ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN DAN TITIK IMPAS PENJUALAN KAIN SUTERA ALAM (Studi Kasus pada Perusahaan Sutera Alam "AMAN SAHURI",Kabupaten Garut, Jawa Barat)
Oleh YATI NURYATI A29 1205
JURUSAN EMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1996
YATI NURYATI. Analisis Nilai Tambah Pengolahan dan Titik Impas Penjualan Kain Sutera Alam (Studi Kasus pada Perusahaan Sutera Alam "AMAN SAHURI", Kabupaten Garut-Jawa Barat) (Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI). Kain sutera alam merupakan salah satu komoditas ekspor non migas yang mempunyai peluang pasar cukup besar. Dalam kaitannya dengan aspek pengolahan; industri pertenunan kain sutera alam cukup ideal dikembangkan di Indonesia karena mempunyai keterkaitan ke belakang dengan usaha budidaya tanaman murbei, pemeliharaan ulat sutera di pedesaan, dan industri pemintalan benang sutera alam. Dengan semakin berkembangnya industri pertenunan kain sutera alam diharapkan dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja, pendapatan penduduk, dan devisa negara. Perusahaan Sutera Alam "AMAN SAHURI" merupakan salah satu unit usaha pertenunan kain sutera alam di Indonesia. Perusahaan ini masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) dan memproduksi dua jenis kain sutera alam, yait~ikain tenun polos dan kain tenun ikat.
Penggunaan ATMB dalam proses produksi
menyebabkan rendahnya produksi dan kualitas kain yang dihasilkan. mempengaruhi nilai penjualan dan keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Hal ini Oleh
mencakup proses produksi kain tenun polos dan kain tenun ikat. (2) Menganalisis nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan benang sutera alam menjadi kain tenun polos dan kain tenun ikat. (3) Menganalisis titik impas penjualan kain tenun polos dan kain
tenun ikat, serta kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. (4) Menganalisis pengaruh perubahan volume penjualan, biaya tetap, dan biaya variabel terhadap titik impas dan kemampuan pemsahaan dalarn memperoleh laba. Alat analisis yang digunakan adalah analisis nilai tambah, analisis titik impas. analisis kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, dan analisis sensitivitas. Pengolahan benang sutera alam menjadi kain tenun polos dan kain tenun ikat telah dapat menciptakan nilai tambah, yaitu masing-masing sebesar Rp 99 102.67 dan Rp 205 183.58 per kilogram benang sutera alarn. Dalam kaitannya dengan tingkat penjualan menunjukkan bahwa penjualan kain tenun polos dan kain tenun ikat pada. tahun 1995, telah melampaui penjualan pada tingkat impas.
Hal ini menunjukkan
bahwa usaha pertenunan kain tenun polos dan kain tenun ikat telah dapat memberikan keuntungan terhadap perusahaan.
Sedangkan kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba dari penjualan kain tenun polos lebih tinggi dibandingkan pada kain tenun ikat, yaitu masing-masing sebesar 22.20 persen dan 21.1 1 persen. Tingginya kemampuan memperoleh laba pada penjualan kain tenun polos antara lain disebabkan karena penjualan kain tenun polos lebih tinggi dibandingkan kain tenun ikat. Dari hasil analisis sensitivitas, peningkatan volume penjualan sebesar 24.8 persen (cateris paribus) dapat meningkatkan kernampuan
perusahaan dala~n
memperoleh laba dari penjualan kain tenun polos dan kain tenun ikat. Sedangkan peningkatan biaya tetap dan biaya variabel sebesar 7.4 persen (cateris paribus) dapat rnenurunkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dimana penurunan kemampuan memperoleh laba akibat peningkatan biaya variabel lebih besar dibandingkan penurunan kemampuan memperoleh laba akibat peningkatan biaya tetap.
Selanjutnya, penurunan biaya tetap dan biaya variabel sebesar 7.4 persen (cateris paribus) dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dimana peningkatan kemampuan memperoleh laba akibat penurunan biaya variabel lebih besar dibandingkan peningkatan kemampuan memperoleh laba akibat penurunan biaya tetap. Untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dari penjualan kain tenun ikat, perusahaan sebaiknya lebih meningkatkan produksi dan penjualan kain tenun ikat. Peningkatan produksi ini hams disertai dengan peningkatan diversifikasi motif kain dan membuat motif yang
irp
to date sehingga dapat memenuhi
selera konsumen yang lebih beragam dan memperluas daerah pemasaran. Selain itu, perusahaan perlu lebih mengefisienkan penggunaan faktor produksi tenaga kerja langsung dan bahan baku karena perubahan kedua jenis biaya tersebut mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perubahan kemampuan memperoleh laba. Sedangkan bagi perusahaan pertenunan kain sutera alam yang lainnya, disarankan untuk mengembangkan kain tenun ikat karena telah dapat menciptakan nilai tambah yang cukup besar sehingga dengan berkembangnya usaha tersebut diharapkan dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan pendapatan penduduk. Dalam upaya pengembangan sutera alam Indonesia, maka perlu diadakan studi banding antara industri pertenunan kain sutera alam yang menggunakan ATBM dengan industri pertenunan kain sutera alam yang menggunakan ATM. Selain itu, perlu diadakan penelitian sutera alam terpadu mulai industri hulu sampai industri hilir.
ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN DAN TITIK IMPAS PENJUALAN KAIN SUTERA ALAM (Studi Kasus pada Perusahaan Sutera Alam "AMAN SAHURI", Kabupaten Garut, Jawa Barat)
Oleh Y AT1 NURY AT1 A 29 1205
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sajana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
-
~~~
- -~-~ -
-
-
~--
-
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1996