiri dan karakter yang berbudi luhur. Generasi yang merupakan penerus pembangunan bangsa hendaknya memiliki rasa bangga dan jiwa kepahlawanan untuk menghadapi masalah. Sikap tersebut diawali dengan rasa bangga, ikut memiliki, dan mencintai seni budaya. Melalui seni, seseorang lebih sensitif terhadap keadaan lingkungan di sekitarnya. Dengan melihat kenyataan yang ada sekarang ini, sebagai generasi muda haruslah berbuat banyak demi kelestarian budaya dan kesenian tradisional yang hampir punah. Tembang dolanan sebagai warisan nenek moyang yang mempunyai nilai-nilai luhur harus terus dilestarikan. Materi tembang dolanan diajarkan mulai dari hanya sekadar menghafal lirik yang kemudian dinyanyikan secara bersamaan hingga pada tahap mengerti isi dari lirik tembang tersebut. Di dalam lirik itulah nantinya disisipkan pendidikan karakter oleh guru. Sambil terus bermain dan bernyanyi, guru sekaligus menyisipkan pendidikan karakter. Berikut ini beberapa tembang dolanan yang berhasil dihimpun selama observasi awal di beberapa kabupaten di Jawa Timur. a) ILIR-ILIR Lir ilir, lir ilir, tanduré wus sumilir Tak ijo royo-royo tak sengguh temantèn anyar Cah angon, cah angon, pènèkna blimbing kuwi Lunyu lunyu yo pènèken kanggo mbasuh dhodhotiro Dhodhotira, dhodhotira, kumitir bedhah ing pinggir Dondomana jlumatana kanggo séba mengko sore Mumpung padhang rembulané, mumpung jembar kalangané Yo suraka surak hiyo.
193
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
b) SLUKU-SLUKU BATHOK Sluku-sluku bathok, bathoke ela-elo Si Rama menyang Sala, oleh-olehe payung motha Mak jenthit lolo lobah, wong mati ora obah Nek obah medeni bocah, nek urip goleka dhuwit c) PADHANG BULAN Yo prakanca dolanan ing njaba Padhang mbulan padhangé kaya rina Rembulané kang ngawé-awé Ngélikaké aja turu soré-soré d) JARANAN Jaranan-jaranan… jarane jaran teji sing numpak ndara bei, sing ngiring para mantra jeg jeg nong..jeg jeg gung, prok prok turut lurung gedebug krincing gedebug krincing, prok prok gedebug jedher e) MENTHOG-MENTHOG Menthog-menthog tak kandhani, mung solahmu angisin-isini Bokya aja ngetok, ana kandhang wae Enak-enak ngorok, ora nyambut gawe Menthog-menthog, mung lakumu megal-megol gawe guyu f) GUNDHUL PACUL Gundhul gundhul pacul cul, gemblèlengan nyunggi nyunggi wakul kul, gemblèlengan wakul ngglimpang, segané dadi sak ratan wakul ngglimpang, segané dadi sak ratan g) CUBLAK-CUBLAK SUWENG Cublak- cublak suweng Suwenge ting ngelenter Mambu ketundhung gudel Pak empong lera- lere Sapa nguyu ndelikkake Sir sir pong dhele gosong Sir sir pong dhele gosong h) GAJAH GAJAH Gajah, gajah mrene tak kandhani jah Mripat kaya laron, siung loro, kuping gedhe Kathik nganggo tlale Buntut cilik, tansah kopat kapit Sikil kaya bumbung Mung melakumu megal megol i) GAMBANG SULING Gambang suling, ngumandhang swarane Thulat thulit, kepenak unine
194
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
Uuuunine mung Nreyuhake ba- reng lan kentrung Ke- tipung suling, sigrak kendhangane C. Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Tembang Dolanan di SD Beberapa hasil penelitian juga telah menunjukkan bahwa di dalam tembang dolanan memiliki makna dan juga nilai moral yang bervariasi. Hal ini tentu sangat cocok jika diterapkan di pembelajaran SD. Wujud konkret sikap dari materi yang berkaitan dengan tembang dolanan adalah dengan pengimplikasian pada kehidupan sehari-hari. Materi-materi tersebut juga sudah sesuai dengan kedelapanbelas indikator pendidikan karakter yang juga telah disebutkan dalam sub-bab sebelumnya. Sekarang tinggal bagaimana cara mengajarkannya kepada siswa saat di sekolah, terutama pada materi tembang dolanan. Berikut ini uraiannya. a)
Religius
Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Implikasinya dalam materi tembang dolanan adalah pada tembang “padhang bulan’. Pada tembang tersebut, anak-anak dinasehati agar tidak boleh tidur terlalu sore karena masih harus menunggu sholat Magrib dan sholat Isya. Selain itu, pada malam hari nantinya akan muncul rembulan yang indanhnya tiada tara yang merupakan hasil cipta Sang Pencipa semesta alam. Dengan melihat keindahan itu, anak-anak juga diajak untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang diberikan. b) Jujur Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Nilai ini terdapat dalam tembang cublak-cublak suweng. Dalam lirik terdapat kalimat sapa ngguyu ndhelikake, hal ini maknanya adalah jika seseorang sedang menyembunyikan sesuatu atau menutupi sesuatu pasti tingkahnya aneh. Hal ini mengajarkan kalau kita harus senantiasa jujur supaya tidak salah tingkah. Hal ini ini juga pembekalan bagi siswa untuk tidak korupsi, karena korupsi merupakan tindakan menyembunyikan uang negara untuk kepentingan pribadi. Seorang koruptor hidupnya pasti tidak tenang karena akan selalu merasa ketaukatan atau salah tingak seperti pada lirik tembang dolanan di atas, c)
Toleransi
Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Contoh pembelajarannya adalah pada tembang dolanan gajah-gajah. Dalam lirik tembang gajah-gajah, tidak hanya disebutkan beberapa kelemahan hewan gajah, 195
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
tetapi juga kelebihan yang dimiliki hewan tersebut. Dalam hal ini guru hendaknya mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa, jadi setiap anak pasti mempunyai kelemahan tetapi juga tetap memiliki kelebihan. Jadi, kita harus senantiasa menghargai dan toleransi atas perbedaan yang ada. d) Disiplin Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Implikasi pendidikan karakter disiplin ini ada pada permainan jamuran. Pada permainan ini, anak-anak harus senantiasa disiplin mengikuti nada dan irama serta geraknya. Dan apabila tiba gilirannya mendapat pertanyaan, maka si anak harus disiplin untuk siap menjawab pertanyaan tersebut dengan benar dan tidak boleh ngawur. Kalau ngawur atau salah dalam menjawab maka dia akan terus mendapat pertanyaan sampai dia menemukan jawaban yang tepat. e)
Kerja Keras
Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Pengembangan pembelajaran karakter melalui tembang dolanana salah satunya adalah pada tembang sluku-sluku bathok. Dalam tembang tersebut terdapat kalimat yen mati ora obah, yen obah ngedeni bocah, yen urip goleka dhuwit. Hal ini menyiratkan bahwa manusia hidup itu harus bergerak, oarng yang bergerak pasti menghasilkan sesuatu. Orang hidup itu harus bekerja keras supaya mendapatkan apa yang diinginkan. Jadi, anak-anak dibelaki watak untuk selalu bekerja keras. Dalam hal ini adalah bekera keras untuk menyelesaikan tugas sekolah dengan baik, supaya memperoleh nilai bagus. Guru bisa saja menambahkan kalau nilainya bagus nanti akan mendapat hadiah, baik dari gurunya maupun dari orang tua. Lirik yang isinya juga mengajarkan tentang kerja keras adalah pada tembang menthog-menthog. Walaupun liriknya berlawanan. Karena pada tembang menthog-menthog di situ menggambarkan hewan angsa yang hanya bermalas-malasan di kandangnya saja. Hal ini oleh guru dapat diamanfaatkan untuk pemberian contoh yang negatif untuk tidak ditiru oleh anak-anak. Misalnya dengan mengatakan kalau anak-anak malas nanti akan seperti hewan angsa, hanya mendekam di rumah saja. f)
Demokratis
Demokratis adalah cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dengan hak dan kewajiban orang lain. Implikasi pendidikan karakter pada materi tembang dolanan adalah saat menyanyikan tembang jaranan. Lirik tembang tersebut adalah sing numpak ndara bei, sing ngiring para mentri. Hal ini menggambarkan bahwa kita memang dipimpin oleh seseorang dan kita wajib untuk menghormati serta taat atas segala peraturannya.
196
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
Dalam kaitannya dengan kehidupan di sekolah, karakter ini bisa digambarkan pada saat pemilihan ketua kelas. Ndara bei pada lirik tembang jaranan diumpakan adalah seorang ketua kelas, sedangkan para mentri di sini merupakan perangkat kelas atau anggota kelas yang lain yang senantiasa bekerja sama secara demokratis untuk kebaikan dan kemajuan kelas. PENUTUP Berdasarkan ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa pada materi tembang dolanan baik dalam mata pelajaran seni amupun dalam mata pelajaran Bahasa daerah (Jawa), dapat digunakan untuk menanamkan, memupuk, dan melestarikan rasa seni pada anak, yang nantinya akan menimbulkan pengertian yang sepenuhnya tentang kehidupan yang sebenarnya. Dalam materi tembang dolanan, tidak hanya olah suara, tetapi ada pula kecerdasan watak yang nantinya membentuk kecerdasan inteltual dan juga kecerdasan rasa. DAFTAR PUSTAKA Andayani. 2010. Metode Pengajaran Membaca. Surakarta: UNS Press. Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Dwijawijata. 2006 .Tembang Dolanan (titilaras: Solomisasi), Edisi revisi. Semarang: Kanisius Davies, Ivor K. 1987. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali Pers. Slavin, E. Robert. 2009. Cooperative Learning: Teori, Risert dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Robbins, Stephen P. Judge, Timothy A. (2008). Perilaku Organisasi Buku 1, Jakarta: Salemba Empat.
197
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
198