PERSEPSI DAN EKSPEKTASI ORANG TUA LOKAL (BALI) TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH DASAR BALI PUBLIC SCHOOL DENPASAR KAITANNYA DENGAN LANGKANYA PENGGUNAAN BAHASA BALI Luh Ketut Sri Widhiasih dan Ni Putu Dian Sawitri Universitas Mahasaraswati Denpasar
[email protected] dan
[email protected] ABSTRACT This descriptive qualitative case study aimed at describing perception and expectation of Balinese local parents towards the use of bahasa and English at Sekolah Dasar Bali Public School Denpasar as the relation with the extinct of Balinese use and describing strategies used by school to facilitate the perception and expectation. The focus of this research was Balinese local parents and headmaster of Sekolah Dasar Bali Public School Denpasar. The data in this research is qualitative data. Qualitative data was taken from open questionnaire and structured interview about their perception and expectation and from structured interview about strategies used by the school to facilitate the perception and expectation. The data was taken by using the researcher as the key instrument and the other instruments such as, list of open questionnaire’s questions and structured interview. The result of the open questionnaires and structured interviews were analysed descriptively by using Interactive Model. Result of this research showed that Balinese local parents were more focus to the use of their children bahasa and English at school compared with the use of Balinese. On the other hand, Balinese local parents expected role model in this case teacher to give example about the use of bahasa and English while toward the use of Balinese, Balinese local parents expected more practices than theory. Knowing the perception and the expectation of Balinese local parents, the school has done some strategies to facilitate them. Key words: bilingual education, perception, expectation
PENDAHULUAN Berdasarkan UU No. 20 Pasal 1 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Indonesia dinyatakan bahwa pendidikan yang diharapkan di Indonesia adalah pendidikan yang mampu mewujudkan suasana dan proses belajar yang mampu membantu peserta didik mencapai potensi dirinya dalam berbagai bidang. Untuk mencapai hal yang dinyatakan sebelumnya tersebut dibutuhkan peran semua elemen masyarakat untuk mendukung perkembangan pendidikan tersebut. Salah satu elemen yang terdekat dengan peserta didik adalah keluarga, dalam hal ini orang tua. Peran serta orang tua adalah sangat penting pada perkembangan pendidikan anaknya (Levine dan Lezotte, 1995 dalam Cava, 1998). Peran orang tua dalam pendidikan seharusnya menjadi prioritas karena orang tua lah yang paling mengetahui perkembangan anaknya. Jadi, orang tua tidak bisa menyerahkan tanggung jawab pendidikan sepenuhnya pada sekolah. UU No. 20 pasal 7 Tahun 2003 menerangkan tentang peran orang tua dalam pemilihan satuan pendidikan dan hak memperoleh informasi tentang perkembangan anaknya oleh orang tua. Dalam pemilihan satuan pendidikan, sekarang ini orang tua cenderung memilih sekolah dwi bahasa untuk pendidikan anaknya. Sekolah dwi bahasa disini adalah sekolah yang menggunakan dua bahasa (bahasa Indonesia dan bahasa Inggris) dalam proses pembelajarannya. Antusiasme orang tua menyekolahkan anaknya di sekolah dwi bahasa disambut baik oleh pihak sekolah dengan menambah jumlah kursi yang ditawarkan setiap tahunnya dan pembangunan sekolahsekolah sejenis. Maraknya perkembangan sekolah dwi bahasa berjalan tidak seiring dengan perkembangan penggunaan bahasa Bali sebagai bahasa daerah. Peran serta orang tua yang tinggi dalam pendidikan anaknya adalah karakteristik dari sekolah yang efektif (Levine dan Lezotte, 1995 dalam Cava, 1998). Partisipasi orang tua bisa
196
berupa partisipasi mereka dalam memberikan persepsi dan ekspektasi terhadap perkembangan pendidikan anaknya. Iklim ini ingin dimanfaatkan oleh peneliti untuk mengetahui persepsi dan ekspektasi orang tua lokal (Bali) terhadap penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris di Sekolah Dasar Bali Public School Denpasar kaitannya dengan langkanya penggunaan bahasa Bali dan strategi sekolah untuk memfasilitasi persepsi dan ekspektasi orang tua untuk kemajuan pendidikan di sekolah tersebut. Jadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi dan ekspektasi orang tua lokal (Bali) terhadap penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris di Sekolah Dasar Bali Public School Denpasar kaitannya dengan langkanya penggunaan bahasa Bali dan bagaimana sekolah memfasilitasi persepsi dan ekspektasi orang tua lokal (Bali) tersebut?
METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di salah satu sekolah dwi bahasa di Denpasar yaitu Sekolah Dasar Bali Public School. Fokus dari penelitian ini adalah 10 orang tua lokal (Bali) dari siswa yang dipilih dengan teknik sampel acak dan kepala sekolah. Penelitian ini berjenis studi kasus yang menggunakan pendekatan kualitatif. Data tentang persepsi dan ekspektasi orang tua lokal (Bali) dan strategi sekolah memfasilitasi persepsi dan ekspektasi orang tua tersebut didapatkan melalui angket terbuka yang kemudian dikonfirmasi dengan wawancara terstruktur. Angket terbuka disebarkan terlebih dahulu kemudian disusul dengan wawancara terstruktur. Data tentang strategi sekolah memfasilitasi persepsi dan ekspektasi orang tua didapatkan dengan wawancara terstruktur dengan kepala sekolah. Hasil dari angket terbuka dan wawancara terstruktur dianalisis secara kualitatif untuk melihat persepsi dan ekspektasi orang tua lokal (Bali) terhadap penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris di Sekolah Dasar Bali Public School Denpasar kaitannya dengan langkanya penggunaan bahasa Bali dan strategi sekolah untuk memfasilitasinya. Data angket terbuka didapat melalui lembar pertanyaan yang dibagikan kepada orang tua lokal. Sedangkan data wawancara terstruktur didapatkan melalui daftar pertanyaan wawancara terstruktur. Selanjutnya, data dianalisis dengan menggunakan Model Interaktif yang terdiri dari empat langkah yaitu pengumpulan data, penyaringan data, penyajian data, dan pembuatan kesimpulan/verivikasi (Miles dan Huberman, 1994). Langkah-langkah tersebut dilakukan untuk menemukan pola yang diharapkan sehingga dapat disimpulkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Menurut data angket terbuka, orang tua lokal (Bali) menyatakan anak mereka sudah mulai belajar di sekolah dwi bahasa sejak umur 3-6 tahun. Kebanyakan dari mereka memulai pendidikan dwi bahasa anak mereka sejak dini yaitu dimulai pada jenjang pendidikan Kelompok Bermain.
Persepsi Orang Tua Lokal (Bali) Berdasarkan data pada angket terbuka, sebagian orang tua lokal (Bali) berpandangan bahwa dengan memasukkan anak mereka sejak dini di sekolah dwi bahasa akan membantu anak mereka mendapat pendidikan yang bermutu,menguasai bahasa Inggris lebih dini, memiliki lafal bahasa Inggris yang bagus, mampu berkomunikasi di era global, memiliki masa depan yang lebih baik, dan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik
197
nantinya. Melihat persepsi ini peneliti melihat orang tua lokal (Bali) ini lebih memfokuskan perkembangan bahasa Inggris saat memasukkan anaknya ke sekolah dwi bahasa. Mereka berpandangan dengan memiliki kompetensi bahasa Inggris yang cakap maka masa depan anak mereka akan cemerlang. Walaupun dapat dilihat dari hasil angket terbuka tadi bahwa antusiasme orang tua lokal (Bali) tersebut sangat tinggi untuk menyekolahkan anak mereka di sekolah dwi bahasa, tetapi menurut data angket terbuka juga menunjukkan bahwa sedikit orang tua lokal (bali) yang mempersiapkan anaknya dalam hal mempelajari bahasa secara khusus sebelum anak-anaknya memasuki jenjang sekolah. Sebagian besar orang tua menyatakan bahwa mereka membiasakan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam keseharian, tidak secara khusus mengikutkan anak mereka program kursus berbahasa, karena menurut mereka bahasa adalah sebuah proses pembiasaan. Dilihat dari penggunaan bahasa di sekolah, persepsi orang tua siswa lokal (Bali) beragam. Sebagian menyatakan porsinya sudah seimbang penggunaannya dan sebagian lagi menyatakan sudah cukup bahkan kurang karena dirasa penggunaan bahasa Indonesia mendominasi dalam kesehariannya di sekolah baik dalam pembelajaran di dalam kelas maupun komunikasi di luar kelas. Persepsi orang tua lokal (Bali) dilihat dari penggunaan bahasa Bali di sekolah menunjukkan bahwa mereka sudah merasa penggunaan bahasa Bali di sekolah baik, sesuai dengan standar atau kurikulumnya. Beberapa orang tua lokal (Bali) ini menyatakan ketidakpuasan mereka tentang penggunaan bahasa Bali di sekolah yang terkesan teoritis dan kurang praktis, sehingga berdampak pada anak mereka tidak menyukai penggunaan bahasa Bali karena tidak praktis dan cenderung susah diaplikasikan. Orang tua lokal (Bali) juga tidak menunjukkan kekhawatiran mereka akan perkembangan penggunaan bahasa Bali anaknya. Mereka memiliki beberapa landasan atas sikap mereka yang tidak khawatir tersebut, seperti misalnya karena fokus mereka menyekolahkan anaknya di sekolah ini memang bukan pada penggunaan bahasa Bali melainkan pada penggunaan Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, sehingga penggunaan bahasa Bali yang kurang di sekolah tidak menjadi sebuah kekhawatiran mereka. Alasan lain juga diungkapkan oleh salah seorang orang tua lokal bahwa penggunaan bahasa Bali anak mereka sudah dilatih dirumah dengan kerabatnya yang memiliki bahasa ibu yang sama yaitu bahasa Bali. Jika dilihat dari sedikit orang tua yang merasa khawatir dengan perkembangan bahasa Bali anaknya, mereka berpendapat bahwa penggunaan bahasa Bali anaknya terinterfensi dengan penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris di sekolah.
Ekspektasi Orang Tua Lokal (Bali) Menurut data pada angket terbuka dan wawancara terstruktur dinyatakan bahwa orang tua memiliki ekspektasi bahwa setelah anaknya menempuh pendidikan di sekolah berjenis ini, anaknya akan memiliki kualiatas lebih tinggi dari anak-anak lain yang bersekolah di sekolah nasional biasa. Dengan memiliki kualitas yang lebih tinggi maka mereka berharap anak-anaknya mampu berkomukasi dalam dua bahasa ini dengan baik sehingga dapat bersaing di dunia global seperti sekarang ini. Persaingan yang dimaksud disini adalah persaingan di dunia kerja dimana orang tua ini berekspektasi dengan memiliki bekal bersekolah di sekolah dwi bahasa akan mengantarkan anak mereka pada pekerjaan yang lebih baik. Orang tua lokal (Bali) mengharapkan di sekolah ini terjadi pengajaran bahasa yang berkarakter. Ini dimaksud pengajaran bahasa di sekolah ini agar tidak hanya berfokus pada ilmu dan keterampilannya saja tetapi juga memperhatikan sikap yang sesuai dengan kaidah penggunaannya. Orang tua lain menyatakan bahwa dia tidak terlalu berharap banyak, cukup anaknya diajarkan materi yang sesuai kurikulum saja sehingga sesuai 198
dengan tingkat perkembangan anak seusianya. Struktur kalimat dan dasar-dasar berbahasa juga diharapkan menjadi prioritas dari sekolah ini dalam penggunaan bahasanya, karena menurut orang tua jika dasarnya sudah baik maka aplikasinya akan baik pula. Berbicara mengenai aplikasi, tidak sedikit orang tua lokal (Bali) yang berharap ditambahnya porsi aplikasi berupa latihan bercakap-cakap menggunakan bahasa target. Dengan adanya latihan bercakap-cakap di kelas akan membiasakan siswa untuk menggunakan bahasa tersebut di luar kelas dengan baik. Orang tua berharap komunikasi yang tercipta lebih interaktif antar seluruh warga sekolah. Berkaitan dengan aplikasi, orang tua lokal (Bali) mengharapkan adanya contoh dari guru dalam penggunaan bahasa tersebut dengan baik dan benar. Adanya guru penutur asli bahasa tersebut (bahasa Inggris misalnya) adalah harapan lain dari orang tua lokal (Bali) karena menurut mereka dengan adanya guru penutur asli mampu memberikan contoh langsung bagaimana bahasa itu secara alami disampaikan. Keberanian dan kepercayaan diri anak dalam berbahasa merupakan salah satu harapan orang tua lokal (Bali) untuk ditingkatkan di sekolah ini, mengingat walaupun anaknya memiliki pengetahuan yang baik dalam berbahasa tetapi sebaliknya tidak memiliki keberanian dalam mengungkapkannya maka penggunaan bahasanya akan tersendat. Orang tua lokal (Bali) juga memiliki ekspektasi tentang perkembangan penggunaan bahasa Bali anaknya di Sekolah Dasar Bali Public School Denpasar. Orang tua berharap kedepannya agar penggunaan bahasa Bali lebih ditingkatkan dengan ditambahnya jam pelajaran bahasa Bali, begitu juga lomba-lomba yang berkaitan dengan penggunaan bahasa Bali. Mengemas pembelajaran bahasa Bali dengan lebih menarik sehingga anak tertarik untuk mempelajarinya dan tidak mengganggap bahasa Bali adalah pelajaran yang menakutkan dan membosankan adalah harapan lain dari orang tua lokal (Bali). Orang tua berharap agar pratek menggunakan bahasa Bali diperbanyak, tidak hanya mempelajari tentang kosakata tetapi juga mempraktekkannya dalam percakapan sehari-hari. Motivasi dari guru akan pentingnya penggunaan bahasa Bali dalam kehidupan seharihari menjadi harapan lain, sehingga anak ingin belajar bahasa Bali karena sudah tahu pentingnya. Motivasi disini dapat berupa sejenis penghargaan bagi siswa yang menggunakan bahasa Bali secara rutin untuk merangsang kecintaan siswa untuk menggunakan bahasa Bali dimana pun kapan pun sebagai usaha pelestarian budaya.
Strategi Sekolah Memfasilitasi Persepsi dan Ekspektasi Orang Tua Lokal (Bali) Kaitannya dengan penggunaan bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di sekolah yang menurut pandangan orang tua lokal (Bali) sudah baik secara umum tetapi masih ada harapan orang tua lokal (Bali) agar pihak sekolah memfasilitasinya dengan menyediakan guru penutur asli bahasa tersebut, dalam hal ini bahasa Inggris, berkaitan dengan persepsi dan ekspektasi ini kepala sekolah menyatakan telah mencoba menyediakan beberapa guru penutur bahasa Inggris dari India untuk memenuhi ekspektasi tersebut yang kepala sekolah rasa hal itu belum dapat memuaskan ekspektasi dari orang tua. Pihak sekolah masih saja terus berupaya untuk mengadaan guru penutur bahasa Inggris asli dengan menghubungi konsulat negara-negara bersangkutan tetapi sampai saat ini masih menemui kendala. Untuk itu pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah sedang berusaha meningkatkan kinerja guru-guru penutur bahasa Inggris yang berasal dari India tersebut untuk setidaknya dapat mendekati ekspektasi dari orang tua tersebut. Berikutnya, menanggapi persepsi orang tua lokal (Bali) yang beranggapan bahwa bahasa Indonesia mendominasi penggunaan bahasa sehari-hari di sekolah dan ekspektasi orang tua lokal (Bali) yang menyatakan agar sekolah menambah porsi pengaplikasian bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, kepala sekolah menegaskan 199
bahwa pihaknya menyadari iklim itu karena populasi kebanyakan siswa adalah siswa Indonesia atau yang bahasa rumahnya adalah bahasa Indonesia jadi di sekolah pun mereka menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi. Melihat kondisi itu, pihak sekolah sudah mengaplikasikan sebuah program hari berbahasa tertentu, misalnya hari senin selasa adalah English Day, Rabu adalah hari berbahasa Bali, sedangkan Kamis Jumat mereka boleh berbahasa Indonesia. Program berikutnya kembali digagas untuk memaksimalkan penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris di sekolah ini, misalnya dengan menugaskan setiap kelas secara bergantian setiap harinya untuk menampilkan sesuatu dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris atau bahasa Bali, misalnya berpuisi, bernyanyi, berdrama,dan keterampilan berbahasa lainnya di depan seluruh warga sekolah di pagi hari sebelum kelas dimulai. Program ini menjawab ekspektasi orang tua yang mengharapkan anaknya selain memiliki ilmu dalam berbahasa juga memiliki keberanian dan kepercayaan diri dalam menggunakan bahasa tersebut. Berkaitan dengan persepsi dan ekspektasi orang tua lokal (Bali) terhadap penggunaan bahasa Bali di sekolah, dimana orang tua berpandangan bahwa selama ini penggunaan dan pengajaran bahasa Bali sudah cukup dan sesuai dengan kurikulum, sejalan dengan itu kepala sekolah mengiyakan bahwa pihaknya telah melaksanakan pelajaran bahasa Bali dengan mengacu pada keputusan gubernur Bali yang memasukkan pelajaran Bahasa Bali sebagai salah satu muatan lokal dan mendapat jam pelajaran sebanyak dua jam pelajaran seminggu. Walaupun orang tua sudah merasa penggunaan bahasa Bali di sekolah cukup, tetapi mereka masih mengharapkan jumlah jam mata pelajaran bahasa Bali ditambah dan pengajarannya pun jangan hanya berkisar pada teori berbahasa Bali tetapi lebih pada aplikasinya. Merespon ekspektasi itu, kepala sekolah menyatakan bahwa pihaknya hanya mengikuti kurikulum yang datang dari pusat dimana lagi-lagi dinyatakan bahwa porsi muatan lokal bahasa Bali di sekolah dasar hanya dua jam pelajaran seminggu dan materi yang diajarkan di kelas pun juga demikian sudah sesuai dengan panduan yang ada. Melihat banyaknya ekspektasi yang diungkapkan oleh orang tua terhadap perkembangan penggunaan bahasa Bali anaknya di sekolah ini, kepala sekolah menyikapinya dengan akan berusaha menambah aktifitas-aktifitas ekstrakurikuler di bidang bahasa dan budaya Bali seperti menulis cerpen dalam bahasa Bali dan bercerita dalam bahasa Bali sehingga bahasa Bali mendapatkan porsi lebih dan penggunaannya juga lebih aplikatif. Selebihnya kepala sekolah berharap agar hasil penelitian ini juga sampai kepada pemerintah daerah dalam hal ini dinas kebudayaan Bali agar selanjutnya disikapi persepsi dan ekspektasi yang berkembang di lapangan ini.
Pembahasan Berdasarkan pada hasil observasi awal terhadap anak-anak yang bersekolah di Sekolah Dasar Bali Public School Denpasar yang jarang sekali menggunakan bahasa Bali pada kesehariannya membawa peneliti mengadakan penelitian tentang persepsi dan ekspektasi orang tua lokal (Bali) terhadap penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris di Sekolah Dasar Bali Public School Denpasar. Setelah mendata persepsi orang tua lokal (Bali) tentang hal tersebut melalui angket terbuka dan wawancara terstruktur ditemukan bahwa secara umum orang tua lokal (Bali) memang memfokuskan pendidikan anaknya di sekolah dwi bahasa untuk mendapatkan keterampilan dua bahasa target yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, sedangkan keterampilan bahasa Bali tidak menjadi fokus karena menurut orang tua tersebut penggunaan bahasa Bali dapat dilatih diluar sekolah dan akan menjadi proses pembiasaan di lingkungannya yang berbahasa Bali. 200
Hasil data ekspektasi orang tua lokal (Bali) terhadap penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris di sekolah nasional plus kaitannya dengan penggunaan bahasa Bali menunjukkan bahwa orang tua memiliki ekspektasi yang besar akan peningkatan penggunaan bahasa Bali anaknya dibantu oleh pihak sekolah dalam penyediaan fasilitas berupa kegiatan-kegiatan yang dapat melatih penggunaan bahasa Bali tersebut. Hasil data persepsi dan ekspektasi tersebut kemudian direspon baik oleh pihak sekolah dengan memfasilitasi persepsi dan ekspektasi tersebut dengan program-program sekolah yang sudah maupun yang akan dilaksanakan sehingga tercapai kondisi perkembangan bahasa anak yang diharapkan oleh semua warga sekolah dalam hal ini orang tua.
KESIMPULAN Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Persepsi orang tua lokal (Bali) terhadap penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris di Sekolah Dasar Bali Public School Denpasar kaitannya dengan langkanya penggunaan bahasa Bali menunjukkan bahwa orang tua lebih memfokuskan penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris anaknya di sekolah sedangkan penggunaan bahasa Bali tidak.
2.
Ekpektasi orang tua lokal (Bali) terhadap penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris di Sekolah Dasar Bali Public School Denpasar kaitannya dengan langkanya penggunaan bahasa Bali menunjukkan bahwa orang tua menginginkan guru untuk mencontohkan penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang baik sedangkan terhadap penggunaan bahasa Bali orang tua menginginkan lebih banyak praktis dari pada teori.
3.
Strategi pihak sekolah untuk memfasilitasi persepsi dan ekspektasi orang tua lokal (Bali) tersebut ada yang sudah dilaksanakan dan ada yang akan segera dilaksanakan, tetapi pihak sekolah menginginkan peran serta semua elemen untuk mewujudkannya bersama-sama.
UCAPAN TERIMA KASIH Tersusunnya artikel ini tidak luput dari bantuan dan dorongan dari beberapa pihak terkait. Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Yang terhormat Ibu Rektor Universitas Mahasaraswati Denpasar atas kepercayaan dan pembiayaan yang diberikan kepada penulis untuk penelitian ini.
2.
Yang penulis hormati Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Mahasaraswati Denpasar atas izin dan petunjuknya.
3.
Yang penulis hormati Dekan FKIP Universitas Mahasaraswati Denpasar atas izin dan petunjuknya.
4.
Yang penulis hormati pihak Sekolah Dasar Bali Public School Denpasar atas izinnya penulis dapat mengadakan penelitian disana.
5.
Yang penulis hormati seluruh orang tua lokal (Bali) yang menjadi subjek penelitian ini atas waktu dan kerjasamanya.
DAFTAR PUSTAKA Cava, G. F. (1998). Parent attitudes involvement and satisfaction with two-way immersion programs. http://proquest.umi.com/pqdweb?index=0&did=734108351&SrchMode=1&sid=1&Fmt=2&VInst=P ROD&VType=PQD&RQT=309&VName=PQD&TS=1134659962&clientId=48072 Dokumen UU No. 20 Tahun 2003
201
Miles, Matthew B. and Huberman, A. Michael. 1994. Qualitative Data Analysis, Second Edition .London: S age Publications
202