Penanganan limbah • Limbah : merupakan sisa atau buangan proses produksi berupa cairan atau padatan dapat menyebabkan gangguan secara langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan. • Masyarakat sebagai penghuni jagatraya akan mendapatkan dan merasakan dampak yang ditimbulkan oleh limbah tersebut.
• Air buangan atau Limbah cair • Limbah cair merupakan air buangan industri dan air buangan rumah tangga yang berasal dari rumah, kantor, hotel, restoran, dll. Persyaratan baku mutu efluen (hasil olahan) limbah domestik diatur oleh SK. MenLH no 112 tahun 2003 sedangkan untuk efluen dari kawasan industri diatur oleh SK. MenLH no 03/MENLH/1998 seperti disajikan dalam Tabel 7.
• Tabel 7. Kualitas limbah dan baku mutu efluen Parameter
Gambaran kualitas limbah domestik
SK. MenLH no 112 tahun 2003
BOD5
200 mg/l
100 mg/l
COD
-
-
-
-
Kadar padatan tersuspensi(ss) pH
200 mg/l
100 mg/l
800 mg/l
100 mg/l
6–8
6-9
3 – 10
6–9
Minyak dan lemak
15 mg/l
10 mg/l
• -
Gambaran kualitas limbah industri 1000 mg/l
-
SK. MenLH no 03/ MENLH/ 1998 100 mg/l
-
Limbah Padat Sejarah persampahan di Indonesia • Pada jaman Jepang sampah diatur melalui RT/RW. • Pelita I dan II (1969 – 1978) dibentuk direktorat teknik penyehatan di Departemen Pekerjaan Umum yang mengkoordinasi bantuan Belanda berupa truk dan kontainer untuk beberapa kota. • Pelita III (1979 – 1983) dimulai program pengembangan sampah padat melalui bantuan pinjaman bank dunia •
• Pelita IV (1984 – 1988) dibentuk sub direktorat persampahan di Departemen Pekerjaan Umum direktorat cipta karya. • Program adipura dipilih 200 kota proyek perintisan yang mengelola persampahan, program P3K diterapkan dari 3 kota membangun prasarana sanitary landfill.
• Pada pelita V (1989 – 1993) program adipura meningkat, investasi swasta dimulai dengan pembangunan transfer station dan incinerator di Surabaya, dengan upaya mereduksi sampah. • Pada pelita VI (1994 – 1998) program adipura berhenti, kondisi fisik kota menurun, otonomi daerah digulirkan. Kasus pencemaran lingkungan oleh TPA meningkat
• Kasus pencemaran lingkungan oleh TPA meningkat sehingga lahan TPA kritis. • Pada tahun 2002 – 2004 diselenggarakan seminar nasional pengelolaan persampahan yang memunculkan kembali program kompetisi kebersihan kota yang disebut Program Bangun Praja dan penghargaan adipura diaktifkan kembali.
Kondisi pengelolaan sampah saat ini • Timbunan sampah untuk kota Jakarta tahun 1998/1999 sebanyak 26.320 m 2 /hari dengan laju kenaikan 18%. • Tingkat pelayanan pada tahun 2001: • untuk tingkat perkotaan 40% sampah diangkut petugas, 7,9% sampah ditimbun 1,61% dibuat kompos, 15,5% dibakar dan sisanya lain-lain. • Untuk pedesaan 1% persen sampah diangkut petugan 12,7% ditimbun , 4,9% dibuat kompos, 11% dibakar dan sisanya lain-lain. Kelembagaan berorientasi
• Kelembagaan berorientasi pada dinas kebersihan, sub dinas kebersihan, seksi kebersihan, sub seksi kebersihan, unit kebersihan, kantor kebersihan dengan rasio sekitar 1,5 untuk setiap 1000 penduduk. • Pembiayaan diambil dari 2 – 4% APBD, tarif retribusi rasio 0,4% penghasilan rumah tangga. Penerimaan mampu membiayai 22% dari total biaya operasional
• Dasar hukum yang digunakan UndangUndang Persampahan dalam taraf pembahasan. • Peran serta masyarakat mengikuti partisipasi pasif, bayar retribusi, kegiatan pembinaan masyarakat, kerjasama pihak swasta mencapai 4,5% timbunan yang ada kecuali kota metropolitan dan kota besar 15%.
• Teknik operasional meliputi pewadahan, pemindahan, pengangkutan dan pengolahan. Cara pembuangan sampah yaitu open dumping (lebih dari 99% kota atau kabupaten) dan control landfill untuk beberapa kota. • Paradigma pengelolaan sampah . Paradigma lama sampah dikumpulkan, diangkut dan dibuang sedangkan paradigma baru sampah dikurangi, digunakan kembali, didaur ulang dan dibuang atau dibakar.
Permasalahan Limbah, Gangguan Yang Disebabkan Limbah dan pencemaran • Limbah dalam bentuk cair dan padat dapat dipastikan akan menimbulkan masalah secara langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan. • Limbah cair yang dibuang ke dalam perairan akan menimbulkan dampak pencemaran tidak langsung pada perairan seperti kenaikan suhu perairan karena limbah yang panas, senyawa-senyawa toksik dari limbah, senyawa organik dalam limbah yang mengganggu kehidupan biota air.
• Sedangkan dampak pencemaran yang tidak langsung dari limbah cair adalah terjadinya degradasi senyawa-senyawa organik dalam limbah yang menimbulkan bau tak sedap dan senyawa-senyawa yang memicu berkembangnya mikrobia penyebab penyakit yang mengganggu kesehatan lingkungan dan masyarakat.
• PENGOLAHAN LIMBAH • Pengolahan Limbah Cair • Tujuan utama: untuk menguraikan kandungan bahan pencemar didalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba pathogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroba yang terdapat di alam. Dalam pengolahan limbah cair itu terdapat beberapa parameter kualitas yang digunakan, dikelompokkan menjadi 3 yaitu parameter organik, karakteristik fisik, dan kotaminan spesifik.
Parameter organik merupakan ukuran jumlah zat organik yang terdapat dalam limbah. Parameter ini terdiri dari total organik carbon (TOC), chemical oxygen demand (COD), biochemical oxygen demand (BOD), minyak dan lemak (O&G), dan total petroleum hydrocarbons (TPH). Karakteristik fisik dalam limbah cair dapat dilihat dari parameter total suspended solids (TSS), pH, temperature, warna, bau, dan potensial reduksi. Sedangkan kontaminan spesifik dalam limbah cair dapat berupa senyawa organik
Pengolahan limbah cair dapat dibagi menjadi 5 tahap, meliputi: 1. Pengolahan Awal (Pretreatment) Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan padatan tersusupensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta oil separation
2.Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment) Pada dasarnya pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama dengan pengolahan awal hanya berbeda pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi pada tahap pertama ialah neutralization, chemical addition and coagulation, flotation, sedimentation dan filtration.
3. Pengolahan Tahap kedua (secondary treatment) untuk menghilangkan zat-2 terlarut dlm limbah yg tak dpt dihilangkan dg proses fisik. Peralatan yg umum digunakan: activated sludge, anaerobic lagoon, trickling filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating biological contractor, anaerobic contractor and filter. 4. Pengolahan Tahap ketiga (Tertiary treatment): coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorbtion, ion exchange, membran separation, serta thickening gravity or filtration
5. Pengolahan lumpur (sludge treatment) Lumpur yg terbentuk dari keempat tahap pengolahan sebelumnya , diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure filtration, vacuum filtration, sentrifugation, lagooning or drying bed, incineration atau landfill.
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR SECARA MIKROBIOLOGIS ADA 2: KOLAM STABILISASI DAN FILTRASI BIOLOGIS A. Kolam stabilisasi (lagoon); area lahan luas, bebas biaya operasi, utk beban limbah yg berubah-ubah. 1. Kolam stabilisasi fakultatif: proses tergantung pada simbiosa ekosistem akuatik, hembusan angin utk memelihara 02 terlarut dlm limbah • Proses metabolisme mikroba: anaerob, aerob, mikroaerofil dg hasil proses degradasi limbah berupa ammonia dan CO2. • CO2 digunakan utk pertumbuhan algae. O2 utk proses aerob dipenuhi dari aktivitas fotosintetik algae sehingga melengkapi proses simbiosa dari ekosistem biota dlm proses penanganan limbah
• Spesifikasi kolam: kedalaman air 1-2 m, beban BOD 10.00025.000 g BOD/m3 hari, periode aerasi (detention time) 60-80 jam, kolam dpt dibuat seri atau paralel, utk mencegah peresapan air yg besar, dasar kolam dilapisi bentonit/lempung atau plastik 2. Kolam stabilisasi aerob utk mempercepat proses digunakan agitasi dan aerasi, kedalaman kolam 3-4 m, beban BOD 100-300 g BOD/m3 hari. Pengurangan BOD 75%, utk bahan berlemak dan protein tinggi proses dilakukan pada 25 0C
b. Filtrasi Biologis adl ekstraksi polutan dalam air limbah oleh mikroba yg melekat pada permukaan masa pecahan batu. 1. Trickling filter Adl pertumbuhan terfiksasi dari suatu sisem biologis, terjadi bila kontak antara air limbah dg populasi mikroba, berlangsung pada permukaan media engganggu. Air limbah disemprotkan pada permukaan massa dari pecahan batu yg ditumbuhi protozoa, jamur yg memakan limbah organik, ulat cacing, biota kecil. Pada batu juga ditumbuhi algae dg syarat cuaca terang dan panas.
2. Biological Tower • Kedalaman media 6-8 m, media filtrasi : polisteren, polifinilklorida, red wood, besi rel. • Kontak area media filtrasi: besar, pengeluaran biomassa dari media mudah • Beban BOD: 500-2.500 g/m3 kecepatan air influen 8L/m2 ; efisiensi penghilangan BOD 70-80%
3. Rotating Biological Disks Diameter disk 4 m dg bahan plastik ringan, separuh disk tenggelam dlm limbah. Disk berputar agak lambat shg terjadi pembentukan biomassa pd disk dan akan lepas akibat tekanan/gesekan pd wkt berputar Pemisahan biomassa yg mengendap dg cara klarifikasi, mudah dioperasikan. Biaya konstruksi mahal tapi operasi rendah. Penghilangan BOD 90% dg beban BOD 200g/hari m2 Perhatikan waktu kontak, letak piringan, kepekatan limbah (BOD) suhu dan pH.