Pemahaman Pustakawan Terhadap Literasi Keuangan: Studi Kasus di Perpustakaan Universitas Indonesia Achmad Suryadi dan Utami Budi Rahayu Hariyadi 1. 2.
Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman instruktur literasi informasi perpustakaan Universitas Indonesia (UI) terhadap program literasi keuangan di perpustakaan. Penelitian ini juga mengidentifikasi strategi yang dapat dijalankan perpustakaan UI untuk meningkatkan literasi keuangan penggunanya. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif dan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Analisis hasil wawancara terhadap informan menunjukkan bahwa informan secara keseluruhan telah memahami dengan baik konsep literasi informasi. Sebagian besar informan memahami bahwa perpustakaan UI perlu turut berperan serta dalam membangun civitas academica atau pengguna perpustakaan yang memiliki kemampuan melek keuangan (financial literate). Perpustakaan UI berpotensi untuk berperan sebagai penyedia akses informasi yang berkaitan dengan keuangan untuk membantu penggunanya memiliki kemampuan literasi keuangan. Strategi yang dapat dilakukan perpustakaan UI untuk mendukung program literasi keuangan ini diantaranya membangun kerjasama dengan lembaga bidang keuangan, meminta bantuan pakar subjek (subject specialist) bidang keuangan dan dapat juga dengan membuat percontohan program pelatihan literasi keuangan pada lingkup yang lebih kecil di tingkat fakultas untuk diadopsi pada tingkat universitas. Kata Kunci : Literasi Informasi, Literasi Keuangan, Perpustakaan UI
The Librarian’s Understanding about Financial Literacy: Case Study in the Library of the University of Indonesia Abstract This research aims to know the understanding of information literacy instructor of University of Indonesia (UI) library about financial literacy programs in libraries. This study also identifies strategies that could be undertaken to improve financial literacy of UI Library users. The study was conducted using a qualitative approach and case study methods. Data collection is done by observation and interviews. Analysis of the results of the interviews indicated that the informants have understood the concept of information literacy very well. The most of informants understand that UI Library need to contribute in establishing financial literacy program to develop financial literacy skills of UI civitas academica and UI Library users. UI Library has the potential to become information access provider of information sources related to the financial issues, to help its users have the capability of financial literacy. The strategy that can be done by UI Library to support this financial literacy program is by colaborating with financial institutions, asking the assistance of subject specialist, and may also by developing financial literacy training program on the small scale that can be adopted at faculty or university level. Keywords : Information Literacy, Financial Literacy, Library of the University of Indonesia (UI)
Pemahaman pustakawan terhadap..., Achmad Suryadi, FIB UI, 2014
Pendahuluan Literasi informasi merupakan kemampuan yang dibutuhkan setiap orang di tengah membanjirnya informasi saat ini. Kemampuan literasi informasi berperan untuk membantu seseorang menyelesaikan masalah yang timbul dan membantu mengambil keputusan yang tepat atau disebut “problem solving and decision making skills” (Rahartri, 2013). American Library Association (1989) menjelaskan bahwa“to be information literate, a person must be able to recognize when information is needed and have the ability to locate, evaluate, and use effectivcely the needed information”. Universitas Indonesia (UI) yang memiliki visi menjadi universitas riset kelas dunia serta dalam rangka mendukung Tri Dharma Perguruan Tinggi telah membekali mahasiswa dengan kemampuan literasi informasi. Program literasi informasi telah dilaksanakan oleh Perpustakaan Universitas Indonesia. Melalui kegiatan Orientasi Belajar Mahasiswa (OBM) dan berbagai pelatihan literasi informasi. Seiring dengan kebutuhan informasi yang beragam, kecuali literasi informasi, berkembang pula istilah literasi lain diantaranya literasi media, literasi komputer, literasi sipil, literasi jaringan, literasi internet, literasi digital dan literasi keuangan. Literasi keuangan merupakan kebutuhan setiap individu agar terhindar dari masalah keuangan karena kesulitan keuangan dapat terjadi bukan hanya dari pendapatan semata (rendahnya pendapatan), tetapi juga dapat diakibatkan dari kesalahan dalam pengelolaan keuangan seperti kesalahan penggunaan kredit dan tidak adanya perencanaan keuangan (Khrisna, Rofaida, dan Sari, 2010). Berdasarkan penelusuran penulis belum ada penelitian yang menunjukkan tingkat literasi keuangan civitas academica UI secara khusus, namun secara umum diketahui bahwa literasi keuangan masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. berdasarkan survei yang dilakukan PT. Visa Worldwide Indonesia mengenai Barometer Global Financial Literacy 2012 di Asia yang menempatkan Indonesia diperingkat 26 dari 28 negara dalam hal melek finansial. Hasil survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerangkan bahwa tingkat pemahaman masyarakat terhadap produk dan jasa keuangan pada umumnya cukup rendah, karena mayoritas responden sebesar 75,69 persen tergolong sufficient literate yaitu memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa, dan hanya 21,84 persen penduduk Indonesia yang tergolong well literate atau memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa serta memiliki keterampilan dalam menggunakannya, sedangkan sisanya sebanyak 2,06 tergolong less literate atau hanya memiliki
Pemahaman pustakawan terhadap..., Achmad Suryadi, FIB UI, 2014
pengetahuan tentang produk dan jasa keuangan saja, dan 0,41 persen tergolong not literate (Pialang Indonesia, 2013). Berkenaan dengan literasi keuangan ini, berbagai perpustakaan di dunia, antara lain oleh Perpustakaan University of Illinois dan Perpustakaan University of Houston di Amerika Serikat, Perpustakaan University of Toronto di Kanada, dan berbagai perpustakaan umum di Amerika Serikat (di Pensylvania dan Wisconsin-Madison), serta Belgrade City Library di Serbia telah mengembangkan program literasi keuangan sebagai bagian dari layanan perpustakaan mereka. Besarnya potensi peranan perpustakaan dalam upaya meningkatkan literasi keuangan, mendorong penulis untuk melakukan penelitian, bagaimana jika program literasi keuangan juga mulai dikembangkan oleh perpustakaan UI dan pustakawan UI menjadi fasilitator program tersebut, sebagaimana yang telah dilakukan oleh banyak perpustakaan di atas. Penelitian ini juga berupaya mengetahui pemahaman instruktur literasi informasi terhadap program literasi keuangan di perpustakaan, mengetahui kesiapan pustakawan Universitas Indonesia untuk bekerjasama dalam program literasi keuangan, dan mengidentifikasi strategi yang dapat dilakukan oleh Perpustakaan UI untuk mengembangkan program literasi keuangan. Penelitian ini memberikan usulan bahwa untuk meningkatkan keterampilan informasi (information skill) penggunanya, sudah saatnya perpustakaan UI meningkatkan program literasi informasinya dengan pengenalan dan pengembangan program literasi keuangan. Literasi keuangan merupakan bekal bagi pengguna untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mengelola keuangan pribadi sebagai salah satu modal yang dapat meningkatkan kualitas hidup mereka di masa yang akan datang. Tinjauan Teoritis Menurut taksonomi Bloom, level understanding atau memahami merupakan suatu kemampuan untuk memahami instruksi dan menegaskan pengertian, makna ide atau konsep yang telah diajarkan baik dalam bentuk lisan, tertulis, maupun grafik atau diagram. Kata kunci dari memahami adalah menerangkan, menjelaskan, menerjemahkan, menguraikan, mengartikan, menyatakan
kembali,
menafsirkan,
mendeteksi,
melaporkan,
menduga,
menginterpretasikan, mengelompokkan,
mendiskusikan,
memberi
menganalogikan, mengubah, dan memperkirakan (Utari, 2011).
Pemahaman pustakawan terhadap..., Achmad Suryadi, FIB UI, 2014
contoh,
menyeleksi, merangkum,
American Library Association (1989) dalam Sudarsono et al. medefinisikan literasi informasi sebagai “to be information literate, a person must be able to recognize when information is needed and have the ability to locate, evaluate, and use effectivcely the needed information”. Apabila dimaknai artinya adalah agar berinformasi, seseorang harus menyadari kapan informasi diperlukan dan memiliki kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif. Alexandria Proclamation yang merupakan hasil dari High Level Colloqium on Information Literacy pada November 2005 menyatakan literasi informasi sebagai “..empower people in all walks of life to seek, evaluate, use and create information effectively to achieve their personal, social, occupational and education goals…”. Maksudnya adalah “literasi informasi memberdayakan orang dalam perjalanan hidupnya untuk mencari, mengevaluasi, menggunakan dan menciptakan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan pribadi, sosial, pekerjaan atau pendidikannya”. Literasi informasi adalah dasar pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning). Satu sama lain saling menguatkan setiap individu, organisasi, institusi ataupun negara dalam lingkup masyarakat informasi dunia, sebagaimana yang diterangkan IFLA (2006:13) pada gambar berikut.
Interelasi Literasi Informasi dan Pembelajaran Sepanjang Hayat, IFLA 2006
Hubungan timbal balik (interelasi) antara literasi informasi dan pembelajaran sepanjang hayat meliputi (1) self-motivated dan self-directed, maksudnya keduanya tidak memerlukan pihak lain diluar individu, organisasi, atau sistem itu sendiri meskipun masukan dari luar seperti mentor atau pelatih dapat membantu (2) self-empowering, artinya keduanya bertujuan membantu individu dalam semua kelompok usia manapun untuk membantu diri mereka sendiri tanpa
Pemahaman pustakawan terhadap..., Achmad Suryadi, FIB UI, 2014
melihat status sosial atau status ekonomi mereka, perannya di masyarakat, jenis kelamin, ras, agama atau latar belakang suku, dan (3) self-actuating, semakin individu melek informasi dan semakin lama individu mempraktikkan literasi informasi dalam kebiasaanya, maka semakin besar pencerahan diri (self-enlightenment) akan terjadi, terutama jika dipraktikkan sepanjang hidupnya. Selain literasi informasi, kini berkembang pula literasi keuangan. Dawes (2013) mengutip dari Financial Literacy and Education Comission US dalam artikelnya yang berjudul Libraries, ACRL, and Financial Literacy mendefinisikan literasi keuangan sebagai berikut: “The ability to make informed judgdments and to take effective actions regarding the current and future use and management of money. Financial literacy incxxludes the ability to understand financial choices, plan for the future, spend wisely, and manage the challenges associated with life events such as a job loss, saving for retirement, or paying for a child’s education” Literasi keuangan merupakan kemampuan untuk membuat keputusan terinformasi dan mengambil tindakan yang efektif mengenai penggunaan dan manajemen uang di masa kini dan masa yang akan datang. Kemampuan yang dimaksud juga diantaranya kemampuan memahami pilihan-pilihan mengenai urusan keuangan, perencanaan masa depan, bagaimana mengeluarkan uang dengan bijak dan mengelola tantangan-tantangan yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa kehidupan seperti kehilangan pekerjaan, menabung untuk masa pensiun, atau membayar biaya sekolah anak. Dari banyak definisi di atas, terdapat definisi yang paling menyeluruh mengenai literasi keuangan dari Vitt et al. dalam Durban dan Britt (2012) sebagai berikut. “The ability to read, analyze, manage, and communicate about the personal financial condition that affect material well-being. It includes the ability to discern financial choices, discuss money and financial issue without (or despite) discomfort, plan for the future, and respond competently to life events that affect every day financial decisions, including events in the general economy”. Literasi keuangan diartikan sebagai kemampuan membaca, menganalisis, mengelola, dan mengkomunikasikan kondisi keuangan pribadi yang berpengaruh terhadap kesejahteraan materi
Pemahaman pustakawan terhadap..., Achmad Suryadi, FIB UI, 2014
yang mencakup kemampuan membedakan pilihan, membahas keuangan atau masalah keuangan, perencanaan masa depan, dan kompeten menanggapi peristiwa kehidupan yang mempengaruhi pengambilan keputusan keuangan setiap hari. Menurut Spiranec, Zorica, dan Simoncic (2012) program literasi keuangan dapat mengacu kepada unsur-unsur berikut ini, yaitu investasi keuangan, masalah keuangan sehari-hari, tabungan pensiun, program asuransi kesehatan, pendidikan keuangan untuk anak-anak, sistem pajak (kebijakan pajak, bebas pajak, bentuk pajak, dll.), perencanaan tabungan keluarga, cara menetapkan dan mencapai tujuan keuangan, cara mengatur kembali keuangan dalam kasus hutang, cara memulai usaha dan mendirikan usaha kecil, akses pada informasi keuangan yang relevan dan valid, mengenai pekerjaan, dan karir, kredit pinjaman hipotek (kredit), kritis membaca iklan keuangan atau informasi pinjaman, kesiapsiagaan menggerakaan para pekerja, dan lain-lain. Topik-topik literasi keuangan di atas bukan berarti membatasi, akan tetapi perlu di modifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan pengguna juga perkembangan pasar ekonomi dan keuangan (Spiranec, Zorica, dan Simoncic, 2012). Merujuk kepada definisi literasi keuangan dari berbagai sumber seperti yang telah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya, maka sasaran utama dalam literasi keuangan ini adalah kemampuan seseorang untuk mengakses, menginterpretasi, menanyakan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi keuangan (Spiranec, Zorica, dan Simoncic 2012). Ini menunjukkan persamaan yang kuat kepada literasi informasi dan kemampuan pengelolaan keuangan pribadi (financial personal competencies) bahkan bisa dianggap sebagai subset dari literasi informasi (Spiranec, Zorica, dan Simoncic 2012).
Spiranec, Zorica, dan Simoncic (2012) lebih jauh
memaparkan bahwa Zurkowski (1974) secara historis menjelaskan terdapat korelasi antara literasi informasi (Information Literacy/ IL) dan literasi keuangan (Financial Literacy/ FL), yang mana Zurkowski menyoroti mengenai pentingnya pencapaian ekonomi dan pekerjaan dengan mengaitkannya pada literasi informasi, sebagaimana dalam kutipan berikut ini. “The correlation between IL and FL has even got a historical dimension. The very coining of the term IL in 1974 by Zurkowski was accompanied by the highlighting of its importance for the attainment of economic and workplace-related goals, and thus a sound base was provided for the consideration of economic issues in relation to the context of IL”.
Pemahaman pustakawan terhadap..., Achmad Suryadi, FIB UI, 2014
Berkaitan dengan pernyataan tersebut, Lusardi dan Mitchell (2007) dalam Spiranec, Zorica, dan Simoncic (2012) menyatakan bahwa kesalingtergantungan (interdependency) antara literasi informasi dan literasi keuangan sudah jelas, karena semakin banyak seseorang memiliki informasi maka akan membawa seseorang tersebut pada peningkatan literasi keuangannya. Selanjutnya, Lusardi dan Mitchell (2007) memaparkan bahwa jika seseorang dianggap telah melek finansial (financial literate), maka secara otomatis dapat diasumsikan bahwa orang tersebut memiliki kerangka intelektual yang diperlukan untuk menemukan, memahami, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang berkaitan dengan keuangan, termasuk produkproduk keuangan, risiko keuangan, dan informasi lainnya mengenai informasi keuangannya (Spiranec, Zorica, dan Simoncic 2012). Penelitian tentang kebutuhan terhadap adanya program literasi keuangan salah satunya diterangkan oleh ALA (2009) dalam Smith dan Eschenfelder (2011) yang menyatakan bahwa peningkatan penggunaan perpustakaan oleh masyarakat diantaranya disebabkan adanya resesi ekonomi pada 2008. Selaras dengan pernyataan tersebut, Livengood dan Venditti (2012:88) dalam artikelnya pada College and Research Library News yang diterbitkan oleh ACRL berjudul Financial literacy: A primer for librarians, educators, and researchers menjelaskan bahwa krisis ekonomi global telah memicu kesadaran mengenai pentingnya literasi keuangan dan pendidikan keuangan. Perubahan iklim ekonomi yang cepat, ditambah dengan semakin kompleksnya urusan keuangan menyebabkan pengelolaan keuangan pribadi menjadi lebih menantang daripada sebelumnya (Livengood dan Venditti, 2012:88). Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Cresswell (2010:20) menjelaskan, studi kasus merupakan strategi penelitian yang mana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan observasi (pengamatan) dan wawancara. Panduan wawancara digunakan sebagai instrumen penelitian sedangkan pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling. Peneliti menentukan informan berdasar pada kriteria berikut:
Pemahaman pustakawan terhadap..., Achmad Suryadi, FIB UI, 2014
“Informan sedang bekerja di perpustakaan Universitas Indonesia, berpendidikan minimal S1 Ilmu Perpustakaan, dan terlibat secara aktif sebagai instruktur atau fasilitator program literasi informasi dengan pertimbangan bahwa informan sudah benar-benar mengetahui kondisi dan perkembangan program literasi informasi terkini di perpustakaan UI”. Tabel Informan No.
Nama Responden
Lama Menjadi Instruktur Literasi Informasi
1. 2.
Bapak Kamil Ibu Maryam
7 Tahun 9 Tahun
3.
Ibu Siti
2 Tahun
4. 5. 6.
Bapak Ilham Bapak Dedi Ibu Fara
12 Tahun 2 Tahun 7 Tahun
Lulusan S2 Ilmu Informasi UI S2 Ilmu Perpustakaan UI S2 Ilmu Perpustakaan University of College London (UCL) S2 Ilmu Perpustakaan UI S2 Ilmu Perpustakaan UI S2 Ilmu Perpustakaan UI
Pemahaman Informan Terhadap Konsep Literasi Informasi Pemahaman ini dapat diketahui melalui pendapat mereka mengenai konsep literasi informasi yang tercermin dalam penguasaan dan kemampuan mereka dalam menyampaikan materi literasi informasi. Untuk itu peneliti mengajukan pertanyaan umum terkait pemahaman informan terhadap literasi informasi. Seseorang yang sudah information literate, akan mudah mengetahui kebutuhan informasinya, mengetahui kapan informasi tersebut diperlukan, bagaimana menemukannya, mengevaluasinya, hingga menggunakannya secara efektif. Berikut ini definisi literasi informasi menurut salah satu informan yaitu Bapak Dedi. . “Bagaimana seseorang berusaha untuk menemukan, menganalisa, tahu lokasinya dimana, dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan, karena ee.. menurut saya tidak semua informasi itu sesuai dengan apa yang diperlukan, jadi hal seperti itu yang mendorong seseorang mencari, dan menelusur informasi, lokasinya tahu, dievaluasi, dinilai, terus dia tahu memanfaatkannya untuk apa”. (Bapak Dedi) Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa informan sudah memiliki pemahaman konsep literasi informasi yang benar. Informan memiliki pemahaman yang cukup dalam konsep, cakap dalam mengaplikasikan kemampuan literasi pada pekerjaan mereka serta mampu mentransfer kemampuan literasi informasi yang mereka miliki tersebut kepada pengguna melalui tugas mereka sebagai instruktur yang memberikan berbagai macam pelatihan literasi informasi di perpustakaaan UI. Selain itu, informan juga telah memahami pentingnya literasi informasi dalam
Pemahaman pustakawan terhadap..., Achmad Suryadi, FIB UI, 2014
kehidupan seseorang dan mengenai bagaimana kaitan antara literasi informasi tersebut dengan proses pembelajaran sepanjang hayat sesuai dengan berbagai teori pada tinjauan literatur. Pemahaman ini sangat penting dan menjadi bukti bahwa pengalaman sebagai instruktur literasi informasi telah menempa informan memahami literasi informasi secara utuh, bukan hanya dari segi definisi saja, akan tetapi lebih dari itu memahami sebab penting dibalik definisi tersebut dan bagaimana mempraktikkannya. Pengetahuan Tentang Literasi Keuangan Hasil wawancara menunjukkan bahwa informan telah memiliki pengetahuan mengenai beragamnya istilah literasi, dan bukan hanya terbatas pada istilah literasi informasi saja. Instruktur literasi informasi perpustakaan UI pada umumnya telah mengetahui eksistensi berbagai istilah literasi yang saat ini berkembang, diantaranya literasi media dan literasi komputer, namun belum semuanya mengenali istilah literasi keuangan. Mengenai eksistensi literasi keuangan di dunia perpustakaan saat ini, sangat sedikit informan yang mengetahui dan menyadari adanya peran perpustakaan dalam literasi keuangan. Semua informan belum mengetahui akan adanya keterlibatan-keterlibatan perpustakaan dan pustakawan dalam mengembangkan literasi keuangan, hal ini salah satunya tercermin dari pernyataan yang disampaikan oleh Ibu Maryam. “Kita belum punya program khusus literasi keuangan, dan saya belum pernah juga tahu atau belum pernah juga cari tahu lah yaa ada ngga perpustakaan yang menyediakan khusus literasi keuangan”. Program literasi informasi di perpustakaan UI saat ini memang belum dikembangkan secara spesifik pada subjek atau bidang tertentu, termasuk pada literasi yang berkaitan dengan bidang keuangan. Hal ini serempak disampaikan oleh semua informan bahwa literasi informasi yang diselenggarakan oleh perpustakaan UI saat ini masih berfokus pada pengembangan literasi informasi saja yang diantaranya meliputi pengenalan cara-cara memanfaatkan sumber-sumber informasi di perpustakaan kepada pengguna baik sumber informasi online maupun tercetak. Sebagai instruktur literasi informasi, kemampuan literasi informasi mumpuni yang mereka miliki ternyata tidak hanya membawa pengaruh dan manfaat yang besar dalam menjalankan aktivitas pekerjaan mereka di perpustakaan melainkan juga berpengaruh secara signifikan terhadap cara
Pemahaman pustakawan terhadap..., Achmad Suryadi, FIB UI, 2014
mereka melakukan pencarian informasi lainnya dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam hal berorganisasi, urusan memasak, bahkan untuk urusan olahraga sekalipun. Hasil wawancara menunjukkan pendapat beragam tentang bagaimana sebenarnya peranan perpustakaan dalam kaitannya dengan literasi keuangan yang dapat disebabkan oleh masih terbatasnya pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap cakupan literasi keuangan itu sendiri. Potensi Program Literasi Keuangan Setiap perpustakaan termasuk juga perpustakaan UI, pasti berupaya untuk memberikan layanan terbaik sesuai kebutuhan penggunanya. Redzic (2013) dalam artikelnya Financial literacy: Why students need llibrarians to get involved memaparkan bahwa sebenarnya baik disadari ataupun tidak, selama berkuliah dan mengenyam pendidikan, mahasiswa banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan. Lebih lanjut, Redzic (2013) mempertanyakan mengapa perpustakaan dan pustakawan sebagai pusat dari kehidupan universitas dan tempat menghimpun pengetahuan belum atau tidak aktif dalam menawarkan literasi keuangan kepada penggunanya. Merujuk pada hasil wawancara diketahui bahwa sebagian besar instruktur literasi informasi perpustakaan UI menilai adanya potensi yang besar yang dimiliki oleh perpustakaan UI untuk memperluas literasi informasi pada bentuk literasi yang lain, khususnya literasi keuangan sejauh potensi tersebut diimbangi dengan upaya meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, dalam hal ini pustakawan atau instruktur literasi informasi dan disertai dengan ketersediaan sumber-sumber informasi yang berkaitan dengan keuangan. Tantangan Program Literasi Keuangan Smith dan Eschenfelder (2011) dalam laporan penelitiannya mengenai program literasi keuangan di perpustakaan wilayah Wisconsin-Madison US yang berjudul Public Libraries as Financial Literacy Supporters menyebut ada satu dari lima aspek yang ditelitinya yaitu tantangan dalam menawarkan literasi keuangan kepada pengguna perpustakaan. Laporan tersebut memaparkan bahwa tantangan utama yang dihadapi mayoritas perpustakaan disebabkan karena pustakawan sendiri kekurangan informasi berkaitan dengan keuangan, sebagaimana disampaikan dalam laporannya sebagai berikut.
Pemahaman pustakawan terhadap..., Achmad Suryadi, FIB UI, 2014
“The most commonly listed challenges of providing financial information were librarians’ own lack of information, a lack of computer skills among patrons, and a lack of community agencies to which librarians could refer clients”. Mengacu pada fenomena tersebut peneliti berusaha menggali dari sudut pandang informan tentang apa yang menjadi tantangan mereka bilamana program literasi keuangan menjadi salah satu bagian dari perluasan literasi informasi yang ada saat ini di perpustakaan UI. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa informan pada umumnya berpandangan bahwa sebagai orang yang nantinya menjalankan program, maka harus mengetahui dan menguasai terlebih dahulu segala hal mengenai literasi keuangan, meskipun sebenarnya dalam teorinya mereka sangat dimungkinkan berkolaborasi dengan ahli dari subjek-subjek lain yang dalam hal ini berkaitan dengan subjek keuangan. Artinya, ini menjadi tantangan tersendiri bagi perpustakaan bahwa pertama bagaimana mereka bisa memberikan kesadaran bagi pustakawan dan pengguna tentang eksistensi dan pentingnya literasi keuangan, kedua adalah tantangan untuk membangun kerjasama dengan para ahli dari subjek keuangan untuk bersama-sama mengarahkan pengguna supaya melek keuangan. Berkaitan dengan itu, peneliti menanyakan kepada informan tentang sikap keterbukaan mereka terhadap potensi kerjasama yang bisa dibangun oleh perpustakaan. Berdasarkan uraian wawancara diketahui bahwa pustakawan UI memiliki sikap terbuka terhadap perkembangan yang terjadi dalam dunia literasi informasi dibuktikan dengan kemauan/ keinginan membina kerjasama atau kolaborasi dengan bidang lain selama itu relevan dan membawa kemanfaatan bagi pengguna perpustakaan seperti dalam kutipan pendapat Bapak Ilham berikut ini. “Itulah tuntutan kami .. mahasiswa itu sangat berharap tinggi terhadap kami, kadangkadang kita tu suruh jadi editor, suruh jadi pembaca, terus pertanyaannya itu luas sekali, kadang dibidang-bidang tertentu, juga banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang menjurus ke sesuatu yang sangat-sangat spesifik.. tentang metodologi penelitian misalnya, tentang yang bukan wilayah saya tuh ditanyain, jadi saya rasa, kami ya misalnya ada subject specialist itu akan lebih bagus lagi, jadi kami kan bukan multidisiplin, ee.. apa.. generalis yang semuanya tahu gitu ya, tapi kaya-kayanya gitu kalo kita, apalagi di kita yang semua bidangnya di UI ini kan banyak, multidisiplin gitu ya, pastinya kami dituntut untuk ada subject specialist, dan misalnya kita jadi, tadi.. generalispun bagus gitu.. semua tahu, semua paham, .. memang lama-lama si kalo kita menghadapi kemudian kita mau tahu, kadang-kadang kita juga lama-lama tahu, ya tapi tetep aja, kita bukan mendalam sekali.. tapi tetep harus ada orang yang ahli di bidang
Pemahaman pustakawan terhadap..., Achmad Suryadi, FIB UI, 2014
tertentu.. nanti akan mempertajam pada saat kebutuhan informasi si user itu akan lebih tajam, jadi kita akan tahu lebih dalam kebutuhan-kebutuhan mereka ya”. (Bapak Ilham) Berangkat dari adanya sikap terbuka tersebut peneliti kemudian menggali lebih dalam terhadap fakta di lapangan tentang langkah atau kebijakan apa saja yang sudah dilakukan dan mendukung pengembangan literasi lain termasuk literasi keuangan. Diketahui bahwa saat ini perpustakaan UI telah merekrut orang-orang yang berasal dari luar jurusan Ilmu Perpustakaan untuk bekerja di perpustakaan. Langkah ini merupakan salah satu strategi yang dilancarkan oleh perpustakaan untuk melahirkan subject specialist, sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Kamil. “Goalnya kepala perpustakaan udah bagus gitu kan, kita memiliki subject specialist, terus mereka di puter ke semua bagian di perpustakaan, misalnya ada yang walaupun dari FKM dia masuk di Humas, masuk di UI-ana”. (Bapak Kamil) Menurut Online Dictionary of Library and Information Science (ODLIS, 2002:650) subject specialist adalah pustakawan yang memenuhi syarat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman khusus untuk memilih bahan-bahan perpustakaan dan memberikan instruksi bibliografi dan layanan referensi kepada pengguna dalam wilayah subjek tertentu atau disiplin/ subdisiplin ilmu tertentu. Di perpustakaan perguruan tinggi, subject specialist sering memegang gelar master pada bidang spesialisasinya. Perekrutan pustakawan dari luar jurusan ilmu perpustakaan adalah satu langkah yang apabila dibimbing secara konsisten dapat membentuk subject specialist di perpustakaan UI. Mendukung pendapat Bapak Kamil, Ibu Maryam menjelaskan bahwa disamping kerjasama dengan ahli dari bidang keuangan, pengembangan subject specialist berkaitan dengan subjek keuangan, langkah lain yang realistis dapat pula ditempuh adalah membangun kerjasama dengan lembaga yang berkaitan dengan keuangan atau yang memiliki sumber daya informasi mengenai keuangan misalnya berkolaborasi dengan Bank BNI yang lokasinya terintegrasi dengan bangunan perpustakaan UI. “Paling gampang mungkin pertama kerjasama dulu yah dengan lembaga keuangan yang punya resources tentang ini, ya kan bisa , bisa.. tandem dulu gitu kan .. itu maksudnya kita disini ada BNI kan yah.. mungkin perlu juga kita ngusndang mereka ya sebagai narasumber mungkin di ini kita dulu.. pustawakan dulu.. atau nanti langsung dengan mahasiswa dulu.. nanti pelan-pelan .. kita lihat, kita adopsi”. (Ibu Maryam)
Pemahaman pustakawan terhadap..., Achmad Suryadi, FIB UI, 2014
Berkaitan dengan pendapat tersebut, Ibu Fara berpandangan bahwa program literasi keuangan bisa diawali dari satu lingkungan tertentu misalnya fakultas ekonomi, yang memberikan contoh pengembangan literasi keuangan di lingkungannya terlebih dahulu sehingga nantinya dapat menjadi percontohan bagi institusi atau perpustakaan UI bilamana memberikan program literasi keuangan bagi penggunanya. “Saya si mikirnya cuman coba diinisiasi oleh fakultas ekonomi ajah, mungkin akan jadi sebuah percontohan atau role model karena saya belum kebayang tuh bentuknya seperti apah, karena mungkin ngga baca sumber-sumber informasi yang seperti anda baca kan, tentang financial literacy”. (Ibu Fara) Dengan demikian, dapat diketahui bahwa tantangan yang muncul dapat dipandang dari dua sisi yang saling berkaitan, di satu sisi dapat menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi pustakawan atau instruktur literasi informasi karena masih terbatasnya pengetahuan mereka terhadap literasi keuangan, ditambah pula dengan kesadaran pengguna dan bahkan kesadaran pustakawan sendiri yang belum sepenuhnya terbentuk akan pentingnya literasi keuangan dalam kehidupan mereka. Disisi lain, tantangan ini telah menciptakan peluang sekaligus strategi bagi perpustakaan UI untuk bagaimana dapat membantu pengguna supaya mampu dalam hal melek keuangan seperti dalam tujuan penelitian ini. Informan sebagai instruktur program literasi informasi memiliki sikap keterbukaan yang tinggi terhadap peluang adanya kolaborasi atau kerjasama dengan berbagai pihak yang berkaitan atau memiliki fokus khusus pada program literasi keuangan. Salah seorang informan mengungkapkan bahwa kehadiran salah satu bank swasta yang lokasinya terintegrasi dengan bangunan perpustakaan saat ini sebenarnya dapat memberi manfaat lebih apabila dapat dijalin kerjasama antara perpustakaan dengan bank tersebut, khususnya pada program literasi keuangan. Perpustakaan UI tidak harus bergerak sendirian dalam mengembangkan program literasi keuangan namun perpustakaan UI dapat menggalang kerjasama dengan pihak-pihak lain, kemudian bersama-sama merancang program literasi keuangan dalam rangka membantu pengguna memiliki ataupun meningkatkan information skill mereka dalam bidang keuangan. Informan juga memaparkan adanya potensi pengembangan subject specialist yang saat ini juga telah dijalankan oleh perpustakaan UI. Menurut keterangan informan, integrasi perpustakaan fakultas menjadi perpustakaan pusat membawa pengaruh positif yang mana secara tidak langsung
Pemahaman pustakawan terhadap..., Achmad Suryadi, FIB UI, 2014
tercipta pustakawan-pustakawan yang mengerti secara khusus karakteristik bidang-bidang keilmuan tertentu sesuai asal perpustakaan fakultas mereka bernaung sebelum bergabung di perpustakaan UI. Salah seorang informan juga ada yang memaparkan bahwa pengembangan program literasi keuangan yang dapat dilakukan adalah dengan membuat model atau proyek percontohan di tingkat fakultas terlebih dahulu. Perpustakaan dapat mulai menjalankan model ini dari satu fakultas terlebih dahulu, misalnya di fakultas ekonomi yang disiplin ilmunya bersinggungan langsung dengan bidang keuangan. Dengan memulai dari satu tempat, artinya program ini disusun dilingkup yang lebih sempit. Selanjutnya model ini dapat diadopsi atau dikembangkan pada lingkup yang lebih luas yaitu di lingkup universitas. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan informan telah memahami konsep literasi informasi dengan baik. Informan mampu mendefinisikan literasi informasi dengan benar sesuai dengan teori dan pengalaman. Informan mengatahui eksistensi istilah literasi-literasi lain selain literasi informasi, akan tetapi informan baru sampai pada batas mengenali dan belum sampai memahami secara mendalam makna istilah-istilah tersebut termasuk literasi keuangan. Sebagian informan memahami bahwa program literasi keuangan bukanlah merupakan bagian peran perpustakaan UI dan sebagian lagi memahami bahwa perpustakaan UI perlu turut berperan serta dalam membangun civitas academica atau pengguna perpustakaan yang memiliki kemampuan melek keuangan sebagaimana diinisiasi oleh berbagai perpustakaan di dunia. Terdapat beberapa strategi yang dapat ditempuh perpustakaan UI untuk mengembangkan program literasi keuangan, diantaranya yaitu dengan menjalin kerjasama atau berkolaborasi dengan lembaga yang ahli dalam hal keuangan. Selain itu dapat ditempuh dengan meminta bantuan dari pakar subjek atau subject specialist di bidang keuangan. Strategi lain yang dapat dilakukan adalah perpustakaan dapat membuat model atau percontohan literasi keuangan pada lingkup yang lebih kecil misalnya di tingkat fakultas untuk nantinya diadopsi pada lingkup yang lebih luas.
Pemahaman pustakawan terhadap..., Achmad Suryadi, FIB UI, 2014
Saran Peneliti menyarankan perlu diselenggarakannya survei yang lebih spesifik mengenai kebutuhan pengguna terhadap program literasi keuangan di perpustakaan UI. Selain itu, untuk menambah kesiapan perpustakaan UI dalam pengembangan program literasi keuangan maka diperlukan upaya-upaya membangun kesadaran terhadap literasi keuangan di perpustakaan terlebih kepada pustakawan atau instruktur, dosen, mahasiswa dan pengguna perpustakaan UI pada umumnya bisa melalui pelatihan, seminar atau workshop. Perpustakaan dan pustakawan disarankan untuk berkolaborasi atau berjejaring dengan orang-orang dari bidang ekonomi, keuangan, pasar modal atau perbankan, apalagi dengan kondisi saat ini Universitas Indonesia merupakan satu dari delapan perguruan tinggi yang telah digandeng oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mendukung upaya pemerintah meningkatkan literasi keuangan. Daftar Pustaka American Library Association. (1989). Presidential committee on information literacy: Final report. Diakses pada 13 Februari 2014 pukul 11.40. http://www.ala.org/acrl/publications/whitepapers/presidential Blasius Sudarsono, et.al. 2007. Literasi informasi (information literacy): pengantar untuk perpustakaan sekolah. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI. Bloom, Benjamin S. (1956). Taxonomy of educational objectives: The classification of educational goals. Michigan: David McKay Cresswell, John W. (2010). Research design: Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dawes, Trevor A. (2013). Libraries, ACRL, and financial literacy: Helping students make sound decisions. C&RL News, hal. 466-467. Oktober 2013. Diakses pada 5 Februari pukul 09.05. http://crln.acrl.org/content/74/9/466.full Durband, Dorothy B., dan Britt, Sonya L. (2012). Student financial literacy: Campus based program development. New York: Springer Khrisna, Ayu., Rofaida, Rofi. dan Maya Sari. (2010). Analisis tingkat literasi keuangan di kalangan mahasiswa dan faktor-faktor yang mempengaruhinya: Survey pada mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia. Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010. Lau, Jesus. (2006). Guidelines on information literacy for lifelong learning. Veracruz: IFLA. Diakses pada 26 Februari 2014 pukul 17.52. http://www.ifla.org/files/assets/information-literacy/publications/ifla-guidelines-en.pdf Otoritas Jasa Keuangan. (2013). Literasi keuangan: Sebuah strategi nasional. November 2013. Diakses pada 9 Maret 2014 pukul 11.17. http://sikapiuangmu.ojk.go.id/public/content/files/Majalah-OJK-2.pdf Literasi keuangan nasional: Dan teman presiden pun tertipu. (2013, 16 Desember). Pialang Indonesia, 30-32. Livengood, Stephanie P. dan Venditti, Kathryn L. (2012). Financial literacy a primer for librarians. C&RL News, hal. 88-91. Februari 2012. Diakses pada 15 Februari pukul 07.37. http://crln.acrl.org/content/73/2/88.full Perpustakaan Universitas Indonesia. The Crystal of Knowledge Company Profile Pennsylvania Library Association. PA Forward: What are the five literacies?. Diakses pada 22 Februari 2014 pukul 08.55. http://www.paforward.org/Portals/0/Docs/The%20Five%20Literacies.pdf Redzic, Adi. (2013). Financial literacy: Why students need librarians to get involved. C&RL News, hal 556-557. Desember 2013. Diakses pada 5 Februari 2014 pukul 9.22.
Pemahaman pustakawan terhadap..., Achmad Suryadi, FIB UI, 2014
http://crln.acrl.org/content/74/11/556.full Reitz, Joan M. (2002). ODLIS: Online dictionary of library and information science. Connecticut: Libraries Unlimited. Smith, Catherine Arnott., dan Eschenfelder, Kristin. (2011). Public libraries as financial literacy supporters. Wisconsin-Madison: Center for Financial Security University of Wisconsin-Madison Špiranec, Sonja., Zorica, Mihaela Banek. and Gordana Stokić Simončić. (2012). Libraries and financial literacy: Perspectives from emerging markets. Journal Of Business & Finance Librarianship, 17, hal. 262-278. Diakses pada 11 Februari 2014 pukul 10.54. Survei VISA: Indonesia belum melek keuangan. (2012, 5 Juni) Bisnis Indonesia. Diakses 5 Februari 2014 pukul 23.20. http://finansial.bisnis.com/read/20120605/90/79950/survei-visa-indonesia-belum-melek-keuangan Tingkatkan literasi keuangan, OJK intensifkan kerjasama dengan universitas. (2014). Infobanknews.com. Diakses pada 10 Juli 2014 pukul 10.05 http://www.infobanknews.com/2014/02/tingkatkan-literasi-keuangan-ojkintensifkan-kerja-sama-dengan-universitas/ Utari, Retno. (2011). Taksonomi Bloom: Apa dan bagaimana menggunakannya?. Pusdiklat KNPK. Diakses pada 14 Juli 2014 pukul 9.05. http://www.bppk.depkeu.go.id/webpkn/attachments/766_1Taksonomi%20Bloom%20-%20Retno-ok-mima.pdf
Pemahaman pustakawan terhadap..., Achmad Suryadi, FIB UI, 2014