Tarumanagara University From the SelectedWorks of Wulan Purnama Sari
2015
OPINI PUBLIK DAN NETIZEN (ANALISIS ISI DALAM GROUP FACEBOOK ALIANSI SEKULARIS INDONESIA) Sinta Paramita, Tarumanagara University Wulan Purnama Sari, Tarumanagara University
Available at: https://works.bepress.com/wulan-purnamasari/8/
OPINI PUBLIK DAN NETIZEZN (ANALISIS ISI DALAM GROUP FACEBOOK ALIANSI SEKULARIS INDONESIA) Sinta Paramita1), Wulan Purnama Sari Jaya Putra2) 1,2
1,2 Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Tarumanagara Jl. Let.Jen. S Parman No.1, Jakarta Barat, 11440, Telp/Fax: 021-5671747
Email:
[email protected]).
[email protected])
Abstrak – Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat saat ini mendorong masyarakat dunia untuk turut aktif dalam memperoleh dan mengelola informasi yang diinginkan. Masyarakat virtual atau Netizen yang terbentuk akibat kemunculan teknologi komunikasi dan informasi yang berdampak kepada terbentuknya public sphere dalam membicarakan suatu opini public yang berkembang. Kebebasan yang dijanjikan teknologi komunikasi dan informasi menggiring golongan masyarakat untuk memberikan aspirasi yang mereka inginkan, salah satu golongan masyarakat yang saat ini muncul sebagai ideologi terbaru adalah sekularisme. Belum ada definisi yang tepat untuk mengartikan apa itu sekularisme. Namun demikian, nuansa sekularisme memunculkan masyarakat yang berpandangan lain dalam melihat agama dan pemerintah. Kaum sekularisme cenderung netral dalam melihat peraturan-peraturan agama, cenderung mengutamakan rasionalitas dan ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, penelitian ini ingin melihat secara kualitatif dengan menggunakan metode analisis isi bagaimana kaum sekularis Indonesia mendiskusikan opini public dalam memanfaatkan group sosial media facebook Aliansi Sekularis Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa para netizen (aggota facebook Aliansi Sekularisme Indonesia) berhasil membentuk opini publik baru mengenai isu-isu tertentu dan menimbulkan pemikiran yang berbeda dari opini masyarakat pada umumnya. Kata Kunci: Analisis Isi, Netizen, Sekularisme, Facebook, Opini publik Abstract – Nowadays, information and communication technologies are grow so rapidly,it is encourage the world community to actively participate in obtaining and managing information desired. Virtual communities or Netizens are formed due to the emergence of communication and information technologies, which is have an impact to formed a public sphere in addressing a growing public opinion. Promised freedom of communication and information technology led community groups to provide aspirations they want, one group of people that are now emerging as the latest ideology is secularism. There is no precise definition to define what it is secularism. However, the feel of secularism led to other community-minded in seeing religion and government. The secularism tends to be neutral in view of religious rules, tend to give priority to rationality and science. Therefore, this study wanted to see by using qualitative content analysis method how secularists Indonesia discuss public opinion in utilizing social media facebook group Alliance secularists Indonesia. The result of this research shows netizens (members of Aliansi Sekularisme Indonesia) succeed to form a new public opinion concerning particular issues and arouse different thinking from common public opinion. Keywords: Content Analysis, Netizens, Secularism, Facebook, Public Opinion
PENDAHULUAN Kehadiran WWW (World Wide Web), dan internet semakin menunjukkan bahwa memang masyarakat sekarang ini menganggap informasi merupakan hal terpenting dalam kegiatan kehidupan bermasyarakat. Jika Internet menjelaskan struktur teknis sebuah jaringan, maka WWW adalah sebuah “ruang global informasi” yaitu sebuah “ruang abstrak” yang menyimpan informasi perkembangan internet dengan WWWnya membuat internet semakin dan akan terus dilirik oleh masyarakat informasi.
Wynants dan Cornelis (2005) mengemukakan bahwa Internet membuka sebuah dunia baru yang penuh keterbukaan. Kemudian internet dengan kemampuan konvergensinya hadir sebagai suatu bentuk media baru yang mendominasi saat ini. Internet yang memiliki dasar open source semakin menarik minat banyak orang untuk berpartisipasi dalam media baru ini. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan media sosial yang sedang marak sekarang ini, seperti facebook, twitter, instagram, dan path. Media sosial ini memanfaatkan internet untuk menciptakan suatu
1
ruang publik baru yang lebih besar dan luas daripada ruang publik yang telah ada sebelumnya.
Gambar 1 Data Pengguna Internet di Indonesia
Berdasarkan gambar diatas dapat disimpulkan bahwa media sosial yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia adalah facebook dengan jumlah pengguna mencapai 62juta. Dengan jumlah pengguna yang banyak, maka media sosial facebook memiliki pengaruh yang besar dalam menentukan opini publik yang berkembang di masyarakat. Aliansi Sekularis Indonesia merupakan salah satu organisasi yang menggunakan media sosial facebook sebagai sarana bagi para anggotanya untuk menyampaikan pendapatnya mengenai suatu isu yang sedang berkembang. Maka secara lebih lanjut penelitian ini akan melihat sebuah organisasi dalam melakukan penyampaian pesan dari perspektif komunikasi eksternal dan internal yang sirkuler. Karena komunikasi merupakan proses yang sirkuler antara dua pihak yang memungkinkan pihak eksternal sebagai penerima pesan mengalami anomali atas pesan yang disampaikan atau bahkan bisa menjadi komunikator dalam komunikasi. Dengan komunikasi sirkuler, organisasi juga dapat secara konsisten menyamakan aksi dan transmisi pesan. Hal tersebut dimanfaatkan organisasi Aliansi Sekularis Indonesia mengolah informasi yang didapat. Dengan berkembangnya komunikasi sirkuler, organisasi Aliansi Sekularis Indonesia memanfaatkan ruang publik yang tercipta melalui fasilitas internet dan sosial media facebook untuk mempengaruhi opini publik yang ada mengenai suatu isu tertentu. Aliansi Sekularis Indonesia mengajak pihak-pihak siapapun yang ingin
bergabung untuk menyatakan suara tentang isu-isu yang selama dianggap kontroversi dan bersifat tabu bagi masyarakat Indonesia. Melalui ruang publik di sosial media ini, Alianse Sekularis berusaha untuk membentuk opini publik baru yang berbeda dengan opini publik sebelumnya. Setelah melihat latar belakang permasalahan, maka diperoleh pertanyaan penelitian adalah bagaimana para Netizen (anggota Aliansi Sekularis Indonesia) dalam Aliansi Sekularis Indonesia memanfaatkan ruang publik di sosial media facebook untuk membentuk opini publik? Atas dasar pertanyan penelitian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana para Netizen dalam Aliansi Sekularis Indonesia membentuk opini publik dengan menggunakan ruang publik di sosial media facebook. Kemudian untuk menjawab
pertanyaan penelitian tersebut akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai teori yang digunakan untuk menganalisa data penelitian nantinya. Menurut Herbert Blumer (1939) seperti dikutip dalam McQuail (2010; p.58) membagi massa menjadi tiga jenis : 1. Group (Kelompok) Kelompok merupakan jenis terkecil (dalam segi jumlah), anggotanya mengenal satu sama lain, sadar terhadap keanggotaannya, berbagi nilainilai yang sama, memiliki semacam struktur hubungan yang stabil sepanjang waktu, dan berinteraksi dalam mencapai beberapa tujuan. 2. Crowd (Khalayak Ramai) Crowd lebih besar dari kelompok tetapi masih dibatasi dalam batas-batas yang dapat dilihat dalam sebuah tempat tertentu. Bersifat temporer dan jarang terbentuk oleh komposisi yang sama. Crowd mungkin memiliki derajat identitas yang tinggi dan berbagi perasaan yang sama, tetapi komposisi moral dan sosialnya pada umumnya tidak terstruktur atau teratur. Crowd dapat bertindak, tetapi tindakannya memiliki karakter afektif, emosional, dan sering tidak rasional. 3. Public (Masyarakat Umum) Publik relatif paling besar, tersebar luas dan bersifat kekal. Publik memiliki isu atau maksud dalam kehidupan publik, tujuan utamanya adalah mengembangkan minat atau pendapat dan untuk mencapai perubahan politis. 2
Konsep audiens baru (penonton bioskop dan pendengar radio, dan press popular lainnya) tidak termasuk dalam ketiga konsep di atas. Audiens baru ini secara khusus lebih besar dari kelompok, crowd, atau publik. Audience baru ini sangat tersebar luas dan anggotanya saling tidak mengenal satu sama lain atau pada apapun yang membentuknya. Tidak memiliki kesadaran diri dan identitas diri dan tidak mampu bertindak bersamasama secara terorganisir untuk mencapai sebuah tujuan. Komposisinya berubah-ubah dalam batasbatas yang berganti-ganti. Tidak bertindak atas nama dirinya tetapi cenderung digerakan oleh sesuatu. Bersifat heterogen, terdiri dari berbagai strata sosial dan kelompok-kelompok demografis, namun bersifat homogen pada pilihan terhadap minat tertentu dan bergantung pada persepsi pada yang memanipulasi mereka. Audiens media massa tidak hanya formasi sosial seperti yang telah dijelaskan, karena massa terkadang merujuk kepada “pasar massa” atau pada pemilih (massa pemilu). Hal ini penting karena berhubungan dengan audiens media dan bahwa media massa digunakan untuk mengarahkan atau mengontrol baik konsumen dan perilaku politik. Berdasarkan sejarah, gagasan tentang opini publik baru mulai berkembang setelah abad 19, tetapi gagasan tentang publik telah berkembang sejak masa Yunani dan Romawi. Dimana pada masa itu publik merujuk kepada sekelompok masyarakat yang berkumpul di suatu tempat khusus untuk berdebat mengenai isu – isu yang sedang berkembang, dan tidak semua orang mempunyai akses ke dalam tempat khusus ini. Sejarah pemikiran tentang konsep opini publik telah dimulai dari Plato yang mengemukakan dua tipe pemikiran, yaitu doxa (opini) dan episteme (pengetahuan). Doxa merujuk kepada kepercayaan popular yang berubah-ubah. Sedangkan episteme adalah pengetahuan tentang apa yang benar, tidak merubah sifat dasar dari dunia. Konsep doxa inilah yang kemudian diterjemahkan sebagai opinion yang memiliki makna bahwa penilaian terletak pada ketidak cukupan untuk melakukan demonstrasi lengkap (Oxford English Dectionary) Pada masa abad pertengahan, konsep mengenai publik yang ada pada masa Yunani dan Romawi sudah tidak ada lagi. Pada masa feudal di
Eropa, konsep publik hanya terletak pada individu yang memiliki gelar raja dan tuan tanah. Konsep ini baru berubah kembali pada masa pertengahan abad 18, dimana terjadi revolusi di Perancis dan Inggris. Konsep publik berubah menjadi sebuah keinginan publik dari kesatuan masyarakat. Kemudian pada abad 19, konsep mengenai kuantifikasi opini publik muncul, opini publik dimaknai sebagai sentiment mayoritas sebagaimana diukur oleh perhitungan numerik. Dimana pada akhirnya opini publik sekarang ini diartikan sebagai hasil poling, seperti yang telah disebutkan diatas. Opini publik seringkali diartikan sebagai hasil poling yang terdapat di surat kabar ataupun media online. Pada dasarnya gagasan mengenai opini publik yang diciptakan melalui mesin poling merupakan inovasi yang berkembang belakangan ini. Secara lebih umum, opini publik dapat diartikan sebagai sebuah konsensus kelompok tentang hal – hal yang menjadi perhatian publik yang dikembangkan melalui diskusi informasi. Tujuan dari konsensus kelompok ini adalah untuk mengkomunikasikan sentiment publik akan kebijakan pemerintah kembali kepada pemerintah. (Sullivan, 2013) Istilah opini publik mengacu ke setiap pengumpulan pendapat yang dikemukakan oleh individu-individu. Menurut Santoso Sastropoetro (1990), istilah opini publik sering digunakan untuk merujuk ke pendapat-pendapat kolektif sejumlah besar orang. Menurut William Albiq (Santoso S.1990), opini publik adalah jumlah dari pendapat individu-individu yang diperoleh melalui perdebatan dan opini publik merupakan hasil interaksi antara individu dalam suatu publik. Emory S. Bogardus dalam The Making of Public Opinion mengatakan opini publik adalah hasil pengintegrasian pendapat berdasarkan diskusi yang dilakukan di dalam masyarakat yang demokratis. Opini publik bukan merupakan jumlah seluruh pendapat individu-individu yang dikumpulkan. (Olli & Erlita,2011) Bernard Hennesy (1990) dalam bukunya Pendapat Umum, seperti dikutip dalam Olli & Erlita (2011) mengemukakan lima faktor munculnya opini publik: a. Ada isu (presence of an issue). Harus dapat konsensus yang sesungguhnya, opini publik berkumpul di sekitar isu tertentu. Isu dapat 3
b.
c.
d.
e.
didefinisikan sebagai situasi kontemporer yang mungkin tidak terdapat kesepakatan, paling tidak ada unsur kontroversi yang terkandung didalamnya, dan isu mengandung konflik kontemporer. Ciri publik (nature of public). Harus ada kelompok yang dikenal dan berkepentingan dengan persoalan itu. Pilihan yang sulit (complex of preference). Faktor ini mengacu pada totalitas opini para anggota masyarakat tentang suatu isu. Pernyataan opini (expression of opinion). Berbagai pernyataan bertumpuk disekitar isu tertentu. Pernyataan biasanya disampaikan melalui kata-kata yang diucapkan atau dicetak dan sewaktu-waktu melalui gerak-gerik, kepalan tinju, lambaian tangan, dan tarikan napas panjang. Jumlah orang yang terlibat (number of person involved). Opini publik mensyaratkan besarnya masyarakat yang menaruh perhatian terhadap isu tertentu. Definisi itu mempertanyakan secara baik sekali berapa jumlah itu dan merangkumnya kedalam ungkapan “sejumlah orang penting”. Definisi itu mengesampingkan isu-isu kecil yang terkait dengan pernyataanpernyataan individu yang tidak begitu penting.
Astrid (1975) menyatakan opini publik bersifat umum dan disampaikan oleh kelompok sosial secara kolektif dan tidak permanen. Isitilah “publik” mengacu ke kelompok manusia yang berkumpul secara spontan dengan syarat-syarat sebagai berikut: a. Menghadapi persoalan tertentu. b. Berbeda opini mengenai persoalan tertentu dan berusaha mengatasinya. c. Mencari jalan keluar melalui diskusi. Disini publik belum terbentuk dan belum terorganisir. Karena setiap publik memiliki persoalan yang menuntut perhatian maka dengan sendirinya terbentuk banyak publik. Proses pembentukan opini dalam setiap kasus mungkin cepat, lambat, atau ditangguhkan. Faktor-faktor tertentu membatasi dan mempengaruhi sejumlah fakta, pengalaman, dan penilaian yang menjadi dasar perumusan opini. Ada kemungkinan terjadi sejumlah kombinasi antar
faktor yang berakhir dnegan berbagai intensitas dan berbagai macam hasil. Ada sejumlah faktor yang menguatkan kesamaan opini, tetapi ada sejumlah faktor lain yang menguatkan keanekaragaman opini. (Olli & Erlita,2011). Dalam beberapa kasus, satu atau beberapa faktor memberikan pengaruh yang melebihi faktor lain terhadap opini yang dipegang dengan teguh oleh kelompok tertentu. Dalam kasus lain, sejumlah faktor memberikan pengaruh yang melemahkan pembentukan opini. Akhirnya proses pembentukan opini dapat ditangguhkan karena tidak adanya informasi, atau karena tidak adanya resolusi yang kuat. Yang ada hanyalah pengaruh yang saling bertentangan. Dalam kasus demikian, dikatakan tidak terjadi pembentukan opini. Menurut Redi Panuju (2002) seperti dikutip dalam (Olli & Erlita, 2011) mengemukakan bahwa untuk menjelaskan cara kerja opini publik terlebih dahulu perlu dibedakan pengertian antara opini publik dan pandangan umum. Pandangan umum relatif permanen, sedangkan opini publik tidak bersifat permanen. Sebaliknya opini publik bersifat dinamis, bergeser, dan berubah sesuai konteksnya. Tafsiran terhadap masalah tertentu berbedabeda berdasarkan perbedaan status sosial, golongan, etnis, kelompok agama, dan sebagainya. Objek yang semula merupakan pendapat umum dapat menjadi opini publik apabila nilai-nilai atau makna objek tersebut mulai bergeser dan mengundang pro dan kontra. Dalam pendapat umum, anggota sosialnya tidak mengenal keragu-raguan karena anggotanya justru menjaga nilai-nilai atau makna tetap utuh dan terpelihara. Sebaliknya, dalam opini publik makna menjadi relatif karena berbagai kepentingan yang mendorong individu memposisikan dirinya berbeda dalam memaknai objek tertentu. Opini publik yang merupakan kesatuan pernyataan tentang isu yang bersifat kontroversial adalah bagian dari penilaian sosal. Olli & Erlita (2011) menjelaskan bahwa opini publik memiliki beberapa kekuatan yang perlu diperhatikan: Opini publik dapat menjadi hukuman sossial. Opini publik dapat membuat orang atau sekelompok orang merasa malu, dikucilkan, dijauhi, dan merasa rendah diri. Opini publik dapat mendukung keberlangsungan berlakunya norma. Contoh 4
norma adalah kesopan-santunan dan kesusilaan antara yang muda dan lebih tua, antara yang muda dan orang yang seusia, serta ketika orang berlalulintas. Opini publik menentukan dan menyatakan apakah suatu tindakan merupakan hal yang negatif atau positif, dimana nantinya opini publik ini akan mempengaruhi orang dalam menilai benar dan salah. Opini publik dapat mempertahankan eksistensi lembaga dan juga dapat menghancurkan lembaga. Opini publik dapat mempertahankan atau menghancurkan kebudayaan.
METODELOGI PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini dipilih karena peneliti menganggap bahwa pendekatan kualitatif merupakan pendekatan paling sesuai untuk menggambarkan tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui bagaimana Aliansi Sekularis Indonesia membentuk opini publik para netizen dengan menggunakan sosial media facebook. Definisi penelitian kualitatif menurut Creswell, seperti yang dikutip oleh Raco (2010) adalah suatu pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejela sentral. Kemudian menurut Moleong (2009;) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya prilaku, motivasi, tindakan dan lain lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh sukjek penelitian, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah, yang kemudian disusun menjadi sebuah laporan tertulis. Pada intinya penelitian dengan menggunakan metode kualitatif memiliki keuntungan bila ingin mencari tahu sesuatu secara mendalam. Bila gejala kurang diketahui dan kurang jelas. Tambahan pula bila penelitian tidak dapat dilakukan di dalam laboratorium. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian analisis isi kualitatif, karena analisis isi kualitatif kualitatif merupakan suatu teknik penelitian untuk membuat
inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable), dan sahih data dengan memerhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi. Logika dasar dalam komunikasi, bahwa setiap komunikasi selalu berisi pesan dalam sinyal komunikasi itu, baik berupa verbal maupun nonverbal. Sejauh itu, makna komunikasi menjadi amat dominan dalam setiap peristiwa komunikasi. (eprints.unsri.ac.id; diunduh pada 3 Januari 2015) Gagasan untuk menjadikan analisis isi sebagai teknik penelitian muncul dari Bernard Berelson (1959). Berelson mendefinisikan analisis isi sebagai: content analysis is a research technique for the objective, systematic, and quantitive description of the manifest content of communication. Tekanan Barelson adalah menjadikan analisis isi sebagai bentuk penelitian yang objektif, sistematis, dan deskriptif kualitatif dari apa yang tampak dalam komunikasi. Ada beberapa bentuk klasifikasi dalam analisis isi. Janis menjelaskan klasifikasi, sebagai berikut: a) Analisis Isi Pragmatis, dimana klasifikasi dilakukan terhadap tanda menurut sebab akibatnya yang mungkin. b) Analisis Isi Semantik, dilakukan untuk mengklasifikasikan: tanda menurut maknanya. Analisis ini terdiri dari tiga jenis sebagai berikut: 1) Analisis penunjukkan (designation), menggambarkan frekuensi seberapa sering objek tertentu (orang, benda, kelompok, atau konsep) dirujuk. 2) Analisis penyifatan (attributions), menggambarkan frekuensi seberapa sering karakterisasi tertentu dirujuk. 3) Analisis pernyataan (assertions), menggambarkan frekuensi seberapa sering objek tertentu dikarakteristikkan secara khusus. Analisis ini secara kasar disebut analisis tematik. Contohnya, referensi terhadap perilaku menyontek dikalangan mahasiswa sebagai maling, pembohong, dan sebagainya. c) Analisis Sarana Tanda (sign-vehicle), dilakukan untuk mengklasifikasikan isi pesan melalui sifat psikofisik dari tanda.
5
Penelitian ini akan menggunakan analisis isi kualitatif dengan metode klasifikasi semantic dengan analisis penunjukkan, karena penelitian ini berfokus pada seberapa sering atau frekuensi suatu tema muncul dalam Aliansi Sekularis Indonesia sehingga akhirnya membentuk opini publik para netizen. Objek dari penelitian ini adalah hasil posting anggota Aliansi Sekularis Indonesia pada halaman facebook organisasi, dimana waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2014. Pada penelitian kualitatif sumber data utamanya adalah kata-kata dan tindakan, maka data dalam bentuk angka-angka ataupun ukuran yang pasti akan sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu, cara yang paling tepat untuk mendapatkan data atau informasi dalam penelitian kualitatif pada dasarnya adalah melalui kegiatan mendengar, melihat, dan bertanya untuk hal-hal yang membutuhkan penjelasan lebih mendalam. Pada intinya teknik utama yang digunakan dalam pengumpulkan data dalam penelitian adalah menggunakan teknik wawancara mendalam, tetapi pada metode analisis isi kualitatif wawancara mendalam tidak dilakukan. Hal ini dikarenakan peneliti hanya berfokus dan mencari simbol-simbol tertentu yang terdapat dalam objek penelitian dan kemudian melakukan pemaknaan terhadap simbol-simbol tersebut. Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa penelitian ini menggunakan metode klasifikasi semantik dengan analisis penunjukkan sebagai metode untuk mengumpulkan simbolsimbol yang dibutuhkan dalam penelitian. Melalui metode klasifikasi penunjukkan ini, peneliti mengklasifikasi simbol-simbol yang ada dalam objek penelitian dengan melihat frekuensi suatu tema muncul dalam kurung waktu penelitian. Jadi dapat disimpulkan bahwa data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah tema-tema yang muncul dalam posting di halaman facebook Aliansi Sekularis Indonesia, peneliti akan meninjau seberapa sering suatu tema muncul dalam kurung waktu penelitian. Analisis data kualitatif menurut Moleong (2009) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan kepada orang lain. Setiap studi kualitatif adalah unik, pendekatan analisisnya juga unik, yaitu mengubah data menjadi temuan (findings). Analisis data kualitatif sangat tergantung pada keahlian, insight, training, dan kemampuan peneliti. Faktor kemampuan manusia dari peneliti sangat besar, karena pengalaman dan pengetahuan luas yang dimiliki oleh peneliti. Pada penelitian ini data dianalisis dengan cara melakukan analisis isi semantic dengan metode penunjukkan terlebih dahulu, kemudian data hasil analisis isi diinterpretasikan oleh peneliti sesuai dengan teori yang digunakan. Analisis data kualitatif berarti mengatur secara sistematis bahan hasil klasifikasi analisis isi, manafsirkannya dan menghasilkan suatu pemikiran, pendapat, teori atau gagasan yang baru. Inilah yang disebut hasil temuan atau findings. Findings dalam analisis kualitatif berarti mencari dan menemukan tema, pola, konsep, insight, dan pengertian. Semuanya diringkas dengan istilah’penegasan yang memiliki arti’ (statement of meanings). (Raco, 2010) HASIL DAN PEMBAHASAN 'aliansi' berarti gabungan. Aliansi Sekuler Indonesia mengandung arti: gabungan orang-orang, yang masing-masing bebas berpendapat atas nama dirinya sendiri, menyuarakan pendapatnya mengenai gagasan sekuler di Indonesia. Awal pendiriannya didasari oleh sebuah pemikiran bahwa Indonesia adalah milik semua warga negara Indonesia tanpa terkecuali, tanpa membeda-bedakan suku, ras, agama, jenis kelamin, orientasi seksual, dan lain sebagainya, memiliki hak yang sama baik sebagai warga negara maupun di hadapan hukum. Berlandaskan pemikiran atas keanekaragaman latar belakang dan kesetaraan setaip warga negara di hadapan hukum itu, maka sudah seharusnya penyelenggaraan negara terbebas dari segala bentuk intervensi, termasuk kedalamnya adalah intervensi mengenai dalil agama. Hal ini diperlukan untuk menciptakan keadilan yang universal. Kata. Hal ini sesuai dengan tujuan sekularisme, yaitu untuk menyingkirkan campur tangan dogma atau hukum agama dalam penyelenggaraan negara, baik dalam produk perundang-undangan maupun 6
dalam aplikasi nyata di masyarakat. Setiap aparat penyelenggara negara harus dapat membedakan hal-hal apa saja yang termasuk dalam ranah pribadi warga negara dan hal-hal apa saja yang termasuk dalam ranah publik. Sekularisme dapat menunjang kebebasan beragama maupun tidak beragama. Kebebasan dari pemaksaan kepercayaan dengan menyediakan sebuah payung hukum yang netral, serta tidak menganak-emaskan sebuah agama atau kepercayaan tertentu. Aliansi Sekularis Indonesia menolak segala bentuk intervensi agama dalam penyelengg araan negara demi terciptanya kehidupan berbangsa dan bernegara yang adil dan damai. Sampai pada akhir akhir November 2014 kemarin, Aliansi Sekularis Indonesia sudah memiliki anggota sebanyak 23.132 orang. Terdapat beberapa aturan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota dalam organisasi Aliansi Sekularis Indonesia, yaitu sebagai berikut: a. Posting materi dakwah, kotbah & aneka motivasi spiritual yang mempromosikan bahwa keyakinanmu yang paling benar & paling mulia. b. Posting materi yang bersifat provokasi atau membangkitkan kebencian terhadap etnis, jenis kelamin, orientasi seksual, & agama tertentu. Foto, video atau materi yang bersifat pornografi, sadisme, & seksisme. Juga mengiklankan aneka produk & jasa. c. Reposting artikel yang telah dihapus oleh Admin. d. Melakukan bullying, memaki, melecehkan dan atau bertindak adhominem terhadap rekan diskusi/debat. Hormati teman yang berseberangan pendapat. e. Melakukan "block" kepada member lain maupun kepada admin. f. Menggunakan huruf besar, tanda seru & tanda tanya, secara sembrono & berlebihan. g. Menyampaikan gagasan dalam bentuk "hate speech". h. Menggunakan aksara selain aksara latin. Baik dalam posting, memberikan komentar maupun dalam penggunaan nama akun Selain aturan untuk anggota, admin selaku pemiliki dan pengurus organisasi Aliansi Sekularis Indonesia juga memiliki wewenang sebagai berikut:
a. Menghapus suatu artikel, komen yang dinilai tidak sesuai atau melanggar ketentuan di atas. b. Menegur & meminta keterangan dari TS, sebagai bahan pertimbangan apakah artikel tersebut bisa dipertahankan atau harus dihapus. c. Menganulir keanggotaan member karena melakukan pelanggaran ketentuan yang tercantum di atas. Keputusan admin tidak dapat diganggu gugat. Pada pembahasan diatas telah dijelaskan mengenai konsep publik, ruang publik, dan opini publik. Pada penelitian ini publik merujuk pada para netizen dalam Aliansi Sekularis Indonesia yang juga merupakan anggota organisasi tersebut. Sedangkan ruang publik adalah ruang yang tercipta didalam akun halaman facebook Aliansi Sekularis Indonesia, dan opini publik merupakan hasil konsensus kelompok para netizen di dalam akun facebook Aliansi Sekularis Indonesia. Akun halaman facebook Aliansi Sekularis Indonesia merupakan halaman facebook yang sangat aktif, dengan rata-rata posting baru setiap harinya bertambha sekitar 4-7 posting dan disertai komentar yang juga terus bertambah setiap menitnya, baik pada posting baru ataupun yang telah ada sebelumnya. Tema posting biasanya berkisar pada isu atau berita yang sedang menjadi trend di dalam masyarakat, seperti isu tentang agama dan politik dalam berbagai aspek kehidupan, baik didalam negeri maupun diluar negeri. Pada Aliansi Sekularis Indonesia, setiap anggota bebas berpendapat mengenai suatu isi tertentu yang berada didalam posting, komentar dapat berupa persetujuan maupun pernyataan menolak dan menentang apa yang dituliskan dalam posting tersebut. Tidak ada batasan nilai agama dalam Aliansi Sekularis Indonesia, karena pada dasarnya organisasi ini ingin menciptakan suatu kehidupan bermasyarakat yang adil dan terlepas dari semua dogma agama apapun, sehingga setiap warga negera bebas berpendapat dan diperlakukan dengan setara dan adil. Selama masa waktu penelitian, telah diperoleh data jumlah posting dalam halaman facebook Aliansi Sekularis Indonesia sebagai berikut:
7
Analisis Isi Halaman Facebook Aliansi Sekularis Indonesia agama politik
dll
Diagram 1 Data Analisi Isi Aliansi Sekularis Indonesia
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dalam kurung waktu penelitian selama bulan November 2014 kemarin terdapat total posting sebanyak 179 posting, dengan rincian posting bertema agama sebayak 72, posting bertema politik sebanyak 65, dan tema lain-lainnya sejumlah 42 posting. Diagram tersebut menunjukkan bahwa para netizen atau para anggota dalam Aliansi Sekularis Indonesia yang merupakan publik dalam penelitian ini lebih cenderung membentuk opininya kearah isu – isu yang bernuansa agama. Banyaknya posting yang bertemakan agama ini, sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dari organisasi Aliansi Sekularis Indonesia yaitu untuk menyingkirkan campur tangan dogma atau hukum agama dalam penyelenggaraan negara, baik dalam produk perundang-undangan maupun dalam aplikasi nyata di masyarakat. Jika ditinjau dari pemikiran Bernard Hennesy (1990) dalam bukunya Pendapat Umum, seperti dikutip dalam Olli & Erlita (2011) kelompok Facebook Aliansi Sekularis Indonesia ini masuk kedalam lima faktor munculnya opini publik: a. Ada isu (presence of an issue). Harus dapat konsensus yang sesungguhnya, opini publik berkumpul di sekitar isu tertentu. Isu dapat didefinisikan sebagai situasi kontemporer yang mungkin tidak terdapat kesepakatan, paling tidak ada unsur kontroversi yang terkandung didalamnya, dan isu mengandung konflik kontemporer. Isu yang coba dibantuk oleh Aliansi Sekular Indonesia adalah mengakat tentang agama, politik, dan sosial budaya.
b. Ciri publik (nature of public). Harus ada kelompok yang dikenal dan berkepentingan dengan persoalan itu. Kelompok yang angkat oleh Aliansi Sekular Indonesia adalah kelompok yang tidak setuju dan setuju dengan pemikiran Islam c. Pernyataan opini (expression of opinion). Berbagai pernyataan bertumpuk disekitar isu tertentu. Pernyataan biasanya disampaikan melalui kata-kata yang diucapkan atau dicetak dan sewaktu-waktu melalui gerak-gerik, kepalan tinju, lambaian tangan, dan tarikan napas panjang. d. Jumlah orang yang terlibat (number of person involved). Opini publik mensyaratkan besarnya masyarakat yang menaruh perhatian terhadap isu tertentu. Definisi itu mempertanyakan secara baik sekali berapa jumlah itu dan merangkumnya kedalam ungkapan “sejumlah orang penting”. Definisi itu mengesampingkan isu-isu kecil yang terkait dengan pernyataanpernyataan individu yang tidak begitu penting.
Gambar 2 Posting Perempuan Cantik Ini Berhijab, Tapi Punya Banyak Tato
8
Gambar 3 Posting Agama Berdasarkan Berita Tribunnews.com dan Posting Agama Mengenai Diskriminasi SARA
Gambar – gambar diatas merupakan contoh posting para netizen dalam halaman facebook Aliansi Sekularis Indonesia mengenai isu – isu agama yang sedang berkembang. Pada gambar 2 dapat dilihat isu yang sedang dibahas adalah mengenai perempuan berhijab dengan tato. Pada gambar 3 dibahas mengenai Netanyahu yang merupakan perdana mentri Israel yang memberikan kebijakan bahwa seluruh warga beragama dapat beribadah di Masjid Al-Agsa dan posting berisikan bahwa orang keturunan Arab belum tentu merupakan seorang Islam yang baik. Berdasarkan ketiga gambar tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa ketiga gambar tersebut menampilkan isu – isu agama yang memiliki nilai kontradiksi didalamnya. Bagaimana
para netizen menampilkan dan melihat isu tersebut dari sisi diluar nilai atau dogma agama. Seperti perempuan hijab dengan tato, dimana tato biasanya memiliki konotasi negatif tetapi hijab merupakan konotasi positif. Atau pada gambar 3 dimana Netanyahu yang merupakan perdana mentri Israel yang selama ini diberitakan terus memerangi Palestina yang penduduknyanya mayoritas adalah muslim, tetapi mengelurakan kebijakan bahwa siapapun dapat melakukan ibadah di dalam masjid Al-Agsa. Dan juga pada gambar 3 diberitakan mengenai orang – orang keturunan Arab yang biasanya dikonotasikan dengan penganut Islam yang baik, tetapi justru malah terlibat banyak kasus korupsi. Jumlah posting bertema agama pada bulan November 2014 berjumlah 72 posting, menjadikan tema agama sebagai tema yang paling sering muncul dan di posting oleh para netizen. Hal ini menunjukkan bahwa opini publik yang berkembang di kalangan para netizen dalam Aliansi Sekularis Indonesia merupakan isu – isu yang bertemakan agama, dimana para netizen menempatkan konsensus kelompoknya pada isu – isu agama ini. Isu agama sebagai opini publik para netizen dalam Aliansi Sekularis Indonesia, juga sesuai dengan teori Hennesy (1990) tentang faktor apa saja yang dibutuhkan untuk munculnya suatu opini publik. Dimana dalam penelitian ini faktor pertama adalah adanya isu, yaitu isu – isu dengan tema agama. Kedua adanya ciri publik, publik yang dimaksud disini adalah adanya kelompok yang dikenal dan berkepentingan, yaitu kelompok netizen yang merupakan anggota dari organisasi Aliansi Sekularis Indonesia. Faktor ketiga adalah pilihan yang sulit, dimana para netizen dihadapkan pada pilihan yang sulit mengenai suatu isu tertentu, misalnya seperti pada gambar 4.2 dimana para netizen harus memilih untuk setuju dengan perempuan hijab bertato atau menolaknya. Faktor keempat adalah jumlah orang yang terlibat, jumlah anggota Aliansi Sekularis Indonesia sebanyak 23.132 orang, ini adalah jumlah orang yang dapat terlibat dalam pembahasan mengenai suatu isu. Kemudian berdasarkan hasil diagram analisis isi yang menempati urutan kedua adalah posting dengan tema politik, yang berjumlah 65 posting. Hal ini menunjukkan berarti selain isu mengenai agama, isu mengenai politik juga berhasil 9
membentuk opini publik para netizen. Berikut adalah beberapa contoh posting para netizen dalam Aliansi Sekularis Indonesia.
Gambar 4 Posting Politik Ahok dan Posting Politik Agenda Terselubung PKS
terlepas dari konten agama. Seperti yang disajikan pada gambar 4. Partai Keadilan Sejahtera atau yang dikenal dengan PKS, beberapa waktu yang lalu sempat tersandung dengan kasus korupsi import dading sapi. Kasus tersebut serta merta menjadi cemooh atau ejekan masyarakat Indonesia. Partai yang dianggap paling bersih dari tindakan korupsi atau dikatakan partai islamiah ternya juga tersandung kasus korupsi. Para audiens yang tergabung dalam anggota Aliansi Sekularis Indonesia di facebook berbondong-bondong mengngomentari postingan tersebut. Berbeda dengan postingan dalam mengngomentari politik, audiens lebih banyak berkomentar positif terhadap postingan terebut. Dukungan terhadap tokoh politik yang dianggap mampu untuk merubah. Dari keseluruhan data yang diperoleh dari penelitian arus netizen dalam menciptakan opini di ruang virtual tidak berpengaruh terhadap agenda setting media. forum ini justru menangakat tematema isu sosial yang sensitif yang tidak muncul di atas media. perlu diketahui ketika kita melihat pemikiran Olli & Erlita tentang kekuatan opini publik ruang virtual mampu membuka kebebasan virtual dalam menyalurkan asipirasi dari forum tersebut. Kesimpulan dan Saran
Gambar 5 Posting Politisi Golkar Keluhkan Sulitnya Gantikan Ical
Posting kedua terbanyak yang dimiliki Group Aliansi Sekular Indonesia adalah opini tentang politik. Tidak hanya tentang agama, group ini ternyata juga intens dalam memposting politik. secara keseluruhan isu politik yang diangkat berupa kritik terhadap kinerja pemerintah Indonesia dalam menjalankan tugasnya, khususnya terhadap partai politik. Namun demikian, isu politik yang berkembang pada netizen juga ada yang tidak
Simpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah para netizen memanfaatkan ruang publik dengan cara banyak memposting isu – isu mengenai agama dan politik, sehingga kedua isu tersebut menjadi opini utama dan berkembang menjadi opini publik di kalangan para netizen yang merupakan anggota Aliansi Sekularis Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya jumlah posting pada bulan November 2014, yaitu agama sebanyak 72 posting dan politik sebanyak 65 posting. Opini netizen yang berkembang dalam forum group facebook adalah Opini netizen dapat membuat orang atau sekelompok orang merasa malu, dikucilkan, dijauhi, dan merasa rendah diri. Opini netizen dapat mendukung keberlangsungan berlakunya norma. Opini netizen menentukan dan menyatakan apakah suatu tindakan merupakan hal yang negatif atau positif, dimana nantinya opini 10
publik ini akan mempengaruhi orang dalam menilai benar dan salah. Opini netizen dapat mempertahankan eksistensi lembaga dan juga dapat menghancurkan lembaga. Opini netizen dapat mempertahankan atau menghancurkan kebudayaan. Saran untuk penelitian ini adalah dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan metode analisis isi kuantitatif, sehingga fenomena pemanfaatan ruang publik di sosial media oelh Aliansi Sekularis Indonesia dapat terukur secara nyata dan memiliki indikator serta dimenasi yang jelas. Selain itu, penelitian lanjutan juga dapat digunakan dengan melihat isu-isu khusus gender yang seringkali muncul dalam posting atau melihat analisis wacana yang sebenarnya dilakukan oleh Aliansi Sekularis Indonesia.
Wynants, Marleen., & Cornelis, Jan. (2008). How open is the future: economic, social & cultural scenarios inspired by free & open-source software. USA: Crosstalks. Sumber Online Statistik pengguna internet di dunia dan Indonesia. (n.d.). Oktober 8, 2014. http://id.techinasia.com/statistik-penggunainternet-di-dunia-dan-indonesia-slideshow/ Analisis dan pengumpulan data kualitatif. (n.d.). Januari3,2014.http://eprints.unsri.ac.id/3997/1 /ANALISIS_DAN_PENGUMPULAN_DAT A_KUALITATIF.pdf, diunduh tanggal 3 Januari 2015 jam 09.55.
UCAPAN TERIMAKASIH Keberhasilan penelitian ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang membantu untuk memudahkan dalam memperoleh data. Oleh sebab itu ucapan terimakasih diberikan kepada Dr. Eko Harry Susanto, M.Si. dan Suzy Azeharie, MA.,M.Phil yang membimbing penelitian. Terakhir kepada seluruh keluarga besar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara
DAFTAR PUSTAKA McQuail, Denis. (2010). Mass communication theory (6th Ed.). London: Sage Publication Ltd. Moleong, Lexy.J. (2009). Metodologi penelitian kualitatif. edisi revisi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Olli, Helena & Erlita, Novi. (2011). Opini publik (2nd Ed.). Jakarta: PT. Indeks. Raco,J.R. (2010). Metode penelitian kualitatif: jenis, karakteristik, dan keunggulannya. Jakarta: Grasindo. Sullivan, John L. (20130. Media audiences effect, users, institution, and power. London: Sage Publication, Inc. Verderber,Rudolph.F., & Verderber,Kathleen.S. (2008). Communicate (12th Ed.). Belmont: Thompson Higher Education.
11