MORALITAS DALAM NOVEL SENJA DI JAKARTA KARYA MOCHTAR LUBIS
ARTIKEL Diajukan Sebagai Persyaratan Pendaftaran Wisuda pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
OLEH SUARDI LAPAMUSU NIM 311 409 057
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2013
MORALITAS DALAM NOVEL SENJA DI JAKARTA KARYA MOCHTAR LUBIS OLEH SUARDI LAPAMUSU NIM 311 409 057 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2013 Anggota Penulis,
Suardi Lapamusu (Koordinator) Dr. Hj. Ellyana Hinta, M.Hum (Anggota/Pembimbing I) Dr. Sance A. Lamusu, M.Hum (Anggota/Pembimbing II) ABSTRAK Suardi Lapamusu. 2013. Moralitas dalam Novel Senja di Jakarta Karya Mochtar Lubis. Skripsi. Universitas Negeri Gorontalo, Fakultas Sastra dan Budaya, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Tujuannya, yakni mendeskripsikan moral ditinjau dari prinsip sikap baik, keadilan, dan hormat terhadap diri sendiri dalam novel Senja di Jakarta karya Mochtar Lubis. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Sumber data yang diperoleh terdiri dari dua sumber, yakni data primer dan data sekunder. Analisis data sebagai
berikut.
(1)
mengklasifikasi
data,
(2)
menganalisis
data,
(3)
mendeskripsikan hasil, dan (4) menyimpulkan hasil penelitian. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis maka disimpulkan bahwa moral yang terdapat dalam novel Senja di Jakarta karya Mochtar Lubis mencerminkan perilaku yang bermoral maupun yang amoral. Bermoral seperti sopan santun, jujur, dan bertanggungjawab.
Amoral
seperti
berzina,
memamerkan kekayaan. Kata kunci; Moralitas, novel Senja di Jakarta.
minuman
beralkohol,
dan
PENDAHULUAN Masalah sastra tidak akan lepas dari kehidupan masyarakat. Hal ini didukung dengan pendapat Lubis (dalam Suyitno, 1986: 5), sastra tidak hanya memasuki ruang dan seluk-beluk serta nilai-nilai kehidupan personal, tetapi memasuki ruang dan seluk-beluk serta nilai-nilai kehidupan manusia dalam arti kosmopolit-total. Oleh karena itu, sastra bisa merasuk ke urat-urat nadi kehidupan manusia dalam politik, sejarah, perekonomian, perjuangan hak-hak azasi manusia, hukum dan aspirasi rakyat serta juga moral dan agama. Pemahaman Lubis di atas mengarahkan bahwa realita dalam lingkungan kehidupan masyarakat sangat berpengaruh besar terhadap penciptaan karya sastra. Berkenaan dengan hal di atas, pengarang menciptakan karya sastra ke dalam genre sastra yang meliputi bentuk puisi, prosa, dan drama. Ketiga bentuk karya sastra tersebut, dapat dijadikan sebagai kajian penelitian, akan tetapi penelitian ini difokuskan pada karya sastra yang berbentuk novel. Menurut Tarigan (2000: 165) di dalam novel tertuang ide, perasaan, pengalaman yang mengandung sifat yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan di masyarakat. Oleh karena itu, novel sebagai salah satu bentuk karya sastra yang mengungkapkan peristiwa menyangkut masalah-masalah kehidupan serta menggambarkan nilainilai yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, antara lain sifat-sifat baik dan luhur. Gambaran masalah-masalah kehidupan di masyarakat yang diceritakan dalam novel merupakan pengaruh rekayasa para pengarang, sehingga pada dasarnya karya-karya novel ada keterkaitannya dengan latar belakang sosial pengarang. Oleh karena itu, isi novel menggambarkan sebagian dari kehidupan pengarang baik yang dialami secara langsung atau tidak langsung. Sesuai dengan hal di atas, pengarang secara tidak langsung memberikan makna atau pesan-pesan penting kepada pembaca dan masyarakat pada umumnya, karena biasanya pengarang menyatakan maksud ide, pikiran, dan gagasannya melalui hal-hal yang bersifat tidak baik. Untuk menyikapi hal tersebut pembaca atau masyarakat pada umumnya harus lebih cerdas lagi dalam menganalisis
maksud dan tujuan pengarang, sehingga dapat mempertimbangkan sesuatu hal yang sifatnya baik atau buruk. Di dalam novel Senja di Jakarta karya Mochtar Lubis banyak menggambarkan berbagai macam masalah baik atau buruk perilaku seseorang di dalam menjalani kehidupan di masyarakat. Gambaran baik atau buruk perilaku seseorang dalan novel Senja di Jakarta karya Mochtar Lubis lebih mengarah pada kehidupan masyarakat yang sifatnya tidak berahklak, seperti memuaskan nafsu perempuan, memperkaya diri sendiri, menyia-nyiakan kepentingan rakyat, memamerkan kemewahan, penyelewengan dana partai, dan berdusta. Dalam hal ini, masyarakat pada umumnya telah menanamkan benih kehancuran terhadap dirinya sendiri dan pada gilirannya akan merusak negara, karena akibat perilaku tersebut. Hal tersebut di atas, membuat ketertarikan di dalam menganalisis penelitian pada masalah tentang moral, karena moral menurut Simorangkir (2003: 4) merupakan sesuatu hal yang berkaitan dengan tindakan atau perilaku yang menerapkan aturan atau petunjuk konkret tentang bagaimana ia harus bertindak dalam hidup ini sebagai manusia yang baik, dan bagaimana menghindari perilakuperilaku yang tidak baik. Tindakan atau perilaku moral itu dapat dilihat dari ketiga prinsip dasar moral, yakni pertama; prinsip sikap baik dalam hal ini jangan merugikan orang lain. Kedua; prinsip keadilan yaitu pada hakikatnya memberikan apa yang menjadi haknya atau pada umumnya hubungan manusia dengan manusia lain itu harus sama. Prinsip yang ketiga; hormat terhadap diri sendiri yakni jangan membiarkan diri kita diperalat atau diperbudak dan terlantar. Dari ketiga prinsip dasar moral di atas, jika dilihat dalam kehidupan masyarakat sekarang sangat berbeda, karena masyarakat pada umumnya lebih mengutamakan dirinya sendiri dibandingkan kepentingan orang lain. Misalnya sikap baik, sekarang ini banyak masyarakat yang lebih suka mengeluarkan kekayaannya di tempat-tempat hiburan. Padahal banyak orang di luar sana yang membutuhkan pertolongan. Oleh karena itu, sikap keadilan yang lebih ditingkatkan lagi pada masyarakat sekarang, agar masyarakat pada umumnya
bukan hanya sekadar menuntut hak serta mengabaikan kewajibannya kepada orang yang membutuhkan pertolongan. Seharusnya bekerja keras untuk kepentingan orang lain, sehingga kehidupan masyarakat akan menjadi sejahtera, adil, dan makmur. Gambaran hal tersebut di atas, tampak juga dalam novel Senja di Jakarta karya Mochtar Lubis. Prinsip dasar moral di atas biasanya juga tercermin pada seorang pemimpin. Seorang pemimpin biasanya berperilaku bijaksana, bertanggung jawab, adil, memperdulikan kesejahteraan rakyat dan tegas di dalam mengambil suatu keputusan yang dianggap benar. Dalam konteks ini berarti, pemimpin telah menjalankan apa yang semestinya menjadi tanggungjawabnya, bukan sebaliknya berperilaku yang tidak bermoral. Gambaran hal tersebut, tampak juga dalam novel Senja di Jakarta. Adapun gambaran kenyataan dalam kehidupan masyarakat politik sekarang ini, pada umumnya masyarakat selalu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan suatu jabatan dan kekuasaan untuk kepentingan pribadi, sehingga berdampak pada kehancuran terhadap kehidupan masyarakatnya. Hal ini tampak juga dalam gambaran novel Senja di Jakarta. Padahal jabatan itu hanyalah amanat yang seharusnya dijalankan secara benar dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan kapasitasnya sebagai seorang pemimpin. Berdasarkan uraian masalah-masalah di atas, maka penelitian ini difokuskan pada masalah moral, karena dalam novel ada pesan-pesan yang sebenarnya terkandung di dalamnya, dan juga kelebihan-kelebihan lain yang dijadikan sebagai pelajaran bagi masyarakat atau pembaca, sehingga harapan dari penelitian ini adalah dapat mengungkap berbagai bentuk dasar moral yang ada dalam novel. Oleh sebab itu, untuk kepentingan penelitian ini, maka dipilih novel Senja di Jakarta karya Mochtar Lubis untuk dijadikan sebagai objek penelitian karena di dalamnya terdapat gambaran mengenai pesan moral yang bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut. (1) Mendeskripsikan moral ditinjau dari prinsip sikap baik dalam novel Senja di Jakarta karya Mochtar Lubis, (2) Mendeskripsikan moral
ditinjau dari prinsip keadilan dalam novel Senja di Jakarta karya Mochtar Lubis, dan (3) Mendeskripsikan moral ditinjau dari prinsip hormat terhadap diri sendiri dalam novel Senja di Jakarta karya Mochtar Lubis. Adapun manfaat penelitian ini secara teoretis yakni memberikan pengetahuan tambahan terhadap pengembangan ilmu yang mengungkapkan berbagai bentuk prinsip dasar moral dalam kehidupan dilihat dari prinsip sikap baik, prinsip keadilan, serta prinsip hormat terhadap diri sendiri. Manfaat secara praktis antara lain; 1) Bagi Peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pemahaman terhadap kajian sastra khususnya tentang moral dalam novel Senja di Jakarta karya Mochtar Lubis, serta dapat mengaplikasikannya dalam melakukan penelitian selanjutnya. 2) Bagi Masyarakat/Peminat Sastra, hasil penelitian ini mampu memberikan pencerahan kepada para peminat sastra tentang arti dan pesan sastra yang sebenarnya, sehingga peminat sastra tidak hanya sekadar membaca dan menikmati, melainkan akan lebih mengarah pada interpretasi nilai-nilai yang terkandung dalam sastra khususnya novel, serta mengaplikasikan ke dalam lingkungan kehidupannya. 3) Bagi Pengembangan Pendidikan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukkan bagi penelitian selanjutnya, terutama penelitian di bidang sastra.
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan, melukiskan hasil penelitian secara faktual dan akurat. Dalam penelitian ini akan dideskripsikan moral yang dilihat dari prinsip sikap baik, prinsip keadilan, dan prinsip hormat terhadap diri sendiri dalam novel Senja di Jakarta karya Mochtar Lubis. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari dua sumber, yakni data primer (novel Senja di Jakarta) dan data sekunder (teori-teori yang ada hubungannya dengan penelitian). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik kepustakaan. Adapun langkah-langkah teknik ini, yakni sebagai berikut. (1) membaca dengan cermat novel Senja di Jakarta dengan memahami masalah yang terkandung di dalamnya, (2) mengidentifikasi data sesuai masalah, dan (3) mencatat data sesuai
masalah. Langkah-langkah dalam menganalisis data yakni sebagai berikut. (1) mengklasifikasi
data
sesuai
masalah,
(2)
menganalisis
masalah,
(3)
mendeskripsikan hasil analisis, dan (4) menyimpulkan hasil analisis.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1) Prinsip sikap baik a) Bentuk moral prinsip sikap baik dalam penyampaian secara langsung Ibu tirinya lewat tempat tidurnya, hendak membuka kain jendela, dan ketika lewat tempat tidurnya, Suryono menangkap tangannya dan menariknya ke tempat tidur. (SDJ. Hal 12) Adapun kutipan di atas termasuk prinsip sikap tidak baik karena terlihat sikap seorang anak yang tidak mempunyai rasa hormat terhadap orang tua, sehingga dengan sengaja menarik ibu tirinya ke tempat tidurnya, tetapi sikap baik akan tampak ketika seorang anak harus berperilaku sopan terhadap ibunya, bukan memperlihatkan kelakuan yang tidak sepantasnya dilakukan seorang anak, karena biar bagaimanapun hanya seorang ibu tiri, tetap harus dihormati. Sikap saling menghormati di dalam lingkungan kehidupan masyarakat sangat perlu diperhatikan, sehingga ada batasan antara yang dewasa, remaja, dan anak-anak di dalam pergaulan. Selain itu, di dalam lingkungan kehidupan seseorang bukan hanya bersikap saling menghormati, tetapi juga harus berpegang teguh terhadap sikap jujur. Hal ini tampak pada kutipan berikut. “Alangkah tidak adilnya dunia ini, orang yang hendak jujur tidak diberi kesempatan untuk jujur. Hanya satu rumah sederhana, dan orang tiada perlu memperkosa kehormatannya. Tidak, aku tidak mau aku mengalah. Biar Hasnah jadi marah, biar Hasnah jadi benci!!” (SDJ. Hal 71) Terlihat kutipan di atas termasuk prinsip sikap baik karena perilaku seseorang yang berpegang teguh atas kejujuran. Hal ini seseorang telah berbuat sesuatu hal yang baik terhadap dirinya sendiri. Meskipun dalam dirinya merasa bahwa dunia ini tidak adil akan kehidupan yang menimpa dirinya. Oleh karena
itu, perbanyaklah berdoa untuk diberikan rezeki yang cukup dan semua itu selalu diridhai Allah SWT. Setiap orang yang diberikan jabatan dan kekuasaan itu merupakan rezeki yang sudah di atur oleh Allah SWT, sehingga sebagai hambanya patut bersyukur atas karunia yang diberikan kepadanya, bukan sebaliknya melakukan perbuatan musyrik. Berikut kutipannya. Isterinya amat percaya pada jelangkung dan dukun-dukun. Isterinya bertanya apakah Halim akan menjadi anggota parlemen. Dan segera juga jelangkung itu mengangguk-angguk. Dan kini benar dia jadi anggota parlemen . Halim bukan orang yang percaya pada tahyul. Tapi kini dia agak bimbang juga sedikit. Kebetulan pada dirinya sungguh-sungguh terjadi. (SDJ. Hal 111) Kutipan novel di atas termasuk prinsip sikap tidak baik karena terlihat seseorang yang menyekutukan allah. Adapun sikap yang baiknya manusia harus lebih percaya kepada Allah SWT, karena setiap jabatan dan kekuasaan itu adalah rezeki yang sudah diatur Allah SWT, sehingga seharusnya manusia patut bersyukur kepadanya bukan percaya pada hal-hal yang sifatnya gaib, sebab secara tidak langsung seseorang telah melakukan perbuatan musyrik. Perbuatan akan hal ini sangat dimurkai Allah SWT. b) Bentuk moral prinsip sikap baik dalam penyampaian tidak langsung Berikut ini merupakan kutipan-kutipan bentuk pesan moral prinsip sikap baik secara tidak langsung. Itam melihat padanya, enggan di belakang matanya segera menghilang dan memberikan rokok kreteknya kepada Saimun, melihat dengan penuh awas bagaimana Saimun menghirup rokok kretek dalam-dalam dan mengembalikan rokok pada Itam, yang segera menghirupnya dalamdalam. (SDJ. Hal 2) Kutipan di atas termasuk prinsip sikap baik karena terlihat adanya perilaku berbagi suatu kesenangan, meskipun nilai kesenangannya itu tidak terlalu besar. Dalam hal ini, ada pelajaran yang patut dicontoh bahwa dalam lingkungan
kehidupan masyarakat, suatu persahabatan lebih diutamakan sikap kebersamaan, sehingga perasaan susah ataupun senang itu dirasakan bersama-sama. Persahabatan yang baik tampak pada Itam yang selalu memberikan pelajaran dan motivasi bagi sahabatnya. Berikut kutipannya. “Apa narik beca nggak lebih enak dari kerja beginian?” tiba-tiba Saimun bertanya pada Itam. “Entah,” kata Itam. “apa lhu nggak ingat si Pandi, tukang beca yang dulu mati begituan, muntah-muntah darah, dan dia baru narik beca satu tahun. (SDJ. Hal 5) Dari kutipan di atas termasuk prinsip sikap baik karena mengandung pelajaran bahwa dalam menjalani suatu kehidupan, seharusnya belajar dari pengalaman hidup orang lain, sehingga ada motivasi untuk mengarahkan ke mana kita harus melangkah ke depannya. Hal tersebut dikarenakan perilaku Itam yang menggambarkan kisah hidup orang lain, sehingga sesuatu yang dapat merugikan diri sendiri akan dijadikan sebuah pelajaran dalam hidup. Selain itu, sikap Ibu Yom yang selalu mengerti keadaan ekonomi Itam dan Saimun. Tampak pada kutipan berikut. 2) Prinsip keadilan a) Bentuk moral prinsip keadilan dalam penyampaian secara langsung Bentuk moral prinsip keadilan dalam penyampaian secara langsung tampak pada kutipan-kutipan di bawah ini. Pagi itu, ketika Saimun, kuli sampah, sedang mendorongkan kerangjang sampah di tempat pembuangan sampah, dalam hujan gerimis, Suryono sedang mengeliatkan badannya di tempat tidurnya yang panas, malas dia bangun, enak terasa tidur demikian, melihat hujan gerimis dihembuskan angin ke kaca jendela. (SDJ. Hal 10) Kutipan di atas termasuk prinsip tidak adil, karena kesulitan ekonomi yang dirasakan oleh Saimun terasa amat berat, sedangkan para penguasa hanya mensejahterakan hidupnya sendiri. Serba kecukupan yang dirasakan para penguasa inilah yang membuat mereka hidup praktis. Berbeda dengan mereka yang mempertaruhkan hidupnya di pinggir jalan berhari-hari untuk mencari sesuap nasi. Jalanan menjadi tempat untuk mengadu nasib bagi mereka yang serba
kekurangan, di mana mereka harus mencari pekerjaan apa saja kiranya itu dapat membuat mereka bertahan hidup. Adapun keadilan akan tampak ketika seorang Suryono dapat merasakan penderitaan rakyat kecil dan bisa berbagi kesenangan, karena orang seperti Suryono punya tanggungjawab untuk bisa lebih memperhatikan rakyat yang membutuhkan pertolongan. Hal tersebut juga tampak pada tokoh Raden Kaslan yang selalu memamerkan kemewahannya. Berikut kutipannya. Raden Kaslan memesan makanan tanpa melihat lagi lebih dahulu ke daftar harga-harga di sebelah nama-nama makanan dan minuman, dan kemudian pandangan serba mahal dan mewah mereka bertemu kembali, disambut dengan senyum penuh mewah Fatma. (SDJ. Hal 56) Kutipan di atas termasuk prinsip tidak adil, adapun yang adil seorang pemimpin seharusnya lebih memperhatikan kehidupan rakyatnya yang dalam bayang-bayang kesengsaraan. Bukan sebaliknya bersenang-senang akan kekayaan yang dimilikinya, karena bagaimanapun seorang pemimpin mempunyai tanggung jawab akan kelangsungan kehidupan masyarakatnya. Dalam hal ini sikap keadilan yang perlu ditingkatkan lagi dalam diri seorang pemimpin. b) Bentuk moral prinsip keadilan dalam penyampaian tidak langsung Bentuk moral prinsip keadilan dalam penyampaian secara tidak langsung tampak pada kutipan-kutipan di bawah ini. “Terlalu cerewetnya,” kata Itam. Saya pantang tidak bayaran utang. Biar habis baju tinggal celana katok, tapi hutang mesti di bayar. Apalagi utang makan.” (SDJ. Hal 8) Kutipan di atas termasuk prinsip keadilan karena sesuatu kebutuhan yang ia perlukan telah dipenuhi oleh orang lain, maka sebaliknya ia harus memberikan apa yang menjadi kewajibannya. Hal inilah yang patut dicontoh dalam lingkungan kehidupan di masyarakat. Selain itu, keadilan bukan hanya diterapkan kepada orang lain melainkan terhadap diri sendiri. Hal ini tampak pada kutipan berikut. “Akan tetapi engkau bukanlah tidak melarat? Lihat bajumu, terus bagus. Kain terus baru. Minyak wangi tidak kurang-kurang,” kata Hasnah, pada Dahlia. (SDJ. Hal 39)
Dari kutipan di atas termasuk prinsip keadilan karena pada dasarnya manusia bukan hanya berlaku adil terhadap orang lain, melainkan bersikap adil juga terhadap dirinya sendiri, yakni memperhatikan kebutuhan diri sendiri. Hal lain tampak pada kutipan berikut, yakni seorang Raden Kaslan yang tidak memiliki rasa belas kasih kepada sesama manusia. Pak Ijo bertambah gemetar, dan berkata, “tapi saya lapar tuan, dan anak saya dan isteri saya lapar tuan. Dari kemarin kami belum makan, tuan.” Sebentar Raden Kaslan terdiam, akan tetapi segera dia berseru kembali dengan marah, “Kamu bohong, sakit apa kamu?” (SDJ. Hal 60) Adapun kutipan di atas termasuk prinsip tidak adil karena mencerminkan perilaku seorang yang tidak punya rasa kasihan terhadap orang lain. Artinya manusia banyak dibutakan akan suatu jabatan, sehingga dengan seenaknya menindas kaum yang lemah. Tanpa peduli bahwa yang dilakukannya adalah dapat merugikan orang lain. Padahal dalam agama dianjurkan untuk sesama manusia harus saling tolong menolong. Dalam hal ini, sikap keadilan yang dituntut lebih ditingkatkan, supaya tidak hanya berlaku semena-mena terhadap rakyat kecil. 3) Prinsip hormat terhadap diri sendiri a) Bentuk moral prinsip hormat terhadap diri sendiri dalam penyampaian secara langsung Hal ini tampak moral prinsip hormat terhadap diri sendiri pada kutipankutipan di bawah ini. Saimun mengencangkan ikat pingganngya. Perutnya sudah mulai lapar. Belum ada isinya apa-apa. Dan hari masih pagi. Hujan gerimis yang turun sejak dinihari membuat perut tambah lapar. Saimun menyalahkan hujan. Dengan kakinya yang telanjang dan penuh kotoran lumpur, dan kotoran yang melekat ke kaki yang telanjang itu ditolakkannya ke keranjang yang penuh sampah dari puncak timbunan sampah. (SDJ. Hal 1) Pada kutipan di atas termasuk prinsip yang tidak hormat terhadap diri sendiri karena terlihat seseorang yang membiarkan dirinya untuk menahan rasa lapar. Padahal setiap orang harus memperhatikan akan kebutuhan dirinya. Adapun
seharusnya manusia hidup di dunia ini bukan hanya berlaku hormat terhadap orang lain melainkan pada dirinya sendiri, sehingga mempunyai tanggungjawab terhadap kebutuhan diri masing-masing. Dalam konteks ini, seseorang jangan sampai membiarkan dirinya terlantar. Selain itu, Saimun juga memiliki kecerdasan di dalam mengatur kehidupannya. Berikut kutipannya. Akhirnya Saimun berhenti menghitung-hitung uangnya, dan kembali makan rakus-rakus. Dia melihat ke sepotong ikan ayam, sebentar hatinya terpedaya hendak meminta potongan goreng ayam. Akan tetapi teringat harganya ... kepalanya cepat berhitung, dan dengan penuh menyesal ditahan nafsunya, dan minum kopinya habis-habis. (SDJ. Hal 8) Kutipan di atas termasuk prinsip hormat terhadap diri sendiri karena perilaku seseorang yang dapat mengendalikan dirinya. Di dalam lingkungan kehidupan masyarakat, sikap seseorang seharusnya lebih cerdas berpikir untuk memperhitungkan kebutuhannya, sehingga ia dapat mengendalikan hal-hal yang didasarkan pada keinginan hawa nafsunya. Secara tidak langsung ia telah berupaya untuk tidak menyusahkan dirinya. Hal inilah yang perlu dipelajari dalam mengatur suatu kehidupan. b) Bentuk moral prinsip hormat terhadap diri sendiri dalam penyampaian tidak langsung Berikut ini merupakan kutipan-kutipan bentuk moral prinsip hormat terhadap diri sendiri secara tidak langsung. “Ya, memang aku tidak ada di rumah. Aku tidak ada di rumah untuk orang yang sedang merasa kesal dan sepi, dan iseng. Jangan kira aku tidak kenal engkau Yono. Kalau engkau merasa sepi dan iseng, baru engkau datang padaku. Selamat pagi!” Ies meletakkan telponnya. (SDJ. Hal 18) Dari kutipan di atas termasuk prinsip hormat terhadap diri sendiri karena seorang sahabat bukan nantinya ada masalah baru diperlukan dan ketika tidak ada masalah ia sudah lupa, sehingga terlihat di atas sikap seseorang yang tidak mau dijadikan alat sebagai pelampiasannya. Dalam hal ini, ia tidak membiarkan dirinya diperalat orang lain. Hal lain tampak pada Akhmat yang bertindak untuk
memperalat orang lain demi kepentingan partainya. Hal ini tampak pada kutipan berikut. Akhmad berdiri, dan kemudian dia mengeluarkan dua buah amplop dari sakunya, dan memberikan amplop masing-masing pada Udin dan Bambang. “Sebagai aktivis partai yang berjasa besar, maka saudara berdua mendapat sokongan lagi dari partai. Di dalamnya ada uang dua ratus rupiah untuk saudara masing-masing.” Udin dan Bambang mengucapkan terimah kasih, dan berjanji akan menjalankan perintah partai sebaik-baiknya. (SDJ. Hal 120). Adapun kutipan di atas termasuk perilaku prinsip yang tidak hormat terhadap diri sendiri karena tampak seseorang yang dimanfaatkan sebagai alat penindasan, dan melahirkan sistem persaingan, maka uang akan menjadi segalagalanya dalam kehidupan setiap orang. Kondisi ini yang memaksa orang untuk memanfaatkan orang lain dalam hal mencari keuntungan, tanpa adanya rasa perihatin terhadap nasib orang lain. Hal ini dilakukan oleh para penguasa yang memiliki harta dan kekuasaan, sehingga dapat berbuat apa saja yang mereka inginkan. Dalam hal ini, seseorang seharusnya lebih cerdas lagi di dalam berfikir akan perbuatan yang dilakukan, karena setiap manusia yang ada di dunia ini mempunyai tanggungjawab terhadap dirinya masing-masing, sehingga secara tidak langsung akan tampak prinsip hormat terhadap diri sendiri.
PENUTUP Berdasarkan hasil pembahasan pada bab empat, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut. Moral ditinjau dari prinsip sikap baik dalam novel Senja di Jakarta karya Mochtar Lubis memperlihatkan gambaran perilaku masyarakat seperti sopan santun, kejujuran, nurani yang baik, sikap yang terpuji dalam masyarakat. Selain itu, tampak juga sikap baik, seperti menghormati, bersyukur, mendoakan orang lain, kesadaran, rela berkorban, tolong-menolong, dan ikhlas. Hal inilah yang patut untuk dicontoh di dalam lingkungan kehidupan masyarakat. Moral ditinjau
dari prinsip keadilan dalam novel Senja di Jakarta karya Mochtar Lubis terlihat beberapa perilaku keadilan pada diri sendiri antara lain; menyediakan kebutuhan pokok, dan adil sesama manusia (berbagi kesenangan, berbelas kasih, perlakuan yang sama, merasakan penderitaan orang lain, memperhatikan kehidupan rakyatnya, dan memberikan hak orang lain), dan moral ditinjau dari prinsip hormat terhadap diri sendiri dalam novel Senja di Jakarta karya Mochtar Lubis mencerminkan sikap pengendalian diri, minuman beralkohol, berputus asa, merampok, pegangan hidup, membiarkan diri terlantar, memperalat orang lain, dan menyesali dirinya telah diperalat. Sesuai simpulan di atas, maka dapat diambil beberapa saran sebagai berikut. Moral ditinjau dari prinsip sikap baik, prinsip keadilan, dan prinsip hormat terhadap diri sendiri dalam novel Senja di Jakarta karya Mochtar Lubis ini semoga dapat dipahami oleh para pembaca sehingga makna yang tertuang dalam novel ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang yang membaca sebuah karya fiksi, khususnya novel yang mengangkat persoalan yang melanggar moral, janganlah dinilai sebagai karya yang negatif. Namun seharusnya dimaknai apa yang sebenarnya terkandung di dalamnya yang bisa dijadikan sebagai patokan dalam menjalani kehidupan dengan cara mempertimbangkan sesuatu hal yang sifatnya baik atau buruk. Penelitian ini bukanlah suatu penelitian yang sifatnya utuh. Oleh sebab itu, diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat melakukan kajian lebih mendalam lagi terhadap novel-novel kesastraan.
DAFTAR PUSTAKA
Simorangkir, O.P. 2003. Etika: Bisnis, Jabatan, dan Perbankan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Suyitno. 1986. Sastra Tata Nilai dan Eksegesis. Yogyakarta: PT. Hanindita. Tarigan, Henry Guntur. 2000. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.