OPTIMALISASI KECERDASAN MAJEMUK DALAM PEMBELAJARAN LITERASI Riskha Arfiyanti Mira Nuryanti Universitas Swadaya Gunung Djati Cirebon Abstrak Literasi menjadi salah satu keterampilan yang harus dimiliki dan dikuasai peserta didik pada abad 21. Budaya literasi dapat ditumbuhkan melalui pembelajaran. Setiap peserta didik memiliki berbagai kemampuan yang harus dikembangkan. Pembelajaran yang dilakukan harus dapat memperhatikan pengembangan potensi mereka secara optimal, begitu pula dalam pembelajaran literasi. Optimalisasi potensi peserta didik secara utuh menuntut pendidik mempertimbangkan beragam cara, model, dan media dalam melaksanakan pembelajaran literasi. Budaya literasi tidak saja dapat ditumbuhkan melalui keterlibatan kecerdasan linguistik, tetapi juga melalui beragam kecerdasan yang dimiliki peserta didik. Dengan kata lain, kecerdasan dalam diri peserta didik dapat dioptimalkan dalam pemerolehan keterampilan literasi. Kata kunci: kecerdasan majemuk, literasi, pembelajaran literasi, potensi peserta didik A. Pendahuluan Kompetensi yang diperlukan pada abad 21 bagi peserta didik mencakup kecakapan belajar dan berinovasi, literasi, kecakapan hidup, dan karakter. Di samping itu Kemendikbud (2016, hlm. 1) menyatakan bahwa Mata Pelajaran Bahasa Indonesia berperan membina dan mengembangkan kepercayaan diri peserta didik sebagai
komunikator, pemikir imajinatif, dan warga negara Indonesia yang melek literasi dan informasi. Maka, literasi menjadi salah satu keterampilan yang harus dikuasai peserta didik. Literasi secara terbatas mencakup kemampuan membaca dan menulis. Namun, kini makna konsep literasi menjadi luas seiring perubahan zaman akibat berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi informasi, dan komunikasi. Literasi mengandung beragam arti dan mencakup beragam keterampilan, tidak saja meliputi keterampilan membaca dan menulis, tetapi juga keterampilan menyimak dan berbicara. Literasi juga mencakup literasi media, literasi informasi, dan literasi digital. Walaupun demikian, pembelajaran literasi di sekolah dan dalam konteks pembahasan makalah hanya menekankan kemampuan membaca dan menulis atau kita mengenalnya dengan istilah keberaksaraan (melek huruf). Setiap individu mempunyai kemampuan yang beragam sebagai bekal untuk menghadapi berbagai tantangan dalam menjalani kehidupan. Namun, kemampuan yang ada tidak pernah digali dan dikembangkan. Potensi tersebut akan berkembang jika dioptimalkan melalui pembelajaran yang terarah dan terpadu. Dengan demikian, pembelajaran yang dilakukan harus dapat membantu individu (peserta didik) untuk dapat menstimulasi pengembangan potensi kecerdasannya secara optimal. Paradigma yang berkembang selama ini dalam pendidikan di Indonesia adalah kesuksesan seseorang diukur dari kecerdasan intelektualnya (IQ). Dengan kata lain, IQ dianggap menjadi satu-satunya tolok ukur kecerdasan seseorang. Padahal, IQ hanyalah satuan ukuran yang menunjukkan taraf kemampuan seseorang. IQ biasanya diukur di sekolah dan bersifat skolastik. Hal ini berarti, IQ tidak menjamin dapat mengukur semua kecerdasan yang dimiliki seseorang (Kusmiatun dalam Wiedarti, 2005, hlm. 135).
Kecerdasan banyak ditentukan oleh berbagai faktor. Menurut Gardner, setiap individu sedikitnya memiliki delapan kecerdasan dalam dirinya. Namun, kecerdasan tersebut harus ditumbuhkan melalui pembelajaran. Hal ini diperkuat oleh pendapat Armstrong (2014, hlm. 7) yang mengungkapkan keyakinannya bahwa teori kecerdasan jamak memberikan kontribusi yang berharga bagi pendidikan. Maka, dalam pembelajaran literasi, pendidik harus mampu menciptakan beragam aktivitas yang dapat melibatkan potensi kecerdasan individu. Armstrong (2014, hlm. 8) juga menyatakan bahwa membaca dan menulis tidak hanya melibatkan tindakan linguistik, tetapi juga semua kecerdasan. B. 1.
Pembahasan Kecerdasan Majemuk Teori kecerdasan majemuk dikembangkan oleh Howard Gardner. Teori kecerdasan majemuk (KM) adalah validasi tertinggi bahwa perbedaan individu itu penting (Jasmine, 2012, hlm. 11). Perbedaan itu dapat kita lihat dalam hal, misalnya, bakat, minat, dan kecerdasan. Setiap individu dibekali kemampuan tertentu yang berbeda antara individu yang satu dengan yang lain. Pendapat ini dikuatkan pula oleh asumsi mengenai kecerdasan majemuk. Asumsi tersebut bertitik tolak pada paradigma bahwa setiap anak yang lahir telah memiliki potensi genius (Uno, 2009, hlm. 41). Perbedaan kemampuan yang ada dalam diri individu tersebut merupakan hal yang harus diperhatikan oleh pendidik dalam melaksanakan pembelajaran. Menurut Chatib (2009), setidaknya ada tiga paradigma mendasar yang diubah Gardner mengenai konsep kecerdasan, yaitu kecerdasan tidak dibatasi tes formal, kecerdasan itu multidimensi, dan kecerdasan itu suatu proses discovering ability. Jadi, kecerdasan seseorang tidak mungkin dibatasi oleh suatu indikator dalam tes formal, seperti halnya tes IQ karena
kecerdasan seseorang itu tidak statis. Kecerdasan seseorang juga dapat dilihat dari banyak dimensi. Berdasarkan hasil observasi, Gardner (Armstrong, 2014, hlm. 14) menyimpulkan terdapat delapan kecerdasan yang dimiliki setiap orang dalam tingkatan yang lebih besar atau lebih kecil. Berdasarkan pernyataan gardner dapat dimaknai bahwa delapan kecerdasan yang dominan tampak pada diri setiap individu akan berbeda. Misalnya, ada orang yang unggul dalam bidang bahasa, tetapi belum tentu cerdas dalam bidang musik, begitu pula sebaliknya. Berikut delapan kecerdasan yang yang dikemukakan Gardner beserta karakteristiknya. a. Kecerdasan Lingustik Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kemampuan untuk menangani struktur bahasa, suara, dan arti. Bentuk kecerdasan ini juga tampak melalui kepekaan akan makna dan urutan kata serta kemampuan membuat beragam penggunaan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks. Kecerdasan Linguistik, umumnya memiliki ciri, antara lain: 1) suka menulis kreatif; 2) suka membaca; 3) suka menceritakan lelucon; 4) mengeja kata dengan tepat dan mudah; 5) suka mengisi teka-teki silang; dan 6) unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis, dan berkomunikasi). b. Kecerdasan Logis-Matematis Orang yang memiliki kecerdasan matematika dan logika adalah orang yang mampu memecahkan masalah, mampu berpikir logis, mampu bekerja dengan angka dan pola abstrak. Kecerdasan ini mengatur pola berpikir induktif dan deduktif. Kecerdasan logis-matematis mempunyai ciri: 1) menghitung problem aritmatika dengan cepat; 2) suka
mengajukan pertanyaan yang sifatnya analisis; 3) mampu menjelaskan masalah secara logis; (d) suka merancang eksperimen untuk membuktikan sesuatu; (e) berprestasi dalam Matematika dan IPA. c. Kecerdasan Visual/Spasial Kecerdasan visual dan spasial adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual-spasial secara akurat. Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warna, garis, bentuk, ruang, ukuran, dan juga hubungan di antara elemen-elemen tersebut. Anak-anak yang memiliki kecerdasan ini biasanya dapat: 1) mudah membaca peta atau diagram; 2) memberikan gambaran visual yang jelas ketika menjelaskan sesuatu; 3) senang melihat film, slide, foto, atau karya seni lainnya; 4) menggambar orang atau benda mirip aslinya; 5) suka berimajinasi; 6) mencoret-coret di atas kertas; dan 7) lebih memahami informasi lewat gambar daripada kata-kata atau uraian. d. Kecerdasan Musik Kecerdasan musik merupakan gabungan dari kemampuan mengenali pola nada, tinggi-rendahnya nada, melodi, dan irama, ditambah dengan kepekaan terhadap aspek-aspek bunyi dan musik secara mendalam. Kecerdasan musik ditandai dengan 1) mudah mengingat melodi suatu lagu; 2) suka memainkan alat musik; 3) suka bernyanyi atau bersenandung; 4) lebih bisa belajar dengan iringan musik; 5) mudah mengikuti irama musik; 6) mempunyai suara bagus untuk bernyanyi; dan 7) berprestasi bagus dalam mata pelajaran musik. e. Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan untuk mengerti maksud, motivasi, dan perasaaan orang lain. Kecerdasan ini terkait dengan kepandaian untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Kecerdasan
interpersonal dapat menuntun seseorang untuk memahami orang lain, mampu bekerja sama, dan berkomunikasi. Kecerdasan interpersonal memiliki ciri, di antaranya: 1) suka bersosialisasi di mana saja; 2) mempunyai banyak teman; 3) berperan sebagai penengah ketika terjadi konflik antarteman; 4) berempati terhadap perasaan atau penderitaan orang lain; 5) berbakat menjadi pemimpin. f. Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan intrapersonal berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri. Orang dengan kecerdasan ini memiliki pengetahuan tentang dirinya, terutama kepekaan terhadap nilai, tujuan, dan perasaannya. Kecerdasan intrapersonal memiliki ciri, antara lain: 1) mempunyai sikap mandiri dan berkemauan kuat; 2) mampu bekerja atau belajar dengan baik seorang diri; 3) memiliki rasa percaya diri yang tinggi; 4) banyak belajar dari kesalahan masa lalu; 5) berpikir fokus dan terarah pada pencapaian tujuan. g. Kecerdasan Kinestetis Kecerdasan kinestetis berhubungan dengan kemampuan dalam menggunakan tubuh secara terampil. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan fisik dalam bidang koordinasi, daya tahan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan. Kecerdasan kinestetik-jasmani memiliki ciri: 1) banyak bergerak ketika duduk atau mendengarkan sesuatu; 2) aktif dalam kegiatan fisik, seperti berenang, bersepeda; 3) memperlihatkan keterampilan dalam bidang kerajinan tangan seperti menjahit; 4) pandai menirukan gerakan, kebiasaan atau perilaku orang lain; dan 5) berprestasi dalam mata pelajaran olahraga. h. Kecerdasan Naturalis Kecerdasan naturalis merupakan kemampuan untuk mengenali, membedakan, menggolongkan, dan membuat kategori terhadap apa yang dijumpai di alam ataupun
lingkungan. Inti kecerdasan natural adalah kemampuan manusia untuk mengenali alam sekitarnya. Kecerdasan naturalis memiliki ciri, antara lain: 1) suka pada berbagai hewan peliharaan; 2) sangat menikmati berjalan-jalan di alam terbuka; 3) suka berkebun atau dekat dengan taman dan memelihara binatang; 4) berprestasi dalam mata pelajaran IPA, biologi, dan yang berkaitan dengan lingkungan hidup. 2.
Pembelajaran Literasi Literasi merupakan salah satu materi yang dipelajari dalam Kurikulum 2013 revisi di samping lingkup materi bahasa dan sastra. Lingkup materi literasi mencakup teks dalam konteks, berinteraksi dengan orang lain, menafsirkan, menganalisis, mengevaluasi teks, dan mencipta teks (Kemendikbud, 2016). Karena Kurikulum 2013 berbasis teks, bahan pembelajaran literasi pun berkaitan dengan teks. Literasi secara sederhana terkait dengan keterampilan membaca dan menulis. Pembelajaran literasi, menurut Abidin (2015, hlm. 38), harus dapat mengkaji bagaimana teks, pembaca, dan penulis beroperasi dalam berbagai konteks sosial budaya. Dengan demikian, pembelajaran literasi bukan saja bertujuan mengembangkan kemampuan literasi siswa, melainkan juga siswa yang kritis atas berbagai fenomena dan informasi yang diterima. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, kegiatan pembelajaran harus dilaksanakan dengan mengedepankan kerja sama secara harmonis antarpeserta didik dan juga pendidik. Sekaitan dengan konsep literasi dalam Kemendikbud (2016, hlm. 1) disebutkan sebagai berikut. Literasi diartikan sebagai kemampuan seorang peserta didik dalam membaca dan menulis. Kemampuan berliterasi merupakan bentuk integrasi dari kemampuan menyimak, mewicara, membaca, menulis,
dan berpikir kritis. Adapun dalam pengembangannya literasi merupakan upaya peningkatan kemampuan membaca dan menulis peserta didik yang berhubungan dengan keberhasilannya meraih prestasi akademis. Pembelajaran literasi dalam Kurikulum 2013 revisi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dipelajari di kelas I-XII. Pembahasan materi literasi, yang diuraikan sebagai contoh implementasi kecerdasan linguistik dalam makalah ini, difokuskan pada siswa SMP kelas VII. Materi literasi kelas VII terdapat pada kompetensi dasar (KD) berikut. 3.9 Menemukan unsur-unsur dari buku fiksi dan nonfiksi yang dibaca. 4.9 Membuat peta pikiran/rangkuman alur tentang isi buku nonfiksi/buku fiksi yang dibaca. 3.10 Menelaah hubungan unsur-unsur dalam buku fiksi dan nonfiksi. 4.10 Menyajikan tanggapan terhadap isi buku fiksi dan nonfiksi yang dibaca. 3.
Optimalisasi Kecerdasan Majemuk dalam Pembelajaran Literasi Dalam penerapan kecerdasan majemuk, proses pembelajaran dikelola sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki tiap peserta didik. Hal ini selaras dengan pendapat Jasmine (2012, hlm. 11) bahwa penggunaan kecerdasan majemuk dalam pembelajaran bergantung pada pengenalan, pengakuan, dan penghargaan terhadap setiap atau berbagai cara peserta didik belajar, di samping pengenalan, pengakuan, dan penghargaan terhadap setiap bakat dan minat peserta didik. Oleh karena itu, pendidik dapat memotivasi peserta didik untuk mengoptimalkan potensi mereka melalui materi yang telah dipelajari. Dengan kata lain, peserta didik diberi
kebebasan untuk menggunakan kecerdasan, misalnya selain kecerdasan berbahasa, dalam pembelajaran. Armstrong (2014) menyarankan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam pembelajaran literasi berikut. a. Kecerdasan Linguistik Dari empat keterampilan berbahasa, keterampilan menyimak dan berbicara dikuasai manusia lebih dahulu dibandingkan keterampilan membaca dan menulis. Sekaitan keterampilan berbicara, Armstrong (2014, hlm. 128) mengungkapkan bahwa pengetahuan mengenai kata-kata dan makna sebelumnya-sebuah kosakata lisan yang baik merupakan prasyarat yang sangat berguna dalam proses membaca dan menulis. Oleh karena itu, dasar perolehan keterampilan literasi dapat dibangun dari penguasaan keterampilan lisan peserta didik. Seorang yang cerdas linguistik akan terampil berbahasa, baik lisan maupun tulisan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan kecerdasan linguistik peserta didik dalam pembelajaran literasi, yaitu berikut ini. 1) Peserta didik menyimak rekaman percakapan yang diambil dari percakapan sehari-hari, baik percakapan sendiri dengan teman di lingkungan sekolah maupun dari lingkungan keseharian, kemudian mereka diminta menuliskan dialog tersebut dalam bentuk naskah drama. 2) Peserta didik bercerita mengenai pengalamannya, kemudian menuliskan pengalaman itu dalam bentuk teks narasi atau cerpen sebagai bahan pembelajaran membaca. 3) Pendidik dapat menggunakan kalimat-kalimat yang diucapkan peserta didik, misalnya, untuk mengenalkan tatabahasa dan kosakata sebagai bahan dalam pembelajaran menulis. 4) Peserta didik diminta menginterpretasi secara lisan berbagai literatur atau teks puisi yang dibaca. 5) Pendidik memberikan tema pada peserta didik. Melalui proses curah gagasan, setiap peserta didik
menyumbangkan gagasan mengenai kata kunci yang berkaitan dengan tema yang akan digunakan sebagai bahan tulisan. b. Kecerdasan Logis-Matematis Peserta didik yang memiliki kecerdasan logis dapat membedakan dan membuat kalimat yang logis atau tidak logis. Armstrong (2014, hlm. 84) menyatakan bahwa petualangan seperti hal yang masuk akal dan tidak masuk akal, logis dan tidak logis membantu siswa membuat diferensiasi yang penting untuk memahami semua jenis bahan literasi. Berikut kegiatan yang dapat melibatkan kecerdasan logis-matematis dalam pembelajaran literasi. 1) Peserta didik diberi teks dan diminta membedakan opini dan fakta dalam teks. 2) Peserta didik dapat mengidentifikasi kalimat yang logis dan tidak logis dalam teks yang dibacanya. Begitu pula, mereka dapat menulis teks dengan menggunakan kalimat yang logis. 3) Peserta didik dapat memperkuat argumen yang dikemukakan dalam tulisannya dengan data dan fakta, mengutip sumber yang relevan. 4) Peserta didik dapat menghitung kecepatan efektif membaca (KEM) sendiri setelah membaca teks. c. Kecerdasan Visual/Spasial Rudolf Anheim (dalam Armstrong, 2014, hlm. 45) mengungkapkan bahwa di balik setiap kata ada beberapa jenis gambaran visual. Maka, saat pembaca memaknai teks, kemampuan menciptakan gambaran visual semakin bertambah. Armstrong (2014, hlm. 46) mengutip sejumlah penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan strategi visualisasi membantu para pembaca untuk lebih memahami teks dan memberi kepada penulis keterampilan prakepenulisan untuk meningkatkan kreativitas. Beberapa kegiatan kecerdasan visual dalam pembelajaran literasi dapat dilakukan sebagai berikut.
1)
Peserta didik membaca cerita, lalu membuat gambargambar yang berkaitan dengan isinya, misalnya, melukiskan suasana, menggambarkan objek cerita. 2) Pendidik mengenalkan huruf sebagai gambar, misalnya huruf s dengan gambar ular. 3) Peserta didik memvisualisasikan kata yang ditulisnya, misalnya, gambar mobil untuk kata mobil. 4) Peserta didik mendiskusikan bahan bacaan, bukan saja melalui kata yang diucapkan, melainkan juga pada imajinasi visual internal dan gambar eksternal mereka, misalnya saat menanggapi sebuah cerita peserta didik dapat menggambarkan karakter tokohnya. d. Kecerdasan Musik Studi terhadap individu dengan kesulitan bahasa tertentu, seperti gagap, menunjukkan bahwa kata-kata dan musik mempunyai koneksi penting di otak yang dapat memfasilitasi proses pengolahan bahasa dan literasi (Armstrong, 2014, hlm. 63). Oleh karena itu, pendidik perlu memperhatikan keterkaitan kata-kata dan musik serta memanfaatkan dengan maksimal sehingga dapat membantu peserta didik memperoleh keterampilan literasi. Kegiatan yang dapat disarankan sebagai berikut. 1) Peserta didik mempelajari makna kata baru melalui lagulagu yang dinyanyikan terlebih dahulu. 2) Peserta didik menulis sebuah puisi dan menciptakan musikalisasi dari puisi tersebut. 3) Dalam pembelajaran, dialog dalam teks dapat dijadikan sarana untuk bermain-main secara kreatif dengan irama, dialek, dan intonasi. e. Kecerdasan Interpersonal Armstrong (2014, hlm. 109) mengungkapkan bahwa tidak mungkin untuk mengisolasi literasi dari konteks sosial. Maka, pendidik perlu mempertimbangkan peran penting konteks sosial dalam pembelajaran literasi. Aktivitas yang
dapat dilakukan untuk mengoptimalkan kecerdasan interpersonal sebagai berikut. 1) Peserta didik menulis esai yang bertema sosial, misalnya tentang kenakalan remaja, limbah. Dari tulisan mereka dapat diketahui rasa empati dan kepedulian terhadap lingkungan. 2) Pendidik memberikan bacaan yang dapat mengasah kepekaan peserta didik pada lingkungannya, terutama teks yang berkaitan dengan kehidupan mereka seharihari. 3) Peserta didik berkolaborasi dalam menulis sehingga akan terbentuk kemampuan bekerja sama dan saling menghargai dalam diri mereka. f. Kecerdasan Intrapersonal Setiap individu memiliki gaya belajar yang berbeda, ada yang dapat bekerja secara berkelompok, ada pula yang dapat bekerja secara mandiri. Pendidik perlu untuk memperhatikan hal ini dalam mengelola pembelajaran. Uno 2009, hlm. 152) mengungkapkan bahwa salah satu karakteristik pelajar yang memiliki kecerdasan intrapersonal kuat adalah kemampuannya merumuskan tujuan realistis bagi dirinya. Aktivitas yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan keterlibatan kecerdasan interpersonal dalam pembelajaran literasi diuraikn sebagai berikut. 1) Pendidik memberikan berbagai pilihan tema untuk bahan tulisan kepada peserta didik. Dengan begitu, pendidik dapat memberikan pengalaman kepada peserta didik dalam mengambil keputusan. 2) Pendidik memberikan sejumlah kata yang dapat menimbulkan emosi peserta didik, misalnya kata senang, sedih, bahagia. Kemudian, peserta didik diminta menuliskan pengalaman yang berkaitan dengan perasaan tersebut. Hal ini ditegaskan oleh Armstrong (2014, hlm. 92) bahwa emosi manusia penting terhadap literasi.
3)
Peserta didik membaca novel atau cerpen yang dapat membangkitkan emosi mereka. Lalu, mereka diminta mengekspresikan perasaan, misalnya bagaimana tanggapan terhadap kehidupan yang dialami tokoh cerita. g. Kecerdasan Kinestetis Armstrong (2014, hlm. 26) mengemukakan bahwa terdapat bukti hasil riset otak yang menunjukkan ke dasar neurologis yang kuat pada hubungan antara gerakan fisik dan bahasa serta literasi. Dalam pembelajaran literasi, penggunaan kecerdasan linguistik dapat dioptimalkan sejalan dengan aktivitas psikomotor. Aktivitas yang dapat dilakukan sekaitan hal tersebut, yaitu sebagai berikut. 1) Peserta didik membaca teks, lalu pendidik meminta mereka mengekspresikan gerakan dari kata kerja atau kata sifat yang terdapat dalam teks, misalnya kata marah, berdiri. 2) Peserta didik mendeklamasikan puisi yang sudah dibacanya. 3) Peserta didik membaca naskah drama dan mementaskan drama tersebut. h. Kecerdasan Naturalis Armstrong (2014, hlm. 139) berpendapat bahwa pendekatan untuk pemerolehan literasi yang menekankan alam dan fenomena alam dapat menjadikan pembaca dan penulis yang sukses. Kegiatan yg dapat dilakukan di antaranya berikut ini. 1) Peserta didik mengamati peristiwa yang terjadi di alam dan menuliskannya dalam bentuk esai. Mereka juga diharapkan dapat memberikan solusi atau pendapat mengenai masalah lingkungan, seperti limbah, polusi, dalam esainya. 2) Peserta didik diajak ke ruang terbuka kemudian mereka mengidentifikasi objek yang ada di alam sekitar sebagai bahan/tema menulis puisi.
3)
Saat membaca teks yang berisi tentang peristiwa yang terjadi di alam, peserta didik diminta merasakan dan membayangkan kejadian seperti apa, terasa seperti apa. Peserta didik juga didorong untuk menyelidiki flora atau fauna yang disebutkan dalam teks. Berikut aktivitas pembelajaran sebagai contoh optimalisasi delapan kecerdasan majemuk dalam pembelajaran literasi kelas VII SMP dalam KD menemukan unsur-unsur dari buku fiksi dan nonfiksi yang dibaca serta membuat peta pikiran/rangkuman alur tentang isi buku nonfiksi/buku fiksi yang dibaca. 1) Peserta didik membaca buku fiksi, misalnya novel, untuk mendata unsur-unsurnya sambil diiringi musik untuk menciptakan suasana tenang (kecerdasan musik). 2) Peserta didik menentukan gagasan isi buku dan mengemukakan alasannya (kecerdasan logis). 3) Peserta didik mampu menunjukkan fakta dan data terhadap unsur-unsur yang diperolehnya serta mampu memberikan argumen yang logis (kecerdasan logismatematis). 4) Peserta didik berkolaborasi (kecerdasan interpersonal) menyumbangkan ide berupa kata kunci untuk membuat peta pikiran alur isi dengan menambahkan gambar pada setiap kata kunci yang dibuat (kecerdasan visual-spasial). 5) Setelah membaca dan membuat peta pikiran, peserta didik diajak ke luar kelas dalam upaya mencari ide dari lingkungan alam (kecerdasan natural) sebagai bahan menulis drama yang terkait dengan isi buku (kecerdasan lingusitik). Kata kunci yang ditentukan dapat digunakan untuk mengembangkan cerita. 6) Peserta didik secara berkelompok mementaskan drama (kecerdasan kinestetik) sesuai dengan naskah drama yang ditulis sebelumnya dengan penuh ekspresi dan penghayatan terhadap karakter (kecerdasan intrapersonal). Peserta didik mampu menciptakan
7)
ilustrasi musik untuk mengiringi pementasan drama (kecerdasan musik). Pada akhir pembelajaran, pendidik dan peserta didik merefleksi kegiatan yang sudah dilakukan. Tiap peserta didik diminta memberikan respons terhadap setiap penampilan temannya (kecerdasan intrapersonal).
C. Simpulan Pendidik harus mampu menciptakan lingkungan kelas yang mengakomodasi berbagai aktivitas yang dapat menstimulasi peserta didik sehingga mereka memperoleh pengalaman dalam berbagai kecerdasan. Lingkungan yang kondusif akan mendukung terciptanya budaya literasi dan membangun kemandirian belajar peserta didik. Dengan demikian, melalui budaya literasi peserta didik dapat menjadi pembelajar sepanjang hayat. Daftar Rujukan Abidin, Y. (2015). Pembelajaran multiliterasi: Sebuah jawaban tantangan pendidikan abad ke-21 dalam konteks keindonesiaan. Bandung: Refika Aditama. Armstrong, T. (2014). Kecerdasan jamak dalam membaca dan menulis. Jakarta: Indeks. Chatib, M. (2009). Sekolahnya manusia. Bandung: Kaifa. Jasmine, J. (2012). Metode mengajar multiple intelligences. Bandung: Nuansa Cendekia. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Silabus mata pelajaran sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs) mata pelajaran bahasa Indonesia. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Wiedarti, P. (Editor). (2005). Menuju budaya menulis: Suatu bunga rampai. Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni, UNY dan Tiara Wacana.
Uno, H. dan Masri K. (2009). Mengelola kecerdasan dalam pembelajaran: Sebuah konsep pembelajaran berbasis kecerdasan. Jakarta: Bumi Aksara.