NILAI-NILAI MORAL RELIGI YANG DIIMPLEMENTASIKAN OLEH TOKOH ALIF DALAM NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI
THESIS
By : SARWITA NPM : 29181003
ENGLISH DEPARTMENT FACULTY OF LANGUAGE AND LITERATURE WIJAYA PUTRA UNIVERSITY SURABAYA 2013
NILAI-NILAI MORAL RELIGI YANG DIIMPLEMENTASIKAN OLEH ALIF DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI
THESIS
Presented In Partial Fulfillmen Of The Requipment For The Sarjana Sastra Degree In English
By SARWITA NPM : 29181003
ENGLISH DEPARTMENT FACULTY OF LANGUAGE AND LITERATURE WIJAYA PUTRA UNIVERSITAS SURABAYA 2013
PERSETUJUAN
Skripsi oleh
:SARWITA
NPM
: 29181003
Judul
: NILAI-NILAI MORAL RELIGI YANG DIIMPLEMENTASIKAN OLEH TOKOH ALIF DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA A.FUADI
Telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diajukan ke panitia ujian untuk diuji.
Pembimbing,
Yulis Setyowati,S.Pd
PENGESAHAN
Skripsi oleh
:SARWITA
NPM
: 29181003
Judul
: NILAI-NILAI MORAL RELIGI YANG DIIMPLEMENTASIKAN OLEH ALIF DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA A.FUADI
This is to certify that the Sarjana Sastra Thesis of Sarwita approved by Thesis Advisor,and for further approval by the examining committe as a requipment of the Sarjana degree in the Faculty of Language and Literature. Surabaya, Agustus 2013
Examining team Committee Examiner I
Examiner II
Drs.H.Mas Moeljono
Yeni Probowati,S.Pd
Acknowledgement by The Dean Faculty of Language and Literature Wijaya Putra University Surabaya
Dra.Arjunani,MM
SURAT PERNYATAAN
Penulis skripsi ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang diajukan ini adalah benar-benar karya sendiri. Bila kelak ternyata skripsi ini bukan karyanya sendiri, penulis bersedia menanggung segala akibatnya.
Surabaya, Juli 2013 Yang menyatakan,
SARWITA
MOTTO
BERDO’A DAN BERUSAHALAH SEMUA AKAN INDAH PADA SAATNYA !
Dedication to : I dedicate my thesis to my parents To my husband I dedicate my thesis to my best friends Naziah and Nita Rakamochi And also I dedicate to my advisor Mrs. Yulis setyowati,S.Pd and all lecturer in English Department of Wijaya Putra University And to all my friends
ACKNOWLEDGEMENT
Foremost the writer would like to thank God for giving me a chance to study in the English Department of Wijaya Putra University and for giving me an inspiration as well as wisdom, so that she is able to finish this study on time. Then I would like to thanks Mrs.Dra.Arjunani,MM the dean the Faculty of Language and Literature Wijaya Putra University Surabaya. My gratitude and great appreciation to Mrs.Yulis Setyowati,S.Pd as my thesis Advisor for his idea.suggestion, criticism and patient in guiding and helping me in writing and finishing this thesis willingly. Whorever I also would like to thanks to all of lecturers in English Department The Faculty of English and Literature of Wijaya Putra University.Dra.Arjunani,MM, Drs.H.Masmoeljono, Mrs.Shanty Dwila,SS, Mr Khoiril,S.Pd, Mr.Taufik S.Pd, Mr. Lambang Dewanto,M.Pd who taught and given me knowledge during the study. I also Thaks to all friend , Marly, Sulaiman, Anisa and soon that I can not mention who encourage me in writing and finishing my thesis. Finaly, the writer hope the study would be useful for all the readers, the other researcher and especially for the student of Wijaya Puta University.
Surabaya, August 2013 The Writer
ABSTRAK
Nama
:Sarwita
Pembimbing
: Yulis Setyowati,S.Pd
Program Studi
: Sastra Inggris
Judul
: Nilai-nilai Moral Religi yang diimplementasikan oleh tokoh Alif dalam novel Negeri 5 Menara Karya A.Fuadi
Sastra sangat penting dalam kehidupan manusia. Sastra dapat mengukur kreativitas manusia dan memberikan semangat untuk mengembangkan kreativitas itu. Novel sebagai salah satu produk
suatu pekerjaan yang sangat berguna. dapat menjadi
jembatan bagi pembaca. membaca novel bisa menjadi kegiatan positif untuk menghabiskan waktu luang kita. tapi selain itu, dapat meningkatkan kepekaan kita terhadap masalah environtment di sekitar kita. kita bisa belajar banyak masalah dan bagaimana karakter menyelesaikannya, meskipun kami tidak pernah melalui itu belum. dan mudah-mudahan kita dapat belajar untuk memecahkan setiap masalah dalam kehidupan kita dengan bijak.Penelitian ini mengambil dari buku, selain mengambil dari novel itu sendiri, data yang dikumpulkan dari buku, artikel, dan dari internet. Novel ini mendeskripsikan tentang Nilai-nilai moral religi yang diterapkan oleh tokoh Alif dalam novel Negeri 5 Menara. Yang mana dalam nilai-nilai religi terdiri dari nilai keikhlasan, nilai kedisiplinan, nilai tanggung jawab dan nilai taat pada orang tua. Nilainilai moral religi tersebut diterapkan Alif di dalam pondok madani. Meskipun Alif tidak ingin masuk kesekolah agama tapi Alif mencoba ikhlas dan mencoba untuk menjadi anak yang bertanggung jawab dan berbakti kepada orang tua Alif memenuhi keinginan orang tuanya untuk masuk kesekolah agama meskipun dengan setengah hati.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………………...ii PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI..……………………………………..iii HALAMAN PERNYATAAN.…………………………………………………...iv HALAMAN MOTTO……………………………………………………………..v ACKNOWLEDGEMENT…..……………………………………………….......vi HALAMAN ABSTRAK………………………………………………………...vii DAFTAR ISI ……………………………………………………………………viii BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……………………………………………………....01 1.2 Rumusan Masalah.…………………………………………………..04 1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………........04 1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………...05 1.5 Batasan Penelitian…………………………………………………...05 BAB II : KAJIAN TEORI 2.1 Konsep Moral………………………………………………………..06 2.2 Definisi Agama………………………………………………………08 2.3 Pengertian Religius…………………………………………….........10 2.3.1 Pengertian Aqidah……………………………………........11 2.3.2 Pengertian Akhlaq…………………………………………11 BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian……………………………………………………15 3.2 Subyek Data Penelitian...……………………………………………15
3.3 Tekhnik Pengumpulan Data…………………………………………15 3.4 Tekhnik Pengelolaan Data…………………………………………...16 3.5 Tekhnik Penarikan Kesimpulan……………………………………...17 BAB IV : PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Nilai Moral Religi dalan Novel Negeri 5 Menara…………………...18 4.1.1 Nilai Keikhlasan…………………………………………...18 4.1.2 Nilai Kedisiplinan…………………………………………19 4.1.3 Nilai Tanggunng Jawab……………………………………20 4.1.4 Taat Pada Orang Tua………………………………………22 4.2
Nilai Moral Religi yang diimplementasikan oleh tokoh Alif dalam kehidupan sehari-hari…………………………………….………23 4.2.1 Penerapan nilai keikhlasan pada tokoh Alif………………..23 4.2.2 Penerapan nilai kedisiplinan pada tokoh Alif……………...24 4.2.3 Penerapan nilai tanggung jawab pada tokoh Alif………….25 4.2.4 Penerapan nilai ketaatan pada orang tua pada tokoh alif…..26
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………………………………………………………….29 5.2 Saran………………………………………………………………...30 Daftar Pustaka Biografi Sinopsis
KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tersenandungkan kepada sang Rahmatan lilalamin, Rasulullah SAW yang selalu dinanti syafa’atnya di hari kiamat nanti. Skripsi berjudul “Nilai-nilai Moral Religi yang diimplementasikan Oleh Tokoh Alif dalam novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. Merupakan telaah isi dan Metode penelitian Moral Religi dalam Novel negeri 5 Menara. Skripsi ini merupakan karya penulis untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memenuhi gelar Sarjana Strata Satu Sastra Inggris. penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, penulis sangat mengharapkan banyak kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca umumnya.
Surabaya, August 2013 Penulis.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai medium. Dan bersifat imajinatif yang menggunakan bahasa yang indah.dan adanya sastra memberi nilai dan ide tersendiri pada masyarakat. Sastra memiliki nilai keterkaitan dengan kebudayaan tersebut dan merupakan suatu hubungan yang sangat erat yang saling berpengaruh antara satu sama lain. Menurut Mursal Esten (1978 : 9) Sastra atau kasusastra adalah pengungkapan dari fakta artistik dan Imajinatif sebagai manif estasi kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia dan yang menjadi objeknya juga manusia.
Satra bisa dibagi menjadi sastra lisan atau satra oral. Sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu. Sastra dibagi 2 yaitu prose dan puisi, prose adalah karya sastra yang tidak terikat sedangkan puisi adalah karya sastra yang terikat dengan kaidah dan aturan tertentu. Sastra merupakan karya tulis yang jika dibandingkan dengan karya tulis yang lain memiliki berbagai ciri keunggulan seperti ke orisinalan, keartisikan serta keindahan dalam isi dan ungkapannya.dan biasanya karya tulis yang dibuat oleh seseorang
itu
tulisannya.dalam
mencatatkan
bentuk
bahasa
harian
dalam
mengekspresikan
penulisan
karya
sastra
juga
melibatkan
kebudayaan
didalamnya.karena sastra dan kebudayaan sangat berpengaruh antara satu sama lain yang bisa menentukan dalam perkembangannya.
Hubungan karya sastra dengan masyarakat mengundang banyak penelitian terhadapnya. Pendekatan yang biasanya dilakukan terhadap karya sastra dan masyarakat adalah meneliti sastra sebagai
potret kenyataan sosial. Banyak yang
menganggap karya sastra sebagai keadaan sosial budaya suatu masyarakat. Di berbagai masyarakat fungsi karya sastra sebagai dokumentasi sosial yang ditemukan pada kasusastra manapun. Novel Negeri Lima Menara ini merupakan salah satu karya terbaik Ahmad Fuadi,yang menarik dari novel ini salah satunya adalah dari segi agama, banyak nilainilai keislaman yang terkandung dalam novel ini, mengharukan dan sangat Inspiratif . cerita pondok madani ini tidak hanya sebuah sekolah agama yang biasanya menjadi pilihan terakhir orang atau sebagai bengkel akhlaq orang yang telah rusak namun juga menjadi miniature kehidupan nyata. Pondok Madani ini juga mempunyai mantra ampuh yang diyakini para santri bisa membantu mereka untuk menggapai semua impian dan harapannya. Seorang kiai yang dianggapnya kiler tetapi beliau memberikan mantra yang tak bisa dilupakan dan bisa membangun keinginan santrinya untuk menggapai impian setinggi langit dengan mengucapkan mantranya yaitu Manjadda Wajadda yang artinya siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Kelebihan novel ini adalah mencoba mengubah pola pikir pembaca tentang kehidupan pondok yang hanya belajar agama saja karena dalam novel ini selain belajar ilmu agama, ternyata juga belajar ilmu umum seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, kesenian dan lain-lain dan banyak sisi positif yang dapat kita ambil dari novel ini misalnya dari segi keagamaannya, persahabatan dan semangatnya untuk menggapai cita-cita yang secara bersama-sama. Pelajaran yang dapat dipetik adalah jangan pernah
meremehkan sebuah impian setinggi apapun itu, karena Allah maha mendengar doa dari umatnya, dan jika Allah berkata Mannjada wajadda semua pasti akan terkabul. A. Fuadi adalah seorang penulis yang telah menerima 8 beasiswa dari luar negeri. Ia sangat menyukai fotografi. Kesukaannya pada fotografi, ia salurkan menjadi wartawan Tempo setelah
lulus kuliah pada jurusan Hubungan Internasional di
UNPAD. Tahun 1998, ia mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S2 di School of Media and Publik Affairs, George Washington University. Sambil kuliah, ia menjadi koresponden Tempo dan wartawan VOA. Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi ketika ia mendapatkan beasiswa Chevening untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter. Terakhir, ia menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO konservasi: The Nature Conservancy. Novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi (2010) pertama kali diterbitkan pada tahun 2009 oleh PT Gramedia Pustaka Utama-Jakarta, tepatnya pada bulan Juli. Novel ini sudah diterbitkan sampai ketujuh kalinya. Terbitan pertama pada bulan Juli 2009, kedua pada bulan Oktober 2009, ketiga bulan Oktober 2009, keempat bulan Januari 2010, kelima bulan Februari 2010, keenam pada bulan April 2010, dan ketujuh pada bulan Juni 2010. Novel ini belum dialih bahasakan kedalam bahasa lain. Meskipun belum dialih bahasakan, novel Negeri 5 Menara karya a. Fuadi (2010) akan difilmkan. Filmnya akan diputar diseluruh bioskop pada tanggal 4 Maret 2010. Filmnya tetap memakai judul sesuai dari novelnya, yaitu Negeri 5 Menara karya A. Fuadi (2010). Walaupun tergolong masih baru terbit novelnya sudah masuk dalam jajaran best seller tahun 2009. Kemudian meraih anugrah pembaca Indonesia pada tahun 2010 dan tahun yang sama juga masuk nominasi khatulistiwa Literary Award, sehingga PTS litera, salah satu penerbit di negeri jiran malaysia tertarik menerbitkan di negaranya
dalam versi bahasa melayu. Novel keduanya merupakan trilogi dari Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna telah diterbitkan sejak 23 januari 2011, Fuadi mendirikan komunitas menara sebuah yayasan sosial untuk membantu pendidikan masyarakat yang kurang mampu, khususnya untuk para sekolah. Saat ini komunitas menara punya sebuah sekolah anak usia dini yang gratis dikawasan Bintaro Tanggerang Selatan.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan dari background of the study yang telah di uraikan di atas, maka
akan di analisa permasalahan sebagai berikut 1.
Nilai-nilai moral religi apakah yang ada di dalam novel Negeri 5 Menara?
2.
Bagaimanakah nilai moral religi yang diimplementasikan oleh tokoh Alif dalam novel Negeri 5 Menara?
1.3
Tujuan Penelitian Sesuai dengan Rumusan Masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan Nilai-nilai moral religi yang ada di dalam novel Negeri 5 Menara 2. Mendeskripsikan nilai moral religi yang diimplementasikan oleh tokoh Alif
1.4
Manfaat Penelitian Melalui analisa ini, diharapkan pembaca dapat memahami nilai moral religi yang diterapkan oleh tokoh Alif dalam novel Negeri Lima Menara, menangkap apa yang diharapkan oleh penulis setelah novel dibaca atau diinterpretasikan oleh para pembacanya;
a.
Sebagai motivasi dan referensi penelitian karya sastra Indonesia agar setelah peneliti melakukan penelitian ini muncul penelitian-penelitian baru sehingga dapat menumbuhkan inovasi dalam kesusastraan;
b.
Pembaca diharapkan mampu menangkap maksud dan amanat yang disampaikan penulis dalam novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi
1.5
Batasan Penelitian Dalam penelitian diperlukan adanya pembatasan masalah agar pembahasan
tidak terlalu melebar sehingga menyulitkan pembaca untuk memahami pokok permasalahan yang di bahas. Untuk pembahasan dalam skripsi ini akan di batasi pada penggambaran karakter Alif dalam novel yang berjudul Negri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. Novel ini merupakan terbitan dari (PT Gramedia). Skripsi ini membahas tentang Nilai moral religi yang diterapkan oleh tokoh Alif.
BAB II KAJIAN TEORI
Dalam bab ini penulis ingin membahas teori yang berkaitan dengan pembahasan tesis. teori menjadi pengenalan dasar besik seluruh analisis. latar belakang teoritis mencakup tiga hal utama : (1) konsep moral (2) Definisi Religi (3) Pengertian Religi dan Nilainilai moral Religi. 2.1
Konsep Moral Kata Moral berasal dari kata latin “mos” yang berarti kebiasaan. Moral berasal
dari Bahasa Latin yaitu Moralitas adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut moral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat
tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Moral juga dapat diartikan sebagai sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman, tafsiran, suara hati, serta nasihat, dll. Moralitas adalah hal kenyakinan dan sikap batin dan bukan hal sekedar penyesuaian dengan aturan dari luar, entah itu aturan hukum negara, agama atau adatistiadat. Selanjutnya dikatakan bahwa, kriteria mutu moral seseorang adalah hal kesetiaannya pada hatinya sendiri. Moralitas adalah pelaksanaan kewajiban karena hormat terhadap hukum, sedangkan hukum itu sendiri tertulis dalam hati manusia. Dengan kata lain, moralitas adalah tekad untuk mengikuti apa yang dalam hati disadari sebagai kewajiban mutlak. Secara etimologis, moral mempelajari kebiasaan manusia yang sebagian terdiri dari konvensi-konvensi saja, seperti cara berpakaian, tata cara, tata krama, etiquette, dan sebagainya. Menurut Poespoprodjo (1986: 103) moral merupakan perbuatanperbuatan manusiawi, yakni perbuatan-perbuatan yang dikerjakan orang dengan sadar dan dengan sukarela, dan atas perbuatan-perbuatan tadi seseorang dianggap bertanggung jawab. Sedangkan Solomon (1987: 2) berkata bahwa moral adalah bagian filsafat yang meliputi hidup baik, menjadi orang yang baik, berbuat baik, dan menginginkan hal-hal yang baik dalam hidup. Moral memang tidak melihat pandang apapun, karena moral adalah ruangan aturan yang secara langsung atau tidak langsung terbangun oleh dimensi ruangan sosial yang bertujuan untuk mengatur hubungan antara individu dalam sebuah kelompok sosial tertentu dalam mencapai nilai.
Moralitas yang secara leksikal dapat dipahami sebagai suatu tata aturan yang mengatur pengertian baik atau buruk perbuatan kemanusiaan, yang mana manusia dapat membedakan baik dan buruknya yang boleh dilakukan dan larangan sekalipun dapat mewujudkannya, atau suatu azas dan kaidah kesusilaan dalam hidup bermasyarakat. Franz Magnis Suseno menguraikan moralitas adalah keseluruhan norma-norma, nilai-nilai dan sikap seseorang atau sebuah masyarakat. Menurutnya, moralitas adalah sikap hati yang terungkap dalam perbuatan lahiriah (mengingat bahwa tindakan merupakan ungkapan sepenuhnya dari hati), moralitas terdapat apabila orang mengambil sikap yang baik karena Ia sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya dan bukan ia mencari keuntungan. Moralitas sebagai sikap dan perbuatan baik yang betul-betul tanpa pamrih. Dari pengertian tersebut, disimpulkan bahwa moralitas adalah suatu ketentuanketentuan kesusilaan yang mengikat perilaku sosial manusia untuk terwujudnya dinamisasi kehidupan di dunia, kaidah (norma-norma) itu ditetapkan berdasarkan konsensus kolektif, yang pada dasarnya moral diterangkan berdasarkan akal sehat yang objektif. 2.2
Definisi Agama Sebelum membahas religiusitas perlu adanya pembahasan mengenai agama
sebagai dasar dari perilaku religiusitas ini. Oxford Student dictionary (dalam Azra,2000) mendefinisikan bahwa agama adalah suatu kepercayaan akan keberadaan suatu kekuatan pengatur supranatural yang menciptakan dan mengendalikan alam semesta. Dalam bahasa Arab agama berasal dari kata Ad-din, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh , dan kebiasaan.
Agama adalah sekumpulan kepercayaan dan pengajaran-pengajaran yang mengarahkan kita dalam tingkah laku kita terhadap Allah SWT, Misalnya Ikhlas dalam menerima apapun, disiplin dalam menjalani sesuatu dan bertanggung jawab terhadap sesama manusia dan terhadap diri kita sendiri. Agama sangat mendorong pemeluknya untuk berperilaku baik dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya serta giat berusaha untuk memperbaiki diri agar menjadi lebih baik. Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa agama adalah segenap kepercayaan yang disertai dengan ajaran kebaktian dan kewajibankewajiban untuk menghubungkan manusia dengan Tuhan yang berguna dalam mengontrol dorongan yang membawa masalah dan untuk memperbaiki diri agar menjadi lebih baik. Perspektif islam tentang religiusitas dijelaskan dalam surat Al-Baqarah :(208), yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langlah syitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”(Albaqarah:208)
Islam menyuruh umatnya untuk beragama secara menyeluruh, tidak hanya pada satu aspek saja melainkan terjalin secara harmonis dan berkesinambungan. Islam sebagai suatu system yang menyeluruh terdiri dari beberapa aspek atau dimensi. Setiap muslim baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak harus didasarkan pada islam.
2.3
Pengertian Religi dan Nilai-nilai Moral Religi (akhlak) Adapun kata Religi berasal dari bahasa latin. Menurut satu pendapat, demikian
Harun Nasution mengatakan, bahwa asal kata Religi adalah Relegere yang mengandung arti mengumpulkan dan membaca.Pengertian itu juga sejalan dengan isi
agama yang mengandung kumpulan cara-cara mengabdi pada Tuhan yang terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Menurut pendapat lain, kata itu berasal dari kata Religare yang berarti mengikat. Ajaran-ajaran agama memang mempunyai sifat mengikat bagi manusia.Dalam agama lebih lanjut lagi memang mengikat manusia dengan tuhan. Lebih mengemukakan
jauh
Mangun
bahwa
Wijaya
perbedaan
(dalam
agama
Nurgiyantoro,
dengan
2010:
religiusitas.
326-327)
Agama
lebih
menunjukkan pada kelembagaan kebaktian pada tuhan dengan hukum – hukum yang resmi. Sedangkan religiussitas bersifat mengatasi lebih dalam dan lebih luas dari agama yang tampak, formal dan resmi. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Religiusitas adalah suatu perasaan keagamaan yang lebih mengarah pada eksistensinya sebagai manusia karena bersifat personalitas dan cakupannya pun lebih luas dari pada agama yang hanya terbatas pada ajaran-ajaran dan pertautan-pertautan. Religiusitas dalam Konteks ini meliputi beberapa unsur fundamental yaitu: Aqidah, syariah, akhlak dan ilmu Fiqh, empat hal dari unsur religi ini tidak dapat dipisahkan karena sangat berkaitan dengan yang lainnya. Berikut akan diuraikan hal yang berkaitan dengan dua unsur tersebut:
2.3.1. Pengertian Nilai-nilai moral religi (Aqidah) Aqidah secara bahasa berarti ikatan, secara terminologi berarti landasan yang mengikat, yaitu keimanan, itu sebabnya ilmu tauhid disebut ilmu aqoid (jamak aqidah)
Aqidah menurut Azra dkk (2002: 103-104) merupakan ajaran tentang apa saja yang mesti dipercayai, diyakini dan diimani oleh setiap orang islam. Oleh karena itu Aqidah merupakan ikat dan simpul dasar islam yang pertama dan utama. Menurut Rejono (1996: 67) mengatakan aqidah adalah suatu yang mengeraskan hati membenarkan yang membuat jiwa tenang dan menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan. Dari pendapat-pendapa di atas disimpulkan bahwa aqidah adalah keyakinan dasar yang menguatkan atau meneguhkan jiwa sehingga jiwa terbebas dari rasa kebimbangan atau keraguan di dalam Islam disebut dengan iman.
2. Pengertian Nilai-nilai moral religi (Akhlak) Secara etimologi (arti bahasa) akhlak berasal dari kata khalaqa, yang kata asalnya berarti: perangkai, tabiat, adat, atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak berarti perangkai, adat, tabiat, sistem prilaku yang baik. Akhlak sering juga disebut dengan moral, diartikan sebagai ajaran baik buruk perbuatan atau kelakuan. Menurut Nurdin (dalam Ariani, 2010 : 20) mengatakan bahwa akhlak adalah sistem nilai yang mengatur pola sikap dan tindakan manusia di atas bumi. Sistem nilai yang dimaksud adalah ajaran islam dengan Al-Qur'an dan Sunnah Rasul sebagai sumber nilainya serta ijetihad (hukum islam). Hal-hal yang fundamental terkait dengan penelitian didalam akhlak adalah sebagai berikut: A. Akhlak dalam menerima ketentuan Allah (Keikhlasan) Keikhlasan dalam menerima ketentuan Allah adalah salah satu bagian dari perilaku yang terpuji dan menduduki tempat yang utama dalam menentukan
kesempurnaan pribadi. Karena segala yang terjadi, sedang terjadi, dan yang akan terjadi semua telah menjadi ketentuan Allah SWT, termasuk sifat baik dan buruk.
B. Akhlak dalam Kedisiplinan Elizabeth B. Hurlock (1978: 82) mengemukakan bahwa disiplin berasal dari kata yang sama dengan ”disciple” yakni seorang yang belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin. Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup yang menuju ke hidup yang lebih berguna dan bahagia. Dengan kata lain displin merupakan cara masyarakat mengajar anak perilaku moral yang disetujui oleh masyarakat. Lebih lanjut Hurlock menyatakan bahwa seluruh tujuan disiplin adalah membentuk perilaku sedemikian rupa sehingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu diidentifikasikan. Dengan berbekal sikap disiplin yang ada pada diri seorang anak akan berpengaruh terhadap aspek kepribadian anak yang positif lainnya. Aturan yang diterapkan kepada anak akan membatasi anak untuk bisa menahan diri dan tidak bersifat impulsive. Anak akan belajar bahwa tidak semua keinginan-keinginannya itu selalu bisa terpenuhi, mengingat apa yang menjadi keinginannya selalu ada batasnya. Anak juga akan memiliki komitmen atas apa yang dilakukannya, taat pada aturan dan tidak bersikap semaunya sendiri. Manfaat lainnya yang diperoleh adalah anak akan belajar untuk memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Melalui penanaman nilai moral kedisiplinan diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh kelompok sosial mereka. Kedisiplinan biasanya akan terkait dengan adanya peraturan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam melaksanakan peraturan, cara yang
digunakan untuk menanamkannya, dan penghargaan (reward) untuk perilaku yang sejalan dengan peraturan yang berlaku. Hilangnya salah satu bagian penting dalam penanaman kedisiplinan akan menyebabkan munculnya sikap yang kurang menguntungkan pada diri anak dan akan terjadi ketidaksesuaian dengan standar dan harapan sosial. C. Bertanggung jawab Kepada Allah Bertanggung jawab yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembahnya sesuai dengan perintahnya. Seseorang muslim beribadah membuktikan ketundukan dan kepatuhan terhadap perintah Allah. Berakhlak kepada Allah dilakukan melalui media komunikasi yang telah disediakan, antara lain ibdah sholat. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam situasi dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati (Q.S.Ar-Ra'd:28). Berdoa kepada Allah, yaitu senantiasa merendahkan diri kepadanya, meminta dan memohon tentang segala sesuatu yang kita niatkan dan semata-mata berniat kepadaNya.
D. Patuh kepada kedua orang Tua Patuh kepada kedua orang tua, (birul waalidaini) merupakan akhlak yang paling mulia (mahmudah) sebab pada hakekatnya hanya kepada ayah dan ibulah yang paling banyak berjasa kepada anak-anaknya. Sehingga berbakti, mengabdi, dan menghormati kedua orang tua adalah merupakan kewajiban bagi semua anak.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Metode penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif jenis kajian teks dengan
menggunakan pendekatan analisis data secara deskriptif. Data penelitian ini berupa data verbal, yaitu unit-unit teks yang berbentuk kalimat atau rangkaian kalimat yang mengandung nilai moral adat, nilai moral individu, nilai moral sosial, nilai moral religi. Yang akan dibahas adalah tentang nilai moral religi dan nilai moral religi yang diterapkan oleh tokoh Alif dalam kehidupannya. Sumber data penelitian ini adalah novel Negeri 5 Menara. 3.2
Sumber Data Penelitian Subyek penelitian ini adalah novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi
pertama kali diterbitkan pada tahun 2009 dengan jumlah 419 halaman oleh PT Gramedia Pustaka Utama-Jakarta. Objek penelitian ini adalah aspek nilai moral religi yang diterapkan oleh tokoh Alif dan sikapnya dalam menghadapi berbagai konflik yang ada pada novel Negeri 5 Menara. 3.3
Teknik Pengumpulan Data Tekhnik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah yang pertama
membaca novel Negeri 5 Menara untuk memperoleh gambaran umum mengenai isi cerita. Kedua mengidentifikasi data dimulai dengan menjaring data yang berkaitan dengan konsep nilai-nilai moral religi yang ada dalam novel Negeri 5 Menara. Kegiatan ini dilakukan dengan mengidentifikasi dan menelusuri data yang diperlukan
dalam pembahasan. Ketiga mengambil unit-unit kalimat, paragraf, atau dialog yang menunjukkan nilai-nilai moral religi yang terkandung di dalam novel Negeri 5 Menara serta penerapanya oleh tokoh Alif. Keempat memasukkan kutipan-kutipan tersebut ke dalam bagian-bagian Nilai moral religi yang terkandung di dalam novel Negeri 5 Menara. 3.4
Teknik Pengelolaan Data Penelitian ini menggunakan beberapa tahap tehnik pengelolaan data, tahap-
tahap tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tahap Deskripsi Yaitu seluruh data yang ditemukan dihubungkan dengan permasalahan kemudian dilakukan tahap pendeskripsian dan pengidentifikasian 2. Tahap Indentifikasi Membaca secara keseluruhan novel untuk mengidentifikasi secara umum isi cerita dalam novel, nilai-nilai moral religi yang ada dalam novel dan penerapan nilai-nilai moral religi tersebut oleh tokoh Alif. 3. Tahap Analisis Yaitu melakukan analisis terhadap data yang telah diidentifikasi yaitu kalimat, paragraf, atau dialog yang berhubungan dengan kepribadian, sikap dan konflik dari
tokoh utama yaitu Alif yang ditinjau dari segi nilai moral religi.
4. Tahapan Interpretasi
Yaitu menafsirkan hasil analisis data untuk memperoleh pemahaman yang sesuai dengan tujuan penelitian. 3.5
Teknik penarikan Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini diperoleh dari data-data yang telah diolah dan dianalisis pada tahap sebelumnya. Dalam tahap ini digunakan tekhnik penarikan
kesimpulan yang melihat permasalahan dari data yang
bersifat khusus untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat umum.
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA
Dalam bab ini akan diberikan pembahasan mengenai : 4.1
Nilai Moral Religi dalam Novel Negeri 5 Menara Meliputi keikhlasan, bertanggung jawab, disiplin, dan taat pada orang tua dalam
novel yang digambarkan tokoh Alif. Ini dapat dilihat dari bagaimana nilai-nilai tersebut digambarkan dalam novel Negeri 5 Menara. 4.1.1. Nilai Keikhlasan Jiwa keikhlasan dipertontonkan setiap hari di PM. Guru-guru yang hebat sama sekali tidak menerima gaji untuk mengajar. Mereka semua tinggal di dalam PM dan diberi fasilitas yang cukup, tapi tidak ada gaji. Dengan tidak adanya ekspektasi gaji dari semenjak awal, niat mereka menjadi khalis. Mengajar hanya karena ibadah. Karena perintah Tuhan. Ini dapat dilihat dalam kutipan berikut : “Kami ikhlas mendidik kalian dan kalian ikhlaskan pula niat untuk mau dididik.” Inilah kalimat penting pertama yang disampaikan Kiai Rais di hari pertama aku resmi menjadi siswa di PM tiga tahun silam. Aku kini melihat keikhlasan adalah perjanjian tidak tertulis antara guru dan murid. Dengan kabel ini, aliran ilmu lancar mengucur. Sementara aliran pahala yang deras terus melingkupi para guru yang budiman dan murid yang khidmad. Niatnya hanya demi memberi kebaikan kepada alam raya, seperti yang diamanatkan Tuhan. Hubungan tanpa motivasi imbal jasa, karena yakin Tuhan Sang Maha Pembalas terhadap pengkhidmatan ini. Keikhlasan adalah sebuah pakta suci.(Negeri 5 Menara :295)
Dari kutipan tersebut diatas sudah jelas bahwa nilai keikhlasan yang dimiliki guru di PM sangat diacungi jempol. Mereka penuh keikhlasan dalam mengajar tanpa mendapatkan gaji. Tapi yang namanya manusia itu butuh uang, saat niat ikhlasnya terganggu, seorang gurupun bisa mengudurkan diri. Ini dapat dilihat dari kutipan berikut : Begitu niat ikhlas terganggu, seorang guru biasanya merasakannya langsung dan langsung mengundurkan diri. Akibat seleksi ikhlas ini, semua guru dan kiai punya tingkat keikhlasan yang terjaga tinggi yang artinya juga energy tinggi Dalam ikhlas, sama sekali tidak ada transaksi yang merugi. Nothing to lose. Semuanya dikerjakan all-out dengan mutu terbaik. Karena mereka tahu, cukuplah Tuhan sendiri yang membalas semuanya.(Negeri 5 Menara: 297) Kutipan diatas menunjukkan bahwa Keikhlasan memang kadang bukan jadi modal utama bagi seorang guru, kadang juga materi yang diutamakan. Apalagi sudah hidup berumah tangga.
4.1.2. Nilai Kedisiplinan
Kegiatan pembelajaran akan berlangsung dengan lancar dan tertib apabila diikuti oleh sebuah aturan yang ditaati oleh segenap warga madrasah. Di PM tata tertib dikenal dengan nama qanun, yaitu sebuah aturan tidak tertulis yang tidak boleh dilanggar. Setiap pelanggaran yang dilakukan akan diberi ganjaran yang sesuai, ganjaran yang paling berat adalah dikeluarkan dari PM selamanya. Berikut adalah beberapa point penting dari qanun tersebut:
Qanun yang di terapkan adalah jadwal bagun pagi, aturan memakai seragam yang sopan, memakai papan nama, cara berbahasa, semua siswa berhak menjaga miliknya masing-masing.Qanun yang diterapkan di PM tidak
jauh lebih baik dengan aturan yang sudah ditetapkan di madrasah yang ada di Lima Puluh Kota selama ini. Namun yang jadi pertanyaan adalah mengapa hasilnya sangat jauh berbeda. Disiplin ternyata memegang peranan yang sangat penting dalam penerapan aturan di madrasah. Kesalahan kecil di PM sangat diperhatikan, misalnya jika ada salah satu siswanya yang makan atau minum sambil berdiri, atau
memotong antrian saat mengambil makanan atau mandi. Konsekuensi dari setiap pelanggaran selalu diberikan untuk memberikan efek jera kepada siswa, kadarnya sesuai dengan kesalahan yang dilakukan. Ketertiban dan keamanan diatur oleh bagian keamanan secara maksimal. (Negeri 5 Menara :55) Dari kutipan diatas kita dapat menilai bahwa nilai kedisiplinan di PM sangat ditegakkan. Untuk mendidik siswanya disiplin dan selalu taat terhadap semua peraturan yang sudah di tegakkan. Dan Alif juga bercerita kepada ibunya lewat surat tentang kedisiplinan dan hukuman yang di terimanya saat PM. Ini dapat dilihat dari kutipan berikut :
Jadwal harian kami luar biasa ketat dan penuh disiplin. Hukuman langsung ditegakkan bagi yang melanggar aturan. Ambo pernah kena, dijewer berantai di depan orang ramai karena terlambat 5 menit. Kalau Amak jadi anak laki-laki, pasti cocok sekolah di PM ini.(Negeri 5 Menara :145) Dari kutipan di atas menunjukkan bahwa kedisiplinan di PM sangat ditegakkan dan pelanggaran sekecil apapun akan di kenakan hukuman sesuai dengan kesalahan.
4.1.3. Nilai Tanggung Jawab
Tanggung jawab yang dimaksud adalah tanggung jawab seorang tenaga pendidik terhadap peserta didik dalam proses pembelajaran secara keseluruhan. Langkah awal tenaga pendidik di PM dalam membentuk pola pikir, sikap dan kebiasaan peserta didik secara keseluruhan, khususnya ditonjolkan melalui tokoh Alif Fikri dan rekan-rekannya yang tergabung dalam Sahibul Menara, yaitu Atang, Dulmajid, Raja, Baso dan Said. Motto man jadda wajada, ‘siapa yang bersungguhsungguh akan berhasil’, telah dipatrikan ke otak dan pikiran mereka sejak mereka resmi menjadi warga PM.
Selain kelas kami kelas lain juga demikian. Masing-masing dikomandoi seorang kondaktur yang enegik, menyalakan “man jadda wajada”. Hampir satu jam nonstop, kalimat ini bersahut-
sahutan dan bertalu-talu. Koor ini bergelombang seperti guruh di musim hujan, menyesaki udara pagi di sebuah desa terpencil di udik Ponorogo. Inilah pelajaran hari pertama kami PM. Kata mutiara sederhana tapi kuat. Yang menjadi kompas kami kelak.(Nengeri 5 Menara:41) Motto man jadda wajada telah merasuk sempurna ke dalam pikiran para santri, katakata itu seolah menjadi niat mereka bahwa mereka harus berhasil. Keteguhan niat akan senantiasa berdiskusi dengan otak untuk toleran terhadap suatu kegagalan dan mengubahnya menjadi bahan bakar guna mencapai semua impian.
Beranjak dari motto itulah tenaga pendidik di Pondok Madani (Selanjutnya disebut PM) menempa mental dan karakter peserta didik dari bukan siapa-siapa menjadi orang yang tangguh dalam ilmu agama dan ilmu umum. Mengingat tanggung jawab yang diemban itu pulalah PM hanya memberi waktu 3 bulan kepada para siswanya untuk mampu menguasai 2 bahasa asing sekaligus, yaitu bahasa Arab dan bahasa Inggris.
Metode pembelajaran yang digunakan terbilang sangat sederhana, tidak mengenal terlalu banyak metode atau teknik pembelajaran namun hasil yang diperoleh sangat maksimal. Metode pembelajaran bahasa asing yang diterapkan cukup “dengar, ikuti, teriakkan dan ulangi lagi”. Tidak ada terjemahan bahasa Indonesia sama sekali. Tokoh Alif mengaku bahwa belakangan baru dia mengetahui bahwa pengulangan dan teriakkan adalah metode ampuh untuk menginternalisasi bahasa baru ke dalam sel otak dan membangun refleks bahasa yang bertahan lama.
Qanun di PM sangat di tegakkan, tapi saat pembacaan qanun harus di dengarkan dengan baik maka nanti akan lupa karena qanun adalah peraturan yang tidak terlulis, dan bebebrapa tangan teracung dan bertanya kenapa tidak diberikan dalam bentuk tertulis. Ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
“Akhi. Dengarkan baik-baik. Kita tidak mau membuat peraturan tertulis banyakbanyak, lalu kemudian dilupakan dan tidak diterapkan. Qanun ini maksudnya supaya apa yang disebutkan, dilaksanakan bersama. Memang tidak ada pengulangan karena harapannya semua orang mencatat dalam hati masing-masing dan siap melaksanakannya. (Negeri 5 Menara : 56)
Karena jika tidak dilaksanakan dengan baik, maka jika melakukan kesalahan hukumannya harus dipertanggung jawabkan.
4.1.4 Taat Pada Orang Tua Perilaku berbakti kepada orang tua tercermin pada tokoh Alif, tindakan Alif yang menyetujui keinginan orang tuanya untuk masuk ke Pondok Pesantren. Ini dapat dilihat dari kutipan berikut : Aku termenung sejenak membaca surat ni. Aku ulang-ulang membaca usul ini dengan suara berbisik. Usul ini sama saja dengan masuk sekolah agama juga. Bedanya, merantau jauh ke Jawa dan mempelajari bahasa dunia cukup menarik hatiku. Aku berpikir-pikir, kalu akhirnya aku tetap harus masuk sekolah agama, aku tidak mau madrasah di Sumatra Barat. Sekalian saja masuk pondok di Jawa yang jauh dari keluarga.Ya betul, Pondok Madani bisa jadi jalan keluar ketidak jelasan ini. Tidak jelas benar dalam pikiranku, seperti apa Pondok Madani itu. Walau begitu, akhirnya aku putuskan nasibku dengan setengah hati. Tepat di hari keempat, aku keluar dari kamar gelapku. Mataku mengerjap-ngerjap melawan silau. “Amak, kalau memang harus sekolah agama, ambo ingin masuk pondok saja di Jawa. Tidak mau di Bukittinggi atau padang”. (Negeri 5 Menara : 12)
Dari kutipan ini, dapat disimpulkan bahwa meskipun alif menyetujui keinginan orang tuanya hanya dengan setengah hati, tapi alif percaya bahwa tidak ada orang tua yang akan menjerumuskan anaknya kejalan yang tidak baik. Maka diapun menuruti kehendak orang tuanya. Setelah lama Alif berada di Pondok Madani akhirnya Alif sadar bahwa keputusan Amaknya benar dan akhirnyab Alif minta maaf pada Amaknya lewat kata-kata pada surat yang dikirimnya. Ini dapat dilihat dari kutipan berikut : Amak, maafkan ananda ini karena sudah lama tidak memberikan kabar berita. Ambo telah banyak membuat Amak sedih akhir-akhir ini. Ambo memang sempat
kesal karena tidak boleh masuk SMA. Tapi kini ambo sadar kalau Amak benar. PM adalah sebuah sekolah yang baik dan banyak yang ambo bisa dipelajari di sini. Tadi sore, Kiai Rais member nasehat yang membuat ambo sadar kalau beberapa bulan ini ambo tidak bersikap baik kepada Amak. Semoga Amak bersedia memaafkan keselahan-kesalahan ambo supaya hati Ambo tenang. (Negeri 5 Menara :144) Dengan menaati keinginan orang tuanya, akhirnya Alif sadar kalau keputusan amaknya untuk masuk ke sekolah agama itu benar.
4.2
Nilai Moral Religi yang diimplementasikan oleh tokoh Alif dalam kehidupan sehari-harinya.
4.2.1 Pernerapan keikhlasan yang diimplementasin tokoh Alif dalan novel Negeri 5 Menara Keikhlasan
Alif
menjadi
Jasus,
gara-gara
terlambat
saat
berbelanja
keperluannya, Alif menjadi bulan-bulanan Tyson dan akhirnya Alif dijadikan Jasus oleh Tyson. Jasus adalah mata-mata. Meskipun Alif sangat berat menerimanya tapi Alif ikhlas menerima jabatannya sebagai Jasus. Ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini: “Kalian kami angkat sebagai Jasus. Mata-mata,” kata Tyson mengguntur. Tangannya bergerak membagikan kepada setiap orang dua kertas berukuran dua kali KTP. Akau menerimanya dengan tangan gemetar dan basah. Kalau kalian tidak berhasil menemukan dalam 24 jam, maka kalian akan mendapat hukuman tambahan. Akhirnya Alif dan kawan-kawannya menerimanya dengan ikhlas.(Negeri 5 Menara : 75) Dari kutipan tersebut, beban Alif menjadi jasus sangat berat tetapi Alif dan teman-temannya menjalani hukuman itu dengan ikhlas. Dan saat itu Alif juga pernah terkulai kecapekan sampai dini hari menulis majalah dinding waktu di tahun pertama dulu. Majalah harus dipampang di depan aula begitu matahari naik. Padahal masih satu halaman lagi yang harus ditulis tangan indah menjelang adzan subuh. Alif tidak kuasa lagi melawan cengkraman kantuk. Ini bisa dilihat dari kutipan berikut : Lalu kak Iskandar datang dan menepuk-nepuk punggungku, “Ya akhi, ikhlaskan niatmu”. Seketika itu juga capek hilang dan semangat memuncak. Dilain kesempatan, aku tertangkap jasus, dan masuk mahkamah. Setelah menjatuhkan hukuman dan menyerahkan tiket jasus, kakak bagian keamanan dengan mata menyelidikbertanya, anta ikhlas nggak jadi jasus? Dengan jawaban agak terpaksa
aku bilang, “Ikhlas Kak”. Ajaib, setelah menjawab itu hati pun jadi lebih tenang. Bahkan pun ketika aku mengucapkannya setengah hati. Kata ikhlas bagai obat yang manjur, yang merawat hati dan memperkuat raga. (Negeri 5 Menara :296) Memang dengan cara mengikhlaskan sesuatu yang terjadi itu akan membuat diri kita lebih baik. Dan memang benar kalau kata ikhlas bagai obat yang manjur yang merawat hati dan memperkuat raga seseorang.
4.2.2 Pernerapan kedisiplinan yang diimplementasikan tokoh Alif dalan novel Negeri 5 Menara Sergapan Pertama Tyson tentang kedisiplinan di PM kali ini diterima Alif ketika
sedang berbelanja kebutuhan untuk kamarnya. Alif dan teman-temannya
terlambat 5 menit untuk menuju ke kamarnya dan terlambat melaksanakan sholat di masjid, di PM tidak ada kesalahan yang berlangsung tanpa ganjaran. Ini dapat dilihat dari kutipan berikut : “Maaza khataukum. Apa kesalahan kalian?” Tanyanya dengan suara seperti guruh. Kami kegelapan. Tidak siap menjawab pertanyaan interogatif di senja bergerimis dalam keadaan kepayahan ini.”Apa salah kalian!?” berondongannya sekali lagi, tidak sabar. Gerimis bercampur dengan percikan ludahnya. Mukannya maju. Napasnya mengerubuti mukaku. Aku katupkan mataku rapat-rapat. Apa yang dilakukan Tyson ini padaku. Melihat aku menutup mata, dia membentak lebih keras,”Jangan takut dengan manusia, JAWAB!” Aku tidak punya pilihan lain untuk memberanikan diri menjawab. Ragu-ragu. “Maaf…maaf… kak, kami terlambat. Tapi hanya sedikit kak, 5 menit saja. Karena harus membawa lemari ini dari lapangan…” (Negeri 5 Menara : 65-66)
Dari kutipan ini, sudah jelas kedisiplinan di Pondok Madani ini sangat ditegakkan, meskipun telat hanya 5 menit saja. Tidak ada kesalahan yang berlangsung tanpa dapat ganjaran. keterlambatan yang dilakukan akan menjadi santapan para jesus yang sedang mencari mangsa. Ini dapat dilihat dari kutipan berikut :
Tadi pagi aku masih merasa cukup tenang, karena diantara kami berenam masih ada 2 orang yang belum berhasil menunaikan tugas jesusnya. Yaitu Dulmajid dan Raja. Tapi ketika kami keluar kelas, keduanya tersenyumsenyum senang karena berhasil memergoki anak-anak kelas sebelah yang telat masuk kelas.(Negeri 5 Menara : 81)
Dari kutipan tersebut diatas sudah jelas bahwa qanun atau aturan secara tidak tertulis sangat ditegakkan, dan sangsi yang di berikan sesuai dengan kesalahan yang dilakukan. Dan jesus siap menyergap siapa saja yang melanggar qanun. Dan misi alif kali ini untuk menjadi jasus berhasil, Alif memergoki seorang kawannya yang makan dan minum sambil berdiri. Ini bisa dilihat dari kutipan berikut :
Rumus manjadda wajada terbukti mujarab. Kesungguhanku segera dibalas kontan. Dalam tempo hanya satu jam saja, secara ajaib kedua kartu terisi. Aku memergoki seorang anak kelas 3 memotong antrian diam-diam di kamar mandi umum. Sementara dilapangan basket, seorang kawan makan dan minum sambil berdiri. Aturan di PM, makan dan minum sambil harus sambil duduk.
(Negeri 5 Menara : 82) Dari kutipan diatas, menunjukkan bahwa semangat alif besar untuk menegakkan kedisiplinan. Alif sempat putus asa dalam melakukan misinya itu, tapi dengan mantra ajaibnya Alif dengan semangat mencari dan mencari akhirnya bisa terselesaikan juga misinya.
4.2.3 Penerapan Tanggung Jawab yang diimplementasikan oleh tokoh Alif dalam novel Negeri 5 Menara Alif mempunyai tanggung jawab untuk bisa masuk ke Pondok Madani, karena jika Alif tidak diterima di PM. Maka Alif akan jadi bulan-bulanan dan bahan olokan orang sekampung dan teman-temannya. Karena Ujian di PM terkenal sulit. Ini dapat dilihat dalam kutipan berikut : Pikiranku buncah. Bagaimana kalau aku tidak lulus. Ke mana mukaku akan diletakkan. Pasti aku akan jadi bulan-bulanan bahan olokan orang sekampung dan teman-teman. Aku sudah terlanjur berkampanye: ke Cina saja disuruh belajar, masak ke Jawa tidak.(Negeri 5 Menara: 36)
Dari kutipan ini, jelas Alif mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menjaga nama baiknya sendiri dan orang tuanya. Agar Alif tidak jadi bulan-bulanan teman sekampungnya. Dan baru beberapa hari Alif diterima dan tinggal di PM Alif
sudah melanggar qanun dan akhirnya Alif di beri hukuman menjadi Jasus. Yang bertanggung jawab untuk mencari mangsa anak-anak yang melanggar qanun. Ini dapat dilihat dari kutipan berikut : Aku semakin panik, azan Ashar berkumandang tapi kartuku masih kosong. Aku hanya punya waktu 3 jam sebelum tenggat waktu penyerahan ke Tyson. Kawankawanku ikut prihatin. Said dan Raja dengan gagah berani menyatakan siap membantu untuk menjadi asisten jasus. Tapi aku pikir, tidak adil kalau mereka menjalankan bagian dari hukuman yang aku terima. Kesalahan pribadi harus dibayar sendiri-sendiri. Seperti nasihat Kiai Rais “Mandirilah maka kamu akan jadi orang merdeka dan maju”.(Negeri 5 Menara :81) Dari kutipan diatas menunjukkan bahwa kesalahan yang diperbuat sendiri, maka harus dipertanggung jawabkan sendiri.
4.2.4 Penerapan ketaatan pada orang tua yang diimplementasikan oleh tokoh Alif dalam novel Negeri 5 Menara. Setelah lulus MadrasahTtsanawiyah Alif ingin melanjutkan sekolah SMA karena Alif ingin mendalami ilmu non agama. Tapi Amak Alif tidak ingin kalau Alif masuk ke SMA dan menyuruhnya masuk ke madrasah aliyah, karena amak alif ingin Alif menjadi menjadi seorang pemimpin agama yang hebat dengan pengetahuan yang luas. Ini dapat dilihat dalam kutipan berikut : “Buyuang, sejak waang masih kecil di kandungan, Amak selalu punya cita-cita,” mata Amak kembali menatapku.“Amak ingin anak laki-lakiku menjadi seorang pemimpin agama yang hebat dengan pengetahuan yang luas. Seperti Buya Hamka yang sekampung dengan kita. melakukan amar ma’ruf nahi munkar, mengajak orang kepada kebaikan dan meninggalkan kemunkaran” kata amak pelan-pelan. (Negeri 5 Menara : 8)
Rasanya Alif ingin membantah keinginan amaknya,dalam benak alif mungkin karena uang dia tidak bisa melanjutkan ke SMA. Alif tetap ingin melanjutkan sekolah ke SMA. Dan amaknya pun terus menerus memohon pada Alif agar mau masuk ke madrasah aliyah.”. Ini dapat dilihat dalam kutipan berikut :
“Jadi Amak minta dengan sangat waang tidak masuk SMA. Bukan karena uang tapi supaya ada bibit unggul yang masuk madrasah aliyah.”.(Negeri 5 Menara : 8) Bagi Alif tiga tahun di madrasah tsanawiyah rasanya sudah cukup untuk mempersiapkan dasar ilmu agama. Kini saatnya aku mendalami ilmu non agama. Tapi Amak sama sekali tidak mengizinkan. Setelah Alif mengurung diri selama empat hari akhirnya alif menerima keputusan amaknya untuk sekolah ke madrasah aliyah. Meskipun keputusannya itu setengah hati. Ini dapat dilihat dalam kutipan berikut : Aku termenung sejenak membaca surat ini. Aku ulang-ulang membaca usul ini dengan suara berbisik. Usul ini sama saja dengan masuk sekolah agama juga. Bedanya, merantau jauh ke Jawa dan mempelajari bahasa dunia cukup menarik hatiku. Aku berpikir-pikir, kalu akhirnya aku tetap harus masuk sekolah agama, aku tidak mau madrasah di Sumatra Barat. Sekalian saja masuk pondok di Jawa yang jauh dari keluarga.Ya betul, Pondok Madani bisa jadi jalan keluar ketidak jelasan ini. Tidak jelas benar dalam pikiranku, seperti apa Pondok Madani itu. Walau begitu, akhirnya aku putuskan nasibku dengan setengah hati. Tepat di hari keempat, aku keluar dari kamar gelapku. Mataku mengerjap-ngerjap melawan silau. “Amak, kalau memang harus sekolah agama, ambo ingin masuk pondok saja di Jawa. Tidak mau di Bukittinggi atau padang”. (Negeri 5 Menara : 12)
Dari kutipan ini, sudah jelas bahwa Alif merupakan anak yang taat pada orang tuanya, Alif memenuhi keinginan Amaknya untuk melanjutkan sekolah ke Madrasah Aliyah yaitu sekolah agama. Meskipun keinginan amaknya tidak sesuai dengan keinginanya, alif tetap menuruti keinginan orangtuanya walaupun hanya dengan setengah hati.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dari novel Negeri 5 Menara mengandung nilai-
nilai moral religi sebagai sebuah novel yang memuat gambaran pandangan yang tersaji dalam akurasi data, dalam novel Negeri 5 Menara. Pandangan moral yang dimaksud dirinci dalam nilai-nilai moral religi. Nilai moral Religi dalam novel Negeri 5 Menara menjadi wacana dan arti mengenai kehidupan yang disinyalir oleh pengarang lewat karyanya. Alif mempunyai karakter yang ikhlas, disiplin, tanggung jawab dan taat pada orang tuanya. Keikhlasan Alif diterapkan saat Alif berada di PM dan ia di hukum menjadi jasus (mata-mata) di karenakan kesalahannya sendiri. Kedisiplinan diterapkan Alif saat qanun di bacakan oleh wali kelasnya dan Alif selalu berusaha mentaati peraturan yang sudah ditetapkan. Tanggung jawab yang diimplementasikan Alif saat ia melaksanakn tes di PM. Alif mempunyai tanggung jawab untuk membawa nama baik keluarganya dan dirinya sendiri, jika ia tidak diterima di PM maka Alif akan menjadi bulan-bulanan dan bahan olok-olokan orang sekampungnya. Taat pada orang tua diterapkan Alif saat keinginannya untuk melanjutkan ke SMA tidak disetujui oleh orang tuanya, karena Amak Alif ingin Alif masuk ke madrasah aliyah agar menjadi pemimpin seperti Buya Hamka. Alif sempat menolak keinginan Amaknya tapi akhirnya Alif menyetujui keinginan amaknya meskipun dengan setengah hati. 5.2
SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran agar penelitian
selanjutnya dapat mengembangkan penelitian tentang moralitas dalam karya sastra
dengan menggunakan teori dan sudut pandang moralitas yang lain. Dengan demikian, hasil penelitian tentang moralitas dalam karya sastra akan menjadi lebih beragam. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis. Bagi pembaca, disarankan agar dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang moralitas dengan membaca karya sastra. Selain itu, hendaknya pembaca dapat memilih karya sastra yang kaya akan muatan moral, sehingga pembaca dapat menjadikan karya sastra tersebut sebagai rujukan untuk menjalani kehidupan dengan lebih arif.
BIOGRAFI
Ahmad Fuadi (lahir di Maninjau, Sumatra Barat, 30 Desember 1972; umur 37 tahun) adalah seorang praktisi konservasi, novelis dan wartawan dari Indonesia. Novel pertamanya adalah novel Negeri 5 Menara yang merupakan buku pertama dari trilogi novelnya. Karya fiksinya dinilai dapat menumbuhkan semangat untuk berprestasi. Walaupun tergolong masih baru terbit, novelnya sudah masuk dalam jajaran best seller tahun 2009. Memulai pendidikan menengahnya di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo dan lulus pada tahun 1992. Kemudian melanjutkan kuliah Hubungan Internasional di Universitas Padjadjaran, setelah lulus menjadi wartawan Tempo. Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas reportasenya di bawah bimbingan para wartawan senior Tempo. Tahun 1998, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S2 di School of Media and Publik Affairs, George Washington University. Merantau ke Washington DC bersama Yayi, istrinya---yang juga wartawan Tempoadalah mimpi masa kecilnya yang menjadi kenyataan. Sambil kuliah, mereka menjadi koresponden TEMPO dan wartawan VOA. Berita bersejarah seperti peristiwa 11 September 2001 dilaporkan mereka berdua langsung dari Pentagon, White House dan Capitol Hill. Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan beasiswa Chevening untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter. Kini, penyuka fotografi ini menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO konservasi:
The
Nature
Conservancy.
Riwayat Pendidikan Ahmad Fuadi: * KMI Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo (1988-1992) [5] Alumni Gontor 1992 * Program Pendidikan Internasional, Canada World Youth, Montreal, Kanada (19951996) * National University of Singapore, Singapura studi satu semester (1997)
* Universitas Padjadjaran, Indonesia, BA dalam Hubungan Internasional, (September 1997) * The George Washington University, Washington DC, MA dalam Media and Public Affairs (Mei 2001) * Royal Holloway, Universitas London, Inggris, MA dalam Media Arts, (September 2005)
Karier: 1.
2.
Penulis dan Kolumnis bebas, 1992-1998: Menulis ratusan artikel mengenai peristiwa terkini untuk media massa di Indonesia Wartawan dari CJSR 3 TV Communautaire, St-Raymond, Quebec, Kanada,1995
3.
Asisten Penelitian, School of Media and Public Affairs, George Washington University, Washington DC 2000-2001
4.
Asisten Penelitian, Center for Media and Public Affairs, Washington DC, 20002001 Bekerja di Pemanasan Global dan Budaya Pop Project.
5.
Wartawan, Majalah TEMPO[6], Jakarta, Indonesia, Augustus 1998-2002. Mengulas dan menulis berita aktual mulai dari politik, ekonomi sampai berita seni.
6.
Internasional koresponden, Majalah TEMPO, Washington DC, Agustus 1999September 2002 Mengulas peristiwa dan menulis cerita dari titik-titik utama di AS seperti Pentagon, Gedung Putih, dan Capitol Hill. Di antara highlight dari laporannya adalah: penulisan cerita dan tindak lanjutnya peristiwa 11 September dari Washington DC dan mewawancarai tokoh-tokoh seperti Colin Powell dan Paul Wolfowitz
7.
Produser TV dan Editor, Voice of America, Washington DC, Mei 2001-Oktober 2002
8.
Wartawan, Voice of America, Jakarta, November 2002 - November 2005
9.
Spesialis Publikasi dan Informasi, USAID-LGSP (Local Governance Support Program)Desember 2005-Agustus 2007
10.
Direktur Komunikasi, The Nature Conservancy (TNC) Agustus 2007-sekarang The Nature Conservancy (TNC) sebagai salah satu organisasi konservasi terbesar di dunia, Bertanggung jawab untuk mengembangkan dan menerapkan strategi komunikasi untuk meningkatkan dan mempertahankan kesadaran
masyarakat dan dukungan TNC. Publikasi dan mengkoordinasikan semua usaha pemasaran TNC di Indonesia. Managed hubungan media, media monitoring, identitas visual dan branding, internal / eksternal publikasi, dan manajemen risiko. Mewakili TNC di arena nasional dan internasional. Bekerja sama dengan berbagai staf TNC di lebih dari 30 negara di dunia.
SINOPSIS Alif adalah seseorang yang berasal dari keluarga yang sederhana, namun masih memiliki darah ulama dari ibunya. Ia adalah putra minangkabau yang lulus dari madrasah tsanawiyah dengan nilai yang lumayan membanggakan, ia menduduki nilai terbaik sepuluh besar. Ia memiliki cita-cita yang tinggi, ia menginginkan menjadi seseorang yang berintelektual tinggi seperti habibie. Ia sangat mengidolakan tokoh tersebut, sehingga ia sangat menginginkan melanjutkan studinya ke tingkat SMA. Ia ingin mempelajariilmu non agama, setelah tiga tahun ia berkecimpung di madrasah tsanawiyah, untuk mempelajari ilmu agama dan ilmu non agama. Namun, kali ini ia menginginkan sekolah yang benar-benar murni mempelajari keilmuan umum. Akan tetapi, sang ibu menginginkan putranya itu meneruskan darah keulamaannya. Ibunya menyuruhnya agar mondok saja, untuk lebih mendalami ilmu agama, karena ia menginginkan putranya menjadi seorang pemimpin agama seperti Buya Hamka seorang pemimpin ulama dikampungnya. Pada awalnya Alif menolak keinginan ibunya itu, sampai-sampai ia mengurung diri di kamarnya untuk beberapa hari, namun akhirnya ia berpikir percuma saja melawan orang tua. Ia memutuskan untuk menyetujui kemauan Ibunya, ia memilih pondok madani sebagai tempatnya menimba ilmu yang terletak di jawa. Awalnya ini hanyalah akal-akalannya saja, ia memilih pondok yang jauh, agar oranng tuanya menyetujuinya untuk bersekolah di SMA Minangkabau bersama teman-temannya. Akan tetapi kedua orang tuanya malah mengiyakannya. Alif pun ditemani ayahnya mendaftarkan ke PM, dan ternyata ia diterima di PM. Pada awalnya proses perkenalan di sekolah, ia takjub dengan mantra ampuh yang diyakini ampuh yakni “manjadda wajada” yang berarti “siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. Di
rumah barunya ini, ia bertemu dengan beberapa kawannya yang berasal dari berbagai penjuru Indonesia, mereka adalah Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, dan Baso dari Gowa. Dari perkenalan pada awal sekolah di PM berlangsung, membawa enam putra daerah tersebut menjadi sahabat yang karib. Banyak pengalaman yang mereka lalui bersama-sama, mulai dari dihukum oleh kakak angkatannya dengan jewer berantai, hingga pengalaman menjadi penjaga malam, karrena PM di satroni maling. Mereka bisa menunggu maghrib tiba, dengan menghabiskan waktu di masjid. Tepat di menara masjid para kawanan tersebut menengadah keatas, memperhatikan awan, dan membayangkan awan-awan itu menjelma menjadi benua dan Negara impian mereka masing-masing. Dari hal tersebut, mereka disebut sebagai “para sohibul menara”. Prinsip mereka, jangan pernah meremehkan impian dan cita-cita meskipun setinggi apapun, karena Tuhan maha mendengar. Keyakinan merka atas kekuasaan Tuhan akhirnya terbukti, mereka mencapai cita-citanya untuk ke negeri impian masingmasing. Atang di kairo, Baso yang akhirnya di mekah, Raja, Alif dan Said di Washington DC, London.
DAFTAR PUSTAKA
Esten, Mursal. 1978. Kesusastraan : Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa
Fuadi, A. 2010. Negeri Lima Menara. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Nurgiantoro, B. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Poespoprodjo, W. 1986. Filsafat Moral: Kesusilaan Dalam Teori dan Praktek. Bandung: Remadja Karya CV
Religius Islam. Jakarta: Paramadina. Nasution, Harun.1986.Islam ditinjau dari berbagai aspeknya Jilid II. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Solomon, R. 1987. Etika: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak: Edisi Keenam. Alih Bahasa Meitasari Tjandrasa. Jakarta: Erlangga.