Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara
Pendahulua n
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Potensi sumberdaya pesisir dan laut di Indonesia begitu beragam baik dari segi kuantitas maupun kualitas, seharusnya dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan Negara Indonesia. Provinsi Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang sangat potensial untuk dikembangkan.
Untuk mengoptimalkan upaya pengembangan atau
eksplorasi sumberdaya tersebuat, perlu dilakukan inventarisasi, yang berguna untuk mengetahui jenis, letak dan nilai ekonomis sumberdaya serta untuk mengetahui kesesuaian ekologis setempat terhadap upaya eksploitasi. Inventarisasi sumberdaya pesisir dan pantai diharapkan dapat memberikan sejumlah informasi dasar yang berguna untuk proses penataan dan pengelolaan kawasan pantai dan pesisir sebagai bagian dari pengelolaan kawasan pantai secara terpadu (Integrated Coastal
Management/ICZM. Upaya pengelolaan sumberdaya alam dan jasa lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil yang tepat memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang kompleks, tentang interaksi bio-fisik antara perairan, daratan dan bahkan atmosfir sebagai suatu komponen lingkungan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Multidisiplin ilmu pengetahuan yang digabungkan dengan pengetahuan praktis di lapangan, melalui proses partisipasi aktif pengguna sumberdaya alam dan jasa pesisir dan pulau-pulau kecil, sangat diperlukan untuk perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan kondisi obyektif wilayah serta sesuai dengan tuntutan masyarakat. Kegiatan pembangunan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil mempunyai potensi dampak kerusakan habitat, perubahan pada proses alami ekosistem, dan pencemaran. Disisi lain, juga terjadi berbagai permasalahan seperti konflik kepentingan pembangunan, kelembagaan, dan tingkatan pemerintahan. Pembangunan yang tidak terintegrasi dengan baik, tanpa pedoman dan mitigasi lingkungan yang tepat, akan menghasilkan permasalahan dan konflik. Oleh karena itu keterpaduan perlu dilakukan untuk mengompromikan
1
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara
Pendahulua n
kepentingan antar sektor, tingkatan pemerintahan, ruang darat dan laut, ilmu dan pengelolaan, serta internasional. Lahirnya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 16 Tahun 2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, maka dipandang perlu adanya upaya mendorong pemerintah daerah untuk melakukan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu, yang diawali dengan melakukan penyusunan dokumen identifikasi desa pesisir sebagai basis data dan informasi dalam merumuskan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara holistic. Pada dasarnya yang dimaksud dengan identifikasi potensi
desa pesisir adalah
gambaran menyeluruh tentang karakter desa pesisir yang meliputi data dasar desa, potensi sumberdaya
alam,
sumberdaya
manusia,
prasarana
dan
sarana,
kelembagaan,
kebencanaan, serta issu dan permasalahannya. Profil desa pesisir ini akan mendorong perkembangan desa pesisir secara lebih cepat, komprehensif dan terpadu. Namun demikian, mengingat jumlah desa di Indonesia yang banyak yakni sekitar 8.090 desa, maka dipandang perlu dilakukan pengelompokan desa agar perkembangan kegiatan desa dapat lebih efektif dan efisien. Untuk itu, maka dilakukan pengelompokan desa pesisir dengan konsep desa pesisir. Dalam hal ini yang dimaksud dengan desa pesisir adalah desa-desa pesisir yang berdekatan secara geografis memiliki karakter fisik ekologi, sosial dan ekonomi yang relatif sama saling berinteraksi dan tumbuh bersama sebagai sebuah pesisir. Desa pesisir ini berkisar antara 3 desa atau lebih, dan ditetapkan secara nasional oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Wilayah Kabupaten Gorontalo Utara merupakan bagian integral dari koridor Pantai Utara Pulau Sulawesi, dan perairan lautnya tidak dapat dipisahkan dengan wilayah perairan laut Provinsi Sulawesi Utara. Luas perairan lautnya mencapai 43.100 km2 di Laut Sulawesi yang merupakan wilayah koridor Pantai Utara Pulau Sulawesi. Wilayah Kabupaten Gorontalo Utara ini, memiliki potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang bernilai ekonomis penting, diantaranya ikan pelagis, ikan demersal, rumput laut dan berbagai binatang laut
2
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara
Pendahulua n
lainnya selain mempunyai potensi ekonomi Gorontalo Utara juga memiliki ekositem mangrove, lamun dan terumbu karang yang menyebar diwilayah pesisir maupun pulaupulau kecil yang termasuk dalam wiayahnya. Pada tahun 2013 Kabupaten Gorontalo Utara mendapatkan bantuan program Coastal Community Development Project International
Fund For Agricultural Devlopment, (CCDP-IFAD), Pinjaman dari Bank Dunia di perbantukan untuk pengembangan pertanian. Untuk Gorontalo Utara desa-desa yang menjadi prioritas adalah Desa Langge, Desa Popalo Kecamatan Anggrek, Desa Katialada Kecamatan Kwandang, Desa Tihengo Kecamatan Ponelo Kepulauan, Desa Imana Kecamatan Atinggola, Desa Dunu Kecamatan Monano, Desa Buluwatu Kecamatan Sumalata Timur, Desa Hutokalo, dan Desa Kikia Kecamatan Sumalata. Berdasarkan uraian di atas, maka disusun suatu laporan tentang identivikasi potensi desa-desa pesisir, dalam sebuah kesatuan, sehingga dapat dilakukan untuk pengembanganpengembangan program yang akan dilaksanakan. B. Tujuan Tujuan penyusunan identivikasi potensi desa-desa pesisir ini adalah:
1.
Memberikan panduan dalam pelaksanaan kegiatan identifikasi dan potensi sumberdaya desa-desa pesisir.
2.
Membangun kesamaan persepsi dan tindakan bagi para pelaksana teknis, perencanaan dalam mengidentifikasi potensi serta menyusun rekomendasi pemanfaatan desa-desa pesisir.
3.
Menyediakan acuan pengelolaan sumberdaya desa pesisir secara kualitatif sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan bagi stakeholder untuk pengelolaan yang berkelanjutan.
C. Sasaran Sasaran identifikasi dan pemetaan potensi desa-desa pesisir adalah:
3
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara
Pendahulua n
1. Terdokumentasinya data potensi sumberdaya desa-desa pesisir khususnys desa yang menjadi sasaran proyek CCDP-IFAD di Kabupaten
Gorontalo
Utara, Provinsi Gorontalo. 2.
Tersusunnya rekomendasi pengelolaan sumberdaya desa-desa pesisir untuk pengambil keputusan untuk mencapai pengelolaan yang optimal dan berkelanjutan.
D. Ruang Lingkup Ruang lingkup penyusunan dokumen potensi desa pesisir ini menggunakan data primer dan sekunder yang dikumpulkan melalui survei dan observasi lapangan, survei instasional, Focus Group Discussion (FGD), penelusuran data dan dokumen tentang gambaran umum wilayah administratif, kondisi sumberdaya alam (hayati, non-hayati, jasa lingkungan dan energi), kebencanaan, serta isu dan permasalahan yang disajikan dalam bentuk narasi.
4
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara
Desa Kikia
BAB I. MUATAN DESA PESISIR 1.1. Kondisi Geografis Dan Administrasi Desa Kikia terletak pada koordinat 010 00’ 362’’ N / 1220 17’ 569 ‘’ E berada dalam wilayah administratif Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara,
Gambar 46. Peta wilayah Desa Kikia Kabupaten Gorontalo Utara
Sumber : citra ©2013 Terametric, Data Peta © 2013 Google MapIT Desa Kikia secara administratif wilayah memiliki luas 1478 Km 2 dengan garis pantai sepanjang 15 Km memanjang melintasi seluruh bagian utara desa. Sampai saat ini, Desa Kikia masih memiliki 2 pulau yang sampai saat ini belum memiliki nama.
88
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara
Desa Kikia
1.2. Kependudukan Sampai tahun 2013, Desa Kikia dihuni oleh 226 KK, yang terbagi atas Laki-Laki 430 Jiwa, dan Perempuan 478 Jiwa, lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut : 490
478
480 470 Jumlah
460 450 440 430
430
420 410 400 Laki-Laki
Perempuan Jenis Kelamin
Gambar 47. Jumlah Penduduk Desa Kikia Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber : Kantor Desa Kikia, 2013
Pada gambar tersebut di atas, dapat disimpuklan bahwa masyarakat Desa Kikia lebih didominasi oleh perempuan. Jika ditinjau dari pendidikan terakhir, Masyarakat Desa Kikia masih banyak yang berada diluar program wajib belajar 9 tahun seperti pada gambar berikut :
89
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara
90 80
Desa Kikia
77
Jumlah (Jiwa)
70 60 50
43
40 30 20
13
10
2
0 SD
SLTP
SLTA
Perguruan Tinggi
Pendidikan Terakhir
Gambar 48. Tingkat Pendidikan Desa Kikia 1.3. Perekonomian Masyarakat Desa Kikia sebagian besar berprofesi ganda tergantung pada musim yang terjadi pada saat itu. Pada musim penangkapan ikan (musim timur) masyarakat berbondong-bondong melaut mencari ikan, tetapi ketika musim paceklik tiba masyarakat beralih profesi menjadi petani, hanya 23 orang saja yang tetap mencari ikan. Nelayan tetap tersebut sebagian besar menggunakan Hand Line (Pancing Ulur) sebagai alat penangkapan ikan, dan hanya sebagian kecil yang menggunakan Surface Gill
Net ( menurut masyarakat Desa Kikia, alat ini bernama “ Soma”). Pada musim “Boloa” (Ikan Teri ) yag berkisar pada Bulan Maret-Juli, Produksi ikan teri di Desa Kikia bisa dikatakan melimpah. Hal ini dibuktikan dengan nelayan dari Kecamatan Kwandang ikut menangkan ikan teri di daerah Desa Kikia. Pada musim tersebut, seluruh nelayan bisa memperoleh hasil tangkapan lebih dari 3 Ton dalam waktu 1 minggu dengan harga jual Rp.20.000/Kg. Hal menarik yang ditemukan adalah, perairan Desa Kikia tidak dijumpai Ikan Teri Hitam, hanya Ikan Teri Putih dan Ikan Teri Biru yang dijumpai.
90
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara
Desa Kikia
BAB II. SUMBER DAYA ALAM 2.1. Terumbu Karang
Aneka jenis karang batu seperti Acropora, Lobophyllia dan Montipora dapat kita jumpai dalam berbagai bentuk seperti kompak (masif), menyerupai meja (tabulate), Kelopak bunga (Foliose) dan bercabang (branching) belum lagi terdapatnya komunitas bentik lain seperti kelinci laut (Nudibranch), cacing tabung (christmas worm) dan lili laut (crinoid) dalam jumlah yang besar yang beraneka warna dan bentuk.
Gambar 49. Terumbu karang di Perairan Desa Kikia 2.2. Mangrove Luasan hutan mangrove di Desa Kikia, Kecamatan Sumalata ± 2 Ha, dengan jenis mangrove adalah Brugeira sp, Xylocarpus sp, Soneratia alba, Avicena alba, Nipa, Waru. Jenis mangrove dapat dilihat pada tabel berikut.
91
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara
Desa Kikia
Tabel 23. Jenis Mangrove di Desa Kikia No
1
Nama
Gambar
Brugeira sp
2
Xylocarpus sp
4
Soneratia alba
92
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara
5
Avicena alba
6
Nipa
7
Waru
Desa Kikia
Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan hasil analisis mangrove di Desa Kikia adalah Brugeira sp 25%,
Xylocarpus sp, 20% Soneratia alba 15%, Avicena alba 30%, Nipa 10%
.
93
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara
Desa Kikia
2.3. Lamun Jenis lamun yang ditemkan didesa kikia adalah jenis Enhalus acoraides.
Enhalus acoroides Gambar 50. Jenis Lamun Di Desa Kikia
2.4. Kualitas Perairan
Data kualitas perairan Desa Kikia dapat di lihat pada Tabel berikut. Tabel 24. Parameter Kualitas Perairan Kikia No
Parameter
Satuan
Nilai
% C
80-97 30-32
Fisika 1 2
Kecerahan Suhu
3
Kecepatan Arus
m/s
0.34-0.41
4 Kimia
TSS
mg/l
69.85
1 2
pH Oksigen Terlarut
mg/l
8- 8.04 7-8
3
Salinitas
0
0
/oo
Data Primer 2013
94
32-33
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara
Desa Kikia
2.4.1. Kecerahan Berdasarkan tabel
di atas kecerahan perairan setiap stasiun,
kecerahan
tertinggi berada pada stasiun dengan nilai 80%, sedangkan kecerahan terendah pada rendahnya kecerahan di stasiun ini di sebabkan terjadinya kegiatan yang ada di sekitar desa ini yaitu aktifitas masyarakat dan pertanian yang ada di desa ini.
2.4.2. Suhu Berdasarkan hasil pengukuran suhu dilapangan adalah Desa Kikia 30-.320C. Perbedaan tersebut diduga karena, adanya selisih waktu ngatakan bahwa, suhu perairan
2.4.3. Kecepatan Arus Kecepatan arus di perairan di Desa Kikia 0.34-0.41 m/s.
Mariska (2007)
yang mengelompokkan perairan berarus sangat cepat (>1m/dtk), cepat (0,5– 1m/dtk), sedang (0,25–0,5m/dtk), lambat (0,1–0,2 m/dtk) dan sangat lambat (<0,1m/dtk).
Perbedaan kecepatan arus diduga disebabkan oleh letak lokasi.
Adanya Pulau Hutokalo, yang menghalang merupakan salah satu penyebab arus menjadi lemah, akibat terjadi pembelokan arus pada lokasi tersebut
2.4.4. Total Suspended Solid (TSS)
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan nilai TSS di Desa Kikia yaitu 66.88 mg/l.Perbedaan nilai TSS pada saat pasang surut menggambarkan bahwa terjadi pergeseran kekeruhan diakibatkan pasang dan surut. Hal ini dapat dijelaskan pada saat pasang, gelombang pasang akan menjalar ke dalam estuari sampai pada jarak yang cukup jauh dari muara, yang disertai dengan transport massa air laut dalam jumlah yang sangat besar. Hal inilah yang menjadikan kondisi surut memiliki nilai TSS yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi pasang.
95
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara
Desa Kikia
2.4.5. pH Berdasarkan hasil pengamatan di daerah penelitian pH di Desa Kikia 8.025. Perbedaan nilai pH perairan tergantung pada kondisi perairan apakah sudah terjadi pencemaran yang ada disekitarnya sehingga mempengaruhi kondisi perairan.
2.4.6. Oksigen Terlarut. Kandungan oksigen terlarut di perairan di desa Kikia adalah 7 – 8 mg/l, Bervariasinnya kandungan oksigen terlarut diduga karena adanya pergerakan dan percampuran massa air serta siklus harian variabel ini.
2.4.7. Salinitas Kisaran salinitas pada daerah penelitian desa Kikia
adalah 32-33 ppm.
Salinitas permukaan air laut sangat erat kaitannya dengan proses penguapan dimana garam-garam akan mengendap atau terkonsentrasi. Daerah-daerah yang mengalami penguapan yang cukup tinggi akan mengakibatkan salinitas tinggi. Berbeda dengan keadaan suhu yang relatif kecil variasinya, salinitas air laut dapat berbeda secara geografis akibat pengaruh hujan lokal, banyaknya air sungai yang masuk ke laut, penguapan dan edaran massa air.
96
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara
Isu Utama
ISU-ISU UTAMA 1. Masalah Ekologi Isu utama yang berhubungan dengan ekologi diwilayah pesisir adalah: a. Terumbu Karang Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan yang dilakukan setiap desa-desa bahwa terjadinya pemboman, pembiuasan-pembiusan sehinggga ekosistem terumbu karang mengalami kematian.
Gambar 51. Terumbu Karang Akibat Pemboman/Pembiusan b. Mangrove Kerusakan ekologi mangrove diwilayah pesiisr diakibatkan oleh pengambilan mangrove sebagai
kayu bakar, pembuatan patok jarring tancap, bahan bangunan, dan
pembungan
sampah
secara
langsung
diwilayah-wilayah
mengakibatkan hilangnya ekosisitem-ekosistem ini.
97
tersebut,
sehingga
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara
Isu Utama
Gambar 52. Kerusakan Mangrove 2.
Masalah Topografi Hampir semua wilayah pesisir di gorontalo utara memiliki topografi yang tidak rata atau
bergelombang, dan akibatnya pengelolaan yang didarat yang menghilangkan daerah penyangga menjadi lahan pertanian sehingga tingkat abrasi yang menuju kewilayah tersebut berupa sedimentasi yang bersumber dari atas akan turun di wilayah pesisir akibatnya mengganggu aktivitas yang ada di pesisir.
98
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara
Isu Utama
Gambar 53. Sedimentasi Wilayah Pesisir 3. Penurunan Kualitas Air Ada beberapa desa yang menjadi jalur perdagangan, transportasi, pengolahan dan pelabuhan dimana akan menurunan kualitas air hal ini mengakibatkan limbah-limbah dari kegiatan tersebut akan langsung dibuang kelaut, sehingga dapat mengganggu ekosistem yang ada di bawahnya yaitu lamun dan terumbu karang.
99
Identifikasi Potensi Desa-Desa Pesisir di Kabupaten Gorontalo Utara
Rekomendasi
REKOMENDASI Berdasarkna hasil penelitian dan analisis yang dilakukan tentang potensi-potensi daerah wilayah pesiiar maka disusun rekomendasi yang dapat disampaikan adalah 1. Desa Katialada direkomendasikan sebagai kawasan industry pengolahan ikan dan budidaya 2. Popalo sebagai kawasan budidaya 3. Langge sebagai konservasi mangrove dan kawasan budidaya 4. Dunu sebagai kawasan penangkapan, wisata dan budidaya 5. Buluwatu sebagai kawasan penangkapan 6. Kikia sebagai kawasan konservasi terumbu karang, penangkapan dan budidaya 7. Hutokalo sebagai kawasan budidaya dan penangkapan ikan 8. Imana sebagai kawasan penangkapan dan budidaya 9. Tihengo sebagai kawasan industry pengolahan ikan, penangkapan dan budidaya
100