BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia perusahaan manufaktur merupakan sektor industri yang memberikan kontribusi cukup besar. Berdasarkan data pada Tabel I.1 terlihat bahwa persentase peran sub sektor industri manufaktur tanpa industri minyak dan gas terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional setiap tahunnya rata–rata sebesar 25%. Walaupun peran industri manufaktur mengalami penurunan setiap tahunnya tetapi persentase peran industri manufaktur masih cukup besar terhadap PDB nasional. Hal ini menunjukkan bahwa industri manufaktur cukup berperan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tabel I.1. Persentase Peran Sub Sektor terhadap PDB Nasional Periode tahun 2004 – 2008 Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
Sektor Industri Manufaktur Minyak dan Gas 25,33 3,02 25,30 2,77 25,24 2,59 24,96 2,43 24,50 2,29 25,07 2,62
Sektor Lainnya 71,75 71,93 72,17 72,60 73,21 72,33
Sumber : www.kemenperin.go.id
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai dengan tahun 2009 sebanyak 193 perusahaan dari 412 perusahaan. Hal ini menunjukkan
1 Universitas Sumatera Utara
bahwa peran serta industri manufaktur dalam Bursa Efek Indonesia juga menempati posisi yang dominan. Perkembangan perusahaan manufaktur dari tahun–tahun dapat dilihat dari pertumbuhan internal perusahaannya salah satunya melalui kinerja keuangan dan prospek perusahaan di masa mendatang. Kondisi perusahaan yang terus berkembang dan semakin maju tentunya dapat tercermin dari semakin baiknya kinerja keuangan yang dimiliki oleh perusahaan dan akan berdampak pada tingkat laba yang dihasilkan oleh perusahaan (Hadiwidjaja, 2009:5) Perusahaan manufaktur dalam menjalankan operasionalnya mempunyai tujuan untuk untuk dapat menghasilkan laba perusahaan. Perusahaan manufaktur yang mampu menghasilkan laba setiap tahunnya diharapkan mampu membagikan dividen kepada para investor sebagai pemegang saham. Bagi perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia kebijakan pembayaran dividen merupakan salah satu keputusan penting yang dipertimbangkan karena berkaitan dengan kepentingan investor sebagai pemegang saham dan perusahaan. Setiap investor sebagai pemegang saham tentunya mengharapkan pembagian dividen yang merupakan laba yang dihasilkan dari operasional perusahaan. Dengan adanya pembagian dividen maka dapat meningkatkan keyakinan pemegang saham terhadap prospek perkembangan perusahaan di masa mendatang (Puspita, 2009:3). Perusahaan manufaktur yang dalam kondisi menguntungkan (profitable) akan dapat membagikan dividen kepada para investornya. Walaupun ada beberapa perusahaan manufaktur yang tetap membagikan dividen kepada para investornya
Universitas Sumatera Utara
pada saat perusahaan dalam keadaan rugi seperti PT. Alumindo Light Metal Industry pada tahun 2009, PT. Good Year pada tahun 2005, PT. HM Sampoerna pada tahun 2008. Tetapi sebaiknya kondisi perusahaan dalam keadaan menguntungkan sehingga dapat meningkatkan keyakinan kepada para investornya. Kemudian, laba yang dimiliki perusahaan akan diperhitungkan mengenai kebutuhan penggunaanya, apakah akan dibagikan sebagai dividen atau akan ditahan untuk investasi perusahaan di masa mendatang. Perusahaan yang akan membagikan dividen secara tunai (cash dividend) akan membutuhkan dana secara tunai yang cukup besar dari perusahaan. Oleh karena itu, pihak manajemen akan melihat kondisi likuiditas perusahaan untuk membagikan dividen secara tunai. Dalam membagikan dividen perusahaan, ada kecenderungan perusahaan besar membagikan jumlah deviden yang lebih besar dari perusahaan kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan besar biasanya lebih mudah memasuki pasar modal sehingga akan lebih mudah untuk mendapatkan modal dalam menjalankan operasional perusahaannya. Dengan demikian perusahaan besar tersebut tidak memerlukan laba ditahan yang cukup besar untuk membiayai investasi perusahaannya dimasa yang akan datang. Dilihat dari struktur modal perusahaan atau kondisi leverage perusahaan yaitu perbandingan hutang terhadap modal, bagi perusahaan yang memiliki jumlah hutang yang besar akan dapat menurunkan jumlah laba yang dihasilkan karena perusahaan harus membayarkan pinjaman dan beban bunga sehingga hal ini dapat
Universitas Sumatera Utara
juga menurunkan jumlah pembayaran dividen kepada pemegang saham. Perusahaan manufaktur yang dalam kondisi berkembang dapat menggunakan kebijakan utang untuk membantu sumber dana perusahaan yang akan digunakan untuk investasi perusahaan. Tetapi pihak manajemen harus dapat memperhitungkan kebijakan utang yang diterapkan karena penggunaan hutang yang tinggi dapat menurunkan tingkat laba bersih yang dihasilkan perusahaan. Kebijakan pembayaran dividen tergambar pada devidend payout rationya (rasio pembayaran dividen) yaitu merupakan persentasi laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai. Kondisi likuiditas yang tergambar melalui rasio cash position (posisi kas), profitabilitas tergambar melalui rasio return on assets (laba terhadap aktiva), firm size (ukuran perusahaan) tergambar melalui log natural jumlah aktiva setiap tahunnya dan kondisi leverage perusahaan tergambar melalui rasio debt to equty yaitu merupakan perbandingan total hutang dengan ekuitas pemegang saham. Untuk meningkatkan laba perusahaan yang dihasilkan dari tahun ke tahun maka pihak manajemen dapat memperhatikan operasional perusahaan dalam hal ini aktivitas pendapatan (penjualan) yang dilakukan. Jumlah penjualan yang terus meningkat dari tahun ke tahun belum tentu meningkatkan laba perusahaan karena harus diperhatikan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas penjualan tersebut. Pihak manajemen dapat melakukan efisiensi dalam biaya-biaya operasional perusahaan untuk peningkatan laba. Efisiensi dalam biaya salah satunya dapat dilakukan dengan memanfaatkan secara optimal aktiva yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga tidak ada aktiva yang tidak digunakan. Pemanfaatan aktiva
Universitas Sumatera Utara
secara optimal dalam kegiatan operasional diharapkan dapat meningkatkan laba yang dihasilkan, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pembayaran dividen bagi para investor sebagai pemegang saham. Untuk mengevaluasi tingkat laba (profitabilitas) yang dihasilkan dari penjualan pihak manajemen dapat menggunakan rasio net profit margin (marjin laba bersih), untuk penggunaan aktiva dalam aktivitas penjualan dapat menggunakan rasio total assets turnover (perputaran total aktiva), untuk melihat pertumbuhan penjualan dapat menggunakan rasio sales growth dan untuk melihat seberapa besar hutang membiaya aktiva perusahaan dapat menggunakan rasio debt to total assets. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia setiap tahun jumlahnya meningkat tetapi kenyataannya masih banyak perusahaan manufaktur yang tidak mampu membagikan dividen tunai setiap tahunnya. Berdasarkan Tabel I.2 pada tahun 2008 dan 2009 terjadi penurunan jumlah perusahaan manufaktur yang membagikan dividen. Tabel I.2.
Perusahaan Manufaktur yang Membagikan Dividen Periode tahun 2005 – 2009 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Perusahaan Manufaktur yang Membagikan Deviden 56 perusahaan 66 perusahaan 67 perusahaan 47 perusahaan 43 perusahaan
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur Bursa Efek Indonesia 2005 – 2009 dan Indonesian Capital Market Directory 2005 – 2008 (data diolah)
Universitas Sumatera Utara
Sebagai ilustrasi dalam realisasi pembagian dividen perusahaan manufaktur pada periode tahun 2005 sampai tahun 2009 tidak selalu perusahaan yang memiliki nilai kas yang tinggi, laba dan total aktiva yang besar membagikan dividen dalam jumlah yang besar pula. Seperti data kondisi kas, laba dan total aktiva pada PT. Multi Bintang Indonesia dan PT. Multistrada Arah Sarana yang terlihat pada Tabel I.3 sebagai berikut : Tabel I.3. Data Kondisi Keuangan pada Dua Perusahaan Manufaktur Periode Tahun 2005 – 2009 No
Emitten
1
PT. Multi Bintang Indonesia Dividen kas per share Kas akhir tahun Laba bersih Total Aktiva Penjualan Total Hutang PT. Multistrada Arah Sarana Dividen kas per share Kas akhir tahun Laba bersih Total Aktiva Penjualan Total Hutang
2
2005
2006 2007 2008 2009 (dalam ribuan rupiah, kecuali nilai dividen)
3,165 10,514 87,014 575,385 852,613 347,434
2,640 4,759 73,581 610,437 891,001 411,907
3,600 44,207 84,385 621,835 978,600 424,028
15,000 276,849 222,307 941,389 1,325,661 597,211
13,500 337,162 340,458 993,465 1,616,264 328,759
3 7,809 57,068 1,083,291 238,386 527,019
1 5,372 170,007 1,433,688 568,032 712,066
1 17,422 29,204 1,799,172 898,335 511,231
1 1,671 2,974 2,379,024 1,333,604 1,094,227
1 64,125 174,861 2,536,045 1,691,475 1,076,388
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur Bursa Efek Indonesia 2005 – 2009 dan Indonesian Capital Market Directory 2005 – 2008
Berdasarkan Tabel I.3, PT. Multi Bintang Indonesia membagikan dividen kas per share dalam jumlah yang cukup besar terutama pada tahun 2008 dan 2009, sangat berbeda jauh dengan jumlah dividen yang dibagikan oleh PT. Multistrada Arah Laksana. Kas akhir tahun yang dimiliki oleh PT. Multistrada Arah Laksana setiap tahunnya mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2008 tetapi dividen kas yang dibagikan tetap hanya Rp 1 per share. Kondisi pencapaian laba bersih PT. Multi Bintang Indonesia pada tahun 2008 dan 2009 mengalami peningkatan yang cukup
Universitas Sumatera Utara
besar sehingga dividen kas per share yang dibagikan juga meningkat cukup besar. Untuk PT. Multistrada Arah Sarana pencapaian laba pada tahun 2005 sampai 2009 mengalami peningkatan dan penurunan tetapi jumlah dividen kas per share yang dibagikan tetap (tidak meningkat atau menurun). Total aktiva yang dimiliki oleh PT. Multi Bintang Indonesia lebih rendah dari pada PT. Multistrada Arah Laksana tetapi PT. Multi Bintang Indonesia mampu membagikan dividen kas yang lebih besar dari pada PT. Multistrada Arah Laksana. Total hutang yang dimiliki oleh PT. Multi Bintang Indonesia lebih rendah dari pada PT. Multistrada Arah Laksana sehingga PT. Multi Bintang Indonesia dapat membagikan dividen lebih besar dari PT. Multistrada Arah Laksana. Dilihat dari perkembangan penjualan perusahaannya, maka untuk PT. Multi Bintang Indonesia dari tahun ke tahun penjualan terus mengalami peningkatan tetapi untuk pencapaian laba pada tahun 2006 dan tahun 2007 lebih rendah dari tahun 2005. Untuk PT. Multistrada Arah Laksana perkembangan penjualan dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan tetapi perkembangan pencapaian laba berfluaktuasi dan terjadi penurunan pencapaian laba yang cukup besar pada tahun 2008. Kondisi keuangan perusahaan manufaktur yang seperti ini memberikan gambaran bahwa ada perusahaan tertentu yang mana kondisi kas yang dimiliki tidak terlalu besar dan ukuran perusahaan tidak besar tetapi masih mampu membayarkan dividen kas dalam jumlah yang cukup besar serta terlihat juga bahwa penjualan yang terus meningkat setiap tahunnya belum tentu akan meningkatkan pencapaian laba perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Laksono (2006:56) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai cash flow yang tinggi belum tentu akan memberikan dividen yang tinggi pula dikarenakan tergantung dari kebijakan perusahaan tentang dividen itu sendiri. Penelitian Laksono (2006) menunjukkan bahwa faktor likuiditas tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio perusahaan manufaktur. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tingggi ada kemungkian tidak membayarkan dividen yang tinggi pula. Kaen dan Baumann (2003) dalam Kusuma (2005:82) menguji hubungan ukuran perusahaan dengan tingkat profitibilitas pada industri manufaktur di Amerika. Hasil penelitian mereka menunjukan hampir separoh perusahaan yang tergabung dalam industri manufaktur tersebut menunjukkan profitabilitas meningkat dengan tingkatan yang semakin menurun (a decreasing rate), dan akhirnya profitabilitas tersebut menurun ketika perusahaan tersebut menjadi lebih besar. Hasil penelitian Kaen dan Baumam (2003) tersebut mengindikasikan bahwa perubahan ukuran perusahaan yang semakin besar pada suatu titik tentu dapat menurukan profitabilitas perusahaan, yang akan dapat berdampak pada rendahnya dividen yang dibagikan oleh perusahaan besar. Hakim (2007:89) menyatakan walaupun nilai debt to equity ratio tinggi perusahaan bisa jadi tetap membayarkan dividen yang tinggi kepada pemegang saham agar perusahaan dianggap masih mempunyai prospek yang bagus, sehingga pemegang saham tetap menanamkan investasinya.
Dengan demikian suatu
Universitas Sumatera Utara
perusahaan dapat saja membagikan dividen dalam jumlah yang besar dengan kondisi leverage yang tinggi pula. Investor sebagai pemilik modal tentunya menuntut perusahaan untuk dapat memberikan laba dalam bentuk dividen yang meningkat setiap tahunnya sehingga perusahaan harus melakukan evaluasi kinerja keuangan perusahaannya untuk dapat mengetahui kondisi keuangan perusahaan dan memaksimalkan kinerja keuangan perusahaannya.
I.2.
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah:
1. Bagaimana pengaruh cash position (posisi kas), return on assets (laba terhadap aktiva), firm size (ukuran perusahaan) dan debt to equity (hutang terhadap modal) terhadap dividend payout ratio (rasio pembayaran dividen) pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh net profit margin (marjin laba bersih), total assets turnover (perputaran total aktiva), sales growth (pertumbuhan penjualan) dan debt to total assets (hutang terhadap aktiva) terhadap return on assets (laba terhadap aktiva) pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
I.3.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis:
1. Pengaruh cash position (posisi kas), return on assets (laba terhadap aktiva), firm size (ukuran perusahaan) dan debt to equity (hutang terhadap modal) terhadap
Universitas Sumatera Utara
dividend payout ratio (rasio pembayaran dividen) pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. 2. Pengaruh net profit margin (marjin laba bersih), total assets turnover (perputaran total aktiva), sales growth (pertumbuhan penjualan) dan debt to total assets (hutang terhadap aktiva) terhadap return on assets (laba terhadap aktiva) pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
I.4.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu dasar pertimbangan dan masukan bagi pihak perusahaan secara umum untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan dan memperhatikan kondisi likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan dan kondisi leverage perusahaan untuk menentukan kebijakan pembayaran dividen perusahaan. 2. Sebagai bahan kajian ilmu dan menambah referensi penelitian bagi Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 3. Sebagai peningkatan pemahaman dan menambah wawasan kepada penulis dalam bidang manajemen keuangan khususnya analisis rasio keuangan dalam kaitannya dengan kebijakan pembayaran dividen. 4. Sebagai bahan referensi atau perbandingan bagi penulis selanjutnya yang akan melakukan penelitian di masa yang akan datang demi mengembangkan ilmu pengetahuan baik secara umum maupun khusus terhadap ilmu pengetahuan yang dijadikan dasar penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara