MIGRASI ORANG KULISUSU KE DESA ROKO-ROKO KECAMATAN WAWONII TENGGARA KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN (1956-2015)
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan/Program Studi Pendidikan Sejarah
OLEH SULVAN A1A2 11 115
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
i
ii
iii
ABSTRAK Sulvan (A1A2 11 115), dengan judul “Migrasi Orang Kulisusu Ke Desa Roko-Roko Kecamatan Wawonii Tenggara Kabupaten Konawe Kepulauan (1956-2015) ” dibimbing oleh Drs. Hayari. M. Hum, selaku pembimbing I dan Basarin Melamba, S.Pd.,M.A selaku pembimbing II. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mendorong dan menari orang kulisusu barmigrasi ke desa Rokoroko, (2) Untuk mengetahui Bagaimna proses Migrasi Orang Kulisusu Ke Desa Rooko-roko, dan (3) Untuk mengetahui Bagaimana perkembangan Ekonomi Orang Kulisusu Setelah Berada Di Desa Roko-roko. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Helius Sjamsuddin dengan prosedur penelitian: (1) Heuristik, yaitu Pengumpulan data atau sumber, (2) kritik, yaitu Untuk mengetahui otentitas ( keaslian) dan kredibilitas (kebenaran) data yang telah berhasil di kumpulkan. (3) Historiografi, yaitu Penulisan Sejarah..Kajian Pustaka dalam penelitian ini menggunakan konsep Migrasi, konsep Mobilitas, konsep, dan Perubahan sosial. Hasil penilitian ini menunjukan bahwa Faktor yang mendorong dan Menarik orang Kulisusu bermigrasi Ke Desa Roko-roko. Faktor pendorong yaitu: (1) Faktor keamanan, merupakan faktor utama yang mendorong migrasi orang Kulisusu ke Desa Roko-roko karena stabilitas keamanan di daerah asal sudah tidak menjanjikan kehidupan yang nyaman karena adanya pristiwa DII/TII, (2) Faktor ekonomi, yaitu karena tuntutan hidup keluarga, sehingga mereka memilih pindah ke Desa Roko-roko, mengingat disamping Kulisusu sebagai pemukiman lama yang kondisi keamanannya tidak terjamin lagi. Faktor penarik yaitu: (1) Faktor keamanan, setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk hidup aman dan tentram sehinga dengan terjadinya gejolak atau terganggunya stabilitas keamanan lingkungan, masyarak mulai resah dan mencari daerah baru yang tergolong aman. (2) Faktor letak dan keadaan geografis Desa Roko-roko Kecamatan Wawonii Tenggara Kabupaten Konawe Kepulauan sebagai daerah tujuan yang di samping letaknya sangat dekat dengan pulau Buton Utara. Proses Migrasi Orang Kulisusu Ke Desa Roko-roko, terjadi secara bertahap dan berkelompok pada tahun 1956-1960 dengan maksud demi keamanan serta memperbaiki kondisi hidupnya di daerah tujuan. Kondisi Ekonomi Orang Kulisusu setelah berada di Desa Roko-roko yaitu: (1) Kondisi ekonomi migran tergolong sangat memprihatikan. Disebabkan stuasi dan kondisi yang serba sulit pada saat itu, tapi berkat kerja keras mereka ahirnya beruba kondisi ekonomi mereka menjadi ke taraf yang lebih baik karena tanahnya yang subur.
iv
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat, petunjuk, hidayah, serta karunia-Nya sehingga hasil penelitian ini dapat terselesaikan.Selanjutnya
Shalawat
dan
Salam
selalu
tercurahkan
dan
terlimpahkan kepada baginda Nabiullah Muhammad Sallallahu „Alaihi Wasallam sebagai suri tauladan bagi seluruh umat manusia. Skripsi yang berjudul “Migrasi Orang Kulisusu Ke Desa Roko-roko Kecamatan Wawonii Tenggara Kabupaten Konawe Kepulauan (1956-2015)” ini di bawah bimbingan Drs. Hayari. M. Hum selaku Pembimbing I dan Basrin Melamba, S.Pd.,M.A selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran-saran untuk menyempurnakan dan menyelesaikan laporan hasil ini. Atas arahan dan bimbingan beliau berdua, penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Penulis mengakui bahwa banyak pihak yang terlibat dalam penulisan hasil ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini dengan penuh keikhlasan penulis menghaturkan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada ayah dan ibu tercinta, Asmin dan Muslina yang telah banyak melakukan pengorbanan dan perjuangan membesarkan dan menyekolahkan penulis sejak kecil dan selalu memberikan dorongan, semangat, serta iringan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Begitu pula kepada adik-adik tercinta Rizal, Owin Syahrial .Terimakasih atas kasih sayang dan cinta yang telah kalian berikan serta dukungan moril maupun materil yang kalian lakukan.
v
Ucapan terimakasih Pula saya sampaikan kepada semua pihak, yaitu: 1.
Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S, selaku Rektor Universitas Halu Oleo.
2.
Prof. Dr. La Iru, S.H., M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo.
3.
Drs. Hayari, M.Hum selaku Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo.
4.
Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pengajar di Jurusan/Program Studi Pendidikan Sejarah dan di lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo.
5.
Bapak Jamaa, bapak Jalilu, bapak Kancunu, daibu Waoji, selaku informan dalam penulisan ini yang telah banyak meluangkan waktu kepada penulis.
6.
Kepala Desa dan Seluruh Aparat DesaRoko-roko Kecamatan Wawonii Tenggara yang banyak membantu penulis selama melakukan penelitian diwilayahnya.
7.
Kepada Keluarga besar penulis kepadaHamona, Waoji selaku nenek, Ajasrudin, Asis, Rusdin selaku paman, Herlina, selaku tante, Ofan, David, Erma, Aldin, Syukur, Riman, selaku sepupu,Viky, Reno, Febri selaku keponakan yang tidak bisa disebutkan secara keseluruhan. Terimakasih atas semua yang telah kalian berikan.
8.
Sahabat dan kawan seperjuangan di Jurusan/Program Studi sejarah angkatan 2011 yaitu Musrawan, Lalisa, Syahrudin, Rilly, Rohani, Rifai, Adit, Irsan, Beby, Mawan, Uci, Elis, Suci, Irfan, Hariati Vivi, Lina, Masliha, Jumardi, Yandi, Arbia, Helto, Lisman, Akmal, Roy, Diman, Riyan, dan lainnya yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas kesetiaan kalian menjadi Sahabat dalam situasi apapun. vi
9.
Terimakasih pula kepada senior dan junior di Himpunan Mahasiswa Sejarah yang banyak memberikan inspirasi kepada penulis.
10. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada anak-anak Wanianse yang telah menjadi keluarga penulis selama ini. Akhirnya, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan laporan hasil ini dan sebagai pembelajaran bagi penulis ke depannya. Demikian ucapan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah diberikan kepada penulis semoga mendapat imbalan pahala yang berlipat ganda dari Allah Subhanahu Wa Ta‟ala.
Kendari,
Desember 2016
Penulis
vii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ABSTRAK. ........................................................................................................ KATA PENGANTAR. ...................................................................................... DAFTAR ISI ......................................................................................................
i ii iii iv v viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................
3
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................
3
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................
4
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Mobilitas ..............................................................................
5
B. Konsep Migrasi .................................................................................
13
C. Konsep Perubahan Sosial ..................................................................
20
D. Penelitian Terdahulu .........................................................................
24
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Lokasi Penelitian ..........................................................
26
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian.......................................................
26
C. Sumber Data Penelitian ....................................................................
26
D. Prosedur Penelitian...........................................................................
27
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis ............................................................................
30
B. Keadaan Demografis .........................................................................
31
C. Keadaan Sosial Budaya .....................................................................
35
viii
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Faktor Pendorong Dan Penarik Migrasi Orang Kulisusu ke Desa Roko-Roko. ..........................................................
39
B. Proses Migrasi Orang Kulisusu ke Desa Roko-Roko .......................
47
C. Kondisi Kehidupan Ekonomi Orang Kulisusu Setelah Berada di Desa Roko-Roko ..................................................
49
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................
52
B. Saran-saran ........................................................................................
53
C. Implikasi Hasil Penelitian terhadap Pembelajaran Sejarah di Sekolah ......................................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
54
1
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Realitas utama yang harus kita terima dan sadari sebagai bangsa Indonesia adalah kenyataan akan heterogenitas atau kemajemukan dalam berbagai aspek kehidupan kemasyarakatan, seperti perbedaan suku, agama, ras, bahasa, adat istiadat, kebiasaan, pekerjaan, status sosial dan sebagainya. Realitas tersebut telah menjadikan bangsa Indonesia sebagai masyarakat yang memiliki struktur yang sangat beragam dan dinamis. Dari keanekaragaman tersebut, fenomena selanjutnya adalah masalah pembauran antara berbagai suku bangsa yang ada. Kenyataan yang ada adalah hadirnya pergaulan hidup antara suku bangsa yang lain dalam suatu wilaya tertentu, dimana ada kelempok yang disebut penduduk asli dan ada kelompok lain yang disebut suku pendatang. Terjadinya pergaulan hidup yang akhirnya melahirkan proses sosial seperti interaksi sosial antara suku asli dengan suku pendatang adalah akibat dari perpindahan atau migrasi penduduk dari suatu daerah dengan suku bangsa tertentu kesuatu tempat tujuan kedaerah lain dengan suku bangsa tertentu yang asli, yang lazim disebut dengan migrasi. Migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor dasar yang mempengaruhi pertubuhan penduduk, selai faktor lainnya itu kelahiran dan kematian.Peninjauan migrasi secara regional sangat penting untuk ditelaah secara khusus mengigat adanya desentralisasi (kepadatan) dan distribusi penduduk yang tidak merata, adanya faktor-faktor pendorong dan penarik bagi orang-orang untuk melakukan migrasi, adanya desentralisasi dalam pembangunan, dilain pihak kumunikasi
1
2
termasuk transportasi semakin lancar. (Munir, 2000: 15). Selain itu migrasi menyangkut masalah ruang dan waktu yang tidak memiliki batas (Gould dan Rothero, 1972: 1) Masalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ketempat lain baik dalam jarak dekat maupun jarak jauh serta mobilitas yang bersifat vertikal dan mobolitas yang bersifat horizontal dengan maksud menetap atau sementara merupakan suatu fenomena sosial. Gerak perpindahan ini telah berlansung sejak kehidupan manusia. Dengan demikian perpindahan pendudsuk merupakan pula suatu gerak sejarah yang menarik untuk dikaji dan diteliti secara mendalam, karena didalamnya mengandung beberapa nilai yang dapat menamba pengetahuan kita mengenai suatu peristiwa sejarah dan proses sosial yang terjadi. Sulawesi Tenggara merupakan salah satu provinsi yang ada dalam wilayah Negara Republik Indonesia yang sejak dahulu kala telah didiami oleh berbagai etnis dan kelompok masyarakat. Berbicara tentang penduduk asli, pada umumnya masyarakat daerah ini akan sependapat bahwah pendududuk asli Sulawesi Tenggara terdiri berbagai suku bangsa, antara lain: Suku Tolaki, Suku Mekongga, Suku Muna, Suku Buton, Suku Mornene, Suku bulukumba, Suku Jawa, Suku Bajo, Suku Bali, dan Suku Wawonii. Pada umumnya masyrakat pendatang yang memasuki wilayah-wilayah di Sulawesi Tenggara di dorong oleh keinginan untuk mencari kehidupan baru yang lebih baik dan lebih layak.Sebagian besar masyarakat pendatang tersebut diantaranya ada yang telah menetap dan kemudian menjadi warga permanen. Masyarakat pendatang yang menjadi obyek penelitian penulisan adalah Suku
3
Kulisusu yang mendiami wilayah desa Roko-roko kecamatan Wawonii Tenggara sejak Abad 20 sampai sekarang.Para pendatang dari suku kulisusu pada umumnya mendiami desa Bone, Rombo, Kadacua linsowu dan kampo enta dengan mata pencaharian mereka adalah berkebun dan berternak ayam dan sebagian nelayan. Kehidupan dari kedua suku bangsa yang berbeda adat istiadat, budaya dan bahasa telah terjadi hubungan yang baik, Orang Kulisusu sebagai masyarakat pendatang dengan suku asli Wawonii sebagai pribumi di Desa Roko-roko Kecamatan Wawonii Tenggara, hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk meniliti tentang Migrasi orang Kulisusu ke Desa Roko-roko Kecamatan Wawonii Tenggara Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep). B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang pemikiran yang telah dikemukakan di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penilitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Faktor-faktor apakah yang mendorong dan menarik orang Kulisusu bermigrasi ke Desa Roko- roko?
2.
Bagaimana proses migrasi orang Kulisusu ke Desa Roko-roko?
3.
Bagaimana perkembangan ekonomi orang Kulisusu di Desa Roko-roko?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penilitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui faktor pendorong daerah asal dan faktor penarik daerah tujuan orang Kulisusu bermigrasi ke Desa Roko-roko
2.
Untuk mengetahui proses migrasi orang Kulisusu ke Desa Roko-roko
4
3.
Untuk mengetahui perkembangan ekonomi orang Kulisusu di Desa Rokoroko
D. Manfaat Penilitian Adapun manfaat yang diambil dalam penilitian ini adalah: 1. Bagi kalangan akademis atau para peniliti, yaitu sebagai bahan masukan dan perbandingan dalam upaya melakukan penilitian yang relevan dengan judul penilitian ini. 2.
Bagi pihak pemerintah, yaitu sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya penentuan kebijakan terutama yang terkait migrasi masalah penduduk.
3.
Bagi masyarakat luas khususnya masyarakat desa Roko-roko, yaitu sebagai bahan informasi tentang migrasi orang Kulisusu ke Desa Roko-roko.
5
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Mobilitas Kata mobilitas dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai gerak. Dalam hubungannya dalam konsep stravikasi sosial, mobilitas berarti gerak yang menghasilkan perpindahan tempat, kemudian diperjelas bila mana melihat mobil yang bergerak dari suatu tempat ke tempat lain. Hal tersebut senada dengan apa yang di Kemukakan oleh Robert M. Z. Lawang (1986: 14) bahwa “Mobilitas sosial adalah perpindahan posisi dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain atau dari satu dimensi ke dimensi lain”. Lebih lanjut Hugo F. Reading (1986: 256) mengemukakan bahwa “Mobilitas sosial berasal dari kata social mobility yang berarti: (1) pergerakan dari satu posisi sosial ke posisi sosial lainnya. (2) pergerakan individu-individu dalam social space”. Berdasarkan dua pendapat tersebut di atas, maka tampak bahwa mobilitas sosial adalah gerakan sosial atau gerak dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.Struktur sosial mencangkup sifat-sifat dari suatu hubungan antara individu dengan kelompoknya. Menurut Soelaeman Munandar (1995: 79) bahwa “ mobilitas sosial berkaitan dengan perpindahan atau pergerakan suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya, mobilitas kerja dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lainnya, mobilitas territorial dari desa ke kota, dari kota ke desa atau di desa dan kota sendiri.
5
6
Dengan demikian tampak bahwa perpindahan atau migrasi penduduk erat kaitannya dengan mobilitas sosial, baik mobilitas dalam mobilitas territorial maupun mobilitas kerja. Dalam kaitan ini, Bruce J. Cohen mengemukakan bahwa “ mobilitas sosial menunjuk pada perubahan perubahan individu dari status sosial yang satu ke status sosial lain. Dan perpindahan itu bisa naik turun atau tetap pada tingkat yang sama atau dalam pekerjaan yang berbeda (Sahat Simamora, 1983: 268). Lebih lanjut L. B. Kremes mengemukakan bahwa “ gerak-gerak sosial dapat dipandang sebagai kegiatan-kegiatan usaha yang kolektif yang berusaha untuk mengadakan orde kehidupan yang baru”, (Kartasapoerta, 1987: 180). Berdasarkan dari pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa mobilitas sosial adalah gerak individu, kelompok atau masyarakat untuk mengadakan perubahan pekerjaan yang cocok dengan kehidupan mereka, sehingga tidak jarang menimbulkan perpindahan tempat tinggal akibat perubahan - perubahan itu. Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa proses migrasi yang dilakukan oleh orang Kulisusu di Desa Roko-roko Kecamatan Wawonii Tenggara Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep) merupakan gerak atau mobilitas sosial. Lanjut dari pada itu mobilitas adalah suatu gerak perpindahan dari suatu klas sosial ke klas sosial lainnya. Gerak sosial lebih muda terjadi pada masyrakat terbuka karena lebih memungkinkan untuk berpinda strata, sebaliknya bagi masyrakat yang bersifat tertutup,kemungkinan untuk berpinda strata lebih susah Pendapat tersebut diatas di pertegas oleh Mantra (1981: 151) mengemukakan bahwa “mobilitas merupakan semua gerak (movemen) yang
7
melintasi batas wilayah tertentu dalam periode waktu tertentu.Batas wilaya pada umumnya di batasi oleh provinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan atau pendukuan”. Sumaatmadja (1988: 147) mengatakan bahwah “mobilitas penduduk merupakan pergerakan penduduk dari suatu tempat ketempat lain, baik untuk memenuhi ekonomi maupun kebutuhan sosial lainnya. Tingkalaku manusia dalam bentuk
erat
hubungannya
dengan
faktor-faktor
geografi
pada
ruang
bersangkutan.Faktor-faktor tersebut meliputi faktor fisik dan non fisik.Bentuk permukaan bumi, elevasi, vegetasi, keadaan cuaca merupakan faktor yang mempengaruhi perpindahan manusia.Alat transportasi, kondisi jalan, dan kondisi sosial untuk beranjak dari tempat asalnya”. Dari beberapa pendapat tersebut maka dapat diketahui bahwa mobilitas penduduk termasuk kedalam gejala geografis atau juga disebut gejala mobilitas fisik, karena adanya pergerakan penduduk keluar wilayahnya.pergerakan penduduk keluar wilayahnya, pada umumnya terjadi karena adanya ketidak seimbangan komponen-komponen dalam suatu ekosistem diwilayah asalnya terutama dalam segi sosial ekonomi. Selain mobilitas fisik, juga disebut dengan mobilitas psikis. Mobilitas fisik (mobilitas geografis) yaitu perpindahan penduduk dari suatu tempat ketempat lain melewati batas-batas administratif, mobilitas fisik adalah suatu perpindahan atau sosial, perpindahan tersebut biasa berupa kenaikan status atau penurunan status dan mobilitas psikis adalah suatu perubahan sikap yang di sertai dengan goncangan jiwa. Berkaitan dengan mobilitas psikis, mobilitas penduduk dapat
8
dilakukan
secara
permanen
atau
non
permanen.
Mantra
(1981:
12)
mengemukakan bahwa ”perbedaan antara mobilitas penduduk permanen dan non permanen terletak pada ada atau tidaknya niatan ayng menetap tempat tinggal di daerah tujuan”. Apa dila seseorang melakukan pergerakan keluar wilayah dengan tujuan untuk menetap, maka disebut mobilitas permanen, sebaliknya apa bila seseorang melakukan pergerakan keluar wilayah dengan tujuan tidak untuk menetap maka disebut dengan mobilitas non permanen Mengenai perbedaan mobilitas, Saefullah (1992: 2) membadakan cesara rinci bentuk mobilitas. 1. Perpindahan dengan tujuan untuk menetap disebut migrasi. 2. Perpindahan dengan tidak mempunyai tujuan untuk pindah tempat tinggal lebih dikenal dengan isteila sirkuler. Termasuk dalam kategori ini adalah migrasi musiman karena siklus pekerjaan di desa. 3. Perpindahan yang sebenarnya hanya merupakan pergerakan penduduk seharihari, dimana seseorang karena pekerjaan atau kaitannya yang lain harus pulang pergi dari rumahnya tetapi tidak menetap didaerah tujuan. Istilah yang biasa digunakan untuk perpindahan ini adalah komuting (communing). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa mobilitas penduduk permanen dilakukan dengan cara menetap di wilayah tempat tujuan. Sedangkan mobilitas penduduk non permanen yang dilakukan secara komutasi (communing) yaitu mobilitas penduduk dilakukan dengan cara pulang pergi dan mobilitas penduduk sirkuler yang di artikan sebagai gerak penduduk musiman yang dilakukan dengan cara menginap di tempat tujuan tidak lebih dari enam bulan.
9
Berkaitan dengan pendapat tersebut Hugo dalam Mantra (1981: 6), mengemukakan bahwa “sirkulasi merupakan bentuk mobilitas yang melintasi suatu batas wilayah tertentu yaitu desa dan jangka waktu meninggalkannya lebih dari satu hari,tetapi kurang dari enam bulan. Mobilitas tersebut untuk mobilitas non permanen. Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa mobilitas adalah istila umum untuk suatu gerak penduduk atau perpindahan penduduk dari satu tempat ketempat lain dengan melewati batas-batas territorial/geografis yang dapat dilakukan secara permanen maupun non permanen. Batas geogerafis tersebut biasa berupa batas administratif, seperti batas Desa, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi.Sedangkan batas waktu yang ditentukan untuk mobilitas non permanen tidajk lebih dari enam bulan. Olehnya itu mobilitas penduduk adalah salah satu peluang peningkatan taraf ekonomi pada satu wilaya.adanya mobilitas mencerminkan adanya ketidak seimbangan pembangunan di berbagai bidang yang terdapat di daerah lainnya. Kota memiliki daya tarik yang dapat membuat orang-orang melakukan pergerakan dari desa ke kota. Berbagai macam fasilitas hiburan terdapat dikota besar namun dalam hal ini, daya tarik ekonomilah yang menjadi pusat perhatian orang-orang sehingga melakukan mobilitas dari desa ke kota. Pada kenyataan lapangan pekerjaan dikotapun tidak dapat menjajikan pekerjaan yang cukup bagi para mobilisan. Persaingan yang ketat dalam mencari pekerjaan di kota menjadi salah satu kendala para mobilisan untuk mendapatkan pekerjaan dengan
mudah.
Namun
keinginan
dan
harapan
yang
kuat
untuk
10
mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang lebih tinggi membuat para mobilisan terus mencari pekerjaan di kota bahkan mencari alternatif yang lain jika pekrjaan yang didapatkan tidak sesuai yang diharapkan sehingga arus mobilitas dari desa ke kota terus berlansung. Sehubungan dengan penjelasan diatas maka Manning (1991: 11) berpendapat bahwa “kebijakan kebijakan yang cenderung mengutamakan kota akan memperlebar jurang pendapatan antara desa dan kota. Keadaan ini mendorong tetap berlansungnya tingkat migrasi yang tinggi meskipun pengangguran di kota terus meninkat. Selama ini pendapatan di desa tetap rendah dan upa di sector perkotaan lebih tinggi dari semestinya karena kebijakan pemerintah dan pengaru institusional lainnya, maka kaum migram di desa akan terus mengalir ke kota untuk mencari pekerjaan di sektor moderen yang upahnya lebih baik walaupun sukar (tidak mungkin) dimasuki” Berdasarkan urayan tersebut maka dapat di ketahui alasan orang terus melakukan mobilitas dari desa ke kota. Adanya penyepitan lahan pertanian dan pembangunan yang pesat membuat orang salin berlomba untuk memperoleh hidup di kota. Diantara semua faktor penarik ataupun faktor pendorong tersebut tentu saja terdapat berbagai rintangan yang di hadapi oleh parah pelaku mobilitas. Rintangan tersebut diantaranya dapat berupa rintangan yang tidak dapat diatasi. Besar kecilnya rintangan tergantung pada pandangan setiap orang yang akan melakukan mobilitas. Begitupulah halnya yang dilakukan oleh orang kulisusu yang bermukim di desa Roko-roko Kecematan Wawonii Tenggara Kabupaten Konawe kepulauan, mereka dalam melakukan mobilitas dari daerah asalnya tidak
11
lepas dari faktor pendorong (pus faktor) dengan faktor penarik (pull faktor) serta faktor pribadi. Lebih lanjut dari Prawiro (1983: 14) membedakan atas dua macam yang sering terjadi ditengah-tengah masyrakat terdiri atas dua macam yaitu, mobilitas vertical dan mobilitas horizontal. Selanjutnya ia mengatakan bahwa: Apabila ada orang pindah golongan atau panda status,misalnya dari kelas rendah kekelas tinggi, dari panggkat rendah kepangkat yang lebih tinggi atau sebaliknya dari kelas yang tinggi turun pada kelas yang rendah, dari pangkat yang tinggi turun pada pangkat yang rendah. Maka mutasi itu disebut mobilitas vertikal. Dari suatu tempat ketempat lain inilah yang disebut migrasi meskipun semua gerak horizontal adalah migrasi. Hal tersebut mengungkapkan mobilitas horizontal, yaitu perpindahan penduduk secara ruang atau geografis dari suatu tempat ketempat lain inilah yang disebut migrasi, oleh Rusli (1985: 136). Lebih lanjut Syarial Syarbaini (2009: 24) membagi kedalam dua mobilitas vartikal yaitu: 1. Mobilitas yang meningkat (social climbing) yaitu gerak perpindahan anggota masyarakat dari ke kelas sosial yang lebih tinggi. 2. Mobilitas sosial yang menurun (sosial singking) yaitu gerak perpindahan anggota masyarakat dari kelas sosial tertentu ke kelas atau strata sosial lain yang lebih rendah. Selain mobilitas vertical, ada juga mobilitas horizontal. Akan tetapi dalam mobilitas sosial horizontal tidak jadi perubahan. Selain mobilitas vertikal, ada
12
juga mobilitas horizontal.Akan tetapi dalam mobilitas sosial horizontal tidak terjadi perubahan derajat status seseorang ataupun objek sosial lainnya. Menurut Syahrial Syarbaini (2009: 64) mengatakan bahwamobilitas sosial horizontal dapat bersifat suka rela dan terpaksa yaitu: (1). Mobilitas horizontal bersifat suka rela apabila perpindahan dilakukan dengan suka rela, meskipun tidak mengalami perubahan pendapatan ataupun status sosiayang signifikan, (2). Mobilitas horizontal yang bersifat terpaksa adalah perpindhan dilakukan karena terpaksa, seperti seorang petani panda pekerjaan karena ditempat semula tidak ada pekerjaan lain di sector pertanian karena kekeringan. Dalam mobilitas sosial lain dapat bergerak secara vertical dan horizontal, juga dapat dikelompokan melalui keturunan dan geografis, antara lain: (1). Mobilitas antaragenerasi, yaitu dua atau lebih generasi dapat mengalami perubahan atau perkembangan taraf kehidupan, (2). Mobilitas intragenerasi, yaitu gerak perpindahan dalam suatu kelompok yang sama, (3). Gerak sosial geografis yaitu perpindahan individu atau kelompok dari suatu daerah lain, seperti transmigrasi, urbanisasi dan migrasi. (Syahrial Syarbaini,2009: 63). Dari sekian konsep mobilitas yang dikemukakan, umumnya tujuan mobilitas itu adalah perpindahan status sosial baik secara vertical maupun secara horizontal juga panda kedaerah lain. Hal ini di kemukakan oleh Syahrial Syarbaini, (2009: 66) bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial. 1. Perubahan kondisi sosial, perubahan kasta dalam masyarakat. 2. Ekspansi teritorial, yang terjadi karena perkembangan kota
13
3. Komunikasi yang bebas,yang dapat memudakan garis pembatas antar anggota masyarakat. 4. Pembagian pekerjaan yang menuntut suatu keahlian khusus. 5. Stuasi politik yang kurang mengguntungkan kelompok tertentu sehingga terjadi migrasi dimana pada negara baru seseoarang berhasil merubah nasibnya. Dari konsep mobilitas yang telah di kemukakan diatas, maka dapat dilihat bahwa mobilitas penduduk sebagai gerak sejarah terjadinnya karena merantau orang kulisusu ke Desa Roko-roko Kecamatan Wawonii Tenggra Kabupaten Konawe Kepulauan merupakan gerak sejarah dan kebiasan masyarakat yang selalu muncul dalam kehidupan yang perlu untuk di kaji guna menambah wawasan pengetahuan,kesejarahan bagi kita semua bahwasanya kita tidak lepas dari orang yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan. B. Konsep Migrasi Perpindahan penduduk suda dikenal sejak adanya manusia dimuka bumi ini, oleh karena itu mereka selalu berusaha untuk mengetahui dan menikmati kehidupan diluar lingkungannya,termasuk kelahirannya, kemudian mereka menuju daerah baru. Perpindahan tersebut untuk menetap, sehingga tidak perna lagi terbayangkan untuk kembali kedaerah asal ataukah untuk sementara waktu atau selanjutnya mereka berusaha untuk kembali. Jauh sebelum Indonesia merdeka gerak perpindahan penduduk suda berlangsung bahkan dizaman nabipun suda terjadi. “gerak perpindahan orang Yahudi pada zaman Nabi Yusuf, banyak yang panda secara kecil-kecil dari
14
Palestina ke daerah Mesir, begitupulah dengan bangsa Arab, kemudian bermigrasi ke seluruh Timur Tengah dan Afrika Utara. Juga bangsa india yang ada di Amaerika sekaran mereka di Asia, masuk ke Benua Amerika, (Asmito, 1988: 30)”. Lebih lanjut Everest Lee (Munir, 2000: 120) mengemukakan bahwa ada empat faktor yang menyebabkan orang meninggalkan daerah asalnya yaitu: 1. Faktor yang terdapat di daerah asal 2. Faktor yang terdapat di daerah tujuan 3. Faktor rintangan 4. Faktor pribadi Sehubungan pendapat diatas, Munir (1981: 45), mengemukakan bahwa ada dua motivasi yang mendorong adanya migrasi dari daerah asal ke daerah tujuan, yaitu; 1.
Faktor pendorong, meliputi: a. Mungkin
berkurangnya
sumber-sumber
alam
atau
menurunnya
permintaan barang-barang tertentu yang bahan bakunya sukar di peroleh. b. Menyempitnya lapangan pekerjaan di daerah asal. c. Adanya tekanan atau diskriminasi politik dan Agama di derah asal. d. Tidak cocok lagi dengan adat/budaya/kepercayaan tempat asal. e. Alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebabkan biasanya mengembangkan karir pribadi. f. Bencana alam seperti, kebakaran, gempa bumi, musim kemarau panjang, atau wabah penyakit.
15
2. Faktor penarik, meliputi: a. Adanya rasa superior di tempat yang baru atau kesempatan memasuki lapangan pekerjaan yang cocok. b. Kesempatan mendapatkan penghasilan yang lebih baik dan pendidikan yang lebih tinggi. c. Keadaan lingkungan hidup yang menyenangkan misalnya iklim dan cuaca. d. Tarikan dari orang yang di harapkan sebagai tempat untuk berlindung. e. Adanya aktivitas-aktivitas kota besar berupa hiburan, pusat budaya dan olah raga. Oleh karena itu dari pendapat tersebut diatas, maka hal tersebut diperketat oleh pendapat Muchtar Naim (1984: 9) tentang perantauan yang dikemuka oleh Minangkabau pada dasarnya lahir dari mobilitas ekonomi dan sosial baik secara horizontal maupun secara vertikal.sebagaimana dalam migrasi pada umumnya terdapat motivasi ekonomi yang intristik. Kecenderungan untuk berpindah menjadi lebih terasa apabila keadaan mereka disebabkan oleh efek moltus yaitu perubahan penduduk yang terus menerus dengan ekonomi substansi pertanian yang statis, sedangkan dari dua faktor penarik yang diakibatkan oleh pembangunan dan pemusatan kegiatan ekonomi di pusat-pusat perkotaan juga bertambah kuat. Konsep lain yang mendorong orang melakukan migrasi adalah seperti yang di kemukakan oleh Sahota (1997).Yang berpandangan bahwa faktor pendidikan dan sosial budaya mempunyai hubungan yang positif dengan migrasi” sedangkan
menurut
Connel
mengemukakan
bahwa
“penduduk
yang
16
berpendidikan cenderung pergi ke daerah lain sedangkan yang buta huruf tinggal di rumah”, (Sunarto. 1995: 90). Berdasarkan konsep diatas, jelaslah bahwa semakin tinggi pendidikan dan perekonomian di daerah tujuan semakin tinggi pula keinginan untuk melakukan migrasi, dengan demikian faktor pendidikan dan ekonomi merupakan salah satu pendorong untuk melakukan migrasi, dengan demikian faktor pendidikan dan ekonomi merupakan salah satu pendorong untuk melakukan migrasi. Gerak perpindahan penduduk semacam ini biasanya dilakukan sebagai usaha untuk selalu memperbaiki keadaan masyarakat terdapat alam sekitarnya baik di lakukan oleh perorangan, keluarga maupun kelompok besar dengan tujuan untuk memperbaiki kehidupan. Lebih lanjut Mursidin, T. (1992 : 30) bahwa “hakikat manusia memiliki sifat ketergantungan terhadap lingkungan sekitarnya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak ada satu orang atau satu kelompok bahkan satu Negarapun yang mampu hidup sendiri atau mengasingkan diri dari pergaulan hidup sehari-hari.Bahkan dalam sejarah perekonomian Indonesia sejak dahulu telah mengadakan pelayaran dan perdagangan ke berbagai Negara di Indonesia.Semuana itu di lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal diatas dikarenakan oleh ketidakmampuan manusia dalam mengelolah dan mengembangkan berbagai kebutuhan hidupnya dengan cara bercocok tanam. Faktor inilah yang pertama kali manusia melakukan perpindahan.Selain itu faktor bencana alam dan gangguan manusia dari binatang liar. Selain itu ketersedian bahan-bahan pokok yang ada di suatu tempat tentu tidak sama maka sering suatu
17
kelompok masyarakat melakukan pelayaran. Hal itu dilakukan walaupun menempuh daerah yang sangat jauh. Berdasarkan pernyataan di atas, maka jika kita berbicara masalah perpindahan atau migrasi maka kita akan mengacu pada perpindahan manusia yang terjadi sejak adanya manusia di permukaan bumi. Sebagaiman yang dikemukakan oleh A. J Toynbee dalam D Jami (1991: 42) bahwa “ semenjak jaman dahulu kala, bangsa-bangsa di dunia ini mengalami kesulitan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Kesulitan itu bermacam-macam misalnya musim kemarau yang hebat, yang memaksa suatu bangsa pindah ke daerah lain, dimana timbul kesulitan-kesulitan yang lain termasuk kesulitan bertambahnya jumlah penduduk, ancaman dari Negara tetangga dan sebagainya “ Lebih lanjut lagi Toynbee mengemukakan dalam teorinya yang di kenal dengan “ Challenge and response theory “ yang berarti tantangan dan jawaban. Teori ini memberikan pemahaman pada kita bahwa setiap ada tantangan pasti ada jawaban.Teori ini juga dihubungkan dengan sejarah migrasi suatu bangsa, dapatlah disimpulkan bahwa perpindahan tersebut dilakukan karena suatu tantangan yang di alami di daerah asal sehingga untuk menjawab tantangan tersebut mereka harus bergerak pindah. Berdasarkan hal tersebut dia atas, maka tampak bahwa peristiwa perpidahan penduduk telah terjadi pada masa lampau. Perpidahan terjadi sejak jaman purba sebagaimana di kemukakan oleh G. Elliot Smith dan W. J Feery dalam “ Holitic Teori” disebutka bahwa “ perna terjadi dalam sejarah kebudayaan dunia pada jaman purba kala suatu peristiwa di fusi besar yang berpangkal di
18
Mesir, bergerak kearah timur sampai ke daerah yang sangat jauh. Gerak persebaran kebudayaan ini meliputi daerah sekitar laut tengah, Afrika, India, Indonesia dan Amerika bergerak bersama-sama dengan perkembangan pelayaran (Asmito, 1998: 28). Sejalan dengan pendapat di atas, Ronald B Dixon (1995) dalam Aswati M (1999) mengatakan dalam bukunya “ Migration “ bahwa migrasi selalu memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia semenjak permulaan sejarah manusia. Menurut Matulada (1994: 67) mengemukakan bahwa proses migrasi itu dapat digolongkan ke dalam tiga tingkatan umum : 1. Perpindahan para pengembara yaitu penduduk yang berpidah dalam suatu daerah yang luas untuk kepentingan memenuhi akan kebutuhan akan makanan 2. Penduduk suatu wilayah untuk kepentingan militer, polotik atau ekonomi, tetapi karena perpindahan itu di lakukan kebanyakan oleh penduduk laki-laki, maka mereka secarah luas bisa melakukan hubungan perkawinan dengan penduduk yang dilakukan 3. Migrasi yang sesungguhnya yang melibatkan perubahan baik tempat tinggal, maupun pemukiman dan kemungkinan terjadinya pencampuran antara pendatang dan penduduk asli. Apabiala pendatang baru itu kawin dengan penduduk asli dan kebudayaan mereka saling memasuki di katakana bahwa migrasi itu telah berasilimilasi. Proses perpindahan penduduk tersebut dilakukan dengan sua cara yaitu langsung dan secara bertahap, migrasi secara langsung adalah migran yang langsung pindah dari daerah asal ke daerah tujuan. Sedangkan migrant tertahap
19
dapat di bedakan migrant satu tahap dan migrant beberapa tahap. Mantera dalam Jarni (2002: 19) menjelaskan “ migrant satu tahap adalah seorang di mana provinsi tempat ai lahir, tidak sama dengan provinsi tempat tinggal sebelumnya, juga tidak sama dengan tempat tinggal sekarang “ Ssejaran dengan pendapat tersebut di atas, secara umum proses migrasi di Indonesia berkembang dua jenis migrasi dalam pengelolanya, sebagaimana ang di kemukakan oleh Sunarto (1985: 100) bahwa “ cirri khusus migrasi Indonesia yang jarang terdapat di Negara-negara lain adalah migrasi yang di kelola oleh pemerintah yang di kenal dengan transmigrasi dan migrasi suakarya atau suka rela Di Indonesia migrasi suka rela disebut juga migrasi spontan yan telah berlansung cukup lama, jauh Indonesia sebelum merdeka.Migrasi itu dapat di lakukan perorangan, kelompok maupun keluarga.Di antara suku bangsa di Indonesia yang gemar melakukan migrasi spontan adalah seperti Bugis, Makassar, Minangkabau, Buton, Batak dan Madura. Demikian pula halnya dengan kelompok masyarakat yang sejak lampau telah melakukan perpidahan dari daerah asalnya kemudian menyebar ke berbagai daerah. Apakah pindah ke daerah lain di sekitar daerah asalnya ataupun keluar dari pulau asalnya. Hal ini dapat terlaksana karena di dukung oleh letak georafis serta tradisi kelompok masyarakat yang gemar berpetualang untuk menjual hasil bumi dan bangunan di daerah lain. Proses perpindahan manusia adalah efek sejarah masa lampau Di antara perpidahan penduduk ada yang terjadi dengan lambat dan tidak terorganisasi terhadap kelompok-kelompok yang berpindah dari benua Asia ke
20
benua Amerikayang pada zaman glasikal ke- 4.Perpidahan semacam ini lazimnya terjadi pada jaman berburu di mana manusia belum mempunyai tempat tinggal yang menetap. Selain perpindahan yang sifatnya lambat ada juga perpidahan yang mendadak, migrasi yang semacam ini biasanya bermacam-macam motifnya karena terjadi bencana alam, peperangan, wabah penyakit, perubahan mata pencaharian atau karena beban khusus yangmenjadi dasar terjadinya perpindahan sebagai telah di uraikan Koentjaraningrat (1982: 34) bahwa “perkembangan pelayaran dari bangsa-bangsa Eropa ke Afrika, Asia dan Amerika, transmigrasi kurang lebih 3.000.000 orang Spanyol ke Amerika Selatan dalam abat ke-16. Transmigrasi kira-kira 55.000.000 orang Eropa ke Amerika Utara, Tengan dan Selatan, migrasi besar ini dari suku-suku besar peternak di Asia tengah yang dipinpin oleh Jenis Khan serta berbagai migrasi suku-suku bangsa lain di dunia ini”. Demikian juga halnya dengan orang-orang Kulisusu yang berada di Desa Roko-roko yang telah melakukan perpindahan dari daerah asal kemudian menyebar ke berbagai daerah.Perpidahan orang Kulisusu ini dapat di mengerti, mengingat mereka adalah sebagai suku pengembara yang gemar merantau di daerah tujuan. C. Konsep Perubahan Sosial Setiap manusia selalu hidup pasti mengalami perubahan-perubahan karena tidak ada suatu masyarakat yang berhenti pada suatu titik tertentu sepanjang masa. Usaha manusia dalam pempertahankan, mengembangkan dan melestarikan
21
kehidupannya sebagai makhluk sosia dalam bermasyarakat kehidupannya proses yang di dalam terdapat perubahan sosial. Gillin dan Gillin dan Soerjono Soekanto (1990: 305), mengatakan perubshsn-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah di terima, baik karena perubahan-perubahan, kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk maupun karena adanya difusi ataupun penemuanpenemuan baru dalam masyarakat.Selo Soemardjan (1990: 305) memberikan definisi bahwa segala perubahan-perubahan pada lembaga pemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk di dalam nilai-nilai masyarakat.Bertolak dengan pendapat tersebut Park dalam Susanto (1984) menjelaskan perubahan sosial selalu di hubungkan atau berhubungan dengan perilaku oleh kolektif. Yang dimaksud dengan istilah ini adalah semua gejala sosial merupakan ekspresi proses-proses di sorganisir masyarakat atau proses masyarakat menjadi bentuk yang batu. Berdasarkan pengertian perubahan sosial di atas, maka pada dasarnya perubahan sosial adalah suatu perubahan dari suatu nilai dari system sosial masyarakat.Hal ini seperti yang di kemukakan oleh Moore dalam Soekanto (1982) bahwa “perubahan sosial adalah suatu perubahan yang penting dalam struktur sosial. Yang dimaksud struktur sosial adalah pola –pola prilaku dari interaksi sosial masyrakat”,selanjutnya Moore dalam Soekanto (1982) menjelaskan bahwa “perubahan sosial adalah sebagai fareasi modifikasi dalam setiap aspek modifikasi pola antar hubungan yang mapan. Hal ini terjadi karena adanya inovasi (penemuan baru) difusi (pergeseran ide-ide)”.
22
Lebih lanjut Kingsley Davids dalam Soerjono Soekanto (1990: 305) berpendapat bahwa perubahan sesial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Dari sekian pendapat para ahli tersebut di atas, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa suatu perubahan sosial dapat kita lihat dari adanya variasi modifikasi atau adanya pola hubungan yang dibangun dalam masyarakat setempat.Hal ini terjadi karena adanya penemuan baru atau biasa disebut dengan inovasi dan ide-ide baru yang berkembang dalam lingkungannya atau biasa disebut difusi. Sedangkan menurut Astrid Susanto (1999: 161) “ inti dari perubahan masyarakat dan perkembangan adalah demi kemajuan anggota masyarakat. Akan tetapi penyesuaian saja tidak mencukupi menguasai keadaan baru adalah lebih penting untuk menghindari kekacauan dalam masyarakat, sebagai akibat perubahan tersebut”. Sebab-sebab terjadinya suatu perubahan biasa terjadi karena ada faktor baru yang mengganti faktor lama itu adalah : 1.
Sebab-sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri antara lain : a. Bertambahnya atau berkurangnya penduduk b. Adanya penemua-penemuan baru c. Konflik masyarakat d. Terjadinya pemberontakan atau revolusi
2. Sebab-sebab yang bersumber dari luar masyarakat itu sendiri : a. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan dalam fisik yang ada di sekitar manusia
23
b. Peperangan c. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain Soekanto (1990: 318-325). Soerjono Soekanto (1990: 353) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan adalah : 1. Faktor pendorong adalah kontak-kontak dengan budaya lain, system pendidikan informal yang maju sikap penghargaan hasil karya orang lain, toleransi, system terbuka, penduduk yang heterogen, ketidak puasan masyarakat dalam bidang-bidang tertentu, orientasi ke masa depan serta nilainilai untuk meningkatkan taraf hidup. 2. Faktor penghambat adalah kurang hubungannya dengan masyarakat lain perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat, sikap masyarakat yang tradisional, rasa takut terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan prasangka terhadap hal-hal baru atau asing, hambatan ideologi dan kebiasaan. Pada prinsipnya sebab atau hal yang melatar belakangi terjadinya perubahan dalam suatu masyarakat adanya suatu yang dianggap tidak lagi memuaskan
masyarakat
sebagai
pengganti
faktor
yang
lama
tersebut.Kemungkinan tersebut disebabkan oleh perubahan terpaksa demi untuk menyesuaikan suatu faktor lainnya yang telah mengalami perubahan terlebih dahulu. Dari beberapa pendapat di atas, jelas bahwa proses perubahan sosial di dalam suatu kelompok masyararakat baik masyarakat pendatang lain maupum masyarakat asli dalam suatu tempat dengan sendirinya akan berubah.
24
D. Penilitian Terdahulu Penelitian Jamaludin Hos, studi tentang “faktor migrasi masyrakat selayar serta Integrasinya dengan masyrakat setempat Di Kota Administratif Kendari” didominasi oleh faktpr pendorong seperti mencari kerja dan peningkatan taraf hidup, yang disebabkan oleh kesulitan ekonomi yang dialami di daerah asal, adapula yang bertujuan karena alas an keamanan, panggilan keluarga dan melanjutkan sekolah (1991: 97). Yusuf Pappa (1991: 97) dengan judul penelitiannya “Sejarah Kedatangan Orang Toraja Di Kota Kendari” menyimpulkan bahwa migran toraja meninggalkan daerah asalnya karena kesulitan ekonomi yang dialami di daerahnya.Pada dasarnya para migran belum memiliki pekerjaan di daerah asal ketika dating di Kota Kendari, faktor yang menyebabkan migran Toraja datang di Kendari adalah karena adanya harapan-harapan baru untuk perubahan yang lebih baik dibandingkan dengan daerah asalnya. Dari sekian penelitian terdahulu tersebut menunjukan bahwa faktor pendorong orang migrasi didominasi faktor ekonomi dimana mereka ingin merubah taraf hidup ekonomi yang lebih baik ketimbang berada di daerah asal, akan tetapi ada juga yang menyatakan bahwa faktor penyebab melakukan migrasi karena kondisi tanahnya yang kurang subur. Begitu pula Orang Kulisusu yang berada di Desa Roko-Roko Kecamatan Wawonii tenggara Kabupaten Konawe Kepulauan mereka bermigrasi didorong oleh tekanan ekonomi yang semakin sulit.
25
Dalam penelitian terdahulu ini penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai pembanding dari data yang ditemukan dan untuk melihat tingkat kesejaterahanya sehingga penulis menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagai referensi dari penelitian dilakukan yang terkait dengan penulisan Migrasi Orang kulisusu ke Desa Roko-roko Kecamatan Wawonii Tenggara Kabupaten Konawe Kepulauan.
26
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Sesuai dengan judul penelitian ini maka yang menjadi tempat dan waktu penelitian adalah di desa Roko-Roko Kecamatan Wawonii Tenggara Kabupaten Konawe Kepulauan dan akan dilaksanakan dari bulan Juli sampai selesai. B. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian sejarah yang bersifat deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan sejarah Migrasi orang Kulisusu ke Desa Roko-Roko. Penelitian ini menggunakan pendekatan strukturis yang mempelajari dua domain yaitu domain peristiwa (event) dan domain struktur.Pendekatan strukturis mempelajari peristiwa dan struktur sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi.Artinya peristiwa mengandung kekuatan mengubah struktur sosial, sedangkan struktur mengandung hambatan atau dorongan bagi tindakan perubahan dalam masyarakat. C. Sumber Data Penelitian Untuk
memperoleh sumber
data
dalam
penelitian ini
penulis
menggunakan tiga kategori sumber yaitu sebagai berikut: 1. Sumber tertulis yaitu data diperoleh dalam bentuk bahan-bahan tulisan berupa buku, arsip desa atau catatan pribadi, artikel, makalah, maupun laporan hasil penelitian yang mendukung perolehan data dalam penelitian ini.
26
27
2. Sumber lisan yaitu data diperoleh melalui keterangan lisan atau hasil wawancara dengan informan yang dianggap mampu dan mengetahui tentang Migrasi orang Kulisusu ke Desa Roko-Roko yang terdiri dari tokoh adat, tokoh budaya, tokoh agama, dan aparat pemerintahan setempat. 3. Sumber visual yaitu data yang diperoleh melalui hasil-hasil pengamatan secara langsung mengenai kondisi ekonomi orang Kulisusu ke Desa Roko-Roko. D. Prosedur Penelitian Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang dikemukakan oleh Helius Sjamsuddin (2007: 17) yaitu: (1). Heuristik (pengumpulan sumber), (2). Kritik data, (3).Historiografi. Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan oleh Helius Sjamsuddin di atas, maka dalam penelitian ini akan menempuh beberapa tahap yaitu : 1.
Heuristik (Pengumpulan Sumber) Pengumpulan sumber dilakukan dengan cara :
a.
Penelitian kepustakaan (library Research) yaitu penulis mencari data yang diperlukan melalui Sumber-sumber tertulis berupa buku-buku, dokumendokumen dan sumber-sumber lainnya yang relevan dengan judul dan masalah yang dikaji.
b.
Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu penulis terjun langsung kelapangan untuk mencari data-data yang relevan dengan melalui beberapa cara yaitu sebagai berikut: 1. Wawancara, yaitu penulis kontak langsung dengan informan atau nara sumber melalui tanya jawab dan dialog secara langsung.
28
2. Observasi, yaitu penulis mengadakan pengamatan langsung di lapangan atau lokasi penelitian dengan sasaran adalah melakukan suatu pengamatan mengenai Migrasi orang Kulisusu ke Desa Roko-Roko. 3. Dokumen, yaitu penulis membaca dan mengamati buku-buku, dokumen, majalah dan catatan peninggalan sejarah yang ada hubungannya dengan judul penelitian ini. 2.
Kritik Data Kritik data bertujuan untuk mengetahui otentitas (keaslian) dan
kredibilitas (kebenaran) data yang telah berhasil dikumpulkan.Peneliti melakukan kritik dengan maksud agar data yang diperoleh benar-benar akurat dan dapat dipertanggujawabkan secara ilmiah. Sehubungan dengan ini maka dilakukan kritik sebagai berikut: a.
Kritik Eksternal yaitu untuk mengevaluasi apakah sumber atau dokumen itu asli atau tidak dan informan itu jujur atau tidak. Untuk itu dalam mengevaluasi sumber atau data dari segi otentitas atau keasliannya dilakukan kritik dengan cara menyelelidi bentuk dan penampilan informan atau dokumen yang ada.
b.
Kritik Internal yaitu untuk mengevaluasi kredibilatas atau keabsahan serta relevansi isi sumber data lainnya dengan cara mencari data pendukung lain (kolaborasi) seperti data lisan atau hasil wawancara.
3.
Historiografi (Penulisan Sejarah) Tahap-tahap penulisan historiografi mencakup antara lain :
a.
Penafsiran (interprestasi)
29
Sumber-sumber yang diperoleh mengenai Migrasi orang Kulisusu ke Desa Roko-Roko yang diperoleh baik dari hasil pengamatan (observasi) maupun wawancara (interview) kemudian dianalisis dengan menyusun data dan menggolongkan sesuai dengan kategori-kategori dan diinterprestasikan untuk menggambarkan kenyataan yang sebenarnya sesuai dengan ungkapan dari informan. b.
Penjelasan (eksplanasi) Tahap selanjutnya adalah penjelasan (eksplanasi) dimana pada tahap ini peneliti menjelaskan tentang, Faktor-faktor apakah yang mendorong orang Kulisusu bermigrasi ke Desa Roko-Roko, Proses Migrasi orang Kulisusu ke Desa Roko-Roko, Perkembangan ekonomi orang Kulisusu ke Desa RokoRoko.
c.
Penyajian (ekspose) Tahap terakhir yaitu penyajian (ekspose). Pada tahap ini peneliti menyajikan hasil tentang Migrasi Orang Kulisusu ke Desa Roko-Roko
30
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A.
Keadaan Geografis Dalam membicarakan keadaan geografis berarti kita akan menguraikan
tentang letak, batas, maupun luas wilayah tertentu. Sebagaimana dikemukakan J.B.A.F. Mayor Polak (1978: 54) bahwa : “keadaan geografis meliputi tanah dan kekayaan, bagian tanah dan lautan, gunung, tumbuh-tumbuhan dan binatang, semua bergerak kosmos seperti gerak sinar dan sebagainya termaksud iklim, musim, atau proses geofisik banjir, gempa bumi, taufan dengan kata lain bukan sebagai suatu pengaruh manusia”. Menyimak pendapat di atas, maka keadaan geografis dalam penyusunan atau penulisan sejarah sangatlah penting, karena menyangkut tempat dan ruang atau panggung tempat orang melakukan lakon.Oleh karena itu, pentingnya peranan geografis dalam penulisan atau penyusunan kisah sejarah sehingga East mengatakan bahwa “geografi tanpa sejarah bagaikan jerangkong tanpa gerak, sedangkan sejarah tanpa geografis bagaikan kelana tanpa tempat tinggal” (Sudirman, 2000: 22). Desa Roko-roko merupakan salah satu Desa yang ada di Kecamatan Wawonii Tenggara Kabupaten Konawe Kepulauan. Untuk mencapai daerah tersebut, dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua, roda empat maupun sejenisnya. Jarak dari Kantor Desa ke Ibu Kota Kecamatan adalah ± 15 km sedangkan jarak dari Kantor Desa ke Ibu Kota Kabupaten adalah ± 37 km. Dimana dimiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
30
31
a)
Sebelah Utara berbatasan dengan gunung Waworete
b)
Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Banda
c)
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Dompo-dompo jaya
d)
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Teporoko Luas wilayah Desa Roko-roko memiliki 251 Ha terbagi atas tiga dusun yaitu
dusun I, dusun II dan dusun III.Selain itu juga Desa Roko-roko yang terletak di daratan Wawonii mempunyai iklim tropis, mengenal dua musim yaitu musim hujan dan musim panas.Musim hujan biasanya terjadi pada bulan Desember sampai dengan Maret, bersamaan dengan bertiupnya angin barat.Sedangkan musim panas biasanya terjadi pada bulan Mei sampai Oktober, bersamaan dengan bertiupnya angin timur.Disaat pergantian antara musim hujan dan musim panas selalu diselingi musim pancaroba yang terjadi pada bulan April dan November. B.
Keadaan Demografis Keadaan demografis atau kependudukan adalah suatu hal yang harus
diperhitungkan dalam pembangunan Nasional maupun penbangunan Daerah, khususnya Desa Roko-roko Kecamatan Wawonii Tenggara Kabupaten Konawe Kepulauan. Suatu kenyataan demografis bahwa penduduk Indonesia bersifat heterogenitas, dan karena sifat ilmiah penduduk sebagaimana adanya dapat dikelompokan menurut penggolongan umur dan jenis kelamin.Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan J.B.A.F. Mayor Polak (1978: 25) bahwa demografis menggambarkan jumlah penyebaran kepadatan penduduk bumi secara statistic termaksud soal kelahiran, kematian, dan penggolongan menurut umur gerak berupa migrasi.Mengingat banyaknya hal yang diungkap dalam demografi, maka
32
penulis hanya menitikberatkan pada satu komponen yakni berdasarkan pada penggolongan umur dan jenis kelamin. a. Jumlah Penduduk Berdasarkan data penduduk 2015, maka jumlah keseluruhan penduduk Desa Roko-roko 505 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 252 jiwa dan perempuan sebanyak 253 jiwa dengan jumlah 138 KK. Dilihat dari suku bangsa yang mendiami Desa Roko-roko mayoritas adalah suku Buton Kulisusu 98% sisanya dari suku Jawa, wakatobi,flores Buton Cia-cia dan pada umumnya adalah pendatang. b. Komposisi Penduduk 1)
Komposisi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin Sesuai dengan data statistik yang penulis peroleh dari Kantor Desa Roko-
roko komposisi antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan ternyata jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki, namun hal ini bukan merupakan suatu masalah bagi pemerintah desa khususnya dan bagi kehidupan masyarakat pada umumnya. Dilihat dari keadaan penduduk Desa Roko-roko berdasarkan usia dan jenis kelamin menunjukan bahwa penduduk yang berusia muda lebih banyak dari pada penduduk yang berusia tua. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin di Desa Rokoroko dapat dilihat pada table berikut :
33
Tabel. 1. Komposisi Penduduk Desa Roko-roko Berdasarkan Golongan Umur dan Jenis kelamin NO
Jenis Kelamin
Kelompok Umur
laki-laki
Perempuan
Jumlah
Persentase
(Jiwa)
(%)
1.
0-1 tahun
4
7
11
1,0 %
2.
1-5 tahun
25
27
52
5,1 %
3.
5-7 tahun
16
16
32
3,1 %
4.
7-15 tahun
50
51
101
10,0 %
5.
15-56 tahun
132
130
262
20,6 %
6.
>56 tahun
25
22
Jumlah
252
253
47
4,6 % 505
41,3%
Sumber Data: Kantor Desa Roko-roko Dari tabel di atas menunjukan bahwa penduduk desa Roko-roko yang berada dalam kelompok usia (15-56 tahun) merupaka jumlah penduduk terbesar, yakni 20,6% jiwa dan kemudian penduduk dalam kelompok umur (7-15 tahun) merupakan jumlah terbesar kedua yakni 10,0% jiwa sedangkan jumlah penduduk terkecil adalah usia (0-1 tahun) 1,0% jiwa. 2)
Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk pada suatu wilayah dapat dijadikan sebagai
tolak ukur dalam menilai kualitas sumber daya manusia yang tersedia di wilayah tersebut dimana dengan semakin banyaknya penduduk yang berpendidikan tinggi
34
maka dapat diduga bahwa kualitas sumber daya manusia di wilayah tersebut tergolong baik, demikian juga sebaliknya jika jumlah penduduk yang berpendidikan rendah adalah tergolong besar maka kualitas sumber daya manusianya diduga akan rendah. Desa Roko-roko merupakan salah satu wilayah di Kecamatan Wawonii Tenggara yang memiliki penduduk dengan tingkat pendidikan tergolong menengah kebawah, dan kondisi tersebut sekaligus menggambarkan bahwa kualitas sumber daya manusia yang dimiliki Desa Roko-roko adalah tergolong kurang baik. Hal ini terlihat dari besarnya jumlah penduduk Desa Roko-roko yang berpendidikan
menengah
kebawah
(SLTA,
SLTP
sederajat,SD).
Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai keadaan pendidikan penduduk Desa Roko-roko, dapat dilihat pada table berikut: Tabel 2. Komposisi Penduduk Desa Roko-roko Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat pendidkan Jumlah (jiwa) 1 Belum sekolah 63 2 Tidak tamat SD 10 3 Tamat SD 97 4 SLTP/Sederajat 120 5 SLTA/Sederajat 191 6 Diploma (D1,D2,D3) 6 7 S1 18 8 S2 0 Jumlah 505 Sumber : Data Kantor Desa Roko-roko 2015
Persentase (%) 6,0 % 1,0 % 9,6 % 10,2 % 10,9 % 3% 1,4 % 0% 95 %
Tabel diatas menunjukan bahwa penduduk Desa Roko-roko yang pendidikan tamat SLTA merupakan jumlah terbesar, yakni 10.9 % jiwa, yang keseluruhan jumlah penduduk wilayah tersebut. Sedangkan yang berpendidkan
35
SLTP merupakan persentase terbesar kedua, yakni 10,2 % jiwa. Adapun penduduk yang berpendidikan S2 merupakan jumlah terkecil yakni 0 % jiwa.Kondisi tersebut menunjukan bahwa tingkat pendidikan Desa Roko-roko masih tergolong rendah. C.
Keadaan Sosial Budaya Pembangunan di bidang agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa diarahkan untuk menciptakan keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dengan manusia serta hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya. Kondisi Desa Roko-roko ditinjau dari aspek keagamaan dapat dikatakan homogen, dengan kata lain bahwa penduduk yang berdomisili di Desa Roko-roko hanya menganut satu kepercayaan agama yaitu Islam, walaupun secara formal Desa Roko-roko beragama islam, namun masih ada sebagian masyarakat yang menganut sistem kepercayaan animisme, misalnya mempercayai bahwa ada tempat-tempat tertentu yang memiliki kekuatan gaib yang dapat mempengaruhi kehidupan mereka. Mereka beranggapan orang-orang yang telah meninggal tidak lepas dari masyarakat (orang-orang yang masih hidup) dan mereka itu memperhatikan orang-orang yang masih hidup.Atas kepercayaan ini, maka mereka selalu mengadakan pemujaan terhadap nenek moyang.Wujud perwujudan tersebut dilakukan melalui upacara-upacara tradisional, misalnya pada waktu membuka hutan untuk berkebun atau pada waktu melalui musim tanam.Hal ini masih terdapat pada masyarakat Desa Roko-roko sampai sekarang.
36
Secara umum masyarakat Desa Roko-roko dalam kehidupannya sehari-hari masih menggunakan bahasa Ereke. Sedangkan penggunaan bahasa Indonesia digunakan pada pertemuan-pertemuan formal yang menyangkut kegiatan umum pemerintah dan berkomunikasi dengan masyarakat luar yang dantang di desa ini. Jenis kesenian yang digunakan di Desa Roka-roko seni Tari tradisional berupa Lulo, yang biasa digunakan pada pesta-pesta adat, misalnya pada pelaksanaan peserta adat pernikahan dan penyambutan pemerintah kabupaten yang datang berkunjung. Dalam segi pengetahuan masyarakat Desa Roko-roko menganut dua pola sistem pengetahuan dalam pola tradisional non formal dan sistem pengetahuan pola moderen formal. Sistem pengetahuan dalam pola tradisional non formal yang berlaku adalah sistem tertutup dan individual, hal ini terlihat pada tata cara transfer pengetahuan khususnya di bidang ilmu keagamaan dan ilmu-ilmu sosial kemasyarakatan yang berkaitan dengan budaya dan adat-istiadat yang dilakukan secara individual dan tidak memerlukan fasilitas tertentu seperti halnya pendidikan formal. Sedangkan untuk sistem pengetahuan moderen yang ada seperti sekolah, pada prinsipnya di desa ini telah berkembang dengan baik. Masalah keamanan dan ketertiban mayarakat di Desa Roko-roko adalah merupakan tanggung jawab masyarakat juga, dalam hal ini dapat dicapai dengan tingginya kesadaran masyarakat untuk berperan aktif dalam menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan, baik ancaman yang datang dari luar maupun dari dalam lingkungan itu sendiri.
37
Pelaksanaan sistem keamanan dan ketertiban di Desa Roko-roko dilaksanakan secara terpadu oleh semua komponen yang ada.Hal ini terklaksana dan terkordinasi dengan dilengkapi beberapa perangkat/petugas keamanan seperti Babinsa dan Pertahanan Sipil (hansip). Meskipun demikian keamanan dan ketertiban di Desa Roko-roko telah tercipta dengan baik akan tetapi tidak disangkali masih sering terjadi hal-hal yang perlu mendapat perhatian dan kerjasama antara semua pihak seperti pencuri. Berdasarkankeadaan
alam Desa Roko-roko maka sektor pertanian
merupakan potensi terbesar andalan perekonomian masyarakat. Pada umumnya para petani mempunyai lahan yang cukup luas dan jumlah hasil panen yang sangat besar. Mata pencaharian utama adalah bertani, kehidupan bercocok tanam sebagai faktor dominan dalam setiap masyarakat petani. Pada umumnya menanam tanaman
jagung,
kacang
tanah,
padi
dan
tanaman
tahunan/bahan
perdagangan ekspor seperti jambu mete, kopi, merica, cengke dan kelapa. Bahwa mata pencaharian yang paling banyak adalah petani, tanaman paling dominan ditanam masyarakat adalah jagung, kacang tanah serta tanaman keras yang paling banyak adalah jambu mete dan merica, cengke serta produksi buahbuahan yang terbesar adalah pisang. Hasil pertanian cukup memenuhi kebutuhan penduduk setempat dan dapat diekspor keluar daerah. Mata pencaharian yang lain juga dikerjakan penduduk Desa Roko-roko adalah merantau. Kegiatan merantau merupakan jenis mata pencaharian lain di luar pertanian.
38
Penduduk Desa Roko-roko juga mempunyai mata pencaharian tambahan yang diperoleh dari hasil nelayan, namun tata cara penagkapan ikan dengan cara memasang pukat dan memancing masih secara tradisional sehingga hanya merupakan penghasilan tambahan untuk menambah penghasilan pokok.
39
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Faktor Pendorong dan Penarik Migrasi Orang Kulisusu Ke Desa RokoRoko 1.
Faktor Pendorong Proses migrasi timbul karena adanya tanggapan rasional dan reaksi spontan
dari sebagian penduduk terhadap situasi dan kondisi yang kurang menguntungkan atau mengancam keselamatan jiwa penduduk pada daerah asal sebagai daya dorong seperti gangguan keamanan,bencana alam, atau faktor kesuburan tanah yang tidak menunjang. Demikian halnya terhadap daerah tujuan sebagai daya tarik yang biasanya dipandang jauh lebihkondusif dalam aspek keamanan, aman dari kemungkinan terjadinya bencana alam serta potensial dalam aspek geografis sebagai sumber kehidupan.Fenomena-fenomena tersebut tidak jarang terjadi secara beruntung dan kumulatif. Pada pelaksanaan migrasi, penentuan tentang besar kecilnya daya dorong daerah asal ditentukan olah pribadi atau kelompok yang melakukanya dalam menilai fenomena yang ada di sekitarnya. Hal ini muncul manakala para migrant merasa terancam atau tertindas, sehinga muncul angapan bahwa yang mendorong mereka meningalkan daerah karena adanya gangguan keamanan yang tidak memungkinkan hidup secara bebas dan damai.Kemudian bagi migran yang belum memiliki pekerjaan tetap dan kurang penghasilan berangapan bahwa yang mendorong mereka meningalkan daerah asal karena faktor ekonomi yang tidak lagi memungkinkan untuk hidup layak. Demikian halnya bagi mereka yang
39
40
merasa tidak tenteram karena pengaru fenomena sosial budaya yang tidak sesuai dengan tatanan yang dianutnya, dapat menyebapkan mereka pindah mencari daerah baru yang lebih sesuai, aman, bebas, atau lebih baik dari daerah sebelumnya (Kartodirjo, 1975: 115). Hal ini erat kaitannya dengan migrasi Orang Kulisusu ke Desa Roko-roko yang turut didorong oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut: a.Faktor Keamanan Sebelum tahun 1956, secara umum masyarakat Kulisusu hidup dengan tenang tampamerasa adanya gangguan dari pihak pihak tertentu, baik dari segi keamanan maupun dari segi kondisi geografis daerahnya yang tergolong aman dari berbagai bencana alam. Kondisi kehidupan tersebut secara perlahan lahan berubah pada bulan Januari tahun 1956 dengan masuknya gerombolan DI/TII diwilayah Kulisusu, dimana masyarakat mulai merasa terganggu dari ulah pasukan DI/TII yang tidak jarang menteror, mengintimidasi serta menakut- nakuti rakyat. Seiring dengan berjalannya waktu, tindakan gerombolan DI/TII pun semakin menjadi-jadi dengan tindakan-tindakan anarkis dan tidak manusiawi. Perampokan, dan penyiksaan, sering kali menjadi tontonan yang memilukan. Fenomena tersebut membuat masyarakat hidup dalam suasana yang mencekam,trauma dan depresi mental yang mendalam membuat masyarakat menjadi larut menjadi kesensaraan. Sehubungan dengan masalah tersebut, seorang informan menuturkan bahwa, pada tahun 1956-1960 masyarak Kulisusu benar benar mengalami masa
41
kehidupan yang mencekam akibat tekanan dan tindakan yang kurang manusiawi dari gerombolan DI/TII yang seakan merasa tidak bersalah dan berdosa merampas harta rakyat secara paksa, menganiyaya dan menyiksa masyarakat yang tidak menurutinya. Akibat kondisi inilah masyarakat Kulisusu bermigrasi ke Pulau Wawonii hususnya di desa Roko-roko yang menurut mereka bisa menjamin kehidupan dan keamananya (Waoji, wawancara 23 juli 2015). Jadi faktor ke amanan yang tidak kondisif di daerah Kulisusu pada awal tahun 1956 sampai tahun 1960 menyebabkan orang Kulisusu meningalkan kampung halaman, untuk mencari daerah yang aman dan bebas dari tekanan gerombolan DI/TII. Kenyataan di atas mengambarkan bahwa stabilitas keamanan suatu daerah yang tidak kondisif mengakibatkan kondisi sosial masyarakat menjadi tergangu dan tidak tenang dalam menjalankan aktivitas sehingga dapat berpengaruh pada gerak perpindahan penduduk suatu daerah sekitarnya yang dianggap aman dan strategis untuk di tempatinya. Informan lainnya mengemukakan bahwa secara umum orang kulisusu jarang melakukan migrasi, dimana saja mereka tinggal disitulah mereka menetap dengan tenang bersama-sama keluarganya dalam kurun waktu yang cukup lama. Tradisi ini sejak zaman dahulu nenek moyang orang kulisusu selalu ingin hidup menetap di setiap daerah, kecuali mereka pindah ke suatu daerah kalau telah terjadi sesuatu yang sukar dihindari apakah itu factor politik, ekonomi, dan sosial budaya maka jalan terbaik harus meninggalkan tempat dan mencari tempat yang aman ( Jalilu, wawancara 20 Agustus 2015).
42
Dari peryataan informan di atas dapat diketahui bahwa kedatangan Orang Kulisusu Di Desa Roko-roko didorong oleh kondisi keamanan yang tidak stabil di daerah asalnya akibat adanya tekanan atau gangguan dari gerombolan DI/TII. b.Faktor Ekonomi Suatu daerah yang menjadi daerah tujuan migran harus memiliki prospek yang lebih baik dari pada di daerah asal, seperti tanah yang subur, memiliki sumber air yang cukup serta letak geografis yang strategis menurut ukuran mereka, sehingga dapat memperbaiki taraf kehidupannya.Potensi alam tersebut merupakan salah satu aspek pendorong bagi orang Kulisusu untuk pindah ke desa Roko-roko Kecamatan Wawonii Tenggara Kabupaten Konawe Kepulauan. Bagi masyarakat Kulisusu, tinggal di daerah pemukiman baru yang tanahnya subur tentunya akan membawah kehidupan yang lebih baik,apalagi masyarakat Kulisusu sebagai masyarakat petani, tentu tidak mustahil kehidupan mereka akan lebih baik dari sebelumnya, sebagai mana di kemukakan seorang informan bahwa: ”dengan potensi alam yang dimiliki daerah Desa Roko-roko,masyarakat migran orang Kulisusu dapat memperoleh hasil yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,bahkan dari hasil pertanian mereka dapat menyekolahkan anakanaknya ketingkat yang lebih tinggi, sekarang mereka tidak hanya memiliki tanaman kelapa tetapi juga memiliki kebun jambu mente,cengkeh,coklat dan pala”( Kancunu, wawancara, 15 Agustus 2015 ). Penuturan diatas menunjukan bahwa dampak positif yang ditimbulkan perpindahan orang Kulisusu ke Desa Roko-roko Kecamatan Wawonii Tenggara Kabupaten Konawe Kepulauan tidak hanya terdapat pada aspek keamanan dan
43
keselamatan tetapi yang lebih penting adalah aspek kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik dari sebelumnya. Hal ini disebabkan karena potensi alam desa Roko-roko yang tergolong subur serta cocok dengan berbagai komuditi pertanian seperti padi, jagung, pisang,dan ubi hal ini dibuktikan dari penuturan (Jamaa, 12 juli 2015) bahwa pola hidup masyarakat kulisusu setelah bermigrasi ke Desa Roko-roko jauh lebih baik ketimbang pada waktu mereka masi bermukim di Kulisusu. Ini merupakan suatu rahmat dari Allah SWT yang patut di sukuri. 2.
Faktor Penarik Sebagaimana telah dikemukakan dari berbagai faktor pendorong tersebut,
maka tidak akan lepas dengan adanya faktor penarik di daerah tujuan. Adanya faktor pendorong dapat berarti merupakan faktor posisitif yang dimiliki oleh daerah tujuan. Adapun faktor-faktor yang menjadi daya tarik bagi orang kulisusu untuk melakukan migrasi ke Desa Roko-roko Kecamatan Wawonii Tenggara Kabupaten Konawe Kepulauan adalah sebagai berikut: 1. Faktor keamanan Seperti telah dijelaskan di atas bahwa, setiap manusia mempunyai kecenderungang untuk hidup aman dan tentram sehingga terjadi gejolak atau kondisi keamanan yang tidak stabil maka manusia akan berusaha pinda atau menggungsi ke suatu daerah baik yang sifat sementara maupun dalam waktu yang relative lama tau menetap dengan suasana yang aman dan tertib. Demikian halnya dengan orang Kulisusu, mereka pindah ke Desa Roko-roko disebabkan karenah kondisi keamanan yang tidak stabil di daerah asal akibat gangguan dan tekanan dari gerombolan DI/TII, maka kehidupan masyarakat
44
merasa terancam sehingga masyarakat mencari daerah baru sebagai tempat pemukiman yang aman. Karena keadaan daerah Desa Roko-roko pada saat itu sangat aman tampa adanya ganggguan apalagi tekanan dari pihak luar seperti yang telah dirasakan pada pemukiman lama di Kulisusu, apalagi daerah tersebut merupakan pemukiman baru yang belum terjamah oleh penghuni sebelumnya, sehingga situasi seperti itu akan menjadi daya tarik tersendiri bagi penduduk Kulisusu untuk bermigrasi Ke Desa Roko-roko, sebab dengan kondisi seperti itu akan sangat mendukung aktifitas-aktifitas perekonomian masyarakat menjadi semakin lancar untuk dilaksanakan. Hal ini diakui oleh seorang informan yang menyatakan bahwa: ”sejak perpindahan penduduk kulisusu ke Desa Roko-roko tahun 1956 -1960-an, secara perlahan masyarakat kembali merasakan kehidupan yang tenang dan aman serta tidak ada lagi perasaan kahawatir atau takut dari gangguan gerombolan DI/TII. Usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari suda berjalan lancar (Wauwa, wawancara, 10 Agustus 2015). Keterangan informan tersebut di atas mengambarkan bahwa perpindahan orang kulisusu Ke Desa Roko-roko tidak hanya didorong oleh faktor keinginan untuk mencari daerah yang aman yang dapat memberi suasana kehidupan yang menyenagkan semata,tetapi turut di pengaruhi oleh aspek potensi alam Desa Roko-roko sebagai lokasi pemukiman baru yang belum ada penghuninya. Dengan demikian tentu masyarakat Kulisusu akan merasa bergairah dan termotifasi dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas kehidupan mereka, tampa harus ada penyesuaian dan proses adaptasi terhadap penduduk setempat, sehingga rasa trauma dan
45
tekanan jiwa yang dialami selama bermukim di Kulisusu secara perlahan dapat hilang dengan sendirinya. 2. Faktor Geografis Letak dan keadaan geografis suatu daerah turut menentukan tingkat kelayakan dan kesejateraan masyarakat pemukimnya , yang tentunya apabila aspek ini dapat di manfaatkan dengan efektif oleh masyarakat itu sendiri. Demikian halnya dengan masalah migrasi, dimana letak dan keadaan geografis daerah baru yang akan dituju merupakan salah satu aspek kelayakan yang perlu diperhatikan, apakah lebih baik dari daerah sebelumnya atau tidak. Dengan demikian, masyarakat yang akan bermukim di daerah baru tersebut tinggal mengoptimalkan potensi alam daerah itu demi pemenuhan kebutuhan hidupnya. Bila ditinjau dari segi geogerafis Desa Roko-roko sebagai tempat bermukim migran dari Kulisusu tergolong sangat strategis.Jika dilihat dari letaknya wilayah ini berada di bawa gunung Waworete yang begitu luas dan rata. Di samping itu, wilayah ini belum terjamah oleh tangan manusia sebelumnya, sehingga dapat dipastikan bahwa wilayah ini sangat subur jika dijadikan sebagai lahan pertanian atau perkebunan menurut penuturan informan bahwa, mereka memilih pinda ke Desa Roko-roko terutama karna melihat letak atau jarak antara pulau buton dengan pulau Wawonii sangat dekat, dan mereka berpikir bisa menyebrang dari pulau Buton ke pulau Wawonii dengan mengunakan Bodi, Kapal Layar, Sampan atau biasa di sebut Koli-koli.Di samping itu mereka juga mengigat kelansungan hidup, makanya mereka memilih migrasi ke Desa Roko-roko karna mereka
46
melihat dari segi tanahnya yang subur dan memungkinkan untuk membuka lahan pertanian (Kancunu, wawancara 15 agustus 2015). Di sisi lain diwilayah Desa Roko-roko tersedia sumber air yang cukup sebagai kebutuhan pokok masyarakat di samping itu digunakan sebagai sarana pertanian. Hal ini sejalan dengan penuturan seorang informan bahwa, setelah 6 tahun masyarakat Kulisusu bermukim di Desa Roko-roko, nampak bawah hasil pertanian dan perkebunan masyarakat mengalami kemajuan yang positif , baik dilihat dari jenis komuditi pertanian yang dikembangkan maupun dari jumlah hasil diproduksi, seperti padi, kacang ijo, jagung, sayuran, dan ubi. Demikian halnya dengan jenis tanaman jangka panjang seperti kelapa, jambu mente, cengkeh, dan pala yang suda mulai berbuah.Dari kenyataan itu terlihat kesenangan dan kepuasan masyarakat sehingga sekiranya mereka ditawari untuk kembali kedaerah asalnya, mereka pasti menolak (Waoji wawancara, 10 Agustus 2015). Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa, salah satu daya tarik masyarakat Kulisusu sampai mereka ingin bermigrasai ke Desa Roko-roko adalah faktor letak dan keadan geografis Desa Roko-roko yang tergolong sangat mendukung dan potensial baik dilihat dari letaknya yang berada di bawah gunung waworete, maupun dari keadaan alamnya yang tergolong potensial untuk dijadikan sebagai lahan pertanian dan perkebunan dimana tanahnya yang subur dan tersedianya sumber air yang cukup untuk kebutuhan pokok masyarakat.
47
B.Proses Migrasi Orang Kulisusu Ke Desa Roko-roko Proses perpindahan penduduk dalam sejarah dikenal dengan berbagai macam latar belakangnya atau berbagai faktor penyebabnya sehingga seseorang atau sekelompoknya orang melakukan migrasi dari suatu tempat ketempat yang lain, mereka rela meninggalkan kampung halaman dan harta bendanya hanya untuk mencari tempat yang aman dan untuk memperbaiki taraf kehidupannya. Migrasi orang Kulisusu dari Kulisusu Ke Desa Roko-roko tentunya melalui proses panjang yang dilatar belakangi oleh berbagai faktor tertentu sebagaimana penyebab terjadianya perpindahan suku-suku bangsa lainya di dunia ini, dan setiap suku bangsa yang melakukan migrasi dari daerah asal ke daerah tujuan masin-masing memiliki latar belakang serta pendorong dan penarik yang berbedabeda. Hal ini sejalan dengan pendapat Naim ( 1989: 4) bahwa “migrasi adalah bentuk realisai dari kehidupan manusia yang selalu diarahkan pada suatu tujuan yaitu memenuhi kebutuhan kehidupanya”. Migrasi orang Kulisusu ke Desa Roko-roko di lakukan secara berkelompok dengan maksud mencari pemukiman baru yang aman serta memperbaiki kondisi hidupnya di daerah tujuan. Namun demikian, setelah proses migrasi tersebut berlansung pada akhir tahun 1956, sekitar 12 orang penduduk Kulisusu khususnya laki-laki masi bolak –balik 1-2 kali perbulan ke Kulisusu untuk mengurus dan melanjutkan pekerjaan kebunnya yang telah terlanjur dirintisnya dan mencari keluarganya untuk di ajak ikut pindah ke Wawonii tepatnya di Desa Roko-roko.. Hal ini disebabkan karena masi beberapa harta milik masyarakat seperti kebun yang penuh tanaman serta sebagian dari mereka yang masi enggan meninggalkan
48
rumah mereka yang suda tergolong layak dalam ukuran zaman itu. Sebagaimana penuturan (Waoji wawancara , 10 agustus 2015) bahwa, pada dasarnya semua masyarakat Kulisusu pindah ke Desa Roko-roko berkelompok, tetapi sebagian pertimbangan sebagian masyarakat khususnya laki-laki bahwa sangat di sayangkan jika harta seperti kebun dengan isinya, serta rumah dan isinya ditinggalkan begitu saja, sehingga
diputuskan kita
pinda
dulu untuk
mengamankan keluarga utamanya anak-anak dan perempuan. Informan lain menuturkan bahwa, selama tiga kali setahun bolak-balik Desa Roko-roko ke Kulisusu, masyarakat selalu dihantui oleh rasa ketakutan, karena sebagian besar masyarakat hidup secara terpisa dengan keluarganya dalam jangka waktu berbulan-bulan. Setahun kemudian masyarakat baru secara total meninggalkan kulisusu dan hidup dengan tenang di Desa Roko-roko (Jamaa wawancara, 7 agustus 2015). Dari urain informan tersebut mengambarkan bahwa, selama dalam proses perpindahan masyrakat Kulisusu ke Desa Roko-roko, selama setahun masyarakat selalu diliputi rasa khawatir dan ketakutan akibat tindakan-tindakan DI/TII yang terkadang melewati batas-batas kemanusiaan dengan selalu melakukan tekanantekanan dan intimidasi terhadap masyarakat serta perampasan barang-barang masyarakat secara paksa, sehingga keadaan masyarakat merasa tidak tentram. Kondisi tersebut tambah diperkeruh dengan timbulnya kekhawatiran dari pihak keamanan yang kekuatan personilnya tidak seimbang dengan gerombolan DI/TII sehinga mendorong untuk segera meninggalkan kampung halaman.
49
Perpindahan tersebut menggunakan sarana dan prasarana, laut dengan menggunakan rakit, koli-koli, dan perahu layar yang disediakan masyarakat sendiri. Setelah sampai di tempat pemukiman tersebut mereka membuatan rumah atau gubuk untuk di jadikan tempat peristrahatan untuk sementara (Waoji, wawancara 10 Agustus 2015). C. Kondisi Kehidupan Ekonomi Orang Kulisusu Setelah Berada Di Desa Roko-roko 1. Kondisi Ekonomi Masayarakat kulisusu di Desa Roko-roko memiliki mata pencaharian utama sebagai petani.Di samping itu jugaada yang berprofesi sebagai tukang batu.Sebagai petani, migran Kulisusu menanam tanaman jangka pendek seperti ubi kayu, jagung dan sayur-sayuran, sedangkan tanaman jangka panjang seperti kelapa, jambu mente, cengke, dan pala.Sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat menanam padi, ubi kayu, jagung dan sayur-sayuran. Di dalam menunjang kebutuhan ekonomi keluarga masyarakat Kulisusu yang berada di Desa Roko-roko, kaum pria sangat berperan dan mempunyai tanggung jawab penghidupan dalam memenuhi berbagia macam kebutuhan hidup seharihari.Walaupun kaum wanita di dalam keluarga tidak kala pentingnya dengan kaum pria, dalam hal urusan rumah tangga dan mendidik anak-anak juga membantu suami dalam mengolah hasil pertanian mereka agar dapat hidup dengan layak (Waoji, 10 Agustus 2015). Pada awal kedatangan penduduk Kulisusu di Desa Roko-roko kondisi ekonomi mereka tergolong memprihatinkan.hal ini karena situasi dan kondisi
50
yang serba sulit pada saat itu.Berbagai harta benda mereka ditinggalkan begitu saja di pemukiman lama serta sebagian lainnya dirampas oleh gerombolan DI/TII, namun setelah tanaman pertanian mereka suda berhasil pada tahun 1962, lambat laun suda menunjukan adanya perubahan kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Semua itu tidak lepas dari kerja keras dan usaha yang sungguh-sunguh dari migran itu sendiri, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Melalui hasil-hasil yang diperoleh dari mata pencaharian tersebut, keadaan ekonomi mereka mengalami perubahan (meningkat) kearah yang lebih baik jika dibandingkan dengan keadaan ekonominya sewaktu didaerah asal (Waoji, 27 Agustus 2015). Hal tersebut dapat dijadikan sebagai alasan bahwa perekonomian migran Kulisusu di Desa Roko-roko suda mengalami perubahan disebabkan mereka suda bebas berusaha, tampa ada lagi tekanan dan gangguan dari gerombolan DI/TII. Sewaktu berada di daerah asal, kebanyakan migran Kulisusu hanya memiliki rumah panggung bertiang kayu bundar, atap dari rumbia serta dindingnya dan ada juga sebagian berdindingkan kulit kayu dan papan. Namun setelah 5-8 tahun menetap di Desa Roko-roko,migran Kulisusu suda ada yang mendirikan rumah semi permanen dan permanen dengan dinding papan dan lantai semen, dan tempat tidur dengan kualitas baik yang belum perna dimiliki sebelumnya.dari segi pendidikan, migran Kulisusu juga suda mampu menyekolahkan anaknya sampai ke lanjutan atas (Jamaa wawancara,27 Agustus 2015). Mengenai hasil pendapatan perkeluarga untuk tiap bulanya jika di hitung dalam rupiah, tidak terdapat angkah pasti untuk jumlah yang tetap. Hal ini karena penghasilan setiap
51
keluarga tidak tetap dan tidak sama, dan keadaan mereka ditentukan dengan hasil yang diperoleh dengan pekerjaan tersebut. Hal ini meyulitkan penulis untuk menetapkan jumlah angka dalam rupiah untuk penghasilan perkeluarga setiap bulannya. Namun dari pengakuan informan, secarah umum dikatakana bahwa keadaan kehidupan ekonomi mereka setelah menetap di Desa Roko-roko mengalami kemajuan atau peningkatan jika di bandingkan dengan keadaan mereka di daerah asal.
52
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan pada Bab terdahulu, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor pendorong dan penarik migrasi orang kulisusu ke Desa Roko-roko adalah sebagai berikut: a. Faktor keamanan, merupakan faktor utama yang mendorong migrasi orang Kulisusu ke Desa Roko-roko karena stabilitas keamanan/kekacauan DI/TII di daerah asal sudah tidak menjanjikan kehidupan yang nyaman. Hal ini disebabkan gangguan dan tekanan dari gerombolan DI/TII yang tidak manusiawi terhadap rakyat setempat tampa mengenal nilai-nilai kemanusiaan, dengan kondisi tersebut mendoronng orang Kulisu untuk mencari daerah baru yang dapat memberikan keselamatan. b. Faktor ekonomi, yaitu karena tuntutan hidup keluarga, sehingga mereka memilih pindah Ke Desa Roko-roko, mengingat di samping Kulisusu sebagai pemukiman lama yang kondisi keamanannya tidak terjamin lagi. c. Faktor penarik untuk migrasi ke desa Roko-roko yaitu faktor keamanan, setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk hidup aman dan tentram sehingga dengan terjadinya gejolak atau terganggunya stabilitas keamanan lingkungan, masiarakat mulai resah dan mencari daerah baru yang tergolong aman. Karena keadaan daerah Desa Roko-roko pada saat itu sangat aman.
52
53
d. Faktor penarik untuk migrasi ke Desa Roko-roko yaitu faktor letak dan keadaan geografis Desa Roko-roko Kec. Wawonii Tenggara Kabupaten Konawe Kepulauan sebagai daerah yang dituju yang disamping letaknya sangat dekat dangan pulau Buton Utara, juga wilayah ini memiliki potensi alam yang menguntungkan, yaitu tanahnya subur serta ketersediaan air akan kebutuhan pokok sangat cukup. 2. Proses migrasi orang Kulisusu ke Desa Roko-roko, terjadi secara bertahap dan berkelompok pada tahun 1956 sampai 1960 dengan maksud demi keaman serta memperbaiki kondisi hidupnya di daerah tujuan. 3. Kondisi ekonomi orang Kulisusu setelah berada di Desa Roko-roko tergolong sangat memprihatinkan. Disebabkan situasi dan kondisi yang serba sulit pada saat itu, berkat kerja keras mereka ahirnya berubah kondisi ekonomi mereka menjadi ke taraf yang lebih baik. B. Saran-Saran Sebagai saran, penulis mengharapkan: 1. Kepada peniliti yang relevansi dengan judul ini agar dapat lebih mengembangkan hasil penilitian ini dengan lebih luas lagi, sehingga dapat menghasilkan suatu fakta sejrah yang tuntas. 2. Kepada generasi muda khususnya putra-putri daerah yang sedang menuntut ilmu di perguruan Tinggi, baik yang ada di Univrsitas Haluoleo maupun di perguruan Tinggi lainya di tanah air, diharapkan agar dapat terpanggil meneliti berbagai macam sejrah dan budaya daerah untuk memperkaya khasanah sejrah dan budaya Sulawesi Tenggara
54
3. Kepada pihak-pihak terkait, khususnya pemerintah daerah Tingkat 1 Sulawesi Tenggara agar senantiasa dapat menginventarisasikan dan mempublikasikan sejarah sosial kemasyarakatan, khususnya yang berkaitan dengan migrasi suku-suku bangsa yang ada di daerah ini, sehingga dapat lebih diketahui masyarakat luas dan agar dapat dilakukan pendekatan-pendekatan dalam rangka pelaksanaan pembangunan di daerah ini, dalam upaya membangun masyarakat yang aman dan sejahtera, khususnya dalam wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara. Sebagaimana telah di kemukakakn dari berbagai faktor pendorong tersebut, maka tidak akan lepas dengan adanya faktor penarik di daerah tujuan. Adanya faktor pendorong dapat berarti merupakan faktor positif yang dimiliki oleh daerah tujuan. C. Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Pembelajaran Sejarah di Sekolah Pada hekekatnya manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan menjadi salah satu usaha agar manusia dapat mengembangkan potensinya melalui pelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pada dasarnya perubahan dan perkembangan suatu kehidupan perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang profesional dan bermutu tinggi.Mutu pendidikan yang demikian itu sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan berkehidupan yang damai, serta mampu bersaing secara terbuka diera globalisasi dewasa ini sehingga dapat meningkatkan seluruh warga negara Indonesia.Dalam hal ini kinerja pendidikan menuntut adanya pembenahan dan penyempurnaan.Tidak hanya aspek kehidupan, tetapi juga dalam pendekatan dan
55
strategi pembelajaran yang dilakukan di sekolah pada masing-masing bidang ilmu. Hubungan dalam perkembangan dunia pendidikan saat ini sangat diperlukan oleh generasi muda dalam studi pendidikan melalui pembelajaran pada sekolah dalam mata pelajaran sejarah. Pembahasan mengenai sejarah mencangkup seluruh kejadian atau peristiwa masa lampau dan masa yang akan datang. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang manifestasinya berbentuk pelajaran sejarah diharapkan dapat memberikan konstribusi yang besar dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional.Keberadaan pelajaran sejarah di sekolah bertujuan agar siswa memperoleh kemampuan berpikir historis dan pemahaman sejarah. Melalui berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan proses perkembangan dan perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jati diri bangsa di tengah-tengah kehidupan masyarakat dunia. Dalam rangka menghadapi berbagai permasalahan yang timbul oleh proses globalisasi pada satu pihak dan proses demokratisasi pada pihak lain, sangat diperlukan SDM yang lebih berkualitas melalui pembaruan sistem pendidikan dan penyempurnaan kurikulum mata pelajaran sejarah yang berbasis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai bagian dari upaya peningkatan SDM. Fungsi dari pembelajaran sejarah adalah sejarah memiliki potensi untuk menjadikan kita manusia yang berprikemanusiaan. Hal ini tidak dapat dilakukan
56
oleh semua mata pelajaran yang lain dalam kurikulum sekolah. Selain itu, untuk menyadarkan akan adanya proses perubahan dan pengembangan masyarakat dalam dimensi waktu dan untuk membangun perspektif serta kesadaran sejarah dalam menemukan, memahami dan menjelaskan jati diri bangsa di masa al, masa kini dan masa yang akan dating ditengah-tengah perubahan dunia. Dalam hal ini dapat dikaji implikasi hasil penelitian dengan proses pengajaran disekolah. Implikasi ini diharapkan dapat memperkaya bahan belajar di sekolah sebagai generasi muda dapat memberikan manfaat dalam mengembangkan pendidikan di sekolah-sekolah yaitu mempelajari, memahami dan dan menghayati sejarah lokal yang terjadi disuatu daerah. Penelitian “Migrasi Orang Kulisusu ke Desa Roko-roko (1956-1960)” menggambarkan perjalanan suatu kelompok dalam mencari kehidupan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.Dalam perjalanan tersebut perkembangannya lebih baik dibandingkan sebelumnya, baik dari segi pola pemukiman, sosial ekonomi, selain itu memuat bagaimana besarnya peranan pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat dan bagaimana masyarakat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Implikasi dalam penelitian ini terhadap pembelajaran sejarah di sekolah merupakan khasanah intelektual ditujukan untuk mengangkat nilai-nilai sejarah lokal yang erat kaitannya dengan mata pelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas X semester 2 pada pokok pembahasan “ kehidupan awal masyarakat indonesia” pada pertemuan pertama dengan standar kompetensi menganalisis peradaban Indonesia dan Dunia sedangkan kompetensi dasar menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia.
57
Untuk membahas materi pelajaran ini diperlukan waktu 2x40 menit.Adapun kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengajarkan pokok pembahasan ini yaitu menjelaskan perkembangan ciri-ciri kehidupan sosial, ekonomi, dari masyarakat berburu ke masyarakat pertanian. Adapun metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: metode ceramah bervariasi, diskusi, dan penugasan merupakan metode yang sangat baik sebab dengan metode ini guru membangkitkan minat siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dapat aktif dalam proses belajar tersebut. Dalam pembelajaran sejarah sosiologi di Sekolah Menengah Atas (SMA) semester genap, yang membahas mengenai kehidupan masyarakat indonesia khusunya masyarakat majemuk maka materi ini sangat relevan dengan kehidupan orang Kulisusu di Desa Roko-roko sehingga demikian peserta didik mengetahui kemajemukan suatu masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat perlu ditingkatkan taraf hidup melalui perbaikan kualitas kehidupan dan dalam rangka memperbaiki kualitas kehidupan inilah perlu dilakukan pembinaan dan pengembangan pemukiman penduduk.
DAFTAR PUSTAKA A.A. Canse, dkk.1972. Pelayaran dan Pengaruh Kebudayaan Makasar-Bugis Dipantai Australia.Jakarta: Bharata Asmito.1988. Sejarah Kebudayaan Indonesia.Jakarta: Debdkbud. Susanto, Astrid. 1985. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial.Jakarta Rineka. Aswati, M .1999.Migrasi Orang Jepang ke Amerika Serikat Tahun 1870-1945. Yogyakarta: Tesis Universitas Gadja Mada. Bachmid, Maksmum. 1999. Migrasi dan Mobilitas Penduduk Di Kota Kendari. Kendari Makalah Unhalu. Daldjoeni, N. 1987.Geografi Kesejarahan Pradaban Dunia. Bandung: Alumni. Lee, Everest. 1979. Suatu Teori Migrasi (Terjemahan). Jakarta: Fakultas Ekonomi. Universitas Gadja Mada. Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Herawati. 2005. Migrasi Dan Perkembangan Sosial Ekonomi Orang Bugis Di Desa Dangia Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Tahun(1980-2004). Kendari: Skripsi FKIP Unhalu. Hugo. 1977. Mobilitas Penduduk Di Jawa Barat. Yogyakarta: Gadja Mada Pres. Sunarto, Hs. 1980. Penduduk Di Jawa Barat. Yogyakarta: Dua Dimensi. H.M. Abdul Ranchman Djami. 1990. Pelayaran Dan Pengaruh Kebudayaan Bugis Di Kendari. Kendari: Laporan Hasil Penelitian Unhalu Ida, Bagus, Mantra. 1981. Mobilitas Penduduk Dari Desa Ke Kota. Yogyakarta PSKP-UGM .1985. Pengantar Studi Geografi. Yogyakarta: Nurcahaya Jamaluddin, Hos. 1991. Faktor Migrasi Masyarakat Selayar Serta Integrasinya Dengan Masyarakat Setempat Di Kota Administratif Kendari. Kendari: Skripsi FKIP Unhalu. Koentjaranigrat. 1981. Pengantar Antropologi. Jakarta: Aksara guru. La Ode M, Arif Sulaiman, dkk. 1987. Migrasi Penduduk Sulawesi Selatan di Daerah Administratif Kendari. Kendari: Laporan Hasil Penelitian Unhal.
Muchtar, Naim. 1989. Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau. Yogyakarta: UGM Mursidan, T. 199. Latar Belakang Perantauan Orang Selayar di Kegamatan Wawotobi Kabupaten Kendari. Kendari: Laporan Hasil Penelitian. Pradoko, R.H. 1986. Mobilitas, Migrasi dan Urbanisasi. Bandung: Percetakan Offiset. Robert, E Norris. 1972. Migras Of Spesialis Interoction. Dalam Jurnal Of Geografhy Vol LXX No 5. Ruslan, H. Prawiro. 1983.Kependudukan Teori Fakta dan Masalah. Bandung: Alumni. Rusli. 1983. Pengantar Ilmu Kependidikan. LP3ES. Bandung: Alumni. Rusli, M. 1992. Transmigrasi dan Pemukiman Kembali. Kendari: FISIP Unhalu
Lampiran 2 DAFTAR INFORMAN 1. Nama
: Jalilu
Umur
: 81 Tahun
Pekerjaan
: Petani
Alamat
: Desa Teporoko Kecamatan Wawonii Tenggara
2. Nama
: Waoji
Umur
: 137 Tahun
Pekerjaan
: Petani
Alamat
: Desa Teporoko Kecamatan Wawonii Tenggara
3. Nama
: Jamaa
Umur
: 82 Tahun
Pekerjaan
: Petani
Alamat
: Desa Roko-Roko Kecamatan Wawonii Tenggara
4. Nama
: Kancunu
Umur
: 85 Tahun
Pekerjaan
: Petani
Alamat
: Desa Roko-Roko Kecamatan Wawonii Tenggara