Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA KELAS XI IPA SMA NEGERI 4 BANJARMASIN Nazua Rozaiah, Mustika Wati, Mastuang Prodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
Abstrak: Telah dilakukan penelitian tentang perbedaan hasil belajar siswamenggunakanmodel pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada kelas XI IPA SMA Negeri 4 Banjarmasin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika pokok bahasan fluida dinamis antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada kelas XI IPA SMA Negeri 4 Banjarmasin. Metode penelitian adalah kuasi eksperimen.Populasi penelitian adalah siswa kelas XI IPA SMAN Negeri 4 Banjarmasin tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 83 siswa.Sampel diambil secara cluster random samplingsebanyak dua kelas dari tiga kelas di SMA Negeri 4 Banjarmasin. Kelas eksperimen I yang berjumlah 26 siswa diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS) dan kelas eksperimen II berjumlah 26 siswa diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran tipe Two Stay Two Stray (TSTS). Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes.Teknik analisis data menggunakan statistik parametrik teknik t-test independent sampel. Pengujian hipotesis menunjukan bahwa nilai thitung lebih besar daripada ttabel dansignifikansi (2-tailed) yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 (0,01 < 0,05) sehingga terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas eksperimen I yang diberi perlakuan menggunakan tipe TPS dengan kelas eksperimen II yang diberi perlakuan menggunakan tipe TSTS. Kata kunci : model pembelajaran kooperatif, TPS, TSTS, fluida dinamis DIFFERENCE OF STUDENT LEARNING USING COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE THINK PAIR SHARE (TPS) BY TYPE Two Stay Two Stray (TSTS) IN CLASS XI SMA STATE 4 BANJARMASIN
Abstract: Have done research on differences in learning outcomes of students using cooperative learning model Think Pair Share (TPS) with type Two Stay Two Stray (TSTS) in class XI IPA SMAN 4 Banjarmasin. This study aims to determine whethere there are differences in learning outcomes of students in physics subject between the fluid dynamic model of cooperative Think Pair Share (TPS) with type Two Stay Two Stray (TSTS) in class XI IPA SMAN 4 Banjarmasin .The research method was quasiexperimental.The study population are students of class XI IPA SMAN 4 Banjarmasin academic year 2015/2016 totaling 83 students. Sample taken by cluster random sampling two classes of three classes in SMA Negeri 4 Banjarmasin. The experimental class II totaling 26 students were treated by using a type of learning Think Pair Share (TPS) and the experimental class II , totaling 26 students were treated by using model type Two Stay
50
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
Two Stray (TSTS). Data collection techniques using test techniques. Data analyzed technique using parametric statistical independent sample t-test. The hypothesis testing showed that the valuet is greater than t table and significance ( 2-tailed) earned less than 0,05 ( 0,01 < 0,05 ) so that there are significant differences in learning outcomes between the experimental class I by treatment using the type TPS with experimental class II treated using the type TSTS. Keywords : cooperative learning model, TPS, TSTS, fluid dynamic
pembuktian dari kompetensi seorang
PENDAHULUAN Pendidikan
memegang
peranan
guru
ialah
bagaimana
mampu
penting karena pendidikan merupakan
memandu
wahana
pembelajaran agar dapat mencapai target
untuk
meningkatkan
dan
mengembangkan kualitas sumber daya
dan
ia
menciptakan
proses
kompetensi yang hendak dicapai.
manusia (SDM). Peran guru menjadi
Banyak siswa yang menyenangi
sangat penting dalam melaksanakan
suatu pelajaran karena berawal dari rasa
kewajiban untuk meningkatkan kualitas
senang terhadap cara yang dilakukan
pendidikan sehingga dapat mencapai
guru dalam
tujuan pendidikan. Kewajiban guru yaitu
sehingga
merencanakan
pembelajaran,
mengikuti pelajaran yang akhirnya akan
melaksanakan proses pembelajaran yang
berpengaruh pada hasil belajar. Salah
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi
satu strategi atau pendekatan yang dapat
hasil
(Undang-Undang
digunakan agar pembelajaran dapat
Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
dipahami dan disenangi serta dapat
Dosen).
dituntut
menjadi lebih bermakna bagi siswa
melaksanakan perannya dengan baik
adalah dengan menggunakan model
demi
pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan
pembelajaran
Sehingga
terwujudnya
guru
pendidikan
yang
berkualitas.
menyampaikan pelajaran, merasa
termotivasiuntuk
mendorong siswa untuk berperan aktif
Shoimin (2013: 5) mengatakan
dalm proses pembelajaran.
bahwa “pada saat sekarang, seorang
Hasil pengamatan peneliti, kegitan
guru tidak hanya berdiri di depan kelas
belajar mengajar di sekolah masih
berceramah.
harus
berpusat pada guru dan kurang inovatif
memiliki beragam kompetensi untuk
sehingga membuat siswa berperan pasif
menunjang profesionaliitas guru dan
dan
perannya”.
kegiatan pembelajaran. Selain itu juga
Namun,
Adapun
guru
salah
satu
51
kurang
termotivasi
terhadap
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
siswa
sering
bekerja
secara
benar sehingga memungkinkan guru
individualistik, mereka bekerja sendiri-
mengelola kelas lebih efektif. dan
sendiri untuk mendapatkan nilai, untuk
inovatif
mencapai sebuah tujuan yang hanya
berperan aktif dan termotivasi terhadap
dapat diraih oleh satu atau beberapa
kegiatan pembelajaran sehingga siswa
siswa saja. Dalam situasi seperti ini,
mampu
“pencapaian
bersifat
disampaikan dan yang paling penting
independen, siswa memandang bahwa
tujuan pembelajaran dapat tercapai serta
pencapaian tujuan mereka tidak ada
siswa
kaitannya dengan apa yang dilakukan
memberikan manfaat terhadap satu sama
siswa lain” (Deutsch 1962;Johnson &
lain. Salah satu model pembelajaran
Johnson 1991) dalam Johnson, dkk
yang
(2012: 4).
pembelajaran kooperatif.
tujuan
siswa
Kegiatan pembelajaran di sekolah
sehingga
membuat
memahami
berusaha
materi
untuk
siswa
yang
saling
dapat digunakan adalah model
Isjoni
(2013:
21)
menjelaskan
berlangsung secara kelompok biasanya
bahwa “teknik pembelajaran kooperatif
sebagian besar siswa memilih sendiri
sangat sesuai di dalam sebuah kelas
anggota kelompok sehingga tingkat
yang
kecerdasan
mempunyai berbagai tingkat kecerdasan.
akademiknya
siswa tinggi,
(siswa sedang,
yang dan
berisi
Tingkat
siswa-siswa
kecerdasan
yang
yang
dimaksud
rendah) tidak merata dalam kelompok.
adalah siswa yang akademiknya tinggi,
Kegiatan pembelajaran secara kelompok
sedang, dan rendah”. Menurut Suprijono
yang
tidak
(2009: 58) “pelaksanaan prosedur model
terstruktur secara ketat sehingga hanya
pembelajaran kooperatif dengan benar
beberapa anggota yang bekerja dalam
akan memungkinkan guru mengelola
kelompok.
kelas lebih efektif”.
berlangsung
biasanya
Berdasarkan hasil ulangan akhir
Suprijono (2009: 61) mengatakan
semester (UAS) pada pelajaran Fisika
“model
pada SMA Negeri 4 khususnya kelas XI
dikembangkan untuk mencapai hasil
dari 28 orang siswa hanya 7,14 % orang
belajar
yang
toleransi, menerima keragaman, dan
mampu
Sehingga pembelajaran pembelajaran dengan
pembelajaran
berupa
prestasi
kooperatif
akademik,
mencapai
ketuntasan.
diperlukan
model
pengembangan
model
Oleh sebab itu model pembelajaran
yang terstruktur ketat
kooperatif menuntut kerja sama dan
diperlukan
pelaksanaan
prosedur
yang
keterampilan
sosial”.
interdependensi siswa dalam struktur
52
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
tugas, struktur tujuan dan struktur
dan
reward-nya untuk mencapai hasil belajar
kehidupan sehari-hari.
itu.
mengaplikasikannya
dalam
Pembelajaran kooperatif memiliki Sebagian guru pada saat sekarang,
masih
ragu
model
adalah think pair share (TPS) dan two
khususnya
stay two stray (TSTS). Think pair share
pelajaran Fisika. Hal ini disebabkan
(TPS) adalah pembelajaran yang dimulai
model pembelajaran ini siswa cenderung
dengan siswa memikirkan pertanyaan
menemukan
yang diajukan guru secara individual
pembelajaran
menggunakan
beberapa metode atau tipe, salah satunya
kooperatif,
sendiri
jawaban
dari
masalah yang diberikan dan kegiatan
terlebih
pembelajarannya berkelompok disertai
bepasang-pasangan
untuk
prosedur
setelah
tiap
yang
sudah
ditentukan
dahulu
kemudian
itu
berdiskusi, pasangan
sehingga dapat mengganggung daya
mempersentasikan
tangkap
pembelajaran.
Sedangkan two stay two stray (TSTS)
Adapun menurut Isjoni (2013: 15)
adalah pembelajaran dua tinggal dua
mengatakan “pembelajaran kooperatif
tamu dimana siswa terlebih dahulu
dapat
diskusi intrakelompok kemudian dua
siswa
saat
digunakan
dalam
membuat
laporan penelitian pada IPA dan IPS”. Fisika
merupakan
diskusinya.
orang meninggalkan kelompoknya untuk
satu
bertamu ke kelompok lain sedangkan
pelajaran IPA di Sekolah Menengah
dua orang yang tinggal berkewajiban
Atas
menerima tamu dari kelompok lain.
yang
pengetahuan
salah
hasil
siswa
mempelajari alam.
Ada
tentang beberapan
Berdasarkan
penelitian
Arianto
materi dalam fisika yang dapat diajarkan
(2013) menyatakan bahwa kelas dengan
dengan
menggunakan
model
pembelajaran TSTS (two stay two stray),
kooperatif
asalkan
kelas dengan pembelajaran TPS (think
prosedurnya
dilakukan
pair share) terdapat perbedaan secara
dengan benar, salah satunya adalah
nyata. Adapun penelitian Nisaa (2013)
fluida dinamis karena belajar materi
menyatakan bahwa pembelajaran TPS
fluida dinamis tidak hanya menghapal
dengan nilai rata-rata 80,56 lebih efektif
rumus dan menyelesaikan soal saja
daripada pembelajaran TSTS dengan
tetapi lebih jauh siswa diharapkan
nilai
mampu
penelitian
pembelajaran pelaksanaan
memahami
konsep
yang
terkandung di dalamnya, mengamati,
rata-rata
menyatakan
78,20.
Sedangkan
Lindhawati bahwa
Strategi
(2014) belajar
TSTS lebih efektif digunakan dalam
53
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
pembelajaran
dibandingkan
dengan
Bloom dalam Suprijono (2009)
pembelajaran yang dilakukan dengan
menjelaskan
menggunakan
mencakup kemampuan kognitif, afektif,
strategi
belajar
TPS.
Pembelajaraan kooperatif tipe two stay
dan
two
stray
bahwa
psikomotorik.
hasil
belajar
Domain
kognitif
(TSTS)
efektif
dalam
adalah yang terdiri dari enam aspek
hasil
belajar
siswa
yaitu
meningkatkan
(Hamdi dkk, 2014).
C1:
mengingat,
C2:
memahami/mengerti, C3: menerapkan,
Berdasarkan fakta di atas dan
C4: menganalisia, C5: mengefaluasi,
terkait terhadap hasil belajar, peneliti
dan C6: mencipta. Domain afektif
melakukan penelitian yang berjudul
adalah sikap menerima, memberikan
“Perbedaan
respon,
Hasil
Menggunakan
Model
Belajar
Siswa
Pembelajaran
nilai,
organisasi,
karakteristik.Domain
psikomotorik
Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
meliputi initiatory, pre-routine, dan
dengan Tipe Two Stay Two Stray
rountinized.Psikomotorik
(TSTS) pada Kelas XI IPA SMA Negeri
mencakup
4 Banjarmasin”.
pengertian, dan sikap.
Adapun rumusan masalah dalam
kecakapan,
perilaku
perbedaan hasil belajar siswa antara
hanya
kelas
kemampuan
menggunakan
informasi,
Hasil belajar adalah perubahan
penelitian ini adalah apakah terdapat
yang
juga
model
secara salah
keseluruhan satu
saja.
bukan
aspek
potensi
Artinya,
hasil
pembelajaran kooperatif tipe think pair
pembelajaran yang dikategorisasi oleh
share (TPS) dengan tipe two stay two
para pakar pendidikan sebagaimana
stray (TSTS) pada kelas XI IPA SMA
tersebut di atas tidak dilihat secara
Negeri 4 Banjarmasin?. Serta penelitian
fragment
ini bertujuan untuk mengetahui ada
melainkan
tidaknya perbedaan hasil belajar siswa
penelitian ini peneliti akan meneliti
antara kelas yang menggunakan model
tentang hasil belajar kognitif saja dengan
pembelajaran kooperatif tipe think pair
menggunakan tes hasil belajar berupa
share (TPS) dengan tipe two stay two
uraian yang terdiri dari tiga aspek yaitu
stray (TSTS) pada kelas XI IPA SMA
memahami/
Negeri 4 Banjarmasin.
menerapkan/aplikasi (C3) dan analisis
Shoimin
atau
komprehensif.
mengerti
terpisah, Pada
(C2),
(C4). Pembelajaran kooperatif merupakan
KAJIAN PUSTAKA
suatu model pembelajaran yang saat ini
54
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
banyak digunakan untuk mewujudkan
memahami tentang konsep, dan setiap
kegiatan belajar mengajar yang berpusat
siswa dalam kelompoknya mempunyai
pada siswa, terutama untuk mengatasi
kesempatan
permasalahan yang ditemukan guru
menyampaikan idenya”.
dalam mengaktifkan siswa, yang tidak
untuk
Suprijono
berbagi
(2009)
atau
menjelaskan
dapat bekerja sama dengan orang lain,
bahwa model pembelajaran kooperatif
siswa yang agresif dan tidak peduli pada
tipe TSTS atau dua tinggal dua tamu
orang lain. Model pembelajaran ini telah
diawali dengan pembagian kelompok.
terbukti
Setelah
dapat
dipergunakan
dalam
kelompok
terbentuk
guru
berbagai mata pelajaran dan berbagai
memberikan tugas berupa permasalahan-
usia.
permasalahan
yang
harus
mereka
Johnson & Johnson (1994) dalam
mereka diskusikan jawabannya. Setelah
Isjoni (2009: 23) menjelaskan bahwa
diskusi intrakelompok usai, dua orang
“pembelajaran
dari
kooperatif
adalah
masing-masing
kelompok
mengelompokkan siswa di dalam kelas
meninggalkan
ke dalam suatu kelompok kecil agar
bertamu kepada kelompok yang lain.
siswa
dengan
Anggota kelompok yang tidak mendapat
kemampuan maksimal yang mereka
tugas sebagai duta (tamu ) mempunyai
miliki dan mempelajari satu sama lain
kewajiban menerima tamu dari suatu
dalam
kelompok.
dapat
bekerja
kelompok
sama
tersebut”.Model
pembelajaran
kooperatif
merupakan
salah
tipe
satu
kelompoknya
Tugas
mereka
untuk
adalah
TPS
menyajikan hasil kerja kelompoknya
model
kepada tamu tersebut. Dua orang yang
pembelajaran kooperatif dmana siswa
bertugas
duduk
timnya
bertamu kepada semua kelompok. Jika
masing-masing untuk sebuah jawaban
mereka telah usai menunaikan tugasnya,
dari mereka sendiri, lalu berpasangan
mereka
dengan pasanganya untuk mencapai
masing-masing.
sebuah kesepakatan terhadap jawaban,
kelompok asal, baik peserta didik yang
kemudian berbagi jawaban tersebut
bertugas bertamu maupun mereka yang
dengan seluruh kelas.Shoimin (2014:
bertugas menerima tamu mencocokkan
“kelebihan model
dan membahas hasil kerja yang telah
berpasangan
211) mengatakan pembelajaran
dengan
TPS
antara
lain
sebagai
kembali
tamu
ke
diwajibkan
kelompoknya
Setelah kembali ke
mereka tunaikan.Shoimin (2014: 225)
meningkatkan kualitas respons siswa,
mengatakan
“kelebihan
siswa menjadi lebih aktif , siswa lebih
pembelajaran
TSTS
55
antara
model lain
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
kecendrungan belajar siswa menjadi
(quasi
lebih bermakna, lebih berorientasi pada
tidak secara penuh melakukan prosedur
keaktifan, serta dapat ditingkatkan serta
pengambilan sampel secara acak.
membantu meningkatkan minat prestasi
experimental)karena
Rancangan
belajar”.
peneliti
penelitian
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Random pretest-posttest
METODE PENELITIAN
design
(Arikunto,
2010).
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental semu
Tabel 1 Rancangan Penelitian No.
Kelas 1Eksperimen I (TPS) 2Eksperimen II (TSTS)
Sampel R
Pretest T1 T1
Perlakuan X Y
Posttest T2 T2
Keterangan: T1=pretest yaitu tes yang diberikan kepada siswa sebelum pembelajaran T2 =posttest yaitu tes yang diberiikan kepada siswa setelah pembelajaran X = perlakuan pembelajaran menggunakan tipe TPS Y= perlakuan pembelajaran menggunakan tipe TSTS R= random
Penelitian Negeri
dilakukan
4
di
Banjarmasin
SMA
model pembelajaran kooperatif tipe TPS
yang
sedangkan kelas XI IPA-2 ditetapkan
beralamatkan di Jalan Teluk Tiram kota
sebagai eksperimen II
Banjarmasin
menggunakan
provisi
Kalimantan
Selatan. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 2016
Februari
tahun
model
pembelajaran
kooperatif tipe TSTS.
sampai Maret
pelajaran
yang akan
Dalam
2015/2016
penelitian
ini,
variabel
bebasnya adalah model pembelajaran
semester genap.
kooperatif tipe think pair share (TPS)
Populasi pada penelitian ini adalah
dan tipe two stay two stray (TSTS) .
seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri
Sedangkan variabel terikat hasil belajar
4 Banjarmasin yang berjumlah 83.
kognitif siswa.Serta variabel kontrolnya
Sampel
adalah handout, materi yang diajarkan
pada
penelitian
ini
menggunakan teknik cluster random
dan lamanya jam pelajaran.
sampling. Adapun sampel penelitian ini
Teknik
yang
digunakan
untuk
adalah kelas XI IPA-1 dan XI IPA-2.
mengumpulkan data dalam penelitian ini
Kelas XI IPA-1 ditetapkan sebagai
diantaranya
eksperimen I yang akan menggunakan
penelitian ini tes adalah tugas hasil
56
adalah
tes.
Tes
pada
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
belajar (THB)
berbentuk uraian yang
maka
disesuiakan dengan tujuan pembelajaran
siswa
terhadap
menggunakan
uji
homogenitas Varians sebagai berikut.
untuk mengetahui sampai mana hasil belajar
dapat
S 2 besar Fhitung = 2 S kecil
penguasaan
materi yang diajarkan. Tes diberikan
(2)
Keterangan :S = varians
sebelum siswa diberi perlakuan (pretest) dan setelah siswa diberi perlakuan
Dasar kriteria pengujiannya jika
(posttest) pada kelas eksperimen I dan
Fhitung<
kelas eksperimen II.
homogen dan jika Fhitung> Ftabel maka
Sebelum analisis dilakukan, data
data
Ftabel
maka
dikatakan
data
tidak
dikatakan
homogen
yang akan dianalisis harus berdistribusi
(Riduwan,
normal. Dasar pengambilan keputusan
menggunakan
dalam uji normalitas adalah jika nilai
dengan
signifikansi lebih dari 0,05 maka data
dengan dasar pengambilan keputusan
dikatakan
normal,
dalam uji homogenitas ini adalah jika
sedangkan jika nilai signifikansi kurang
nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka
dari 0,05 maka data dikatakan tidak
data dikatakan homogen, sedangkan jika
berdistribusi
uji
nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka
dalam
data dikatakan tidak homogen (Priyatno,
normalitas
berdistribusi
normal. yang
Adapun
digunakan
analisis ini adalah uji Kolmogrov-
Keterangan
bantuan
OnewayANOVA
program
komputer
Setelah dilakukan uji pendahuluan,
2011) adalah sebagai berikut.
x1 x S
uji
Kemudian
2012).
Smirnov yang diadopsi dari (Karim,
z
2003).
langkah selanjutnya yang dilakukan dalam
(1)
analisis adalah melakukan uji
beda rata-rata (Uji-t). Uji beda ini
:
dimaksudkan untuk mengetahui apakah
Z = simpangan baku untuk kurve normal standar X1 = data ke1 dari suatu kelompok data
rata-rata nilai kelompok eksperimen 1
x = rata-rata kelompok
eksperimen
S = simpangan baku
diadopsi dari Sugiyono (2013) adalah
sama
varian
dari
berbeda 2.
dengan
Rumus
uji-t
kelas yang
sebagai berikut :
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui
atau
beberapa
t=
populasi sama atau tidak. Adapun dalam penelitian ini ada dua kelompok data
57
x1 x 2 s1 2 s 2 2 n n 1 2
(3)
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
Jika thitung lebih kecil atau sama dengan ttabel, maka data dikatakan tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN
terdapat perbedaan. Sebaliknya jika thitung
Pretest
lebih
besar
dari
ttabel,
maka
data
diberikan
dilakukan perlakuan
sebelum dan
untuk
dikatakan terdapat perbedan. Kemudian
mengetahui
menggunakan program komputer, jika
homogenitas. Soal pretest untuk siswa
nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka
kelas
data dikatakan tidak berbeda, sedangkan
Banjarmasin tertuju pada ranah kognitif
jika nilai signifikansi kurang dari 0,05
dengan menggunakan tes essay yang
maka data dikatakan berbeda.
valid
Hipotesis statistik pada penelitian
XI
normalitas
IPA
dan
SMA
reliabel
dan
Negeri
karena
4
sudah
diujicobakan.
ini adalah:
Hasil
pretest
dideskripsikan
μ1=μ2: Tidak terdapat perbedaan
berdasarkan jumlah siswa, nilai rata-
hasil belajar siswa yang signifikan
rata, standar deviasi, varians, median
antarayang
menggunakan
dan modus untuk kelas yang sudah
pembelajaran tipe TPS dan TSTS.
ditentukan sebagai sampel penelitian
Ha :μ1≠μ2: Terdapat perbedaan hasil
yaitu kelas XI IPA-1 sebagai kelas
belajar siswa yang signifikan
eksperimen I dan kelas XI IPA-2
antara
sebagai kelas eksperimen II dapat dilihat
H0
:
yangmenggunakan
pembelajaran tipe TPS dan TSTS.
pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Deskripsi Statistik Prestest Kelas
N
Mean
Standar Deviasi
Varians
Median
Modus
Eksperimen I Eksperimen II
26 26
26,00 25,30
3,78 4,29
14,30 18,40
2,62 2,58
27,0 27,0
Berdasarkan data tersebut, terlihat
membuktikan kedua kelas memiliki
tidak terdapat perbedaan yang signifikan
kesamaan dalam kemampuan awal.
nilai pretest kelas menggunakan model
Hasil
belajar
siswa
kelas
kooperatif tipe think pair share dan
eksperimen I dan kelas eksperimen II
kelas menggunakan model kooperatif
diambil
tipe two stay two stray. Hal ini
kelaseksperimen
dari
hasil
posttest
tersebut
kedua dengan
menggunakan soal THB yang sama
58
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
dengan
soal
pretest.Hasil
postest
penelitian yaitu kelas XI IPA-1 sebagai
dideskripsikan
berdasarkan
jumlah
kelas eksperimen I dan kelas XI IPA-2
siswa, nilai rata-rata, standar deviasi,
sebagai kelas eksperimen II dapat dilihat
varians, median dan modus untuk kelas
pada
Tabel
3
berikut.
yang sudah ditentukan sebagai sampel
Tabel 3 Deskripsi Statistik Posttest
Kelas
N
Mean
Standar Deviasi
Varians
Median
Modus
Eksperimen I Eksperimen II
26 26
85,50 74,20
15,20 14,90
231 222
8,90 8,11
100,00 83,00
Berdasarkan data tersebut, terlihat adanya
perbedaan
yang
KKM
posttest
kelas
siswa.Sedangkan pada kelas eksperimen
menggunakan model kooperatif tipe
II dari 26 siswa yang mengikuti posttest,
think pair share dan kelas menggunakan
jumlah siswa yang berada di bawah
model kooperatif tipe two stay two stray
KKM yakni sebanyak 8 siswa.
signifikan
terdapat
72.Jumlah siswa yang berada di bawah
nilai
dimana nilai rata-rata kelas eksperimen I
yakni
Dilakukan
sebanyak
pengujian
4
prasyarat
yang diberikan perlakuan pembelajaran
yaitu normalitas pada data pretest pada
kooperatif tipe TPS lebih besar daripada
kelas menggunakan model kooperatif
kelas eksperimen II yang diberikan
tipe think pair share dan tipe two stay
perlakuan pembelajaran kooperatif tipe
two stray untuk mengetahui apakah data
TSTS.
berdistribusi normal atau tidak,. Uji
Berdasarkan
data
nilai
siswa
normalitas
pada uji
penelitian
posttest pada kelas eksperimen I dari 26
menggunakan
siswa yang mengikuti posttest masih
Smirnov.Hasil
terdapat siswa berada di bawah nilai
dilihat tabel 4 sebagai berikut.
uji
ini
Kolmogorovnormalitas
dapat
KKM, yaitu dengan nilai KKM sebesar Tabel 4. Uji Normalitas Pretest Data
Kelas
Lhitung
Eksperimen I
0,20
Ltabel
Pretest
Sig.
Kesimpulan
0,21
Normal
0.28
Normal
0,26 Eksperimen II
0,16
59
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
Hasil data dari
tabel 4 dapat
dilakukan
uji
homogenitas
disimpulkan bahwa data pretest dan
menentukan
posttest kelas eksperimen I dan kelas
homogen atau tidak. Uji homogenitas
eksperimen
normal
pada penelitian ini menggunakan uji
karena Lhitung< Ltabel dan signifikan lebih
Varians dan uji Oneway Annova dengan
dari
uji
bantuan program komputer. Hasil uji
normal,
homogenitas pretest dan posttest dapat
>
II
berdistribusi
0,05.Setelah
normalitas
dan
dilakukan
dinyatakan
kemudian data hasil belajar pretest
sampel
untuk
dinyatakan
dilihat pada 5 sebagai berikut.
Tabel 5. Uji Homogenitas Pretest Fhiitung 1,29
FTabel 1,96
Signifikasi 0,48
Keterangan Homogen
Hasil data dari tabel.5 dieperoleh nilai
diberi perlakuan dengan menggunakan
Fhitung< Ftabel dan nilai signifikasi lebih
model kooperatif tipe think pair share
0,05 maka data homogen.
dengan kelas eksperimen II yaitu kelas
Setelah
melakukan
pengujian
XI IPA-2 yang diberi perlakuan dengan
normalitas dan homogenitas kemudian
menggunakan
dilakukan
untuk
two stay two stray.Hasil uji hipotesis
mengetahui apakah terdapat perbedaan
hasil belajar peserta didik kedua kelas
hasil belajar yang signifikan antara kelas
eksperimen dapat dilihat pada tabel 6
eksperimen I yaitu kelas XI IPA-1 yang
berikut.
uji
beda
(uji-t)
model
kooperatif tipe
Tabel 6. Uji Hipotesis Posttest Data Posttest
Kelas Eksperimen I Eksperimen II
tTabel
tHitung
Sig.
2,01
2,46
0,10
Keterangan Ho ditolak dan Ha diterima
Hasil data dari Tabel 6 data posttestttabel
share (TPS) dengan tipe two stay two
lebih kecil dari pada thitung dan signifikasi
stray (TSTS) pada kelas XI IPA SMA
lebih kurang dari 0,05 sehingga dapat
Negeri 4 Banjarmasin bertujuan untuk
disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima.
mengetahui ada tidaknya perbedaan
Penelitian yang berjudul perbedaan
hasil
belajar
pada
siswa
hasil belajar siswa menggunakan model
menggunakan
kooperatif
pembelajaran kooperatif tipe think pair
dengan
TSTS.
60
tipe
dengan
tipe
Penelitian
TPS ini
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
dilakukan dengan cara memberikan
Smirnov dan uji homogenitas dengan
perlakuan yang berbeda pada dua kelas
menggunakan
sampel eksperimen di mana kelas
Oneway
eksperimen I akan diberikan perlakuan
komputer. Hasil uji normalitas untuk
dengan proses belajar menggunakan
data pretest kelas eksperimen I nilai
model pembelajaran kooperatif tipe
signifikan
think pair share. Sedangkan kelas
eksperimen II sebesar 0,28 serta Lhitung <
eksperimen
perlakuan
Ltabel sehingga data pretest berdistribusi
dengan proses belajar menggunakan tipe
normal. Kemudian hasil uji homogenitas
two stay two stray.
untuk data pretest kelas eksperimen I
II
Sebelum diberikan
diberikan
kedua
kelas
perlakuan,
diberikan pretest
kedua
uji
ANOVA
sebesar
Varians dengan
0,21
danuji program
dan
kelas
sampel
dan kelas eksperimen II nilai signifikasi
kelas
sebesar 0,48 di mana signifikasi lebih
untuk mengetahui
dari 0,05 serta Fhitung< Ftabel
tingkat pemahaman siswa tentang materi
sehingga
data homogen.
yang akan diajarkan. Setelah kedua
Setelah diberikan perlakuan maka
sampel eksperimen diberikan perlakuan
pada akhir kegiatan belajar mengajar
kemudian diberikan tes hasil belajar
akan
untuk mengetahui tingkatan pemahaman
mengetahui hasil belajar peserta didik.
yang berhasil diserap siswa. Data tes
Adapun nilai rata-rata posttest untuk
hasil belajar kemudian akan dianalisis
kelas eksperimen I sebesar 85,40 dan
dan dibandingkan untuk mengetahui
nilai rata-rata untuk kelas eksperimen II
apakah terdapat perbedaan hasil belajar
sebesar 70,90 dapat diketahui nilai rata-
siswa
rata kedua kelas terdapat perbedaan
antara
yang
menggunaan
kooperatif tipe TPS dengan tipe TSTS.
yang
dilakukan
posttest
signifikan.
Uji
untuk
hipotesis
Hasil pretest yang diperoleh untuk
menggunakan uji-t yaitu independent
nilai rata-rata kelas eksperimen I sebesar
sample t-test.Hasil uji–t untuk data
25,90
posttest
dan
nilai
rata-rata
kelas
dapat diketahui thitung sebesar
eksperimen II sebesar 25,30. Dapat
2,46 dan nilai signifikasi sebesar 0,10
diketahui bahwa nilai rata-rata kedua
maka H0 ditolak dan Ha diterima karena
kelas tidak jauh berbeda yang berarti
thitung lebih besar dari pada ttabel
kedua
memiliki
signifikan < 0,05 sehingga diketahui
kemampuan awal yang sama. Pada data
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar
pretest tersebut dilakukan uji normalitas
antara
dengan menggunakan uji Kolomogorov-
menggunakan
kelas
eksperimen
61
kelas
eksperimen model
I
dan
yang
pembelajaran
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
kooperatif tipe thunk pair share dan
DAFTAR PUSTAKA
kelas eksperimen II yang menggunakan
An Nisaa’. (2013). Perbandingan Hasil Belajar Biologi Menggunakan Pembelajaran Two Stay Two Stray (Tsts) Dengan Think Pair Share (TPS) Pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Kartasura Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/2013. http://eprints.ums.ac.id/24699/. Diakses pada tanggal 30 Desember 2015.
model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share
dengan
model
pembelajaran
Arianto, Fikhi. (2013). Perbedaan Hasil Belajar Biologi Menggunakan Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) Dan Think Pair Share (TPS) Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Colomadu Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012. Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/25134/. Diakses pada tanggal 30 Desember 2015.
kooperatif tipe two stay two stray. Perbedaan
yang
dihasilkan
karena
masing-masing dari tipe pembelajaran tersebut
memiliki
pembelajaran keunggulan
langkah-langkah
yang dari
merupakan kedua
tipe
pembelajaran tersebut. Hasil analisis Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Edisi Revisi 2010. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
data tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arianto (2013) di kelas VIII SMP Negeri 2 Colomadu
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. RinekaCipta, Jakarta.
Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 didapatkan
bahwa
kelas
dengan
Hamdi, Rafi’i. M.Arifuddin & Syubhan Annur. (2014). Meningkatkan hasil belajar fisika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray . Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika. 2(3): 370-382. Diakses pada tanggal 30 Desember 2015.
pembelajaran TSTS (two stay two stray) dengan kelas pembelajaran TPS (think pair share) terdapat perbedaan secara nyata.
SIMPULAN Berdasarkan
hasil
analisis
dan
Huda, Miftahul. (2011). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
pembahasan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa, terdapat perbedaan
Isjoni, H. (2013). Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
yang signifikan hasil belajar siswa antara yang menggunakan pembelajaran tipe TPS dengan TSTS pada kelas XI IPA SMA Negeri 4 Banjarmasin.
62
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 1 No. 1 Februari 2017
Johnson, David, Roger J & Edythe. (2012). Collaborative Learning. Bandung: Nusa Media. Karim. (2011). Petunjuk Praktikum Metode Statistik. Banjarmasin: FKIP Universitas Lambung Mangkurat. Lindhawati, Puput Ayu .(2014). Perbandingan Pembelajaran Biologi Menggunakan Strategi Two Stay Two Stray (TSTS) Dan Think Pair Share (Tps) Ditinjau Dari Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Kartasura Tahun Pelajaran 2013 / 2014. http://eprints.ums.ac.id/28757/. Diakses pada tanggal 30 Desember 2015. Priyatno, Duwi. (2012). Belajar Praktis Analisis Parameterik dan Non Parametrik dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media. Shoimin, Aris. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: ArRuzz Media. Sudijono, A. (2007). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning Teori & APlikasi Pakem. Yogyakarta; Pustaka Pelajar.
63