LAPORAN PENELITIAN
PENERAPAN TEKNIK PEMBELAJARAN CTS (CATATAN: TULIS SUSUN) TERHADAP KEMAMPUAN APRESIASI UNSUR INTRINSIK NOVEL OLEH MAHASISWA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
Oleh: Drs. Edison Simaremare, M. Pd. Beslina Afriani Siagian, S. Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN 2012
PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN
1. a. Judul Penelitian
: Penerapan Teknik Pembelajaran CTS (Catatan: Tulis Susun) terhadap Kemampuan Apresiasi Unsur Intrinsik Novel oleh Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen b. Bidang Ilmu : Bahasa c. Kategori Penelitian : Penelitian untuk mengembangkan fungsi kelembagaan perguruan tinggi
2. Identitas Peneliti: a. Nama Lengkap dan Gelar : Beslina Afriani Siagian, S. Pd. b. Tempat/ tanggal lahir : Tebing Tinggi, 23 April 1988 c. Jenis Kelamin : Perempuan d. Golongan/ Pangkat : e. Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia f. Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan g. Perguruan Tinggi : Universitas HKBP Nommensen h. Bidang Keilmuan : Bahasa dan Sastra Indonesia 3. Susunan Tim Peneliti a. Ketua b. Anggota
: Drs. Edison Simaremare, M. Pd. : Beslina Afriani Siagian, S. Pd.
4. Lokasi Penelitian
: FKIP UHN Medan
5. Lama Penelitian
: 3 (tiga) bulan
6. Biaya Penelitian
: Rp. 6.000.000,00
7. Sumber Dana Nommensen
: Lembaga Penelitian Universitas HKBP
Medan, Agustus 2012 Mengetahui, Wakil Dekan,
Menyetujui, Ketua Lembaga Penelitian,
Disusun oleh, Peneliti,
Drs. Eden Sitompul, M. Pd.
Prof. Dr. Ir. Hasan Sitorus, MS
Beslina Siagian
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan anugerah-Nya sehingga laporan penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini berjudul “Penerapan Teknik Pembelajaran CTS (Catatan: Tulis Susun) terhadap Kemampuan Apresiasi Unsur Intrinsik Novel oleh Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen.” Penelitian bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Universitas HKBP Nommensen, khususnya Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Ucapan terimakasih khusus disampaikan kepada pihak yang turut berperan, yakni sebagai berikut. 1. Rektor Universitas HKBP Nommensen Medan, Dr. Ir. Jongkers Tampubolon, 2. Dekan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Dr. Tagor Pangaribuan 3. Wakil Dekan Khusus Bidang Akademik kelas Medan, Drs. Eden A. Sitompul, M. Pd. 4. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Dra. Elza Saragih, M. Hum. 5. Ketua Lembaga Penelitian, Prof. Dr. Ir. Hasan Sitorus, MS. Dan semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.
ABSTRAK Beslina Afriani Siagian. Penerapan Teknik CTS (Catatan: Tulis-Susun) terhadap Kemampuan Apresiasi Unsur Intrinsik Novel oleh Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen 2011/ 2012 . Laporan. Medan. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas HKBP Nommensen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas pembelajaran apresiasi unsur intrinsik novel sebelum dan sesudah penerapan teknik CTS (Catatan: TulisSusun) oleh mahasiswa pendidikan bahasa dan sastra Indonesia tahun pembelajaran 2011/ 2012. Sampel penelitian ini berjumlah 40 orang dari 144 populasi yang ada. Sampel tersebut akan dikenai dua perlakuan, yakni pembelajaran tanpa menggunakan teknik CTS (Catatan: Tulis-Susun) dan pembelajaran dengan menggunakan teknik CTS (Catatan: Tulis-Susun). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian one group pretest postest design. Instrumen yang digunakan adalah tes mengapresiasi novel dari segi unsur intrinsik dalam bentuk essay. Nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 75,12 sedangkan untuk kelas kontrol adalah 64,62. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nilai tes sebelum menggunakan teknik CTS (Catatan: Tulis-Susun) lebih tinggi daripada nilai tes sesudah menggunakan teknik CTS (Catatan: Tulis-Susun). Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji t diperoleh thitung = 5,89 pada taraf signifikan α = 5% dari daftar distribusi t dk (n-1) = 40-1 = 39, maka diperoleh ttabel = 1,68. Dengan demikian, Ho ditolak dan Ha diterima, artinya penerapan teknik CTS (Catatan: Tulis-Susun) dapat meningkatkan kemampuan apresiasi novel dari segi unsur intrinsik. Selain itu, berdasarkan analisis kategori kemampuan mengapresiasi unsur intrinsik novel diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan mengapresiasi unsur intrinsik novel sebelum menerapkan teknik CTS (Catatan: Tulis-Susun) adalah kurang memadai (30%) sedangkan kemampuan mengapresiasi unsur intrinsik novel sesudah menerapkan teknik CTS (Catatan: Tulis-Susun) adalah memadai (80%). Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik CTS (Catatan: Tulis-Susun) dapat meningkatkan kemampuan apresiasi novel dari segi unsur intrinsik pada mahasiswa pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia stambuk 2010 tahun pembelajaran 2011/ 2012. Kata kunci: Teknik CTS, apresiasi novel
DAFTAR TABEL
I
RINCIAN POPULASI PENELITIAN .............................................. 20
II
DESAIN ............................................................................................. 21
III
ASPEK-ASPEK PENILAIAN........................................................... 23
IV
DATA HASIL APRESIASI NOVEL ................................................ 25
V
DISTRIBUSI FREKUENSI SKOR KEMAMPUAN APRESIASI NOVEL PRETEST ............................................................................ 27
VI
IDENTIFIKASI KECENDERUNGAN KELOMPOK PRETEST ... 29
VII
DISTRIBUSI FREKUENSI SKOR KEMAMPUAN APRESIASI NOVEL POSTEST ............................................................................ 29
VIII
IDENTIFIKASI KECENDERUNGAN KELOMPOK POSTEST ... 31
IX
UJI NORMALITAS DATA KELOMPOK PRETEST ..................... 32
X
UJI NORMALITAS DATA KELOMPOK POSTEST ..................... 33
XI
HARGA-HARGA YANG PERLU UNTUK UJI BARTLET .......... 34
DAFTAR ISI BAB
BAB
I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Identifikasi Masalah..................................................................
4
C. Batasan Masalah .......................................................................
4
D. Rumusan Masalah ....................................................................
4
E. Tujuan Penelitian ......................................................................
5
F. Manfaat Penelitian…………………………………………….
6
II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. KERANGKA TEORETIS ........................................................
7
1. Novel .................................................................................. 7 2. Teknik CTS (Catatan:Tulis-Susun) .................................... 15 B. KERANGKA KONSEPTUAL ................................................. 18 C. HIPOTESIS PENELITIAN ...................................................... 18 BAB
III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ..................................................................... 20 B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 20 C. Populasi dan Sampel ................................................................. 20 D. Desain Penelitian ...................................................................... 21 E. Instrumen Penelitian ................................................................. 22 F. Teknik Analisis Data ................................................................. 23
BAB
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ......................................................................... 25 B. Uji Persyaratan Analisis Data.................................................. 32
C. Pengujian Hipotesis .................................................... 36 D. Temuan Penelitian .................................................... 36 E. Pembahasan Hasil Penelitian...................................... 38 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan .................................................................... 39 B. Saran ........................................................................... 39 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 40
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin maju serta peradaban manusia yang semakin modern diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas belajar seseorang sesuai dengan apa yang diharapkan. Aktivitas dan kreativitas belajar tersebut dimulai dari tingkat sekolah dasar hingga tingkat perguruan tinggi. Oleh sebab itu, aktivitas dan kreativitas belajar tersebut dapat dicapai dengan meningkatkan salah satu kegiatan dalam pembelajaran, yaitu berupa keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa dapat dibedakan menjadi dua komponen, yaitu keterampilan yang bersifat reseptif dan produktif. Membaca dan menyimak termasuk keterampilan yang bersifat reseptif, sedangkan berbicara dan menulis termasuk keterampilan berbahasa yang bersifat produktif. Keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif berguna dalam rangka memperluas pengalaman seseorang dengan cara menerima informasi, amanat, pesan dan sebagainya yang disampaikan orang melalui media, yaitu bahasa yang bersifat lisan maupun tulisan. Sedangkan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif berguna untuk menuangkan ide, gagasan, serta emosi dalam rangka mengikuti perkembangan zaman yang berjalan dengan sangat pesat. Menulis adalah salah satu cara untuk mengekspresikan diri, mengungkapkan ide, dan menuangkan apa saja yang ada dalam batin si penulis. Melalui menulis orang dapat membuat rangkaian kalimat, ide, atau pendapat tentang pengalaman yang ingin disampaikan kepada pembaca dengan bentuk grafem (huruf-huruf). Berdasarkan hal itu, dapat diketahui bahwa menulis membuat seseorang mampu menuangkan dan mengungkapkan pikiran serta gagasan untuk mencapai maksud dan tujuan yang diharapkan.
Dalam pembelajaran sastra di program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia terdapat beberapa pembelajaran menulis, salah satunya adalah menulis puisi. Puisi adalah salah satu dari tiga bagian karya sastra yang menyuguhkan permasalahan kehidupan dalam bahasa yang estetik. Puisi dikenal dengan bentuknya yang unik karena kata-katanya yang ekonomis, padat, padu, tetapi kaya makna. Oleh karena itu, mengingat ciri-ciri tersebut, maka yang menjadi orientasi sebuah puisi adalah kata, atau yang lebih dikenal dalam sastra dengan diksi. Berdasarkan fakta yang ada selama bertahun-tahun, ditemui bahwa mahasiswa yang duduk program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia cenderung mengalami kesulitan dalam menulis sebuah puisi. Padahal keterampilan ini merupakan kajian dari para mahasiswa tersebut. Setelah diidentifikasi, kesulitan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi: mahasiswa kurang
tertarik menulis puisi, mahasiswa pasif dalam proses pembelajaran apresiasi puisi, mahasiswa kesulitan mengekspresikan puisi, mahasiswa terlihat malu saat menbacakan puisi, dan mahasiswa kesulitan dalam menemukan kata-kata puitis.
Permasalahan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran menulis puisi perlu diperbaiki untuk meningkatkan kemampuan dan prestasi belajar mahasiswa. Teknik pembelajaran dan pendekatan belajar termasuk faktor-faktor yang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar mahasiswa. Dalam penelitian ini, peneliti menawarkan teknik pembelajaran yaitu dengan menggunakan teknik rangsang-gambar dan sumbang-kata. Menurut Sayuti dalam Ajeng (2010: 3), teknik rangsang gambar adalah salah satu model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media yang digunakan dalam pembelajaran. Pemakaian model pembelajaran yang bervariasi merupakan salah satu faktor pendukung dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Model pembelajaran dengan menggunakan media gambar dapat diterapkan dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia pada pembelajaran menulis puisi.
Sedangkan sumbang kata merupakan salah satu model pembelajaran dengan mengumpulkan kata-kata yang sesuai dengan tema guna merangkai sebuah karya yang berupa tulisan yang indah dan bermakna. Model pembelajaran dengan teknik sumbang kata diterapkan dalam proses belajar mengajar dengan membentuk kelompok sesuai dengan pembagian jenis kata yang sesuai dengan gambar dan tema yang telah ditentukan. Kata-kata yang telah disumbangkan oleh mahasiswa digunakan untuk merangkai sebuah puisi yang terdiri dari beberapa bait dan memiliki makna. Oleh karena itu, teknik rangsang gambar dan sumbang kata merupakan suatu teknik pembelajaran dengan memberikan rangsangan yang berupa gambar kepada mahasiswa. Mahasiswa tidak hanya membayangkan suatu objek, tetapi juga dituntut untuk menyumbangkan kata-kata melalui proses pemaknaan obyek. Mengingat orientasi sebuah puisi adalah pemilihan diksi, maka teknik rangsang gambar dan sumbang kata diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi mahasiwa. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka peneliti akan meneliti “Penerapan Teknik Rangsang Gambar dan Sumbang Kata terhadap Kemampuan Menulis Puisi pada Mahasiswa Stambuk 2011 Semester Ganjil Tahun Pembelajaran 2012/ 2013”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka masalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. kurangnya ketertarikan mahasiswa dalam menulis puisi, 2. kurangnya keaktifan mahasiswa dalam proses pembelajaran apresiasi puisi, 3. kurangnya keberanian mahasiswa dalam membacakan puisi di hadapan khalayak, 4. kurangnya kemampuan mahasiswa dalam menemukan kata-kata yang puitis, dan 5. kurang tepatnya teknik pembelajaran yang dipergunakan dosen dalam pembelajaran menulis puisi.
C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka penelitian ini hanya dibatasi dan difokuskan pada penerapan teknik pembelajaran rangsang gambar dan sumbang kata dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi pada mahasiswa semester tiga Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Tahun 2012/ 2013. D. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana kemampuan menulis puisi sebelum menerapkan teknik pembelajaran rangsang gambar dan sumbang kata pada mahasiswa semester tiga Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2012/ 2013? 2. Bagaimana kemampuan menulis puisi sesudah menerapkan teknik pembelajaran rangsang gambar dan sumbang kata pada mahasiswa semester tiga Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2012/ 2013? 3. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis puisi sebelum menerapkan teknik pembelajaran rangsang gambar dan sumbang kata dengan sesudahnya pada mahasiswa semester tiga Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2012/ 2013? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan menulis puisi sebelum menerapkan teknik pembelajaran rangsang gambar dan sumbang kata pada
mahasiswa semester tiga Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2012/ 2013. 2. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan menulis puisi sesudah menerapkan teknik pembelajaran rangsang gambar dan sumbang kata pada mahasiswa semester tiga Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2012/ 2013. 3. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kemampuan menulis puisi antara sebelum menerapkan teknik pembelajaran rangsang gambar dan sumbang kata dengan sesudahnya pada mahasiswa semester tiga Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2012/ 2013. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Hasil penelitian ini dapat memberi ide bahwa teknik pembelajaran rangsang gambar dan sumbang kata merupakan salah satu teknik yang relevan untuk pembelajaran menulis puisi. 2. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi pengajar, khususnya dosen bahasa Indonesia dalam merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran menulis puisi. 3. Hasil penelitian ini dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam hal pengembangan pembelajaran menulis puisi. 4. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu data rujukan bagi penelitian yang relevan.
BAB II
LANDASAN TEORITIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. LANDASAN TEORETIS 1. Puisi a. Pengertian Puisi Puisi merupakan ekspresi pengalaman batin atau jiwa seseorang mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui media bahasa yang estetis yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya dalam bentuk teks. Di balik kata-katanya yang ekonomis, padat, dan padu tersebut, puisi berisi potret atau gambaran kehidupan manusia. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003 : 903) menyatakan puisi adalah: 1) ragam sastra yang terikat oleh rima, mantra, irama, serta penyusunan larik dan bait, 2) gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus, dan 3) sajak.
Waluyo (1995:25) mengatakan, “Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa, yakni dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya.” Berdasarkan paparan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa puisi adalah karya sastra yang merupakan ekspresi atau ungkapan perasaan seseorang mengenai kehidupan yang dituangkan dan disusun dengan memanfaatkan segala kekuatan atau daya bahasa secara kreatif dan imajinatif.
b. Ciri-ciri Puisi Seperti karya sastra lainnya, puisi juga mempunyai ciri-ciri sebagai penanda atau pengenal yang membedakannya dengan karya sastra lain. Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan ciri-ciri puisi. Menurut Waluyo (1995:25) adalah sebagai berikut: 1) dalam puisi terjadi pemadatan segala unsur kekuatan bahasa, 2) dalam penyusunannya, unsur-unsur bahasa itu dirapikan, diatur dengan sebaikbaiknya dengan memperhatikan irama dan bunyi, 3) puisi adalah ungkapan pikiran dan perasaan penyair berdasarkan pengalaman jiwa yang bersifat imajinatif, 4) bahasa yang dipergunakan bersifat konotatif. Hal ini ditandai dengan kata konkret yang bersifat figuratif, dan 5) bentuk fisik dan bentuk batin puisi yang merupakan unsur kesatuan yang padu. Selain pendapat di atas, Atmazaki (1993:8) juga memberikan penjelasan mengenai ciri-ciri puisi. 1) Unsur formal puisi adalah bahasa yang tersusun dalam baris dan bait, sedangkan unsur nonformalnya adalah irama. Secara formal, puisi tersusun dalam baris-baris yang membentuk bait-bait. Akan tetapi, ada puisi yang tidak memperlihatkan ciri formal itu. Untuk yang terakhir, kehadirannya sebagai puisi ditentukan oleh irama yang ditemukan dalam pembacaannya. Misalnya, puisi sebelum angkatan Chairil Anwar hampir rata-rata mementingkan unsur formal puisi (baris dan bait) seperti puisi tradisional yaitu pantun, syair, dan lainnya baru dapat disebut sebagaimana namanya bila telah memenuhi syarat-syarat meliputi sejumlah baris, kata, suku kata, irama, dan lain-lain. Keadaan sedikit berbeda dengan puisi-puisi di masa Pujangga Baru.
Puisi-puisi Amir Hamzah dan seangkatannya tidak lagi terikat oleh jumlah-jumlah tersebut, walaupun tetap terikat oleh baris dan bait. Perubahan terjadi sejak Chairil Anwar. Sekalipun masih terikat oleh baris dan bait, tetapi tidak terikat oleh jumlah katanya, suku kata dan persamaan-persamaan bunyi sebagaimana terdapat pada bentuk-bentuk puisi terdahulu. 2) Berbeda dengan karya sastra bentuk prosa, puisi tidaklah merupakan suatu deretan peristiwa; tidak bercerita dan tentunya tidak mengutamakan plot. Puisi, pertama-tama adalah sebuah monolog. Sebagai monolog, kekuatan sebuah puisi terletak pada kekuatan ekspresinya. Daya ekspresi puisi tidak terletak pada banyak atau sedikitnya kata yang digunakan. Daya ekspresi puisi terletak pada pilihan kata dan pemanipulasian kata-kata tersebut sehingga mampu mengkonkretkan imaji-imaji yang memenuhi intuisi seorang penyair. 3) Keterikatan sebuah kata dalam puisi lebih cenderung pada struktur ritmik sebuah baris dari pada struktur sintaktik sebuah kalimat seperti dalam prosa. Oleh sebab itu, unsur dasar sebuah puisi bukanlah kalimat-kalimat, melainkan baris, terutama untuk puisi yang mengutamakan unsur formal; tidak pula kata, melainkan irama yang muncul manakala puisi dibacakan, terutama untuk puisi yang tidak mengutamakan unsur formal. Walaupun kata-kata terikat pada baris, namun tidak berarti bahwa kata-kata dalam puisi tidak dapat dikembalikan kepada struktur kalimat. Hanya saja, peranan baris lebih menentukan dibandingkan peranan kalimat. Konsekuensi logis dari struktur yang demikian adalah bahwa bahasa puisi dapat saja tidak mengikuti struktur logis kalimat. Penyimpangan dari struktur itu mungkin disebabkan oleh kepentingan irama, penekanan sebuah kata, atau karena ingin memunculkan efek dan kesan tertentu kepada pembacanya. Sebenarnya, hal demikianlah yang memberikan peluang untuk menciptakan puisi-puisi modern yang inovatif juga kreatif. 4) Bahasa dalam sajak cenderung pada makna konotatif. Ini adalah ciri yang dominan dalam puisi. Hampir tidak ada puisi yang tidak memanfaatkan konotasi bahasa. Ketidaklangsungan pengucapan adalah darah daging dari sebuah sajak. Ketidaklangsungan itu, kata Riffeterre dalam
Atmazaki (1993:12) disebabkan oleh pergantian arti, penyimpangan arti, penciptaan arti atau ‘disiplacing, distorting, dan creating of meaning’ . Pergantian arti dapat berbentuk majas atau bahasa kias, penyimpangan arti terjadi pada ambiguitas, dan penciptaan arti terjadi pada pemanfaatan tipologi tertentu. Sebenarnya, ketiga unsur itu yang menyebabkan puisi lebih padat dan memusat. Karena memang puisi adalah jenis karya sastra yang segala-galanya dipusatkan dan dipadatkan (konsentrasi dan intensifikasi). 5) Pada akhirnya, yang tidak kalah pentingnya dalam menentukan bahwa sebuah karya sastra disebut puisi adalah karena pembaca membacanya sebagai sebuah puisi. Di sinilah peran pembaca. Setiap pembaca memiliki kesiapan dan harapan terhadap setiap jenis teks yang dibacanya agar teks itu memberikan sesuatu sebagaimana yang diharapkannya. Apabila seseorang membaca sebuah teks, dan sewaktu membaca ia mempersiapkan mental dengan harapannya untuk menerima teks itu sebagaimana dipunyai sebuah puisi, maka teks itu adalah puisi. Sebab caranya membaca adalah pertanda bahwa ia mengharapkan agar teks itu memberikan daya saran sebagaimana dipunyai puisi.
c. Unsur-unsur Puisi Selain ciri-ciri puisi yang telah dikemukakan di atas, puisi juga dibangun oleh unsur-unsur puisi. Ada dua unsur pokok yang membentuk karya sastra, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Namun, pada penelitian ini, pembahasan hanya difokuskan pada unsur intrinsik saja. Adapun unsur instrinsik puisi menurut Suroto (1989:99) adalah sebagai berikut.
1) Tema Tema adalah pokok persoalan atau pokok pikiran yang mendasari terbentuknya sebuah puisi (Suroto: 1989:99). Pokok persoalan ini bisa bermacam-macam, seperti masalah ketuhanan, cinta, kebencian, rindu, keadilan, kemanusiaan dan lain-lain. Tidak mudah untuk mengetahui sebuah tema dalam puisi, karena tema puisi terselubung dalam kata-kata dan perlambangan. Untuk dapat
menangkap tema suatu puisi paling tidak kita harus mengetahui diksi, makna konotasi, dan perlambangan atau simbolisasi.
2) Amanat atau Pesan Amanat atau pesan adalah sesuatu yang hendak disampaikan oleh penyair kepada pembaca lewat puisinya (Suroto, 1989:101). Amanat biasanya berada dibalik tema yang tersirat dari rangkaian kata puisi itu.
3) Simbolisasi atau Perlambangan Pengertian simbolisasi atau perlambangan dalam puisi mengacu pada kata atau lambang kebahasaan lain yang digunakan untuk menggantikan suatu pengertian atau hal lain. Simbolisasi diperlukan oleh penyair untuk lebih mengkonkretkan hal-hal yang akan disampaikan. Misalnya, kata merah melambangkan pengertian berani atau marah. Jadi simbolisasi atau perlambangan sangat erat kaitannya dengan kata-kata konkret. Menurut
Waluyo (1995:88), macam-macam lambang ditentukan oleh keadaan atau
peristiwa apa yang digunakan oleh penyair untuk menggantikan keadaan atau peristiwa itu. Ada lambang warna, lambang benda, lambang bunyi, lambang suasana dan lainnya. Lambang bunyi sering dipergunakan penyair untuk mengeraskan suasana dan menegaskan maksud yang hendak disampaikan. Misalnya, bunyi /i/ cenderung melambangkan atau menggambarkan sesuatu yang kecil dan rapi. Bunyi /k/ melambangkan sesuatu yang keras dan lainnya.
4) Musikalitas Yang dimaksud dengan musikalitas adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengucapan bunyi (Suroto, 1989:105). Unsur musikalitas sangat penting dalam puisi. Tanpa memperhatikan unsur ini, efek puitis dalam puisi akan berkurang. Unsur ini meliputi rima dan bunyi. Rima adalah
persamaan bunyi atau pola bunyi yang terdapat pada kata-kata dalam puisi. Sedangkan bunyi di sini dimaksudkan adalah bunyi bahasa yang terdapat dalam kata-kata puisi. 5) Rima Di dalam puisi, rima mempunyai fungsi menimbulkan irama yang merdu sehingga memberi kesan estetik pada pendengaran dan perasaan. Selain itu, rima berfungsi mengintensifkan dan menyatakan suasana yang digambarkan.
6) Bunyi Unsur bunyi mampu melambangkan atau mengkonotasikan makna tertentu. Di samping itu, bunyi juga mampu menimbulkan keindahan. Bunyi yang tepat akan membantu mengungkapkan amanat karena bunyi dapat menciptakan suasana tersendiri. 7) Korespondensi Yang dimaksud dengan korespondensi dalam puisi adalah perhubungan yang terdapat dalam puisi (Suroto, 1989:109). Perhubungan tersebut meliputi perhubungan antara kata dengan kata, frase dengan frase, kalimat dengan kalimat, atau bait dengan bait dalam suatu kesatuan yang logis. Untuk dapat memahami suatu puisi dengan baik, maka unsur ini tidak dapat diabaikan.
8) Diksi Diksi adalah ketepatan pemilihan dan penggunaan kata (Suroto, 1989:112). Dalam puisi, diksi memegang peranan penting sebab makna dan keindahan puisi dibangun oleh seni kata. Ketepatan pemilihan dan penggunaan kata tersebut meliputi ketepatan makna, ketepatan bentuk, ketepatan bunyi, dan ketepatan penempatan dalam urutan. Semua itu harus merupakan suatu panduan yang pas dan harmonis.
9) Gaya Bahasa Gaya bahasa termasuk unsur intrinsik yang cukup penting dalam puisi. Boleh dikatakan hampir tak ada puisi yang hadir tanpa sebuah gaya bahasa. Dengan gaya bahasa, gagasan yang terungkap akan terasa lebih konkret dan penuh. Tarigan dalam Suroto (1989:114) mengatakan, gaya bahasa ialah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Penggunaan gaya bahasa mempunyai tujuan selain untuk menarik perhatian juga digunakan untuk hal tertentu. Misalnya, gaya bahasa repetisi atau gaya bahasa pengulangan yang digunakan untuk mengintensifkan hal-hal yang ingin ditekankan atau dikemukakan. Atau gaya bahasa personifikasi yang memberikan sifat-sifat manusia kepada benda mati. Dengan ini, penyair dapat menghidupkan puisi-puisinya, mengintensifkan pernyataan, dan dapat menegaskan maksud. 10) Tipografi Tipografi atau tata wajah merupakan pembeda penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik dalam puisi tidak berbentuk paragraf melainkan berbentuk bait. Cara sebuah teks ditulis sebagai larik-larik yang khas menciptakan makna tambahan. Makna tambahan itu diperkuat oleh penyajian tipografi puisi. Bentuk tipografi yang disajikan selain ingin menyampaikan makna, juga ingin memperlihatkan kemanisan susunan kata-kata dan baris serta bait yang menyerupai gambar seperti huruf Z, segi empat, dan lainnya. Keseluruhan unsur-unsur pembangun puisi yang diuraikan di atas merupakan unsur-unsur yang utuh dan padu dan merupakan kesatuan yang saling melengkapi dan mempengaruhi dalam puisi. Dalam menciptakan sebuah puisi, diperlukan langkah-langkah menulis puisi yang dapat dijadikan ide bagi mahasiswa dalam menulis puisi.
2. Kemampuan Menulis Puisi
Suatu kegiatan yang dilakukan menuntut adanya keterampilan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:180) dinyatakan. “Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas.” Keterampilan yang dimiliki seseorang tentu akan berguna bagi orang tersebut. Salah satu keterampilan yang dituntut saat ini adalah kemampuan menulis. Tidak mudah memang praktik menulis itu. Mungkin bagi sebahagian orang itu gampang tetapi
bila sudah
mendapat ide, maka ia akan dapat menulis apa saja. Namun, bagi sebahagian orang, hal itu tidaklah mudah. Akan tetapi, walau bagaimana pun jika kemampuan menulis itu dilatih terus menerus dengan bimbingan yang sistematis maka memungkinkan orang tersebut akan dapat menulis dan kemampuan itu akan berubah menjadi sebuah keterampilan. Menulis puisi merupakan proses bernalar yang imajinatif, yang kemudian diwujudkan dalam bentuk lambang-lambang yang mempunyai arti khusus. Menulis puisi adalah penceritaan kembali pengalaman pribadi dan respon akan sesuatu yang diwujudkan dari proses yang diwujudkan dari proses berpikir imajinatif ke dalam bentuk kata yang khas yang disebut puisi. Al Banna (2008) mengemukakan: “Menulis puisi adalah menulis suatu objek yang cenderung dekat dengan diri si penulis itu sendiri, baik dekat dengan perasaan atau pemikiran. Penulis perlu merawat ketertarikan terhadap objek itu dengan tekun, sehingga ia bisa lebih dan lebih dekat lagi dengan objek. Sebab puisi yang baik adalah puisi yang berawal dan lahir dari proses kedekatan dengan perasaan dan pemikiran penulis. Semakin dekat suatu objek dengan diri penulis, maka akan semakin baik pula puisi yang akan dihasilkan.”
Oleh karena itu, kemampuan menulis puisi merupakan kemampuan atau kecakapan seseorang dalam menulis sebuah objek yang dekat dengan penulis dengan menyusun kata-kata atau bahasa yang bersifat kreatif dan imajinatif. Dari objek yang sama maka akan dapat dihasilkan objek yang berbeda. Kepiawaian itu terletak pada kejelian seseorang dalam menangkap hal-hal yang terlihat olehnya yang kemudian akan dituangkan ke dalam kata-kata yang bernama puisi.
3. Langkah-langkah Menulis Puisi Kosasih (2004:235) mengatakan: “Menulis puisi adalah penyusunan kata-kata atau bahasa berdasarkan pengalaman yang bersifat kreatif.” Tidak jauh berbeda dengan pernyataan itu, Atmazaki (1993) menyatakan bahwa teknik menulis puisi dapat dilakukan sebagai berikut: a. memahami dasar puisi, b. pengembangan imajinasi melalui pengalaman atau objek yang ada di sekitar kita, c. mengembangkan keterampilan menulis melalui permainan kata, d. menganalisis kata untuk meningkatkan kreativitas, dan e. latihan menulis dimulai dari puisi yang sederhana dengan terlebih dahulu menentukan tema puisi. Sebenarnya jika dicermati, puisi itu merupakan ungkapan kata bermakna yang dihasilkan dari berbagai macam proses kelahiran masing-masing. Artikel yang berjudul “Lima Tahap Proses Menulis Puisi” menyatakan bahwa puisi itu terlahir dari beberapa proses di bawah ini, yakni sebagai berikut.
1. Tahap pengungkapan fakta diri; puisi pada tahap ini, biasanya lahir berdasarkan observasi pada sekitar diri sendiri, terutama pada faktor fisik. Jadi, seseorang akan terinspirasi menulis puisi berdasarkan obyek yang benar-benar konkret. 2. Tahap pengungkapan rasa diri; pada tahap ini akan lahir puisi yang mampu mengungkapkan rasa atau perasaan diri sendiri atau objek yang bersinggungan atau berinteraksi. Perasaan yang terungkap bisa berupa perasaan sedih, senang, benci, cinta, patah hati dan lain-lain.
3. Tahap mengungkapkan fakta objek lain; pada tahap ini puisi dilahirkan berdasarkan fakta-fakta di luar diri dan dituliskan begitu saja apa adanya, tanpa tambahan kata bersayap atau metafora. 4. Tahap mengungkapkan rasa objek lain; pada tahap ini, penulis berusaha mengungkapkan perasaan suatu objek, baik perasaan orang lain maupun benda-benda yang ada di sekitarnya yang seolah-olah menjelma menjadi manusia. 5. Tahap mengungkapkan kehadiran yang belum hadir; pada tahap ini, puisi sudah merupakan kristalisasi yang sangat mendalam atas segala fakta, rasa, dan analisa menuju jangkauan yang bersifat lintas ruang dan waktu menuju kajadian di masa depan.
Menulis puisi merupakan kegiatan produktif yang lahir dari ekspresi pribadi. Kepandaian menulis puisi bergantung pada pengalaman menulis puisi. Kemampuan menulis puisi sering dianggap sebagai bakat sehingga orang yang merasa tidak mempunyai bakat tidak akan dapat menulis, tetapi bakat tidak berarti tanpa ada pelatihan. Dan begitu pun sebaliknya, tanpa bakat pun bila seseorang rajin belajar dan giat berlatih, ia akan terampil dalam menulis puisi. Jadi, menulis puisi termasuk jenis keterampilan, seperti halnya jenis keterampilan lainnya, pemerolehannya harus melalui belajar dan berlatih, semakin sering belajar dan semakin giat berlatih, tentu semakin cepat terampil. Selain itu, berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis puisi juga dapat ditingkatkan dengan memperhatikan obyek serta menjalin kedekatan obyek tersebut agat tercipta pemaknaan yang bersifat konotatif yang pada akhirnya menyumbangkan diksi yang menarik.
4. Teknik Rangsang Gambar dan Sumbang Kata
Menurut Sayuti (2008), teknik rangsang gambar adalah salah satu model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media yang digunakan dalam pembelajaran. Pemakaian model pembelajaran yang bervariasi merupakan salah satu faktor pendukung dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Model pembelajaran dengan menggunakan media gambar seperti teknik ini dapat diterapkan dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia pada pembelajaran menulis puisi. Media gambar membantu dosen dalam mengatur proses pembelajaran serta penggunaan waktu di kelas dengan bijak. Ketersediaan media gambar di suatu kelas akan memengaruhi proses pembelajaran mahasiswa dimana penempatan media yang sesuai akan mendukung proses pencapaian pembelajaran itu sendiri. Sumbang kata merupakan salah satu model pembelajaran dengan mengumpulkan kata-kata yang sesuai dengan tema guna merangkai sebuah karya yang berupa tulisan yang indah dan bermakna. Model pembelajaran dengan teknik sumbang kata ini diterapkan dalam proses belajar mengajar dengan membentuk kelompok sesuai dengan pembagian jenis kata yang sesuai dengan gambar dan tema yang telah ditentukan. Kata-kata yang telah disumbangkan oleh mahasiswa digunakan untuk merangkai sebuah puisi yang terdiri dari beberapa bait dan memiliki makna. Teknik rangsang gambar dan sumbang kata merupakan suatu teknik pembelajaran dengan memberikan rangsangan yang berupa gambar kepada mahasiswa. Mahasiswa tidak hanya membayangkan suatu objek, tetapi juga dituntut untuk mengamati dengan cermat gambar yang disajikan, lalu juga dituntut untuk menyumbangkan kata-kata sesuai dengan pemaknaan terhadap obyek tersebut. Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya duduk dan mendengarkan dosen, tetapi juga turut bekerja memperhatikan obyek dan menyumbangkan kata-kata. Pada pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan teknik sumbang kata, mahasiswa dituntut untuk menemukan kata-kata yang berhubungan dengan gambar yang telah mereka
lihat kemudian ditulis di papan tulis. Mahasiswa dituntut untuk menggerakkan anggota tubuh, menggunakan panca indera, dan otaknya untuk belajar. Mahasiswa dapat mendapatkan pengalaman dari apa yang telah mereka lihat dan dengar untuk dijadikan bahan belajar. Hal ini tentunya akan meningkatkan keaktifan mahasiswa serta bisa meningkatkan kemampuan dalam proses pembelajaran apresiasi puisi di kampus. Dengan menerapkan teknik rangsang gambar dan sumbang kata pada pembelajaran apresiasi puisi ini, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi mahasiswa. B. KERANGKA KONSEPTUAL Menulis puisi merupakan kegiatan produktif yang lahir dari ekspresi pribadi. Kegiatan tersebut
merujuk pada kemampuan atau kecakapan seseorang dalam menulis
sebuah objek yang dekat dengan penulis dengan menyusun kata-kata atau bahasa yang bersifat
kreatif
dan
imajinatif.
Hal
itu
sejalan
dengan
konsep
puisi
yang
mengimplementasikan refleksi pribadi ke dalam kata-kata yang ekonomis, padat, tetapi juga kaya makna. Artinya, dari objek yang sama maka akan dapat dihasilkan objek yang berbeda. Kepiawaian itu terletak pada kejelian seseorang dalam menangkap hal-hal yang terlihat olehnya yang kemudian akan dituangkan ke dalam kata-kata yang bernama puisi. Teknik rangsang gambar dan sumbang kata merupakan suatu teknik pembelajaran dengan memberikan rangsangan yang berupa gambar kepada mahasiswa. Melalui obyek tersebut, mahasiswa dituntut untuk menyumbangkan kata-kata dan memberi pemaknaan. Jadi mahasiswa tidak hanya membayangkan suatu objek sebagai sebuah benda, tetapi juga turut berperan memaknai obyek tersebut dengan menyumbangkan kata-kata. Dengan demikian, mahasiswa akan dapat menciptakan sebuah puisi berdasarkan pemaknaan obyek dan penyumbangan kata-kata.
C. HIPOTESIS PENELITIAN Berdasarkan kerangka teoretis, kerangka konseptual, dan pendapat ahli yang sudah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: Terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis puisi sebelum menerapkan teknik pembelajaran rangsang gambar dan sumbang kata dan sesudahnya pada mahasiswa semester tiga Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2012/ 2013.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Metode ini dipergunakan karena peneliti ingin mengetahui perbedaan kemampuan mahasiswa dalam menulis puisi sebelum menerapkan teknik pembelajaran rangsang gambar dan sumbang kata dengan sesudah menerapkan teknik pembelajaran rangsang gambar dan sumbang kata.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas perkuliahan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pembelajaran 2012/ 2013.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Arikunto (1998:115) menyatakan, “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.” Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester tiga Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2012/ 2013 yang terdiri atas 3 kelas seperti rincian di bawah ini.
TABEL I RINCIAN POPULASI PENELITIAN
Mahasiswa semester tiga Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia T. P. 2012/ 2013 Group A
Group B
Group C
50
33
28
2. Sampel Penelitian Peneliti menggunakan teknik random dalam menentukan atau mengambil sampel. Dalam penelitian ini populasi yang ada terdiri dari 3 (tiga) kelas. Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini, peneliti melakukan cluster sampling terhadap populasi kelas yang ada dengan cara melakukan pengocokan. Maka kelas yang terpilih dalam proses random adalah kelas B dengan jumlah mahasiswa 33 orang.
D. Desain Penelitian Model desain penelitian yang digunakan peneliti adalah desain One Group Pretest Posttest Design. Arikunto (2005:212) berpendapat, “One group pretest posttest design yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding.” Di dalam desain ini pengukuran dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Pengukuran yang dilakukan sebelum eksperimen disebut pretest, dan pengukuran sesudah eksperimen disebut posttest. Dengan desain ini, efek dari eksperimen dapat diketahui dengan pasti karena sudah menggunakan tes awal.
Tes dilakukan sebanyak dua kali, pertama tes sebelum menerapkan menerapkan teknik pembelajaran rangsang gambar dan sumbang kata, kedua tes sesudah menerapkan teknik pembelajaran rangsang gambar dan sumbang kata. TABEL II DESAIN PENELITIAN
Kelas
Pretest
Perlakuan
Posttest
Eksperimen
O1
X
O2
Keterangan: O1
: Tes
awal kemampuan menulis puisi
X
: Perlakuan dengan menerapkan teknik pembelajaran rangsang gambar dan sumbang kata
O2
: Tes
akhir kemampuan menulis puisi
E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk menjaring data adalah tes kemampuan menulis puisi. Tes dibuat dalam bentuk essai yaitu menginstruksikan mahasiswa untuk menulis puisi. Adapun yang menjadi kriteria penilaian dalam menulis puisi yang dibacakan pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
TABEL III ASPEK-ASPEK PENILAIAN No
1.
Aspek
Tema
Kriteria 1. Kesesuaian tema puisi dengan isi yang disampaikan a. sangat sesuai b. sesuai c. kurang sesuai d. tidak sesuai
Nilai
20 15 10 5
2.
Rima
2. Penggunaan rima a. sangat tepat b. tepat c. kurang tepat d. tidak tepat
20 15 10 5
3.
Diksi
3. Aspek pemilihan kata a. sangat kontekstual b. kontekstual c. kurang kontekstual d. tidak kontekstual
20 15 10 5
4.
Gaya Bahasa
4. Penggunaan gaya bahasa a. sangat variatif b. variatif c. kurang variatif d. tidak variatif
20 15 10 5
5.
Imajinasi
5. Keberadaan imajinasi dalam puisi a. tergambar sangat jelas b. jelas c. kurang jelas d. tidak jelas
20 15
10 5 Jumlah
100
(Nugriyantoro:2001)
F. Teknik Analisis Data Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data penelitian adalah sebagai berikut. 1. Menghitung nilai rata-rata hasil belajar menulis puisi sebelum dan sesudah perlakuan dengan rumus
Fi X i
X =
(Sudjana, 2002:67)
Fi
2. Menghitung simpangan baku S1 dan S2 dari varians sebelum dan sesudah perlakuan dengan rumus
S
2
N
Fi X i
2
Fi X i
N N 1
2
(Sudjana, 2002:95)
3. Pemeriksaan dengan uji normalitas data dengan menggunakan uji
Liliefors, langkah-langkah
yang ditempuh adalah: a. Pengamatan X1, X2, ….,Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ….Zn
dengan
menggunakan rumus:
Zi =
Xi
X S
(Sudjana, 2002:466)
b. Menghitung peluang F(zi) = F(z zi) dengan menggunakan daftar distribusi normal baku. c. Menghitung Z1 , Z2, ….,Zn yang dinyataka dengan S(Zi).
d. Menghitung selisih F(Zi) - S(Zi) kemudian menentukan harga mutlaknya. e. Menentukan harga terbesar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut Harga terbesar ini disebut
Lo. Untuk menerima dan menolak distribusi normal data penelitian
dapat
dibandingkan nilai Lo dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar tabel uji Liliefors dengan taraf
0,05 dengan kriteria pengujian jika Lo < L maka sampel berdistribusi normal.
4. Untuk menentukan data homogen atau tidak, digunakan uji homogenitas varians dengan menggunakan uji F sebagai berikut.
F=
var ians terbesar var ians terkecil
(Sudjana, 2002:250)
Kriteri pengujian: Jika
Fhitung < Ftabel maka
sampel sebelum dan sesudah perlakuan mempunyai varians yang
sama. 5. Pengujian hipotesis, digunakan rumus uji-t dari Arikunto yaitu
t
D D D2 N N ( N 1)
2
(Arikunto, 2005:396)
Rumus di atas dapat diuji pada taraf signifikan 5% atau
= 0,05 dari daftar distribusi t dk = (n-
1) dengan ketentuan terima Ha jika thitung > ttabel dan ditolak Ho jika thitung < ttabel.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Metode ini dipergunakan karena peneliti ingin mengetahui perbedaan kemampuan mahasiswa dalam menulis puisi sebelum menerapkan teknik rangsang gambar dan sumbang kata dengan sesudah menerapkan teknik rangsang gambar dan sumbang kata. Berikut ini akan disajikan data mengenai hasil perolehan nilai kemampuan menulis puisi sebelum menggunakan teknik rangsang gambar dan sumbang kata dengan sesudah menggunakan teknik rangsang gambar dan sumbang kata. TABEL IV DATA HASIL MENULIS PUISI
No
Nama
Pretest
Postest
1.
Lela Novida Simbolon
50
70
2.
Eva Friska Tarigan
75
90
3.
Ika Widiati Sinaga
75
70
4.
Ruth Helena Nainggolan
60
75
5.
Rita Marsaulina Pasaribu
60
80
6.
Deswin Rio P. Tarigan
45
60
7.
Fainto Girsang
50
70
8.
Nelly Agustina Manik
40
65
9.
Jane Andriani Ginting
55
75
10.
Isabella Br. Sembiring
45
70
11.
Okto Basri Manik
55
65
12.
James Lianson Nainggolan
55
75
13.
Erna Yunita Barasa
55
80
14.
Henny Indriawati Hulu
75
90
15.
Endang Prasetya Purba
75
75
16.
Amrin Jafetman Sinaga
40
75
17.
Repiana Gultom
50
80
18.
Ernesta Br. Ginting
60
75
19.
Intan Silaban
50
80
20.
Lastri Nainggolan
70
70
21.
Vina Merina Br. Sianipar
50
70
22.
Masni Silaban
55
65
23.
Listari Manurung
60
70
24.
Epin Donta Ginting
75
75
25.
Dewi Ria Sianturi
40
75
26.
Ceria Kristi Br. Tarigan
60
75
27.
Rayona Tampubolon
45
90
28.
Virgina Rosti Situmorang
60
60
29.
Lilis Debora Gultom
60
70
30.
Marissan Simamora
70
80
31.
Lidia Theresia Siringoringo
60
65
32.
Mardelina Purba
65
70
33.
Lastri Nainggolan
45
70
Jumlah
∑X1=1885
∑X2= 2425
Rata-rata
57,12
73,48
1. Analisis Data Kelompok Pretest Setelah mengetahui hasil kemampuan menulis puisi, selanjutnya akan dibuat tabel distribusi frekuensi, hal ini dilakukan guna mengetahui rata-rata (mean), Standar Deviasi (SD) dan Standar Error (SE) dari data yang berdistribusi tunggal.
TABEL V DISTRIBUSI FREKUENSI SKOR KEMAMPUAN MENULIS PUISI
X
f
Fx
x
x2
fx2
40
3
120
-17,12
293,09
879,28
45
4
180
-12,12
146,89
587,57
50
5
250
-7,12
50,69
253,47
55
5
275
-2,12
4,49
22,47
60
8
480
2,88
8,29
66,35
65
1
65
7,88
62,09
62,09
70
2
140
12,88
165,89
331,78
75
5
375
17,88
319,69
1598,47
N=33
∑fX=1885
∑fx2=3801,48
Dari tabel di atas dapat dicari rata-rata, standar deviasi, dan standar error variabel yaitu: 1. Rata-rata (Mean) Kelompok X
MX
fX N1 1885 33 57,12
2. Standar Deviasi Kelompok X
SDX
fx 2 N1 3801,48 33 115,19
SDX
10,73
3. Standar Error Kelompok X
SEMX
SDX N1 1 10,73 33 1 10,73 32 10,73 5,65
SEMX
1,89 Berdasarkan tabel distribusi kelas pretest di atas dapat digambarkan dalam bentuk
diagram batang sebagai berikut: GAMBAR II DISTRIBUSI FREKUENSI KELOMPOK PRETEST
FREKUENSI
8 6 4 2 0 40 45 50 55 60 65 70 75 NILAI
Selain itu, data di atas dapat dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu sangat baik, baik, dan cukup. Adapun ketentuan dalam pengkategorian data tersebut adalah sebagai berikut. TABEL VI IDENTIFIKASI KECENDERUNGAN KELOMPOK PRETEST
Rentang
F. absolute
F. Relative
Kategori
85-100
0
0%
Sangat baik
70-84
7
21,2%
Baik
55-69
14
42,4%
Cukup
40-54
12
36,4%
Kurang
0-39
0
0
Sangat kurang
33
100%
2. Analisis Data Kelompok Postest Setelah mengetahui hasil kemampuan menulis puisi seperti di atas selanjutnya diketahui hasil kemampuan menulis puisi dengan menggunakan teknik rangsang gambar dan sumbang kata. Selain itu, di bawah ini juga akan dibuat tabel distribusi frekuensi, hal ini dilakukan guna mengetahui rata-rata (mean), Standar Deviasi (SD) dan Standar Error (SE) dari data yang berdistribusi tunggal.
TABELVII DISTRIBUSI FREKUENSI SKOR KEMAMPUAN MENULIS PUISI
X
F
Fx
x
x2
fx2
60
2
120
-13,48
181,71
363,42
65
4
260
-8,48
71,91
287,64
70
10
700
-3,48
12,11
121,1
75
9
675
1,52
2,31
20,79
80
5
400
6,52
42,51
212,55
90
3
270
16,52
272,91
818,73
N=33
∑fX=2425
∑fx2=1824,23
Dari tabel di atas dapat dicari rata-rata, standar deviasi, dan standar error variabel yaitu:
1. Rata-rata (Mean) Kelompok Y
MX
fX N1 2425 33 73,48
2. Standar Deviasi Kelompok Y
SDX
fx 2 N1 1824,23 33 55,27
SDX
7,43
3. Standar Error Kelompok Y
SEMX
SDX N1 1 7,43 33 1 7,43 32 7,43 5,65
SEMX
1,31 Berdasarkan tabel distribusi kelas postest di atas dapat digambarkan dalam bentuk
diagram batang sebagai berikut: GAMBAR III DISTRIBUSI FREKUENSI KELOMPOK POSTEST
FREKUENSI
10 8 6 4 2 0 60
65
70
75 NILAI
80
90
Selain itu, data di atas dapat dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu sangat baik, baik, dan cukup. Adapun ketentuan dalam pengkategorian data tersebut adalah sebagai berikut.
TABEL VIII IDENTIFIKASI KECENDERUNGAN KELOMPOK POSTEST
Rentang
F. absolute
F. Relative
Kategori
85-100
3
9,1%
Sangat baik
70-84
24
72,7%
Baik
55-69
6
18,2%
Cukup
40-54
0
0
Kurang
0-39
0
0
Sangat kurang
33
100%
4. Mencari Standar Error Kelompok X dan Kelompok Y
SEmx
my
SEMX
1,31
1,71
5,28 = 2,29
2
2
SEMY
1,89
3,57
2
2
Dari perhitungan di atas diperoleh standar error perbedaan mean pada pretest (X) dan postest (Y) adalah 2,29.
B. Uji Persyaratan Analisis Data 1. Uji Normalitas Data Kelompok Pretest (X) Uji normalitas yang digunakan adalah uji normalitas Lilliefors. Berikut tabel uji normalitas variabel X. TABEL IX UJI NORMALITAS DATA KELOMPOK PRETEST
X
F
fKum
Zi
Tabel
F(Zi)
S(Zi)
L
40
3
3
-1,59
-0,4441
0,0559
0,0909
0,0350
45
4
7
-1,12
-0,3686
0,1314
0,2121
0,0807
50
5
12
-0,66
-0,2454
0,2546
0,3636
0,1090
55
5
17
-0,19
-0,0754
0,4246
0,5151
0,0905
60
8
25
0,26
0,1026
0,6026
0,7575
0,1549
65
1
26
0,73
0,2673
0,7673
0,7878
0,0205
70
2
28
1,20
0,3849
0,8849
0,8484
0,0365
75
5
33
1,66
0,4515
0,9515
1
0,0485
Diketahui rata-rata kelas eksperimen Mx= 57,12 dan N = 33 Berdasarkan tabel di atas, harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut (Lhitung)= 0,1549. Kemudian nilai Lhitung ini dikonsultasikan dengan nilai kritis L dengan taraf
nyata α = 0,05 (5%). Dimana diketahui (N=33), maka Ltabel dengan α (0,01) = 0,1796, dan α (0,05) = 0,1543. Dengan demikian Lhitung < Ltabel (0,1549 < 0,1796). Hal ini membuktikan bahwa data variabel X berdistribusi normal.
2. Uji Normalitas Data Kelompok Postest Uji normalitas yang digunakan adalah uji normalitas Lilliefors. Berikut tabel uji normalitas variabel Y. TABEL X UJI NORMALITAS DATA KELOMPOK POSTEST
X
F
fKum
Zi
Tabel
F(Zi)
S(Zi)
L
60
2
2
-1,81
-0,4649
0,0351
0,0606
0,0255
65
4
6
-1,14
-0,3729
0,1271
0,1818
0,0547
70
10
16
-0,46
-0,1772
0,3228
0,4848
0,1620
75
9
25
0,20
0,0793
0,5793
0,7575
0,1782
80
5
30
0,87
0,3078
0,8078
0,9090
0,1012
90
3
33
2,22
0,4868
0,9868
1
0,0132
Diketahui rata-rata kelas eksperimen Mx= 73,48 dan N= 33 Berdasarkan tabel di atas, harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut (Lhitung)= 0,1782. Kemudian nilai Lhitung ini dikonsultasikan dengan nilai kritis L dengan taraf nyata α = 0,05 (5%). Dimana diketahui (N= 33) Ltabel= 0,1796.
Dengan demikian Lhitung < Ltabel (0,1782 < 0,1796). Hal ini membuktikan bahwa data variabel Y berdistribusi normal. 3. Uji Homogenitas Uji homogenitas varians diuraikan untuk menguji kesamaan variabel. Metode yang digunakan adalah dengan uji Bartlet (Sudjana, 1989:261). Perhitungannya sebagai berikut.
Diketahui: S2x = (7,43)2 = 55,27 S2y = (10,73)2 = 115,19
Derajat kebebasan (dk) dk = N – 1 = 33-1 = 32 Setelah diperoleh harga-harga yang diperlukan untuk uji Bartlet, kemudian dihitung varians gabungan dari semua sampel ( S 2 ), harga satuan B, dan digunakan statistik Chikuadrat ( Berikut ini disajikan hasil perhitungan homogenitas data-masing-masing variabel penelitian.
2
).
TABEL XI HARGA-HARGA YANG PERLU UNTUK UJI BARTLETT
Sampel
Dk
1/dk
Si2
Log Si2
(dk)Log Si2
X
32
0,031
55,27
1,74
55,68
Y
32
0,031
115,19
2,06
65,92
64
a.Varians Gabungan Sampel
S
2
(ni i ) S i
2
(ni 1)
(n x 1) S x
2
(n x
(nY
1) S y
2
ny ) 2
(32)(55,27) (32)(115,19) 64 (1768,64) (3686,08) 64 2 S 85,23 Log S 2
Log 85,23 1,93
b. Harga Satuan B
B
LogS 2
= (1,93) (64) = 123,55
(ni 1)
121,60
c. Uji Bartlett dengan rumus Chi kuadrat X2 = ln 10
{B -
(ni-1) Log Si2}
= (2,3025)(123,55 - 123,52) = (2,3025) (0,03) = 0,06 Dari perhitungan di atas diperoleh X2hitung (chi kuadrat) sebesar 0,06, harga X2tabel pada taraf kepercayaan 95 % dengan dk 32 adalah 79,1. Oleh karena itu, X2hitung < X2tabel yaitu 0,06 < 79,1. Hal ini membuktikan bahwa varians populasi adalah homogen.
C. Pengujian Hipotesis Berdasarkan penelitian terhadap normalitas dan homogenitas sebagaimana telah diketahui sebelumnya bahwa persyaratan analisis data dalam penelitian ini adalah berdistribusi normal dan dari variansi populasi yang homogen. Selanjutnya akan dilakukan hipotesis dengan uji “t” dengan rumus Sudijono (Sudijono, 2007: 282-285):
to
M1 M 2 SEM 1 M 2
73,48 57,12 2,29 7,14 Maka thitung = 7,14 Berdasarkan perhitungan data maka diperoleh thitung = 7,14 pada taraf signifikan daftar distribusi t dk (n-1) = (33-1) = 32 maka diperoleh ttabel = 1,82. Jadi
= 5% dari
thitung > ttabel = 7,14 > 1,82
berarti Ho ditolak dan Ha diterima yaitu menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis puisi sebelum menerapkan teknik rangsang gambar dan sumbang kata dengan sesudahnya. D. Temuan Penelitian Berdasarkan analisis data penelitian, diperoleh temuan sebagai berikut. 1. Kemampuan menulis puisi sebelum menerapkan teknik rangsang gambar dan sumbang kata termasuk dalam kategori cukup (42,4%) dan rata-rata hasil belajar 57,12. 2. Kemampuan menulis puisi sesudah menerapkan teknik rangsang gambar dan sumbang kata termasuk dalam kategori baik (72,7%) dan rata-rata hasil belajar 73,48. 3. Data kemampuan menulis puisi sebelum dan sesudah menerapkan teknik rangsang gambar dan sumbang kata berada pada distribusi normal, yaitu pada taraf
= 5 % dan N = 33
diperoleh Lo < Ltabel yaitu 0,1549 < 0,1796 (sebelum perlakuan) dan Lo < Ltabel yaitu 0,1782 < 0,1796 (sesudah perlakuan). 4. Uji homogenitas dengan menggunakan uji varians diperoleh Fhitung = 0,06 dan Ftabel = 79,1 jadi Fhitung < Ftabel maka varians sampel berasal dari populasi yang homogen. 5. Uji-t, diperoleh thitung = 7,14 pada taraf signifikan tabel
= 5 % dk = (n-1) = (33-1) = 32 diperoleh t
= 1,82, jadi thitung > t tabel = 7,14 > 1,82. Dengan demikian ada perbedaan yang signifikan
antara kemampuan menulis puisi sebelum menerapkan teknik rangsang gambar dan sumbang kata dengan sesudahnya. E. Pembahasan Hasil Penelitian Kemampuan menulis puisi meningkat sesudah menerapkan teknik rangsang gambar dan sumbang kata. Ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa yang semakin meningkat dari 57,12 menjadi 73,48 dan persentase kemampuan siswa yang semakin meningkat dari 42,4% (cukup)
menjadi 72,7% (baik). Hal ini membuktikan bahwa penerapan teknik rangsang gambar dan sumbang kata dapat meningkatkan kemampuan dalam menulis puisi. Berdasarkan pengujian normalitas dan homogenitas, maka diketahui bahwa data sebelum dan sesudah perlakuan adalah berdistribusi normal dan mempunyai varians yang sama. Berdasarkan analisis data dengan uji-t diperoleh thitung = 7,14 pada taraf signifikan
= 5 % dan dk (n-1) = (33-1)
=32 diperoleh ttabel = 1,82. Ternyata thitung > ttabel. Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima yaitu ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis puisi sebelum menerapkan teknik rangsang gambar dan sumbang kata dengan sesudahnya.
Berdasarkan hasil yang dipaparkan di atas dapat diketahui bahwa teknik rangsang gambar dan sumbang kata merupakan suatu teknik pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi dengan memberikan rangsangan yang berupa gambar kepada mahasiswa. Melalui gambar tersebut, mahasiswa dituntut untuk menyumbangkan kata-kata dan memberi pemaknaan. Dengan demikian, mahasiswa akan dapat menciptakan sebuah puisi berdasarkan pemaknaan obyek dan merealisasikannya melalui penyumbangan katakata.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalan bab IV, maka dapat disimpulkan seperti di bawah ini. 1. Kemampuan menulis puisi sebelum menerapkan teknik rangsang gambar dan sumbang kata tergolong kurang memadai. 2. Kemampuan menulis puisi sesudah menerapkan teknik rangsang gambar dan sumbang kata tergolong baik. 3. Ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis puisi sebelum teknik rangsang gambar dan sumbang kata dengan sesudahnya. 4. Dari hasil penelitian dan data yang diperoleh, teknik rangsang gambar dan sumbang kata sangat baik diterapkan untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi. B. Saran Berdasarkan simpulan, adapun yang menjadi saran dikemukakan berikut. 1. Kepada dosen bahasa Indonesia agar menerapkan teknik rangsang gambar dan sumbang kata dalam pembelajaran menulis puisi sehingga membuat mahasiswa semakin termotivasi untuk aktif dalam proses pembelajaran. 2. Kepada dosen bahasa Indonesia agar memperhatikan pentingnya menggunakan dan memvariasikan teknik pembelajaran dan lebih kreatif dalam menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan menarik.
4. Selain materi menulis puisi, dosen bahasa Indonesia juga dapat menerapkan teknik rangsang gambar dan sumbang kata pada materi lain yang juga sesuai sehingga kegiatan pembelajaran tidak monoton dan membosankan.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S.1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
________
2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
________
2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Atmazaki. 1993. Analisis Sajak Teori, Metodologi dan Aplikasi. Bandung: Angkasa
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Esten, Mursal. 2000. Kesusastraan Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa. Kokasih., E. 2004. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusasteraan. Bandung: Yarma Widya
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2009. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. 2009. Kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Medan: Universitas HKBP Nommensen.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standard Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. -------------------, 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Suroto. 1989. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progressif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Waluyo, Herman. J. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Bumi Aksara.