NASKAH PUBLIKASI
PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA SISWA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) DAN SISWA DENGAN KURIKULUM 1994 PADA SISWA SMP
Oleh : IRFAN HANAFI ULY GUSNIARTI
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA JOGJAKARTA 2006
NASKAH PUBLIKASI
PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA SISWA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) DAN SISWA DENGAN KURIKULUM 1994 PADA SISWA SMP
Telah Disetujui Pada Tanggal
__________________________
Dosen Pembimbing Utama
(Uly Gusniarti, S.Psi., M.Si., Psikolog)
PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA SISWA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) DAN SISWA DENGAN KURIKULUM 1994 PADA SISWA SMP
Irfan Hanafi Uly Gusniarti
INTISARI
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan siswa dengan kurikulum 1994 pada siswa SMP. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan siswa dengan kurikulum 1994. Variabel bebas adalah kurikulum (KBK dan kurikulum 1994), variabel tergantungnya adalah prestasi belajar dan variabel kontrolnya adalah inteligensi siswa. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 140 siswa, yang terdiri dari siswa kelas VIIA dan VIIC (dengan KBK) di SMP 1 Sentolo, serta siswa kelas IIC dan IID (dengan kurikulum 1994) di SMP 2 Sentolo. Alat ukur untuk mengetahui inteligensi siswa dalam penelitian ini digunakan alat tes inteligensi SPM dari Raven. Prestasi belajar dilihat dari nilai rata-rata Ulangan Umum Bersama (UUB) semester pertama tahun ajaran 2005/2006. Sedangkan kurikulum sebagai variabel bebas dianggap sebagai perlakuan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik anakova dengan menggunakan bantuan fasilitas program SPSS versi 10.0. Teknik anakova digunakan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan KBK dan siswa dengan kurikulum 1994 dengan melakukan kontrol terhadap inteligensi. Hasil analisis data dengan melakukan kontrol terhadap inteligensi menunjukkan bahwa F = 39,362 dengan p < 0,01. Jadi, hipotesis penelitian diterima. Analisis tambahan per mata pelajaran (PPKn, Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA dan IPS) dengan mengontrol inteligensi juga menunjukkan hasil yang sangat signifikan. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan antara siswa dengan KBK dan siswa dengan kurikulum 1994. Jadi, hipotesis penelitian diterima. Kata Kunci : Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum 1994, Prestasi Belajar, Inteligensi.
LATAR BELAKANG MASALAH Interaksi antara guru dan siswa atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru dan antar sesama siswa terjadi di dalam proses belajar mengajar (PBM) yang berlangsung di sekolah atau lembaga pendidikan. Pengertian interaksi mengandung unsur saling memberi dan menerima (Depdikbud, 1994). Menurut Bruner (Alsa, 2004), peran guru adalah menciptakan situasi belajar sedemikian rupa agar siswa dapat belajar berdasar apa yang mereka miliki, bukan memberikan paket informasi. Mengajar bukan untuk menghasilkan perpustakaan hidup, tetapi memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir, yang akan berguna untuk pengembangan dirinya nanti. Di dalam proses belajar mengajar (PBM) yang disampaikan oleh guru terhadap siswanya, mulai dibangun sebuah perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan analisis sampai dengan tindak lanjut (perbaikan). Pada akhirnya, proses belajar mengajar (PBM) yang telah dilalui oleh guru dan siswa harus diberi penilaian atau evaluasi terhadap proses dan prestasi belajar, agar siswa dan guru dapat mengetahui tingkat prestasi belajar siswa dan keberhasilan dalam proses belajar mengajar (PBM). Djamarah (2002) dan Azwar (1996), berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibedakan menjadi dua macam, yakni faktor individual atau dalam diri individu (internal) dan faktor sosial atau lingkungan (eksternal). Faktor internal meliputi kecerdasan atau inteligensi, motivasi, cara belajar, minat dan bakat. Faktor eksternal dapat meliputi lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, fasilitas belajar, keadaan ekonomi, dan sistem kurikulum.
Kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah menjadi salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Menurut Beby (1981), kurikulum adalah suatu pernyataan mengenai maksud dan tujuan tertentu, memberi petunjuk tentang beberapa pilihan dan isinya, menyiratkan atau menyuratkan polapola belajar dan mengajar tertentu baik karena dikehendaki oleh tujuannya maupun oleh susunan isinya. Menurut Soedijarto (1993) sistem kurikulum meliputi tujuantujuan institusional, struktur program kurikulum, garis-garis besar program pengajaran atau silabi, pedoman guru dan pelajaran baku dan strategi belajar mengajar untuk tercapainya tujuan-tujuan pendidikan nasional. Isi dan tujuan pendidikan dalam sistem kurikulum 1994 yang mulai diterapkan pada tahun ajaran 1994/1995, lebih diarahkan pada keberhasilan kognitif siswa.
Orientasi
pembelajaran
hanya
menghafal
materi
pelajaran
(rote
memorization). Selain itu, latihan intensif mengerjakan soal lebih banyak mengandalkan kemampuan kognitif, materi pelajaran bersifat abstrak, materi pelajaran tidak relevan dengan kehidupan nyata dan juga tidak terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya (fragmented curriculum), siswa lebih banyak duduk di kelas dan hanya menjadi pendengar pasif, dan ujian yang diberikan lebih mengutamakan multiple choice (Pikiran Rakyat, 2004). Kurikulum 1994 yang telah diterapkan lebih dari 10 tahun menjadi semakin tidak relevan dengan adanya perkembangan pendidikan, pengetahuan dan lain-lain yang terjadi dalam lingkungan masyarakat. Menurut Nasution (1995), kurikulum itu senantiasa dinamis dan senantiasa dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam
faktor-faktor yang mendasarinya, yang meliputi pergeseran tujuan, pendirian baru mengenai proses belajar dan perubahan dalam masyarakat. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) disusun sebagai pengganti kurikulum lama, yaitu kurikulum 1994. KBK mulai diterapkan pada awal tahun ajaran 2004/2005, dua tahun sebelumnya sudah diujicobakan atau dalam istilah lain dilaksanakan secara terbatas oleh beberapa sekolah yang ditunjuk oleh pihak Depdiknas untuk menerapkan kurikulum 2004 (Pikiran Rakyat, 2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah (Pusat Kurikulum, 2002). Isi dan tujuan dari KBK lebih ditekankan pada pencapaian program pendidikan melalui kemampuan kognitif, afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) siswa. Menurut Alsa (2004), KBK menuntut siswa untuk aktif dan kreatif melalui pembelajaran yang menimbulkan rasa senang dan selanjutnya siswa memperoleh ketrampilan yang berguna bagi dirinya. Sehingga menurut Mulyana (2004), pola penerapan PBM yang berdasarkan KBK berbeda dengan penerapan sistem kurikulum 1994. KBK adalah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan proses dan hasil (outcomes), sedangkan kurikulum 1994 berorientasi pada pengembangan target-target materi pelajaran. Salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah tingkat inteligensi atau Intelligence Quotient (IQ). Inteligensi mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap prestasi belajar siswa, dengan tidak mengesampingkan faktor lain. Menurut Syaiful (Djamarah, 2002), inteligensi
merupakan potensi bawaan yang sering dikaitkan dengan berhasil tidaknya anak belajar di sekolah. Dengan kata lain, inteligensi dianggap sebagai faktor yang menentukan berhasil tidaknya anak di sekolah. Walaupun demikian, inteligensi hanya merupakan sedikit faktor psikologis yang mempengaruhi tingkat prestasi belajar siswa, karena masih banyak faktor psikologis lain yang berperan dalam prestasi belajar seorang siswa. Prestasi belajar sangat penting bagi seorang siswa agar dapat melanjutkan studinya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Prestasi belajar dapat menunjukkan tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh siswa di dalam menjalani PBM atau sebagai hasil evaluasi dari PBM. Prestasi belajar juga dapat dijadikan sebuah tolok ukur terhadap kualitas pendidikan maupun mutu dari kurikulum atau sistem yang dipakai oleh lembaga pendidikan. Menurut Suryabrata (1984), prestasi belajar biasanya dinyatakan dengan angka dalam buku laporan pendidikan siswa atau buku rapor. Nilai rapor merupakan rumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan atau prestasi siswa selama masa tertentu. Walaupun perbedaan orientasi dalam dua kurikulum tersebut memang belum menjamin adanya perbedaan kualitas, tetapi dengan adanya perbedaan isi, dan tujuan pembelajaran antara kurikulum 1994 dan KBK, diasumsikan dapat menimbulkan perbedaan prestasi belajar yang akan dicapai siswa. Dengan kata lain, penerapan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) pada tahun ajaran 2004/2005 diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar yang akan dicapai oleh siswa.
BELAJAR Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2002), memberikan definisi belajar sebagai kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman, dan tanggung jawab belajar sepenuhnya berada pada diri siswa. Mustaqim dan Wahib (1991) serta Rumini, dkk. (1995), mengemukakan belajar sebagai sebuah proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk menuju pada perubahan yang relatif menetap dan bersifat positif, yaitu perubahan yang menuju ke arah kemajuan atau perbaikan. Perubahan-perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar meliputi perubahan yang dapat diamati atau nampak secara langsung dan perubahan yang tidak dapat diamati atau tidak nampak. Menurut beberapa ahli lain yang diantaranya adalah Umar dan Ahmadi (1982), Slameto (1995), Hilgrad (Walgito, 1981), Davidoff (Atkinson, 1988), dan Masrial (1993), menyimpulkan bahwa belajar sebagai suatu proses usaha atau perbuatan yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh dan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan menuju arah yang lebih baik. Perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik tersebut diperoleh individu sebagai hasil dari proses belajar yang meliputi latihan yang disengaja dan pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan yang akan bertahan dalam waktu yang relatif lama. Dalam sudut tinjauan ini, belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh melalui latihan dan pengalaman yang dilakukan oleh individu sehingga mengalami perubahan di dalam dirinya. Menurut beberapa ahli lain yang diantaranya adalah Umar dan Ahmadi (1982), Slameto (1995), Hilgrad (Walgito, 1981), Davidoff (Atkinson, 1988), dan Masrial
(1993), menyimpulkan bahwa belajar sebagai suatu proses usaha atau perbuatan yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh dan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan menuju arah yang lebih baik. Perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik tersebut diperoleh individu sebagai hasil dari proses belajar yang meliputi latihan yang disengaja dan pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan yang akan bertahan dalam waktu yang relatif lama. Dalam sudut tinjauan ini, belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh melalui latihan dan pengalaman yang dilakukan oleh individu sehingga mengalami perubahan di dalam dirinya. Rusyan, dkk. (1989) dan Dalyono (1997), memberikan kesimpulan bahwa belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan tingkah laku dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap sikap dan nilai dalam diri individu yang meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan kecakapan dasar yang terdapat di dalam aspek kehidupan. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan sebuah proses perubahan perilaku yang relatif permanen yang dicapai dalam waktu tertentu yang didapatkan dari latihan dan pengalaman individu. Individu dikatakan telah mengalami proses belajar apabila pada dirinya terdapat perubahan pada kemampuan tertentu, misalnya dari tidak bisa menjadi bisa atau individu memperoleh perubahan tingkah laku yang baru.
PRESTASI BELAJAR Prestasi belajar sebagai perubahan kemampuan pada diri siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor (Sunaryo, 1987). Sedangkan Nasution (1995) dan Hamalik (1995) memberikan definisi tentang prestasi belajar adalah sebagai derajat perubahan atau hal yang dilakukan dan dikuasai oleh siswa sebagai hasil dari proses pelajaran dan pembelajaran. Menurut Pusat Kurikulum (2002), prestasi belajar sebagai refleksi keluasan, kedalaman, dan kompleksitas (secara bergradasi) dan digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah adanya perubahan atau hasil yang telah dikuasai oleh siswa yang didapatkan dari sebuah proses belajar dalam kurun waktu tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa ahli yakni Suryabrata (1984), Arikunto (1990), Djamarah (2002), dan Rumini, dkk. (1995) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, antara lain adalah : 1. Faktor yang bersumber dari dalam diri manusia (internal) yang terdiri dari : a. Faktor-faktor yang psikologis meliputi kelelahan, suasana hati, motivasi, minat, inteligensi, kognitif, afektif, psikomotor dan kebiasaan belajar b. Faktor-faktor fisiologis yang meliputi usia, kematangan, kondisi panca indra dan kesehatan 2. Faktor yang bersumber dari luar diri manusia (eksternal) yang antara lain : a. Faktor lingkungan, yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan keadaan sosial ekonomi.
b. Faktor instrumental, yang meliputi kurikulum, metode mengajar, sarana dan prasarana, guru dan materi pelajaran. Dari uraian di atas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar berasal dari faktor internal (dalam individu) dan faktor eksternal (luar individu).
KURIKULUM Idris dan Jamal (1992), serta Nasution (1995) mendefinisikan kurikulum sebagai suatu rencana bahan kajian dan pelajaran yang disusun untuk melancarkan proses dan penyelenggaraan pendidikan di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya dalam mencapai tujuan nasional. Nurgiyantoro (1988), menyatakan bahwa kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran atau ilmu pengetahuan yang ditempuh atau dikuasai untuk mencapai suatu tingkat tertentu atau ijasah. Kurikulum juga diartikan sebagai suatu rencana yang sengaja dirancang untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan. Beberapa ahli dalam Tim Didaktik Metodik Kurikulum (1981), mendefinisikan kurikulum sebagai usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar di dalam kelas, di halaman sekolah maupun di luarnya atau segala kegiatan di bawah tanggung jawab sekolah yang mempengaruhi anak dalam pendidikannya. Dari beberapa definisi di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa kurikulum adalah seperangkat program dan rencana pengajaran yang digunakan dalam aktivitas belajar mengajar antara guru dan siswa di dalam sebuah lingkup lembaga pendidikan atau sekolah untuk mencapai tujuan tertentu. Bentuk tujuan
yang akan dicapai dalam sebuah kurikulum dapat berupa perubahan tingkah laku siswa dan kemajuan prestasi belajar siswa atau tujuan pendidikan yang lain.
KURIKULUM 1994 Kurikulum 1994 adalah kurikulum pendidikan dasar yang merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di SD dan SLTP. Kurikulum 1994 yang mulai berlaku dan diterapkan pada tahun pelajaran 1994/1995, mempunyai tiga perangkat operasional yang akan dilaksanakan secara operasional di lapangan yang telah disusun petunjuk pelaksanaannya, yang diantaranya adalah : 1. Landasan, program dan pengembangan. 2. Garis-garis besar program pengajaran. 3. Pedoman pelaksanaan (Depdikbud, 1994). Mulyana (2004) berpendapat bahwa kurikulum 1994 lebih berorientasi pada pengembangan target-target materi pelajaran. Sehingga kurikulum 1994 lebih terfokus pada penguasaan terhadap materi-materi pelajaran yang disampaikan guru terhadap siswa dan berorientasi pada penguasaan aspek pengetahuan (kognitif). Idris dan Jamal (1992) menyebutkan beberapa ciri-ciri kurikulum 1994, diantaranya adalah terdapatnya pelaksanaan tentang pendidikan dasar sembilan tahun, memberlakukan kurikulum muatan lokal dan penyempurnaan tiga kemampuan dasar, yakni membaca, menulis dan menghitung yang fungsional.
Penilaian yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar dan kemajuan belajar siswa pada kurikulum 1994, dilakukan dengan cara pemberian tes kepada siswa. Tes yang diberikan kepada siswa meliputi tes formatif yang dapat diberikan ketika PBM sedang berlangsung, yakni pemberian tugas, ulangan harian dan latihan yang diberikan kepada siswa. Sedangkan tes sumatif diberikan berdasarkan jadwal kalender akademik sekolah, seperti UUB (ulangan umum bersama), dan ujian akhir sekolah (UAS). Penyajian nilai di dalam buku laporan pendidikan (rapor) dengan menggunakan bilangan bulat, dengan berpegang pada rentang angka 1 sampai dengan 10 (Depdikbud, 1994). Dari uraian tentang kurikulum 1994 di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kurikulum 1994 terdiri dari seperangkat rencana pelajaran, pembelajaran dan pengajaran yang mempunyai sifat dan tujuan tertentu yang digunakan sebagai sarana untuk merubah keadaan diri siswa yang mencakup pada aspek kognitif (pengetahuan).
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) Pusat Kurikulum (2002) mendefinisikan Kurikulum Berbasis Kompetensi sebagai perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah, yang mencakup aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap dan nilai), dan psikomotor (ketrampilan). Mulyana (2004), memberikan pengertian tentang kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) sebagai sebuah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan proses dan hasil (outcomes). Mulyasa (2002), mendefinisikan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) sebagai suatu konsep yang menekankan pada pengembangan kemampuan dalam melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Menurut Depdiknas (2004), dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), prestasi belajar siswa diukur berdasarkan aspek-aspek belajar yang diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Pengolahan data hasil belajar aspek kognitif 2. Pengolahan data hasil belajar aspek afektif 3. Pengolahan data hasil belajar aspek psikomotor Penyajian nilai prestasi belajar siswa di dalam buku laporan pendidikan (rapor) dengan menggunakan bilangan bulat, dengan berpegang pada rentang angka 1 sampai dengan 10 (peraturan nomor 506/C/PP/2004 tanggal 11 November 2004). Berdasarkan penjelasan tentang definisi KBK, maka dapat diambil kesimpulan bahwa KBK adalah seperangkat rencana pengajaran dan pembelajaran yang diberikan kepada siswa yang mencakup aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap dan nilai), dan psikomotor (ketrampilan). KBK yang berorientasi pada proses dan hasil, akan membuat siswa mempunyai kemampuan dalam bertindak sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya.
INTELIGENSI Inteligensi adalah kemampuan untuk memecahkan masalah, kemampuan untuk belajar, ataupun kemampuan untuk berpikir abstrak (Walgito, 1981). Binet (Rusyan dkk. 1989) menggambarkan inteligensi sebagai kecenderungan untuk mengambil dan memelihara haluan yang pasti, kesanggupan membuat keselarasan bagi maksud dan pencapaiannya. Purwanto (1998), menjelaskan inteligensi sebagai kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Azwar (1996), menjelaskan inteligensi sesuai dengan konsepsi atau pandangan orang awam, yakni : 1. Kemampuan memecahkan masalah-masalah praktis yang berciri utama adanya kemampuan berpikir untuk logis. 1. Kemampuan lisan yang memiliki ciri utama adanya kecakapan berbicara secara jelas dan lancar. 2. Kompetensi sosial yang memiliki ciri utama adanya kemampuan menerima orang lain sebagaimana adanya. Wechsler (Azwar, 1996) mendefinisikan inteligensi sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berpikir secara rasional dan menghadapi lingkungan secara efektif. Purwanto (1998) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi, antara lain : 1. Pembawaan individu ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir.
2. Kematangan organ fisik dan psikis sehingga telah sanggup menjalankan fungsinya masing-masing secara maksimal. 3. Pembentukan segala keadaan di luar diri seseorang akan mempengaruhi perkembangan inteligensi. 4. Minat dan pembawaan yang khas individu, termasuk minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu 5. Kebebasan manusia dalam menentukan metode untuk memecahkan masalah. Dari beberapa penjelasan di atas mengenai definisi inteligensi, maka dapat diambil kesimpulan bahwa inteligensi adalah kemampuan bawaan yang digunakan untuk berpikir secara logis, mengambil tindakan dan keputusan tertentu serta menyesuaikan pikiran dengan hal yang lama maupun hal yang baru. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap inteligensi berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar individu (eksternal).
HIPOTESIS Hipotesis penelitian ini yakni ada perbedaan prestasi belajar yang sangat signifikan antara siswa dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan siswa dengan kurikulum 1994 dengan melakukan kontrol terhadap tingkat inteligensi. Prestasi siswa dengan KBK lebih tinggi dibanding prestasi siswa dengan kurikulum 1994.
METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Pelaksanaan dan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di sekolah, ditunjuk secara langsung oleh Dinas Pendidikan. Salah satu sekolah yang ditunjuk melaksanakan KBK adalah SMP Negeri 1 Sentolo (tahun ajaran 2004/2005). Sedangkan kurikulum 1994 mulai berlaku dan diterapkan pada tahun pelajaran 1994/1995. Penerapan kurikulum 1994 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 060/U/1993 tanggal 25 Februari 1993. Sehingga lebih dari 10 tahun, kurikulum 1994 telah diterapkan di semua sekolah, dan SMP 2 Sentolo sebagai salah satu sekolah yang masih menerapkan kurikulum 1994. 2. Prestasi belajar diartikan sebagai hasil yang telah didapatkan siswa dengan melalui proses belajar dalam kurun waktu tertentu yang dinyatakan dengan bentuk angka yang didokumentasikan dalam buku catatan. Prestasi belajar siswa didapatkan dari hasil dokumentasi nilai rata-rata ulangan umum bersama (UUB) dari 6 pelajaran pada semester pertama tahun ajaran 2005/2006 yang meliputi pelajaran PPKn, Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA dan IPS. 3. Inteligensi adalah kemampuan yang digunakan untuk berpikir secara logis dan abstrak untuk mengambil tindakan dan keputusan tertentu serta menyesuaikan pikiran dengan hal yang lama maupun hal yang baru. Skor inteligensi siswa diperoleh dengan menggunakan tes SPM dari Raven. Semakin tinggi skor yang diperoleh, akan semakin tinggi tingkat inteligensinya.
B. Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini berjumlah 140 siswa. Subyek terdiri dari 35 siswa kelas VIIIA dan 36 siswa kelas VIIIC di SMP Negeri 1 Sentolo, dan 36 siswa kelas IIC dan 33 siswa kelas IID di SMP Negeri 2 Sentolo pada tahun ajaran 2005/2006. C. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : 1. Metode dokumentasi Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data dengan cara mengambil atau menggunakan data-data yang terdapat dalam dokumen sekolah. Dokumentasi dalam penelitian ini adalah buku catatan yang berasal dari pihak sekolah. Buku dokumentasi atau catatan berisi nilai rata-rata ulangan umum bersama (UUB) siswa pada semester pertama tahun 2005/2006, yang terdiri dari enam pelajaran, yakni PPKn, Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS dan Bahasa Inggris. Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data tentang prestasi belajar siswa. 2. Tes inteligensi Penelitian ini menggunakan tes inteligensi SPM (Standart Progressive Matrices) sebagai alat untuk mengetahui tingkat inteligensi siswa. Pengukuran dan penyajian tes inteligensi dilakukan oleh dosen laboratorium Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Tes SPM terdiri dari soal-soal yang berbentuk gambar, dan terdiri dari 60 butir soal yang terdiri dari lima seri A, B, C dan D.
Aspek kecerdasan yang diukur adalah kecerdasan umum, terutama faktor general atau faktor ‘G’pada orang dewasa atau normal antara umur 6-65 tahun. Tes SPM digunakan peneliti antara lain karena untuk menyingkat waktu dan mudah dalam penyajian secara klasikal. D. Metode Analisis Data Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik anakova atau univariate untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan siswa dengan kurikulum 1994 dengan melakukan kontrol terhadap inteligensi siswa. Analisis data menggunakan bantuan program SPSS 10.0 for Windows.
HASIL PENELITIAN Hasil analisis data dengan menggunakan teknik anakova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar yang sangat signifikan antara perbedaan kurikulum dengan mengontrol inteligensi (F = 39,362 dengan p < 0,01). Sumbangan efektif yang diberikan oleh perbedaan kurikulum terhadap prestasi belajar dengan mengontrol inteligensi menunjukkan nilai sebesar 22,7 %. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan kurikulum mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap prestasi belajar. Prestasi belajar siswa dengan KBK lebih baik daripada siswa dengan kurikulum 1994. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata prestasi belajar siswa dengan KBK mempunyai mean prestasi belajar yang lebih tinggi (M = 6,823) daripada mean prestasi belajar yang dimiliki siswa dengan kurikulum 1994 (M = 5,052).
Analisis tambahan dalam penelitian ini menunjukkan hasil sebagai berikut : - Ada perbedaan prestasi belajar yang sangat signifikan antara siswa dengan KBK dan siswa dengan kurikulum 1994 pada mata pelajaran PPKn dengan hasil analisis F = 19,947 dengan p < 0,01. - Ada perbedaan prestasi belajar yang sangat signifikan antara siswa dengan KBK dan siswa dengan kurikulum 1994 pada mata pelajaran Matematika dengan hasil analisis F = 22,022 dengan p < 0,01. - Ada perbedaan prestasi belajar yang sangat signifikan antara siswa dengan KBK dan siswa dengan kurikulum 1994 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan hasil analisis F = 19,444 dengan p < 0,01. - Ada perbedaan prestasi belajar yang sangat signifikan antara siswa dengan KBK dan siswa dengan kurikulum 1994 pada mata pelajaran IPA dengan hasil analisis F = 21,645 dengan p < 0,01. - Ada perbedaan prestasi belajar yang sangat signifikan antara siswa dengan KBK dan siswa dengan kurikulum 1994 pada mata pelajaran IPS dengan hasil analisis F = 17,699 dengan p < 0,01. - Ada perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara siswa dengan KBK dan siswa dengan kurikulum 1994 pada mata pelajaran Bahasa Inggris dengan hasil analisis F = 6,416 dengan p < 0,05.
PEMBAHASAN Menurut hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yakni ada perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara siswa dengan kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) dan siswa dengan kurikulum 1994 pada siswa SMP. Prestasi siswa dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) lebih tinggi dibanding prestasi siswa dengan kurikulum 1994 terbukti. Ada perbedaan prestasi belajar yang sangat signifikan antara siswa dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan siswa dengan kurikulum 1994. Hasil analisis hipotesis dapat dilihat pada perhitungan F = 39,362 dengan p < 0,01. Perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan KBK dan siswa dengan kurikulum 1994 juga ditunjukkan pada hasil analisis tambahan yang dilakukan pada setiap mata pelajaran. Hasil analisis dengan teknik anakova yang dilakukan untuk setiap mata pelajaran pada lima mata pelajaran PPKn, Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, dan IPS menunjukkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar yang sangat signifikan antara siswa dengan KBK dan siswa dengan kurikulum 1994 (F PPKn = 19,947, F Matematika = 22,022, F Bahasa Indonesia = 19,444, F IPA = 21,645, F IPS = 17,699 dengan p < 0,01). Sedangkan untuk mata pelajaran Bahasa Inggris menunjukkan hasil yang signifikan dengan F = 6,416 dengan p < 0,05. Hasil analisis yang dilakukan pada setiap mata pelajaran PPKn, Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS dan Bahasa Inggris menunjukkan bahwa prestasi belajar tiap mata pelajaran pada siswa dengan KBK lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan kurikulum 1994. Suryabrata (1984), mengemukakan bahwa inteligensi mempunyai hubungan yang positif terhadap inteligensi. Semakin tinggi skor inteligensi, semakin tinggi pula prestasi belajarnya. Semakin rendah skor inteligensi, akan semakin rendah prestasi yang akan dicapai. Sehingga inteligensi mempunyai pengaruh yang sangat signifikan
terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis yang menunjukkan nilai F = 40,216 dengan p < 0,01.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan prestasi belajar yang sangat signifikan antara siswa dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan siswa dengan kurikulum 1994 dengan melakukan kontrol terhadap inteligensi. Perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan KBK dan siswa dengan kurikulum 1994 yang dilihat berdasarkan analisis pada setiap mata pelajaran PPKn, Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA dan IPS juga menunjukkan hasil yang sangat signifikan.
SARAN Berkaitan dengan hasil penelitian, maka saran-saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut : 1. Bagi sekolah, karena prestasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang telah diterapkan di sekolah, maka diharapkan pihak sekolah segera melengkapi administrasi maupun sarana dan prasarana yang dirasa kurang memadai untuk mendukung kelancaran Proses Belajar Mengajar (PBM) yang sesuai dengan program KBK. 2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, antara lain motivasi belajar, pola asuh orang tua maupun metode belajar yang belum terukur dalam penelitian ini.
Disamping itu, peneliti selanjutnya juga diharapkan untuk mempertimbangkan dan menyertakan aspek psikologis yang mempengaruhi guru sebagai pelaksana proses belajar mengajar (PBM) pada kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
DAFTAR PUSTAKA
Alsa, A. 2004. Kemampuan Terapan (Applicability) Model Pembelajaran Berdasar Kurikulum Berbasis Kompetensi. Anima Indonesian Psychological Journal, 2004, Vol. 19, No. 2, 148-166. Arikunto, S. 1990. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, S. 1996. Pengantar Psikologi intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Beby, C.E. 1981. Pendidikan di Indonesia :Penilaian dan Pedoman Perencanaan. Jakarta: PT. Djaya Pirusa. Dalyono. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Davidoff. L. 1988. Psikologi : Suatu Pengantar. Jilid I. Jakarta: Erlangga. Djamarah, S. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya. Hamalik, O. 1995. Kurikulum dan Pembelajarannya. Jakarta: Bumi Aksara. Idris, Z., Jamal, L. 1992. Pengantar Pendidikan Jilid 2. Jakarta: Grasindo. Masrial.1993. Teras Kuliah Belajar-Mengajar Aktif. Padang: Angkasa Raya. Mulyana, R. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mustaqim, Wahib, A. 1991. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Nasution, S. 1995. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Nurgiyantoro. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah (sebuah pengantar teoritis dan pelaksanaan). Yogyakarta: BPFE. Purwanto, N. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rumini, S., Mahmud, D., Sundari S.,Danuri, Suharno, Yusuf, N.,Tiala, Ayriza, Y. 1995. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UPP Universitas Negeri Yogyakarta.
Rusyan, dkk. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Karya. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Soedijarto. 1993. Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Grasindo. Sunaryo. 1987. Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti. Suryabrata, S. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali. Tim Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya. 1981. Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum Proses Belajar Mengajar. Jakarta: CV Rajawali. Umar, Ahmadi. 1982. Psikologi Umum (edisi revisi). Surabaya: Bina Ilmu Offset. Walgito, B. 1981. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset . Depdikbud, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. 1994. Petunjuk Pelaksanaan Penilaian. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004 : Kerangka Dasar. Jakarta: Depdiknas Depdiknas. 2004. Pedoman Pengolahan Data Untuk Pelaporan Hasil Belajar. Jakarta: Depdiknas Depdiknas. 2004. Peraturan Dirjend Pendidikan Dasar dan Menengah Tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMP. Jakarta: Depdiknas. Kedaulatan Rakyat. 2005. Standar Kelulusan dan Tantangan Penyelenggaraan Pendidikan. Jogjakarta. Pikiran
Pikiran
Rakyat. 2004. KBK Cerminkan Pendidikan http://www.pikiranrakyat.com.05/9/05 Rakyat. 2004. Pro-kontra Ujian http://www.pikiranrakyat.com.05/9/05
Akhir
Holistik.
Bandung:
Sekolah.
Bandung:
Pusat Kurikulum, Balitbang, Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Balitbang, Diknas.