PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF JENIS JARING LABA-LABA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN, BAHASA INDONESIA DAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN (TERINTEGRASI) PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI BANYUANYAR II SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh: Zenriga Destian Wugarsari 1) Soewalni Soekirno2) dan Anggit Grahito Wicaksono3) Abstraks: Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Terintegrasi) pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dengan menerapkan metode bermain peran melalui pembelajaran tematik integratif jenis jaring laba-laba. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Waktu penelitian pada bulan Desember 2015 sampai dengan Mei 2016. Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Surakarta yang berjumlah 38 siswa. Obyek dalam penelitian ini adalah hasil belajar hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Terintegrasi) pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Surakarta setelah memperoleh pembelajaran menggunakan metode bermain peran. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Sumber data yang digunakan adalah informasi, peristiwa dan dokumen. Validitas data dilakukan dengan triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data. Prosedur penelitian dengan langkahlangkah sebagai berikut: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif komparatif dan analisis kritis. Hasil penelitian ini adalah bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan dari kondisi awal ke siklus II. Hasil belajar pada kondisi awal ditunjukkan dengan hasil belajar dari ulangan harian dengan batas KKM 68, hasil belajar siswa pada kondisi awal, siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 18 siswa (47,37%) dengan rata-rata kelas sebesar 63,11. Pada siklus I siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 24 siswa (63%) dengan rata-rata kelas sebesar 71,32 dan pada siklus II siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 34 siswa (89,47%) dengan rata-rata kelas sebesar 86,32. Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan: ”Dengan menggunakan metode bermain peran melalui pembelajaran tematik integratif jenis jaring laba-laba dapat meningkatkan hasil belajar Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Terintegrasi) pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016”, dapat diterima kebenarannya. Kata kunci : Metode Bermain Peran, Hasil Belajar, Tematik Integratif
1)
Alumni, 2,3) Dosen Prodi PGSD FKIP-UNISRI
ABSTRACT The objective of the research is to improve the students’ learning outcomes in the subjects of Civic Education, Bahasa Indonesia, and Sports and Health Education (Integrated) at Class III of Elementary School Negeri Banyuanyar II Surakarta in the Academic Year of 2015/2016 by applying the role play method through Thematic Integrated Learning Type Spider-Web. The research was conducted at Elementary School Negeri Banyuanyar II Surakarta in the Academic year of 2015/2016. The research period lasted from December 2015 to May 2016. The subjects of the research were all student at class III Elementary School Negeri Banyuanyar II Surakarta consisting of 38 students. The object of the research was the learning outcomes in the subjects of Civic Education, Bahasa Indonesia, and Sports and Health Education (Integrated) at class III of Elementary School Negeri Banyuanyar II Surakarta after learning through Role Play. The research used Classroom Action Research design. The data sources were information, events, and documents. The data validity used triangulation of data sources and data collection method. The data procedures were: (1) planning, (2) acting, (3) observation, and (4) reflection. The technique of analyzing data employed descriptive comparative and critic analysis. The finding of the research was there is a significant improvement in the students’ learning outcomes from initial condition to cycle II. The learning outcome in initial condition was taken from the result of formative examination with minimum completion criteria (KKM) of 68. The students’ who fulfill the completion criteria are 18 students (47,37%) with class average value 63,11. In cycle I, the students who fulfill the completion criteria are 24 students (63%) with class average value 71,32 and in cyle II the students who fulfill the completion criteria are 34 students (89,47%) with class average value 86,32. Based on these results the hypothesis which states: "By using a Role Play Method Through Thematic Integrated Learning Type Spider-Webs Can Improve Learning Outcomes in the Subjects Civic Education, Bahasa Indonesia and Sports and Health Education (Integrated) at Class III of Elementary School Negeri Banyuanyar II Surakarta in the Academic Year 2015/2016", can be accepted as true. Key words : Role Play Method, Learning Outcomes, Thematic Integrated Learning. terwujud
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu cara
sebagai
akal
jawaban
fikiran
dalam
terdapat
proses
pembelajaran yang efektif.
pembentukan kemampuan manusia untuk menggunakan
apabila
Kurikulum 2013 untuk jenjang
mereka
Sekolah
menghadapi
sebagian
Dasar
(SD)
besar
dan
sederajat
menggunakan
berbagai masalah yang timbul di masa
pembelajaran terpadu model webbed.
yang akan datang. Salah satu tujuan
Metode ini sebenarnya bukan hal baru
pendidikan yaitu untuk meningkatkan
bagi guru SD. Di Sekolah Dasar Negeri
kualitas
Banyuanyar
sumber
daya
manusia.
Keberhasilan dalam pendidikan akan
kurikulum
II KTSP,
Surakarta di
kelas
memakai rendah
memakai tematik dan dikelas tinggi 2
memakai KTSP. Hasil observasi dikelas
mengikuti pembelajaran, perlu adanya
III SD Negeri Banyuanyar II Surakarta,
perencanaan pembelajaran baru yang
proses pembelajaran masih menggunakan
kiranya dapat menimbulkan semangat
pendekatan
belajar siswa.
menggunakan
mata
pelajaran
belum
pembelajaran
terpadu
Anak seusia sekolah dasar kelas
model webbed atau tematik. Dalam
III, merupakan masa perkembangan anak
pembelajaran terpadu jaring laba-laba
yang masih senang- senangnya bermain.
(webbed), materi ajar tidak disampaikan
Dengan belajar sambil bermain, siswa
berdasarkan
akan
mata
pelajaran
tertentu,
merasa
mengikuti
melainkan dalam bentuk tema – tema
senang
dan
tertarik
pembelajaran.
Untuk
mewujudkan proses belajar mengajar
yang mengintegrasikan beberapa mata
yang dapat membuat siswa aktif dan
pelajaran atau keterpaduan materi yang
tertarik terhadap pelajaran, perlu adanya
serumpun.
penggunaan metode yang bervariasi,
Berdasarkan
dokumen
yang
seperti
salah
satunya
menggunakan
diberikan oleh guru, hasil belajar siswa
metode bermain peran (role playing)
kelas III SD Negeri Banyuanyar II
melalui pembelajaran jaring laba – laba
Surakarta tahun ajaran 2015/2016 masih
(webbed). Bermain peran (role playing)
rendah. Dari 38 siswa nilai evaluasi
adalah metode pembelajaran sebagai
tertinggi 72 hanya 18 siswa dan 20 siswa
bagian dari simulasi yang diarahkan
lainnya mendapat nilai di bawah KKM.
untuk
Hasil observasi yang dilakukan pada
mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual,
tanggal 2 Januari 2016 dan informasi dari
atau kejadian-kejadian yang mungkin
guru, guru dalam melaksanakan proses
muncul pada masa mendatang. Harapan
pembelajaran
hanya
setelah
menggunakan
metode ceramah. Penggunaan metode ceramah dalam proses pembelajaran,
dilakukan
menerapkan
pemanfaatan
pembelajaran
bermain
dengan metode
peran
(role
siswa kelas III SD Negeri Banyuanyar II
cepat merasa bosan atau bahkan dilanda mengatasi
sejarah,
laba-laba hasil belajar tematik integratif
monoton. Sehingga siswa cenderung
Untuk
penelitian
peristiwa
playing) melalui pembelajaran jaring
penyampaian materi menjadi bersifat
kejenuhan.
mengkreasi
Surakarta menjadi meningkat.
rasa
Berdasarkan
kebosanan dan kejenuhan siswa dalam
latar
belakang
masalah di atas, maka tujuan penelitian 3
ini adalah untuk meningkatkan hasil
kebiasaan
belajar
Pendidikan
(Daryanto, 2014:151).
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia dan
Hasil belajar
mata
Pendidikan Kesehatan kelas
III
pelajaran
Jasmani
Olahraga
(Terintegrasi) Sekolah
pada
dan
dan
bertindak”
Mata Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa
siswa
Dasar
berpikir
Indonesia
Negeri
dan
Pendidikan
Jasmani
Olahraga dan Kesehatan (Terintegrasi)
Banyuanyar II Surakarta Tahun Ajaran
dapat
2015/2016 dengan menerapkan metode
penilaian. Penilaian hasil belajar tematik
bermain peran melalui pembelajaran
integratif adalah proses pemberian nilai
tematik integratif jenis jaring laba-laba.
terhadap
hasil-hasil
integratif
yang
Sebagai
pendukung
dalam
penelitian, kajian teori sebagai berikut:
diketahui
menggunakan
setelah
dilakukan
belajar
tematik
dicapai
dengan
instrumen
tertentu.
“Hasil belajar Mata Pelajaran
Instrumen yang dapat digunakan untuk
Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa
mengungkap pemahaman siswa terhadap
Indonesia
Jasmani
materi pelajaran tematik integratif dapat
Olahraga dan Kesehatan (Terintegrasi)
digunakan tes hasil belajar, dan untuk
merupakan kemampuan yang diperoleh
mengetahui tingkat kemampuan siswa
siswa setelah melalui kegiatan belajar
melakukan suatu tugas dapat berupa tes
tematik integratif” (Ahmad, 2015:5).
perbuatan atau keterampilan dan untuk
dan
Pendidikan
mengungkap sikap siswa terhadap materi
Belajar itu sendiri merupakan suatu
pelajaran tematik integratif dapat berupa
proses dari seseorang yang berusaha untuk
memperoleh
suatu
wawancara, atau dialog secara informal
bentuk
(Andi, 2013:402).
perubahan perilaku yang relatif menetap.
Kurikulum 2013 dilaksanakan di
“Hasil belajar Mata Pelajaran Pendidikan
beberapa
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia dan Pendidikan Kesehatan hakekatnya
Jasmani
Olahraga
(Terintegrasi) merupakan
sekolah
Implementasi
dan
integratif.
pencapaian
pendekatan
Abdul
mendefinisikan
kompetensi-kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan lain-lain yang diwujudkan dalam
Juli
Kurikulum
menggunakan
pada
sejak
Majid
pembelajaran
integratif
adalah
terintegrasi
dalam
2013. 2013 tematik
(2014:80) tematik
“pembelajaran bentuk
tematik
mengaitkan beberapa mata pelajaran
4
sehingga dapat memberikan pengalaman
muncul pada masa mendatang” (Hamzah,
bermakna kepada murid. Tema adalah
2008:160).
pokok pikiran atau gagasan pokok yang
(2014:208), “role playing atau bermain
menjadi pokok pembicaraan”.
peran adalah sejenis permainan gerak
Pendapat Abdul Majid diperkuat
pembelajaran
Huda
edutainment.”
yang menyatakan pembelajaran tematik adalah
Miftahul
yang di dalamnya ada tujuan, aturan dan
dengan pendapat Daryanto (2014:3),
integratif
Menurut
Berdasarkan
dua
pengertian
yang
mengenai metode bermain peran tersebut
menggunakan tema untuk mengaitkan
di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
beberapa mata pelajaran sehingga dapat
metode bermain peran adalah suatu
memberikan
metode
pengalaman
bermakna
kepada siswa”.
pembelajaran
bagian
dari
simulasi yang bertujuan untuk membantu
Berdasarkan
dua
pengertian
siswa menemukan makna diri (jati diri) di
pembelajaran tematik integratif tersebut,
dunia sosial dan memecahkan dilema
dapat
dengan
diambil
kesimpulan
pembelajaran merupakan
tematik
integratif
bantuan
kelompok.
Metode
bermain peran merupakan cara belajar
pendekatan
dalam
yang dilakukan dengan cara membagi
secara
sengaja
siswa menjadi beberapa kelompok dan
mengaitkan beberapa aspek baik dalam
setiap kelompok memerankan karakter
intra mata pelajaran maupun antar mata
sesuai dengan naskah yang telah dibuat
pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu
dan materi yang telah ditentukan oleh
peserta didik akan memperoleh dan
guru,
keterampilan
memahami dan mengingat materi yang
pembelajaran
suatu
bahwa
yang
secara
utuh
sehingga
pembelajaran jadi bermakna bagi peserta
sehingga
siswa
lebih
mudah
telah diterapkan.
didik.
Keunggulan dan kelemahan metode “Role playing atau bermain peran
bermain peran menurut Roestiyah N.K
adalah metode pembelajaran sebagai
(2008:92-93),
bagian dari simulasi yang diarahkan
Keunggulan metode bermain peran yaitu
untuk
sejarah,
siswa lebih tertarik perhatiannya pada
mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual,
pelajaran, karena masalah-masalah sosial
atau kejadian-kejadian yang mungkin
sangat berguna bagi siswa, karena siswa
mengkreasi
peristiwa
5
sebagai
berikut:
bermain peranan sendiri, maka mudah
Langkah-langkah
pembelajaran
memahami masalah-masalah sosial itu.
metode
Bagi siswa dengan berperan seperti orang
pembelajaran tematik integratif adalah
lain, maka ia dapat merasakan perasaan
sebagai berikut: 1) Menentukan tema
orang lain, dapat mengakui pendapat
yang diperoleh dari hasil diskusi dengan
orang lain, sehingga menumbuhkan sikap
guru yaitu tema 5 tentang permainan
saling
tradisional
pengertian,
tenggang
rasa,
bermain
sub
peran
tema
2
dalam
permainan
toleransi dan cinta kasih terhadap sesama
tradisional di daerahku. 2) Memilih
makhluk akhirnya siswa dapat berperan
kegiatan awal untuk memperkenalkan
dan menimbulkan diskusi yang hidup,
tema
karena
dilakukan agar peserta didik memiliki
merasa
menghayati
sendiri
secara
keseluruhan.
pengetahuan
pasif,
dan
meningkatkan rasa ingin tahu mereka
mengajukan saran dan kritik. Kelemahan
sehingga peserta didik terdorong untuk
metode bermain peran yaitu a) Kalau
mengajukan banyak pertanyaan terhadap
guru tidak menguasai tujuan instruksional
materi yang sedang dibahas. Kegiatan
penggunaan teknik ini untuk sesuatu unit
awal yang dapat dilakukan, misalnya
pelajaran, maka sosiodramanya juga tidak
guru
akan berhasil. Dengan sosiodrama jangan
tradisional yang ada di sekitar siswa. 3)
menjadi
untuk
Mendesain pembelajaran dan kegiatan
yang
yang dapat mengkaitkan tema dengan
buruk, ras diskriminasi, balas dendam
kompetensi (pengetahuan, keterampilan
dan sebagaimnya, sehingga menyimpang
dan sikap) yang ingin dicapai. Kegiatan
dari tujuan semula. b) Apabila
dalam
aktif
kesempatan
menumbuhkan
tidak
mengamati
sifat
memahami
prasangka
guru
menceritakan
yang
ini
permasalahannya. Penonton juga tidak tetapi
awal
Hal
jenis
pembelajaran
akan
permainan
ini
yaitu
langkah-langkah
membagikan teks dialog bermain peran
pelaksanaan metode ini, sehingga akan
yang bertemakan permainan tradissional.
mengacaukan
4) Siswa berlatih bermain peran dengan
sosiodrama,
berlangsungnya karena
yang
memegang
membaca dan memahami teks dialog
peranan atau penonton tidak tahu arah
yang telah diterima oleh masing-masing
bersama-sama.
kelompok. 5) Siswa
mementaskan
kegiatan bermain peran dengan tema 6
permainan tradisional di depan kelas. 6)
peneliti merupakan instrumen pertama
Guru
siswa
dalam pengumpulan data, proses sama
menghubungkan semua kegiatan bermain
pentingnya dengan produk (Kunandar,
peran
bersama-sama
dengan
dengan
materi
yang
2011: 46).
sedang
Penelitian
dipelajari agar siswa dapat melihat dari
Sarwiji
tindakan
III Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II
Data
sebelum
beberapa
pertimbangan
dan
alasan
peneliti
menentukan
menggunakan
waktu
sebelum
dilaksanakan
dan
Informasi tersebut
sesudah
diperolah
melalui
wawancara dengan guru kelas III SD Negeri Banyuanyar II.
terdiri dari 20 siswa perempuan dan 18
Data penelitian dikumpulkan dari
siswa laki-laki.
berbagai sumber meliputi : 1) Informan,
Metode penelitian ini menggunakan
dalam
jenis penelitian tindakan kelas. Penelitian
penelitian
ini
yang
ditunjuk
sebagai informan adalah guru kelas III
penelitian
SD Negeri Banyuanyar II. 2) Peristiwa,
kualitatif karena data yang dikumpulkan
peristiwa yang dimaksud adalah peristiwa
sampai dengan analisis diutamakan pada
selama
melalui
kegiatan
belajar
mengajar
berlangsung pada pertemuan awal, siklus
pengamatan, dimana uraiannya bersikap bentuk
sesudah
menggunakan metode bermain peran.
2015/2016 berjumlah 38 siswa, yang
dalam
dan
integratif
Banyuanyar II Surakarta Tahun Pelajaran
deskriptif
dalam
mengajar pada pembelajaran tematik
seluruh siswa kelas III SD Negeri
diperoleh
dikumpulkan
mengajar. 3) Informasi kegiatan belajar
Subjek dalam penelitian ini adalah
yang
yang
Data keaktifan siswa dalam proses belajar
sampai dengan Mei 2016.
proses
observasi
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 2)
penelitian pada bulan Desember 2015
termasuk
(3)
hasil belajar tematik integratif siswa
penelitian dengan judul yang sama Dengan
(acting),
kegiatan penelitian ini berupa: 1) Data
sekolah ini belum pernah dilakukan
kelas
“setiap
(observing), dan (4) refleksi (reflecting)”.
mengadakan
penelitian di sini dengan pertimbangan
tindakan
(2008:34),
perencanaan (planning), (2) aksi atau
Penelitian ini dilakukan di kelas
peneliti.
Suwandi
langkah memiliki empat tahap, yaitu: (1)
METODE PENELITIAN
dengan
ini
diperkenalkan oleh Kurt Lewin dalam
pemahaman yang baik.
Peneliti
kelas
menggunakan prosedur penelitian yang
berbagai aspek sehingga memperoleh
Surakarta.
tindakan
I dan siklus II. 3) Dokumen, dokumen
kata-kata, 7
digunakan untuk melengkapi data – data
tes kondisi awal, nilai tes siklus I dan
yang telah diperoleh yang terdiri dari
nilai tes siklus II, kemudian direfleksi.
rencana
identitas
Teknik analisis kritis untuk mengungkap
siswa, daftar nilai siswa, dan foto ketika
kelemahan dan kelebihan kinerja siswa
proses belajar mengajar berlangsung.
dan guru dalam proses belajara mengajar
pembelajaran,
Teknik
data
pengumpulan
menggunakan
observasi
mengamati
tingkat
pembelajaran
sebelum
data
berdasarkan
untuk
kriteria
normatif
yang
diturunkan dari kajian teoritis maupun
perkembangan
dari ketentuan
menggunakan
2008:70).
yang
ada”
(Sarwiji,
metode bermain peran maupun setelah
Indikator kinerja dalam penelitian
menggunakan metode bermain peran.
ini difokuskan pada hasil belajar tematik
Wawancara digunakan untuk mencari
integratif dengan menggunakan metode
informasi dari guru dan siswa dalam
bermain peran melalui pembelajaran
proses pembelajaran sebelum digunakan
tematik jaring laba – laba ditetapkan
metode
setelah
apabila hasil belajar peserta didik yang
diberikan tindakan menggunakan metode
lulus KKM (68) sudah mencapai 75%
bermain
untuk
dari jumlah seluruh siswa maka sudah
proses
dianggap tercapai.
bermain peran.
mengetahui
peran
Dokumentasi
proses
pembelajaran
dan
kualitas
sebelum
menggunakan
metode bermain peran maupun setelah
HASIL PENELITIAN
menggunakan metode bermain peran dan
Deskripsi Kondisi Awal
tes digunakan untuk mengetahui hasil
Deskripsi kondisi awal dilakukan dengan melaksanakan observasi pra siklus terhadap proses pembelajaran tematik integratif yang dilaksanakan oleh guru Kelas III Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Surakarta. Observasi pra siklus dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata di lapangan khususnya keadaan ketika proses belajar mengajar berlangsung. Observasi pra siklus di lakukan pada tanggal 6 Januari 2016 di kelas III Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Surakarta. Berdasarkan hasil observasi pra siklus pada kelas III didapatkan
belajar siswa yang dilakukan sebelum dan
sesudah
tindakan
menggunakan
metode bermain peran. Validitas
data
menggunakan
triangulasi sumber data dan triangulasi metode berupa teknik tes, wawancara, observasi untuk mengecek kebenaran informasi yang sudah diperoleh. Analisis data dalam penelitian tindakan diskriptif
kelas
ini
komparatif.
menggunakan “Deskriptif
komparatif, untuk membandingkan nilai
8
beberapa permasalahan dalam pembelajaran tematik integratif yaitu bahwa selama proses pembelajaran berlangsung guru hanya menjelaskan dan kadang- kadang menyuruh siswa untuk mencatat hal-hal yang diangap penting. Guru masih menggunakan metode pembelajaran konvesional yang kurang menarik dan mengaktifkan sehingga kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Akibatnya sebagian besar siswa kurang aktif dan cenderung diam tetapi tidak memperhatikan penjelasan guru yang sedang mengajar. Kegiatan siswa dalam proses pembelajaran kurang aktif dan perhatian siswa tidak terfokus pada penjelasan guru, pembelajaran juga terasa membosankan dan banyak anak siswa yang mengantuk. Hal ini berakibat pada rendahnya prestasi pelajaran tematik integratif kelas III. Berikut merupakan hasil observasi selama proses pembelajaran dan hasil belajar Pra Siklus tematik integratif pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Surakarta. Berikut Tabel Hasil Observasi Aspek Afektif Pra Siklus No. 1. 2.
Keterangan Mencapai Indikator Tidak Mencapai Indikator Jumlah
Jumlah Siswa
Persentase (%)
21 siswa
55,26%
17 siswa
44,74%
38 siswa
100%
Berdasarkan hasil observasi aspek afektif menunjukkan bahwa dari 38 siswa,
yang
dinyatakan
mencapai
indikator sebanyak 21 siswa (55,26%) dan siswa yang tidak mencapai indikator sebanyak 17 siswa (44,74%). Hal tersebut menunjukkan bahwa aspek afektif pada siswa masih rendah disebabkan siswa dalam proses pembelajaran kurang aktif dan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru hanya terbatas pada metode ceramah dan pemberian tugas. Berikut tabel
Hasil
Observasi
Aspek
Psikomotorik Pra Siklus No. 1. 2.
Keterangan Mencapai Indikator Tidak Mencapai Indikator Jumlah
Jumlah Siswa
Persentase (%)
23 siswa
60,53%
15 siswa
39,47%
38 siswa 100% Berdasarkan hasil observasi
aspek psikomotorik menunjukkan bahwa dari 38 siswa, yang dinyatakan mencapai indikator sebanyak 23 siswa (60,53%) dan siswa yang tidak mencapai indikator sebanyak 15 siswa (39,47%). Kondisi tersebut
menunjukkan
bahwa
aspek
psikomotorik siswa masih rendah. Hasil observasi pada pra siklus menunjukkan
bahwa
aspek
kognitif,
afektif dan psikomotorik yang dimiliki oleh siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Surakarta dalam pembelajaran tematik integratif masih rendah. Berdasarkan hasil diskusi dengan 9
guru kelas, maka diperoleh kesepakatan
III Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II
bahwa dalam upaya meningkatkan hasil
Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016 siswa
belajar siswa dalam pembelajaran tematik
yang dinyatakan tuntas sebanyak 18
integratif
metode
siswa (47,37%) dan siswa yang tidak
pembelajaran bermain peran. Berikut
tuntas sebanyak 20 siswa (52,3%) dengan
Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar
rata-rata kelas sebesar 63,11.
menggunakan
Siswa Dalam Pembelajaran Tematik Siklus I
Integratif Pada Kondisi Awal
Berdasarkan hasil tindakan pembelajaran No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Rentang Nilai
Frekuensi
Persentase (%)
15 5 0 0 18 0 0 38
39% 13% 0% 0% 47% 0% 0% 100%
56-58 59-61 62-64 65-67 68-70 71-73 74-76 Jumah
tematik integratif menggunakan metode pembelajaran bermain peran diperoleh hasil observasi sebagai berikut. Berikut Tabel Hasil Observasi Aspek Afektif Siklus I No.
Keterangan
atas
1.
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
2.
Mencapai Indikator Tidak Mencapai Indikator Jumlah
Berdasarkan pada
kondisi
tabel
awal
di
siswa
yang
Jumlah Siswa 26 siswa
Persentase (%) 68,42%
12 siswa
31,58%
38 siswa
100%
memperoleh nilai 56-58 sebanyak 15 anak (39%), memperoleh nilai 59-61
Hasil observasi aspek afektif pada
sebanyak 5 siswa (13%), memperoleh
siklus I tersebut menunjukkan siswa yang
nilai 62-64 tidak ada, memperoleh nilai
mencapai indikator sebanyak 26 siswa
65-67 tidak ada, memperoleh nilai 68-70
(68,42%)
sebanyak 18 siswa (47%), memperoleh
mencapai indikator sebanyak 12 siswa
nilai 71-73 tidak ada dan memperoleh
(31,58%), sehingga dapat disimpulkan
nilai 74-76 tidak ada. Berikut Tabel Hasil Keterangan
Jumlah Siswa
Persentase (%)
1. 2.
Tuntas Tidak tuntas Jumlah
18 siswa 20 siswa 38 siswa
47,37% 52,63% 100%
siswa
yang
belum
bahwa aktivitas belajar pada aspek afektif
Belajar Siswa Pra Siklus No.
dan
siklus I mengalami peningkatkan jika dibandingkan
dengan
kondisi
awal.
Berikut Tabel Hasil Observasi Aspek Psikomotorik pada Siklus I.
Berdasarkan dari tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar tematik integratif pada kondisi awal siswa Kelas 10
No. 1. 2.
Keterangan Mencapai Indikator Tidak Mencapai Indikator Jumlah
Jumlah Siswa
Persentase (%)
sebanyak 19 siswa (50%). Adapun
32 siswa
84,21%
ketuntasan hasil belajar siswa siklus I
6 siswa
15,79%
berdasarkan hasil tes yang dilakukan adalah sebagai berikut. Berikut Tabel
38 siswa
100%
Hasil Belajar Tematik Integratif pada Siklus I
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I mengenai aspek psikomotorik
No.
menunjukkan bahwa dari 38 siswa, yang
1. 2.
mencapai indikator sebanyak 32 siswa (84,21%) dan siswa yang tidak mencapai
Keterangan
Jumlah Siswa 24 siswa 14 siswa 38 siswa
Tuntas Tidak tuntas Jumlah
Berdasarkan
indikator sebanyak 6 siswa (15,79%).
tabel
Persentase (%) 63% 37% 100%
di
atas
Berikut Tabel Distribusi Frekuensi Hasil
menunjukkan bahwa hasil belajar tematik
Belajar
integratif siswa Kelas III Sekolah Dasar
Siswa
Dalam
Pembelajaran
Negeri Banyuanyar II Surakarta Tahun
Tematik Integratif Pada Siklus I No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Rentang Nilai 60 - 62 63 - 65 66 - 68 69 - 71 72 - 74 75 - 77 78 - 80 Jumah
Frekuensi
Berdasarkan
14 0 0 5 0 0 19 38
tabel
Ajaran 2015/2016 pada siklus I, siswa
Persentase (%) 37% 0% 0% 13% 0% 0% 50% 100%
di
yang dinyatakan tuntas sebanyak 24 siswa (63%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 14 siswa (37%) dengan ratarata kelas sebesar 71.32. Siklus II Berdasarkan
atas
hasil
pembelajaran
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
menggunakan
tindakan
tematik metode
integratif pembelajaran
pada pertemuan 2 siklus I siswa yang
bermain peran pada siklus II diperoleh hasil
memperoleh nilai 60-62 sebanyak 14
observasi sebagai berikut. Berikut Tabel Hasil
anak (37%), memperoleh nilai 63-65
Observasi Aspek Afektif Siklus II No.
tidak ada, memperoleh nilai 66-68 tidak ada, memperoleh nilai 69-71 sebanyak 5
1.
siswa (13%), memperoleh nilai 72-74
2.
tidak ada, memperoleh nilai 75-77 tidak ada
dan
memperoleh
nilai
78-80 11
Keterangan Mencapai Indikator Tidak Mencapai Indikator Jumlah
Jumlah Siswa 36 siswa
Persentase (%)
2 siswa
5,26%
38 siswa
100%
94,74%
Hasil observasi aspek afektif pada
pada pertemuan 2 siklus I siswa yang memperoleh nilai 60-65 sebanyak 4 anak (11%), memperoleh nilai 66-71 tidak ada, memperoleh nilai 72-77 tidak ada, memperoleh nilai 78-83 sebanyak 14 siswa (37%), memperoleh nilai 84-89 tidak ada, memperoleh nilai 90-95 sebanyak 8 siswa (21%) dan memperoleh nilai 96-100 sebanyak 12 siswa (32%). Adapun ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II berdasarkan hasil tes yang dilakukan adalah sebagai berikut. Berikut Tabel Hasil Belajar Tematik Integratif Pada Siklus II
siklus II tersebut menunjukkan siswa yang mencapai indikator sebanyak 36 siswa (94,74%) dan siswa yang belum mencapai indikator sebanyak 2 siswa (5,26%), sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar pada aspek afektif pada siklus II sudah baik. Berikut Tabel Hasil Observasi Aspek Psikomotorik Siklus II No.
Keterangan
Jumlah Siswa
1.
Mencapai Indikator Tidak Mencapai Indikator Jumlah
36 siswa
Persentase (%) 94,74%
2 siswa
5,26%
38 siswa
100%
2.
No. 1. 2.
Berdasarkan hasil observasi pada menunjukkan bahwa dari 38 siswa, yang mencapai indikator sebanyak 36 siswa (94,74%) dan siswa yang tidak mencapai indikator sebanyak 2 siswa (5,26%). Berikut Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Siswa
Dalam
Pembelajaran
Tematik Integratif Pada Siklus II No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Rentang Nilai 60 - 65 66 - 71 72 - 77 78 - 83 84 - 89 90 - 95 96 - 100 Jumah
Frekuensi 4 0 0 14 0 8 12 38
Tuntas Tidak tuntas Jumlah
Jumlah Siswa 34 siswa 4 siswa 38 siswa
Persentase (%) 89,47% 10,53% 100%
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar tematik integratif Tema 5. Permainan Tradisional; Sub Tema 2. Permainan Tradisional di Daerahku siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016 pada siklus II siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 34 siswa (89,47%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 4 siswa (10,53%) dengan rata-rata kelas sebesar 86,32.
siklus II mengenai aspek psikomotorik
Belajar
Keterangan
Persentase (%) 11% 0% 0% 37% 0% 21% 32% 100%
Perbandingan Antara Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II Kemampuan Afektif Siswa Berikut
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
Tabel
Perbandingan
Kemampuan Afektif Siswa dari Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II 12
No.
Keterangan
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
1.
Mencapai Indikator
21 siswa (55,26%)
26 siswa (68,42%)
36 siswa (94,74%)
2.
Tidak Mencapai Indikator
17 siswa (44,74%)
12 siswa (31,58%)
2 siswa (5,26%)
Berdasarkan
tabel
di
mencapai indikator sebanyak 36 siswa (94,74%)
dan
siswa
yang
belum
mencapai indikator sebanyak 2 siswa (5,26%). Hasil observasi
atas
aspek
afektif
menunjukkan bahwa aspek afektif siswa
menunjukkan bahwa pada kondisi awal
mengalami peningkatan dari kondisi awal
siswa masih kurang percaya diri dalam
ke siklus I, maupun dari
siklus I ke
melakukan kegiatan bermain peran, di
siklus II. Peningkatan aspek afektif siswa
samping itu pada aspek kerjasama dan
dalam
dapat
toleransi masih rendah, hal tersebut
diagram
dibuktikan sebanyak 17 siswa belum
pembelajaran
digambarkan
dalam
tersebut bentuk
mencapai indikator. Pada siklus I aspek
sebagai berikut:
afektif siswa mengalami peningkatan, hal tersebut nampak dari sikap percaya diri, kerjasama dan toleransi siswa sudah mengalami peningkatan walaupun belum optimal. Pada siklus II aspek afektif siswa
mengalami
peningkatan
dibandingkan dengan siklus I, siswa sudah Berdasarkan hasil observasi aspek
terbiasa
melakukan
kegiatan
bermain peran dengan rasa percaya diri
afektif pada kondisi awal menunjukkan
yang tinggi, kerjasama siswa sudah
bahwa dari 38 siswa, yang dinyatakan
terbentuk dan sikap toleransi siswa sudah
mencapai indikator sebanyak 21 siswa
baik, dimana siswa sudah mau berteman
(55,26%) dan siswa yang tidak mencapai
dengan siapa saja tanpa harus memilih-
indikator sebanyak 17 siswa (44,74%).
milih dalam kegiatan bermain peran.
Pada siklus I, siswa yang mencapai indikator sebanyak 26 siswa (68,42%)
Kemampuan Psikomotorik Siswa
dan siswa yang belum mencapai indikator
Berikut
Tabel
Perbandingan
sebanyak 12 siswa (31,58%). Pada siklus
Kemampuan Psikomotorik Siswa Dari
II tersebut menunjukkan siswa yang
Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
13
No.
Keterangan
1.
Mencapai Indikator Tidak Mencapai Indikator
2.
Kondisi Awal 23 siswa (60,53%) 15 siswa (39,47%)
Siklus I
Siklus II
aspek psikomotorik, yaitu siswa yang
32 siswa (84,21%) 6 siswa (15,79%)
36 siswa (94,74%) 2 siswa (5,26%)
mencapai indikator sebanyak 36 siswa (94,74%) dan siswa yang tidak mencapai indikator sebanyak 2 siswa (5,26%).
atas
Hasil
menunjukkan bahwa aspek psikomotorik
psikomotorik
Berdasarkan
siswa
mengalami
tabel
di
peningkatan
observasi pada
aspek
akhir
siklus
II
menunjukkan bahwa sebanyak 36 siswa
dari
(94,74%) sudah mencapai indikator, hal
kondisi awal ke siklus I, maupun dari
ini berarti kemampuan siswa dalam
siklus I ke siklus II. Peningkatan aspek
melakukan
psikomotorik siswa dalam pembelajaran
intonasi
tersebut dapat digambarkan dalam bentuk
gerakan
ketika
lokomotor
melakukan
dan
kegiatan
bermain peran sudah baik dan telah
diagram sebagai berikut:
mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan
yaitu
sebesar
75%.
Kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan bermain peran dengan gerakan lokomotor
dan
intonasi
yang
baik
dikarenakan pada kegiatan siklus II ini guru terlebih dahulu memberikan contoh kepada siswa, mengenai penekanan suara yang baik ketika membacakan teks dialog bermain peran.
Berdasarkan hasil observasi aspek psikomotorik
pada
kondisi
awal
Hasil Belajar Siswa
menunjukkan bahwa dari 38 siswa, yang
Berikut Tabel Perbandingan Hasil
dinyatakan mencapai indikator sebanyak
Belajar Tematik Integratif Dari Kondisi
23 siswa (60,53%) dan siswa yang tidak
Awal, Siklus I dan Siklus II
mencapai indikator sebanyak 15 siswa (39,47%). Pada siklus I hasil obsrevasi aspek
psikomotorik,
siswa
No
Ketuntasan
Kondisi Awal
1.
Tuntas
Jml 18
% 47,37%
Jml 24
% 63%
Jml 34
% 89,47%
2.
Belum tuntas Jumlah
20
52,63%
14
37%
4
10,53%
38
100%
38
100%
38
100%
yang
mencapai indikator sebanyak 32 siswa (84,21%) dan siswa yang tidak mencapai
Rata-Rata
indikator sebanyak 6 siswa (15,79%). Pada siklus II hasil observasi mengenai 14
63,11
Siklus I
71,32
Siklus II
81,84
Hasil peningkatan hasil belajar tematik integratif pada siswa Kelas III tersebut dapat disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut:
diagram
perbandingan
hasil
belajar
tematik integratif dari Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II dapat dikemukakan bahwa
hasil
belajar
pembelajaran
siswa
tematik
dalam integratif
menggunakan metode bermain peran mengalami peningkatan. Hal tersebut dikarenakan dalam pembelajaran bermain peran suasana kelas menjadi lebih aktif dan menyenangkan serta siswa terjun langsung
memerankan
materi
yang
dibahas dalam proses belajar. Berdasarkan tabel perbandingan hasil belajar tematik integratif diketahui
Pembahasan Hasil Penelitian
bahwa hasil belajar tematik integratif
Berdasarkan
hasil
penelitian
pada kondisi awal siswa Kelas III
tindakan kelas dengan menggunakan
Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II
metode
Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016 siswa
pembelajaran tematik integratif jenis
yang dinyatakan tuntas sebanyak 18
jaring laba-laba pada siswa Kelas III
siswa (47,37%) dan siswa yang tidak
Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II
tuntas sebanyak 20 siswa (52,3%) dengan
Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dapat
rata-rata kelas sebesar 63,11. Pada siklus
meningkatkan
I, siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan,
24 siswa (63%) dan siswa yang tidak
Bahasa
Indonesia
dan
Pendidikan
tuntas sebanyak 14 siswa (37%) dengan
Jasmani
Olahraga
dan
Kesehatan
rata-rata kelas sebesar 71.32. Pada siklus
(Terintegrasi).
II siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak
bermain
Hal
hasil
tersebut
peran
melalui
belajar
nampak
mata
dari
34 siswa (89,47%) dan siswa yang tidak
peningkatan aspek afektif yang diukur
tuntas sebanyak 4 siswa (10,53%) dengan
melalui indikator rasa percaya diri,
rata-rata kelas sebesar 86,32.
kerjasama
dan
toleransi,
yaitu
Hasil analisis tabel Perbandingan
berdasarkan
belajar
integratif dari
dilakukan menunjukkan bahwa aspek
Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II dan
afektif siswa pada kondisi awal, siswa
hasil
tematik
15
hasil
observasi
yang
yang
dinyatakan
keberhasilan (55,26%),
mencapai
sebanyak
21
pada siklus I
indikator
dinyatakan tuntas sebanyak 34 siswa
siswa
(89,47%) dengan rata-rata kelas sebesar
meningkat
86,32.
menjadi 26 siswa (68,42%) dan pada
Keberhasilan peningkatan hasil
akhir siklus II sebanyak 36 siswa
belajar dengan menggunakan metode
(94,74%). Hal ini berarti kemampuan
bermain peran dikarenakan siswa dalam
afektif siswa pada akhir siklus II sudah
mengikuti proses pembelajaran sudah
mencapai indikator yang telah ditetapkan
berlatih dan memahami materi teks
sebesar 75%.
dialog
Hasil
observasi
yang
sehingga
aspek
diberikan
ketika
oleh
dilakukan
evaluasi
psikomotorik juga terjadi peningkatan,
pembelajaran siswa dapat
aspek psikomotorik dalam penelitian ini
pertanyaan evaluasi dengan baik.
diukur
dengan
indikator
menunjukkan pembelajaran
aspek psikomotorik pada kondisi awal yang
dinyatakan
meningkat
pada
siklus
hal
I
Hal
peran
dapat
ini
sesuai
dengan
teori
yang
dikemukakan oleh Miftahul Huda (2014: 210)
siklus II juga meningkat sebanyak 36 (94,74%),
bermain
metode
aspek kogntif, afektif dan psikomotrik,
sebanyak 32 siswa (84,21%) dan pada siswa
bahwa
meningkatkan hasil belajar siswa pada
mencapai
indikator keberhasilan sebanyak 23 siswa (60,53%),
menjawab
Berdasarkan hasil penelitian yang
gerakan
lokomotor dan intonasi. Hasil observasi siswa
guru,
yang
keunggulan
tersebut
menyatakan dalam
bahwa
pembelajaran
menggunakan metode bermain peran
menunjukkan bahwa aspek psikomotorik
yaitu:
(1)
dapat
memberi
kesan
sudah mencapai indikator yang telah
pembelajaran yang kuat dan tahan lama
ditetapkan yaitu sebanyak 75%.
dalam ingatan siswa; (2) bisa menjadi
Peningkatan aspek afektif dan
pengalaman belajar menyenangkan yang
psikomotorik juga diikuti peningkatan
sulit untuk dilupakan; (3) membuat
hasil belajar siswa, yaitu pada kondisi
suasana kelas menjadi lebih dinamis dan
awal siswa tuntas (mencapai KKM 68)
antusiastis; (4) membangkitkan gairah
sebanyak 18 siswa (47,37%) dengan rata-
dan semangat optimism dalam diri siswa
rata kelas sebesar 63,11. Pada siklus I
serta menumbuhkan rasa kebersamaan,
siswa yang tuntas sebanyak 24 siswa
dan (5) memungkinkan siswa untuk
(63%) dengan rata-rata kelas sebesar
terjun langsung memerankan sesuatu
71.32 dan pada siklus II siswa yang
yang akan dibahas dalam proses belajar.
16
siswa
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan
hasil
tuntas
(mencapai
KKM
68)
penelitian
sebanyak 18 siswa (47,37%) dengan rata-
diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan
rata kelas sebesar 63,11. Pada siklus I
metode
melalui
siswa yang tuntas sebanyak 24 siswa
pembelajaran tematik integratif jenis
(63%) dengan rata-rata kelas sebesar
jaring laba-laba dapat meningkatkan hasil
71.32 dan pada siklus II siswa yang
belajar
Pendidikan
Kewarganegaraan,
dinyatakan tuntas sebanyak 34 siswa
Bahasa
Indonesia
dan
Pendidikan
(89,47%) dengan rata-rata kelas sebesar
Jasmani
Olahraga
dan
Kesehatan
86,32. Berdasarkan hasil tersebut maka
(Terintegrasi) pada Siswa Kelas III
hipotesis yang menyatakan: ”Dengan
Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II
menggunakan metode bermain peran
Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Hal
melalui pembelajaran tematik integratif
tersebut
observasi
jenis jaring laba-laba dapat meningkatkan
sikap
hasil belajar mata pelajaran Pendidikan
menunjukkan adanya peningkatan pada
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia dan
aspek afektif yaitu pada kondisi awal
Pendidikan
siswa yang mencapai indikator sebanyak
Kesehatan (Terintegrasi) pada Siswa
21 siswa
Kelas
bermain
peran
ditunjukkan
perubahan
hasil
perilaku
(55,26%),
atau
pada siklus
I
Jasmani
III
Sekolah
Olahraga Dasar
dan Negeri
meningkat menjadi 26 siswa (68,42%),
Banyuanyar II Surakarta Tahun Ajaran
pada siklus II meningkat menjadi 36
2015/2016”,
siswa (94,74%). Aspek afektif yang
kebenarannya.
menonjol adalah rasa percaya diri siswa.
dapat
Berdasarkan
diterima
kesimpulan
hasil
Kemudian pada aspek psikomotorik juga
penelitian yang telah disampaikan, ada
terjadi peningkatan, yaitu pada kondisi
beberapa
awal siswa yang mencapai indikator
sekolah dan peneliti lain. Berikut saran –
keberhasilan
saran yang dapat disampaikan sebagai
(60,53%),
sebanyak
pada siklus I
23
siswa
meningkat
saran
untuk
guru,
siswa,
berikut:
menjadi 32 siswa (84,21%), pada siklus
Bagi Guru hendaknya: 1) Dapat
II meningkat menjadi 36 siswa (94,74%).
menerapkan metode bermain peran untuk
Aspek
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
adalah
psikomotorik gerakan
yang
lokomotor.
menonjol Aspek
2)
Dapat
berinovasi
menggunakan
kognitif juga mengalami peningkatan
metode pembelajaran yang lain selain
hasil belajar, yaitu pada kondisi awal
bermain peran untuk meningkatkan hasil 17
belajar siswa dan agar siswa tidak cepat
tindakan
kelas
merasa bosan.
meningkatkan hasil belajar siswa tidak terbatas
dapat memberikan respon yang baik
bermain
terhadap guru dalam penerapan metode
mengembangkan metode pembelajaran
bermain
yang lain.
sehingga
dapat
penggunaan
upaya
Bagi Siswa: 1) Hendaknya siswa
peran,
pada
dalam
peran,
tetapi
metode dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada DAFTAR PUSTAKA
mata pelajaran tematik integratif. 2) Hendak siswa bersikap tanggap, aktif,
Abdul Majid, 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya.
kreatif, dan dapat bekerja sama dengan siapa saja tanpa harus pilih–pilih teman dalam proses pembelajaran. Bagi sekolah
Sekolah:
perlu
1)
Hendaknya
memberikan
Andi Prastowo, 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik Panduan Lengkap Aplikatif. Jogjakarta: Diva Press
pelatihan
kepada guru baik berupa workshop maupun seminar agar guru memiliki bekal
pengetahuan
penggunaan sehingga
metode
dapat
pendidikan
tentang
berbagai
pembelajaran,
meningkatkan
sekolah
Ahmad Susanto, 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group.
itu
mutu
sendiri
dan
Daryanto, 2014. Pembelajaran Tematik, Terpadu, Terintegrasi (Kurikulum 2013). Yogyakarta: Gava Media
kualitas guru. 2) Hendaknya sekolah mencari guru yang berkompeten agar kualitas sekolah semakin meningkat. Bagi
Peneliti
Selanjutnya:
Hamzah B Uno, 2008. Model Pembelajaran; Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Prenada Media Group.
1)
Hendaknya peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis terlebih dahulu
menganalisis
disesuaikan terutama
dengan
dalam
hal
metode
untuk
penerapannya, alokasi
Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembang Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
waktu,
fasilitas pendukung, media pembelajaran, dan karakteristik siswa yang ada pada sekolah dilakukan.
tempat
penelitian
tersebut
2)
Hendaknya
peneliti
Miftahul Huda, 2013. Model – Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
selanjutnya dalam melakukan penelitian
18
Roestiyah N.K, 2008. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Rineka Cipta
Trianto, 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini TK/RA & Anak Usia Kelas Awal SD/MI. Jakarta: Kencana.
Sarwiji Suwandi, 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS.
19