Jurnal Notariil, VOL. 1, No. 1, NOVEMBER 2016, 109-127 Available Online at http://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/jn DOI: 10.22225/jn.1.1.410.109-127.
PEMBATASAN KLAUSULA EKSONERASI I Made Sarjana. Universitas Udayana
[email protected]
Abstrak Kontrak merupakan suatu perjanjian yang didasarkan atas kesepakatan diantara pihakpihak yang membuatnya. Kesepakatan yang dilakukan tersebut didasarkan pada adanya prinsip kebebasan berkontrak. Adanya prinsip kebebasan bekotrak tersebut terdapat kencendrungan sering dimanfaatkan oleh pihak yang kedudukannya lebih kuat untuk meminimalisir tanggungjawabnya dan mengalihkannya terhadap pihak yang lemah. Klausula yang melepaskan tanggungjawab dan mengalihkannya kepada pihak lain dalam suatu kontrak disebut dengan klausula eksonerasi. Dalam praktik penggunaan klausula eksonerasi masih sering ditemukan dan dimanfaatkan oleh pihak yang posisinya lebih kuat daripada yang lainnya. Dengan demikian posisi pihak yang lemah dalam suatu kontrak, akan selalu menjadi pihak yang dirugikan dengan berlakunya klausula eksonerasi. Keberadaan klausula eksonerasi perlu mendapat pengkajian lebih mendalam untuk melindungi posisi pihak-pihak yang kedudukannya lebih lemah dalam setiap kontrak. Penggunaan klausula eksonerasi tidak boleh dilakukan dengan leluasa tanpa mengindahkan kaedah-kaedah ataupun prinsipprinsip dalam hukum kontrak. Pembatasan terhadap penggunaan klausula eksonerasi perlu dilakukan untuk melindungi pihak yang posisinya lemah, dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan, asas-asas hukum perjanjian serta yurisprudensi. Penggunaan klausula eksonerasi yang tidak mengindahkan pembatasan tersebut dijadikan dasar untuk melakukan gugatan bagi pihak yang dibebankan tanggungjawab untuk membebaskan dirinya dari kerugian yang semestinya tidak dialaminya dengan menyatakan kontrak dapat dibatalkan atau kontrak batal demi hukum. Demikian juga halnya untuk setiap kontrak tertentu keikutsertaan pemerintah perlu diberikan ruang semata-mata untuk melindungi masyarakat sebagai pihak yang lemah, agar tidak dirugikan karena adanya klausula eksonerasi. Kata Kunci: prinsip kebebasan berkontrak, klausula eksonerasi, pembatasan.
Abstract
The contract is an agreement that is based on an agreement among the parties who made it. The deal is done based on the principle of freedom of contract. The existence of the principle of freedom of contract are included often exploited by the party stronger position to minimize its responsibility and divert it towards the weaker side. Clause that releases the responsibility and divert it to the other party in a contract called the exoneration clause. In practice the use of the exoneration clause is still frequently found and exploited by the stronger position than others. Thus the position of the weaker party in a contract, there will always be a party aggrieved by the enactment of the exoneration clause. The existence of the exoneration clause needs to get a more in depth in order to protect the position of the parties that the weaker position in any contract. The use of the exoneration clause should not be done freely without regard terms or principles in contract law. Restrictions on the use of the exoneration clause needs to be done to protect the weaker party position, taking into account the legislation, principles of contract law and jurisprudence. The Copyright © 2016 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X
Jurnal Notariil, Vol. 1, No. 1 November 2016, 110
use of the exoneration clauses that do not heed such restrictions serve as the basis for the parties to pursue actions imposed responsibility to free himself from the losses that should not have happened to declare the contract may be canceled or the contract null and void. Similarly, for each specific contract participation of government need to be given space solely to protect the people as the weak side, so as not to be harmed for their exoneration clause. Keywords: the principle of freedom of contract, the exoneration clause, baring.
1. PENDAHULUAN.
keberadaan asas kebebasan berkontrak
Telah diakui secara umum baik dikalangan
praktisi bisnis
tidak memiliki batasan, lebih-lebih
ataupun
hukum kontrak yang terdapat dalam
didunia akademis bahwa klausula ek-
BW Indonesia menganut sistem ter-
sonerasi digunakan dalam kontrak-
buka, sehingga dalam praktik dunia
kontrak, baik kontrak dalam skala besar
bisnis dimanfaatkan sebagai kekuatan
secara finansial atau dalam skala kecil.
oleh pihak yang merasa kedudukannya
Pencantuman klausula eksonerasi da-
di
lam kontrak tidak dapat dihindari kare-
Sesungguhnya asas kebebasan ber-
na demi kebutuhan yang bersifat prak-
kontrak tersebut ditujukan untuk per-
tis dan efisien. Keberadaan klausula ter-
baikan hidup manusia, akan tetapi pada
sebut disebabkan oleh adanya ketentu-
kenyataannya asas tersebut sering dis-
an Pasal 1338 BW Indonesia. Ketentuan
alahgunakan1.
atas
daripada
pihak
lainnya.
tersebut memuat asas kebebasan ber-
Sebagaimana diketahui bahwa tidak
kontrak, yang memberikan peluang
ada satu ketentuanpun yang mengatur
kepada mereka untuk dimuatkan klau-
tentang klausula eksonerasi dalam BW
sula-klausula di dalam kontrak yang
Indonesia. Hukum kontrak kita yang
dirancangnya
bersumber dari BW Indonesia hanya
keinginannya
agar
sesuai
tanpa
dengan
mempertim-
mengatur
batasan-batasan
kontrak
bangkan aspek-aspek lainya yang juga
yang sifatnya masih umum. Oleh kare-
merupakan bagian dari pihak lainnya
na sifatnya masih umum, maka para
dalam
kontraktan dalam praktik senantiasa
kontrak.
Terkesan
bahwa
1 Peter M. Marzuki, Batas-Batas Kebebasan Berkontrak, Yuridika. Vol. 18, No. 3, Mei 2003, hal. 203.
Copyright © 2016 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X
Jurnal Notariil, Vol. 1, No. 1 November 2016, 111
dan tidak sulit mencarinya, terdapat
anda, sehingga yang namanya klausula
banyak ragam isi klausula eksonerasi
eksonerasi masuk ke dalam klausula
tersebut.
biasa
yang memberatkan tersebut. Sementa-
didapatkan dalam kontrak baku, mes-
ra dalam common law system klausula
kipun klausula tersebut juga amat mu-
eksonerasi digolongkan dengan nama
dah dimuat sekalipun tidak berbentuk
unconsionasble clause. Klausula terse-
kontrak baku. Tentu saja keberadaan
but
klausula
di-
tanggung jawab salah satu pihak ter-
dalam
hadap gugatan pihak lainnya dalam hal
kedudukan atau posisi yang lebih kuat
yang bersangkutan tidak atau tidak
d al a m
dengan
Kontrak
demikian
eksonerasi
manfaatkan a r ti
oleh
demikian
mereka
s an g a t
d i bu tu h k an
juga
berisikan
semestinya
pembatasan
melaksanakan
keberadaannya dalam suatu kontrak,
kewajiban yang ditentukan di dalam
sehingga pihak lainnya berposisi se-
perjanjian tersebut2.
bagai pihak yang lemah, yang terkesan
Melalui tulisan ini akan dicoba untuk
sangat mempunyai kepentingan akan
melakukan
pengkajian
terhadap
bantuan dari pihak lawan dalam suatu
keberadaan klausula eksonerasi secara
kontrak.
teoritis agar penggunaannya tidak
Berbeda dengan BW Indonesia,
secara serta merta merugikan pihak
sekalipun tidak menyebutkan secara
yang kedudukannya lebih lemah. Pem-
langsung tentang klausula eksonerasi,
batasan terhadap penggunaan klausula
bahwa NBW Belanda yang mulai berla-
eksonerasi juga untuk memahami pem-
ku sejak tahun 1992 terdapat ketentu-
batasan tentang asas kebebasan ber-
an yang menyebutkan klausula yang
kontrak yang dimuat dalam hukum
memberatkan (onredelijk bezwarend
kontrak, sehingga asas keseimbangan
atau unreasonably onerous). Klausula
para kontraktan lebih terjamin.
yang bersifat memberatkan salah satu pihak tidak dikehendaki oleh NBW Bel2 Pandangan Sutan Remy Sjahdeni, dalam Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta 2010, hal. 346.
Copyright © 2016 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X
Jurnal Notariil, Vol. 1, No. 1 November 2016, 112
2. PEMBAHASAN
bisnis
PENGERTIAN KLAUSULA EKSONERASI
merambah kedalam segala jenis kon-
Istilah klausula eksonerasi merupakan terjemahan dari istilah exoneratie
clausule. Istilah asing lainnya yang digunakan adalah: exemption clause,
exclusion clause, exculpatory clause, warranty disclaimer clause, limitation of liability clause. walaupun demikian dalam tulisan ini istilah yang digunakan adalah klausula eksonerasi, yang bagi penulis sendiri adalah lebih familiar daripada istilah lainnya. makna yang berisi pembatasan pertanggungjawaban dari pihak debitur. Dalam kamus istilah hukum Fockema Andreae, Exoneratie clausule (syarat eksonerasi) yaitu syarat dalam suatu
persetujuan, di mana satu pihak membebaskan diri dari pertanggungjawaban dibebankan
ini
sudah
meluas
trak. Sementara menurut Sutan Remy Sjahdeni, keberadaan klausula eksonerasi adalah bertujuan membebaskan atau membatasi tanggung jawab salah satu pihak terhadap gugatan pihak lainnya dalam hal yang bersangkutan tidak atau tidak dengan semestinya melaksanakan
kewajibannya
yang
ditentukan di dalam perjanjian tersebut3. klausula tersebut selalu bersifat
berat sebelah, yang hampir dapat dipastikan akan menguntungkan mere-
Klausula eksonerasi mengandung
yang
dewasa
kepadanya
oleh
hukum yang mengatur, terutama dalam persetujuan pengangkutan. Walaupun dalam kamus tersebut menyebutkan klausula tersebut terdapat terutama da-
ka yang kedudukan lebih kuat daripada pihak lainnya serta sering kali terdapat dalam kontrak baku. Sesungguhnya penulisan ini tidak semata-mata menyoroti perjanjian dalam kontrak baku, tetapi juga perjanjian yang bukan kontrak baku, karena perjanjian biasapun klausula eksonerasi tidak susah untuk dicantumkan. Munculnya klausula eksonerasi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain; kecermatan dalam berkontrak, etikad baik (good faith) dalam ber-
lam pengangkutan, tetapi dalam praktik 3 Sutan Remy Sjahdeni, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta 1993, hal. 75.
Copyright © 2016 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X
Jurnal Notariil, Vol. 1, No. 1 November 2016, 113
kontrak dan posisi tawar yang tidak
dibawakan dan secara sengaja disem-
seimbang. Sebab pertama yaitu kecer-
bunyikan atau tidak dimasukkan dalam
matan berkontrak berkaitan dengan
sub-sub atau item pembahasan negosi-
wawasan hukum pihak-pihak pemben-
asi. Target-target demikian dalam dunia
tuk kontrak4. Dalam hal ini dituntut
bisnis sering disebut implied target yai-
keahlian
me-
tu target atau sasaran bisnis yang
manfaatkan saluran-saluran hukum,
secara sengaja tidak ditawarkan secara
yang digunakan untuk meningkatkan
eksplisit dalam proses negosisasi dan
kualitas kontrak, kemampuan para
secara diam-diam hendak diwujudkan
pihak untuk selalu memperhitungkan
melalui kelemahan-kelemahan klausula
segala resiko yang dapat timbul dari
pihak lawan yang secara sengaja dikon-
setiap
yang
disikan demikian5. Disadari pula bahwa
dirancang dalan kontrak. Dituntut pula
menentukan mereka yang memiliki
kemampuan untuk melakukan negosi-
etikad baik dan etikad buruk sangatlah
asi, memperhitungkan kelengkapan ma-
sukar untuk ditentukan. Penyimpangan-
teri kontrak serta kecermatan dalam
penyimpangan terhadap prinsip-prinsip
merancang rumusan-rumusan klausula,
hukum kontrak sebagaimana halnya
sehingga memperkecil ruang resiko dan
perilaku yang tidak jujur sulit untuk
pada akhirnya dapat mewujudkan kon-
dihapuskan. Hal demikian dapat di-
trak yang bersih, terbuka dan adil
antisipasi serta meredam dampak bu-
(banafide).
ruknya dengan kecerdasan serta kecer-
para
syarat
pihak
atau
mampu
kausula
Sebab kedua adalah etikad baik yang
matan berkontrak.
berkaitan dengan kejujuran dan kualitas
Sebab ketiga adalah faktor posisi ta-
mental para pihak. Dalam praktik bisnis
war yang tidak seimbang. Faktor ini di-
tidak sedikit para pelaku bisnis yang
maksudkan bahwa posisi pihak-pihak
memiliki niat untuk mewujudkan target-
yang melakukan kontrak adalah tidak
target bisnisnya melalui strategi yang
seimbang, memiliki kedudukan yang
4 Ida Bagus Wyasa Putra, Aspek-Aspek Hukum Perdata Internasional Dalam Transaksi Bisnis Internasional, Refika Aditama, Bandung, 2000, hal. 64.
5 Ibid, hal. 65
Copyright © 2016 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X
Jurnal Notariil, Vol. 1, No. 1 November 2016, 114
tidak sejajar, sehingga berdampak pada
kontrak tersebut, seperti tumbuhnya
posisi tawar yang lemah pada pihak
standar kontrak dalam dunia bisnis, ikut
lainnya. Lemahnya kedudukan salah
campurnya tangan pemerintah dalam
satu pihak disebabkan oleh beberapa
kehidupan rakyat sebagaimana dapat
faktor seperti wawasannya dibidang
ditemukan dalam hukum ketenagaker-
hukum sangat kurang, faktor kepent-
jaan, masuknya konsumen sebagai
ingan yang amat mendesak yang me-
pihak dalam berkontrak dan yang pal-
merlukan segera terselesainya kontrak
ing terakhir adalah peran pemerintah
yang dilakukan tanpa lagi memperhi-
melalui Lembaga Otoritas Jasa Keu-
tungkan
angan
resiko yang dapat men-
yang memiliki kewenangan
impanya. Faktor ekonomi juga merupa-
pengawasan pada lembaga jasa keu-
ka salah satu pemicu munculnya posisi
angan dan melindungi masyarakat dari
tawar yang lemah yang sering di-
kerugian yang ditimbulkan oleh tinda-
manfaatkan oleh mereka yang berposisi
kan pelaku usaha jasa keuangan.
lebih kuat. Beberapa faktor- faktor ter-
Sekalipun sudah terdapat beberapa
sebut memberikan peluang dan di-
pembatasan terhadap prinsip kebeba-
manfaatkan oleh mereka yang telah
san berkontrak, namun masih sering
memiliki niat yang kurang baik untuk
terjadi pemanfaatan peluang terhadap
melakukan penyalahgunaan keadaan,
pencantuman klausula eksonerasi yang
terutama dalam kontrak standar.
sangat merugikan pihak yang seharusnya
BEBERAPA PEMBATASAN TERHADAP KLAUSULA EKSONERASI Sebagaimana diketahui bahwa prinsip kebebasan berkontrak merupakan
bukan
merupakan
kewajibannya. Dengan demikian beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pemikiran secara akademis adalah sebagai berikut:
prinsip dasar pembentukan kontrak. Namun demikian tidak dapat diabaikan
bahwa terdapat kecendrungan pembatasan terhadap prinsip kebebasan ber-
Batasan berdasarkan Pasal 1337
dan Pasal 1339 BW Indonesia. Dalam ketentuan Pasal 1337 BW In-
Copyright © 2016 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X
Jurnal Notariil, Vol. 1, No. 1 November 2016, 115
donesia menegaskan bahwa perjanjian
gujian berdasarkan undang-undang
tidak boleh bertentangan dengan un-
lebih mudah untuk dilakukan karena
dang-undang, kesusilaan dan ketertiban
telah terdapat pengaturan secara nor-
umum. Apabila dicermati ketentuan ter-
matif dalam setiap ketentuan undang-
sebut merupakan akhir dari Pasal 1320
undang.
BW Indonesia yang memuat tentang
kepatutan dan kebiasaan diharapkan
sahnya perjanjian. Apapun yang dil-
peranan pengadilan untuk menafsirkan
akukan sebelumnya, apabila tidak
lebih lanjut dengan kebijaksanaan me-
sesuai dengan Pasal 1337 BW Indone-
lalui diskresinya
Pengujian
berdasarkan
sia maka berakibat perjanjiannya batal
Apabila bertentangan dengan isi ke-
demi hukum. Makna ketentuan tersebut
tentuan tersebut mengakibatkan per-
sangat signifikan dan berakibat sangat
janjiannya batal demi hukum, se-
luas karena pengadilan berdasarkan
bagaimana ditentukan oleh Pasal 1320
diskresinya amat mudah untuk menya-
BW Indonesia unsur ke empat. Khusus
takan suatu kontrak batal demi hukum.
terhadap yang bertentangan dengan
Selanjutnya Pasal 1339 BW Indone-
undang-undang, hal
itu
berkaitan
sia menegaskan bahwa persetujuan tid-
dengan UU Perlindungan Konsumen
ak hanya mengikat untuk hal-hal yang
khususnya Pasal 18.
dengan tegas dinyatakan di dalam, tetapi juga untuk segala sesuatu yang
Batasan berdasarkan Pasal 18 UU
menurut sifat dari persetujuan itu diha-
Perlindungan Konsumen
ruskan oleh kepatutan, kebiasaan atau
UU No. 8 Tahun 1999 tentang Per-
undang-undang. Mencermati ketentuan
lindungan Konsumen (UUPK) telah te-
tersebut, maka perjanjian yang dibuat
gas menentukan hal-hal yang berkaitan
dan dilaksanakan tidak saja terbatas
dengan pelepasan atau penyerahan
pada apa saja isi dari perjanjian yang
tanggung jawab. Larangan pengalihan
diperhatikan, namun keberlakuan per-
tanggung jawab pelaku usaha kepada
janjian juga dibatasi oleh undang-
konsumen ditentukan oleh Pasal 18
undang, kepatutan dan kebiasaan. Pen-
Ayat (1) huruf a UUPK. Dalam penjela-
Copyright © 2016 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X
Jurnal Notariil, Vol. 1, No. 1 November 2016, 116
san ketentuan itu disebutkan bahwa
hukum tersebut dikarenakan syarat
larangan
untuk
sahnya suatu perjanjian sebagai unsur
menempatkan kedudukan konsumen
keempat dari Pasal 1320 BW Indonesia
setara dengan pelaku usaha berdasar-
tidak dipenuhi, yaitu sebab yang
kan prinsip kebebasan berkontrak. Se-
bertentangan
bagaimana diketahui bahwa UUPK telah
bagaimana ditegaskan oleh Pasal 1337
dengan sadar menempatkan kedudukan
BW Indonesia bahwa perjanjian harus
konsumen dalam dunia bisnis disetara-
sesuai dengan undang, kesusilaan, dan
kan dengan pelaku usaha. Hal tersebut
ketertiban umum. Demikian juga hal-
dilakukan untuk menjamin kedudukan
nya dengan ketentuan Pasal 18 Ayat
pihak konsumen agar tidak dimanfaat-
(3) UUPK yang menegaskan bahwa se-
kan oleh pelaku usaha ketika mereka
tiap klausula baku yang memenuhi ke-
berhadapan dengan konsumen yang
tentuan ayat (1) dan (2) adalah batal
lemah, sehingga pelaku usaha menya-
demi hukum.
ini
dimaksudkan
dengan
hukum, se-
lahgunakan keadaan yang berujung pada kerugian yang amat berat pada
Batasan Berdasarkan
pihak konsumen. Kekhawatiran terse-
Yurisprudensi
but dapat diketahui sebagaimana yang
Terdapat beberapa yurisprudensi di
tertuang dalam penjelasannya karena
Indonesia yang dapat digunakan se-
dengan adanya asas kebebasan ber-
bagai dasar hukum dalam hal penya-
kontrak pihak pelaku usaha tidak men-
lahgunaan keadaan (Misbruik van Om-
cantumkan
pengalihan
standigheden). Yurisprudensi yang di-
tanggungjawab sesuai dengan yang
maksud adalah Putusan MARI No. 3431
dikehendakinya. Pelanggaran yang dil-
K/Pdt/1985, tanggal 4 Maret 1987
akukan oleh pelaku usaha terhadap ke-
menyangkut bunga pinjaman uang dan
tentuan Pasal 18 Ayat (1) huruf a UUPK
barang jaminan yang bertentangan
berakibat kontrak atau perjanjiannya
dengan kepatutan dan keadilan6. Pu-
adalah batal demi hukum. Batal demi
tusan MARI No. 1904 K/Sip 1982 tang-
syarat
6 H.P. Panggabean, Penyalahgunaan Keadaan Sebagai Alasan (Baru) untuk pembatalan Perjanjian, Liberty, Yogyakarta 2010, hal. 66.
Copyright © 2016 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X
Jurnal Notariil, Vol. 1, No. 1 November 2016, 117
gal 28 Januari 1984, putusan tersebut
kebutuhan keuangan yang bersifat san-
menyangkut pembatalan perikatan ka-
gat mendesak dari satu pihak, sehingga
rena perjanjian yang disepakati adalah
pihak lawan mempunyai posisi yang
berat sebelah, sehingga hakim ikut
lebih kuat yang digunakan kesempatan
mencampuri isi perjanjian. Menurut
untuk menekan pihak yang lemah se-
Prof. Z. Asikin Kusuma Atmadja, bahwa
hingga bersedia menandatangani per-
penyalahgunaan keadaan merupakan
janjian yang dibuat meskipun dengan
faktor yang membatasi atau meng-
hati yang cukup berat. Keunggulan keji-
gangu adanya kehendak yang bebas
waan dapat juga membuat satu pihak
untuk menentukan persetujuan pihak-
merasa terpaksa mengikuti kemauan
pihak7. Salah satu pihak tersebut mem-
pihak
iliki posisi yang lemah dan terdesak,
kedudukannya, yang apabila tidak me-
sehingga terpaksa menandatangani
nandatangani dapat berakibat lebih bu-
perjanjian yang bersifat memberatkan
ruk dalam hubungan yang lainnya.
dirinya. Dengan demikian apabila dikait-
Keunggulan kejiwaan membawa dam-
kan dengan ketentuan Pasal 1320 BW
pak terhadap tekanan batin yang men-
Indonesia,
dalam terlebih pendatanganan yang
maka
penyalahgunaan
yang
lebih
kuat
dari
sisi
keadaan tersebut masuk dalam ruang
dilakukan
‘kesepakatan’ yang merupakan unsur
semacam ancaman apabila tidak ikut
pertama dari syarat sahnya perjanjian,
menyutuji pihak lainnya.
sehingga perjanjian demikian dapat dibatalkan.
tersebut karena adanya
Contoh lain dari penyelesaian sengketa yang menyangkut klausula
Secara umum yang digunakan dasar
eksonerasi (pengalihan tanggung ja-
adanya penyalahgunaan keadaan ada-
wab) adalah terdapat dalam Putusan
lah keunggulan ekonomis dan keunggu-
No. 1391 K/Pdt/2011 juncto Putusan
lan kejiwaan8. Keunggulan ekonomis
No. 54/Pdt/2010/PT.BTN joncto Pu-
tersebut menyangkut kemampuan atau
tusan
No. 305/Pdt.g/2009/PT.BTN.
7 Ibid, hal. 95 8 Ibid, hal. 51
Copyright © 2016 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X
Jurnal Notariil, Vol. 1, No. 1 November 2016, 118
Berikut petikan klausula tersebut se-
BW Indonesia, yakni suatu klausula
bagaimana yang dimuat dalam putusan
menjadi batal demi hukum apabila tidak
No. 1391 K/Pdt/2011:
memenuhi syarat yang ditentukan oleh
Indonesia Air Asia akan mengangkut penumpang dan bagasinya sesuai dengan tanggal dan waktu penerbangan yang telah dipesan oleh penumpang tetapi tidak menjamin ketepatan sepenuhnya, Indonesia Air Asia dapat melakukan perubahan tanpa pemberitahuan sebelumnya; apabila terjadi keadaan diluar kemampuan yang menyebabkan terjadinya penundaan ataupun pembatalan penerbangan Indonesia Air Asia ak an be rus ah a memin dahk an penumpang ke penerbangan lainnya dan biaya-biaya yang timbul men jadi t angg ung jawab penumpang sepenuhnya9 (huruf tebal dari penulis). Klausula
eksonerasi
(pengalihan
tanggungjawab) sebagaimana yang dimaksud telah dinyatakan batal demi hukum oleh Mahkamah Agung. Pern-
yataan batal demi hukum terhadap klausula tersebut adalah tepat, oleh karena klausula pengalihan tanggung jawab dalam suatu perjanjian adalah bertentangan dengan ketentuan Pasal 18 Ayat 1 huruf a UUPK. Pernyataan batal demi hukum tersebut pula sesuai
unsur ‘hal tententu’ atau ‘suatu sebab yang dilarang’ sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1320 BW Indonesia. Klausula pengalihan tanggung jawab yang ditentukan secara sepihak oleh Indonesia Air Asia adalah
bertentangan
dengan unsur ‘suatu sebab yang dilarang’ yang diatur dalam Pasal 1320 BW Indonesia, sehingga sangat tepat
apabila klausula pengalihan tanggung jawab tersebut dinyatakan batal demi hukum. Pembatasan Berdasarkan Beberapa Asas: Asas keseimbangan Salah satu asas yang hendaknya diperhitungkan ketika membuat kontrak adalah asas keseimbangan, keseimbangan pada hak dan kewajiban. Asas keseimbangan dimaknai memberikan posisi yang sederajat, sama tinggi, horizontal terhadap mereka yang mengadakan
kontrak.
Asas
tersebut
juga
dengan ketentuan yang terdapat dalam 9 dikutip dari naskah Disertasi, a,n: Munnie Yasmin, Program Doktor Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana 2016, hal: 308.
Copyright © 2016 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X
Jurnal Notariil, Vol. 1, No. 1 November 2016, 119
mengandung makna yang tidak mem-
gaduannya bersifat
bedakan derajat orang karena faktor
demikian sangat dibutuhkan penjelasan
pendidikan, ekonomi, jabatan, agama,
untuk
budaya atau semacamnya itu, yang
dugaan pelanggaran terhadap hukum
dapat berakibat memperburuk hub-
kontrak yang dilakukan oleh pihak yang
ungan dengan pihak-pihak yang sedang
diduga melakukannya. Asas etikad baik
dalam melakukan hubungan hukum
telah dinormakan dalam Pasal 1338
melalui pranata hukum kontrak. Dalam
Ayat 3 BW Indonesia agar pelaksanaan
suatu
dan
perjanjian dilakukan dengan niat yang
beban tanggungjawab harus dibagi
baik. Jadi didasarkan pada keterbukaan
secara merata10.
serta kejujuran sebagai dasar etikad
perjanjian, kenikmatan
sepihak, dengan
memberikan
klarifikasi
atas
baik. Bahwa fungsi dari asas etikad baik
Asas etikad baik
adalah
Asas etikad baik adalah asas yang
harus
diterapkan
dalam
berbagai tahapan, yang dimulai dari pra
cukup sulit untuk diterapkan, oleh kare-
kontrak,
na sulit untuk mengukur kebaikan
pelaksanaan kontrak dalam rangka un-
orang. Demikian juga agak sulit untuk
tuk menjamin kejujuran dan keadilan
menentukan
kontraktual11.
kontrak-kontrak
yang
dibuat dengan etikad buruk sebagai
pembuatan
kontrak
dan
Sebagai pembanding dari asas etikad
lawan dari etikad baik. Etikad buruk
baik
penulis
atau etikad tidak baik kadang-kadang
dengan prinsip yang berkembang pada
baru dapat diketahui ketika ada pihak-
common law system yaitu doktrin un-
pihak yang mengajukan keberatan yang
consionaliability. Doktrin tersebut mem-
merasa haknya dirugikan oleh pihak
berikan kewenangan kepada pengadi-
lainya. Klaim pihak yang merasa diru-
lan untuk membatalkan perjanjian se-
gikan tidak selalu dituruti karena pen-
bagian
bahkan
membandingkannya
seluruhnya
untuk
10 Herlien Budiono, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung 2006, hal. 470. 11 Fifi Junita, Prinsip Etikad Baik Dalam Perspektif Nieuw Burgerlijk Wetboek (NBW): Pelajaran Bagi Indonesia Menuju Reformasi Hukum Kontrak, dalam Proceeding: Konferensi Nasional Hukum Perdata, Asosiasi Pengajar Hukum Keperdataan dan Universitas Lambung Mangkurat 20014, hal. 194
Copyright © 2016 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X
Jurnal Notariil, Vol. 1, No. 1 November 2016, 120
menghindari hal-hal yang bertentangan
tersebut untuk menghindari kewajiban
dengan hati nurani. Beberapa asas beri-
yang harus dipikulnya.
kut ini sebagai mana diungkap oleh Koesnoe, merupakan asli terdapat dalam bumi Indonesia yaitu asas rukun, asas patut/pantas, selaras12.
Asas patut atau pantas Asas patut atau pantas merupakan perpaduan antara tataran moral dengan tataran akal sehat. Tataran
Asas Rukun,
moral berkenaan dengan penilaian baik
Asas rukun terkait dengan pan-
atau buruk suatu perbuatan yang dil-
dangan seseorang dan sikapnya berke-
akukan dalam hal ini perbuatan hukum
naan cara hidup di dalam masyarakat.
yang dilakukan pihak-pihak kontraktan.
Dalam kehidupan masyarakat antara
Sedangkan tataran akal sehat berke-
manusia satu dengan lainnya saling
naan dengan penilaian yang didasarkan
merasa membutuhkan satu dengan
pada hukum-hukum logika13. Ajaran
lainnya, tidak ada pertentangan satu
kepatutan tersebut merupakan pe-
dengan lainnya, selalu mendambakan
doman untuk berperilaku, sehingga
kehidupan yang damai, tenang dan ba-
ukurannya selain perilaku yang baik,
hagia, semua masalah diselesaikan
perilaku buruk juga tindakan yang
secara bersama-sama. Dalam kaitannya
benar dan salah. Yang dikehendaki pa-
dengan kontrak, pihak-pihak yang men-
da asas kepatutan tersebut adalah
gadakan kontrak, satu pihak tidak
mencari kebenaran dan sekaligus untuk
menganggap
pihak
mendapatkan hasil yang baik. Dengan
lainnya, yang seharusnya dianggap se-
demikian ajaran kepatutan menghenda-
bagai keluarga, sehingga diberlakukan
ki adanya unsur kepastian hukum tanpa
ajaran tolong-menolong, tidak saling
mengabaikan unsur manfaat atau kead-
memakan melihat kelemahan pihak
ilan yang diperolehnya dari pihak-pihak
lainnya dan menggunakan kesempatan
yang mengadakan perjanjian. Dalam
sebagai lawan
12 Dikutip dari Herlien Budiono, Op.Cit. hal. 242-244. 13 Ibid, hal. 243
Copyright © 2016 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X
Jurnal Notariil, Vol. 1, No. 1 November 2016, 121
perjanjian adalah untuk mendapat ke-
eksonerasi adalah sebagai berikut
untungan semua pihak, tidak ada pihak
“penyalahgunaan kewajiban”. Penya-
-pihak yang merasa dirugikan terutama
lahgunaan kewajiban yang dimaksud
ketika perjanjian sudah dilaksanakan
adalah kewajiban yang seharusnya dipikul
Asas laras (harmoni)
oleh
pihak
yang
memiliki
kewajiban diserahkan atau melepaskan
Asas laras merupakan bagian dari
beban kewajibannya kepada pihak
rasa batin yang terkandung nilai es-
lainnya tanpa memberikan hak lainnya
tetis14. Asas laras merupakan kesesuain
sebagai imbalannya. Dalam prinsip-
atau harmonisasi dari pihak-pihak yang
prinsip hukum kontrak antara hak dan
mengadakan kontrak/perjanjian. Kon-
kewajiban berposisi secara seimbang,
trak yang baik dan benar adalah kon-
sehingga terjadi kemungkinan masing-
trak yang terjadi dan dilaksanakan
masing pihak saling melakukan penya-
tanpa berujung pada sengketa, apabila
lahangunaan hak dan sebaliknya pen-
sudah diadakan secara selaras, adanya
yalahgunaan
hubungan yang berkesesuaian, harmo-
demikian tidak dapat dilakukan secara
nis.
serta
Timbulnya
keselarasan
harus
merta
kewajiban.
Dengan
melakukan
penya-
didasarkan pada etikad baik semua
lahgunaan yang demikian, masing-
pihak, memandang semua pihak dalam
masing pihak seharusnya taat akan hak
posisi yang sejajar, sama-sama mem-
dan kewajibannya masing-masing.
iliki kepentingan untuk melakukan kon-
Dalam klausula eksonerasi yang
trak, dilakukan dengan jujur dan ter-
membebaskan dirinya dari kewajiban
buka.
yang seharusnya dimilikinya, maka hal demikian sama saja melakukan penya-
Penyalahgunaan kewajiban. Dalam hal ini yang paling terakhir penulis
mengusulkan
pembatasan
pembatasan-
terhadap
klausula
lahgunaan kewajiban. Penyalahgunaan kewajiban merupakan suatu pelanggaran
ketidaktaatan
terhadap
kewajiban yang seharusnya dimiliki
14 Ibid, hal. 243.
Copyright © 2016 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X
Jurnal Notariil, Vol. 1, No. 1 November 2016, 122
oleh mereka yang membebankan kepa-
mewajibkan terhadap kontrak-kontrak
da pihak lain yang semestinya bukan
tertentu dibuatkan secara autentik.
pihak yang memiliki kewajiban. Suatu
Keautentikan tersebut hanya dapat dil-
klausula eksonerasi merupakan per-
akukan oleh notaris terutama kontrak-
buatan
kontrak yang berkaitan perumahan
pelanggaran
terhadap
kewajibannya sendiri sama artinya
yang
dengan melakukan perbuatan melawan
(pengembang), perjanjian kredit per-
hukum sebagaimana yang pernah dipu-
bankan, bidang perasuransian, atau
tuskan oleh HR Belanda 31 Januari
kontrak-kontrak lainnya yang sering
1919. Dalam yurisprudensi tersebut sa-
meresahkan yang menjadikan pihak
lah satu yang dimaksud sebagai per-
yang lemah selalu menjadi korban ka-
buatan melawan hukum adalah yang
rena klausula eksonerasi. Dalam hal
melakukan perbuatan tersebut berten-
demikian notaris perlu memberikan pe-
tangan dengan kewajibannya sendiri,
layanan yang maksimal terhadap kon-
sehingga dapat dipakai alasan untuk
trak-kontrak yang mengandung unsur-
menuntut ganti kerugian berdasarkan
unsur eksonerasi.
Pasal 1365 BW Indonesia.
dilakukan
Notaris
tidak
oleh
developer
bertugas
sebagai
notulen saja, hanya mencatat serta PERANAN NOTARIS
mengisinya dalam suatu akta apa yang
Untuk mengurangi keberadaan ek-
dikehendaki oleh pihak-pihak yang da-
sonerasi yang senantiasa merugikan
tang menghadap, tetapi notaris mem-
pihak yang lemah dibutuhkan peranan
iliki kewenangan dan kewajiban yang
negara melalui Pejabat Notaris dan OJK
lain yang karena jabatannya diharuskan
agar pelaksanaan asas kebebasan ber-
berperan lebih luas, karena mereka
kontrak tidak bertentangan dengan
memiliki tanggung jawab yang luas
makna diciptakannya asas itu dan agar
baik
etika menjadi landasan pelaksanaan
bahkan juga secara pidana. Menurut
asas itu15. Ketentuan-ketentuan yang
UURI No. 30 Tahun 2004 sebagaimana
secara
administrasi,
15 Peter M. Marzuki, Op. Cit, hal. 203
Copyright © 2016 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X
perdata
Jurnal Notariil, Vol. 1, No. 1 November 2016, 123
diubah dengan UURI No. 2 Tahun 2014,
yang mungkin dapat timbul setelah pa-
dalam hal kewenangan yang dimilikinya
ra
bahwa notaris berwenang memberikan
persetujuannya. Hal tersebut didukung
penyuluhan hukum sehubungan dengan
oleh pandangan Van Mourik yang
pembuatan akta (Pasal 15 Ayat 2 huruf
menyatakan bahwa fungsi notaris di
e). Ketentuan tersebut hendaknya
dalam masyarakat modern adalah tidak
dikaitkan dengan Pasal 16 Ayat (1) hu-
membiarkan terjadinya pemerkosaan
ruf a, yang menentukan bahwa notaris
hukum serta ketidakadilan manakala ia
dalam menjalankan jabatannya wajib
berhadapan dengan pihak-pihak kon-
bertindak amanah, jujur, seksama,
traktan16.
kontraktan
menentukan
sikap
mandiri, tidak berpihak dan menjaga
Apabila notaris telah memberikan
kepentingan pihak-pihak yang terkait
penyuluhan hukum dengan baik, maka
dal am
D ari
hal tersebut merupakan memperkecil
kewajiban yang dibebankan terhadap
peluang seorang notaris digugat secara
notaris yang harus menjaga kepent-
perdata di Pengadilan. Apabila hal ter-
ingan pihak-pihak, tidak berat sebelah,
sebut tidak dilakukan oleh notaris,
menjaga keseimbangan pihak-pihak
maka notaris dapat digugat untuk
yang berkontrak, maka penyuluhan
memberikan ganti kerugian berdasar-
hukum dari seorang notaris yang
kan perbuatan melawan hukum, karena
disampaikannya secara jujur dan bertin-
notaris tidak melakukan kewajibannya
dak amanah terhadap kontraktan san-
yang telah ditentukan oleh Undang-
gatlah
dibutuhkan sehingga dapat
Undang Jabatan Notaris dan ada pihak
membuat para kontraktan lebih paham
yang merasa dirugikan haknya yang
dan mengerti akan posisinya masing-
sebelumnya tidak diberikan penjelasan
masing. Setelah penyuluhan hukum
apapun oleh notaris. Khususnya dalam
diberikan oleh notaris, maka para kon-
klausula eksonerasi yang sangat rentan
traktan dapat mengambil sikap dan te-
terhadap penyalahgunaan keadaan ter-
lah siap akan segala resiko apapun
hadap pihak yang posisinya lemah. Da-
pe r bu at an
h u k u m.
16 Dikutip dari Herlien Budiono, Op.Cit, hal. 261
Copyright © 2016 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X
Jurnal Notariil, Vol. 1, No. 1 November 2016, 124
lam hal demikian peranan notaris dapat
dengan nasabah atau masyarakat yang
memberikan petunjuk serta melakukan
membutuhkan jasa yang ditawarkan.
pelayanan secara berimbang.
Ketika lembaga keuangan melayani nasabah tentu saja menggunakan kontrak
PERANAN OTORITAS JASA KEUANGAN. Dewasa ini peranan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dituntut semakin besar oleh karena lembaga tersebut memiliki kewenangan
yang
demikian
luas.
Kewenangan tersebut meliputi di bidang perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya. Demikian juga halnya, bahwa salah satu tujuan dibentuknya UU OJK adalah untuk melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat (Psl. 4 UU OJK), serta perlindungan konsumen dan masyarakat juga merupakan lan-
dasan filosofis dari adannya OJK. Dalam hal demikian OJK seharusnya tidak tinggal diam manakala lembagalembaga
yang
ada
dibawah
pengawasannya sering bahkan selalu
standar yang di dalamnya telah biasa mencantumkan klausula eksonerasi yang selalu berujung menguntungkan lembaga keuangan tersebut daripada nasabahnya. Kewenangan OJK seharusnya juga meliputi kontrak-kontrak standar yang digunakan oleh lembaga keuangan ketika menjual jasanya kepa-
da konsumen, tidak saja OJK masuk karena terdapat pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang jasa keuangan. Bagaimanapun pelanggaran terhadap kontrak, khususnya mencantumkan klausula eksonerasi
dapat
dikatakan
melakukan
pelanggaran terhadap hukum perjanjian.
Itulah
sebabnya
OJK
dapat
melakukan gugatan ganti kerugian yang dialami oleh nasabah/masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 30 UU OJK.
menimbulkan kerugian. Tentu saja lembaga-lembaga yang beraktivitas di bi-
dang jasa keuangan dapat dikatakan selalu menggunakan kontrak-kontrak
PEMBATALAN TERHADAP KLAUSULA EKSONERASI Keberadaan
klausula
Copyright © 2016 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X
eksonerasi
Jurnal Notariil, Vol. 1, No. 1 November 2016, 125
memiliki dampak terhadap pelaksanaan
yang diatur dalam Pasal 1320 BW Indo-
perjanjian, terutama bagi mereka yang
nesia tidak terpenuhi, maka perjanjian
merasa dirugikan. Berkenaan dengan
dapat dibatalkan. Sedangkan apabila
pembatalan perjanjian, maka peranan
salah satu dari unsur obyek tertentu
hakim dituntut mampu melakukan dis-
atau unsur kausa yang halal tidak ter-
kresi untuk mengambil keputusan untuk
penuhi, maka perjanjian batal demi
menghindari hal-hal yang tidak sesuai
hukum. Menurut penulis khususnya ter-
dengan prinsip-prinsip hukum perjan-
hadap perjanjian yang tidak memenuhi
jian, seperti ketidakseimbangan, ketid-
unsur ‘obyek tertentu’ sebagai syarat
akpatutan,
se-
ketiga dalam Pasal 1320 BW Indonesia,
bagainya. Tugas hakim harus mampu
maka berakibat perjanjian secara kese-
menunjukkan dalam hal bagaimana
luruhan adalah batal demi hukum
kontrak dapat dibatalkan dan dalam hal
artinya perjanjian sebagai satu kesatu-
bagaimana kontrak dinyatakan batal
an yang utuh dianggap tidak pernah
demi hukum. Demikian juga halnya
terjadi. Hal mana merupakan suatu
dengan adanya klausula eksonerasi da-
perjanjian tanpa obyek, sehingga tidak
lam perjanjian, apakah keseluruhan
mungkin ada suatu perjanjian tanpa
perjanjian berakibat batal ataukah yang
memiliki obyek yang pasti. Sedangkan
mengandung klausula eksonerasi saja
apabila unsur ‘kausa yang halal’ yang
yang dibatalkan sementara klausula
tidak dipenuhi maka hanya klausula
yang lainnya tetap dapat dilaksanakan.
yang mengandung eksonerasi saja
ketidakadilan
dan
Paling tidak ukuran yang dapat
yang batal demi hukum, sedangkan
digunakan oleh pengadilan menyangkut
klausula yang lainnya masih dapat
pembatalan kontrak yang berkaitan
diteruskan.
dengan klausula eksonerasi adalah ke-
Untuk perjanjian yang dapat dibatal-
tentuan Pasal 1320 BW Indonesia. Se-
kan, menurut penulis khususnya ter-
bagaimana pendapat pada umumnya,
hadap
apabila salah satu dari unsur kesepaka-
‘kesepakatan’, sangat digantungkan pa-
tan atau unsur cakap di depan hukum
da kebijaksanaan dari hakim yang
unsur
Copyright © 2016 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X
pertama
yaitu
Jurnal Notariil, Vol. 1, No. 1 November 2016, 126
menunjukkan kemampuannya untuk
peranan notaris dan OJK, untuk
memilah dan memilih terhadap klausula
mencegah dan mengurangi muncul-
tertentu saja yang dibatalkan. Hanya
nya klausula eksonerasi.
klausula eksonerasi yang tidak disepa-
4) Pembatalan
terhadap
perjanjian
kati saja yang perlu dibatalkan oleh ha-
yang berkaitan dengan klausula ek-
kim, sedangkan yang lainnya dapat
sonerasi diserahkan kepada pengadi-
dilanjutkan. Sedangkan syarat kedua
lan berdasarkan kewenangan untuk
‘cakap di depan hukum’ menurut penu-
melakukan diskresi.
lis mengakibatkan perjanjian secara keseluruhan adalah dibatalkan, karena
UCAPAN TERIMA KASIH
sudah terdapat kepastian hukum yaitu
Penulis mengucapkan terimakasih
menyangkut umur dan atau telah
kepada Mitra Bestari atas masukan-
kawin, hal tersebut amat mudah diten-
masukan
tukan.
mendukung kesempurnaan substansi
yang
bermanfaat
untuk
artikel saya ini. 3. SIMPULAN Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan: 1) Keberadaan klausula eksonerasi selalu bersifat merugikan pihak yang lemah. 2) Pe rlu
dilaku k an
pe mbatas an -
pembatasan yang didasarkan pada peraturan perundang-undangan serta beberapa asas hukum untuk mencegah klausula yang memberatkan tersebut.
3) Diperlukan intervensi dari pihak pemerintah
melalui
peningkatan
DAFTAR PUSTAKA Budiono,Herlien, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung 2006. Fifi Junita, Prinsip Etikad Baik Dalam Per-
spektif Nieuw Burgerlijk Wetboek (NBW): Pelajaran Bagi Indonesia Menuju Reformasi Hukum Kontrak,
dalam Proceeding: Konferensi Nasional Hukum Perdata, Asosiasi Pengajar Hukum Keperdataan dan Universitas Lambung Mangkurat 20014. Gazali, Djoni S dan Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta 2010. Marzuki,Peter Mahmud, Batas-Batas Kebebasan Berkontrak, Yuridika. Vol. 18, No. 3, Mei 2003. Munnie Yasmin, Pembatalan Kontrak Baku Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia,
Copyright © 2016 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X
Jurnal Notariil, Vol. 1, No. 1 November 2016, 127 Program Doktor Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana 2016. Panggabean,H.P, Penyalahgunaan Keadaan
Sebagai Alasan (Baru) untuk pembatalan Perjanjian, Liberty, Yogyakarta 2010.
Sjahdeni, Sutan Remy, Kebebasan Ber-
kontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia, Institut
Bankir Indonesia, Jakarta 1993. Wyasa Putra, Ida Bagus, Aspek-Aspek
Hukum Perdata Internasional Dalam Transaksi Bisnis Internasional, Refika Aditama, Bandung, 2000.
Copyright © 2016 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X