1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Dewasa ini, Industri di bidang kecantikan mempunyai kecenderungan yang terus
meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Industri kecantikan terus menunjukan daya tariknya seiring dengan perkembangan zaman. Gaya hidup masyarakat Indonesia menjadikan peluang yang dapat dilirik setiap perusahaan dalam menawarkan beragam produk dan jasa. Era Globalisasi telah membawa keinginan dalam memenuhi kebutuhan hidup semakin tinggi, sebagai manusia modern maka pola pikir mereka pun perlahan berubah dan menuntut mereka untuk selalu bersifat konsumtif (Rianto, et.al 2014). Perawatan kulit menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi setiap orang, gaya hidup seperti ini menjadi tuntutan untuk lebih mengutamakan penampilan. Khususnya wanita yang sebagian besar mendambakan kecantikan dan kulit yang sehat, namun kaum pria juga tidak kalah untuk memperhatikan penampilan semenarik mungkin dan mencari kesempurnaan. Anggapan ini berkembang sebagai akibat dari intruksi terus-menerus yang dibawa melalui media iklan, majalah, film, sinetron, infotainment, artikel dan fotofoto dimedia. Melalui media seperti ini dibentuklah pencitraan manusia sempurna demi eksploitasi untuk menciptakan pemasaran komoditi-komoditi pelaku usaha. Wanitawanita ini percaya terhadap citra ideal yang diciptakan oleh produsen (Sarwendah, 2013).
2
Jasa perawatan tubuh atau kulit merupakan salah satu jasa yang ditawarkan dalam industri kecantikan saat ini. Pasal 1 ayat 5 UU nomer 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yang mengartikan jasa sebagai layanan yang berbentuk pekerjaan dan prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan bagi konsumen. Tren bisnis klinik kecantikan berkembang pesat di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri industry kecantikan sudah mencapai ratusan ribu, Jenis usaha ini semakin beragam, maka semakin marak munculnya beragam merek produk kecantikan terutama produk salon kecantikan, perawatan tubuh, perawatan kulit sampai dengan spa untuk memenangkan persaingan. Kehadiran berbagai klinik kecantikan membuat Natasha Skin Care memiliki tantangan untuk lebih meningakatkan kemampuan bersaing. Konsumen pun akan lebih selektif dalam memilih produk dan jasa yang ditawarkan sesuai dengan apa yang dibutuhkan, diinginankan dan daya beli. Untuk mengatasi keluhan yang disebabkan masalah pada kulit yang dapat mengurangi kecantikan dan kesehatan kulit maka setiap orang membutuhkan produk perawatan yang tepat. Keputusan pembelian konsumen dalam memilih bukan terjadi begitu saja. Banyak pertimbangan yang di lakukan konsumen sebelum memutuskan membeli suatu produk. Keputusan pembelian oleh konsumen adalah keputusan yang melibatkan persepsi terhadap kualitas produk, harga, promosi, citra merek dan kualitas pelayanan (Jackson R.S. Weenas, 2013 dan Andriyanto, et.al 2013).
3
Natasha Skin Clinic Center kini menduduki market share 9 persen dari total market share kosmetik di Indonesia yang mencapai Rp12 triliun. Natasha Skin Clinic Center menduduki peringkat tertinggi di kelasnya, sekitar 35 persen dengan kinerja terus mengalami pertumbuhan antara 9-12 persen (www.sindonews.com). Hal ini menunjukan bahwa potensi bisnis klinik kecantikan masih sangat menjanjikan. Hal ini dikarenakan makin tingginya kepedulian para wanita untuk melakukan perawatan tubuhnya. Natasha juga meraih Great Performing Brand in Social Media untuk kategori Beauty Clinic pada ajang Social Media Award 2015 (www.natasha-skin.com). Fenomena bertumbuhnya klinik kecantikan telah banyak terjadi di kota besar maupun di kota kecil seluruh indonesia. Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya kesadaran untuk memperhatikan kecantikan di kalangan kaum wanita dan lelaki termasuk ibu-ibu dan remaja. Adapun pangsa pasar skin care di Indonesai di tunjukan pada gambar di bawah ini: Gambar 1.1 Pangsa Pasar Skin Care di Indonesia
Sumber: Modifikasi dari majalah survey VIII/ Tahun II/ Januari 2011
4
Berdasarkan penelitian di atas dapat dilihat dari gambar 1.1 menjelaskan bahwa Natasha skin care memimpin dalam market share dengan perolehan 47 %. Natasha masih unggul jauh dibanding dengan klinik lain yang bergerak dibidang skin care. Misalnya Erha clinik yang hanya mendapatkan 19% dengan perolehan pangsa pasar. Seperti yang kita ketahui bahwa Natasha skin care dan erha clinik merupakan salah satu perusahan besar di bidang skin care. Perusahaan-perusahan lain seperti Larissa, London Beauty Centre (LBC), Naavagreen Natural Skin Care, Klinik Estetika dll masih tertingal jauh. Natasha mendapatkan penghargaan Top Brand tahun 2012. Natasha yang telah mendapatkan lisensi Top Brand dari tahun 2009, Kini tahun 2012 juga mendapatkan lisensi super brand. (Sumber:Majalah marketing/no.08/XII/agutus 2012). Tabel 1.1 Top Brand Award perawatan kulit tahun 2013-2015 Merek
2013 TBI TOP
2014
Natasha Skin Care
35,0%
TOP
TBI 34,9 %
Erha Clinic
14,2%
TOP
17,1 %
Klinik Dr. Eva Mulia Miracle Skin Care London Beauty Center
6.5 %
Estetika Rista House
TOP TOP
2015 TBI TOP 26.1 % TOP
TOP
21.8 %
3,0 %
2,8% 2,5 % 5,1 %
5.1 % 4.8 % 3.5 %
2,1 %
2,6 % -
3.1 % -
TOP
Sumber: (www.topbrand-award.com). Pada tabel 1.1 menujukan bahwa Natasha Skin Care mendapatkan top brand tertinggi selama tiga tahun berturut-turut dan di tahun 2015 Natasha skin care masih mempertahankan top brand tertinggi. Hal tersebut membuktikan bahwa Natasha skin
5
care masih banyak diminati masyarakat walaupun banyak pesaing klinik kecantikan lain. Klinik kecantikan Natasha merupakan pemimpin pasar besar di Indonesia. Dari ulasan di atas perusahaan harus mampu mengenal dan mengetahui apa yang menjadi kebutuhan yang diinginan konsumen. Untuk memenangkan persaingan dalam industry kecantikan perlu diterapkan strategi yang tepat guna mengetahui posisi skin care dibenak masyarakat terhadap skin care pesaing lainnya. Kemampuan setiap perusahaan dalam memenangkan konsumen tidak hanya terletak pada produk yang ditawarkannya akan tetapi konsumen akan memilih perusahaan yang memiliki citra merek yang kuat. Pada intinya citra merek menunjukan presepsi konsumen dan perasaannya terhadap suatu produk (Roy dan Banerjee, 2007). Citra merek dapat ditunjukan dalam atribut produk, manfaat produk, serta jaminan kualitas produk. Sehingga citra merek dapat membangun loyalitas yang akan mendorong konsumen menjadi tertarik untuk melakukan pembelian. Natasha memiliki citra merek yang kuat sehingga mampu memberikan hasil yang besar, dan dapat memberikan nilai lebih untuk sebuah produk baru. Natasha berupaya agar tetap menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kepuasan konsumen agar tidak berpindah keperusahaan lainnya. Bila seseorang merasa senang dan puas dalam membeli barang atau jasa maka hal itu akan memperkuat minat membeli, ketidak puasan biasanya menghilangkan minat. Minat beli yang ada dalam diri konsumen merupakan fenomena yang sangat penting dalam kegiatan pemasaran, minat membeli merupakan suatu perilaku konsumen yang melandasi suatu keputusan pembelian yang hendak dilakukan.
6
Kualitas produk berperan penting dalam menarik minat beli. Selain itu juga berkaitan erat dalam menciptakan keuntungan bagi perusahaan. Semakin berkualitas produk yang ditawarkan perusaahan maka kepuasan yang dirasakan konsumen semakin tinggi (Lasander, 2013). Penilaian yang baik mengenai kualitas produk sesuai dengan tingkat keinginan dan kebutuhan konsumen akan mendorong konsumen melakukan pembelian produk. Menurut Citra Suci Mantauv (2013) dan Farli Liwe (2013) menujukan bahwa kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Pengalaman konsumen dalam memakai produk dan jasa akan menghasilkan penilaian konsumen, apabila produk dan jasa memuaskan konsumen maka konsumen akan melakukan pembelian ulang sehingga dapat membangun loyalitas konsumen. Natasha dalam menjual produk dan jasa juga memperhatikan harga sesuai dengan kualitas produknya, untuk lebih menarik natasha skin care melakukan strategi promosi dengan memberikan ikatan terhadap pelanggan seperti potongan harga dan hadiah secara langsung pada saat pembelian, misalnya pemberian diskon pada kartu kredit BRI dimana 10% untuk produk, dan 20% untuk facial, Program Student Card Bagi pelajar dan mahasiswa, dapat menggunakan executive card student dan dapatkan diskon 25% untuk perawatan dan 15% cream, Gratis konsultasi dokter, Program “It’s Men’s Day” adalah Program yang ditujukan untuk para laki-laki, penawaran tersebut berupa Diskon 50% untuk facial dan treatment, serta diskon 20% untuk pembelian men’s cream ( www.natasha-skin.com). Dari segi promosi natasha skin care mengunakan brosur-brosur yang dibagikan ke outlet-oulet, sponsor, media iklan di televise,papan baliho, sosial media dan web.
7
Menurut Jeckson R.S.Weenas (2013) Promosi merupakan salah satu kegiatan pemasaran yang berpengaruh terhadap peningkatan penjualan atau minat beli masyarakat jika promosi mampu memberikan serta memenuhi fungsi dasar dan promosi. Penelitian Jackson R.S.Weenas (2013) menyebutkan Kualitas pelayanan menjadi factor yang penting produsen dalam menarik minat beli dan daya beli konsumen karena konsumen akan merasa lebih dulu dengan produk walaupun produk yang ditawarkan itu belum dipakai. Sikap ramah, mudah menjawab setiap pertanyaan konsumen sudah tentu akan membuat konsumen lebih mudah mengenal akan produk itu. Pelayanan merupakan evaluasi konsumen tentang kesempurnaan kinerja layanan. Berdasarkan uraian di atas, maka dirasa penting bagi peneliti untuk meneliti lebih lanjut. Pada akhirnya peneliti mengajukan penelitian dengan judul :“Pengaruh Kualitas Produk, Harga , Promosi , Citra Merek dan Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Klinik Kecantikan Natasha Skin Care Kudus”
8
1.2
Rumusan Masalah Dari latar belakang yang diuriakan sebelumnya, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian konsumen di klinik kecantikan Natasha Skin Care Kudus? 2. Bagaimanakah pengaruh harga terhadap keputusan pembelian konsumen di klinik kecantikan Natasha Skin Care Kudus? 3. Bagaimanakah pengaruh promosi terhadap keputusan pembelian di klinik kecantikan Natasha Skin Care Kudus? 4. Bagaimanakah pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian di klinik kecantikan Natasha Skin Care Kudus? 5. Bagaimanakah pengaruh kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian di klinik kecantikan Natasha Skin Care Kudus? 6. Bagaimanakah pengaruh kualitas produk, harga, promosi, citra merek dan kualitas pelayanan secara bersamaan terhadap keputusan pembelian konsumen di Klinik kecantikan Natasha Skin care Kudus? 1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dilakukan Penelitian ini adalah:
1.
Untuk menganalisis pengaruh Kualitas produk terhadap keputusan pembelian di klinik kecantikan Natasha Skin Care Kudus.
2.
Untuk menganalisis pengaruh harga terhadap keputusan pembelian konsumen di klinik kecantikan Natasha Skin Care Kudus.
9
3.
Untuk menganalisis pengaruh promosi terhadap keputusan pembelian konsumen di klinik kecantikan Natasha Skin Care Kudus.
4. Untuk menganalisis pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian konsumen di klinik kecantikan Natasha Skin Care Kudus. 5.
Untuk menganalisis pengaruh Kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian konsumen di klinik kecantikan Natasha Skin Care Kudus.
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut: a. Bagi penulis : Penelitian ini dapat menambah pengalaman serta dapat mengetahui sikap konsumen terhadap suatu produk secara lebih terinci. b. Bagi pihak lain : Diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat memberikan sedikit gambaran bagi penelitian lain yang ada kaitannya dengan penelitian ini. 1.5
Sistematika Penelitian Bab I
: Pendahuluan Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
Bab II
: Tinjauan Pustaka Dalam bab ini akan diuraikan tinjauan pustaka yang terdiri dari definisi pemasaran, perilaku konsumen, kualitas produk, harga, promosi, citra
10
merek, kualitas pelayanan, keputusan pembelian, penelitian terdahulu, kerangka konseptual penelitian, dan pengajuan hipotesis penelitian. Bab III : Metodelogi Penelitian Dalam bab ini akan diuraikan mengenai variabel penelitian dan definisi operasional, populasi dan sempel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis data. Bab IV : Analisis Data dan Pembahasan Pada bagian ini diuraikan gambaran umum masyarakat Kota Kudus, serta hasil analisis data statistik yang terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas instrumen, analisis linier berganda dan uji statistik (uji t, uji f dan uji koefisien determinasi). Bab V
: Kesimpulan dan Saran
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Definisi Pemasaran Pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting bagi perusahaan karena
pemasaran mempunyai kedudukan sebagai perantara antara produsen dan konsumen. Pemasaran merupakan suatu urutan-urutan kegiatan yang saling berkaitan erat dan bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan atau konsumen melalui proses pertukaran. Dengan demikian perusahaan dalam menjalankan usahanya perlu memerhatikan dan mengembangkan sistem pemasarannya. Menurut Kotler dan Keller (2012) “Marketing is a societal process by which individuals and groups obtain what they need and want through creating, offering, and freely exchanging products and services of value with others”. Pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan ingin menciptakan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain. Sedangkan definisi secara luas pemasaran adalah proses sosial dan menejerial dimana pribadi atau organisasi mengelola apa yang mereka inginkan dan butuhkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain (Kotler dan Amstrong, 2008).
12
2.1.1.1 Konsep Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2009), ada lima konsep alternatif yang mendasari langkah-langkah organisasi dalam merancang dan melaksanakan strategi pemasaran yang dipilih perusahaan dakam menjalankan bisnis nya yaitu, konsep produksi, produk, penjualan, pemasaran, dan pemasaran holistik. a. Konsep Produksi Konsep produksi menyatakan bahwa konsumen akan menyukai produk yang tersedia dan tidak mahal. Karena itu, manajer dari bisnis yang berorientasi pada produksi berkosentrasi untuk mencapai efisiensi produksi yang tinggi, biaya rendah dan distribusi massal. b. Konsep Produk Konsep produk menyatakan bahwa konsumen akan menyukai produk yang menawarkan kualitas, kinerja, dan fitur inovatif yang terbaik. Manajer dari organisasi berfokus untuk membuat produk yang unggul dan sesantiasa memutakhirkannya, Berdasarkan konsep ini, strategi pemasaran berfokus pada perbaikan produk yang berkelanjutan. c. Konsep Penjualan Banyak perusahaan mengikuti konsep penjualan, yang menyatakan bahwa konsumen tidak akan membeli produk perusahaan kecuali jika produk itu dijual dalam skala penjualan dan usaha promosi yang besar. Konsep ini biasanya dipraktekkan pada barang yang tidak dicari–barang-barang yang tidak terpikir
13
akan dibeli oleh konsumen dalam keadaan normal, seperti asuransi atau donor darah. d. Konsep Pemasaran Konsep pemasaran menyatakan bahwa pencapaian tujuan organisasi tergantung pada pengetahuan akan kebutuhan dan keinginan target pasar dan memberikan kepuasan yang diinginkan dengan lebih baik daripada pesaing. Berdasarkan konsep ini, fokus dan nilai pelanggan adalah jalan menuju penjualan dan keuntungan. e. Konsep Pemasaran Holistik Merupakan pengembangan, desain dan pengimplementasian program pemasaran, proses serta aktivitas yang menyadari keluasan dan sifat yang saling ketergantungan. Pemasaran holistic menyadari bahwa “segalanya berarti” dalam pemasaran dan bahwa suatu perspektif yang luas dan terintregasi diperlukan. 2.1.2
Perilaku Konsumen Untuk
menunjang
keberhasilan
pemasaran,
maka
perusahaan
harus
menperhatikan perilaku konsumen yang dilakukan dalam proses mendapatkan suatu produk. Menurut Kotler (2009), perilaku konsumen adalah study bagaimana cara individu, kelompok dan organisasi memilih, membeli dan menggunakan dan bagaimana barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Kotler dan Amstrong (2011) mengemukakan bahwa perilaku pelanggan mengaju pada perilaku pembelian konsumen akhir individu dan rumah tangga yang membeli dan pengunaan produk.
14
2.1.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Menurut Kotler (2009) perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktorfaktor budaya, sosial, pribadi. Biasanya pemasar dapat memahami secara penuh teori dan realitas perilaku konsumen. 1. Faktor Budaya
Budaya Budaya merupakan determinasi dasar keinginan dan perilaku seseorang. Anakanak yang sedang bertumbuh mendapatkan pencapaian dan keberhasilan, aktivitas, efisiensi dan kepraktisan, ptoses kenyamanan materi, individualism, kebebasan, kenyamanan eksternal dan jiwa muda.
SubBudaya Setiap budaya terdiri dari beberapa subbudaya yang lebih keci yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk anggota mereka. Subbudaya mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis.
Kelas Sosial Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial, divisi yang relative homogeny dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, tersusun secara hierarki dan mempunyai anggota yang berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama.
2.
Faktor Sosial
Kelompok Referensi Kelompok referensi adalah semua kelompok yang mempunyai pengaruh langsung/ tatap muka atau tidak langsung terhadap sikap atau peilaku tersebut.
15
Keluarga Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan anggota keluarga merepresentasikan kelompok refrensi utama yang paling berpengaruh.
Peran dan Status Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok-keluarga , klub, organisasi. Kelompok
sering
menjadi
sumber
informasi
penting
dan
membantu
mendifinisikan norma perilaku. 3. Faktor Pribadi
Usia dan Tahap Siklus Hidup Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga dan jumlah, usia, serta jenis kelamin orang dalam rumah tangga pada satu saat. Selain itu, tahap siklus hidup psikologis bisa terjadi. Orang dewasa mengalami “perjalanan” dan “perubahan” tertentu sepanjang hidupnya. Para pemasar juga harus memberi perhatian yang besar pada peristiwa-peristiwa penting dalam hidup atau masa peralihan (menikah,
kelahiran
menduda/menjanda),
bayi, karena
sakit,
relokasi,
peristiwa-peristiwa
bercerai, tersebut,
beralih
kerja,
memunculkan
kebutuhan baru.
Pekerjaan dan Lingkungan Ekonomi Pekerjaan seseorang juga memengaruhi pola konsumsinya. Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang memiliki minat diatas ratarata terhadap produk dan jasa mereka. Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh
16
keadaan ekonomi seseorang. Pemasar dapat mengambil langkah untuk merancang memposisikan, dan menentukan kembali harga produk mereka atau memperkenalkan atau meningkatkan penekanan atas merek diskon.
Kepribadian dan konsep diri Setiap orang mempunyai karakteristik pribadi yang mempengaruhi perilaku pembelian. Kepribadian merupakan sekumpulan sikap psikologis manusia yang menyebabkan respons yang relatif konsisten dan tahan lamaterhadap rangsangan.
Gaya hidup dan nilai Gaya hidup merupakan pola hidup seseorang didunia yang tercermin dalam kegiatan,minat, dan pendapatan. Gaya hidup memotret interaksi “seseorang secara utuh” dengan lingkungannya.
2.1.2.2 Model Perilaku Konsumen Berbicara mengenai periaku konsumen, pada akhirnya akan sampai kepada bagaimana implikasi terhadap langkah – langkah strategi pemasaran yang dilakukan. Tugas pemasar adalah untuk memahami apa yang terjadi dalam kesadaran konsumen, antara kedatangan rangsangan pemasaran dari luar dan keputusan pembelian akhir.
17
Perilaku konsumen Rangsangan Rangsangan Pemasaran Lain Produk dan jasa
Ekonomi Teknologi
Harga Distribudi Komunika si
Politik Budaya
Motivasi Presepsi Pembelajar an Memori Karakteristi k konsumen Budaya Sosial pribadi
Proses perilaku konsumen
Keputusan pembelian
Pengenalan masalah
Pemilihan produk
Pencarian informasi
Pemilihan merek
Evaluasi alternative
Pemilihan penyaluran
Keputusan pembelian
Jumlah pembelian
Perilaku pascapemb elian
Waktu pembelian Metode pmbayaran
Gambar 2.1 Model Perilaku Konsumen Sumber : Kotler dan Keller (2009) 2.1.3
Kualitas Produk Menurut Kotler (2009) menyatakan definisi produk adakah segala sesuatu yang
dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memusakan keinginan atau kebutuhan. Sedangkan menurut mantan pemimpin GE,John F.Welch Jr., kualitas adalah jaminan terbaik kami atas loyalitas pelanggan, pertahanan terkuat kami menghadapi persaingan luar negri, dan satu-satunya jalan untuk memperhahankan pertumbuhan dan penghasilan. Menurut Kotler dan Amstrong (2012) “Kualitas produk adalah karakteristik suatu produk atau jasa yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan
18
pelanggan”. Kualitas produk adalah keseluruhan ciri serta dari suatu produk atau pelayanan pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat (Kotler, 2009). Ada sembilan dimensi kualitas produk menurut Kotler dan Keller (2009) seperti berikut ini : 1. Bentuk (form), meliputi ukuran, bentuk, atau struktur fisik produk. 2.
Fitur (feature), karakteristik produk yang menjadi pelengkap fungsi dasar produk.
4.
Kualitas kinerja (performance quality), adalah tingkat dimana karakteristik utama produk beroperasi.
5. Kesan kualitas (perceived quality) sering dibilang merupakan hasil dari penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan. 5. Ketahanan (durability), ukuran umur operasi harapan produk dalam kondisi biasa atau penuh tekanan, merupakan atribut berharga untuk produk – produk tertentu. 6. Keandalan (reliability), adalah ukuran probabilitas bahwa produk tidak akan mengalami malfungsi atau gagal dalam waktu tertentu. 7. Kemudahan perbaikan (repairability), adalah ukuran kemudahan perbaikan produk ketika produk itu tak berfungsi atau gagal. 8. Gaya (style), menggambarkan penampilan dan rasa produk kepada pembeli.
19
9. Desain (design), adalah totalitas fitur yang mempengaruhi tampilan, rasa, dan fungsi produk berdasarkan kebutuhan pelanggan. 2.1.4
Harga Harga merupakan satu-satunya unsur marketing mix yang menghasilkan
penerimaan penjualan, sedangkan unsur lainnya hanya unsur biaya saja. Walaupun penetapan harga merupakan persoalan penting, masih banyak perusahaan yang kurang sempurna dalam menangani permasalahan penetapan harga tersebut. Karena menghasilkan penerimaan penjualan, maka harga mempengaruhi tingkat penjualan, tingkat keuntungan, serta share pasar yang dapat dicapai oleh perusahaan. Menurut
Saladin,
2008
(dikutip
oleh
Jackson
R.S.
Weenas,
2015)
mengemukakan bahwa harga adalah sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk atau jasa atau dapat juga dikatakan penentuan nilai suatu produk dibenak konsumen. Daryanto (2013) mendefinisikan harga adalah sejumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau sejumlah nilai yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat memiliki atau mengunakan produk. Berdasarkan difinisi tersebut dapat disimpulkan bahwa harga merupakan sejumlah uang yang diberikan konsumen untuk mendapatkan barang atau jasa. 2.1.4.1 Faktor-Faktor Yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Penetapan Harga Secara umum ada dua factor utama yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan harga, yaitu faktor internal perusahaan dan faktor lingkungan eksternal (Tjiptono, 2008):
20
1. Faktor Internal Perusahaan
Tujuan Pemasaran Perusahaan Tujuan ini berupaya untuk maksimisasi laba, mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, meraih pangsa pasar yang besar, menciptakan kepemimpinan dalam hal kualitas, mangatasi persaingan, melaksanakan tanggung jawab sosial dll.
Strategi Bauran Pemasaran Harga perlu di koordinasikan dan saling mendukung dengan bauran pemasaran lainnya seperti produk, distribusi, dan promosi.
Biaya Biaya merupakan factor dalam menetukan harga minimal yang harus ditetapkan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
Organisasi Manajemen perlu memutuskan siapa yang di dalam organisasi yang harus menetapkan harga, untuk menangani masakah penetapaan harga menurut cara nya masing-masing.
2. Faktor Lingkungan Eksternal
Sifat Pasar dan Permintaan Perusahaan perlu memahami siafat pasar dan permintaan yang dihadapinya, apakah termasuk pasar persaingan sempurna, persaingan monopolistik, oligopoly, atau monopoli.
Persaingan
21
Ada lima kekuatan pokok yang berpengaruh dalam persaingan dalam industry yang bersangkutan, produk subtitusi, pemasok, pelanggan, dan ancaman pendatang baru.
Unsur-unsur lingkunagn eksternal lainnya Perusahaan perlu memperimbangkan faktor kondisi ekonomi (inflasi, boom atau resesi, tingkat bunga).
2.1.5
Promosi Promosi merupakan salah satu kegiatan pemasaran yang penting bagi perusahaan
dalam upaya mempertahankan kontinuitas serta meningkatkan kualitas penjualan. Tujuan promosi untuk memperkenalkan produk kepada konsumen, sehingga konsumen yakin, ingat dan tertarik terhadap produk tersebut. Untuk meningkatkan kegiatan pemasaran dalam hal memasarkan barang atau jasa dari suatu perusahaan, menggunakan saluran distribusi dan saluran harga yang tetap, tapi juga didukung oleh kegiatan promosi. Menurut Tjiptono (2008) promosi merupakan suatu bentuk komunikasi pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atsa perusahaan dan produknya agar bersedia meneriama, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan Menurut Daryanto (2011), pengertian promosi adalah “promosi adalah kegiatan terakhir dari marketing mix yang sangat penting karena kebanyakan pasar lebih banyak bersifat pada pembeli dimana keputusan terakhir terjadinya transaksi jual beli sangat diperlukan oleh konsumen.
22
2.1.5.1 Komunikasi Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2009) komunikasi pemasaran (marketing communication) adalah sarana dimana perusaahaan berusaha menginformasikan, membujuk dan mengingatkan konsumen (secara langsung maupun tidak langsung) tentang produk dan merek yang dijual. Bauran Komunikasi Pemasaran terdiri dari delapan model komunikasi utama. (Kotler dan Keller, 2009): 1. Iklan, semua bentuk terbayar dari presentasi nonpersonal dan promosi ide, barang atau jasa melalui sponsor yang jelas. 2. Promosi penjualan, berbagai intensif jangka pendek untuk mendorong percobaan atau pembelian produk atau jasa. 3. Acara dan pengalaman, kegiatan dan program yang disponsori perusahaan yang dirancang untuk menciptakan interaksi harian atau interaksi yang berhubungan dengan merek tertentu. 4. Hubungan masyarakat dan publisitas, beragam program yang dirancang untuk mempromosikan atau melindungi citra perusahaan atau produk individunya. 5. Pemasaran langsung, Pengunaan surat, telepon, facsimile, e-mail atau internet untuk berkomunikasi secara langsung dengan atau meminta repons. 6. Pemasaran interaktif, kegiatan dan program online yang dirancang untuk melibatkan pelanggan atau prospek dan secara langsung atau tidak langsung meningkatkan kesadaran, memperbaiki citra, atau menciptakan penjualan produk dan jasa.
23
7.
Atau masyarakat yang berhubungan dengan keunggulan atau pengalaman membeli atau mengunakan produk atau jasa.
8. Penjualan personal, interaksi tatap muka dengan satu atau lebih pembeli prospektif untuk tujuan melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, dan pengadaan pesanan. 2.1.6
Citra Merek Merek adalah sebuah nama, tanda, symbol desain atau kombinasi dari beberaoa
elemen ini, yang di maksudkan untuk mengidentifikasikan barng dan jasa dari satu atau sekumpulan penjual untuk mendiferensiasikan mereka dari para pesaingnya. Merek dapat memperluas cakupan, memberikan proteksi, memperluas citra, atau memenuhi beragam peran lain bagi peruahaan. Sedangkan menurut Daryanto (2013) merek adalah sebuah nama, istilah, tanda, rancangan atau kombinasi yang dimangsutkan untuk mnegenali produk sehingga dapat dibedakan dari produk pesaing. Menurut Kotler dalam Farrinadewi (2008) citra merek merupakan pandangan tentang merek sebagai hasil refleksi konsumen dan asosiasinya terhadap merek tersebut. Menurut Dobni & Zinkhan dalam Farrinadewi (2008) citra merek disebut sebagai sesuatu yang dibuat konsumen yang bersifat subyektif atau tergantung pribadi konsumen tersebut. Citra merek menurut Kotler dan Keller (2009) adalah sifat ekstrinsik produk atau jasa, termasuk cara dimana merek berusaha memenuhi kebutuhan psikologis atau sosial pelanggan.
24
2.1.6.1Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Citra Merek Schiffman dan Kanuk (2006) menyebutkan faktor-faktor pembentuk citra merek adalah sebagai berikut: 1. Kualitas atau mutu, berkaitan dengan kualitas produk barang yang ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu. 2. Dapat dipercaya atau diandalkan. berkaitan dengan pendapat atau kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk yang dikonsumsi. 3. Kegunaan atau manfaat yang terkait dengan fungsi dari suatu produk barang yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen. 4. Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani konsumennya. 5. Resiko, berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau untung dan rugi yang mungkin dialami oleh konsumen. 6. Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau banyak sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan konsumen untuk mempengaruhi suatu produk, juga dapat mempengaruhi citra jangka panjang. 7. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu berupa pandangan, kesepakatan dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari produk tertentu. 2.1.7
Kualitas Pelayanan Tjiptono (2009) menyatakan, service quality merupakan tingkat keunggulan yang
diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Kotler (2008) mendefinisikan jasa/ layanan sebagai setiap kinerja atau tindakan yang salah satu pihak (perusahaan) dapat menawarkan kepada pihak
25
lainnya (konsumen), yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun, yang dapat dikaitkan dengan produk fisik akan tetapi dapat pula tidak terkait dengan produk fisik. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan adalah suatu produk pelayanan yang mampu memuaskan kebutuhan para konsumen. Untuk memberikan pelayanan yang baik dibutuhkan kesungguhn yang mengandung unsur kecepatan, keamanan, keramah tamahan, dan kenyamanan pelanggan yang terintegrasi sehingga manfaatnya besar. Secara secara garis besar mengatakan bahwa kualitas merupakan produk yang bebas cacat. Adapun lima dimensi kualitas layanan menurut Parasuraman et.al dalam Ren dan Lam (2014) yaitu: 1. Bukti
Fisik
(Tangibles) berkenaan dengan
penampilan fasilitas
fisik,
perlengkapan, karyawan, dan bahan komunikasi. 2. Empati (Empathy) merupakan tingkat kepedulian dan perhatian individual yang diberikan kepada pelanggan. 3. Daya tanggap (Responsiveness) merupakan kesediaan membantu pelanggan dan memberikan layanan cepat. 4.
Keandalan (Reliability) merupakan kemampuan untuk memberikan apa yang dijanjikan, meyakinkan dan akurat.
5. Jaminan (Assurance) merupakan pengetahuan dan kesopanan karyawan dan kemampuan mereka menyampaikan kepercayaan dan keyakinan.
26
2.1.8
Keputusan Pembelian Keputusan pembelian adalah beberapa tahapan yang dilakukan oleh konsumen
sebelum melakukan keputusan membeli suatu produk (Kotler dan Keller, 2009). Winardi, 2010 (dikutip oleh Weenas, 2015) menyatakan keputusan pembelian konsumen merupakan titik suatu pembelian dari proses evaluasi. Menurut Kotler (2012) proses pengambilan keputusan terdiri dari lima tahap yang dilakukan seorang konsumen sebelum sampai pada proses keputusan pembelian dan pasca pembelian. Dalam memutuskan membeli produk konsumen akan proses dimana konsumen menyesuiakan kemampuanya dengan produk yang dibutuhkannya terdapat lima tahap dalam keputusan pembeliaan yaitu
Pengenalan masalah
Pencarian informasi
Evaluasi alternatif
Keputusan pembelian
Perilaku pasca pembelian Gambar 2.2 Proses Keputusan Pembelian. Sumber: Kotler dan Keller (2012) Masing-masing tahapan proses keputusan pembelian konsumen dijelaskan oleh Kotler dan Keller (2012) sebagai berikut:
27
1. Pengenalan masalah Proses diawali dengan pengenalan kebutuhan, pembeli mengenali masalah atau kebutuhan pribadi konsumen. 2. Pencarian Informasi Pencari informasi adalah tahap proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen ingin mencari lebih banyak informasi untuk memenuhi kebutuhannya. 3. Evaluasi Alternatif Konsumen memandang setiap produk sebagai rangkaian atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang dicari dan memuaskan kebutuhan dengan mempertimbakan antara satu produk dengan produk lainnya. 4. Keputusan Pembelian Konsumen membentuk suatu niat untuk membeli atas dasar pendapatan, harga, dan manfaat produk yang dipilih. 5. Perilaku Pascapembelian Setelah membeli dan merasaka suatu produk konsumen akan mengalami tingkatan kepuasan dan ke tidak puasan serta akan terlibat dalam tindakan sesudah pembelian pada pasar. 2.2
Penelitian Terdahulu Hubungan antar variabel dibuktikan dari beberapa penelitian terdahulu yang
ditunjukkan dalam tabel berikut :
28
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1
Peneliti Jeckson Weenas. 2013
R.S.
Judul
Variabel
Kualitas produk, harga, promosi dan kualitas pelayanan pengaruhnya terhadap keputusaan pembelian spring bed comforta
Dependen : X1 : kualitas produk X2 : harga X3 : promosi X4 : kualitas pelayanan Independen : Y : keputusan pembelian
Hasil 1.
2.
3.
4.
2
3
Marchelyno sundalangi, Silvya L.mandey, Rotinsulu Jopie Jorie. 2014
Kualitas produk, daya tarik, dan potongan harga terhadap minat beli konsumen pada pizza hut manado
Hendra Fure. 2013
Lokasi, keberagaman produk, harga dan kualitas pelayanan pengaruhnya terhadap minat beli pada pasar tradisional bersehati calaca
Dependen : X1 : kualitas produk X2 : daya tarik iklan X3 : harga Independen Y : minat beli
1.
2.
Dependen X1: lokasi X2:keberagaman produk X3: harga X4: kualitas pelayanan Independen: Y: minat beli
1.
2.
3.
4.
Kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian Harga berpengaruh positif dan siqnifikan terhadap keputusan pembelian Promosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian Kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian Kualitas produk ,daya tarik iklan , dan potongan harga secara bersama-sama berpengaruh terhadap minat beli Persamaan yang layak digunakan untuk mempediksi Y atau minat beli konsumen memiliki nilai yang siqnifikan. Lokasi secar persial berpengaruh signifikan terhadap minat beli Keberagaman produk berpengaruh signifikan terhadap miant beli Harga berpenagruh signifikan terhadap minat beli Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap minat beli
29
No 4
Peneliti
Judul
Variabel
Hendra Noky Andrianto, idris. 2013
Pengaruh kualitas produk, citra merek, harga dan promosi terhadap keputusan pembelian mobil jenis MPV Merek Toyota Kijang Innova di Semarang
Dependen: X1: kualitas produk X2: citra merek X3: harga X4: promosi Independen: Y: Keputusan pembelian
Hasil 1.
2.
3.
4.
5.
Agus wahyu rianto,dahlan fanani,sunarti. 2014
Penagruh merek dan kebijakan harga terhadap keputusan pembelian (survey pada pengunjung yang membeli dan mendapatkan diskon musiman terhadap produk inspired27 di kota malang)
Dependen : X1 : merek X2: kebiajakan harga Independen : Y: keputusan pembembelian
1.
2.
3.
4.
2.3
Kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian Citra merek berpengaruh positif dan signifiakn terhadap keputusan pembelian Harga berpengaruh positif dan signifiakn terhadap keputusan pembelian Promosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian pengaruh yang kuat antara citra merek dan diskon secara bersamasama terhadap keputusan pembelian pengaruh variabel citra merek terhadap variable keputusan pembelian pengaruh variabel diskon terhadap variabel struktur keputusan pembelian variabel citra merek merupakan variabel berpengaruh dominan terhadap struktur keputusan pembelian
Kerangka Konseptual Penelitian Berdasarkan hubungan antara veriabel dan hipotesis bahwa keputusan pembelian
dipengaruhi oleh kualitas produk, harga , promosi , kualitas pelayanan dan citra merek sehingga dapat dibuat kerangka pemikiran teoritis sebagai berikut:
30
Kualitas produk (X1)
Harga (X2)
H1 H2
Promosi (X3)
H3
Keputusan pembelian (Y)
H4 Citra merek (x4)
H5 Kualitas pelayanan (X5)
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Sumber: Konsep diolah, 2015 2.4
Hipotesis Penelitian Penelitian membahas bahwa keputusan pembelian dipengaruhi oleh beberapa
factor yaitu kualitas produk, harga, promosi, kualitas pelayanan dan citra merek. Berikut ini penjelasan hubungan variable independent dengan variable dependen : a.
Hubungan Kualitas Produk dengan Keputusan Pembelian Menurut Kotler (2009), konsep produk menegaskan bahwa konsumen akan
menyukai produk-produk yang menawarkan ciri-ciri paling berkualitas, berkinerja atau inovatif. Tuntutan terhadap kualitas suatu produk sudah menjadi suatu keharusan yang
31
harus dipenuhi oleh perusahaan, kalau tidak menginginkan konsumen yang telah dimilikinya beralih kepada produk-produk pesaing lainnya yang dianggap memiliki kualitas produk yang lebih baik. Konsumen menginginkan produk yang dibelinya sesuai dengan keinginannya atau produk tersebut berkualitas.Semakin tinggi kualitas suatu produk, maka semakin tinggi keputusan konsumen untuk melakukan pembelian. Dapat disimpulkan bahwa kualitas produk mempunyai pengaruh yang penting terhadap pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen. Hasil penelitian terdahulu menurut Andrianto (2013), Jeckson R.S Weenas (2013) dan Marchelyno Sundalangi, et.al (2014) menyatakan bahwa kualitas produk berpengeruh terhadap keputusan pembelian. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut : Ha1 : Kualitas produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian b.
Hubungan harga dengan keputusan pembelian Harga adalah sejumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau sejumlah
nilai yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat memiliki atau mengunakan produk (Daryanto, 2013). Harga semata-semata tergantung pada kebijakan perusahaan, tetapi tentu saja dengan mempertimbangkan berbagai hal. Murah atau mahalnya harga suatu produk sangat relatif sifatnya. Untuk mengatakannya perlu terlebih dahulu dibandingkan dengan harga produk serupa yang diproduksi atau dijual perusahaan lain. Perusahaan perlu memonitor harga yang ditetapkan oleh para pesaing agar harga yang ditentukan oleh perusahaan tidak terlalu tinggi atau sebaliknya, sehingga harga yang ditawarkan dapat menimbulkan keinginan konsumen untuk melakukan pembelian. Harga dengan keputusan pembelian mempunyai kaitan yang erat yang dapat dibuktikan oleh beberapa
32
penelitian terdahulu. Hasil penelitian Hendra Fure (2013) dan Jackson R.S. Weenas (2013) menyatakan bahwa harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut : Ha2
: Harga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
c.
Hubungan Promosi dengan Keputusan Pembelian Kotler (2000) menyatakan aktivitas promosi merupakan usaha pemasaran yang
memberikan berbagai upaya intensif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba atau membeli suatu produk atau jasa. Agar perusahaan berhasil terhadap produk atau jasa yang ditawarkan kepada konsumen, harus mengkomunikasikan sejumlah informasi tentang perusahaan, produk, struktur harga, dan sistem distribusi kepada sejumlah pemirsa yang meliputi konsumen, perantara perdagangan dan media. Fungsi utama dari suatu strategi promosi para pemasar adalah untuk meyakinkan target pelanggan bahwa barang dan jasa yang ditawarkan tersebut memiliki keunggulan yang berbeda dibandingkan pesaing, sehingga hal ini dapat menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian. Hasil penelitian Hendra Noky Andrianto dan Idris (2013), Jackson R.S. Weenas (2013), menyatakan bahwa promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut : Ha3: Promosi berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian d.
Hubungan citra merek dengan keputusan pembelian Kotler dalam Farrinadewi (2008) citra merek merupakan pandangan tentang
merek sebagai hasil refleksi konsumen dan asosiasinya terhadap merek tersebut. Suatu
33
citra merek yang kuat dapat memberikan beberapa keunggulan utama bagi suatu perusahaan salah satunya akan menciptakan suatu keunggulan bersaing. Produk yang memilki citra merek yang baik cenderung akan lebih mudah diterima oleh konsumen. Citra terhadap produk berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu produk. Konsumen dengan citra positif terhadap suatu produk, lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian, oleh karena itu kegunaan utama dari iklan diantaranya adalah untuk membangun citra positif terhadap suatu produk. Semakin baik citra suatu merek, semakin tinggi keputusan konsumen untuk melakukan pembelian. Kaitan antara citra merek dengan keputusan pembelian sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu Andrianto, et.al (2013) citra merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut: Ha4: Citra merek berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian e.
Hubungan Kualitas pelayanan dengan keputusan pembelian Tjiptono (2009) menyatakan , service quality merupakan tingkat keunggulan
yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Indikator kualitas pelayanan adalah : pelayanan para penjual dapat menanggapi permintaan pembeli, melayani dengan sepenuh hati, menunjukan perhatian yang cukup besar dalam memberikan layanan, memberikan pelayanan yang cepat dalam merespon permintaan pembeli. Kualitas pelayanan menjadi factor yang penting dalam produsen dalam menarik minat beli dan daya beli konsumen karena konsumen akan merasa lebih dulu dengan produk walaupun produk yang ditawarkan itu belum dipakai. Hasil penelitian Hendra Fure (2013) dan Jackson R.S. Weenas (2013)
34
menyatakan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh keputusan pembelian. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut : Ha5: Kualitas Pelayanan berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.1
Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut dari sekelompok objek yang diteliti
mempunyai variasi antara satu dan lainnya dalam kelompok tersebut (sugiyono 2009). Variabel-variabel yang digunkan pada penelitian ini adalah: 1)
Variabel Terikat (dependent variable), yaitu Keputusan pembelian (Y)
2)
Variabel tidak Terikat (independent variable), yaitu: a. Kualitas Produk (X1) b. Harga (X2) c. Promosi (X3) d. Citra Merek (X4) e. Kualitas Pelayanan (X5).
3.1.2
Definisi Operasional Definisi operasional adalah melekatkan arti pada suatu variabel dengan cara
menetapkan kegiatan atau tindakan yang perlu untuk mengukur variabel. Variabel penelitian terdiri dari dua macam, yaitu variable dependent (Y) dan variable independent (X). Definisi operasional dalam penelitian ini meliput:
36
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Variabel Kualitas Produk (x1)
Harga (x2)
Definisi Oprasional
Indikator
Karakteristik dari produk Natasha skin care dalam kemampuan untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan yang telah ditentukan dan bersifat laten.
1 Presepsi terhadap kulitas 2 Kinerja produk 3 Kehandalah produk Tjiptono (2009) dalam jurna penelitinal Jeckson R.S. Weenas (2013)
Kotler dan Amstrong (2012) Harga adalah persepsi dari sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan barang beserta pelayanannya di klinik kecantikan Natasha skin care. Saladin(2008)
Promosi (x3)
Citra Merek (x4)
Promosi sebagai aktivitas pemasaran yang berusaha menyebar informasi, mempengaruhi/ membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk atau jasa yang ditawarkan Natasha skin care. Tjiptono (2001) Citra merek adalah sifat ekstrinsik produk atau jasa Natasha skin care, termasuk cara dimana merek berusaha memenuhi kebutuhan psikologis atau sosial pelanggan. Kotler dan Keller (2009)
Kualitas Pelayanan (x5)
Kualitas pelayanan adalah Presepsi konsumen terhadap pelayanan yang diberikan Natasha skin care terutama oleh sales person/ beautician-nya, serta kemudahan mendapatkan produk tersebut. Parasuraman, et al.
1 2 3 4
Kesesuan harga dengan kualitas produk Daya saing harga Kesesuaian harga dengan manfaat Keterjangkauan harga
Stanton (2006) & McCarthy (2008 dalam jurnal penelitian jeckson R.S Weenas (2013) 1. Kemampuan memperoleh perhatian 2. Mudah tidaknya dibaca dan dipahami 3. Frekuensi 4. Kemampuan menggugah perasaan atau menarik minat membeli Swastha (1993) dalam Jurnal penelitian Dwi Cahyono (2005) 1 Merek terkenal 2 kesan professional 3 Mudah diingat Kotler dan Keller (2003) dan Biel dalam jurnal penelitian Setyaningsih & Didit Darmawan (2004) 1 2 3
4
karyawan dapat menanggapi permintaan pembeli, Karyawan melayani dengan sepenuh hati Karyawan menunjukan perhatian yang cukup besar dalam memberikan pelayanan Karyawan memberikan pelayanan yang cepat dalam merespon permintaan pembelian
37
Keputusan Pembelian (Y)
3.1.3
Keputusan pembelian adalah serangkaian proses yang dilalui konsumen sebelum memutuskan untuk membeli produk Natasha skin care, antara lain : kualitas produk , harga ,promosi ,kualitas layanana dan citra merek.
1. Kemantapan melakukan pembelian 2. Tidak terpengaruh untuk membeli dari perusahaan lain 3. Membeli menjadi pilihan yang tepat 4. Yakin melakukan pembelian
Kotler (2005)
Kotler,2005 dalam jurnal penelitian jeckson R.S Weenes (2013)
Skala Pengukuran Skala pengukuran sempel dengan mengunakan skala likert. Dalam skala likert
digunakan seorang responden yang mengidentifikasi tingkat setuju maupun tidak setuju dari pernyataan yang diajukan dalam kuisioner. Dalam skala likert ini angka-angka digunakan untuk menunjukan peringkat objek dan menunjukan nilai pada atribut diukur. Skala likert yang diukur adalah 1(sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju). Tabel 3.2 Tabel Skala Likert Respon
Skala likert
Sangat Tidak Setuju
1
Tidak Setuju
2
Kurang Setuju
3
Setuju
4
Sangat setuju
5
38
3.2
Populasi dan Sempel
3.2.1
Populasi Populasi menurut Arikuto (2006) adalah keseluruhan dari subjek penelitian).
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kota Kudus dan masyarakat yang telah mengunakan dan pernah membeli produk Natasha Skin Care Kudus. 3.2.2
Sampel Sampel adalah sebagian populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki, dan
dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (Subagyo dan Djarwanto, 2005). Pengambilan sempel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive sampling. Teknik Purposive Sampling menurut Uma Sekaran (2006) merupakan teknik pengambilan sampel terbatas pada jenis orang tertentu yang dapat memberikan informasi yang diinginkan, entah karena mereka adalah satu-satunya yang memilikinya, atau memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Responden yang dipilih adalah masyarakat Kota Kudus dan masyarakat yang menggunakan produk Natasha skin care Kudus, sehingga diperoleh sempel sebanyak 100 orang konsumen yang ditentukan jumlahnya setelah melakukan perhitungan sebagai berikut:
E=1,96√ Keterangan: E= Error P= Proporsi populasi N= Jumlah sempel
39
Karena dalam rumus diatas terdapat P atau populasi yang besarnya tidak diketahui, maka P(1-P) juga tidak diketahui. Tetapi karena P selalu berada diantara 0 dan 1, maka besarnya P(1-P) maksimum dapat dicari sebagai berikut: f(p) = P−P
1-2P Nilai maksimum diperoleh apabila
=0
0=1-2P P= ⁄ Harga maksimum dari f(P) adalah P(1-P) = 1/2 x 1/2 =1/4 Jadi besarnya sampel dapat dihitung: n= ⁄ (
⁄
)
Dengan level of significant yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 0,05 diharapkan besarnya kesalahan dalam penggunaan sampel tidak lebih dari 10%. Maka jumlah sampel dapat ditentukan sebagai berikut: n= ⁄ ( n= ⁄ ( n=96,04
⁄
)
)
40
Jadi besarnya sampel yang harus digunakan adalah 96,04 orang dan dibulatkan menjadi 100 orang, hal ini dilakukan untuk mempermudah proses perhitungan statistik dan penganalisaan (Djarwanto dan Subagyo, 2005). 3.3
Jenis dan Sumber Data
3.3.1
Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data
yang sifatnya dapat dihitung dan diukur jumlahnya, yang berupa data hasil kuesioner untuk diolah dalam bentuk angka. 3.3.2
Sumber Data Data Penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
dengan cara sebagai berikut. a. Observasi (pengamatan): pengumpulan data dengan melihat langsung dan mendengar, dan mengamati objek yang akan diteliti dan dipergunakan untuk menyesuaikan data yang diperoleh. b. Kuisioner: berisi sejumlah pertanyaan secara tertulis yang ada kaitannya dengan masalah yang sedang diteliti yang diajukan kepada konsumen. Data sekunder di peroleh dari studi pustaka, buku-buku literature, jurnal terdahulu, majalah serta laporan penelitian yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. 3.4
Metode Pengumpulan Data Untuk penulisan ini, maka penulis mengumpulkan data dan informasi melalui
penelitian dengan metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
41
1. Riset Kepustakaan (Library Research) Adalah metode pengumpulan data yang dilakukan melalyang relevan dengan permasalahan yang dikaji untuk mendapatkan kejelasan dalam upaya penyusunan landasan teori yang sangat berguna dalam pembahasan selanjutnya. Literaturliteratur tersebut dapat berupa buku, jurnal, artikel,brosur dan informasi internet yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini.. 2. Kuisioner yaitu pengumpulan data yang dilakukan peneliti melalui penyebaran Untuk pengisian kuesioner telah tersedia alternatif jawaban dari setiap item, sehingga responden dapat memilih satu jawaban yang sesuai dengan pendapat dan keadaannya sendiri. Pengukuran yang digunakan untuk setiap item pertanyaan terdapat empat alternatif. 3.5
Metode Analisis Data Untuk membahas permasalahan yang diteliti dan sekaligus untuk menguji
kebenaran hipotesa yang dikemukakan oleh penulis akan digunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif. 1.
Analisis Kualitatif
Analisis ini menunjukkan uraian hasil atau jawaban dari kuesioner yang telah dibagikan kepada responden dan membuat tabel deskriptif. Langkah dalam analisis ini dimulai dari menganalisis bentuk jawaban responden terhadap seluruh variabel yang diukur. Kemudian jawaban responden tersebut diperoleh kecenderungan atas jawaban
42
responden, lalu untuk mendapatkan hasil dari kecenderungan tersebut didasarkan pada nilai rata-rata skor jawaban yang dikategorikan pada rentan skor sebagai berikut: -
Skor minimum
=1
-
Skor maksimum
=5
-
Lebar Skala
=
= 0,8
Keterangan: m
= nilai tertinggi pada skala
n
= nilai terendah pada skala
b
= jumlah kelas
Dari data diatas dapat disimpulkan kategori skala dapat ditentukan sebagai berikut: 1,00 – 1,80
= Sangat rendah
1,81 – 2,60
= Rendah
2,61 – 3,40
= Sedang
3,41 – 4,20
= Tinggi
4,21 – 5,00
= Sangat tinggi
2. Analisis Kuantitatif Merupakan suatu analisis yang disajikan dalam bentuk angka–angka yang dipakai sebagai landasan untuk, memperkuat analisis secara kualitatif. Alat yang digunakan dalam analisis ini adalah :
43
3.5.1
Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengkolerasi skor masing-masing butir pertanyaan
kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut (Ghozali, 2009). Bila korelasi tersebut signifikan, maka alat ukur yang digunakan mempunyai validitas. Selanjutnya, dengan mengunakan angka kritis dari r tabel (tabel r product moment) dengan taraf signifikan 5% dan jumlah responden sebanyak 100 orang, jika koefisien korelasi yang diperoleh lebih besar dari r tabel maka pertanyaan tersebut valid. Uji validitas dilakukan menggunakan rumus Product Moment dengan formula: rxy =
∑ √{ ∑
∑ ∑
}{ ∑
∑ ∑
}
Dimana: r = Koefisien korelasi product moment x = Skor setiap item pertanyaan y = Skor sub total dari semua item pertanyaan n = Jumlah responden 3.5.2
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan
indicator dari variable (Ghozali, 2009). Suatu kuisioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2009).
44
Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan One Shot atau pengukuran sekali saja. Disini pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lainnya atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Alat untuk mengukur reliabilitas adalah Cronbach Alpha. Suatu variabel dikatakan reliable, apabila (Ghozali, 2009) : Hasil α > 0,60 = reliable dan hasil α <0,60 tidak reliable. Dalam uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan formula sebagai berikut: [
][
∑
]
Dimana: R11 = Reliabilitas instrument K = Banyak butir pertanyaan ∑
= jumlah varian butir = varian total
3.6
Analisis Regresi Berganda Analisis regresi Berganda adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk
mendapatkan ketepatan prediksi dari pengaruh yang terjadi antara variable in dependen (x) terhadap variable dependen (Y). Formulasi untuk regresi berganda sebagai berikut : Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5 Dimana : X1 = kualitas produk X2 = harga
45
X3 = promosi X4 = citra merek X5 = kualitas pelayanan Y = keputusan pembelian a = konstanta b1 b2 b3 b4 b5= koefisien regresi masing-masing variable 3.7
Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kondisi data yang dipergunakan
dalam penelitian. Hal tersebut dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat. Model analisis regresi penelitian ini mensyaratkan uji asumsi terhadap data yang meliputi: 3.7.1
Uji Normalitas Data Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
variabel pengganggu atau residualnya memiliki distribusi yang normal atau tidak. Sebab, model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal (Ghozali, 2006). Penelitian ini dilakukan dengan melihat pada grafik histogram yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Apabila distribusi kumulatif dari data sesungguhnya yang ditunjukkan oleh grafik histogram mengikuti pola distribusi kumulatif dari distribusi normal yang ditunjukkan oleh kurva normal, maka model regresi yang digunakan dalam penelitian ini dianggap layak dan memenuhi asumsi normalitas. Selain dilihat pada grafik histogram, dapat juga dilihat dari grafik normal
46
probability plot. Apabila titik-titiknya menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,maka model regresi yang digunakan dianggap layak dan memenuhi asumsi normalitas. 3.7.2
Uji Multikolonieritas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variable independent (Ghozali, 2006). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent. Uji multikolinearitas pada penelitian dilakukan dengan matriks korelasi. Pengujian ada tidaknya gejala multikolinearitas dilakukan dengan meperhatikan nilai matriks korelasi yang dihasilkan pada saat pengolahan data serta nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerancenya. Apabila nilai matriks korelasi tidak ada yang lebih besar dari 0,5 maka dapat dikatakan data yang akan dianalisis terlepas dari gejala multikolinearitas. Kemudian apabila nilai VIF berada dibawah 10 dan nilai Tolerance mendekati 1, maka diambil kesimpulan bahwa model regresi tersebut tidak terdapat problem multikolinearitas (Santoso, 2003). 3.7.3
Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan satu ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2006). Jika varians dari residu atau dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Dan jika varians berbeda maka disebut heteroskedastisitas.Model regresi yang baik adalah yang
47
homoskesdatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006). Salah satu cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dan nilai residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan dengan melihat ada tidaknya pola titik pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual yang telah di-standarized (Ghozali, 2005). Dasar analisisnya sebagai berikut: 1
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola yang teratur
(bergelombang
melebar
kemudian
menyempit)
maka
terjadi
heteroskedastisitas. 2
Jika tidak ada pola yang jelas seperti titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka hal ini mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.8
Uji Hipotesis
3.8.1
Uji Hipotesa Secara Parsial (Uji t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh suatu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2006). Untuk menguji pengaruh variable secara persial digunakan uji t dengan langkah langkahnya antara lain : 1.
Menentukan formulasi hipotesa nihil dan hipotesa alternative. Ho:b1=b2=b3=b4=b5=0, artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
48
Ha:b1≠b2≠b3≠b4≠b5≠0, artinya variabel independen secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. 2.
Level of Significance (α) = 0,05 t tabel: tα ∕ 2(n-k)
3.
Pengambilan keputusan berdasar t hitung dan t table Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak berarti variabel independen secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima berarti variabel independen secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
4.
t hitung dapat dirumuskan sebagai berikut: t hitung = Dimana = bi= koefisien regresi masing-masing variabel Sbi = standar deviasi
5. 3.8.2
Kesimpulan
Uji Hipotesa Secara Simultan (Uji F) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen
secara bersama-sama (simultan) dapat berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian terhadap pengaruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap perubahan nilai variabel dependen dilakukan melalui pengujian terhadap besarnya perubahan nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan (explained) oleh
49
perubahan nilai semua variabel independen (Algifari, 2003). Untuk menguji pengaruh variable secara persial digunakan uji F dengan langkah langkahnya antara lain: 1.
Menentukan formulasi hipotesa nihil dan hipotesa alternatif: Ho:b1=b2=b3=b4=b5=0,
artinya
variabel
independen
secara
bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Ha:b1≠b2≠b3≠b4≠b5≠0,
artinya
variabel
independen
secara
bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. 2.
Level of Significance (α) = 0,05 F tabel: F α (k-1;n-k)
3.
Pengambilan keputusan berdasar F hitung dan F tabel Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak berarti variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima berarti variabel independen secara bersama sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
4.
Perhitungan F hitung =
⁄
Dimana : R2 = koefisien diterminasi
50
n = jumlah sempel k = jumlah variabel bebas 5. 3.8.3
Kesimpulan
Uji Koefisien Determinasi ( R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen (tidak bebas). Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel variabel independen (bebas) dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel -variabel independen memberikan hampir semua yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Imam Ghozali, 2012) Uji ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh proporsi variabel–variabel bebas dapat menerangkan dengan baik variabel tidak bebas. R2= (TSS-SSE)/TSS R2= SSR/TSS Dimana : SSE = Variasi Kesalahan SSR = Variasi Regresi TSS = Total Variasi Regresi dan Variasi Kesalaha
51
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian Sebelum masuk pada bahasan analisis data, akan lebih baik apabila terlebih
dahulu diketahui gambaran umum daerah yang menjadi obyek penelitian. Dengan mengetahui gambaran umum daerah yang menjadi obyek penelitian maka diharapkan akan lebih memperjelas pembahasan masalah dalam penelitian ini. Berikut ini akan diuraikan secara singkat mengenai kondisi monografis Kota Kudus serta gambaran umum mengenai Natasha skin care. 4.1.1
Gambaran Umum Kota Kudus a.
Letak Geografi
Kota Kudus dikenal sebagai kota penghasil rokok (kretek) terbesar di Jawa Tengah dan juga dikenal sebagai kota santri. Sebagian besar wilayah Kabupaten Kudus adalah dataran rendah. Di sebagian wilayah utara terdapat pegunungan (yaitu Gunung Muria), dengan puncak Gunung Saptorenggo (1.602 m dpl), Gunung Rahtawu (1.522 m dpl), dan Gunung Argojembangan (1.410 m dpl). Sungai terbesar adalah Sungai Serang yang mengalir di sebelah barat, membatasi Kabupaten Kudus dengan Kabupaten Demak. Kudus dibelah oleh Sungai Gelis di bagian tengah sehingga terdapat istilah Kudus Barat dan Kudus Timur. Adapun batas-batas Kota Kudus meliputi: 1.
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Pati
52
2.
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Pati
3.
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Demak
4.
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Jepara dan Kabupaten Pati Secara geografis Kabupaten Kudus terletak diantara 110˚36’ dan 110˚50’ Bujur
Timur dan antara 6˚51’ dan 7˚16’Lintang Selatan. Jarak terjauh dari Barat ke Timur adalah 16 km dan dari Utara ke Selatan 22 km. Kemudian jarak dengan ibu kota Provinsi Jawa Tengah (kota Semarang) ±51 km di sebelah Timur. Hanya membutuhkan waktu 1 jam 30 menit dari Semarang jika ditempuh dengan perjalanan darat. (www.seputarkudus.com) b.
Luas Wilayah
Kota Kudus secara umum mempunyai luas wilayah sebesar 42.516 hektar atau sekitar 1,31 persen dari luas Provinsi Jawa Tengah, terbagi menjadi 9 kecamatan dan 124 desa serta 7 kelurahan. Kecamatan terluas adalah kecamatan Dawe yaitu 8.584 Ha (20,19 persen), sedangkan yang terkecil adalah kecamatan kota seluas 1.047 Ha (2,46) dari luas Kabupaten Kudus. c.
Keadaan Demografis
Jumlah penduduk Kabupaten Kudus pada tahun 2011 tercatat sebesar 769.904 jiwa, terdiri dari 382.021 jiwa laki-laki (49,62 persen) dan 387.883 jiwa perempuan (50,38 persen). Apabila dilihat penyebarannya, maka kecamatan yang paling tinggi persentase jumlah penduduknya adalah Kecamatan Jekulo yakni sebesar 12,84 persen dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Kudus, kemudian berturut-turut Kecamatan Jati 12,77 persen dan Kecamatan Gebog 12,27 persen. Sedangkan kecamatan
53
yang terkecil jumlah penduduknya adalah Kecamatan Bae sebesar 8,12 persen.(sumber: Pemkab kudus 2012) 4.1.2
Gambaran Umum Klinik Kecantikan Natasha Skin Care Berdirinya Natasha skin care berawal di tahun 1999, ditandai dengan dibukanya
Natasha skin care klinik yang pertama di Ponorogo Jawa Timur. Disusul dengan klinik berikutnya di Madiun dan Surabaya pada tahun yang sama. Respon positif dari pelanggan dan semakin meningkatnya kebutuhan akan perawatan kulit profesional ini pun membuat Natasha Skin care berkembang begitu pesat. Dalam kurun waktu 6 tahun jaringan klinik Natasha Skin care pun semakin meluas ke seluruh Indonesia. Berpusat di Jalan Cendrawasih Yogyakarta, kini Natasha Skin care memiliki 37 cabang di 23 kota di Indonesia. Salah satu nya bercabang di Kota Kudus di ruko A No 12, Jl.Ahmad Yani yang mana penelitian ini dilakukan di Apotik Natasah Skin Care Kudus. Natasha merupakan pusat perawatan wajah dan klinik kecantikan kulit yang memadukan teknologi terkini dalam perawatan kulit dan tenaga profesional yang siap membantu mewujudkan impian kulit sehat dan terawat. Natasha skin clinic center juga menyadari setiap individu memerlukan penanganan yang berbeda terutama kulit pada usia remaja, pria dan wanita dewasa. Untuk itu Natasha juga mengembangkan produkproduk yang spesifik untuk kategori Teen, Men dan Women. Apapun jenis kulitnya, berapapun usia, perawatan Natasha memberikan hasil yang optimal dan aman. Natasha Skin Care memberikan solusi bagi keunikan kebutuhan perawatan kulit wajah yang menghadapi masalah seperti : jerawat (acne), komedo, bopeng (scar), flek
54
hitam (hyperpigmentation), penuaan dini (photoaging), pori-pori besar (enlarged pores), kulit kusam dan kering, sensitif dan sebagainya. Visi : 1. Menjadi perusahaan yang terkemuka di Indonesia di bidang perawatan kecantikan wajah dengan kualitas yang utama dan pelayanan yang prima.
Misi :
1. Membangun perusahaan terpercaya yang mampu melebihi harapan pelanggan. 2. Meningkatkan kompetensi melalui perbaikan skill, knowledge, attitude dengan melakukan pelatihan yang rutin. 3. Melakukan inovasi secara berkala baik dalam produk maupun teknologi kecantikan, nature meet technology. 4. Meningkatkan kerjasama antar divisi. 5. Menciptakan nilai tambah dengan integritas tinggi. Menjadi perusahaan yang terkemuka di Indonesia di bidang perawatan kecantikan wajah dengan kualitas yang utama dan pelayanan yang prima (www.natasha-skin.com) 4.2
Diskripsi Responden Responden dalam penelitian ini adalah Masyarakat Kudus yang menggunakan
atau yang pernah membeli dan mengunakan jasa perawatan di klinik kecantikan Natasha skin care. Responden dalam penelitian ini adalah 100 orang responden. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kuesioner yang telah diberikan, maka responden dapat digolongkan
berdasarkan
Usia,
jenis
kelamin,
Pendidikan,
Pekerjaan,
uang
55
saku/Pendapatan dan Frekuensi dalam melalukan perawanan wajah di klinik kecantikan Natasha skin care. 4.2.1
Usia Responden Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh gambaran tentang usia dari responden
yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden Usia
Jumlah
Presentase
<20
23
23%
21-25 Tahun
46
46%
26-30 Tahun
15
15%
31-35 Tahun
5
5%
36-40Tahun
8
8%
>40 Tahun
3
3%
Total
100
100%
Sumber: Data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan tabel 4.1 di atas usia responden dengan total 100 responden di kategorikan menjadi 6 kelompok yaitu usia <20 tahun diketahui berjumlah 23 orang atau 23 % responden. Usia 21-25 tahun diketahui berjumlah 46 orang atau 46 % reponden. Usia 26-30 tahun diketahui berjumlah 15 orang atau 15 % responden. Usia 31-35 tahun diketahui berjumlah 5 orang atau 5 % responden. Usia 36-40 tahun diketahui berjumlah 8 orang atau 8%responden. Usia >40 tahun diketahui berjumlah 3 orang atau 3 % responden. Terlihat bahwa dari data tersebut, lebih banyak respon yang berusia pada interval 21-25 tahun yang melakukan perawatan kulit, karena pada usia-usia tersebut, khususnya bagi remaja, mulai timbul masalah-masalah pada kulit wajah dan peduli terhadap
56
kesehatan kulit yang dapat menjadi kekawatiran bagi kaum wanita, dan juga pada usiausia tersebut remaja menginginkan kulit yang mulus dan sehat. Sedangkan presentase terkecil pada usia >40 tahun. Hal ini selain respon yang menjadi sempel dalam penelitian ini sedikit, juga karena pada usia ini baik laki-laki maupun perempuan tidak terlalu mementingkan perawatan kulit. 4.2.2
Pendidikan Responden Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh gambaran tentang pendidikan dari
responden yang dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Responden Pendidikan
Jumlah
Presentase
Lulus SD
0
0%
Lulus SMP
2
2%
Lulus SMU
33
33%
Diploma
11
11%
Sarjana (S1)
49
49%
Pasca Sarjana
5
5%
Total
100
100%
Sumber: Data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan tabel 4.2 di atas dilihat dari tingkat pendidikannya, sebanyak 49 orang atau 49 % dari total responden berpendidikan sarjana S1, 5 orang atau 5 % mencapai tingkat pasca sarjana, 11 orang atau 11 % berpendidikan diploma, dan sebanyak 33 orang atau 33 % lulusan SMU, dan 2 orang atau 2 % berpendidikan lulusan SMP. Sedangka responden yang menjadi sempel dalam penelitian ini tidak ada yang yang lulusann SD. Tabel diatas menujukan heterogenitas tingkat pendidikan dari
57
penguna produk Natasha skin care, bahwa produk Natasha skin care tidak hanya menjadi dominasi konsumen yang memiliki tingkat pendidikan tinggi. 4.2.3
Pekerjaan Responden Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh gambaran tentang pekerjaan dari
responden yang dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan Responden Pekerjaan
Jumlah
Presentase
Pegawai Negeri
8
8%
TNI/POLRI
0
0%
Pelajar
47
47%
Guru
3
3%
Swasta
22
22%
Lain-Lain
20
20%
Total
100
100%
Sumber: Data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 4.3 dilihat dari jenis pekerjaan responden didominasi oleh mereka yang masih pelajar dengan berjumlah 47 orang atau 47 % responden dari total responden 100 responden. Selebihnya memiliki profesi yang merata. 4.2.3
Jenis Kelamin Responden Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh gambaran tentang jenis kelamin dari
responden yang dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut:
58
Tabel 4.4 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Jumlah
Presentase
Laki-laki
19
19%
Perempuan
81
81%
Total
100
100 %
Sumber: Data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui jenis kelamin dikelompokkan menjadi laki-laki dan perempuan. Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa 13 orang atau 13% responden berjenis kelamin laki-laki dan 76 orang atau 76% responden berjenis kelamin perempuan. Angka responden terlihat bahwa saat ini pun telah banyak laki-laki yang mengunakan perawatan kulit tidak lagi menjadi kebutuhan kaum perempuan saja, namun sudah menjadi kebutuhan kaum laki-laki yang diwakili dengan data ini. 4.2.4
Pendapatan atau Uang Saku per Bulan Responden Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh gambaran tentang pendapatan atau uang
saku per bukan dari responden yang dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut : Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Atau Uang Saku per Bulan Pendapatan atau Uang Saku per Bulan
Jumlah
Presentase
< Rp 500.000,00
35
35%
Rp 500.000,00-Rp 1.000.000,00
15
15%
Rp 1.000.000,00-Rp 2.000.000,00
21
21%
>Rp 2.000.000,00
29
29%
Total
100
100%
Sumber: Data primer yang diolah , 2016
59
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat diketahui pendapatan atau uang saku responden perbulan. Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa pendapatan atau uang saku responden per bulan
Rp 2.000.000,00 berjumlah 29 orang atau 29 % responden. 4.2.6
Frekuensi Pembelian Responden Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh gambaran tentang pendapatan atau uang
saku per bukan dari responden yang dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut: Tabel 4.5 Karakteristik responden berdasarkan Frekusensi pembelian produk Natasha Skin Care Frekusensi
Jumlah
Presentase
1 bulan sekali
57
57%
2 bulan sekali
29
29%
3-5 bulan sekali
12
12%
>dari 5 bulan sekali
2
2%
Total
100
100%
Sumber: Data primer yang diolah, 2016 Peneliti juga menayakan kepada responden mengenai frekuensi mengenai frekuensi pembelian produk Natasha skin care yang diguanakan, dan sebanyak 56% responden dari total 100 responden menyatakan membeli produk atau melakukan perawatan kulit setiap sebulan sekali. 28 % responden menyatakan membeli produk atau
60
melakukan perawatan dalam jangka waktu 2 bulan sekali, 12 % responden menyatakan membeli produk atau melakukan perawatan tiap 3-5 bulan sekali dan 1 % responden menyatakan mengunakan lebih dari 5 bulan sekali dalam membeli produk atau melakukan perawatan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan,dapat diketahui bahwa pelanggan datang melakukan perawatan minimal 1 bulan sekali. Data ini memperlihatkan bahwa tingkat kunjungan pelanggan ke Natasha Skin Care termasuk tinggi. 4.3
Deskripsi Variabel Penelitian
4.3.1
Deskripsi Hasil Penelitian Deskripsi hasil pernyataan responden dan perhitungan nilai rata-rata pernyataan
responden disetiap kualitas produk dapat dilihat pada tabel berikut: 4.3.1.1 Analisis Indeks Jawaban Responden Terhadap Variabel kualitas produk (X1) Kualitas produk bisa dipersepsikan secara berbeda oleh orang yang berbeda. Penelitian ini mengukur variabel kualitas produk berdasarkan penilaian dari responden mengenai kualitas Natasha. Variabel kualitas produk pada penelitian ini diukur melalui 3 buah pertanyaan. Hasil jawaban dan analisis indeks skor jawaban terhadap variabel kualitas produk dapat dijelaskan sebagai berikut:
61
Tabel 4.7 HASIL TANGGAPAN RESPONDEN TERHADAP VARIABEL KUALITAS PRODUK Indikator
STS
TS
KS
S
SS
jml
Indeks
F
S
F
S
F
S
F
S
F
S
Produk Natasha mampu memberikan hasil yang optimal
0
0
0
0
2
6
79
316
19
95
417
4,17
Produk Natasha Skin Care aman di gunakan untuk semua jenis kulit
0
0
1
2
7
21
71
284
21
105
412
4,12
Produk Natasha mempunyai beberapa produk sesuai jenis kulit
0
0
0
0
8
24
56
224
36
180
428
4,28
yang macam
Nilai rata-rata
Sumber: Data primer yang diolah, 2016 Nilai rata-rata hasil pernyataan responden terhadap keputusan pembelian adalah tinggi (4,19), Skala tertinggi yaitu produk Natasha mempunyai beberapa macam produk sesuai jenis kulit sebesar (4,28). Hal ini berarti indikator kualitas produk penelitian ini bahwa bahan baku, kinerja produk dan kehandalan produk dinilai tinggi oleh responden. 4.3.1.2 Analisis Indeks Jawaban Responden Terhadap Variabel Harga (X2) Harga bisa dipersepsikan secara berbeda oleh orang yang berbeda. Penelitian ini mengukur variabel harga berdasarkan penilaian dari responden mengenai harga Natasha Variabel harga pada penelitian ini diukur melalui 4 buah pertanyaan. Hasil jawaban dan analisis indeks skor jawaban terhadap variabel harga dapat dijelaskan sebagai berikut:
4,19
62
Tabel 4.8 HASIL TANGGAPAN RESPONDEN TERHADAP VARIABEL HARGA Indikator
STS
TS
KS
S
SS
jml
Indeks
F
S
F
S
F
S
F
S4
F
S
Harga sesuai dengan kualitas produk Natasha Skin Care
0
0
0
0
5
15
72
288
23
115
418
4,18
Harga yang dapat dengan produk lainnya
bersaing
0
0
1
2
15
45
70
280
14
70
397
3,97
Harga yang sesuai dengan manfaat dari produk Natasha Skin Care
0
0
1
2
19
57
65
260
15
75
394
3,94
Harga produk Natasha skin care terjangkau
0
0
2
4
33
99
50
200
15
75
378
3,78
Nilai Rata-rata
Sumber : Data primer yang diolah, 2016 Nilai rata-rata hasil pernyataan responden terhadap keputusan pembelian adalah tinggi (3,96). Skala tertinggi yaitu harga sesuai dengan kualitas produk Natasha sebesar (4,18). Hal ini berarti indikator harga penelitian ini bahwa responden mempunyai presepsi bahwa Natasha Skin Care memiliki harga yang tinggi. 4.3.1.3 Analisis Indeks Jawaban Responden Terhadap Variabel Promosi (X3) Penelitian ini mengukur variabel promosi berdasarkan penilaian dari responden mengenai promosi Natasha. Variabel promosi pada penelitian ini diukur melalui 4 buah pertanyaan. Hasil jawaban dan analisis indeks skor jawaban terhadap variabel promosi dapat dijelaskan sebagai berikut:
3,96
63
Tabel 4.9 HASIL TANGGAPAN RESPONDEN TERHADAP VARIABEL PROMOSI Indikator
STS
TS
KS
S
SS
Indeks Jml
F
S
F
S
F
S
F
S4
F
S
Natasha Skin Care juga melakukan promosi dengan websit,facebook, papan baliho kepada konsumen Promosi Natasha sangat mudah dipahami dan diingat.
0
0
4
8
21
63
59
236
16
80
387
3,87
0
0
1
2
12
36
65
260
22
110
408
4,08
Natasha Skin Care sering mengadakan diskon untuk pembelian produk pada moment tertentu Promosi yang dilakukan Natasha Skin Care Kudus selalu menarik minat konsumen
0
0
0
0
15
45
63
252
22
110
408
4,08
0
0
1
2
15
45
67
262
17
85
400
4,00
Nilai rata-rata
Sumber: Data primer yang diolah ,2016 Nilai rata-rata hasil pernyataan responden terhadap keputusan pembelian adalah tinggi (4,01). Skala tertinggi yaitu promosi Natasha sangat mudah dipahami, diingat dan Natasha sering mengadakan diskon untuk pembelian produk pada moment tertentu sebesar (4,08). Hal ini berarti indikator promosi bahwa promosi Natasha mudah diingat, sering mengadakan diskon dan promosi yang dilakukan Natasha selalu menarik konsumen dinilai tinggi oleh responden. 4.3.1.4 Analisis Indeks Jawaban Responden Terhadap Variabel Citra Merek (X4) Tanggapan responden terhadap citra merek mungkin saja berbeda pada setiap orang. Produk dengan kualitas bagus dan terpercaya sering kali dipresepsikan sebagai produk yang mempunyai citra merek baik. Hasil tanggapan responden mengenai produk Natasha adalah sebagai berikut :
4,01
64
Tabel 4.10 HASIL TANGGAPAN RESPONDEN TERHADAP VARIABEL CITRA MEREK Indikator
STS F
Merek Natasha sudah di kenal banyak orang Produk Natasha memberikan kesan positif kepada konsumen Merek Natasha mudah di ingat
S
TS F
KS S
S
F
S
SS
F
S
F
S
0
0
0
0
0
0
61
244
39
195
0
0
0
0
8
24
73
292
19
95
0
0
0
0
6
18
Rata-rata
74
296
20
100
jml
indeks
439
4,39
411
4.11
414
4.14 4,21
Sumber : Data primer yang diolah, 2016 Nilai rata-rata hasil pernyataan responden terhadap keputusan pembelian adalah sangat tingga(4,21) .Skala sangat tinggi yaitu merek Natasha sudah dikenal banyak orang sebesar (4,39).Hal ini berarti indicator citra merek penelitian ini bahwa presepsi konsumen terhadap merek terkenal, kesan professional, merek yang mudah diingat dinilai sangat tinggi oleh responden. 4.3.1.5 Analisis Indeks Jawaban Responden Terhadap Variabel Kualitas Pelayanan (X4) Kualitas pelayanan bisa dipersepsikan secara berbeda oleh orang yang berbeda. Penelitian ini mengukur variabel kualitas pelayanan berdasarkan penilaian dari responden mengenai harga Natasha. Variabel Natasha pada penelitian ini diukur melalui 4 buah pertanyaan. Hasil jawaban dan analisis indeks skor jawaban terhadap variabel Kualitas pelayanan dapat dijelaskan sebagai berikut :
65
Tabel 4.11 HASIL TANGGAPAN RESPONDEN TERHADAP VARIABEL KUALITAS PELAYANAN Indikator
STS
TS
KS
S
SS
F
S
F
S
F
S
F
S4
F
S
Karyawan di klinik Natasha Skin Care mencatat segala kebutuhan sesuai dengan kebutuhan saya Karyawan di klinik kecantikan Natasha skin care melayani dengan sepenuh hati Karyawan di klinik kecantikan Natasha skin care dapat menangani keluhan konsumen dengan tuntas.
0
0
0
0
10
30
67
268
23
115
Karyawan di klinik kecantikan Natasha skin care tanggap dan cepat
0
0
0
0
1
0
2
0
2
22
4
4
19
22
25
57
66
75
64
62
60
256
248
240
16
14
13
jml
indeks
413
4.13
395
3.95
388
3.88
384
3.84
80
70
65
Nilai rata-rata
Sumber : Data primer yang diolah, 2016 Nilai rata-rata hasil pernyataan responden terhadap keputusan pembelian adalah tinggi (3,95). Skala tertinggi yaitu karyawan di klinik Natasha skin care mencatat segala kebutuhan sesuai dengan kebutuhan saya sebesar(4,13). Hal ini berarti indicator kualitas pelayanan penelitian ini bahwa pelayanan yang diberikan Natasha kepada konsumen responden memiliki niali yang tinggi 4.3.1.6 Analisis Indeks Jawaban Responden Terhadap Variabel Keputusan pembelian (Y) Keputusan pembelian bisa dipersepsikan secara berbeda oleh orang yang berbeda. Penelitian ini mengukur variabel keputusan pembelian berdasarkan penilaian dari responden mengenai keputusan pembelian konsumen Natasha. Variabel Keputusan pembelian pada penelitian ini diukur melalui 4 buah pertanyaan. Hasil jawaban dan
3,95
66
analisis indeks skor jawaban terhadap variabel Keputusan pembelian dapat dijelaskan sebagai berikut : Tabel 4.12 HASIL TANGGAPAN RESPONDEN TERHADAP VARIABEL KEPUTUSAN PEMBELIAN Indikator
Keputusan Anda dalam membeli Natasha Skin Care telah mantap dan tidak ragu – ragu Anda yakin memilih Natasha skin care dan tidak terpengaruh untuk membeli dari perusahaan lain? Anda yakin memilih selalu Natasha Skin Care sebagai pilihan yang tepat ketika memutuskan untuk membeli atau melakukan perawatan kulit? Anda selalu membeli Natasha Skin Care karena sesuai dengan kebutuhan kulit?
STS
TS
KS
S
SS
F
S
F
S
F
S
F
S
F
S
0
0
0
0
9
27
67
268
24
120
0
0
0
0
0
0
2
2
0
4
4
0
Nilai Rata-rata
21
11
9
63
33
27
55
66
65
220
264
260
22
21
26
Jml
Indeks
415
4.15
397
3.97
406
4.06
417
4.17
110
105
130
4,09
Sumber: Data primer yang diolah, 2016 Nilai rata-rata hasil pernyataan responden terhadap keputusan pembelian adalah (4,09). Tanggapan responden sebagaimana pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa responden memberikan tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan variabel keputusan pembelian yaitu Keputusan Anda dalam membeli Natasha skin care telah mantap dan tidak ragu – ragu sebesar 4,15, Anda yakin memilih Natasha skin care dan tidak terpengaruh untuk membeli dari perusahaan lain sebesar 3,97, Anda yakin memilih selalu Natasha skin care sebagai pilihan yang tepat ketika memutuskan untuk membeli atau melakukan perawatan kulit sebesar 4,06, Anda selalu membeli Natasha skin care karena sesuai dengan kebutuhan kulit sebesar 4,17. Penelitian ini menunjukan bahwa
67
konsumen menilai diri mereka bahwa mereka telah telah melakukan keputusan pembelian terhadap, kemantapan, penetapan produk pemilihan yang tepat dan kesesuaian yang tinggi. 4.4
Analisis Data dan pembahasan
4.4.1
Uji Validitas Penyebaran kuesioner yang diberikan kepada responden yaitu 100 Masyarakat
Kota Kudus, bertujuan untuk memperoleh data secara langsung dari responden. Dari 22 item pertanyaan yang diajukan kemudian dilakukan uji validitas terhadap item pertanyaan. Uji validitas dilakukan terhadap item pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana pertanyaan tersebut dapat mengukur obyek yang diteliti. Berikut hasil uji validitas untuk setiap item pertanyaan berdasarkan pengolahan data statistik dengan bantuan program SPSS. Uji validitas ini menggunakan paket program IBM SPSS Statistics 20 dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Produk Indikator
r hitung
r table
Keterangan
1
0,446
0,1654
Valid
2
0,405
0,1654
Valid
3
0,502
0,1654
Valid
Sumber : Hasil output SPSS 20, 2016 Dari tabel 4.13 yang diperoleh bahwa indicator kualitas produk mempunyai koefisien korelasi (r hitung) setiap item pertanyaan dinyatakan valid, karena nilai r hitung yang dihasilkan lebih besar dari nilai r tabel sebesar 0,1654.
68
Tabel 4.14 Hasil Uji Validitas Variabel Harga Indikator
r hitung
r table
Keterangan
1
0,384
0,1654
Valid
2
0,425
0,1654
Valid
3
0,544
0,1654
Valid
4
0,608
0,1654
Valid
Sumber : Hasil output SPSS 20, 2016 Dari tabel 4.14 yang diperoleh bahwa indicator harga mempunyai koefisien korelasi (r hitung) setiap item pertanyaan dinyatakan valid, karena nilai r hitung yang dihasilkan lebih besar dari nilai r tabel sebesar 0,1654. Tabel 4.15 Hail Uji Validitas Variabel Promosi Indikator
r hitung
r table
Keterangan
1
0,350
0,1654
Valid
2
0,447
0,1654
Valid
3
0,5`8
0,1654
Valid
4
0,448
0,1654
Valid
Sumber : Hasil output SPSS 20, 2016 Dari tabel 4.15 yang diperoleh bahwa indicator promosi mempunyai koefisien korelasi (r hitung) setiap item pertanyaan dinyatakan valid, karena nilai r hitung yang dihasilkan lebih besar dari nilai r tabel sebesar 0,1654. Tabel 4.16 Hasil Uji Validitas Variabel Citra Merek Indikator
r hitung
r tabel
keterangan
1
0,347
0,1654
Valid
2
0,458
0,1654
Valid
3
0,430
0,1654
Valid
Sumber : Hasil output SPSS 20, 2016
69
Dari tabel 4.16 yang diperoleh bahwa indicator citra merek mempunyai koefisien korelasi (r hitung) setiap item pertanyaan dinyatakan valid, karena nilai r hitung yang dihasilkan lebih besar dari nilai r tabel sebesar 0,1654. Tabel 4.17 Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas pelayanan Indikator
r hitung
r table
Keterangan
1
0,407
0,1654
Valid
2
0,398
0,1654
Valid
3
0,473
0,1654
Valid
4
0,516
0,1654
Valid
Sumber : Hasil output SPSS 20, 2016 Dari tabel 4.17 yang diperoleh bahwa indicator kualitas pelayanan mempunyai koefisien korelasi (r hitung) setiap item pertanyaan dinyatakan valid, karena nilai r hitung yang dihasilkan lebih besar dari nilai r tabel sebesar 0,1654. Tabel 4.18 Hasil Uji Validitas Variabel Keputusan Pembelian Indikator
r hitung
r tabel
Keterangan
1
0,416
0,1654
Valid
2
0,593
0,1654
Valid
3
0,508
0,1654
Valid
4
0,505
0,1654
Valid
Sumber : Hasil output SPSS 20, 2016 Dari tabel 4.18 hasil uji validitas tersebut, diketahui bahwa indicator keputusan pembelian mempunyai nilai koefisien korelasi (r hitung) setiap item pertanyaan dinyatakan valid, karena nilai r hitung yang dihasilkan lebih besar dari nilai r tabel sebesar 0,1654.
70
4.4.2
Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau
dapat diandalkan dan menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan One Shot atau pengukuran sekali saja. Disini pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lainnya atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Keputusan untuk mengetahui bahwa instrument adalah reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.60 Dari analisis dengan program SPSS diperoleh uji reliabilitas seperti pada tabel dibawah ini : Tabel 4.19 Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Nilai Reliabilitas
Keterangan
Kualitas Produk
0,631
Reliabel
Harga
0,694
Reliabel
Promosi
0,655
Reliabel
Citra Merek
0,602
Reliabel
Kualitas Pelayanan
0,666
Reliabel
Keputusan Pembelian
0,715
Reliabel
Sumber : Hasil output SPSS 20, 2016 Berdasarkan table 4.19 Uji reliabilitas, diperoleh r hitung (Alpha) yang terletak di akhir output dari variabel kualitas produk, harga, promosi, citra merek, kualitas pelayanan dan keputusan peembelian lebih besar dari 0,6, maka dikatakan semua konsep pengukuran masing-masing variabel di nyatakan reliabel, sehingga untuk selanjutnya item-item pada masing-masing konsep variabel tersebut layak digunakan sebagai alat ukur.
71
4.4.3
Uji Asumsi Klasik
4.4.3.1 Uji Normalitas Data Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel pengganggu atau residualnya memiliki distribusi yang normal atau tidak. Sebab, model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Kemudian metode kedua yang digunakan adalah uji statistik kolmogrov-smirnov(K-S). Jika nilai signifikan klomogorov-smirnov lebih besar dari α=0,05 maka normal. Hasil grafik normal probability plot dan uji statistik kolmogorov-smirnov (K-S) dapat dilihat pada gambar 4.1 dan tabel 4.20 berikut: Gambar 4.1 Uji Normalitas data
72
Sumber : Hasil output SPSS 20, 2016 Tabel 4.20 Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Mean Paramete Std. Deviation rsa,b Most Absolute Extreme Positive Differenc Negative es Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
100 0E-7 1.52008513 .068 .041 -.068 .683 .739
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Hasil output SPSS 16, 2015 Dari tabel 4.20 diatas hasil pengujian normalitas dengan menggunakan kolmogrov-smirnov menunjukkan nilai Asymp.Sig.(2-tailed) sebesar 0,739 dan nilai tersebut significan. Karena nilai kolmogrov-smirnov harus lebih besar dari α = 0,05, Jadi dapat disimpulaka bahwa distribusi normal. 4.4.3.2 Uji Multikolinieritas Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat besarnya tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Dari hasil perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut:
73
Tabel 4.21 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Kualitas Produk
Tolerance 0,800
VIF 1,250
Keterangan Tidak ada masalah multikolinearitas
Harga Promosi
0,783 0,779
1,278 1,283
Tidak ada masalah multikolinearitas Tidak ada masalah multikolinearitas
Citra Merek Kualitas Pelayanan
0,899 0,877
1,112 1,140
Tidak ada masalah multikolinearitas Tidak ada masalah multikolinearitas
Sumber : Hasil Output SPSS 20, 2016 Dari hasil perhitungan tabel 4.21 Uji Multikolinearitas menunjukkan bahwa semua variabel independen memiliki nilai tolerance lebih dari 0.1 (10%), artinya tidak ada korelasi antar variabel bebas yang nilainya lebih dari 95%.Hasil perhitungan juga menunjukkan bahwa semua variabel bebas memiliki VIF kurang dari 10 (<10).Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikolinearitas dalam model regresi yang digunakan. 4.4.3.3 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residu suatu pengamatan ke pengamatan lain. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah dipredisi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar pengambilan keputusan adalah
Jika titk-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur seperti gelombang, melebar, kemudian menyempit, maka terjadi heteroskedastisitas.
74
Jika titk-titik ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
Hasil grafik scatterplot dapat dilihat di gambar 4.2 berikut: Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Hasil output SPSS 20, 2016 Hasil pengujian heteroskedastisitas menunjukkan bahwa titik-titik tidak membentuk pola tertentu atau tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji Heteroskedastisitas diperkuat dengan menggunakan Uji Glejser nilai sig. pada tabel Coefficients harus > dari 0,05 untuk terbebas dari heteroskedastisitas.
75
TABEL 4.22 HASIL UJI GLEJSER Coefficients Model
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
2.571
1.521
KProduk
-.049
.089
Harga
-.042
Promosi CMerek
t
Sig.
Beta 1.691
.094
-.063
-.555
.580
.062
-.078
-.679
.499
-.051
.060
-.097
-.847
.399
-.031
.091
-.037
-.343
.732
.070
.058
.130 1.207
.231
1
KPelayanan a. Dependent Variable: abres
Dari hasil Uji Glejser terdapat nilai sig. pada seluruh variabel >0,05, maka dapat dikatakan bahwa semua variabel independen dalam penelitian terbebas dari heterokedastisitas. 4.4.4
Analisis Regresi Linier Berganda Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara factor kualitas produk,
harga, promosi, citra merek dan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian konsumen diklinik kecantikan Natasha skin care . Rumus dalam analisis Regresi Linear Berganda adalah dengan formula sebagai berikut: Y = a + b1X1+b2 X2+b3X3+b4X4+b5X5+e Dimana = X1 = kualitas produk X2 = harga X3 = promosi
76
X4 = citra merek X5 = kualitas pelayanan Y = keputusan pembelian a = konstanta b1 b2 b3 b4 b5= koefisien regresi masing-masing variable Hasil pengolahan data untuk regresi linear berganda dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 20 dengan hasil sebagai berikut dapat dilihat pada tabel 4.23 di bawah ini Tabel 4.23 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Coefficients Model
Unstandardized Coefficients
a
Standardized
t
Sig.
Coefficients B
Std. Error
(Constant)
1.512
2.466
KProduk
.007
.144
Harga
.106
Promosi
Beta .613
.541
.005
.050
.960
.101
.102
1.052
.296
.240
.098
.238
2.452
.016
Cmerek
.443
.148
.270
2.988
.004
Kpelayanan
.229
.094
.223
2.433
.017
1
a. Dependent Variable: Keputusan pembelian Sumber: Hasil output SPSS 20, 2016 Berdasarkan hasil pengolahan data tabel 4.23 di atas maka dapat diperoleh hasil persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y= 1,512+ 0,007X1 + 0,106X2 + 0,240X3 + 0,443X4 + 0,229 X5 + e
77
Dari persamaan regresi linear berganda di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut: a.
Konstanta = 1,512 Jika variabel kualitas produk, Harga, promosi, citra merek dan kualitas pelayanan = 0 maka keputusan pembelian bernilai positif.
b.
Koefisien regresi variabel kuliats produk (X1=0,007) Koefisien regresi variabel kualitas produk(X1) terhadap keputusan pembelian (Y) benilai positif, hal ini menunjukkan bahwa apabila terdapat kenaikan variabel Kualitas produk (X1) maka variabel keputusan pembelian (Y) akan mengalami kenaikan, dengan asumsi variabel lainnya tetap.
c.
Koefisien regresi variabel harga (X2= 0,106) Koefisien regresi variabel harga (X2) terhadap keputusan pembelian (Y) benilai positif, hal ini menunjukkan bahwa apabila terdapat kenaikan variabel harga (X2), maka variabel keputusan pembelian (Y) akan mengalami kenaikan, dengan asumsi variabel lainnya tetap.
d.
Koefisien regresi variabel promosi (X3= 0,240) Koefisien regresi variabel promosi (X3) terhadap keputusan pembelian (Y) benilai positif, hal ini menunjukkan bahwa apabila terdapat kenaikan variabel promosi (X3), maka variabel keputusan pembelian (Y) akan mengalami kenaikan, dengan asumsi variabel lainnya tetap.
78
e.
Koefisien regresi variabel citra merek (X4= 0,443) Koefisien regresi variabel merek (X4) terhadap keputusan pembelian (Y) benilai positif, hal ini menunjukkan bahwa apabila terdapat kenaikan variabel merek (X4), maka variabel keputusan pembelian (Y) akan mengalami kenaikan, dengan asumsi variabel lainnya tetap.
f.
Koefisien regresi variabel kualitas pelayanan (X5=0,229) Koefisien regresi variabel kualitas pelayanan (X5) terhadap keputusan pembelian (Y) bernilai positif, hal ini menunjukan bahwa apabila terdapat kenaikan variabel kualitas pelayanan (X5), maka variabel keputusan pembelian (Y) akan mengalami kenaikan, dengan asumsi variabel lainnya tetap.
4.4.5
Uji Hipotesis
4.4.5.1 Uji F Uji F adalah untuk mengetahui apakah variabel kualitas produk, harga, promosi, citra merek dan kualitas pelayanan secara bersama – sama mempunyai pengaruh positif terhadap keputusan pembelian di klinik kecantikan Natasha skin care. Tabel 4.24 Hasil Uji F a
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression Residual
101.995 228.755
5 94
Total
330.750
99
20.399 2.434
a. Dependent Variable: keputusan pembelian b. Predictors: (Constant), kproduk, harga, promosi, cmerek, kpelayanan
F 8.382
Sig. .000b
79
Sumber : Hasil output SPSS 20, 2016 Dari hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh F hitung sebesar 8,382 dengan sign. 0,000 < á = 0,05. Nilai sign yang lebih kecil á = 0,05 menunjukkan diterimanya hipotesis yang menyatakan variabel kualitas produk, harga, promosi, citra merek dan kualitas pelayanan secara bersama – sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian di klinik kecantikan Natasha skin care. 4.4.5.2 Uji Partial (uji t) Uji t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh suatu variabel independe) (kualitas produk, harga, promosi, citra merek, kualitas pelayanan secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (keputusan pembelian). Hasil uji t pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.25 Tabel 4.25 Hasil uji t Coefficientsª
Model 1 (Constant) KProduk Harga Promosi Cmerek KPelayanan
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 1,512 2.466 .007 .144 .005 .106 .240 .443 .229
Dependent Variable: Keputusan pembelian
Sumber : Hasil output SPSS 20, 2016
.101 .098 .148 .095
.102 .238 .270 .223
t .613 .050
Sig. .541 .960
1.052 2.452 2.988 2.433
.296 .016 .004 .017
80
Dengan menggunakan program SPSS dihasilkan masing – masing variabel bebas sebagai berikut: Berdasarkan uji t dapat di analisis sebagai berikut : a.
Pengaruh secara parsial variabel kualitas produk terhadap Keputusan pembelian sebesar 0,050 dengan nilai B sebesar 0,007 dan sign 0,960 >œ = 0,005. maka H1 ditolak dan Ho diterima. Jadi dapat disimpulkan kualitas produk berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap keputusan pembelian, artinya kualitas produk tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen di klinik kecantikan Natasha Kudus.
b.
Pengaruh secara parsial variabel harga hadap keputusan pembelian. sebesar 1,052 dengan nilai B sebesar 0,106 dan sign 0,296 > œ = 0,005. maka H2 ditolak dan Ho diterima. Jadi dapat disimpulkan harga berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap keputusan pembelian, artinya harga tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen di klinik kecantikan Natasha Kudus.
c.
Pengaruh secara parsial variabel promosi hadap Keputusan pembelian sebesar 2,452 dan nilai B sebesar 0,240 dengan sign 0,016 < α = 0,05 maka H3 diterima dan Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan promosi berpengrauh postitif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, artinya semakin variabel promosi ditingkatkan maka keputusan pembelian konsumen di klinik kecantikan Natasha Kudus akan meningkat.
d.
Pengaruh secara parsial antara variabel citra merek hadap keputusan pembelian sebesar 2,988 dan nilai B sebesar 0,443 dengan sign 0,004 > α = 0,05 maka H4
81
diterima dan Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, artinya semakin variabel citra merek ditingkatkan maka keputusan pembelian konsumen di klinik kecantikan Natasha Kudus akan meningkat. e.
Pengaruh secara persial variabel kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian sebesar 2,433 dan nilai B sebesar 0,229 dengan sign. 0,017 < α = 0,05 maka H5 diterima dan Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan kualitas pelayanan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, artinya semakin variabel kualiatas pelayanan ditingkatkan maka keputusan pembelian konsumen di klinik kecantikan Natasha Kudus akan meningkat.
4.4.5.3 Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (tidak bebas). Uji ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh proporsi variabel–variabel bebas dapat menerangkan dengan baik variabel tidak bebas. TABEL 4.26 KOEFISIEN DETERMINASI Model Summaryb Model 1
R .555a
R Square
Adjusted R Square
.308
.272
a. Predictors: (Constant), kproduk, harga, promosi, cmerek, kpelayanan b. Dependent Variable: keputusan pembelian
Sumber : Hasil output SPSS 20, 2016
Std. Error of the Estimate 1.560
82
Dari hasil analisis dengan menggunakan program SPSS diketahui bahwa besarnya nilai Adjusted R Square = 0,272 atau 27,2% berarti kemampuan variabel – variabel bebas secara bersama – sama yaitu kualitas produk, harga, promosi citra merek dan kualitas pelayanan dalam menjelaskan keputusan pembelian adalah sebesar 27,2% sedangkan sisanya sebesar 72,8% dijalaskan oleh variabel lain diluar model regresi. 4.5
Pembahasan Langkah yang harus ditempuh perusahaan dalam menghadapi persaingan yang
ketat salah satunya adalah mencari apa saja yang mempengaruhi keputusan pembelian kemudian meningkatkan keputusan pembelian konsumen. Dengan keputusan pembelian yang meningkat, akan menjadikan perusahaan lebih mampu untuk bertahan didalam persaingan yang sedang terjadi. Penelitian yang dilakukan pada klinik kecantikan Natasha skin care mengenai pengaruh kulitas produk, harga, promosi, citra merek, dan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian, maka dibuatlah pembahasan sebagai berikut: 4.5.1
Pengaruh Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian Dari hasil pengolahan statistik variabel kualitas produk dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa kualitas produk Natasha skin care tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Ini berarti konsumen dalam mengkonsumsi produk, kualitas produk tidak menjadi pertimbangan dalam pembelian. Dilihat dari indeks nilai rata-rata kualitas produk yang mempunyai total sebesar 4,19 (interval 3,41 - 4,20), yang berarti berdasarkan rentang skala termasuk kategori tinggi. Kualitas produk yang dipresepsikan responden dalam penelitian ini adalah produk Natasha mampu memberikan hasil yang
83
optimal. Produk Natasha aman digunakan untuk semua jenis kulit dan Natasha memiliki beberapa macam produk sesuai dengan jenis kulit. Jadi dilihat dari hal ini konsumen sadar mengenai kualitas yang diberikan Natasha. Produk dari Natasha sendiri tidaklah dijual bebas melainkan harus dengan pengawasan dokter di bawah manajemen natasha. Produk natasha dibawah sertifikasi BPOM dan bahkan berlabel halal MUI. Hal ini tentu dilakukan pihak manajemen untuk menjaga kualitas dan mengingat telah mendapat penghargaan bergengsi TOP BRAND AWARD dari tahun ke tahun (www.kosmetikberbahaya.com). Kualitas dari produk Natasha sudah tidak diragukan lagi. Banyak konsumen produk kosmetik biasa yang belakangan ini marak diberitakan mengandung bahan berbahaya yakni salah satunya Mercury yang dapat menyebabkan kanker beralih pada produk kecantikan yang dikawal oleh dokter yang memang ahli dibidangnya (https://www.academia.edu/5737893/Paper_Natasha_Skin_Care). Penelitian ini berbeda dengan pendapat Weenas R.S (2013), Sundalangi et,al. (2014), Andrianto et,al.(2013), Ridhwan (2014) yang menunjukkan hasil antara variabel kualitas produk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. 4.5.2
Pengaruh Harga terhadap Keputusan Pembelian Dari hasil pengolahan statistik variabel kualitas produk dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa Harga Natasha skin care tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Ini berarti konsumen dalam mengkonsumsi produk, harga tidak menjadi pertimbangan dalam pembelian. Dilihat dari indeks nilai rata-rata variabel harga yang mempunyai total sebesar 3,96 (interval 3,41 - 4,20), yang berarti berdasarkan rentang
84
skala termasuk kategori tinggi. Harga yang dipresepsikan responden dalam penelitian ini adalah harga sesuai dengan kualitas Natasaha, harga bersaing dengan produk lainnya, harga sesuai dengan manfaat yang diberikan, harga Natasha terjangkau. Karena Mayoritas penguna Natasha skin care adalah kalangan kelas menengah keatas, konsumen berani mengeluarkan berapapun untuk membeli atau melakukan perawatan di klinik kecantikan Natasha skin care, walaupun dalam hal ini harga tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian di klinik kecantikan Natasha skin care diharapkan harga yang telah ditetapkan perusahaan dapat menarik konsumen dalam melakukan pembelian. Penelitian ini berbeda dengan pendapat Weenas R.S (2013), Rizky et,al.(2014), Fure, Hendra (2013), Anisaha et,al (2013), Andrianto (2013) yang menunjukkan hasil antara variabel harga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. 4.5.3
Pengaruh Promosi terhadap Keputusan Pembelian Dari hasil pengolahan statistic variabel promosi dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian, artinya semakin tinggi promosi yang dilakukan Natasha, maka semakin tinggi pengaruh terhadap keputusan pembelian. Promosi merupakan suatu bentuk komunikasi pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia meneriama, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan. Untuk itu perusahaan harus dapat meningkatkan promosi yang baik yang dapat diterima oleh masyarakat atau konsumen, sehingga konsumen
85
mempunyai gambaran produk sebelum membeli. Promosi di media cetak, televisi, brosur, pameran dan web yang dilakukan pemasar akan dapat mendorong terciptanya keputusan konsumen untuk melakukan pembelian terhadap keputusan pembelian konsumen diklinik kecantikan Natasha skin care. Promosi yang dipersepsikan konsumen dalam penelitian ini adalah Natasha skin care melakukan promosi dengan website, facebook, papan baliho kepada konsumen, Promosi natasha sangat mudah dipahami dan diingat, Natasha skin care sering mengadakan diskon untuk pembelian produk pada moment tertentu sebesar, Promosi yang dilakukan Natasha skin care kudus selalu menarik minat beli. Jadi dilihat dari hal ini menunjukkan bahwa promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian Natasha dan mengakibatkan konsumen merasa produk Natasha adalah produk dengan promosi yang baik. Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rizky et,al, (2014), Weenas R.S (2013), Fure,
(2013), Andrianto, et.al (2013) yang
menunjukkan hasil antara variabel promosi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. 4.5.4
Pengaruh Citra Merek terhadap Keputusan Pembelian Dari hasil pengolahan statistic variabel citra merek dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa citra merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian, artinya semakin tinggi citra merek Natasha Skin Care maka akan semakin tinggi pengaruh keputusan pembelian.
86
Merek yang kuat akan meningkatkan produktivitas pemasaran dan kemampuan organisasi (perusahaan) untuk tumbuh. Salah satu upaya untuk membentuk loyalitas masyarakat terhadap merek adalah dengan membangun kepercayaan masyarakat terhadap merek. Natasha Skin Care merupakan merek kosmetik kecantikan yang cukup tersohor di Indonesia. Dengan cabang di berbagai kota dan juga memiliki konsumen yang bisa dibilang tidak sedikit yang mayoritas dari kalangan menengah keatas. Untuk itu perusahaan harus dapat mengembangkan citra merek yang khas yang dapat diterima oleh masyarakat atau konsumen, sehingga konsumen dapat menentukan pilihan terhadap merek suatu produk. Hal tersebut tentunya akan berpengaruh dalam keputusan pembelian terhadap produk yang digunakan. Seperti halnya pada pengguna Natasha skin care di Kudus, citra merek yang diperkenalkan sangat berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Citra merek yang dipresepsikan responden dalam penelitian ini adalah merek Natasha sudah dikenal banyak orang ,Produk Natasha memberikan kesan positif kepada konsumen, Merek Natasha mudah diingat. Jadi dilihat dari hal ini menunjukkan bahwa citra merek berpengaruh terhadap keputusan pemnbelian Natasha skin care dan mengakibatkan konsumen merasa produk Natasha adalah produk dengan citra merek yang sangat baik. Penelitian ini mendukung hasil riset sebelumnya yang dilakukan oleh Andrianto et,al (2013), Ridhwan, et.al (2014), Rianto, et.a. (2014) yang menunjukkan hasil antara variabel promosi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.
87
4.5.5
Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan Pembelian Dari hasil pengolahan statistic variabel kualitas pelayanan dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa kualiatas pelayanan berpengaruh terhadap keputusan pembelian, artinya, semakin tinggi Kualitas pelayanan Natasha maka semakin tinggi pengaruh keputusan pembelian. Untuk memberikan pelayanan yang baik dibutuhkan kesungguhan yang mengandung unsur kecepatan, keamanan, keramah tamahan, dan kenyamanan pelanggan yang terintegrasi sehingga manfaatnya besar. Konsumen memilih pasar yang dirasa nyaman dalam berkomunikasi bahkan apabila ada pertanyaan-pertanyaan dari konsumen yang ingin mencari tahu informasi produk yang ingin dibeli. Kualitas pelayanan yang dipresepsikan oleh responden dalam penelitian ini adalah karyawan di klinik Natasha skin care mencatat segala kebutuhan sesuai dengan kebuhan, Karyawan di klinik kecantikan Natasha skin care dapat melayani dengan sepenuh hati, karyawan di klinik kecantikan Natasha skin care dapat menangani keluhan konsumen dengan tuntas, Karyawan di klinik kecantikan Natasha skin care tanggap dan cepat. Jadi Jadi dilihat dari hal ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh terhadap keputusan pemnbelian Natasha skin care dan mengakibatkan konsumen merasa produk Natasha adalah produk dengan kualitas pelayanan yang baik. Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fure (2013), Weenas, R.S (2013), Cornelia, e.,al (2008), Daud (2013) yang menunjukkan hasil antara variabel promosi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.
88
BAB V PENUTUP
Bab ini akan menguraikan kesimpulan hipotesis dari analisis seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya dan saran. Pada bagian pertama dalam bab ini akan dijelaskan secara ringkas mengenai kesimpulan hasil hipotesis, pada bagian berikutnya adalah saran teoritis dan saran praktis. 5.1
Kesimpulan Berdasarkan penelitian tentang pengaruh kualitas produk, harga, promosi, citra
merek dan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian konsumen diklinik kecantikan Natasha skin care kudus, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Kualitas produk berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap keputusan pembelian Natasha Kudus, artinya kualitas produk tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian Natasha Kudus. 2. Harga berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap keputusan pembelian Natasha Kudus, artinya harga tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian Natasha Kudus. 3. Promosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian Natasha Kudus, artinya bahwa semakin tinggi promosi maka semakin tinggi pula keputusan pembelian konsumen Natasha skin care Kudus. Sebaliknya, jika semakin rendah promosi maka semakin rendah keputusan pembelian produk atau melakukan perawatan konsumen Natasha skin care Kudus.
89
4. Citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, pembelian Natasha Kudus artinya bahwa semakin tinggi citra merek maka semakin tinggi pula keputusan pembelian konsumen Natasha Kudus. Sebaliknya, jika semakin rendah citra merek, maka semakin rendah keputusan pembelian produk atau melakukan perawatan konsumen Natasha Kudus 5. Kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian Natasha dikudus artinya bahwa semakin tinggi kualitas pelayanan maka semakin tinggi pula keputusan pembelian konsumen Natasha skin care kudus. Sebaliknya, jika semakin rendah kualiatas pelayanan, maka semakin rendah keputusan pembelian produk atau melakukan perawatan konsumen Natasha skin care Kudus. 5.2
Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka diajukan
saran-saran sebagai pelengkap terhadap hasil penelitian sebagai berikut : 1.
Dari hasil penelitian ini, Citra merek menjadi variabel pertama dalam peningkatan keputusan pembelian. Citra Merek Natasha dinilai baik oleh konsumen dan berdampak besar dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Faktor faktor yang dapat meningkatkan citra merek harus dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi agar citra merek semakin meningkat dan dapat meningkatkan keputusan pembelian. Citra merek yang dipresepsikan konsumen yang paling dominan adalah merek Natasha mudah diingat dan sudah banyak dikenal orang. Pada factor citra merek responden yang memberikan tanggapan
90
paling rendah mengenai Produk Natasha memberikan kesan positif kepada konsumen. Maka dengan ini, peneliti menyarankan Natasha skin care untuk mengetahui tanggapan konsumen mengenai merek produknya dengan melakukan penelitian tentang merk produknya yaitu pengujian asosiasi yaitu tentang kesan apa yang langsung terpikir, pengujian penghafalan dan pengujian ingatan. 2.
Dari hasil penelitian ini, Promosi menjadi variabel terbesar kedua dalam peningkatan keputusan pembelian. Promosi yang dilakukan Natasha dinilai baik oleh konsumen dan berdampak besar dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Dengan adanya promosi, menjadikan konsumen mengenal lebih dulu mengenai gambaran produk atau jasa sebelum membeli. Faktor faktor yang dapat meningkatkan
frekuensi
meningkatkan
keputusan
promosi
lebih
pembelian.
ditingkatkan
Pada
factor
lagi
promosi,
agar
dapat
responden
memberikan tanggapan yang paling rendah mengenai Promosi yang dilakukan Natasha kudus selalu menarik minat beli. Maka, agar promosi yang dilakukan Natasha dapat menarik minat beli maka disarankan Natasha lebih sering memberikan diskon, hadiah secara langsung kepada konsumen dan iklan yang digunakan mengunakan artis yang terkenal, atau model yang memiliki kulit mulus halus agar dapat memikat konsumennya dengan memosting di berbagai media sosial (instagram, facebook), dengan citra ideal yang dibentuk produsen diharapkan dapat melekat di benak konsumen. 3.
Dari hasil penelitian ini, kualitas pelayanan memiliki peranan yang kecil dalam keputusan pembelian yang dirasakan konsumen. Pelayanan yang diberikan
91
Natasha dinilai baik oleh konsumen namun tidak berdampak besar dalam mempengaruhi minat beli. Pada faktor kualitas pelayanan responden memberikan tanggapan yang paling rendah mengenai karyawan diklinik kecantikan Natasha kudus tanggap dan cepat. Maka dengan ini, peneliti menyarakankan kepada Natasha skin care Kudus untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik terutama secara personal bagi konsumennya. Sehingga pelanggan dapat merasa nyaman sehingga tidak mudah untuk berpindah pada perusahaan yang lain.
92
DAFTAR PUSTAKA Andrianto, Hendra Noky & idris. (2013). Pengaruh Kualitas Produk, citra merek, harga dan promosi terhadap keputusan pembelian mobil jenis mpv merek toyota kijang inova di Semarang. Jurnal Manajemen Fakultas ekonomi dan bisnis Universitas Diponegoro. Semarang (diakses pada tanggal 10 Oktober 2015). Cahyono, Dwi. (2005). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian minuman air mineral Aqua (Studi Kasus Mahasiswa Sebelas Maret Surakarta) skripsi publikasi. http://eprints.uns.ac.id/5597/1/69602406200905321.pdf. Fure, Hendra. (2013). Lokasi, keberagaman produk, harga, dan kualitas pelayanan pengaruhnya terhadap minat beli pada pasar tradisional bersehati calaca. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manjemen Universitas Sam Ratulangi Manado. (diakses pada tanggal11 Oktober 2015). Ghozali, Imam. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan ke empat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Koran
Sindo http://ekbis.sindonews.co/read/842296/34/natashabidik-pelangganremaja1394452503. (di akses pada 1 November 2015).
Kotler, Philip & Amstrong, Gary. (2009). prinsip-prinsip Pemasaran. Jilid 2. Edisi ke 13. Penerbit Erlangga. Jakarta. Kotler, & Philip dan Keller, K. L. (2009). Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi ke 13. Penerbit Erlangga. Jakarta. Kotler, & Philip dan Keller, K. L. (2009). Manajemen Pemasaran. Jilid 2. Edisi ke 13. Penerbit erlangga. Jakarta. Lembang, R. D. (2010). Analisis pengaruh kualitas produk, harga, promosi,dan cuaca terhadap keputusan pembelian teh siap minumdalam kemasan merek teh botol sosro(Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi SI Reguler II Universitas Diponegoro) Skripsi publikasi. Majalah Survey VIII/ Tahun II/ Januari 2011 jurnal pada Nursukmawati 2013.
93
Natasha Skin Care. www.Natasha-Skin.com. diakses pada tanggal (10 Oktober 2015). Paper Natasha. https://academia.edu/5737893/Paper_Natasha_Skin_Care. ( di akses pada 1 November 2015). Rianto, A. W., Dahlan Fanani dan Sunarti. (2014). Pengaruh Merek dan Kebijakan Harga Terhadap Kputusan Pembelian (Survei pada Pengunjung yang Membeli dan Mendapatkan Diskon Musiman Terhadap Produk Inspired 27 di Kota Malang). Jurnal Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya. (diakses pada 11 oktober 2015). Ridhwan &Maharani, Ria (2014). Pengaruh Citra Merek dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Mobil Honda All New Jazzdi Kota Malang. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (diakses pada 10 Oktober 2015). Subagyo, Pangestu & Djarwanto. (2005). Statistik Induktif. Edisi 5. Penerbit BPFE. Yogyakarta. Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Bisnis. Penerbit Alfabeta. Bandung. Tjiptono, Fandy. (1997). Strategi Pemasaran. Edisi 2. Cetakan ke satu. Andi. Yogyakarta. Top Brand Award Kategori Perawatan Kulit. www.topbrand-award.com. di akses tanggal (1 november 2015) Weenas, J. R. (2013). Kualitas produk, harga, promosi, dan kualitas pelayanan pengaruhnya terhadap keputusan pembelian spring bed comforta. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen Sam Ratulangi Manado (diakses pada11 oktober 2015).