1
book
SE R I DHARMA PU TR A I NDONE S IA
4
Nasi Basi
Vidi Yulius Sunandar
Anda boleh mengunduh, mencetak, menyalin, dan membagi buku ini selama tidak dijual.
Nasi Basi Penulis Vidi Yulius Sunandar Penyunting Handaka Vijjànanda Perancang Sampul Shinju Arisa Jeff Liang Penggambar Andreas Pratama Penata Letak Vidi Yulius Sunandar
Copyright ©2009 Vidi Yulius Sunandar Cetakan 1, September 2009 Cetakan 2, Januari 2010 Pusat Pelayanan Ehipassiko Foundation, 085888503388
[email protected] www.ehipassiko.net
_____________________________________________ Dengan mendanai buku ini, Anda membantu kelangsungan perjuangan penerbit dalam menyediakan buku Dharma di Indonesia. Dana dapat disalurkan melalui: BCA KCP Taman Permata Buana Yayasan Ehipassiko, 4900333833
Sujudku Untuk mamaku, Lany Tanily Sunandar, yang melalui keteladanannya tentang kasih sayang, kepemimpinan, dan perhatian, yang memberiku landasan hidup yang tak ternilai. Untuk papaku, Arief Sunandar, yang melalui keteladannya tentang keberanian, pengorbanan, disiplin, kebijaksanaan, dan motivasi, yang memberiku pegangan hidup yang tak ternilai. Serta untuk semua sahabat dan guruku dalam kehidupan ini. Di mana pun kakiku berpijak, di situlah kebahagiaanku....
Terima Kasihku Terima kasih untuk mamaku, Lany Tanily Sunandar, dan papaku, Arief Sunandar, atas kasih sayang, asuhan, dan doa yang membuat aku menjadi seperti ini. Terima kasih untuk ciciku, Veni Sundari Sunandar, atas saran dan dukungannya selama ini. Terima kasih untuk Ehipassiko Foundation, yang di dalamnya kita bersama berjuang untuk Generating Dharma Beyond Generation. Terima kasih untuk MoM Handaka Vijjananda atas inspirasi dan pencerahannya kepadaku sehingga aku menjadi lebih bahagia hari ini. Terima kasih untuk MoM Ashoka atas saran dan dukungannya kepadaku. Terima kasih untuk Ramon Satria Aswanto, sahabat sekaligus guru bagiku, together we grow. Terima kasih untuk Fransisca Julian Antonius atas pelajaran tak ternilai dan kritiknya kepadaku sehingga aku menjadi lebih baik hari ini. Terima kasih untuk Kartika Aprianingsih atas saran dan dukungannya kepadaku. Terima kasih untuk Ajahn Brahm atas motivasi, inspirasi, dan pelajaran tidak ternilai kepadaku sehingga aku menjadi lebih baik hari ini. Terima kasih untuk Kak Jeffrey Rahmat Gunadi atas bimbingan dan inspirasinya selama aku menjadi mahasiswa. Terima kasih untuk Ibu Soen, artikel “Lukisan yang Belum Selesai” adalah pembelajaran berharga yang Ibu berikan kepadaku. Terima kasih untuk Lenny Luciana atas saran dan kritiknya sehingga aku menjadi lebih baik hari ini. Terima kasih untuk Bhante Nyanukangsa, sahabatku dalam Dharma, be happy. Terima kasih untuk Rocky Wijaya atas dukungannya selama ini, together we grow. Terima kasih untuk Erik Wijaya atas bimbingan dan inspirasinya sehingga aku menjadi lebih baik hari ini.
Terima kasih untuk David Ohtaka, you are my leader and inspirator, together we grow. Terima kasih untuk Bapak Hendra Setiawan atas nasihat tak ternilainya. Terima kasih untuk Bapak Yongky Safanayong atas nasihat dan bimbingannya kepadaku. Terima kasih untuk Bapak Tung Desem Waringin atas ilmu dan inspirasinya sehingga aku menjadi lebih baik hari ini. Terima kasih untuk Bapak Andrie Wongso atas motivasi dan inspirasinya. Terima kasih untuk Ibu Cassandra Farrel atas pelajaran tak ternilai dan bimbingan yang kudapat. Terima kasih untuk Joko Sofery atas inspirasinya yang tidak ternilai. Terima kasih untuk Arteddi atas kata-kata tak ternilainya: ”investasi leher ke atas”. Terima kasih kepada semua teman DKV-D 2004 UPH, Rendi, Yuda, Gilang, Merry, Lydia, Bellen, Christa, Lambok, Alwi, Mee, Andry, Vony, Momo, Cucut, Raymond, Andi, and the gank. Terima kasih untuk Veronica Xu, Anita Susilo, Ario Adipura dan Intan Sari atas dukungannya terhadap pembuatan buku ini. Terima kasih untuk Keluarga Mahasiswa Vidya Buddhis Universitas Pelita Harapan; Gema Buddhis Avalokitesvara; Pru-Planner yang merupakan tempat di mana aku belajar banyak hal dan memiliki sahabatsahabat terbaik dalam hidup. Terima kasih untuk semua guru kehidupanku yang membuatku menjadi lebih baik hari ini. Terima kasih untuk MoM Shinju Arisa, MoM Jeff Liang, dan MoM Andreas yang telah membantuku dalam pembuatan ilustrasi buku ini. Last but not least, terima kasih kepada semua pihak yang telah menginspirasiku, memotivasiku, mengkritikku, dan memberikan pelajaran-pelajaran terbaik buatku, yang tidak dapat kusebutkan satu per satu di sini. Terima kasih semuanya.
Senarai Isi Sujudku Terima Kasihku 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
Nasi Basi yang Nikmat 01 Ilmu Memberi Arti 07 Rahasia Terbesar Motivasi 11 Besok Sidang 15 Kebahagiaan Tertinggi 21 Mobil 23 Rumah Baru, Rumah Lama 29 Gelas Bocor 35 Jalan Di Atas Air 41 Aku Ini Orang Yang Sabar Lho 49 Semua Salah! 55 Mau Pilih Yang Mana? 59 Buku Harian Seorang Pensiunan Kaya Raya 67 Man Behind The Pencil 73 Lukisan Yang Tidak Selesai 79 Nasihat Tidak Ternilai 85 Peraturan Nomor 2 91 Perubahan Datang Seketika 95 Tanya (Ask) 101 Mendengarkan Dengan Bijak 107 Biografi 111 Ini pun Akan Berlalu 115 Nasi Basi Yang Menjijikan 121
Bagian Awal 126 I-Me-Myself 127
Pendahuluan Hidup adalah serangkaian proses pembelajaran dari waktu ke waktu. Proses pembelajaran inilah yang menjadikan kita menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya. Satu kesalahan yang telah kita perbuat berarti satu pembelajaran baru yang telah kita dapat. Dengan terus memperbaiki kesalahan-kesalahan ini, kita menjadikan diri kita lebih bijak dalam menjalani hidup. Dua puluh tiga cerita dalam buku ini telah dikumpulkan selama dua puluh tiga tahun sejak saya dilahirkan di dunia fana ini. Kumpulan cerita dalam buku ini adalah pembelajaran yang telah saya petik selama seumur hidup saya. Entah itu dari kesalahan-kesalahan yang telah saya lakukan ataupun dari guru-guru kehidupan yang saya temui. Semoga Anda menikmati cerita-cerita mengenai inspirasi, motivasi, dan kebahagiaan sejati di dalam buku ini dan membantu mengubah hidup Anda menjadi lebih baik. Saya berterima kasih kepada Ehipassiko Foundation yang telah merealisasi salah satu cita-cita saya untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan melalui buku yang saya tulis ini. Hepi hepi ye ye ye.... Vidi Yulius Sunandar Jakarta, 23 Agustus 2009
1 Nasi Basi yang Nikmat
P
elajaran-pelajaran berharga dalam hidup ini sering kali berasal dari hal-hal sederhana yang sangat dekat dengan kita, namun tidak kita sadari. Sering kali juga, guru-guru terbaik dalam hidup kita bukanlah orang-orang super yang kita kenal, melainkan kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan. Cerita berikut ini adalah salah satu bentuk pelajaran tak ternilai dari makanan yang biasa kita santap sehari-hari: nasi. Seorang pengusaha kaya raya mati meninggalkan kedua putranya. Ayah mereka meninggalkan banyak sekali kekayaan dan beberapa perusahaan terkemuka. Sebelum meninggal, ayahnya sempat menuliskan sepucuk surat untuk kedua anaknya. Anak-anakku yang kucintai, suatu saat kelak, kalian akan mewarisi kekayaanku. Pergunakanlah dengan bijaksana, peliharalah dengan baik barang-barang yang kau miliki, perbaiki barang-barang yang rusak, belilah barang-barang yang memang kau butuhkan. Dengan begitu, kekayaan yang kalian miliki akan tetap terpelihara. Apa yang kalian miliki sekarang adalah hasil dari masa lalu yang
11
bisa kalian nikmati. Namun, janganlah kalian cuma menikmati nasi-nasi basi yang telah membusuk. Janganlah berhenti untuk melakukan hal-hal bajik kepada orang lain, janganlah berhenti untuk belajar, dan janganlah menjadi sombong dan tinggi hati dengan apa yang telah kalian miliki. Dengan begitu, kalian akan menikmati nasi-nasi yang baru matang, yang sangat lezat untuk kalian nikmati. Kesuksesan hari ini bukan berarti besok kita akan tetap meraih sukses lagi. Tanpa kesiapan dan perjuangan lebih keras, maka kesuksesan sulit kita pertahankan!
Demikianlah isi surat peninggalan ayah mereka sebelum meninggal. Suatu hari, kedua kakak-adik ini bertengkar dan memutuskan untuk berpisah dan membagi dua harta warisan sang ayah beserta bisnis dan perusahaan yang dimiliki ayah mereka. Waktu berlalu.... Kakak-adik tersebut mengalami proses jatuhbangunnya kehidupan. Dengan kesuksesan dan kekayaan yang dimiliki, sang kakak melupakan pesan sang ayah. Ia lupa daratan dan menjadi sombong. Ia bergaul dengan temanteman palsu yang menjerumuskan. Sang kakak juga tidak merawat barang-barang yang dimiliki, dan terlalu boros untuk membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan.
12
Nasi Basi yang Nikmat
Sampai suatu hari, perusahaan yang ia miliki terbakar habis. Selain itu, ia ditipu oleh teman-teman semunya, yang kemudian mengambil alih bisnis-bisnisnya. Di lain pihak, sang adik selalu mengingat pesan sang ayah. Surat itu ia bingkai dan taruh di meja kantornya. Ketika ia menjalani kehidupan normalnya, ia sering merenungi pesan ayahnya, menulisnya di secarik kertas untuk ditaruh di meja makan, sehingga saat ia sedang makan, dengan mudah ia akan mengingat: NASI BASI. Sang adik memimpin perusahaan dengan sangat baik, ia bersikap baik kepada bawahan, dan bersikap hormat kepada mereka yang lebih tua. Setiap hari libur, ia selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi panti-panti sosial untuk memberikan sumbangan kepada mereka yang membutuhkan. Ketika ada orang yang memerlukan bantuan, tak segan sang adik mengulurkan tangan untuk membantu, siapa pun itu orangnya. Selain itu, sang adik juga terus belajar meningkatkan diri dan merawat dengan baik barang-barang yang dimilikinya. “Nasi basi” telah memberinya pelajaran tak ternilai dan menjadikannya pribadi yang lebih baik setiap harinya. Cerita di atas menggambarkan kenyataan sesungguhnya dalam hidup ini. Kekayaan yang kita miliki, kecantikan atau ketampanan, kekuatan fisik, ataupun kecerdasan intelektual yang kita miliki saat ini hanyalah hasil “tabungan” masa lalu
13
perbuatan baik kita yang berbuah pada masa sekarang. Apabila kita hanya mengambil terus menerus “tabungan” kita tanpa pernah menambahnya lagi, tentu saja, suatu saat tabungan kita akan habis, yang diibaratkan dengan “nasi basi” yang telah busuk, dan tidak dapat dimakan lagi. Oleh karena itu, marilah kita terus menambah “tabungan” kebaikan kita setiap hari agar kita dapat terus menikmati nasi-nasi baru setiap hari dan seterusnya.
“Uang itu seperti pupuk kandang. Jika disebar ke sekeliling, manfaatnya banyak, tapi jika ditumpuk di satu tempat, baunya busuk sekali.” ~ Junior Murchison
14
Nasi Basi yang Nikmat
Tambah terus tabungan kebajikan Anda!
2 Ilmu Memberi Arti
D
ikatakan oleh Tung Desem Waringin (Pelatih Sukses No.1 Indonesia) pada salah satu seminarnya yang saya hadiri, bahwa kualitas kehidupan kita adalah tergantung dari bagaimana cara kita memberi arti pada kejadian-kejadian yang kita alami. Ada sebuah kisah nyata dari dua orang perempuan yang samasama diperkosa oleh empat orang pria. Perempuan pertama memberi arti bahwa ia dinodai, tidak ada lelaki lagi yang mau sama dia, hidup ini sungguh kejam, tidak adil, ia menjadi sampah, hancur sudah hidupnya. Akan tetapi, perempuan yang satunya memberi arti bahwa ini adalah panggilan untuk membuat ia menjadi lebih baik, membuat dia harus belajar bela diri dan mengajarkan kepada perempuan lain agar tidak mengalami kejadian serupa dengan yang dialaminya. Ketika perempuan pertama memberi arti bahwa dirinya dinodai, dia menjadi sampah, tidak ada gunanya sama sekali. Kira-kira apa yang akan dia lakukan? Dia akan bunuh diri.
17
Nasi Basi
Sedangkan, bagi perempuan kedua, apa yang akan ia lakukan? Dia akan belajar bela diri dan mendirikan satu perguruan bela diri, Woman Self Defence, di mana dia berhasil mendidik banyak perempuan, membuat hidupnya jauh lebih berarti, bahkan sebelum dia diperkosa. Arti dari satu kejadian yang kita alami, akan berdampak terhadap apa yang akan kita lakukan. Apabila kita sering membaca atau mendengar kisah-kisah sukses dari para orang sukses, kita akan menemukan bahwa semua orang sukses pasti pernah mengalami kegagalan dalam perjalanan hidupnya. Mereka pernah diremehkan dan dihina oleh orang-orang di sekitar mereka. Namun para orang sukses ini memberi arti bahwa mereka merasa tertantang untuk membuktikan kepada orang-orang yang menghina mereka, bahwa mereka harus menjadi lebih baik setiap harinya. Saya teringat ucapan dari Prof. Drs. Yongky Safanayong, yang merupakan Ketua Jurusan Desain Komunikasi Visual, Universitas Pelita Harapan. Ketika itu ia mengatakan hal seperti ini, ”Orang sukses adalah orang yang pernah sakit hati. Orang hebat adalah orang yang ’gila’ dalam belajar dan bertindak.” Dengan memberi arti positif terhadap hal-hal tidak menyenangkan yang kita alami, kita akan belajar hal-hal baru yang membuat kita menjadi lebih baik. Dengan makin banyak belajar, akan makin bijaklah kita menjalani hidup ini.
18
Ilmu Memberi Arti
“Kita belajar kebijaksanaan lebih banyak dari kesalahan, bukan dari keberhasilan. Kita sering menemukan hal benar dengan menyelidiki hal salah, dan bisa jadi mereka yang tidak pernah melakukan kesalahan, tidak pernah menemukan sesuatu.” ~ Samuel Smiles
19
Nasi Basi
Kualitas kehidupan kita tergantung bagaimana kita memberi arti dari kejadian yang kita alami.
3 Rahasia Terbesar Motivasi
”Motivasi itu seperti mandi, apabila kita mandi pada pagi hari, sore hari kita harus mandi lagi”, demikianlah yang dikatakan seorang pembicara motivasi internasional. Berbicara mengenai motivasi seperti tidak ada habisnya. Apabila kita teliti lebih dalam lagi arti kata motivasi, yang berarti ”motive to action”, berarti setiap saat kita harus terdorong untuk bertindak. Dari berbagai sumber yang saya pelajari, entah itu dari buku motivasi, seminar motivasi, VCD, ataupun CD motivasi, saya mendapat beberapa kesimpulan bahwa rahasia terbesar motivasi adalah ”S3”. Apabila Anda mengetahui rahasia terbesar motivasi ini, Anda dapat dengan mudah mendapat motivasi kapan pun dan di mana pun. Rahasia motivasi yang pertama atau S pertama adalah ”Sekitar”. Ya, lingkungan sekitar kita dapat menjadi motivator untuk kita. Saya senang memberikan contoh melalui 2S lainnya, yaitu Sate (baca: tukang sate) dan Sayur (baca: tukang sayur). Tukang sate bekerja pada malam hari bahkan sampai larut malam, sering kali tukang sate mendorong gerobak ke daerah yang jauh dari tempat tinggalnya. Saya pernah bertemu
21
Nasi Basi
dengan tukang sate yang sedang mendorong gerobaknya di daerah Tangerang kira-kira pukul 12 malam waktu itu. Hmm, apabila kita melihat lebih dalam lagi, tukang sate ini sungguh tangguh sekali. Tidak jarang ketika sedang berjualan sate, mereka ditemani oleh hujan gerimis, bahkan hujan lebat. Namun mereka tetap tegar, tetap bertahan jualan sate. ”Asal dapur ngebul dan anak bisa sekolah,” ujar mereka. Begitu pula tukang sayur. Apabila tukang sate bekerja pada malam hari, tukang sayur bekerja pada saat subuh. Kira-kira pukul 3 dini hari mereka sudah harus berada di pasar untuk mendapatkan sayur yang bagus untuk dijual. Saat saya sedang tidur nyenyak ditemani bantal-guling di pelukan saya, tukang sayur harus rela ditemani nyamuk-nyamuk genit selama berada di pasar. Hmm, sama seperti tukang sate, tukang sayur juga sungguh tangguh. Luar biasa dahsyat! Setelah kita mengetahui S pertama, S kedua adalah “Syukur”. Ya, begitu kita melihat dan merasakan orang-orang di ”Sekitar” kita yang mungkin kehidupannya lebih sulit daripada kita, kita akan merasa sangat ber-“Syukur”. Rasa syukur adalah kondisi di mana kita merasa puas dan benar-benar bahagia. Dengan bersyukur, kita akan menjadi lebih tenang dan dapat bersikap lebih positif. Dengan bersyukur maka kita akan menemukan S ketiga, yang merupakan sumber dari segala motivasi, dan juga merupakan motivator terbesar untuk Anda, untuk saya, dan untuk semua
22
Rahasia Terbesar Motivasi
orang. S ketiga adalah orang yang paling dekat dengan Anda dan paling memahami Anda. Siapa dia? Dia adalah ”Saya”. Ya, Anda sendirilah yang menjadi motivator terbesar untuk Anda. Bukan orang lain. Tidak ada orang lain yang lebih mengenal Anda selain Anda sendiri. Anda sendirilah yang dapat menggerakkan kaki Anda untuk berjalan ke arah yang lebih baik. Otot-otot tangan Andalah yang membuat Anda memiliki kebiasaan-kebiasaan baru yang positif. Dengan mengetahui rahasia terbesar motivasi ini, semoga kita semua menjadi lebih termotivasi.
“Apa yang ada di dalam diri Andalah yang akan membuat Anda naik.” ~Zig Ziglar
23
Nasi Basi
Motivator terhebat yang Anda kenal adalah diri Anda Sendiri.
24
4 Besok Sidang
T
anpa terasa, setelah kuliah sekian tahun, tiba juga saatnya besok. Besok adalah hari sidang skripsi saya.
Selama seminggu terakhir sebelum sidang, berat sekali rasanya menantikan dan mempersiapkan sidang ini. Mendadak saya jadi tegang dan gelisah, walaupun saya telah belajar cara mengatasi ketegangan, tetap saja, tegang ya tegang. Sampai suatu pembicaraan dengan paman saya mengubah seluruh pandangan saya tentang sidang yang akan saya hadapi besok maupun pandangan berkenaan diri dan banyak aspek dalam kehidupan. Beberapa waktu yang lalu, saya pergi bersama paman saya. Ketika itu kami berbincang di mobil yang saya kemudikan. Saya mengatakan bahwa hari Jumat ini saya akan sidang. Kemudian dia bertanya kepada saya, ”Sidang ke pengadilan?!” ”Yeeh.... cape deh Om. Jauh banget mikirnya, masa sidang ke pengadilan?” pikir saya ketika itu. Hehehe.... Kemudian saya jawab, ”Nggak lah Om, sidang kuliah, sidang skripsi.”
25
”Oohh..., sidang skripsi..., kirain sidang pengadilan,” katanya. Hmm..., suasana hening sejenak, kemudian dia bilang seperti ini, ”Hari Kamis ini saya sidang nih di pengadilan.” Kemudian saya berpikir, ”Ah, mungkin sidang pengadilan karena ditilang.” Terus, saya tanya lagi, ”Sidang gara-gara ditilang Om?” ”Bukan, bukan sidang tilang, tapi sidang perceraian!” jawabnya, ”Istri menggugat cerai.” HAAAHH??!#@@$#%! Seketika itu pula saya tidak dapat berkata apa-apa, diam seribu bahasa. Kemudian dia mulai bercerita tentang masalah-masalah yang dihadapinya. Dia ingin sekali anak-anaknya tinggal bersamanya setelah proses perceraian selesai. Yang sangat mengejutkan saya, anaknya yang paling kecil baru berumur 1 tahun! Woow.... Dia punya dua anak, anak pertama berumur 10 tahun, kelas 4 SD. Kejadian itu membuka pikiran saya, dan saya menemukan sebuah kalimat, ”Di bawah tanah, masih ada tanah.” Karena kejadian itu saya jadi berpikir, bahwa apa yang saya
26
Besok Sidang
permasalahkan, dan apa yang saya cemaskan tidak ada apaapanya dibandingkan apa yang akan dia hadapi. Kalau sidang kuliah berupa simulasi yang mirip dengan kenyataan di lapangan pekerjaan, sidang yang akan dia hadapi bukan simulasi lagi melainkan yang sebenar-benarnya. Hakimnya hakim beneran, bukan bapak atau ibu dosen penguji. Demikian pula dengan pengacaranya juga pengacara beneran, bukan bapak atau ibu dosen pembimbing. Jika sidang saya belum memuaskan, dan ternyata harus ditunda satu semester, berarti saya memerlukan waktu beberapa bulan lagi untuk menyelesaikan kuliah saya. Tapi hal ini tidak sebanding dengan anak berumur satu tahun yang akan menantinya! Setelah mendengarkan cerita paman saya ini. Kecemasan saya tentang sidang besok pun memudar. Saya menjadi lebih siap mental menghadapi sidang besok. Tidak hanya itu, saya menjadi lebih bersyukur dengan apa yang saya miliki saat ini. Keesokan harinya, saya mengikuti seminar, yang pembicaranya adalah orang-orang luar biasa. Ada dua penyanyi yang (maaf ) tuna netra, namun mereka menyanyikan lagu-lagu motivasi dengan sangat indah. Keindahan suara mereka seakan menghapus kekurangan yang mereka miliki. Merinding sekali ketika mendengarkan suara mereka menyanyi.
27
Nasi Basi
Setelah mereka menyanyi, berikutnya adalah seorang inspirator dan motivator international yang bernama Tony Christiansen, juara taekwondo, juara renang, pendaki Gunung Kilimanjaro di Afrika, usahawan perusahan multinasional, yang tidak punya kaki!!! Wooow.... Apabila Anda bertanya kepada saya, bagaimana caranya dia bisa mendaki gunung tertinggi di Afrika? Jawabannya, tanya sendirilah sama Tony, hehehe.... Ada rekaman yang ia perlihatkan, luar biasa sekali. Orang yang tidak punya kaki mendaki gunung menggunakan kedua tangannya yang besar dan kekar. Sesekali dia kehabisan napas karena dinginnya suhu Gunung Kilimanjaro. Tapi dinginnya suhu gunung tidak mengendurkan semangatnya, sampai akhirnya dia benar-benar sampai di puncak tertinggi di Afrika itu. Banyak sekali tokoh maupun cerita inspiratif dan motivasional yang bisa membangkitkan emosi kita, sehingga kita menjadi tersadarkan bahwa betapa bersyukurnya kita memiliki kondisi seperti saat sekarang ini. Betapa bahagianya kita bisa mensyukuri keadaan kita sendiri.
28
Besok Sidang
Selalu ada hal-hal yang bisa disyukuri apabila kita melihat orang lain yang lebih sulit dibanding kita.
5 Kebahagiaan Tertinggi
S
ering kali terjadi kesalahpahaman mengenai sebuah ajaran Kebenaran. Ajaran apa pun itu, dari berbagai macam kepercayaan. Dalam Buddhisme, kita mengenal konsep Nirwana atau kebahagiaan tertinggi, yang mana seseorang sudah tidak terlahir ulang dan tidak terceritakan. Sedangkan dalam keyakinan lain, dikenal Surga sebagai kebahagiaan tertinggi yang akan dienyam setelah kematian, bersama Yang Mahakuasa. Apa pun keyakinan Anda, saya tidak persoalkan. Ya, karena yang saya tahu bahwa jika ada kebahagiaan tertinggi setelah kehidupan kita sekarang ini, berarti sudah patut dan sepantasnya dalam kehidupan kita sehari-hari, kita isi dengan Kebahagiaan Tinggi. Betul? Sederhana sekali. Ada kebahagiaan yang “tertinggi”, berarti ada juga kebahagiaan yang “tinggi”. Jadi, mengapa kita tidak sering-sering membuat diri kita sendiri merasakan kebahagiaan yang tinggi?
31
Nasi Basi
Di sini senang, di sana senang, di mana-mana hatiku senang.
6 Mobil
D
alam kehidupan sehari-hari, kita ingin untuk tetap seimbang dalam segala situasi, baik seimbang dalam keuangan, spiritual, kesehatan, maupun dalam lingkungan sosial. Ketika saya berbincang dengan MoM Handaka (Bapak Pendiri Ehipassiko Foundation), saya mendapatkan sebuah pemahaman baru tentang bagaimana saya seharusnya bersikap dan bertindak agar hidup saya menjadi seimbang. MoM Handaka memberikan perumpamaan bahwa hidup ini seperti sebuah mobil. Berikut ilustrasi ceritanya. Bayangkan sekarang ini Anda sedang mengendarai sebuah mobil. Anda mengemudikan mobil di jalan tol dengan kecepatan kurang lebih 100 km/jam. Ketika itu jalan tol sangat lancar. Tidak banyak mobil yang melintas di sana. Mobil-mobil lainnya juga melaju dengan kecepatan 100 km/jam. Setelah menempuh perjalanan sejauh 50 km, akhirnya Anda keluar tol menuju tempat yang Anda tuju. Anda membelokkan mobil dan masuk ke sebuah gang kecil di daerah itu. Ketika masuk ke dalam gang kecil itu, Anda sangat berhati-hati. Ya, karena pertama kalinya Anda datang ke daerah itu. Tempatnya cukup gelap sehingga Anda perlu menyalakan lampu depan
33
mobil Anda. Sesekali Anda melihat ke kaca spion mobil Anda untuk memastikan di belakang mobil Anda situasi aman terkendali, dan ketika Anda ragu-ragu harus melalui jalur yang mana, Anda menginjak rem untuk berpikir sejenak. Pada akhirnya, Anda berhasil keluar dari gang misterius itu dan keluar tepat di depan pintu masuk sebuah taman kota. Taman kota ini sangat indah dengan udara yang sejuk. Kemudian Anda menghentikan mobil di bawah pohon. Kemudian Anda bersandar di bangku mobil untuk menikmati indahnya pemandangan taman kota ini. Pada perumpamaan ini, mobil yang Anda kendarai melambangkan diri kita sendiri yang kita kendalikan. Jalan tol adalah perumpamaan di mana kita harus bertindak cepat dan lugas. Sedangkan gang kecil adalah perumpamaan untuk situasi di mana kita harus berhati-hati dan berpikir dengan baik sebelum bertindak. Ketika kita berada di jalan tol, sudah seharusnya mobil yang kita kendarai melaju dengan cepat. Apabila kita kemudikan mobil kita dengan kecepatan lambat, maka akan menyulitkan orang lain (kemungkinan kita akan ”dihadiahi” bunyi klakson nyaring dari mobil di belakang kita). Demikian pula dalam kehidupan kita sehari-hari, apabila kita berada pada situasi di mana kita harus bertindak cepat, ya bertindaklah dengan cepat! Sebaliknya, ketika kita berada di gang kecil, sudah seharusnya
34
Mobil
kita lebih berhati-hati. Mengurangi kecepatan laju mobil kita. Apabila kita melaju dengan cepat, maka ada risiko kita akan menabrak tembok atau pagar rumah orang lain. Demikian pula dalam kehidupan kita sehari-hari, apabila kita berada pada situasi di mana kita harus bertindak perlahan, ya bertindaklah perlahan! Selanjutnya, sampailah kita di sebuah taman kota yang sangat indah. Perumpamaan taman kota ini melambangkan situasi di mana kita sudah mencapai apa yang kita cita-citakan. Pada situasi itu, kita ingin menikmati hasil jerih payah yang telah kita lakukan untuk meraih cita-cita kita. Aha... menarik sekali... sangat menginspirasi. Setelah mendengar ini, saya merasa ”tertampar” sekali. Ya, karena sering kali saya tidak melakukan tindakan yang sesuai dengan situasi yang sedang terjadi. Sering kali saya berjalan terlalu lambat padahal situasinya cenderung menuntut saya untuk berjalan cepat. Demikian pula sebaliknya, saya sering berjalan terlalu cepat di luar batas kewajaran, padahal setiap orang seyogianya berjalan dengan kecepatan normal. Saya menjadi ekstrem dengan berjalan terlalu cepat. Hal yang paling membuat saya ”tertampar” dari cerita ini adalah sering kali saya memaksakan orang lain melakukan apa yang saya lakukan. Ketika saya berjalan cepat, saya mengharuskan orang lain juga berjalan cepat. Ketika saya berjalan lambat, saya pun mewajibkan orang lain mengikuti saya untuk
35
berjalan lambat. Oh, no! Beruntung sekali saya mengetahui hal ini sebelum terlambat, kalau tidak, jangan-jangan saya malah tabrakan akibat terlalu kencang mengemudi mobil di gang kecil. Perumpamaannya belum selesai sampai disitu, rem melambangkan spiritualitas kita. Rem berfungsi untuk mengurangi kecepatan kita apabila mobil kita melaju terlalu cepat, dan pada akhirnya rem-lah yang menghentikan mobil kita di taman kota, ketika kita ingin menikmati hidup kita. Sama seperti rem mobil yang harus ditambah minyak remnya, demikian pula dengan spiritualitas kita harus terus ”ditambah minyak” (jia you) setiap saatnya. Sedangkan kaca spion melambangkan pengalamanpengalaman kita pada masa lalu. Ketika kita mengendarai mobil, kita perlu melihat ke belakang melalui kaca spion untuk memberitahu kita situasi yang terjadi sekarang ini, sehingga kita dapat mengetahui tindakan apa yang harus kita lakukan berikutnya agar kesalahan-kesalahan yang telah kita perbuat pada masa silam tidak kita ulangi. “Seberapa jauh perjalanan kita dalam hidup ini, bergantung kepada sikap kita. Bersikap lembut kepada yang lebih muda, bersikap kasih kepada yang lebih tua, bersimpati kepada yang berjuang lebih keras, dan bertenggang rasa kepada yang lebih lemah, akan mengantar kita menuju keberhasilan.” ~ Aristotle Onassis
36
Mobil
Kendalikan kemudi Anda, lihat spion, injak gas ketika jalan, dan injaklah rem ketika harus berhenti.
7 Rumah Baru, Rumah Lama
H
al-hal tak menyenangkan dalam hidup ini pasti pernah dialami oleh kita semua. Kejadian-kejadian traumatik dan menyakitkan yang pernah kita alami, dan terus membebani kita sampai sekarang. Perbedaan orang bahagia dan orang tertekan adalah bagaimana cara mereka bereaksi terhadap kemalangan dan masalah. Berikut ini ada sebuah ilustrasi tentang penderitaan, proses pelepasan, dan pelepasan itu sendiri. Bayangkanlah Anda akan pindah rumah. Rumah lama Anda sangat kotor, banyak sampah berserakan di mana-mana, dan banyak debu di sekat-sekat kaca, rumah lama Anda ini sudah tidak terawat. Walaupun kotor dan tidak terawat, namun sangat sulit bagi Anda meninggalkan rumah Anda ini. Terlebih lagi, Anda pernah tinggal dan hidup di sana, banyak sekali kenangan selama Anda tinggal di rumah lama ini. Anda sudah membeli rumah baru di luar kota yang jaraknya sangat jauh dari rumah lama Anda. Perjalanan dari rumah lama ke rumah baru sangat panjang dan melelahkan, namun Anda telah memutuskan untuk tetap pindah ke rumah baru Anda.
39
Barang-barang berharga dari rumah lama sudah Anda siapkan, dan Anda siap berangkat. Perlahan Anda berjalan ke luar rumah, menutup pintu dan menguncinya rapat-rapat. Kemudian Anda berjalan perlahan sambil membawa barangbarang berharga Anda menuju rumah baru. Sesekali Anda merasa sangat lelah dan ingin kembali ke rumah lama. Cukup berat memang meninggalkan rumah lama Anda ini. Namun Anda tetap semangat untuk melanjutkan perjalanan. Sampai akhirnya, setelah perjalanan panjang, Anda sampai juga di rumah yang baru. Rumah baru Anda terawat dengan baik, bersih, indah dan semua orang ingin mengunjungi rumah Anda. Anda merasa sangat bahagia berada di dalam rumah baru Anda, apalagi setelah berjalan jauh dan melelahkan untuk sampai di sana. Anda sangat menikmati apa yang telah Anda lakukan. Pada perumpamaan ini, rumah lama melambangkan pengalaman-pengalaman masa lalu yang tak menyenangkan untuk kita dan rumah baru melambangkan tujuan atau harapan kita. Sulit bagi kita untuk keluar dari pengalaman-pengalaman tak menyenangkan, karena sangat berkesan dalam pikiran kita
40
Rumah Baru, Rumah Lama
dan sangat sulit bagi kita untuk melepaskannya. Sampai pada akhirnya, kita pun memutuskan untuk melepasnya juga, dan berjalan perlahan untuk meraih cita-cita kita sekarang ini. Terkadang masih muncul bayangan-bayangan tak menyenangkan itu, namun kita tetap melanjutkan perjalanan dan tidak mau mempedulikan pengalaman buruk itu. Sampai suatu hari, kita dapat benar-benar melepaskan dan meraih apa yang kita cita-citakan. Sebuah sukses ganda yang akan kita peroleh setelah kita melalui perjalanan dan perjuangan yang melelahkan. Setelah mendapatkan apa yang dicita-citakan. Nikmatilah! Berbahagialah atas apa yang telah kita raih. Setelah beberapa saat kemudian, baru kita merencanakan kembali apa tujuan Anda selanjutnya (pindah ke rumah baru lagi). Sebagian orang lebih suka merusak rumah lama mereka, bahkan kalau perlu membakarnya sekalian agar tidak ada yang tersisa. Namun pada kenyataannya hal ini malah akan menghasilkan timbunan sampah baru, dan akan menimbulkan bau yang tak sedap bagi lingkungan kita. Tanpa harus merusaknya, kita bisa melepaskannya, hal positif apa yang bisa kita ambil dari sana (barang-barang berharga).
41
Dan saat kita telah sampai di rumah baru, sesekali kita bisa berkunjung kembali ke rumah lama kita, melihat-lihat, tanpa harus masuk lagi ke dalamnya. Kita melihat kembali pengalaman tak menyenangkan sebagai bahan pelajaran untuk kita, agar menjadi orang yang lebih baik lagi dari waktu ke waktu.
”Life is riding a bycicle, to keep your balance you must keep moving.” ~ Ancient Saying
42
Rumah Baru, Rumah Lama
Anda tidak akan pernah menemukan pulau baru jika tidak berani meninggalkan pantai!
8 Gelas Bocor
S
egala sesuatu bisa menjadi guru untuk kita, apabila kita dengan rendah hati mencoba menjadi murid yang baik bagi siapapun. Ya seperti itulah adanya, kita memang bisa belajar dari siapa pun, kapan pun dan di mana pun. Guru-guru tidak harus orang yang lebih tua, lebih bijak, ataupun orangorang yang lebih sukses dibanding kita. Akan tetapi semua orang, semua makhluk, bahkan benda mati pun dapat menjadi guru bagi kita. Sebuah cerita klasik berikut ini menggambarkan bagaimana seharusnya kita bersikap saat belajar, dan bisa jadi Anda sudah sering mendengarnya, namun tak bosan-bosannya saya membaca dan mengingat-ingat kembali cerita berikut ini. Pada zaman dahulu, hiduplah seorang pangeran dari sebuah kerajaan besar di Tiongkok. Sang pangeran muda dikenal sebagai sosok yang sombong, arogan, egois, dan segala macam kebiasaan buruk lainnya. Ayah dan ibu pangeran sudah sering menasihati pangeran untuk mengubah perilaku buruknya, namun tetap saja pangeran tidak menggubrisnya, dan tetap memelihara kebiasaan lamanya.
45
Suatu ketika, atas saran dari penasihat raja, raja meminta pangeran pergi mengunjungi seorang guru bijak yang tinggal di pelosok negeri itu. Raja sangat berharap, sang guru dapat ”menyembuhkan” penyakit pangeran yang sudah sampai tahap kronis. Guru bijak ini sangat terkenal di seluruh penjuru negeri. Bahkan para nyamuk pun terpukau dengan nasihat-nasihat yang diberikan guru bijak ini kepada pasien yang berkunjung. Motivasi yang diberikan sang guru bukanlah sembarang motivasi, tapi motivasi yang bisa ”membakar” seorang yang putus asa menjadi sangat percaya diri. Wuih...! Pangeran akan diberikan hadiah menarik apabila bersedia mengunjungi sang guru untuk belajar kepadanya. Setelah dibujuk dan diimingi berbagai hadiah menarik, akhirnya pangeran setuju untuk berkunjung ke rumah sang guru. Setelah menempuh perjalanan selama tiga hari, sampailah pangeran di pondok sang guru. Tanpa permisi, pangeran langsung masuk ke dalam pondok. Di dalam tampak sang guru sedang duduk bersila menikmati secangkir teh hangat. Dengan ramah sang guru mempersilakan pangeran muda untuk duduk dan menikmati teh. Setelah duduk, dengan angkuhnya pangeran bertanya kepada sang guru,”Hei, Pak Tua, apa yang bisa kau ajarkan kepadaku? Aku adalah pangeran yang pintar dan cerdas, aku rasa kau tidak bisa menandingi kepandaianku!”
46
Gelas Bocor
Sang guru tetap tenang dan menikmati teh hangatnya. Kemudian sang guru berkata kepada pangeran,”Baiklah aku akan mengajarkan satu hal tentang kerendahan hati kepadamu.” Sang guru menuangkan teh panas ke dalam cangkir kosong yang berada di depan pangeran. Setengah, lalu satu cangkir telah penuh terisi, namun sang guru terus menuangkan teh ke dalam cangkir yang sudah penuh itu. Tuang terus, terus, terus... hingga teh itu luber membasahi meja dan tangan pangeran. ”Hei, stop! Jangan tuang lagi tehnya, cangkirnya sudah penuh!” seru pangeran. Selanjutnya kata-kata dari sang guru seakan menghantam pangeran muda ini. Sang guru mengatakan, ”Cangkir penuh ini melambangkan Anda, Pangeran. Ketika Anda merasa cangkir Anda sudah penuh terisi, maka kata-kata apa pun yang saya ajarkan tidak akan berguna, karena Anda tidak membuka diri Anda untuk belajar.” Wajah pangeran muda mendadak jadi merah karena malu. Seakan tamparan keras baru menghampiri pipi kiri dan pipi kanannya. Selanjutnya sang guru berkata lagi, ”Jika memang Anda ingin belajar, marilah Anda mengosongkan cangkir yang ada di pikiran Anda, supaya kita dapat sama-sama belajar.” Pangeran menganggukkan kepala tanda setuju. Aha! Cerita ini seakan menjadi cerita sepanjang masa yang tak lapuk oleh waktu. Tepat sekali! Saat kita merasa ”cangkir” yang
47
ada di pikiran kita sudah penuh terisi, kita tidak akan membuka diri kita untuk belajar hal-hal yang baru. Saya mempunyai versi lain dari cerita ini. Dengan sedikit penambahan, saya mengganti judulnya menjadi ”Gelas Bocor”. Ya, gelas atau cangkirnya bocor. Dengan takaran air masuk dan air keluar yang sama, masuk 100 ml air, keluar dari lubang bocor juga 100 ml air. Air yang masuk berarti pengetahuan dan pelajaran baru dalam hidup kita, sedangkan air yang keluar adalah pengalaman ataupun kenangan negatif kita pada masa lalu yang harus kita keluarkan dari ”cangkir” pikiran kita agar teh dalam cangkir pikiran kita ini menjadi teh yang selalu menyehatkan.
”When You Stop Learning, You Stop Growing and Begin Dying” ~ Ancient Proverb
48
Gelas Bocor
Marilah kita mengosongkan “cangkir” yang ada di pikiran kita, supaya kita dapat sama-sama belajar.
9 Jalan Di Atas Air
S
emenjak kita dilahirkan hingga sekarang ini, kita tidak pernah lepas dari belajar. Belajar apa pun itu, entah membaca, menulis, menghitung, baik itu dari guru maupun dari buku. Belajar menjadikan kita lebih baik dari hari ke hari. Cerita berikut ini adalah gambaran bagaimana seharusnya kita berpikir dan bersikap terhadap para pakar di bidangnya. Beberapa tahun yang lalu di Indonesia ada dua orang pensiunan. Karena telah memiliki aset yang melimpah dan memiliki passive income yang cukup, kedua pensiunan ini membeli pulau untuk mereka hidup. Setiap hari kedua pensiunan ini hanya memancing. Bangun tidur, mancing. Habis sarapan, mancing. Habis mandi, mancing. Habis makan siang, mancing. Habis makan malam, mancing. Hehehe.... Kira-kira seperti itulah kehidupan kedua pensiunan ini. Saking seringnya mancing, kedua pensiunan ini sangat mengenal area tempat mereka mancing dan mengetahui halhal detil tempat mereka memancing.
51
Tak lama kemudian, teman kedua pensiunan ini datang dari kota. Setelah mengobrol selama beberapa jam, teman dari kota ini mengajak kedua pensiunan ini untuk pergi memancing. Kedua pensiunan ini bilang, kalau mau memancing, ya besok pagi saja. ”Malam ini kita pergi nonton Kungfu Panda dulu sama karaoke dulu lah yaw....” Teman dari kota ini pun mengangguk tanda setuju. Esok paginya, mereka bertiga pergi memancing. Mereka menggunakan perahu ke tengah laut dan memancing dari pukul 5 pagi. Karena asyik memancing, tanpa terasa waktu menunjukan pukul 12 siang. Pensiunan yang pertama berkata kepada pensiunan kedua, “Teman, saya sudah lapar nih!” Kemudian pensiunan kedua berkata, “Kalau lapar, ya minggir sendiri dong, masa minta ditemani!” Kemudian pensiunan pertama berkata, “Wokeh deh!” Setelah menarik celana panjangnya ke atas, kemudian mengambil ancang-ancang, lalu... ding... ding... ding... ding... ding...! Pensiunan itu berjalan di atas air, Saudara-saudara! Dari tengah laut sampai ke pinggir pantai, pensiunan pertama itu berjalan di atas air!!! Lantas teman dari kota ini kaget. Woaaahh!!! Ini temanku, sudah lama nggak ketemu, sekarang bisa kung fu begini, sakti begini, bisa magic begini. Bisa berjalan di atas air! Akhirnya
mereka
pun
melanjutkan
kembali
acara
52
Jalan Di Atas Air
memancingnya. Tak lama kemudian, pensiunan pertama dari pinggir pantai kembali jalan lagi Ding... ding… ding... ding... ding... dan kembali lagi ke perahu untuk melanjutkan memancingnya. Setengah jam kemudian, pensiunan kedua bilang kepada pensiunan pertama, “Teman, sekarang gantian nih aku yang lapar!” Lantas pensiunan pertama bilang, “Lha tadi aku lapar minggir sendiri, kamu juga minggir sendiri dong, masa minta ditemani?!” Kemudian pensiunan yang kedua bilang juga,” Wokeh!” Setelah menarik celana panjangnya ke atas, kemudian mengambil ancang-ancang, kemudian... Ding.. Ding.. Ding.. Ding.. Ding.. Pensiunan kedua juga berjalan di atas air, Saudarasaudara! Dari tengah laut sampai ke pinggir pantai, pensiunan kedua berjalan di atas air! Lantas teman dari kota ini makin bertambah kaget. Rahang teman dari kota ini seakan mau copot dari wajahnya saking kagetnya. Wooaaah!!! Ini kedua temanku, lama udah nggak ketemu, sekarang dua-duanya bisa sakti begini, dahsyat luar biasa ini! Bisa berjalan di atas air! Bagaimanapun, memancingnya.
mereka
melanjutkan
kembali
acara
53
Tak lama kemudian, pensiunan kedua juga kembali dari pinggir pantai dan berjalan lagi... ding... ding... ding... ding... ding... dan kembali lagi ke perahu untuk melanjutkan memancingnya. Satu jam kemudian, teman dari kota ini bilang kepada kedua teman pensiunan ini, “Teman, sekarang gantian nih aku yang lapar!” Kemudian kedua pensiunan ini baru mau bilang, “Hmmm... nggg...,” mendadak teman dari kota ini sok tau dan langsung berkata, “Iya, iya, aku tahu, aku harus minggir sendiri kan?!!” Kemudian kedua pensiunan bilang, “Lha, kalau sudah tahu, ya sudah, minggir sendiri sana!” Kemudian teman dari kota ini bersiap-siap, menarik celana panjangnya ke atas, kemudian mengangkat kaki kirinya ke bibir perahu, dan... BYUUUURRRR…!!! Wuah... wuaaa... wuaaaah... aaaarggghhh.... Haaapp! Haaapp! Haaappp! Teman dari kota ini tercebur dan minum air banyak sekali! Kedua pensiunan ini segera menolong teman dari kota ini, diangkat ke atas perahu. Teman dari kota ini langsung seketika pucat pasi. Lantas kedua pensiunan ini saling bertatap muka dan saling menyalahkan. ”Ini salah kamu!” ”Tidak, ini salahmu!” ”Kamu!” ”Kamu dong!” Kemudian mereka berdua menarik napas panjang dan bilang, “Iya sudah, ini salah kita berdua!” Kemudian kedua pensiunan ini berkata kepada teman mereka
54
Jalan Di Atas Air
dari kota ini, “Maafkan kami karena tidak memberi tahu dulu di mana letak batu-batunya!” Ya terang saja bisa berjalan di atas air, karena tahu letak batubatunya loncatannya. Aha! Menarik sekali ceritanya.... Sering kali kita menganggap orang lain luar biasa sekali, bisa ini bisa itu. Sehingga terkesan jadi ajaib atau sakti. Padahal mereka bisa begitu, karena mereka tahu caranya, sudah belajar, sudah praktik, dan sudah jadi kebiasaan. Mereka sudah tahu di mana letak batu-batunya, sehingga mereka ”bisa” berjalan di atas air. Jadi, marilah mulai sekarang kita mencari orang-orang terbaik yang sudah bisa berjalan di atas air, mari tanya kepada mereka, dan mari belajar caranya dari mereka. Pertanyaan pertama: dengan belajar dari mereka, apakah kita pasti bisa berjalan di atas air dari perahu sampai pinggir pantai? Jawabnya: belum tentu! Tapi setidaknya kita akan bisa berjalan beberapa meter lebih jauh ketimbang orang yang tidak atau belum belajar dari orang yang bisa berjalan di atas air, dan dengan belajar kepada orangorang terbaik kita akan lebih cepat dalam belajar dibanding kita belajar kepada orang-orang yang bukan terbaik.
55
“If someone can do something, then it is possible to me to do same thing.” “To earn more, you must learn more!” “If you want to go somewhere, it is best to find someone who has already been there.” ~ Robert T. Kiyosaki “Pelajari siapa pun yang hebat, dan kau akan menemukan bahwa dulu mereka belajar pada seorang guru besar, atau beberapa guru besar. Karena itu, jika kau ingin mencapai tingkat hebat, terkenal, dan kesuksesan luar biasa, kau harus belajar pada seorang guru besar.” ~ Robert Allen
56
Jalan Di Atas Air
Jalan di atas air? Caranya?
10 Aku Ini Orang yang Sabar Lho
B
eberapa waktu yang lalu, saya datang ke sebuah wihara di daerah Tangerang. Ketika itu ada seorang bhikkhu dari Thailand datang ke wihara tersebut dan para umat mendapat kesempatan berdana. Bhikkhu ini telah menjalani masa wassa yang cukup lama, lebih dari 20 tahun menurut sumber yang saya dengar. Mungkin inilah yang menyebabkan banyak orang berduyun-duyun untuk memberikan dana kepada bhikkhu senior tersebut. Tak ketinggalan, saya juga termasuk orang yang ingin memberi dana. Berbagai macam bentuk dana telah dipersiapkan oleh umat. Mulai dari makanan, kebutuhan pokok, sabun, dan jubah telah siap untuk didanakan. Menurut perhitungan saya, sepanjang acara kira-kira jumlah umat yang datang di sana berjumlah sekitar 888 orang. Kenapa 888? Sederhana saja, karena saya suka angka 8, apalagi 3 kali (tatiyampi). Hihihi.... Ketika itu, saya menempati barisan belakang antrian. Hmm...
59
lumayan panjang untuk sampai ke depan. Tiba-tiba, ada yang menarik ketika saya sedang berada di antrian. Di belakang saya ada seorang ibu berusia sekitar 38 tahun. Ibu ini bertiga bersama teman-temannya. Sedangkan di depan saya juga ada seorang pria dan perempuan, serta seorang nenek yang berusia kurang-lebih 83 tahun. Sepertinya pria dan perempuan ini adalah anak dari si nenek. Ketika itu, antrian dibatasi dengan tali rafia. Sangat padat dan ramai sekali antriannya. Kemudian, nenek dan perempuan ini melewati (nyalip/nyelak) antrian melalui tali rafia ini sembari anak perempuannya bilang, ”Gak apa-apa ya nyalip sedikit, udah tua nih neneknya, udah 80-an, masa masih ikut ngantri panjang....” Perempuan ini pun menuntun nenek ini dengan penuh perhatian. Hmm... Oke lha, pikir saya. No problemo lha, maklum, sudah tua juga. Kejadian menariknya, mendadak ibu-ibu di belakang saya menghardik, ”Duh, kok jalannya lama amat sih? Pada nyelak sih nih, gak kaya kita ya, kita mah sabaaar...!” Huaa...! Lucunya lagi, teman-temannya menanggapi sama, ”Iya, gak kaya kita ya. Kita ini sabaaar nunggu antrian. Kalo yang lain pada gak sabar....”
60
Aku Ini Orang yang Sabar Lho
Lucu sekali kejadian itu.... Saya jadi teringat cerita lima petapa yang sedang berlatih meditasi dan bertekad tidak bicara selama meditasi. Ketika malam hari, lampu minyak akan padam. Petapa pertama berkata, ”Hei lampunya sebentar lagi akan padam!” Kemudian petapa kedua menyela, ”Lho, kok kamu ngomong sih?” Petapa ketiga menegur, ”Payah kalian! Kita kan sedang latihan!” ”Oi! Cuma aku yang tidak bicara!” celetuk petapa keempat mendeklarasikan kemenangannya. Petapa kelima tetap bergeming bungkam. Ceritanya mirip kejadian kecil di wihara tadi. Bukanlah si ibu yang mengatakan bahwa dirinya sabar, sebenarnya sangat tidak sabar untuk mengatakan bahwa dirinya sabar? Menarik sekali. Sadar atau tidak sadar, dalam kehidupan kita sehari-hari, kita sering melakukan hal ini. Oleh karena itu, marilah kita refleksikan cerita ini, untuk melihat ke dalam diri kita. Seberapa sering kita melakukan hal-hal seperti ini? Ada syair yang berbunyi seperti ini, ”Harumnya bunga tidak dapat menyebar melawan arah angin, tapi harumnya jasa kebajikan dapat menyebar ke segenap penjuru melawan arah angin.” Ya! Jelas sekali dari kalimat di atas. Ketika kita melakukan
61
suatu perbuatan kebajikan, tanpa perlu kita menggembargemborkannya sebagai sesuatu yang pantas ”aku” dapatkan, kebaikan tetaplah kebaikan. Seberapa sering kita menjadi seperti petapa kelima yang tetap tenang-seimbang walaupun telah memenangkan pelatihan itu? Patut kita pertanyakan kembali ke diri kita masing-masing: ”Apa tujuan saya melakukan kebajikan ini?” Untuk mengurangi ego atau untuk menambah ego? Kalau untuk menambah ego dengan berharap tenar dengan berdana, tentu sebaiknya tidak usah berdana sekalian. Selesai. Keadaan kita sekarang ini tidak luput dari segala kesalahan kebencian, ketamakan, dan kebodohan. Tapi yang terpenting adalah bagaimana kita memperbaikinya terus, terus, dan terus setiap harinya.
62
Aku Ini Orang yang Sabar Lho
Lukisanku bagus kan?!
11 Semua Salah!
H
ari itu saya mengendarai mobil menuju rumah saya di daerah Jakarta Timur. Sepanjang perjalanan, saya hanya ditemani lagu-lagu dari CD yang saya putar di mobil. Saya juga menyanyi dengan penuh antusias dan sukacita. Selama kurang lebih satu jam, perjalanan menuju rumah saya terasa sangat menyenangkan. Akan tetapi, rasa senang itu tidak bertahan lama ketika ada sebuah mobil yang menyalip saya dari sebelah kiri. Saya menjadi marah. Seketika itu pula saya membunyikan klakson mobil saya sekeras-kerasnya melampiaskan kemarahan saya. Setelah itu, mobil yang menyalip saya itu segera berlalu dengan kecepatan tinggi, menghilang dari pandangan mata saya. Tidak cuma itu, tak berapa lama setelah kejadian tersebut, ada sebuah mobil yang berjalan lambat di depan saya. Lagi-lagi saya memberikan pengemudi di dalamnya sebuah “hadiah” bunyi klakson sekeras-kerasnya. Sambil berteriak sekencangkencangnya, “Woooii! Bawa mobil lama banget sih!! Apa ga bisa lebih cepat?!” Kejadian itu pun segera berlalu seketika setelah saya mendahului mobil yang berjalan perlahan itu.
65
Nasi Basi
Ternyata kemarahan saya belum berlalu sampai di situ, karena berikutnya ada angkutan umum yang berhenti tepat di depan saya. Dengan penuh kemarahan, saya lagi-lagi membunyikan klakson sekeras-kerasnya sambil menatap tajam mata si supir angkutan umum. Selama beberapa detik kami saling bertataptatapan dengan penuh amarah, dan saya pun segera melewati mobil angkutan umum itu dengan penuh kemarahan. Sepertinya kemarahan saya memang sedang puncaknya, ketika setelah saya melewati mobil angkutan umum itu. Saya dihadang oleh lampu lalu lintas yang menyala merah. “Aaarrrghh, saya benar-benar sangat marah!!!” Saya terbungkam seribu bahasa, ketika sebuah penyadaran menghantam saya. Betapa mudahnya saya menghakimi orang lain, menyalahkan orang lain, dan menjadi sangat marah dengan hal-hal tadi. Api kemarahan saya seketika dipadamkan oleh guyuran air hujan penyesalan dan kesedihan. Semua emosi negatif dan kemarahan seakan menutupi semua ingatan saya tentang berbagai teori kedamaian yang telah saya pelajari. Semua teori itu “ketinggalan” di buku-buku yang saya baca. Saya menjadi makin sedih, ketika saya menyadari bahwa saat itu saya sedang mendengarkan musik “Kidung Kasih Sayang” (Chant of Metta). Akhirnya saya mengemudikan mobil dengan perasaan kecewa hingga sampai di rumah.
66
Semua Salah!
Hari itu saya belajar satu hal penting dalam hidup saya. Ketika saya cuma melihat sisi negatif dari orang-orang sekitar. Maka saya akan mudah sekali menyalahkan orang lain. Apa pun itu, entah mobil yang berjalan kencang, mobil yang berjalan pelan, mobil diam, bahkan sampai lampu lalu lintas yang tidak bergerak pun, saya salahkan. Diam salah, pelan salah, kencang salah, merah pun salah. Semua salah! Padahal, orang yang patut disalahkan sesungguhnya adalah orang yang paling dekat dengan saya, yaitu: saya sendiri! Pikiran sayalah yang belum tenang-seimbang, tindakan sayalah yang tidak benar-benar mempraktikkan apa yang saya tahu. Tidak ada yang salah di luar sana, tapi yang salah adalah di dalam sini.
“Menghakimi mutlak—yang ini benar, yang lain salah— sama sekali bukanlah kebijaksanaan”. ~ Ajahn Brahm “Jika Anda merasa alergi di suatu tempat, Anda akan merasa alergi di semua tempat. Akan tetapi, bukan tempat di luar Andalah yang menyebabkan masalah, melainkan ’tempat’ di dalam Anda.” ~ Ajahn Chah
67
Nasi Basi
Manakah yang Anda lihat, setitik noda hitam ataukah bidang putih di sekelilingnya?
12 Mau Pilih yang Mana?
D
ari seminar ke seminar yang saya ikuti, apakah seminar tentang Buddhisme, ataupun seminar tentang motivasi, ataupun seminar tentang finansial, ataupun seminar tentang pengembangan diri. Banyak sekali yang bisa saya dapatkan dari seminar-seminar ini, baik untuk pengetahuan saya maupun untuk pengembangan diri saya. Sering kali saya merangkum seminar-seminar yang saya ikuti jadi 1 kalimat saja yang mudah saya ingat. Jawabannya sederhana sekali: lupa. Ya, karena begitu banyak pelajaran baru yang saya dapatkan di dalam seminar, sehingga besar kemungkinan saya lupa akan banyak hal. Karena itu saya berpikir, dalam 1 seminar, saya cukup mempelajari 1 kalimat saja yang bisa saya praktikkan dalam hidup saya agar hidup saya lebih baik. Ada satu kalimat yang mengubah kebiasaan saya menjadi lebih baik. Kalimat itu adalah: “Investasikan lebih banyak dari leher ke atas!”
69
Ya, perbanyaklah isi pengetahuan kita dengan hal-hal yang bermanfaat untuk pengembangan diri kita. Investasi leher ke atas harus lebih besar daripada investasi dari leher ke bawah. Karena 1 kalimat dari seminar yang saya ikuti itu, hari ini saya mempunyai kebiasaan membaca buku dan terus belajar. “Constant and Never Ending Improvement.” Ahaa.... Kalimat di atas memacu saya untuk terus belajar setiap harinya. “Knowing is nothing, applying what you know is everything” ~ Bruce Lee Ahaa…. Sama seperti di atas, kalimat ini memacu saya untuk berusaha mempraktikkan apa yang saya tahu. “Apa pun yang kamu lakukan, pintu hatiku akan selalu terbuka untukmu.” ~ Ajahn Brahm What a wonderful and powerful words. Luar biasa sekali kalimat ini, yang saya temui dari buku Membuka Pintu Hati. Kalimat yang indah dan sederhana kedengarannya, namun (tentu saja) semua orang dapat dengan mudah mengucapkannya. Praktiknya? Hohoo… tidak tahu…. Kalimat ini memacu saya untuk coba mempraktikkan kepada semua orang yang saya temui, walaupun memang tidak
70
Mau Pilih yang Mana?
semudah mengucapkannya, dan perlu usaha ekstra keras untuk dapat mempraktikkan kalimat Ajahn Brahm ini. Because of No Action, Nothing Happen. When You Take Action, Miracle Happen. Ahaa…. Sekarang pasti Anda sudah mengetahui begitu banyak pelajaran yang bisa kita dapatkan dengan ikut seminar, baca buku, bertanya kepada guru-guru terbaik. Dari seminar ke seminar, saya memperhatikan bahwa banyak sekali orang yang berusia di atas 50 tahun yang juga ikut seminar, padahal pembicaranya jauh lebih muda dari mereka. Kadang pembicaranya berusia 40-an, ada pula yang kadang baru berusia 30-an sudah jadi pembicara. Ada 2 kesimpulan yang saya dapat dari apa yang saya lihat ini, yaitu bahwa ada 2 tipe manusia dalam hal pengembangan diri. Tipe yang pertama adalah orang yang menghabiskan masa mudanya dengan sedikit sekali belajar, setelah lulus sekolah ataupun kuliah, mereka tidak mau membaca buku lagi, tidak mau ikut seminar, tidak mau mendengar ceramah, tidak mau mendengar saran dari orang lain, dan apa pun itu, mereka terjebak dalam kegiatan rutinintas sehari-hari. Akan tetapi, ketika mereka mulai memasuki masa pensiun, dan dihadapi dengan berbagai permasalahan kehidupan, mau tidak mau,
71
mereka mau mencoba mulai mendengar pendapat orang lain, dan mereka mulai menghadiri seminar-seminar, dan mulai mencoba membuang rasa gengsi karena harus belajar dari orang yang jauh lebih muda dari mereka. Para orang tua ini harus dengan berat hati menguburkan kalimat, “Saya lebih tua, jadi lebih banyak tahu dibanding kamu yang lebih muda.” Tipe yang kedua adalah orang yang selalu ingin belajar, seakan mereka haus akan pengetahuan baru, dan mau terus belajarbelajar dan belajar. Sehingga tipe kedua ini tidak peduli harus belajar dari siapa pun, mau muda ataupun anak-anak, bisa menjadi guru yang baik untuk mereka. Orang tipe kedua biasanya orang-orang yang mempunyai kebiasaan yang positif, seperti membaca buku. Mereka akan menghabiskan waktu senggang mereka dengan membaca buku. Dan orang tipe kedua ini senang bertemu orang-orang yang lebih hebat dibandingnya untuk belajar kepada orang tersebut. Orang tipe kedua ini akan terus belajar sampai mati. Ahaa…. Jadi Anda mau jadi orang tipe yang mana? Pertama? Kedua? Atau Ketiga? Lho?!@#$! Kan pilihannya cuma 2?! Pilihannya itu ada 3..., bukan cuma 2 tipe yang bisa Anda pilih. Pilihan pertama adalah orang yang menghabiskan masa mudanya dengan tidak mau belajar. Pilihan kedua adalah orang yang selalu ingin belajar, dari mereka muda hingga mereka tua, orang tipe kedua selalu ingin belajar, terus, terus, dan terus....
72
Mau Pilih yang Mana?
Sedangkan tipe ketiga, yang belum tentu semua orang bisa dan mau untuk menjadi tipe ketiga. Tipe ketiga adalah: Anda sendiri yang jadi pembicaranya! Tipe ketiga adalah mereka yang berpikir dengan cara berbeda, merasakan hal yang berbeda, dan melakukan hal berbeda dibanding orang pada umumnya. Tidak hanya mempelajari banyak hal, tetapi juga mereka mempraktikkan apa yang mereka tahu hingga terbentuk otot, ya otot kebiasaan mereka sehari-hari. Menjadi tipe ketiga tidak harus dengan berbicara di depan ratusan atau ribuan orang, namun menjadi tipe ketiga bisa juga dengan berbagi kepada sahabat atau pasangan hidup kita, atau saudara kita. Ya, kita bagikan pengetahuan dan pengalaman kita yang kiranya bermanfaat apabila kita bagikan. Selain itu, tidak hanya mempelajari dan mempraktikkan apa yang mereka pelajari, tetapi orang tipe ketiga mempunyai hasrat dan keinginan untuk membagikan apa yang mereka ketahui kepada orang lain agar dapat tumbuh bersama. Jadi, tipe manakah yang Anda pilih? “Hidup adalah pilihan, namun kita tidak bebas memilih konsekuensinya” ~ Tung Desem Waringin
73
Nasi Basi
“Warnailah” leher ke atas kita dengan pengetahuan.
13 Buku Harian Seorang Pensiunan Kaya Raya
S
eorang pensiunan kaya raya menuliskan cerita hidupnya di buku hariannya. Pada suatu hari yang cerah, ia mengungkapkan perasaannya melalui tulisan di buku hariannya itu. Aah... tanpa terasa aku telah berusia 51 tahun. Sudah lebih dari 20 tahun yang lalu sejak aku mulai lulus kuliah dan menjalani “kehidupan nyata”. Bangun pagi, bekerja dengan penuh semangat, pulang malam, dan pagi-pagi bangun kembali untuk bekerja. Entah berapa banyak kegagalan dan rintangan yang kutemui selama perjalanan hidupku hingga saat ini. Demikianlah yang kujalani tahun demi tahun, hari demi hari, jam demi jam, dan detik demi detik. Tanpa terasa, setelah bekerja puluhan tahun lamanya dari berbagai macam bisnis yang aku jalani, kini bisa dibilang aku berkecukupan. Mempunyai beberapa rumah, beberapa mobil, tabungan di reksadana cukup sampai usia tua, dana pendidikan anak cukup, dan berbagai aset lainnya yang cukup hingga
75
saat aku menutup mata nanti, bahkan aku telah menyiapkan warisan untuk anak-anakku nanti. Sekarang dengan penuh keberanian, aku memberanikan diri mengatakan bahwa saat ini: aku merasa cukup. Rasanya aku tidak perlu lagi “menancap gas” bekerja matimatian. Ya, karena aku sudah cukup. Bangun pagi aku akan menikmati secangkir teh hangat di halaman rumah, sambil menikmati kicauan burung di halaman rumahku. Tidak lupa setelah sarapan pagi, aku melihat ikanikan bermain di kolam ikan halaman rumahku. Setelah menikmati momen itu, lalu aku ke kamar untuk bermeditasi sejenak. Setelah bermeditasi kurang lebih 15 menit, aku membaca beberapa buku untuk tetap mengasah ingatanku. Maklumlah aku sudah hampir berusia 50-an. Aku suka sekali membaca buku sejak aku masih muda. Hmm.... Tanpa sadar waktu menunjukkan pukul 11.00 siang. Tiba waktunya makan siang. Setelah makan siang, aku kembali melanjutkan bacaanku, yang memang lagi seru-serunya. Setelah itu, aku menonton rekaman seminar seseorang yang berceramah mengenai Middle Way, Hard But Not Too Hard. Hmm.... Ceramah yang sangat menginspirasi. Sang pembicara mengatakan, “Ada dua jenis keinginan dalam hidup ini,
76
Buku Harian ...
keinginan yang pertama adalah keinginan untuk memuaskan diri sendiri secara terus menerus, memperbesar keserakahan kita, sedangkan keinginan tipe kedua adalah keinginan untuk berbuat baik kepada orang lain secara terus menerus. Tipe yang pertama jelas keinginan yang harus dibatasi, dan Anda semua harus mempunyai nyali untuk mengatakan: ‘Stop! Aku cukup!’ Sedangkan keinginan kedua tentang keinginan untuk bermanfaat bagi makhluk lain, jangan pernah distop! Terus, terus, terus.” Wow! Menginspirasi sekali. Sederhana namun sangat berkesan kalimat itu. Aku jadi makin bersemangat untuk berbagi dan membaktikan sisa hidupku untuk berbuat baik. Teng... teng... teng... teng.... Wow, cepat sekali waktu berlalu. Sekarang waktu menunjukkan tepat pukul 16.00. Aku segera mandi dan bersiap menuju wihara dekat rumahku karena pukul 18.30 akan diadakan kelas Dhamma. Aku sampai di wihara 18 menit sebelum kelas Dhamma dimulai. Hari itu sang bhante membawakan topik yang berjudul “Ketika Aku Merasa Cukup”. Wow, topiknya bagus sekali, bernilai serta bermanfaat bagi kehidupan sehari-hariku.
77
Nasi Basi
Selesai kelas Dhamma pukul 20.30, aku segera pulang. Sesampai di rumah, aku segera mem-packing barang karena esok hari aku akan mengikuti retret 8 hari bersama Ajahn Brahm. Wowowowo..., Ajahn Brahm yang menulis buku International Bestseller ”Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya” itu lho, buku yang banyak mencerahkan orang, termasuk saya sendiri. Ajahn Brahm juga merupakan guru meditasi terkenal. Setelah puluhan tahun lamanya, aku memimpikan untuk ikut retret Ajahn Brahm. Akhirnya tercapai juga mimpi itu. Hohoho.... Setelah semua barang siap, aku segera bersiap untuk tidur. Sebelum tidur aku melakukan perenungan sejenak. “Aah.... Bahagianya hidupku ketika aku merasa cukup.” Buku harian ini ditujukan untuk teman-temanku yang mencintai “rasa cukup”. Mari kita bersama-sama membaktikan diri kepada orang banyak dengan berbuat baik, selagi kita mampu. Salam sayang....
78
Buku Harian ...
“Nilai-nilai di atas kertas memang penting, namun jauh lebih penting hal-hal tidak ternilai dalam hidup kita.” ~ Siridhammo “Terlalu banyak orang menggunakan uang, yang tidak mereka hasilkan, untuk membeli barang-barang yang tidak mereka inginkan, untuk membuat terkesan orangorang yang tidak mereka sukai.” ~ Will Rogers “Ia yang tahu bahwa cukup adalah cukup, akan selalu merasa berkecukupan.” ~ Lao Tze
79
Nasi Basi
Cukup! Cukup! Cukup!
14 Man Behind The Pencil
P
ada awal-awal saya kuliah, saya mendapatkan sebuah pelajaran tak ternilai dari dosen saya. Saya adalah mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual di salah satu universitas terkemuka di daerah Tangerang. Ketika itu mata kuliah yang saya ambil adalah belajar mengenai gambar, belajar mengenai garis, bentuk, tebal-tipis garis, dan sebagainya. Dosen yang mengajar saya ini memang jago sekali dalam urusan gambar-menggambar, bahkan beliau sudah membuat beberapa komik dengan gambar-gambar yang keren sekali. Selain itu saya mengenalnya sebagai pribadi yang tegas, bijak, namun tetap menyenangkan. Suatu ketika, saya sedang berbincang-bincang dengan sahabat saya, yang ketika kuliah, kami satu kelas. Tiba-tiba kami membicarakan si pak dosen bijak ini. Dia menceritakan kepada saya satu pengajaran tak ternilai dari dosen ini. Begini ceritanya. Ketika itu, saat sedang menggambar di kelas. Teman saya ini menggambar dengan menggunakan pensil yang sudah sangat pendek sekali. Saking pendeknya, pensilnya seakan mengintip dari balik jari-jari sahabat saya. Kemudian dosen
81
saya menghampiri sahabat saya ini, dan menanyakan mengapa pensilnya tidak diganti, kan sudah tidak layak pakai. Kemudian teman saya menjawab,”Iya Pak, habis, cuma pensil ini yang saya punya.” Pak dosen memberikan senyum manisnya kepada sahabat saya ini. Dengan bijak beliau mengatakan hal ini, ”Hmm, tidak penting sebagus apa pensil yang ada, tapi yang terpenting adalah siapa yang menggunakannya!” Wow! Dengan wajah terbengong-bengong, sahabat saya ini mencoba mengartikan maksud dari dosen saya ini. Sebelum kebingungan sahabat saya ini memuncak, dosen saya segera menambahkan kalimatnya, ”Ya, seburuk apa pun pensil yang digunakan, tapi kalau yang menggunakannya Leonardo da Vinci atau Michaelangelo, pensil itu tetap dapat menghasilkan karya-karya yang indah. Yang terpenting adalah orang yang menggunakannya.” Wow! Luar biasa sekali kata-kata yang disampaikan dosen saya itu. Sahabat saya ini memang hobi menggambar dan menghasilkan gambar-gambar yang keren sekali. Saya yakin, setelah dia mendengarkan kata-kata dari dosen saya ini, dia menjadi makin percaya diri dan akan membuat karya-karya indah lainnya dengan tangannya sendiri. Ceritanya belum selesai sampai disitu. Ketika awal-awal kelas gambar, banyak sekali teman-teman saya dan saya sendiri yang tidak mahir dalam menggambar. Rasanya sulit untuk memindahkan gambar yang saya lihat sama persis ke dalam
82
Man Behind The Pencil
kertas gambar. Kami pun mulai mengeluh dengan mengatakan, ”Duh, susah nih Pak, ga bisa deh!” Kemudian dosen saya mengatakan, ”Jangan bilang gak bisa, tapi bilangnya belum bisa!” Wooow.... Entah memang kata-kata itu mempengaruhi kami secara sadar atau tidak, tetapi faktanya pada akhir semester itu, mendadak banyak teman-teman saya dan saya sendiri mendadak mendapat nilai yang bagus dari hasil gambar kami yang memang meningkat pesat. Setelah saya belajar mengenai hypnoteraphy dan NLP (Neuro Linguistic Programming), ternyata benar sekali. Penggunaan kata-kata sangat berpengaruh terhadap kita. Apabila kita mengatakan tidak bisa, secara tidak langsung alam bawahsadar kita akan mencari berbagai cara untuk membenarkan bahwa kita tidak bisa, dan sebaliknya dengan mengatakan kita belum bisa, alam bawah-sadar kita akan mencari cara supaya alam bawah-sadar kita menjadi bisa. Kira-kira seperti itulah penggunaan kata-kata. Ternyata dosen saya membuat pernyataan itu menjadi benar adanya.
83
Cerita pensil tadi bisa diganti tokoh dan bendanya. Cerita ini membuktikan kepada kita bahwa benda apa pun sifatnya netral, yang menjadikan benda itu positif atau negatif adalah kita sendiri yang menggunakannya.
”Setiap orang mempunyai kemampuan, namun untuk mempunyai kelebihan, dibutuhkan kerja keras.” ~ Michael Jordan
84
Man Behind The Pencil
Tidak penting seberapa buruknya “pensil” yang kita punya, tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita menggunakannya.
15 Lukisan yang Tidak Selesai
S
atu lagi pelajaran tak ternilai yang saya dapatkan ketika saya duduk di bangku kuliah adalah tentang bagaimana menghargai diri sendiri dan orang lain. Ketika semester awal saya kuliah, ada sebuah pelajaran yang saya sama sekali tidak suka. Ya, seperti judul di atas, pelajarannya tentang melukis. Saya mencari alasan bahwa saya tidak bakat melukis, tidak mempunyai jiwa seni, dan seratus satu macam alasan lainnya, untuk memberikan pembenaran kepada diri sendiri, bahwa saya memang tidak bisa melukis. Lukisan saya buruk sekali. Dengan keyakinan diri awal yang buruk tentang melukis. Akhirnya saya jadi tidak bersemangat mengikuti pelajaran itu. Setiap kali diberi tugas, saya tidak pernah absen dalam mengeluh. Rasanya berat sekali mengerjakan suatu hal yang kita tidak menyukainya. Hampir sepanjang semester itu, saya bermalas-malasan setiap kali mengerjakan mata kuliah melukis ini. Setiap diberi tugas, saya pasti mengumpulkan tugasnya terlambat. Entah beberapa hari ataupun seminggu. Ketika itu dosen yang mengajar adalah ibu dosen senior yang sangat baik hati, dan disukai banyak mahasiswa, termasuk saya. Ya, karena beliau mudah sekali memberikan nilai bagus kepada kami. Sering sekali teman-teman saya diberi nilai 90 pada beberapa tugas
87
yang diberikan. Waktu pun terus berjalan hingga mendekati akhir semester. Saya ingat sekali kejadian itu. Karena dulu terlalu santai dan malas mengerjakan tugas melukis itu. Ketika Ujian Akhir Semester, saya mengumpulkan tugas ujian saya, namun ada satu tugas yang ketika saya ingin kumpulkan belum selesai. Parahnya tugas yang belum selesai harusnya sudah dikumpulkan beberapa minggu sebelum Ujian Akhir Semester dimulai. Ketika itu saya ragu-ragu, apakah saya akan mengumpulkan tugas yang terlambat ini atau tidak, karena akan memalukan sekali apabila saya kumpulkan, sudah terlambat, belum selesai lagi. Parah nian oi, anak satu ini! Kemudian atas dukungan dari teman, saya lalu memberanikan diri untuk mengumpulkan tugas saya yang terlambat itu. Selanjutnya, kata-kata yang diucapkan oleh ibu dosen ini, sungguh di luar dugaan saya, bahkan mengubah hidup saya jadi lebih baik hingga saat ini. Tidak seperti dosen pada umumnya, dosen ini tidak memarahi atau menghukum saya. Beliau malah berkata, “Ini lukisan kamu memang belum selesai, tapi saya yakin kalau selesai pasti hasilnya akan bagus sekali, jadi saya kasih nilai 75 deh!” Dor! Saat itu saya seperti kehabisan kata-kata. Nilai 75 itu bukan membuat saya bangga, tapi malah membuat saya malu dan kecewa kepada diri sendiri. Saya telah menyalahgunakan
88
Lukisan yang Tidak Selesai
kebaikan ibu dosen yang sungguh baik hati. Saya juga menyalahgunakan kepercayaan yang telah diberikan kepada saya sejak awal semester. Oh tidak, saya telah melakukan kesalahan besar. Ceritanya belum selesai sampai di situ lho. Saat api kekecewaan saya belum padam, ibu dosen menambahkan satu kalimat lagi, “Saya tidak terlalu peduli sama mahasiswanya, tapi saya sangat peduli sama para orangtua mahasiswa yang sudah membiayai kuliah mahal-mahal, tapi anak mereka malah failed (gagal, tidak lulus).” Dor! Dor! Saat itu saya seperti mendapat hantaman keras di wajah saya. Kalimat itu seperti sebuah palu besar yang menghancurkan batu karang ego saya. Saya tidak menyadari apa yang telah saya lakukan sepanjang semester itu. Saya tidak menghargai ibu dosen, saya tidak menghargai jerih payah orangtua saya, dan yang paling menyedihkan adalah saya tidak menghargai diri saya sendiri. Hari itu saya mendapatkan pelajaran berharga tentang menghargai diri sendiri dan orang lain. Menghargai tidaklah harus dengan cara memberikan pujian, tapi penghargaan terbaik adalah melakukan sesuatu dengan maksimal sehingga bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Sepulang dari kampus, hari itu saya membuat janji pribadi, bahwa sejak hari itu, demi orangtua saya, demi ibu dosen, dan demi saya sendiri, saya akan bersungguh-sungguh kuliah
89
sampai menyelesaikan studi S1 saya. Kata-kata itu menjadi motivator terbaik saya ketika itu. Saat saya mulai malas dan letih mengerjakan tugas kuliah saya, hanya dengan mengingat kalimat itu, membuat energi saya bertambah berkali-kali lipat, bahkan dibanding minum suplemen sekalipun. Hehehe.... Setelah semester itu, nilai-nilai pelajaran saya di kuliah terus membaik, bahkan melonjak drastis kenaikannya. Hingga tulisan ini dibuat, saya baru saja menyelesaikan studi S1 saya. Hari ini “Lukisan yang Tidak Selesai” itu masih saya simpan dengan rapi. Saya berencana untuk membingkainya, dan saya akan pajang di kamar saya. Sebuah karya yang mengajarkan saya nilai-nilai kehidupan. Tentang penghormatan, penghargaan, dan belajar dari kesalahan. “Making mistakes simply means you are learning faster.” ~ Weston H. Agor
90
Lukisan yang Tidak Selesai
Inilah lukisan tak ternilai yang telah membuat saya lebih baik hari ini! (Bagian putih seharusnya dilukis dengan warna abu-abu gelap.)
16 Nasihat Tidak Ternilai
S
ering kali nasihat-nasihat berharga untuk kita bukanlah kalimat panjang yang memerlukan waktu berjam-jam untuk mendengarkannya, namun hanya satu atau dua kata yang tidak ternilai manfaatnya untuk kita. Seorang pemuda miskin bermaksud mencari peruntungan di kota. Sebelum dia berangkat, pemuda ini mencoba mengunjungi sang guru bijak untuk meminta nasihat dari sang guru. Tempat tinggal sang guru berada sangat jauh dari tempat tinggalnya. Pemuda ini harus berangkat pagipagi sekali dari rumahnya, agar tidak terlalu malam sampai di tempat tinggal sang guru. Sesampainya di rumah sang guru, pemuda ini segera menceritakan maksud kedatangannya mengunjungi sang guru. Dia mengatakan bahwa esok hari, ia akan berangkat ke kota untuk mencari peruntungan di kota. Pemuda ini meminta nasihat dari sang guru. Setelah mendengarkan cerita dari pemuda ini, sang guru tidak langsung memberikan petuah-petuah bijaknya. Dia diam selama beberapa saat. Si pemuda ini tampak menunggu
93
dengan cemas kata-kata apa yang akan diucapkan sang guru untuknya. Beberapa saat kemudian tibalah saat yang dinantikan, sang guru mengucapkan 3 kata, yaitu: maaf, terima kasih, dan tolong. Dengan wajah yang terlihat bingung si pemuda ini menanyakan maksud dari 3 kata yang diucapkan sang guru tadi. Kemudian sang guru menjelaskan bahwa yang terpenting dalam hidup ini adalah bagaimana kita berinteraksi terhadap orang lain. Kata ”maaf” perlu diucapkan apabila kita berbuat salah kepada orang lain, namun pengucapan kata maaf harus disertai dengan kebijaksanaan karena akan jadi omong kosong apabila kita mengucapkan kata maaf, namun kita tetap melakukan kesalahan yang sama. Kata ”terima kasih” adalah kata yang mencerminkan kerendahan hati seseorang dan sebuah ungkapan rasa hormat kita kepada orang lain yang telah berjasa kepada kita. Sedangkan kata ”tolong” adalah cerminan dari sikap seseorang yang sopan dan menghargai orang lain, namun sama seperti kata ”maaf”, pengucapan kata ”tolong” harus disertai dengan kebijaksanaan, karena akan jadi omong kosong apabila kita menyalahgunakan kata ”tolong” untuk menjadi bergantung kepada orang lain.
94
Nasihat Tidak Ternilai
”Demikianlah yang bisa kuberikan kepadamu, anak muda,” sang guru mengakhiri percakapan mereka. Tahun demi tahun telah dilalui pemuda dengan terus mengingat dan mempraktikkan pesan dari sang guru bijak ini. Pemuda ini tumbuh menjadi pribadi yang baik hati, sopan, dan disukai banyak orang. Perjalanan kariernya di kota pun meningkat dengan pesat. Dalam kurun waktu 12 tahun, pemuda ini telah memiliki berbagai macam bisnis dan kerja sama dengan berbagai perusahaan asing. Terhadap siapa pun orang yang pernah ia berbuat salah, ia selalu mengucapkan kata ”maaf”, begitu pun ketika ada orang lain yang telah membantu dia, tanpa sungkan ia mengucapkan ”terima kasih” kepada orang tersebut, dan juga kata ”tolong” selalu diucapkan apabila ia memerlukan bantuan dari orang lain. Siapa pun itu, entah bawahannya, tukang sapu, tukang sampah, ataupun office boy di perusahaannya pasti pernah mendengar 3 kata ini diucapkan untuk mereka. Sekarang pemuda ini menjadi pengusaha kaya raya yang dicintai banyak orang dengan segala sikap baik yang dimilikinya. Ceritanya selesai sampai di situ. Sangat menginsipirasi bagi saya. Berikut ini adalah pengalaman pribadi saya mengenai sebuah pelajaran tak ternilai yang saya dapat. Suatu ketika, saya berkunjung ke salah satu pabrik mie
95
Nasi Basi
terbesar di Jakarta. Ketika itu, saya mendapat kesempatan berbincang-bincang dengan pendiri pabrik tersebut. Hari itu saya merasa sebagai salah satu hari spesial dalam hidup saya karena saya mendapatkan ”nasihat tidak ternilai” untuk hidup saya. Ketika itu, saya menanyakan kepada beliau apa sih rahasia kesuksesan beliau sehingga bisa sesukses sekarang ini. Kemudian beliau menjawab dua kata dalam bahasa Mandarin, yaitu: xin li atau hati nurani. Beliau mengatakan bahwa dalam hidup ini yang terpenting adalah hati nurani, bagaimana kita bersikap baik terhadap orang lain di sekitar kita dan bagaimana kita menggunakan hati nurani kita agar tidak merugikan orang lain. Wow.... Kata-kata itu bernilai lebih dari jutaan dolar bagi saya. Ya, kata-kata itu tidak ternilai lagi harganya. Sangat beruntung sekali hari itu saya mendengar nasihat dari si pemilik perusahaan ini. Dua kata ini bisa dengan mudah diucapkan semua orang, anak kecil pun tahu kalau harus banyak berbuat baik dan jangan merugikan pihak lain. Namun kakek-nenek berusia 80 tahun pun belum tentu dapat melakukannya. “Janganlah berbuat jahat, perbanyaklah berbuat bajik, sucikan pikiran!” ~ Buddha Gotama
96
Nasihat Tidak Ternilai
Daripada seribu kata yang tak berarti, adalah lebih baik sepatah kata yang bermanfaat, yang dapat memberi kedamaian bagi pendengarnya.
17 Peraturan Nomor 2
D
ikisahkan pada suatu hari, seorang pemuda mendatangi kediaman pamannya yang merupakan pemilik salah satu perusahaan terbesar di Asia. Pemuda ini bermaksud mewawancarai pamannya dan berharap mendapatkan petuah-petuah bijak dari si paman yang sukses dan bahagia ini. Si paman dengan senang hati menerima kedatangan keponakannya ini. Singkat cerita, perbincangan mereka membicarakan tentang perjalanan hidup si paman hingga bisa sesukses sekarang ini. Pemuda ini menanyakan apa rahasia kesuksesan beliau, yang kiranya dapat bermanfaat untuk perjalanan karier si pemuda ini pada masa yang akan datang. Kemudian si paman sambil tersenyum menjawab, ”Rahasianya adalah peraturan nomor 2!” Dengan wajah yang bingung, si pemuda ini langsung bertanya kepada pamannya, “Peraturan nomor 2? Apa itu Paman? Saya sungguh tidak mengerti maksud Paman tentang peraturan nomor 2.” Sambil tetap tersenyum, paman bijak ini menjelaskan maksud dari peraturan nomor 2. Ketika saya masih kecil, saya hidup
99
Nasi Basi
dalam kemiskinan dan berbagai kesukaran hidup, namun kedua orangtua saya selalu menasihati saya untuk tetap tersenyum. Nasihat inilah yang saya ingat hingga sekarang ini. Jadi ketika saya mengalami hal-hal sulit dan tidak menyenangkan, saya selalu berusaha untuk tetap tersenyum. “Oh, begitu ya rupanya,” si pemuda berseru sambil menganggukkan kepalanya. “Terus, apa hubungannya paman sama peraturan nomor 2?” pemuda ini kembali bertanya. Sambil tertawa, si paman menjawab, ”Haha, itu cuma saya yang iseng menamainya, angka 2 itu melambangkan 2 jari yang saya pakai untuk tersenyum apabila saya sedang sulit untuk tersenyum. Saya menggunakan kedua jari telunjuk saya untuk menarik bagian pinggir bibir saya hingga dapat tersenyum. Manjur lho saat kita sedang mengalami kejadian tidak menyenangkan.” ”Bukan hanya itu saja, saya juga membiasakan diri tersenyum tulus kepada orang-orang yang saya temui, mungkin karena itu mereka senang berteman dengan saya. Ketika saya mendirikan perusahaan yang saya pimpin sekarang ini, saya mewajibkan peraturan nomor 2 ini kepada seluruh karyawan di perusahaan saya. Mereka wajib untuk tersenyum kepada siapa pun yang mereka temui di kantor, dan tentu saja mereka wajib memberikan senyum tulusnya kepada para pelanggan. Hmm, mungkin ini juga yang menyebabkan para pelanggan kami senang bertransaksi dengan perusahaan yang saya pimpin.”
100
Peraturan Nomor 2
”Saat bangun pagi, yang saya lakukan pertama kali adalah menarik napas dalam-dalam, lalu tersenyum bahagia. Rasanya nyaman sekali lho, hal ini akan membawa dampak besar terhadap apa yang saya kerjakan selama seharian penuh.” ”Begitulah yang bisa saya bagikan kepada kamu, semoga bisa bermanfaat dan kamu praktikkan dalam kehidupanmu seharihari.” Hmm, cerita yang menarik sekali. Membicarakan tentang tersenyum, saya menemukan fakta menarik tentang kekuatan senyuman. Tatkala saya berbincang-bincang dengan teman saya yang seorang dokter, saya menemukan satu lagi keajaiban senyuman. Ketika kita tersenyum atau tertawa, kita mengeluarkan hormon endorphin yang akan mengurangi rasa sakit. Hormon ini bahkan bekerja puluhan kali lipat lebih baik dibanding morfin sebagai obat penenang. Aha, menarik sekali. Coba buktikan saja sendiri, ketika Anda sedang sakit, Anda tertawa terbahakbahak, dan rasa sakitnya akan berkurang. Jadi tersenyumlah kepada dunia, maka dunia akan tersenyum kepadamu. “The most proactive thing that we can do is to Be Happy” ~ Steven R.Covey
101
Nasi Basi
Ikuti mimik yang Anda lihat ini!
18 Perubahan Datang Seketika
B
eberapa waktu yang lalu terjadi gempa di Sizhuan, Tiongkok, yang juga menewaskan ribuan orang Tionghoa. Pada sebuah website yang menayangkan kronologi kejadian gempa di Sizhuan itu, saya mengamati bahwa perubahan itu benar-benar terjadi secara seketika. Rekaman itu dari sebuah CCTV yang digantung di sebuah gedung yang mengarah ke kasir. Waktu tepat menunjukan pukul 14.12.22. Sampai di detik itu semua orang masih tampak tenang-tenang saja, melakukan pekerjaannya dengan normal terkendali. Kemudian detik demi detik terus berjalan, 1 detik, 2 detik, 3 detik, 4 detik, 5 detik, tepat pukul 14.12.27 rekaman itu menayangkan gempa yang terjadi seketika. Semua orang panik dan berlarian menyelamatkan diri. Dan karena kejadian yang seketika itu, ribuan orang tewas seketika. Pada tanggal 17 Juli 2009 yang lalu, kota Jakarta kembali diguncang oleh ledakan bom di dua hotel berbintang di ibukota. Kejadian itu menewaskan beberapa orang yang di antaranya adalah Warga Negara Asing dan membuat tim sepakbola dunia asal Inggris, Manchester United membatalkan
103
kunjungannya ke Jakarta. Ledakan bom itu terjadi pada pukul 7.45 WIB dan 7.47 WIB. Lagi-lagi kejadian itu terjadi seketika, saat semua orang sedang sibuk dengan urusannya, bom meledak seketika. Percaya atau tidak, kejadian-kejadian penting dalam hidup kita pun sering kali terjadi secara seketika. Semua kejadian itu datang tanpa permisi dulu, mau datang ya datang begitu saja. Saya teringat kejadian beberapa waktu yang lalu, ketika saya sharing tentang “perubahan datang seketika” ini dalam sebuah retret di Lembang, Bandung. Ketika itu saya juga menceritakan tentang gempa di Sizhuan yang terjadi seketika. “Siap atau tidak siap, sering kali perubahan datang seketika,” begitu kirakira yang saya katakan. Saat itu waktu menunjukan pukul 9.30 WIB, dan selesai sharing itu kami bersiap untuk acara retret berikutnya. Beberapa hari sebelum retret, saya sudah merencanakan ingin berlibur bersama teman-teman saya. Karena saya sebagai panitia, rencananya saya minta izin untuk balik duluan, dan langsung menuju Tangerang untuk berkumpul bersama teman-teman saya. Aaah, indahnya dunia berlibur bersama teman-teman. Sampai detik itu rencana tetap berjalan sesuai rencana sebelum mama saya menelepon dan mengatakan bahwa adik
104
Perubahan Datang Seketika
nenek saya baru saja meninggal pukul 11.00 WIB yang lalu, dan saya diminta segera pulang untuk menuju rumah duka. Wow, perubahan terjadi seketika. Hal-hal yang sudah saya rencanakan dengan baik, berubah seketika, dan saya pun langsung membatalkan liburan saya dengan teman-teman, liburan batal seketika. Ada contoh lain tentang perubahan seketika yang saya alami sendiri. Ketika itu saya sedang mengikuti sebuah latihan kepemimpinan. Pada sebuah sesi, kelompok saya ditugaskan untuk membuat drama kecil-kecilan tentang kepemimpinan. Setelah berdiskusi, kelompok kami sepakat untuk membuat drama tentang gempa yang mana semua orang berlarian panik, kemudian di tempat pengungsian ada pahlawan-pahlawan yang datang berusaha untuk menghibur para korban gempa. Sebelum drama dimulai, saya menyarankan untuk kami semua coba berlatih dulu. Dan lagi-lagi, perubahan datang seketika. Karena kurang berhati-hati, saya melompat dari trotoar tempat saya jalan ke tanah berumput di samping saya. Jaraknya kirakira 30 cm dari trotoar ke tanah. Dan “untungnya” rumput yang saya injak ternyata berlubang, kaki kanan saya menapak terbalik yang kemudian saya merasakan sakit yang amat sangat pada telapak kaki saya. Hmm, perubahan datang seketika. Ketika itu drama akan segera dimulai, saya memainkan peran
105
Nasi Basi
drama sebagai korban gempa yang terpincang-pincang jalannya. Saya jadi seperti seorang bintang film yang sangat menghayati peran dengan berjalan terpincang-pincang, padahal memang sakit sekali rasanya kaki saya. Hehehe…. Setelah pulang dari retret itu, kaki kanan saya bengkak dan membesar, seperti kaki gajah. Hehehe…. Saya pun tidak dapat berjalan normal selama kurang-lebih seminggu. Dari kejadian itu, saya lagi-lagi belajar tentang perubahan yang datang seketika. Saya masih merasa beruntung karena tidak bisa berjalan normal selama seminggu. Pikir saya, bagaimana kalau tidak dapat berjalan normal lagi seumur hidup? Untungnya perubahan seketika yang terjadi pada saya “cuma” menyebabkan kaki bengkak, tidak lebih parah dari itu. Apabila kita mengamati kejadian-kejadian penting di dunia ini, ide-ide besar para tokoh-tokoh dunia pun terjadi secara seketika lho, begitupun tentang perjanjian perdamaian juga sering kali terjadi seketika. Dalam beberapa hari ke depan, ataupun beberapa tahun ke depan, kita akan kembali bertemu dengan perubahan yang datang seketika, entah itu menyenangkan ataupun tidak menyenangkan, apakah itu berkumpul dengan yang kita senangi atau sebaliknya berpisah dengan hal-hal yang kita senangi.
106
Perubahan Datang Seketika
Semua itu sering kali terjadi seketika, yang semuanya tergantung bagaimana kita sendiri menyikapinya. Betul?
“Esok suatu saat nanti kita pasti akan mati, namun kata ‘esok’ ini bisa berarti masih lama akan terjadi atau ‘esok’ bisa juga berarti benar-benar esok hari.” ~ Pepatah Bijak “Satu-satunya kepastian dalam hidup ketidakpastian itu sendiri.” ~ Pepatah Bijak
adalah
107
Nasi Basi
Lukisan indahku jadi rusak seketika!
19 Tanya (Ask)
K
atanya salah satu rahasia kesuksesan adalah bertanya. Para tokoh perdamaian dunia selalu bertanya, “Bagaimana caranya supaya dunia bisa lebih damai?” Kemudian para pemimpin besar di masing-masing negara bertanya “Bagaimana caranya agar bangsa ini bisa maju dan sejahtera?” Para olahragawan yang mewakili negaranya untuk Olimpiade juga bertanya, “Bagaimana caranya agar saya bisa mengharumkan nama bangsa?” Pada salah satu pidatonya, Bung Karno pernah mengatakan, “Janganlah bertanya apa yang negara bisa berikan kepadamu, tetapi bertanyalah apa yang kamu bisa berikan untuk negaramu!” Tidak hanya itu, bertanya juga sering kali menjadi kunci dari segala ilmu komunikasi. Dengan bertanya, kita akan terhindar dari miskomunikasi atau salah pengertian. Bahkan ketika kita berkenalan dengan seseorang pun, diawali dengan bertanya, “Siapa nama Anda? Tinggal di mana?” Dengan makin banyak bertanya, kita akan makin kenal kepada orang lain. Bidang ilmu pengetahuan pun tidak lepas dari bertanya.
109
Seseorang yang banyak bertanya akan lebih mengetahui banyak hal dibanding orang yang sedikit bertanya. Ada sebuah kalimat bijak yang berbunyi seperti ini, “Seseorang yang bertanya akan terlihat bodoh selama lima menit, namun ia yang tak bertanya akan tetap bodoh selamanya.” Ketika kita bertanya, mungkin kita akan terlihat bodoh hanya selama lima menit saja, setelah itu kita akan mengetahui jawabannya seumur hidup kita. Dari berbagai sumber yang saya dengar, katanya anak-anak di Jepang diwajibkan oleh orangtua mereka untuk bertanya minimal 1 pertanyaan setiap hari kepada guru mereka di sekolah. Ketika pulang ke rumah, para orangtua menanyakan kepada anak-anaknya apa yang mereka pelajari di sekolah. Hmm, menarik juga, mungkin ini salah satu penyebab mengapa negara Jepang bisa berkembang pesat setelah mengalami kekalahan total di Perang Dunia II. Konon pada zaman dahulu kala, ada seorang pengusaha yang sangat kaya raya dan dicintai banyak orang karena kebaikannya. Sejak pengusaha ini masih muda, ia mempunyai kebiasaan positif, yaitu setiap bangun pagi ia selalu bertanya: ”Apa yang bisa saya pelajari hari ini?” Kemudian sebelum ia tidur, ia kembali bertanya: ”Apa yang telah saya pelajari hari ini?” Setelah ia terbiasa dengan satu pertanyaan ini setiap harinya, ia menambahkan satu kalimat tanya lainnya setiap ia bangun
110
Tanya (Ask)
tidur, yaitu: ”Perbuatan baik apa yang bisa saya lakukan hari ini?” dan saat menjelang tidur ia kembali bertanya kepada diri sendiri: “Perbuatan baik apa yang telah saya lakukan hari ini?” Hmm... menarik juga.... Pertanyaan yang baik akan menghasilkan kebiasaan yang baik pula. Pada salah satu pelatihan yang saya ikuti tentang Positive Mental Attitude, saya mempelajari satu hal lagi tentang bertanya. Dalam bahasa Inggris, kata tanya sama dengan ask. Namun kata ”ask” ini dapat berarti singkatan dari Attitude, Skill, Knowledge. Attitude adalah tingkah laku atau kepribadian, skill adalah kemampuan, dan knowledge adalah pengetahuan. Apabila ada selembar kertas kosong di sekitar Anda sekarang, Anda dapat menuliskan 10 kunci sukses menurut Anda sendiri. Apa pun yang ada di pikiran Anda, tuliskan sekarang juga. Dari hasil tulisan Anda akan ada fakta menarik bahwa 80-90% kunci kesuksesan yang Anda tulis adalah mengenai attitude atau tingkah laku. Mungkin Anda menuliskan: semangat, pantang menyerah, jujur, doa, rajin, dan sebagainya, yang mana sebagian besar dari jawaban tersebut adalah bagian dari tingkah laku atau kepribadian yang positif. Akan tetapi, tingkah laku yang baik juga perlu didukung oleh kepiawaian (skill) dan pengetahuan (knowledge) yang baik pula. Agar kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya. Betul?
111
Oleh karena itu, akan sangat baik sekali apabila setiap hari kita terus belajar, belajar menjadi lebih baik, belajar untuk meningkatkan kemampuan kita, dan belajar untuk menambah pengetahuan kita, yang semua itu diawali dengan bertanya. Sehingga kita akan memiliki kecakapan kepribadian serta kecakapan kepiawaian dan pengetahuan.
“Seseorang yang bertanya akan terlihat bodoh selama lima menit, namun ia yang tak bertanya akan tetap bodoh selamanya.” ~ Pepatah Bijak
112
Tanya (Ask)
20 Mendengarkan Dengan Bijak
S
atu lagi kunci keberhasilan dalam komunikasi lainnya selain dengan bertanya adalah mendengarkan. Dengan mendengarkan kita akan lebih mengetahui apa yang orang lain rasakan dan apa yang ingin mereka curahkan. Mendengarkan adalah hal yang sederhana namun sering kita abaikan, padahal mendengarkan sangat penting sekali untuk memberikan penghormatan kepada orang lain. Ketika saya kuliah, saya ingat betul ketika saya menanyakan hal penting kepada dosen saya. Dari luar, dosen saya seperti memperhatikan pertanyaan saya, tapi dari dalam, mereka seperti lebih mementingkan “permasalahan” mereka sendiri dan ingin segera menyudahi pertemuannya dengan saya. Mungkin. Hal ini terbukti ketika saya sedang berbicara serius, dosen saya dengan sigap menjawab sms yang masuk lewat telepon genggamnya. Setelah selesai membalas sms pentingnya, saya kembali mengulang pertanyaan saya tadi, dan lagi-lagi ia tidak benar-benar mendengarkan secara bijak, karena ia memperhatikan orang lain di belakang saya, yang ternyata adalah orang penting, salah satu petinggi di kampus saya. Saat
115
Nasi Basi
itu saya cuma bisa tersenyum kecut, kecewa sekali rasanya. Di tempat lain, ketika saya berbincang dengan seorang senior manajer di salah satu perusahaan terbesar di Indonesia, saya merasakan hal yang berbeda. Ketika itu, seperti biasa, saya bertanya apa sih kunci kesuksesan beliau sehingga bisa menjabat sebagai senior manajer dalam usia muda (di bawah 30 tahun). Kemudian apa yang ia lakukan berikutnya membuat saya benar-benar merasa dihargai. Beliau mempersilakan saya duduk, dan beliau menunda pekerjaan, yang saya tahu dari beberapa dokumen di tangannya. Beliau bercerita bahwa yang ia lakukan kepada tim yang dipimpinnya adalah lebih banyak mendengarkan. Bahkan ketika ada karyawan yang menelepon jam 12 malam untuk curhat, dengan tulus beliau mendengarkan keluhan dari si karyawan yang “baik hati” ini karena menggangu jam tidur si manajer muda ini. Itu pun yang ia lakukan kepada saya, ketika saya mengajaknya berbincang-bincang, ia mendengarkan dengan bijak. Senang sekali rasanya berbicara dengan dia, saya mengagumi sikap dan kepribadian yang telah ia lakukan, baik kepada saya maupun orang-orang di kantornya. Ketika saya melakukan apa yang si manajer bijak ini katakan, mendadak jumlah sahabat saya terus bertambah dari hari ke hari, ketika berbicara dengan mereka, saya memang lebih
116
Mendengarkan Dengan Bijak
banyak bertanya dan mendengarkan. Mereka pun dapat dengan puas bercerita berjam-jam tanpa jeda dan dipotong sms. Hehehe.... Tidak mudah memang lebih banyak mendengarkan daripada berbicara, terutama bagi kita yang aktif dalam berkomunikasi. Tetapi, dengan lebih banyak bertanya dan mendengarkan, akan banyak keajaiban terjadi datang kepada kita.
“Aku sudah tahu apa yang kutahu. Jika aku berbicara untuk membuat orang lain terkesan, aku tidak belajar hal baru. Aku ingin tahu apa yang mereka ketahui.” ~ Dr. Billy Sharp “Dia yang tahu, tidak berbicara; dia yang berbicara, tidak tahu” ~ Pepatah terkenal dari Timur
117
Nasi Basi
Dengarkan dahulu!
21 Biografi
Apabila kita pergi mengunjungi toko buku. Kita sering sekali melihat buku biografi dari tokoh-tokoh besar dunia. Menarik sekali riwayat hidup dari para pemimpin besar ini. Kisah hidup mereka penuh perjuangan dan inspirasi untuk kita semua. Kata “biografi” sendiri berasal dari bahasa Yunani. Bio berarti hidup atau kehidupan, dan graphien yang berarti menulis atau penulisan. Dengan demikian biografi diartikan sebagai riwayat hidup atau suatu kisah sejarah mengenai kehidupan seseorang yang benar-benar hidup, baik yang ditulis sendiri maupun yang dituliskan orang lain. Tanpa kita sadari, sebenarnya sejak kita menghirup udara kehidupan di bumi ini.... Ya, saat kita dilahirkan, sebenarnya secara tidak langsung, kita telah menulis buku biografi kita sendiri. Dan sampai akhirnya, di kalimat atau titik terakhir dalam buku biografi kita, bisa berarti itu terakhir kalinya kita menghirup napas di kehidupan kita ini.
119
Nasi Basi
Setiap orang memiliki kesempatan yang sama: 1 hari = 24 jam 1 jam = 60 menit 1 hari = 1.440 menit Apakah buku biografi kita hanya 10 lembar? atau Buku biografi kita terdiri dari 1.000 lembar? Apakah buku biografi kita hanya terdiri dari 3 bab? atau Buku biografi kita terdiri dari puluhan bab yang penuh perjuangan dan inspirasi? Apakah buku biografi kita hanya tersimpan di laci yang dikunci rapat-rapat? atau Buku biografi kita menjadi best-seller yang menginspirasi banyak orang? Apakah buku biografi kita akan mudah dilupakan orang karena tidak bermanfaat? atau Buku biografi kita akan dikenang orang banyak karena sangat bermanfaat? Pilihannya ada pada kita masing-masing....
120
Biografi
Marilah kita buat buku biografi terbaik kita, mulai dari sekarang, yang dapat bermanfaat dan menginspirasi orang lain untuk menjadi lebih baik. Together We Grow. Bersama-sama Kita Tumbuh.
“Try to become not a man of success, but try rather to become a man of value.” ~ Albert Einstein “It matters not what a person is born, but what they choose to be.” ~ J.K. Rowling Berusahalah melakukan yang terbaik, namun jangan berpikir bahwa dirimu adalah yang terbaik. ~ Pepatah Bijak
121
Nasi Basi
Yang hebat bukan lukisannya, tetapi apa yang telah ia lakukan.
22 Ini Pun Akan Berlalu
S
eorang mahasiswa baru saja mengalami kegagalan di awal-awal ia kuliah. Ia tidak lulus mata kuliah penting dalam jurusannya. Karena kegagalannya itu ia terpaksa harus menunggu satu tahun lulus lebih lama dibanding temanteman sekelasnya. Hari itu ia seperti mendapat hantaman luar biasa dari kegagalan yang dialaminya. Hari itu sepertinya akan menjadi hari terakhir ia tersenyum bahagia, karena kegagalannya seperti menjadi kuburan impian-impiannya. Seorang sahabat coba membantunya dengan memberikan sebuah buku, di mana ada sebuah kalimat dalam buku tersebut berbunyi: “ini pun akan berlalu”. Kalimat itu seakan memberikan harapan baru untuknya. Bahwa kegagalan ini pasti akan berlalu. Setelah setahun berlalu, ia membuktikan kebenaran kalimat itu. Kegagalan pun telah berlalu. Akhirnya ia menyelesaikan studi kuliahnya hingga selesai. Kuliah pun telah berlalu. Ketika ia mulai menjalani kehidupan normalnya, ia selalu mengingat pesan itu. Ketika pemuda ini menjalani kehidupan normalnya, dia sering merenungi pesan ini. Ketika ia mengalami saat-saat tidak menyenangkan dalam hidupnya, ia akan berusaha untuk tetap
123
sabar dan tabah sambil tetap merenungi “ini pun akan berlalu”. Kalimat ini seperti menjadi penenang saat hatinya sedang gundah gulana, dan saat-saat tak menyenangkan pun tidak berlangsung lama untuk berlalu. Cerita di atas adalah kisah nyata dari seorang pemuda di Indonesia. Di mana Anda mengenal pemuda dalam cerita ini. Ya, pemuda di atas adalah saya sendiri. Ketika awal-awal saya kuliah, saya mengalami stres berat. Karena waktu itu ada mata kuliah saya yang tidak lulus. Ketika itu saya tidak dapat mengerjakan tugas dari mata kuliah itu dengan baik, karena ketidakmampuan ini, saya lalu menjadi stres. Karena tidak lulus mata kuliah penting itu, saya harus menunggu sampai tahun depannya untuk mengulang, dengan demikian berarti kululusan saya tertunda selama satu tahun juga. Inilah yang membuat saya stres berat ketika itu. Ketika saya mengalamai stres berat, saya merasa sangat tidak bahagia. Rasanya hidup ini begitu tidak adilnya kepada saya. Lalu, ketika itu saya coba mencari-mencari jawaban atas ketidakbahagiaan saya ini dengan mencari sebuah buku. Ketika itu saya menemukan sebuah buku berjudul “100 Cara Mencapai Kebahagiaan”. Buku itu berisi cara-cara bagaimana kita bisa tetap bahagia dari sudut pandang si penulis. Setelah saya membaca buku itu, hasilnya luar biasa, karena saya masih tetap stres. Hehehe.... Bukan salah si penulis buku, tapi saya sendirilah yang salah.
124
Ini Pun Akan Berlalu
Sampai pada suatu ketika, saya diperkenalkan ke sebuah buku yang berjudul “Membuka Pintu Hati” (kini terbit dengan judul “Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya”), tulisan Ajahn Brahm. Buku itu bercerita mengenai 108 Cerita Pembuka Pintu Hati, yang mana salah satu ceritanya berjudul “Ini pun akan berlalu”. Isi dari cerita tersebut sangat mengisipirasi saya, bahwa kesedihan dan masalah seberat apa pun, ya pasti akan berlalu juga. Ringkasan ceritanya seperti ini. Seorang narapidana baru merasa ketakutan dan tertekan. Tembok-tembok batu di selnya seperti menyerap habis semua kehangatan; jeruji-jeruji besi bagai mencemooh segala belas kasih; suara gelegar baja yang beradu ketika gerbang ditutup, mengunci harapan jauh-jauh. Hatinya terpuruk sedalam hukumannya yang sedemikian lama. Di tembok, di atas kepala tempat tidur lipatnya, dia melihat sebuah kalimat yang tergores di sana: INI PUN AKAN BERLALU. Kalimat itu melecut semangatnya, mungkin demikian juga dengan narapidana lain sebelum dia. Tak peduli betapa beratnya, dia akan menatap tulisan itu dan mengingatnya: ini pun akan berlalu. Pada hari dia dibebaskan, dia mengetahui kebenaran dari kata-kata itu. Waktunya telah terpenuhi; penjara pun telah berlalu. Ketika dia menjalani kembali kehidupan normalnya, dia sering merenungi pesan itu, menulisnya di secarik kertas untuk ditaruh di samping tempat tidurnya, di mobil, dan di tempat
125
Nasi Basi
kerja. Bahkan saat dia mengalami hal-hal yang buruk, dia tak akan menjadi depresi. Dengan mudah dia akan mengingat, “ini pun akan berlalu”, dan terus berjuang. Saat-saat yang buruk pun tidak memerlukan waktu lama untuk berlalu. Lalu ketika saatsaat yang menyenangkan tiba, dia menikmatinya, tetapi tanpa terlalu sembrono. Sekali lagi dia akan mengingat, “ini pun akan berlalu”, dan terus lanjut bekerja, tanpa menggampangkan hal yang menyenangkan itu. Saat-saat yang indah biasanya juga tak akan bertahan lama-lama. Pada hari-hari terakhirnya, di atas ranjang kematian, dia membisikkan kepada orang-orang yang dicintainya, “Ini pun akan berlalu,” dan dengan enteng dia meninggalkan dunia ini. Kata-katanya adalah pemberian cinta terakhir bagi keluarga dan teman-temannya. Mereka belajar darinya bahwa “kesedihan pun akan berlalu”. Demikian ringkasan cerita tersebut. Kalimat “ini pun akan berlalu” bukan sebuah kalimat biasa. Namun memiliki kekuatan penyadaran di dalamnya, ya penyadaran untuk melepas. Semua orang dapat dengan lancar sekali mengucapkan kalimat ini berkali-berkali bahkan beratus-ratus kali. Namun pada kenyataan yang saya alami sendiri, tidak mudah mempraktikkannya. Kalimat “ini pun akan berlalu” adalah sebuah kalimat bijak yang tidak lekang oleh waktu. Ya, karena segala sesuatu yang muncul pasti akan lenyap. Orang-orang terdekat kita, sahabat-sahabat kita, benda-benda kesayangan kita, momen-momen terbaik dalam hidup kita, atau apa pun
126
Ini Pun Akan Berlalu
itu, baik yang kita senangi ataupun kita benci, semuanya pasti akan berlalu. Namun, ketika kita berusaha untuk mempraktikkan pesan ini, penderitaan dan kesedihan menjadi tidak terlalu berlarutlarut kita simpan di pikiran kita ini. Karena baik disimpan lama ataupun sebentar, penderitaan dan kesedihan pun pasti akan berlalu. Jadi, kenapa kita harus menyimpan penderitaan dan kesedihan lama-lama?
“Segala sesuatu yang berkondisi tidaklah kekal, berjuanglah terus dengan penuh kesadaran.” ~ Buddha Gotama
127
Nasi Basi
Ilustrasi ini pun akan berlalu seiring Anda lanjut membaca.
23 Nasi Basi yang Menjijikan
B
eberapa waktu lalu, saya berada di rumah sendirian. Bermaksud untuk memanaskan nasi yang kemarin, saya ke dapur. Kemudian saya membuka rice cooker. Saat rice cooker saya buka, saya kaget melihat ada sepiring nasi yang sudah basi di dalamnya. Nasi itu sudah berlendir dan tampak kekuning-kuningan. Tentu saja bau yang dikeluarkan tidaklah sedap. Menjijikan sekali melihat nasi basi itu. Namun tidak ada pilihan lain. Perlahan aku ambil plastik, lalu aku sendok nasi basi itu perlahan-lahan untuk dimasukkan ke plastik. Satu sendok, dua sendok, tiga sendok, dan seterusnya hingga hanya tersisa beberapa butir nasi saja. Lalu perlahan saya tutup plastik tersebut, dan tentu saja bau busuk masih tercium. Lalu saya buang nasi basi itu ke tempat sampah. Apa yang bisa kita pelajari dari cerita nasi basi di atas? Apakah nasi basi juga bisa menjadi guru untuk kita?
129
Ya, kita bisa belajar dari nasi basi. Ternyata kita dengan nasi basi kurang lebih sama bahkan mirip. Mengapa? Saat nasi sudah tidak layak dimakan karena basi, nasi akan mengeluarkan bau busuk, mengeluarkan lendir, berubah warna, dan hampir semua orang enggan menyentuhnya. Nasi yang tadinya bermanfaat untuk tubuh, kini menjadi sampah. Demikian pula dengan kita. Saat kita sudah tidak berdaya. Tubuh kita ini akan mengeluarkan bau busuk. Menjadi berlendir dan berubah warna. Semua orang akan enggan menyentuh tubuh busuk ini. Saat nasi belum basi, nasi sangat bermanfaat untuk tubuh kita. Bahkan hampir setiap hari kita butuh makan nasi. Nasi bisa dihidangkan dengan berbagai macam sayur dan lauk pauk yang baik dan sehat dikonsumsi. Nasi juga bisa dimasak jadi berbagai macam masakan, seperti nasi goreng, nasi tim, nasi ayam, dan lain-lain. Nah, selanjutnya dari cerita tadi.... Saat sekarang ini, kita diibaratkan seperti nasi yang masih baik, masih layak dimakan, dan telah dipilih dari beras-beras bermutu. Sedangkan sayuran dan lauk pauk adalah teman-teman di sekitar kita yang dapat
130
Nasi Basi yang Menjijikan
membantu kita dan kita dapat bekerja sama dengan mereka. Untuk menjadi manusia yang berguna bagi makhluk lain. Sama seperti nasi dan lauk pauk yang baik untuk kesehatan, demikian pula kita dan teman kita dapat bermanfaat untuk lingkungan kita. Jadi selama kita masih menjadi nasi-nasi yang baik, teruslah kita semangat mendedikasikan diri untuk lingkungan kita. Menjadi nasi-nasi yang menyehatkan tubuh manusia. Karena kita tidak pernah tahu kapan kita akan menjadi nasi basi. Apakah saat kita berumur 70 tahun kita baru menjadi nasi basi? Atau ketika kita berumur 30 tahun kita menjadi nasi basi? Siapa tahu saya, Anda, atau teman-teman di sekeliling kita esok sudah menjadi nasi basi? Ingat, perubahan datang seketika! Siapa yang tahu?
131
Selama pikiran ini masih berfungsi, selama tubuh ini masih berfungsi, marilah kita berusaha untuk menjadi manusiamanusia yang berguna bagi lingkungan kita. Mari kita menjadi nasi-nasi yang baik untuk kesehatan.
“Standar terbaik untuk mengukur keberhasilan Anda dalam kehidupan adalah dengan menghitung jumlah orang yang telah Anda buat bahagia.” ~ Robert J. Lumsden
132
Nasi Basi yang Menjijikan
Ketika hancur, tidak ada gunanya lagi.
Bagian Awal Mungkin terlihat tidak lazim bagian akhir sebuah buku malah berisi bab dengan tajuk ”Bagian Awal”. Ya, demikianlah 23 cerita yang Anda baca dari buku ini menjadi awal dari kehidupan baru kita yang lebih baik. Apa yang saya tuliskan di sini belumlah semuanya dapat saya praktikkan dengan sempurna. Akan tetapi, dengan menceritakan kepada para pembaca, semata-mata agar kita dapat tumbuh bersama dan juga untuk memotivasi diri saya sendiri agar dapat menjadi lebih baik setiap harinya. Buku ini juga merupakan bagian awal dari hidup saya dalam menuliskan sebuah buku. Tidak pernah terbayangkan oleh saya sebelumnya untuk dapat menulis sebuah buku, padahal masa kecil dan remaja saya malas sekali berhubungan dengan buku. Hehehe.... Demikianlah 23 cerita yang saya tuliskan di buku ini mengiringi 23 tahun saya hidup di dunia ini. Dengan segala kesalahan dan kebaikan yang telah saya perbuat, semoga buku ini dapat menginspirasi kita semua agar menjadi lebih baik. Together We Grow, Vidi Yulius Sunandar
I-Me-Myself Vidi Yulius Sunandar lahir di Jakarta, 3 Desember 1986. Ia menyelesaikan studi S1-nya di Universitas Pelita Harapan, Tangerang, jurusan Desain Komunikasi Visual pada Juni 2009. Saat ini ia berkarya di Ehipassiko Foundation sebagai Desainer Grafis dan Dharmaduta. Pemuda satu ini memiliki hobi membaca, main bola, main games, menyanyi, dan menonton sepak bola. Semasa kuliah di Universitas Pelita Harapan, ia pernah menjabat sebagai Koordinator Rohani di Keluarga Mahasiswa Vidya Buddhis. Saat ini Vidi tinggal bersama mama dan papanya di Pondok Kopi, Jakarta Timur. Vidi bisa dihubungi melalui e-mail:
[email protected].