KERAJINAN PANLIMA DI BANJAR MANUK KECAMATAN SUSUT KABUPATEN BANGLI Pande Made Ari Sugitha, Agus Sudarmawan, I Gusti Nengah Sura Ardana Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia E-mail: (
[email protected]. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan,(1) Keberadaan kerajinan (Panlima) di Desa Manuk kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, (2) Alat dan bahan yg digunakan dalam pembuatan kerajinan (Panlima) di Desa Manuk kecamatan Susut, Kabupaten Bangli (3) Proses pembuatan kerajinan (Panlima) di Desa Manuk kecamatan Susut, Kabupaten Bangli (4) Nilai estetis yg terdapat dalam kerajinan (Panlima) di Desa Manuk kecamatan Susut, Kabupaten Bangli dan (5) Keberagaman bentuk (Panlima) di Desa Manuk kecamatan Susut, Kabupaten Bangli. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan model pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dan instrument yang digunakan adalah (1) Observasi, (2) Wawancara, (3) Dokumentasi. Data yang telah dikumpulkan dianalisis menggunakan Analisis Domain dan Analisis Taksonomi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kerajinan Panlima adalah alat musik baru yang terbuat dari drum bekas yang merupakan ciri khas dari Banjar Manuk, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli. Alat dan bahan yang di gunakan dalam pembuatan Panlima adalah drum, meteran, penggaris, palu, mesin pemotong dan mesin pengaplas, pemotong besi, pelebur warna atau penta remover. Proses pembuatan Panlima dimulai dari tahap penggunaan bahan dan alat, pemotongan, pengolahan bahan, perakitan dan pemberian lapisan cat sampai membentuk „‟panlima‟‟. Nilai estetik yang terdapat pada Panlima adalah bentuk yang di tampilkan merupakan perubahan dan perpaduan antara seni musik tradisional dan modern. Sampai saat ini para pengrajin terus memproduksi alat musik Panlima dengan alasan sebagai tempat menyalurkan aspirasi bakat yang dimiliki oleh pengrajin panlima serta menambah ekonomi masyarakat khusunya para pengrajin. Kata kunci: Drum bekas, Alat musik baru, Proses, Alat dan Bahan. Abstract This study aimed to describe (1) the existence of handicrafts (Panlima) in Manuk Village,Susut District, Bangli Regency, (2) The tools and materials used in the manufacture of handicrafts (Panlima) inManuk Village, Susut District, Bangli Regency (3) The process of making handicrafts (Panlima) in Manuk Village, Susut District, Bangli Regency (4) The aesthetic value of handicrafts (Panlima) Manuk Village, Susut District, Bangli Regency and (5) The plurality of (Panlima) Manuk Village, Susut District, Bangli Regency. This is a descriptive study with a qualitative approach model. The techniques used in collecting the data were: (1) observation, (2) Interview, (3) Documentation. The data collected were analyzed by using Domain Analysis and Taxonomy Analysis. The results of this study show that the Panlima handicraft is a new musical instrument made from drums that are the characteristic of BanjarManuk, Susut District, Bangli Regency. The tools and materials used in the manufacture of Panlima is drum, hammer, grendaand pengaplas machine, bolt cutters, color remover or pentaremover. The process of making Panlimais started from the stage of using the materials and tools, cutting, material processing, assembly and giving the paint layer to form a “panlima”. Aesthetic value which is contained in Panlimais the shape which is showed is a change and mix between traditional music and modern art. Until now the craftsmen keep onproducing musical instruments Panlimain the reason of the place to channel the aspirations of talent possessed by craftsmen panlima and increase the local economy especially the craftsmen. Keywords: second-hand drum, new musical instruments, Processes, Tools and Materials.
x
1
PENDAHULUAN Indah, cantik, dan unik, demikian seolah imajinasi kita terpandang dalam menilai sebuah karya masyarakat Bali yang terkenal sebagai masyarakat yang sangat kreatif dalam mengembangkan karya seni. Seni Rupa adalah Seni yang menggunakan media bentuk(Rupa) sebagai perwujudannya.Seni Rupa ada yg berwujud 2 dimensi,tetapi ada juga Seni Rupa yang berwujud 3 dimensi yaitu dimensi panjang,lebar dan tinggi sehingga mempunyai volume. Di Indonesia di Bali khususnya banyak terdapat Seni rupa 3 dimensi seperti patung,anyaman bambu dan lain-lain. Salah satu seni rupa 3 dimensi adalah gambelan yaitu karya seni rupa yang mempunyai fungsi yang menghasilkan bunyi atau suara jika di tabuh (di pukul). Seni Gambelan ini mempunyai bentuk yang beragam sesuai dengan fungsi bunyi yang ingin di hasilkan. Seni musik adalah ungkapan ekspresi perasaan atau pikiran yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi. . Salah satu alat musik tradisional yang menjadi ciri khas pulau Bali adalah gambelan yang salah satunya perangkat tersebut dinamakan gong kempur berbentuk piringan besar yg memiliki gendolan tepat titik pukulnya yang terbuat dari logam berwarna kuning. Di era global seperti sekarang ini masyarakat dituntut untuk mengembangkan ide kreatifnya agar tetap mampu bersaing di dalam dunia usaha tanpa harus mengeluarkan modal yang lumayan besar, maka dari itu di dalam pengembangan usahanya perlu adanya inovasi yang tentunya dapat menarik konsumen. Dengan adanya keyakinan yang kuat sesuatu apapun bisa masyarakat perbuat seperti halnya mengolah barang-barang bekas menjadi barang yang bernilai ekonomis. Contohnya drum-drum bekas yang ada di pinggir jalan, mungkin kebanyakan orang menganggap drum tersebut tidak berguna lagi serta hanya dianggap sebagai sampah, namun jika di manfaatkan drum tersebut bisa diolah menjadi alat kebersihan seperti tong sampah dan yang sangat menarik lagi drum bekas tersebut
juga dapat diolah menjadi sebuah alat musik yang unik dari segi bentuknya dan bersuara merdu. Di Banjar Manuk, Desa Susut, Kabupaten Bangli, Bali terdapat pengrajin yg mengolah drum bekas menjadi sebuah gong yg berbentuk piring terbang dengan tonjolan dan cekungancekungan mengelilingi bagian lempengan gong itu sebagai titik pukulnya. Ciri-ciri gong itu adalah di tengah bagian cekungnya aka nada tonjolan-tonjolan cembung yang nantinya pada bagian cekung seperti penggorengan tersebut akan di balik sehingga tonjolan pada bagian cekungnya itulah nanti akan berbetuk cekung pula bila di balikakan. Setelah bagian seperti penggorengan beserta tonjolan-tonjolan itu selesai maka selanjutnya di buatkan pasangan bawahnya bertujuan untuk membuat nada gong tersebut berdengung lebih keras. Di sana drum bekas yg di katakana hanya berguna segbagai tempat minyak pelumas di manfaatkan sebagai alat musik yg sangat unik,sehingga barang bekas yang dulunya hanya sebagai barang rongsokan atau sebagai penampung air kini dengan adanya pemanfaatan tersebut dapat menjadi sebuah barang yang memiliki nilai jual dan fungsi. Salah satunya seperti yang pernah disebutkan tempat keberadaannya yaitu diBanjar Manuk, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli. 2 orang warga yang benama I Ketut Suda dan I Nyoman Resna telah mengembangkan ide kreatifnya dengan membuat suatu kerajinan yang memanfaatkan drum bekas untuk dijadikan sesuatu yang memiliki nilai yang sangat tinggi di bidang seni musik, yaitu dengan membuat sebuah alat musik seperti piring terbang yang dinamakan “Panlima” alat musik ini adalah sebuah adopsi dari alat musik yang jenisnya sama yang ada di luar negeri yang diberi nama Handpand. Alat musik Panlima ini memiliki irama yang sangat indah, walaupun hanya terbuat dari barang bekas berupa drum, namun tidak kalah jauh kualitasnya. Panlima ini belum maju pesat karena alat musik ini masih terbilang baru di Bali. Saya sebagai mahasiswa peneliti yang peduli dengan kelestarian produk lokal khususnya yang terbuat barang 2
bekas tersebut, serta ingin mengenalkan pada seluruh masyarakat bahwa semua sesuatu yang sudah tidak terpakai lagi bisa di jadikan sesuatu yang dapat berguna dan dapat menghasilkan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, maupun hidup orang lain. Saya mengambil sebuah inisiatif dengan mahasiswa jurusan sejarah bernama Ni Ketut Noviyanti untuk mengembangkan dan mempromosikan drum bekas ini melalui sebuah Program Kreatifitas Mahasiswa (Pengabdian Pada Masyarakat) yang berjudul Pelatihan Pembuatan kerajinan (Panlima) di Desa Manuk kecamatan Susut kabupaten Bangli tapi sayangnya tidak lolos sleksi.Hal itu membuat saya bersikeras untuk meneliti lebih dalam dan kalau bisa saya akan promosikan di jajaran mahasisa, dosen, masyarakat bahkan dunia sekali pun. Dengan demikian saya sebagai mahasiswa peneliti mengangkat judul penelitian yaitu “Kerajinan Panlima
Dengan demikian tujuan penelitian adalah sasaran dan sekaligus merupakan pedoman dalam proses penelitian. Dalam rangka mencapai tujuan penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode yang bersifat deskriptif, yang artinya menjelaskan atau menerangkan peristiwa. Berdasarkan dari sifat dan tujuannya penelitian ini merupakan penelitian jenis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskritif adalah penelitian yang bermaksud untuk pencendraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifatsifat populasi atau daerah tertentu (Suryabrata, 1983 : 75).
di Banjar Manuk, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli”.
Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai suatu proses sebagai masalah kemanusiaan dan kemasyarakatan yang didasarkan pada satu acuan, gambaran, holistik, deskritif, rinci, dan dilaksanakan dalam latar ilmiah. Paradigma penelitian ini adalah interpretatif dengan fokus pada etika, (acuan moralitas), frame (pola pikir), rasionalitas dan nilai budaya (Rohidi 2006). Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka mengkaji secara mendalam bagaimana keberadaan, alat dan bahan yang digunakan, proses pembuatan, dan jenis bentuk yang dihasilkan dari kerajinan panlima yang berada di Banjar Manuk, Desa Susut Kabupaten Banggli . Instrumen penelitian ini adalah alat yang difungsikan pada waktu proses pengumpulan data. Hubungan ini dengan berbagai jenis data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan berupa pertanyaan yang nantinya akan menjadi acuan dalam memperoleh data penelitian. Sehingga wawancara yang dilakukan diharapkan dapat fokus pada tujuan penelitian. Selain itu dalam mendapatkan dan mengumpulkan data-data tersebut peneliti juga memakai instrument penelitian berupa alat yang bisa merekam secara
Berdasarkan latar belakang di atas,maka rumusan masalah yang dapat di identifikasi adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Sejarah Keberadaan Kerajinan Panlima Di Banjar Manuk Kecamatan Susut Kabupaten Bangli? 2. Alat dan bahan apa saja yg digunakan dalam pembuatan kerajinan (Panlima) di Banjar Manuk Kecamatan Susut Kabupaten Bangli? 3. Bagaimana proses pembuatan kerajinan (Panlima) di Banjar Manuk Kecamatan Susut Kabupaten Bangli? 4. Bagaimana keberagaman bentuk (Panlima) di Banjar Manuk kecamatan Susut kabupaten Bangli?
METODE PENELITIAN Dalam suatu penelitian, metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan (Surahmd, 1982 : 131) setiap penelitian mempunyai metode penelitian masing – masing dan metode tersebut ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.
Arikunto (1993 : 10) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah “penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan, menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang”.
3
visual yaitu kamera (foto). Pemeriksaanya berdasarkan kriteria foto dokumentasi. Dalam penelitian ini, digunakan metode survai dengan empat teknik pengumpulan data yaitu : teknik observasi, tenik wawancara, dokumentasi dan teknik kepustakaan. 3.6.1 Teknik observasi. Observasi atau yang disebut juga pengamatan ini adalah metode pengumpulan data tentang kondisi atau gejala- gejala tertentu dengan jalan mengamati secara seksama selama waktu tertentu, sedemikian rupa sehingga peneliti dapat mengenal apa yang berada di belakang dan apa yang berada di muka suatu gejala (Naradha, 1975 : 129). Metode observasi juga biasanya diartikan pengamatan pencatatan secara sistematis fenomena – fenomena yang diselidiki (Hadi, 1981 : 136). Observasi juga dikatakan cara atau strategi pengumpulan data secara sistematik mengenai apa yang mereka lakukan dari benda-benda apa saja yang merekan buat dan gunakan dalam kehidupan sehari-hari (Bungin, 2004 : 58). Dalam hal ini peneliti langsung terjun ke lapangan dengan menggunakan kamera untuk mengambil gambar yang menunjang dalam pengambilan data tentang sasaran penelitian ini. Teknik obsevasi dilakukan untuk menjaring data-data menggunakan panduan obsevasi data chek list dan mengamati secara cermat,proses pembuatan kerajinan (panlima) di Banjar Manuk, Kecamatan Susut,Kabupaten Bangli. 3.6.2 Teknik wawancara Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih, bertatap muka, mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan (Narboku, 2005 : 83). Teknik wawancara adalah kelanjutan dari teknik observasi yakni untuk menggali informasi secara lebih mendalam kepada pihak yang terkait dengan obyek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara untuk menggali informasi mengenai sejarah keberadaan, alat dan bahan yang digunakan, proses pembuatan kerajinan
(panlima) di Banjar Manuk, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli. 3.6.3 Teknik dokumentasi Adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengambil gambar atau foto, teknik ini berpungsi melengkapi penjelasan tentang masalah yang di teliti. Teknik ini mempunyai banyak keunggulan di antaranya dapat merekam baik berupa foto maupun filem, pada saat melakukan pencarian data tentang kerajinan (panlima) di Banjar Manuk, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli. 3.6.4
Teknik kepustakaan Teknik kepustakaan adalah metode pengumpulan data dengan menelaah buku-buku dan sumber-sumber tertulis lainya yang berhubungan dengan obyek penelitian yang diperlukan sebagai data penunjang atau pembanding sehingga nantinya akan ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini peneliti mengkaji secara mendalam mengenai sejarah keberadaan, alat dan bahan yang di gunakan, proses pembuatan dan keberagaman (panlima) di Banjar Manuk, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, dengan bantuan aneka teori, konsep, pemahaman serta nilai-nilai yang berkaitan dengan keilmuan seni rupa yang terdapat dari berbagai sumber kepustakaan, seperti buku, hasil penelitian orang lain, majalah, hingga internet. Dalam pengumpulan data akan dilakukan dengan tiga kali tahapan. Adapun langkah-langkah tersebut sebagai berikut: 1. Tahap pertama meliputi: a. Penjajagan awal dan sosialisasi program, Pada tahap ini peneliti akan menjajagi dan mengobservasi keadaan awal subjek penelitian yang akan diteliti. Peneliti akan menjelaskan secara singkat tujuan penelitian yang yang dilakukan kemudian akan dijabarkan program penelitian telah dirancang. b. Menjelakaskan variable-variabel yang akan diteliti. c. Mengumpulkan data awal, berupa jumlah karya yang memungkinkan untuk diteliti. 2. Tahap kedua meliputi: a. Melakukan wawancara yang berfokus pada keberadaan. Peneliti akan 4
mengajukan beberapa pertanyaan yang menjadi pedoman dalam pengumpulan data. b. Melakukan wawancara yang berfokus pada alat dan bahan yang di gunkan dalam pembuatan kerajinan kerajinan (panlima) di Banjar Manuk, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli. c. Melakukan wawancara yang berfokus pada proses pembuatan kerajinan (panlima) di Banjar Manuk, Kecamatan Susut,Kabupaten Bangli. d. Melakukan pengamatan mengenai manfaat kerajinan (panlima) bagi Banjar Manuk, Kecamatan Susut,Kabupaten Bangli khususnya. e. Tahap ketiga meliputi: f. Melakukan evaluasi kegiatan setelah melakukan penelitian terhadap subjek penelitian. g. Penyusunan laporan dan dokumentasi kegiatan. Kegiatan ini akan dilaksanakan seiring pelaksanaan tahap pertama dan tahap kedua. h. Pengumpulan laporan. Seluruh data yang terkumpul dalam penelitian ini disusun dalam urutan masalah, dalam urutan rumusan masalah yaitu mulai sejarah keberadaan, proses pembuatan dan manfaat kerajinan (panlima) di Banjar Manuk, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli.Dalam penelitian ini data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis sebagai berikut : 3.7.1 Analisis Domain Seperti yang dikemukakan Safaniah Faisal sebagai berikut pengolahan data ini dilakukan untuk memperoleh gambaran atau pengertian yang bersifat umum dan relatif menyeluruh tentang apa yang terungkap di pokok permasalahan yang tengah di teliti. Hasil dari analisis ini berupa pengertian ditingkat permukaan (Sanafiah Faisal, 1990 : 91). Analisis domain dilakukan untuk memperoleh gambaran atau pengertian bersifat umum dan relative menyeluruh tentang apa yang tercakup di suatu fokus atau pokok permasalahan yang telah diteliti. Dalam hal ini peneliti mengolah data yang sudah ada, dan membahas permasalahan yang terjadi kemudian disusun sedemikian rupa yang
memerlukan gambaran umum atau penjelasan yang bersifat umum tentang keberadaan, dan manfaat kerajinan (panlima) di Banjar Manuk, Desa Susut,Kabupaten Bangli. 3.7.2 Analisis Taksonomi Analisis domain belum rinci dan mendalam. Namun demikian, hasil analisis domain tersebut dapat dijadikan sandaran bertolak untuk penelaahan yang lebih rinci dan mendalam, yang perlu lebih difokuskan pada masalah atau domain tertentu. Analisis lebih lanjut lebih rinci dan mendalam bisa disebut analisis taksonomi (Zuariah, 2005 : 221). Proses analisis taksonomi ialah pengolahan data yang sudah dianalisis secara umum dalam analisis domain, dan dianalisis lebih spesifik atau mendalam pada analisis taksonomi. Masalah yang difokuskan pada perumusan masalah pada penelitian ini yaitu mengenai keberadaan, proses pembuatan ,manfaat kerajinan (panlima) di Banjar Manuk, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini di sajikan hasil penelitian berdasarkan data yang diperoleh baik dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi tentang kerajinan Panlima di Banjar Manuk, Kecamatan susut, Kabupaten Bangli.Di sini akan dipaparkan secara beruntun tentang keberadaan kerajinan Panlima di Banjar Manuk, Kecamatan susut, Kabupaten Bangli sebagai berikut: 1. Bagaimana Sejarah Keberadaan Kerajinan Panlima Di Banjar Manuk Kecamatan Susut Kabupaten Bangli? 2. Alat dan bahan apa saja yg digunakan dalam pembuatan kerajinan (Panlima) di Banjar Manuk Kecamatan Susut Kabupaten Bangli? 3. Bagaimana proses pembuatan kerajinan (Panlima) di Banjar Manuk Kecamatan Susut Kabupaten Bangli? 4. Bagaimana keberagaman bentuk (Panlima) di Banjar Manuk kecamatan Susut kabupaten Bangli? Untuk memperjelas tempat pengumpulan data tentang Panlima di Banjar Manuk, Kecamatan Susut, 5
Kabupaten Bangli, peneliti akan sajikan gambaran umum tentang lokasi penelitian (peta) terlampir. Keberadaaan Kerajinan panlima di Banjar Manuk, Kcamatan Susut, Kabupaten Bangliyaitu sebagai berikut: Di Banjar Manuk,Kecamatan Susut,Kabupaten Bangli terdapat industri yang mana industri ini belum terlalu di kenal,tetapi indusri ini mampu member penghidupan secara ekonomi bagi lingkungan sosialnya dan industri tersebut adalah milik bapak I Ketut Suda, I Nyoman Resna, yang dipelopori oleh Chris Andersen,yang mana usahanya yakni membuat kerajinan Panlima yang bertempat di Banjar Manuk,Kecamatan Susut,Kabupaten Bangli.Kerajinan Panlima di awali oleh datangnya seorang tamu dari luar negri, seorang berkerwarganegaraan asing itu bernama Chris Andersen datang ke Manuk,Susut,Bangli pada tahun 2008 untuk belajar tentang musik bali.Selama belajar musik tradisi Bali itu, Chris menginap di rumahnya I Nyoman Resna dengan ijin dari desa terlebih dahulu.setelah belajar cukup lama,sekitar 4 bulan Chris kembali ke Negara asalnya dengan membawa pengetahuan yang banyak setelah diam di Banjar Manuk dan meninggalkan jejak bahwa Chris selama tinggal di Banjar Manuk meninggalkan suatu hal yang sangat penting bagi masyarakan banjar manuk khususnya. Kreatifitaslah yang di tinggalkan Chris untuk 2 orang yang di percayai akan meneruskan apa yang pernah dia pelajari sebelumnya dan akan di kembangkan di banjar manuk tersebut.Panlima adalah kata yang di berikan masyarakat setempat untuk kerajinan ini karena alat ini dimainkan dengan cara menggunakan tangan. Dalam bahasa bali pamlima berarti tangan. pada umumnya nama yang sesungguhnya adalah Handpan yaitu benda yang berbentuk penggorengan dengan tonjolan-tonjolan di sisi tengah dan sisi samping-sampimgnyanya. Benda itulah yang mengubah pola pikir kedua orang tersebut untuk meneruskan apa yang sudah mereka pelajari dari Chris Andersen dan telah mengubah hidup mereka jauh lebih baik secara ekonomi
dan jauh lebih bersemangat untuk berkreatifitas. Setelah 1 tahun di kampung halaman,Chris pun kembali ke bali pada tahun 2009 dengan membawa penemuan baru tentang perkembangan panlima itu.Beliau membawa penemuan baru yang membuat gong baru terbuat dari tabung gas 3 kg. Tabung tersebut di lobanglobangi seperti istilah balinya kulkul(ketongan) tetapi dengan lobang yang memanjang turun dan memiliki ukuran lebar masing-masing yang berbeda. setelah masa percobaan pemasaran pertama ternyata kreasi Handpan yang di namai panlima tersebut kurang memuaskan(sedikit yang laku). Mengetahui kreatifitasnya tidak terpenuhi dengan baik,maka kembalilah mereka membuat Panlima seperti semula.Setelah sekian bulan berkreasi dengan panlima yang berbentuk seperti penggorengan tersebut akhirnya Chris pun kembali menemukan kreasi bentuk yang di anggap gampang untuk memainkannya di bandingkan hasil karya yang pertama dan kedua seperti penggorengan dan tabung gas tersebut.Cara memankan Panlima yang di buat pada tahun 2010 sampai sekarang tersebut berbentuk seperti piring terbang yang masih berpatokan dari bentuk penggorengan tersebut tetapi di balik.Panlima yang di buat ini memiliki 2 bagian yaitu bagian atas yang terdapat tonjolan dan cekungan-cekungan yang memiliki ukuran berbeda-beda. Pada bagian bawahnya memiliki lobang sehingga nanti pada saat di mainkan bisa bersuara lebih merdu.Dan kedua bagian itu nantinya akan digabungkan sehingga membentuk seperti pesawat UVO (piring terbang).Penggabungan itu di gunakan lem besi sehingga tidak ada kebocoran.Berkembangnya jumlah produksi Panlima, maka pengrajin Panlima semakin memperluas daerah pemasaran dari dalam negri sampai keluar negeri.Perusahaan yang di miliki oleh I Ketut Suda dan I Nyoman Resna yang di di pelopori oleh Chris Andersen ini dapat di kategorikan sebagai perusahaan yang masih menengah namun membantu dan memberikan penghasilan ekonomi bagi lingkungan sosialnya,yang mana usaha pembuatan dari bahan baku drum 6
bekas ini hanya membuat motif seperti piring terbang itu dan sampai saat ini perusahaan itu belum pernah merasakan kekurangan orderan ataupun berhenti sementara karena pengrajin ini selalu mendapatkan orderan dari luar kota sampai luar negeri pula.Hingga saat ni perusahaan Panlima ini mempekerjakan karyawan sebanyak 4 orang.Perusahaan yang dipelopori Chris Andersen ini sedikit demi sedikit mengalami peningkatan secara perlahan-lahan.Banyaknya pesanan dari para seniman musik merupakan awal dari perkembangan perusahaan ini.Orderan datang dari segala penjuru,baik itu dari dalam negri maupun luar negri. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan I Ketut Suda dan nyoman Resna di Banjar Manuk,,Kecamatan Susut,Kabupaten Bangli maka didapatkan data mengenai alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan seni kerajinan Panlima di Banjar Manuk,Kecamatan Susut,Kabupaten Bangli. Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia disebutkan alat adalah dipakai untuk mengerjakan sesuatu, perkakas, prabotan : - tukang kayu : - pertanian, yang dipakai untuk mencapai tujuan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998:20). Berdasarkan penjelasan tersebut alat dapat disimpulkan sebagai suatu perkakas atau perabotan yang dipakai untuk mencapai tujuan. Dalam penelitian ini maka alat yang digunakan untuk membuat kerajinan panlima di Banjar Manuk, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli cukup banyak. Alat – alat yang digunakan dalam proses pembuatan menggunakan alat – alat modern tetapi ada juga yang masih dikerjakan dengan alat – alat tradisional. Adapun alat – alat yang digunakan tersebut adalah sebagai berikut : Meteran,Penggaris,Grinda, Palu, Amplas, Penjepit, Kuas, Kikir, Kompresor, Tabung Gas, Ban truk Bekas.
FOTO ALAT:
Bahan merupakan dasar dalam pembuatan suatu barang. Begitu pula halnya dengan pembuatan kerajinan panlima di Banjar Manuk, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli. Bahan yang digunakan untuk membuat kerajinan panlima ini sangat menentukan kualitas kerajinan yang nantinya tentu akan berdampak pada tingkatan harganya. Usaha untuk meningkatkan mutu kerajinan panlima memilki hubungan erat dengan ketelitian pemilihan bahan. Bahan yang baik akan menghasilkan mutu atau kualitas kerajinan yang baik pula dan sebaliknya. Barang kerajinan panlima dengan mutu yang baik akan lebih mudah dipasarkan sehingga harganya menjadi lebih tinggi. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan kerajinan panlima di antaranya:
Foto Bahan:
Gambar: 2 Sumber Pribadi Gambar di atas adalah bahan untuk membuat Panlima antara lain: Drum, Cat minyak, Lem Besi. Dari hasil wawancara dan observasi di lapangan pada tanggal 1 April 7
– 20 Mei 2014, maka diperoleh data tentang proses pembuatan seni kerajinan Panlima di Banjar Manuk sebagai berikut. 1. Seperti yang telah diuraikan diatas Drum adalah bahan utama dalam pembuatan kerajinan Panlima di banjar Manuk kecamatan Susut Kabupaten Bangli. Drum yang di gunakan adalah Drum Besi Coating, Drum Besi Galvanis, Drum Besi Propylin, Drum Besi Cylox.Sebelum drum siap untuk di buat menjadi panlima, terlebih dahulu drum tersebut harus melalui beberapa proses seleksi, karena bahan yng didatangkan terkadang bocor. penyeleksian dilakukan dengan cara menerawang dan meraba-raba di bagian bawah drum,karna yang di pakai hanya drum bagian bawahnya saja.Untuk bagian atas drum akan di jual kembali kepada pengepul barang bekas. 2. Setelah proses penyeleksian, Drum kemudian dibawa ke tempat pengolahan untuk di sket pola awalnya,proses ini dilakukan secara manual karena belum ada alat sket memakai mesin.Drum di ambil titik tengahnya sebagai tumpuan untuk membuat lingkaran yang akan di jadikan posisi tonjolan-tomjolan tersebut. 3. Setelah proses pembuatan pola sket,selanjutnya drum yang sudah di sket selanjutna di pukul-pukul berulang kali dengan menggunakan palu yang bermacam-macam ukuran sesuai dengan kemiringan yang akan dibuat.Kalau membuat kemiringan yang lebih makan yang digunakan adalah palu yang lebih berat dan yang lebih besar.setelah pembuatan pola cekung maka selanjutnya tahap pemukulan yang di pakai adalah palu yang terbuat dari kayu yang bentuknya lebih besar dari palu yang terbuat dari besi. Dalam pembuatan Panlima ini,palu yang di gunakan ada dua jenis yaitu Palu yang terbuat dari baja dan dari kayu.Palu yang terbuat dari baja di gunakan untuk memukul bagian yang keras-keras dan palu baja tersebut mempunyai jenis dan dan ukuran yang berbeda pula itupun di gunakan menurut bentuknya.Untuk palu baja
yang berbentuk bundar di gunakan untuk membuat bagian cekung kecil pada panlima tersebut.Sedangkan palu baja yang berbentuk datar berfungsi untuk membuat bagian tertentu agar datar pula.Sedangkan palu yang terbuat dari kayu memiliki panjang 25 cm dan lebar 15 cm yang berfungsi untuk memukul bagian pantat drum supaya berbentuk cekung keseluruhan. 4. Proses ini dilakukan setelah drum yang sebelumnya rata dan di pukul-pukul menjadi cekung seperti penggorengan. Dan setelah rata berbentuk penggorengan selanjutnya dibuat sket pola tonjolan sesuai dengan nada-nada yang akan di buat tonjolan.proses pembuatan pola tonjolan di lakukan secara manual menggunakan mal atau cetakan dari karton yang sudah di sediakan dari awal dengan menggunakan spidol permanen supaya tidak terlalu cepat hilang gambar polanya karena drum bekas tersebut terkadang masih terdapat minyak atau oli yang bisa membuat sket tersebut hilang. 5. Setelah proses sket bagian tonjolan,maka selanjutnya di lakukan pemukulan ulang di bagian sisi tonjolan segingga akan membuat drum yang awalnya berbentuk penggorengan rata menjadi penggorengan yang berbentuk tonjolan-tonjolan yang masih berupa tonjolan yang bentuknya lebar tapi tidak terlau kecil.Bentuk ini lebih besar dari inti tonjolan yang akan di pukul.Proses pemukulan bagian tonjolan ini tidak menggunakan palu kayu melainkan menggunakan palu baja dengan panjang 15 cm dengan lebar 5 cm atau berukuran sedang bertujuan supaya cekung yang di timbulkan tidak terlalu dalam. 6. Setelah proses pemukulan proses selanjutnya adalah proses pemotongan yang dilakukan dengan pemotongan manual meggunakan alat besi dengan mata piasu tebal. Proses ini dilakukan karena akan diproses kembali menjadi tonjolan – tonjolan kecil. Proses pembentukan tonjolan kecil ini dilakukan setelah drum dipotong, pembentukan menggunakan alat yang berupa pipa besi yang mempunyai 8
ukuran kecil, sedang dan besar yang disesuaikan dengan suara yang akan dibuat.ukura terkecil tebal ukuran besi tersebut 2 inci dengan diameter lebar lobang 2,5 cm dan ukuran sedang sebanyak 2 buah yaitu berketebalan 2,5 inci dengan diameter lebar lobang 3,5 cm dan 4 cm.Sedangkan diameter lobang besi tersebut adalah 6 cm dengan 4 inci. 7. Proses Pembakaran Proses ini dilakukan dengan tujuan untuk memperlunak besi agar bisa memperjelas bentuk dan selanjutnya masih ada tahap pembuatan nada yang benar – benar pas. Pembakaran ini dilakukan dengan cara manual dan alat bantunya hanya memakai pemanas api dari gas elipiji 5 Kg. 8. Prose Pembuatan Nada Proses ini dapat dilakukan dengan cara manual meggunakan bantuan alat pengukuran nada alat tersebut adalah Chromatic tuner yang fungsinya untuk mengukur temperature nada yang diinginkan.Alat ini akan menunjukan warna hijau jika nada yang diinginkan sudah sesuai dengan dialat pengukur tersebut begitu juga sebaliknya alat tersebut akan menunjukan warna merah jika nadanya teralalu tinggi atau terlalu rendah. 9. Proses Penggabungan Proses ini dilakukan secara manual karena sampai saat ini belum ada alat bantu yg modern untuk membantu penggabungan sisi atas dan sisi bawah yang masih terpisah.Proses penggabungan ini memakan waktu yang cukup lama,karena diproses penggabungan inilah letak nada yg bagus di kendalikan. Kalau penggabungannya tidak rata atau masih ada sisi berlobangnya maka nada yang di hasilkan akan tidak bagus pula.Setelah penggabungan sisi atas dan sisi bawah di perkirakan sudah pas maka di bagian atas dan bawah akan di tandai bertujuan untuk mempermudah pemasangan kembali,karena bagian atas dan bawah yang nantinya bertumpu satu sama lain akan di kasi lem besi sehingga bagian atas dan bawah akan merekat tanpa di las.Proses penandaan tersebut kita bisa lihat seperti foto yang berikut ini.
10. Proses Pengeleman dan perekatan sempurna Proses ini dilakukan setelah kedua bagian sudah di kasi lem besi dan selanjutnya di kasi alat penjepit di bidang-bidang tertentu bertujuan untuk mempermanen perekatan kedua bagian tersebut.Di bagian perekatan ini biasanya memakan waktu yang lebih lama karena bertujuan supaya kedua bagian merekat sempurna dengan mendiamkan selama satu hari dalam posisi masih terjjepit oleh alat penjepit tersebut. 11. Proses pendempulan ini pun di lakukan secara manual. Dalam proses ini yang mendempul harus cekatan dalam melakukan pendempulan. Orang yang bertugas mendempul harus terampil dan bekerja lebiih cepat karena sifat dempul tersebut cepat mengeras dan kalau sudah mengeras akan susah untuk di bersihkan. Dalam proses pendempulan ini tidak menggunakan alat bantu. Pendempulan di lakukan dengan jari-jari tangan langsung. Pendempulan ini di lakukan bertujuan untuk supaya tidak ada celah atau lobang yang tertinggal dan supaya bagian drum yang masih benjal benjol supaya rata sehingga tampak “panlima” yang halus dan sempurna. 12. Setelah proses pendempulan, selanjutnya akan di lakukan pengamplasan dempul-dempul tersebut karena pada saat pemasangan dempul di lakukan secara manual sehingga hasil dempul tersebut terlihat tidak rata sehingga di lakukan proses pengamplasan. Pada proses ini di lakukan menggunakan mesin gerinda dengan mata penghalus atau mata pengamplas. 13. Setelah dilakukan pengelapan,panlimapanlima yang sudah di dempul dan di amplas selanjutnya di cat.Proses pengecat an ini di lakukan sangat hatihati karena cat yang menyembur dari alat pengecatan tersebut terkadang keluarnya menggumpal sehingga akan nampak bertekstur.Biasanya proses pengecatan ini di lakukan oleh orang yang lebih paham dengan mesin kompresor,karena angin yang menyembur akan berpengaruh terhadap hasilnya nanti.Dan kalau 9
terjadi penggumpalan cat pada bagian panlima,maka panlima itu harus di sortir ulang. 14. Pembuatan no seri ini bertujuan untuk mempermudah untuk mengingat sudah seberapa banyak pembuatan dan pada tgl dan tahun berapa di buat panlima tersebut.Pembuatan no seri ini biasanya di buat di bagian bawah panlima 15. Proses pembuatan tempat packing pengiriman ini dilakukan oleh ahli bangunan daerah setempat. Proses ini dari awal dilakukan pengukuran pemotongan dan perakitan dan yang paling penting pembuatan tempat packing ini menggunakan triplek setebal 1 cm bertujuan agar pada saat pengiriman tidak terjadi kerusakan akibat benturan-benturan benda lain. setelah perakitan berlangsung makan akan menghasilkan tempat packing seperti di bawah ini. Keberagaman Bentuk Panlima di Banjar Manuk, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli: Kerajinan Panlima yang ada di Banjar Manuk memiliki keberagaman berdasarkan bentuk dan ukuran. Dimna bentuk yang dibuat oleh pengrajin panlima memiliki 2 variasi dengan ukuran yang berbeda-beda. Bentuk yang pertama terbuat dari Drum, dimana hanya diambil bagian bawahnya saja. Yang kedua terbuat dari bahan yang sma namun memiliki bentuk serta ukuran berbeda. Para pengarjin sebelum menyelasaikan Panlima harus memperhitungkan jumlah cekungan pada bagian sisi atas panlima dengan tujuan agar suara yang dikeluarkan sesuai dengan keinginan para pengrajin. Bentuk panlima yang pertama terbuat dari drum menyerupai pengorengan, dimana bagian bawah panlima tersebut di tonjolkan atau dicembungkan sebanyak 29 titik. Adapun tujuan tonjolan tersebut untuk mengeluarkan nada suara sesua dengan keinginanan para pengrajin. Sedangkan Bentuk panlima yang kedua berbentuk menyerupai dua piring yang digabungkan secara terbalik atau pesawat uvo. Ada dua bagian yang dibuat secara terpisah dimana bagian yang pertama dibuat satu titik cembung diposisi tengah dan
dikelilingi 8 titik cekung pada bagian pinggir, sedangkan bagian yang kedua tidak diuat titik cembung dan cekung melinkan dibuat satu lobang sekitar 10 cm. Setelah kedua bagian panlima itu selesai kemudian digabungkan menyerupai Uvo. Sisi atas panlima adalah bagian yang pertama sedangkan sisi bawah adalah bagian yang kedua. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian terhadap panlima di Banjar Manuk, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, maka simpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut. 1. Panlima yang sudah di bahas dari awal keberadaannya sampai tahap pembuatan yang mengutamakan unsur rupa atau bentuk yang menimbulkan unsur bunyi ternyata di sisi lain Panlima juga di jual karena di pakai untuk yoga dan sejenisnya. 2. Alat dan Bahan yang di gunakan dalam pembuatan Panlima adalah yang utama harus ada adalah drum,meteran,penggaris,palu,mesin pemotong dan mesin pengaplas,pemotong besi,pelebur warna atau penta remover. 3. Proses pembuatan dimulai dari tahap penggunaan bahan dan alat, pemotongan, pengolahan bahan, perakitan dan pemberian lapisan cat sampai membentuk „‟panlima‟‟. 4. Nilai estetik yang terdapat pada Panlima adalah bentuk yang di tampilkan merupakan perubahan dan perpaduan antara seni musik tradisional dan moderen. Bertitik tolak dari penelitian yang telah dilakukan, penulis menyarankan kepada ; 1. Peneliti selanjutnya. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengangkat elemen music atau suara sebagai objek penelitian, selain panlima masih banyak bentuk-bentuk rupa yang perlu diungkap keberadaannya, mengingat bentuk-bentuk elemen
rupa
yang
menimbulkan
suara
menyimpan nilai simbolis dan estetika yang merupakan salah satu aset budaya yang perlu kita ketahui dan kita pelajari. 10
2. Instansi terkait dan pemerintah. Dalam usaha meningkatkan pemahaman terhadap arti dan fungsi sebuah alat musik dari yang kuno sampai yang modern , maka perlu diadakan peningkatan pembinaan dari pemerintah atau instansi terkait kepada masyarakat. 3. Masyarakat. Hendaknya sadar dan mulai memelihara dan mengembangkan hasil kebudayaan yang kita warisi sekarang ini khususnya pada alat musik tradisional dan mengembangkan bagaimana caranya supaya macam-macam seni musik itu kian hari kian berkembang dengan tidak menghilangkan poin suara dari nada utama seni musik tradisional. Tidak terlepas dari peran aktif komponen masyarakat terutama generasi muda. Hal ini dapat dicapai dengan cara mulai menanamkan sikap rasa memiliki,rassa ingin tau dan rasa menumbuh kembangkan minat apa yang telah diwariskan oleh leluhur kita.
Soeroto, Soenarso,(1992:6): Kerajinan Tangan dan Seni Rupa. Soewito M.Mengenal Alat Musik (Tradisional dan Non Tradisional).Titik Terang Jakarta. Sulehan Yann. hal. 275: Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Sumardjo (2000:24).silsilah fine arts atau high arts (Seni halus dan Seni tinggi).
(http://id.wikipedia.org/wiki/kerajinan) http://blog.isidps.ac.id/gedesuanda/perke mbangan-dan-jenis-jenis-musiktradisional-nusantara http://imelda2309rizkiya.blogspot.com/p/se ni-musik.html http://nonobudparpora.wordpress.com/201 1/04/07/gamelan/ http://www.febrian.web.id/2014/03/14jenis-jenis-musik-tradisional.html
DAFTAR PUSTAKA Arikunto,Suharsini.1993.prosedurpenelitia. Jakarta;PT.Rika Cipta. Darmana, I Ketut.1996/1997.Pengertian tradisional di daerah Bali.Jakarta: Depdikbud. Direktorat Jendral Kebudayaan Direktorat Sejarah Nilai Tradisional. Bagian Proyek dan Pembinaan Nilai Budaya Bali. Djelantik (1999:16) menyebutkan pengertian seni adalah hal-hal yang diciptakan.Erlangga. Hamsuri. 2000. Warisan tradisional itu indah dan unik. Hove, (1954:775),Kerajinan menghasilkan barang-barang bermutu. Hamsuri. 2000. Warisan tradisional itu indah dan unik.
11