PEMBERIAN TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn. S DENGAN HIPERTENSI DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO
DI SUSUN OLEH : ANITA PURNAMA DEWI NIM. P11. 067
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 i
PEMBERIAN TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn. S DENGAN HIPERTENSI DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO
Karya Tulis Iilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH :
ANITA PURNAMA DEWI NIM. P11. 067
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dam karuia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul PEMBERIAN TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN TN S DENGAN HIPERTENSI DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan dukungan dari pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhomat: 1.
Atiek Murhayati.S,Kep.,Ns.,M.Kep,selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan, sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing dengan cermat serta member masukan,inspirasi perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya tugas akhir dan memberi kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2.
Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Sekertaris Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberi kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta dan selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan dengan cermat, memberikan inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan demi sempurnanya studi kasus ini.
v
3.
Joko Kismanto S.Kep.,Ns selaku dosen penguji yang telah memberikan selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan dengan cermat, memberikan inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan demi sempurnanya studi kasus ini.
4.
Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
5.
Kedua orang tua saya, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
6.
Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual. Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
vi
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ....................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................
v
DAFTAR ISI ...................................................................................................
vii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Tujuan Penelitian ..................................................................
4
C. Manfaat Penelitian ................................................................
4
LANDASAN TEORI ...................................................................
6
A. Hipertensi ..............................................................................
6
1.
Pengertian Hipertensi .....................................................
6
2.
Penyebab Hipertensi ......................................................
8
3.
Manifestasi Klinis ..........................................................
11
4.
Pemeriksaan Penunjang .................................................
12
5.
Komplikasi .....................................................................
13
6.
Pengobatan .....................................................................
14
B. Asuhan Keperawatan ............................................................
17
C. Pengertian Tekanan Darah ....................................................
25
D. Terapi Rendam Kaki Air Hangat ..........................................
27
vii
BAB III
BAB IV
BAB V
E. Asuhan Keperawatan Hipertensi ...........................................
19
LAPORAN KASUS .....................................................................
28
A. Identitas Klien .......................................................................
28
B. Pengkajian .............................................................................
28
C. Daftar Perumusan Masalah ...................................................
34
D. Perencanaan ...........................................................................
35
E. Implementasi .........................................................................
36
F. Evaluasi Keperawatan ...........................................................
43
PEMBAHASAN ..........................................................................
46
A. Pengkajian .............................................................................
46
B. Perumusan Masalah ...............................................................
47
C. Intervensi ...............................................................................
51
D. Implementasi .........................................................................
53
E. Evaluasi .................................................................................
63
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................
66
A. Kesimpulan ...........................................................................
66
B. Saran ......................................................................................
67
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi tekanan darah seseorang berada di atas angka normal yaitu 120/80 mmHg. Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan penanggulangan yang baik (Susilo Y, 2011). Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan systole dan diastole mengalami kenaikan yang melebihi batas normal tekanan systole diatas 140 mmHg dan diastole diatas 90 mmHg (Murwani A, 2011). Pada tahun 2006, hipertensi menempati urutan kedua penyakit yang paling sering diderita pasien oleh pasien rawat jalan Indonesia (4, 67%) setelah ISPA (9, 32%). Berdasarkan penelitian tahun 1975 diketahui bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia adalah (7, 1%) dengan (6, 6%) pada wanita dan (7, 6%) pada pria. (Lubis Devi, 2008). Sedangkan pada survei faktor risiko penyakit kardiovaskuler, prevalensi hipertensi di Indonesia meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Nigrum A, 2012). Pada saat ini, nilai atau batasan hipertensi sudah berubah, seseorang dikatakan memiliki tekanan darah normal bila tekanan darahnya kurang dari 120/80 mmHg. Orang yang sudah menjelang hipertensi atau prehipertensi adalah mereka yang memiliki tekanan darah 120 – 139/80-99 mmHg. Sedangkan orang yang mengalami hipertensi juga dapat dibedakan
1
2
berdasarkan derajat ketinggiannya. Hipertensi derajat 1 adalah mereka yang memiliki tekanan darah 140-159/90-99 mmHg. Hipertensi derajat 2 adalah orang-orang yang memiliki tekanan darah lebih dari 160/90 mmHg (Dewi R, 2013). Pengobatan awal pada hipertensi sangatlah penting karena dapat mencegah timbulnya kompikasi pada beberapa organ tubuh seperti jantung, ginjal, dan otak. Untuk pengobatan hipertensi tidak hanya mengunkan obat obatan, karena menimbulkan efek samping yang sangat berat, selain itu menimbulkan ketergantungan apabila penggunaan obat dihentikan dapat menyebabkan peningkatan resiko terkena serangan jantung atau stroke (Surendra F, 2007). Hipertensi dapat diobati secara farmakologis dan non farmakologis. Pengobatan secara farmakologis biasanya menggunakan obat-obatan yang mempunyai efek samping. Pengobatan non farmakologis adalah pengobatan yang berasal dari bahan-bahan alami, biasanya bahan-bahan ini mudah didapatkan dan biayanya relatif murah. Pengobatan dengan buah mengkudu, daun salam, rumput laut, mentimun, temu hitam, bawang putih, jantung pisang, terapi dengan aroma mawar atau lavender, dan dapat juga menggunakan terapi rendam kaki dengan air hangat (Susilo Y, 2011). Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh. Pertama berdampak pada pembuluh darah dimana hangatnya air membuat sirkulasi darah menjadi lancar, yang kedua adalah faktor pembebanan di dalam air yang menguntungkan otot-otot dan ligament yang mempengaruhi
3
sendi tubuh (Hambing A, 2000). Menurut Peni (2008) penderita hipertensi dalam pengobatannya tidak hanya menggunakan obat-obatan, tetapi bisa menggunakan alternatif non-farmakologis dengan menggunakan metode yang lebih murah dan mudah yaitu dengan menggunakan terapi rendam kaki air hangat dapat digunakan sebagai salah satu terapi yang dapat memulihkan otot sendi yang kaku serta dapat menurunkan tekanan darah apabila dilakukan secara memalui kesadaran dan kedisiplinan (Madyastuti L, 2011). Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana terapi rendam kaki menggunakan air hangat terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi. Hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 10 – 12 April 2014, hasil observasi diketahui bahwa di RSUD Sukoharjo Ruang Flamboyan terdapat 3 pasien Hipertensi. Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat bahwa terapi rendam kaki dengan air hangat belum pernah diterapkan sebagai salah satu cara menurunkan tekanan darah dan pada umumnya hanya dengan terapi farmakologis yaitu dengan obat-obatan. Terapi rendam kaki merupakan tindakan yang bisa dilakukan oleh perawat dan bahkan oleh pasien atau keluarga pasien. Pada pasien Tn. S di Ruang Flamboyan RSUD Sukoharjo pada saat dikaji oleh penulis sudah di rawat selama 1 hari. Saat masuk tekanan darah 200/120 mmHg dan pada saat dikaji penulis tekanan darahnya 190/100 mmHg serta diberikan obat injeksi furosemid 40mg/24jam. Hal tersebut menunjukkan adanya penurunan TD yang segnifikan tetapi belum begitu optimal. Mengingat bahwa terapi obat hipertensi adalah jangka
4
panjang dan akan mengakibatkan efek terhadap tubuh, maka penulis tertarik untuk menganalisa aplikasi riset tentang rendam kaki dengan air hangat pada pasien Tn. S yang sedang mengalami Hipertensi. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Memberikan terapi rendam kaki air hangat pada Tn.S dengan Hipertensi di RSUD Sukoharjo 2. Tujuan khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. S dengan Hipertensi b. Penulis mampu merumuskan diagnosakeperawatan pada Tn. S dengan Hipertensi c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan Keperawatan pada Tn. S Hipertensi d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. S dengan Hipertensi e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. S Hipertensi f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian terap rendam kaki air hangat pada Tn. S dengan Hipertensi
C. Manfaat Penulisan Manfaat penulisan ini dimaksudkan memberikan kontribusi laporan kasus bagi pengembangan praklik keperawatan dan pemecahan masalah khususnya dalam bidang atau profesi keperwatan.
5
1. Manfaat Umum Karya tulis ini di harapkan dapat memberikan informasi mengenai hipertensi pada masyarakat umum sehingga masyarakat dapat lebih waspada terhadap penyebab dan faktor resiko yang berhubungan dengan penyakit ini sehingga dapat mencegah terjadinya hipertensi. 2. Manfaat praktis a. Bagi Perawat atau Profesi Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya tenaga perawat dalam rangka meningkatkan mutu pemberian asuhan keperawatan. b. Bagi instansi Pendidikan Sebagai bahan acuan bagi pengembangan kurikulum pendidikan kesehatan agar pendidikan senantiasa peka terhadap kenyataan yang ada di lapangan. c. Bagi Pasien 1) Diketahuinya
terapi
rendam
air
hangat
akan
mampu
menurunkan tekanan darah minimal selama 20 hari dan dilakukan rutin setiap pagi. 2) Dapat di minimalkan efek dari obat farmakologis 3) Dapat
mempercepat
perubahan
tekanan
dikombinasikan dengan obat farmakologis.
darah
jika
BAB II TINJAUAN TEORI
A. HIPERTENSI 1. Pengertian Hipertensi Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) mencapai 140 mmHg, dan angka bawah (diastolic) mencapai diatas 90mmHg pada pemriksaan tekanan darah (Ratna D, 2013). Definisi hipertensi atau darah tinggi secara umum adalah dimana tekanan darah berada di atas batas normal. Hipertensi disebut juga pembunuh gelap atau silent killer, karena hipertensi bias terjadi secara tiba-tiba tanpa adanya gejala terlebih dahulu (Yekti S dan Ari W, 2011). Hipertensi (HTN) didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah arterial abnormal yang langsung terus menerus (Valentia L:edisi 2). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole mengalami kenaikan yang melebihi batas normal (tekanan systole di atas 140 mmHg, diatas 90 mmHg).Berdasarkan tinggi rendahnya diastolik maka dapat. Penyakit darah tinggi atau hipertensi di kelomokkan dalam 2 tipe klasifikasi, yaitu :
6
7
a. Hipertensi Primary Adalah suatu kondisi diman terjadi tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. b. Hipertensi Secondary Adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengaami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan system hormone tubuh (Ratna D, 2013). Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa di atas 18 tahun Klasifikasi Tekanan Darah
Tekanan Sistolik dan Diastolik (mmHg)
Normal
Sistol < 120 dan Diastol <80
Prehipertensi
Sistol 120 – 139 dan Diastol 80 – 89
Hipertensi stadium I
Sistol 140 – 159 dan Diastol 90 – 99
Hipertensi stadium II
Sistol > 160 dan Diastol >100
Sumber : JNC 7 (The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Nlood Pressure)Tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal setidaknya diukur pada tiga kesempatan dengan perbedaan waktu.
8
Tabel 2.2 Klasifikasi tekanan darah menurut WHO Klasifikasi Optimal Normal Normal tinggi
Tekanan Darah systole (mmHg) <120 <130 130-139
Tekanan Darah Diastole (mmHg) <80 <85 85-89
Tingkat 1 (hipertensi 140-159 ringan) 140-149 Sub group pembatasan
90-99 90-94
Tingkat sedang)
2
(hipertensi
160-179
100-109
Tingkat berat)
3
(hipertensi
≤180
≤110
Hipertensi systole ≤140 <90 terisolasi 140-149 <90 Sub group perbatasan Menurut WHO dan ISH (1999) batasan hipertensi ditetapkan > 140/90 mmHg. 2. Penyebab Hipertensi Menurut Menurut Murwani. A (2011) penyebabnya ada 2 jenis yaitu: a. Hipertensi primer (esensial) yaitu : Keturunan, umur, psikis. b. Hipertensi sekunder Penyakit gagal ginjal, Tumor dalam rongga kepala, Penyakit saraf, Toxemia gravidarum.
9
c. Faktor yang menunjang Adalah riwayat penyakit system kardiovaskuler aatu ginjal sebelumnya, obesitas, aktivitas yang terlalu melelahkan (gerak badan), emosional / ketegangan mental, umur semakin tua semakin bertambah desakan (50– 60). Menurut Ruhyanudin (2007), penyebab hipertensi adalah: a. Hipertensi esensial atau primer adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui, hipertensi esensial kemungkinan disebabkan oleh beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatkan tekanan darah. b. Hipertensi sekunder adalah penyebabnya adalah penyakit ginjal. c. Stress d. Obesitas e. Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) f. Alkohol g. Garam berlebih dalam makanan Sedangkan menurut Smeltzer (2002), dan Soeparman (1998) etiologi hipertensi adalah a. Diit Diit yang dapat meningkatkan prevelensi hipertensi, diantaranya asupan garam yang berlebihan dan asupan asam lemak jenuh tinggi yangbanyak mengandung kolesterol.
10
b. Faktor stress Hubungan antara stress dan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatik yang meningkatkan secara intermiten. Apabila stress berkepanjangan akan berakibat tekanan darah tetap tinggi. c. Obesitas atau kegemukan Ciri khas penderita hipertensi adalah kegemukan, curah jantung dan sirkulasi volume darah meningkat. Penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibanding dengan penderita yang berat badannya normal. d. Merokok Secara pasti belum diketahui hubungan antara rokok dengan hipertensi. Seorang yang merokok lebih dari satu bungkus sehari menjadi dua kali lebih rentan dari pada mereka yang tidak merokok. e. Alkohol Peminum alkohol berat cenderung terkena hipertensi walaupun mekanisme timbulnya belum diketahui secara pasti. f. Konsumsi kopi yang berlebihan Kopi mengandung cafein, apabila tubuh banyak mengkonsumsi cafein maka dapat merangsang kerja jantung semakin cepat sehingga meningkatkan sirkulasi darah dan menyebabkan tekanan darah meningkat. g. Genetik atau keturunan Peran faktor genetik terhadap hipertensi dibuktikan bahwa kejadian hipertensi
lebih
banyak
dijumpai
pada
penderita
kembar
11
monozygotdaripada
heterozygot,
apabila
salah
satu
diantaranya
menderita hipertensi maka yang satunya akan menderita hipertensi juga. h. Asupan natrium meningkat Asupan garam meningkatkan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Asupan garam 5-15 gram per hari dapat meningkatkan prevalensi hipertensi hingga mencapai 5-20%.
3. Manifestasi Klinis Menurut Yekti. S (2011) tanda dan gejala yang muncul pada hipertensi antara lain : a. Nyeri kepala/ sakit kepala b. Kelelahan, lemah, lesu c. Mual muntah d. Mata berkunang-kunang/ gangguan penglihatan e. Kepucatan f. Berkeringat g. Tachicardi h. Sesak nafas i. Gemetar j. Pusing dan kesemutan Menurut Dewi. R (2013) tanda dan gejala yang akan muncul pada pasien hipertensi adalah a. Penglihatan kabur karena kerusakan retina
12
b. Nyeri kepala c. Mual dan muntah akibat meningkatnya tekanan intra cranial d. Edema dependent e. Adanya pembengkakan karena meningkatnya tekanan kapiler
4. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang pada klien dengan hipertensi adalah sebagai berikut : a. Hematokrit pada penderita hipertensi kadar hematokrit dalam darah meningkat seiring dengan meningkatnya kadar natrium dalamdarah. Pemeriksaan
hematokrit
diperlukan
juga
untuk
mengikuti
perkembangan pengobatan hipertensi. b. Kalium serum Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi. c. Kreatinin serum Hasil yang didapatkan dari pemeriksaan kreatinin adalah kadar kreatinin dalam darah meningkat sehingga berdampak pada fungsi ginjal. d. Urinalisa Darah, protein, glukosa mengisyarat kan disfungsi ginjal dan / adanya diabetes.
13
e. Elektrokardiogram Pembesaran ventrikel kiri dan gambaran kardiomegali dapat dideteksi dengan pemeriksaan ini.Dapat juga menggambarkan apakah hipertensi telah lama berlangsung (Dewi. R , 2013). Menurut Murwani. A (2011) pemeriksaan yang harus dilakukan adalah : a. Mengukur tekanan darah pada kedua tangan kaetika pasien terlentang dan tegak setiap 1 – 2 jam sekali. b. Mengukur berat badan, tinggi badan (menentukan BB ideal, gemuk, obesitas). c. Pemeriksaan khusus 1) Jantung (pada gagal jantung kanan terjadi odema perifer, sesak nafas) 2) ECG 3) Foto Torax 4) EKG d. Pemeriksaan darah : kolesterol, gula darah, cratinin, ureum, lemak, elektrolit 5. Komplikasi a. MenurutMurwani. A (2011) komplikasi yang akan terjadi adalah sebagai berikut : 1) Pada ginjal akan terjadi hematuri, kencing sedikit 2) Pada otak akan menyebabkan stroke 3) Pada mata akan menyebabkan retinapati hipertensi
14
4) Pada jantung akan menyebabkan terjadi pembesaran ventrikel kiri dengan atau tanpa payah jantung, dan infak. b. Menurut Dewi. R (2011) orang yang mengidap penyakit tekanan darah tinggi berpotensi penyakit penyakitstoke, serangan jantung, gagal ginjal, kebutaan, payah jantung
6. Pengobatan Menurut Susilo. Y (2011) pengobatan pada hipertensi bertujuan mengurangi morbiditas dan mortalitas dan mengotrol tekanan darah. Dalam pengobatan hipertensi ada 2 cara yaitu pengobtan nonfarmakologik (perubahan gaya hidup) dan pengobatan farmakologik a. Pengobatan nonfarmakologik 1) Perubahan gaya hidup Gaya hidup yang baik dan sehat merupakan upaya untuk menghindari terjangkitnya hipertensi atau pun timbulya komplikasi. Pada hipertensi ringan dan sedang, seperti menghentikan merokok, olah raga secara teratur dandinamik (yang tidak memerlukan tenaga terlalubanyak), misalnya berenang, jogging, jalan kaki cepat, naik sepeda. Hipertensi berat seperti berhenti merokok, minum alkohol, menurunkan asupan garam perhari.
15
2) Diet hipertensi ringan (diit rendah garam 1) 1) Mengkonsumsi garam½sendok makan perhari, konsumsi kecap, MSG ½sendok makan perhari Hipertensi sedang (diit rendah garam II) 2) Mengkosumsi garam ¼ sendok makan perhari, Konsumsi kecap, MSG ¼sendok makan perhari Hipertensibarat (diit rendah garam III) 14 tidak boleh menkonsumsi garam, kecap MSG. 3) Upaya menghilangkan atau menghindari stress dapat dalakukan seperti : meditasi, yoga, hipnotis yang dapat mengontrol sistem saraf otonomdan menurunkan hipertensi. 4) Berat badan yang berlebihan atau obesitas merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi, sehingga upaya peurunan BB pada obesitas sangat penting. Disamping itu upaya menurunkan BB juga dapat meningkatkan efektivitas pengobatan farmakologis. b. Pengobatan farmakologik Menurut Susilo. Y dan Ari W (2011) pengobatan farmakologik pada setiap penderita hipertensi memerlukan pertimbangan berbagai faktor seperti beratnya hipertensi, kelainan organ dan faktor lain. Jenis obat anti-hipertensi yang sering digunakan adalah sebagai berikut : 1) Diuretik Adalah
obat
yang
memperbanyak
kencing,
mempertinggi
pengeluaran garam (NaCl). Dengan turunnya kadar Na+, maka tekanan darah akan turun, dan efek hipotensifnya kurang kuat. Obat
16
yang banyak beredar adalah spironolactone, HCT, chlortalidone, dan indopanide. 2) Alfa-blocker Adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa dan menyebabkan vasodilatasi perifer serta turunnya tekanan darah.Karena efek hipotensinya ringan sedangkan efek sampingnya agak kuat.Obat yang termasuk dalam jenis alfa-blocker adalah prazosin dan terazosin. 3) Beta-blocker Mekanisme kerja obat Beta-blocker belum diketahui dengan pasti.Diduga kerjanya berdasarkan beta blokase pada jantung sehingga mengurangi daya dan frekuensi jantung.Obat yang terkenal dari jenis beta-blocker adalah propanolol, atenolol, pindolol dan sebagainya. 4) Obat yang Bekerja Sentral Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan noradrenalin sehingga menurunkan aktivitas saraf adrenergic perifer dan turunnya tekanan darah.Penggunaan obat ini perlu memperhatikan efek hipotensi ortostatik.Obat yang termasuk dalam jenis ini adalah clonidine, gauanfacine, dan metildopa. 5) Vasodilator Obat vasodilator dapat langsung mengembangkan dinding arteriole sehingga daya tahan pembuluh perifer berkurang dan tekanan darah
17
menurun.Obat yang termasuk dalam jenis ini adalah Hidralazinedan Ecarazine. 6) Antagonis Kalsium Mekanisme obat antagonis kalsium adalah menghambat pemasukan ion kalsium ke dalam sel otot polospembuluh dengan efek vasodilatasi dan turunnya tekanan darah.Obat jenis antagonis kalsium adalah nifedipin dan verapamil. 7) Penghambat ACE Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanna darah dengan cara menghambat
Angiotension
converting enzyme
yang berdaya
vasoikonstriksi kuat.Obat jenis ini yang popular adalah captopril (Ccpoten) dan enalapril. B. ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI Asuhan keperawatan adalah kegiatan professional perawat dinamis, membutuhkan kreativitas dan berlaku rentang kehidupan dan keadaan. Adapun tahap dalam melakukan keperawatan itu yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, rencanan, implementasi, evaluasi. 1. Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan sehingga tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya (Rohma dan Walid, 2012).Pada pemeriksaan riwayat kesehatan pasien, biasanya didapat adanya riwayat peningkatan tekanan darah, adanya riwayat
18
keluarga dan penyakit yang sama, dan riwayat meminum obat anti hipertensi. 2. Dasar-Dasar Pengkajian a. Aktivitas / Istirahat 1) Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton 2) Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea b. Sirkulasi 1) Gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, dan penyakit serebrovaskuler. Dijumpai pula episode palpitasi serta perspirasi 2) Tanda : kenaikan tekanan darah (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah) diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Hipotensi postural mungkin berhubungan dengan regimen obat. 3) Nadi : denyut jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyutan radialis/brakhialis : denyut (popliteal, tinialis posterior, dan pedialis) tidak teraba atau lemah. 4) Denyut apical : PMI kemungkinan bergeser atau sangat kuat. 5) Frekuensi/irama: takikardia, berbagai disritmia. 6) Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini), dan S4 (pengerasan ventrikel kiri/hipertropi ventrikel kiri). 7) Murmur stenosis valvular
19
8) Desiran
vaskuler
terdengar
diatas
karotis,
vemoralis,
atau
epigastrium (strenosis arteri). 9) DJV (distensi vena jugularis dan kongesti vena) 10) Ekstremitas : perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontriksi periver); pengisian/tertunda (vasokontriksi) 11) Kulit pucat, sianosis, dan diaphoresis (kongesti, hipoksemia). Bisa juga kulit berwarna kemerahan (feokromositoma) c. Integritas Ego 1) Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marakronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Selain itu, juga ada faktor-faktor multiple seperti hubungan, keuangan, atau halhal yang berkaitan dengan pekerjaan. 2) Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak, gerak tegang (khususnya sekitar mata), gerak fisik cepat, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara. d. Eliminasi Gejala: adanya gangguan ginjal saat ini atau yang telah lalu seperti infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu. e. Makanan/Cairan 1) Gejala: a) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan tinggi kolesterol (seperi makanan yang
20
digoreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam dan kandungan tinggi kalori b) Mual muntah c) Perubahan berat badan (meningkat/turun) d) Riwayat penggunaan obat diuretic 2) Tanda: a) BB normal atau obesitas, bisa juga mengalami obesitas b) Adanya edema (mungkin umum atau edema tertentu) f. Neurosensori Gejala :Keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam) g. Hipertensi 1) Gejala a) episode kebas atau kelemahan pada satu sisi b) gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur) c) episode epistaksis 2) Tanda a) Status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola atau isi bicara, afek, proses piker, atau memori b) Respons motorik :penggunaan kekuatan genggaman tangan atau reflex tendon dalam. Perubahan-perubahan retinal optic (dari peyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik
21
dengan edema, eksudat, dan hemoragik tergantung pada berat atau lamanya hipertensi h. Nyeri/ketidaknyamanan Gejala:Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen i. Pernapasan Gejala:Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok Tanda :Distress respirasi/penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis j. Keamanan Gejala: Gangguan koordinasi, cara jalan Tanda : Episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural k. Pembelajaran / Penyuluhan Gejala: Faktor resiko keluarga; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM, penyakit ginjal. Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon 3. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi actual/potensial) dari individu atau kelompok teman perawat secara legal mengidentifikasi dan perawat memberikan intervensisecara pasti untuk menjaga status
22
kesehatan atau untuk mengurangi, atau mencegah perubahan (Rohma dan Walid, 2012). a. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan agen cidera biologis (adanya peningkatan tekanan vaskuler serebral b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang privasi d. kurang pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit (Ardiansyah M, 2012 ) 4. Intervensi Keperawatan Dx. 1 Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan agen cidera biologis (adanya peningkatan tekanan vaskuler serebral. Tujuan :Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam. Kriteria hasil : a. Mampu mengontrol nyeri (tau penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri) b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas frekuensi dan tanda nyeri) d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Intervensi : a. Lakukan pengkajian nyeri secara kompherhensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi
23
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan c. Kurangi factor presipitasi nyeri d. Ajarkan tentang teknik non farmakologi e. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Dx. 2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum Tujuan :Tidak terjadi intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Kriteria hasil : a. Tidak terjadi peningkatan tekanan darah, nadi, dan pernafasan b. Mampu melakukan ADL secara mandiri c. TTV dalam batas normal d. Mampu berpindah tanpa dengan atau bantuan alat e. Sirkulasi status baik Intervensi a. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan b. Berikan doronganuntuk aktivitas / perwatan diri bertahap jika dapat di toleransi c. Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan d. Kaji respon pasien terhadap akivitas e. Monitor adanya pusing f. Observasi TTV tiap 2 jam
24
Dx. 3 Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang privasi Tujuan :Tidak terjadi gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Kriteria hasil : a. Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat 6-8 jam per hari b. Tampak dapat istirahat dengan cukup c. TTV dalam batas normal Intervensi : a. Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman b. Berikan kesempatan klien untuk istirahat/ tidur c. Evaluasi tingkat stress d. Monitor keluhan nyeri e. Lengkapi jadwal tidur secara teratur f. Kolaborasi dengan obat sesuai indikasi Dx.
4
Kurangnya
pengetahuan
tentang
pengelolaan
hipertensi
berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri Tujuan : pasien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi Kriteria Hasil : a. Pasien memahami proses penyakit dan penatalaksanaan b. Mampu mengidentifikasi efek samping obat komplikasi serta c. Mampu memepertahankan tekanan darah dalam rentan normal
25
Intervensi : a. kaji kesehatan pasien dan keluarga untuk mempelajari lebih dalam tentang gangguan yang dialami b. Diskusikan definisi batasan tekanan darah normal, jelaskan apa itu hipertensi dan efek terhadap jantung, pembuluh darah, serta otak c. Hindari mengatakan tekanan darah normal (Ardiansyah M, 2012 )
C. PENGERTIAN TEKANAN DARAH Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Darah yang dengan lain cara beredar ke seluruh tubuh berfungsi sangat penting sebagai media pengangkut oksigen serta zat – zat lain yang diperlukan bagi kehidupan sel-sel tubuh. Selain itu, darah juga berfungsi sebagai sarana pengangkut sisa hasil metabolisme yang tidak berguna lagi.Istilah “tekanan darah” berarti tekanan pada pembuluh nadi dari peredaran darah sistemik di dalam tubuh manusia.Tekanan darah dibedakan antara tekanan sistolik dan tekanan diastolik.Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada waktu jantung menguncup (sistole).Adapun tekanan darah distolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengndor kembali (diastole).Dengan demikian, jelaslah bahwa tekanan darah sistolik lebih tinggi dari pada tekanan diastolic. Tekanan darah manusia senantiasa
26
berayun-ayun antra tinggi dan rendah sesuai dengan detak jantung (L Gunawan , 2004). Tekanan darah adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung memompakan keseluruh tubuh.Umumnya semakin rendah tekanan darah, semakin sehat anda untuk jangka panjang (kecuali dalam kondisi tertentu ketika tekanan darah sangat rendah merupakan bagian suatu penyakit). Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik.Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat.Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90.Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2001). Menurut Hayens (2003), tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam proses ini dimana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan darah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat. Sementara itu Palmer (2007) menyatakan bahwa tekanan darah diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg).
27
D. TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT Secara ilmiah terapi rendam kaki air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh.Pertama berdampak pada pembuluh darah dimana hangatnya air membuat sirkulasi darah menjadi lancar, yang kedua adalah faktor pembebanan di dalam air yang menguntungkan otot-otot dan ligament yang mempengaruhi sendi tubuh (Hambing A, 2000). Menurut Peni (2008) penderita hipertensi dalam pengobatannya tidak hanya menggunakan obatobatan, tetapi bisa menggunakan alternatif non-farmakologis dengan menggunakan metode yang lebih murah dan mudah yaitu dengan menggunakan terapi rendam kaki air hangat dapat digunakan sebagai salah satu terapi yang dapat memulihkan otot sendi yang kaku serta dapat menurunkan tekanan darah apabila dilakukan secara memalui kesadaran dan kedisiplinan (Madyastuti L, 2011).
BAB III LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien Asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 10 April 2014 sampai 12 April 2014 dengan metode pengkajian autoanamnesa dan alloanamnesa, dan didapat data sebagai berikut : identitas pasien Tn S, umur 80 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama islam, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan buruh, alamat Pasekan, Combangan, Sukoharjo, nomer rekam medic 3643xx. Masuk pada tanggal 9 April 2014 jam 20.00 WIB. Dengan diagnosa hipertensi, yang bertanggung jawab atas klien adalah anaknya bernama Ny R, umur 35 tahun, bekerja sebagai ibu rumah tangga, pendidikan SMA, dan alamat sama dengan klien yaitu Sukoharjo.
B. Pengkajian 1. Riwayat Kesehatan Klien Dari hasil pengkajian yang dilakukan dengan metode alloanamnesa dan autoanamnesa pada tanggal 10 April 2014 pukul 08.00 WIB keluhan utama dari hasil pengkajian yang dilakukan keluhan utama yang dirasakan klien adalah pusing dan kepala cengeng. Adapun riwayat pengkajian saat ini pasien mengatakan mulai dari kemarin kepalanya cekot-cekot di kepala klien mengatakan pusing bila digunakan untuk bergerak, leher cengeng. Kepala pusing seperti ditusuk-tusuk, pada bagian kepala belakang, skala
28
29
nyeri 7, nyeri hilang timbul saat bergerak, klien mengatakan setelah beraktivitas berdebar-debar. Tekanan darah 180/90 mmHg, frekuensi nadi 98 kali per menit, suhu 36,5 derajad celcius, frekuensi pernafasan 26 kali per menit, klien kadang terlihat memegang kepala danklien langsung dibawa ke IGD RSUD Sukoharjo kemudian opname di bangsal Flamboyan. Riwayat penyakit dahulu klien mengatakan bahwa pernah dirawat di rumah sakit dikarekan pada waktu kecil pernah sakit demam berdarah. Riwayat penyakit keluarga klien mengatakan dalam keluarganya tidak mempunyai atau menderita penyakit keturunan seperti diabetes militus, hipertensi dan jantung, klien juga mengatakan dalam kelaurganya tidak ada yang mempunyai atau menderita penyakit menular, seperti hepatitis dan TBC. Genogram
Gambar 3.1
30
Keterangan : :Laki-laki : Perempuan : Pasien laki-laki : Meninggal dunia : Tinggal 1 rumah
2. Pola pengkajian pola kesehatan fungsional Pola persepsi klien mempunyai kebiasaan ke dokter apabila memiliki keluhan kesehatan. Klien mengatakan tekanan darahnya sering tinggi. Pola nutrisi metabolisme sebelum sakit frekuensi makan sebanyak 3 kali dalam sehari, jenis nasi, lauk, sayur, dan susu, porsinya sekali makan habis tanpa sisa, tidak mempunyai keluhan. Selama sakit frekuensi makan sebnyak 3 kali dalam sehari, jenis makanan diit hipertensi, porsinya sekali makan habis. Pola eliminasi sebelum sakit frekuensi BAK sebanyak 4 sampai 5 kali dalam sehari, jumlah urin kurang lebih sebanyak 25 sampai 50cc per BAK, warnanya kuning jernih, dan tidak mempunyai keluhan. Selama sakit frekuensi BAK sebanyak 4 sampai 5 kali dalam sehari, jumlah urin kurang lebih sebanyak 25 sampai 50cc per BAK, warnanya kuning jernih,dan tidak ada keluhan. Sebelum sakit frekuensi BAB sebanyak 2 kali dalam sehari, konsistensi padat lembek, dan berbau khas. Selama sakit
31
BAB sebanyak 1 kali dalam sehari, konsistensi padat lembek, dan berbau khas. Pola aktivitas dan latihan sebelum sakit kemampuan perawatan diri seperti makan/minum, toileting, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah, ambulasi/ROM selalu dilakukan sendiri tanpa bantuan keluarga. Selama sakit kemampuan perawatan diri seperti makan/minum, toileting, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah, ambulasi/ROM selalu dilakukan dengan bantuan orang lain atau keluarga. Pola istirahat tidur sebelum sakit jumlah tidur siang kurang lebih 2 jam, jumlah tidur malam kurang lebih 7 sampai 8 jam per hari, tidak mempunyai keluhan, tidurnya selalu nyenyak. Selama sakit tidur siang kurang lebih 1 jam, jumlah tidur malam kurang lebih 4 sampai 5 jam per hari, mengeluh tidak bisa tidur karena merasakan nyeri kepela atau pusing, sering terbangun pada malam hari keluhannya merasa lelah. Pola kongnitif – perseptual sebelum sakit, klien dapat berbicara dengan lancar, indera pengecapan tidak ada gangguan, tetapi pandangan sedikit kabur dan pendengaran berkurang. Selama sakit, klien mengatakan bahwa telinga terkadang berdenging dan indera pengecapan terasa pahit. Pola persepsi dan konsep diri gambaran diri klien memandang dirinya sebagai seorang laki-laki, berkulit sawo matang, berrambut kriting, dan warna rambut sudah mulai putih, klien juga megetahui kalau dirinya sedang sakit dan membutuhkan pengobatan agar cepat sembuh. Ideal diri klien mengatakan merasa diperlakukan dengan baik oleh perawat dan
32
mendapat perhatian dari keluarganya. Harga diri klien megatakan ingin cepat sembuh dan ingin pulang ke rumah. Peran diri klien mengatakan sebagai kepala keluarga. Identitas diri pasien bernama Tn S dengan umur 80 tahun, dan tinggal di Sukoharjo. Pola hubungan peran klien mempunyai hubungan yang harmonis baik dengan keluarga maupun masyarakat sekitar. Pola seksualitas reproduksi klien mengatakan dirinya seorang lakilaki, dan seorang ayah dari anak-anaknya. Pola mekanisme kopping klien mengatakan jika memunyai masalah selalu membicarakan dengan keuarga dan mencari jalan keluar bersamasama. Pola nilai dan keyakinan sebelum sakit, klien rajin menjalankan sholat 5 waktu. Selama sakit, klien hanya mampu berdoa. 3. Hasil pemeriksaan fisik Keadaan
kepala/penampilan
umum
kesadaran
composmentis,
tekanan darah 180/90 mmHg, frekuensi nadi 98 kali per menit, suhu 36,5 derajad celcius, frekuensi pernafasan 26 kali per menit Kepala bentuk kepala bulat, tidak ada lesi, kulit kepala bersih, rambut berwara putih dan mulai rontok. Pada mata palpebra tampak kehitaman, konjungtiva tidak anemis, skelera non ikterik, pupil isokor, diameter kanan kiri simetris, reflek terhadap cahaya baik, pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Hidung bersih tidak ada polip, mulut tidak ada stomatis kebersihan cukup. Gigi sudah tidak lengkap banyak
33
yang sudah tanggal/ompong dan ada beberapa gigi palsu. Telinga bersih tidak ada serumen. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid. Dari pemeriksaan paru didapatkanhasil inspeksi pengembangan dada kanan dan kiri sama, palpasi vokal fremitus kanan dan kiri sama pada paru, perkusi sonor di semua lapang paru, auskultasi suara nafas vesikuler. Pemeriksaan jantung didapatkan hasil inspeksi ictus cordis tidak tampak, palpasi sonor, perkusi hasilnya pekak dan auskultasi bunyi jantung I dan bunyi jantung II murni tidak terdengar suara tambahan. Pada pemeriksaan abdomen hasil inspeksi simetris, auskultasi hasilnya peristaltik usus 14 kali per menit, perkusi hasilnya timpani, dan palpasi abdomen tidak terdapat nyeri tekan pada ulu hati. Pemriksaan genetalia didapatkan hasil bersih, tidak terpasang selang pipis atau DC. Rektum bersih, tidak iritasi, tidak ada benjolan hemoroid. Ekstremitas atas pada tangan kanan terpasang infus RL 20 tetes permenit. Bawah pada kaki kekuatan otot penuh normal tidak ada kelainan. 4. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 10 April 2014 didapatkan hasil hematologi : hemoglobin dengan hasil 12,6 gr/dl (normalnya 13,5 sampai 17,5), hematokrit dengan hasil 40% (normalnya 33 sampai 45), leukosit dengan hasil 6,3 ribu/ul (normalnya 4,5 sampai 11,0), trombosit dengan hasil 439 ribu/ul (normalnya 150 sampai 450), eritrosit dengan hasil 5,7 juta/ul (normalnya 4,50 sampai 5,90). Pemriksaan kimia GDS
34
dengan hasil 110 mg/dL (normalnya 72 sampai 120), SGOT dengan hasil 11 u/L (normalnya 14 sampai 16), SGPT dengan hasil 10 g/dL (normalnya 20 sampai 25), ureum dengan hasil 34mg/dL (normalnya kurang dari 50), creatinin dengan hasil 1,0 mg/dL (normalnya 0,8 sampai 1,3). Pemriksaan elektrotit natrium darah dengan hasil 185 mmol/L (normalnya 136 sampai 145), kalium darah dengan hasil 80 mmol/L (normalnya 136 sampai 145), clorida darah dengan hasil 101 mmol/L (normalnya 136-145). Terapi yang di dapatkan klien pada tanggal 10 sampai 12 April 2014 adalah infus RL 20 tetes per menit, minum obat captopril 2x12,5 mg, injeksi alinamin 25mg per 24 jam, ranitidin 25 mg per 12 jam, furosemid 40 mg per 12 jam melalui intra vena.
C. Daftar Perumusan Masalah Pada tanggal 10 April 2014, jam 07.30 WIB Diagnosa pertama didapat nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis. Didapat data subyektif
klien mengatakan kepala pusing bila
digunakan untuk bergerak, leher cengeng. Data obyektif
kepala pusing
seperti ditusuk-tusuk, pada kepala bagian belakang, skala nyeri 7, nyeri hilang timbul saat bergerak. Tekanan darah 180/90 mmHg, frekuensi nadi 98 kali per menit, suhu 36,5 derajad celcius, frekuensi pernafasan 26 kali per menit, klien tampak meringis kesakitan, kadang terlihat memegang kepala. Diagnosa kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum. Didapat data subyektif klien mengatakan tidak dapat melakukan
35
aktivitas sendirian harus dibantu oleh orang lain, merasa badannya lemah. Data obyektif klien tampak terbaring lemah di tempat tidur, tampak istri klien membantu klien dalam beraktivitas seperti makan, toileting dan lain-lain, tekanan darah 180/90 mmHg, frekuensi nadi 98 kali per menit, suhu 36,5 derajad celcius, frekuensi pernafasan 26 kali per menit. Diagnosa ketiga gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang privasi. Didapat data subyektif klien mengatakan kurang puas tidur, tidurnya tidak nyenyak, sering terjaga. Data obyektif tampak palpebra klien berwarna kehitaman, wajah klien tampak lusuh kurang tidur.
D. Perencanaan Setelah di lakukan tindakan keperwatan selama 3x24 jam diharapkan klien dapat mengontrol nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang dengan kriteria hasil pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala, pasien tampak nyaman, tanda-tanda vital dalam batas normal. Intervensi pertahankan kaji skala nyeri, observasi tanda-tanda vital berikan lingkungan yang tenang, minimalkan gangguan lingkungan, bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan, beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti posisi nyaman, tehnik relaksasi, rendam kaki untuk merendahkan tekanan
darah,
hilangkan/minimalkan
vasokonstriksi
yang
dapat
meningkatkan sakit kepala misalnya mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk, kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi antiansietas (lorazepam, ativan, diazepam, valium).
analgesik,
36
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi intoleransi aktivitas dengan kriteria hasil klien dapat meningkatkan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan menunjukkan penurunan gejala–gejala intoleransi aktifitas. Intervensi berikan dorongan untuk aktifitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi, berikan bantuan sesuai kebutuhan, instruksikan pasien tentang penghematan energi, kaji respon pasien terhadap aktifitas, mengkaji adanya pusing atau nyeri kepala, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam, berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu istirahat yang tidak terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau sore. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien dapat memenuhi kebutuhan tidur dengan kriteria hasil, klien jarang terbangun pada malam hari, klien mudah tertidur tanpa merasa kesulitan, klien dapat bangun pada pagi hari dengan segar dan tidak merasa lelah. Intervensinya mengkaji pola tidur klien, bantu klien mengurangi nyeri sebelum tidur dan posisikan klien dengan nyaman untuk tidur, jaga lingkungan tenang misalnya mengecilkan suara radio atau televisi.
E. Implementasi Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis kepada klien pada tanggal 10 April 2014 untuk diagnosa pertama melakukan tindakan mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), respon subyektif klien mengatakan nyeri apabila banyak bergerak, kepala pusing seperti ditusuk-tusuk, pada kepala
37
bagian belakang, skala nyeri 7, nyeri hilang timbul saat bergerak, data obyektif klien tampak meringis kesakitan. Pukul 08.00 WIB menganjurkan klien untuk minum obat captopril 2x12,5 mg didapatkan respon subyektif klien mengatakan mau minum obat captopril 2x12,5 mg, respon obyektif klien tampak minum obat captopril 2x12,5 mg dengan air teh, pukul 08.00 WIB memberikan suntikan alinamin 25 mg per 24 jam, ranitidine 25 mg per 12 jam, furosemid 40 mg per 12 jam melalui intra vena respon subyektifnya klien mengatakan bersedia di suntik dan respon obyektifnya respon alinamin obat 25mg per 24 jam, ranitidine 25 mg per 12 jam, furosemid 40mg per 12 jam masuk lewat intra vena melalui selang infus. Pukul 08.20 WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil 180/90 mmHg, frekuensi nadi 98 kali per menit, suhu 36,3 derajad celcius, pernafasan 26 kali per menit. Pukul 08.50 WIB mengajarkan teknik rendam kaki dengan air hangat untuk menurunkan tekanan darah, respon subyektif klien mau mempraktikan apa yang diajarkan oleh perawat, respon obyektif klien tampak merendam kakinya. Pukul 09.00 WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil 180/90 mmHg, frekuensi nadi 88 kali per menit, suhu 36,5 derajad celcius, frekuensi pernafasan 22 kali per menit. Pukul 11.00 WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil tekanan darah 170/80 mmHg, frekuensi nadi
38
82 kali per menit, suhu 36 derajad celcius, frekuensi pernafasan 22 kali per menit. Pukul 12.00 WIB memberikan penjelasan bahwa klien tidak boleh mengejan ketika BAB, respon subyektif klien menjawab “iya”, respon obyektif klien tampak menganggukkan kepala tanda mengerti. Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis kepada klien pada tanggal 10 April 2014 untuk diagnosa kedua pukul 09.30 WIB menganjurkan kepada keluarga untuk menjaga lingkungan yang tenang, di dapatkan respon subyektif keluarga menuruti kata-kata perawat. Pukul 09.45 WIB mengkaji tingkat ketergantungan pasien dengan respon subyektifnya klien mengatakan aktivitas sehari-hari dibantu keluarga dan respon obyektifnya aktivitas seharihari tampak dibantu oleh keluarga. Pukul 11.00 WIB menganjurkan keluarga untuk membantu pemenuhan ADL klien dengan respon obyektif keluarga tampak kooperatif mengikuti saran perawat. Pukul 13.00 WIB menganjurkan kepada keluarga untuk mendekatkan alat yang dibutuhkan klien dengan respon subyektif keluarga mengatakan “iya” dan respon objektifnya klien tampak dapat mengambil barang yang dibutuhkan. Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis kepada klien pada tanggal 10 April 2014 untuk diagnosa ke tiga pukul 10.00 WIB peneliti melakukan tindakan menganjurkan kepada keluarga untuk menciptakan suasana yang tenang dan nyaman agar klien bisa beristirahat, respon klien subyektif mengerti dan menganjurkan keluarganya agar tidak berisik. Pukul 10.30 WIB mengkaji keluhan nyeri kepala, respon klien mengatakan masih merasakan nyeri pada kepala bagian belakang nyeri apabila banyak bergerak,
39
kepala pusing seperti ditusuk-tusuk, pada bagian kepala belakang, skala nyeri 7, nyeri hilang timbul saat bergerak. Pukul 11.00 WIB memberikan kesempatan klien agar beristirahat, respon klien tertidur di tempat tidurnya, pukul 12.00 WIB memberikan makan siang kepada klien, respon klien mengucapkan terimakasih. Pukul 12.30 WIB memotivasi agar klien beristirahat, didapatkan respon subyektif klien mengatakan “iya”. Tindakan keperawatan yang diilakukan penulis kepada klien pada tanggal 11 April 2014 untuk diagnosa pertama mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), respon klien mengatakan nyeri apabila banyak bergerak, kepala pusing seperti ditekan sudah berkurang, pada bagian kepala belakang, skala nyeri 5, nyeri hilang timbul saat bergerak. Pukul 07.30 WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil tekanan darah 170/90 mmHg, frekuensi nadi 80 kali per menit, suhu 36 derajad celcius, frekuensi pernafasan 24 kali per menit. Pukul 08.00 WIB menganjurkan klien untuk minum obat captopril 2x12,5 mg dan memberikan suntikan alinamin 25 mg per 24 jam, ranitidine 25 mg per 12 jam, furosemid 40 mg per 12 jam melalui intra vena respon subyektifnya klien mengatakan bersedia di suntik dan respon obyektifnya respon obat alinamin 25 mg per 24 jam, ranitidine 25 mg per 12 jam, furosemid 40 mg per 12 jam masuk lewat intra vena melalui selang infus. Pukul 08.05 WIB mengajarkan teknik rendam kaki dengan air hangat untuk menurunkan tekanan darah, respon subyektif klien mau mempraktikan apa yang diajarkan oleh perawat, respon obyektif klien tampak
40
merendam kakinya. Pukul 08.15 memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil 160/90 mmHg, frekuensi nadi 84 kali per menit, suhu 36,6 derajad celcius, frekuensi pernafasan 24 kali per menit. Pukul 09.00 WIB mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, respon subyektif klien mengatakan bersedia diajarkan teknik relaksasi nafas dalam, data obyektif klien tampak lebih rileks dengan skala nyeri turun menjadi 5, nyeri seperti ditekan, dirasakan di kepala bagian belakang, nyeri hilang timbul saat bergerak. Pukul 10.15 WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil 170/90 mmHg, frekuensi nadi 86 kali per menit, suhu 36,4 derajad celcius, frekuensi pernafasan 24 kali per menit. Pukul 12.15 WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil 160/90 mmHg, frekuensi nadi 88 kali per menit, suhu 36,5 derajad celcius, frekuensi pernafasan 26 kali per menit. Pukul 14.15 WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil 150/90 mmHg, frekuensi nadi 84 kali per menit, suhu 36,3 derajad celcius, frekuensi pernafasan 22 kali per menit. Tindakan keperawatan yang diilakukan penulis kepada klien pada tanggal 11 April 2014 untuk diagnosa ke dua pukul 09.15 WIB mengkaji respon ketergantungan klien terhadap aktivitas, respon subyektif klien
41
beraktivitas secara mandiri, data obyektif klien tampak melakukan akivitas secara mandiri. Pukul 09.20 WIB menganjurkan klien agar tidak banyak beraktifitas, respon subyektif klien mau menurut kepada perawat, pukul 10.00 WIB melibatkan keluarga dalam perawatan pasien respon klien keluarga kooperatif dan mau membantu merawat pasien sampai pasien sembuh dan keluarga tampak sabar dalam ayahnya. Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis kepada klien pada tanggal 11 April 2014 untuk diagnosa ke tiga pukul 10.00 WIB menciptakan suasana yang tenang dan nyaman agar klien bisa beristirahat, didapatkan data subyektif klien mengerti dan menyuruh keluarganya agar tidak berisik. Pukul 10.30 WIB mengkaji keluhan nyeri kepala, didapatkan respon subyektif klien mengatakan nyeri apabila banyak bergerak, kepala pusing seperti ditekan sudah berkurang, pada bagian kepala belakang, skala nyeri 5, nyeri hilang timbul saat bergerak dan data obyektif klien tampak memegangi kepalanya. Pukul 11.00 WIB memberikan kesempatan klien agar beristirahat, didapat data obyektif klien tertidur di tempat tidurnya. Pukul 12.00 WIB memberikan makan siang kepada klien, didapat data subyektif klien mengucapkan terimakasih, pukul 12.30 WIB memotivasi agar klien beristirahat, didapatkan respon klien mengatakan “iya”. Tindakan keperawatan yang diilakukan penulis kepada klien pada tanggal 12 April 2014 untuk diagnosa pertama mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), didapatkan respon subyektif klien mengatakan nyeri kepala berkurang, kepala pusing seperti ditekan sudah berkurang, pada bagian kepala
42
belakang, skala nyeri 3, nyeri hilang timbul saat bergerak, respon obyektif klien tampak rileks. Pukul 07.30 WIB memonitor tanda-tanda vital didapatkan respon subyektif klien mengatakan “iya”, respon obyektif tekanan darah 150/80 mmHg, frekuensi nadi 80 kali per menit, suhu 36 derajad celcius, frekuensi pernafasan 24 kali per menit. Pukul 08.00 menganjurkan klien untuk minum obat captopril 2x12,5 mg didapatkan respon subyektif klien mengatakan mau minum obat captopril 2x12,5 mg, respon obyektif klien tampak minum obat captopril 2x12,5 mg dengan air putih. Pukul 08.00 WIB memberikan suntikan alinamin 25 mg per 24 jam, ranitidin 25 mg per 12 jam, furosemid 40 mg per 12 jam melalui intra vena respon subyektifnya klien mengatakan bersedia di suntik dan respon obyektifnya respon obat alinamin 25 mg per 24 jam, ranitidin 25 mg per 12 jam, furosemid 40 mg per 12 jam masuk lewat intravena melalui selang infus. Pukul 08.15 WIB mengajarkan teknik rendam kaki dengan air hangat untuk menurunkan tekanan darah, didapatkan respon subyektif klien mau diajari teknik rendam kaki dengan air hangat, respon obyektif klien tampak merendam kakinya. Pukul 09.30 memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil 140/90 mmHg, frekuensi nadi 84 kali per menit, suhu 36,3derajad celcius, frekuensi pernafasan 24 kali per menit. Pukul 09.40 WIB mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, respon subyektif klien mengatakan bersedia diajarkan teknik relaksasi nafas dalam, data obyektif klien tampak lebih rileks dengan skala nyeri turun menjadi 5, nyeri seperti ditekan,
43
dirasakan di kepala bagian belakang, nyeri hilang timbul saat bergerak. Pukul 11.30 WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil 145/80 mmHg, frekuensi nadi 84 kali per menit, suhu 36,4 derajad celcius, frekuensi pernafasan 24 kali per menit. Pukul 13.30 WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil 140/80 mmHg, frekuensi nadi 82 kali per menit, suhu 36,2 derajad celcius, frekuensi pernafasan 20 kali per menit.
F. Evaluasi Pada tanggal 10 April 2014, pukul 13.00 WIB untuk diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis diperoleh data subyekif pasien mengatakan masih mengeluh nyeri pusing pada kepalanya, nyeri sepertiditusuk-tusuk, skala nyeri 7, nyeri hilang timbul saat bergerak, data obyekif pasien tampak meringis menahan sakit diperoleh pemeriksaan fisik tanda-tanda vital tekanan darah 180/90 mmHg,frekuensi nadi 89 kali per menit, frekuensi nafas 24 kali per menit, suhu 36,3 derajad celsius, maka dapat disimpulkan masalah belum teratasi, lanjutkan intervensi kaji skala nyeri, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam. Pada tanggal 10 April 2014, pukul 13.00 WIB untuk diagnosa kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum diperoleh data subyektif klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas sendirian harus
44
dibantu oleh orang lain, merasa badannya lemah, data obyektif klien tampak terbaring lemah di tempat tidur, tampak istri klien membantu klien dalam beraktivitas seperti makan, toileting dan lain-lain maka dapat disimpulkan masalah belum teratasi, intervensi dilanjutkan bantu klien dalam melakukan aktivitas, lakukan tirah baring. Pada tanggal 10 April 2014, pukul 13.00 WIB untuk diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang privasi diperoleh data subyektif klien mengatakan kurang puas tidur, tidurnya tidak nyenyak, sering terjaga. Data obyektif tampak palpebra klien berwarna kehitaman, wajah klien tampak lusuh kurang tidur, maka dapat disimpulkan masalah belum teratasi, intervensi dilanjutkan, kaji pola tidur klien, berikan lingkungan yang tenang. Pada tanggal 11 April 2014, pukul 10.00 WIB untuk diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis diperoleh data subyekif pasien mengatakan nyeri pada kepala sudah berkurang, nyeri seperti ditekan, skala nyeri 5, nyeri hilang timbul saat bergerak, data obyekif pasien tampak sedikit lebih realeks diperoleh pemeriksaan fisik tanda-tanda vital tekanan darah 160/90 mmHg, frekuensi nadi 80 kali per menit, suhu 36 derajad celcius, frekuensi pernafasan 24 kali per menit, maka dapat disimpulkan masalah teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan kaji skala nyeri, observasi TTV tiap 2 jam. Pada tanggal 11 April 2014, pukul 13.00 WIB untuk diagnosa kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum diperoleh data
45
subyektif klien mengatakan dapat melakukan aktivitas secara mandiri, merasa badannya tidak lemah lagi, data obyektif klien tampak melakukan aktivitas secara mandiri, keadaan umum baik maka dapat disimpulkan masalah teratasi, intervensi dihentikan. Pada tanggal 11 April 2014, pukul 13.00 WIB untuk diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang privasi diperoleh data subyektif klien mengatakan tidur sudah nyenyak, tidak terbangun pada malam hari. Data obyektif tampak wajah klien segar ketika bagun tidur, palpebra sudah tidak kehitaman, maka dapat disimpulkan masalah teratasi, intervensi dihentikan. Pada tanggal 12 April 2014, pukul 10.00 WIB untuk diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis diperoleh data subyekif klien mengatakan nyeri kepala berkurang, kepala pusing seperti ditekan sudah berkurang, pada bagian kepala belakang, skala nyeri 3, nyeri hilang timbul saat bergerak, data obyekif pasien tampak sedikit lebih rileks diperoleh pemeriksaan fisik tanda-tanda vital didapatkan hasil 140/80 mmHg, frekuensi nadi 82 kali per menit, suhu 36,2 derajad celcius, frekuensi pernafasan 20 kali per menit. Dapat disimpulkan, masalah teratasi, intervensi dihentikan.
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Tn. S dengan Hipertensi Di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo. Pembahasan pada bab ini terutama membahas adanya kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dengan kasus. Asuhan keperawatan memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia melalui tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. 1. Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan sehingga tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya (Rohma dan Walid, 2012). Keluhan utama klien mengatakan pusing dan kepala cengeng dan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh tekanan darah 180/90 mmHg, frekuensi pernapasan 26 kali per menit, frekuensi nadi 98 kali per menit, suhu 36,5 derajad celcius. Berdasarkan hal tersebut, kondisi Tn. S mengalami tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg yang sudah dianggap tinggi dan disebut hipertensi (Dewi R, 2013). Terapi yang diperoleh klien selama dibangsal pada tanggal 9 April 2014 antara lain Ringer Lactat 20 tetes per menit, Ranitidin 25 mg per 12 jam, Furosemid 40 mg per 12 jam, Brainact 500 mg per 8 jam, alinamin 25 46
47
mg per 24 jam. Terapi tersebut diterima sejak tanggal 9 April sampai 12 April 2014 dengan perbedaan tekanan darah yaitu : saat masuk Rumah Sakit 200/110 mmHg dan saat tanggal 10 April 180/90 mmHg. Hal ini menujukkan bahwa terapi medis belum berhasil maksimal. 2. Perumusan Masalah Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi actual/potensial) dari individu atau kelompok teman perawat secara legal mengidentifikasi dan perawat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi, atau mencegah perubahan (Rohma dan Walid, 2012). Perumusan masalah keperawatan yang diambil oleh penulis adalah a. Masalah Keperawatan Nyeri akut Diagnosa : nyeri akut berhubungan dengan agen biologis. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau gambaran dalam hal kerusakan yang sedemikian rupa (International for the Study of pain), awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari 6 bulan (Herdman, Heather, 2010). Perumusan masalah keperawatan yang diambil penulis nyeri akut yang telah disesuaikan dengan diagnosa yang ada dalam buku. Perumusan masalah keperawatan yang di ambil oleh penulis adalah nyeri akut dengan alasan mengacu pada data pengkajian yang didapatkan pada Tn.S
48
berdasarkan data subyektif klien mengatakan pusing bila digunakan untuk bergerak, leher cengeng, dan apabila banyak bergerak, kepala pusing seperti ditusuk-tusuk, pada kepala bagian belakang, skala nyeri 7, nyeri hilang timbul saat bergerak, klien mengatakan kurang puas tidur karena nyeri kepala, klien mengatakan tidurnya tidak nyenyak dan sering terjaga. Data obyektifnya ditemukan tekanan darah 180/90 mmHg, frekuensi nadi 98 kali per menit, suhu 36,5 derajad celcius, frekuensi pernafasan 26 kali per menit, klien kadang terlihat memegang kepala, tampak pasien meringis menahan nyeri. Batasan karakteristik nyeri akut sendiri menurut Herdman, Heather (2010) yaitu perubahan tekanan darah, perubahn frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernafasan, perubahan selera makan perilaku berjagajaga atau perilaku melindungi daerah yang nyeri, dilatasi pupil, fokus pada diri sendiri, indikasi nyeri yang dapat diamati, perubahan posisi untuk menghindari nyeri, gangguan tidur, melaporkan nyeri secara verbal. Berdasarkan data tersebut diatas penulis menyimpulkan bahwa diagnosa yang diangkat sudah sesuai dengan batasan karakteristik yang sesuai dengan buku (Herdman, Heather). b. Masalah keperawatan intoleransi aktivitas Diagnosa : intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum. Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi psikologis dan fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang diinginkan (Herdman, Heather : 2010).
49
Perumusan masalah keperawatan yang diambil penulis intoleransi aktivitas yang telah disesuaikan dengan diagnose pada buku (Herdman, Heather, 2010). Penulis mencantumkan masalah intoleransi aktivitas dengan alasan mengacu pada data subyektif klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas sendirian harus dibantu oleh orang lain, merasa badannya lemah, klien mengatakan setelah beraktivitas berdebar-debar. Data obyektif klien tampak terbaring lemah di tempat tidur, tampak istri klien membantu klien dalam beraktifitas seperti makan, toileting dan lainlain, tekanan darah 180/90 mmHg, frekuensi nadi 88 kali per menit, suhu 36,5 derajad celcius, frekuensi pernafasan 22 kali per menit. Batasan karakteristik intoleransi aktivitas menurut (Herdman, Heather, 2010) yaitu respon tekanan darah abnormal tehadap aktivitas, respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas, perubahan EKG yang mencerminkan aritmia dan iskemia, dan ketidaknyamanan setelah beraktivitas. Berdasarkan data tersebut diatas penulis menyimpulkan bahwa diagnosa yang diangkat sudah sesuai dengan batasan karakteristik yang sesuai dengan buku (Herdman, Heather : 2010). c. Masalah keperawatan gangguan pola tidur Diagnosa : gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya privasi, bising. Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal (Herdman, Heather, 2010).
50
Perumusan masalah keperawatan yang diambil penulis gangguan pola tidur yang telah disesuaikan dengan diagnosa yang ada dalam buku (Herdman, Heather, 2010). Penulis mencantumkan masalah gangguan pola tidur dengan alasan mengacu pada data subyektif klien mengatakan kurang puas tidur, tidurnya tidak nyenyak, sering terjaga. Data obyektif tampak palpebra klien berwarna kehitaman, wajah klien tampak lusuh kurang tidur. Batasan karakteristik gangguan pola tidur menurut (Herdman, Heather, 2010) yaitu perubahan pola tidur abnormal, keluhan verbal merasa kurang istirahat, kurang puas tidur. Berdasarkan data tersebut diatas penulis menyimpulkan bahwa diagnosa yang diangkat sudah sesuai dengan batasan karakteristik yang sesuai dengan buku (Herdman, Heather, 2010). d. Masalah keperawatan kurangnya pengetahuan Diagnosa : kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri. Tidak dimunculkan oleh perawat dalam masalah keperawatan karena saat dikaji klien dan keluarga sudah paham tentang penyakit hipertensi. Dari data pengkajian yang sudah didapatkan penulis, tidak semua diagnosa muncul pada Tn. S .Dikarenakan tidak muncul dalam batasan karakteristik. Untuk memprioritaskan diagnose keperawatan pada Tn. S
51
penulis menggunakan prioritas kebutuhan dasar Maslow. Diagnosa utama adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
3. Intervensi Intervensi atau perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk ,mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah didentifikasi dalam diagnosis keperawatan (Rohmah dan Walid, 2012). Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yan akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan (Junaidi, 2011). Intervensi atau rencana yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada. Tujuan dari tindakan keperawatan menggunakan kaidah sesuai dengan sistematika SMART, yaitu Spesifik (jelas), Measurable (dapat diukur), Acceptance, Rasional dan Timing. Kriteria hasil merupakan gambaran tentang faktor-faktor yang dapat memberi petunjuk bahwa tujuan telah tercapai dan digunakan dalam membuat pertimbangan (Hidayat, 2010). a. Nyeri akut berhubungan dengan agen biologis. Dengan intervensi pertahankan tirah baring, berikan lingkungan yang tenang, minimalkan gangguan lingkungan, bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan, beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti posisi nyaman, tehnik relaksasi, rendam kaki untuk
52
merendahkan tekanan darah, hilangkan/minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk, kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi analgesik. Pada kasus Tn. S penulis melakukan rencana tindakan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil melaporkan penurunan nyeri (0-10),wajah klien tampak rileks yangberati nyeri sudah berkurang (Judha, Sudarti, dan Fauziah, 2012). Pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 60100 kali per menit, suhu 36-37,5 derajad celcius (Asrin, Safrudin dan Purwatiningsih, 2009). b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum. Dengan intervensi berikan dorongan untuk aktifitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi, berikan bantuan sesuai kebutuhan, instruksikan pasien tentang penghematan energi, kaji respon pasien terhadap aktifitas, mengkaji adanya pusing atau nyeri kepala, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam, berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu istirahat yang tidak terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau sore. Pada kasus Tn. S penulis melakukan rencana tindakan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil klien dapat melakukan aktivitas dengan mandiri maksimal dapat tercapai (2hari), menyadari keterbatasan energi, menyeimbangkan aktivitas dan istirahat, tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas (Wilkinson, 2007).
53
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya privasi, bising. Dengan intervensi mengkaji pola tidur klien, bantu klien mengurangi nyeri sebelum tidur dan posisikan klien dengan nyaman untuk tidur, jaga lingkungan tenang misalnya mengecilkan suara radio atau televisi. Pada kasus Tn. S penulis melakukan rencana tindakan selama 3x24 jam diharapkan klien dapat memenuhi kebutuhan tidur dengan kriteria hasil klien jarang terbangun pada malam hari, klien mudah tertidur tanpa kesulitan, klien dapat bagun pagi dengan wajah yang segar dan tidak merasa lelah. 4. Implementasi Menurut Potter
& Perry (1997) bahwa implementasi adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Implementasi adalah rencana realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah dan Walid, 2012). a. Implementasi diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis. Penulis melakukan tindakan rendam kaki menggunakan air hangat selama 3 hari berturut-turut, dengan frekuensi 1x setiap pagi hari. Saat sebelum dilakukan tindakan tekanan darah Tn. S 180/90 mmHg dan hari ketiga
54
diperoleh tekanan darah 140/80 mmHg. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh pemberian obat medis, sehingga penulis memberikan edukasi kepada pasien agar terapi rendam kaki ini menjadi salah satu alternatif pilihan disaat ingin menstabilkan tekanan darah saat kondisi pasien dirumah, meskipun saat di rumah sakit sudah di mulai relaksasi tersebut. Hasilnya akan lebih baik jika dilakukan selama kurang lebih 1 bulan. Hasil dari tindakan tersebut membuktikan bahwa tekanan darah dapat turun saat diberikan terapi rendam kaki dengan air hangat. Hal tersebut karena terapi rendam kaki dengan air hangat dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi, dengan terapi rendam kaki dengan air hangat akan meciptakan suasana yang lebih rileks. Rendam kaki menggunakan air hangat akan meregangkan syaraf yang terdapat pada kaki untuk merangsang barosereptor, dimana baroreseptor merupakan reflek paling utama dalam menentukan kontrol regulasi pada denyut jantung dan tekanan darah. Baroreseptor menerima rangsangan dari peregangan atau tekanan yang berlokasi di arkus aorta dan sinuskarotikus. Pada saat tekanan darah arteri meningkat dan arteri meregang, resptor-reseptor ini dengan cepat mengirim impulsnya ke pusat vasomotor mengakibatkan vasodilatasi pada arteriol dan vena. Dilatasi ateriol menurunkan tahanan perifer dan dilatasi vena menyebabkan darah menumpuk pada vena sehingga mengurangi aliran balik vena, dan dengan demikian menurunkan curah jantung. Implus aferen suatu baroreseptor yang mencapai jantung akan merangsang aktivitas saraf parasimpatis dan
55
menghambat pusat simpatis (kardioaselerator) sehingga menyebabkan penurunan denyut jantung dan daya kontraksi jantung (Guyton dan Prof. Hembing, 2000). Pemberian terapi non farmakologis relatif praktis dan efisien, karena terapi non farmakologi salah satu jenis pengobatan atau penyembuhan dengan cara terapi rendam kaki dengan air hangat yang dapat menurunkan tekan darah tinggi pada penderita hipertensi. Hari pertama penggunaan terapi rendam kaki dilakukan penulis kepada klien penggunaan terapi rendam kaki dengan air hangat di dapatkan hasil yang dimulai pada tanggal 10 April 2014 untuk diagnosa pertama melakukan tindakan mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), respon subyektif klien mengatakan nyeri apabila banyak bergerak, kepala pusing seperti ditusuk-tusuk, pada kepala bagian belakang, skala nyeri 7, nyeri hilang timbul saat bergerak, data obyektif klien tampak meringis kesakitan. Pukul 08.00 WIB menganjurkan klien untuk minum obat captopril 2x12,5 mg didapatkan respon subyektif klien mengatakan mau minum obat captopril 2x12,5 mg, respon obyektif klien tampak minum obat captopril 2x12,5 mg dengan air teh, pukul 08.00 WIB memberikan suntikan alinamin 25 mg per 24 jam, ranitidine 25 mg per 12 jam, furosemid 40 mg per 12 jam melalui intravena respon subyektifnya klien mengatakan bersedia di suntik dan respon obyektifnya respon obat alinamin 25 mg per 24 jam, ranitidine 25 mg per 12 jam, furosemid 40 mg per 12 jam masuk lewat intravena melalui selang infus. Pukul 08.20
56
WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil 180/90 mmHg, frekuensi nadi 89 kali per menit, suhu 36,3 derajad celcius, pernafasan 24 kali per menit. Pukul 08.50 WIB mengajarkan teknik rendam kaki dengan air hangat untuk menurunkan tekanan darah, respon subyektif klien mau mempraktikan apa yang diajarkan oleh perawat, respon obyektif klien tampak merendam kakinya. Pukul 09.00 WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil 180/90 mmHg, frekuensi nadi 88 kali per menit, suhu 36,5 derajad celcius, frekuensi pernafasan 22 kali per menit. Pukul 11.00 WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil tekanan darah 170/80 mmHg, frekuensi nadi 82 kali per menit, suhu 36 derajad celcius, frekuensi pernafasan 22 kali per menit. Pukul 12.00 WIB memberikan penjelasan bahwa klien tidak boleh mengejan ketika BAB, respon subyektif klien menjawab “iya”, respon obyektif klien tampak menganggukkan kepala tanda mengerti. Tindakan keperawatan yang diilakukan penulis kepada klien padahari ke dua 11 April 2014 untuk diagnosa pertama mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), respon klien mengatakan nyeri apabila banyak bergerak, kepala pusing seperti ditekan sudah berkurang, pada bagian kepala belakang, skala nyeri 5, nyeri hilang timbul saat bergerak.
57
Pukul 07.30 WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil tekanan darah 170/90 mmHg, frekuensi nadi 80 kali per menit, suhu 36 derajad celcius, frekuensi pernafasan 24 kali per menit. Pukul 08.00 WIB menganjurkan klien untuk minum obat captopril 2x12,5 mg dan memberikan suntikan alinamin 25 mg per 24 jam, ranitidine 25 mg per 12 jam, furosemid 40 mg per 12 jam melalui intravena respon subyektifnya klien mengatakan bersedia disuntik dan respon obyektifnya respon obat alinamin 25 mg per 24 jam, ranitidine 25 mg per 12 jam, furosemid 40 mg per 12 jam masuk lewat intravena melalui selang infus. Pukul 08.05 WIB mengajarkan teknik rendam kaki dengan air hangat untuk menurunkan tekanan darah, respon subyektif klien mau mempraktikan apa yang diajarkan oleh perawat, respon obyektif klien tampak merendam kakinya. Pukul 08.15 WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil 160/90 mmHg, frekuensi nadi 84 kali per menit, suhu 36,6 derajad celcius, frekuensi pernafasan 24 kali per menit. Pukul 09.00 WIB mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, respon subyektif klien mengatakan bersedia diajarkan teknik relaksasi nafas dalam, data obyektif klien tampak lebih rileks dengan skala nyeri turun menjadi 5, nyeri seperti ditekan, dirasakan di kepala bagian belakang, nyeri hilang timbul saat bergerak. Pukul 10.15 WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien
58
mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil 170/90 mmHg, frekuensi nadi 86 kali per menit, suhu 36,4 derajad celcius, frekuensi pernafasan 24 kali per menit. Pukul 12.15 WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil 160/90 mmHg, frekuensi nadi 88 kali per menit, suhu 36,5 derajad celcius, frekuensi pernafasan 26 kali per menit. Pukul 14.15 WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil 150/90 mmHg, frekuensi nadi 84 kali per menit, suhu 36,3 derajad celcius, frekuensi pernafasan 22 kali per menit. Tindakan keperawatan yang diilakukan penulis kepada klien pada hari ke tiga tanggal 12 April 2014 untuk diagnosa pertama mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), respon klien mengatakan nyeri kepala berkurang, kepala pusing seperti ditekan sudah berkurang, pada bagian kepala belakang, skala nyeri 3, nyeri hilang timbul saat bergerak. Pukul 07.30 WIB melakukan tanda-tanda vital respon tekanan darah 150/80 mmHg, frekuensi nadi 80 kali per menit, suhu 36 derajad celcius, frekuensi pernafasan 24 kali per menit. Pukul 08.00 WIB menganjurkan klien untuk minum obat captopril 2x12,5 mg didapatkan respon subyektif klien mengatakan mau minum obat captopril 2x12,5 mg, respon obyektif klien tampak minum obat captopril 2x12,5 mg dengan air putih. Pukul 08.00 WIB memberikan suntikan alinamin 25 mg per 24 jam, ranitidine 25 mg
59
per 12 jam, furosemid 40 mg per 12 jam melalui intravena respon subyektifnya klien mengatakan bersedia di suntik dan respon obyektifnya respon obat alinamin 25 mg per 24 jam, ranitidine 25 mg per 12 jam, furosemid 40 mg per 12 jam masuk lewat intravena melalui selang infus. Pukul 08.15 WIB mengajarkan teknik rendam kaki dengan air hangat untuk menurunkan tekanan darah, respon klien mau mempraktikan apa yang diajarkan oleh perawat. Pukul 09.30 WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur tandatanda vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil 140/90 mmHg, frekuensi nadi 84 kali per menit, suhu 36,3 derajad celcius, frekuensi pernafasan 24 kali per menit. Pukul 09.40 WIB mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, respon subyektif klien mengatakan bersedia diajarkan teknik relaksasi nafas dalam, data obyektif klien tampak lebih rileks dengan skala nyeri turun menjadi 5, nyeri seperti ditekan, dirasakan di kepala bagian belakang, nyeri hilang timbul saat bergerak. Pukul 11.30 WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil 145/80 mmHg, frekuensi nadi 84 kali per menit, suhu 36,4 derajad celcius, frekuensi pernafasan 24 kali per menit. Pukul 13.30 WIB memonitor tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia diukur tanda-tanda vitalnya, dengan respon obyektif didapatkan hasil 140/80 mmHg, frekuensi nadi 82 kali per menit, suhu 36,2 derajad celcius, frekuensi pernafasan 20 kali per menit.
60
Pada Tn. S, yang terjadi setelah dilakukan teknik rendam kaki menggunakan air hangat adalah klien rileks, nyeri dapat berkurang, tekanan darah berkurang, klien tampak tenang dan nyaman setelah dilakukan rendam kaki dengan air hangat, pada klien dengan kondisi rileks yang terjadi adalah penurunan tekanan darah, yang menunjukkan hasil penurunan tekanan darah dengan tindakan nonfarmakologis yaitu dengan cara rendam kaki menggunakan air hangat. a. Implementasi diagnosa kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum. Penulis melakukan tindakan dengan cara menyeimbangkan aktivitas dan membatasi aktivitas selama 2 hari berturut-turut, sebelum melakukan tindakan tersebut diruang Tn. S sangat ramai dengan kehadiran keluarganya aktivitas yang selalu dibantu oleh istri dengan banyak yang menuggu dan menjaga Tn. S, dan setelah dilakukan edukasi pada Tn. S dan keluarganya klien dapat menyeimbangkan dan membatasi aktifitasnya dengan maksimal dengan rasional klien dapat membatasi dan menyeimbangkan aktivitas dengan dibantu oleh keluarga. Tindakan keperawatan yang diilakukan penulis kepada klien padahari pertama tanggal 10 April 2014 untuk diagnosa kedua pukul 09.30 WIB menganjurkan kepada keluarga untuk menjaga lingkungan yang tenang, di dapatkan respon subyektif keluarga menuruti kata-kata perawat. Pukul 09.45 WIB mengkaji tingkat ketergantungan pasien
61
dengan respon subyektifnya klien mengatakan aktivitas sehari-hari dibantu keluarga dan respon obyektifnya aktivitas sehari-hari tampak dibantu oleh keluarga. Pukul 11.00 WIB menganjurkan keluarga untuk membantu pemenuhan ADL klien dengan respon obyektif keluarga tampak kooperatif mengikuti saran perawat. Pukul 13.00 WIB menganjurkan kepada keluarga untuk mendekatkan alat
yang
dibutuhkan klien dengan respon subyektif keluarga mengatakan iya dan respon objektifnya klien tampak dapat mengambil barang yang dibutuhkan. Tindakan keperawatan yang diilakukan penulis kepada klien pada hari ke dua tanggal 11 April 2014 untuk diagnosa ke dua pukul 09.15 WIB mengkaji respon ketergantungan klien terhadap aktivitas, respon
klien
beraktivitas
secara
mandiri.
Pukul
09.20
WIB
menganjurkan klien agar tidak banyak beraktifitas, respon klien mau menurut kepada perawat, pukul 10.00 WIB melibatkan keluarga dalam perawatan pasien respon klien keluarga kooperatif dan mau membantu merawat pasien sampai pasien sembuh dan keluarga tampak sabar dalam ayahnya. Pada Tn. S, yang terjadi setelah dilakukan tindakan untuk membatasi dan menyeimbangkan aktivitas dengan kondisi klien yang didapatkan penulis, klien mampu untuk beraktivitas secara mandiri. b. Implementasi diagnosa ketiga gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya privasi.
62
Penulis mengkaji pola tidur klien, bantu klien mengurangi nyeri sebelum tidur dan posisikan klien dengan nyaman untuk tidur, jaga lingkungan tenang misalnya mengecilkan suara radio atau televisi. Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis kepada klien pada tanggal 10 April 2014 untuk diagnosa ke tiga pukul 10.00 WIB peneliti melakukan tindakan menganjurkan kepada keluarga untuk menciptakan suasana yang tenang dan nyaman agar klien bisa beristirahat, respon klien mengerti dan menganjurkan keluarganya agar tidak berisik. Pukul 10.30 WIB mengkaji keluhan nyeri kepala, respon klien mengatakan masih merasakan nyeri pada kepala bagian belakang nyeri apabila banyak bergerak, kepala pusing seperti ditusuk-tusuk, pada bagian kepala belakang, skala nyeri 7, nyeri hilang timbul saat bergerak. Pukul 11.00 WIB memberikan kesempatan klien agar beristirahat, respon klien tertidur di tempat tidurnya, pukul 12.00 WIB memberikan makan siang kepada klien, respon klien mengucapkan terimakasih. Pukul 12.30 WIB memotivasi agar klien beristirahat, didapatkan respon subyektif klien mengatakan “iya”. Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis kepada klien pada tanggal 11 April 2014 untuk diagnosa ke tiga pukul 10.00 WIB menciptakan suasana yang tenang dan nyaman agar klien bisa beristirahat, respon klien mengerti dan menyuruh keluarganya agar tidak berisik. Pukul 10.30 WIB mengkaji keluhan nyeri kepala, respon klien mengatakan nyeri apabila banyak bergerak, kepala pusing seperti
63
ditekan sudah berkurang, pada bagian kepala belakang, skala nyeri 5, nyeri hilang timbul saat bergerak. Pukul 11.00 WIB memberikan kesempatan klien agar beristirahat, respon klien tertidur di tempat tidurnya. Pukul 12.00 WIB memberikan makan siang kepada klien, respon klien mengucapkan terimakasih, pukul 12.30 WIB memotivasi agar klien beristirahat, didapatkan respon klien mengatakan “iya”.
5. Evaluasi Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan klien (hasil yag diamati) dengan tujuam yang dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah dan Wahid, 2012). Evaluasi yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan SOAP, subjective, objective, analisa, planning (Deden, 2012:136). Pembahasan dari evaluasi yang meliputi subjektif, objektif, analisa dan rencana : Evaluasi hari pertama masalah nyeri akut belum teratasi, klien mengatakan pasien mengatakan masih mengeluh nyeri pusing pada kepalanya, nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 7, nyeri hilang timbul saat bergerak, klien tampak meringis menahan sakit diperoleh pemeriksaan fisik tanda-tanda vital tekanan darah dengan respon obyektif didapatkan hasil tekanan darah 170/80 mmHg, frekuensi nadi 82 kali per menit, suhu 36 derajad celcius, frekuensi pernafasan 22 kali per menit.
64
Evaluasi hari pertama untuk diagnosa kedua intoleransi belum teratasi klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas sendirian harus dibantu oleh orang lain, merasa badannya lemah, klien tampak terbaring lemah di tempat tidur, tampak istri klien membantu klien dalam beraktivitas seperti makan, toileting dan lain-lain. Evaluasi hari pertama masalah gangguan pola tidur belum teratasi klien mengatakan kurang puas tidur, tidurnya tidak nyenyak, sering terjaga. Tampak palpebra klien berwarna kehitaman, wajah klien tampak lusuh kurang tidur. Evaluasi hari kedua masalah nyeri akut dan tekanan darah masalah belum teratasi dengan respon obyektif skala nyeri turun menjadi 5, nyeri seperti ditekan, dirasakan di kepala bagian belakang, nyeri hilang timbul saat bergerak didapatkan hasil 150/90 mmHg, frekuensi nadi 84 kali per menit, suhu 36,3 derajad celcius, frekuensi pernafasan 22 kali per menit. Evaluasi hari kedua masalah intoleransi aktivitas masalah teratasi, klien mengatakan intoleransi aktivitas teratasi karena tujuan dan kriteria hasil yang dibuat penulis tercapai. Evaluasi hari kedua masalah gangguan pola tidur teratasi karena tujuan dan kriteria hasil yang dibuat penulis tercapai klien mengatakan tidur sudah nyenyak, tidak terbangun pada malam hari, tampak wajah klien segar ketika bagun tidur, palpebra sudah tidak kehitaman.
65
Evaluasi hari ketiga masalah teratasi karena tujuan dan kriteria hasil yang dibuat penulis tercapai. Klien mengatakan nyeri berkurang, nyeri dirasakan ketika bergerak, pada kepala belakang, skala nyeri 3, nyeri hilang timbul saat bergerak, hasil vital sign didapatkan 140/80 mmHg, frekuensi pernafasan 22 kali per menit, frekuensi nadi 80 kali per menit, suhu 36 derajad celcius, pasien tampak lebih rileks dan tidak pusing lagi. Berdasarkan evaluasi diatas, diperoleh hasil bahwa rendam kaki pada Tn.S dapat mengurangi nyeri dan menurunkan tekanan darah. Sebelum dilakukan rendam kaki tekanan darah Tn.S 180/90 mmHg, dan setelah dilakukan rendam kaki selama 3 hari dan per hari 1 kali, tekanan darah menjadi 140/80 mmHg dan skala nyeri menjadi 3. Hal tersebut dikarenakan bahwa berdasarkan hasil penelitian (Khoiroh Umah, Lina Madyastuti R, Linda Pribowati Christina) rendam kaki akan efektif menurunkan tekanan darah jika dilakukan selama satu bulan. Tindakan yang dilakukan penulis juga dipengaruhi oleh terapi medis atau obat-obatan penurun tekanan darah. Sehingga penulis memberikan intervensi keperawatan untuk tetap melakukan selama di rumah.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Setelah
penulis
melakukan
pengkajian,
penentuan
diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi tentang Asuhan Keperawatan Tn S dengan
Hipertensi
di
Ruang
Flamboyan
RSUD
Sukoharjo
dengan
mengaplikasikan hasil penelitian tentang pemberian terapi rendam kaki dengan air hangat makan dapat ditarik kesimpulan : 1.
Pengkajian Hasilpengkajian pada Tn. S adalah klienmengeluhkepala pusing seperti ditusuk-tusuk, pada kepala bagian belakang, skala nyeri 7, nyeri hilang timbul saat bergerak. Tekanan darah 180/90mmHg, frekuensi nadi 88 kali per menit, suhu 36,5 derajad celcius, frekuensi pernafasan 22 kali per menit.
2.
Diagnosa Hasil perumusan diagnosa keperawatan pada Tn S adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, peningkatan tekanan darah (hipertensi).
3.
Intervensi Intervensi yang dibuat oleh penulis kaji karateristik nyeri, observasi TTV tiap 2 jam, beri tindakan nonfarmakologi rendam kaki untuk merendahkan tekanan darah.Implementasi, observasi tanda-tanda vital klien.
66
67
4.
Implementasi Implementasi yang dilakukan penulis meliputi mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), mengukur tanda-tanda vital, mengajarkan teknik rendam kaki dengan air hangat untuk menurunkan tekanan darah.
5.
Evaluasi Hasil evaluasi masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis diperoleh masalah teratasi karena tujuan dan kriteria hasil yang dibuat penulis tercapai. Klien mengatakan nyeri berkurang, nyeri dirasakan ketika bergerak, pada kepala belakang, skala nyeri 3, nyeri hilang timbul saat bergerak, hasil vital sign didapatkan 140/80 mmHg, frekuensi pernafasan 22 kali per menit, frekuensi nadi 80 kali per menit, suhu 36 derajad celcius, pasien tampak lebih rileks dan tidak pusing lagi. Masalah teratasi, intervensi dihentikan.
6.
Analisa Hasil analisa yang didapatkan masalah nyeri akut dan tekanan darah teratasi dan intervensi dihentikan.
B. Saran Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif khususnya dibidang kesehatan antara lain : 1.
Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit) Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan cara non farmakologis yaitu rendam kaki dengan air hangat untuk
68
menurunkan tekanan darah dan mempertahankan hubungan kerja sama baik antara tim kesehatan maupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan klien hipertensi khususnya. 2.
Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperwatan pada klien agar lebih maksimal, khususnya pada klien dengan hipertensi. Perwat diharapkan dapat memberikan pelayanan professional dan komprehensif.
3.
BagiInstitusiPendidikan Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas dan profesional sehingga dapat tercipta perawat professional, trampil,
inovatif dan bermutu
yang mampu
memberikan asuhan
keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah Muhamad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa, Diva Press : Yogyakarta Dermawan, Deden. 2013. Proses Keperwatan Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja. Gosyen Publising, Yogyakarta. Dewi, Ratna. 2013. Penyakit-penyakit Mematikan, Nuha Medika, edisi 1 : Yogjakarta Gunawan L. 2004. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi, Kanisius : Yogyakarta Hall, Guyton. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC Hayens. 2003. Patofisilogi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta : EGC Herdman,Heather, 2010. NANDA Diagnose Keperawatan dan Klasifikasi 20092011. Buku Kedokteran. Jakarta : EGC Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba Medika, hal 119 ISO Indonesia. 2010. Informasi Spesialite Obat. PT ISFI. Jakarta Junaidi, Mohammad, Sudarti, dkk. 2012. Teori Pengukuran Nyeri. Nuha Medika, hal 119 Koiroh Umah, Lina Madyastuti R, dkk. 2011. Pengaruh Terapi Rendam Kaki Air Hangat Terhadap Perubahan Tekanan Darah. Pada Hipertensi, diakses 26 Maret 2014 Kusuma Wijaya, Hambing. 2000. Hipertensi (http:// Rendam Kaki Menggunakan Air Hangat). diakses pada tanggal 26 Maret 2014 Madyastuti, Lina. 2011. Cara Baru Jinakkan Hipertensi. Diakses 8 April 2014 Muwarni, Arinta. 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam, Gosyen Publishing, edisi 1: Yogyakarta Ningrum, Agnesia, 2012. Seluk Beluk Hipertensi, Airlangga Publishing : Yogyakarta Peni. 2008. Panduan Gaya Hidup. Tabloid gaya hidup sehat (http:// Gaya Hidup Sehat online.com) diakses pada 17 April 2014
69
70
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Volume 1. Edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Volume 2. Edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Rohman, Nikmatur dan Saiful Wallid. 2012. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi, Ar-Ruzz Media, Jakarta : hal 17-105 Safrudin ANS, Asrin, Eti Purwaningsih. 2009. Hubungan Tidur Dengan Lama Hari Dirawat Pada Pasien Hipertensi. diakses 5 April 2014 Smeltzer, S.C & Bare, B. G, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8 vol 1. Ter. Agung Waluyo dkk. Jakarta : EGC Surendra Fadilah. 2008. Kurangi Asupan Garam Cegah Hipertensi. diakses 2 April 2014 Susilo, Yekti dan Ari Wulandari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Darah Tinggi, CV Andi : Yogyakarta Wikinson, J. M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC Edisi 7. Buku Kedokteran. Jakarta : EGC