Panduan Pelatihan Kewirausahaan
PANDUAN PELATIHAN Kewirausahaan UNTUK SIAPA PANDUAN INI? Berguna untuk fasilitator atau pelatih yang belum pernah memfasilitasi suatu kegiatan pelatihan sebelumnya, terutama dalam pelatihan Kewirausahaan karena memang modul ini bersifat teknis dan aplikatif. Trainer atau fasilitator profesional untuk pengayaan materi dan penambahan pengalaman pelatihan dalam Kewirausahaan. Peserta pelatihan Kewirausahaan sebagai bahan rujukan dalam melakukan Penelitian Kewirausahaan. Local NGOs (Organisasi Non-Pemerintah lokal) yang berskala kecil dan sedang untuk meningkatkan capacity building lembaga dalam Kewirausahaan dan Pelatihannya. Rincian Sesi-Sesi Pelatihannya... Setiap sesi dari pelatihan Kewirausahaan akan dideskripsikan dengan tabel rencana penyampaian materi (teaching plans) untuk kemudahan yang disertai deskripsi aktivitas yang akan dilakukan di kelas pelatihan. Sedangkan lama waktu dari Pelatihan Kewirausahaan ini adalah selama 1 (satu) bulan. Dimana setiap Minggunya terdiri dari dua sesi. Penyajian materi pokok oleh fasilitator dirinci ke dalam beberapa sub-sub materi setiap sesinya. Kemudian penjelasan lebih jauh dan mendalam akan dijabarkan oleh fasilitator mengenai Kewirausahaan di kelas pleatihan. Tentunya adapula materi-materi tambahan pegangan fasilitator untuk memperkaya bahan materi modul ini. Setiap sesi-sesi dari modul ini dirinci kembali kedalam beberapa sub-sub materi. Detailnya topik-topik pokok tersebut adalah sebagai berikut: Minggu I Sesi 1 : Pembukaan, Perkenalan dan pencairan suasana Sesi 2 : Perspektif revolusi kewirausahaan Minggu II Sesi 3 : Kreativitas, inovasi, strategi penciptaan nilai, peluang bisnis, dan HAKI Sesi 4 : Menciptakan dan Memulai Usaha Baru Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial
1
Panduan Pelatihan Kewirausahaan Sesi 5 : Menjelaskan Sumber-Sumber Modal Minggu III Sesi 5 : Menjelaskan Sumber-Sumber Modal Sesi 6 : Menghasilkan, mengeksploitasi, mengembangkan, mengelola, dan mengakhiri suatu perusahaan baru Minggu IV Sesi 7 : Social Entrepreneurship, Ecological Entrepreneurship, Government Entrepreneurship Sesi 8 : Model dan Analisis Kelayakan Bisnis Apa Saja Bahan-Bahan Yang Dibutuhkan? Papan nama untuk setiap peserta Kertas flipchart dan Plano Papan flipchart Spidol tebal berwarna sebanyak mungkin Kartu indeks (seukuran setengah kertas A4) yang termasuk tool kit Sebuah komputer yang dapat dipergunakan untuk presentasi dan laayar untuk memproyeksikan. Sebuah meja untuk meletakkan materi dan dokumentasi Wireless untuk pengeras suara. Presentasi disimpan dalam perangkat keras komputer atau disket Radio tape atau amplifier.
APA METODE PENGAJARAN DI KELASNYA? Pembahasan kasus — Fasilitator dapat menggunakan kasus-kasus yang dialami oleh peserta daripada sekedar memberikan contoh kasus yang ada dalam panduan. Games — Fasilitator dapat menerpakan permainan-permainan yang dapat mencairkan suasana kelas sehingga meningkatkan semangat dan dinamika kelas dari peserta. Latihan — Contoh dalan latihan dapat diganti dengan proyek atau kegiatan berdasarkan pengalaman peserta masing-masing. Presentasi — Fasilitator diharapkan dapat memberi pengarahan berupa konsep umum pada setiap awal sesi dan menyimpulkan setiap hasil pembahasan partisipatif dalam kerangka konseptual itu. Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial
2
Panduan Pelatihan Kewirausahaan
Diskusi Partisipatoris — Fasilitator memberi pemancing diskusi untuk dibahas oleh peserta dalam kelompok-kelompok kecil. Pemancing dapat berupa pertanyaan singkat atau juga pernyataan yang harus disetujui atau tidak dan disanggah oleh oleh kelompok peserta yang betrsifat aktif partisipatoris. Ceramah — Lamanya ceramah mengenai Kewirausahaan beserta materi-materi pokok dan sub-sub materi lainnya yang diberikan sesuai dengan kondisi dan bobot penyampaian materinya, terutama untuk menjawab pertanyaan dan memberi contoh-contoh yang memang memerlukan waktu extra dalam penyampaiannya. Berkenaan dengan modul ini, fasilitator akan menjelaskan lebih dalam berkenaan dengan materi pokok tambahan Kewirausahaan dalam pelatihan intinya. KKL — KKL atau Kunjungan Kerja Lapangan ini dilakukan di akhir pelatihan untuk memperdalam pengalaman peserta dalam beriwausaha secara langusung dengan pihak-pihak counterpart (UKM di lingkungan Depok/Jakarta) yang telah bersedia untuk dikunjungi
Bagaimana menggunakan buku panduan ini? ‚...Oleh karena buku ini adalah untuk fasilitator dan peserta, maka penerapan dari panduan ini pertama-tama digunakan oleh fasilitator dahulu seperti tabel rencana penyajian dan pengajarannya, kemudian dijelaskan dengan pemberian bahan-bahan yang terkait dengan materi pelatihan yang berguna juga untuk peserta dan siapapun sebagai pegangan dalam pelatihan ini.‛ Apa saja bahan-bahan yang perlu dipersiapkan? Pastikan bahwa semua bahan (kuesioner; fotokopi lembar instruksi, sinopsis film, dan contoh kasus, serta tool kit) telah dipersiapkan sebelum memulai sebuah sesi. Pastikan bahwa alat tulis-menulis, kertas flipchart, dan kartu metaplan tambahan telah tersedia, sedangkan segala alat elektronik yang diperlukan berfungsi baik. Jika perlu, sediakan cue cards pribadi untuk membantu mengingat tahapantahapan dalam suatu sesi. Perhatikan waktu yang telah digunakan. Letakkan jam tangan di tempat yang mudah terlihat, jika perlu.
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial
3
Panduan Pelatihan Kewirausahaan Fasilitas pelatihannya? Hampir seluruh kegiatan pelatihan ini melibatkan kegiatan kelompok kecil. Aturlah ruangan sehingga 4-6 peserta dapat duduk secara melingkar, tetapi tetap dapat mendengar dan melihat fasilitator. Sediakan flipchart untuk kegiatan kelompok. Tempat pelatihan yang ideal adalah ruangan yang baik dan tenang sehingga tidak terganggu oleh suara dering telepon, dan dindingdindingnya dapat dipakai untuk menempelkan flipchart. Pemisah ruang tidak akan dibutuhkan jika ruangan cukup luas untuk melakukan kelompok kerja. Fasilitasi Interaksi merupakan hal yang sangat penting untuk partisipasi peserta pelatihan. Pembelajaran akan optimum jika para peserta mampu berbagi pengetahuan dan menerapkan pengalaman mereka dalam memahami konsep-konsep baru yang diperkenalkan. Latihan dan kerja kelompok dimaksudkan untuk memenuhi maksud itu. Cara terbaik untuk memperoleh umpan adalah melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang baik. Sebagian besar kegiatan diakhiri dengan ‚pertanyaan-pertanyaan proses‛ yang akan membantu pelatih merangkum dan menutup sesi sekaligus memberi kesempatan kepada para peserta untuk berbagi ide. Di awal pelatihan, juga di awal setiap kegiatan, yang paling penting adalah memperjelas tujuan atau maksud dan menjelaskan agenda. Ini memberikan arah kepada apa yang diniatkan fasilitator untuk dilakukan. Agar partisipasi peserta dapat maksimum, fasilitator perlu merespon kebutuhan-kebutuhan yang mereka ekspresikan sepanjang pelatihan. Petunjuk untuk Peserta 1. Persiapan Semestinya peserta telah menerima panduan pelatihan ini beberapa hari sebelum acara pelatihan dimulai. Dengan demikian, peserta akan dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik. 2. Dinamika Kelompok Proses pelatihan ini diarahkan untuk menciptakan iklim belajar dalam suatu kelompok, sehingga semua merasa didengar dan merasa bebas untuk berpartisipasi aktif. Proses pelatihan ini juga dimaksudkan untuk mengenali kebutuhan tiaptiap kelompok sehingga semua kelompok dapat menyelesaikan tugas, Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial
4
Panduan Pelatihan Kewirausahaan semangat kelompok terjaga, dan anggota kelompok dapat memberi masukan sebaik-baiknya. Dinamika kelompok yang tinggi akan mengakibatkan struktur kelas yang relatif lebih bebas. Orang-orang tidak selalu harus duduk di kursi dan menghadap ke depan. Pengaturan kelas dapat berupa lingkaran, tanpa meja, bahkan di lantai, jika memungkinkan. Kadang-kadang peserta akan memperoleh kesempatan untuk berjalan-jalan, bukan hanya di dalam ruangan tertutup, bahkan juga di luar ruangan. 3. Partisipatoris Proses pelatihan ini diarahkan untuk menjamin agar semua terlibat aktif dalam penyusunan agenda bersama, berbagi hasil pembelajaran, dan penggunaan kelompok-kelompok lebih kecil. Untuk itu, setiap peserta diharapkan mau dan mampu terlibat dalam proses pengambilan keputusan sehingga merasa menjadi ‘bagian’ dari keputusan itu dan merasa wajib melaksanakannya. Faktor perasaan setiap peserta menyangkut suatu isu dipandang penting dan, oleh karenanya, semua peserta dianjurkan untuk mengungkap dan mengangkatnya di depan umum. Peserta dan faslitator pelatihan perlu menyelesaikan segala konflik yang muncul secara baik, sehingga semua suara didengar, pandangan baru disertakan, dan tidak ada yang merasa harus mengalah. Setiap orang didorong untuk memberi dan menerima umpan balik sehingga semua orang yang hadir dapat berkembang dan rintangan kerja kelompok dapat diatasi. Evaluasi partisipatoris akan digunakan untuk menilai kegiatan pelatihan ini.
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial
5
Panduan Pelatihan Kewirausahaan Sesi 1: Pembukaan dan Pencairan Suasana
Tujuan: Pada akhir sesi para peserta akan: Saling mengenal sehingga terbangun suasana yang lebih santai dan nyaman untuk memasuki proses pelatihan; Memahami sistematika pelatihan selama dua hari; Mengenali harapan dan kekhawatiran mereka terkait dengan pelatihan. Topik yang akan dipelajari: Identitas diri peserta Pemetaan tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik peserta Pemetaan harapan dan kekhawatiran perserta terkait dengan pelatihan Total waktu yang dibutuhkan: 1 jam Agenda Durasi Kegiatan Kegiatan 1: 10‛ Pengenalan diri dan kontrak belajar
15‛
15‛
Kegiatan 2: Jajak pendapat awal; pemetaan tingkat oengetahuan, sikap, dan praktik peserta Kegiatan 3: Curah pendapat: harapan dan kekahwatira peserta
Apa yang dibutuhkan Presentasi power point, lcd, layar, flipchart, papantulis, spidol, isolasi Lembar fotokopi kuesioner, alat tulis Kartu indeks, papan tulis, spidol, isolasi,
Rincian Kegiatan: Memperkenalkan tujuan sesi dan kegiatan yang akan dilakukan Kegiatan 1 Fasilitator membuka acara dengan memperkenalkan diri dan fasilitator lainnya. Para peserta diberi kesempatan untuk memperkenalkan diri secara singkat dengan menyebutkan nama, asal lembaga, dan jabatan dalam lembaga masing-masing (5‛). Fasilitator mengajak peserta melakukan permainan ‚Ini Teman Saya...‛ Caranya: seorang peserta memperkenalkan seorang peserta yang Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial
6
Panduan Pelatihan Kewirausahaan lain dimulai dengan kalimat, ‚Ini teman saya ... (misalnya) Eko Purnama.‛ Lantas peserta itu memberitahu empat hal pribadi tentang peserta yang sedang diperkenalkannya itu, dengan syarat semua pernyataan itu bersifat positif dan tidak bersifat SARA. Misalnya, ‚Dia senang bermain bola. Tapi, waktu kecil, dia lebih sering memancing dan berenang di pantai dekat rumahnya.‛ Peserta yang sedang iperkenalkan itu memberi tanggapan terhadap keempat pernyataan dengan membenarkan (misalnya, mengangkat jempol atau mengangguk-angguk) atau menyalahkan (misalnya, menggeleng atau menggoyangkan tangan). Terakhir, peserta yang memperkenalkannya menutup dengan, ‚Paling teman saya Eko. Sambutlah Eko.‛ Semua yang hadir menyahut, ‚Selamat datang, Eko.‛ Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk bergantian memperkenalkan seorang rekan lainnya hingga selesai (25‛). Fasilitator menjelaskan cakupan topik, tujuan per sesi, dan alokasi waktu dari pelatihan dua hari ini dan memberi kesempatan bertanya jawab (5‛). Fasilitator mengajak peserta membuat kontrak belajar di kelas selama pelatihan yang merinci aturan bersama. Ketentuannya, ‚segala sesuatu tidak dilarang boleh dikerjakan, segala sesuatu yang disepakati harus dikerjakan.‛ Setiap peserta memperoleh dua lembar kertas indeks untuk menulis dua hal yang mereka anggap dilarang dilakukan selama pelatihan (misalnya, dilarang terlambat, dilarang merokok di kelas, dilarang menerima telepon selama proses pembelajaran, dan hal-hal lainnya sesuai kesepakatan). Setelah kartu terkumpul, peserta bersepakat tentang apa-apa yang telah ditulis (10‛). Kegiatan 2 Fasilitator menjelaskan bahwa jajak pendapat tertulis akan dilakukan terkait dengan pengetahuan, sikap, dan praktik peserta menyangkut Kewirausahaan. Fasilitator membagikan fotokopi kuesioner (lihat Lampiran 1) agar peserta dapat mengisinya. Setelah kuesioner terkumpul, fasilitator merangkum hasil kuesioner secara sekilas (5‛).
Kegiatan 3 Fasilitator menjelaskan pentingnya mengidentifikasi berbagai harapan dan kekhawatiran terkait dengan pelaksanaan pelatihan ini. Untuk itu, fasilitator meminta setiap peserta untuk menentukan apa yang menjadi harapan dan kekhawatiran utama mereka dan menuliskan setiap pernyataan pada secarik kartu indeks. Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial
7
Panduan Pelatihan Kewirausahaan Fasilitator membagikan dua kartu indeks kepada setiap peserta untuk ditulisi (5-10‛). Fasilitator mengajak satu-dua peserta untuk membantu menyusun dan mengelompokkan kartu indeks pada kertas flipchart di papan tulis. Fasilitator mengajak peserta untuk mendiskusikan harapan dan kekhawatiran yang teridentifikasi dan antisipasi yang diperlukan (10-15‛).
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial
8
Panduan Pelatihan Kewirausahaan Sesi 2: Perspektif Revolusi Kewirausahaan
Tujuan: Pada akhir sesi peserta akan: Peseta mampu memahami konsep-konsep serta perspektif dasar dari kewirausahaan baik secara teoritis maupun empiris Peserta mampu menggunakan dengan baik, konsep, perilaku, dan pola fikir kewirausahaan sebagai sebuah paradigma dalam memulai usaha Topik yang akan dipelajari: a. Pengertian kewirausahaan b. Pola pikir berwirausaha c. Intensi-intensi kewirausahaan dan kewirausahaan korporat d. Peluang kewirausahaan internasional e. Tantangan, masa depan, etika dan tanggung jawab wirausaha f. Good Corporate Governance g. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia Metode : 1. Penugasan atau intruksi latihan 2. Ceramah 3. Diskusi Kelompok Total waktu yang dibutuhkan: 1 jam Agenda Durasi Kegiatan Kegiatan 1: 20‛ Pengertian kewirausahaan dan pola fikir berwirausaha Kegiatan 2: 30‛ Intensi-intensi kewirausahaan dan kewirausahaan korporat, Peluang kewirausahaan internasional, Kegiatan 3: 40‛ Tantangan, masa depan, etika dan tanggung jawab wirausaha, Good Corporate Governanc, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia
Apa yang dibutuhkan Presentasi PowerPoint, LCD projector, layar, Presentasi PowerPoint, LCD projector, layar,
Presentasi PowerPoint, LCD projector, layar,
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial
9
Panduan Pelatihan Kewirausahaan Materi ajar yang dijadikan acuan pada sesi 3 1. Sifat Dasar dan Perkembangan Kewirausahaan, mencakup: Siapakah yang disebut sebagai seorang pengusaha? Apakah yang dimaksud dengan kewirausahaan? Bagaimanakan proses kewirausahaan berjalan?
2. Pengusaha (Entrepreneur) Definisi: Kata pengusaha (Entrepreneur) berasal dari bahasa Perancis, yang jika diterjemahkan secara bahasa, berarti ‚di antara-pengambi‛ (between-taker) atau ‚menuju-di antara‛ (go-between). Pengusaha ialah seseorang yang mengambil resiko dan memulai sesuatu yang baru.
a. Periode Awal Contoh definisi yang paling awal dari [pengusaha sebagai sebuah go-between adalah Marco Polo, yang mencoba untuk mengembangkan rute perdagangan hingga Timur Jauh.
b. Abad Pertengahan Pada
abad
pertengahan,
istilah
pengusaha
sudah
digunakan
untuk
menggambarkan pelaku maupun orang yang mengelola proyek-proyek produksi besar. Pada proyek-proyek seperti itu, orang-orang ini tidak mengambil resiko apapun, melainkan mengelola proyek dengan sumber daya yang disediakan, biasanya oleh pemerintah atau negara. Satu jenis pengusaha pada abad pertengahan adalah klerek (clerec), yaitu orang yang ditugaskan untuk pekerjaan arsitektur, seperti pembangunan kastil dan menara, gedunggedung umum, dan katedral.
c. Abad ke-19 dan 20 Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 10
Panduan Pelatihan Kewirausahaan Pada pertengahan abad ke-20, muncul istilah pengusaha sebagai inovator (entrepreneur as an innovator):
Fungsi seorang pengusaha adalah mereformasi atau merevolusi pola produksi dengan mengeksploitasi sebuah penemuan, atau secara umum, sebuah metode teknologi produksi komoditas baru yang belum dicoba atau memproduksi produk lama dengan cara baru, membuka sebuah sumber pasokan bahan baku yang baru atau sebuah gerai baru untuk produk, dengan mengorganisasi sebuah industri baru. 1
Dalam definisi ini, konsep inovasi dan kemutakhiran adalah sebuah bagian yang integral dari kewirausahaan. Pada akhirnya, inovasi, tindakan untuk memperkenalkan sesuatu yang baru, merupakan satu dari tugas yang paling sulit untuk pengusaha. Dibutuhkan bukan hanya kemampuan untuk menciptakan dan mengonsepkan, tetapi juga kemampuan untuk memahami seluruh kekuatan yang bekerja di dalam lingkungan tersebut.
3. Definisi Pengusaha saat ini Konsep tentang pengusaha kemudian didefinisikan kembali ketika prinsipprinsip dari dan istilah dari sebuah bisnis, manajerial, dan perspektif pribadi dipertimbangkan.
Pada hampir setiap definisi kewirausahaan, terdapat kesepakatan tentang apa yang dimaksud dengan sejumlah perilaku yang meliputi: (1) pengambilan inisiatif, (2) pengorganisasian dan pengorganisasian kembali mekanisme sosial dan ekonomis untuk mengubah sumber daya dan situasi menjadi praktis, (3) penerimaan resiko atau kegagalan. 1
Joseph Shumpeter. Can Capitalism Survive?. New York: Harper & Row. 1952. hlm 72
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 11
Panduan Pelatihan Kewirausahaan
Bagi seorang ekonom, pengusaha adalah seseorang yang menggabungkan sumebr daya, tenaga kerja, bahan baku, serta aset lain untuk menghasilkan nilai yang lebih besar dari sebelumnya, juga seseorang yang mengenalkan perubahan, inovasi, dan tatanan baru. Bagi seorang pebisnis, seorang pengusaha tampak seperti ancaman, kompetitor yang agresif, sementara bagi pebisnis lain, pengusaha tersebut mungkin seorang teman, sebuah sumber pasokan, seorang pelanggan, seseorang yang menciptakan kekayaan bagi orang lain atau yang menemukan cara yang lebih baik untuk menggunakan sumber daya, mengurangi pemborosan, serta menghasilkan pekerjaan bagi orang lain dan memiliki kebanggaan akan hal tersebut. 2
Kewirausahaan adalah sebuah proses dinamis dalam menciptakan tambahan kekayaan. Kekayaan dihasilkan oleh individu yang menanggung resiko utama dalam hal modal, waktu, dan/atau komitmen karier atau menyediakan nilai bagi beberapa produk atau jasa. 3
4. Definisi Kewirausahaan Kewirausahaan (Entrepreneurship) adalah proses penciptaan sesuatu yang baru pada nilai menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan, menanggung resiko keuangan, fisik, serta resiko sosial yang mengiringi, menerima imbalan moneter yang dihasilkan, serta kepuasan dan kebebasan pribadi. 4
2
Karl Vesper. New Venture Strategies. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. 1980. hlm 2 Robert C. Ronstadt. Entrepreneurship. Dover, MA: Lord Publishing Co. 1984. hlm 28 4 Definisi ini dimodifikasi dari definisi yang pertama kali dikembangkan oleh seorang pengusaha perempuan. Lihat Robert D. Hisrich dan Candida G. Brush, The Woman Entrepreneur: Starting, Financing, and Managing a Successful New Business. Lexington, MA: Lexington Books, 1985. hlm 18 3
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 12
Panduan Pelatihan Kewirausahaan Definisi ini menekankan empat aspek dasar dari menjadi seorang pengusaha. Pertama, kewirausahaan melibatkan proses penciptaan-menciptakan suatu nilai baru. Penciptaan haruslah mempunyai nilai bagi pengusaha dan bagi pelanggan untuk siapa ciptaan tersebut dikembangkan. Pelanggan dapat berupa (1) pasar pembeli organisasi untuk inovasi bisnis, (2) administrasi rumah sakit untuk prosedur atau peranti lunak baru, (3) calon murid untuk sebuah kursus baru atau bahkan kuliah kewirausahaan, atau (4) pengguna untuk jasa baru yang disediakan oleh sebuah badan nirlaba. Kedua, kewirausahaan menuntut sejumlah waktu dan upaya yang dibutuhkan. Ketiga, definisi tersebut melibatkan penghargaan menjadi seorang pengusaha. Penghargaan yang paling penting adalah kebebasan, lalu kepuasan pribadi. Bagi seorang pencari laba, penghargaan moneter adalah juga penting, uang menjadi indikator tingkat sukses yang dicapai. Menanggung
resiko
yang
dibutuhkan
adalah
aspek
akhir
dari
kewirausahaan. Suatu tindakan membutuhkan waktu, sedangkan hasil di masa yang akan datang tidak dapat diprediksi, maka hasil dari tindakan tersebut mengandung ketidakpastian. 5
POLA PIKIR BERWIRAUSAHA
Tujuan: Memperkenalkan efektuasi sebagai cara seorang pengusaha berpikir Mengembangkan pandangan bahwa pengusaha belajar untuk dapat beradaptasi secara kognitif 5
L.V. Mises. Human Action: A Treatise on Economics, edisi revisi 4. San Fransisco, CA: Fox & Wilkes. 1949
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 13
Panduan Pelatihan Kewirausahaan Mengakui bahwa pengusaha mengalami kegagalan dan mengetahui proses bagaimana mereka memaksimalkan kemampuan belajar dari pengalaman tersebut Bergerak melampaui pengusaha individu agar membedakan antara perusahaan secara kewirausahaan dengan perusahaan yang dikelola secara lebih tradisional
Bagaimana Pengusaha Berpikir
Pengusaha berpikir dengan cara yang berbeda dari golongan non-pengusaha. Selain itu, seorang pengusaha dalam situasi tertentu mungkin akan berpikir secara berbeda ketika berhadapan dengan tugas atau lingkungan keputusan yang berbeda. Pengusaha sering kali membuat keputusan dalam ingkungan ketidakpastian yang tinggi di mana resiko yang dihadapi juga tinggi, tekanan waktu yang mendesak, dan dalam investasi yang melibatkan emosi. Dengan lingkungan pengambilan keputusan yang seperti itu, seorang pengusaha kadang kala harus: -
Menumbuhkan efektuasi
-
Dapat beradaptasi secara kognitif
-
Belajar dari kegagalan
Efektuasi Terdapat dua proses yang dapat dipilih oleh pengusaha berkaitan dengan hasil yang dicapai. Proses pertama disebut dengan proses kausa, yang merupakan sebuah proses dimulai dengan hasil yang diinginkan dan berfokus pada cara untuk mendapatkan hasil tersebut. Kedua, pengusaha seringkali menggunakan proses efektuasi (effectuation process), yang berarti mereka Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 14
Panduan Pelatihan Kewirausahaan menggunakan apa yang mereka miliki (siapa mereka, apa yang mereka tahu, dan siapa yang mereka tahu), lalu memilih di antara hasil yang memungkinkan.
ILUSTRASI Seorang juru masak ditugaskan untuk menyiapkan makan malam. Ada dua cara untuk melakukan pekerjaan tersebut. Pertama, tuan rumah atau klien memilih menu terlebih dahulu. Apa yang dibutuhkan seorang juru masak adalah mendaftar bahan-bahan yang dibutuhkan, belanja, lalu memasak. Ini adalah proses kausa, dimulai dengan sebuah menu tertentu dan berfokus pada pemilihan cara yang paling efektif untuk menyiapkan makanan. Pada kasus kedua, tuan rumah meminta kepada juru masak untuk melihat bahan dan bumbu yang tersedia di dapur lalu menyiapkan masakan. Dalam hal ini, juru masak harus membayangkan menu yang mungkin dihasilkan berdasarkan bahan dan bumbu yang ada, memilih menu, dan menyiapkan makan malam. Inilah yang disebut dengan proses efektuasi, dimulai dari bahan dan bumbu yang tersedia, lalu berfokus untuk menyiapkan satu atau lebih menu yang dapat dihidangkan. 6
Penggunaan
proses
efektuasi
dalam
membangun
perusahaan
memungkinkan pengusaha dapat membangun beberapa jenis perusahaan yang berbeda dalam industri yang sama sekali berbeda. Ini berarti bahwa gagasan awal (kumpulan kausa) tidak berimplikasi pada satu cakupan strategis tunggal apa pun bagi perusahaan )atau efek tertentu). Sebaliknya, proses efektuasi memungkinkan pengusaha menciptakan satu atau beberapa efek yang mungkin terjadi tanpa memerhatikan tujuan akhir yang akan dicapai dari apa yang telah
6
S. Sarasvathy. Causation and Effectuation: toward a Theoretical Shift from Economic Inevitability to Entrepreneurial Contingency. Academy Management Review 26. 2001. Hlm 245.
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 15
Panduan Pelatihan Kewirausahaan dimulainya. Proses ini bukan hanya memungkinkan realisasi beberapa efek yang mungkin terjadi (meskipun secara umum hanya satu atatupun beberapa yang benar-benar
direalisasikan
dalam
implementasinya),
tetapi
juga
memperbolehkan pengambil keputusan mengubah tujuannya atau bahkan membentuk dan membangun tujuan itu sepanjang waktu, menggunakan kontinjensi ketika proses tersebut timbul. 7 Profesor
Saras Sarasvathy
(dari Darden, University
of Virginai)
menyatakan bahwa efektuasi bukanlah cara yang lebih baik dalam proses pemikiran yang melibatkan kausa; tetapi hanya untuk memperlihatkan sebuah cara yang kadang kala dipikirkan oleh seorang pengusaha. Sarasvathy dengan jelas mendeskripsikan imlikasi efektuasi untuk pengusaha dalam beberapa prinsip dasar. 8 1. Prinsip patchwork quilt (patchwork quilt principle). Merupakan sebuah prinsip tindakan yang didorong oleh keinginan (means-driven, berlawanan dengan yang didorong oleh tujuan—goal-driven). Penekanannya disini adalah menciptakan suatu hal baru dengan cara yang ada daripada menemukan cara baru untuk mencapai tujuan tertentu. ‚Patches‛ adalah cara—suatu ‚siapa saya‛, ‚aa yang saya tahu‛, dan ‚siapa yang saya tahu‛ (yang menunjukkan ‚apa yang saya miliki‛) – dan pola ini dikombinasikan untuk membentuk sesuatu yang baru dan unik (the effectual quilt). 2. Prinsip resiko yang dapat ditanggung (affordable loss principle). Prinsip ini menetapkan komitmen di awal terhadap kesediaan seseorang untuk menanggung kerugian daripada berinvestasi dengan mengalkulasi imbal hasil yang diharapkan dari suatu proyek. Kalkulasi mengenai kesediaan seseorang untuk menanggung kerugian ini tidak bergantung pada dugaan
7 8
Sarasvathy. Causation and Effectuation. Hlm 245-247. S. Sarasvathy. Effectuation: Elements of Entrepreneurial Expertise. Edward Elgar Publishers. 2006.
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 16
Panduan Pelatihan Kewirausahaan yang tepat dalam sebuah lingkungan dengan ketidakpastian yang sangat tinggi, tetapi bergantung pada kondisi keuangan serta psikologis pengusaha untuk menanggung sejumlah kerugian. Dengan prinsip ini, pengusaha dapat berekspermen dalam sebuah usaha baru pada lingkungan yang tidak pasti dengan kerugian maksimum yang diketahui apabila hal yang diharapkan tidak terjadi. 3. Prinsip burung di tangan (bird-in-hand principle). Prinsip ini melibatkan negosiasi dengan setiap dan seluruh pihak berkepentingan yang bersedia memberikan komitmen utnuk proyek, tanpa mengkhawatirkan biayabiaya peluang atau mengelaborasi analisis persaingan.
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 17
Panduan Pelatihan Kewirausahaan Sesi-3: Kreativitas, inovasi, strategi penciptaan nilai, peluang bisnis, dan HAKI
Tujuan: Pada akhir sesi peserta akan: Peserta dapat memahami dan membedakan devinisi dari keratifitas, inovasi, strategi penciptaan nilai, peluang bisinis dan HAKI Peserta pelatihan mampu menggunakan dengan baik, konsep, perilaku, dan keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki oleh wirausahawan dalam mengekspresikan kreatifitas, inovasi, strategi penciptaan nilai maupun melihat peluang bisnis. Topik yang akan dipelajari: a. Kreativitas dan berpikir kreatif b. Inovasi dan strategi penciptaan nilai c. Peluang bisnis d. Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) Metode : 1. Penugasan atau intruksi latihan 2. Ceramah 3. Diskusi Kelompok Total Waktu yan dibutuhkan : 1 jam Agenda Durasi Kegiatan Kegiatan 1: 10‛ Games ‚berfikir kreatif‛ 30‛
Kegiatan 2: Inovasi dan strategi penciptaan nilai, Peluang bisnis
5‛
Kegiatan 3: Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)
Apa yang dibutuhkan LCD projector, kertas flipchart, spidol, isolasi, karton warna tempel, Fotokopi lembar kaji latih-2 untuk setiap kelompok, spidol, karton warna, solatip tempel, flipchart, Presentasi PowerPoint, LCD projector, layar
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 18
Panduan Pelatihan Kewirausahaan BAHAN MATERI AJAR:
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 19
Panduan Pelatihan Kewirausahaan
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 20
Panduan Pelatihan Kewirausahaan
MENINGKATKAN KREATIVITAS pada PERUSAHAAN 1. Masukkan Kreativitas sebagai Nilai Inti Perusahaan. 2. Merangkul Keragaman. 3. Mengharapkan Kreativitas. 4. Mengharapkan dan Memberi Ruang terhadap kegagalan. 5. Mendorong Rasa Ingin Tahu. 6. Melakukan Perubahan Tata Ruangan Secara Periodik. 7. Memandang masalah sebagai tantangan. 8. Memberikan pelatihan kreativitas. 9. Memberikan dukungan. 10. Mengembangkan prosedur untuk menangkap ide-ide. 11. Berbicara dengan pelanggan. 12. Memberikan penghargaan atas kreativitas. 13. Memberikan contoh perilaku kreatif.
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 21
Panduan Pelatihan Kewirausahaan
Inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan solusi kreatif terhadap masalah dan peluang untuk meningkatkan atau memperkaya kehidupan orang-orang
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 22
Panduan Pelatihan Kewirausahaan Sesi-4 Menciptakan dan Memulai Usaha Baru Tujuan: Pada akhir sesi para peserta akan: Perserta mampu mendesign model bisnis yang kompetitif dan membuat rencana bisenis yang solid Topik yang akan dipelajari: a. Konsep menciptakan dan memulai usaha baru b. Desain model bisnis yang kompetitif dan solid c. Keunggulan kompetitif d. Bentuk-bentuk kepemilikan bisnis e. Rencana pemasaran & keuangan f. Rencana organisational & sumberdaya manusia g. Menyusun rencana bisnis yang layak dan unggul Metode : 1. Penugasan atau intruksi latihan 2. Ceramah 3. Diskusi Kelompok Total waktu yang dibutuhkan: 1 jam Agenda Durasi Kegiatan Kegiatan 1: 10‛ Konsep menciptakan dan memulai usaha baru, Desain model bisnis yang kompetitif dan solid Kegiatan 2: 15‛ Keunggulan kompetitif, Bentuk-bentuk kepemilikan bisnis, Rencana pemasaran & keuangan Kegiatan 3: 15‛ Rencana organisational & sumberdaya manusia, Menyusun rencana bisnis yang layak dan unggul
Apa yang dibutuhkan Presentasi PowerPoint, LCD projector, layar, flipchart, papan tulis, spidol, isolasi, Lembaran fotokopi kuesioner, alat tulis, LCD projector, presentasi. Kartu indeks, flipchart, papan tulis, spidol, isolasi, lembar kerja-2, potongan-potongan piechart.
Materi ajar yang dijadikan acuan pada sesi 4: Sifat Dasar dan Perkembangan Kewirausahaan, mencakup:
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 23
Panduan Pelatihan Kewirausahaan
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 24
Panduan Pelatihan Kewirausahaan
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 25
Panduan Pelatihan Kewirausahaan SESI-5: Sumber-Sumber Modal Tujuan: Pada akhir sesi peserta akan: Mahasiswa mengethaui sumber-sumber modal usaha yang dapat di akses untuk membuka usaha Topik yang akan dipelajari: a. Konsep sumber-sumber modal b. Mendapatkan modal ventura dan modal pertumbuhan c. Penilaian, struktur dan negosiasi d. Pemberi pinjaman (lembaga keuangan dan non keuangan) dan investor e. Modal risiko informal, modal usaha dan penawaran saham publik Metode : 1. Penugasan dan latihan praktis 2. Ceramah 3. Diskusi Total Waktu yang dibutuhkan: 1 jam Agenda Durasi Kegiatan Kegiatan 1: 5‛ Penyampaian materi singkat mengenai analisis data kualitatif untuk Kewirausahaan. Kegiatan 2: 15‛ Praktek teknik mengkombinasikan data.
15‛
5‛
Kegiatan 3: Presentasi: dan pembahasan kelompok dari lembar kerja-3, dan berdiskusi. Kegiatan-4: Fasilitator merangkum hasil diskusi dan menjelaskan jawaban yang mungkin dari lembar kerja-3 (kotak III).
Apa yang dibutuhkan LCD Projector, wireless.
Fotokopi lembar kerja-3 untuk peserta dibagikan kepada setiap orang dalam kelompoknya, kertas HVS, Flip Chart. LCD Projctor, kertas HVS, Wireless. Wireless, projector LCD, lembar kerja -3
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 26
Panduan Pelatihan Kewirausahaan
Materi ajar yang dijadikan acuan pada sesi 5: Sifat Dasar dan Perkembangan Kewirausahaan, mencakup:
Berbisnis apapun pasti butuh modal, berapa pun jumlahnya itu. Permodalan sering menjadi kendala utama yang menghambat dalam membangun bisnis, baik itu kurang modal atau bahkan tidak punya modal sama sekali. Banyak sekali pengusaha yang tidak dapat mengembangkan usahanya karena keterbatasan modal. Lalu apakah harus berhenti begitu saja? Sebaiknya jangan,, sebagai pengusaha, maka mulailah mencari sumber pembiayaan bagi usaha Anda. Memang tidak mudah untuk menentukan sumber pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan usaha. Karena ada beberapa alternatif sumber pembiayaan usaha yang ada, namun yang perlu diketahui adalah bagaimana cara mendapatkan serta mengelolanya dengan baik. Sebelum berusaha mendapatkan dana, perlu diperhitungkan secara detil berapa kira-kira modal usaha yang dibutuhkan. Biasanya modal usaha dicadangkan untuk selama 3 bulan, 6 bulan, bahkan 1 tahun, berbeda-beda sesuai dengan besar kecil usahanya. Sumber-sumber permodalan Umumnya dana permodalan dapat diperoleh dalam 3 cara, antara lain: 1. Dana Sendiri Menggunakan dana sendiri paling banyak dilakukan oleh pengusaha dalam memodali usahanya. Pemakaian dana ini dimungkinkan bila memiliki simpanan uang tunai di bank ataupun berupa reksadana. Dengan dana pribadi ini, kita bisa lebih fleksibel dalam pemakaian jumlah dana sewaktu-waktu, serta bebas mengalokasikan dana sesuai dengan keputusan sendiri. Sekaligus anda akan terbebas dari bunga, pemotongan keuntungan dan tidak perlu membagi hasil dengan pihak lain. Meskipun demikian terkadang menggunakan dana sendiri juga memilki kelemahan seperti kurangnya kontrol dalam pemakaian dana, lalai dalam pencatatan keuangan, dan bila merugi maka harus menanggung kerugian sendiri. 2. Dana pinjaman Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 27
Panduan Pelatihan Kewirausahaan Jika anda tidak mempunyai simpanan dana pribadi dan kekurangan dana, maka alternatif lainnya adalah dana pinjaman. Berikut ini adalah berbagai macam alternatif dana pinjaman (terutama kredit perbankan) : a. Kredit Usaha Kredit usaha pada berbagai Bank dikemas dengan nama yang berbeda. Kredit usaha diberikan sesuai dengan jenis usaha masing-masing. Biasanya kredit usaha perbankan dibedakan menjadi kredit investasi dan kredit modal kerja, atau mungkin juga gabungan keduanya. Bagi pengusaha yang hendak mengambil fasilitas kredit ini harus mempelajari dan memenuhi persyaratan yang dibutuhkan. Dianjurkan untuk mencari kredit usaha pada bank yang mendukung UKM dan Bank pemerintah, mengingat suku bunga yang rendah. b. Kredit Tanpa Agunan (KTA) Beberapa lembaga perbankan meluncurkan program Kredit Tanpa Agunan (KTA), yaitu kredit perorangan yang tidak menggunakan agunan sebagai jaminan untuk keperluan konsumtif. Untuk para pemula usaha, kredit ini dapat menjadi salah satu sumber pendanaan bagi yang tidak memerlukan kredit dalam jumlah besar. Umumnya kredit yang diberikan berkisar 5 juta sampai maksimal 150 juta, dengan jangka waktu yang beragam. Bagi yang ingin mendirikan usaha baru mungkin akan kesulitan mendapatkannya. Namun jika anda masih berprofesi sebagai karyawan, maka anda bisa menggunakan profesi tersebut untuk mendapatkan kredit ini guna membangun usaha. c. Kredit BPR (Bank Perkreditan Rakyat) Fasilitas kredit dari BPR relatif lebih mudah persyaratan dan prosesnya dibandingkan di bank umum. BPR melayani orang-orang yang butuh pendanaan usaha, terutama UKM, dengan sistem dan persyaratan yang cenderung mudah. Tapi harus diingat tingkat bunganya cenderung lebih tinggi dari bank umum, dengan jangka waktu yang relatif lebih singkat. d. Leasing atau Lease Back Leasing ialah program pendanaan yang diberikan oleh suatu lembaga keuangan yang berbentuk perusahaan pendanaan, dimana pinjaman tersebut diberikan tidak berupa uang tunai, namun berupa pembelian aset bergerak perusahaan seperti kendaraan bermotor.
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 28
Panduan Pelatihan Kewirausahaan Sedangkan lease back adalah pinjaman yang diberikan pada usaha yang membutuhkan dana tunai dengan jaminan BPKB kendaraan bermotor yang dimiliki. e. Perum Pegadaian Suatu lembaga keuangan yang dimiliki pemerintah untuk menyalurkan pinjaman dengan jaminan barang tertentu, dengan tingkat bunga yang relatif rendah dan dihitung per 2 mingguan. Anda bisa memilih produk pegadaian yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan usaha, seperti KCA (Kredit Cepat Aman), Krasida (Kredit Angsuran Sistem Gadai), ataupun Kreasi (Kredit Angsuran Sistem Fiducial). f. Koperasi Koperasi yang menyalurkan pendanaan adalah koperasi kredit (Kopdit) ataupun KSP (koperasi simpan pinjam). Umumnya persyaratan yang diperlukan adalah anda harus menjadi anggota dari koperasi tersebut. Dengan menjadi anggota dan melakukan simpanan, maka anda berhak untuk mendapatkan fasilitas kredit. Sebab pada umumnya, koperasi hanya melayani kredit bagi anggotanya saja. g. Pinjaman BUMN Dana yang digunakan sebagai pinjaman dari BUMN adalah dana kemitraan yang sebagian berasal dari laba perusahaan yang disisihkan untuk pengusaha kecil. Program dana kemitraan ini disebut juga Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) BUMN. BUMN yang memiliki program kemitraan ini antara lain PT Jamsostek, Pertamina, PT GAs Negara, dan sebagainya. Untuk informasi ini dapat dicari di Kementrian BUMN) h. Pinjaman Departemen Pemerintah juga memberikan program kredit usaha kecil melalui beberapa departemen. Ada tiga departemen yang mempunyai fasilitas pembiayaan untuk UKM, yaitu Departemen Pertanian, Departemen Koperasi dan Departemen Perindustrian. Khusus untuk usaha rumah makan, departemen yang memungkinkan untuk memberikan pinjaman adalah Departemen Koperasi.
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 29
Panduan Pelatihan Kewirausahaan 3. Dana Gabungan Usaha (joint) Kalau memiliki teman atau kerabat yang berpotensi memiliki dana lebih dapat dinegosiasikan untuk ikut serta menjadi pemodal dalam jumlah besar ataupun sebagian kecil dari bisnis anda. Usahakan membuat perencanaan konsep rumah makan yang matang lalu lakukan presentasi dan kemudian negosiasikan mengenai kebutuhan modal, jumlah, jangka waktu, dan pembagian hasil dari keuntungan usaha setiap bulannya. Jangan lupa untuk membuat daftar nama relasi yang potensial sebelumnya, untuk mendapatkan peluang pinjaman yang lebih besar. Poin yang terpenting dan harus diingat adalah perhitungkan secara matang jumlah modal yang dibutuhkan, dan kemudian pertimbangkan keuntungan dan kelemahan dalam memilih sumber pendanaan dari luar. Jangan canggung untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai sumber pendanaan yang anda inginkan. Jangan sampai usaha anda baru berjalan tetapi sudah terbebani dengan tingkat bunga yang tinggi.
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 30
Panduan Pelatihan Kewirausahaan SESI-6: Social Enterpreneurship Tujuan: Pada akhir sesi peserta akan: Peserta mampu memahami definisi social enterpreneurhips baik dari segi tataran ide, konsep maupun praktek Peserta dapat memahami peluang dan tantangan berkarir sebagai social enterpreneurship Topik yang akan dipelajari: a. Definisi social entrepreneurship b. Ciri-siri social entrepreneurship c. Kasus social entrepreneurship Metode : 1. Penugasan 2. Ceramah 3. Diskusi Total Waktu yang dibutuhkan: 40 menit Agenda Durasi Kegiatan Kegiatan 1: 5‛ Definisi social entrepreneurship Kegiatan 2: 15‛ Ciri-siri social entrepreneurship Kegiatan 3: 20‛ Kasus social entrepreneurship
Apa yang dibutuhkan LCD projector, Wireless LCD projector, Wireless Presentasi PowerPoint, LCD projector, layar, lembar hasil diskusi peserta.
Materi ajar yang dijadikan acuan pada sesi 6: Sifat Dasar dan Perkembangan Kewirausahaan, mencakup:
Social Entrepreneurship Sejarah dan Pengertian
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 31
Panduan Pelatihan Kewirausahaan Seiring dengan berbagai kejadian yang merupakan indikasi terpuruknya perekonomian Indonesia saat ini, seperti imbas krisis di Amerika Serikat, harga minyak tanah yang melambung tinggi, dan PHK besar-besaran, maka pembahasan pemulihan ekonomi dengan cara yang tidak bergantung sepenuhnya kepada pemerintah menjadi aktual. Dikemukakan berbagai konsep alternatif seperti pemberdayaan ekonomi mikro (misalnya UKM; usaha kecil menengah), pengembangan sumber energi alternatif, penerapan konsep ekonomi kreatif (creative economy) sampai entrepreneurship atau kewirausahaan. Hal terakhir, yakni kewirausahaan menjadi topik hangat bila diperbincangkan di kampus. Jika ditinjau secara ilmiah, sudah sejak ratusan abad yang lalu, istilah entrepreneurship dibahas. Antara lain Richard Cantillon pada tahun 1755 dan J.B. Say pada tahun 1803 (Santosa, 2007). Cantillon menyatakan entrepreneur sebagai seseorang yang mengelola perusahaan atau usaha dengan mendasarkan pada akuntabilitas dalam menghadapi resiko yang terkait ( a person who undertakes and operates a new enterprise or venture and assumes some accountability for inherent risks). Di dalam konsep sebuah entrepreneurship, terdapat unsur pemberdayaan atau empowerment di dalamnya. Menurut Webster dan Oxford English Dictionary, empowerment bisa diartikan sebagai to give power to atau authority to, atau memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Bisa juga diterjemahkan sebagai to give ability to or enable atau usaha memberi kemampuan. Salah satu unsur yang termaktub dalam kewirausahaan memang bermakna sebagai sebuah usaha untuk memberikan kemampuan dan mengalihkan kekuatan seseorang atau beberapa orang menuju sebuah kemandirian. Kemandirian secara finansial misalnya. Sedangkan Social Entrepreneurship merupakan sebuah istilah turunan dari kewirausahaan. Gabungan dari dua kata, social yang artinya kemasyarakatan, dan entrepreneurship yang artinya kewirausahaan. Pengertian sederhana dari Social Entrepreneur adalah seseorang yang mengerti permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan entrepreneurship untuk melakukan perubahan sosial (social change), terutama meliputi bidang kesejahteraan (welfare), pendidikan dan kesehatan (healthcare) (Santosa, 2007). Sesungguhnya Social Entrepreneurship sudah dikenal ratusan tahun yang lalu diawali antara lain oleh Florence Nightingale (pendiri sekolah perawat pertama)dan Robert Owen (pendiri koperasi). Pengertian Social Entrepreneurship sendiri berkembang sejak tahun 1980 –an yang diawali oleh para tokoh-tokoh seperti Rosabeth Moss Kanter, Bill Drayton, Charles Leadbeater dan Profesor Daniel Bell dari Universitas Harvard yang sukses dalam kegiatan Social Entrepreneurship karena sejak tahun 1980 berhasil membentuk 60 organisasi yang tersebar di seluruh dunia. SE mencoba melayani
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 32
Panduan Pelatihan Kewirausahaan pasar yang belum digarap, menghilangkan kesenjangan dalam kesejahteraan, pendidikan, kesehatan, demografis dan peluang bekerja (Elkington, 2008).
Konsep secara umum dari Social Entrepreneurship, sebenarnya berarti bukan merupakan sebuah lembaga atau organisasi bentukan atau turunan dari perusahaan swasta (misalnya hasil dari CSR, Corporate Social Responsibility) dan lembaga pemerintahan (dalam hal ini yang terkait dengan Dinas Kesejahteraan Sosial). Akan tetapi murni merupakan sebuah usaha entrepreneurship yang bergerak di bidang sosial. Pada awalnya, Social Entrepreneurship mempunyai inti pemberdayaan dalam bidang kemasyarakatan yang bersifat voluntary atau charity (kedermawanan dan sukarela). Dalam hal ini membentuk sebuah lembagalembaga sosial seperti panti asuhan, anak asuh atau donasi untuk beasiswa di bidang pendidikan. Konsep awal mula Social Entrepreneurship tidak menekankan pada usaha untuk menghasilkan profit (non-profit). Jikalau ada profit, bukan menjadi tujuan utama dan nilainya bisa dibilang kecil. Karena inti utama dalah pemberdayaan untuk kemaslahatan bersama. Social Entrepreneurship akhir-akhir ini menjadi makin populer terutama setelah salah satu tokohnya Dr. Muhammad Yunus, pendiri Grameen Bank di Bangladesh yang mendapatkan hadiah Nobel untuk perdamaian tahun 2006 (Santosa, 2003). Yang dikembangkan oleh Yunus, dengan pemberdayaan masyarakat di segmen kurang mampu secara finansial, tidak hanya menghasilkan kesejahteraan sosial masyarakat tetapi ternyata juga mendatangkan sebuah keuntungan secara finansial. Bisa dilihat dengan banyaknya tenaga kerja yang terserap (6 juta wanita), seperti phone-lady, ribuan pengemis, dan tumbuhnya UKM (Usaha Kecil Menengah) yang terbentuk dari usaha peminjaman uang atau kredit uang dengan bunga murah.
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 33
Panduan Pelatihan Kewirausahaan Gambar di atas adalah sebuah ilustrasi yang menggambarkan bahwa Social Entrepreneurship tersusun atas dasar 3 aspek. Voluntary Sector bersifat suka rela. Public Sector menyangkut kepentingan publik bersama. Private Sector adalah unsur pribadi atau individual yang bersangkutan, bisa termasuk unsur kepentingan profit. Kisah Nyata Sebenarnya contoh kesuksesan Social Entrepreneurship telah ada sejak dari dulu. Misalnya Dr. Maria Montessori (Italy) yang mengembangkan lembaga pendidikam untuk anak-anak dan John Muir (U.S.) yang membuat lembaga perlindungan dan konservasi kebun binatang serta membuat lembaga bernama Sierra Club (http://wikipedia.org/). Beberapa contoh lain adalah organisasi – organisasi atau lembaga independen hasil bentukan konsepsi Social Entrepreneurship, yakni The George Foundation’s Women’s Empowerment (mengurusi pemberdayaan perempuan di India), Ashoka: Innovators for the Public, the Skoll Foundation, the Omidyar Network, the Schwab Foundation for Social Entrepreneurship, the Canadian Social Entrepreneurship Foundation, EthiCorp Pte Ltd New Profit Inc. dan Echoing Green among others (http://ashoka.org) Di negara kita Indonesia sebenarnya contoh sukses Social Entrepreneurship sudah ada beberapa. Misalnya lembaga amil dan zakat seperti Dompet Dhuafa dan Rumah Zakat. Kedua lembaga tersebut adalah contoh lembaga yang awalnya merupakan inisiatif beberapa orang untuk mengadakan donasi dan voluntary untuk mengurusi masalah zakat, infak dan shodaqoh. Tapi dalam perkembangannya sangat pesat. Bisa menyerap beribu tenaga kerja. Rumah sakit bersalin gratis, mobil jenazah keliling dan berobat gratis di berbagai pos kesehatan yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia adalah contoh hasil nyatanya. Sehingga kemanfaatannya tentu saja bukan hanya dampak untuk kemaslahatan umat, tetapi juga keuntungan atau profit secara finansial. Realita di Indonesia dan Sebuah Solusi dengan Mengubah Paradigma Angka pengangguran di Indonesia tidak dipungkiri masih terlihat tinggi. Walaupun survey-survey statistik menunjukkan angka yang beragam (prokontra), tetapi jika dilihat realita di lapangan, masih banyak pengangguran yang susah mencari kerja dan angka PHK cenderung meningkat. Tak sulit menjumpai para pengemis, gelandangan dan preman-preman di perempatan jalan kota-kota besar. Dan semuanya sebenarnya masih bisa digolongkan dalam fakir dan miskin. Sebagaimana disebutkan dalam ayat suci Al Qur’an, surat Ar Rum ayat 38, ‛Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orangLembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 34
Panduan Pelatihan Kewirausahaan orang yang mencari keridhaan Allah; dan mereka itulah orang-orang beruntung”. Sudah jelas termaktub di situ bahwa menjadi kewajiban setiap orang yang mampu untuk membantu yang lemah. Sebuah solusi riil untuk membantu meringankan beban orang-orang yang kurang mampu dapat diselesaikan salah satunya dengan mempraktekan Social Entrepreneurship. Bukan semata mengandalkan lembaga pemerintahan atas nama departemen kesejahteraan sosial. Masayarakat secara pribadi bisa bergerak sendiri. Akan menghasilkan efek ganda, sesuai dengan pemaparan di atas, yakni kesejahteraan orang lain meningkat dan menjadi nilai kewirausahaan untuk mencari profit. Sebenarnya ada yang paling mendasar untuk dimengerti dan dipahami oleh masyarakat pada umumnya. Dan hal ini sesungguhnya bisa dilakukan dengan mengubah paradigma masyarakat Indonesia pada umumnya. Jika selama ini lembaga-lembaga sosial tersebut hanya dipandang sebuah ajang aktualisasi diri untuk saling membantu sesama, maka sebenarnya dengan membangun sendiri sebuah Social Entrepreneurship juga akan mendatangkan profit secara finansial. Hal ini bisa diterapkan semenjak dini untuk memupuk rasa kemanusiaan dan pemahaman apa itu Social Entrepreneurship. Contoh riilnya jika di kampus adalah diterapkan di kegiatan-kegiatan semacam KKN (kuliah Kerja Nyata). Paradigma Social Entrepreneurship bisa dimasukkan dan diaplikasikan di situ. Dengan pemberdayaan masayarakat secara komprehensif sehingga misalnya dapat menciptakan lapangan kerja. Mata kuliah kewirausahaan didesain agar mahasiswa dapat langsung mengaplikasikan Entrepreneurship, khususnya Social Entrepreneurship. Mahasiswa diberi pinjaman modal untuk membuka usaha sendiri selama mata kuliah KWU berlangsung. Selain itu, konsep Social Entrepreneurship bisa lebih diperdalam dan dikembangkan di lembaga-lembaga sosial agar lebih mantap dan matang. Seperti di Lembaga Amil Zakat Infak dan Shodaqoh, serta lembaga sosial lain seperti untuk pemberantasan buta huruf dan penanggulangan HIV/AIDS.
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 35
Panduan Pelatihan Kewirausahaan Sesi-7: Government Entrepreneurship
Tujuan: Pada akhir sesi peserta akan: Peserta mampu memahami definisi government enterpreneurhip baik dari segi tataran ide, konsep maupun praktek Topik yang akan dipelajari: d. Definisi government enterpreneurhip e. Ciri-siri government enterpreneurhip f. Kasus government enterpreneurhip
Total waktu yang dibutuhkan: 15 menit Agenda Durasi Kegiatan Kegiatan 1: 10‛ Presentasi & tanya jawab: review hasil pembelajaran hari pertama
Apa yang dibutuhkan Presentasi PowerPoint, LCD projector, layar
Materi ajar yang dijadikan acuan pada sesi 7: Sifat Dasar dan Perkembangan Kewirausahaan, mencakup:
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 36
Panduan Pelatihan Kewirausahaan
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 37
Panduan Pelatihan Kewirausahaan Sesi-8: Model dan Analisis Kelayakan Bisnis Tujuan: Pada akhir sesi peserta akan: Mahasiswa mampu menyusun dengan benar perencanaan bisnis UKM dengan menggunakan konsep, perilaku dan keterampilan-keterampilan kewirausahaan. Topik yang akan dipelajari: a. Presentasi laporan akhir perencanaan bisnis praktikum di UKM b. Analis Kelayakan dari perencanaan bisnis (Keuangan, Pemasaran, SDM dan Organisasi) Total waktu yang dibutuhkan: 1 jam Agenda Durasi Kegiatan Kegiatan 1: 30‛ Presentasi laporan akhir perencanaan bisnis praktikum di UKM Kegiatan 2: 30‛ Analis Kelayakan dari perencanaan bisnis (Keuangan, Pemasaran, SDM dan Organisasi)
Apa yang dibutuhkan Presentasi PowerPoint, LCD projector, flipchart Presentasi PowerPoint, LCD projector, flipchart
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 38
Panduan Pelatihan Kewirausahaan Daftar Rujukan Referensi Utama: Zimmerer, Thomas W and Scarborough, Norman M. and Wilson, Doug. 2002. Essentials of Entrepreneurship and Small Business Management; 3rd ed; Prentice Hall (ZS) Hisrich, Robert D, Peters, Michael P and Shepherd, Dean A. 2005. Entrepreneurship; 6th ed; McGraw Hill (HPS) Timmons, Jeffry A and Spinelli, Stephen. 2004. New Venture Creation, Entrepreneurship for the 21st Century, 6th Edition by The McGraw-Hill Companies, Inc (TS) Referensi Tambahan: Hitt, Michael A and Ireland, R Duane, Camp, et.all. 2002. Strategic Entrepreneurship: Creating A New Mindset. Blackwall Publishing Company (HICS) Meyer, G Dale and Heppard, Kurt A. 2000. Entrepreneurship As Strategy : Competing On The Entrepreneurial Edge, London: Sage Publications (MH) Effendi, Muhammad Arief . 2008. The Power of Good Corporate Governance : Teori dan Implementasi Jakarta: Penerbit Salemba Empat (MAE) Etzkowitz, Henry. 2008. The Triple Helix, New York: Routledge (HE) Bornstein, David. 2007. How to Change the World: Social Entrepreneurs and the Power of New Ideas, New York: Oxford University Press (DB) Yunus, Muhammad. 2007. Bank Kaum Miskin, Marjin Kiri (Yunus 1) Yunus, Muhammad. 2008. Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan, Bagaimana Bisnis Sosial Mengubah Kehidupan Kita. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama (Yunus 2) Neo, Boon Siong and Geraldine Chen. 2007. Dynamic Governance, Embedding Culture, Capabilities and Change in Singapore. Singapore: World Scientific Publishing (NC) Osborne, David and Gaebler, Ted. 1992. Reinventing Government: How the Entrepreneurial Spirit is Transforming The Public Sector. New York: Penguin Books. (OG) --------, and P. Plasterik. 1996. Banishing Bureaucracy, the Five Strategy Reinventing Government. Persus Books Publishing. (OP) Link, Albert N. and Link, Jamie R. 2009. Government as Entrepreneur, Oxford University Press (LL) Friedman, Thomas L. 2005. The World Is Flat: A Brief History of the Twenty-first Century, Published by Farrar, Straus & Giroux, 2005 (TLF) Shenkar, Oded. 2006. The Chinese Century. Wharton School Publishing, Pearson Education (OS) Rajadhyaksha, Niranjan. 2007. The Rise of India: Its Transformation from Poverty to Prosperity. Singapore: John Wiley & Sons (NR) Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 39
“Perta ma, waktu itu kita kan cari infor masi kelura han, datadata BPS maup un infor masi warga sekitar dari benefi ciarie s yang ada di Kapuk dulu, terus kemu dian dapat infor masi bahwa di Cengk areng Timur itu ada warga miski n. Kalau untuk RW. 014 yang khusu snya daerah posya ndu itu mema ng kita… kita turun langsu ng ke lapang an ketem u Pak RWnya
Panduan Pelatihan Kewirausahaan Engardio, Pete. 2007. Chindia, How China and India Are Revolutionizing Global Business, Emerryville USA : McGraw-Hill Companies, Inc. (PE) Rober T. Kiyosaki, The Cashflow Quadrant, ; Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2001 (RK)
Lembaga Kemitraan Pembangunan Sosial 40