Modul ke:
AKUNTANSI BIAYA Just –In-Time dan Backflushing
Fakultas
EKONOMI Program Studi
AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id
VENY, SE.MM
Bagian Isi Modul • • • •
Perbedaan Sistim Produksi Just-In-Time dan Sistem Produksi Tradisional. Definisi velositas persediaan. Dampak JIT terhadap kehilangan prodksi dan fungsi pembeliaan Ayat jurnal umum akuntansi backflush.
• Kemampuan akhir yang diharapkan 1. Dapat menjelaskan produksi just-in-time (JIT) dan membedakannya dengan sistem produksi tradisional. 2. Dapat mendefinisikan velositas persediaan dan menyatakan hubungannya dengan tngkat persediaan. 3. Mengetahui dampak potensial JIT terhadap kehilangan produksi. 4. Dapat menjelaskan dampak JIT terhadap fungsi pembelian. 5. Dapat menyebutkan hubungan antara JIT dan backflushing. 6. Dapat membuat ayat jurnal umum dan akun T untuk akuntansi backflush.
JUST-IN-TIME Just-In-Time (JIT) adalah filosofi yang dipusatkan pada pengurangan biaya melalui eliminasi persediaan. Eliminasi persediaan disatu pihak menghilangkan kebutuhan akan tempat penyimpanan dan biaya penyimpanan. Namun di lain pihak eliminasi persediaan membutuhkan beban kerja bermutu tinggi. Aspek yang paling mencolok dari JIT adalah usaha untuk mengurangi persediaan barang dalam proses (work in process—WIP) dan bahan baku. Pada sistem tradisional pada umumnya persediaan WIP dalam jumlah besar disimpan dibanyak lokasi kerja. JIT yang ideal bertujuan untuk mengeliminasi persediaan WIP ini dan memproduksi komponen sesuai dengan kebutuhan. Tujuan dari JIT adalah ukuran batch sama dengan satu unit. Tapi tujuan mengurangi persediaan ke titik nol hanya mungkin dicapai dalam kondisi: 1. Biaya dan waktu persediaan yang rendah atau tidak signifikan. 2. Ukuran lot sama dengan satu. 3. Waktu tunggu minimum 4. Beban kerja seimbang dan merata 5. Tidak ada interupsi kehabisan persediaan, kualitas buruk, pemeliharaan mesin yang tidak sesuai jadwal, perubahan spesifikasi atau perubahan lain yang tidak terencana.
JUST-IN-TIME JIT DAN VELOSITAS Terdapat hubungan penting dan langsung antara ukuran WIP dan kecepatan produksi. Jika 1.000 unit diproduksi perhari, dan 2.000 unit berada dalam proses setiap waktu, maka satu unit memakan waktu rata-rata 2 hari (2.000 : 1.000) untuk melewati sistem tersebut. Hal ini disebut sebagai throughput time selama 2 hari. Jika kecepatan sistem digandakan agar throughput time hanya satu hari maka output yang sama sebesar 1.000 unit /hari akan dicapai dengan 1.000 unit dalam WIP. Jika output tetap sementara jumlah unit dalam proses diturunkan separuhnya, maka kecepatan sistem telah digandakan, kecepatan tersebut disebut velositas. Berikut adalah ilustrasinya. Asumsikan bahwa biaya penyimpanan tahunan sebesar 25% dari biaya produksi variabel dan biaya variabel dari rata-rata WIP adalah sebesar Rp.200.000. Manajemen merencanakan untuk menggunakan JIT guna mengandalkan velositas WIP tanpa mengubah total output tahunan. Hal ini akan dicapai dengan menurunkan rata-rata ukuran batch menjadi separuhnya sehingga menghasilkan penghematan sebesar Rp. 25.000 (25% x ½ x Rp.200.000) dalam biaya penyimpanan.
JUST-IN-TIME JIT DAN KERUGIAN PRODUKSI Pengurangan WIP adalah sederhana, yaitu hanya terdapat sedikit unit menunggu di, atau berpindah ke, setiap lokasi. Hal ini dapat menimbulkan dampak yang besar terhadap kerugian produksi. Sebagai contoh asumsikan suatu lingkungan produksi digambarkan sebagai berikut : Jumlah lokasi kerja dimana ada WIP Rata-rata jumlah WIP perlokasi kerja Biaya penyimpanan per tahun Pengurangan yang direncanakan dalam tingkat WIP Pengurangan yang dirancanakan dalam tingkat output akhir Aliran Fisik dari unit disetiap lokasi kerja Rata-rata biaya variabel per unit dalam WIP Rata –rata kerugian dalam rupiah per unit barang cacat
20% 400% 25% 60% Tidak ada % FIFO % Rp. 100% 20%
Selanjutnya diasumsikan bahwa selama tahun depan , total jumlah kasus dilokasi kerja yang berada diluar batas kendali memproduksi barang cacat sebanyak 1.000 kasus. Separuhnya, kondisi diluar kendali akan ditemukan dilokasi kerja. Separuh lainnya, barang cacat yang terjadi adalah sebesar 10% dari jumlah unit produksi.
JUST-IN-TIME Barang cacat tersebut kemudian menjadi WIP antar station, dimana barang cacat ditemukan operator station berikutnya, dan kondisi diluar kendali diperbaiki setelah ditemukan. Jika tidak ada unit yang memiliki lebih dari satu cacat dan tidak ada perubahan yang dilakukan dalam sistem, maka 60% pengurangan dalam WIP akan menghasilkan penghematan sebesar Rp.360.000 yang terdiri atas penghematan biaya penyimpanan sebesar Rp.120.000 dan penghematan dalam biaya barang cacat sebesar Rp.240.000 yang dihitung sbb:
Penghematan dalam biaya penyimpanan : = 25% x pengurangan dalam rata-rata biaya variabel WIP = 25% x 60% x rata rata biaya variabel WIP masa lalu = 0,25 x 0,6 (20 x 40 x Rp.100) = Rp. 120.000
JUST-IN-TIME Penghematan dalam biaya barang cacat : = Rp.20 x pengurangan dalam jumlah unit barang cacat = Rp. 20 x
Pengurangan dalam jumlah unit cacat yg diproduksi setiap kali ada kondisi diluar kendali yang tidak ditemukan
x
Jumlah kondisi di luar kendali yang ditemukan dengan segera.
= Rp. 20 x (60% x 400 x10%) x (1/2 x 1.000) = Rp. 20 x 24 x 500 = Rp. 240.000 Hubungan antara kerugian dan tingkat WIP, keuntungan yang diberikan dengan penerapan JIT antara lain : 1. Mengurangi kerugian produksi secara drastis sehingga dapat memberikan kontribusi bagi perbaikan mutu. 2. Pengurangan persediaan bahan baku. Tidaka hanya dibutuhkan ruangan yang sedikit tetapi juga pengurangan resiko kerusakan persediaan bahan baku.
JUST-IN-TIME JIT DAN PEMBELIAN Penarapan JIT pada fungsi pembelian bertujuan agar persediaan bahan baku maupun persediaan WIP berada pada tingkat yang benar benar minimum. JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas pembelian dengan cara : 1. Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi sumber sumber yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pemasok. 2. Memiliki pelanggan atau pembeli dengan program pembelian yang mapan. 3. Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan biaya yang tidak bernilai tambah. 4. Mengurangi waktu dan biaya untuk program program pemeriksaan mutu. Beberapa hambatan dalam pembelian JIT seperti tata letak produksi, frekwensi perubahan jadwal, sikap agen pembeliaan dan pemasok keandalan perusahaan pengankutan dan jarak pemasok. Ketika masalah-masalah tersebut dapat diatasi hasil yang dieroleh adalah pengurangan yang mengesankan dalam biaya produksi.
JUST-IN-TIME JIT DAN PENGORGANISASIAN PABRIK Pendekatan JIT dalam pengorganisasian pabrik adalah untuk merubah tata letak tradisional menjadi sele-sel kerja. Setiap sel bertanggung jawab atas seluruh produksi dari suatu produk. Jika seluruh pabrik diatur menjadi sel sel JIT, hasilnya adalah hilangnya departmen produksi tradisional serta hampir semua departmen jasa. Fungsi tradisional dari departmen jasa seperti penyimpanan bahan baku, penyimpanan WIP, penyimpanan barang jadi , inspeksi penerimaan dan percepatan mungkin sama sekali tidak dibutuhkan sehingga menghasilkan penghematan. Dampak lain dari perngorganisasian pabrik adalah terhadap mutu produk yang mengesankan. Ingat, bahwa salah satu unsur TQM adalah pemberdayaan pekerja. Pemberdayaan tingkat tinggi dimungkinkan bila suatu Tim Sel memiliki otonomi atas setiaplangkah produksi. Dampak akhir JIT atas pengorganisasian pabrik adalah pada kebutuhan akan luas lantai pabrik. Banyak pihak setelah menerapkan JIT terkejut atas besarnya lantai pabrik yang tidak lagi diperlukan.
BACKFLUSHING Backflushing merupakan pendekatan yang dipersingkat atas akuntansi dari aliran biaya manufakturing. Inti Perhitungan Biaya Backflush Tujuan perhitungan biaya backflush adalah untuk mengurangi jumlah kejadian yang diukur dan dicatat dalam sistem akuntansi. Pada perhitungan biaya backflush akun persediaan tidak lagi disesuaikan selama periode akuntansi guna mencerminkan semua biaya produksi, melainkan saldonya dikoreksi menggunakan ayat jurnal akhir periode. Selain itu tidak ada catatan buku pembantu yang dipelihara untuk unit barang dalam proses. Akuntansi untuk persediaan bahan baku dan juga WIP dapat diubah menjadi perhitungan biaya backplush. Hal ini disebabkan karena dalam penerapan JIT yang berhasil dimana perhitungan biaya backflush digunakan, bisa saja tidak terdapat pemisahan antara persediaan bahan baku dengan WIP karena bahan baku digunakan langsung dalam proses produksi, sehingga persediaan bahan baku dan WIP dijadikan satu akun. Dalam akumulasi biaya berdasarkan pesanan dan proses, biaya dari pekerjaan yang selesai ditentukan dengan membebankan semua elemen biaya, yaitu biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead ke persediaan WIP.
BACKFLUSHING Dalam perhitungan biaya backflush menentukan sebagian atau semua elemen biaya dari setelah produksi selesai. Analogi Dasar dari Akuntansi Keuangan Ada dua metode persediaan yang berbeda yang digunakan oleh perusahaan nonmanucfactur, yaitu metode perpectual dan metode periodik. Metode perpectual ; Akun persediaan barang dagangan didebit untuk setiap pembelian barang dan dikredit untuk HPP dari setiap penjualan barang. Metode periodik ; Saldo awal persediaan barang dagangan tidak beruba selama periode akuntansi. Penyesuaian di akhir periode dibuat agar saldo akhirnya sama dengan hasil perhitungan fisik. HPP untuk periode akuntansi tersebut , dihtung dan dicatat hanya di akhir periode. Hal ini dilakukan dengan menambahkan saldo awal biaya persediaan barang dagangan ke total pembelian dan menguranginya dengan biaya persediaan akhir. Ayat jurnal akhir periode digunakan untuk menyesuaikan akun persediaan barang dagangan ke saldo akhir yang benar dan mencatat HPP untuk periode tersebut.
BACKFLUSHING ILUSTRASI BACKFLUSH COSTING AB Company memproduksi peralatan elektronic menggunakan bahan baku dan komponen yang dibeli. Total waktu penerimaan bahan baku sampai dengan penyelesaian suatu unit adalah kurang dari 2 hari . AB comp. Menyimpan sejumlah kecil persediaan barang jadi, tetapi karena pengaturan dilakukan oleh sistem JIT, maka persediaan bahan baku dan barang dalam proses minim. Biaya bahan baku digabungkan dengan biaya barang dalam proses dalam satu akun yaitu Bahan Baku dan Dalam Proses (Raw and In Process—RIP) yang tidak memiliki buku pembantu. AB company menggunakan perhitungan fisik berkala untuk pengendalian. Semua persediaan dihitung secara fisik di setiap bulan, kemuadian dibuat estimasi atas jumlah biaya konversi yang seharusnya dibebankan ke persediaan barang jadi dan sejumlah kecil dari unit yang separuh selesai dalam RIP. Biaya bahan baku di backflush dari RIP ke Persediaan Barang Jadi dan dari persediaan Barang Jadi ke Harga pokok Penjualan berdasarkan perhitungan fisik bulanan. Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Overhead dibebnkan ke akun HPP
BACKFLUSHING Transaksi transaksi pilihan dan informasi lainya untuk AB company di bulan Januari dijelaskan dan dijurnal sebagai berikut. Transaksi yang tidak berhubungan dengan dengan biaya produksi tidak dimasukan. Saldo Akun persediaan tanggal 1 Januari : RIP Barang Jadi Perlengkapan
Rp. 21.000 170.000 20.000
Saldo RIP terdiri atas biaya bahan baku Rp.20.100, yang sebagian besar belum diproses, ditambah biaya konversi sebesar Rp.900 yang dibebankan ke dalam pekerjaan yang baru diproses sebagian. Saldo persediaan barang jadi terdiri atas biaya bahan baku sebesar Rp.84.000 dan estimasi biaya konversi sebesar Rp.86.000 Saldo akun persediaan tanggal 31 Januari : RIP Barang Jadi Perlengkapan
Rp. 23.000 174.000 5.000
BACKFLUSHING Saldo RIP terdiri atas biaya bahan baku sebesar Rp.21.600, yang sebagian besar masih belum diproses, ditambah estimasi biaya konversi Rp.1.400 yang dibebankan ke pekerjaan yang baru diproses sebagian. Saldo Persediaan Barang Jadi terdiri atas biaya bahan baku sebesar Rp.85.800 dan estimasi sebesar Rp.88.200. Berikut adalah transaksi dan ayat jurnalnya : 1.
Bahan baku yang diterima dari pemasok
RIP
$ 406.000
406.000 Utang usaha
406.000
Ini merupakan jurnal secara garis besar atas semua penerimaan bahan baku selama periode berjalan. Pada saat bahan baku langsung digunakan, tidak ada jurnal yang diperlukan , karena sladonya tetap berada di akun RIP 2. Bahan baku tidak langsung yang digunakan Pengendali overhead pabrik Perlengkapan
$ 15.000 $15.000
Bahan baku tidak langsung dicatat pada saat digunakan.
15.000
BACKFLUSHING 3. Total beban gaji kotor sebesar $160.000 dicatat dan dibayarkan. Beban gaji Gaji yang masih harus dibayar Gaji yang masih harus dibayar Kas
$160.000 160.000 160.0000
4. Distribusi beban gaji adalah sbb : Tenaga Kerja Langsung Tenaga Kerja Pabrik Tidak langsung Gaji bgaian pemasaran Gaji bagian administrasi
160.000
$ 25.000 45.000 50.000 40.000
Jurnal : Harga Pokok Penjualan 25.000 Pengendali Overhead Pabrik 45.000 Pengendali Beban Pemasaran 50.000 Pengendali beban administratif 40.000 Beban gaji 160.000 Tenaga kerja langsung dibebankan ke akun HPP. (Dalam akumulasi biaya berdasarkan pesanan atau proses , tenaga kerja langsung dibebankan ke akun barang dalam proses.
BACKFLUSHING 5. Overhead pabrik terdiri atas : Penyusutan Asuransi dibayar dimuka Jurnal : Pengendali overhead Akumulasi penyusutan Beban dibayar dimuka 6. Biaya overhead pabrik lain-lain : Dibayar tunai Dikreditkan ke hutang Jurnal : Pengendali Overhead Pabrik Kas Utang Usaha
$ 290.000 9.000 299.000 290.000 9.000
$ 17.000 4.000 21.000 17.000 4.000
7. Overhead pabrik yang diakumulasi diperkiraan pengendali overhead pabrik dibebankan ke akun Harga Pokok Penjualan. Jurnal: Harga pokok Penjualan 380.000 Pengendali Overhead 380.000 Overhead dibebankan ke akun harga pokok penjualan (dalam akumulasi biaya berdasarkan pesanan atau proses , tenaga kerja langsung dibebankan ke akun barang dalam proses.
BACKFLUSHING 8. Komponen biaya bahan baku atas pekerjaan yang telah selesai di backflush dari RIP . Jurnal : Barang jadi 404.500 RIP 404.500 Untuk membackflush biaya bahan baku dari RIP ke Barang Jadi. Hal ini adalah pengurangan pasca produksi. Perhitungannya adalah sbb : Bahan baku di saldo RIP 1 Januari $ 20.100 Bahan baku diterima selama bulan Januari 406.000 $426.100 Bahan baku di saldo RIP 31 Januari berdasarkan perhitungan fisik (21.600) Jumlah untuk di backflush $404.500 dari RIP 9. Komponen biaya bahan baku atas pekerjaan yang telah dijual di-backflush dari Barang Jadi. Jurnal : Harga Pokok Penjualan 402.700 Barang jadi 402.700 Untuk mem-backflush biaya bahan baku dari RIP ke Harga Pokok Penjualan. Perhitungannya sbb: Barang jadi tanggal 1 Januari $ 84.000 Barang jadi yang ditransfer dari RIP 404.500 $ 488.500 Barang jadi 31 Januari berdasarkan hasil perhitungan fisik (85.000) Jumlah untuk di backflush $ 402.700
BACKFLUSHING 10. Saldo akhir ditetapkan dalam akun persediaan dengan menyesuaikan komponen biaya konversinya. Jurnal : RIP 500 Barang Jadi 2.200 Harga Pokok Penjualan 2.700 Biaya konversi dalam akun persediaan disesuaikan dengan estimasi yang dibuat diperhitungan fisik tanggal 31 Januari. Untuk RIP penyesuaiannya adalah dari $900 ditanggal 1 januari menjadi $1.400 di tanggal 31 Januari. Untuk barang Jadi penyesuainya dari $86.000 di tanggal 1 Januari menjadi $88200 di tanggal 31 Januari. Ayat jurnal lawannya dibuat ke akun harga pokok penjualan , dimana semua biaya konversi dibebankan selama bulan januari. (jika komponen biaya konversi turun dalam bulan itu, akun persediaan akan dikredit).
Terima Kasih Semoga Bermanfaat