Nilai Pendidikan dalam Novel Surat Dahlan (Yoga Pratama)
173
NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA Yoga Pratama SMA Islam Wasilatul Huda Dukohkidul-Nggasem-Bojonegoro Telp. 08563465098 Pos-el
[email protected]
Abstrak: Tujuan dari penyusunan ini adalah untuk mendeskripsiskan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Surat Dahlan dalam pembelajaran apresiasi satra. Nilai-nilai religius yang terdapat dalam novel Surat Dahlan meliputi tentang bagaimana bentuk rasa bersyuku, tabah dalam menghadapi berbagai cobaan, berserah diri dan selalu tawakal kepada Tuhan, percaya akan takdir yang telah ditentukan, dan yang terpenting selalu mentaati dan melaksanakan perintahNya..Nilai-nilai moral yang terdapat dalam novel Surat Dahlanmeliputi sikap sabar, jujur, ikhlas, terus belajar memperbaki diri, rendah hati, dan saling menghargai. Nilai-nilai sosial yang terdapat dalam novel Surat Dahlan meliputi rasa kepedulian terhadap sesama, saling menyayangi antara yang satu dan yang lainnya, saling tolong menolong, dan perduli akan kepentingan keluarga dan lingkungan masyarakat. Nilai-nilai budaya yang terdapat dalam novel Surat Dahlan meliputi keberagaman budaya yang tampak dan tradisi-tradisi di suatu daerah dimana kita dapat mengenal lebih jauh tentang kebudayaan yang ada di daerah tersebut khususnya di Samarinda. Kata kunci: sastra, nilai pendidikan Abstract: The purpose of this arrangement is to mendeskripsiskan educational values embodied in the novel Dahlan letter in appreciation learning literatures. Religious values contained in the Letter Dahlan novel covers about how to shape the taste bersyuku, steadfast in the face of temptation, surrender and always trust in God, believe in a predetermined destiny, and most importantly, always obey and implement perintahNya..Nilai- moral values contained in the letter novel Dahlanmeliputi patient attitude, honest, sincere, keep learning refining the self, humility, and mutual menghargai..Nilai-social values contained in the Letter Dahlan novel includes a sense of concern for others, mutual love between the one and the other, helping each other, and care about the interests of families and communities. Cultural values contained in the Letter Dahlan novel covers cultural diversity that looks and traditions in an area where we can learn more about the culture in the area, especially in Samarinda. Keywords: literature, the value of education
174
PENDAHULUAN Sastra merupakan wujud gagasan seseorang melalui pandangan terhadap lingkungan sosial yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Sasta hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada. Sastra sebagai karya fiksi memiliki pemahaman yang lebih mendalam, bukan hanya sekedar berisi cerita rekaan atau imajinasi dari pengarang saja, melainkan juga merupakan wujud kreatifitas dari pengarang dalam menggali dan mengolah gagasan yang ada dalam pikirannya. Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan kehidupan manusia, karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, kemudian dengan daya imajinasi seorang pengarang menuangkan masalah-masalah yang ada disekitarnya menjadi sebuah karya sastra. Demikian nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra,. Fokus penelitian ini adalah nilai-nilai yang bahas dalam novel Surat Dahlan Karya Khrisna Pabichara, khususnya nilainilai pendidikan yang ingin disampaikan oleh pengarang dalam novel Surat Dahlan. Karya sastra adalah fenomena unik. Ia juga fenomena organik, di dalamnya penuh serangkaian makna dan fungsi, makna dan fungsi ini sering kabur dan tak jelas, karya sastra memang sarat dengan imajinasi, itulah sebabnya peneliti sastra memiliki tugas untuk mengungkapkan aspek imajinatif tersebut agar dapat di apresiasi oleh pembaca. Peneliti sastra akan mengungkapkan elemen-elemen dasar bentuk sastra dan menafsirkan
EDU-KATA, Vol. 2, No. 2, Agustus 2015
sesuai paradigma dan teori yang digunakan ( Endraswara, 2011:7). Sastra itu cerminan pemikiran hidup. Sebagaii refleksi pemikiran. Sastra juga menyuarakan sebuah kebenaran hidup. Kalau begitu satra, pemikirandan hiduptidak dapat dipisahkan. Sastra itu buah pemikiran untuk menyuarakan kebenaran (Wellek dan Werren, 1990:134) ada berbagai macam cara untuk menjabarkan hubungan satra dengan pemikiran. Sastra sering dilihat sebagau suatu bentuk sebagai pemikiran yang terbungkus dalam bentuk khusus. Jadi sastra sering dianaliss untuk mengungkapkan pemikiran-pemikiran hebat. Sosiologi sendiri merupakan disiplin ilmu tentang kehidupan masyarakat yang objek kejiwaaan mencakup fakta sosial, definisi sosial, dan perilaku sosial yang menunjukan intraksi sosial dalam suatu masyarakat. Sedangkan masyarakat sendiri merupakan sekumpulan manusia yang saling berintraksi, memiliki adat istiadat, norma-norma, hukum, serta aturan yang mengatur semua pola tingkah laku (Kurniawan, 2011:4) Sosiologi sastra mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik tentang aneka segala sosial, misalnya gejala ekonomi dengan agama, keluarga dan moral, hukum dengan ekonomi, serta hubungan gerak masyarakat dengan politik. Masyarakat yang memiliki subsistem yang memiliki konflik serta benturan antar individu adalah hal menarik untuk ditulis oleh pengarang (Sariban, 2009:9). Sosiologi sastra adalah penelitian teks satra dengan menggunakan sosiologi. Peneliti dalam melakukan penelitian, ini coba mengemukakan latar balakang yang terkandung dalam novel Surat Dahlan Karya Khrisna Pabichara. Karya sastra dapat menjadi media penyampaian pesan, pengetahuan , nilai dan juga
Nilai Pendidikan dalam Novel Surat Dahlan (Yoga Pratama)
mengenai sisi kehidupan. Sehingga pembaca dapat tercerahkan setelah membacanya ( Sutardi, 2011:38). Karena sebagai cerminan kehidupan masayarakat, wajar teks sastra dapat dikaji dengan pendekatan sosiologi. Berkatan dengan sosiologi sastra. Pengarang memiliki kepekaan dalam memilih bahan berdasarkan realita sosial. Pengarang berhak mengemukakan pandangan pribadinya. Pandangan pribadi pengarang dalam karyanya itupun tidak terlepas dari konteks masyarakat. Perilaku tokoh, setting pencitraan, konflik antar tokoh dalam teks sastra merupakan merupakan gambaran kehidupan sosial. (Sariban, 2009:112) METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berarti studi yang mencakup penggunaaan dan pengumpulan berbagai data empirik yang bisa dilakuka melalui interview, observasi dan interaksi, dalam hal ini, Denzin & Lincoln dalam Murray (2003:2), ditegaskan bahwa pendekatan deskriptif kualitatif selalu mendasarkan hal-hal yang bersifat phenomena dianalisis dan dideskripsikan dan akhirnya disimpulkan berdasarkan temuan dan analisis yang telah diakukan. Dalam hal ini Glaser dalam Thomas (2003) meyatakan bahwa” as a research method, consist of discovering theory from data” yaitu dengan cara triangulasi, yaitu dengan melakukan interview, serta pencatatan data dengan beberapa teori yang di kumpulkan dan di implikasikan. HASIL PENELITIAN Analisis Nilai Pendidikan dalam Novel Surat Dahlan Nilai Pendidikan Religius Nilai religius merupakan sudut pandang yang mengikat manusia dengan Tuhan pencipta alam dan seisinya.
175
Berbicara tentang hubungan manusia dan Tuhan tidak terlepas dari pembahasan agama. Agama merupakan pegangan hidup bagi manusia. Agama dapat pula bertindak sebagai pemacu faktor kreatif, kedinamisan hidup, dan perangsang atau pemberi makna kehidupan. Melalui agama, manusia pun dapat mempertahankan keutuhan masyarakat agar hidup dalam pola kemasyarakatan yang telah tetap sekaligus menuntun untuk meraih masa depan yang lebih baik. Seperti dalam kutipan di bawah ini. “beban rasa bersalah berkecamuk dalam hati. Kalimat “kalian tidak akan berhasil meraih cita-cita, kecuali kalian bersabar atas apa yang kalian tidak inginkan”, yang dituturkn Nabi Isa a.s. kepada pengikutnya itu seolah-olah sengaja ditunjukan kepadaku. Frasa yang begitu mengena. Sangat menohok. Selain itu, aku bingung. Apa yang sedang aku gandrungi belakangan ini? Barangkali, membaca. Bukan, membaca, membaca tidak merusak apapun yang aku inginkan, malah membuat bangunan keinginanku semakin kukuh. Di limbung benak, dua nama melintas. Mungkin dari kedua nama itu bermula kecemasan ini. Mungkin dari edua nama ini muara kegandrungan. Jika sangkaan itu benar, aku harus cepat-cepat pergi. Harus segera meninggalkan kebingungan dan keraguan ini. Mataku dipenuhi air mata saat aku bertekad bahwa aku harus melakukan sesuatu yang lebih. Aku juga memutuskan, tidak ada gunanya bagikuuntuk terus menetapdidalam istana keraguan. Ya, aku harus membuat persiapan untuk masa depanku.” (SD, 94)
Di lihat dari kutipan di atas, Tokoh novel Surat Dahlan mencerminkan tokoh yang taat beragama dengan mengaji setiap harinya, walaupun dia hidup di lingkungan agama yang berbeda, yaitu bersabar. Penamaan nilai religius yang tinggi mampu menumbuhkan sikap sabar, tidak
176
sombong dan tidak angkuh pada sesama. Manusia menjadi saling mencintai dan menghormati, dengan demikian manusia bisa hidup harmonis dalam hubungannnya dengan Tuhan, sesama manusia maupun makhluk lain. Dahlan dalam kutipan di atas adalah sosok yang penyayang dan menghormati manusia lain , ternukti bahwa yang terkandung kata yang terucap dari Nabi Isa a.s. kepada kaumnya. Sehingga membuat keganduan untuk melangkah dan mengambil keputusan dari dua nama tersebut. Sebuah perkataan Mbak atun yang membiat dahlan tertunduk dengan masalah yang di alami. Dahlan memilih di langgar untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan Berzikir, untuk merenungkan masah yang dialaminya. Aku terjelengkar menerima kisah yang barusan ditutukan oleh Bapak. Nafsiah juga sama, membisu. Begitu pula dengan Arif, Imran, dan teman-teman masa remajaku yang lain. Mereka sekarang sedang bergumul dengan pikiran masing-masing, menandai imam Al-Ghazali yang menohok. Bahwa tak ada yang paling besar di dunia iniselain hawa nafsu, itu benar. Bahwa Rasulullah menamsilkan perang melawan m\haw nafsu adalah perang yang paling akbar. Bahwa tak ada di dunia ini yang lebih berat ketimbang mengemban amanat, itu juga benar. Sejarah sudah membuktikan alangkah banyak insan yang gagal mengemban amanah. Dan lebih menghunjam lagi, pernyataan yang ketiga. Bahwa tak ada di dunia ini yang dekat dengan kita melebihi kematian. Tiap detik lalu mengintai. Amat dekat, saking dekatnya sampai-sampai kita tak pernah tahu kapan dan darimana datangnya. Sebenarnya aku pernnah membaca kitab, yang aku bahkan sudah lupa judulnya, ihwal Tanya jawab Al-Ghazali dan murid-muridnya itu. Bahkan pernah mencatatnya di buku harian. Sayang sekali, tidak semua yang kubaca teringat setiap saat. Kadang ingat, kadang lupa. Sebagai manusia, tentu saja hal itu lumrah. Maka, aku bersyukur karena tuhan telah
EDU-KATA, Vol. 2, No. 2, Agustus 2015
mengingatkan aku dengan memnduga. (SD, 362)
cara
tak
Bapak dahlan ketika member petuah kepada Dahlan dan temantemannya beserta Nafsiah istri dahlan. Ketika itu berkermul untuk membahas masalah Imama Al-Ghozali tentang hawa nafsu. Seketika itu bercemin, bahwa hawa nafsu itu musuh terberat bagi semua manusia. Dan itub juga sudah dicontohkan Oleh Rasulullah. Hari kedua setelah menikah, sebelum matahari mendahului kami menyambut pagi, aku bangun dan mengecup keningnya, semabari barkata, “Terpujilah Tuhan yang mengirim kamu sebagai ketabahan untukku.” Dia tersenyum tanpa membuka mata dan bergumam amat pelan, “terpujilah Tuhan telah mengirimkan kamu sebagai harapan untukku”. Aku katakana sebelum ini aku tak pernah mengatakan sesuatu yang indah kepada perempuan, dan dia percaya ucapanku. Aku katakan kepadanya bahwa kasih sayang menginginnkan lebih banyak keteduhan dan ketenangan. Dengan tenang dia menjawab,” pada hari ini, sejatinya, aku harus mengabari dia tentang rencana keberangkatan ke jakarta. Namun, aku tak tega memulas kebahagian hari ini dengan perih kelabu. Jauh dikedalaman hati, aku bersykur telah dipertemukan dengannya.
(SD, 287). Dahlan mengucapkan selamat pagi dengan mengecup kening istrianya. Dan bersyukur bahwa dahlan menikah dengan Nafsiah yang sekarang menjadi istrinya. Dan Nafsiah juga sama krana sangat bangga punya suami Dahlan. Mereka sama-sama memuji Tuhan tanda terimaksih yang telah dikasih kepada mereka. Nilai Pendidikan Moral Nilai moral sering disamakan dengan nilai etika, yaitu suatu nilai yang menjadi ukuran patut tidaknya manusia bergaul dalam kehidupan
Nilai Pendidikan dalam Novel Surat Dahlan (Yoga Pratama)
bermasyarakat. Moral merupakan tingkah laku atau perbuatan manusia yang dipandang dari nilai individu itu berada. Sikap disiplin tidak hanya dilakukan dalam hal beribadah saja, tetapi dalam segala hal, sikap yang penuh dengan kedisiplinan akan menghasilkan kebaikan. Seperti halnya jika dalam agama, seorang hamba jika menjalankan shalat tepat waktu akan mendapat pahala lebih banyak, demikian juga jika disiplin dijalankan pada pekerjaan lainnya dan tanpa memandang siapa yang berperan dalam melakukan perbuatan disiplin tersebut, Seperti pada kutipan berikut mengandung nilai moral yang sangat penting. “Aisah. Tidak mungkin memungkiri, aku pernah merasan gletar-geletar asing setiap mengingatnya. Bahkan, dulu, aku sangat gembira cukup mengingat genting rumahnya dari kejauhan. Harapan bahwa, suatu waktu, dia akan kupilih ibu dari anakanakku adalah karunia baginya. Dia mencintaiku.”(SD, 85)
Kutipan di atas sangat tidak pantas dijadikan contoh bagi masyarakat, khususnya pada pendirian dan keinginan yang ingin di pilih. Apalagi yang menggunakannya rasa timbul dalam hati yang ditonjiolkan. Mereka yang menggunakan perasaan untuk memilih pasangan yang tepat dalam membina rumah tangga kelak. Dahlan melakukan itu dengan rasa suka hati yang tumbuh dalm nurani yang terdalam, untuk mencintai seseorang yang di tuju olehnya. Lelaki itu telah mengadu untung, nyaris sepanjang usianya, di hamper separuh magetan atau Madiun. Kadang tidak pulang berhari-hari. Begitu pulang, dia akan dating dengan senyum hangat dan mata bercahaya. Memang dia tak pernah membawakan untuk kami, aku dan zain, pasta gigi atau sabun mandiyang wangi, tetapi lelaki itu selalu
177
membawa aroma ikan asin atau sengit trasi yang jauh lebih mengenyangkan dari pasta gigi dan sabun mandi. Dia perajin yang tak pernah mengenal putaran waktu. Alangkah ringkih tubuh itu sekarang. Namun, jiwa rajinnya takpernah berubah. Dia masih sama, tetap kukuh berdiri di halaman belakang rumah, memangkas daun beluntas dan membuang daun-daun pisang yang mulai menguning. (SD, 350)
Ayah dahlan yang sudah amat tua itu selalu rajin bekerja untuk mengais rejeki untuk kehidupan. Ketika beliau pergi untuk bekerja seharian itu yang di bawa pulang adalah makan untuk di makan sekeluarga sehingga bekerja untuk menghidupi keluarnya. Itupun masih dilakukan oleh Ayah Dahlan, dengan gigihnya melakukan pekerjain it uterus disekitar rumah. Manusia memang dilimpahi wewenang untuk menyusun dan menjalani rencana. Setiba di Loa Kulu, setelah malam mengirim gigil angin, seorang bertampang gahar yang pernah kulihat mengawal nafsiah berdiri di ambang pintu dengan mata sedikit merah. Aku mencobar bersikap lebih ramah, memohon maaf karena telah mengusik tidur beliau, dan mennyampaikan niat seperti apa yang membuat aku, dan kadir, harus bertamu selarut ini. Tentara yang baru pension itu mempersilahakan kami masuk. Dengan tennang walau hati bergrmuruh aku sampaikan niat menyunting Nafsiah. Tak ada ekspresi, tak ada perubahan mimic. Sabri, demikian nama tentara dengan pangkat terakhir kapten, hanya memilin-milin kumisnya dengan tatapan yang terus melekat diwajahku. Aku seperti diperiksa petugas sospol, menegangkan. (SD,180)
Dahlan yang pergi ke Loa Kulu bersama kadir untuk menyunting Nafsiah. Ketika itu ada seorang yang berkumis tebal di depan pintu.orang itu ayah dari Nafsiyah yang membuka pintu itu dan mempersilahkan Dahlan bersama kadir masuk. Dahlan ketika berhadapan dengan Ayah Nafsiah di penuhi dengan rasa
178
bergemuruh karena melihat ayahnya yang begitu menyeramkan. Hari pertama setelah menikah, aku serahkan tiga buah buku harian: buku yang mengawetkan banyak kenangan, yang menyembunyikan banyak rahasia, yang melipat rapi masa lalu. Dia bertanya tentang Aisha. Aku menjawab, “Baca saja buku itu!” Dia diam, sibuk mengeja tulisan tanganku, dan mengomentari buku itu diluar dugaanku. Sedikitpun tak dia gubris segala yang kucatat perihal Aisha, dia Cuma bilangbahwa ternyata aku bisa romantic. Bahkan, sangat romantis. Aku jawab, “jangan menilai sesuatu yang engkau sendiri ragukan kejelian penelianmu itu. (SD, 187)
Dahlan menerima uang gaji pertama dari pekerjaanya. Ketika itu uang yang didapat mencapai Rp. 25.000. uang itu dibagi duadengan nominal sama yaitu Rp. 10.000.yang ingin dibuat membelikan sesuatu oleh dalan. Sisanya yang Rp. 5.000 itu masuk ke amplop ke tiga. Nilai Pendidikan Sosial Nilai sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan tata cara hidup sosial. Suatu kesadaran dan emosi yang relatif lestari terhadap suatu objek, gagasan, atau orang juga termasuk di dalamnya. Karya sastra berkaitan erat dengan nilai sosial, karena karya sastra dapat pula bersumber dari kenyataankenyataan yang terjadi di dalam masyarakat. Kritik tersebut dilatar belakangi oleh dorongan untuk memprotes ketidakadilan yang dilihat, didengar maupun yang dialaminya, seperti yang terdapat dalam kutipan dibawah ini. “Ada yang mengatakan kepadaku bahwa penyakit pertama yang dianggap para perantau adalah rindu kampung. Penyakit ini menyebabkan hasrat ingin pulang yang akut. Bagi mereka yang melewati masa kritis, akan bertahan di tanah rantau. Sebaliknya,
EDU-KATA, Vol. 2, No. 2, Agustus 2015
mereka yang tak mampu sembuh. Dan seluruh benaknya digrogoti bakteri rindu, akan pulang ketempat asal dengan gelar yangmenyakitkan : orang-orang kalah.”(SD,
15) Kutipan di atas dapat di jelaskan bahwa, menurut Dahlan ketika orang yang pergi merantau itu dibayangi dengan rindu kedaan rumah dan pengen pulang. Kutipan di atas secara jelas megandung nilai pendidikan sosial yang terjadi ketika pergi merantau yaitu yang mengandung suatu pernyataan yang fikiriran manuisa ketika jauh rumah pasti bingung dengan kondisi rumah yang ditinggalkannya, misalnya membesarbesarkan suatu hal dari yang sesungguhnya. Hal itu dapat dilihat dari ungkapan “penyakit pertama yang dianggap para perantau adalah rindu kampung” yang mempunyai arti sangat membenci. Tokoh Dahlan dalam cerita tersebut adalah mahasiswa yang dikejarkejar tentara yang melawan pemerintah orde baru. Nenek saripah adalah orang yang membantu Dahlan jatuh dari jurang, itulah sosok nenk asripah yang suka menolong. Sikap nenk Saripah yang peduli terhadap orang lain itu yang dirasakan Dahlah ketika bersama Nenek saripah. Seminggu kemudian berbalut jas pertamakali seumur hidupku yang dipinjamkan yunani untukku, kami berangkat ke Loa Kulu. Yunani, sahabat dan guru yang kerap berpolemik denganku, ikut dalam rombongan. Meski kami sering terlibat perdebatan serius, aku tau dia baik hati. Sangat baik. Turut dalam rombongan temanteman PII: Syaiful, Latif dan Syaifudin. Begitu pula dengan teman-teman di bengkel berita : Aan, Sofyan, Rizal, Juga, Sayid. Dan, yang paling menyenangkan, Rahmad Alias Kadir ikut serta mendampingi aku sebagai kerabat, bersama Mas Sam dan Mbak Atun.
(SD, 284)
Nilai Pendidikan dalam Novel Surat Dahlan (Yoga Pratama)
Dahlan memulai acara pernikahannya dengan Nafsiyah dengan meriah. Dahlan hari itu baru pertamakali memakai yang namanya jas dari Yunani. Teman-teman Dahlan ikuserta raimai banget dalam pernikahan itu. Di sampngnya juga mbak atun dan Mass am sebagai keluarga. Mustahil. Sungguh, tak dapat kubayangkan bagaimana perempuan renta ini menyelamatkan nyawaku. Bayangkan saja, meski badanku krempeng, tapi pasti amat berat bagi wanita tua seperti dia untuk mengengkat atau skedar menyeret tubuhku. Lantas, sekelebat melintas sosok Kiai Irsyad. Aku menggeleng sendiri, menampik pikiran bahwaboleh jadi wanita tua itu sakti dan dengan cara tak terduga memindahkan tubuhku ke sini. (SD,135)
Nenek saripah yang telah menyelamatkan dahlan dari maut. Dahlan pun tidak percaya karena menurutnya Nenek Saripah sudah tua masih kuat untuk mengangkatnya. Yang gak habis fikir seorang nenek saripah orangnya suka menolong orang lain meski dia sudah tua. Dahlan tidak habis fikir, karena menurunya nenek Saripah adalah seorang yang hebat dan sakti. Belum sempat aku menjawab, sebuah sepeda motor bebek berhenti didepan rumah. Latif dan Nafsiah. Aku turun dan menyambut kedatangan mereka. Latif memelukku. Lama. Erat sekali. Setelah melepaskan pelukannya, dia masih menepuk-menepuk pundakku dengan cahaya mata berkilat-kilat penuh kegembiraan. Nafisiah menjabat tanganku. Dia tersenyum. Di dalam benakku, terbayang “ramalan” Nenek saripan ihwal persaan Nafsiah kepadaku. Aku mencoba menyalami matanya, tapi dia menoleh kearah Latif. (SD,
185) Rasa yang tidak pernah pudar pada Latif betapa pentingnya sahabatnya. Latif ditemani Nafsiah, menjenguk dahlan. Latif memeluk dahlan lamabanget itu menunjukan bahwa rasa sayang terhadap
179
sahbatnya itu kepada dahlan, begitu juga Nafsiyah bejabat tangan dengan dahlan dan menngukan matanya untu rasanya itu. Nilai Pendidikan Budaya Nilai pendidikan budaya adalah tingkat yang palig tinggi dan yang paling abstrak dari adat istiadat. Hali itu disebabkan karena nilai-nilai budaya itu merupakan konsep-konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga sesuatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang member arah dan orientasi kepada kehidupan para warga masyarakatnya. . Kebiasaan dalam daerah tertentu juga memengaruhi tata cara dalam kehidupan sehari-hari, terlihat seperti kutipan di bawah ini: “Tiba-tiba saja, sebuah pikiran aneh menghujam : apakan salah bila aku berkaus kedalam ruangan kuliah? Setidaknya, aku ingin menjelaskan, sebenarnya, tak ada yang salah dari seorang mahasiswa, yang diberkahi semangat berlebih untuk menuntut ilmu, tapi tak punya pakaian selain kaus kumal. Atau, jika alasannya adalah sopan santun dan tata karma, mahasiswa yang cuma bisa berkaus bukan berarti tak beradab ”(SD, 63)
Masyarakat telah menjadikan kemeja adalah baju yang resmi digunakan dimanpun, tapi dahlan beda karena tidak ada salahnya kalo mahasiswa. Maka tidak heran, banyak sekolah dan perguruan tinggi mengunakan baju untuk belajar, tapi menurut dahlan sama saja asalkan bisa di pakai. Kaus yang dimilikki dahlan rupanya yang rusuh dan kumuh. Budaya di PII yang telah dilakukan Dahlan dan teman-teman dengan syukuran. Didalam acara syukuran
180
tersebut dipenuhi dengan canda tawa dan gak ketinggaln makan yang menjadi hal acara tersebut. Acara tersebut yang sangat meriah dan menyenangkan buat hari itu. Seorang yang di tunggu dalam acara itu dating juga. Nafsiyah orang yang terpenting dalam acara tesebut. Namun, seperti layaknya pasukan tentara di seluruh dunia, mereka memang menjalankan perintah. Begitu mendapat abaaba dari perwira muda, mereka mulai mengokang senjata. Aku mundur, bergabung dengan teman-teman. Kami bergandengan tangan, takperduli moncong senapan yang terkokang sejajar dengan dada kami. Perwira muda itu melontarkan amar baru, semacam isyarat untuk tindakan berikutnya lantas moncong-moncong senapan itu mengarah ke angkasa. Sontak, pegangan tangan kami terlepas, masing-masing sibuk menutup telinga. Membayang kematian. Namun, tak satu pun di antara kami yang lari. Kaki kami, yang gemetar menahan takut, bak terpecak masuk kedalam tanah. Tentara-tentara itu maju selangkah, dan moncong-moncong senapan yang menghadap keangkasa itu kembali memuntahka peluru. Kami mundur selangkah. Terdengar letupan senapan lagi. Kali ini, peluru jatuh nyaris sejengkal di depan ujung jemari kaki. (SD, 119)
Kutipan di atas terdapat dua masalah Yang di perdebatkan dalam kampus. Masyarakat sudah memberlakukan bahwa kalo sedang kuliah harus mempergunakan kemeja. Fenomena budaya yang lahir dari kaum intelektual karena kedisiplinan dalam fisik mencerminkan pemikiran yang bagus, dan orang yang tidak memprdulikan dirinya maka orng itu bukan kaum pemikir. Ajaibnya ada seorang mahasiswa yang berpikiran berbeda pada masyarakat tersebut sehing dalam suatu kampus terjadi permasalahan dosen dan mahasiswanya.
EDU-KATA, Vol. 2, No. 2, Agustus 2015
PEMBAHASAN Nilai Pendidikan yang terkandung dalam novel Surat Dahlan karya Khrisna Pabichara Nilai Religius. Religi merupakan suatu kesadaran yang menggejala secara mendalam dalam lubuk hati manusia sebagai human nature. Religi tidak hanya menyangkut segi kehidupan secara lahiriah melainkan juga menyangkut keseluruhan diri pribadi manusia secara total dalam integrasinya hubungan ke dalam keesaan Tuhan (Rosyadi, 1995: 90). Nilai-nilai religi bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik menurut tuntunan agama dan selalu ingat kepada Tuhan. Nilai-nilai religius yang terkandung dalam karya sastra dimaksudkan agar penikmat karya tersebut mendapatkan renungan-renungan batin dalam kehidupan yang bersumber pada nilai-nilai agama. Nilai-nilai religius dalam sastra bersifat individual dan personal. Nilai Moral. Moral merupakan sesuatu yang igin disampaikan pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam karya sastra, makna yang disaratkan lewat cerita. Moral dapat dipandang sebagai tema dalam bentuk yang sederhana, tetapi tidak semua tema merupaka moral (Kenny dalam Nurgiyantoro, 2005: 320). Moral merupakan pandangan pengarang tentang nilai-nilai kebenaran dan pandangan itu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Hasbullah (2005: 194) menyatakan bahwa, moral merupakan kemampuan seseorang membedakan antara yang baik dan yang buruk.
Nilai Pendidikan dalam Novel Surat Dahlan (Yoga Pratama)
Nilai Sosial. Kata “sosial” berarti hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat/ kepentingan umum. Nilai sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan tata cara hidup sosial. Perilaku sosial brupa sikap seseorang terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya yang ada hubungannya dengan orang lain, cara berpikir, dan hubungan sosial bermasyarakat antar individu. Nilai sosial yang ada dalam karya sastra dapat dilihat dari cerminan kehidupan masyarakat yang diinterpretasikan (Rosyadi, 1995: 80). Nilai pendidikan sosial akan menjadikan manusia sadar akan pentingnya kehidupan berkelompok dalam ikatan kekeluargaan antara satu individu dengan individu lainnya. Nilai Budaya. Nilai-nilai budaya menurut Rosyadi (1995:74) merupakan sesuatu yang dianggap baik dan berharga oleh suatu kelompok masyarakat atau suku bangsa yang belum tentu dipandang baik pula oleh kelompok masyarakat atau suku bangsa lain sebab nolai budaya membatasi dan memberikan karakteristik pada sutu masyarakat dan kebudayaannya. Nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat, hidup dan berakar dalam alam pikiran masyarakat, dan sukar diganti dengan nilai budaya lain dalam waktu singkat. Uzey (2009: 1) berpendapat mengenai pemahaman tentang nilai budaya dalam kehidupan manusia diperoleh karena manusia memaknai ruang dan waktu. Makna itu akan bersifat intersubyektif karena ditumbuhkembangkan secara individual, namun dihayati secara bersama, diterima, dan disetujui oleh masyarakat hingga menjadi
181
latar budaya yang terpadu bagi fenomena yang digambarkan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan kajian teori, hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik simpulan bahwa nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Surat Dahlan terdiri dari empat nilai. Nilai-nilai pendidikan tersebut yaitu: (a) Nilai pendidikan religius merupakan sudut pandang yang mengikat manusia dengan Tuhan pencipta alam dan seisinya, dalam novel Surat Dahlan. (b) Nilai pendidikan moral yaitu suatu nilai yang menjadi ukuran patut tidaknya manusia bergaul dalam kehidupan bermasyarakat, dalam novel Surat Dahlan nilai tersebut dapat tersirat melalui pemanfaatan etika dalam bermasyarakat. (c) Nilai pendidikan sosial yaitu suatu kesadaran dan emosi yang relatif lestari terhadap suatu objek, gagasan, atau orang, dalam novel Surat Dahlan nilai tersebut dapat tersirat karena ada pemanfaatan dalam membangun sosial dalam masyarakat yang baik. (d) Nilai pendidikan budaya tingkat yang palig tinggi dan yang paling abstrak dari adat istiadat, dalam novel Surat Dahlan nilai tersebut dapat tersirat karena memanfaatkan dalam masyarakat yang memiliki ciri khas Saran Beberapa saran berikut dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi pihak-pihak terkait antara lain.
EDU-KATA, Vol. 2, No. 2, Agustus 2015
182
Saran kepada siswa Siswa hendaknya dalam membaca novel memperhatikan nilainilai positif antara lain tentang semangat, tekad, perilaku pantang menyerah untuk selalu memperjuangkan cita-cita dan jangan mencontoh apabila novel tersebut mempunyai nilai yang negatif. Nilai-nilai positif tersebut dapat menjadi dasar bagi siswa untuk menerapkannya dalam berperilaku di kehidupan di masyarakat. Saran kepada guru bahasa dan sastra Indonesia Guru hendaknya dapat memaksimalkan penggunaan bahan pembelajaran sastra, dalam hal ini adalah novel. Novel Surat Dahlan ini di dalamnya memenuhi empat macam manfaat pembelajaran sastra, yaitu: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak. Lebih lanjut guru dapat memilih novel lain yang sekiranya terdapat beberapa cakupan yang bisa memberikan manfaat positif bagi siswa, sehingga siswa tidak hanya memperoleh hiburan saja tetapi juga mendapatkan ilmu kehidupan. Saran kepada pembaca karya sastra Pembaca karya sastra sebaiknya mengambil nilai-nilai positif dalam karya sastra yang telah dibacanya dalam kehidupan di masyarakat. Novel Surat Dahlan adalah novel yang bagus dan berkualitas, sehingga tidak ada salahnya jika membaca novel tersebut. Saran kepada peneliti lain Pada karya ilmiah mempunyai kelemahan penelitian agak sulit antara gaya bahasa yang yang lain. Oleh karena
ini, peneliti yaitu dalam membedakan satu dengan itu, Peneliti
lain sebaiknya terus meningkatkan penelitian dalam bidang sastra khususnya novel Surat Dahlan karya Krisna Pabichara secara lebih mendalam dengan bentuk analisis yang berbeda karena novel tersebut termasuk novel yang bagus dan berkualitas. DAFTAR PUSTAKA Ariodityo. 2008. Statafikasi Sosial Sebuah Pendahuluan (Online), http://arioadityo.multiply.com/jour nal/item/7/Stratifikasi_Sosial, diakses 24 Februari 2009. Brown, Gillian and Yule, George. 1996. analisis Wacana. DiIndonesiakan oleh I.Soetikno. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.. Endraswara, Suwardi. 2012. Metode Penelitian Filsafat Sastra. Yogyakarta : Layar Kata Endraswara, Suwardi. 2002. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: FBS Fraenkel, Jack, R. dan Wallen Norman,F. (1993) How to Design and Evaluate Research in Education,New York: McGraw-Hill.Inc. Gonzalez, and Tanno. 1999. Rhetoric in Intercultural Contexts. London: Sage Publication. Inc. Halliday, M.A.K, Ruqaiya Hasan. 1994. Bahasa, Konteks dan Teks: AspekAspek Bahasa Dalam Pandangan Semiotik Sosial, diterjemahkan oleh Asruddin Barori Tou, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
183
Nilai Pendidikan dalam Novel Surat Dahlan (Yoga Pratama)
Hawkes, Terence. 1978. Structuralism and Semiotics. London: Methuen & Co.Ltd Pabichara, Khrisna. 2013. Sepatu Dahlan, Jakarta: Noura Books. Hudson, R.A. 1980, Sociolinguistics, Cambridge: Cambridge University Press. Hymes, Dell. 1976. Foundation in Sociolinguistics: An Etnographic Approach. Philadelphia: University of Pensylvania. Kurniawan, Heru. 2011. Teori, metode, dan Aplikasi Sosiologi sastra. Purwerkoerto : Graha Ilmu. Kutting, Joan. 2002. Pragmatics and Discourse: resource book for students . New York. Internationmal Ltd. Liliweri, Alo. 2003. Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mahayana, Maman S. 2005. 9 Jawaban Sastra Indonesia: Sebuah Orientasi Kritik. Jakarta: Bening. Perrine, Laurence. 1974. Literature Structure, Sound, and Sense. USA: Second Edition. Ratna, Nyoman Kuntha. 2006. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra: Dari Strukturalisme Hingga Postrukturalisme Prespektif Wacana Naratif. Cetakan II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ritzer, George & Goodman, Douglas J. 2007. Teori Sosiologi Modern. Terjemahan oleh Alimandan.
Cetakan IV. Media Group.
Jakarta:
Prenada
Sagala, Syaiful. 2013. Etika dan Moral Pendidika. Jakarta. Kencana Prenanda Media. Stiadi, Elly. M dan Kolip, Usman.2010.Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejalapemasalahn Sosial : Teori, Aplikasi, dan Pemecahanya.Jakarta. Kencana Prenda Media Grup. Sariban. 2009. Teori dan penerapan Penelitian Sastra. Surabaya : Lentera Cendikia. Slametmuljana dan B. Simorangkir Simanjuntak. Tanpa Tahun. Ragam Bahasa Indonesia. Jakarta: J. B. Wolters-Groningen. Supratno, Haris. 2005. Handout Perkuliahan Teori Sastra, Pasca Sarjana Unesa Sutardi. 2011. Apresiasi Sastra. Lamongan :Pustaka Ilalang Wells, K. Lynn. 2004. The Articulate Voice an Introduction and Voice. Boston: Person seddleback College Wellek, Rene and Warren, Austin. 1956. Theory of Literature. London: Cox & Wymann Ltd.
184
EDU-KATA, Vol. 2, No. 2, Agustus 2015