PEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
LILA DEWI TRI RAHMAWATI A 310060227
PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa manusia tidak akan bisa berkomunikasi. Sebagai mahkluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi (Cangara, 2006: 2). Komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi (Cangara, 2006: 2). Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (Cangara, 2006: 19). Dengan kata lain, komunikasi sangat penting bagi kehidupan manusia. Keberadaan bahasa memudahkan seseorang untuk bisa mengeluarkan pendapat dan apa yang dia inginkan. Dwi Sutanto (2007: 1) menyatakan, bahwa setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai komunikator (pembicara atau penulis) maupun sebagai komunikan (penyimak, pendengar, atau pembaca). Manusia memiliki
1
2
potensi atau bekal kodrati untuk menguasai bahasa yang dominan di lingkungannya. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Harimurti Kridalaksana dalam Chaer, 2003: 32). Bahasa dalam konteks wacana, terutama dalam konteks wacana komunikasi, sebetulnya mencakup pengiriman pesan dari sistem syaraf satu orang kepada yang lain, dengan maksud untuk menghasilkan sebuah makna. Komunikasi verbal selalu menggunakan kata. Kata selalu merujuk pada keberadaan sebuah bahasa. Ini berarti bahwa manusia menggunakan simbol bahasa dalam aktifitas komunikasi. Bahasa sebagai alat komunikasi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa, manusia dapat berbicara apa saja, yang sengaja maupun tidak. Dengan bahasa pula manusia dapat mencerminkan perasaannya sehingga pembicaraan dapat menimbulkan suasana gembira, marah, merayu, dsb. Bahasa sebagai alat komunikasi juga dapat digunakan untuk menyampaikan informasi atau berita dan pendapat dari seorang penutur kepada pendengar. Makna bahasa merupakan wujud dari penggunaan bahasa yang bergantung pada situasi penggunaan bahasa. Dalam merinci ketergantungan makna bahasa pada konteks situasi berbahasa, para pakar antara lain menyarankan ciri-ciri yang melekat pada situasi harus teridentifikasi. Ciri yang menyangkut penutur dan pendengar, tempat bertutur serta obyek yang
3
dibicarakan, misalnya merupakan unsur-unsur situasi berbahasa. Kajian yang menekankan pada unsur ini lazimnya tercakup dalam bidang pragmatik (Sofa, 2008: 3). Memahami situasi penggunaan bahasa adalah sesuatu yang penting dalam berkomunikasi. Apabila seseorang tidak memahami situasi tersebut, nantinya pasti akan ada kesalahpahaman antara pembicara dan pendengar. Dalam pembicaraan langsung, seperti bercakap-cakap, orang dapat bertanya langsung, apabila orang tersebut tidak mengerti dengan topik yang sedang dibicarakan. Tetapi dalam bahasa tulis orang harus memperhatikan apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh teks terebut. Kata ganti sering digunakan sebagai pengganti ungkapan nominal. Karena itu sering muncul pertanyaan, apa yang dimaksud dengan kata ganti itu atau mengapa kata ganti itu muncul. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini mengacu kepada deiksis. Deiksis merupakan bagian dari pragmatik. Dalam pragmatik kita mengenal yang disebut interaksi dan sopan santun, implikatur percakapan, pertuturan, referensi dan inferensi serta deiksis. Pragmatik berhubungan dengan pemahaman kita terhadap hal-hal di luar bahasa. Akan tetapi, hal-hal yang dibicarakan di dalam pragmatik sangat erat pula kaitannya dengan halhal di dalam bahasa (Ramadhani, 2007: 10). Kajian deiksis menurut Bambang Yudi Cahyono (2002: 217) merupakan kajian tentang suatu cara untuk mengacu hakikat tertentu menggunakan bahasa yang hanya dapat ditafsirkan menurut makna yang diacu oleh penutur dan dipengaruhi oleh situasi pembicaraan. Sidon (dalam
4
Tarmiyanti, 2008: 2) menyebut deiksis merupakan suatu gejala semantis yang terdapat pada kata atau konstruksi yang acuannya dapat ditafsirkan sesuai dengan situasi pembicaraan dan menunjuk pada sesuatu di luar bahasa seperti kata tunjuk, pronominal,dan sebagainya. Penunjukkan dapat ditujukan pada konstituen sebelumnya yang disebut anafora. Penunjukkan dapat pula ditujukan pada konstituen yang disebut kemudian bentuk penunjukkan seperti itu disebut katafora (Sumarlam, 2003: 23). Deiksis berkaitan dengan pengungkapan sesuatu yang menjadi acuan di dalam komunikasi dengan menggunakan sarana bahasa. Deiksis merupakan cara yang paling jelas untuk menggambarkan hubungan antara bahasa dan konteks dalam struktur bahasa itu sendiri. Deiksis baru dapat diketahui maknanya jika diketahui pula siapa, di mana, dan kapan kata itu diucapkan. Jadi pusat orientasi deiksis adalah penutur (Tarmiyanti, 2008: 2). Dengan demikian, deiksis merupakan identifikasi makna sebuah bahasa yang hanya dapat diketahui bila sudah berada dalam peristiwa bahasa karena dipengaruhi oleh konteks situasi pembicaraan yang diacu oleh penutur (Tarmiyanti, 2008: 3). Novel Ayat-ayat Cinta merupakan salah satu novel best seller di Indonesia. Novel ini bertema cinta yang menceritakan kisah cinta tokohnya yaitu Fahri yang berliku dan menemui banyak masalah. Selain kisah cinta, dalam novel ini juga disisipkan unsur agama, sosial, dan pendidikan yang dapat diambil untuk pengalaman batin para pembacanya. Novel ini ditulis oleh
5
Habiburrahman El Shirazi salah satu novelis hebat di Indonesia. Penulis menggunakan bahasa Indonesia sebagai media untuk menyampaikan informasi kepada pembaca. Uniknya, disisipkan pula bahasa Arab yang menunjukkan Mesir sebagai latar novel tersebut dan bahasa Jerman. Adapun novel Ayat-ayat Cinta ini terdapat perbedaan pemakaian deiksis persona pertama seperti contoh berikut. (1) “Ana akhukum, Fahri,” jawabku. (halaman 34) (2) “Mein name ist Aisha,” sahutnya sambil menyerahkan kartu nama. Ia lalu menyodorkan notes kecil dan pulpen. (halaman 56) Contoh (1) merupakan contoh penggunann bahasa Arab “ana” yang berarti “saya” sebagai deiksis persona pertama tunggal. Contoh (2) merupakan contoh penggunaan bahasa Jerman “mein” yang berarti “saya”sebagai deiksis persona pertama tunggal. Latar belakang penulisan penelitian ini adalah ditemukannya deiksis dalam novel Ayat-ayat Cinta. Deiksis tersebut beragam dilihat dari jenisnya. Penggunaan bahasa Arab dan Jerman selain bahasa Indonesia merupakan bentuk deiksis yang beragam. Bentuk-bentuk deiksis tersebut juga memerankan fungsinya masing-masing dalam kalimat, sehingga dapat ditelusuri lebih lanjut.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dikemukakan bahwa pokok masalah dalam penelitian ini adalah deiksis sebagai kata ganti dalam novel. Dari pokok masalah itu dapat diidentifikasi rumusan masalah sebagai berikut.
6
1. Bagaimana jenis dan wujud deiksis persona, lokasional, dan temporal dalam novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy? 2. Bagaimana kelas kata pembentuk deiksis persona, lokasional, dan temporal dalam deiksis Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy? 3. Bagaimana fungsi deiksis persona dalam novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy?
C. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah tersebut penelitian ini bertujuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan jenis dan wujud deiksis persona, lokasional, dan temporal dalam novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy? 2. Mengidentifikasi kelas kata pembentuk deiksis persona, lokasional, dan temporal dalam novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy? 3. Mendeskripsikan fungsi deiksis persona dalam novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy?
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis, pembaca, dan pengajaran baik secara teoritis maupun praktis. 1. Manfaat Teoritis a. Memperkaya kajian tentang deiksis terutama deiksis persona, lokasional, dan temporal yang ada dalam bahasa Indonesia. b. Memperkaya kajian linguistik terutama kajian pragmatik.
7
2. Manfaat Praktis a. Dapat memberi kemudahan untuk mendeskripsikan ungkapan deiksis persona, lokasional, dan temporal bahasa Indonesia baik lisan maupun tulisan bagi peneliti. b. Dapat memberi kemudahan dalam memahami deiksis persona, lokasional, dan temporal bahasa Indonesia yang terdapat dalam novel atau karya sastra lainnya bagi pembaca. c. Dapat dijadikan acuan sebagai perbaikan mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya yang berkaitan dengan deiksis.