LAPORAN PENGEMBANGAN DESA BINAAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA BERBASIS TRI HITA KARANA
Pemberdayaan Masyarakat dalam Mewujudkan Kesejahteraan Berkelanjutan Berbasis Potensi Desa Di Desa Binaan Tembok Kecamatan Tejakula
Oleh: I Gede Astra Wesnawa (Ketua) Dewa Bagus Sanjaya (Anggota) Luh Gede Erni Sulindawati (Anggota) Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor: 248/UN48.15/LPM/2015 Tanggal 5 Maret 2015
FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2015
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN P2M PENGEMBANGAN DESA BINAAN UNDIKSHA 1 Judul
2. Ketua Tim Pengusul a. Nama b. NIDN c. Bidang Keahlian d. Jabatan/Pangkat e. Jurusan
Pemberdayaan Masyarakat dalam Mewujudkan Kesejahteraan Berkelanjutan Berbasis Potensi Desa Di Desa Binaan Tembok Kecamatan Tejakula. : Prof. Dr. I Gede Astra Wesnawa, M.Si : 0025046203 : Geografi Lingkungan : Guru Besar/Pembina Utama Madya : Pendidikan Geografi FIS Undiksha
3. Jumlah anggota Tim : 2 orang a. Nama anggota I : Drs. Dewa Bagus Sanjaya, M.Si b. Nama anggota II : Luh Gede Erni Sulindawati, SE. AK, M.Pd 4. Lokasi Kegiatan
: Desa Tembok
5. Jumlah biaya
: Rp. 40.000.000 Singaraja, 5 Oktober 2015
Pemberdayaan Masyarakat dalam Mewujudkan Kesejahteraan Berkelanjutan Berbasis Potensi Desa Di Desa Binaan Tembok Kecamatan Tejakula Oleh I Gede Astra Wesnawa, dkk Email:
[email protected] Abstrak Program Desa Binaan di Desa Tembok ini bertujuan untuk (1) meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan pendampingan keaksaraaan usaha mandiri, (2) meningkatkan kesadaran masyarakat akan potensi alam dan lingkungan melalui kegiatan pembibitan dan penghijauan untuk mewujudkan lingkungan yang lestari, (3) Mendorong tumbuhnya kreativitas, motivasi dan inovasi masyarakat dalam mengatasi permasalahan melalui pelatihan dan pendampingan pengembangan usaha ekonomi kreatif, seperti kreasi produk ingke dan pembuatan VCO, (4) Peningkatan kesadaran masyarakat untuk mendorong terwujudnya kemandirian, kenyamanan dan kesejahteraan masyarakat desa dalam bidang adat dan agama. Program ini dilaksanakan melalui: Partisipatory Rural Appraisal (PRA), Enthrepreneurship Capasity Building (ECB), Technology Transfer (TT), dan Information Technology (IT), dalam berbagai bentuk kegiatan seperti pelatihan, pendampingan, penyuluhan, dan penghijauan. Hasil kegiatan adalah (1) meningkatnya keterampilan masyarakat sesuai minatnya sambil mereka belajar membaca dan berhitung; (2) meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya penghijauan baik sebagai kelestarian lingkungan maupun investasi jangka panjang, cara pembibitan, dan menanam 250 bibit kelapa, (3) meningkatnya pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu rumah tangga masyarakat dalam bidang industri rumahan, seperti ingke, minyak kelapa, dan (4) meningkatnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam pembuatan alat upakara adat Hindu. Kata kunci: Pemberdayaan Masyarakat, Potensi Desa, Pelatihan
Iii
KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas berkat-Nya kegiatan P2M dengan skim Pengembangan Desa Binaan Undiksha berbasis Tri HIta Karana dapat dilaksanakan dengan baik, hingga tersusunnya laporan kegiatan yang berjudul : Pemberdayaan Masyarakat dalam Mewujudkan Kesejahteraan Berkelanjutan Berbasis Potensi Desa Di Desa Binaan Tembok Kecamatan Tejakula Terlaksananya kegiatan ini berkat bantuan dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Untuk itu sudah selayaknya melalui kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Pendidikan Ganesha, atas kesempatan yang diberikan untuk melaksanakan kegiatan Pengabdian pada Masyarakat. 2. Ketua LPM Universitas Pendidikan Ganesha, yang telah membantu dalam memfasilitasi kegiatan dan kesediaan untuk membuka kegiatan P2M. 3. Jajaran aparat pemerintahan di tingkat Kecamatan Tejakula dan Desa Tembok 4. Dosen dan mahasiswa Undiksha atas peran sertanya dalam kegiatan ini. 5. Seluruh masyarakat di Desa Tembok Kecamatan Tejakula 6. Ketua dan Anggota Kelompok Tani di Desa Tembok
Kecamatan
Tejakula. Bantuan dan kerjasama yang baik selama ini diharapkan tetap dapat berlanjut di masa mendatang. Semoga hasil kegiatan ini bermanfaat bagi Kelompok tani ternak, kelompok Belajar keaksaraan usaha Mandiri, masyarakat sekitar, dan pembangunan, khususnya pembangunan dalam bidang pemberdayaan ekonomi masyarakat berdasarkan potensi yang dimiliki. Singaraja, 5 Oktober 2015. Ketua Pelaksana, Prof. Dr. I Gede Astra Wesnawa, M.Si. iv
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. ABSTRAK ………………………………………………………………… KATA PENGANTAR ……………………………………………………. DAFTAR ISI ………………………………………………………………
Hal i ii iii iv v
BAB 1
PENDAHULUAN ……………………………………………. 1.1 Analisis situasi ……………………………………………. 1.2 Tujuan dan manfaat ……………………………………… 1.3 Target Luaran ……………………………………………..
1 1 10 11
BAB II
METODE PELAKSANAAN ………………………………… 2.1 Metode Pelaksanaan Program …………………………… 2.2 Rencana dan Pelaksanaan Program ……………………..
12 12 14
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………. 3.1 Hasil ………………………………………………………. 3.2 Pembahasan ……………………………………………….
19 19 30
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………. 4.1 Simpulan ………………………………………………….. 4.2 Saran ……………………………………………………….
34 34 35
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. LAMPIRAN ………………………………………………………………
v
36
BAB I PENDAHULUAN
1. Analisis Situasi Kecamatan Tejakula merupakan salah satu dari sembilan wilayah kecamatan di Kabupaten Buleleng, dengan luas wilayah 97,68 km2. Wilayah Tejakula dilihat dari ketinggian tempat dapat diketahui bahwa sebagian besar wilayahnya berada pada ketinggian 0-499,9 m di atas permukaan air laut atau seluas 6.584 ha dan 3.184 dengan ketinggian 500-999,9 meter. Sementara itu kemiringan lereng seluas 2.469,46 ha merupakan daerah landai dengan kemiringan 0-25% dan 2.125,09 ha merupakan daerah miring dengan kemiringan 25-40%. Topografi wilayahnya sebagian besar merupakan daerah pantai di bagian utara dengan panjang pantai 19 km, di sepanjang pantai ini ditemukan adanya pasir besi (bias melele) yang digunakan sebagai bahan bangunan, khususnya ukiran/ornamen dari pasir besi (Astra, 2013). Di samping itu, wilayah perairan lautnya dijumpai adanya terumbu karang yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi sektor pariwisata minat khusus dan potensi ikan hias yang pernah dikembangkan untuk ekspor. Sementara di bagian selatan merupakan daerah berbukit sampai bergunung. Daerah berbukit sampai bergunung dengan vegetasi hutan tropis dengan topografi kasar memungkinkan adanya daerah tangkapan air hujan (recharge area) yang potensial, sehingga memunculkan adanya air terjun seperti di desa Les. Iklim wilayah Tejakula secara umum beriklim tropis dengan curah hujan terendah di
daerah pantai. Batas-batas wilayah Tejakula adalah sebagai berikut: di sebelah Utara Laut Bali, sebelah Barat adalah Kecamatan Kubutambahan, sebelah Timur adalah Kabupaten Karangasem, dan sebelah Selatan adalah Kabupaten Bangli. Dengan berbatasan pada dua kabupaten, maka Kecamatan Tejakula memiliki akses untuk mendistribusikan produk-produknya pada pasar
di kabupaten
tersebut. Potensi sumberdaya manusia Kecamatan Tejakula tersebar di 10 Desa Dinas, dengan jumlah penduduk 60.525 jiwa atau 21.274 KK yang terdiri dari laki-laki 30.300 jiwa dan perempuan 30.225 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut, 69,83% merupakan angkatan kerja produktif. Ini menunjukkan bahwa potensi wilayah yang ada dikelola oleh sumberdaya manusia di Kecamatan Tejakula. Namun, pendapatan masyarakat masih rendah (rata-rata pendapatan penduduk Rp. 202.394,-),
padahal
potensi yang
dapat dikembangkan sangat banyak, seperti: pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kerajinan/industri rumah tangga dan kepariwisataan. Adapun desa yang ada di Kecamatan Tejakula adalah: Desa Sembiran, Desa Pacung, Desa Julah, Desa Bondalem, Desa Madenan, Desa Tejakula, Desa Les, Desa Penuktukan, Desa Sambirenteng, dan Desa Tembok. Di antara desadesa tersebut, pernah terkenal dengan penghasil jeruk dengan rasa yang khas seperti Desa Bondalem, DesaTejakula dan desa Les. Namun, dengan serangan hama CVPD diera sekarang ini, semua itu tinggal kenangan. Sehubungan dengan potensi sumberdaya lahan, daerah tersebut potensial untuk mengembangkan
sektor pertanian dan perkebunan lahan kering. Lokasi Kecamatan Tejakula dapat dilihat seperti Gambar 1.1.
Tejakuka
Gambar 1.1. Peta Wilayah Kecamatan Tejakula di Kab. Buleleng Mata pencaharian utama penduduk adalah pertanian. Di sektor perikanan jumlah rumah tangga perikanan adalah 1.569 melayan dengan dukungan armada penangkapan ikan 664 (perahu, perahu motor tempel dan kapal motor), dengan produksi ikan basah menurut areal penangkapan adalah tertinggi di Kabupaten Buleleng. Sedangkan industri pengolahan pangan (2539 perusahaan), sandang (6 perusahaan), bahan bangunan (135 perusahaan), logam (235 perusahaan) dan kerajinan lainnya (520 perusahaan). Di samping sektor-sektor tersebut, sektor peternakan juga menjadi komuditas andalan penduduk di Tejakula. Populasi ternak yang diusahakan antara lain sapi potong
(20.626), babi Bali (10.011), babi sadelback (6.554). babi
landrace (18.893), kambing (111), kamping PE (262), ayam (126.274) ayam ras
(17.500). itik (2.494), Hampir setiap keluarga memiliki ternak antara 1 sampai 3 ekor (baik sapi, induk babi, dan beberapa ekor ayam, itik). Ternak sapi khususnya, dimanfaatkan untuk membajak tanah di musim tanam. Sedangkan ternak babi diusahakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dalam menunjang prosesi upacara adat dan agama yang berlangsung setiap 6 bulan sekali, dan hingga saat ini belum ada yang menjalankan usaha ternak secara khusus (Statistik Kecamatan Tejakula, 2013). Sumber air di Kecamatan Tejakula untuk pertanian adalah mata air dan air hujan. Oleh penduduk setempat air hujan ditampung dalam bentuk Cubang untuk kebutuhan keluarga dan air minum ternak. Sebagian besar sungai yang ada di Kecamatan tejakula, airnya mengalir sesaat pada musim hujan (pola intermitten). Untuk memenuhi kebutuhan air dibangun sejumlah sumur bor melalui bantuan/hibah internasional dari Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), saat ini berjumlah sekitar 29 sumur bor. Air tersebut dimanfaatkan untuk aktivitas pertanian dan nonpertanian. Dilihat dari aspek sosial budaya, desa di Kecamatan Tejakula ditemukan adanya desa Tua, seperti Desa Julah dan Desa Sembiran. Desa tersebut memiliki kekhasan dalam aktivitas sosial budaya di daerah Bali, seperti aktivitas ritual dan keagamaan yang memegang teguh nilai-nilai tradisional. Melihat kondisi topografi daerah, aktivitas penduduk, dan sosial budaya maka yang cocok dikembangkan adalah sektor pertanian, perikanan, peternakan dan pariwisata khususnya pariwisata budaya pada desa-desa tua, seperti desa tua Julah, desa tua Sembiran di samping objek alam berupa air terjun yeh mampeh Desa Les.
Observasi pendahuluan telah dilakukan oleh Tim LPM Undiksha ke Tejakula pada tanggal 28 Agustus 2014. Pada acara pertemuan audensi antara Tim Dosen Undiksha dengan kepala Desa Tembok Kecamatan Tejakula diperoleh gambaran tentang berbagai aspek serta permasalahan yang ada, baik tentang infrastruktur, sumberdaya manusia maupun tentang sumberdaya alam di Kecamatan Tejakula.
Gambar 1.2. Pertemuan usulan Program Desa Binaan dengan Kepala Desa dan Tokoh Masyarakat Desa Tembok Kecamatan Tejakula. Desa Tembok terletak di ketinggian 200 meter dari permukaan air laut, memiliki topografi wilayah berupa dataran rendah, perbukitan dan pantai. Dengan Luas Wilayah Desa Tembok: 1081 Ha. Pemanfaatan Wilayah adalah: Perkebunan: 782 Ha, Kuburan: 0,75 Ha , Perumahan: 0,60 Ha, Tegal: 0,98 Ha, Pertokoan: 0,25 Ha, Pasar Desa: 0,20 Ha, Perkantoran: 0,15 Ha, Perladangan: 0,81 Ha, Jalan: 20 Km. Desa Tembok terdiri dari 6 dusun: Dusun Tembok, Dusun Bulakan, Dusun
Sembung, Dusun Dadap Tebel, Dusun Yehbau, Dusun Ngis. Jumlah penduduk: 7196 Jiwa atau 1958 KK yang terdiri dari Laki-laki: 3625 Jiwa Perempuan: 3571 Jiwa. Adapun batas-batas: Sebelah Utara: Laut Bali, Sebelah Selatan: Kec. Kintamani Kab. Bangli, Sebelah Barat: Desa Sambirenteng, dan Sebelah Timur: Amlapura Karangasem. Orbitasi desa dengan pusat adalah: Kecamatan: 10 Km, Kabupaten; 45 Km, dan Provinsi: 131 Km (Data Potensi Desa Tembok, 2013). Permasalahan-permasalahan yang dimaksud secara garis besarnya adalah sebagai berikut: (1) Bidang Administratif, antara lain: di tingkat kecamatan belum ada basis data sumberdaya desa, tata layanan masyarakat masih belum optimal, RPJMD kurang menyentuh pemberdayaan masyarakat dan lebih banyak ke arah pembangunan fisik, penerapan sistem teknologi informasi antar desa maupun desa dan kecamatan masih kurang efektif, data kualifikasi objek wisata belum jelas. (2) Bidang Pendidikan, antara lain: data Angka Partisipasi Kasar (APK) belum terungkap karena tidak tersedianya basis data yang akurat, banyak anak putus sekolah disebabkan faktor ekonomi dan jarak sekolah, belum ada peta lokasi sekolah, data manajemen dan kinerja sekolah, data fasilitas sumberdaya sekolah, administrasi sekolah, buta aksara, dan beasiswa, belum optimalnya penyegaran dan peningkatan profesionalitas guru. (3) Sistem informasi, antara lain: belum ada pusat informasi wisata, belum ada basis data titik-titik lokasi wisata rekreasi, wisata relegi, informasi sejarah dan
legenda, kesenian sakral Tejakula, infrastruktur wisata, pusat kerajinan rakyat, kuliner Les dengan makanan khasnya yang bersifat vegetarian, serta akomodasi wisata. (4) Tatanan Masyarakat Desa, antara lain: manajemen administrasi desa, kegiatan masyarakat desa, tata perumahan nelayan, peternakan (sapi, babi, kambing, ayam), sistem keamanan lingkungan, pengangguran, industri rumahan. (5) Perkebunan dan Pertanian, antara lain: belum ada pola pengaturan tanaman keras (nangka, mangga, jeruk, kelapa, dll), sistem olah lahan dan pemeliharaan tanaman jagung, kacang-kacangan, ketela pohon, ubi rambat, pisang, masih tradisional. (6) Peternakan dan Perikanan, antara lain: belum optimalnya petani peternak melakukan pengawetan pakan dan pengolahan limbah ternak, kelompok ternak kurang efektif, sistem integrasi peternakan dan pertanian, sistem penangkapan ikan, pemeliharaan ikan, nelayan tidak berdaya karena dikendalikan oleh pengepul, (7) Industri rumahan, antara lain: desain tenun endek, pengolahan hasil tangkapan ikan, pengolahan hasil pertanian, pengolahan hasil perkebunan (khususnya aren menjadi gula aren/gula semut), ikan hias, bahan bangunan (paping, batako, kusen, dll). (8) Bidang Wisata, antara lain: masih terbatas pada wisata desa tua, belum ada rumah penginapan yang memadai sehingga turis asing hanya lewat saja di Tejakula, potensi pengembangan wisata bahari/pantai dengan terumbu
karangnya maupun wisata spritual sangat besar, belum ada pusat informasi wisata baik dalam bentuk pamplet maupun elektronik. (9) bidang sosial dan hukum, di daerah ini pernah terjadi konflik antar desa, benih konflik harus diupayakan untuk ditekan, sehingga situasi ke depan selalu menjadi kondusif, untuk itu diperlukan penyuluhan-penyuluhan tentang sosial dan hukum. Berdasarkan uraian tersebut di atas, kondisi
Desa Tembok dapat
diilustrasikan sebagai berikut. (1) Potensi sumberdaya alam/lingkungan yang ada di desa Tembok pada umumnya berupa lahan pertanian dan perkebunan, umumnya kurang subur untuk cocok tanam karena berada pada daerah dataran tinggi dengan iklim kering, sehingga banyak lahan yang “nganggur”
karena
kekurangan air, oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa potensi sumberdaya alam dan lingkungan dapat dikategorikan kurang produktif, (2) Kondisi lingkungan nampak luas. Namun kurang mendukung laju pembangunan secara serentak dan cepat dalam waktu yang singkat, (3) Interaksi social antar warga masyarakat desa sangat terbatas karena letak rumah yang satu dengan yang lainnya berjauhan. Hal ini tentu berpengaruh terhadap laju informasi yang semestinya bisa diterima dan diketahui bersama, (4) mata pencaharian penduduk desa Tembok secara umum adalah Pertanian / Perkebunan, Peternakan dan Nelayan. Sektor pertanian dan perkebunan ditunjang oleh adanya lembaga subak, yaitu : Subak Uma Wangi Bd Selonding dan Subak Ulun Tirta Bd Kanginan, dan (5) Prospek potensi desa yang dikembangkan: Pariwisata Bahari, Home Industri Jajan Bali, Dodol, Kerupuk Manuk, Kerajinan ingke, dan gula semut.
Potensi desa yang prospektif tersebut belum dapat dikembangkan mengingat adanya sejumlah keterbatasan, di antaranya adalah sumberdaya manusia yang belum mampu memberdayakan potensi yang ada di desa. Dengan pengalaman yang dimiliki oleh tim P2M Undiksha, maka kemampuan dan pengalaman yang dimiliki diharapkan dapat bersama-sama membantu masyarakat dalam memberdayakan potensi, sehingga terjadi peningkatan kapasitas dan akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Tembok. Berdasarkan hal tersebut di atas, dan harapan dari masyarakat dan aparatur desa, maka focus bidang garapan yang dibutuhkan oleh desa untuk segera mendapatkan pemecahan adalah sebagai berikut: (1) Pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan (pembelajaran keaksaraan usaha mandiri), (2) Penyuluhan akan pentingnya menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai pemberdayaan potensi alam dan lingkungan dengan lebih mementingkan pemeliharaan, pengolahan, pemanfaatan potensi alam dan lingkungan secara maksimal yang didasarkan pada azas kebersamaan, gotong royong dan kekeluargaan, sehingga alam dan lingkungan tetap lestari, (3) Upaya peningkatan ekonomi rumah tangga melalui wirausaha, penerapan teknologi tepat guna, pola tanam yang memadai dan berupaya membangun potensi
ekonomi
masyarakjat, dan
berdasarkan
pembangunan
ekonomi
berbasis
(4) Penyuluhan adat dan agama bagi masyarakat desa yang ditekankan pada pembentukan masyarakat adat. 1.2 Tujuan dan Manfaat Program pemberdayaan masyarakat pada desa binaan, pada tahun pertama bertujuan untuk: (1) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan pendampingan keaksaraaan usaha mandiri, (2) meningkatkan kesadaran masyarakat akan potensi alam dan lingkungan
melalui
kegiatan
pembibitan
dan
penghijauan
untuk
mewujudkan
lingkungan yang lestari/berkelanjutan, (3) Mendorong tumbuhnya kreativitas, motivasi dan inovasi masyarakat dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapinya melalui pelatihan dan pendampingan pengembangan usaha ekonomi kreatif, seperti kreasi produk ingke dan pembuatan VCO, dan (4) Peningkatan kesadaran masyarakat melalui penyuluhan untuk mendorong terwujudnya kemandirian, kenyamanan dan kesejahteraan masyarakat desa dalam bidang adat dan agama.
Manfaat dari pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat pada desa binaan adalah sebagai berikut : (1) Masyarakat desa Tembok mendapatkan wawasan pengetahuan dan keterampilan tentang usaha mandiri melalui pelatihan dan pendampingan keaksaraan usaha mandiri,
(2) Kelompok tani ternak mendapatkan informasi dan keterampilan dalam pembibitan dan penghijauan, sehingga kesadaran mereka meningkat dalam mewujudkan lingkungan yang lestari/berkelanjutan, (3) Ibu-ibu rumah tangga (kelompok Sekarsari Jaya) mendapatkan informasi dan keterampilan dalam mengkreasikan produk, seperti kreasi produk ingke serta keterampilan dalam pembuatan VCO, dan (4) Warga masyarakat mendapatkan informasi dan pengetahuan melalui penyuluhan sehingga mendorong terwujudnya kemandirian, kenyamanan dan kesejahteraan masyarakat desa dalam bidang adat dan agama.
1.3 Target Luaran
Target luaran program pemberdayaan masyarakat desa binaan pada tahun pertama adalah sebagai berikut. 1. Minimal 50% peserta pelatihan terampil mengembangkan variasi desain ingke dan membuat VCO. 2. Minimal 250 pohon hasil pembibitan penghijauan ditanam di daerah tandus desa lokasi dengan tanaman keras, seperti: Kelapa Genyah (Nyuh Gading). 3. Minimal 10 orang penduduk buta aksara dan anak-anak putus sekolah dapat mengikuti Keaksaraan usaha mandiri. 4. Minimal 20 orang masyarakat mengikuti penyuluhan adat dan agama. Di samping produk tersebut di atas, target luaran lain adalah artikel ilmiah yang dipublikasikan pada jurnal pengabdian pada masyarakat.
BAB II METODE PELAKSANAAN
2.1 Metode Pelaksanaan Program a. Indentifikasi masalah menggunakan model partisipatory rural appraisal (PRA) PRA adalah suatu teknik untuk menyusun dan mengembangkan program operasional dalam pembangunan tingkat desa. Metode ini ditempuh dengan memobilisasi sumberdaya manusia dan alam setempat, serta lembaga lokal guna mempercepat peningkatan produktivitas, menstabilkan, dan meningkatkan pendapatan masyarakat serta mampu pula melestarikan sumberdaya setempat. Bertolak dari konsep PRA, maka tahapan kegiatan dalam model ini adalah melaksanakan identifikasi masalah setiap program baik program bidang pendidikan, bidang pertanian/peternakan maupun bidang ekonomi, juga dalam perumusan program dan pendanaan dilakukan secara terarah dengan berpihak dan melibatkan masyarakat. Dengan demikian dalam merumuskan masalah, mengatasi masalah, penentuan proses dan kriteria masalah harus mengikutsertakan bahkan ditentukan oleh masyarakat/kelompok sasaran. Penggunaan model pendekatan di atas diharapkan akan: (1) dikenalnya masalah secara tepat/efektif sesuai dengan pesepsi, kehendak, dan ukuran/ kemampuan serta kebutuhan mereka, (2) tumbuhnya kekuatan (empowering) masyarakat atau kelompok sasaran dalam pengalaman merancang, melaksanakan, mengelola dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan/pertumbuhan diri
dan ekonominya, dan (3) efektifitas dan efisiensi penggunaan sumberdaya masyarakat
atau
kelompok sasaran.
Selanjutnya
melalui analisis
akan
terinventarisir keterbatasan dan keterpenuhan berbagai sumberdaya, sarana dan prasarana, maupun jenis-jenis usaha masyarakat. Di samping itu, akan ditemukan berbagai jenis kesenjangan dan kemiskinan secara mendalam baik secara natural, struktural, ataupun kultural. Berdasarkan identifikasi masalah akan dirancang berbagai perencanaan profil wilayah berupa program aksi. Rencana program aksi sebelum disosialisasikan kepada masyarakat atau kelompok sasaran, terlebih dahulu dikonsultasikan dengan Bappeda, Camat, dan Kepala Desa untuk kemudian memperoleh tanggapan/umpan balik/masukkan dari masyarakat atau kelompok sasaran yang akan digunakan sebagai bahan revisi dari rancangan program aksi. b. Pelaksanaan program dengan model
enthrepreneurship capasity building
(ECB) dan model Technology Transfer (TT) serta menerapkan Teknologi Tepat Guna (TTG). Model ECB terkait erat dengan kemampuan berwirausaha dari masyarakat, dengan model ini diharapkan: (1) memberikan wawasan, sikap, dan keterampilan usaha, (2) memberikan peluang, (3) memfasilitasi (modal pinjamaan dsb.), dan (4) memonitor dan mengevaluasi bagaimana perkembangan usahanya. Model TT dilakukan agar masyarakat atau kelompok sasaran: (1) menguasai prinsip-prinsip penerapan teknologi terutama yang berkaitan dengan proyek yang sedang/akan dilaksanakan, (2) kalau teknologinya dirasakan terlalu rumit untuk menyelesaikan masalah/kebutuhan,
maka
ketua
proyek
mempunyai
kewajiban
untuk
menyederhanakan melalui penerapan TTG, (3) memproduk yang bersifat
mereplikasi/modifikasi dengan alat sederhana yang dapat menyelesaikan masalah/kebutuhan. c. Penyebarluasan informasi dan dan sosialisasi program dengan menggunakan model Information Technology (IT). TTG yang telah diujicobakan dengan hasil yang cukup layak dan memuaskan dapat dikemas dalam kemasan informasi media cetak/elektronik, kemudian disebarluaskan kepada kelompok pengguna yang lain melalui IT. Dengan demikian model IT dalam program desa binaan digunakan untuk menyebarluaskan hasil replikasi dan modifikasi TTG yang aplikasinya benarbenar telah teruji secara layak dan memuaskan.
2.2 Rencana dan Pelaksanaan Program Desa Binaan Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan melalui program desa binaan di Desa Tembok Kecamatan Tejakula dapat dikemukakan seperti pada tabel berikut.
Tabel 1. Program kegiatan desa Binaan Desa Tembok Kecamatan Tejakula No
Program desa binaan
Tahun I
1
Sosialisasi
x
2
Konsolidasi dan koordinasi dengan pihak desa dinas dan x kelompok-kelompok usaha pendukung pengembangan potensi sesuai bidang kegiatan di desa lokasi
3
Penyusunan indikator dan instrumen program desa binaan
x
4
Pembekalan peserta/pelatihan pelaksanaan teknis lapangan
x
5
Penyelenggaraan keaksaraan usaha mandiri (Kelompok ibu x rumah tangga)
6
Pelatihan/pendampingan
industri
rumahan
(kelompok x
Sekarsari Jaya) 7
Penyuluhan adat (masyarakat adat)
x
8
Penyuluhan lingkungan dan Penghijauan (kelompok tani x ternak)
10
Laporan
x
Tabel 2 Rencana Jadwal Tahun I (Tahun 2015) NO
KEGIATAN
Bulan 1
1
Sosialisasi program desa binaan tahun I kepada kecamatan dan desa lokasi
2
Konsultasi-Konsolidasi program dengan Desa
3
Penyusunan Instrumen program
4
Pelatihan Teknis Lapangan bagi dosen dan mahasiswa pelaksana program.
5
Pembelajaran keaksaraan usaha mandiri
6
Pelatihan industri rumahan.
7
Penghijauan lahan tandus
2
3
4
5
6
7
8
8
Penyuluhan adat
9
Pembuatan Laporan
2.3. Organisasi Pelaksana Ketua Pelaksana
: Prof. Dr. I Gede Astra Wesnawa, M.Si
Koordinator Bidang SDM
: Drs. Dewa Bagus Sanjaya, M.Si
Koordinator Bidang Ekonomi
: Luh Gede Erni Sulindawati, SE.AK. M.Pd
1. Ketua Pelaksana Kegiatan 1. Memiliki pengalaman dalam kegiatan P2M, baik yang didanai dari DIPA, Diknas maupun dari DP2M DIKTI, seperti: Life Skill, Ipteks, Vucer, dan KAM. 2. Memimpin dan menjalankan wewenang Program desa binaan 3. Melaksanakan fungsi sebagai pengelola yang meliputi: perencanaan, pengambilan keputusan, pengarahan, koordinasi, pengawasan monitoring dan evaluasi (monev), dan penyempurnaan bagi tercapainya tujuan desa binaan. 4. Melaksanakan hubungan keluar dengan Pemkab, Dikti dan Dinas Instansi terkait. 5. Menyusun perencanaan kegiatan (action plan) tahun I dan II. 6. Bertanggung jawab kepada Ketua LPM Undiksha Singaraja.
1.1.
Koordinator Program Bidang SDM (Pendidikan, Pelatihan, Penyuluhan) 1. Bertindak sebagai ketua program bidang pendidikan dalam tugas-tugas pelaksanaan program desa binaan.
2. Merencanakan, membuat keputusan, mengarahkan, mengkoordinasi, mengawasi dan menyempurnakan kegiatan pelaksanaan program. 3. Mengatasi dan membuat keputusan terhadap masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh pelaksana program. 4. Menyusun perencanaan kegiatan (action plan) tahun I dan II berkaitan dengan bidang pendidikan. 5. Bertanggung jawab atas terlaksanannya program bidang pendidikan dengan sebaik-baiknya kepada Koordinator Pelaksana Kegiatan. 6. Melaksanakan tugas-tugas lain atas perintah Koordinator Pelaksana Kegiatan.
1.2.Koordinator Program Bidang Ekonomi 1. Bertindak sebagai ketua program bidang ekonomi dalam tugas-tugas pelaksanaan Program desa binaan. 2. Merencanakan, membuat keputusan, mengarahkan, mengkoordinasi, mengawasi dan menyempurnakan kegiatan program bidang ekonomi. 3. Mengatasi dan membuat keputusan terhadap masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh pelaksana program. 4. Menyusun perencanaan pelaksanaan program (action plan) tahun I dan II untuk program bidang ekonomi. 5. Bertanggung jawab atas terlaksanannya program Sarana dan Prasarana dengan sebaik-baiknya kepada Koordinator Pelaksana Kegiatan. 6. Melaksanakan tugas-tugas lain atas perintah Koordinator Pelaksana Kegiatan.
1.3.Koordinator Program Bidang Hukum 1. Bertindak sebagai ketua program bidang hukum dalam tugas-tugas pelaksanaan Program desa binaan. 2. Merencanakan, membuat keputusan, mengarahkan, mengkoordinasi, mengawasi dan menyempurnakan kegiatan program bidang hukum. 3. Mengatasi dan membuat keputusan terhadap masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh pelaksana program. 4. Menyusun perencanaan pelaksanaan program (action plan) tahun I dan II untuk program bidang hukum. 5. Bertanggung jawab atas terlaksanannya program Sarana dan Prasarana dengan sebaik-baiknya kepada Koordinator Pelaksana Kegiatan. 6. Melaksanakan tugas-tugas lain atas perintah Koordinator Pelaksana Kegiatan. 1.4.
Mahasiswa 1. Mengumpulkan dan merekapitulasi semua hasil kegiatan program desa binaan di tingkat desa atau banjar/dusun. 2. Ikut aktif melaksanakan kegiatan program yang berada di desa maupun Banjar/dusun. 3. Dapat menyusun kegiatan program melalui PKM pada tahun berikutnya. 4. Melaporkan kegiatan kepada Kepala Desa maupun Dosen Pelaksana/ Pembimbing. 5. Bertanggung jawab kepada Dosen Pelaksana Program.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil 3.1.1 Pelatihan dan pendampingan keaksaraaan usaha mandiri. Kegiatan pelatihan dan pendampingan keaksaraan usaha mandiri melibatkan kelompok wanita Sekarsari Jaya di dusun Ngis Desa Tembok Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng yang berjumlah 10 orang. Kegiatan ini menunjukkan hasil yang sangat baik dilihat dari kehadiran dan keterlibatan peserta. Kegiatan pendampingan dilakukan dengan pelibatan instruktur teman sebaya dengan memanfaatkan tenaga terampil yang ada di masing-masing kelompok yang ada di lokasi kegiatan Desa Binaan Desa Tembok Kecamatan Tejakula Kabuaten Buleleng.
Gambar 2.1: Instruktur teman sebaya sedang melatih ibu rumah tangga dalam menulis angka dan huruf (dok. I Gede Astra Wesnawa, 2015)
Gambar 2.2: Pembelajaran keaksaraan Usaha Mandiri oleh insrruktur teman sebaya (dok. I Gede Astra Wesnawa, 2015)
3.1.2 Pelatihan pembibitan dan penghijauan Kegiatan pelatihan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan potensi alam dan lingkungan untuk mewujudkan lingkungan yang lestari/berkelanjutan, sesuai hasil rembug dengan kelompok tani dusun Ngis, disepakati membuat bibit kelapa gading (Nyuh Gading).
Gambar 2.3: Kegiatan pelatihan penghijauan dan pembibitan
3.1.3 Pengembangan usaha ekonomi kreatif Mendorong tumbuhnya kreativitas, motivasi dan inovasi masyarakat dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapinya melalui pelatihan dan pendampingan pengembangan usaha ekonomi kreatif, seperti kreasi produk dodol dan pembuatan VCO. Pelatihan pembuatan ingke merupakan salah satu dari kegiatan industri rumahan yang dikembangkan pada program
Binaan Desa
Tembok Kecamatan Tejakula. Kegiatan industri rumahan lainnya adalah pembuatan minyak kelapa.. Kerajinan rumah tangga yang pertama-tama dikembangkan dalam program Desa Binaan adalah kerajinan ingke. Hal ini dilakukan mengingat adanya potensi daun lontar. Sementara ini belum optimal upaya
pemanfaatannya.
Program
Desa
Binaan
Kecamatan
Tejakula
mengembangkan program untuk pembuatan ingke dengan pengembangan motif dan bentuk yang prospektif. Kerajinan ini sudah ada sebelumnya. Namun, motif yang ada masih sederhana dan produksi hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal. Melalui kelompok kerajinan yang ada di Desa Tembok yang berada di bawah naungan kelompok Sekarsari Jaya dengan jumlah anggota kelompok 47 orang, mulai mengkreasikan produknya di bawah binaan program desa binaan. Usahanya atau kegiatannya di samping pembuatan ingke juga membuat produk lain seperti membuat lengis (minyak kelapa). Ketua Kelompoknya adalah Luh Ngawi dan Bendahara Ibu Nyoman Nila. Pelatihan pembuatan ingke mulai dilaksanakan tanggal 31 Mei 2015 dengan menggunakan instruktur/tutor teman sebaya yang ada di Desa Tembok. Adapun kegiatan yang telah dilaksanakan tampak pada gambar berikut.
Gambar 2.4 : Pengarahan dari Ketua Tim Desa Binaan Desa Tembok sebelum pelaksanaan pelatihan program-program desa binaan bagi kelompok wanita/ibu rumah tangga di dusun Ngis Desa Tembok (Dok. I Gede Astra Wesnawa, 2015)
Gambar 2.5:
Instruktur teman sebaya sedang melatih peserta dalam pembuatan ingke (Dok. I Gede Astra Wesnawa, 2015)
Gambar 2.6: Pelatihan pembuatan kreasi produk dengan memanfaatkan lidi daun lontar disaksikan oleh Ibu Kepala Desa Tembok Ibu Jero Padmawati (Dok. I Gede Astra Wesnawa, 2015)
Usaha ekonomi kreatif lain yang dikembangkan adalah pembuatan VCO. Sasaran dalam program pengabdian pada masyarakat ini adalah meningkatkan kemampuan dan keterampilan peserta pelatihan dalam memanfaatkan buah kelapa sebagai penghasil minyak, yaitu dengan pelatihan pembuatan VCO, sehingga memiliki nilai ekonomiss yang lebih tinggi yang selanjutnya diharapan dapat meningkatkan kesejahteraan peserta. Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi terlihat para peserta mengikuti pelatihan dengan sangat antusias. Pelatihan pembuatan VCO ini telah dilaksanakan selama 2 dua hari yaitu pada tanggal 15 Juni 2015 dan tanggal 16 Juni 2015 dengan jumlah peserta 10 orang. Selama dua hari tersebut, hari pertama peserta diberikan materi kemudian diperagakan teknik
dan cara pembuatan VCO. Pada hari kedua peserta mempraktekkan sendiri cara pembuatan VCO Berikut adalah gambar kegiatan pelatihan pembuatan VCO di desa lokasi pelaksanaan program desa binaan.
Gambar 2.7: Pelaksannaan pembuatan VCO
3.1.4 Pelatihan pembuatan alat upakara agama Hindu Kegiatan awal yang dilakukan sebelum pelatihan adalah penyuluhan untuk peningkatan kesadaran masyarakat tentang adat dan agama untuk mendorong terwujudnya kemandirian, kenyamanan dan kesejahteraan masyarakat desa dalam bidang adat dan agama. Selanjutnya dilaksanakan pelatihan pembuatan sesajen yang terdiri dari pembuatan pejatian, prayascita durmanggala, dan biakkawon. Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh kelompok tani dusun Ngis yang dilaksanakan tanggal 31 Mei 2015 dan 7 Juni 2015 yang hasilnya tampak seperti gambar berikut.
Gambar 2.8: Instruktur Teman Sebaya (Ibu Wayan Merta) sedang memberi contoh pembuatan alat upakara “pejatian” (Dok. I Gede Astra Wesnawa, 2015)
Gambar 2.9: Pelatihan pembuatan alat upakara “pejatian” (Dok. I Gede Astra Wesnawa, 2015)
Gambar 2.10: Bentuk rangkaian dari alat upakara pejatian lokasi di Balai Kelompok Dusun Ngis (Dok I Gede Astra Wesnawa, 2015)
Gambar 2.11: Kelompok Sekarsari Jaya dan ibu rumah tangga membuat alat upakara di bawah bimbingan instruktur teman sebaya (Dok I Gede Astra Wesnawa, 2015)
Gambar 2.12: Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat pada kelompok Sekarsari Jaya dalam pembuatan alat upakara dipantau oleh Kepala Desa Tembok Ibu Jero padmawati (Dok. I Gede Astra Wesnawa, 2015)
Gambar 2.13 :
Hasil kerja Kelompok Ibu rumah tangga dalam pelatihan
pembuatan
prayascita durmanggala di Desa Tembok (Dok.
IGede Astra Wesnawa, 2015) Selanjutnya untuk meningkatkan keterampilan anggota kelompok dalam pembuatan alat upakara tersebut dilanjutkan dengan kegiatan pendampingan. Pendampingan dilakukan dengan memanfaatkan tokoh masyarakat yang biasa membuat alat upakara yang dikoordinir oleh Ibu Wayan Merta dari dusun Ngis.
3.2 Pembahasan 3.2.1 Pelatihan dan pendampingan keaksaraaan usaha mandiri. Kecamatan Tejakula merupakan wilayah yang memiliki jumlah penduduk yang tidak melek huruf dan putus sekolah yang tinggi di Kabupaten Buleleng. Dalam upaya menurunkan tingkat tidak melek huruf ini, program desa binaan Kecamatan Tejakula mencanangkan program pembelajaran keaksaraan usaha
mandiri di kelompok usaha yang ada di desa binaan. Penanganan tidak melek huruf dan putus sekolah ini dilakukan pembelajaran dan pelatihan dengan memberdayakan masyarakat yang memiliki kemampuan dalam olah keterampilan dan memanfaatkan instruktur dari Undiksha. Hasilnya menunjukkan peningkatan kemampuan calistung dan melahirkan berbagai kreasi dalam kerajinan rumah tangga. 3.2.2 Pelatihan pembibitan dan penghijauan Pada bidang pertanian dalam arti luas, dilakukan pembibitan tanaman penghijauan dengan menyemai tanaman multi kultur. Pembibitan dan penghijauan ini diawali dengan memberikan penyuluhan dan dilanjutkan dengan pelatihan pembibitan tanaman penghijauan. Kegiatan ini dilaksanakan tidak hanya untuk memberikan
pengetahuan
dan
keterampilan,
namun
lebih
jauh
untuk
membangkitkan kesadaran masyarakat untuk melestarikan kawasan hutan dengan melakukan penghijauan pada lahan kering dan tandus. Secara fisiografis Kecamatan Tejakula memiliki daerah perbukitan dan pegunungan yang kering dan sangat
berpotensi
untuk
terjadinya
longsor
lahan
pada
saat
musim
penghujan.melalui penyuluhan telah muncul pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga kawasan hutan. Di samping itu, adanya upaya untuk menggeser kebiasaan
masyarakat dari pemanfaatan kayu bakar yang
diperoleh di kawasan perbukitan dan pegunungan dengan perambasan pohon untuk bahan bakar, hal ini sangat riskan terhadap bencana ekologis. Dengan melakukan upaya tersebut dapat mengurangi beban hutan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap bahan pakan ternak dan
bahan kayu bakar.
Respon masyarakat di lokasi kegiatan desa binaan terhadap penyuluhan dan pelatihan yang dilaksanakan sangat positif, dan mereka berjanji untuk menjaga kawasan hutan yang akan ditanami tanaman penghijauan. 3.2.3 Pengembangan usaha ekonomi kreatif Industri rumahan yang disasar pada tahun kedua adalah pelatihan pembuatan ingke, dengan melakukan variasi produk. Pelatihan dilaksanakan di balai pertemuan kelompok tani Mekarsari Jaya untuk Desa Tembok. Sementara itu, kelompok tani Desa Tembok dilatih oleh instruktur dari Undiksha dalam mengkreasikan produknya dengan bahan baku lidi dari daun lontar. Pelatihan pembuatan VCO, hasilnya cukup baik karena kelompok tani yang disasar mampu melaksanakan kegiatan pelatihan dan terus dilakukan pendampingan dalam pembuatan VCO.Namun, permasalahan yang dipantau oleh tim pelaksana desa binaan Kecamatan Tejakula bahwa VCO yang dibuat harus benar-benar hygine. Hal ini harus didukung dengan peralatan yang hygine serta didukung oleh kejujuran terhadap kebersihan diri dari pembuat dan kesehatan lingkungan tempat bekerja. 3.2.4. Pelatihan pembuatan alat upakara agama Hindu Peserta pelatihan yang disasar adalah ibu-ibu rumah tangga dan kelompok tani Sekarsari Jaya Dusun Ngis Desa Tembok yang berjumlah 15 orang. Tempat pelaksanaan pelatihan di Bale Kelompok Dusun Ngis. Instruktur yang ditugaskan untuk melatih ibu-ibu rumah tangga adalah warga masyarakat Dusun Ngis (Ibu Wayan Merta). Pertimbangan menggunakan instruktur lokal dikarenakan aktivitas
adat dan budaya yang berlaku di desa lokasi, sehingga jika mendatangkan instruktur luar desa, dikhawatirkan informasi dan bentuk-bentuk alat upakara tidak sesuai dengan kondisi lokal (desa kala patra). Kegiatan pelatihan meliputi materi: pembuatan alat upakara: pejatian, prayascita durmanggala, dan biakawon. Berdasarkan evaluasi proses, peserta antusias mengikuti pelatihan yang dibuktikan oleh kehadiran 100% dan hasil kerja berupa alat upakara: pejatian, prascita durmanggala. Kegiatan pelatihan dilaksanakan selama 2 hari yang dipandu oleh instruktur, selanjutnya dilakukan kegiatan pendampingan pada ibu-ibu rumah tangga dalam pembuatan pejatian, prascita durmanggala dan biakawon.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Kegiatan P2M desa binaan Desa Tembok
Kecamatan Tejakula tahun
pertama difokuskan pada: (1) Pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan (pembelajaran keaksaraan usaha mandiri), (2) Penyuluhan akan pentingnya menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai pemberdayaan potensi alam dan lingkungan dengan lebih mementingkan pemeliharaan, pengolahan, pemanfaatan potensi alam dan lingkungan secara maksimal yang didasarkan pada azas kebersamaan, gotong royong dan kekeluargaan, sehingga alam dan lingkungan tetap lestari, (3) Upaya peningkatan ekonomi rumah tangga melalui wirausaha, penerapan teknologi tepat guna, pola tanam yang memadai dan berupaya membangun potensi ekonomi berdasarkan pembangunan ekonomi berbasis masyarakjat, dan (4) Penyuluhan adat dan agama bagi masyarakat desa yang ditekankan pada pembentukan masyarakat adat. Kegiatannya meliputi: (1) kegiatan pelatihan penghijauan, (2) pelatihan keaksaraan usaha mandiri. (3) pelatihan industry rumahan (pelatihan pembuatan ingke dan VCO), dan (4) pelatihan pembuatan alat upakara (banten) Secara umum evaluasi terhadap hasil kegiatan desa binaan di DesaTembok Kecamatan Tejakula tahun pertama menunjukkan terjadinya (1) peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta melalui pembelajaran keaksaraan usaha mandiri, (2) peningkatan kesadaran masyarakat terhadap upaya pelestarian lingkungan sekitar, (4) peningkatan kreasi
dalam pembuatan kerajinan tangan (ingke dan VCO), (4) peningkatan pemahaman dan keterampilan dalam membuat alat upakara (banten).
4.2 Saran Bercermin pada kebermanfaatan yang dirasakan oleh masyarakat Tejakula khususnya pada lokasi pelaksanaan program desa binaan, dapat dikatakan bahwa keberlanjutan proram desa binaan sangat penting dilihat dari (a) kecenderungaan kearah positif dinamika perubahan perilaku masyarakat dalam memanfaatkan inovasi-inovasi yang diberikan oleh tim maupun instruktur dari masing-masing pelaksanaan program desa binaa Kecamatan Tejakula, (b) kelompok tani yang ada di desa lokasi memiliki komitmen untuk menggerakkan warganya dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diberikan oleh tim dan instruktur kegiatan yang memacu aktivitas
ekonomi kreatif secara berkelanjutan, (c)
dukungan komitmen pemerintah daerah dan penyediaan dana pendamping untuk mengembangkan kawasan desa mandiri di wilayah Tejakula sangat dibutuhkan, (d) respon masyarakat sangat tinggi, ini sebagai modal social budaya untuk menjamin keberlanjutan program sejenis, dan (e) komitmen Undiksha, untuk penetapan wilayah Tejakula sebagai desa binaan dan tempat penyelenggaraan program pengabdian masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Astra Wesnawa, I Gede, dkk. 2014. IbW Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng. Laporan Pengabdian Pada Masyarakat. LPM Undiksha Singaraja. Astra Wesnawa, I Gede. 2011. Pengembangan Potensi Pariwisata Berkelanjutan Bagi Peningkatan Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat pada Koridor Bali Sebagai Pintu Gerbang Pariwisata Nasional. Laporan Penelitian. FIS Undiksha: Singaraja Statistik Kecamatan Tejakula, 2013 Data Potensi Desa Tembok, 2013 Rijanta, R dan M Baiquni. 2003. Otonomi daerah. Transisi Masyarakat dan Konflik Pemanfaatan Sumberdaya: pemahaman Teoritis dan Pemaknaan Empiris. Paper disajikan dalam Seminar Nasional Otonomi dan Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Alam dalam rangka Dies Natalis Fakultas Geografi UGM Yogyakarta 1 September 2003.