PAPER JURNAL ON LINE
PESAN MORAL DALAM FILM "SLANK NGGAK ADA MATINYA" (Analisis Framing Pesan Moral dalam Film "Slank Nggak Ada Matinya")
Disusun Oleh : RINENGGA TIYANG PAMUNGKAS D1211066
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Prodi Komunikasi Non Reguler pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 0
PESAN MORAL DALAM FILM "SLANK NGGAK ADA MATINYA" (Analisis Framing Pesan Moral dalam Film "Slank Nggak Ada Matinya")
Rinengga Tiyang Pamungkas Mahfud Ansyori
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRACT
This study tries to analyze the film Slank Not There Death by using framing device as construction strategy and process data. This interest is due to researchers wanted to see how the structural framing analysis represented by Dawn Bustomi work in the film "Death of Slank Not There"? and How moral message to be conveyed through the work Dawn Bustomi in the film "Death of Slank Not There" ? Research results and conclusions indicate that after presenting the data and analyze on film Slank Nobody Death, moral values become the basis of this study. Researchers examined the moral values contained in the film Slank Nobody Death-scene using the scene vidio that have been taken by researchers who may be considered to contain moral values. Data were taken from the film can be divided into 13 pieces or language scene for the film. Film Slank Nobody Death, morallah value which becomes the center of attention. In the process of researching this film researchers linked with moral values or the character of the book value of the character Mustari, Mohammad, (2014). The value of the characters in this book become the main reference in the discussion. Researchers managed to take the moral values of the film Slank Nobody Death of them are: a) Categories of human relationship with God, b) category of human relationships with oneself (Honestly, Compassion, Responsibility, Creativity, Courtesy, and Discipline), and c) category human relationships with others / society (Solidarity (friendship), Love help others, motivation for others, and Respect with others). Keywords: movies, Slank, framing.
1
Pendahuluan Film merupakan sesuatu yang unik dibandingkan dengan media lainnya, karena sifatnya yang bergerak secara bebas dan tetap, penerjemahannya melalui gambar-gambar visual dan suara yang nyata, juga memiliki kesanggupan untuk menangani berbagai subjek yang tidak terbatas ragamnya.Berkat unsur inilah film merupakan salah satu bentuk seni alternatif yang banyak diminati masyarakat, karena dengan mengamati secara seksama apa yang memungkinkan ditawarkan sebuah film melalui peristiwa yang ada dibalik ceritanya, film juga merupakan ekspresi atau pernyataan dari sebuah kebudayaan, serta mencerminkan dan menyatakan segi-segi yang kadang-kadang kurang jelas terlihat dalam masyarakat (Pranajaya, 1999 : 11). Komunikasi akan sangat dibutuhkan untuk memperoleh dan memberi informasi yang dibutuhkan, untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain, mempertimbangkan solusi alternatif atas masalah kemudian mengambil keputusan, dan tujuan-tujuan sosial serta hiburan. Ruben dan Stewart, (2005:1-8) menyatakan bahwa Komunikasi adalah fundamental dalam kehidupan kita. Dalam kehidupan kita sehari-hari komunikasi memegang peranan yang sangat penting.. Komunikasi merupakan sebuah kebutuhan yang terus berpacu dengan perkembangan zaman. Seiring perkembangan tersebut komunikasi sudah dapat dilakukan dengan berbagai cara. Di samping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming (dalam Haryalesmana, 2008:234) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator, media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar. Film adalah sebuah alat komunikasi massa yang banyak digunakan untuk menyampaikan sebuah pesan atau informasi yang dikemas dalam bentuk cerita. Film merupakan media komunikasi yang dapat mengubah dan mempengaruhi perilaku seseorang. Perubahan perilaku tersebut dapat bersifat positif maupun negatif. Bersifat positif seperti menolong atau memberikan inspirasi yang baik bagi penontonnya. Bersifat negatif seperti berkelahi, melakukan pelecahan seksual 2
atau membunuh. Perubahan perilaku ke arah negatif akibat menonton film perlu diwaspadai dan perlu diantisipasi (Waluya, 2008). Film "Slank Nggak Ada Matinya" adalah film drama Indonesia yang dirilis pada tanggal 24 Desember 2013 dan dibintangi oleh personil Slank serta melibatkan ribuan Slankers. Film ini membingkai kegalauan Bimbim saat Bongky, Pay, Reynold dan Indra memutuskan keluar dari Slank tahun 1997. Saat itu Bimbim, Kaka, dan Ivanka mengadakan audisi untuk mencari gitaris untuk mendukung tur mereka dan akhirnya memilih Abdee dan Ridho. Abdee dan Ridho kemudian menjadi bagian kekuatan baru Slank, sebagai anggota band dan sebagai saudara, pada masa Slank mendapat banyak surat protes dari penggemar karena sempat ingin membubarkan diri. Kisah perjalanan Slank dalam film itu tidak hanya mengupas proses kreatif Slank, tapi juga kehidupan mereka di panggung dan di luar panggung. Film ini juga mengulas masa-masa gelap itu dan peran Bunda Iffet, yang diperankan oleh Meriam Bellina, untuk memulihkan mereka dengan membuat open house untuk main musik. Film ini memang ingin menyajikan pergulatan Slank formasi 14 untuk lepas dari obat-obatan terlarang. Sutradara Fajar Bustomi menggambarkan bagi Slank, saat itu obat-obatan tersebut merupakan salah satu barang yang harus ada ketika mereka manggung. Dalam film ini, Abdee, Ridho, dan Bunda Iffet berjuang melepaskan tiga personel Slank dari ketergantungan narkoba. Dua tahun mereka mendampingi Bimbim, Kaka, dan Ivanka agar bebas dari narkoba. Penggemar juga yang membuat Slank terpacu bersih dari narkoba. Abdee mengatakan mereka tidak ingin Slankers sejati terkontaminasi dengan halhal tersebut. Mereka pun sengaja mengumumkan bahwa Slank telah bersih dari obat-obatan terlarang. Slank pun ingin terus berkarya dan menggunakan musik mereka untuk hal-hal yang bermanfaat bagi Indonesia. Rumusan Masalah Perumusan masalah yang diangkat adalah : 1. Bagaimana struktur analisis framing yang direpresentasikan dengan karya Fajar Bustomi dalam film "Slank Nggak Ada Matinya"?
3
2. Bagaimana pesan moral yang ingin disampaikan melalui karya Fajar Bustomi dalam film "Slank Nggak Ada Matinya"? Tujuan Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui struktur analisis framing yang direpresentasikan dengan karya Fajar Bustomi dalam film "Slank Nggak Ada Matinya"", dan 2) untuk Mengetahui pesan moral yang ingin disampaikan melalui karya Fajar Bustomi dalam film "Slank Nggak Ada Matinya". Tinjauan Pustaka A. Tinjauan tentang Komunikasi Ruben dan Stewart, (2005:1-8) menyatakan bahwa Komunikasi adalah fundamental dalam kehidupan kita. Dalam kehidupan kita sehari-hari komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Kita tidak bisa tidak berkomunikasi, tidak ada aktifitas yang dilakukan tanpa komunikasi, dikarenakan kita dapat membuat beberapa perbedaan yang esensial manakala kita berkomunikasi dengan orang lain. McQuails (1982) dalam bukunya Mass Communication Theory, menyampaikan tiga pendekatan dalam mendefinisikan ‘Apa itu Komunikasi Massa?’ yaitu: 1) Common-Sense Theory, yang mengacu pada berbagai pemikiran manusia tentang media massa berdasarkan pengalaman langsung manusia dalam menggunakan media tersebut dan mejadi bagian dari audien. Dari sini akan sering muncul beberapa pertanyaan tentang media; apa itu, apa baiknya itu, apa sesaui dengan kehidupan sehari-hari, bagaiman itu dibaca, apa konotasi dan hubungan dari aspek-aspek penting dalam pengalaman sosial, 2) Working Theory, yang mengacu pada pendapat para praktisi media tentang tujuan dan dasar dalam bekerja dan bagaimana cara bahwa beberapa efek akan diterima oleh audien. Dalam hal ini meliputi berbagai hal teknis, norma perilaku, peraturan-peraturan yang membentuk bekerjanya produksi media. Ini merupakan teori praktis karena bisa menjawab beberapa pertanyaan seperti; ’Apa yang akan menghibur audien?’, ’Apakah akan efektif?’. Lebih jelasnya working theory merupakan teori tentang ’bagaimana media sebaiknya
4
bekerja, dan 3) Social-Scientific Theory, yang mengacu pada observasi tentang apa yang menjadi dasar dan konskuensi dari media massa. Dalam kajian komunikasi massa, media massa atau mass-media merupakan medium dalam menyampaikan pesan kepada komunikan. Disini akan disampaikan beberapakn pengertian dari media massa menurut istilah dan perkembangannya. Definisi simpel dari media massa seperti yang disampaikan oleh Dance berikut ini: A Dictionary of the Social Sciences defines mass media as "all the impersonal means of communication by which visual and/or auditory messages are transmitted directly to audiences. Included among the mass media are television, radio, motion pictures, newspapers, magazines, books, and billboards." (1967). Definisi yang diberikan Dance ini tidak jauh berbeda dengan definisi teori-teori komunikasi atau teori-toeri media yang lain yang bersifat epistimologis yang bisa memberi gambaran umum tentang apa itu media massa. Tentunya akan dibahas pula definisi-definisi yang lebih komprehensif tentang media massa. Komunikasi dan media (Gauntlett, 2002) pada saat ini sudah menjadi elemen penting dari kehidupan modern. Media memberikan semua gambaran tentang kehidupan menusia, dalam bukunya Gauntlett lebih memperhatikan tentang fungsi media sebagai medium dalam merepresentasikan masyarakat. Dalam hal ini, bagaimana media menyampaikan pesan atau isu kepada audien dan bagaimana impact yang diciptakan dari media tersebut. B. Film Sebagai Media Komunikasi Undang-undang perfilman No. 8 Tahun 1992 : film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandangdengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, elektronik, atau lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkandengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau lainnya. Sedangkan perfilman itu sendiri adalah seluruh kegiatan yang 5
berhubungan dengan pembuatan, jasa, teknik, pengeksporan, pengimporan, pengedaran, pertunjukkan, dan/atau penayangan film (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 32). Film adalah fenomena sosial, psikologi dan estetika yang kompleks. Film adalah dokumen yang terdiri dari cerita dan gambar diiringi kata-kata dan musik. Jadi, film adalah produksi yang multi-dimensional dan sangat kompleks (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 32). Sehingga film dapat memberikan pengaruh bagi jiwa manusia, karena dalam suatu proses menonton film terjadi suatu gejala yang disebut oleh ilmu jiwa sosial sebagai identifikasi sosiologi sesuai dengan karakteristik dan keunikan yang ada pada film, dan ini adalah salah satu kelebihan film sebagai media massa dibanding dengan media massa lainnya. Film dapat dirancang untuk melayani keperluan publik terbatas maupun publik yang seluas-luasnya. Pada dasarnya film dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yakni film cerita dan film noncerita. Film cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang dan dimainkan oleh aktor dan aktris. Pada umumnya film cerita bersifat komersial, artinya dipertunjukkan di bioskop dengan harga karcis tertentu atau diputar di televisi dengan dukungan sponsor iklan tertentu (Pranajaya, 1999 : 9-10). Menurut Herdian Wibisono (2010: 43) menuliskan bahwa film mempunyai beberapa unsur-unsur diantaranya: penulis skenario, sutradara, aktor/aktris, juru kamera, penyuntingan (editing), penata artistik, dan produser. James Monaco dalam How to Read a Film, mengatakan bahwa memahami film adalah memahami bagaimana setiap unsur, baik sosial, ekonomi, politik, budaya, psikologi dan estetis film masing-masing mengubah diri dalam hubungannya yang dinamis, (Nugroho, 1998: 76) Struktur film terdiri dari struktur lahiriah dan batiniah. Dalam struktur lahirian, terdapat unsur-unsur atau unit-unit yang membangun yaitu 1) Shot, dapat dirumuskan sebagai peristiwa yang direkam oleh fim tanpa interupsi, 2) Scene, terbentuk apabila beberapa shot disusun secara berarti dan menimbulkan pengertian yang lebih luas tapi utuh, 3) sequence atau babak, 6
babak terbentuk apabila beberapa adegan disusun secara berarti dan logis. Babak memiliki ritme permulaan, pengembangan dan akhir (Monogin, 2010:31) Menilai sebuah film pada hakikatnya adalah menganalisis unsurunsur sebuah film tanpa terlepas dari kebulatannya. Baik sifat, proporsi, fungsi, dan saling hubungan dari unsur-unsurnya. Kalaupun kemudian terjadi sudut pandang dan hasil penilaian yang berbeda karena film memiliki keunikan dan kompleksitasnya sendiri. Yaitu memiliki dimensi etis, politis, psikologis, sosiologis dan estetis. Namun, film juga mengadaptasi nilai-nilai seni lainnya, seperti musik, drama, sastra dan lain-lain. Selain itu film tidak selalu memiliki struktur yang jelas, yang bisa didekati dengan formal, sistematis, rasional dan teratur. Akan tetapi jika sebuah film cukup efektif, maka ia dapat didekati dalam tanggapan emosional, intuitif, dan lewat pengalaman-pengalaman kehidupan, (Nugroho, 1998 : 83-85) C. Teori Framing Analisis framing merupakan pendekatan analisis wacana, khususnya dalam menganalisis teks media. Gagasan mengenai framing di awali oleh Beterson pada tahun 1995, awalnya frame dimaknai sebagai stuktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasikan realitas (Sobur, 2006 : 161-162). Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki mendefinisikan framing sebagai strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan
dalam
mengkode
informasi,
menafsirkan
peristiwa,
dan
dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita (Eriyanto, 2005 : 69). Perangkat framing atau struktur analisis tersebut adalah sintaksis, skrip, tematik dan retoris. a. Struktur Sintaksis Sebuah plot (peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang berdasarkan sebab akibat), hal yang sangat esensial untuk diperhatikan adalah peristiwa, konflik dan klimaks. Eksistensi plot itu 7
sendiri sangat ditentukan oleh ketiga unsur tersebut. Demikian pula dengan masalah kualitas dan kadar kemenarikan sebuah cerita fiksi (Burhan, 2005 : 113). Peristiwa dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu : peristiwa fungsional, kaitan dan acuan (Burhan, 2005 : 118). Peristiwa fungsional adalah peristiwa-peristiwa yang menentukan dan atau mempengaruhi perkembangan plot. Urutan-urutan peristiwa fungsional merupakan inti cerita sebuah karya fiksi yang bersangkutan. Selain peristiwa dalam sebuah plot cerita dikenal juga adanya konflik. Konflik menyarankan pada sesuatu yang bersifat tidak menyenangkan yang terjadi dan atau dialami oleh tokoh-tokoh cerita yang, jika tokoh-tokoh itu mempunyai kebebasan untuk memilih, ia (mereka) tidak akan memilih peristiwa itu menimpa dirinya (Burhan, 2005 : 122). Bentuk konflik sebagai bentuk kejadian, dapat dibedakan dalam dua kategori : konflik fisik dan konflik batin, konflik eksternal dan konflik internal. Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi dengan sesuatu yang diluar dirinya dengan lingkungan alam – dengan lingkungan manusia. Sedangkan konflik internal (atau : konflik batin) adalah konflikyang terjadi dalam hati, jiwa seseorang tokoh (atau: tokoh-tokoh) cerita (Burhan, 2005 : 124). b. Struktur Skrip Struktur
skrip
melihat
bagaimana
strategi
penulis
cerita
mengisahkan atau menceritakan peristiwa sesuai dengan plotnya, dan berdasarkan nilai konstruksi dramatik sebuah cerita dalam skenario. Beberapa perangkat dalam struktur skrip ini yaitu What (apa), When (kapan), Who (siapa), Where (di mana), Why (mengapa) dan How (bagaimana). Begitu juga dengan penulis cerita tetap menggunakan unsurunsur tersebut dalam mengisahkan cerita, namun sudah dikemas dalam unsur-unsur skenario film. Cerita adalah perjuangan protagonis dalam mengatasi problema tama dan untuk bisa mencapai goal. Lintasan perjuangan terssebut berupa 8
rangkaian adegan, yakni adegan yang merupakan pokok-pokok cerita, adegan-adegan yang indah dan memiliki nilai dramatik, yakni yang mengandung konflik, suspense, ketakutan dan sebagainya (Misbach, 2006: 128). c. Struktur Retoris Retoris berhubungan dengan bagaimana penulis cerita menekankan arti tertentu ke dalam cerita. Struktur ini akan melihat bagaimana penulis cerita memakai pilihan kata, idiom, bentuk citra yang ditampilkan sebagai penekanan arti tertentu kepada pembaca atau penonton. Leksikon adalah pemilihan dan pemakaian kata-kata tertentu untuk menandai atau menggambarkan peristiwa. Pilihan kata-kata yang dipakai menunjukkan sikap dan ideologi tertentu (Eriyanto, 2005 : 257) D. Pengertian Moral dan Etika Kata moral sendiri berasal dari bahasa latin yaitu mos atau mores yang berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, tabiat, watak, dan cara hidup. Sedangkan secara etimologi moral adalah istilah yang digunakan untuk menentukan batas dari sifat, perangai, kehendak pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk (Abuddin, 2003 : 94). Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, moral adalah penentuan baikburuk terhadap perbuatan dan kelakuan (Poerwadarminta, 2006 : 278). Moral
merupakan
ajaran-ajaran,
wejangan-wejangan,
khotbah-
khotbah, patokan-patokan kumpulan peraturan dan ketetapan lisan atau tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik. Sumber dasar ajaran-ajaran moral adalah tradisi, adat istiadat, ajaran agama dan ideologi-ideologi tertentu (Sudirman, 2007 : 11-12). Beberapa pengertian moral juga dituliskan dalam buku The Advanced Leaner’s Dictionary of Current English, (Abuddin, 2003 : 93), sebagai berikut: a) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk, b) Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah, c) Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.
9
Etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Dari pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia, (Nata, 2003 : 90). Menurut Franz Magnis Susesno, etika adalah sarana orientasi bagi usaha manusia untuk menjawab suatu pertanyaan yang amat fundamental tentang bagaimana manusia harus bertindak, (Nata, 2003 : 11). Etika bukan sumber tambahan bagi ajaran moral, melainkan suatu filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaranajaran dan pandangan moral. Jadi, etika merupakan sebuah ilmu dan bukan ajaran. Metodologi Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dengan pendekatan kualitatif dan termasuk dalam penelitian ekplanatif. Untuk memperoleh datanya, penulis melakukan document research artinya penulis hanya meneliti script atau naskah yang terdapat pada film Slank Nggak Ada Matinya sebagai data primer atau sasaran utama dalam analisis. Data diolah dengan menggunakan penjelasan tabel-tabel dan teori analisis framing yang merujuk pada model Pan dan Kosicki. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis framing. Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih dari pada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada tersebut. Framing dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, dan lain-lain) dibingkai oleh media. Sajian Data dan Pembahasan A. Kategori hubungan manusia dengan Tuhan Film “Slank tak Ada Matinya” memberikan gambaran kondisi personil slank yang memiliki sikap religius terkait dengan hubungannya dengan Tuhan yang ditunjukkan pada scene 1 dan 2. Religius adalah nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan. Religius menunjukkan bahwa pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang
10
diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya (Mustari, 2014). Manusia
memiliki
tugas
mulia,
yaitu:
menciptakan
dan
mendistribusikan kesejahteraan (materi dan non-materi) bagi seluruh manusia dan alam semesta. Untuk mempermudah tugas ini, manusia dapat mendesain bentuk
dalam
rangka
menciptakan
keadilan
dan
mendistribusikan
kesejahteraan bagi umat manusia dan alam. "Amanah" adalah kemampuan moral dan etika yang akan memu ngkinkan manu sia membangun yang positif dan menghilangkan yang negatif. Dengan kemampuan itu, manusia diharapkan dapat menunaikan misinya sebagai khalifah, dan sebagai pengelola sumber-sumber kehidupan dan penghidupan di bumi (Kholmi, 2012). B. Kategori hubungan manusia dengan diri sendiri 1. Jujur Sikap kejujuran tergambar dari surat dari pengemar slank agar tidak membubarkan grup band, yang ditunjukkan dengan banyaknya pengemar yang mencintai dan jujur mengungkapkan isi hatinya bahwa band slank selalu ditunggu, hal ini dtunjukkan dengan scene 3 pada flim ini. Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain. Jujur merajuk pada suatu karakter moral yang mempunyai sifat-sifat positif dan mulia seperti integritas, penuh kebenaran, dan lurus sekaligus tiadanya bohong, curang ataupun mencuri (Mustari, 2014). 2. Kasih sayang Dialog Bunda dengan Adi membicarakan kedatangan ridho dan Addee dari Amerika yang tersaji pada scene 4 film ini memberikan gambaran kasih sayang yang ditunjukkan oleh Bunda dan Abdee setelah mengetahui ada personil Slank yang terkena narkoba. Kasih sayang adalah reaksi emosional terhadap seseorang, binatang, atau benda. Hal itu menunjukkan perhatian yang hangat, dan mungkin terwujud dalam bentuk fisik atau kata-kata (verbal). Faktor belajar 11
memainkan peran penting untuk menentukan kepada siapa kasih saying itu ditujukan pada orang atau obyek yang khusus. Kasih sayang mereka terutama ditujukan kepada manusia. “Obyek kasih-sayang” yang berupa binatang atau benda kadang-kadang merupakan pengganti bagi obyek kasih sayang kepada manusia (Nurhidayati, 2011) Garrison dalam Hurloc, (1978:228) menekankan kebutuhan keseimbangan dalam hubungan tersebut: Cinta tampak merupakan hal yang timbal balik dan tumbuh terbaik apabila sekaligus diberikan dan juga diterima. Penolakan yang terus menerus di rumah mungkin menyebabkan kemampuan anak untuk memberikan kasih sayang tidak berkembang, atau mungkin menyebabkan dia mencaari kasih sayang dari orang lain di luar rumah. Kasih sayang yang berlebihan dan pemanjaan dapat menimbulkan pengaruh yang tidak diinginkan sebagaimana penolakan atau kekurangan kasih sayang. Oleh karena itu, adabahaya bahwa kasih sayang berlebih-lebihan terhadap satu atau kedua orang tua akan cenderung meniadakan kasih sayang terhadap teman sebaya (Nurhidayati, 2011). 3. Bertanggungjawab Pernyataan slank tentang bertanggungjawab terhadap peraturan yang dibuat dan konsisten untuk menjalankannya, dialog ini dtunjukkan pada scene 5 pada film ini. Kemoralan atau etika perlu mempunyai kandungan yang terdiri daripada peraturan masyarakat dan sifat keperibadian mulia. Setiap kelompok masyarakat mesti mempunyai peraturan untuk membolehkan manusia dapat hidup dan berfungsi dengan baik dengan persekitarannya. Justeru kemoralan tidak boleh lari daripada peraturan, norma, tradisi atau adat kebiasaan dalam masyarakat. Peraturan masyarakat dan sifat keperibadian mulia perlu difahami oleh setiap individu kerana pemikiran moral tidak berkembang dalam keadaan vakum. Tanpa peraturan, kehidupan sosial manusia tidak dapat diteruskan kerana ia juga merupakan kayu pengukur untuk menilai sesuatu aktiviti sosial (Azrina, 2010). Insan bermoral mempunyai ciri keperibadian mulia yang boleh dipuji dari segi moral. Keperibadian mulia adalah kecenderungan dan pembawaan diri yang stabil untuk bertindakbalas kepada sesuatu situasi 12
dengan bermoral, manifestasi dari sifat-sifat kebaikan, kejujuran, tanggungjawab, menghormati orang lain dan lain-lain. Lebih penting ia mengandungi
cara
insan
bermoral
patut
mematuhi
peraturan
masyarakatnya dan bertindak secara berkesan tanpa akur atau taat terhadap sesuatu peraturan secara membuta tuli (Azrina, 2010). 4. Kreativitas Kreatifitas panggung yang ditampilkan oleh slank yang merupakan hasil perencanaan matang sebelum pentas, scene 6 memberikan gambaran kondisi dan situasi latihan pada saat sebelum melakukan pentas. Pengertian kreativitas dari aspek produk dikemukakan oleh Amabile dalam Colangelo dkk(1994) yaitu sebagai respon atau karya yang baru dan sesuai dengan tugas yang dihadapi. Aspek pendorong dikemukakan oleh Boast,W (1997:111) kreativitas sebagai kemampuan manusia dan dimiliki setiap orang dalam tingkat tertentu. Gardner,H (1994:521) mengemukakan dua hal dari aspek ini yaitu : menjadi kreatif harus mempunyai kepribadian yang baik, mampu mengambil resiko kegagalan, kritikan, dan untuk menjadi kreatif harus mempunyai rasa tentang ide-ide (Sumayku, 2011). Kebutuhan kreativitas semakin terasa dalam kehidupan dunia mana pun, baik
dalam dunia perusahaan, entertainment, kesehatan, politik,
budaya dan sosial. Tanpa adanya kreativitas yang bermakna, semuanya akan tertinggal oleh perkembangan dunia
yang sangat dinamis.
(Saparahayuningsih, 2010). 5. Santun Sikap santun yang ditunjukkan oleh Ridho setelah di ajak konser oleh Bimbim dengan mengucapkan terima kasih, tersaji pasa scene 7. Sikap santun adalah sifat yang halus dari sudut pandang tatabahasa maupun tata perilakunya ke semua orang. Esensi dari perilaku santun sebetulnya adalah hati, karena perilaku adalah cerminan hati. Jika perilaku bermacam-macam seperti ada yang terpuji, dan ada yang tercela, maka hati juga ada yang bermacam-macam, ada yang lembut dan ada pula yang 13
keras. Adapun kesempurnaan dan kehalusan budi atau sopan santun hanya dapat dirasakan oleh perasaan yang halus, hanya dapat dilihat oleh mata hati (Mustari, 2014). 6. Disiplin Penegakkan peraturan dan disiplin dari personil Slank merupakan bagian penting keberhasilan dari Slank digambarkan dalam Scene 8. Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan (Mustari, 2014). Disiplin diri adalah merujuk pada penundukan diri untuk mengatasi hasrat-hasrat yang mendasar. Disiplin diri biasanya disamakan dengan kontrol diri (selfcontrol). Keketatan struktural menurut Gudykunst dan Kim, (1997:81) merupakan dimensi yang berfokus pada norma, aturan, dan batasan yang berlaku pada anggota suatu komunitas. Budaya
yang longgar hanya
menerapkan sedikit peraturan dan batasan atas perilaku, sementara di dalam budaya yang ketat aturan dan batasan perilaku, norma dan aturan budaya cenderung jelas dan harus ditaati. Dalam budaya ketat, jika ada anggota komunitas yang melanggar norma dan aturan budaya dikenakan sanksi. Sebaliknya dalam komunitas budaya longgar, para anggota yang melanggarnya tidak akan dikenai sanksi sekeras pada budaya ketat. (Sri Rejeki, 2007). C. Kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial, termasuk hubungannya dengan alam 1. Solidaritas (persahabatan) Persahabatan merupakan bagian hubungan manusia dengan manusia lain hal ini dapat dilihat dalam Scene 9 yang menunjukkan fan slank mengantar ke tempat menginap slank karena slank pada saat ini kehabisan uang padahal pada saat itu perlu transportasi menuju ke penginapan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, solidaritas adalah sifat satu rasa (senasib dan sebagainya);
perasaan setia kawan yang dimiliki antar
sesama anggota kelompok. Berbicara solidaritas, tidak bisa lepas pula dari 14
kata solider, yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti mempunyai atau memperlihatkan
perasaan bersatu (senasib, sehina,
semalu, dan sebagainya); (rasa) setiakawan. solidaritas merupakan suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. 2. Suka menolong orang lain Berbagi dengan orang lain yang membutuhkan di gambarkan dengan scene 10 pada film ini, pada saat itu personil slank yang diwakili oleh Ridho yang memberikan santunan kepada orang yang membutuhkan. Suka menolong adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya membantu orang lain. Menolong adalah kesediaan memberikan bantuan. Secara sadar orang mulai memberikan bantuan itu dari gerak hatinya. Kemudian bantuan itu diberikan dalam bentuk apa saja yang memang diperlukan orang yang mau ditolong, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, ide ataupun barang. Dengan demikian, menolong itu bukan bersifat kontrak. Ia bersifat personal, dari orang ke orang, dari hati ke hati. Maka, adalah cukup sulit mendapatkan pertolongan di suatu masyarakat yang hubungan personalnya kurang solid atau terlalu rengang. Apalagi jika hubungan antarwarga itu bersifat saling benci, curiga atau saling mencurangi. Di sini sifat tolong menolong tidak akan mendapatkan konteksnya (Mustari, 2014). 3. Motivasi dengan yang lain Adegan Bunda, kaka, dan personil lama slank berbincang tentang keberhasilannya untuk melepaskan diri dari narkoba. Kesembuhan Slank dari narkoba merupakan inspirasi bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama, hal ini di lihat pada adegan scene 10 dan 11 pada film ini. Slank terbebas dari narkoba karena mendapatkan dorongan dari pihakpihak tertentu diantaranya bunda, abdee, Ridho, dan personil slank formasi. Setelah berhasil menjauhkan diri dari narkoba slank dijadikan inspirasi dan motivasi pada orang lain untuk sembuh dari narkoba. 15
Menurut teori pengharapan yang dikemukakan oleh Vroom dalam Handoko (1999) yaitu “Motivasi merupakan akibat dari suatu hasil yang ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya. Motivasi manusia yang telah dikembangkan oleh Maslow melalui penjelasan bahwa motivasi dipicu oleh usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan (Mathis dan Jackson, 2001). 4. Respek bagi orang lain. Scene 13 mengambarkan adegan keinginan slank untuk respek bagi orang lain, pesan-pesan yang dapat memberikan inspirasi bagi orang lain. Dalam lingkup yang lebih luas dilakukan oleh anggota Slank yang menginginkan perubahan pada diri slank juga berimbas pada bangsa Indonesia. Respek adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain. Hakekat respek adalah kemampuan untuk melihat seseorang sebagaimana apa adanya, sadar akan keunikannya sebagai seorang individu. Respek juga berarti perhatian bahwa orang lain harus tumbuh dan jangan terkekang sebagaimana dirinya sendiri (Mustari, 2014). Kesimpulan A. Struktur analisis framing yang direpresentasikan dengan karya Fajar Bustomi dalam film "Slank Nggak Ada Matinya" Penelitian dilakukan dengan pendekatan perangkat framing atau struktur analisis. Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki mendefinisikan framing sebagai strategi konstruksi dan memproses berita. Konsep framing ini sangat membantu dalam memahami makna moral yang terkandung dalam film, terutama tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. Dalam analisis framing, struktur analisis meliputi struktur sintaksis, skrip, dan retoris dikaitkan dengan objeknya.
16
Film adalah sebuah alat komunikasi massa yang banyak digunakan untuk menyampaikan sebuah pesan atau informasi yang dikemas dalam bentuk cerita. Film merupakan media komunikasi yang dapat mengubah dan mempengaruhi perilaku seseorang. Perubahan perilaku tersebut dapat bersifat positif maupun negatif. Hasil analisis data simpulkan bahwa, terdapat nilai moral atau karakter pada Slank Tak Ada Matinya. Dalam film ini nilai moral sangat kental mewarnai hampir seluruh adegan yang ada, dari pengamatan dan analisis yang dilakukan terdapat 13 scene dalam film yang memberikan pesanpesan moral. Dari scene-scene yang telah diindentifikasikan terdapat pesan moral kemudian dianalisis menggunakan pendekatan flaming (struktur sintaksis, skrip, tematik dan retoris) sehingga nampak pesan moral yang ingin disampaikan dari setiap scene yang ada. B. Pesan moral yang dapat disampaikan melalui karya Fajar Bustomi dalam film "Slank Nggak Ada Matinya" Pada film Slank Tak Ada Matinya, nilai-nilai moral menjadi menggunakan scene-scene vidio sebagai dasar pembahasan terkait dengan nilai moral. Data yang digunakan sebagai unit analisis, melalui data yang diperoleh, akan mempermudah proses analisis dalam rangka mencapai hasil akhir dalam bentuk kesimpulan, sekaligus mencapai hasil akhir dalam bentuk kesimpulan, sekaligus sebagai bukti keberhasilan melakukan penelitian. Data-data penelitian yang diambil dari film tersebut dapat di bagi menjadi 13 buah atau scene bahasa bagi orang perfilman. Film Slank Tak Ada Matinya, nilai morallah yang menjadi pusat perhatian. Didalam proses meneliti film ini peneliti mengkaitkan dengan nilai moral atau karakter dari buku Nilai karakter dari Mustari, Mohammad, (2014). Nilai karakter yang ada dalam buku ini menjadi rujukan utama dalam pembahasan. Peneliti berhasil menjelaskan nilai-nilai moral dari film Slank Tak Ada Matinya diantaranya adalah: a) Kategori hubungan manusia dengan Tuhan, b) Kategori hubungan manusia dengan diri sendiri (Jujur, Kasih sayang, Bertanggungjawab, Kreativitas, Santun, dan Displin) dan c) Ketegori 17
hubungan manusia dengan orang lain/masyarakat (Solidaritas (persahabatan), Suka menolong orang lain, Motivasi bagi orang lain, dan Respek dengan orang lain) Saran 1. Bagi para pembuat film, Film ini yang mengangkat tentang perjalanan karier sebuah grup band (slank) untuk mencapai kesuksesan dilihat dari sisi positif dan negatif, di landa berbagai macam kendala dan cobaan. Pada film Slank Tak ada Matinya, peneliti melihat adanya hal atau tema tertentu yang sangat menarik, tetapi kurang dikupas secara mendalam oleh pembuat film Slank Tak ada Matinya, seperti menyarankan halnya tentang nilai moral yang terdapat dalam film yang hanya dibahas sedikit saja. Peneliti menyarankan agar supaya tema tersebut dapat dianggkat lebih jelas lagi dalam film, karena Setting film tersebut di landaskan biografi sebuah band besar dan berbasis pengemar yang banyak. Jika masalah nilai moral tersebut diulas lebih jelas dalam film, maka film itu akan menjadi lebih menarik, berisi dan berefek positif pada karakter remaja. 2. Bagi penikmat film agar dapat menjadi konsumen yang dapat mengambil dan melihat film dari sisi positifnya sehingga dapat membantu merubah pola pikir ke arah yang lebih baik. Terutama dengan memilih tontonan film dengan pesan moral dengan mengesampingkan film dengan pesan kekerasan, sex, kemewahan, dan lain-lain yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia.
18
DAFTAR PUSTAKA Azrina, 2010, Keperluan Dalam Pendidikan Moral Untuk Menghadapi Cabaran Era Pasca Modenisme. Malaysia: Inti College Malaysia Boggs, Joseph M. 1986. The Art of Watching Film. (Terj) Asrul Sani, Jakarta : Yayasan Citra Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail. Poerwodarminto, 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Elizabeth B. Hurloc,. Child Development, London: McGraw-Hill, Inc, 1978. Eriyanto. 2005. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta : LKiS. James Sumayku, 2011, Hubungan Kreativitas dan Sikap Siswa dalam Proses Pembelajaran dengan Pencapaian Prestasi Belajar pada Jurusan Listrik di SMK Negeri 2 Bitung, Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 2, Nomor 2, hal 23-27, Sept. 2011. Madiyant, Muslikh. Sinema Sastra: Mencari Bahasa di Dalam Teks Visual. Jurnal Humaniora, Volume XV, No.2/2003. McBride, Sean. 1983. Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan: Aneka Suara Satu Dunai (Terj). Jakarta : Balai Pustaka. Nata, Abuddin. 2003. Akhlak Tasawuf. Jakarta : Rajawali Press. Nugroho, Garin. 1998. Kekuasaan dan Hiburan. Yogyakarta : Yayasan Bentang Budaya. Nurgiyantoro. Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Masiyah Kholmi, 2012, Akuntabilitas dan Pembentukan Perilaku Amanah dalam Masyarakat Islam, Volume 15 Nomor 1 Juni 2012, Malang: Universitas Mu hammad iyah Malang. MC Ninik Sri Rejeki, 2007, Perbedaan Budaya dan Adaptasi Antarbudaya dalam Relasi Kemitraan Inti-Plasma, Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 4, Nomor 2, Desember 2007, Yogyakarta : FISIP Universitas Atma Jaya. \ Mustari, Mohammad, 2014, Nilai Karakter, Jakarta: RajaGrafinso Persada. Olive Djandra Waluya, dan Astria Rakhmadianti K, 2008. Perilaku Agresif Ditinjau Dari Jenis Tontonan Film Pada Siswa SMAN 70 Jakarta Selatan, Jurnal Psikologi Vol 6 No 2, Desember 2008, Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul, Jakarta Pranajaya, Adi. 1999. Film dan Masyarakat : Sebuah Pengantar. Jakarta: BP SDM Citra Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail. Sri Saparahayuningsih, 2010, Peningkatan Kecerdasan Dan Kreativitas Siswa (Improving Students’ Intelligence and Creativity). Volume 1, Nomor 1, September 2010, Bengkulu. FKIP Universitas Bengkulu. Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Sumarno, Marseli. 1996. Dasar-dasar Apresiasi Film. Jakarta : Grasindo. Titin Nurhidayati, 2011, Pendekatan Kasih Sayang: Solusi Pengembangan Karakter Terpuji Dan Akhlak Mulia Dalam Diri Anak Didik, Jurnal Falasifa. Vol. 2 No. 2 September 2011, Jember: STAI Al-Falah AsSunniyyah. Yusa Biran, Misbach. 2006. Teknik Menulis Skenario Film Cerita. Yogyakarta: Pustaka Jaya. 19
Wilson, John. (1973). A Teacher’s Guide To Moral Education. London: Geoffrey Chapman. Wright, Derek. (1971). The Psychology of Moral Behaviour. Hazell Watson & Viney Ltd.
20