NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DAN STRESS PENGASUHAN PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK USIA PRASEKOLAH
Oleh : MEILINA KAHAYANI HEPI WAHYUNINGSIH
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008 i
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DAN STRESS PENGASUHAN PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK USIA PRA SEKOLAH
Telah Disetujui Pada Tanggal
Dosen Pembimbing Utama
(Hepi Wahyuningsih, S.Psi.,M.Si.)
ii i
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DAN STRESS PENGASUHAN PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK USIA PRA SEKOLAH
Meilina Kahayani Hepi Wahyuningsih
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan suami dan stress pengasuhan pada ibu yang memiliki anak usia prasekolah. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara dukungan suami dan stress pengasuhan. Semakin tinggi dukungan suami, maka stress pengasuhan yang dialami ibu akan semakin rendah, sebaliknya semakin rendah dukungan suami maka stress pengasuhan pada ibu semakin tinggi. Subjek dalam penelitian ini adalah ibu-ibu bersuami sebanyak 97 orang yang memiliki anak usia prasekolah (0 - 6 tahun), status perkawinan yang pertama, dan usia pernikahan dibawah 10 tahun. Pengambilan data di lakukan di tiga Taman KanakKanak dan satu Homeschooling wilayah Sleman. Adapun alat ukur yang digunakan adalah skala hasil adaptasi dari subscale stress pengasuhan Abidin (Ahern, 2004) dengan koefisien validitas antara 0,310 - 0,519 dan koefisien reliabilitas 0,753 dan skala dukungan suami berdasarkan aspek-aspek yang di susun oleh Cohen dan Syme (Aristianti, 2000) dengan koefisien validitas antara 0,563 - 0,829 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,855. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis Product Moment dari Spearman Rho. Hasil uji asumsi menggambarkan bahwa sebaran data normal namun tidak berada dalam garis lurus atau tidak linier. Dari hasil pengolahan data diperolah koefisien korelasi r = - 0,161 dan p = 0,058. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan dari suami yang diterima istri tidak berkorelasi dengan tingkat stress pengasuhan. Semua perhitungan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 13,0 for Windows. Kata kunci : dukungan suami, stress pengasuhan
i
BAB I PENGANTAR Pada masyarakat Indonesia kelengkapan sebuah keluarga, yaitu ada ayah, ibu dan anak, menjadi gambaran ideal dari apa yang disebut keluarga. Demikian pula dalam hal pengasuhan anak kedua orangtua akan memberikan model yang lengkap bagi anak-anak dalam menjalani kehidupan.
Tak dapat dipungkiri, bahwa dalam
perkembangan seorang anak, ibu mempunyai peran yang sangat besar. Peran ini dimulai dari proses penyusuan, yang hanya dapat dilakukan oleh para ibu. Selanjutnya kedekatan antara ibu dan anak akan membentuk suatu ikatan emosional antara keduanya.
Ikatan emosional, yang kemudian disebut
attachment, diyakini
menjadi landasan bagi seorang anak untuk mengeksplorasi dunianya, dan menurut Bowbly dan Ainsworth (Garbarinno & Benn, 1992) dengan kelekatan ini individu akan membangun hubungan dengan orang lain di lingkungannya. Sejauh ini, parenting atau pengasuhan lebih banyak dilakukan oleh ibu meski pun tidak dapat dipungkiri beberapa persen dari keseluruhan pengasuhan di Indonesia dilakukan oleh para ayah. Berbagai ungkapan yang dikenal di Indonesia berkaitan dengan kodrat kewanitaan, yaitu bahwa perempuan melahirkan anak, dan mereka dilengkapi secara kodrati dengan fasilitas untuk membesarkan dan mendidik anakanaknya sehingga wajarlah jika tugas mengasuh dan mendidik anak ada pada ibu (Andayani, 2002). Terkait
dengan
hubungan
dalam
keluarga
selain
ketidakharmonisan
perkawinan adalah masalah dengan anak-anak khususnya ketika ibu menyikapi ketidakcocokan antara
tuntutan dan harapan selama mengasuh anak-anak yang
dapat mengarah pada stres pengasuhan. Demikian pula dalam Al Qur’an telah memberikan peringatan dalam ayatnya berikut ini : Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar. (Al Anfal:28).
i
Pada ayat ini
Allah SWT menegaskan bahwa anak adalah ujian dariNya.
Ketika orangtua lulus dari ujian tersebut, Allah menjanjikan pahala yang luar biasa. Hal inilah yang kerap dialami orangtua ketika menghadapi anak usia prasekolahnya, sebagai ujian tidak sedikit orangtua terutama ibu yang tertekan dengan sikap dan perilaku anak mereka. Beberapa hasil wawancara pada tanggal 27 januari 2008 pada seorang ibu I yang memiliki 3 orang anak dan termasuk keluarga dengan ekonomi menengah, bahwa secara umum dikemukakan bahwa dia senang mengasuh, namun ada beberapa hal yang membuatnya cemas, yaitu bila anak mengalami kecelakaan misalnya pernah jatuh ke sungai, jatuh dari meja, anak lupa mengerjakan PR, berkelahi dengan saudara atau anak lain dan mengkondisikan anak bila akan bepergian, karena memerlukan waktu untuk menyiapkan pakaian, kebutuhan anak,
1
toilet training terlebih dahulu, dan menjaga agar mood anak tetap nyaman apabila rencana tersebut tertunda beberapa saat karena ada tamu.
Reaksi yang muncul
adalah detak jantung semakin cepat (deg – deg an), pernah berteriak karena kaget, dan sempat menangis. Wawancara yang dilakukan pada ibu F yang memiliki dua orang anak menyatakan bahwa kadang dia merasa bingung dengan kondisi anak pertamanya yang sering memukul teman di sekolah sejak kelahiran adik..
Menurut Ibu F,
kondisinya yang jauh dari orang tua dan tanpa pembantu rumah tangga cukup membuatnya tertekan, terlebih pasca melahirkan.
Di satu sisi kadang ia cemas
memikirkan anak pertamanya di sisi lain dia harus merawat bayi. Berbagai penelitian tentang perubahan peran keluarga menemukan bahwa, walaupun pada pasangan karir ganda, wanita lebih sering mendapatkan beban mengasuh anak, merawat rumah, merancang menu, memperhatikan pendidikan anak, merawat orangtua/mertua, dibandingkan suaminya.
Bilamana kadar hormon stres
suami paling tinggi ditempat kerja dan kemudian turun (setelah kembali ke rumah yang
i
tenang) tingkat stres istri tetap tinggi sepanjang hari. Ia pulang dari pekerjaan dengan stres yang tinggi dan menemukan rumah yang juga penuh pekerjaan menumpuk dengan stres yang tak kalah tinggi (Kompas, 9 Agustus 2005). Stres mengasuh, khususnya dalam pengasuhan anak, memang memiliki kekhasan tersendiri. Kekhasan tersebut meliputi (1) kondisi anak (karakteristik anak usia prasekolah), atau lebih dikenal dengan periode early childhood (sejak usia 18 atau 24 bulan hingga usia 5 atau 6 tahun) pada periode ini anak sangat aktif, perkembangan otak untuk menangkap bahasa berkembang pesat dan mulai menunjukkan sikap negativistik hal ini berkaitan dengan perkembangan intelegensinya, sehingga banyak orangtua terutama ibu yang salah mengartikan tingkah laku dan sikap anak di usia ini sebagai kenakalan; (2) dukungan sosial, dalam hal ini tidak adanya dukungan yang diperoleh ibu selama mengasuh anak usia prasekolahnya, baik dari anggota keluarga, teman, maupun konselor ahli. Kondisi ini dapat mengarahkan pada perasaan kesepian karena merasa terisolasi dan ketidakpercayaan diri dalam mengasuh anak sehingga menjadi tekanan bagi ibu yang dapat mengarah pada stres (Brannan & Heflinger, 2001 dalam Gunarsa). Dukungan sosial berperan besar bagi pengasuh dalam mengatasi stres pengasuhan. Jika pengasuh merasa dirinya sendirian dalam menyandang tanggung jawab pengasuhan, ia merasakan stres yang dialaminya makin besar. Dukungan sosial ini bersumber dari suatu sistem yang ada dalam masyarakat. Hal ini bisa berupa dukungan keluarga, kelompok, organisasi atau dukungan secara perorangan. Sejumlah orang lain yang potensial memberikan dukungan disebut sebagai significant others. Sarafino (1990) mendefinisikan dukungan sosial sebagai faktor sosial yang berada di luar individu yang dapat meningkatkan kemampuan menghadapi stres akibat konflik. Dukungan sosial adalah adanya orang yang memperhatikan, menghargai dan mencintai. Beers dan McGrath (dalam Beers, 1995) mengusulkan tiga tipe efek dukungan terhadap stres. Pertama, dukungan dapat mengurangi kekuatan stresor itu sendiri.
i
Kedua, dukungan secara langsung akan mengurangi kakuatan dari efek penolakan stresor pada diri seseorang. Ketiga, dukungan dapat menghasilkan reaksi timbal balik. Peranan dukungan sosial sebagai pelindung (buffering effect) melihat sumber daya dalam hubungan sosial dapat digunakan sebagai pelindung terhadap efek negatif stres. Dengan kata lain, sebenarnya dukungan sosial disini dapat dianggap sebagai bentuk terapi yang sederhana untuk menurunkan efek negatif dari stres. Menurut Kutash (Shinta, 1995) dukungan sosial bekerja sebagai pelindung untuk melawan perubahan peristiwa kehidupan yang berpotensi penuh stres. Ronald Glasser, seorang peneliti dari Ohio State University menjelaskan bahwa menghindari stres adalah cara paling tepat untuk mengurangi dampak buruk stres terhadap daya tahan tubuh. Melepaskan stres menurut Glasser cukup dengan cara menjalin hubungan baik dengan teman dan keluarga. Dalam penelitiannya didapatkan adanya hubungan antara pikiran dan tubuh yang bisa dijelaskan pada tingkat molekuler dan seluler. Ternyata teman dan dukungan sosial benar-benar menolong mengatasi stres emosional. Rosenthal dan Jacobson (dalam Satiadarma 2000) menjelaskan bahwa sikap pengasuh dalam hal ini ibu, mempengaruhi proses perkembangan kepribadian anak. Jadi, jika ibu bersikap negarif terhadap anak mereka, proses perkembangan anak-anak tersebut juga akan dipengaruhi oleh sikap negatif tersebut Berdasarkan uraian diatas, bahwa stres mempengaruhi perilaku manusia, dan stres yang dialami ibu dalam mengasuh anak mempengaruhi perhatiannya terhadap anak-anak yang diasuhnya, sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan suami dan stres pengasuhan?.
i
BAB II METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah ibu-ibu dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1. memiliki anak usia prasekolah (usia 18 bulan – 6 tahun) 2. status perkawinan yang pertama dan masih memiliki suami (tidak meninggal ataupun bercerai) 3. usia pernikahannya tidak lebih dari 10 tahun dengan pertimbangan bahwa pada usia tersebut pasangan suami istri telah memiliki anak usia prasekolah namun masih melewati masa krisis dan penyesuaian dalam perkawinan. B. Metode Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode skala yang di buat sendiri oleh peneliti dan mengandung butir-butir pandangan dan perasaan subjek. Selain itu juga digunakan informed consent yang berisi tentang identitas subjek dan kerahasiaan jawaban yang subjek berikan. Sebelum digunakan dalam penelitian yang sesungguhnya, alat ukur berupa skala tersebut di ujicobakan terlebih dahulu. Data hasil uji coba, kemudian dianalisis secara statistik untuk mengukur validitas dan reliabilitas item setelah itu barulah alat tersebut dapat dipakai dalam penelitian. Skala yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua skala pengukuran yaitu skala stres pengasuhan dan dukungan suami. Adapun kedua skala tersebut adalah sebagai berikut :
6 i
1. Skala Stres Pengasuhan Skala pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Stres pengasuhan. Skala disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh model teori stres pengasuhan Abidin (Ahern, 2004) yaitu the parent distres, the difficult child, the parent-child dysfunctional interaction Dalam tabel di bawah ini akan terlihat distribusi aitem skala stres pengasuhan sebagai berikut : Tabel 1 Distribusi Butir Skala Parenting Stres Sebelum Uji Coba Butir Favourable Nomor Butir
Aspek The parent distres
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
Jumlah
Jumlah 10 10
Pola dasar pengukuran skala stres pengasuhan ini mengikuti pola Metode Skala Likert. Skala Likert mempunyai lima macam altenatif respon yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Ragu-ragu (E), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk lebih memperjelas bahwa subjek merasakan stres pengasuhan dan
untuk
menghindari kecenderungan subjek untuk memilih jawaban ragu-ragu maka dalam penelitian ini, alternaif respon hanya dibuat empat yaitu dengan menghilangkan jawaban ragu-ragu (E), dengan demikian skala memiliki 4 alternatif yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Adapun kriteria pemberian nilai adalah sebagai berikut: untuk item yang berfungsi sebagai item favorable, jawaban SS mendapat nilai 4, jawaban S mendapat nilai 3, jawaban TS mendapat nilai 2, dan jawaban STS mendapat nilai 1. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, berarti semakin tinggi stres pengasuhan dan sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek, berarti semakin rendah stres pengasuhan. 2. Skala Dukungan Suami
i
Skala kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Dukungan Suami. skala ini disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Cohen dan Syme yaitu: (1) dukungan emosi; (2) dukungan informasional, (3) dukungan instrumentalia; (4) dukungan penilaian positif. Dalam tabel di bawah ini akan terlihat distribusi aitem skala dukungan suami sebagai berikut : Tabel 2 Distribusi Butir Skala Dukungan Suami Sebelum Uji Coba Aspek Dukungan Emosi
Butir Favourable Nomor Butir Jumlah 1,2,3,4,5 5
Dukungan Informasional
6,7,8,9,10
5
Dukungan Instrumentalia
11,12,13,14,15
5
Dukungan Penilaian Positif
16,17,18,19,20
5 20
Jumlah
Adapun kriteria pemberian nilai adalah sebagai berikut: untuk aitem yang berfungsi sebagai aitem favorable, jawaban SS mendapat nilai 4, jawaban S mendapat nilai 3, jawaban TS mendapat nilai 2, dan jawaban STS mendapat nilai 1. Semakin tinggi skor yang diperoleh berarti dukungan suami yang diperoleh subjek semakin tinggi dan sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh berarti dukungan suami yang diperoleh subjek semakin rendah.
i
C.
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik.
Maka metode analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis
adalah analisis korelasi Product Moment dari Spearman Rho dengan hanya satu variable bebas dan satu variable tergantung. Sebelum uji hipotesis dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan uji linearitas. Semua perhitungan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 13,0 for Windows.
i
BAB III HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah wanita yang telah menikah dalam hal ini berstatus sebagai ibu yang telah memiliki anak usia 18 bulan – 6 tahun (prasekolah), status perkawinan masih ada (suami tidak meninggal atau cerai) dan usia pernikahan tidak lebih dari 10 tahun. Pengambilan data penelitian ini dilakukan di TK Al Ikhlas Lempongsari, TK Tawakal Plemburan, Homeschooling Group Karima Aqila, TK Among Siwi Pogung Kidul. Berikut ini adalah deskripsi subjek penelitian berdasarkan usia: Tabel 5 Deskripsi Subjek Penelitian No Faktor 1. Usia Ibu
2.
4.
5.
6.
7.
Kategori a. < 20 tahun b. 20 = x = 30 tahun c. 31 = x = 40 tahun d. > 40 tahun Jumlah Anak a. 1 – 2 anak b. 3 – 5 anak c. > 5 anak Pendidikan Terakhir Ibu a. SD/ MI b. SLTP/MTs c. SLTA/ MA d. SMK/ SMEA e. diploma f. sarjana Status Pekerjaan Suami a. Karyawan Swasta/ Buruh b. Guru c. Wiraswasta d. PNS e. Dosen Status Pekerjaan Ibu a. Ibu Rumah Tangga b. Karyawan Swasta/ Buruh c. Guru d. Wiraswasta e. PNS f. Dosen Usia Pernikahan a. < 5 tahun b. 5 tahun = x = 7 tahun c. 8 tahun = x = 10 tahun
2. Deskripsi Hasil Penelitian
10
i
Jumlah - orang 57 orang 40 orang - orang 88 orang 9 orang - orang 7 orang 13 orang 33 orang 7 orang 9 orang 28 orang 57 orang - orang 31 orang 5 orang 4 orang 60 orang 26 orang 1 orang 7 orang 1 orang 2 orang 7 orang 62 orang 28 orang
Hasil penelitian yang berupa angka-angka dideskripsikan agar memberikan manfaat dan gambaran mengenai subjek penelitian, dari data yang terkumpul diperoleh deskripsi data sebagai berikut :
Tabel 6 Deskripsi Data Penelitian Variabel Stres pengasuhan Dukungan Suami
X max
Skor Hipotetik X Mean min
SD
X max
Skor Empirik X Mean min
SD
36
9
22,5
4,5
30
9
17,58
4,14
64
16
40
8
61
31
48,24
6,04
Mean
=
X min ? X max 2
SD
=
X max ? X min 6
Penelitian selanjutnya mengelompokkan skor skala stres pengasuhan menjadi lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Kategori jenjang bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 1999). Berikut ini adalah kriteria skala : Tabel 7 Rumus Norma Kategorisasi No. Kategori 1. Sangat Rendah 2. Rendah 3. Sedang 4. Tinggi 5. Sangat Tinggi Ket: µ : Mean Hipotetik s : Standar Deviasi
Rumus Norma x < (µ - 1,8s ) (µ - 1,8s ) = x < (µ - 0,6s ) (µ - 0,6s ) = x < (µ + 0,6s ) (µ + 0,6s ) = x = (µ + 1,8s ) x > (µ + 1,8s )
i
a. Stres Pengasuhan Kategorisasi variabel stres pengasuhan ditentukan berdasarkan skor total subjek hipotetik pada skala stres pengasuhan. Skala tersebut terdiri dari 23 aitem dengan skor minimal 1 dan skor maksimal 4. Rentang skor minimum dan maksimum skala tersebut adalah 23 x 1 sampai dengan 23 x 4, yaitu 23 – 72. Standar deviasinya adalah 11,5 sedangkan mean-nya adalah 57,5. Berdasarkan data tersebut dapat ditentukan kategorisasi untuk variabel Stres pengasuhan sebagai berikut: Tabel 8 Kriteria Kategorisasi Skala Stres Pengasuhan Kategori Rumus Norma Sangat Rendah x < 14,4 Rendah 14,4 =x < 19,8 Sedang 19,8 =x < 25,2 Tinggi 25,2 =x = 30,6 Sangat Tinggi x > 30,6
Jumlah 14 45 33 5 0
Persentase 14,43% 46,39% 34,02% 5,15% 0%
a. Dukungan Suami Kategorisasi variabel dukungan suami juga dapat diperoleh melalui cara yang sama. Skala dukungan suami terdiri dari 16 aitem, dengan skor minimal 1 dan skor maksimal 4. Rentang skor minimum dan maksimumnya antara 16x1 sampai dengan 16x4, yaitu 16 – 64. Standar deviasinya adalah 8 sedangkan mean-nya adalah 40. Berdasarkan data tersebut dapat ditentukan kategorisasi untuk variabel dukungan suami sebagai berikut: Tabel 9 Kriteria Kategorisasi Skala dukungan suami Kategori Rumus Norma Sangat Rendah x < 25,6 Rendah 25,6 = x < 35,2 Sedang 35,2 = x < 44,8 Tinggi 44,8 = x = 54,4 Sangat Tinggi x > 54,4
Jumlah 0 1 25 51 20
i
Persentase 0% 1,0 % 25,8 % 52,6 % 20,6 %
3. Uji asumsi Sebelum melakukan analisis data penelitian dengan teknik korelasi Product Moment dari Spearman Rho, maka terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu berupa uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas sebagai syarat untuk pengetesan nilai korelasi agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya. Uji asumsi ini dilakukan dengan menggunakan program komputer Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows 13.0. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya distribusi jawaban subjek pada suatu variabel yang dianalisis. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik One Sample Kolmogorov Smirnov test pada program komputer SPSS for windows 13.0, yang digunakan untuk membandingkan frekuensi harapan dan frekuensi amatan, apabila ada perbedaan antar frekuensi harapan dan frekuensi amatan dengan taraf signifikansi 5 % (p>0,05) maka distribusi sebaran dinyatakan normal, namun jika (p<0,05) maka sebaran dinyatakan tidak normal. Hasil uji normalitas diperoleh sebaran skor stres pengasuhan dan dukungan suami adalah sebagai berikut : Tabel 10 Hasil Uji Normalitas Data Stres Pengasuhan Dukungan Suami
Kolmogorov Smirnov 0,722 0,966
P 0,675 0,308
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai probabilitas dari data stres pengasuhan sebesar 0,675 dan nilai probabilitas dari data dukungan suami sebesar 0,308 yang berarti bahwa kedua nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat diartikan bahwa data stres pengasuhan dan data dukungan suami mempunyai distribusi normal, shingga subjek dalam penelitian tergolong representatif atau dapat mewakili populasi yang ada. b. Uji Linieritas
i
Uji linieritas merupakan pengujian garis regresi antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan antara dukungan suami dengan stres pengasuhan merupakan garis linier atau tidak, dengan menggunakan program komputer SPSS for windows 13.0. berikut ini adalah hasil uji linieritas: Tabel 11 Rekapitulasi Perhitungan Uji Linieritas Uji Linieritas Dukungan suami dengan stres pengasuhan
Fhit 2,351
P 0,129
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa nilai Fhitung antara variable dukungan suami dengan stres pengasuhan sebesar 2,351 dengan p = 0,129 dengan taraf signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (p>0,05), menunjukkan bahwa hubngan kedua variabel dalam penelitian ini tidak berada dalam garis lurus atau tidak linier, sehingga asumsi linieritas tidak terpenuhi. 4. Uji Hipotesis Uji normalitas dan uji linearitas sebelumnya menunjukkan bahwa data penelitian memenuhi syarat normalitas yaitu skor kedua variabel berdistribusi normal namun tidak memiliki korelasi linear, sehingga uji asumsi tidak dapat dipenuhi. Dengan hasil tersebut, maka uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Spearman Rho. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara dukungan suami dengan stres pengasuhan. Dari hasil pengolahan data dukungan suami dengan stres pengasuhan diperoleh koefisien korelasi r = - 0,161 dan p = 0,058 (p > 0,001). Hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan suami dengan stres pengasuhan. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan peneliti tidak diterima. Angka korelasi yang negatif dengan taraf signifikansi p > 0,01 menunjukkan bahwa memang tidak terdapat hubungan negatif antar dua variabel.
i
Hasil analisis juga menunjukkan koefisien determinasi (R squared) variabel dukungan suami dengan stres pengasuhan ibu sebesar 0,021%. Dengan demikian sumbangan efektif dukungan suami terhadap stres pengasuhan ibu sebesar 2,1 %. B. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis tentang adanya hubungan negatif antara stres pengasuhan dengan dukungan suami. Setelah melalui analisis pengolahan data diperoleh hasil yang tidak mendukung hipotesis tersebut, yaitu hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan negatif antara dukungan suami dan tingkat stres pengasuhan ibu yang memiliki anak usia pra sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan suami tidak ada hubungannya dengan tinggi rendahnya stres pengasuhan ibu yang memiliki anak usia prasekolah, atau sebaliknya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Provencer Perreault, St-Onge, dan Rousseau, (2003) bahwa mereka yang mempersepsi memperoleh support dari teman anggota keluarga justru mengalami tekanan psikologis yang lebih tinggi. Demikian juga pada penelitian terhadap 112 ibu dari anak berusia 14 – 52 bulan oleh Bunton et al. (2001) bahwa hasil penelitian tersebut menunjukkan apabila ibu merasa pengasuhannya terlalu diintervensi oleh pihak lain, mereka lebih cenderung mengabaikan anak-anak, sekalipun mereka merasakan kecemasan dan penderitaan yang lebih besar, serta semakin ibu merasa tidak berdaya menghadapi anak-anak mereka, semakin ibu tidak menaati petunjuk profesional dalam melakukan tindakan pengasuhan.
Sehingga
dibutuhkan batasan yang jelas tentang hingga sejauh mana intervensi tenaga profesional dan bantuan keluarga dapat diberikan. Hasil analisis juga menunjukkan sumbangan efektif dukungan suami terhadap tingkat stres pengasuhan sebesar 2,1 %. Kategorisasi stres pengasuhan sebagian besar berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa ibu-ibu yang memiliki anak usia prasekolah umumnya mampu mengatasi kondisi stres pengasuhan yang dialami dan dapat menjalani kehidupan seperti biasanya meskipun mereka mengalami tekanan dalam pengasuhan
i
anak usia prasekolah. Walaupun demikian, terdapat lima orang subjek yang berada dalam kategori tinggi, sehingga tetap diperlukan intervensi dan penggalian informasi lebih lanjut melalui wawancara konseling. Rendahnya skor empirik daripada skor hipotetik variabel stres pengasuhan menunjukkan bahwa tingkat stres pengasuhan subjek berada pada kategori lebih rendah dari yang diperkirakan.
Hal ini sesuai
dengan penelitian Warfield (Gunarsa, 2006) yang melaporkan bahwa para ibu yang merasa bahwa pekerjaan mereka lebih menarik cenderung mengalami stres pengasuhan yang lebih rendah daripada mereka yang merasa pekerjaan mereka kurang menarik. Masih banyak lagi hal-hal yang perlu di bahas di dalam penelitian ini terutama variabel-variabel lain yang ikut mempengaruhi variabel stres pengasuhan khususnya pada ibu yang memiliki anak prasekolah baik faktor individual yaitu kondisi internal misalnya persepsi, efikasi diri, harga diri, kestabilan emosi, maupun kondisi eksternal yaitu kepuasan perkawinan, komunikasi, status sosial ekonomi, resiliensi yang melibatkan pembatasan pada usia ibu maupun usia anak, significant person anak misalnya pengasuh, kakek-nenek juga sebagai pengasuh, serta variabel demografik lainnya. Penelitian kali ini tidak membahas variabel-variabel tersebut, oleh sebab itu disarankan penelitian-penelitian selanjutnya dapat mengangkat topik tersebut atau bahkan mencari topik-topik lain untuk memperkaya referensi tentang stres pengasuhan. Tugas mengasuh anak bukan semata-mata pekerjaan wanita, baik sebagai isteri maupun ibu (mothering). Mengasuh dan mendidik anak agar menjadi generus bangsa merupakan tugas bersama antar suami dan isteri. Anak adalah tanggung jawab bersama. Rasulullah bersabda : Tiap anak yang dilahirkan kedunia dalam keadaan fitrah (suci). Dan kedua orangtuanyalah yang bertanggung jawab untuk mendidik dia (anak) menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.(HR. Bukhari Muslim).
i
Dari pola pengasuhan kedua orang tua ini (Parenting) maka akan timbul kebersamaan dan keadilan diantara keduanya.
Sebab, tidak ada yang dirugikan.
Masing-masing diberikan tanggung jawab sesuai dengan kemampuannya. Dari sisi psikologis pun anak yang mendapatkan pendidikan dan pengasuhan dari orangtuanya akan merasakan betapa besar kasih sayang keduanya. Setelah dilakukan penelitian, peneliti melihat ada beberapa kelemahan di dalam penelitian ini yaitu tentang alat ukur penelitian. Alat ukur penelitian ini adalah dua buah skala stres pengasuhan dan skala dukungan suami. Walaupun skala tersebut telah melalui proses reviu dan profesional judgement oleh dosen pembimbing, tidak menutup kemungkinan bahwa keduanya masih mengandung social desireability yang cukup tinggi. Variabel stres pengasuhan merupakan hal yang bersifat pribadi dan rahasia, sehingga tidak menutup kemungkinan subjek tidak sepenuhnya terbuka dan jujur dalam memberikan jawaban. Kemungkinan ini dapat saja terjadi bila subjek ingin memberikan kesan yang baik tentang kehidupan rumahtangganya. Pada proses pemberian skala yang bisa di isi di rumah juga menjadi titik kelemahan penelitian karena peneliti tidak dapat melakukan observasi langsung saat subjek mengisi skala atau peneliti tidak terlibat penuh mendampingi subjek penelitian, sehingga tidak dapat mengecek kelengkapan pengisian skala.
i
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis pada Bab IV, kesimpulan yang dapat diambil adalah ada tidak ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan suami dan stres pengasuhan pada ibu yang memiliki anak usia prasekolah.
Sumbangan yang
diberikan dari variabel dukungan suami untuk variabel stres pengasuhan pada ibu yang memiliki anak usia prasekolah adalah sebesar 2,1 %.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa saran yang dikemukakan oleh peneliti. Beberapa saran tersebut antara lain : 1. Bagi Subjek Penelitian Disarankan kepada ibu-ibu yang memiliki anak usia prasekolah agar dapat mengetahui kondisi pengasuhannya apakah mengalami stres atau tidak sehingga intervensinya dapat segera dilakukan serta tetap menambah wawasan dan pengetahuan tentang tumbuh kembang anak. 2. Bagi Peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tema yang sama disarankan untuk tidak meniru ketidakcermatan peneliti terutama ketidakspesifikan dalam angket penelitian yaitu agar pernyaatan ibu lebih diarahkan pada anak usia prasekolah yang diasuhnya atau batas usia pernikahan subjek lebih pendek.
18 19 i
DAFTAR PUSTAKA
Ahern, S. L. 2004. Psychometric Properties of The Parenting Stres Index-Short Form. Thesis. Raleigh : Faculty of Psychology North Carolina State University Andayani, B.,& Koentjoro. 2004. Psikologi Keluarga, Peran Ayah Menuju Coparenting. Taman Sepanjang : Citra media Aristianti, V. 2000. Hubungan Antara Dukungan Suami dengan Kecemasan Istri Menghadapi Menopouse. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Atkinson, dkk. 1991. Pengantar Psikologi. Edisi ke sebelas – Jilid satu. Batam Interaksara Azwar, S. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar Baron, R.A., & Byrne, D. 2005. Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh. Jakarta : Erlangga. Brooks, J.B. 2003. Companies
The Process of Parenting. United States : Mc Graw Hill
Chaplin, J.P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada Cohen & Syme, S.L.,1985. Social Support & Health. Florida : Academic Press, Inc. Crnic, Keith A., Gaze, Chaterine and Hoffman, Casey. 2005. Cumulative Parenting stres Across the Preschool period; Relations to Maternal Parenting and Child Behavior at age 5. Departement of Psychology. The Pennsylvania state University. USA. Etzion, O. 1984. Moderating Effect of Social Support on The Stres Burn Out Relationship. Journal of Applied Psychology. Vol. 15, 157 – 175. Gorzka, Patricia A. 1999. Homeless parents perception of parenting stres. Journal of Child and Adolescent Psychiatryc Nursing. Gunarsa, D. S. 2006. Dari Anak Sampai Usia Lanjut : Bunga Rampai Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia Hadi, Sutrisno. 2004. Statistik Jilid 2. Yogyakarta : Andi Haley , D., Oberlander, T. And Grunau, R. 2006. Parenting and parent stres predict emotional and autonomic reactivity to contingency learning in preterm and fullterm infants at 3 months. Paper presented at the annual meeting of the XVth Biennial International Conference on Infants Studies, Westin, Miyako, Kyoto, Japan. Halonen, J. S., & Santrock, J. W. 1999. Psychology : Context and Applications. United States. Mc Graw Hill Companies
i
Hasan, P. 2008. Pengantar Psikologi Kesehatan Islami. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada Johnston, C., & dkk. 2003. Factors Associated with Parenting Stres in Mothers of Children with Fragile X Syndrome. Developmental and Behavioral Pediatric, August, Vol 24, No. 4, 267-275 Kartono, K. 1992. Psikologi Wanita : Mengenal Wanita Sebagai Ibu & Nenek. Bandung : Penerbit Mandar Maju Kompas. 2007. ...................................................................Rabu, 15 Agustus 2007 Kusumah, I & Fitrianti, V. 2007. Excellent Parenting, Menjadi Orangtua Ala Rasulullah. Yogyakarta : Qudsi Media Kwon, J.Y. 2007. The relationship between parenting stres, parental intelligence and chuld behavior problems in a study of Korean preschool mothers. Early Child Develpopment and Care. Sungshin Women’s University, Republic of Korea. Leung, S., Leung, C., Chan, R. 2007. Perceived child bahavior problems, parenting stres, and marital satisfaction; comparison of new arrival and local parents of preschool childern in Hongkong. Hongkong Med J Vol 13 No 5. Looker, T. & Gregson, O. 2005. Managing Stres. Yogyakarta : Penerbit Baca Lukluk A.Z. & Bandiyah, S. 2008. Psikologi Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendekia McBride B.A.; Schoppe S.J.; Rane T.R. 2002. Child Characteristic, Parenting Stres and Parental Involvement: Fathers Versus Mothers. Journal of Marriage and family, Vol 4, Number 4, November, pp.998-1011. Pikiran Rakyat. 2006..............................................................Minggu, 18 Juni 2006
Pratiwi, R. 2007. Hubungan antara active coping dengan stres pengasuhan pada ibu yang memiliki anak retardasi mental. Skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta. Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosal Budaya. Purwanto, M.Pd. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Raikes, H. A., & Thompson, R. A. 2005. Efficacy and Social Support as Predictors of Parenting Stres Among Families in Poverty. Infant Mental Health Journal, Vol. 26(3), 177– 190 Rathus, S.A., & Jefrey, S.N. 1991. Abnormal Psychology. New Jersey : Prentice Hall Engelwood
i
Roye, A. M., Psy.D. 2006. Parenting young children in high-risk setting : A preliminary investigation of parenting stres and coping abilities. Pace University. Sarafino, E.P. 1994. Health Psychology ; Biopsychosocial Interaction 2nd. USA : John Willey & Sonc, Inc
i