F o T MODUL
Training of Facilitator (ToF)
Diterbitkan: Sebagai Modul Regional / Nasional Wahana Visi Indonesia Untuk ToF Co-Fasilitator Kelas Partisipasi Pelibatan Anak dalam Proses Musrenbangdes
Buku TOF Pendamping Anak dalam Proses Musrenbangdes ini diterbitkan atas kerjasama antara Yayasan Penabulu dengan Wahana Visi Indonesia (WVI) ADP Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Pandangan dan metode yang dimuat dalam modul ini merupakan hasil pembelajaran dalam proses TOF dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing daerah sasaran kegiatan.
PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES Inspirasi
Bagi Co-Fasilitator Kelas Pelibatan Partisipasi Anak
MODUL TOF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
Penulis: F.F. Sri Purwani Kontributor: Roganda Solin - National Office WVI Tim WVI ADP Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah
Desain Cover & Isi: Agus Pencus
Diterbitkan: Sebagai Modul Regional / Nasional Wahana Visi Indonesia Untuk ToF Co-Fasilitator Kelas Partisipasi Pelibatan Anak dalam Proses Musrenbangdes Buku TOF Pendamping Anak dalam Proses Musrenbangdes ini diterbitkan atas kerjasama antara Yayasan Penabulu dengan Wahana Visi Indonesia (WVI) ADP Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Pandangan dan metode yang dimuat dalam modul ini merupakan hasil pembelajaran dalam proses TOF dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing daerah sasaran kegiatan. ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
I
SAMBUTAN BUPATI KABUPATEN SIGI Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya buku modul “Training of Facilitator Pendamping Anak dalam Proses Musrenbangdes” dapat diselesaikan tepat waktu. Ini merupakan buku modul hasil pembelajaran dari pelatihan para pendamping anak yang ada di desa layanan Wahana Visi lndonesia Kantor Operasional Sigi. Buku modul ini merupakan alternatif bagi para pendamping kelompok anak untuk menemukan cara-cara kreatif bagaimana memfasilitasi anak dan menyiapkan anak-anak untuk terlibat dalam proses ‘Musrenbangdes. Sebagai pendamping anak di desa, diperlukan pengetahuan serta keterampilan dalam menciptakan kegiatan yang menarik sekaligus menggali potensi anak. Modul ini memuat cara-cara praktis dan mudah dipahami sehingga akan sangat menolong pendamping anak untuk mengaplikasikannya. Modul ini dapat menjadi satu pedoman kursus singkat yang menolong kita untuk menjadi fasilitator yang baik bagi anak-anak dan mempersiapkan mereka menjadi bagian dari masyarakat yang peka dan tanggap akan keadaan lingkungan mereka, Modur ini dapat pelibatan anak dalam Musrenbangdes yang selama ini kesempatan anak terlibat masih sangat terbatas.
Harapan saya selaku pemerintah daerah, dengan terbitnya modul “Training of Facilitator Pendamping Anak dalam Proses Musrenbangdes”, dapat memotivasi para pendamping dan penggerak anak diwilayah lain, mulai dari Kabupaten Sigi melakukan hal yang sama. Atas kontribusi dari Wahana Visi lndonesia Kantor Operasional Sigi, kami mengucapkan terima kasih, mudah-mudahan kita dapat berjalan selaras dan harmonis, satu visi, satu tekad dan satu jiwa dalam memberikan yang terbaik untuk memersiapkan generasi muda Indonesia, terlebih khusus di Kabupaten Sigi.
Bupati Sigi
Moh. Irwan, S.Sos., M.Si
II
Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
DARI YAYASAN PENABULU Bekerjasama dengan Wahana Visi Indonesia (WVI), khususnya WVI Kabupaten Sigi, merupakan kesempatan yang sangat berharga bagi Yayasan Penabulu. Dalam proses kerja sama ini, kami ditantang untuk mengembangkan ruang belajar dan ruang publik (public sphere) bagi anak-anak yang dalam keseharian sering dianggap tidak memiliki peran yang berarti di masyarakatnya. Mereka sering dipandang sebagai kelompok yang belum berdaya di tengah komunitas – masyarakatnya. Mereka sering dipandang sebagai kelompok yang masih “tergantung” dan belum bisa memberikan sumbangan (contribution) yang nyata bagi komunitas – masayarakatnya. Selama pelatihan yang telah diselenggarakan dalam kerjasama antara WVI dan Yayasan Penabulu, banyak pengalaman dan banyak cerita yang kami dapatkan dari para pendamping anak dan beberapa anak yang dengan gigih ingin mewujudkan mimpi mereka di tengah komunitas – masyarakat. Dalam mimpi mereka, “keutuhan hidup anak” ingin mereka aspirasikan dalam mekanisme pembangunan masyarakat melalui proses Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes). Pengalaman-pengalaman selama pelatihan inilah yang menjadi inspirasi bagi kami sehingga salah seorang dari kami yaitu Mbak Ani (panggilan akrab mbak F.F Sri Purwani) terdorong untuk mengembangkan modul ini. Dorongan ini terwujud ketika WVI memberikan kesempatan kepada kami untuk memfasilitasi dan menuliskan modul ini. Kami ingin mendedikasikan modul ini untuk membantu peningkatan keterampilan bagi pendamping anak dan anak di Indonesia; khususnya di Kabupaten Sigi. Semoga modul ini dapat membantu mereka untuk semakin gigih memperjuangkan isu-isu penting bagi mereka. Kami percaya bahwa merekalah yang akan menjadi sumber daya kunci bagi perubahan sosial di komunitas – masyarakat.
Terima kasih kepada WVI dan para pendamping anak telah menjadi inspirasi bagi kami. Kami bersyukur bahwa anda telah menjadi bagian dari perjalanan Yayasan Penabulu.
Salam solidaritas
Budi Susilo
Deputi Direktur Yayasan Penabulu
ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
III
PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karuniaNya Modul Training of Facilitator (ToF) Pendamping Anak Dalam Proses Musrenbangdes dapat diselesaikan dengan baik. Modul ini bertujuan memberikan gambaran tentang rangkaian proses pelatihan pendampingan anak untuk Musrenbangdes. Isu-isu tentang perlindungan anak dalam perspektif anak yang diangkat di forum Musrenbngdes saat ini menjadi perhatian ADP Sigi, khususnya terkait dengan upaya untuk mendorong Kabupaten Sigi menjadi salah satu kabupaten yang layak anak. Berbagai upaya dilakukan termasuk dengan memberikan pelatihan kepada para pendamping anak supaya anak mendapatkan kesempatan untuk berbicara dan cukup percaya diri menyuarakan pendapatnya di depan para pemangku kepentingan di desa. Ucapan terima kasih dan apresiasi kami sampaikan pula kepada semua pihak yang telah membantu proses sampai dicetaknya modul ini. Pertama, kami berterima kasih kepada para pendamping anak yang luar biasa, yang sudah mengikuti pelatihan pendamping anak dan mau berproses bersama dengan Wahana Visi Indonesia untuk mewujudkan kesejahteraan anak. Kedua kepada pemerintah desa di 9 wilayah dampingan: Pemerintah Desa Ongulero, Dombu, Wayu, Balane, Uwemanje, Doda, Padende, Sibedi dan Baliase yang juga terus memberikan ruang dan dukungan terhadap kegiatan-kegiatan anak; dan tentunya terima kasih kepada Yayasan Penabulu yang sudah melatih dan mendampingi para pendamping anak dalam persiapan anak mengikuti Musrenbangdes.
Kami sangat berharap modul ini bisa berguna menjadi panduan dan pegangan bagi para pendamping anak yang lain. Kami percaya bahwa dalam waktu-waktu kedepan, anak-anak bisa menjadi lebih siap dan percaya diri untuk menyampaikan pendapatnya di depan para pemangku kepentingan karena adanya pendampingan yang dilakukan secara rutin dan terus menerus oleh para pendamping anak. Terima kasih.
Sabtarina Dwi Febriyanti ADP Manager Sigi
IV
Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
PRAKATA Modul TOF Pendamping Anak dalam Proses Musrenbangdes ini merupakan modul yang dipersembahkan bagi para penggerak dari berbagai latar belakang pendidikan, pekerjaan, wilayah dan juga pengalaman yang mempunyai tekat untuk memberikan perhatian khusus kepada anak-anak di 9 desa mitra Wahana Visi Indonesia ADP Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Adapun perwakilan pendamping anak yang terlibat dalam proses ToF ini adalah perwakilan Desa Balane, Baliase, Doda, Dombu, Ongulero, Padende, Sibendi, Uwemanje dan Wayu yang berjumlah 18 orang. Ke-18 perwakilan tersebut dipersiapkan untuk menjadi Co-Fasilitator dalam proses belajar berdemokrasi di tingkat desa dalam model yang sangat sederhana yakni mencoba menghadirkan anak-anak dalam tradisi berdesa. Tradisi berdesa merupakan perwujudan gerakan desa membangun yang di 9 desa mitra WVI ini dikemas melalui upaya pemenuhan hak anak secara konkret yakni melibatkan anak-anak untuk mulai menyuarakan haknya dalam tahapan perencanaan pembangunan desa baik melalui Pra-Musrenbangdes khusus anak maupun Musrenbangdes.
Proses pelibatan anak ini tidak dimaksudkan untuk menambah persoalan baru bagi desa, tetapi mencoba mengakomodir terwujudnya desa inklusi, desa yang mengakomodir banyak pihak secara terbuka dan adil terutama terakomodirnya pemenuhan kebutuhan prioritas bagi kelompok-kelompok rentan, diantaranya anak. Melalui mekanisme pelibatan anak dalam Musrenbangdes ini pula, diharapkan permasalahan yang banyak bersinggungan dengan anak bisa terpecahkan melalui cara menghadirkan anak sebagai subjek yang mampu memberikan usulan dan jalan keluar yang sesuai denga kebutuhan anak. Mekanisme ini baru akan terwujud apabila ada komunitas orang dewasa yang peduli dan menyediakan diri untuk terlibat dalam pendampingan, menemani dan mengawal usulan anak-anak dalam perencanaan pembangunan desa. Materi dalam modul ini mencakup metode pembangunan desa dan hak anak dengan berbagai elemen di dalamnya: Regulasi Desa, Mengenal Desa melalui Potret Desa, Menggali Permasalahan dan Potensi Anak di Desa, Hak anak, Tahapan Perencanaan Pembangunan Desa, Mengenal Lembaga-Lembaga Desa, dan hari ke-4 secara khusus mengulas tentang Strategi Pelibatan Anak dalam Musrenbangdes. Peran co-facilitator menjadi sangat strategis karena mereka merupakan orangorang yang sangat mengenal kondisi desanya masing-masing. Merekalah kader lokal yang mampu menjadi dinamisator, motivator sekaligus pendorong anak-anak dan kaum muda dalam upaya perbaikan kondisi desa secara sederhana namun menjawab kebutuhan berdasar skala prioritas. Proses penguatan co-facilitator dalam perencanaan pembangunan desa ini juga sejalan dengan menghidupkan kembali peran-peran kelompok masyarakat sipil yang senafas dengan tujuan Undang-Undang Desa yakni memperkuat peran Self-Governing Community sebagai strategi menuju desa berdaya dan bermartabat.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Wahana Visi Indonesia ADP Sigi atas kerja kerasnya dalam menyelenggarakan kegiatan di tengah padatnya agenda akhir tahun, juga secara khusus untuk Roganda Solin (Child Participation Specialist / Trannsformational Dev. Dept. WVI), yang telah menjadi teman belaToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
V
jar dan berimprovisasi banyak metode dalam proses ToF dan Kelas Partisipasi Anak, tak lupa teman-teman tim Penabulu Yogyakarta dan Jakarta yang telah membantu menyunting kembali modul ini, sehingga siap disajikan. Semoga modul ini bisa menjadi inspirasi bagi Anda semua dalam mewujudkan desa yang bergerak menuju perubahan yang saling memberdayakan.
Yogyakarta, Desember 2016
F.F. Sri Purwani Penulis
VI
Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
DAFTAR ISTILAH ToF: Training of Facilitator
WVI: Wahana Visi Indonesia
ADP: Area Development Program
Musrenbangdes : Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa Musdes: Musyawarah Desa
Musdus: Musyawarah Dusun
RPJMDes: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa RKPDes: Renca Kerja Pemerintah Desa
RAPBDes: Rencana Anggaran Pembiayaan dan Belanja Desa Pemdes: Pemerintah Desa
BPD: Badan Permusyawaratan Desa
LPMD: Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Gapoktan: Gabungan Kelompok Tani
SWOT: Strenght (Kekuatan), Weaknesses (Kelemahan), Opportunities (Peluang), Threats (Ancaman/Hambatan) RT: Rukun Tetangga RW: Rukun Warga
Posyandu: Pos Pelayanan Terpadu Poskesdes: Pos Kesehatan Desa
PAUD: Pendidikan Anak Usia Dini
BUMDes: Badan Usaha Milik Desa SDM: Sumber Daya Manusia SDA: Sumber Daya Alam Miras: Minuman Keras
Narkoba: Narkotika dan Obat-Obatan Telarang DRA: Desa Ramah Anak
SPO: Subjek, Predikat, Objek, Keterangan
FGD: Fokus Group Discussion/Diskusi Kelompok Terbatas
ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
VII
DAFTAR ISI SAMBUTAN BUPATI KABUPATEN SIGI ......................................................................................................II
DARI YAYASAN PENABULU ........................................................................................................................... III
PENGANTAR ........................................................................................................................................................ IV
PRAKATA ................................................................................................................................................................. V DAFTAR ISTILAH ..............................................................................................................................................VII DAFTAR ISI ......................................................................................................................................................... VIII
PENDAHULUAN .................................................................................................................................................... X A. Pengembangan Modul .......................................................................................................................... X
B. Maksud dan Tujuan Modul ................................................................................................................. X C. Siapa yang Dapat Menggunakan Modul ......................................................................................XI D. Alur Modul ................................................................................................................................................XI
E. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Ketika Menggunakan Modul ....................................XII
HARI PERTAMA .................................................................................................................................................... 1 ORIENTASI & MATERI DASAR ................................................................................................................ 1
SESI 1 : ORIENTASI TRAINING OF FACILITATOR .......................................................................... 2 PENGANTAR ................................................................................................................................................... 2
TAHAPAN PROSES ........................................................................................................................................ 4 SESI 2 : MENGENAL UNDANG-UNDANG DESA NO 6/2014 ....................................................... 7
DESA MANDIRI, BERPIHAK DAN PARTISIPATIF............................................................................ 7 TAHAPAN PROSES ........................................................................................................................................ 9 BAHAN BACAAN: .......................................................................................................................................... 9 SESI 3 : MEMOTRET KONDISI DESA ..................................................................................................12
GAMBARAN DESA MENURUT CO-FASILITATOR ........................................................................12 SESI 4 : BELAJAR PERATURAN DAERAH TENTANG DESA ....................................................15 TAHAPAN PROSES ......................................................................................................................................16
HARI KEDUA.........................................................................................................................................................19 PEMETAAN KONDISI ANAK DAN ANALISIS KEKUATAN UNTUK PERUBAHAN ..........19 SESI 5 : POTRET ANAK ............................................................................................................................20
TAHAPAN PROSES ......................................................................................................................................21
SESI 6 : ANALISIS KONDISI ANAK ......................................................................................................22
SESI 7 : LANJUTAN ANALISIS KONDISI ANAK ..............................................................................24
TAHAPAN PROSES ......................................................................................................................................25 SESI 8 : MERANCANG PERUBAHAN DARI KEKUATAN .............................................................26
TAHAPAN PROSES ......................................................................................................................................27 BAHAN BACAAN: ........................................................................................................................................28 CATATAN FASILITATOR:..........................................................................................................................29
HARI KETIGA ......................................................................................................................................................31
PERENCANAAN PARTISIPATIF DAN PELIBATAN ANAK DALAM MUSRENBANGDES31 SESI 9 : MENGENAL PERENCANAAN PARTISIPATIF .................................................................32 TAHAPAN PERENCANAAN PARTISIPATIF .....................................................................................32
VIII
TAHAPAN PROSES .....................................................................................................................................33
Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
BAHAN BACAAN..........................................................................................................................................34
SESI 10 : PARTISIPASI ANAK DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN .......................35 PELIBATAN ANAK DALAM SIKLUS PERENCANAAN PEMBANGUNAN ............................35
BAHAN BACAAN..........................................................................................................................................37 SESI 10 : PARTISIPASI ANAK DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN .......................38 PELIBATAN ANAK DALAM SIKLUS PERENCANAAN PEMBANGUNAN ............................38
TAHAPAN PROSES .....................................................................................................................................40
BAHAN BACAAN..........................................................................................................................................40
SESI 11 : PROSES MUSRENBANGDES .................................................................................................42 SIMULASI PENYUSUNAN PERENCANAAN PARTISIPATIF BERDASAR PRIORITAS ....42 LEMBAR BANTU BELAJAR .....................................................................................................................43 BAHAN BACAAN..........................................................................................................................................43
SESI 12 : MENENTUKAN SKALA PRIORITAS .................................................................................45 STRATEGI MENYUSUN SKALA PRIORITAS DALAM PERENCANAAN
PEMBANGUNAN...........................................................................................................................................45 TAHAPAN PROSES .....................................................................................................................................46
HARI KE-EMPAT .................................................................................................................................................49 STRATEGI PELIBATAN ANAK DALAM MUSRENBANGDES ............................................................49
SESI 13 : MENGENAL HAK DAN PERLINDUNGAN BAGI ANAK ...........................................50 MEMPERKENALKAN HAK ANAK BAGI PARA PENDAMPING ANAK ..................................50
BAHAN BACAAN I ..............................................................................................................................................52 BAHAN BACAAN II ............................................................................................................................................52 SESI 14 : ANALISIS KONDISI ANAK BERDASAR HASIL TOF DAN NEED
ASSESSMENT.................................................................................................................................................53 PENYUSUNAN ANALISIS POTENSI DAN KEKUATAN ANAK...................................................53 TAHAPAN PROSES ......................................................................................................................................54 SESI 15 : STRATEGI PELIBATAN ANAK DALAM MUSRENBANGDES ..................................55 UPAYA KONKRET MELIBATKAN ANAK DALAM .........................................................................55 SETIAP TAHAPAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN ...............................55
TAHAPAN PROSES .....................................................................................................................................56
SESI 16 : RANGKAIAN KEGIATAN PENUTUPAN TOF ................................................................57 MELIHAT CAPAIAN HARAPAN PESERTA DAN EVALUASI .....................................................57 TAHAPAN PROSES ......................................................................................................................................58 CATATAN FASILITATOR:..........................................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................................63
ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
IX
PENDAHULUAN A.
Pengembangan Modul
Modul ToF Pendamping Anak dalam Proses Musrenbangdes ini dikembangkan sebagai langkah awal untuk mendukung kegiatan penguatan kapasitas kader-kader lokal dalam upaya melibatkan anak dan mengawal proses perencanaan pembangunan desa di 9 desa mitra WVI Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah.
Keterlibatan kelompok-kelompok masyarakat dalam proses perencanaan desa menjadi penting untuk mendukung proses partisipasi, transparansi dan pemenuhan hak dan kewajiban pemerintah desa dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar warganya. Meskipun demikian, peluang partisipasi masyarakat dalam musrenbangdes ini seringkali masih perlu dikawal, terlebih apabila pemerintah desa mempunyai kepedulian untuk melibatkan anak meskipun masih dalam batas perencanaan. Partisipasi aktif Co-Fasilitator pendamping anak sebagai bagian dari komunitas warga perlu didukung dengan kemampuan dan pengetahuan yang memadai. Pengetahuan tersebut mulai dari regulasi tentang desa, cara menggali potensi maupun masalah di desa, masalah tentang anak, tahapan perencanaan pembangunan, lembaga desa, musrenbangdes, hak anak, maupun strategi melibatkan anak dalam musrenbangdes agar mereka lebih berdaya dan mampu menjadi mediator dan pendamping bagi anak-anak untuk terlibat dalam pra-musrenbangdes dan musrenbangdes secara benar. Sasaran kegiatan ini terutama bagi para co-fasilitator dari Desa Balane, Baliase, Doda, Dombu, Padende, Sibedi, Ongulero, Uwemanje dan Wayu.
Modul ini diharapkan mampu membantu proses belajar untuk para co-fasilitator dan dapat juga menjadi salah satu sumber pengetahuan bagi pemerhati pergerakan komunitas warga dan desa membangun, karena fokus modul untuk lebih memperkenalkan kepada para co-fasilitator apa yang penting untuk dipahami ketika terlibat dalam perencanaan terutama perencanaan yang berpihak pada hak anak, dan juga bagaimana mereka bisa memilah usulan kegiatan yang disebut prioritas bagi anak.
B.
Maksud dan Tujuan Modul
Modul ToF bagi Co-fasilitator mitra WVI ADP Sigi ini mempunyai maksud dan tujuan untuk mempersiapkan para co-fasilitator dalam mendampingi dan menfasilitasi proses-proses pelibatan anak mulai dari pra-musrenbangdes sampai musrenbangdes di desa masing-masing. Secara umum modul ToF ini dimaksudkan untuk memberikan panduan kepada para co-fasilitator ketika mendampingi anak-anak dalam proses pra-musrenbangdes maupun musrenbangdes dengan tujuan untuk: 1.
Menyamakan pemahaman tentang UU Desa dan Regulasi di tingkat kabupaten yang mengatur tentang desa.
3.
Memberikan pemahaman tentang mekanisme proses dan siklus perenca-
2.
X
Memberikan pemahaman tentang cara-cara mengenal potensi desa.
Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
4.
Memberikan pemahaman tentang tata kelola pemerintahan desa sampai dengan tugas dan fungsi kelembagaan masyarakat desa.
5.
Memberikan pemahaman tentang langkah, tahapan dan metode pendampingan anak dalam Musrenbangdes.
7.
Memberikan pemahaman tentang bagaimana menggali dan menemukan bentuk-bentuk permasalahan di tingkat desa terutama yang merugikan anak-anak.
6.
8.
C.
naan pembangunan di tingkat desa.
Memberikan pemahaman tentang hak anak secara sederhana dan tepat.
Menyusun rencana tindak lanjut untuk proses pendampingan di masing-masing desa.
Siapa yang Dapat Menggunakan Modul
Modul ini dapat digunakan oleh para co-fasilitator pendamping anak, dan juga para penggerak masyarakat desa baik secara tim maupun perorangan sebagai panduan untuk proses-proses pendampingan anak khususnya dalam tahapan-tahapan awal musrenbangdes. Modul ini juga diperkaya dengan banyak informasi dan pengetahuan melalui bahan-bahan bacaan yang bisa digunakans sebagai referensi.
Modul ini dapat dimodifikasi atau digunakan sesuai dengan kondisi masing-masing wilayah pengguna. Artinya baik materi, metode maupun tahapan tidak harus digunakan dalam proses ToF, pengguna modul selain mitra WVI, bisa menggunakan dan memilih tahapan modul sesuai konteks lokal, serta disesuaikan dengan kapasitas pengguna maupun peserta.
D.
Alur Modul
Modul ini dirancang untuk Training of Facilitator selama empat hari. Materi modul dibagi dalam empat sesi per harinya, setiap sesi memuat pokok bahasan, yang dilengkapi dengan metode fasilitasi, lembar kerja, bahan bacaan dan gambar proses.
Hari Pertama Training of Facilitator. Diawali dengan sesi perkenalan yang bertujuan untuk membangun suasana agar peserta menjadi lebih terlibat, dibangun dengan suasana yang penuh keakraban dan persaudaraan antara panitia, fasilitator dan antar peserta. Suasana yang cair dan akrab diharapkan membantu tercapainya tujuan ToF. Proses perkenalan dibangun dengan pemetaan harapan selama proses 4 hari ToF. Sedangkan tiga sesi lainnya diisi dengan pokok bahasan pengenalan dasar tentang UU Desa, Perda Kabupaten Sigi tentang Desa dan Memotret Kondisi Desa. Ketiga sesi dilakukan dengan proses partisipatif: 1) Pemutaran Video tentang Sosialisasi UU Desa, 2) Membaca Perda tentang Pemilihan Kepala Desa dengan cara berkelompok per desa ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
XI
dan memilih kata-kata / kalimat dalam pasal atau bab yang paling menarik disertai alasannya, 3) Menggambar kondisi desa dengan potensi maupun permasalahan terutama lokasi-lokasi yang dianggap rawan untuk anak-anak. Hari pertama ToF juga memberi pembelajaran kepada peserta bagaimana cara membaca dokumen terutama Perda yang menjadi rujukan data dasar kebijakan.
Hari Kedua. Setiap hari kecuali hari pertama proses ToF selalu diawali dengan review untuk mendapatkan poin-poin penting ToF di hari sebelumnya. Empat sesi di hari kedua ini membahas beberapa pokok bahasan yang bertujuan untuk lebih mengenal kondisi anak di masing-masing desa melalui upaya: 1) Pemetaan Kondisi Anak di Desa Masing-masing, 2) Kategorisasi kondisi anak, 3) Pemetaan dan Kategorisasi Permasalahan Anak, dan 4) Merancang Perubahan dari kekuatan dan Potensi Anak. Hari kedua ini juga mengembangkan analisis pohon masalah yang bertujuan untuk menemukan permasalahan utama di masing-masing desa.
Hari ketiga. Diawali dengan merefleksikan review atas poin-poin penting di hari kedua, dilanjutkan dengan materi pokok terkait dengan tahapan perencanaan pembangunan di tingkat desa. Diawali dengan : 1) mendiskusikan apa yang disebut perencanaan dan Tahapan Perencanaan Partisipatif, 2) Mekanisme Musrenbangdes, 3) Pemetaan Stakeholders Kunci dan Mengenal Lembaga Desa 4) Strategi Menemukan dan Praktek Menyusun Skala Prioritas. Keempat sesi tersebut dilengkapi dengan praktek secara langsung terutama bagaimana menyusun perencanaan dengan melihat analisis SWOT kondisi desa masing-masing, sehingga pada akhirnya usulan yang direncanakan sungguh menjawab kebutuhan masyarakat dan anak di setiap desa.
Hari Keempat. Hari terakhir ini merupakan hari yang lengkap dengan proses praktek dan analisis yang strategis. Hari keempat merupakan analisis data hasil temuan lapangan yang telah dilakukan oleh tim WVI. Setelah didahului dengan review poinpoin penting hari ketiga, maka dilanjutkan dengan 1) Penyusunan Analisis Potensi & Kekuatan Anak berdasar Kelompok Umur, Kegiatan dan Program, 2) Mengenal Hak Anak, 3) Mekanisme Musrenbangdes Khusus Anak dan Pola Pendampingan 3) Mengenal Hak Anak & Kebijakan Perlindungan Anak (UUPA & KHA), 4) Penyusunan Langkah-Langkah Konkret Tahapan & Model Pelibatan & Pendampingan Anak 5) Evaluasi Proses ToF dan Rencana Tindak lanjut Pasca ToF.
E.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Ketika Menggunakan Modul
Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan ketika kita menggunakan modul ToF ini baik pre-on-post ToF : •
•
XII
Perlu memperhatikan konteks masyarakat/budaya lokal. Sebaiknya fasilitator/tim pelaksana kegiatan memahami konteks budaya dan kebiasaan setempat. Misalnya di wilayah Indonesia Timur ada kebiasaan doa bersama sebelum dan sesudah kegiatan. Sehingga fasilitator/panitia bisa meminta peserta secara bergantian untuk memimpin doa. Perlu memperhatikan istilah-istilah lokal yang digunakan, misalnya: istilah desa disesuaikan menjadi kampung, nagari, gampong, dan sebagianya. Sedangkan khusus untuk fasilitator dari WVI perlu juga memperhatikan pelibatan kelompok-kelompok kaum muda/remaja/anak yang menjadi wadah dari berbagai agama seperti remaja masjid, Sekolah Minggu, Gerakan Pembawa Suluh, Prajurit Muda, Kelompok Belajar Anak, dan Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
•
•
•
•
•
•
sebagainya.
Perlu pula memperhatikan kebijakan daerah yang khusus mengatur desa/kampung dimana lokasi berada. Misalnya Perda tentang Perlindungan Anak, Perda tentang Kewenangan Desa, Perda tentang Anggaran Desa, dan sebagainya. Selalu diusahakan meminimalisir penggunaan istilah-istilah asing, kalaupun terpaksa menggunakan, sebaiknya dijelaskan dalam bahasa Indonesia dan atau bahasa lokal yang sesuai, sehingga peserta tidak mengalami kebingungan istilah. Gunakanlah bahasa Indonesia yang mudah untuk dipahami dengan contoh-contoh yang sederhana
Dalam proses fasilitasi perlu memperhatikan alur per sesi. Fasilitator hendaknya memperhatikan alur yang sudah ada dalam modul, sehinggga materi menjadi runtut terutama dengan metode dan contoh yang telah didesain untuk melengkapi proses fasilitasi. Dalam perkembangannya, desain pokok bahasan dalam ToF bisa dikembangkan dan diolah menjadi satu bagian tersendiri agar lebih tepat dan saling melengkapi modul.
Perlu memperhatikan kondisi peserta, baik secara fisik maupun psikis. Hal ini terkait dengan pemilihan metode yang bertujuan untuk meningkatkan semangat apabila peserta mengalami penurunan konsentrasi selama proses ToF yang panjang. Bisa dengan istirahat atau permainan dan lelucon yang menghibur dan menyenangkan untuk memulihkan konsentrasi peserta.
Fasilitator perlu memperhatikan sarana pendukung ToF. Panitia perlu selalu dicek kesiapan per harinya sebelum proses ToF berlangsung, seperti LCD, laptop, spidol, metaplan, kertas plano/flipchart, solatif, ditambah untuk permainan seperti sedotan, koran / majalah bekas, gunting, lem kertas, pensil warna / krayon, kelereng, tali rafia, dan sebagainya. Termasuk juga copy materi, perlu dipersiapkan per harinya.
Jangan lupa untuk memperhatikan waktu. Meskipun penuh dengan semangat dalam proses fasilitasi, tetapi fasilitator sangat perlu memperhatikan pembagian waktu. Sehingga untuk mencapai prioritas dan tujuan ToF, fasilitator sebaiknya tidak terlalu boros memberikan penjelasan dan contoh yang bertele-tele atau permainan yang terlalu panjang padahal waktu sangat mepet. Untuk memberikan rambu-rambu, hal ini sebaiknya disampaikan pada sesi awal / membangun kesepakatan bersama dan meminta salah satu peserta untuk menjadi “polisi waktu.”
ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
XIII
HARI KE
1
Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
HARI PERTAMA ORIENTASI & MATERI DASAR
ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
1
SESI 1 : ORIENTASI TRAINING OF FACILITATOR
PENGANTAR Proses Training of Facilitator ini dirancang untuk memperkenalkan banyak pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan metode pendekatan baru kepada para peserta, agar sesudahnya mereka bisa mengimplementasikan. Oleh karena itu proses ToF perlu dibangun dalam suasana yang cair, penuh persaudaraan dan kegembiraan, meskipun fasilitator tetap harus berorientasi pada target dan tujuan yang telah disepakati sejak awal. Bina suasana bagi para peserta merupakan hal yang sangat penting dilakukan, sehingga peserta menikmati proses sejak awal dengan membangun kepercayaan dan keyakinan peserta bahwa dalam proses ToF ini mereka akan memperoleh materi yang bermanfaat untuk diterapkan ketika mereka kembali ke desa masing-masing. Beberapa hal yang menjadi poin pokok dalam orientasi awal ToF ini antara lain: 1.
2.
3.
4.
2
Sambutan dari Pimpinan WVI. Sambutan merupakan awal penting untuk membangun kesan peserta ToF. Oleh karena itu pastikan siapa yang akan memberikan sambutan, karena sambutan dapat membangun pemahaman peserta secara tidak langsung bahwa kehadiran mereka sangat diharapkan dan dihargai oleh penyelenggara.
Membangun Rasa Saling Percaya dan Pengharapan akan Perubahan. Dalam sebuah proses ToF sangat diperlukan rasa saling menumbuhkan kepercayaan antara fasilitator dan peserta. Bahwa dalam proses ini akan memunculkan pemahaman dan ketrampilan baru untuk sebuah perubahan. Oleh karena itu, perlu didukung dengan materi, fasilitator, metode, sarana dan panitia yang solid. Karena dengan rasa saling percaya tersebut, peserta akan dengan mudah membuka diri dan menyerap pemahaman dan ketrampilan baru, sedangkan fasilitator akan lebih leluasa dan mengeksplorasi kemampuannya dalam membangun sebuah dinamika kelas. Perkenalan. Dalam proses perkenalan ini, peserta memperkenalkan diri melalui cara: menyebut nama lengkap, nama panggilan, posisi di desa dan menghubungkan inisial nama panggilan dengan apapun yang berhubungan dengan desa. Dengan catatan, bahwa apa yang sudah disebut oleh salah seorang peserta tidak boleh disebutkan lagi. Misalnya: Nama Fransiska, Panggilan Siska, sebagai kader, Inisial S : Sistem Keuangan. Perkenalan merupakan kunci awal bina suasana sehingga sebaiknya perkenalan dibuat dengan model yang berbeda agar lebih menyenangkan dan mudah diingat. Membangun Suasana. Proses membangun suasana sangat penting dalam sebuah proses ToF yang panjang. Bina suasana bisa dilakukan dengan model istirahat secara fisik maupun permainan (ice breaking) dan bercerita humor. Fasilitator ToF sebaiknya tidak langsung masuk ke materi, tanpa didahului dengan bina suasana. Peserta perlu diberi ruang untuk masuk dalam proses melalui pengantar-pengantar berupa perkenalan maupun permainan yang menghidupkan dan membawa pikiran peserta untuk siap belajar dan menerima materi. Beberapa model ice breaking yang dikemas untuk mengawali materi dalam ToF ini antara lain: memoTof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
5.
6.
7.
tret desa, membaca koran, menempelkan kartu harapan, dan sebagianya.
Pengantar, Kesepakatan Kelas dan Membangun Harapan. Kegiatan ToF ini bertujuan untuk mengajak peserta agar terlibat secara partisipatif dalam 4 hari proses. Oleh karena itu perlu disepakati secara bersama antara fasilitator dengan peserta. Kesepakatan kelas ini biasa juga disebut dengan istilah “ Kontrak belajar.” Kesepakatan kelas berisi tentang kesepakatan waktu, dinamika kelas, materi yang dibutuhkan dan kesepakatan untuk konsisten pada capaian tujuan ToF. Oleh karena ada capaian hasil yang telah disepakati, maka peserta perlu menuliskan harapan, harapan akan proses ToF dan harapan pasca ToF. Harapan atas proses biasanya terkait dengan peningkatan: pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan atas materi dan metode, sedangkan harapan pasca proses dihubungkan dengan implementasi hasil ToF untuk dibawa ke desa masing-masing. Evaluasi Harian antara Fasilitator dan Panitia. Setiap hari selesai kegiatan ToF, fasilitator dan panitia mengadakan evaluasi harian terkait dengan materi, metode, fasilitas dan proses ToF secara keseluruhan. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki dinamika kelas dan alur ToF di hari selanjutnya.
Fasilitator memberikan lembar penilaian kemajuan komunikasi kepada panitia. Lembaran ini untuk melihat kemajuan peserta secara personal terutama dalam kemampuan berbicara di depan umum, pemahaman materi dan partisipasi
Tujuan
Waktu
Metode
• Semua peserta ToF dapat saling mengenal, baik antar peserta, dengan fasilitator maupun panitia dan semua pihak yang terlibat dalam proses ToF • Peserta mengetahui tujuan, harapan dalam proses ToF maupun harapan setelah kegiatan selesai • Peserta menyepakati tata tertib, waktu, maupun kontrak belajar • Peserta mengikuti tes awal ToF yang berbentuk pra-tes (pretest) • 60 menit
• Permainan dan curah pendapat • Mengisi Pre-test
• • • •
Alat Lembar Bantu Belajar
Bahan Bacaan
Metaplan Alat tulis Flipchart Permainan
• Lembar kerja Pre-Test • Tidak Ada
ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
3
TAHAPAN PROSES Pembukaan - 10 Menit A. B.
Panitia atau Pimpinan WVI ADP Sigi memberikan sambutan dan ucapan selamat datang kepada para peserta
Panitia menjelaskan maksud dan tujuan diselenggarakannya kegiatan Training of Facilitator bagi co-fasilitator pendamping anak yang bertujuan untuk melakukan pendampingan anak dalam proses musrenbangdes di desa masing-masing.
Perkenalan - 15 menit
A. B.
Fasilitator mengawali dengan memperkenalkan diri, dilanjutkan dengan panitia dan peserta.
Perkenalan dilakukan dengan cara: menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, posisi tugas di desa (kader, pemerintah desa, lembaga desa, ibu rumah tangga, dll), menyebut inisial huruf pertama dari nama panggilan dan dihubungkan dengan desa (dari sisi kebijakan, kondisi alam, manusia, sistem tata pemerintahan, administrasi, keuangan, dll).
Menuliskan Harapan dan Membangun Kesepakatan/Kontrak Belajar - 15 menit
A. B. C.
D. E. F. G.
H.
Fasilitator meminta peserta untuk menuliskan harapan yang terbagi dalam 2 hal yakni: 1) harapan dalam proses kegiatan ToF dan 2) harapan pasca ToF
Peserta menuliskan harapan dalam lembaran metaplan dan ditempelkan di dinding atau softboard/papan kerja yang telah dipersiapkan Fasilitator kemudian meminta peserta untuk membaca harapan yang telah mereka tulis dan tempel secara bergantian Fasilitator mengklarifikasi apabila ada bagian yang kurang jelas dan pada akhirnya menggarisbawahi tujuan umum proses ToF.
Fasilitator meminta tim panitia untuk memisahkan harapan dalam pelatihan dan harapan pasca pelatihan, untuk mempermudah melihat capaian hasil di akhir proses ToF
Fasilitator meminta peserta untuk mencermati jadwal ToF yang telah dibagikan dan memberikan catatan, koreksi atau masukan atas waktu dan materi.
Fasilitator meminta peserta untuk menyebutkan tata tertib selama kegiatan ToF berlangsung, menuliskannya dalam kertas flipchart/plano dan menempelkannya di dinding/softboard
Fasilitator meminta peserta untuk menyepakati secara bersama tata tertib yang sudah mereka tuliskan dan tempelkan.
Menjawab Pre-Test - 20 menit A.
4
Fasilitator bersama tim panitia membagikan lembar pra-tes kepada peserta sambil memberikan petunjuk praktis bagaimana cara mengisinya dan apabila ada yang mau bertanya fasilitator akan mengklarifikasi Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
B. C. D.
Fasilitator memberikan waktu pengisian selama 15 menit
Peserta mengisi lembaran pra-tes, sesuai dengan pemahaman awalnya dan memberikan kembali ke fasilitator dan panitia
Fasilitator mencermati hasil pra-tes yang telah dikumpulkan oleh peserta untuk mempertajam bagian-bagian yang mempunyai kesalahan paling dominan selama proses ToF berlangsung Pada akhir kegiatan ToF, fasilitator memandu tes akhir pelatihan post-test yang bertujuan untuk melihat peningkatan kapasitas peserta setelah menerima materi ToF. Post-test ini akan membantu fasilitator melakukan evaluasi kegiatan dan tindak lanjut setelah ToF.
E.
LEMBAR BANTU BELAJAR: PRE-TEST 1.
Undang-undang yang mengatur tentang desa saat ini adalah Undang-Undang No ...
a. UU No. 23/2014
b. UU No 32 /2004 c. UU No 6/2014 2.
d. UU No 22/1999
Desa mempunyai tahapan penyusunan perencanaan program yang dilakukan oleh pemerintah desa dengan melibatkan BPD diantaranya: a. RPJMDes, RKPDes dan RAPBDes b. RPJMDes, RKPDes dan Perdes
c. RKPDes, RAPBDes dan Perdes
d. RPJMDes, RKPDes, RAPBDes, dan Perdes 3.
e. RPJMDes, RKPDes, RAPBDes, Perdes dan Keputusan Kepala Desa
Jenis produk hukum di tingkat desa sesuai dengan UU No 6/2014 adalah:
a. Peraturan Desa
b. Surat Keputusan Kepala Desa
c. Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa
d. Peraturan Bersama Kepala Desa dan Peraturan Desa 4.
e. Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa, dan Peraturan Kepala Desa
Sesuai dengan amanah UU No 6/2014 saat ini desa mempunyai beberapa sumber anggaran. Pilihlah jawab yang paling tepat di bawah ini:
a. Dana Desa dan Alokasi Dana Desa
b. Blog grant / bantuan dari kabupaten
c. Dana Desa, Alokasi Dana Desa, Blog Grant, Dana Hasil Retribusi dan PADes dan Bantuan Hibah ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
5
d. Dana ADD, DD dan blog grant 5.
e. Tidak Tahu
Kegiatan apa saja yang sudah diprogramkan oleh desa terkait dengan perwujudan hak Anak ? (jawaban boleh lebih dari 1)
a. Rumah Sehat b. Posyandu
c. Olah Raga dan kesenian
d. Pembangunan Air Bersih 6.
e. Pembangunan Gedung PAUD
Menurut Bapak/ibu, mengapa kita perlu melibatkan anak dalam proses Pembangunan Desa ? (pilihan boleh lebih dari 1)
a. Sebagai pelengkap unsur
b. Salah satu bentuk pemenuhan hak anak c. Agar desa lebih dikenal
d. Sarana mengembangankan demokrasi di tingkat desa 7.
e. Anak bisa usul kebutuhannya
Apakah kita pernah terlibat dan hadir dalam penyusunan perencanaan pembangunan di desa? (jawaban boleh lebih dari 1)
a. Pernah dalam musyawarah dusun dan musyawarah desa b. Pernah dalam pertemuan Musrengbangdes c. Pernah dalam penyusunan RPJMDes
d. Pernah dalam musyawarah pembangunan 8.
e. Belum pernah
Ketika kita mengetahui terdapat kasus pelanggaran hak perempuan dan anak di tingkat desa dan hal tersebut tidak termuat dalam regulasi yang ada, maka apa yang sebaiknya kita lakukan ? (Pilihan bisa lebih dari 1)
a. Mengumpulkan data-data yang bisa dipertanggungjawabkan untuk dibicarakan dengan para pihak yang berkepentingan
b. Bersikap Biasa saja karena kasus pelanggaran terhadap anak dan perempuan merupakan hal yang banyak terjadi di tingkat desa dan masyarakat c. Membentuk tim yang bisa bersikap netral untuk membahas, menemukan solusi dan memecahkan masalah di ranah sosial maupun kebijakan
d. Membicarakan dengan pemerintah desa, BPD dan juga tokoh perempuan dan tokoh masyarakat untuk mencari data, menemukan fakta dan membahas solusi
6
e. Mengumpulkan masyarakat dan mempengaruhi pemikiran mereka untuk melakuTof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
9.
kan tindakan langsung agar kejadian pelanggaran hak perempuan dan anak tidak terjadi lagi
Peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai dasar untuk penyusunan Perdes Perlindungan Anak selain UU No 6/2014 tentang Desa adalah:
a. UU No 23/2014 tentang Pemerintah Daerah
b. UUPA No 35/2014 tentang Perubahan atas UU No 23/2002 tentang Perlindungan Anak c. Perpu No 1/2016 tentang Kekerasan Seksual terhadap Anak
d. Perpres No 18/2014 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam Konflik Sosial
e. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 111/2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa
10. Bagaimana cara menyusun sebuah skala prioritas program dan anggaran di tingkat desa ? a. Berdasarkan informasi dari para kepala dusun
b. Diputuskan dalam rapat koordinasi perangkat desa c. Tidak tahu
d. Atas usulan ketua BPD & LPMD
e. Diputuskan berdasarkan hasil mekanisme musyawarah berjenjang mulai musy awarah dusun dan musyawarah desa
SESI 2 : MENGENAL UNDANG-UNDANG DESA NO 6/2014 DESA MANDIRI, BERPIHAK DAN PARTISIPATIF Lahirnya Undang-Undang No 06 / 2014 Tentang Desa diharapkan dapat meningkatkan peran aktif desa untuk menjalankan dan memperkuat kewenangannya dalam mewujudkan cita-cita desa yang sejahtera, mandiri dan demokratis. Fase awal untuk mewujudkan cita-cita tersebut diamanatkan oleh UU No 06/2014 melalui kewajiban desa untuk menyusun system perencanaan desa diantaranya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa-6 tahunan), Rencana Kerja Pembangunan (RKP Desa- 1 tahunan) dan Rencana Anggaran dan Pendapatan Desa (RAPB Desa) secara partisipatif sebagai dokumen yang memuat arah pembangunan desa. Penyusunan perencanaan tersebut dilakukan melalui mekanisme musyawarah yang disebut musyawarah desa (musdes) dan musyawarah perencanaan pembangunan desa (musrenbangdes). Musdes dan musrenbangdes dilakukan secara partisipatif, dengan melibatkan perwakilan dari kelompok-kelompok yang ada di desa dan pentahapan proses penggalian gagasan berdasarkan aspirasi dan kebutuhan kelompok warga termasuk diantaranya adalah anak-anak. Anak-anak seringkali menjadi kelompok yang terabaikan dalam proses perencanaan. Oleh karena itu peran dari co-fasilitator adaToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
7
lah untuk mendampingi kelompok-kelompok anak yang akan diikutsertakan dalam musrenbangdes. Tetapi untuk mendampingi kelompok anak ini, perlu dibekali dengan penguatan kapasitas dalam hal regulasi dasar tentang desa melalui UU Desa dan Perda Kabupaten Sigi yang terkait dengan desa. Undang-Undang Desa sangat berbeda dengan Undang-Undang No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah. Karena dalam UU Desa ini sangat diutamakan proses yang disebut Self Governing Community (kemandirian kelompok masyarakat). Untuk itulah peningkatan kapasitas co-fasilitator sangat diperlukan untuk menjadi mitra strategis pemerintah desa dalam menyusun perencanaan yang berpihak pada kelompok rentan termasuk anak. Tujuan
Waktu
Metode Alat Lembar Bantu Belajar Bahan Bacaan
8
• Peserta Mengetahui bahwa spirit kelahiran UU Desa No 6/2014 penting bagi perubahan tata kelola desa • Peserta memahami poin-poin penting yang ada dalam UU Desa No 6/2014 • Peserta mempunyai pemahaman tentang perubahan dan atau pembaharuan yang perlu dilakukan di desa masing-masing • 60 menit • • • • • • • •
Pemutaran Video Singkat Sosialisasi UU Desa Pemutaran Video Singkat Perencanaan Pembangunan Desa Tanya Jawab LCD Projector Alat tulis Flipchart Metaplan Tidak ada
• Undang-Undang No 6/2014 Tentang Desa
Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
TAHAPAN PROSES Curah Pendapat tentang Desa - 10 Menit A.
Fasilitator berdiskusi dengan peserta tentang apa yang dimaksud dengan “Desa”
B.
Jawaban dari peserta ditulis dalam flipchart / metaplan dan ditempelkan di tempat yang telah disediakan
C.
Fasilitator menarik benang merah dalam setiap kata-kata baru dari peserta, kemudian merangkaikan menjadi satu kalimat yang mempunyai makna tentang desa.
Pemutaran Video Sosialisasi Undang-Undang Desa No 6/2014 - 20 Menit A.
Fasilitator memutarkan video singkat tentang Sosialisasi Undang-Undang Desa
B.
Fasilitator memutarkan video singkat tentang Perencanaan Pembangunan Desa
Tanya Jawab - 30 menit A.
Fasilitator mendiskusikan dengan peserta apa saja kata-kata kunci yang ada dalam video tersebut, menuliskannya dalam metaplan dan menempelkannya di dinding
B.
Fasilitator memberikan penjelasan atas poin-poin penting yang diperoleh dari peserta dan menghubungkan dengan tujuan diberlakukannya UU Desa
BAHAN BACAAN:
MEMULIAKAN DAN MEMPERKUAT DESA MENJADI DESA MANDIRI (Paparan Menteri Desa dan PDT pada Seminar Nasional di STPMD APMD Yogyakarta) VISI PRESIDEN JOKOWI: TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG MISI PRESIDEN JOKOWI: 1.
2. 3. 4. 5. 6.
Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan negara hukum Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera Mewujudkan bangsa yang berdaya saing
Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan
SEMBILAN AGENDA STRATEGIS PRIORITAS (NAWA CITA) 1.
Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan
ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
9
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
rasa aman pada seluruh warga negara.
Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya
Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia
Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional.
Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan strategi ekoomi domestik Melakukan Revolusi Karakter Bangsa
Memperteguh Kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia
Prioritas Mewujudkan Nawacita:
1. 2.
3.
Prioritas Sektoral: Pangan, Energi, Maritim dan Kelautan serta sektor Pariwisata
Prioritas Kewilayahan: Desa, Daerah Pinggir, Kawasan Timur (termasuk Kalimantan) dan Desa di Kawasan Perbatasan Prioritas karena wajib dengan sendirinya: Pendidikan, Kesehatan, Perumahan
(Sumber: Paparan Menteri PPN/ Kepala Bappenas, tgl 7 November 2014 di Kemenkeu)
Misi Sesuai UU Desa untuk mewujudkan Desa yang kuat, maju, mandiri, demokratis dan sejahtera, dengan meningkatkan hal-hal di bawah ini:
1. 2.
3. 4.
10
Di bidang pemerintahan: Efektif, profesional, transparan dan akuntabel
Di bidang pembangunan: peningkatan kualitas hidup manusia, penanggulangan kemi-
skinan dan kesejahteraan
Di bidang kemasyarakatan: kerukunan, kegotongroyongan, solidaritas, swadaya dan kebersamaan
Di bidang pemberdayaan: kesadaran, kapasitas dan prakarsa lokal
Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
Misi dan TujuanMenteri Desa Memuliakan dan Memperkuat Desa Pilar
Misi dan Tujuan
Pemerintahan
• • • • •
Pembangunan
• • • •
Pemberdayaan
• • •
Kemasyarakatan
• • • •
Menuju Desa Mandiri: •
• • •
Memperkuat penyelenggaraan pemerintahan desa yang efektif, profesional, transparan dan akuntabel. Memperkuat kepala desa sebagai pemimpin masyarakat.
Meningkatkan kapasitas penyelenggaraan pemerintahan desa.
Memperkuat kinerja pemerintah desa dalam memberikan pelayanan publik kepada warga
Mengoptimalkan dana/keuangan desa dan aset desa untuk kesejahteraan rakyat. Memperkuat desa sebagai subyek pembangunan.
Meningkatkan kualitas hidup manusia dan menanggulangi kemiskinan.
Meningkatkan /mengembangkan potensi ekonomi desa menjadi ekonomi produktif
Membangun infrastruktur dan meningkatkan sumber-sumber ekonomi di kawasan perdesaan untuk membuka akses ekonomi desa, membuka lapangan pekerjaan dan memacu pertumbuhan ekonomi Membangkitkan prakarsa, kemampuan, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa Memperkuat emansipasi lembaga/organisasi masyarakat.
Meningkatkan kesadaran hak an kewajiban masyarakat desa.
Melindungi, melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa. Memperkuat ketahanan sosial budaya masyarakat Desa Memelihara kerukunan sosial dan kegotongroyongan.
Memupuk kebersamaan dan aksi bersama antara pemerintah desa, lembaga-lembaga desa, dan masyarakat.
Desa menyiapkan dan menjalankan perencanaan pembangunan sesuai dengan kewenangan desa, kebutuhan dan kepentingan lokal yang mengoptimalkan potensi dan aset lokal. Desa mampu menyediakan pelayanan dasar kepada masyarakat seperti air bersih, Posyandu dan poskesdes untuk kesehatan. Desa mampu memenuhi kebutuhan masyarakat seperti pangan dan energi.
Dalam jangka panjang desa mampu menyediakan lapangan pekerjaan dan pendapatan desa yang memadai.
ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
11
Kewenangan Lokal Kunci Desa Mandiri: No
Mandat Pembangunan ( Jenis Kewenangan Lokal (Desa) UU Desa)
1
Pelayanan Dasar
2
Sarana dan Prasarana
3
Pengembangan Ekonomi Lokal
4
SDA dan Lingkungan
Prasyarat dan Revolusi Mental • • • • • •
•
Posyandu, penyediaan air bersih, PAUD, sanggar belajar, sanggar seni budaya, perpustakaan desa, dll Jalan desa, jalan usaha tani, embung desa, rumah ibadah, sanitasi lingkungan, balai rakyat, irigasi tersier, lapangan, taman desa, dll. Pasar desa, usaha kecil berbasis desa, karamba ikan, lumbung pangan, benih, ternak kolektif, energi mandiri, buah dan sayur mayur, BUMDes, tambatan perahu, wisata desa Hutan dan kebun rakyat, hutan bakau, pengelolaan sampah, dll.
Perubahan posisi desa dari obyek pembangunan menjadi subyek pembangunan. Perubahan dari tradisi proposal ke tradisi perencanaan yang matang.
Kepala desa hadir sebagai pemimpin masyarakat yang sejati: mempunyai visi, kemauan dan keberanian.
Penyelenggaraan pemerintahan, termasuk pengelolaan keuangan, secara demokratis (transparan, partisipatif dan akuntabel). Kebersamaan dan gotong royong antara pemimpin desa, lembaga-lembaga desa, dan masyarakat.
Pemerintah tidak boleh “cuci tangan”, tidak boleh “campur tangan” terlalu dalam, melainkan memberikan “uluran tangan” kepada desa dengan prinsip tut wuri handayani.
Kemitraan antara pemerintah, perguruan tinggi, organisasi masyarakat sipil, perusahaan dan lembaga-lembaga internasional dalam mendukung pemberdayaan dan penguatan kapasitas desa.
Konsolidasi kelembagaan, kebijakan, program dan anggaran pemerintah agar tercipta “satu desa, satu perencanaan, satu anggaran”.
SESI 3 : MEMOTRET KONDISI DESA
GAMBARAN DESA MENURUT CO-FASILITATOR Selama ini kita mengenal desa sebagai tempat yang bernada “pinggiran,” jauh dari keramaian dan hiruk pikuk kesibukan warganya karena mempunyai penduduk mayoritas petani dan peternak. Desa sering digambarkan mempunyai bentang alam yang sungguh indah, mulai dari alam pegunungan yang lengkap dengan hutan, areal persawahan dan perkebunan, serta lokasi hunian. Juga wilayah pantai yang lengkap dengan kehidupan para nelayan yang sederhana dan sumpek, aroma ikan yang menyengat dan cenderung kumuh karena minim upaya kebersihan lokasi pemukiman yang bera-
12
Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
da di pinggiran pantai. Selain itu masyarakat pedesaan sering digambarkan sebagai masyarakat yang cukup peduli, atau biasa disebut masyarakat patembayan, kuat dalam suasana gotong royong dan kekeluargaan. Itulah gambaran desa secara umum, tetapi bagaimana harapan UU Desa terhadap konsep kemandirian desa? Desa diharapkan menjadi tuan rumah bagi warganya, desa yang sering diwakili oleh pemerintah desa dan lembaga desa diharapkan mampu menjembatani dan mewujudkan apa yang menjadi kebutuhan masyarakatnya. Seluruh elemen masyarakat yang ada di dalamnya perlu dirangkul untuk kemudian diakomodir kebutuhannya melalui penggalian gagasan dan tahapan perencanan pembangunan yang diprakarsai oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai lembaga desa melalui mekanisme musdes atau oleh pemerintah desa melalui tahapan musrenbangdes. Namun kelahiran UU No 6/2014 yang memberi kewenangan kepada desa untuk mengatur dan merencanakan sendiri programnya dengan semboyan “One Village, One Planning, One Budgeting” ini banyak yang meleset. Hal tersebut nampak jelas dari bagaimana pemerintah desa menata desanya, baik dalam hal infrastruktur, administrasi, pelayanan publik, pengadaaan sarana-prasarana maupun penguatan kapasitas yang bertujuan untuk membangun karakter warganya. Hal ini dilukiskan oleh rekanrekan co-fasilitator dalam bentuk “Potret Desa” yang apa adanya, sesuai dengan apa yang dilihat, dirasakan dan ditemukan di desa masing-masing. Gambaran tentang desa tersebut tentu masih sangat jauh dari cita-cita yang ada dalam UU No 6/2014, tetapi perkembangan dan pembangunan karakter desa sangat perlu dihidupkan dari peran serta co-fasilitator, sebuah kelompok masyarakat yang melibatkan diri untuk mendampingi anak-anak menuju cita-cita desa yang sejahtera dan ramah anak. Tujuan
Waktu
Metode
• Peserta lebih mengenal kondisi desanya lengkap dengan potensi dan permasalahan di dalamnya • Peserta mempunyai kemampuan untuk menjelaskan hal-hal yang paling menarik dan perlu diperbaiki di desanya masing-masing • Peserta mampu memahami apabila akan menjadi pendamping maka perlu mengenali situasi desa secara lengkap termasuk mitra strategis yang bisa diajak kerjasama dalam upaya pelibatan anak dalam musrenbangdes • 90 menit
• Menggambar desa masing-masing dengan muatan: kondisi alam, pusat pemukiman, pemerintahan, keramaian, potensi / kekayaan desa, lokasi yang sering menjadi daerah rawan • Presentasi / paparan • Diskusi / tanya jawab
ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
13
• • • • • • •
Alat
Lembar Bantu Belajar
Bahan Bacaan
Alat tulis Flipchart / plano Krayon/pensil warna Penggaris Koran bekas Lem Gunting
• (Sketsa Desa Balane) • Tidak ada
TAHAPAN PROSES Menggambar Potret Desa - 30 menit A. B.
C.
Fasilitator meminta peserta untuk berkelompok per desa dan menggambar kondisi desa masing-masing. Fasilitator menjelaskan bahwa gambar dilengkapi dengan: kondisi alam, pusat pemukiman, pusat pemerintahan, pusat keramaian, potensi / kekayaan desa, lokasi yang sering menjadi daerah rawan Fasilitator menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan lokasi pusat kerawanan itu meliputi: daerah rawan bencana, kecelakaan maupun rawan kajahatan
Presentasi Masing-masing kelompok - 20 menit A. B.
Masing-masing kelompok desa mempresentasikan gambarnya secara bergantian kepada kelompok lainnya Apabila penjelasan atas gambar belum jelas, maka fasilitator membuka kesempatan untuk tanya jawab
Rangkuman Fasilitator - 10 menit A.
14
Fasilitator merangkum poin-poin penting dari setiap presentasi diantaranya tentang: potensi, permasalahan, bentuk dan pusat keramaian, bentuk dan jenis kerawanan. Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
B.
Kemudian poin-poin itu ditulis dalam metaplan dan ditempelkan untuk menjadi fokus pembahasan sekaligus menemukan solusi atas temuan dan menghubungkan dengan tahapan materi dan proses selanjutnya
SESI 4 : BELAJAR PERATURAN DAERAH TENTANG DESA PERATURAN DAERAH
KABUPATEN SIGI SULAWESI TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA
Banyak yang masih beranggapan bahwa peraturan daerah maupun peraturan-peraturan lainnya itu masih milik segelintir kelompok maupun institusi. Masyarakat sangat susah mengakses, apalagi memiliki. Portal resmi kabupaten pun hanya memuat dokumen-dokumen peraturan daerah yang sudah lawas, sedangkan peraturan-peraturan baru minim sekali diunggah di website sesuai dengan tanggal ataupun bulan diberlakukannya.
Kiranya hal itupun yang dialami oleh Tim Panitia dari WVI ketika mencoba mengakses dokumen Peraturan Daerah Kabupaten Sigi tentang Desa. Dokumen publik tersebut masih masih menjadi dokumen rahasia dan sulit diakses, banyak alasan yang disampaikan: tidak punya soft file-nya, belum mendapat ijin dari atasan, atasan tidak ditempat, dan masih banyak alasan lainnya. Namun akhirnya tim memperoleh satu dokumen yakni Peraturan Daerah Kabupaten Sigi No 5 / 2015 tentang Pemilihan Kepala Desa setelah berdiskusi dan memberikan penjelasan tentang maksud permohonan tersebut. Oleh karena itu Peraturan Daerah tentang Pemilihan Kepala Desa inilah yang menjadi sarana belajar para peserta ToF di hari pertama sesi ke-4. Membaca sebuah peraturan perundang-undangan tidaklah mudah, cenderung membosankan, karena menggunakan bahasa baku dan monoton. Oleh karena itu perlu strategi dari fasilitator agar peserta bisa membaca peraturan dengan cara yang menyenangkan dan mendapatkan poin-poin yang cukup penting. Beberapa hal yang menjadi sarana belajar dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sigi Tentang Pemilihan Kepala Desa ini terkait dengan: Prasyarat Pencalonan, Proses Pemilihan, Kriteria Pemilih, Masa Jabatan Kepala Desa dan Pemilihan Antar Waktu Kepala Desa. Poin-poin utama inilah yang dipelajari secara bersama oleh para co-fasilitator ToF mitra WVI Sigi.
Proses belajar dilakukan dengan metode belajar kelompok dan mencatat temuantemuan yang dianggap penting dalam pasal-pasal yang ada. Peraturan yang terdiri dari XIV Bab dan 67 pasal dan dilengkapi dengan penjelasan tersebut menjadi satu-satunya dokumen peraturan yang dipelajari secara bersama, dicatat kemudian dipresentasikan dan dikumpulkan untuk kemudian didokumentasikan sebagai bagian dari proses penguatan kapasitas co-fasilitator. ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
15
Tujuan
Waktu
• Peserta mengenal Salah Satu Peraturan Daerah Kabupaten Sigi tentang Desa khususnya Pemilihan Kepala Desa • Peserta mempunyai kemampuan untuk menentukan poinpoin penting dalam pasal-pasal dalam Peraturan Daerah tersebut • Peserta mampu memberikan penjelasan mengapa poin dalam pasal yang dipilihnya itu merupakan hal yang penting untuk dipahami oleh seorang co-fasilitator pendamping anak • Peserta mampu berdialog dengan tim dari satu desa untuk menentukan prioritas pasal yang dianggap penting dan dipilih menjadi poin yang mewakili kelompok • 60 menit
Lembar Bantu Belajar
• Membaca / Mencermati Per Kelompok Desa Perda Kab. Sigi No 5/2015 tentang Pemilihan Kepala Desa • Membuat Rangkuman Poin-Poin Utama • Diskusi / tanya jawab • Alat tulis • Flipchart / plano • Metaplan • Kertas HVS • Tidak Ada
Bahan Bacaan
• Tidak Ada
Metode Alat
TAHAPAN PROSES Membaca Peraturan Daerah Kabupaten Sigi No 5/2015 Tentang Pemilihan Kepala Desa - 30 menit A. B.
C.
16
Fasilitator meminta peserta untuk duduk berdasar desa
Fasilitator bersama panitia membagikan 1 bendel Perda Kab. Sigi tentang Pemilihan Kepala Desa (peraturan dan penjelasan) kepada masing-masing desa. Satu kelompok 1 bendel peraturan dan juga lembaran kertas kerja (HVS)
Setiap kelompok kemudian membaca bersama dan mencatat pasal-pasal yang dianggap penting dan didiskusikan pasal mana yang akan menjadi prioritas kelompok Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
Presentasi Hasil Pencermatan Perda - 20 menit A. B.
Peserta membacakan hasil temuan yang menjadi pasal-pasal prioritas dari setiap desa Fasilitator memberikan pertanyaan penegasan, mengapa memilih pasal tersebut dan apa yang membuat pasal tersebut menarik untuk dipilih
Kesimpulan Atas Pasal-Pasal Prioritas Hasil Pencermatan Kelompok - 10 Menit
A. B. C.
Fasilitator menarik benang merah dan menuliskan menjadi poin-poin strategis Perda Kabupaten Sigi Tentang Pemilihan Kepala Desa ke dalam metaplan Fasilitator memberikan penjelasan singkat mengapa peserta perlu memahami bagaimana proses pemilihan kepala desa
Fasilitator memberikan kesimpulan akhir tentang hubungan antara peran dan fungsi co-fasilitator dalam proses mempersiapkan calon-calon pemimpin masa depan terutama melalui tahapan pendampingan kepada anak dalam musrenbangdes secara tepat dan berkelanjutan
Penutupan Hari Pertama - 5 Menit
A. B. C.
Fasilitator menutup rangkaian kegiatan hari pertama dengan ucapan terima kasih kepada para peserta
Fasilitator mengingatkan bahwa proses hari ke-2 akan dimulai tepat pukul 09.00 dengan didahului dengan review hari ke-1.
Peserta diharapkan mencatat poin-poin penting yang diperoleh dalam proses pembelajaran hari pertama dan disampaikan dalam review awal proses hari ke-2
CATATAN FASILITATOR: 1.
2. 3.
4.
Dalam proses ToF yang baru pertamakali dilaksanakan untuk para co-fasilitator, sebaiknya dibangun gaya fasilitasi yang mencairkan suasana sekaligus tertib dan tegas, sehingga mengurangi batas sebagai pengajar dan murid Ruang partisipasi bagi semua peserta hendaknya dibangun oleh fasilitator, sehingga setiap peserta bebas menyampaikan ide dan gagasan tanpa tekanan
Apabila terjadi kebekuan dan kemandegan dinamika kelas, maka fasilitator wajib menghidupkan suasana dengan memberikan ice breaking/permainan/rehat bagi peserta. Pilihan permainan disesuaikan dengan kondisi ruangan, kelompok umur peserta, latar belakang peserta dan tujuan akhir ToF. Hal ini akan mempermudah peserta untuk menerima dan bahkan mengimplementasikan permainan di desa masing-masing
Fasilitator harus menjaga konteks pembicaraan agar tetap terarah / fokus pada materi yang dibahas dan juga ketat terhadap waktu. Apabila ada pembahasan materi maupun contoh kasus yang agak panjang, maka fasilitator dapat menggunakan gambaran kasus yang sama di tempat berbeda, lengkap dengan solusinya, sehingga solusi semakin akurat dan berdasar pengalaman dan fakta.
ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
17
HARI KE
2
Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
HARI KEDUA PEMETAAN KONDISI ANAK DAN ANALISIS KEKUATAN UNTUK PERUBAHAN
ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
19
SESI 5 : POTRET ANAK PEMETAAN KONDISI ANAK DI DESA MITRA
Kondisi anak sebagai salah satu kelompok rentan masih minim keberpihakan. Setidaknya hal itu secara riil bisa kita lihat dalam perencanaan dan belanja pembangunan desa tahunan. Minimnya keberadaan dan penataan ruang-ruang publik di desa-desa semakin memperkuat bahwa saat ini perencanaan pembangunan masih mengutamakan sisi fisik, dan belum sampai pada menumbuhkan rasa nyaman bagi penghuninya, terutama anak-anak. Nyaman untuk bersosialisasi dengan cara bermain dengan teman-teman sebayanya, nyaman karena tidak bermain di tempat yang rawan kejahatan dan kecelakaan dan juga nyaman akan ruang terbuka hijau yang memberi keindahan dan kesehatan. Tekanan ekonomi keluarga karena faktor kemiskinan, kekerasan dalam rumah tangga, ketidakharmonisan keluarga, pergaulan bebas, pernikahan dini, bahaya merokok, narkoba dan minuman keras, banyaknya orang dewasa yang mabuk di ruang publik, anak putus sekolah, serta maraknya perkembangan teknologi baik berupa internet maupun gadget semakin memperparah laju tumbuh-kembang anak. Permasalahan di atas menjadi temuan pada saat pemetaan kondisi anak di 9 desa mitra WVI yang menjadi peserta ToF co-facilitator ini. Bahkan yang paling banyak ditemukan adalah adanya pergaulan bebas yang akhirnya memunculkan kasus Pernikahan Dini yang ada di sebagian desa mitra. Inilah saatnya menghidupkan peran kelompok-kelompok masyarakat, seperti para co-fasilitator pendamping anak ini yang sebaiknya didukung oleh pihak pemerintah desa untuk meminimalisir maraknya kasus-kasus yang bertentangan dengan hak anak. Pemetaan kondisi anak-anak ini akan menjadi salah satu upaya para co-fasilitator untuk menggunakan pendekatan dalam proses pendampingan kelompok-kelompok anak dengan berbagai stakeholders strategis di masing-masing desa melalui tahapan-tahapan pra-musrenbangdes dan musrenbangdes. Tujuan
Waktu Metode
20
• Peserta mengenal dengan baik kondisi anak yang akan didampinginya terutama dari sisi permasalahannya • Memunculkan argumen logis dari peserta atas temuan masalah dan mengapa itu menjadi masalah bagi desa • Peserta berani tampil dan memberikan penjelasan bahwa masalah yang ada tersebut perlu menjadi bahan usulan dalam proses musrenbangdes • 90 menit
• • • •
Review Poin-poin penting hari pertama Menggambar masalah anak di desa masing-masing Presentasi / Paparan Diskusi / tanya jawab Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
• • • • • • • •
Alat
Lembar Bantu Belajar
Bahan Bacaan
Alat tulis Flipchart / plano Metaplan Kertas HVS Krayon/pensil warna Solatip Lem Koran bekas
• gambar temuan masalah dari Desa Sibedi • Tidak Ada
TAHAPAN PROSES Review Poin-Poin Penting Hari Pertama - 15 menit A. B. C.
Fasilitator meminta peserta untuk mengulang kembali materi apa yang masih diingat di hari pertama dengan metode penunjukan acak
Fasilitator merangkum poin-poin penting hari pertama yang telah disampaikan oleh peserta dan menuliskannya dalam kertas plano/flipchart
Fasilitator menghubungkan apa yang telah dipelajari pada hari pertama dan materi yang akan dipelajari pada hari ke-2
Menggambar Permasalahan Anak - 40 menit
A.
Fasilitator membagikan kelengkapan menggambar kepada masing-masing kelompok desa berupa: kertas plano, krayon/pensil warna, penggaris, lem, gunting
C.
Peserta menggambarkan kondisi anak dengan segala permasalahan yang menjadi hasil diskusi di masing-masing desa
B.
Koran / majalah bekas disediakan di meja dan bisa digunakan oleh kelompok yang membutuhkan
ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
21
Paparan / Presentasi dan tanya jawab - 30 menit A. B.
Fasilitator mempersilahkan setiap desa yang sudah siap untuk menyampaikan hasil gambaran permasalahannya Fasilitator membuka ruang diskusi dan tanya jawab atas hasil paparan
Rangkuman Atas Hasil Paparan - 5 menit
A. B.
Fasilitator mencatat dan menuliskan alasan-alasan utama dan temuan masalah - kunci yang menjadi keprihatinan di masing-masing desa ke dalam metaplan
Fasilitator menempelkan permasalahan-permasalahan kunci tersebut ke dalam kertas plano sebagai bagian pembahasan dalam sesi berikutnya
SESI 6 : ANALISIS KONDISI ANAK KATEGORISAN PERMASALAHAN ANAK MELALUI ANALISIS AKAR MASALAH
Permasalahan seringkali dianggap sebagai aib, sehingga lebih baik disembunyikan daripada dipecahkan. Hal tersebut masih sering kita jumpai terutama di wilayah yang masih berpegang pada tradisi dan agama yang cukup kuat.
Para co-fasilitator belajar bersama untuk mengenali permasalahan anak di desa masing-masing secara mendasar. Belajar menemukan akar masalahnya, dan bukan hanya masalah yang “tampak” di luar, karena bisa jadi itu hanyalah bagian dari akibat, sedangkan masalah utama belum terlihat dan terpecahkan.
Sesi ke-2 ToF bagi co-Fasilitator pendamping anak ini, melanjutkan proses sesi pertama. Setelah para peserta mencoba menemukan aneka permasalahan yang berdampak pada anak, maka sesi ke-2 ini peserta mencoba menemukan masalah yang dianggap menjadi sumber penyebab, dengan cara menggali akar masalah dan mencermati secara bersama apa yang menjadi sebab dan akibat. Sehingga masalah utama kemudian menjadi pusat terjadinya masalah yang lainnya. Tujuan
Waktu
22
• Peserta mempunyai kemampuan untuk menganalisis sumber masalah • Peserta mempunyai cara / metode untuk menemukan masalah utama di antara masalah yang menjadi temuan di desa masing-masing • Peserta berani tampil dan memberikan penjelasan bahwa masalah utama tersebut mempunyai dampak yang luar biasa bagi tumbuh-kembang anak • Peserta mengenal permainan-permainan baru yang sederhana dan bisa diterapkan saat pendampingan kelompok-kelompok anak di desanya • 90 menit
Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
Metode Alat Lembar Bantu Belajar
Bahan Bacaan
• • • • • • • •
Membuat Diagram Pohon Masalah Presentasi / Paparan Diskusi / tanya jawab Permainan “Froggy Dance” Alat tulis Flipchart / plano Metaplan Kertas HVS
• Gambar pohon masalah dari peserta • Tidak Ada
TAHAPAN PROSES Review Poin-Poin Penting Hari Pertama - 15 menit A. B. C.
Fasilitator meminta peserta untuk mengulang kembali materi apa yang masih diingat di hari pertama dengan metode penunjukan acak
Fasilitator merangkum poin-poin penting hari pertama yang telah disampaikan oleh peserta dan menuliskannya dalam kertas plano/flipchart
Fasilitator menghubungkan apa yang telah dipelajari pada hari pertama dan materi yang akan dipelajari pada hari ke-2
Menggambar Permasalahan Anak - 40 menit A.
Fasilitator membagikan kelengkapan menggambar kepada masing-masing kelompok desa berupa: kertas plano, krayon/pensil warna, penggaris, lem, gunting
C.
Peserta menggambarkan kondisi anak dengan segala permasalahan yang menjadi hasil diskusi di masing-masing desa
B.
Koran / majalah bekas disediakan di meja dan bisa digunakan oleh kelompok yang membutuhkan
Paparan / Presentasi dan tanya jawab - 30 menit A.
Fasilitator mempersilahkan setiap desa yang sudah siap untuk menyampaikan hasil gambaran permasalahannya ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
23
B.
Fasilitator membuka ruang diskusi dan tanya jawab atas hasil paparan
A.
Fasilitator mencatat dan menuliskan alasan-alasan utama dan temuan masalah - kunci yang menjadi keprihatinan di masing-masing desa ke dalam metaplan
Rangkuman Atas Hasil Paparan - 5 menit B.
Fasilitator menempelkan permasalahan-permasalahan kunci tersebut ke dalam kertas plano sebagai bagian pembahasan dalam sesi berikutnya
SESI 7 : LANJUTAN ANALISIS KONDISI ANAK MENUMBUHKAN SUASANA POSITIF BAGI ANAK DAN MASYARAKAT
Temuan permasalahan yang bersinggungan dengan anak seperti banyaknya kasus pernikahan dini, putus sekolah, kasus narkoba dan minuman keras, dan sebagainya cukup menimbulkan kekhawatiran dari para co-fasilitator yang baru pertama kali bersentuhan dengan analisis pohon masalah. Meskipun demikian antusiasme peserta mampu memunculkan kesan positif terutama dari sisi kemauan untuk terus belajar.
Oleh karena tidak mungkin ada permasalahan tunggal, maka temuan permasalahan yang berdampak negatif bagi anak baik dari sisi pengetahuan, psikologis maupun pembentukan karakter ini perlu dianalisis lagi. Para pendamping perlu menemukan sisi-sisi positif dari kondisi negatif yang berkembang di masyarakat. Oleh karena itu dalam sesi ke-7 ini peserta akan memunculkan sifat atau kondisi positif dari masing-masing unsur negatif yang berkembang di masyarakat, sehingga dalam proses pendampingan kelompok-kelompok anak baik ketika mempersiapkan pra-musrenbangdes maupun musrenbangdes, seorang co-fasilitator mampu memberi arah agar kelompok-kelompok anak ini bisa mengarah pada perkembangan proses yang positif, menghindari kondisi negatif, memberikan suasana pembelajaran dan saling mencerdaskan yang diintegrasikan dalam usulan-usulan perencanaan pembangunan desa. Tujuan
Waktu
24
• Peserta mempunyai kemampuan untuk menentukan masalah utama • Peserta mampu merumuskan kondisi positif sebagai kondisi yang akan dicapai melalui proses pendampingan • Peserta mempunyai kemampuan membuat peta jalan dan benang merah untuk menyelesaikan masalah utama dengan cara mewujudkan dan mengembangkan suasana positif bagi anak dan masyarakat • Peserta mengenal permainan-permainan baru yang sederhana dan bisa diterapkan saat pendampingan kelompok-kelompok anak di desanya • 60 menit
Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
Lembar Bantu Belajar
• Memilih Masalah Utama dalam Pohon Masalah • Membuat Analisis Pohon Masalah dengan Meletakkan Masalah Utama sebagai isu sentral dan mengembangkan sebab dan akibat dalam bentuk kondisi yang positif • Presentasi / Paparan • Diskusi / tanya jawab • Permainan “Aku Tahu, Paham Siap” • Alat tulis • Flipchart / plano • Metaplan • Kertas HVS • Tidak Ada
Bahan Bacaan
• Tidak Ada
Metode
Alat
TAHAPAN PROSES Menentukan Masalah Utama - 15 menit A. B. C.
Panitia membagikan kertas HVS dan atau metaplan kepada para peserta
Fasilitator meminta peserta untuk mencermati kembali masalah utama yang sudah dipilih dalam analisis pohon masalah
Peserta menentukan kembali sumber masalah utama dan menempatkannya di posisi sentral / tengah
Mengubah Kondisi Negatif Menjadi Positif - 30 menit A. B.
Peserta melihat kembali kondisi-kondisi negatif yang menjadi sebab dan akibat terhadap isu sentral tersebut kemudian membuat setiap kondisi tersebut menjadi kondisi positif agar isu sentral tidak terjadi Peserta kemudian membuat diagram dan menempatkan kembali isu sentral di tengah dan menempatkan kondisi-kondisi positif dengan anak panah terbalik dan tulisan “ agar tidak terjadi .....(isu sentral) maka .....”
Presentasi / Paparan dan tanya Jawab - 15 menit A. B. C. D.
Fasilitator meminta kelompok yang sudah siap untuk secara sukarela memaparkan hasilnya diskusinya Peserta memaparkan dan memberikan penjelasan hasil diskusi kelompoknya
Fasilitator membuka ruangan untuk klarifikasi dan tanya atas hasil paparan tiap peserta Fasilitator memberikan rangkuman atas proses, tujuan tahapan, dan benang merah antar sesi kepada peserta ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
25
SESI 8 : MERANCANG PERUBAHAN DARI KEKUATAN BELAJAR MEWUJUDKAN DESA RAMAH ANAK MELALUI JURNALISME POSITIF
Saat ini mulai banyak daerah yang mengembangkan program Desa Ramah Anak (DRA). Meskipun pengembangan tersebut belum diimbangi dengan pembangunan sarana dan prasarana yang memadai serta kebijakan / peraturan yang berpihak pada program tersebut. Hal itu cukup bisa dipahami, karena minimnya pemahanan tentang Hak Anak, baik di tingkat pemda maupun desa.
Oleh karena itu, bisa kita lihat saat ini masih banyak desa-desa yang tidak mempunyai kebijakan tentang tata ruang yang berpihak pada anak, program yang melibatkan anak atau program yang menyasar anak secara berkesinambungan. Dalam ToF co-facilitator dari 9 desa mitra WVI Sigi ini, fasilitator mencoba memberikan metode bahwa kondisi sebuah masyarakat yang masih banyak mempunyai permasalahan, bisa diubah menjadi sebuah kondisi yang ramah, aman dan nyaman bagi anak maupun mereka yang menjadi kelompok rentan. Maka, selain mencoba menggali berbagai permasalahan, membuat prioritas isu sentral dan mencoba untuk menarik sebab dan akibatnya, para peserta diberi tugas untuk menghubungkan proses tersebut dengan kejadian di luar wilayahnya yang mampu menjawab / meminimalisir / menjadi solusi atas permasalahan yang terjadi di desanya. Caranya adalah dengan memilih berita/informasi jurnalistik yang positif dari media yang ada di wilayah tersebut, kemudian peserta membuat analisis dan memberikan penjelasan bahwa berita yang mereka pilih bisa menjadi solusi/antisipasi agar permasalahan tersebut terminimalisir atau tidak terulang lagi. Informasi yang banyak dipilih untuk menjawab temuan permasalahan di desa para peserta banyak terkait dengan informasi tentang pendidikan dan proses tumbuh kembang anak yakni: 1) model pendidikan vokasi, 2) mengasah kecerdasan emosional anak, 3) gerakan budaya membaca, 4) peran orang tuan dalam perkembangan anak, 5) budaya sinema belum terbentuk, 6) memperketat pengawasan agar narkoba tidak masuk kampus, 7) sediakan buku agar penumpang tak main ponsel, 8) persiapan menjadi usahawan bagi siswa SMK dan 9) model pembelajaran yang menyenangkan. Tujuan
Waktu
26
• Peserta mempunyai ketrampilan untuk memilih berita yang memberi pencerahan dan bermanfaat • Peserta mampu menganalisis mengapa sebuah berita bernilai positif dan mempunyai spirit membangun • Peserta mempunyai kemampuan untuk menemukan salah satu sarana mendampingi anak-anak melalui pola baca berita • Peserta menemukan model baru peningkatan minat baca anak • 90 menit
Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
Metode
Alat
Lembar Bantu Belajar
Bahan Bacaan
• • • • • • • • • • • •
Membaca media “ koran” Memilih salah satu berita yang ada di koran / majalah Menempelkan berita Diskusi dan presentasi Tanya jawab Alat tulis Flipchart / plano Kertas HVS Pensil warna / krayon Koran / majalah bekas Gunting Lem
• Gambar skema pohon masalah dari salah satu peserta • Salah satu berita yang dipilih oleh peserta
TAHAPAN PROSES Memilih Berita yang Informatif dan Bernilai Positif - 30 menit A. B. C. D.
Fasiliator membagikan koran / majalah kepada peserta dalam jumlah yang agak banyak agar peserta bebas memilih
Fasilitator dan panitia juga membagikan kertas HVS dan spidol kepada peserta per desa Peserta memilih koran dan alternatif berita yang bisa menjadi solusi yang dianggap sesuai dengan permasalahan yang ada di desa Berita yang telah dipilih kemudian digunting dan ditempelkan dalam kertas HVS yang telah disediakan
Memilih Prioritas Masalah dan Solusi Masalah - 30 menit
A.
Guntingan berita yang telah ditempelkan di kertas HVS kemudian dipelajari secara bersama oleh tim desan
ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
27
B. C.
D.
Setiap kelompok menuliskan alasan mengapa berita itu yang dipilih dan hubungkan dengan kondisi permasalahan yang ada di desa masing-masing
Kemudian permasalahan utama yang ada di desa diletakkan sebagai sentral isu dan kemudian buat skema sebab akibat (salah satunya berdasarkan berita yang dipilih) agar masalah tersebut dapat diminimalisir bahkan dihilangkan Sepakati dengan tim desa dan putuskan skema secara bersama
Presentasi / Paparan dan Tanya Jawab - 25 menit
A. B. C.
Fasilitator mempersilahkan setiap desa untuk mempresentasikan hasil kesepakatan dan alasannya memilih berita
Peserta mempresentasikan hasil diskusinya serta hubungan sebab akibat antara pilihan berita dan permasalahan di wilayahnya dalam bentuk skema
Fasilitator memberikan penegasan atas poin-poin utama dari setiap presentasi dan menuliskannya dalam metaplan serta menempelkannya di papan yang telah disediakan
Rangkuman dan Penutupan Proses Hari kedua - 5 menit
A. Fasilitator menutup rangkaian proses hari ke-2 dengan penjelasan tahapan proses dan poin-poin penting B. Fasilitator mengingatkan peserta untuk mempersiapkan review hari ke-2 di hari ke-3
BAHAN BACAAN:
Peran Orang Tua Dalam Perkembangan Anak (Klasika Kompas, 30/10/2015). Orang tua mana yang tak ingin melihat anak-anaknya tumbuh berkembang secara optimal? Untuk itu orang tua perlu pemahaman tentang seluk beluk pertumbuhan anak terutama masalah kesehatan anak. Anak yang sehat tentu lebih mampu mengembangkan potensi dirinya sehingga dapat tumbuh secara optimal.
Sejak mengandung, seharusnya seorang wanita mulai memberi perhatian kepada janin yang tumbuh di rahimnya dengan menjaga kesehatan tubuhnya. Menurut penelitian, kondisi kesehatan ibu berpengaruh besar pada janin. Ibu hamil yang menderita penyakit tertentu seperti rubella (campak jerman) dapat menularkan pada janin. Ibu hamil pengguna zat adiktif dapat memberikan pengaruh buruk pada janin. Oleh karena itu, hindari semua kebiasaan buruk pada masa kehamilan. Faktor gizi ibu hamil juga memegang peranan penting karena janin memperoleh makanan dari aliran darah ibunya melalui plasenta. Makanan ibu hamil harus mengandung cukup protein, lemak dan karbohidrat, agar janin tumbuh sehat. Selain itu, cukup vitamin karena kekurangan vitamin dapat mengganggu pola normal pertumbuhan janin.
Setelah bayi lahir, bukan berarti ibu boleh abai menjaga kesehatannya. Ibu yang sehat dapat merawat bayi secara optimal antara lain dengan menyusui bayi dengan air susu ibu (ASI). ASI sebagai makanan pertama bayi sangat penting untuk pertumbuhan bayi. Para ahli menganjurkan ASI diberikan secara ekslusif 6 bulan pertama kehidupan bayi. Akan lebih baik lagi jika sampai bayi berusia 2 tahun.
28
Selama masa balita, peran aktif orang tua sangat dibutuhkan anak, terutama untuk Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
menjaga agar anak mendapatkan makanan dengan gizi lengkap dan seimbang. Selain itu orang tua perlu tahu hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan balita. Selain memberikan perawatan yang terbaik bagi pertumbuhan fisik anak, ayah dan ibu bertugas menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan psikis anak. Ayah dan ibu harus mempunyai hubungan yang harmonis. Jangan lupa, usia balita merupakan masa penting dalam kehidupan seorang anak. Salah satu aspek perkembangan yang pokok selama lima tahun pertama ini adalah perkembangan kepribadian. Ayah dan ibu adalah orang pertama dan utama dalam kehidupan seorang anak serta menjadi model bagi anak mengidentifikasi diri. Anak yang mempunyai ayah dan ibu yang saling menyanyangi akan bahagia dan dapat berkembang dengan wajar. Hubungan yang harmonis memungkinkan ayah dan ibu untuk merawat, mengasuh dan mendidik anak dengan cukup perhatian dan kasih sayang. Dengan demikian, anakpun akan berkembang menjadi seorang yang punya perhatian dan kasih sayang. Rangsangan
Ayah dan ibu yang bahagia tentu selalu memikirkan kepentingan anak. Salah satunya memberikan kesempatan belajar pada anak-anak dengan menyediakan banyak rangsangan untuk anak mengembangkan aspek-aspek perkembangannya. Tugas ini sudah harus dilakukan sejak anak dalam kandungan.
Setelah anak lahir, ayah dan ibu menyediakan berbagai mainan untuk anak dan melakukan banyak aktivitas bersama, misalnya mendogeng. Semakin banyak rangsangan diberikan pada anak, semakin mudah anak menyelesaikan tugas-tugas perkembangan yang harus ia jalani dalam setiap tahapan usianya selama masa balita. Pentingnya peran ayah dan ibu tak perlu diragukan lagi, lebih-lebih pada tahun-tahun awal kehidupan anak. Seorang anak tak akan mampu mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya tanpa keberadaan ayah dan ibu sebagai pendamping dan guru bagi anak. (IKLAN/*ACA)
CATATAN FASILITATOR:
1.
2.
3.
Membaca merupakan salah satu metode yang perlu digunakan dalam proses ToF bagi co-fasilitator kelas partisipasi anak ini. Hal tersebut berhubungan dengan menumbuhkan minat baca yang selama ini sangat minim diberbagai kalangan.
Aneka permainan sederhana, namun bisa digunakan oleh peserta di berbagai kesempatan pendampingan kiranya sangat dibutuhkan. Oleh karena itu seorang fasilitator perlu mempunyai koleksi permainan-permainan yang bisa digunakan oleh berbagai kalangan dan usia.
Dinamika kelas dan antusiasme peserta perlu dijaga dari awal sampai akhir proses, terutama hal-hal terkait dengan partisipasi aktif seluruh peserta. Usahakan menghindari dominasi salah satu peserta dengan selalu memberi kesempatan pada peserta yang jarang berbicara untuk tampil dan menyampaikan gagasannya.
ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
29
HARI KE
3
Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
HARI KETIGA PERENCANAAN PARTISIPATIF DAN PELIBATAN ANAK DALAM MUSRENBANGDES
ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
31
SESI 9 : MENGENAL PERENCANAAN PARTISIPATIF TAHAPAN PERENCANAAN PARTISIPATIF Ketika kita berbicara tentang pembangunan, maka tidak akan pernah terlepas dari yang disebut perencanaan. Perencanaan yang baik selalu direncanakan oleh, dari dan untuk masyarakat. Itulah prinsip partisipatoris yang hendaknya ada dalam setiap perencanaan. Inisiasi datang dari pemerintah lokal, dilengkapi dengan usulan dari berbagai elemen masyarakat, dimusyawarahkan dan diputuskan berdasarkan skala prioritas yang menjawab kebutuhan mendesak warga. Siklus perencanaan pembangunan di tingkat desa, berwal dari penggalian gagasan yang dilaksanakan dalam berbagai mekanisme pertemuan warga yakni: diskusi terbatas di tingkat kelompok-kelompok masyarakat / RT (Rukun Tetangga), di tingkat Dusun dan tingkat Desa. Disebut tahapan / jenjang, karena usulan dilakukan mulai dari tingkat masyarakat terkecil (kelompok) sampai dengan tingkat desa yang mempunyai unsur perwakilan elemen-elemen / unsur masyarakat termasuk anak. Tahapan perencanaan inilah yang diperkenalkan fasilitator kepada para co-fasilitator peserta ToF kelas partisipasi anak. Tujuan diperkenalkannya perencanaan partisipatif ini agar para co-fasilitator mengenal siklus perencanaan di tingkat desa, serta pengetahuan dan ketrampilan apa saja yang perlu dipersiapkan apabila mendampingi anak untuk terlibat dalam siklus yang sebagian besar terdiri dari unsur orang dewasa ini.
Oleh karena itu, penjelasan fasilitator diawali dari apakah yang disebut perencanaan, mengapa sebuah perencanaan itu penting, siapa saja yang berhak terlibat dalam perencanaan, mengapa perencanaan partisipatif diperlukan dan peran fasilitator dalam perencanaan partisipatif. Sedangkan penjelasan tentang tahapan perencanaan dimulai dari musdus, musdes, pra-musrenbangdes dan musrenbangdes. Tekanan penjelasan tentang tahapan ini untuk memberikan pemahaman di tahapan mana, seorang co-fasilitator perlu mendampingi anak dan memperjuangkan agar program yang berpihak pada hak anak bisa diakomodir dalam bentuk perencanaan program pembangunan desa. Tujuan
Waktu
32
• Peserta mempunyai pemahaman tentang perencanaan dan perencanaan partisipatif • Peserta mempunyai pemahaman tentang siklus perencanaan partisipatif di tingkat desa • Meningkatnya pengetahuan peserta tentang tahapan perencanaan berjenjang • Meningkatnya pemahaman peserta terkait dengan peran dan fungsi dalam pendampingan anak di setiap tahapan perencanaan • 90 menit
Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
Metode Alat
Lembar Bantu Belajar
Bahan Bacaan
• Review proses hari kedua • Paparan slide materi • Tanya Jawab
• • • • • • •
Alat tulis Flipchart / plano Metaplan LCD Projector TV dari Kertas Karto / Manila Microphone Tidak Ada
Materi tentang Perencanaan Partisipatif
TAHAPAN PROSES Review Hari Kedua Menggunakan Metode Reportase - 30 Menit A. B. C. D. E. F.
Fasilitator mempersiapkan perlengkapan untuk review berbentuk TV dari kertas Karto/Manila yang telah dipersiapkan oleh panitia Fasilitator menjelaskan model review dengan metode reportase
Fasilitator meminta 4 orang untuk menjadi relawan: 2 orang memegang TV Kertas, 1 orang menjadi pembawa berita dan 1 orang menjadi reporter lapangan Fasilitator memberikan contoh bagaimana metode reportase digunakan sebagai alat review Pelaksanaan Review dengan metode reportase oleh peserta
Fasilitator menggarisbawahi mengapa model ini digunakan, tujuan dan manfaat bagi dinamika proses ToF
Paparan Materi Perencanaan Partisipatif dan Tanya Jawab - 60 Menit A. B.
C.
Fasilitator memberikan pertanyaan kepada peserta “Apa yang dimaksud dengan perencanaan?” Fasilitator mempersilahkan peserta untuk memberikan jawaban atas pertanyaan tentang perencanaan dan apabila masih terjadi dominasi pembicaraan dari peserta maka fasilitator menunjuk peserta yang paling minim bicara untuk menjawab pertanyaan tersebut Fasilitator menjelaskan tentang perencanaan, perencanaan partisipatif, tahapan / siklus perencanaan partisipatif, siapa saja yang boleh terlibat, fungsi dan tujuan perenToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
33
canaan partisipatif, peran fasilitator dalam proses perencanaan partisipatif
D.
Fasilitator membuka ruang diskusi dan tanya jawab bagi peserta
E.
Fasilitator menyimpulkan di bagian mana co-fasilitator berperan dalam tahapan perencanaan partisipatif tingkat desa
BAHAN BACAAN
PERENCANAAN PARTISIPATIF Apakah Perencanaan Itu ? Perencanaan berasal dari kata rencana. Artinya rancangan atau rangka sesuatu yang akan
dikerjakan.
Kompoen penting dalam perencanaan: • • •
Tujuan (apa yg hendak dicapai)
Kegiatan (aktivitas merealisasi tujuan) Waktu (kapan kegiatan dilakukan
Perencanaan merupakan rumusan tentang langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan pada masa depan berdasarkan berbagai pertimbangan atas potensi dan faktor eksternal serta pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka mencapai tujuan tertentu Hal-hal prinsip dalam perencanaan: • • • • • •
Apa yang akan dilakukan merupakan penjabaran dari Visi dan misi. Bagaimana upaya mencapai tujuan tersebut? Siapa yang akan melakukan? Dimana lokasi kegiatan? Kapan akan dilakukan?
Sumber daya apa yang dibutuhkan?
Mengapa Perlu Perencanaan ? • • • • • •
Perencanaan sebagai proses menyusun pertimbangan, agar tindakan yang akan dilakukan merupakan proses yg disengaja dan terduga. Sebagai penentu kearah mana sumber daya akan dialokasikan.
Menyusun langkah-langkah untuk memastikan pencapaian tujuan
Membuat suatu prediksi hal-hal yang dapat menghambat pencapaian tujuan, shg merupakan tindakan antisipasi masa depan. Pemanfaatan sumber daya secara efektif dan efisien. Kebutuhan mentransformasikan masyarakat .
Prinsip Perencanaan Partisipatif: • • • •
34
Saling percaya diantara partisipan
Kesetaraan bagi semua partisipan yang terlibat Demokratis dan terbuka Nyata
Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
• • •
Taat asas dalam berfikir Partisipatoris
Terfokus pada kebutuhan warga desa
Perencanaan partisipatif memerlukan fasilitator:
•
•
Peran fasilitator sangat dibutuhkan untuk dikembangkan terutama dalam dialog, musyawarah yang tertuju pada formulasi perencanaan yang disiapkan sebagai bahan bakar program aksi. Peran ini bukan untuk mengintervensi, atau mengajari masyarakat, tetapi utk membuka ruang agar masyarakat mampu berdialog, berdiskusi, berdebat untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi masyarakat tersebut
SESI 10 : PARTISIPASI ANAK DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
PELIBATAN ANAK DALAM SIKLUS PERENCANAAN PEMBANGUNAN Proses penyusunan sebuah perencanaan bukan proses yang singkat. Perlu keterlibatan banyak pihak dan merupakan siklus yang bertahap dari tingkat kelompok, dusun sampai desa. Oleh karena itu perencanaan merupakan produk masyarakat dan bukan produk sekelompok orang terutama mereka yang mempunyai kekuasaan saja. Mengapa demikian? Karena sebuah perencanaan pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat perlu mendengarkan banyak ide dan gagasan dari elemen-elemen masyarakat, terutama untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang kecil, lemah, miskin, terpinggirkan dan berkebutuhan khusus. Anak merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian khusus, karena kebutuhan mereka sangat berbeda dengan orang dewasa. Anak merupakan elemen masyarakat yang masuk dalam kelompok rentan, oleh karena itu perlu mendapatkan perlindungan dari masyarakat yang lebih dewasa.
Selama ini, belum banyak program pembangunan desa yang secara khusus disusun / direncanakan dengan melibatkan anak sebagai salah satu subjek perencana-nya. Padahal belum tentu kebutuhan anak-anak terjawab dalam program-program pembangunan yang disusun oleh orang dewasa. Kebutuhan anak yang jarang diakomodir dalam perencanaan pembangunan desa antara lain: lingkungan yang nyaman dan sehat (termasuk di dalamnya kawasan bebas asap rokok, ruang terbuka hijau, kawasan bermain, dll), selain itu juga lingkungan yang aman dari: narkoba, minuman keras, rokok, rawan kejahatan dan kecelakaan serta bencana). Selain ketidaknyamanan dan ketidak-amanan tersebut di atas, kondisi yang paling sering berdampak pada anakanak adalah perkembangan teknologi informasi seperti internet dan gadget disamping tentu saja lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat yang kini juga marak dengan kekerasan dan pelecehan seksual. Antisipasi terhadap kondisi yang sangat berdampak pada tumbuh kembang karakter anak inilah yang perlu dijawab oleh pemerintah desa dan orang-orang yang lebih dewasa dengan cara melibatkan anak dalam penyusunan perencanaannya, sehingga program yang dimunculkan adalah sesuai dengan kebutuhan anak dan atas usulan dari perwakilan kelompok anak yang hadir dan dilibatkan dalam proses perencanaan partisipatif melalui pendampingan dari para co-fasilitator. ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
35
Tujuan
Waktu Metode
Alat
• Meningkatnya pemahaman peserta tentang arti penting pelibatan anak dalam sebuah proses perencanaan pembangunan / musrenbangdes • Meningkatnya ketrampilan peserta menemukan kata-kata kunci dalam sebuah proses belajar • Meningkatnya ketrampilan dan pemahaman peserta menyusun rangkaian kalimat berdasarkan kata-kata kunci yang bertujuan untuk memperjelas makna pentingnya melibatkan anak dalam pembangunan • 90 menit • • • • • • • •
Tanya Jawab Menemukan kata-kata kunci Diskusi Kelompok Membuat Kalimat Menggunakan Kata-Kata Kunci Saling Menilai Rangkaian Kalimat Alat tulis Flipchart / plano Metaplan
Lembar Bantu Belajar
• Tidak ada
Bahan Bacaan
• Partisipasi Anak Dalam Pembangunan Desa
TAHAPAN PROSES Diskusi Tentang Pentingnya Pelibatan Anak Dalam Musrenbangdes - 30 menit A.
B. C.
Fasilitator memberikan pertanyaan tentang “ Mengapa Proses Musrenbangdes Belum Melibatkan Anak?”
Fasilitator membuka ruang diskusi diantara peserta, dan setiap kata-kata kunci dari peserta ditulis didalam kertas plano / flipchart oleh fasilitator
Fasilitator memilih 5 kata-kata kunci hasil jawaban dari peserta yakni: Usia, Terlibat, Menikmati Perubahan, Persetujuan, Pengambilan Keputusan, Kematangan Berpikir
Membuat Rangkaian Kalimat dengan Kata-Kata Kunci - 30 menit
A. B.
36
Fasilitator membagi peserta dalam 2 kelompok
Fasilitator meminta peserta untuk membuat rangkaian kalimat dengan menggunakan kata-kata kunci tersebut Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
C.
Peserta secara berkelompok menyusun kalimat berdasarkan kata-kata kunci dengan batasan waktu 15 menit
D.
Secara bergantian fasilitator meminta masing-masing kelompok untuk menyampaikan rangkaian kalimat yang telah disusunnya
Saling Memberi Penilaian Antar Kelompok - 30 menit A.
Fasilitator mengajak peserta untuk membaca setiap kalimat secara perlahan
B.
Fasilitator memperjelas struktur dan pilihan kata yang digunakan di dalam kalimat
C.
Fasilitator memperjelas struktur dan makna kalimat menjadi kalimat yang efektif dan jelas (SPOK-nya)
D.
Fasilitator meminta setiap kelompok untuk menilai susunan kalimat nya sendiri dan kelompok lain dengan kriteria penilaian 10 – 100
E.
Fasilitator meminta 1 fasilitator dan 1 orang panitia untuk menjadi yuri dan memberikan penilaian akhir atas hasil dari 2 kelompok tersebut
F.
Tim Yuri memberikan penilaian akhir dan mengumumkan kelompok dengan nilai tertinggi
G.
Fasilitator memberikan penjelasan arah dan tujuan proses belajar menyusun kalimat ini
H.
Fasilitator bersama panitia memberikan apresiasi kepada kelompok dengan nilai tertinggi
BAHAN BACAAN
PERENCANAAN PARTISIPATIF Apakah Perencanaan Itu ? Perencanaan berasal dari kata rencana. Artinya rancangan atau rangka sesuatu yang akan
dikerjakan.
Kompoen penting dalam perencanaan: • • •
Tujuan (apa yg hendak dicapai)
Kegiatan (aktivitas merealisasi tujuan) Waktu (kapan kegiatan dilakukan
Perencanaan merupakan rumusan tentang langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan pada masa depan berdasarkan berbagai pertimbangan atas potensi dan faktor eksternal serta pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka mencapai tujuan tertentu Hal-hal prinsip dalam perencanaan: • • • • •
Apa yang akan dilakukan merupakan penjabaran dari Visi dan misi. Bagaimana upaya mencapai tujuan tersebut? Siapa yang akan melakukan? Dimana lokasi kegiatan? Kapan akan dilakukan?
ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
37
•
Sumber daya apa yang dibutuhkan?
Mengapa Perlu Perencanaan ? • • • • • •
Perencanaan sebagai proses menyusun pertimbangan, agar tindakan yang akan dilakukan merupakan proses yg disengaja dan terduga. Sebagai penentu kearah mana sumber daya akan dialokasikan.
Menyusun langkah-langkah untuk memastikan pencapaian tujuan
Membuat suatu prediksi hal-hal yang dapat menghambat pencapaian tujuan, shg merupakan tindakan antisipasi masa depan. Pemanfaatan sumber daya secara efektif dan efisien. Kebutuhan mentransformasikan masyarakat .
Prinsip Perencanaan Partisipatif: • • • • • • •
Saling percaya diantara partisipan
Kesetaraan bagi semua partisipan yang terlibat Demokratis dan terbuka Nyata
Taat asas dalam berfikir Partisipatoris
Terfokus pada kebutuhan warga desa
Perencanaan partisipatif memerlukan fasilitator:
•
•
Peran fasilitator sangat dibutuhkan untuk dikembangkan terutama dalam dialog, musyawarah yang tertuju pada formulasi perencanaan yang disiapkan sebagai bahan bakar program aksi. Peran ini bukan untuk mengintervensi, atau mengajari masyarakat, tetapi utk membuka ruang agar masyarakat mampu berdialog, berdiskusi, berdebat untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi masyarakat tersebut
SESI 10 : PARTISIPASI ANAK DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
PELIBATAN ANAK DALAM SIKLUS PERENCANAAN PEMBANGUNAN Proses penyusunan sebuah perencanaan bukan proses yang singkat. Perlu keterlibatan banyak pihak dan merupakan siklus yang bertahap dari tingkat kelompok, dusun sampai desa. Oleh karena itu perencanaan merupakan produk masyarakat dan bukan produk sekelompok orang terutama mereka yang mempunyai kekuasaan saja. Mengapa demikian? Karena sebuah perencanaan pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat perlu mendengarkan banyak ide dan gagasan dari elemen-elemen masyarakat, terutama untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang kecil, lemah, miskin, terpinggirkan dan berkebutuhan khusus. Anak merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian khusus, karena kebutuhan mereka sangat berbeda dengan orang dewasa. Anak merupakan elemen masyarakat yang masuk dalam kelompok rentan, oleh karena itu perlu mendapatkan perlindungan dari masyarakat yang lebih dewasa.
38
Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
Selama ini, belum banyak program pembangunan desa yang secara khusus disusun / direncanakan dengan melibatkan anak sebagai salah satu subjek perencana-nya. Padahal belum tentu kebutuhan anak-anak terjawab dalam program-program pembangunan yang disusun oleh orang dewasa. Kebutuhan anak yang jarang diakomodir dalam perencanaan pembangunan desa antara lain: lingkungan yang nyaman dan sehat (termasuk di dalamnya kawasan bebas asap rokok, ruang terbuka hijau, kawasan bermain, dll), selain itu juga lingkungan yang aman dari: narkoba, minuman keras, rokok, rawan kejahatan dan kecelakaan serta bencana). Selain ketidaknyamanan dan ketidak-amanan tersebut di atas, kondisi yang paling sering berdampak pada anakanak adalah perkembangan teknologi informasi seperti internet dan gadget disamping tentu saja lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat yang kini juga marak dengan kekerasan dan pelecehan seksual. Antisipasi terhadap kondisi yang sangat berdampak pada tumbuh kembang karakter anak inilah yang perlu dijawab oleh pemerintah desa dan orang-orang yang lebih dewasa dengan cara melibatkan anak dalam penyusunan perencanaannya, sehingga program yang dimunculkan adalah sesuai dengan kebutuhan anak dan atas usulan dari perwakilan kelompok anak yang hadir dan dilibatkan dalam proses perencanaan partisipatif melalui pendampingan dari para co-fasilitator. Tujuan
Waktu
Metode
Alat Lembar Bantu Belajar Bahan Bacaan
• Meningkatnya pemahaman peserta tentang arti penting pelibatan anak dalam sebuah proses perencanaan pembangunan / musrenbangdes • Meningkatnya ketrampilan peserta menemukan kata-kata kunci dalam sebuah proses belajar • Meningkatnya ketrampilan dan pemahaman peserta menyusun rangkaian kalimat berdasarkan kata-kata kunci yang bertujuan untuk memperjelas makna pentingnya melibatkan anak dalam pembangunan
• 90 menit
• • • • • • • • •
Tanya Jawab Menemukan kata-kata kunci Diskusi Kelompok Membuat Kalimat Menggunakan Kata-Kata Kunci Saling Menilai Rangkaian Kalimat Alat tulis Flipchart / plano Metaplan Tidak ada
Partisipasi Anak Dalam Pembangunan Desa
ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
39
TAHAPAN PROSES Diskusi Tentang Pentingnya Pelibatan Anak Dalam Musrenbangdes - 30 menit A.
Fasilitator memberikan pertanyaan tentang “ Mengapa Proses Musrenbangdes Belum Melibatkan Anak?”
C.
Fasilitator memilih 5 kata-kata kunci hasil jawaban dari peserta yakni: Usia, Terlibat, Menikmati Perubahan, Persetujuan, Pengambilan Keputusan, Kematangan Berpikir
A.
Fasilitator membagi peserta dalam 2 kelompok
C.
Peserta secara berkelompok menyusun kalimat berdasarkan kata-kata kunci dengan batasan waktu 15 menit
B.
Fasilitator membuka ruang diskusi diantara peserta, dan setiap kata-kata kunci dari peserta ditulis didalam kertas plano / flipchart oleh fasilitator
Membuat Rangkaian Kalimat dengan Kata-Kata Kunci - 30 menit
B.
D.
Fasilitator meminta peserta untuk membuat rangkaian kalimat dengan menggunakan kata-kata kunci tersebut Secara bergantian fasilitator meminta masing-masing kelompok untuk menyampaikan rangkaian kalimat yang telah disusunnya
Saling Memberi Penilaian Antar Kelompok - 30 menit
A.
Fasilitator mengajak peserta untuk membaca setiap kalimat secara perlahan
C.
Fasilitator memperjelas struktur dan makna kalimat menjadi kalimat yang efektif dan jelas (SPOK-nya)
B.
D.
Fasilitator memperjelas struktur dan pilihan kata yang digunakan di dalam kalimat
Fasilitator meminta setiap kelompok untuk menilai susunan kalimat nya sendiri dan kelompok lain dengan kriteria penilaian 10 – 100
E.
Fasilitator meminta 1 fasilitator dan 1 orang panitia untuk menjadi yuri dan memberikan penilaian akhir atas hasil dari 2 kelompok tersebut
G.
Fasilitator memberikan penjelasan arah dan tujuan proses belajar menyusun kalimat ini
F.
H.
Tim Yuri memberikan penilaian akhir dan mengumumkan kelompok dengan nilai tertinggi Fasilitator bersama panitia memberikan apresiasi kepada kelompok dengan nilai tertinggi
BAHAN BACAAN
PARTISIPASI ANAK dalam PROGRAM PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN Partisipasi anak dalam Konvensi Hak Anak : Kata “partisipasi” dalam KHA ada dalam pasal:
- 9 (2) : ‘partisipasi’ dalam persidangan proses pemisahan anak dengan orang tuanya
40
- 23 (1) : ‘partisipasi’ anak berkebutuhan khusus dalam masyarakat
Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
- 31(1-2) : ‘partisipasi’ dalam kegiatan budaya dan seni
- 40 (2 [b] [iv]) : partisipasi’ dalam proses hukum anak.
Partisipasi Anak – Dalam Konvensi Hak Anak (KHA) Pasal 12: Negara-negara pihak harus menjamin bagi anak yang mampu membentuk pendapatnya sendiri, hak untuk mengutarakan pendapat-pendapat tersebut dengan bebas dalam semua masalah yang mempengaruhi anak itu, pendapat itu diberi bobot yang semestinya sesuai dengan umur dan kematangan anak. Partisipasi Anak dalam UUPA No 35 Tahun 2014: Pasal 4 :
Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusian, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pasal 10 :
Setiap anak berhak untuk menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima dan mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan. Pasal 24 : Negara dan pemerintah menjamin anak untuk dapat mempergunakan haknya dalam menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasan anak. Partisipasi Anak Berarti: Keterlibatan anak dalam proses pengambilan keputusan dan menikmati perubahan yang berkenaan dengan hidup mereka baik secara langsung maupun tidak langsung, yang dilaksanakan dengan persetujuan dan kemauan semua anak berdasarkan kesadaran dan pemahaman, sesuai dengan usia dan tingkat kematangan berpikir (Kebijakan Partisipasi Anak dalam pembangunan, PerMeneg PP & PA No.3/2011) Prinsip dan Etika Partisipasi: 1.
Saling menghormati
3.
Kepentingan terbaik bagi anak
2. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Non diskriminasi / Inklusif
Sesuai dengan usia (perkembangan kapasitas anak): 12-18
Sukarela dan diberitahukan (lembar kesediaan dan persetujuan orangtua) Mengutamakan Keamanan dan perlindungan anak
Fasilitator yang berkerja bersama anak memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang tepat Lingkungan yang mendukung dan ramah anak
Menjamin monitoring, evaluasi, dan keberlanjutan dari aktivitas yang melibatkan anak ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
41
SESI 11 : PROSES MUSRENBANGDES SIMULASI PENYUSUNAN PERENCANAAN PARTISIPATIF BERDASAR PRIORITAS Banyak elemen masyarakat yang belum pernah terlibat dalam proses penyusunan sebuah perencanaan pembangunan desa. Diantaranya adalah sebagian besar co-fasilitator mitra WVI Kabupaten Sigi yang mengikuti ToF pendampingan anak dalam musrenbangdes kali ini. Oleh karena itu, fasilitator dalam salah satu metode yang digunakan adalah mengajak peserta bersimulasi dengan berdiskusi untuk mengusulkan sebuah perencanaan di tingkat kelompok masyarakat.
Proses simulasi dengan model diskusi penyusunan perencanaan partisipatif ini dimaksudkan untuk memberi pembelajaran bahwa sebuah proses menyusun program itu, semakin banyak orang yang terlibat, semakin memerlukan energi untuk mengakomodir berbagai usulan yang didasarkan pada prioritas kebutuhan masyarakat. Simulasi dibuat dengan model yang sederhana, agar para co-fasilitator bisa menemukan sendiri pembelajaran atas proses dan hasil sehingga bisa diimplementasikan ketika melakukan proses pendampingan anak mulai pra-musrenbangdes sampai dengan musrenbangdes secara efektif. Tujuan
Waktu
Metode Alat Lembar Bantu Belajar Bahan Bacaan
42
• Meningkatnya pemahaman peserta dalam menganalisis sebuah permasalahan masyarakat secara bersama • Meningkatknya ketrampilan peserta ketika terlibat dalam sebuah diskusi / rapat / pertemuan kelompok • Meningkatnya kemampuan peserta merumuskan dan mengusulkan sebuah perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat • Meningkatnya ketrampilan dan kemampuan peserta ketika mendampingi FGD kelompok anak • 60 menit • Simulasi • Diskusi Kelompok • Tanya Jawab • Alat tulis • Flipchart / plano • Metaplan
• Siklus Perencanaan Pembangunan Desa
• Materi tentang Musrenbangdes
Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
TAHAPAN PROSES Bekerja Dalam Kelompok – 30 menit A.
Fasilitator membagi peserta menjadi 3 kelompok
B.
Masing-masing kelompok berdiskusi untuk menentukan tema simulasi, siapa berperan sebagai apa dan model simulasinya
C.
Peserta mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk simulasi secara mandiri
Praktek Simulasi Perencanaan Kelompok – 30 menit
A.
Fasilitator mempersilahkan kelompok yang telah siap untuk tampil terlebih dahulu
B.
Kelompok melakukan simulasi perencanaan partisipatif di tingkat kelompok dan dusun
C.
Fasilitator mencatat poin-poin penting dalam setiap tampilan kelompok dan memberikan penegasan
D.
Fasilitator memberikan rangkuman terkait dengan tujuan dan manfaat keterlibatan dalam sebuah proses perencanaan
LEMBAR BANTU BELAJAR
SIKLUS PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA Jenis Perencanaan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
Rencana Kerja Pembangunan Desa
BAHAN BACAAN
Waktu Pelaksanaan
Ditetapkan 3 Bulan Setelah Kepala Desa Di lantik
Juli – September Tahun Berjalan
Jangka Waktu
Forum
6 Tahun
Musrenbang RPJM Desa
1 Tahunan
Musrenbang Desa
APA DAN MENGAPA TERLIBAT DALAM MUSRENBANGDES Apa yang menjadi Dasar Hukum Musrenbangdes Bagi Anak? • •
Pasal 25 – 26 Permendagri No 114/2014
Permen PPPA (Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak) No 12/2015 tentang Panduan Partisipasi Anak dalam Perencanaan Pembangunan
Apa itu Musrenbangdes?
Merupakan forum musyawarah tahunan para warga dan kelompok masyarakat untuk menyepakati Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes) Tahun anggaran yang direncanakan. Kapan Musrenbangdes Biasa Dilaksanakan ? Bulan Januari dengan mengacu pada RPJMDes ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
43
Mengapa kita perlu terlibat ? Karena Musrenbangdes merupakan sebuah forum dialog / Rembug Warga dengan pemerintah desa untuk menghasilkan kesepakatan perencanaan pembangunan di tingkat desa setiap tahun. Apa yang dibahas dalam Musrenbangdes ? • • • •
Usulan dari warga yang telah disepakati dalam Musdus (musyawarah Dusun) Usulan dari Musdus yang telah disepakati dalam Musdes (Musyawarah Desa) Program tahun lalu yang belum dilaksanakan
Program Utama yang bersifat mendesak (karena bencana ataupun wabah penyakit)
Siapa saja peserta yang dapat berpartisipasi dalam Musrenbangdes? Berdasarkan Permendagri No 114/2014 Pasal 25 (3) • • •
Unsur pemerintah desa
Unsur lembaga desa seperti BPD, Karang Taruna, PKK, Gapoktan, LPMD, Kelompok Pemerhati Anak, Forum Anak/ Kelompok Anak, lembaga adat, dll
Unsur Masyarakat: seperti tokoh masyarakat, perwakilan sekolah, tokoh agama, tokoh adat, dll.
Tujuan Musrenbangdes: • •
Menyepakati kebutuhan utama dan kegiatan desa yang akan dimasukkan ke dalam Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes) Menyepakati Tim Desa yang akan mewakili di musrenbang kecamatan
Di Bagian Mana Anak Dilibatkan ? • •
Anak dilibatkan dibagian penyusunan usulan perencanaan kegiatan
Dilibatkan dalam pengambilan keputusan program & anggaran utama setiap tahun-nya
Siapa Saja Anak yang bisa dilibatkan dalam Perencanaan Pembangunan ? • • • • •
Usia 13 s.d 18 tahun (atau yang dianggap bisa mewakili termasuk mereka yang berkebutuhan khusus (diffabel) Dapat berkomunikasi dengan baik
Dapat menyampaikan usulan aspirasi anak dalam musrenbagdes
Dipilih dan disepakati oleh kelompok / forum anak untuk mewakili Kesediaan anak dan mendapat ijin dari orangtua
Bagaimana Cara Melibatkan Anak dalam Musrenbangdes ? •
• • •
44
Adanya kemauan politis orang dewasa (pemdes dan masyarakat) untuk mendengarkan suara anak dan mempertimbangkannya dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan yang terkait dengan anak agar anak mendapat manfaat seuai dengan kebutuhan anak Meningkatkankan kapasitas pendamping/ fasilitator anak. Sehingga paham proses perencanaan dan kode etik bekerja bersama anak Harus didampingi oleh orang dewasa/fasilitator anak
Membangun aturan yang efektif yang mudah dipahami anak
Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
• • • •
Meningkatkan kapasitas anak sehingga menyampaikan aspirasinya dengan baik
Anak tidak harus sampai selesai mengikuti proses musrenbangdes cukup hanya pada penyampaian usulan aspirasi anak Pelayanan yang ramah anak, bagi organisasi/ kelembagaan yang terlibat dengan anak
Mengadakan musyawarah khusus anak sebagai bagian dari pra musrenbang (pra musyawarah tingkat dusun/ tingkat desa)
SESI 12 : MENENTUKAN SKALA PRIORITAS STRATEGI MENYUSUN SKALA PRIORITAS DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Tidak semua usulan bisa diakomodasi dalam sebuah penyusunan perencanaan. Hanya usulan yang strategis dan sesuai dengan skala prioritas kebutuhan masyarakat saja yang sebaiknya diutamakan untuk diterima. Tetapi bagaimana cara menentukan dan memilih sebuah usulan agar bisa mengakomodasi kebutuhan yang dirasakan mendesak oleh masyarakat ? Dalam sesi terakhir hari ke-3 ToF bagi para co-fasilitator mitra WVI ini, fasilitator mengajak peserta untuk juga mengenali visi-misi kepala desa masing-masing, selain visi-misi, RPJMDes dan juga mencermati kondisi permasalahan yang banyak berkembang di masayarakat. Sehingga dari 3 elemen tersebut usulan-usulan prioritas bisa disesuaikan secara bertahap dalam 6 tahun program pembangunan desa. Dalam pembelajaran tentang bagaimana menentukan skala prioritas ini, selain fasilitator mengajak melihat prioritas tahunan yang ada dalam RPJMDes masing-masing desa, juga dijelaskan bahwa ada 6 hal pokok yang perlu dilihat apabila kita akan memilih apakah sebuah usulan tersebut masuk dalam kategori prioritas atau tidak. Ke-enam hal tersebut antara lain: 1) faktor kemendesakan, 2) berdampak pada banyak orang, 3) Kondisi sangat parah, 4) Menghambat Peningkatan Pendapatan, 5) Mengantisipasi Kejadian yang Sering terjadi dan 6) Potensi untuk Memecahkan Masalah. Agar peserta semakin jelas, maka dalam proses menerangkan apa yang menjadi kriteria sebuah usulan disebut prioritas, fasilitator juga memberikan contoh-contoh konkret yang biasa terjadi dan dihubungkan dengan temuan permasalahan yang sudah disampaikan oleh para peserta, misalnya: apabila tidak ada program yang pencegahan peredaran miras di desa, maka akan semakin banyak permasalahan-permasaalahan yang muncul, akibatnya antara lain; semakin banyak mabuk-mabukan termasuk anak, kekerasan, kejahatan, pelecehan seksual, dll. Beberapa cotoh konkret tersebut diharapkan sunggun memperjelas pemahaman peserta terhadap materi tentang skala prioritas.
ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
45
Tujuan
Waktu Metode Alat
• Meningkatnya pemahaman peserta arti skala prioritas • Meningkatknya pemahaman peserta dalam menentukan usulan prioritas sebuah perencanaan • Meningkatnya pemahaman peserta terhadap analisis kasus-kasus konkret di desa yang perlu segera mendapatkan prioritas penyelesaian • Meningkatnya ketrampilan peserta dalam membimbing kelompok anak untuk menentukan apa yang akan diusulkan dalam musrenbangdes dan mengapa usulan tersebut prioritas • 60 menit • Paparan / Presentasi • Tanya Jawab • Studi Kasus
• Alat tulis • Flipchart / plano • Metaplan
Lembar Bantu Belajar
Tidak ada
Bahan Bacaan
Tidak ada
TAHAPAN PROSES Tanya Jawab tentang Skala Prioritas – 15 menit A.
Fasilitator membuka sesi dengan pertanyaan “ Apa yang dimaksud dengan skala prioritas.”
C.
Fasilitator menuliskan kata-kata kunci berdasar jawaban peserta dalam kertas plano / flipchart
B.
Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menerangkan sesuai dengan pemahaman mereka tentang pengertian skala prioritas
Penjelasan dan Contoh Skala Prioritas - 30 menit
A.
Fasilitator menuliskan indikator skala prioritas dalam kertas metaplan
C.
Fasilitator memberikan materi singkat tentang skala prioritas dengan menghubung-
B.
46
Fasilitator menjelaskan pengertian skala prioritas dengan kata-kata kunci dari jawaban peserta Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
A. B.
kan kata-kata kunci dari peserta dengan kata-kata kunci yang telah dituliskan dalam metaplan
Fasilitator memberikan contoh-contoh konkret usulan yang disebut prioritas berdasar permasalahan yang menjadi temuan di setiap desa peserta Fasilitator memberikan kesimpulan singkat atas materi skala prioritas
Penutupan Hari Ketiga – 15 menit A.
Fasilitator memberikan benang merah atas proses sejak sesi pertama sampai sesi ke-4 dalam ToF hari ini
C.
Fasilitator memberikan waktu kepada panitia untuk beberapa pengumuman
B.
Fasilitator mempersilahkan peserta untuk mempersiapkan review hari ke-3
CATATAN FASILITATOR: 1.
2. 3. 4. 5.
Berbagai persiapan sarana ToF baik untuk permainan maupun sarana penunjang diskusi kelas lebih dipersiapkan oleh fasilitator dan tim panitia seperti gambar-gambar, video, dan alat lainnya
Metode yang digunakan selama proses hari ketiga lebih banyak praktek bagi para peserta
Permainan juga sebaiknya mulai banyak digunakan karena peserta mungkin sudah mulai mengalami kejenuhan karena waktu yang cukup lama Interaksi antara peserta, fasilitator dan tim panitia semakin diperbanyak, hal ini untuk menjaga kontinuitas spirit setelah proses berlangsung
Fasilitator banyak menggali informasi tentang kondisi di lapangan yang lebih tajam kepada peserta untuk mempersiapkan proses hari ke-4
ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
47
HARI KE
4
Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
HARI KE-EMPAT STRATEGI PELIBATAN ANAK DALAM MUSRENBANGDES
ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
49
SESI 13 : MENGENAL HAK DAN PERLINDUNGAN BAGI ANAK MEMPERKENALKAN HAK ANAK BAGI PARA PENDAMPING ANAK Para pendamping anak yang menjadi mitra WVI sudah beberapa kali mendapatkan sosialisasi dan pemahaman tentang hak perlindungan anak, terutama tentang bagaimana anak menjadi subjek yang dilindungi dari berbagai sisi perkembangan dan dampak akibat perbuatan dari mereka yang lebih dewasa. Ke-9 desa mitra WVI yang mengikuti proses ToF ini mempunyai keragaman permasalahan dan sudah muncul dalam temuan yang dianalisis oleh para co-fasilitator di antaranya: maraknya peredaran narkoba dan minuman keras, mabuk, pernikahan dini, anak putus sekolah, kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan, penyalahgunaan teknologi informasi, dan lain sebagainya. Dari berbagai kasus yang menjadi permasalahan utama di desa tersebut, belum ada penanganan khusus dari pemerintah desa maupun supra desa untuk menimalkan meminimalisir kejadian sehingga tidak berimbas pada anak-anak di sekitar lokasi. Proses penguatan kapasitas tentang hak anak inilah yang saat ini ditumbuhkan kepada para co-fasilitator dengan tujuan agar ketika mereka kembali ke desa dan mendampingi kelompok-kelompok anak, para pendamping tahu persis apa yang perlu dilakukan dan dibicarakan secara bersama di tingkat dusun maupun desa, sehingga mampu menjembatani dialog dan mengakomodir kebutuhan anak dalam program perencanaan pembangunan desa. Tujuan
Waktu Metode Alat
50
• Meningkatnya ketrampilan peserta dalam memilih permainan yang menyenangkan tetapi edukatif • Meningkatnya pemahaman peserta tentang alur proses dari hari pertama sampai hari ke-4 • Meningkatnya pemahaman peserta tentang hak anak dan upaya perlindungan terhadap anak • Meningkatnya pemahaman peserta dalam memetakan kasus-kasus yang melanggar hak anak di desa masing-masing • 90 menit
• • • • • • • • • •
Review Hari ke-3 Permainan Perahu & kapal dan Bola Kertas Paparan / Presentasi Tanya Jawab Alat tulis Flipchart / plano Metaplan Kertas HVS Kertas Koran Solatip Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
Lembar Bantu Belajar
• Tidak Ada
Bahan Bacaan
• Materi tentang Hak Anak
TAHAPAN PROSES Permainan Perahu dan Kapal – 15 menit A.
Kegiatan permainan dilakukan di luar ruangan kelas
C.
Panitia menjelaskan model permainan “Perahu dan Kapal”
B.
D.
E.
Sambil menunggu kehadiran peserta, maka tim panitia mengajak peserta untuk bermain dengan tema “Perahu dan Kapal Peserta membuat lingkaran dan akan berkelompok menurut jumlah angka yang disebutkan oleh pemimpin permainan Yang tidak mendapatkan kelompok diberi sanksi untuk memberikan aba-aba di tengah dan memimpin permainan berikutnya
Review Proses Hari Ketiga – 15 menit
A.
Fasilitator mempersiapkan bola kertas sebelum proses review berlangsung
C.
Fasilitator menjelaskan metode review dengan bola kertas yakni barang siapa yang sedang memegang bola kertas dan lagu berhenti, maka dialah yang menjelaskan poinpoin penting yang diingat pada proses hari ke-3
B.
D. E.
Fasilitator meminta tim panitia untuk mencari salah satu lagu yang digunakan sebagai sarana review dan petugas yang mengoperasikan laptop
Fasilitator dan peserta melaksanakan proses review
Fasilitator menjelaskan tujuan digunakannya bola kertas sebagai sarana untuk membantu proses review
Presentasi tentang Alur Proses ToF dan Regulasi Tentang Perlindungan Anak – 60 menit
A.
Fasilitator menjelaskan tujuan dan alur ToF dan pendampingan kepada desa mitra
C.
Fasilitator membuka ruang diskusi tentang hak anak dan permasalahan-permasalahan yang sering terjadi di desa para peserta
B.
D. E.
Fasilitator menjelaskan tentang Hak Anak
Fasilitator menanggapi berbagai pertanyaan dan diskusi dari peserta dengan contoh-contoh sederhana yang dekat dengan keseharian peserta
Fasilitator memberikan kesimpulan pentingnya pendamping mengetahui apa dan bagaimana mendampingi anak-anak dikaitkan dengan proses perencanaan pembangunan desa ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
51
BAHAN BACAAN I KEBIJAKAN PERLINDUNGAN ANAK BAGI PENDAMPING ANAK Pokok-pokok bahasan yang ada dalam materi tentang perlindungan anak bagi pendamping anak ketika berada bersama anak adalah mengoptimalkan semua panca indera untuk melindungi anak. Apakah ketika kita mendampingi sudah sesuai dengan Prinsip Hak Anak PBB? Terutama terkait dengan 4 hal pokok yakni: A.
Kepentingan Terbaik Anak
C.
Partisipasi Anak
B.
D.
Non Diskriminasi
Tumbuh Kembang Anak
Ke-empat prinsip Hak Anak PBB tersebut diimplementasikan secara jelas ketika kita bersama anak yakni dengan memperhatikan seluruh panca indera kita untuk berpihak pada perlindungan anak yakni dengan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Mata: bagaimana cara melihat anak
Mulut: bagaimana cara berbicara kepada anak
Tangan : ketrampilan apa yang harus dimiliki untuk mendampingi anak Sikap: bagaimana sikap yang menghargai anak Pikiran: pola pikir yang benar tentang anak Telinga: bagaimana mendengarkan anak
Hati/Perasaan: bagaimana hati / perasaan yang benar terhadap anak
BAHAN BACAAN II
Konvensi Hak Anak PBB & Undang-Undang Perlindungan Anak No 35/2014 & Kebijakan Perlindungan Anak WVI Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan ketika bersama dengan anak: 1. 2. 3.
4. 5. 6. 7.
52
Memperlakukan setiap anak dengan hormat dan bermartabat
Mendengarkan anak dan memberi kesempatan anak untuk berbicara dan mengemukakan pendapat.
Peka terhadap kebiasaan/ aturan tidak tertulis setempat dalam berbahasa, bercakap-cakap, keintiman fisik, dan amati kebiasaan/aturan tidak tertulis tersebut dengan seksama Selalu meminta ijin anak dan orangtua/wali jika ingin mengambil foto anak untuk kepentingan tertentu Hentikan segala bentuk interaksi dengan anak saat itu juga, jika anak meminta, atau ketika anak terlihat tidak nyaman dengan interaksi tersebut Tidak boleh menyentuh daerah seksual/pribadi pada tubuh anak
Tidak boleh menunjukkan tulisan atau gambar atau film atau suara yang bermuatan porno atau seksual. Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
8. 9. 10. 11. 12. 13.
Tidak boleh melakukan hubungan seksual dengan seorang anak.
Berhati-hatilah dalam mengirimkan pesan secara verbal, non verbal, atau tertulis yang dapat diartikan sebagai berbeda oleh anak maupun orang dewasa Berbusanalah yang pantas sesuai dengan budaya setempat
Tetaplah berada bersama / dalam pengawasan orang dewasa lain saat Anda bersama seorang anak Tidak boleh menampar, memukul atau melakukan kekerasan fisik lain terhadap anak Tidak boleh melakukan kekerasan psikologis maupun verbal terhadap anak
SESI 14 : ANALISIS KONDISI ANAK BERDASAR HASIL TOF DAN NEED ASSESSMENT
PENYUSUNAN ANALISIS POTENSI DAN KEKUATAN ANAK Diperlukan basis data yang akurat untuk mengembangkan proses pendampingan baik bagi pendamping maupun anak. Hal inilah yang melatarbelakangi proses hari ke-4 kegiatan ToF. Belajar menggali data, menganalisis, menyusun dalam langkah-langkah strategis yang terangkum lewat rencana tindak lanjut.
Dikarenakan latar belakang para peserta yang sangat beragam, maka strategi penyusunan analisis pun dilakukan dengan menggunakan metode yang sangat sederhana, mudah dipahami dan diikuti serta menjadi kejadian yang sering dilihat dan diamati setiap harinya. Penyusunan potensi dan kekuatan anak dilakukan dengan menggali jenis, jumlah dan bentuk kegiatan kelompok anak yang ada di masing-masing desa. Selain itu juga dilengkapi dengan kriteria kelompok umur di masing-masing kelompok, sehingga bisa dikategorikan secara tepat potensi anak yang sudah ada di desa dengan segala aktivitas di dalam maupun di luar jam sekolahnya. Tujuan
Waktu Metode Alat
• Meningkatnya ketrampilan peserta dalam memilih model pendampingan yang sesuai dengan kondisi lokal • Meningkatnya pemahaman peserta dalam menggali dan membuat kategorisasi potensi anak di desa masing-masing • Meningkatnya pemahaman peserta terhadap lembaga-lembaga desa yang bisa diajak untuk bekerjasama dalam mendampingi proses pelibatan anak • 60 menit
• Diskusi Kelompok • Paparan / Presentasi • Tanya Jawab
• • • •
Alat tulis Flipchart / plano Metaplan Kertas HVS
ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
53
Lembar Bantu Belajar
• Format isian Potensi Anak
Bahan Bacaan
• Tidak Ada
TAHAPAN PROSES Diskusi Kelompok Menggali Bentuk Kegiatan, Jenis dan Jumlah Kelompok Anak – 30 menit A.
Fasilitator meminta peserta untuk duduk per desa
C.
Fasilitator mempersilahkan masing-masing kelompok untuk mendiskusikan : 1) apa saja nama kelompok anak yang ada di desanya, 2) jenis kegiatan masing-masing kelompok, 3) kriteria umur anak yang ada dalam kelompok, 4) setiap kelompok pernah/sedang/sering bekerjasama dengan siapa dalam melakukan kegiatannya
B.
Fasilitator membagikan kertas HVS kepada masing-masing kelompok
D.
Peserta berdiskusi terkait dengan kategorisasi kelompok anak di masing-masing desa
Presentasi Masing-Masing Kelompok – 30 menit
A.
Fasilitator mempersilahkan kelompok yang telah siap untuk mempresentasikan hasil diskusinya
C.
Fasilitator memberikan beberapa catatan kritis, penegasan dan rangkuman atas presentasi dari semua kelompok
B.
Fasilitator membuka ruang diskusi dan tanya jawab antar kelompok dan juga antara fasilitator dengan kelompok
LEMBAR BANTU BELAJAR: FORMAT ISIAN POTENSI ANAK Nama Desa:
Nama Kelompok
54
Kriteria Umur Anggota
Jumlah Anggota
Bentuk Kegiatan
Nama Pendamping
Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
SESI 15 : STRATEGI PELIBATAN ANAK DALAM MUSRENBANGDES UPAYA KONKRET MELIBATKAN ANAK DALAM SETIAP TAHAPAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN Musrenbangdes merupakan tahapan dalam proses penyusunan perencanaan di tingkat desa yang diselenggarakan setiap satu tahun sekali. Selama ini mekanisme musrenbangdes selalu dilaksanakan berdasar UU Desa dan juga Perda di masing-masing kabupaten. Peserta yang terlibat dalam musrenbangdes merupakan perwakilan dari pemerintah desa (selaku penyelenggara), Lembaga Desa (BPD) dan Kelembagaan Masyarakat (LPMD, Karang Taruna, PKK, Gapoktan, Kelompok Perajin/perupa, Pengelola BUMDes, RT.RW, dll). Namun sebelum musrenbangdes dilaksanakan, ada beberapa tahapan yang mesti dilalui diantaranya: musyawarah kelompok/RT/RW atau bisa juga disebut pra-musrenbangdes (kelompok/dusun) dan musrenbangdes. Di beberapa tahapan sebelum musrenbangdes inilah anak-anak mulai perlu dilibatkan. Karena apabila kita lihat kelompok yang selama ini terlibat, kelompok anak masing jarang yang diikutsertakan.
Mekanisme pelibatan anak pun bisa dilakukan dengan berbagai model di antaranya: membuat pertemuan di setiap kelompok anak, menggabungkan perwakilan kelompok-kelompok anak dan juga mengirimkan beberapa perwakilan kelompok anak dalam pertemuan di tingkat desa bersama dengan orang dewasa lainnya. Apabila menggabungkan perwakilan kelompok anak di pertemuan musrenbangdes, perwakilan anak tidak harus mengikuti proses sampai dengan selesai, cukup dipilih beberapa bagian di mana anak-anak bisa menyampaikan aspirasi sesuai dengan kebutuhan anak, itupun selalu harus ditemani oleh para pendamping anak dan mendapat ijin orang tua. Sehingga diharapkan semua elemen yang bertanggung jawab atas tumbuh kembang anak terlibat dalam proses civic education bagi anak-anak melalui proses yang terstruktur dan dapat dipertanggungjawabkan. Tujuan
Waktu Metode
• Meningkatnya pemahaman peserta tentang tahapan musrenbangdes • Meningkatnya pemahaman peserta dalam menggali dan membuat analisis terkait dengan upaya menemukan potensi anak dan jenis kemitraan dengan lembaga desa • Meningkatnya ketrampilan peserta menemukan mitra untuk bekerjasama dan di tahapan yang mana kerjasama akan dilakukan • Meningkatnya pemahaman peserta terhadap cara berpikir yang sistematis dan terukur dalam sebuah proses pendampingan anak • 90 menit
• Diskusi Kelompok • Paparan / Presentasi • Tanya Jawab
ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
55
Alat Lembar Bantu Belajar
Bahan Bacaan
• • • • •
Alat tulis Flipchart / plano Metaplan Kertas HVS Format Tahapan Pelibatan Anak dalam Musrenbangdes
• Tidak Ada
TAHAPAN PROSES Materi Tahap-Tahap Musrenbangdes – 30 menit A.
Fasilitator menjelaskan tahapan / siklus dalam penyusunan perencanaan pembangunan desa sampai dengan penyusunan anggaran
C.
Fasilitator membuka ruang tanya jawab untuk peserta
B.
Fasilitator menjelaskan siapa saja yang terlibat dalam musrenbangdes sesuai dengan UU Desa dan Permendagri
Penyusunan Langkah-Langkah Konkret Upaya Pelibatan Anak dalam Musrenbangdes – 30 menit A.
Fasilitator meminta peserta berkelompok per desa
C.
Fasilitator membagikan kertas HVS kepada masing-masing kelompok
B.
D.
Fasilitator menjelaskan format penyusunan strategi pelibatan anak dalam musrenbangdes Peserta melakukan diskusi kelompok untuk menemukan upaya kokret pelibatan anak dalam musrenbangdes yang bisa dilakukan seusai kegiatan ToF di desa masing-masing
Presentasi Hasil Diskusi Kelompok dan Tanya Jawab – 30 menit A.
Fasilitator mempersilahkan kelompok desa yang telah siap untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
C.
Tim Fasilitator memberikan catatan-catatan kritis agar roadmap strategi pelibatan anak bisa dilaksanakan dengan baik di desa masing-masing
B.
D.
56
Tim Fasilitator memberikan masukan bagi tiap kelompok yang telah selesai presentasi Fasilitator memberikan kesimpulan akhir atas seluruh proses selama 4 hari ToF
Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
LEMBAR BANTU BELAJAR: FORMAT TAHAPAN PELIBATAN ANAK DALAM MUSRENBANGDES Nama Desa :
Keterwakilan Anak
Jumlah
Potensi Anak
Kegiatan yang ada di desa
Kerjasama
Penanggung Jawab
SESI 16 : RANGKAIAN KEGIATAN PENUTUPAN TOF MELIHAT CAPAIAN HARAPAN PESERTA DAN EVALUASI Bagian terakhir dari ToF selama 4 hari ini adalah bagian penutupan yang terangkai dari beberapa tahapan proses, diantaranya: mengecek harapan peserta di awal ToF, kesan-pesan, evaluasi proses terdiri atas evaluasi: materi, metode dan fasilitas, mengisi post-test dan Penutupan dari Panitia. Capaian harapan peserta bisa dikatakan “memuaskan” oleh peserta, karena antara yang diharapkan oleh peserta di hari pertama ToF, sebagian besar terjawab melalui materi, metode maupun fasilitas yang telah diberikan baik oleh fasilitator maupun panitia pelaksana dari WVI.
Sedangkan evaluasi dilaksanakan dengan 2 metode: memberikan evaluasi dalam hal materi, metode dan fasilitas dengan cara ditulis dan ditempelkan, selain itu, evaluasi antar peserta juga dilakukan dengan cara : panitia menyiapkan foto masing-masing peserta dalam kertas dan kemudian diputar sesuai dengan perintah fasilitator dan siapapun yang mendapatkan menuliskan evaluasinya atas kertas yang berisi foto temannya. Sehingga masing-masing peserta bisa memperoleh minimal 3 evaluasi dari teman-temannya sendiri. Tahapan terakhir terkait dengan proses ToF adalah mengisi lembaran post-test. Setelah semua proses ToF dilakukan, maka peserta mengisi kembali lembaran post test yang mempunyai daftar pertanyaan sama dengan pre-test. Tujuannya adalah untuk melihat bagaimana penyerapan materi dan pemahaman dari seluruh peserta, naik, turun atau tetap dari awal sampai selesai materi diberikan. Kegiatan penutupan dilakukan oleh panitia, dengan tujuan untuk memberikan apresiasi, ucapan terima kasih baik kepada peserta maupun fasilitator, memberikan kenangan berupa sertifikat dan cindera mata serta pengumuman terkait dengan transpor yang mengantar peserta ke desa masing-masing. ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
57
Tujuan
Waktu
• Melihat matrik perkembangan penyerapan materi peserta di awal – akhir proses ToF • Adanya keberanian antar peserta untuk memberikan masukan, kritik maupun saran kepada fasilitator dan panitia serta antar peserta selama proses berlangsung • Memberikan penghargaan kepada peserta dalam berbagai bentuk kenang-kenangan • 60 menit
Metode
• • • •
Alat
• Alat tulis • Metaplan • Kertas HVS
Lembar Bantu Belajar
Bahan Bacaan
Kerja individu Kerja bersama Mengisi Post Test Penyerahan sertifikat
• Lembaran Post Test
• Tidak Ada
TAHAPAN PROSES Cek Harapan Peserta di Akhir Proses ToF – 10 menit A. B. C.
D. E.
Fasilitator mengajak peserta untuk melihat kembali harapan yang sudah ditulis oleh peserta dan ditempelkan di papan yang telah disediakan Fasilitator membacakan poin-poin utama yang menjadi harapan awal peserta
Fasilitator menanyakan apakah masih ada harapan peserta yang belum terpenuhi sampai hari terakhir kegiatan ToF Peserta memberikan tanggapan atas pertanyaan fasilitator tentang harapan
Fasilitator menggaris bawahi proses dan poin-poin penting yang ada di dalamnya
Menuliskan Evaluasi Personal – 15 menit
A.
Fasilitator mempersilahkan peserta untuk menuliskan evaluasi selama 4 hari proses ToF, evaluasi atas 3 hal yakni: materi, metode dan fasilitas
A.
Peserta menuliskan evaluasi personal atas proses
B. B. C.
58
Fasilitator bersama panitia membagikan 3 kertas metaplan yang warnanya berbeda yakni Biru, Kuning, dan Pink masing-masing untuk materi, metode dan fasilitas Setelah selesai dikumpulkan kepada panitia dan ditempelkan pada papan yang telah disediakan dan dikelompokkan berdasar warna
Fasilitator dan tim panitia mencermati semua hasil evaluasi yang telah dituliskan oleh peserta dan memberikan tanggapan secara singkat Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
Menuliskan Evaluasi Antar Peserta – 15 menit A.
Panitia membagikan kertas HVS yang sudah ada gambar / foto masing-masing peserta
D.
Panitia memberikan aba-aba tentang apa yang dievaluasi misal: 1) tuliskan hal menarik dari temanmu yang ada dalam kertas tersebut, 2) apa yang masih perlu diperbaiki/ ditingkatkan dari temanmu yang ada dalam foto tersebut
B. C.
E. F.
G.
Masing-masing peserta menerima kertas yang ada foto dirinya
Panitia memberikan aba-aba seperti: 2x geser kanan atau 1x geser kiri
Masing-masing peserta yang menerima lembar evaluasi bergambar temannya dan menuliskan sesuai dengan aba-aba dari panitia Lembar evaluasi dikembalikan kepada masing-masing peserta
Panitia meminta peserta untuk mencermati masukan/catatan/evaluasi dari temannya dan dipahami sebagai upaya perbaikan ke depan
Mengisi Lembar Post – Test – 15 menit A.
Panitia membagikan lembaran post test kepada peserta
C.
Panitia mengumpulkan dan memberikan kepada fasilitator untuk dianalisis dan diringkas hasil antara pre-post test
B.
Peserta mengisi lembaran post test dan sesudahnya mengembalikan kepada panitia
Penutupan ToF – 5 Menit A.
Panitia mengucapkan terima kasih untuk keterlibatan aktif peserta dalam proses ToF
C.
Panitia memberikan pengumuman terkait transport kembali ke desa masing-masing
B.
D.
Panitia memberikan sertifikat & cinderamata kepada masing-masing peserta Panitia mengajak semua peserta dan fasilitator untuk berfoto bersama
LEMBAR BANTU BELAJAR: POS-TEST 1.
Undang-undang yang mengatur tentang desa saat ini adalah Undang-Undang No ...
f.
UU No. 23/2014
g. UU No 32 /2004 h. UU No 6/2014 i. 2.
UU No 22/1999
Desa mempunyai tahapan penyusunan perencanaan program yang dilakukan oleh pemerintah desa dengan melibatkan BPD diantaranya:
f.
RPJMDes, RKPDes dan RAPBDes
g. RPJMDes, RKPDes dan Perdes
h. RKPDes, RAPBDes dan Perdes i.
RPJMDes, RKPDes, RAPBDes, dan Perdes
ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
59
j. 3.
RPJMDes, RKPDes, RAPBDes, Perdes dan Keputusan Kepala Desa
Jenis produk hukum di tingkat desa sesuai dengan UU No 6/2014 adalah:
f.
Peraturan Desa
g. Surat Keputusan Kepala Desa
h. Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa i.
j. 4.
Peraturan Bersama Kepala Desa dan Peraturan Desa
Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa, dan Peraturan Kepala Desa
Sesuai dengan amanah UU No 6/2014 saat ini desa mempunyai beberapa sumber anggaran. Pilihlah jawab yang paling tepat di bawah ini:
f.
Dana Desa dan Alokasi Dana Desa
g. Blog grant / bantuan dari kabupaten
h. Dana Desa, Alokasi Dana Desa, Blog Grant, Dana Hasil Retribusi dan PADes dan Bantuan Hibah i.
j. 5.
Dana ADD, DD dan blog grant Tidak Tahu
Kegiatan apa saja yang sudah diprogramkan oleh desa terkait dengan perwujudan hak Anak ? (jawaban boleh lebih dari 1)
f.
Rumah Sehat
g. Posyandu
h. Olah Raga dan kesenian i.
j. 6.
Pembangunan Air Bersih
Pembangunan Gedung PAUD
Menurut Bapak/ibu, mengapa kita perlu melibatkan anak dalam proses Pembangunan Desa ? (pilihan boleh lebih dari 1)
f.
Sebagai pelengkap unsur
g. Salah satu bentuk pemenuhan hak anak h. Agar desa lebih dikenal i.
j. 7.
Anak bisa usul kebutuhannya
Apakah kita pernah terlibat dan hadir dalam penyusunan perencanaan pembangunan di desa? (jawaban boleh lebih dari 1)
f.
60
Sarana mengembangankan demokrasi di tingkat desa
Pernah dalam musyawarah dusun dan musyawarah desa
g. Pernah dalam pertemuan Musrengbangdes
Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
h. Pernah dalam penyusunan RPJMDes i.
j. 8.
Pernah dalam musyawarah pembangunan Belum pernah
Ketika kita mengetahui terdapat kasus pelanggaran hak perempuan dan anak di tingkat desa dan hal tersebut tidak termuat dalam regulasi yang ada, maka apa yang sebaiknya kita lakukan ? (Pilihan bisa lebih dari 1)
f.
Mengumpulkan data-data yang bisa dipertanggungjawabkan untuk dibicarakan dengan para pihak yang berkepentingan
g. Bersikap Biasa saja karena kasus pelanggaran terhadap anak dan perempuan merupakan hal yang banyak terjadi di tingkat desa dan masyarakat
h. Membentuk tim yang bisa bersikap netral untuk membahas, menemukan solusi dan memecahkan masalah di ranah sosial maupun kebijakan i.
j.
9.
Membicarakan dengan pemerintah desa, BPD dan juga tokoh perempuan dan tokoh masyarakat untuk mencari data, menemukan fakta dan membahas solusi Mengumpulkan masyarakat dan mempengaruhi pemikiran mereka untuk melakukan tindakan langsung agar kejadian pelanggaran hak perempuan dan anak tidak terjadi lagi
Peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai dasar untuk penyusunan Perdes Perlindungan Anak selain UU No 6/2014 tentang Desa adalah:
f.
UU No 23/2014 tentang Pemerintah Daerah
g. UUPA No 35/2014 tentang Perubahan atas UU No 23/2002 tentang Perlindungan Anak h. Perpu No 1/2016 tentang Kekerasan Seksual terhadap Anak i.
j.
Perpres No 18/2014 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam Konflik Sosial Peraturan Menteri Dalam Negeri No 111/2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa
10. Bagaimana cara menyusun sebuah skala prioritas program dan anggaran di tingkat desa ? f.
Berdasarkan informasi dari para kepala dusun
g. Diputuskan dalam rapat koordinasi perangkat desa h. Tidak tahu i.
j.
Atas usulan ketua BPD & LPMD
Diputuskan berdasarkan hasil mekanisme musyawarah berjenjang mulai musyawarah dusun dan musyawarah desa
ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
61
CATATAN FASILITATOR: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
62
Hari keempat / terakhir dilakukan sampai dengan pukul 14.00
Semua sarana – prasarana yang akan dibagikan kepada peserta sebaiknya sudah dipersiapkan oleh panitia termasuk didalamnya: copy materi, sertifikat, cinderamata Upaya konkret pelibatan anak dalam musrenbangdes perlu dikawal oleh tim pendamping dari WVI Catatan yang diberikan antar peserta dari sisi penguatan kapasitas perlu dipertajam oleh tim WVI melalui proses pendampingan khusus kepada co-fasilitator terutama dari sisi meningkatkan keberanian berkomunikasi di depan publik
Apabila ada harapan atas ToF yang belum terpenuhi sampai dengan hari terakhir, maka tambahan-tambahan materi sebaiknya dilakukan oleh tim WVI melalui tahap pendampingan rutin di masing-masing desa Perlu ada pelatihan khusus tentang desa bagi staf WVI agar mempermudah komunikasi, koordinasi, lobi dan pendampingan baik di tingkat kelompok anak, co-fasilitator, pemerintah desa, maupun supra desa di tingkat kecamatan dan kabupaten
Tof PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
DAFTAR PUSTAKA UU dan Peraturan Lainnya Konvensi Hak Anak PBB Tahun 1989 UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa UU No 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No 3 Tahun 2011 tentang Kebijakan Partisipasi Anak dalam Pembangunan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 114 tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa Kebijakan Perlindungan Anak Wahana Visi Indonesia
ToF PENDAMPING ANAK DALAM PROSES MUSRENBANGDES
63