PENAPISAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN SELULOLITIK KAPANG LAUT RS3 MENGGUNAKAN MEDIA YANG BERBEDA
TIMBUL MARULI TUA PASARIBU
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penapisan Aktivitas Antibakteri dan Selulolitik Kapang Laut RS3 Menggunakan Media yang Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2017
Timbul Maruli Tua Pasaribu NIM C34120043
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
ABSTRAK TIMBUL MARULI TUA PASARIBU. Penapisan Aktivitas Antibakteri dan Selulolitik Kapang Laut RS3 Menggunakan Media yang Berbeda. Dibimbing oleh KUSTIARIYAH TARMAN dan IRIANI SETYANINGSIH. Penelitian mengenai organisme hidup berukuran mikroskopis misalnya kapang mengalami perkembangan yang pesat. Media khusus fungi potato dextrose agar (PDA) memiliki harga mahal, higroskopis, dan hanya dapat diperoleh pada tempat tertentu. Tujuan dilakukannya penelitian adalah menentukan aktivitas antibakteri dan selulolitik kapang laut RS3 yang ditumbuhkan pada media berbeda. Kapang endofit RS3 ditumbuhkan pada media PDA sebagai kontrol, media kacang hijau agar kertas (KHAK), kacang hijau bacteriological agar (KHAB), jagung agar kertas (JAK), jagung bacteriological agar (JAB), dan glucose yeast extract agar (GYEA). Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan secara in vitro dengan difusi sumur agar menggunakan bakteri uji Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Aktivitas antibakteri tertinggi terhadap E.coli dihasilkan kapang yang ditumbuhkan pada media KHAK dan JAK dengan diameter zona hambat sebesar 6 mm. Indeks selulolitik tertinggi terdapat pada kapang RS3 yang ditumbuhkan dalam KHAK yaitu sebesar 0,2. Kata kunci: antibakteri, aktivitas selulolitik,endofit, media, selulase
ABSTRACT TIMBUL MARULI TUA PASARIBU. Screening of Antibacterial and Cellulolytic Activity of Marine Fungus RS3 Using Different Media. Supervised by KUSTIARIYAH TARMAN dan IRIANI SETYANINGSIH. Research on the microscopic organisms such as fungi has been increased. Fungal specific media potato dextrose agar (PDA) is high cost, hygroscopic, and can only be obtained in certain places. The purpose of the study was to determine the antibacterial and cellulolytic activities of marine fungus RS3 grown on different media. Fungal endophyte RS3 was grown on PDA as a control, media containing green beans and paper agar (KHAK), green beans and bacteriological agar (KHAB), corn and paper agar (JAK), corn and bacteriological agar (JAB), and glucose yeast extract agar (GYEA). Antibacterial activity was conducted in vitro using agar well diffusion against Staphylococcus aureus and Escherichia coli. The highest antibacterial activity against E. coli was exhibited by the fungus grown on KHAK and JAK media with diameter of inhibition zone was 6 mm. The highest cellulolytic index was 0.2 showed by the fungus grown on KHAK. Keywords : antibacterial, cellulase, cellulotic activity, endophyte, media
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
PENAPISAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN SELULOLITIK KAPANG LAUT RS3 MENGGUNAKAN MEDIA YANG BERBEDA
TIMBUL MARULI TUA PASARIBU
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Teknologi Hasil Perairan
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2016 ini ialah Penapisan aktivitas antibakteri dan selulolitik kapang laut RS3 menggunakan media yang berbeda. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan karya ilmiah ini, terutama kepada: 1 Dr Kustiariyah Tarman SPi MSi dan Dr Ir Iriani Setyaningsih, MS selaku dosen pembimbing, atas segala bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis 2 Dr Eng Uju, SPi MSi selaku Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan 3 Dr Ir Iriani Setyaningsih, MS selaku Ketua Program Studi Departemen Teknologi Hasil Perairan 4 Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi selaku wakil komisi pendidikan, atas segala bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis 5 Dr Desniar, SPi MSi selaku penguji, atas segala bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis. 6 Seluruh dosen dan staf akademik Departemen Teknologi Hasil Perairan, terima kasih atas bimbingan, arahan, kerja sama dan ilmu pengetahuan yang diberikan 7 Laboran THP (Mba Dini, Mba Dila dan Bu Ema) yang telah membantu dalam menyediakan dan membantu pemakaian alat 8 Orang Tua (Ayah Alm. Jalister Pasaribu dan Ibu Tiramsa Pakpahan) dan saudara tercinta (Sri Nelly, Esteria, Yohannes Pasaribu) serta keluarga besar yang tidak pernah berhenti memberikan do’a serta dukungan baik moril maupun materil kepada penulis 9 Teman-teman satu perjuangan penelitian (Bella, Restu, Daryl, Avila, Fitriani, Pipit, Wini, Herwan, Winda, Novi, Marsella, Nue, Fernando Nahampun) atas dukungan yang diberikan kepada penulis selama ini 10 Teman-teman THP 49 yang telah banyak membantu penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan skripsi ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak yang mendukungnya.
Bogor, Januari 2017
Timbul MT Pasaribu
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vi PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 Latar Belakang .................................................................................................. 1 Perumusan Masalah ........................................................................................... 2 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 3 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 3 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................. 3 METODE PENELITIAN...................................................................................... 3 Waktu dan Tempat ........................................................................................... 3 Bahan dan Alat .................................................................................................. 4 Prosedur Penelitian ........................................................................................... 4 Formulasi Media ........................................................................................... 4 Kultivasi Kapang RS3 .................................................................................. 5 Prosedur Analisis .............................................................................................. 5 Penapisan Aktivitas Antibakteri ................................................................... 5 Penapisan Aktivitas Selulolitik .................................................................... 6 Analisis Data ................................................................................................ 7 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 7 Karakteristik Kapang RS3 pada Media yang Berbeda ..................................... 7 Aktivitas Antibakteri Kapang RS3 ................................................................... 9 Aktivitas Selulolitik Kapang RS3 .................................................................... 14 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 16 Kesimpulan ....................................................................................................... 16 Saran ................................................................................................................. 16 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4
Prosedur penelitian penapisan aktivitas antibakteri dan selulolitik ................. Uji antagonis dan skrinning aktivitas antibakteri terhadap S. aureus .............. Uji antagonis dan skrinning aktivitas antibakteri terhadap E. coli .................. Diameter zona hambat isolat kapang endofit terhadap S.aureus (A) dan E.coli (B) ......................................................................................................... 5 Uji kualitatif aktivitas selulase pada kapang RS3 dengan menggunakan media CBM 1% dan media alginat. .................................................................
6 10 10 11 15
PENDAHULUAN Latar Belakang Kapang dengan kode RS3 merupakan salah satu jenis kapang endofit yang diisolasi dari tumbuhan pesisir sarang semut Hydnophytum formicarum. Kapang RS3 menghasilkan pigmen ekstraseluler berwarna hitam. Sahara (2013) berhasil mengisolasi kapang endofit dari tumbuhan sarang semut dan menggunakannya sebagai antihiperglikemik, selain itu diketahui juga bahwa kapang endofit memproduksi berbagai pigmen pada media tumbuhnya. Pigmen hitam yang dihasilkan diduga sebagai melanin. Penelitian Sibero (2015) tentang karakterisasi pigmen menunjukkan bahwa hasil karakterisasi serta uji fitokimia diketahui pigmen ekstraseluler kapang RS3 mengandung komponen fenol dan flavonoid. Penelitian mengenai pertumbuhan dan sifat-sifat yang dimiliki mikroorganisme dilakukan dengan pembiakan mikroorganisme pada media pertumbuhan. Media untuk pembiakan mikroorganisme menurut Junoto (1980) harus memiliki tekanan osmosis dan pH yang sesuai, steril, mengandung nutrisi yang mudah digunakan mikroorganisme untuk tumbuh. Nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhan meliputi karbon, nitrogen, unsur nonlogam seperti sulfur dan fosfor, unsur logam seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air, dan energi (Cappucino dan Sherman 2014). Media yang cocok dan mendukung pertumbuhan kapang salah satunya adalah potato dextrose agar (PDA) yang memiliki pH yang rendah (pH 4,5 sampai 5,6) sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan lingkungan yang netral dengan pH 7,0, dan suhu optimum untuk pertumbuhan antara 25-30 °C (Cappucino dan Sherman 2014). Media PDA yang siap pakai memiliki harga yang mahal berkisar Rp1.000.000,00 sampai Rp1.500.000,00 per 500 g. Media ini bersifat higroskopis dan hanya dapat diperoleh pada tempat tertentu. Sumberdaya alam yang melimpah diantaranya jagung, kacang hijau dan hasil pertanian yang lainnya mengandung karbohidrat, protein, dan lemak mendorong para peneliti untuk menemukan media alternatif dari bahan-bahan yang mudah didapat, tidak memerlukan biaya yang mahal, dan sekaligus dapat mengurangi keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan dalam penelitian. Peneliti terdahulu telah berhasil menemukan media alternatif diantaranya Kwoseh et al. (2012) yang memanfaatkan sumber pati umbi singkong yang mengandung karbohidrat sebagai pengganti media kultur Aspergillus niger dan Fusarium oxysporum dengan hasil kedua jamur tersebut mampu tumbuh dengan baik pada media kultur pati singkong. Tharmila et al. (2011) yang menggunakan sagu, uwi dan umbi palmirah pada jamur Mucor sp., Penicillium sp., Fusarium sp. dan Trichoderma sp. Penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan jamur pada media PDA lebih tinggi dibandingkan sagu dan umbi. Martyniuk et al. (2011) memanfaatkan ekstrak kentang sebagai media cair alternatif untuk menumbuhkan jamur spesies rhizobia diantaranya Bradyrhizobium japonicum, Bradyrhizobium sp, Rhizobium leguminosarium. Hasil menunjukkan bahwa jamur dapat tumbuh dengan baik pada ekstrak kentang seperti pada media yeast extract-mannitol broth (YEMB) dan yeast extract-mannitol agar (YEMA). sayur-sayuran diantaranya wortel, tomat, kubis, dan labu sebagai media alternatif untuk menggantikan media
2
konvensional. Pertumbuhan mikroba Staphylococcus sp., Escherichia coli., Klebsiella sp., Salmonella sp., lebih baik jika dibandingkan dengan media konvensional Deivanayaki dan Antony (2012). Sumber karbohidrat di alam sangat melimpah namun belum banyak dimanfaatkan, salah satunya yaitu dari jenis umbi-umbian diantaranya kacang tunggak, kacang hijau, kacang soya hitam, dan kedelai. Kacang hijau merupakan sumber utama protein dan karbohidrat. Menurut penelitian Mubarak (2015) kandungan protein sebesar 26, 6 g dan 63, 4 g per 100 gram bobot kering. Berdasarkan hasil penelitian Suarni dan Firmansyah (2005) dalam 100 gram jagung mengandung 72,81% karbohidrat dan 9,1% protein. Penelitian Maharani et al. (2014) menunjukkan bahwa bobot kering dan bobot ekstrak miselium Grifola frondosa pada media dengan penambahan ekstrak kacang hijau, kacang tunggak, dan jagung lebih tinggi dibandingkan media cair Potato Dextrose Broth (PDB). Hal ini menunjukkan bahwa jagung dan kacang hijau memiliki berbagai nutrisi cukup sehingga memungkinkan untuk digunakan sebagai media pertumbuhan kapang. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini mengkaji berbagai macam media alternatif untuk pertumbuhan kapang RS3. Media alternatif memiliki komposisi yang berbeda dibandingkan media PDA yang sudah komplit. Perbedaan sumber nutrisi diantaranya karbohidrat, nitrogen, dan lemak dari kacang hijau dan jagung akan berpengaruh terhadap metabolit sekunder yang dihasilkan oleh kapang RS3. Penelitian mengenai pengaruh pengaruh penggunaan media yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi metabolit sekunder kapang RS3 belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu perlu dilakukan penapisan aktivitas antibakteri dan selulolitik pada kapang RS3 yang ditumbuhkan dengan menggunakan media alternatif.
Perumusan Masalah Media komersial diantaranya Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media padat yang biasa digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme. Media PDA merupakan salah satu media komersial dan sudah dalam bentuk siap pakai. Media PDA memiliki harga yang mahal, higroskopis, dan hanya dapat diperoleh pada tempat tertentu. Hal ini menyebabkan peneliti harus mengeluarkan biaya yang besar, selain itu peneliti di tempat tertentu juga sulit untuk mendapatkan media ini. Syarat utama suatu media adalah menyediakan karbohidrat, protein, dan lemak. Hasil alam yang melimpah dan mudah ditemui seperti kacang hijau dan jagung menyediakan sumber karbohidrat, protein yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan media alternatif.
Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian adalah menentukan aktivitas antibakteri dan selulolitik kapang RS3 yang ditumbuhkan pada media kacang hijau agar kertas (KHAK), kacang hijau bacteriological agar (KHAB), jagung agar kertas (JAK),
3
jagung bacteriological agar (JAB), potato dextrose agar (PDA), dan glucose yeast extract agar (GYEA).
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini yaitu tersedianya informasi tentang aktivitas antibakteri dan selulolitik kapang RS3 yang ditumbuhkan menggunakan media kacang hijau agar kertas (KHAK), kacang hijau bacteriological agar (KHAB), jagung agar kertas (JAK), jagung bacteriological agar (JAB), dan glucose yeast extract agar (GYEA) dan mendapatkan media terbaik untuk menumbuhkan kapang RS3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peneliti yang bergerak di bidang jasad renik atau mikroorganisme.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah penapisan aktivitas antibakteri dan selulolitik kapang RS3 menggunakan media kacang hijau agar kertas (KHAK), kacang hijau bacteriological agar (KHAB), jagung agar kertas (JAK), jagung bacteriological agar (JAB), dan glucose yeast extract agar (GYEA).
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016 sampai dengan Oktober 2016 di Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perairan, Laboratorium Biokimia Hasil Perairan Departemen Teknologi Hasil Perairan,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam pembuatan media antara lain kacang hijau, jagung, Potato Dextrose Agar (PDA) (Difco), gula pasir, pepton agar, Yeast extract (Oxoid), aquades, alkohol, agar kertas, bacteriological agar, kalium dihidrogen posfat (KH2PO4) (Merck), Magnesium sulfat heptahydrate (Mg2SO4) (Merck), Calcium chloride dihydrate (CaCl2) (Merck), Carboxymethyl Celulose (CMC), Nutrient agar (Oxoid), nutrient broth (Oxoid) dan isolat RS3 koleksi Kustiariyah Tarman. Alat yang digunakan dalam pembuatan media antara lain cawan petri, laminar air flow, labu Erlenmeyer (Pyrex), aluminium foil, autoklaf (Yamato SM52), sudip, bunsen, kertas label, Beaker glass, clean bench (Thermo Scientific 1386 Series A2), oven (Yamato SH52), dan pipet mikro (Fisher brand elite Tipe LU07291).
4
Prosedur Penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, tahap pertama adalah preparasi bahan penyusun dan pembuatan media. Tahap kedua adalah kultivasi kapang pada media kacang hijau agar kertas (KHAK), kacang hijau bacteriological agar (KHAB), jagung agar kertas (JAK), jagung bacteriological agar (JAB), dan glucose yeast extract agar (GYEA). Tahap ketiga adalah penapisan aktivitas antibakteri dan selulolitik. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Kacang hijau/ jagung
Stock kapang RS3
Preparasi bahan penyusun
Sari kacang hijau/ jagung Refresh dalam media PDA selama 7 hari, o 27-29 C Kultur RS3 umur 7 hari
Pembuatan media
Media KHAK, KHAB, JAK, dan JAK
Media PDA dan GYEA
Kultivasi kapang dalam media selama 7 hari, 27-29 oC
Penapisan aktivitas antibakteri
Penapisan selulolitik
Media terpilih
Gambar 1 Diagram alir penelitian Preparasi Bahan Penyusun Media (Maharani et al. 2014) Media alternatif terdiri dari kacang hijau agar kertas (KHAK), kacang hijau bacteriological agar (KHAB), jagung agar kertas (JAK), jagung bacteriological agar (JAB) dan glucose yeast extract agar (GYEA). Media alternatif dibuat dengan bahan utama jagung dan kacang hijau. jagung dan kacang hijau ditimbang masing masing 200 g lalu dimasukkan ke dalam Beaker glass. Akuades sebanyak 500 mL dituang ke dalam erlenmeyer lalu direbus selama 1 sampai 1,5 jam. Hasil perebusan disaring menggunakan kain belacu sebanyak tiga kali sehingga didapatkan sari kacang hijau dan jagung. Proses selanjutnya adalah formulasi media. Sari kacang hijau dan jagung dituang ke dalam empat labu Erlenmeyer masing- masing sebanyak 50 mL lalu ditambahkan akuades sebanyak 100 mL dan gula 15 g. Bacteriological agar sebanyak 1,6 g ditambahkan ke dalam dua buah
5
labu Erlenmeyer berisi sari jagung dan kacang hijau, ke dalam labu Erlenmeyer lainnya ditambahkan agar kertas sebanyak 7 g. Labu Erlenmeyer dipanaskan dan diaduk sampai bahan homogen, lalu dilakukan penyaringan sebanyak 3 kali dengan menggunakan kain belacu. Labu Erlenmeyer ditutup menggunakan kapas kemudian disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121 oC, tekanan 1 atm selama 2 jam. Media yang sudah disterilkan kemudian dituang ke dalam cawan petri dengan menggunakan teknik aseptik, didapatkan media kacang hijau agar kertas (KHAK), kacang hijau bacteriological agar (KHAB), jagung agar kertas (JAK), dan jagung bacteriological agar (JAB). Formula pembuatan media dapat dilihat pada Tabel 1.
Bahan /media
Tabel 1 Formula media alternatif Jenis media
Sari kacang hijau
KHAB 50 mL
KHAK 50 mL
JAB -
JAK -
Sari Jagung
-
-
50 mL
50 mL
Akuades Gula pasir Bacteriological agar
100 mL 15 g 1,6 g
100 mL 15 g -
100 mL 15 g 1,6 g
100 mL 15 g -
Agar kertas
-
7g
-
7g
Media yang digunakan selain media alternatif dan media PDA adalah media glucose yeast extract agar (GYEA). Media glucose yeast extract agar (GYEA) dibuat dengan bahan bahan kimia, komposisi media ini adalah gula pasir, yeast extract, bacteriological peptone, bacteriological agar, dan akuades. Media ini sebagai pembanding terhadap media PDA dan media alternatif. Komposisi media PDA per liter diantaranya bubuk kentang 4 g, dextrose 20 g dan agar 15 g. Kultivasi Kapang (Sibero 2015) Isolat RS3 ditumbuhkan pada media PDA untuk mendapatkan biakan yang segar. Setelah berumur 7 hari isolat RS3 kemudian dipindahkan ke media kacang hijau agar kertas (KHAK), kacang hijau bacteriological agar (KHAB), jagung agar kertas (JAK), jagung bacteriological agar (JAB), dan glucose yeast extract agar (GYEA). Isolat RS3 yang telah berumur 7 hari kemudian dipindahkan ke media Cellulolysis Basal Medium (CBM). Tahap berikutnya dilakukan pengujian aktivitas antibakteri dan selulolitik. Penapisan Aktivitas Antibakteri Kapang RS3 yang telah berumur 7 hari selanjutnya dilakukan penapisan antibakteri. Penapisan aktivitas antibakteri mengacu pada penelitian Rahaweman et al. (2016). Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan secara in vitro terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, yaitu dengan penentuan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri. Tahap-tahap pengujian antibakteri yaitu peremajaan bakteri, penanaman bakteri pada media dan pengujian aktivitas antibakteri. Bakteri uji ditumbuhkan dalam media NA dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 oC. Bakteri disuspensikan menggunakan media NB steril dan
6
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 oC. Bakteri sebanyak 20 µL dimasukkan ke dalam media ke media NA semi solid kemudian dituang kedalam cawan petri. Isolat kapang yang telah ditumbuhkan dalam media alternatif yang berumur 7 hari ditotolkan ke media NA semi solid. Bakteri uji dan kapang yang diduga menghasilkan senyawa antibakteri ditumbuhkan secara bersamaan dan efek antagonis yang ditunjukkan tergantung pada terdifusinya zat penghambat yang dihasilkan pada fase pertumbuhan dari bakteri penghasil senyawa antibakteri ke dalam media. Kriteria kekuatan daya hambat menurut Davis dan Stout (1971) yaitu lebih kecil dari 5 mm tergolong lemah, 5 mm sampai 10 mm kriteria sedang, 10 mm sampai 20 mm kriteria kuat dan diatas 20 mm sangat kuat. Aktivitas antibakteri diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Diameter zona hambat (mm) = diameter zona bening – diameter koloni Penapisan Aktivitas Selulolitik Penapisan aktivitas selulolitik mengacu pada Purwadaria et al. (2013). Penapisan kapang selulolitik dengan zona bening dilakukan dengan menggunakan pewarnaan merah kongo 0,1%. Kapang RS3 ditumbuhkan pada media Cellulolysis Basal Medium (CBM). Kapang RS3 yang digunakan ditumbuhkan dalam media CBM 1%, selanjutnya dilakukan penapisan selulolitik dengan menggunakan red kongo 0,1% dan NaCl 1%. Kapang RS3 yang telah diinkubasi selama 6 hari disiram Congo red sampai miselia tertutup semua, setelah 30 menit gunakan NaCl 1% untuk membilas Congo red. Pengukuran Indeks selulolitik dihitung dengan mengukur zona bening yang terbentuk dibagi dengan diameter koloni. Semakin besar indeks selulolitik yang dihasilkan maka semakin tinggi konsentrasi enzim yang dihasilkan oleh koloni kapang tersebut. indeks selulolitik diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Indeks Selulolitik =
Diameter Zona Bening (mm) Diameter Koloni (mm) Analisis Data
Data yang disajikan merupakan hasil rata-rata dari dua kali ulangan dan standar deviasi. Data tersebut dianalisis secara deskriptif, disajikan dalam bentuk grafik dan tabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Kapang RS3 pada Media yang Berbeda Kapang RS3 ditumbuhkan pada media kacang hijau agar kertas (KHAK), kacang hijau bacteriological agar (KHAB), jagung agar kertas (JAK), jagung bacteriological agar (JAB), glucose yeast extract agar (GYEA), dan potato dextrose agar (PDA). Pertumbuhan isolat kapang dapat dilihat dengan munculnya
7
hifa, hifa tersebut mulai tampak pada hari ketiga. Pertumbuhan kapang dapat dilihat dari penampakannya yang berserabut seperti kapas yang mula-mula berwarna putih, tetapi jika spora timbul maka akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang tersebut. Morfologi isolat kapang RS3 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Morfologi kapang RS3 umur 7 hari yang ditumbuhkan pada media berbeda Jenis media Kenampakan makroskopis Ciri morfologi kapang kapang Miselia berwarna putih, Potato dextrose agar permukaan tidak rata. (PDA) Bagian bawah berwarna kehitaman
koloni coklat
PDA Miselia berwarna putih, permukaan rata dan seperti jaringan fibril dengan tepian rata. Bagian bawah koloni berwarna kecoklatan
Glucose yeast extract agar (GYEA)
GYEA
Jagung agar kertas (JAK)
Miselia berwarna putih, permukaan tidak rata. Bagian bawah koloni berwarna coklat kehitaman
8
Tabel 2 Morfologi kapang RS3 umur 7 hari yang ditumbuhkan pada media berbeda (lanjutan) Miselia berwarna putih, Kacang hijau agar permukaan tidak rata. kertas Bagian bawah berwarna kehitaman.
koloni coklat
KHAK Miselia berwarna putih, permukaan tidak rata. Bagian bawah koloni berwarna coklat kehitaman
Jagung bacteriological agar
JAB
Kacang hijau bacteriological agar
Miselia berwarna putih, permukaan rata dan seperti jaringan fibril dengan tepian rata. Bagian bawah koloni berwarna kecoklatan
Pemilihan bahan untuk pembuatan media harus memenuhi kebutuhan nutrisi dari kapang. Nutrisi tersebut diantaranya kebutuhan energi, kebutuhan karbon, sulfur dan nitrogen. Media yang digunakan pada proses pembiakan kapang adalah media jagung, kacang hijau, PDA, dan GYEA. Maharani et al. (2014) menyatakan bahwa bobot kering dan bobot ekstrak miselium Grifola frondosa pada media dengan penambahan ekstrak kacang hijau dan jagung lebih tinggi dibandingkan media cair Potato Dextrose Broth (PDB). Kacang hijau merupakan sumber utama protein dan karbohidrat menurut penelitian Mubarak (2015) kandungan protein sebesar 26,6 g dan 63,4 g per 100 gram bobot kering. Berdasarkan hasil penelitian Suarni dan Firmansyah (2005) dalam 100 gram jagung mengandung 72,81% karbohidrat dan 9,1% protein. Hal ini menunjukkan bahwa kacang hijau dan jagung dapat memberikan nutrisi terhadap kapang. Agar-agar mempunyai beberapa bentuk diantaranya tepung, batangan, dan lembaran. Agar dengan bentuk lembaran disebut agar kertas. Komposisi kimia
9
agar-agar kertas dari Gracilaria sp. antara lain air, abu, protein, galaktosa dan sulfat. Agar kertas mempunyai warna putih sampai kuning pucat dan berbau khas agar-agar (Indriani dan Sumiarsih 1997). Fungsi penambahan agar kertas adalah sebagai gelling agent. Ciri morfologi isolat kapang RS3 yang ditumbuhkan dalam media PDA pada penelitian Sahara (2013) antara lain adalah warna miselium bagian tengah cokelat dan bagian tepi berwarna putih. Permukaan miselia seperti kapas dan berwarna putih, tepian rata, dan menghasilkan pigmen cokelat kehitaman di dalam media agar. Morfologi isolat kapang RS3 yang ditumbuhkan dalam media PDA, GYEA, dan media alternatif KHAK, KHAB, JAK, dan JAB memiliki karakteristik yang sama. Pertumbuhan kapang mulai terlihat pada hari ketiga, miselia berwarna putih mulai muncul pada permukaan, bagian tengah dari kapang berwarna cokelat. Hari kelima miselia yang muncul bertambah tetapi tidak merata, pertumbuhan terlihat pada tepi dari kapang. Warna kecokelatan mulai berubah menjadi cokelat kehitaman. Pertumbuhan miselia terbesar terdapat pada kapang RS3 yang ditumbuhkan pada media GYEA, permukaan miselia terlihat rata. Miselia yang tampak pada media PDA terlihat tidak rata, dan jarang. Miselia pada kacang hijau agar kertas terlihat rata, tetapi diameter koloni lebih kecil dibandingkan dengan media lainnya. Pertumbuhan miselia kapang RS3 pada media JAB juga terlihat jarang, namun pigmen yang dihasilkan tampak lebih coklat kehitaman dibandingkan media lainnya. Pertumbuhan miselia pada media GYEA terlihat lebih rata dan tebal dibandingkan dengan media lainnya. Kapang RS3 pada media KHAK menghasilkan koloni yang lebih rata dan tebal dibandingkan dengan media alternatif KHAB, JAK dan JAB dan media PDA. Hal ini menunjukkan bahwa produksi miselia terbaik dihasilkan oleh kapang RS3 yang ditumbuhkan pada media GYEA. Media alternatif KHAK menghasilkan pertumbuhan miselia yang lebih baik dibandingkan dengan media KHAB, JAK, JAB dan PDA pada kapang RS3. Kapang RS3 pada hari ketiga mulai menunjukkan warna kecoklatan pada bagian tengah. Perubahan warna kapang RS3 terlihat semakin berwarna coklat kehitaman pada hari ke-4 sampai hari ke-7. Miselium yang terdapat pada kapang keseluruhan berwarna coklat kehitaman, pigmen ini merupakan pigmen melanin. Gandjar et al. (2006) menyatakan bahwa hifa kapang yang tua diketahui akan menebal serta menghasilkan senyawa melanin. Kapang RS3 menghasilkan melanin sebagai pigmen ekstraseluler karena menyebabkan perubahan warna pada media kultur sebagaimana dilaporkan oleh Sibero et al. (2016).
Aktivitas Antibakteri Kapang RS3 Media kultur yang berbeda diharapkan akan memengaruhi metabolit sekunder dari kapang RS3. Salah satu uji yang dilakukan untuk melihat perubahan pada metabolit sekunder adalah penapisan antibakteri. Seleksi kapang endofit dilakukan dengan uji antagonis langsung terhadap bakteri yang mengacu metode Papuangan (2009) yang telah dimodifikasi. Uji antagonis merupakan uji yang digunakan untuk membuktikan bahwa suatu mikroorganisme dapat menghambat aktivitas mikrooganisme lain yang berada di tempat berdekatan. Penelitian ini
10
menggunakan mekanisme antibiosis untuk melihat kemampuan dari kapang RS3 menghambat bakteri uji melalui senyawa yang dikeluarkan. Hal ini akan menunjukan kemampuan kapang dalam menghasilkan senyawa antibakteri. Hasil pengukuran diameter zona inhibisi dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Diameter zona hambat isolat kapang endofit terhadap S.aureus (A) dan E.coli (B), KHAB (kacang hijau bacteriological agar), KHAK (kacang hijau agar kertas, JAK (jagung agar kertas), JAB (jagung bacterilogical agar), PDA (potato dextrose agar), GYEA (glucose yeast extract agar), (*) Bakteriostatik.
Perbedaan media pertumbuhan memberikan pengaruh terhadap aktivitas antibakteri kapang RS3. Perbedaan ini umumnya dipengaruhi oleh kandungan nutrisi media yang digunakan. Perbedaan sumber karbon dan protein akan memengaruhi proses metabolisme dari kapang tersebut. Kacang hijau atau green bean Phaseolus sp. dapat digunakan sebagai bahan alternatif pembuatan medium semisintetik karena kacang hijau memiliki kandungan karbohidrat, lemak dan protein yang kompleks bagi pertumbuhan kapang, demikian juga dengan jagung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat kapang yang ditumbuhkan pada media JAK, JAB, KHAK, KHAB, GYEA dan PDB memiliki sifat antagonis dan aktivitas antibakteri terhadap S. aureus maupun E. coli. Zona bening yang terbentuk dapat dilihat pada lampiran 1. Aktivitas antibakteri terhadap S.aureus dengan diameter zona hambat tertinggi ditunjukkan oleh kapang yang ditumbuhkan pada media KHAK dan JAK dengan diameter zona hambat masing masing 6 mm dan 5,5 mm (Gambar 2). Kapang RS3 yang ditumbuhkan pada
11
media GYEA memiliki diameter zona hambat sebesar 6 mm tetapi bersifat sementara atau bakteriostatik. Aktivitas antibakteri terendah terhadap S. aureus terdapat pada media PDA dengan diameter zona hambat sebesar 1 mm. Diameter zona hambat kapang RS3 pada media GYEA sebesar 6 mm dan bersifat bakteriostatik pada jam ke 18 terhadap S. aureus dapat dilihat pada Lampiran 2. Aktivitas antibakteri terhadap E. coli tertinggi tampak pada isolat yang ditumbuhkan pada media KHAK dan JAK yaitu zona hambat sebesar 6 mm. Aktivitas antibakteri terendah terdapat pada RS3 yang ditumbuhkan dalam media PDA dan GYEA dengan diameter zona hambat 1 mm, antibakteri kapang RS3 yang ditumbuhkan pada media PDA dan GYEA bersifat bakteriostatik pada jam ke 9 dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diameter zona bening yang dihasilkan kapang RS3 pada media alternatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan media PDA dan GYEA. Aktivitas antibakteri pada media PDA terhadap E. coli lebih kecil dibandingkan dengan media KHAK, KHAB, JAK, dan JAB. Hal yang sama juga terlihat pada aktivitas antibakteri kapang RS3 terhadap S. aureus. Faktor-faktor yang memengaruhi aktivitas antimikroba diantaranya ekstrak, konsentrasi senyawa antibakteri, jenis bakteri, jumlah bakteri, ukuran inokulum, aktivitas metabolik bakteri, dan kondisi lingkungan meliputi suhu, pH, waktu inkubasi dan komponen medium (Jawetz et al. 2007). Jenis bakteri uji sangat memengaruhi aktivitas antibakteri dari suatu senyawa. Bakteri Gram-positif umumnya lebih peka terhadap senyawa antibakteri, hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Stavri et al. (2007) yang menyatakan bahwa bakteri Gram-positif lebih sensitif terhadap xenobiotik dari pada bakteri Gramnegarif. Perbedaan sensitivitas terhadap antibakteri antara bakteri Gram-positif dan bakteri Gram-negatif dikarenakan struktur dinding sel yang berbeda. Sumber karbon yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme berupa glukosa. Hal tersebut dipertegas oleh Gandjar et al. (2006) yang menyatakan bahwa kandungan kompleks dalam media menyebabkan mikroorganisme membutuhkan waktu lebih lama untuk menguraikan menjadi komponen-komponen sederhana yang dapat diserap sel yang digunakan untuk sintesis sel dan energi. Muharni (2007) menyatakan bahwa unsur mineral untuk pertumbuhan kapang meliputi unsur makro (K, P, Ca dan Mg) dan unsur mikro (Cu dan Zn). Nitrogen adalah salah satu dari beberapa unsur nutrisi yang mampu dimanfaatkan oleh mikroorganisme untuk kebutuhannya. Nitrogen ini terdapat dalam dua bentuk senyawa kimia yaitu N-organik dan N-anorganik. Senyawa Norganik merupakan senyawa utama yang paling dibutuhkan oleh mikroorganisme. Kandungan jagung menurut Suarni dan Firmansyah (2005) diantaranya karbohidrat, protein, mineral dan vitamin. Mineral yang terdapat dalam jagung antara lain: Fe (besi), Ca (kalsium), P (fosfor), Mg (magnesium). Vitamin yang terkandung dalam jagung diantaranya Vitamin B, E, asam folat, dan B12. Mubarak (2015) menyatakan bahwa kacang hijau mengandung karbohidrat, protein, mineral (kalsium, fosfor, zat besi), Vitamin (Vitamin A, B1, C, ). Sumber karbon yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme berupa glukosa. Komposisi yang dimiliki oleh kacang hijau dan jagung dapat memenuhi kebutuhan nutrisi kapang RS3 saat ditumbuhkan dalam media alternatif. Hasil penelitian Suthindhiran & Kannabiran (2009) menunjukkan bahwa media yang memiliki satu jenis sumber bahan nitrogen anorganik yeast extract mampu
12
menghasilkan pertumbuhan dan bioaktivitas yang bagus. Calvo et al. (2002) menyatakan bahwa ketersediaan dan jenis karbon dan nitrogen memengaruhi produksi metabolisme sekunder. Produksi sterigmatocystin dan aflatoksin pada Aspergillus, A. parasiticus dan A. nidulans sangat baik. Gula sederhana seperti glukosa, fruktosa, dan sorbitol sebagai sumber karbon tunggal meningkatkan pertumbuhan kapang, sporulasi, dan produksi aflatoksin. Sebaliknya pepton dan gula yang lebih kompleks seperti galaktosa, xilosa, nitol dan laktosa tidak memberikan pertumbuhan yang baik. Secara umum, media memiliki peran yang sangat besar atas jumlah dan jenis metabolit yang dihasilkan oleh setiap mikroba yang dikultivasi. Pendekatan One Strain Many Compounds (OSMAC) yang disampaikan oleh Bode et al. (2002) merupakan strategi untuk mendapatkan peningkatan jumlah dan atau jenis metabolit aktif melalui modifikasi parameter kultivasi seperti jenis dan komposisi media, aerasi dan faktor lain penentu keberhasilan kultivasi. Hasil uji antagonis menunjukkan adanya aktivitas penghambatan kapang secara langsung terhadap pertumbuhan bakteri. Hal tersebut menunjukkan bahwa senyawa ekstraseluler yang dihasilkan oleh isolat kapang RS3 memiliki aktivitas antibakteri yang kuat dan mampu menghambat pertumbuhan bakteri secara langsung. Lumyong et al. (2004) mengemukakan bahwa kapang endofit mampu menghasilkan senyawa aktif yang digunakan untuk meningkatkan ketahanan tumbuhan terhadap penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang bersifat patogen seperti bakteri. Schubert et al. (2008) Menyatakan bahwa mekanisme antagonisme kapang antagonis terdiri dari: 1) mikoparasitisme, yaitu hifa kapang antagonis membelit atau menempel pada mikroorganisme target, kemudian menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel untuk mengambil nutrisi sehingga mikroorganisme tersebut mati, 2) menghasilkan antibiotik sehingga dapat menghancurkan sel-sel mikroorganisme target dengan merusak struktur membran sel, 3) kompetisi untuk tempat hidup dan nutrisi. Kriteria kekuatan daya hambat menurut Davis dan Stout (1971) yaitu diameter zona bening dibawah 5 mm tergolong lemah, 5 mm sampai 10 mm kriteria sedang, 10 mm sampai 20 mm kriteria kuat dan diatas 20 mm sangat kuat. Hal ini menunjukkan bahwa kapang RS3 yang ditumbuhkan pada media alternatif KHAK, KHAB, JAK, JAB memiliki kemampuan menghambat bakteri yang lebih kuat dibandingkan dengan kapang RS3 yang ditumbuhkan pada media PDA dan GYEA. Zona hambat kapang RS3 yang ditumbuhkan dalam media alternatif KHAK, KHAB, JAK, dan JAB lebih besar dibandingkan dengan media PDA dan GYEA. Penelitian Maharani et al. (2014) juga menunjukkan bahwa pertumbuhan miselium Grifola frondosa pada medium dengan penambahan ekstrak kacang hijau, kacang tunggak, jagung lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan miselium pada medium PDYB. Hal tersebut dikarenakan adanya penambahan nutrien dari masing-masing ekstrak yang digunakan sehingga ketersediaan nutrien dalam medium lebih mendukung pertumbuhan miselium G. frondosa.
Aktivitas Selulolitik Kapang RS3 Kapang mendegradasi selulosa menjadi monomernya dengan memproduksi enzim ekstraselular yaitu selulase (Saczi et al. 1986; Perez et al. 2002). Selulosa
13
merupakan polimer glukosa yang berikatan dengan ikatan 1,4-β glikosidik. Penapisan secara cepat pada mikroba selulolitik dapat dilakukan dengan pengukuran zona bening, walaupun demikian penentuan tersebut hanya merupakan deteksi semi kuantitatif. Kapang yang mampu menguraikan selulosa berasal dari kelompok Ascomycota, Basidiomycota, Zigomycota, dan Deuteromycota (MooreLandecker 1996). Aktivitas selulolitik ditentukan oleh kemampuan kapang untuk menghidrolisis substrat carboxymethyl cellulose (CMC). Carboxy Methyl Cellulose (CMC) merupakan turunan selulosa, kopolimer dua unit β-D glukosa dan β- D-glukopiranosa 2-O-(karboksilmetil)- garam monosodium yang terikat melalui ikatan β-1,4-glikosidik. CMC memiliki kelarutan lebih tinggi daripada selulosa, sehingga mudah dihidrolisis. Hidrolisis CMC menjadi gula-gula sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan katalis asam, enzim maupun mikroba selulolitik. Hidrolisis CMC menjadi gula-gula sederhana dapat dilakukan menggunakan katalis asam, enzim maupun mikroba selulolitik (Ray et al 2007). Media CMC yang terhidrolisis oleh enzim selulase jika digenangi oleh pewarna congo red tidak akan terwarnai. Interaksi ini berlangsung secara non-kovalen. Congo red dijadikan indikator terjadinya degradasi ß-D-glukan dalam media agar (Hartanti 2010). Penapisan aktivitas selulolitik mengacu pada Purwadaria et al. (2013). Zona bening merupakan indikator yang digunakan untuk menentukan aktivitas selulolitik. Pengukuran Indeks selulolitik dihitung dengan mengukur zona bening yang terbentuk dibagi dengan diameter koloni. Pengamatan zona bening dilakukan setelah koloni kapang RS3 terbentuk, usia kapang RS3 berkisar antara 5 sampai 6 hari. Aktivitas selulase kapang RS3 menggunakan media CBM 1% KHAB (kacang hijau bacteriological agar), KHAK (kacang hijau agar kertas, JAK (jagung agar kertas), JAB (jagung bacterilogical agar), PDA (potato dextrose agar), dan GYEA (glucose yeast extract agar) dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Aktivitas selulolitik kapang RS3 menggunakan media CBM 1% KHAB (kacang hijau bacteriological agar), KHAK (kacang hijau agar kertas, JAK (jagung agar kertas), JAB (jagung bacterilogical agar), PDA (potato dextrose agar), GYEA (glucose yeast extract agar).
14
Zona bening yang terbentuk pada media CMC 1% rata rata sebesar 2 sampai 3 mm. Media JAK, JAB, KHAK, dan KHAB memiliki diameter zona bening sebesar 3 mm. Indeks selulolitik tertinggi terdapat pada media KHAK sebesar 0,23. Nilai indeks selulolitik terendah terdapat pada media PDA sebesar 0,13. Perbedaan ini disebabkan oleh media yang digunakan untuk menghidrolisis gulagula pereduksi. CMC merupakan media yang terbaik yang dapat digunakan. Gunam et al. (2011) Menyatakan bahwa hal yang memengaruhi kapang untuk memproduksi enzim endo-ß-glukanase yang mendegredasi fraksi selulosa dalam media menjadi glukosa dan oligosakarida adalah kesesuaian substrat dan kondisi yang optimum. Menurut Landecker (1996) kapang memiliki kecenderungan untuk menggunakan satu sumber karbon saja. Sumber karbon yang dihasilkan oleh media bersumber dari kacang hijau atau jagung. Proses kultur media untuk uji selulolitik tidak menggunakan gula pada medianya, hal ini bertujuan agar sumber karbon yang digunakan oleh kapang hanya berasal dari kacang hijau atau jagungnya saja. Kapang RS3 yang ditumbuhkan pada media JAK, JAB, KHAK, dan KHAB memiliki aktivitas selulolitik yang lebih tinggi dibandingkan PDA. Hasil penelitian Meryandini et al. (2009) mengisolasi bakteri selulolitik dan karakterisasi enzimnya menggunakan substrat limbah pertanian diantaranya jerami padi, tongkol jagung dan kulit pisang menunjukkan bahwa aktivitas yang paling tinggi terdapat pada substrat kulit pisang. Hal ini menunjukkan bahwa substrat yang terdapat pada media memengaruhi aktivitas selulolitik. Menurut Pratiwi (2008) konsentrasi sumber karbon yang berbeda dalam medium pertumbuhan juga dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pembelahan sel sehingga juga memengaruhi konsentrasi enzim selulase dan aktivitas yang dihasilkan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Jagung dan kacang hijau dapat menjadi sumber nutrisi kapang RS3. Aktivitas antibakteri kapang RS3 yang ditumbuhkan pada media KHAK, KHAB, JAK dan JAB lebih tinggi dibandingkan pada media PDA dan GYEA. Aktivitas antibakteri tertinggi ditunjukkan kapang yang ditumbuhkan pada media KHAK dan JAK dengan diameter zona hambat sebesar 6 mm. Antibakteri kapang RS3 yang ditumbuhkan pada media KHAK, KHAB, JAK, JAB bersifat bakterisidal, sedangkan pada media PDA dan GYEA bersifat bakteristatik dan sangat lemah. Indeks selulolitik tertinggi terdapat pada kapang RS3 yang ditumbuhkan pada media KHAK, sedangkan indeks selulolitik terendah pada media PDA dan GYEA. Aktivitas antibakteri dan selulolitik terbaik dihasilkan kapang RS3 yang ditumbuhkan pada media KHAK dan JAK.
15
Saran Identifikasi senyawa yang terdapat pada kapang RS3 perlu dilakukan. Penggunaan media dengan konsentrasi yang berbeda antara jagung dan kacang hijau terhadap gula, agar kertas dan bacteriological agar perlu dilakukan untuk mengamati perbedaan produksi metabolit sekunder. Penggunaan sumber karbohidrat dari bahan alam yang lain juga perlu diuji.
DAFTAR PUSTAKA Bode HB, Bethe B, Hefs R, Zeeck A. 2002. Big effects from small changes: Possible ways to explore nature’s chemical diversity. Jurnal of Biochemical. 3:619–627. Calvo AM, Richard AW, Jin WB, Nancy PK. 2002. Relationship between secondary metabolism and fungal development. Jurnal of Biology Molecular. 66(3):447-459. Cappucino JG, Sherman N. 2014. Manual Laboratorium Biologi. Miftahurahmah, penerjemah ; Manurung J, Vidhayanti H, editor. Jakarta (ID) : Penerbit Buku Kedokteran. Terjemahan dari: A Laboratory Manual. Ed ke-8. Davis WW, Stout TR. 1971. Disc plate method of microbiological assay. Journal of Microbiology. 22(4):659-665. Deivanayaki M, Iruthayaraj PA. 2012. Alternative vegetable nutrient source for microbial growth. International Journal of Biosciences. 2(5):47-51. Elfina D, Atria M, Rodensia M. 2014. Isolasi dan karakterisai fungi endofit dari kulit buah manggis Garcinia mangostana L sebagai antimikroba terhadap Candida albicans, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Jurnal Sains. 1(1):1-7. Gandjar I, Sjamsuridzal W, Oetari A. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia. Gunam IBW, Aryanta WR, Bagus IN, Darma S. 2011. Produksi selulase kasar dari kapang Trichoderma viride dengan perlakuan konsentrasi substrat ampas tebu dan lama fermentasi. Jurnal Biologi. 15(2):29–33. Hartanti. 2010. Isolasi dan seleksi bakteri selulolitik termofilik dari kawah air panas Gunung Pancar. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Indriani H, Sumiarsih E. 1997. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA. 2007. Mikrobiologi Kedokteran Ed 23. Hartanto H, penerjemah. Jakarta(ID): EGC. Junoto. 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum. Yogyakarta (ID): UGM Press. Kwoseh CK, Darko MA, Adubofour K. 2012. Jounal of Botany Agriculture Applied. 8(1): 8-15.
16
Lumyong S, Lumyong P, Hyde KD. 2004. Endophytes. dalam Jones EBG, M. Tantichareon M, Hyde, editor. Thailand (TH): Thai Fungal Diversity. BIOTEC Thailand and Biodiversity Research and Training Program. (BRTI/TRF. Biotec). Maharani MM, Ratnaningtyas NI, Priyanto S. 2014. Penggunaan beberapa medium semisintetik untuk produksi miselium jamur maitake (Grifola frondosa (Dickson : Fr.) S.F. Gray) isolat Cianjur dan ekstrak kasarnya. [skripsi]. Purwokerto (ID) : Universitas Jenderal Soedirman. Martyniuk S, Oron J. 2011. Use of potato extract broth for culturing root-nodule bacteria. Polish Journal of Microbiology. 60(4): 323–327. Meryandini A, Widosari W, Maranatha B. 2009. Isolasi bakteri selulolitik dan karakterisasi enzimnya. Makara Journal of Science. 13(1):33-38 Moore and Landecker E. 1996. Fundamentals of Fungi Ed.Ke-4. New Jersey (US): Prentice-Hall. Mubarak AE. 2005. Nutritional composition and antinutritional factors of mung bean seeds (Phaseolus aureus) as affected by some home traditional processes. Food Chemistry. 89:489–495. Perez J, Munoz DJ, Rubia T, Martinez J. 2002. Biodegradation and biological treatments of cellulose, hemicellulose, and lignin. International Journal of Microbiology. 5:53-63. Pratiwi ST. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta (ID): Erlangga. Purwadaria T, Marbun PA, Sinurat AP, Ketaren PP. 2003. Perbandingan aktivitas enzim selulase dari bakteri dan kapang hasil isolasi dari rayap. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 8(4):213-219. Rahaweman AC, Pamungkas J, Madduppa, Thoms C, Tarman K. 2016. Screening of endophytic fungi from Chlorophyta and Phaeophyta for antibacterial activity. Earth and Environmental Science. 31(1):1-7 Ray AK, Bairagi A, Ghosh KS, Sen SK. 2007. Optimization of fermentation conditions for cellulose production by Bacillus subtilis CY5 and Bacillus circulans TP3 isolated from fish gut. Acta Ichthyologica Piscatoria. 37(1):47–53. Saczi A, Radford A, Erenler K. 1986. Detection of cellulolytic fungi by using congo red as an indicator: a comparative study with the dinitrosalicyclic acid. Journal of Bacteriology. 61:559-562. Sahara R. 2013. Kapang endofit dari tumbuhan pesisir sarang semut (Hydnophylum formicarum) dan potensinya sebagai antihiperglikemik [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Schubert M, Siegfried F, Francis WMRS. 2008. In Vitro screening of an antagonistic Trichoderma strains against wood decay fungi. Arboricultural Journal (31):227-248. Sclegel HG, Schmidt K. 1994. Mikrobiologi Umum. Terjemahan: Tedjo RM, Baskoro.Yogyakarta (ID): Penerbit UGM Press.
17
Sibero MT. 2015. Ekstraksi, dan karakterisasi, dan uji aktivitas fotoprotektor pigmen kapang endofit asal tumbuhan pesisir sarang semut [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Suthindhiran K, Kannabiran K. 2009. Cytotoxic and antimicrobial potential of actinomycete species Saccharopolyspora salina VITSDK4 isolated from the Bay of Bengal Coast of India. American Journal of Infectious Diseases. 5(2):90–98. Tharmila S, Jeyaseelan EC, Thavaranjit AC.2011. Preliminary screening of alternative culture media for the growth of some selected fungi. Archives of Applied Science Research. 3(3):389-393.
18
19
LAMPIRAN
20
19 Lampiran 1 Dokumentasi
1
3 4
2
5 6
Uji antagonis dan skrining aktivitas antibakteri KHAB (1), KHAK (2), GYEA (5), PDA(6) terhadap S. aureus.
1 2
3 4
JAK (3), JAB (4),
5
6
Uji antagonis dan skrining aktivitas antibakteri KHAB (1), KHAK (2), JAK (3), JAB (4), GYEA (5), PDA(6) terhadap E. coli.
waktu(jam)/media KHAB1 3 6 9 12 15 18 21 24
1 6 6 6 6 5 5 5
KHAB2 2 6 6 6 6 5 5 5
KHAK1 2 5 3 3 3 6 6 6
KHAK2 2 7 7 6 6 6 6 6
JAK1
Pengamatan aktivitas antibakteri kapang RS3 pada bakteri uji E.coli
Lampiran 3
1 5 5 5 5 5 6 6
JAK2 2 5 5 5 5 5 6 6
JAB1 2 2 2 2 2 2 5 5
JAB2 4 5 5 5 5 5 5 5
PDA1 2 2 2 1 1* 1* 1* 1*
PDA2 1 2 2 3 1* 1* 1* 1*
2 2 1* 1* 1* 1* 1* 1*
GYEA1
1 1 1* 1* 1* 1* 1* 1*
GYEA2
waktu(jam)/media KHAB1 KHAB2 KHAK1 KHAK2 JAK1 JAK2 JAB1 JAB2 PDA1 PDA2 GYEA1 GYEA2 3 1 1 3 10 2 1 2 1 4 1 1 1 6 5 5 7 9 2 1 2 1 4 1 3 1 9 5 5 7 9 2 2 2 1 2 2 3 3 12 5 5 7 7 2 5 2 1 1 2 3 3 15 5 5 7 7 2 5 2 1 1 3 6 6 18 5 5 6 7 2 5 2 2 1 3 6* 6* 21 5 5 6 6 5 6 5 4 1 1 6* 6* 24 5 5 6 6 5 6 5 4 1 1 6* 6*
Pengamatan aktivitas antibakteri kapang RS3 pada bakteri uji S. aureus
Lampiran 2
20
21
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandar Pasir, Mandoge pada tanggal 24 April 1994. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Ayahanda Alm. Jalister Pasaribu dan Ibunda Tiramsa Pakpahan. Pendidikan yang telah ditempuh penulis dimulai dari SD Swasta Santo Mikhael pada tahun 2000-2006. Penulis melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta Budi Mulia Pangururan dan lulus pada tahun 2009. Penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Pangururan dan lulus pada tahun 2012. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan pada tahun 2012. Penulis selama menjalani pendidikan akademik di IPB aktif di Himpunan Mahasiswa Teknologi Hasil Perairan (HIMASILKAN) dalam divisi Pengembangan Masyarakat pada periode kepengurusan tahun 2014-2015 dan sebagai anggota dalam divisi yang sama pada periode kepengurusan 2015-2016. Penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Biokimia Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan periode 2014-2015 dan 2015-2016, asisten mata kuliah Teknologi Industri Rumput laut periode 2015-2016, dan menjadi asisten mata kuliah Farmaseutika Departemen Teknologi Hasil Perairan periode 2015-2016. Penulis juga aktif pada kepanitiaan Masa Perkenalan Departemen, Sarana Perkenalan Sivitas Teknologi Hasil Perairan dalam divisi auditor pada periode 2014-2015 dan menjadi ketua divisi auditor pada periode 2015-2016. Peraih PKM-P yang didanai Dikti pada tahun 2014-2015. Tahun 2015 penulis melaksanakan Praktik Lapangan di PT. Adib Global Food Supplies karawang, Jawa Barat dengan judul “Perencanaan Sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) pada Pengolahan Filet Ikan Patin di Unit Pengolahan Ikan PT. Adib Global Food Supplies Karawang, Jawa Barat”.