PEMILIHAN BAHASA PADA MULTIBAHASAWAN: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK PEMILIHAN BAHASA PADA MAHASISWA KEBUMEN DI UI
MAKALAH NON-SEMINAR
Ratna Kurniasari Sastra Inggris 0806356162
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA
1 Pemilihan bahasa ..., Ratna Kurniasari, FIB UI, 2014
2 Pemilihan bahasa ..., Ratna Kurniasari, FIB UI, 2014
3 Pemilihan bahasa ..., Ratna Kurniasari, FIB UI, 2014
4 Pemilihan bahasa ..., Ratna Kurniasari, FIB UI, 2014
PEMILIHAN BAHASA PADA MULTIBAHASAWAN: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK PEMILIHAN BAHASA PADA MAHASISWA KEBUMEN DI UI
Ratna Kurniasari dan Manneke Budiman
Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
[email protected]
Abstrak Pemilihan bahasa (language choice) merupakan fenomena yang lazim terjadi pada masyarakat multibahasa. Dalam interaksi sosial pemilihan bahasa merupakan tindakan dalam menggunakan bahasa terpilih pada situasi tertentu. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan pemilihan bahasa. Makalah ini akan memaparkan hasil penelitian dari pemilihan bahasa yang dilakukan oleh mahasiswa Kabupaten Kebumen yang ada di UI. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui aspek-aspek pemilihan bahasa pada mahasiswa Kebumen di UI. Sumber data diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan pada 25 orang mahasiswa. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa responden memilih dan menggunakan bahasa yang berbeda untuk situasi dan kondisi yang berbeda.
Language Choice in Multilingual Society: A Sociolinguistic Study of Language Choice in UI’s Student from Kebumen Abstract
Language choice is a common phenomenon that occurs in a multilingual society. In the social interaction, language choice is an act of using a selected language in certain situations. There are various factors that affect a person in committing language choice. This article will present the findings of the language choice on UI students from Kebumen Regency. This study was intended to find out the aspects of the language choice on the UI students from Kebumen. The data were collected through a questionnaire administered to 25 students. The findings of this study show that the respondents choose and use different languages for different situations and conditions. Keywords; language choice, multilingualism, multilingual society
5 Pemilihan bahasa ..., Ratna Kurniasari, FIB UI, 2014
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari bermacam-macam suku bangsa. Banyaknya suku bangsa tersebut berpengaruh terhadap munculnya aneka ragam bahasa di Indonesia. Ada sekitar 726 ragam bahasa di Indonesia yang mana terdiri dari 719 bahasa lokal/daerah yang masih aktif digunakan sampai sekarang, 2 (dua) bahasa sekunder tanpa penutur asli, dan 5 (lima) bahasa tanpa diketahui penuturnya (Paul, 2009). Hal ini menyebabkan banyak masyarakat Indonesia yang menguasai dua bahasa (dwibahasa) atau lebih (multibahasa) atau yang dikenal dengan istilah societal multilingualism (masyarakat multibahasa) yakni adanya banyak bahasa dalam masyarakat. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Penggunaan bahasa dalam suatu komunikasi ditentukan oleh berbagai faktor baik fakto linguistik maupun non lingustik seperti faktor sosial, psikologis, dan budaya. Oleh karenanya, kajian mengenai pemakaian bahasa pada suatu komunitas selalu menarik untuk diamati karena pilihan bahasa mencerminkan kaidah sosial yang berlaku dalam masyarakat. Dalam tugas penelitian sosiolinguistik ini, saya mengangkat permasalahan mengenai pemilihan bahasa dalam masyarakat multibahasa. Saya mengangkat tema ini karena pemilihan bahasa (language choice) oleh masyarakat multibahasa dalam berkomunikasi juga menarik untuk diamati mengingat mereka memiliki kemampuan untuk memilih bahasa apa yang mereka gunakan. Selain itu, pemilihan bahasa merupakan salah satu fenomena sosiolinguistik yang (hampir) terjadi disemua masyarakat terutama di Indonesia yang merupakan negara multibahasa. Di sini saya meneliti tentang pemilihan bahasa yang dilakukan oleh mahasiswa UI yang berasal dari Kebumen yang tinggal di Depok. Pemilihan objek penelitian ini dikarenakan adanya fenomena semakin meningkatnya mahasiswa daerah yang kuliah di UI. Sedangkan pemilihan mahasiswa Kebumen adalah karena ini merupakan penelitian kecil sehingga peneliti mencoba membuat spesifikasi dalam objek penelitian. Jumlah mahasiswa Kebumen yang tidak terlalu banyak dan juga tidak terlalu sedikit yakni sekitar 200 orang. Kebumen merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Jawa Tengah. Oleh karena itu, sebagian besar penduduknya merupakan pengguna Bahasa Jawa selain juga tentunya Bahasa Indonesia. Peneliti merasa tertarik untuk meneliti dan mengetahui bagaimanakah pemilihan bahasa mahasiswa Kebumen yang tinggal di Depok ini karena dalam kehidupan sehari-hari 6 Pemilihan bahasa ..., Ratna Kurniasari, FIB UI, 2014
masyarakat Jawa memiliki kecenderungan untuk lebih banyak menggunakan Bahasa Jawa dibandingkan Bahasa Indonesia ketika berada di daerahnya. Lalu, muncul pertanyaan bagaimanakah sikap bahasa mereka ketika mereka tinggal di daerah lain yang bukan merupakan komunitas pengguna Bahasa Jawa aktif? Apakah ada perubahan dalam sikap bahasa mereka?
Tinjauan Teoritis Penelitian ini merupakan kajian Sosiolinguistik yang merujuk pada teori pemilihan bahasa dari Ervin-Tripp (1972). Ervin-Tripp mengungkapkan ada empat faktor utama yang menentukan pemilihan bahasa oleh masyarakat dwibahasa atau multibahasa.
Metode Penelitian Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode observasi nonpartisipatif yakni wawancara terstruktur dengan kuesioner.
Kuesioner ini peneliti diberikan pada 25
mahasiswa UI yang berasal dari Kebumen dan tinggal di Depok. Jumlah 25 responden ini peneliti rasa cukup untuk mewakili jumlah keseluruhan dari mahasiswa Kebumen yang kuliah di UI dan masih tercatat sebagai mahasiswa aktif pada tahun ajaran 2011 ini yakni sekitar 200 orang mahasiswa.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berikut ini adalah beberapa poin yang diperoleh dari hasil penelitian ini:
7 Pemilihan bahasa ..., Ratna Kurniasari, FIB UI, 2014
Sebagian besar mahasiswa Kebumen yang kuliah di UI adalah multilingual yakni menguasai lebih dari dua bahasa. Hal ini dapat disimpulkan dari jumlah bahasa yang mereka kuasai. Berdasarkan hasil penelitian ini > 95% responden menguasai lebih dari dua bahasa.
1 bhsa 0%
penguasaan bahasa
2 bhsa 4%
5 bhsa 20% 4 bhsa 24%
3 bhsa 52%
Bahasa yang mereka kuasai adalah Bahasa Jawa (Jawa Ngoko dan Kromo), Bahasa Indonesia (formal dan non formal), dan Bahasa Inggris. Bahasa Jawa memiliki 3 ragam bahasa yakni Ngoko, Kromo, dan Kromo inggil. Namun, untuk penyederhanaan saya mengelompokan ragam Bahasa Kromo dan Kromo Inggil menjadi satu. Ragam Bahasa Kromo merupakan ragam bahasa Jawa yang memiliki tingkatan yang tinggi (high variation). Ini biasanya digunakan untuk berinteraksi dengan orang yang lebih tua, yang dihormati atau yang kedudukannya (status sosialnya) lebih tinggi. Namun, bisa juga digunakan oleh orang yang kedudukannya lebih tinggi terhadap orang yang kedudukannya lebih rendah. Sedangkan ragam Bahasa Jawa Ngoko adalah ragam bahasa Jawa yang dengan tingkatan rendah (low variation). Ragam ini biasanya digunakan untuk berinteraksi dengan teman sebaya, orang yang lebih muda, orang yang lebih rendah kedudukannya.
Interaksi dengan Orang Tua Ketika berbicara dengan orang tua di rumah, mereka lebih banyak yang menggunakan Bahasa Jawa Kromo yakni sebanyak 11 orang. Sedangkan sisanya ada 9 orang yang memilih menggunakan Bahasa Jawa Ngoko, Bahasa Indonesia non formal 4 orang dan Bahasa Indonesia formal 1 orang.
8 Pemilihan bahasa ..., Ratna Kurniasari, FIB UI, 2014
Bahasa thd Orang tua B. Ing 0%
B. Jawa Krama 45%
B. Ind formal 5%
B. Ind nonformal 14%
B. Jawa Ngoko 36%
Pemilihan bahasa Jawa Kromo ini sesuai dengan norma-norma atau tata Kromo yang dipegang oleh sebagian besar masyarakat Jawa. Orang tua merupakan sosok yang harus dihormati sehingga anak-anak dalam masyarakat Jawa sangat dianjurkan untuk menggunakan bahasa ini. Namun, tidak semua masyarakat Jawa menerapkan prinsip ini. Beberapa orang yang menjadi responden penelitian ini mengaku memilih menggunakan Bahasa Jawa Ngoko dengan beberapa alasan seperti kebiasaan mereka dari kecil atau agar terbangun hubungan yang lebih akrab dengan orang tua. Sedangkan Bahasa Indonesia dipilih karena adanya kebiasaan dari keluarga mereka yang selalu menggunakan Bahasa Indonesia.
Ketika berbicara tentang masalah kampus dengan orang tua mereka masih tetap lebih banyak yang menggunakan Bahasa Jawa Kromo yakni sebanyak 44% atau 11 orang. Sedangkan sebagian orang yang sebelumnya memilih bahasa Jawa Ngoko beralih memilih menggunakan Bahasa Indonesia non formal dan formal.
Berbicara masalah kampus dg ortu B.Ing 0%
B.Jawa Krama 44%
B.Ind formal 12% B.Ind non formal 16%
B.Jawa Ngoko 28%
9 Pemilihan bahasa ..., Ratna Kurniasari, FIB UI, 2014
Ketika berbicara masalah politik dengan orang tua sebagian besar dari mereka justru memilih menggunakan Bahasa Indonesia. Prosentase yang memilih Bahasa Jawa Kromo masih tetap tinggi yakni 9 orang, tetapi prosentase yang memilih menggunakan Bahasa Jawa Ngoko mengalami penurunan yang cukup signifikan menjadi hanya 5 orang saja. Sedangkan jumlah yang memilih ragam Bahasa Indonesia formal dan non formal meningkat menjadai 3 dan 8. Bisa disimpulkan bahwa mereka yang sebelumnya memilih menggunakan Bahasa Jawa Ngoko dengan orang tua beralih ke Bahasa Indonesia ketika berbicara masalah politik.
B.Ing 0%
berbicara msalh politik dg ortu B.Ind formal 12% B.Jawa Krama 36% B.Ind nonformal 32%
B.Jawa Ngoko 20%
Interaksi dengan Saudara Ketika berbicara dengan saudara yang lebih muda (adik, misalnya) maka ragam bahasa yang banyak digunakan adalah Bahasa Jawa Ngoko yakni dengan 15 orang. Sedangkan sisanya sebanyak 5 orang memilih ragam bahasa Jawa Kromo, 4 orang memilih ragam bahasa Indonesia non formal, dan 1 orang memilih menggunakan Bahasa Inggris.
10 Pemilihan bahasa ..., Ratna Kurniasari, FIB UI, 2014
Bahasa thd yg lbh muda B. Ing B. Ind formal 4% 0% B. Jawa Krama 20%
B. Ind nonformal 16%
B. Jawa Ngoko 60%
Adapun beberapa orang yang memilih untuk menggunakan bahasa Jawa Kromo adalah dengan alasan bahwa mereka ingin melatih atau membiasakan adikadik mereka untuk berbahasa Jawa Kromo.
Ketika berbicara dengan saudara yang lebih tua (kakak) sebagian besar responden juga memilih menggunakan Bahasa Jawa Ngoko (13 orang). Sebanyak 7 orang memilih menggunakan ragam Bahasa Jawa Kromo dan 5 orang memilih menggunakan ragam bahasa Indonesia non formal.
Bahasa thd yg lbh tua B.Ind B. formal Ing 0%
B.Ind non formal 20%
B.Jawa Krama 28% B. Jawa Ngoko 52%
Seperti halnya dalam pemilihan ragam bahasa terhadap orang tua, responden memilih menggunakan Bahasa Jawa Ngoko dalam berinteraksi dengan saudara yang lebih tua (kakak) dengan alasan adanya kebiasaan mereka dari kecil untuk menggunakan bahasa tersebut sejak kecil atau agar terbangun hubungan yang lebih akrab diantara mereka.
11 Pemilihan bahasa ..., Ratna Kurniasari, FIB UI, 2014
Interaksi dengan Teman Ketika berbicara dengan teman sebaya dan atau teman yang lebih muda yang tinggal di daerah bahasa yang mereka pilih adalah Bahasa Jawa Ngoko. Jumlah ini sangat signifikan dimana ada 17 orang responden yang memilih menggunakan Bahasa Jawa Ngoko. Sedangkan sisanya sebanyak 6 orang memilih menggunakan ragam Bahasa Indonesia dan 2 orang memilih menggunakan ragam Bahasa Jawa Kromo.
B.Jawa B.Ing Krama 0% 8%
Bahasa dg teman di daerah
B.Ind formal 0%
B.Ind non formal 24%
B.Jawa Ngoko 68%
Mereka memilih Bahasa Jawa Ngoko dalam berkomunikasi dengan teman mereka yang tinggal di daerah (di Kebumen.red) dikarenakan alasan keakraban. Begitu juga alasan pemilihan ragam Bahasa Indonesia non formal. Sedangkan alasan responden yang memilih ragam Bahasa Jawa Kromo adalah adanya kebiasaan mereka dalam menggunakan ragam bahasa tersebut terhadap siapa saja termasuk terhadap teman sebayanya.
Ketika berbicara dengan teman sesama mahasiswa Kebumen yang tinggal di Jakarta kebanyakan dari mereka memilih menggunakan Bahasa Jawa Ngoko dan Bahasa Indonesia non formal yang masing-masing jumlahnya 13 dan 11 orang. Sedangkan sisanya 1 orang memilih menggunakan ragam Bahasa Jawa Kromo.
12 Pemilihan bahasa ..., Ratna Kurniasari, FIB UI, 2014
B.Indo Bahasa unt sesama mhsswa Kebumen formal 0%
B.Jawa Krama B.Ing 4% 0%
B.Jawa Ngoko 52%
B.Indo non formal 44%
Meskipun jumlah orang yang memilih Bahsa Ngoko lebih banyak daripada Bahasa Indonesia, tapi peningkatan jumlah orang yang menggunakan Bahasa Indonesia cukup signifikan. Hal ini bisa kita pahami karena adanya perbedaan tempat interaksi.
Ketika berbicara dengan teman sesama mahasiswa Kebumen dengan spesifikasi topik pembicaraan yakni seputar urusan kampus sebagian besar dari mereka memilih menggunakan Bahasa Indonesia dimana ada 16 orang yang memilihmenggunakan ragam bahasa ini. Sedangkan sisanya memilih menggunakan ragam Bahasa Jawa Ngoko.
B.Jawa Krama 0%
berbicara masalah kuliah dg teman sesama mhs Kebumen B.Ing B.Ind formal 0% 0% B.Jawa Ngoko 36%
B.Ind non formal 64%
Pemilihan ragam Bahasa Indonesia ini dikarenakan biasanya pembicaraan mengenai masalah perkuliahan ini terjadi di kampus dimana di situ ada anak-anak lain yang belum tentu mengerti Bahasa Jawa. 13 Pemilihan bahasa ..., Ratna Kurniasari, FIB UI, 2014
Interaksi dengan Dosen Ketika berbicara dengan dosen di dalam kelas sebagian besar dari mereka, 20 orang, memilih untuk menggunakan ragam Bahasa Indonesia formal.
Berbicara dg dosen di kelas B.Ing 12%
B.Jawa Krama 0%
B.Jawa Ngoko 0%
B.Ind non formal 8%
B.Ind formal 80%
Bahasa Indonesia formal dipilih untuk berbicara dengan dosen dikarenakan bahasa ini memiliki nilai kesantunan yang lebih tinggi daripada Bahsa Indonesia nonformal.
Ketika berbicara dengan dosen di luar kelas pun mereka tetap lebih memilih menggunakan Bahasa Indonesia formal, 16 orang. Namun, ada peningkatan terhadap pemilihan Bahasa Indonesia non formal yakni sebanyak 7 orang .
B.Ing 11%
Berbicara dg dosen di luar kelas
B.Jawa Ngoko 0%
B.Jawa Krama 0%
B.Ind formal 62% B.Ind non formal 27%
Interaksi dengan Orang Asing Ketika berinteraksi dengan orang yang belum mereka kenal dengan lokasi di daerah Kebumen dan sekitarnya sebanyak 11 orang memilih ragam Bahasa Jawa
14 Pemilihan bahasa ..., Ratna Kurniasari, FIB UI, 2014
Kromo, 6 orang memilih ragam Bahasa Jawa Ngoko,5 orang memilih ragam bahasa Indonesia non formal, dan 3 orang memilih ragam bahasa Indonesia formal .
interaksi dg orang asing di Kebumen B.Ing 0%
B.Jawa krama 44% B.Jawa Ngoko 24%
B.Ind formal 12%
B.Ind non formal 20%
Ragam bahasa yang banyak dipilih untuk berinteraksi dengan orang yang asing dengan lokasi interaksi berada di Depok, Jakarta dan sekitarnya adalah ragam Bahasa Indonesia non formal yakni sebanyak 19 orang sedangkan sisanya, 6 orang, memilih menggunakan ragam Bahasa Indonesia formal. B.Jawa Krama B.Ing 0% B.Jawa Ngoko 0% 0% B.Ind formal 24% B.Ind non formal 76%
interaksi dg orang asing di Depok
Pembahasan Bahasa, menurut Keraf Gorys (1997 : 1), adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Studi bahasa sifatnya multidisipliner yakni bahwa studi bahasa banyak melibatkan disiplin ilmu-ilmu yang lain. Menurut Harimuti Kridalaksana, mengkaji bahasa harus melibatkan aspek-aspek sosial 15 Pemilihan bahasa ..., Ratna Kurniasari, FIB UI, 2014
yang mencitrakan masyarakat tersebut seperti; tatanan sosial, strata sosial, umur, lingkungan dan lain-lain (Harimuti, 1994). Linguis yang pertama-tama menyatakan tentang perlunya kajian mengenai hubungan antara perilaku penutur dengan status sosial adalah Haver C Currie. Gagasan Currie inilah yang kemudian melahirkan disiplin baru dalam kajian linguistik, yakni sosiolinguistik (Faturrahman, 2009). Sosiolinguistik merupakan salah satu disiplin ilmu linguistik yang mengkaji hubungan bahasa dengan masyarakat. Pengkajian bahasa dengan mengaitkannya terhadap masyarakat--baik yang menjadi penutur maupun lawan tutur—sangatlah penting karena tanpanya maka kajian bahasa tersebut akan menghilangkan aspek-aspek penting dan bahkan menyempitkan pandangan terhadap disiplin bahasa itu sendiri (Labov, 1972). Di dalam masyarakat, bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala individu melainkan juga sebagai suatu gejala sosial. Oleh karena itu, penggunaan bahasa di dalam masyarakat tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor linguistik saja tetapi juga oleh faktor-faktor nonlinguistik (faktor sosial) seperti status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin dan sebagainya. Pemilihan bahasa terjadi karena dalam masyarakat multibahasa tersedia berbagai kode (baik berupa bahasa, dialek, variasi, dan gaya) untuk digunakan dalam interaksi sosial. Menurut Fasold (1984: 180), pemilihan bahasa adalah suatu tindakan memilih sebuah bahasa secara keseluruhan dalam suatu komunikasi. Pemilihan bahasa bukan hanya merupakan fenomena linguistik, melainkan juga fenomena sosial, budaya, dan psikologi. Karena dalam melakukan pemilihan bahasa ada banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Bahasa Fenomena pemilihan bahasa dalam masyarakat multibahasa merupakan sesuatu yang kompleks dimana penutur harus memilih bahasa yang ia gunakan. Evin-Tripp (1972) mengidentifikaskan empat faktor utama yang mempengaruhi pemilihan bahasa dalam interkasi sosial, yaitu (1) latar (waktu dan tempat) dan situasi; (2) partisipan dalam interkasi, (3) topik percakapan, dan (4) fungsi interaksi.
Latar dan situasi Interaksi Latar ini berkaitan dengan waktu dan tempat terjadinya interaksi seperti apakah interaksi terjadi di rumah, di jalan, di sekolah, di kantor, di pasar, atau di tempat lain. Sedangkan situasi interaksi adalah apakah situasi interaksi tersebut santai, 16 Pemilihan bahasa ..., Ratna Kurniasari, FIB UI, 2014
non formal, formal, ataukah intim. Faktor ini sangat mempengaruhi pemilihan terhadap bahasa apa yang digunakan oleh penutur. Dari hasil penelitian ini juga menunjukan hal yang sama dimana perbedaan tempat percakapan juga merubah pemilihan bahasa yang digunakan. Hal ini terlihat dimana responden cenderung menggunakan ragam Bahasa Jawa Ngoko ketika berbicara dengan teman-temannya yang tinggal di daerah dan menggunakan ragam Bahasa Indonesia non formal ketika berbicara dengan teman-temannya sesama mahasiswa Kebumen yang tinggal di Depok.
Partisipan dalam Interaksi Partisipan dalam interaksi atau lawan bicara dari penutur juga mempengaruhi sikap masyarakat multibahasa dalam melakukan pemilihan bahasa. Faktor ini mencakup hal-hal seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan hubungannya dengan mitra tutur apakah hubungan keduanya merupakan hubungan akrab, berjarak, atau intim. Ragam bahasa yang digunakan oleh perempuan terhadap laki-laki berbeda dengan ragam bahasa yang digunakan oleh perempuan terhadap sesama perempuan dan begitu pula sebaliknya. Ragam bahasa yang digunakan anak terhadap orang tua berbeda dengan ragam bahasa yang mereka gunakan terhadap teman, adik, kakak, dosen, maupun teman dekat.
Topik pembicaraan Tema atau topik pembicaraan mempengaruhi ragam bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi. Dalam hal ini bisa kita lihat dari adanya perubahas sikap pemilihan bahasa terhadap orang tua ketika mereka membicarakan topik-topik yang serius seperti masalah perkuliahan atau politik. Hal itu juga terlihat ketika mereka berdiskusi masalah perkuliahan atau tema politik dengan teman mereka yang sesama anak Kebumen dimana mereka cenderung beralih dari bahasa Ngoko ke dalam bahasa Indonesia. Dari sini dapat saya simpulkan bahwa masyarakat multibahasa cenderung memilih bahasa Indonesia (non formal dan formal) untuk berdiskusi mengenai masalah pendidikan dan politik.
Fungsi Interaksi Fuingsi interaksi ini berkaitan dengan tujuan dari interaksi itu seperti penawaran, penyampaian informasi, permohonan, atau percakapan biasa sehari-hari. 17 Pemilihan bahasa ..., Ratna Kurniasari, FIB UI, 2014
Ketika interaksi tersebut dengan tujuan penyampaian informasi seperti interaksi yang terjadi di dalam kelas dimana dosen memberikan informasi berupa ilmu dan pengetahuan terhadap mahasiswa maka ragam bahasa yang digunakan adalah ragam bahasa informatif. Sedangkan jika interaksi tersebut adalah percakapan biasa antar teman maka ragam bahasa yang digunakan adalah ragam bahasa santai. Dalam hal ini bisa kita lihat dari pemilihan bahasa yang dilakukan oleh mahasiswa Kebumen tesebut ketika mereka menginginkan keakraban dengan lawan tuturnya mereka akan memilih bahasa Indonesia non formal atau Bahasa Jawa Ngoko. Hal ini karena kedua jenis ragam bahasa tersebut dinila lebih santai dan akrab.
PENUTUP Kesimpulan Masyarakat multibahasa melakukan pemilihan bahasa dalam interaksi sosial sesuai dengan berbagai faktor seperti latar dan situasi interaksi, partisipan dalam interaksi, topik pembicaraan, dan fungsi interaksi. Mahasiswa UI yang berasal dari Kebumen merupakan contoh masyarakat multilingual sehingga mereka juga harus melakukan pemilihan bahasa dalam berinteraksi. Pemilihan bahasa sangat penting dilakukan mengingat bahasa merupakan cerminan dari kesantunan dan keakraban seseorang dalam bersosialisasi. Selain itu, bahasa juga mencerminkan status sosial, pendidikan, dan kondisi ekonomi orang dalam masyarakat. Kritik dan Saran Peneliti menyadari adanya berbagai kekurangan dalam penelitian dan juga makalah ini karena adanya keterbatasan waktu dan juga pengalaman dari peneliti. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
18 Pemilihan bahasa ..., Ratna Kurniasari, FIB UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Ervin- Tripp, S. M . 1972. Sociolinguistics Rules of Address dalam J.B Pride dan Janet Holmes (ed). Sociolinguistics. England : Penguin Books. Fasold, Ralph. 1984. The Sociolinguistics of Society. Oxford: Basil Blackwell. Faturrahman. 2009. Sosiolinguistik, Pemilihan Bahasa, dan masyarakat Multilingual. Diunduh dari http://fathurrokhmancenter.wordpress.com/2009/05/11/sosiolinguistikpemilihan-bahasa-dan-masyarakat-multilingual/ ( 2 Mei 2011; 10.57 WIB) Gorys, Keraf. 2001. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia. Gunarwan, Asim. 2001. Draft Prafinal Pengantar Penelitian Sosiolingustik. Proyek Penelitian Kebahasaan dan Kesastraan departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Holmes, Jeanet. 2001. An Introduction to Sociolinguistics 2nd ed. London: Longman. Kridalaksana, Harimuti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia. Labov, Williams 1972.Sociolinguistic Patterns. Philadelphia: University of Pennsylvania Press. Lewis, M. Paul . 2009. Ethnologue: Languages of the World, Sixteenth edition. Dallas, Tex.: SIL International. Online version: http://www.ethnologue.com
19 Pemilihan bahasa ..., Ratna Kurniasari, FIB UI, 2014