MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 20/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA DlLINGKUNGAN KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Menimbang : a.
bahwa untuk kelancaran pemulihan Kerugian Negara yang terjadi karena perbuatan lalai/salah atau melanggar hukum, dan untuk menegakkan disiplin bagi Bendahara/Pegawai Negeri bukan Bendahara dalam melaksanakan tugasnya, maka setiap kasus kerugian negara periu segera diselesaikan;
b.
bahwa untuk keseragaman dalam Pelaksanaan Penyelesaian Kerugian Negara tersebut pada butir a, periu diatur dan ditetapkan tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Kerugian Negara di lingkungan Kementerian Perumahan Rakyat dengan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat.
Mengingat : 1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 3. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil; 5. Keputusan Preslden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu; 7.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia;
8.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara 1
Republik Indonesia; 9.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Perubahan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia;
10. Keputusan Presiden Nomor 83/M/2005 tentang Pengangkatan Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Negara Perumahan Rakyat; 11. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman Pembayaran Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
Nomor dalam
12. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per66/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA Dl LINGKUNGAN KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Kekurangan Perbendaharaan (Comptabel tekort) adalah selisih kurang antara saldo buku kas dongan saldo (uang) kas yang sesungguhnya atau selisih kurang antara buku persediaan barang dengan saldo barang yang sesungguhnya terdapat didalam gudang, yang berada dalam pengurusan Bendahara. 2. Tuntutan Perbendaharaan (TP) adalah merupakan suatu proses tatacara perhitungan (rekenings proces) terhadap Bendahara. jika dalam pengurusannya terjadi kekurancian perbendaharaan. 3. Kerugian Negara adalah berkurangnya kekayaan Negara yang disebabkan oleh suatu tindakan melanggar hukum/kelalaian seseorang dan/atau disebabkan suatu keadaan diluar dugaan dan diluar kemampuan manusia (force majeure). 4. Bendahara adalah setiap orang atau badan yang diberi tugas untuk dan atas nama Negara/daerah menerima, menyimpan dan membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperiuan belanja Negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satker Kementerian Negara/Lembaga /Pemerintah Daerah. 5. Menteri adalah Menteri Perumahan Rakyat.
2
BAB II RUANG LINGKUP, MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Ruang lingkup yang diatur dalam Peraturan Menteri, meliputi aspek-aspek: a. Aspek pengamanan dokumen keuangan/Barang Milik Negara. b. Aspek penyebab terjadinya kerugian Negara. c. Aspek penyelesaian kerugian Negara. d. Aspek tututan akibat kerugian Negara. e. Aspek administrasi penyelesaian kerugian Negara. Pasal 3 Maksud ditetapkannya petunjuk pelaksanaan penyelesaian kerugian negara di lingkungan kementerian adalah tersedianya pedoman dalam pelaksanaan penyelesaian kerugian negara untuk menyelesaikan kerugian negara sesuai dengan pedoman dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 4 Tujuan dari pelaksanaan penyelesaian kerugian negara adalah untuk mengusahakan pengembalian yang diderita atau menuntut kembali atas kerugian negara baik yang dilakukan dengan sengaja maupun akibat kelalaian para pelaku yang terkait perlu diambil tindakan hukum sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundangundangan yang berlaku. BAB III Pasal 5 Sebagai tindak lanjut ketentuan dalam pasal 2 terhadap aspek-aspek tersebut periu dilakukan tindakan sebagai berikut: a. Dalam hal penyelesaian kerugian negara diusahakan dilakukan pencocokan penyebab terjadinya kerugian negara. apakah terdapat salah penulisan. tanda bukti belum dibukukan, salah penjumlahan atau salah perhitungan. b. Dalam hal teriadinya kerugian negara yang menyebabkan kekayaan negara berkurang, maka Atasan Langsung Bendahara, Kepala Satuan Kerja atau pejabat Eselon I segera membuat Surat Keputusan Tim Pemeriksa untuk dilakukan pemeriksaan terhadap terjadinya penyebab kerugian negara. c. Hasil pelaksanaan penyelesaian kerugian negara yang dilakukan oleh tim pemeriksa, apabila terdapat temuan berupa kekurangan/kerugian negara, tim pemeriksa mengirimkan laporan hasil pemeriksaan kepada atasan langsung untuk diteruskan kepada Menteri molalui Sokretaris Jondoral dengan tembusan
3
Inspektur Jenderal dan Eselon I terkait, komudian ditindak lanjuti dan ditetapkan untuk penyelesaian penggantian kerugian negara dengan penanda tanganan Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM) sebagai surat pernyataan kesanggupan. BAB IV KETENTUAN PENUTUP Peraturan ini mulai berlaku pada pelaksanaan Tahun Anggaran 2006 dan dapat disebarluaskan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk diketahui dan dilaksanakan. Ditetapkan di : Pada Tanggal:
Jakarta 03 Maret 2006
A.N. MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Sekretaris
NOER SOETRISNO NIP. : 700003088
4
DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1. Umum................................................................................................. 2. Pengertian....................................................................................... 3. Penyebab Terjadinya Kerugian Negara .......................................... 4. Temuan Kerugian Negara ..............................................................
BAB II PENELITIAN DAN TINDAKAN PENDAHULUAN ............................................ 1. Pengamanan Dokumen Keuangan/Barang Milik Negara ................... 2. Penyampaian Laporan ...............................................;........................ 3. Penelitian Lebih Lanjut oleh Menteri .................................................
BAB III PROSES PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA............................................
1-1 1-1 1-1 1-5 1-5
II-l II-l II-2 II-2
III-l
1. Tata Cara Penyelesaian Kerugian Negara .......................................... III-l 2. Penyelesaian .Secara Damai..........................................................'...... III-l 3. Penyelesaian Melalui Tata Cara Tuntutan Perbendaharaan................ III-2 4. Penyelesaian Melalui Tata Cara Tuntutan Ganti Rugi........................ III-4 5. Penyelesaian Melalui Gugatan Perdata ............................................... III-6 6. Pelaku Kerugian Negara Berstatus Bukan Pegawai Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah ............................................................III-7
BAB IV
TUNTUTAN PERBENDAHARAAN (KHUSUS)............................................................. IV-1 A. Perhitungan Pertanggungjawaban Ex-Offido terhadap Bendahara ……….. IV-1 B. Perhitungan Pertanggungjawaban Ex-Offido terhadap Ka. Satker/Sementara........................................................................................
BAB V
IV-4
ADMINISTRASI PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA ............................................. V-1 Administrasi Penyelesaian Kerugian Negara diselenggarakan oleh Biro Keuangan Sekretariat Jenderal Departemen Pekerjaan Umum ............................ V-1
BAB VI
KADALUWARSA...................................................................................................... VI-1 1. 2. 3.
Kadaluwarsa Pembebanan Ganti Rugi......................................................... VI-1 Kadaluarsa Tuntutan Perbendaharaan (Khusus)........................................... VI-1 Kadaluwarsa Tuntutan Perbendaharaan (Biasa).............................................VI-1
5
BAB VII
TINDAK LANJUTPENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA 1. 2. 3. 4.
Penghapusan ......................................................................................VII-1 Pembebasan Piutang Negara .............................................................VII-1 Surat Keputusan Pencatatan ...................................;...........................VII-3 Penyerahan P'mtang Negara kepada Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara (DJPLN)..............................................................VII-3 5. Peniadaan Selisih ................................................................................VII-4
LAMPIRAN Lampiran
1 a Daftar Pertanyaan (Laporan) tentang Kerugian Negara yang diderita oleh Negara Khusus untuk Bendahara
Lampiran
1 b Daftar Pertanyaan (Laporan) tentang Kerugian Negara yang diderita oleh Negara Khusus untuk Pegawai Negeri bukan Bendahara
Lampiran
2 Surat Keterangan Tanggung jawab Mutlak
Lampiran
3 Surat Keputusan Pembebanan Penggantian Sementara
Lampiran
4 Surat Pemberitahuan (gugatan)
Lampiran
5 Surat Keputusan Pembebanan Ganti Rugi tingkat Pertama dalam Proses Tuntutan Ganti Rugi
Lampiran
6 Surat Keputusan Pembebanan Ganti Rugi tingkat Kedua dalam Proses Tuntutan Ganti Rugi
6
BAB I PENDAHULUAN
1. UMUM 1.1. Barang Milik/Kekayaan Negara baik berupa uang, berang dan atau hak negara yang dapat dinilai dengan uang harus dilindungi, dikelola dan diadministrasikan secara baik dan tertib, sehingga dapat dipertanggung Jawabkan setiap saat. Untuk itu dituntut pengabdian, kejujuran, dan disiplin yang tinggi dari para pengelola barang milik/kekayaan negara dan para pihak yang terkait dengan berpegang pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1.2. Setiap peristiwa yang mengakibatkan kerugian negara periu segera diambil tindakan untuk memulihkan kembali kekayaan negara, sesuai ketentuan dan peraturan perundangundangan yang beriaku. Usahq tersebut harus dilakukan semaksimal mungkin melalui proses penyelesaian Tuntutan Perbendaharaan (TP) dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR).
1.3. Setiap perbuatan yang menimbulkan kerugian negara, baik yang dilakukan dengan sengaja ataupun akibat keialaian para pelaku yang terkait perlu diambil tindakan hukuman sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1.4.
Setiap pejabat negara dan pegawai negeri bukan bendahara yang melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya baik langsung atau tidak langsung yang merugikan keuangan negara diwajibkan mengganti kerugian dimaksud.(Psl 35 ayat(1)UUNo.17Thn2003)
1.5.
Setiap orang yang diberi tugas menerima, menyimp-in. membayar. dan/atau menyerahkan uang atau surat berharga atau banng-barang negara adalah bendahara yang wajib menyampaikan laporan portonggungjawaban kepada Badan Pemeriksa Keuangan.(Psl 35 ayat (2) UU No. 17 Thn 2003)
1.6. Setiap bendahara sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) bertanggungjawab secara pribadi atas kerugian keuangan negara yang berada dalam pengurusannya.(Psl 35 ayat (3) UU No. 17 Thn 2003). 1.7.
Setiap kerugian negara/daerah yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku. (Pasal 59 ayat (1) UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara)
1.8. Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan negara, wajib mengganti kerugian tersebut.(Pasal 59 ayat (2) UU No 1 Thn 2004 tentang Perbendaharaan Negara) 1.9. Setiap pimpinan kementerian negara/lembaga/kepala satuan kerja perangkat daerah dapat
7
segera melakukan tuntutan ganti rugi, setelah mengetahui
bahwa dalam kerr.enterian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan terjadi kerugian akibat perbuatan dan pihak manapun.(Pasal 59 ayat (3) UU No. 1 Thn 2004 tentang Perbendaharaan Negara). 1.10.
Setiap pejabat r.egara dan pegawai negeri bukan bendahara yang metanggar hukum atau melalaikan kewajibannya balk langsung atau tidak langsung yang merugikan keua.-igan negara diwajibkan mengganti kerugian dimaksud.UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
1.11.
Pengenaan ganJ kerugian negara/daerah terhadap bendahara ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
1.12.
Pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap pegawai negeri bukan bendahara ditetapkan oleh menteri /pimpinan lembaga / gubemur /bupati /walikota.
2. PENGERTIAN Di dalam buku petunjuk ini yang dimaksud dengan:
2.1.
Kepala Satuan Kerja/Kepala Satuan Kerja Sementara/Kuasa Pengguna Anggaran Kepala Satuan Kerja/Kepala .Satuan Kerja Sementara/Kuasa Pengguna Anggaran adalah pegawai negeri baik yang memangku jabatan struktural dan/atau tidak memangku jabatan struktural yang setiap awal tahun anggaran ditetapkan dengan Keputusan Menteri bertugas melaksanakan dan bertanggungjawab atas tercapainya produk dan hasil sesuai dengan yang tertuang dalam DIPA.
2.2.
Bendahara Bendahara menurut pasal 1 angka 14 Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbenitaharaan Negara adalah setiap orang atau Badan yang diberi tugas untuk dan atas nama Negara/Daerah. menerima, menyimpan. dan membayar/menye.-ahkan uang atau surat berharga atau barang-barang Negara/daerah.
2.3.
Bendahara Penerimaan Bendahara penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggung|awabkan uang pendapatan Negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuen kerja Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintan Daerah.
2.4.
Bendahara Pengeluaran Bendahara pen&eluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja Negara/daarah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan kerja kementerian Negara/Lembaga/ Pemerintah Daerah.
8
2.5. Kekurangan Perbendaharaan Kekurangan Perbendaharaan (comptabel tekort) adalah selisih kekurangan antara saldo buku kas dengan saldo (uang) kas yang sesungguhnya atau selisih kurang antara buku persediaan barang dengan satdo barang yang sesungguhnya terdapat di dalam gudang, dan berada dalam pengurusan Bendahara. 2.3. Tuntutan Perbendaharaan (TP) Tuntutan Perbendaharaan merupakan suatu tatacara perhltungan (rekening proses) terhadap Bendahara, jika dalam pengurusannya terjadi kekurangan perbendaharaan.
2.4. Penghapusan Kekurangan Perbendaharaan Dengan penghapusan kekurangan perbendaharaan dimaksudkan penghapusan suatu kekurangan perbendaharaan dari perhitungan Bendahara, bilamana kekurangan itu terjadi diluar kesalahan, kelalaian ataupun kealpaan Bendahara yang bersangkutan dan dapat dilakukan berdasarkan Bbl. 1678 (spillage/penyusutan), berdasarkan Stbl. 1910 No. 197 (compensatle/imbalan) atau berdasarkan LN 1956 No. 35 dan 36 (penghapusan).
2.5.
Penghapusan Piutang/Tagihan Negara Dengan penghapusan piutang/tagihan Negara dimaksudkan penghapusan suatu piutang/tagihan Negara dari administrasi piutang dan dilakukan karena piutang/ tagihan Negara itu berdasarkan alasan-alasan tertentu tidak dapat ditagih. (Stbl. 1907 No. 327, 328 dan 329). namun dengan dilakukannya penghapusan itu, hak tagih Negara masih tetap ada. Apabila kehilangan/kekurangan barang dimaksud dapat dibuktikan bukan karena kelalaian/kesalahan Bendahara/Pengums Barang, maka penanggungjawabnya dapat mengajukan pennohonan untuk menghapuskan barang tersebut kepada Menteri Keuangan c.q. Kepala Kantor Wilayah Anggaran setempat untuk mendapat keputusan. Penghapusan barang tersebut tidak menutup kemungklnan adanya pelaksanaan tuntutan ganti rugi apablla di kemudian hart dapat dibuktikan lain yaitu adanya unsur kesengajaan Kesalahan / kelalaian dari Bendahara/ Pengurus Barang. Kepmenkeu NO. 470/KMK.01/1994, tanggal 20 September 1994, tentang Tata Cara Penghapusan dan Pemanfaatan Barang Milik/Kekayaan Negara, Bab III, angka 4.a. 4) Bagian Kelima.
2.6.
Pembebasan Tagihan Negara Pembebasan atas tagihan Negara dimaksudkan meniadakan kewajiban seseorang untuk membayar hutang kepada Negara yang menurut hukum menjadi tanggungannya tetapi atas dasar pertimbangan keadilan atau alasan penting tidak layak ditagih daripadanya. Dalam hal ini Negara melepaskan "hak tagih'nya sehingga 'hak tagih' itu menjadi hapus sama sekali atau untuk suatu bagian tertentu.
9
2.7. Pegawai Negeri Pegawai Negeri adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang di tentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oteh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya yeng ditetapkan berdasarkan suatu oeraturan perundang-udangan dan digaji menurut perundangundangan yang berlaku. Selanjutnya untuk dapat dilakukan TGR Pegawai Negeri yang bersangkutan harus berkedudukan sebagai demikian (alszodanig), artinya bahwa perbuatan melanggar hukum/meialaVcan kewajiban itu dilakukan dalam kedudukannya sebagai pegawai negeri dan bukan sebagai orang partikutir. atau tidak/bukan dalam tugas sebagai Bendahara sebagaimana diatur dalam Pasal 77 dan Pasal 55 ICW. Di dalam pengertian Pegawai Negeri ini, meliputi: a. PNS Kementerian Negara Perumahan Rakyat b.
PNS Departemen lain yang bekerja di lingkungan Kementerian Negara Perumahan Rakyat c. Calon PNS di lingkungan Kementerian Negara Perumahan Rakyat
2.8. Kerugian Negara Kerugian Negara adalah berkurangnya kekayaan Negara yang disebabkan oleh suatu tindakan melanggar hukum/kelalaian seseorang dan/atau disebabkan suatu keadaan diluar dugaan dan dituar kemampuan manusia (force majeure).
Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik disengaja maupun lalai. (Pasal 1 Angka 22 UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara).
2.9. Perbuatan Melanggar Hukum Perbuatan melanggar hukum adalah perbuatan yang melanggar hak orang lain atau beriawanan dengan kewajiban hukum dari orang yang berbuat (Pasal 1365 BW). Sedang dengan hak orang lain dimaksud hak perdata orang lain atau kewajiban hukum perdata orang yang berbuat.
Catatan: Dalam keputusan Mahkamah Agung Belanda tanggal 9 Januari 1919 disebut "Apabila telah terjadi suatu keadaan yang terdiri dari suatu perbuatan atau tidak berbuat, yang melanggar hal; orang lain atau yang beriawanan dengan kewajiban hukum dari orang yang berbuat atau beriawanan dengan kaidah kehidupan tata susila yang baik, atau berlawanan dengan kepantasan (betamelijkheid) dari sikap perbuatan terhadap pribadi dan harta benda orang
10
lain".
2.10. Melalaikan Kewajiban (Wanprestasi) Melalaikan kewajiban terjadi apabila pihak yang berkewajiban melakukan sesuatu dengansurat perintah atau dengan suatu akte sojenis telah , dinyatakan lalai. atau Jika perikatannya sendiri menetapkan bahwa pihak yang berkewajiban itu hams dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan (Pasal 1238 BW).
2.11. Lalai adalah mengabaikan sesuatu yang semestinya dilakukan, tidak melakukan kewajiban kehati-hatian. ada hubungan sebab akibat antara perbuatan atau tidak melakukan perbuatan kerugian yang timbul.
2.12. Hubungan Sebab-Akibat (Causaal Verbands) Antara Kerugian yang diderita oleh Negara dan perbuatan melanggar hukum/ kelalaian Pegawal Negeri bersangkutan harus terdapat hubungan sebab-akibat (causaal verbands) yakni kerugian negara itu diakibatkan secara langsung atau tidak langsung oleh perbuatan/kelalalan pegawai negeri tersebut. 2.13. Tuntutan Ganti Rugi (TGR) Tuntutan Ganti Rugi adalah suatu proses yang dilakukan terhadap Pegawai Negeri bukan Bendahara untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh Negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pegawai tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas kewajibannya. Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan negara, wajib mengganti kerugian tersebut ( Pasal 59 ayat (2) UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara) 2.14. Penyelesaian Secara Damai Penyelesaian secara damal adalah penyelesaian kerugian negara yang dilakukan secara sukarela oleh pelaku, balk yang dilakukan sekaligus maupun dengan mengangsur dalam Jangka waktu paling lambat 24 bulan yang dinyatakan dengan surat keterangan tanggung jawab mutlak (SKTJM).
2.15. Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM) Surat keterangan tanggung jawab mutlak (SKTJM) merupakan surat keterangan yang tidak dapat ditarik kembali dan memuat pengakuan atas kerugian negara yang menjadi tanggungjawabnya dan kesanggupan untuk mengganti kerugian negara itu dengan menyebutkan jumlah uang, cara dan waktu pembayarannya disertai jaminan yang kuat
11
(asli). 2.15. Surat Pemyataan Bertanggungjawab Surat Pemyataan Bertanggungjawab (SPB) adalah pernyataan tertulis yang dibuat oleh pegawai negeri/pihak ketiga yang merugikan negara dan
merupakan pengakuan serta kesanggupan untuk mengganti secara sukarela walaupun jumlah kerugian negara belum dapat dipastikan.
2.16. Pihak-pihak yang Terkait
,
(1) Pihak-pihak yang terkait adalah para pegawai di lingkungan Kementerian Negara Perumahan Rakyat, meliputi: • • • • •
Pegawai Negeri BUMN Pegawai Harian/Bulanan/Honorer Pumawirawan TNVPOLRI Anggota TNI/POLRI yang diperbantukan/dikaryakan Pensiunan/Pumabakti
(2) Pihak Ketiga, meliputi: •
Kontraktor
•
Pemasok (Supplier)
•
Konsultan
2.17. Kadaluwarsa Kadaluwarsa adalah jangka waktu tertentu yang menyebabkan gugumya hak untuk melakukan tuntutan ganti rugi terhadap pelaku kerugian negara dengan tidak mengurangi tanggungjawab Pegawai Negeri yang bersangkutan kepada negara menurut hukum perdata Kewajiban bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain untuk membayar ganti rugi, menjadi kedaluwarsa Jika dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diketahuinya kerugian tersebut atau dalam waktu 8 (delapan) tahun sejak terjadinya kerugian tidak dilakukan penuntutan ganti rugi terhadap yang bersangkutan. (UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara) Tanggungjawab pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris untuk membayar ganti kerugian negara/daerah sebagalmana dimaksud pada ayat (1) menjadi hapus apablla dalam waktu 3 (tiga) tahun sejak keputusan pengadilan yang menetapkan pengampuan kepada bendahara pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan, atau sejak bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan diketahul melarikan dirt atau menlnggal dunia, pengampu/yang memperoleh hak/ahll waris tidak diberi tahu oleh pejabat yang berwenang mengenal adanya kerugian negara/daerah.(UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
12
3. PENYEBAB TERJADINYA KERUGIAN NEGARA
Timbulnya kerugian negara dapat disebabkan oleh: 3.1. Perbuatan Manusia: (1) Dilakukan oleh Bendahara (2) Pegawai Negeri bukan Bendahara
3) Pihak-pihak yang terkait 3.2. Kejadian diluar dugaan dan diluar kemampuan manusia (force majeure)
4. TEMUANKERUGIANNEGARA 4.1. Hasil pemeriksaan aparat pengawasan fungsional 4.2. Hasll pengawasan metekat 4.3. Pengakuan pelaku/penanggung jawab 4.4. Keterangan/laporan dari masyarakat/mass media
13
BAB II PENEUTUAN DAN TINDAKAN PENDAHULUAN
1. PENGAMANAN DOKUMEN KEUANGAN/BARANG MILIK KEKAYAAN NEGARA
1.1. Setelah diketahui sesuatu peristiwa yang mengakibatkan kerugian negara atau terdapat dugaan telah terjadi kerugian negara oleh seseorang dalam kedudukannya sebagai Bendahara, Pegawai Negeri bukan Bendahara atau Pihak Ketiga, maka Kepala Satuan Kerja/Satuan Kerja Sementara segera melakukan penelitian dan tindakan pendahuluan untuk mengamankan kepentingan Negara.
1.2. Tindakan pendahuluan menyangkut hal-hal sebagai berikut: (1) Mengamankan posisi keuangan/barang Satuan Kerja dengan cara menutup Buku Kas Umum dan Buku-buku lainnya dan atau Buku Barang Persediaan serta mencocokkannya dengan Saldo Uang Kas dan Bank atau Barang Persediaan.(2) Menghentikan semua mutasi Kas/Bank dan atau Barang sampai dengan dilakukannya penelitian lebih lanjut. (3) Melakukan penyegelan terhadap Brandkas, Lemari tempat menyimpan dokumen lainnya dalam hal Bendahara meninggal dunia, melarikan diri dan lain sebagainya. Penyegelan sedapat mungkin disaksikan/dihadiri oleh ahli waris yang bersangkutan dan dibuat Berita Acara Penyegelan. (4) Melaporkan kepada pihak Kepolisian setempat bila menyangkut peristiwa pencurian atau perampokan. (5) Mengupayakan penagihan ganti rug! kepada pelaku dan menyetorkannya ke Kas Negara
1.3. Penelitian yang harus dilakukan adalah dalam rangka memperoleh kejelasan serta kepastian mengenai:
14
(1) Kebenaran terjadinya peristiwa yang mengakibatkan negara dirugikan (2) Dengan cara bagaimana dan sejak kapan perbuatan yang merugikan negara tersebut dilakukan. (3) Para pelakunya dan dalam kedudukannya sebagai apa serta barapa besamya nilai kerugian yang diderita oleh Negara
2. PENYAMPAIAN LAPORAN 2.1. Hasil Penelitian dan Tindakan Pendahuluan sebagaimana dimaksud pada butir 1.2. dan 1.3. selanjutnya Kepala Satuan Kerja selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja wajib melaporkan kepada: (1) Menteri Perumahan Rakyat melalui Sekretaris Jenderal dengan tembusan kepada Inspektorat Jenderal dan Pejabat Eselon I terkait serta kepada Atasan Langsung Kepala Satuan Kerja yang bersangkutan. (2) Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) (3) Menteri dari Departemen dimana yang bersangkutan bekerja dalam hal melibatkan pegawai Departemen lain. (4) Gubernur Kepala Daerah yang bersangkutan, dalam hal melibatkan pegawai Pemerintah Daerah. (5) Kejaksaan/pihak Kepolisian jika diperlukan. bila mengandung unsur tindak pidana. 2.3. Laporan tersebut di atas harus dilengkapi dengan Daftar Pertanyaan (laporan) tentang kerugian yang diderita Negara sesuai Daftar Lampiran ; a Tuntutan Perbendahaaan (TP) dan 1.b Tuntutan Ganti Rugi (TGR).
3. PENELITIAN LEBIH LANJUTOLEH MENTERI 3.1. Atas dasar pemberitahuan/laporan sebagaimana dimaksud pada butir 2.1, Menteri Perumahan Rakyat membentuk Tim Peneliti dengan Surat Keputusan Menteri Perumahan Rakyat atau Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Perumahan Rakyat dengan susunan keanggotaan sebagai berikut: (1) Tim Pengarah, terdiri dari: Kepala Biro Keuangan Pejabat eselon 11 dari Inspektorat Jenderal Pejabat eselon II dari Satminkal terkait. (2) Tim Pelaksana, terdiri dari:
Pejabat Biro Keuangan
Pejabat Inspektorat Jenderal
15
Pejabat Satminkal terkait
Pejabat Unit/Kantor terkait
Pejabat Unit/Kantor lainnya sesuai kasus yang ditangani
3.3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penelitian lebih lanjut (1) Menetapkan jumlah kerugian negara Penetapan terhadap kerugian negara harus berdasarkan jumlah kerugian yang pasti diderita oleh negara. Dalam penetapan tersebut
tidak dibenarkan terjadinya tuntutan melebihi atau kurang dari kerugian negara yang sebenamya. Selanjutnya dalam menetapkanl nilai kerugian negara karena hilangnya barang milik negara, didasarkan kepada: a. Bila yang hilang berupa inventaris perlengkapan kantor, seperti: • MesinTik • Mesin Hitung • Komputer dan lain-lain yang sejenis hilang di luar kantor pada saat dipinjam atau digunakan di luar kantor oleh petugas/pegawai, ganti rugi ditetapkan sebagai berikut : 1) mengganti berupa barang yang sejenis sesuai dengan kondisi barang pada saat hilang, atau
2) berupa uang ganti rugi yang besamya berdasarkan nilai harga pasar untuk barang yang sejenis pada saat hilang.
b.
Khusus jenis barang yang hilang berupa kendaraan bermotor, seperti mobil, sepeda motor, ganti rugi ditetapkan sebagai berikut:
1) bila yang menghilangkan pihak ketiga seperti Konsultan atau mitra kerja penggantian dilakukan dengan barang/kendaraan sejenis sesuai dengan barang/kendaraan pada saat hilang
lainnya kondisi
2) bila yang menghilangkan petugas/pegawai yang diserahi pemegang kendaraan bersangkutan ganti rugi dapat ditetapkan sebagai berikut: a) mengganti berupa kendaraan yang sejenis sesuai dengan kondisi yang sama pada saat hilang, atau b) berupa uang ganti rugi yang nilainya sebesar harga samsat yang beriaku pada Kantor Kepolisian/POLDA setempat
16
(2) Menetapkan secara pasti para pelaku yang menjgikan negara
Penelitian harus dapat menetapkan secara pasti mereka yang hams mengganti kerugian kepada negara, sesuai dengan peran dan atau keteriibatannya dalam perbuatan/tindakan-tindakan yang merugikan negara tersebut.
Dalam penetapan ini harus secara jelas memuat:
a. Status kepegawaian yang bersangkutan (Pegawai Negeri, Bendahara, Bukan Pegawai Negeri, Pihak Ketiga, dsb)
b. Unsur salah dari yang bersangkutan : b.1. Perbuatan langsung, misalnya : Mencuri Menggelapkan Merusak uang atau barang milik negara Membeli barang terlalu mahal Membayar lebih kepada pihak ketiga, dsb b.2. Perbuatan tidak langsung, misalnya : Sebagai atasan/atasan langsung atau sebagai pengawas telah lalai dalam tugasnya sehingga memudahkan / memungkinkan pegawai bawahannya melakukan kecurangan-kecuragan. Dalam hal ini baik terhadap pegawai yang curang maupun torhadap atasan/atasan tangsungnya atau pegawai pengawas bersangkutan dilakukan tuntutan ganti rugi bersamasama. (3) Lain-lain keterangan yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan tuntutan pengembalian atas kerugian negara tersebut. misalnya: vonis Hakim, jumlah kerugian negara yang telah dikembalikan, dsb.
3.4.
Hasil penelitian Tim pada butir 3.2. segera dilaporkan kepada Menteri Perumahan Rakyat melalui Sekretaris Jenderal sebagai bahan pertimbangan Keputusan Menteri lebih lanjut dengan tembusan disampaikan kepada Inspektur Jenderal Perumahan Rakyat. Pejabat eselon I terkait dan Atasan Langsung Kepala Satuan Keria/Satuan Kerja Sementara yang bersangkutan.
17
BAB IV PROSES PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA
1. TATA CARA PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA Penyelesaian kerugian negara, dengan memperhatikan kasusnya dapat ditempuh dengan tata cara: (1) Penyelesaian secara damai (2) Penyelesaian melalui tata cara Tuntutan Perbendaharaan (TP) (3) Penyelesaian melalui tata cara Tuntutan Ganti Rugi (TGR) (4) Penyelesaian melalui Gugatan Perdata (5) Penyelesaian melalui Tuntutan Pidana
2. PENYELESAIAN SECARA DAMAI
2.1. Bila berdasarkan laporan hasil penelitian Tim Peneliti pelaku kerugian negara telah dapat mengganti kerugian negara secara keseluruhan dan telah disetorkan ke Kas Negara, maka permasalahan kerugian negara dimaksud dinyatakan selesai. 2.2.
Bila berdasarkan laporan hasil penelitian Tim Peneliti pelaku kerugian negara belum dapat melakukan penggantian kepada negara atau baru dapat mengganti sebagian dan menyetorkannya ke Kas Negara, dan pelaku telah menyatakan kesanggupan untuk mengganti kepada negara dengan membuat Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM) harus disertai dengan suatu jaminan/ agunan harta kekayaan secara notarial sekurang-kurangnya senilai kerugian negara yang menjadi tanggungjawabnya, maka pelaku diberi kesempatan untuk menyelesaikan kewajibannya tersebut dalam jangka waktu yang telah disanggupinya dalam SKTJM, selambat-lambatnya 2 tahun (lampiran 2).
18
2.3.
Bila ada alasan yang dapat diterima oleh Tim Peneliti yang dibentuk oieh Menteri atau Sekretaris Jenderal atas nama Menteri terhadap keberatan yang diajukan pelaku atas gugatan pembebanan kepada pelaku, dapat diberikan waktu penyelesaian kewajiban selambat-lambatnya 5 (lima) tahun.
2.4. Bila dalam 3(tiga) bulan bertumt-turut pelaku tidak melaksanakan kewajiban, para pelaku didampingi atasan langsungnya dipanggil untuk memberikan alasan kepada Tim Peneliti. Jika alasan tidak dapat diterima selanjutnya dilaporkan kepada Menteri agar kepada pelaku diharuskan membuat surat kuasa pemotongan gaji pelaku kepada Bendahara Gaji untuk melaksanakan kewajibannya sampai lunas.
2.5.
Pemotongan gaji sebagaimana butir 2.4 sebesar 1/3 dari gaji y
2.3. SKTJM dimaksud pads butir 2.2. hams diketahui oleh atasan/atasan langsung serta dilengkapi surat kuasa mutlak untuk menjual barang jaminan apabila yang bersangkutan cedera janji. SKTJM berikut surat jaminan dan surat kuasa mutlak untuk menjual, di tingkat Pusat disimpan di Biro Keuangan dan di tingkat Daerah di Kantor Atasan Langsung yang bersangkutan.
2.4. Surat Kuasa Tanggung Jawab Mutlak untuk menjual di tingkat Pusat dikuasakan kepada Kepala Biro Keuangan atas nama Menteri dan di tingkat Daerah dikuasakan kepada Atasan Langsung atas nama Menteri. Hasil penjualan barang Jaminan harus segera disetor ke Kas Negara sebagai penerimaan Mata Anggaran Kementerian Negara Perumahan Rakyat. 2.5.
Atasan Langsung wajib memantau pelaksanaan SKTJM yang dimaksud dan wajib mengirimkan laporan atas pelaksanaan dimaksud pada butir 2.2. kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Negara Perumahan Rakyat melalui Biro Keuangan dengan tembusan kepada pejabat eselon I terkait sampai kerugian negara lunas.
2.6. Apabila karena sesuatu hal temyata SKTJM tidak dapat dilaksanakan, maka segera dilaporkan kepada Menteri Pekerjaan Umum melalui Sekretaris Jenderal Kementerian Negara Perumahan Rakyat untuk selanjutnya ditempuh melalui tata cara lainnya sesuai dengan ketentuan yang beriaku melalui Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara.
3. PENYELESAIAN MELALUI TATA CARA TUNTUTAN PERBENDAHARAAN
3.1. Dalam hal penyelesaian kekurangan Perbendaharaan tidak dapat ditempuh melalui tata cara damai, maka penyelesaiannya ditempuh melalui tata cara Tuntutan Perbendaharaan. 3.2. Yang berwenang melakukan Tuntutan Perbendaharaan adalah BaJan Pemeriksa Keuangan (BPK-RI)
19
3.3. Proses Tuntutan Perbendaharaan dimulai pada saat Menteri Perumahan Rakyat menyampaikan berkas kasus kekurangan perbendaharaan tersebut kepada BPK-RI dengan data yang lengkap, terdiri dari: (1) Laporan hasil pemeriksaan (2) Daftar pertanyaan tentang kerugian negara, yang antara lain menyatakan bahwa kerugian tersebut dikarenakan kesalahan, kealpaan dan kelalaian Bendahara. (3) Berita Acara Pemeriksaan Kas dan Register Penutupan Kas yang menyatakan adanya ketekoran kas/jumlah kerugian yang pasti. (4) SKTJM (kalau ada) harus disertai Jaminan yang cukup (5) Khusus untuk Bendahara yang tidak dapat membuat SPJ, maka harus ada: a. Surat tegoran dari atasannya b. SK Pembentukan panitia ex-officio
c. Laporan pemeriksaan ex-officio d. Pemberitahuan kepada yang bersangkutan (6) Tanda pembayaran yang telah dilakukan oleh Bendahara (7) Surat gugatan (8) Jawaban dari Bendahara Apabila Menteri menilai pelaku/ahli warisnya tidak mempunyai kemampuan untuk mengganti kerugian kepada negara, maka Menteri Perumahan Rakyat dapat memohon pertimbangan BPK-RI untuk tidak dilakukan Tuntutan Perbendaharaan dengan melampirkan Surat Keterangan Tidak Mampu yang dibuat oleh pejabat pemerintah seterhpat dan telah dilakukan penelitian yang dituangkan dalam Berita Acara Hasil Penelitian Sosial Ekonomi yang bersangkutan dari Kementerian Negara Perumahan Rakyat.
3.4. BPK-Rt akan melakukan proses Tuntutan Perbendaharaan sesuai ketentuan dan perundangan yang berlaku, berdasarkan berkas kasus yang diterima.
3.5. Mendahului Tuntutan Perbendaharaan oleh BPK-RI, Menteri Perumahan Rakyat dapat menerbitkan. Surat Keputusan Pernbebanan Penggantian kerugian Sementara kepada yang bersangkutan (Lampiran 3). Surat Keputusan dimaksud mempunyai kekuatan hukum untuk pelaksanaan sita jaminan (conservatoirbeslaag).(Penjelasan Pasal 60 ayat (3) UU No.1 Tahun 2004).
3.6. BPK-RI melalui Majelis Tuntutan Perbendaharaan Tingkat Pertama akan menerbitkan surat keputusan, berupa: (1)
Surat Keputusan Penetapan Batas Waktu untuk menjawab jika Bendahara tidak membuat SKTJM.
20
(Batas waktu, biasanya 14 hari yang diberikan kepada Bendahara untuk mengajukan jawaban/pembelaan kepada BPK-RI).
(2) Surat Keputusan Pembebanan. berisi: a. Bahwa batas waktu itu tolah Icwat dan dari Bendahara tidak dilerima jawaban. atau b. Bendahara bersangkutan telah mengajukan pembelaan diri tetapi tidak dapat membuktikan bahwa dia bebas sama sekali dari kesalahan/ kelalaian maupun kealpaan. c. Bahwa jawaban tidak dapat membebaskan Bendahara dari kesalahan. d. Besarnya kekurangan perbendaharaan yang harus dipertanggung jawabkan Bendahara. e. Batas waktu satu bulan untuk menggunakan banding.
3.7. BPK-RI melalui Majelis Tuntutan Perbendaharaan Tingkat Banding akan menerbitkan Surat Keputusan, berupa:
(1) Surat Keputusan Pembebanan tingkat Pertama, yang berisi : Penetapan besarnya kekurangan perbeadaharaan sesuai dengan Surat Keputusan Pembebanan, bila permohonan banding dari Bendahara ditolak. (2) Pencabutan Surat Keputusan Pembebanan dalam hal permohonan banding diterima oleh BPK-RI. 3.8.
Penyampaian Keputusan BPK-RI kepada pelaku dilakukan oleh Menteri Perumahan Rakyat melalui Sekretaris Jenderal Perumahan Rakyat
3.9. Atasan Langsung tneflpantau pelaksanaan Keputusan BPK-R1 dan wajib melaporkan pelaksanaan keputusan tersebut kepada Menteri Perumahan Rakyat melalui Sekretaris Jenderal Kementerian Perumahan Rakyat dengan tembusan kepada pejabat eselon I dan Inspektorat Jenderal Perumahan Rakyat serta Biro Keuangan.
4. PENYELESAIAN MELALUI TATA CARA TUNTUTAN GANTI RUGI
4.1. Dalam hal penyelesaian ganti rugi kepada negara oleh Pegawai Negeri bukan Bendahara tidak dapat ditempuh melalui tata cara damai maka penyelesaian kerugian negara ditempuh dengan tata cara Tuntutan Ganti Rugi.
4.2. Tuntutan Ganti Rugi dimaksud pada butir 4.1. dilakukan oleh Menteri Pekerjaan Umum dengan terlebih dahulu meminta pertimbangan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPKRI) yang sifatnya tidak mengikat. 4.3. Proses Tuntutan Ganti Rugi dillakukan sbb :
21
(1) Menteri Perumahan Rakyat memberitahukan kepada pelaku atau ahli warisnya tentang kerugian negara yang menjadi beban pelaku dengan menerbitkan Surat Gugatan/pemberitahuan untuk mengganti kerugian (Lampiran 4).
(2) Surat gugatan tersebut pada butir 4.3.(f) memuat besamya kerugian negara yang harus diganti. alasan yang bersangkutan harus mengganti dan hak untuk mengajukan pembelaan dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah diterimanya surat gugatan oleh yang bersangkutan.
(3)Terhadap pembelaan din yang bersangkutan Menteri Perumahan Rakyat menginstruksikan kepada Sekretaris Jenderal molalui Biro Keuangan untuk mengadakan penilaian atas pembelaan tergugat.
(4) Bila dari hasil ponilaian dimaksud tidak dapat diterima atau hanya diterima sebagian maka Menteri Perumahan Rakyat menerbitkan Surat Keputusan Pembebanan Ganti Rugi Tingkat Pertama dengan menyebutkan secara jelas alasan, jumlah kerugian negara yang harus diganti serta pemberian kesempatan untuk mengajukan permohonan banding kepada Presiden dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya Surat Keputusan Menteri Perumahan Rakyat oleh tergugat (Lampiran 5). (5) Bila setelah Jangka waktu tersebut pada butir 4.3.(4) tergugat tidak menyampaikan pembelaan, maka tergugat dipnggap menerima gugatan dan pembebanan ganti rug! tingkat pertama sesuai dengan tersebut pada butir 4.3.(4) (6) Dalam hal .tergugat mengajukan pennohonan banding, selanjutnya Menteri Perumahan Rakyat akan melakukan tindakan sebagai berikut:
a)
Membatalkan surat keputusan Pembebanan Ganti Rugi Tingkat Pertama bila permohonan banding tersebut butir 4.3.(4) disetujui oleh Presiden.
b)
Menerbitkan surat keputusan Pembebanan Ganti Rugi Tingkat Kedua bila permohonan banding dimaksud ditolak oleh Presiden (Lampiran 6)
(7) Keputusan Menteri Perumahan Rakyat tentang Pembebanan Ganti Rugi mulai berlaku efektif sejak:
a) Tanggal dikeluarkannya keputusan Pembebanan Ganti Rugi Tingkat Pertama bila yang bersangkutan tidak mengajukan pennohonan banding. b) Tanggal dikeluarkannya keputusan Pembebanan Ganti Rugi Tingkat Kedua bila yang bersangkutan mengajukan permohonan banding.
(8) Atasan Langsung wajib memantau pelaksanasn yang dimaksud pada butir 4.3.(7) dan wajib mengirimkan laporan atas pelaksanaan dimaksud butir pada 4.3.(7) kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Perumahan Rakyat melalui Biro Keuangan dengan
22
tembusan kepada Pejabat Eselon I terkait.
(9) Dalam hal teriadi kerugian negara yang menjadi tanggungjawab Kepala Satuan Kerja berdasarkan hasil perhitungan ex-officio, tata cara Tuntutan Ganti Rugi kepada yang bersangkutan dilakukan sebagaimana tersebut diatas.
5. PENYELESAIAN MELALUI GUGATAN PERDATA
5.1. Penyelesaian Kerugian Negara dilakukan melalui Gugatan Perdata, apabila: (1) Pelaku kerugian negara tersebut tidak bersedia menyelesaikan kerugian tersebut melalui tata cara damai. (2) Pelaku kerugian negara bukan berstatus pegawai negeri (pegawai harian, pegawai honorer, telah berstatus pensiun/pumabakti, pihak ketiga/ swasta)
5.2. Penyerahan perkara kepada Pengadilan dilakukan oleh Menteri Perumahan Rakyat yang dalam pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada Pejahat yang ditunjuk dengan melampirkan data sebagaiberikut:
(1) Surat Pernjian atau surat-surat lain sebagai dasar adanya Gugatan Tuntutan (2) Laporan Pemeriksaan/kejadian yang menerangkan negara dirugikan (3) Bukti-bukti pendukung umpamanya kwitansi/tanda penerimaan pembayaran, dll (4) Surat teguran /permintaan untuk pengembalian/pembayaran (5) Surat yang rnenyatakan kesanggupan untuk rnengembalikan/membayar dari pihak Ketiga. (6) Bukti pembayaran angsuran atau potongan pembayaran yang diterimanya (7) Dokumen-dokumen lainnya yang dipandang perlu.
5.3. Tuntutan Ganti Rugi terhadap Pihak Ketiga
(1) Untuk menyelesaikan tuntutan ganti rug! terhadap pihak ketiga dapat dipergunakan ketentuan-ketentuan sebagai diatur dalam KUH Perdata Buku ke Ill dan ketentuan
23
perundang-undangan lainnya untuk menjamin kepentinqan negara. (2) Kerugian negara tersebut dapat berupa: a.
Denda akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan sesuai jadwal waktu yang telah ditetapkan dalam surat perjanjian.
b. Denda akibat tidak melaksanakan pekerjaan/penyerahan barang, baik sebagian maupun seluruhnya (wanprestasi-KUH Perdata pasal 1236 dan seterusnya). c. Kelebihan pembayaran d. Pemberian uang muka kerja yang tidak dibayar kembali/tidak diperhitungkan. e. Pemborong yang tidak bertanggungjawab atas tindakan perbuatan orang-orang yang dipekerjakannya yang dapat menimbulkan kerugien negara (KUH Perdata pasal 1613).
(3) Tindakan-tindakan yang harus dilakukan jika terjadi kerugian negara yang dilakukan oleh pihak ketiga: a. Memerintahkan kepada yang bersangkutan untuk segera mengganti kerugian tersebut (tunai/angsuran)
b.
Langsung melakukan pemotongan pembebanan/kompensasi atas pembayaran pada termin berikutnya (jika ada)
c.
Diselesaikan melalui Pengadilan
d. Diselesaikan melaui Pengadilan Arbitrase e. Diselesaikan melalui Peradilan Pidana Khusus
5.4. Pemegang kuasa tersebut pada butir 5.2. wajib melaporkan hasil keputusan Pengadilan Perdata dimaksud kepada Menteri Perumahan Rakyat melalui Sekretaris Jenderal Kementerian Perumahan Rakyat dengan tembusan kepada Inspektorat Jenderal dan pejabat eselon I terkait.
6. PELAKU KERUGIAN NEGARA BERSTATUS BUKAN PEGAWAI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
Bila pelaku kerugian negara adalah berstatus pegawai Departemen lain di Iuar Kementerian Perumahan Rakyat, yang karena tugasnya pada Kementerian Perumahan Rakyat tata cara penyelesaian kerugian negara yang menjadi beban tanggungjawabnya ditempuh sebagai berikut ; 6.1. Dilakukan sesuai dengan tata cara sebagaimana diatur dalam Bab ini butir 1 sampai dengan butir 5.
24
2.2. Penagihan ganti rugi dari yang bersangkutan berdasarkan surat keterangan tanggung jawab mutlak (SKTJM) atau Keputusan Menteri mengenai Tuntutan Ganti Rugi (TGR) atau Keputusan BPK-RI mengenai Tuntutan Perbendaharaan (TP), tetap dilakukan oleh Kementerian Perumahan Rakyat melalui Sekretaris Jenderal Kementerian Perumahan Rakyat dengan bantuan/pelimpahan Unit Kerja Departemen yang membawahi pegawai tersebut.
BABV TUNTUTAN PERBENDAHARAAN (KHUSUS)
A. PERHITUNGAN PERTANGGUNGJAWABAN EX-OFF1CIO TERHADAP BENDAHARA 1. Tata Cara Penyusunan Perhitungan Pertanggungjawaban Ex-OfRcio Bendahara
1.1.
Sebagai langkah pertama pengamanan keuangan negara. bila seorang Bendahara meninggal dunia atau melarikan diri. Kepata Satuan Kerja/Kepala Satuan Kerja Sementara segera mengambil langkah-langkah pengamanan keuangan negara yang dikelola oleh Bendahara dengan cara: a. Buku Kas Umum (BKU) dan Buku Pembantu lainnya diberi batas dengan dua garis penutup agar tidak dapat ditambah oleh yang tidak berkepentingan b. Semua uang dan surat-surat berharga disimpan di dalam brandkas serta dilakukan penyegelan c. Semua buku serta dokumen-dokumen bukti penerimaan dan pengeluaran disimpan dalam lemari serta dilakukan penyegelan, d. Dilakukan penyegelan terhadap laci-laci meja kerja Bendahara
1.2. Tindakan tersebut di atas harus disaksikan oleh ahli waris atau keluarga yang
25
ditinggalkan dan dibuat Berita Acara Penyegelan.
1.3.
Pejabat penyusun pemitungan pertanggungjawaban ex-offldo yang ditunjuk dengan Surat Keputusan Atasan Langsung Kepala Satuan Kerja memulai tugasnya dengan melakukan pemitungan uang kas Bendahara dengan cara menutup Buku dan mencocokkan saldonya dengan saldo rekening koran pada saat Bendahara bersangkutan meninggal dunia atau melarikan diri.
1.4.
Pembukaan segel atau brandkas, lemari dan laci-laci meja milik Bendahara harus dituangkan ke dalam Berita Acara Pembukaan Segel.
1.5. Pembukaan segel dimaksud pada butir 1 (4) sedapat mungkin disaksikan oleh ahli waris atau keluarga yang ditinggalkannya serta Kepala Satuan Kerja/Kepala Satuan Kerja Semsntara bersangkutan.
1.6. Hasil pemeriksaan kas tersebut harus dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Kas yang diketahui oleh Kepala Satuan Kerja/Kepala Satuan Kerja Sementara atau ahli waris atau keluarga yang ditinggalkan. 1.7. Perhitungan ex-officio dimaksud disampalkan kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal Departemen Pekerjaan Umum dengan tembusan kepada BPK-RI dan kepada ahli waris untuk dimintakan tanggapannya
dalam waktu 14 hari sejak tanggal diterimanya, yang dibuktikan dengan surat tanda bukti penerimaan dari yang bersangkutan.
1.8. Pembelaan atau keberatan yang diajukan oleh ahli waris atas hasil perhitungan ex-officio, oleh Menteri Perumahan Rakyat melalui Sekretans Jenderal disampaikan kepada BPK-RI untuk diproses lebih lanjut dengan ditengkapi dokumen sebagai berikut: a. Laporan yang menyatakan Bendahara meningga! dunia, melarikan diri atau dibawah pengampuan dengan dilampiri bukti/surat keterangan yang dibuat oleh pejabat yang berwenang. b. Berita Acara Penyegelan Brandkas c. SK Pembentukan Panitia Ex-Officio d. Berita Acara Pembukaan Brandkas yang antara lain disaksikan ahli wans e. Laporan Pemeriksaan/Perhitungan Ex-Officio yang menyatakan adanya kerugian negara yang antara lain diketahui oleh ahli warisnya. f. Penyampaian laporan/perhitungan ex-officio kepada ahli warisnya g. Jawaban dan ahli waris tentang kerugian negara yang diakibatkan oleh Bendahara
26
h. Tanda/Bukti pembayaran yang telah dilaksanakan
1.9. Pengecekan atas kebenaran pembukuan dengan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran uang
1.10 Bila dan hasil pemeriksaan tersebut di atas diketahui adanya ketekoran kas Bendahara, penyelesaiannya dilakukan sesuai tata cara tuntutan perbendaharaan.
1.11 Pejabat penyusun perhitungan pertanggungjawaban ex-officio selanjutnya melakukan serah terima jabatan Bendahara kepada Bendahara penggantinya.
2. Tata Cara Penyusunan Pertiitungan Ex-Officio
2.1. Bila seorang Bendahara lalai, terlambat atau tidak membuat pertanggung jawaban/SPP-GU meskipun telah diberikan tegoran dan batas waktu yang ditentukan tetap tidak membuat pertanggungjawaban, maka Menteri Perumahan Rakyat melalui Surat Keputusan Atasan Langsung Kepala Satuan Kerja/Kepala Satuan Kerja Sementara menunjuk pejabat Ex-Officio untuk membuat perhitungan Ex-Officio 2.2. Hasil perhitungan Ex-Officio tersebut disampaikan kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal Kementerian Negara Perumahan Rakyat dengan tembusan kepada BPK-RI untuk proses lebih lanjut dengan dilengkapi dokumen berupa:
a. Surat keputusan penunjukan yang bersangkutan sebagai Bendahara b. Surat-surat tegoran kepada yang bersangkutan c. Surat keputusan penunjukan pejabat ex-officio
3. Penunjukan Pengganti Bendahara Sementara Pelaksanaan kegiatan pembiayaan Satuan Kerja/Satuan Kerja Sementara tidak boleh terhambat dengan peristiwa Bendahara meninggal atau melarikan diri.
Dengan mengingat bahwa untuk menetapkan pengangkatan Bendahara baru sebagai penggantinya memeriukan waktu yang tidak dapat dilaksanakan dalam waktu singkat, maka untuk kelancaran pembiayaan dan pertanggungjawaban keuangan Satuan Kerja/Satuan Kerja Sementara, Atasan Langsung Kepala Satuan Kerja/Kepala Satuan Kerja Sementara dapat segera menunjuk Pengganti Bendahara Sementara untuk melaksanakan fungsi-fungsi Bendahara.
Surat pengangkatan Bendahara Sementara ini disampaikan kepada KPPN setempat dan kepada Menteri Perumahan Rakyat.
27
Keberadaan Bendahara Sementara tidak boleh terialu lama dan oleh karena itu Atasan Langsung Kepala Satuan Kerja/Kepala Satuan Kerja Sementara dalam waktu secepatnya menyampaikan usulan penggantian Bendahara secara definitif kepada Menteri Perumahan Rakyat.
B. PERHITUNGAN PERTANGGUNGJAWABAN EX-OFFICIO TERHADAP KEPALA SATUAN KERJA/KEPALA SATUAN KERJA SEMENTARA
1.
Tatacara Penyusunan Perhitungan Pertanggungjawaban Kerja/Kepala Satuan Kerja Sementara.
Ex-Officio
Kepala
Satuan
ICW tidak mengatur tentang tatacara Penyusunan Perhitungan Pertanggung jawaban ExOfficio dalam hal Kepala Satuan Kerja/Kepala Satuan Kerja Sementara meninggal dunia atau melarikan diri. Namun dengan mengingat bahwa seorang yang menjabat Kepala Satuan Kerja/Satuan Kerja Sementara selain bertanggungjawab atas pelaksanaan phisik kegiatan juga bertanggungjawab terhadap pengelolaan keuangannya, maka sudah seharusnya dilakukan Penyusunan Perhitungan Pertanggungjawaban secara Ex-Officio bila Kepala Satuan Kerja/Kepala Satuan Kerja Sementara bersangkutan meninggal dunia atau melarikan diri.
2. Langkah-langkah yang harus dilakukan segera setelah meninggalnya atau melarikan diri Kepala Satuan Kerja/Kepala Satuan Kerja Sementara pada prinsipnya sama dengan yang ditempuh dalam melakukan Penyusunan Pertanggung jawaban Ex-Officio untuk Bendahara yang meninggal dunia atau melarikan diri, namun tidak hanya menyangkut aspek keuangannya saja. melainkan melipjti seluruh aspek yang menyangkut keuangan, phisik pekerjaan satuan kerja, peralatan dan kepegawaian serta aset-aset satuan kerja lainnya.
3. Pelaksana Penyusunan Perhitungan Pertanggungjawaban Ex-Officio harus dilakukan oleh satu tim yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Atasan langsung Kepala Satuan Kerja/Kepala Satuan Kerja Sementara dan melaporkan hasil pelaksanaannya kepada Menteri Perumahan Rakyat cq. Sekretaris Jenderal Kementerian Negara Perumahan Rakyat. 4. Bila dari hasil Perhitungan Pertanggungjawaban Ex-Officio tersebut ternyata terdapat kerugian negara akibat kelalaian Kepala Satuan Kerja/ Kepala Satuan Kerja Sementara yang bersangkutan maka dilakukan tatacra Tuntutan Ganti Rugi untuk Pegawai Negeri. 5. Agar penyelenggaraan pelaksanaan satuan kerja tidak terhambat, maka Atasan Langsung Kepala satuan Kerja /Kepala Satuan Kerja Sementara segera menunjuk Pengganti sementara Kepala Satuan Kerja/ Kepala Satuan Kerja Sementara, untuk menyelesaikan pekerjaan yang masih sedang berjalan dengan ketentuan Kepata Satuan Kerja Sementara/Kepala Satuan Kerja Sementara yang ditunjuk tersebut tidak boleh melakukan tindakan-tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran. Surat Pengangkatan Penggantian Kepala Satuan Kerja/Kepala Satuan Kerja Sementara disampaikan kepada KPPN setempat dan Menteri Perumahan Rakyat. Selanjutnya dalam waktu secepatnya Atasan Langsung Kepala Satuan Kerja /Kepala Satuan Kerja Sementara menyampaikan usulan pengganti Kepala Satuan Kerja/Kepala Saiuan Kerja Sementara secara
28
definitif.
BAB VI ADMINISTRASI PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA ADMINISTRASI PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA DISELENGGARAKAN OLEH BIRO KEUANGAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT
1. Administrasi Penyelesaian Kerugian Negara melalui upaya damai diselenggarakan sebagai berikut: (1) Mengadministrasikan kerugian negara yang ditempuh melalui upaya damai atas dasar SKTJM (2) Mengikuti penyelesaian kerugian negara dimaksud pada butir 1.(1) berdasarkan laporan yang diterima dari Atasan Langsung yang bereangkutan. (3) Melakukan penegoran kepada Atasan Langsung apabila tidak menyampaikan laporan atas penyelesaian kerugian negara tersebut.
29
(4) Mencatat kasus-kasus kerugian negara yang tidak dapat diselesalkan/dilunasi sampai jangka waktu yang disanggupi dalam SKTJM berakhir.
2. Administrasi Penyelesaian Kerugian Negara melalui T'-m^tan Perbendaharaan diselenggarakan sebagai berikut:
(1) Melakukan pemberkasan dan menyampaikan kasus ke.-ugian tersebut kepade BPK-RI, dengan memperhatikan kelengkapan dokumen pada Bab III butir 3.3. (2) Menyampaikan surat keputusan pembebanan dari Maielis TP BPK-RI kepada Bendahara bersangkutan dengan bukti tanggal penerimaannya. (3) Membantu pimpinan Departemen untuk melaksanakan eksekusi atas Surat Keputusan Majelis TP BPK-RI. (4) Mengadministrasikan secara tertib dan teratur atas pembayaran angsuran dari pemotongan gaji/penghasilan lainnya sebagai pelaksanaan eksekusi Surat Keputusan Pembebanan Majelis TP BPK-RI dan secara periodik melaporkan kepada Pimpinan Departemen dan kepada BPKRI mengenai penyelesaian kerugian negara tersebut. (5) Mengikuti tindaklanjut penyelesaian kerugian negara berdasarkan laporan yang diterima dari Atasan Langsung yang bersangkutan. (6) Melakukan peneguran kepada Atasan Langsung yang tidak menyampaikan laporan atas penyelesaian kerugian negara. (7) Mengajukan permohonan penghapusan Kerugian Negara kepada BPK-RI apabila upaya penagihan dari yang bersangkutan tidak membawa hasil karena keadaan sosial ekonomi pelaku dalam keadaan tidak mampu atau meninggal
dunia dengan tidak maninggalkan harta warisan. atau tidak dapat diketahui lagi alamatnya dengan dilampiri data-data sebagai berikut: a.
Surat Keterangan Tidak Mampu yang dibuat oleh Lurah/Kepala Desa diketahui oleh Camat setempat dimana yang bersangkutan berdomisili.
b. Berita Acara Hasil Penelitian keadaan sosial ekonomi yang dibuat olah Tiyi-Penyelesaian Keoigten Negara atau oteh suatu Km yang dftugasi oleh pejabat yang berwenang. c. Copy bukti pembayaran/angsuran dan/atau copy bukti pelunasan kerugian negara tersebut (misalnya bukti setoran hasil lelang barang bukti yang dirampas untuk negara atas putusan pengadilan negeri dan sebagainya).
3. Administrasi Penyelesaian Kerugian Negara melalui Tuntutan Ganti Rugi diselenggarakan sebagai berikut:
30
(1) Menyelenggarakan proses TGR dari mulat menyampaikan laporan/ pemberitahuan kepada BPK-RI sampai penerbitan Surat Keputusan Menteri Perumahan Rakyat mengenai pembebanan ganti rugi. (2) Mengikuti penyelesaian kerugian negara dimaksud pada butir 3.(1) berdasarkan hasil laporan yang diterima dari Atasan Langsung yang bersangkutan. (3) Melakukan penegoran kepada Atasan Langsung yang tidak menyampaikan laporan atas penyelesaian kerugian negara. (4) Menyiapkan permohonan Menteri tentang penghapusan Kerugian Negara kepada BPK-RI apabila upaya penagihan dari yang bersangkutan tidak membawa hasil karena keadaan sosial ekonomi pelaku dalam keadaan tidak mampu dan atau meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan atau tidak dapat diketahui lagi alamatnya dengan data-data sebagai tersebut pada butir 2.(7);
4. Administrasi Penyelesaian Kerugian Negara melalui Gugatan Perdata diselenggarakan oleh Biro Keuangan Kementerian Negara Perumahan Rakyat bekerjasama dengan Biro Hukum, dilaksanakan sebagai berikut:
(1) Memproses instruksi Menteri Perumahan Rakyat kepada Atasan Langsung Kepala Satuan Kerja /Satuan Ketja Sementara, Pemimpin Pelaksana Kegiatan/Pemimpin Pelaksana Bagian Kegiatan untuk melimpahkan perkara kepada Peradilan Perdata dan atau Kejaksaan untuk Perkara Pidana. (2) Memantau hasil persidangan dimaksud sena melaporkan hasil keputusannya kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal Kementerian Negara Perumahan Rakyat dengan tembusan kepada Inspektorat Jenderal dan pejabat eselon I terkait serta kepada BPK-RI.
5. Mengadministrasikan dengan tertib dan teratur atas kerugian negara yang dihapuskan karena : 1) Penyusutan/busuk/rusak 2) Uang palsu/uang rusak/dianggap uang hilang 3) Pencurian/perampokan 4) Bencana alama/force majeure
31
6. Tindakan Disiplin Pegawai (1) Pegawai Negeri yang terbukti bersalah/lalai sehingga menimbulkan kerugian bagi negara dapat dikenakan tindakan disiplin sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia N0.30 tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Tindakan disiplin dilakukan oleh pejabat berwenang. (2) Biro Keuangan membantu pejabat yang berwenang sebagai diuraikan pada butir 6.(T) di atas untuk menyampaikan ketengkapan data kerugian negara dalam kaitannya dengan kasus kerugian negara tersebut. (3) Biro Keuangan mengadministrasikan dengan tertib surat-surat keputusan hukuman disiplin yang menyangkut kerugian negara. (4) Tindakan disiplin yang telah dilakukan dilaporkan kepada Sekretaris Jenderal melalui Kepala Biro Kepegawaian dengan tembusan kepada eselon I terkait dan Biro Keuangan.
BAB VII KADALUWARSA
1. KADALUWARSA PEMBEBANAN GANTI RUGI 1.1. Lima tahun seteiah akhir tahun dalam mana kerugian negara diketahui Menjadi kedaluwarsa jika dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diketahuinya kerugian tersebut, atau dalam waktu 8 (delapan) tahun sejak terjadinya kerugian tidak dilakukan penuntutan ganti rugi terhadap yang bersangkutan (UU No. 1 Thn 2004 ttg Perbendaharaan Negara).
32
1.2. Delapan tahun setelah akhir tahun dalam mana perbuatan atau kelalaian yang menyebabkan kerugian negara dilakukan dengan tidak mengurangi tanggung jawab bagi pegawai negeri yang bersangkutan kepada negara menurut Hukum Perdata. Jika kerugian yang diderita negara merupakan akibat perbuatan atau kelalaian yang dilakukan terus menerus maka waktu delapan tahun tersebut dihitung mulai akhir tahun dalam mana perbuatan atau kelalaian yang terakhir dilakukan.
2. KADALUWARSA TUNTUTAN PERBENDAHARAAN (KHUSUS)
2.1. Tiga tahun telah lewat sejak Bendahara meninggal dunia dan kepada mereka (ahli waris) tidak diberitahukan tentang perhitungan yang dibuat secara ex-officio. 2.2.
Tiga tahun sejak batas waktu untuk mengajukan pembelaan telah lewat dan BPK-RI tidak mengambil suatu keputusan Setelah batas waktu sebagai tersebut butir 2.1. dan 2.2. lewat, maka ahli waris bebas dari tanggung jawab.
2.3. Dalam hal bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang dikenal tuntutan ganti kerugian negara/daerah berada dalam pengampuan, melarikan diri, atau meninggal dunia, penuntutan dan penagihan terhadapnya beralih kepada pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris, terbatas pada kekayaan yang dikelola atau diperolehnya, yang berasal dari bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain vang bersangkutan.(Pasal 66 ayat (1) UU No. 1 Thn 2004)
2.4. Tanggungjawab pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris untuk membayar ganti kerugian negara/daerah sebagalmana dimaksud pada ayat (1) menjadi hapus apabila dalam waktu 3 (tiga) tahun sejak keputusan pengadilan yang menetapkan pengampuan kepada Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan, atau sejak bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang bersangkutan diketahui melarikan diri atau meninggal dunia, pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris tidak diberi tahu oleh pejabat yang berwenang mengonai adanya kerugian negara/daerah. (Pasal 66 ayat (2) UU No. 1 Thn 2004).
3. KADALUWARSA TUNTUTAN PERB6NDAHARAAN (BIASA) Untuk kadaluwarsa Tuntutan Perbendaharaan biasa berpedoman pada KUH Perdata pasal 1967 yajtu setelah 30 tahun.
33
BAB VIII TINDAK LANJUT PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA
1. PENGHAPUSAN 1.1. Penghapusan kekurangan perbendaharaan dad perhitungan Bendahara karena dicuri,
34
digelapkan, hilang dan sejenisnya. Uang yang rusak dan tidak dapat diminta gantinya dad Bank peredaran yang bersangkutan atau uang yang oleh pihak berwajib dinyatakan sebagai uahg palsu. termasuk dalam pengertian uang yang hilang. Lembaran Negara (LN) tahun 1956 No. 35 mengatur bahwa: (1) (2) (3)
(4)
Penghapusan dad perhitungan Bendahara dilakukan untuk kekurangan uang/surat bemilai uang karena dicuri. digelapkan atau hilang yang tidak disebabkan oleh kesalahan/kelalaian/kealpaan Bendahara. Penghapusan dilakukan berdasarkan keputusan yang beralasan dari Menteri Perumahan Rakyat. Jika kerugian harus dibebankan pada lebih dari satu "bagian anggaran", maka antara Menteri-menteri yang bersangkutan diadakan mufakat tentang penghapusannya. Jika tidak diperoleh kata sepakat, maka penghapusannya diputuskan oleh Menteri Keuangan. Salinan surat keputusan penghapusan kekurangan perbendaharaan disampaikan kepada BPK-RI.
1.2. Penghapusan atas piutang negara ini tidak sama dengan penghapusan sebagaimana diatur dalam Lembaran Negara (LN) tahun 1956 No. 35 Yang dimaksudkan dengan penghapusan atas piutang negara lalah penghapusan sebagaimana yang diatur dalam Stbl 1907 nomor 327, 328 dan 329 yakni penghapusan atas piutang negara dari adminlstrasi piutang negara. karena aiasan-alasan tertentu tidak dapat ditagih. namun hak tagih negara masih tetap ada. Menurut ketentuan perundang-undangan tersebut ditetapkan antara lain bahwa penghapusan dimaksud dapat dilakukan, Jika: (1) Tagihan telah lewat waktu (kadaluwarsa) (2) Yang berhutang meninggal dunia tanpa meninggalkan harta benda atau ahli waris (3) Apabila upaya penagihan dengan cara apapun tidak membawa hasil karena yang bersangkutan dalam keadaan tidak mampu, yang dibuktikan dengan surat keterangan tidak mampu.
Untuk itu perlu diperhatikan: (1) Kebenaran formal, yakni:
Surat pemyataan/keterangan tidak mampu dibuat oleh aparat pemerintah daerah setempat (Lurah/Kepala Desa dan disahkan oleh Camat).
2)
Kebenaran materiil yakni bahwa surat pemyataan/keterangan tidak mampu tersebut telah diteliti kebenarannya oleh Tim penyelesaian kerugian negara, berdasarkan hasil pengamatannya atas keadaan sosial ekonomi yang bersangkutan dan ahli warisnya. Pemyataan Tim tersebut dituangkan dalam bentuk laporan penelitian/ berita acara penelitian.
Penghapusan atas kerugian negara bagi orang yang tidak mampu tidak menanggalkan hak tagih negara kepada orang yang berhutang. Tagihan negara tersebut untuk sementara waktu
35
tidak dilaksanakan namun jika dikemudian had diketahui orang yang bersangkutan mampu maka tagihan negara tersebut dilaksanakan kembali. Surat keputusan penghapusan ditetapkan oleh Menteri Perumahan Rakyat setelah memperoleh pertimbangan BPK-RI. Walaupun sudah dihapuskan namun piutang tersebut tetap dicatat dalam buku piutang sehingga tidak terlupakan.
Setelah menerima surat keputusan penghapusan piutang negara, dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut: (1) Membubuhkan catatan pada daftar piutang negara bahwa piutang tersebut telah dihapuskan dengan surat keputusan Menteri Pekerjaan Umum (Nomor/Tanggal, dsb) (2)
Melaporkan kepada Sekretaris Jenderal melalui Biro Keuangan bahwa piutang negara dimaksud sudah dihapuskan dari piutang negara.
(3) Dokumen penghapusan piutang negara tersebut disimpan dalam file tersendiri.
2. PEMBEBASAN PIUTANG NEGARA Pembebasan atas piutang negara mengandung arti meniadakan kewajiban seseorang untuk membayar hutang kepada negara yang menjadi tanggung jawabnya, berdasarkan pertimbangan keadilan atau alasan penting lainnya bahwa kepadanya tidak layak untuk ditagih. Dalam hal ini negara telah melepaskan hak tagihnya baik untuk sebagian maupun untuk seluruhnya. Berdasarkan surat edaran Sekretaris Dewan Menteri No. 16219/52 tanggal 5 Agustus 1952 menetapkan bahwa kekuasaan untuk memberikan pembebasan atas tagihan negara dilakukan oleh Menteri yang bersangkutan setelah mendengar pertimbangan dari BPK-RI.
3. SURAT KEPUTUSAN Surat keputusan pencatatan diterbitkan oleh BPK-RI karena proses tuntutan perbendaharaan (untuk sementara) tidak dapat dilaksanakan/dilanjutkan misalnya
karena Bendahara yang bereangkutan melarikan din dan alamatnya tidak diketahui atau telah meninggal dunia, dimana ahli warisnya tidak dapat dimlnta pertanggungjawabannya. juga tennasuk dalam hal Ini adalah bila Polisi/Kejaksanaan telah menyita barang-barang dan Bendahara bersangkutan dan' oleh Hakim diputuskan bahwa hasil penjualan barang-barang tersebut untuk negara. Dengan demikian pada hakekatnya kerugian negara sudah terganti. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK-RI) menyelesalkan masalah kekurangan perbendaharaan itu dengan suatu surat keputusan pencatatan.
36
4. PENYERAHAN P1UTANG NEGARA KEPADA DIREKTORAT JENDERAL PIUTANG DAN LELANG NEGARA (DJPLN)
Bila suatu piutang negara macet atau tidak dapat ditagih, maka sesuai dengan surat keputusan Menteri Keuangan Rl Nomor: 293/KMK.09/1993 tanggal 26 Pebruari 1993 dapat diserahkan penagihannya melalui DJPLN.
Syarat-syarat dan tata cara penyerahan piutang macet tersebut adalah sebagai berikut:
4.1. Surat penyerahan piutang negara macet dari Satuan Kerja (Satker satuan kerja sementara atas persetujuan atasan langsung setempat kepada DJPLN setempat. 4.2. Surat penyerahan piutang macet butir 4.1. di atas dilampiri data penyerahan piutang macet beserta foto copy data/surat dokumen, antara lain: (1) Penjelasan singkat mengenai piutang yang memuat Jdentifikasi dan keadaan usaha Penanggung Hutang, uraian singkat terjadinya piutang dan sebab kemacetannya, kondisi atau keadaan barang jaminan dan upaya-upaya penagihan piutang yang telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang beriaku. (2) Perikatan, peraturan atau dokumen lainnya yang membuktikan adanya piutang. (3) Rekening koran, mutasi piutang atau dokumen lainnya yang memuat Jumlah piutang dengan rincian hutang pokok, bunga, beban-beban dan atau kewajiban keuangan lainnya sesuai dengan ketentuan yang beriaku. (4) Daftardan dokumen barang jaminan serta pengikatannya dalam hal piutang yang diserahkan masih didukung oleh barang jaminan. (5) Surat pemberitahuan kepada penanggung hutang/penjamin hutang yang menyatakan bahwa pengurusan hutangnya telah diserahkan kepada PUPN. (6) Data/dokumen lainnya yang dianggap periu oleh Penyerah Piutang.
4.3. Bantuan yang harus diberikan Satuan Kerja/Satuan kerja Sementara yang menyerahkan piutang negera daiam rangka proses pengurusan piutang, adalah sebagai berikut:
(1) Petugas DJPLN dan Satker/Satker sementara yang menyerahkan piutang melakukah pemeriksaan bersama atas barang jaminan/harta kekayaan penanggung hutang. (2) Satuan kerja/satuan kerja sementara melengkapi data/dokumen apabila diperlukan oleh DJPLN (3) Satuan kerja/satuan kerja sementara ikut menghadiri lelang barang jaminan (4) Satuan kecja/satuan kerja sementara becsama-sama dengan DJPLN mengadakan
37
pengusutan barang jaminan/harta kekayaan penanggung hutang.
5. PENIADAAN SELISIH
5.1. Usul Peniadaan Selisih Peniadaan selisih saldo buku kas adalah suatu proses untuk meniadakan selisih kurang buku kas bendahara yang disebabkan oleh kealpaan/kelalaian bendahara (Keputusan Pemerintah No. 12 tahun 1937). Untuk peniadaan selisih saldo buku kas tersebut Menteri Perumahan Rakyat mengajukan permohonan peniadaan selisih kepada Menteri Keuangan, sesuai dengan Surat Edaran Ditjen Anggaran No. 139/A/542/1190 tanggal 30 Nopember 1990 dengan dilengkapi bukti/data sebagai berikut:
(1)
Berita Acara Pemeriksaan Kas, Register Penutupan Kas, dan foto copy Buku Kas Umum bulan bersangkuxan yang memuat adanya kekurangan kas tersebut.
(2)
Jika penggantian secara damai dapat dilakukan, maka harus dilampirkan surat keterangan tanggung jawab mutlak (SKTJM). Apabila upaya damai tidak membawa hasil, maka harus dilampirkan Surat Keputusan Pembebanan Sementara.
(3)
Penilaian dan pendapat Sekretaris Jenderal Departemen Pekerjaan Umum tentang Jumlah kerugian negara yang terjadi dan penjelasan bahwa kerugian tersebut atas kesalahan/kealpaan Bendahara bersangkutan.
(4)
Surat Keterangan dari KPPN, sedangkan untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak keterangan dari Atasan Langsung Bendahara Penerima.
5.2. Penerbitan Surat Keputusan Menteri Perumahan Rakyat setelah memperoleh persetujuan dari Menteri Keuangan menerbitkan Surat Keputusan Peniadaan Selisih antara Saldo Buku dan Saldo Kas dari administrasi Bendahara.
5.3. Penerbitan Surat Keputusan Otorisasi (SKO)
Atas dasar permintaan penerbitan SKO dari Kementerian Negara Perumahan Rakyat, maka Direktur Jenderal Anggaran akan menerbitkan SKO atas beban Bagian Anggaran 62 "Pengeluaran Tak Tersangka". (Tanggap Darurat) SKO tersebut digunakan sebagai dasar penerbitan SPM Nihil oleh KPPN.
38
5.4. Setelah menerima SKO dari Menteri Keuangan, Kepala Satuan Keria/Kepala Satuan Kerja Sementara bersangkutan segera mengajukan Surat Penmintaan Pembayaran/SPP kepada KPPN untuk menerbitkan SP2D Nihil. 5.5. Bendahara membukukan SP2D Nihil tersebut sebagai pengeluaran dalam Buku Kas Umum dengan uraian "Penyetoran Kembali sesuai Surat Penghapusan Kekurangan Uang/Peniadaan Selisih tanggal ...................... No .................. dan SP2D Nihil tanggal ................No......................
BAB IX PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA MELALUI TUNTUTAN PERBENDAHARAAN DAN TUNTUTAN GANTI RUGl DAN TUNTUTAN PERDATA
39
A. UMUM 1. Pengertian a. Penyelesaian kerugian negara adalah upaya negara untuk menarik kembali kerugian negara yang ditimbulkan oleh perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh Bendahara, Pegawai Negeri atau Pihak Ketiga melalui cara damai atau prosedur yang beriaku. b. Tuntutan Perbendaharaan (TP) dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) adalah upaya negara untuk menarik kembali kerugian yang dideritanya sebagai akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh Bendahara dan atau Pegawai Negeri bukan Bendahara tanpa melalui proses hukum acara. c. Tuntutan Perbendaharaan (TP) adalah tata cara perhitungan (rekenings proses) terhadap Bendahara da'am pengurusannya mengalami kekurangan perbendaharaan (compltabel tekort) d. Kekurangan perbendaharaan adalah selisih kurang antara saldo buku dengan saldo kas atau antara saldo buku persediaan dengan saldo barang persediaan yang terdapat dalam gudang yang berada dalam pengurusan Bendahara. e.
Tuntutan Ganti Ruti (TGR) adalah proses administrasi yang dilakukan 'terhadap pegawai negeri bukan Bendahara dengan tujuan untuk menuntut pengembalian kerugian negara yang timbul akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan olehnya.
2. Subyek dan Obyek Kerugian Negara a. Tuntutan Perbendaharaan 1) Subyek
2) Obyek
: Bendahara Persediaan.
Uang
Persediaan
dan/atau
Bendahara
Barang
: Kekurangan perbendaharaan (uang, kertas berharga. barang persediaan) yang ada dalam pengurusan Bendahara dan/atau hak negara yang belum ditagih.
b. Tuntutan Ganti Rugi 1) Subyek
: Pegawai Negeri bukan Bendahara (PNS, ABRI, Purnawirawan, Pegawai Satker/Satker Sementara);
2) Obyek
: Kekayaan negara berupa uang, barang, IKMN, hadiah atau kewajiban negara yang belum dipenuhi
c. GugatanPerdata
40
1) Subyek : Pihak ketiga (orang/badan); 2) Obyek
: Hak dan atau kewajiban dalam perjanjian yang tidak dipenuhi
3. Sebab-sebab Terjadlnya Kerugian Negara a. Kesengajaan: 1) Penggelapan; 2) Korupsi; 3) Pemborosan; 4) Tindakan tidak sah; b. Kelalaian: 1) Kekeliruan; 2) Kecelakaan; c. Peristiwa di luar kekuasaan mar.usia: 1) Pencurian/Perampokkan; 2) Bencana alam; 3) Peristiwa kimia/fisika; 4. Diketahuinya Kerugian Negara
a. Berdasarkan laporan si pelaku/penanggung jawab uang/barang; b. Berdasarkan laporan atasan langsung bersangkutan: c. Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan aparat pengawasan fungsional; d. Berdasarkan hasil pengawasan melekat; e. Berdasarkan hasil verifikasi pertanggung jawaban pengeluaran; f. Berdasarkan laporan masyarakat (melalui laporan lisan, surat, surat kaleng, kotak pos 5000).
5. Wajib Lapor
a. Sesuai Bijblad 12454 setiap pejabat yang berdasarkan jabatannya melakukan pengawasan atau pemeriksaan atas keuangan negara bila mengetahui bahwa negara dirugikan atau terdapat dugaan negara akan
dirugikan karena suatiji perbuatan metanggar huKum wajib melaporkan kepada atasannya. b. Kewajiban melaporkah tersebut sudah harus dilakukan selambat-lambartnya 1 minggu
41
setelah diketahuinya kerxigian negara atau pada waktu terdapat dugaan teriadi kerugian negara tanpa menunggu hasil pemeriksaan tertebih dahulu. c. Kerugjan negara tersebut dapat berbentuk: 1) Uang kas/surat berharga/barang persediaan; 2) Uang negara/barang/IKMN; 3) Hak dan/atau kewajiban yang belum dipenuhi oleh pihak ketiga. d. Kewajiban melaporkan Kewajiban melaporkan setiap peristiwa yang menyebabkan kemgian negara kepada Menteri merpakan tanggung jawab dari: 1) Kepala Satuan Kerja/Kepala Satuan Kerja Sementara. 2) Aparat pengawasan fungsional yang sedang melakukan pemeriksaan. 3) Setiap pejabat yang berdasarkan tugas jabatannya melakukar. pengawasan terhadap kekayaan negara. Wajib lapor tepat pada waktunya diperlukan untuk menghindari masa kadaluwarsa yang berlaku bagi perbuatan yang mengakibatkan kerugian negara.
6. Penelitian Pelaporan
a. Berdasarkan laporan yang diterimanya Menteri akan mengadakan penyelidikan untuk mengetahui: 1)
kebenaran Terjadinya peristiwa kerugian negara dan besamya kerugian yang ditimbulkannya.
2) Faktor penyebab terjadinya peristiwa kfeizigian negara tersebut (kesengajaan atau kelalaian).
3) Pelaku kerugian negara tersebut dan mereka yang diduga teriibat/tersangkut secara langsung ptau tidak langsung dalam peristiwa tersebut. b. Penyelidikan oleh Menteri dilakukan oleh sebuah Tim yang susunan anggotanya terdiri dari unsur Inspektorat Jenderal, Biro Keuangan dan Satminkat terkait.
c. Penyelesaian kerugian negara dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
42
1) Penyelesaian acara perdata.
secara
damai,
tanpa
mefalui
proses ,admirustr3si/hukum
2) Apabila penyelesaian secara damai (idak dapat dilaksanakan maka ditempuh melalui: ' a) Proses Tuntutan perbendaharaan; b) ProsesTuntutan Ganti Rugi; c) Proses Gugatan Perdata. d. Apabila di dpiam peristiwa kerugian negara tersebut mengandung unsur tindak pidana, wajib dilaporkan kepada pihak kepolisian atau kejaksaan negeri untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. e.
Kerugian negara yang ditimbulkan oleh peristiwa di luar kekuasaan manusia dapat dihapuskan dari perbendaharaan tanpa melalui proses Tuntutan Perbendaharaan atau Tuntutan Ganti Rugi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 dan 21 1956 (Lembaran Negara 35 dan 36tahun1956).
B. TATACARA TUNTUTAN PERBENDAHARAAN 1. Pengungkapan Terjadinya Kekurangan Perbendaharaan Informasi mengenai terjadinya kekurangan perbendaharaan dapat diperoleh dari: a. Laporan Bendahara; b. Laporan Ape.rat Pengawasan Fungsional; c. Laporan Aparat Pengawasan Melekat; d. Laporan Tim Perhitungan Pertanggung Jawaban Ex-Officio. 2.
Pengungkapan peristiwa kekurangan perbendaharaan tersebut diperlukan untuk memperoleh kepastian tentang:
a. Penyebab terjadinya kekurangan perbendaharaan; b. Jumlah kekurangan perbendaharaan; c. Para pihak yang diduga terlibat dalam peristiwa kekurangan perbendaharaan tersebut; d. Informasi lainnya yang dianggap perlu.
3. Untuk mengungkapkan terjadinya kekurangan perbendaharaan yang informasinya diperoleh dari Bendahara, Atasan Langsung Bendahara perlu melakuk&n tindakan pengamanan sebagai berikut
a. Apabila Bendahara berada di tempat
43
1) Melakukan pemenksaan kas untuk mengetahui-keadaan saldo kas. Apabila keadaan saldo kas (tunai ditambah saldo bank) lebih kecil dari saldo buku berarti terjadi kekurangan perbendaharaan.
2) Hasil pemeriksaan kas dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Kas dan Register Penutupan Kas yang menunjukkan jumlah penerimaan dan pengeluaran serta saldo kas yang dikelola Bendahara.
b. Apabila Bendahara tidak berada ditempat (karena sebab-sebab tertentu misalnya melarikan din, meninggal dunia, sakit berat, dibawah pengampuan):
1) Melakukan pengamanan bukti kas dengan memberikan garis penutup pada semua Buku Kas kemudian dimasukkan ke dalam temari dan disegel. Demikian pula-brandkas/peti penyimpanan uahg disegel. Tindakan pengamanan dan penyegelan tersebut dituangkan dalam Berita Acara Penyegelan.
2) Memberitahukan kepada ahli waris Bendahara tentang pengamanan yang telah dilakukan dan waktu akan dilakukennya pembukaan segel dan perhitungan uang kas.
3) Melakukan pembukaan segel dan menghitung uang kas dengan disaksikan oleh ahli warisnya. Pembukaan segel dan perhitungan uang kas dituangkan ke dalam Berita Acara Pembukaan Segel dan Berita Acara Pemeriksaan Kas. Berita Acara ini ditandatangani pula oleh ahli waris.
4) Apabila pemeriksaan kas menunjukkan saldo kas kurang berarti teriadi kekurangan perbendaharaan dan hal ini harus diketahui oleh ahli waris.
4. Tindakan Pendahuluan a. Untuk menjamin kepentingan negara maka upaya yang pertama kali periu dilakukan oleh Atasan Langsung Bendahara adalah meminta kepada Bendahara atau ahli warisnya untuk mengganti kekurangan perbendaharaan tersebut secara tunai. b. Apabila tidak diperoleh penyelesaian, Atasan Langsung segera melaporkannya kepada Menteri untuk memperoleh penanganan lebih lanjut. c. Berdasarkan laporan tersebut Menteri akan membentuk Tim Pemeriksa/Tim Perhitungan Ex-Officio untuk mengetahui secara pasti besamya kerugian negara dan mereka yang bertanggung jawab.
44
5. Penyelesalan Secara Damai
a. Setelah diketahuinya junlah kekurangan perbendaharaan secara pasti. upaya pertama kali yang dilakukan aparat pengawasan adalah raelakukan upaya penyelesaian damai tanpa melalui proses Tuntutan Perbendaharaan. Penyelesaian damai dilakukan dengan menandatangani Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM) dengan disertai jaminan (agunan) yang setara.
b. Dalam hal upaya penyelesaian damai tidak berhasil maka Menteri akan minta pertimbangan BPK-Rl tentang perlu tidaknya yang bersangkutan dikenakan Tuntutan Perbendaharaan. Pertimbangan ini sifatnya tidak mengikat.
6. Proses Tuntutan Perbendaharaan
a. Tanpa atau/dengan pertimbangan BPK-RI Menteri akan menyerahkan semua berkas mengenai kekurangan perbendaharaan tersebut kepada BPK-RI untuk diproses. Sejak penyampaian berkas peristiwa terhadap proses Tuntutan Perbendaharaan dimulai.
b. Bersamaan dengan itu Menteri mengeluarkan Keputusan tentang penggantian sementara dan tindakan lainnya untuk menjamin kepentingan negara antara lain melalui pemotongan gaji dan penghasilan lainnya dan jika perlu dilakukan sita jaminan atas kekayaan yang bersangkutan.
c. Disamping itu dilakukan pula upaya pembetulan secara administrasi melalui peniadaan selisih saldo kas dan saldo buku. Pembetulan buku ini dilakukan dengan penerbitan SP2D Nihil ini. d.
BPK-RI menyampaikan "surat persilaan" kepada Bendahara yang berisi pemintaan pertanggung jawaban atas kekurangan perbendaharaan seperti dilaporkan oleh Menteri dan memberi waktu 14 hari seterimanya surat percilaan tersebut untuk mengajukan keberatan/pembelaan. Dalam pembelaan ini Bendahara tidak boleh didamplngi pembela/pengacara karena proses Tuntutan Perbendaharaan dilakukan secara tertulis dengan perantaraan Menteri.
e.
Bendahara harus membuktikan dirinya tidak bersalah dalam peristiwa kekurangan perbendaharaan tersebut. berdasarkan hal tersebut BPK (Majelis Tinqkat I) akan mengeluarkan Surat Keputusan Pembebanan Bendahara Japat mengajukan banding kepada BPK (Majelis Tingkat II).
45
f. BPK-RI (Maielis Tingakt II) dapat menerima atau menolak upaya banding Bendahara. Penerimaan Upaya banding Bendahara baik seluruhnya atau sebagian akan berarti bahwa keberatan Bendahara diterima dan keputusan sebelumnya akan dikoreksi baik sebagian atau seluruhnya khususnya yang menyangkut pembebanan untuk mengganti. Penolakan upaya banding berarti pengukuhan atas keputusan Majelis Tingkat I. g. Keputusan Majelis Tingkat II bersifat final artinya keputusan tersebut mempunyai kekuatan eksekotorial (untuk dilaksanakan) sama seperti keputusan Pengadilan Negeri. Pelaksanaan keputusan tersebut diserahkan kepada Menteri.
7. Beban Pembuktian
Beban pembuktian bersalahAidaknya Bendahara terletak pada Bendahara sendiri. Dalam peristiwa kekurangan perbendaharaan Bendahara a-priori bersalah kecuali dapat membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah.
8. Keputusan BPK-RI Di dalam pengambilan keputusan BPK dapat mempertimbangkan 3 (tiga) pilihan: a.
Bendahara dinyatakan tidak bersalah dengan demikian tanggung jawab kekurangan perbendaharaan diambil alih negara.
b.
Bendahara dinyatakan sepenuhnya bersalah, sehingga seluruh kekurangan perbendaharaan menjadi tangung jawab Bendahara untuk mengganti.
c. Bendahara dinyatakan tidak sepenuhnya bersalah, sehinga tanggung jawab kekurangan perbendaharaan sebagian menjadi tanggung jawab Bendahara untuk mengganti dan sebagian lainnya menjadi tanggung Jawab mereka yang dinyatakan ikut bertanggung Jawab dalam peristiwa tersebut (tanggungjawab renteng).
9. Penyelesalan Administratif
a. Terjadinya kekurangan perbendaharaan akan mengakibatkan saldo kas kurang pada pembukuannya. Hal ini harus diperbaiki agar Bendahara yang akan menggantikannya tidak mewarisi pembukuan yang belum beres. Untuk itu perlu diupayakan penyelesaian secara administrasi melalui peniadaan selisih kas dengan saldo buku. b. Untuk keperluan tersebut Menteri akan meminta izin Menteri Keuangan untuk meniadakan selisih kas tersebut secara administratif dan pembukuan dan sekaligus diminta agar diterbitkan SKO sebesar kekurangan perbendaharaan yang akan dijadikan dasar untuk mengajukan penerbitan SPM/SP2D Nihil ke KPPN setempat.
46
c. Dengan surat izin Menteri Keuangan tereebut di atas Menteri akan menerbitkan keputusan peniadaan selisih kas dengan saldo buku dan selanjutnya memberikan kuasa kepada KPPN untuk menerbitkan SPM/SP2D Nihil. d. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri dan SKO dart Menteri Keuangan KPPN akan menerbitkan SP2D Nihit. Dengan SP2D Nihil inilah selisih kas dengan saldo buku secara administratif dihapus dari pembukuan, namun secara materil tetap akan ditagih terus kepada Bendahara atau ahli warisnya sampai lewat waktu 30 tahun.
10. Penyelesaian Secara Material
a. Penyelesaian kerugian negara secara materiil dllakukan sebagal berikut: 1) Apabila yang bersangkutan masih berstatus pegawai negeri: a) Dilakukan pemotongan gaji dan penghasilan lainnya. dan atau b) Penjualan kekayaannya (barang bergerak/barang tidak bergerak). 2) Apabila yang bersangkutan sudah tidak berstatus pegawai negeri atau telah meninggal dunia upaya penagihan dilakukan melalui: a) Tuntutan Perdata kepada yang bersangkutan di Pengadilan Negeri; b) Tuntutan kepada ahli warisnya. b. Dalam hal tuntutan diajukan kepada ahli warisnya, maka ahli waris mempunyai 3 (tiga) pilihan: 1) Bertanggung Jawab sepenuhnya tanpa syarat 2) Bertanggung Jawab hanya sebatas harta warisan (menerima warisan dengan syarat) 3) Tidak bertanggung jawab atas kekurang perbendaharaan (menolak warisan). Pernyataan menerima atau menolak warisan ini harus dikukuhkan dengan penetapan hakim Pengadilan Negeri. c. Kekurangan perbendaharaan yang tidak dapat dilunasi oleh yang bersangkutan atau ahli warisnya yang disebabkan ketidakmampuan ekonominya dapat diambil alih oleh negara asalkan ada surat keterangan tidak mampu yang dikeluarkan oleh Pamong
47
Praja setempat. Pengambil alihan ini harus dituangkan dalam surat keputusan Menteri bahwa kerugian tersebut menjadi beban negara.
11. Kadaluwarsa a. Hak negara untuk menuntut ganti rugi kepada Bendahara akan kadaluwarsa setelah lewat 30 tahun (pasal 1967 KUH Perdata). b. Batas tanggung jawab ahli waris atas kerugian negara menurut pada 86 ICW adalah: 1) 3 (tiga) tahun telah lewat sejak Bendahara meninggal dunia, melarikan diri dibawah pengampuan dan kepada ahli warisnya tidak diberitahukan adanya perhitungan yang dibuat secara ex-officio. 2) 3 (tiga) tahun sejak batas waktu untuk mengajukan pembelian telah lewat dan BPK tidak mengambil keputusan. 12. Kekurangan Perbendaharaan yang Terjadi di Luar Kesalahan Bendahara.
Bendahara dapat dihapus dari tanggung Jawab Perbendaharaan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 dan 21 tahun 1956 Lembaran Negara nomor 35 dan 36 tahun 1956 tangal 8 September 1956 tanpa melalui proses Tuntutan Perbendaharaan.
13. Unsur Pidana
Kekurangan perbendaharaan yang timbul akibat adanya unsur tindak pidana, wajib dilaporkan kepada aparat Kepolisian dan atau Kejaksaan Negeri untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Keputusan Pengadilan Negeri yang menghukum atau membebaskan Bendahara dari Tuntutan Pidana tidak menghapuskan keputusan BPK yang menghukum yang bersangkutan untuk mengganti kerugian negara bersangkutan.
C. PERHITUNGAN PERTANGGUNGJAWABAN EX-OFFICIO
1. Perhitungan Ex-Officio adalah perhitungan pertanggung jawaban yang dilakukan oleh pejabat/tim yang secara jabatan (ex-officio) diangkat oleh Menteri untuk melakukan perhitungan pertanggung jawaban Bendahara dan/atau Kepala Kantor/Satuan Kerja yang karena sesuatu hal tidak dapat/lalai membuat penanggungjawaban.
48
2. Perhitungan ex-officio dilakukan karena Bendahara dan atau Kepala Kantor/Satuan Kerja: a. Lalai tidak membuat perhitungan pertanggung jawaban; b. Melarikan diri; c. Diletakkan dibawah pengampuan/penwalian; d. Menderita sakit berat yang diperkirakan berlangsung cukup lama; e. Meninggal dunia
3. Apabila Bendahara dan atau Kepala Kantor/Satuan Kerja mengalami keadaan seperti butir a. Maka tindakan pendahuluan yang perlu dilakukan oleh PeJabat Tim Ex-Offido adalah Sebagai berikut: a. Apabila pejabat tersebut di atas berada di tempat Dilakukan pemeriksaan kas dan atau segala sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya. dari pemeriksaan kas tersebut akan dapat diketahui apakah terjadi kekurangan perbendaharaan atau kerugian negara. b. Apabila pejabat tersebut di atas tidak dapat hadir di tempat Dilakukan pengamanan atas buku-buku kas. tempat penyimpanan uang, bukti penerimaan/pengeluaran negara dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kekayaan negara baik uang ataupun barang menurut: 1) Untuk Bendahara, menurut tata cara tersebut pada butir 3.a. 2) Untuk Kepala Kantor/Satuan Kerja selain dilakukan pemeriksaan keuangan (kas dan administrasi keuangan) juga dilakukan pemeriksaan fisik yang menjadi tanggung jawabnya. 4. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut butir 3b Pejabat/Tim Ex-Officio akan menyusun Laporan Hasil Pemeriksaan yang akan dilampirkan pada Perhitungan Pertanggungjawaban dari kedua pejabat tersebut berupa SPP-GUP dan/atau LKKA. Selembar dari LHP dan Laporan Pertanggung Jawaban pejabat tersebut disampaikan kepada ahli warisnya, sebagai batas tanggung jawab pewaris/ahli waris. 5.
Ahli waris dapat mengajukan surat keberatan kepada pertanggungjawaban yang disusun oleh Pejabat Tim Ex-Officio.
BPK
atas
laporan
6. Proses penyelesaian kekurangan perbendaharaan selanjutnya dilakukan menurut tata cara Tuntutan Perbendaharaan biasa.
D. TATA CARA TUNTUTAN GANTI RUGI
49
1. Laporan Kerugian Negara Selambat-lambatnya 1 (satu) rninggu setelah diketahuinya kerugian negara, Atasan Langsung Pegawai yang bersangkutan melaporkan kepada Menteri. Laporan kepada merited berisi riwayat terjadinya peristiwa kerugian negara dilampiri dengan daftar pertanyaan yang telah diisi jawabannya serta surat-surat lainnya yang dianggap periu yang berkaitan dengan peristiwa kerugian negara tersebut.
2. Laporan peristiwa terjadinya kerugian negara tersebut sekurang-kurangnya berisi data mengenai:
a. Pelaku atau yang bertarggung jawab atas kerugian negara; b. Penyebab timbulnya kerugian negara; c. Besamya kerugian negara; d. Kekayaan negara yang dirugikan; e. Terdapatnya pihak lain yang diuntungkan/dirugikan dalam peristiwa kerugian negara tersebut. f. Informasi lain yang diperiukan yang berkaitan dengan peristiwa tersebut.
3. Menetapkan besamya Kerugian Negara
Untuk menetapkan besamya kerugian negara yang menjadi beban si pelaku atau penanggung jawab perlu dipedomani Surat Perdana Menteri tanggal 13 April 1953 nomor 8487/56 (SE.No. 3/RI/1956) yang Intinya: a. Nilai penggantian tidak lebih besar dan tidak boleh kurang dan harga yang sesungguhnya pada waktu barang tersebut hilang. b. Nilai penggantian adalah sebesar harga baru barang tersebut pada waktu hilang dikurangi Jumlah penyusutan selama barang dipakai atau harga taksiran pada waktu barang tersebut hilang.
4. Beban Pembuktian a. Beban pembuktian bersalah tidaknya pegawai negeri di dalam peristiwa kerugian negara berada pada Menteri yang Bagian Anggarannya dirugikan. b. Untuk dapat melakukan Tuntutan Ganti Rugi kepada yang bersangkutan Menteri harus membuktikan: 1) Besamya kesalahan/kelalaian pegawai yang akan dituntut; 2) Besamya Jumlah kerugian negara;
50
3) Hubungan sebab akibat antara kerugian negara dengan perbuatan melanggar hukum tersebut; 4) Pihak-pihak yang ikut bertanggung jawab atas kerugian negara tersebut.
5. Proses Tuntutan Ganti Rugi a. Proses Tuntutan Ganti Rugi dimulai dengan gugatan dad Menteri kepada si pelaku/penanggung jawab kerugian negara berupa pemberitahuan secara tertulis bahwa pegawai negeri tersebut atau ahjii warisnya akan dituntutdangan mengemukakan hal-hal sebagai berikut: 1) Jumlah kerugian negara yang harus diganti; 2) Alasan dilakukannya penuntutan; 3) Jangka waktu yang harus dimanfaatkan untuk mengajukan pembelaan did. b. Di dalam menanggapi surat gugatan Menteri tersebut di atas. yang bersangkutan dapat mengambil sikap sebagai berikut: 1) Menyatakan bersedia mengganti kerugian negara secara tunai atau dengan menyicil. Pemyataan kesediaan mengganti secara menyicil harus dituangkan ke dalam Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM) dengan disertai agunan yang nilainya setara dengan kerugian negara. 2) Mengajukan keberatan atas gugatan Menteri dan pembebanan ganti ruginya. 3) Tidak memberikan jawaban yang berarti setuju dengan gugatan Menteri. c.
Dengan mempertimbangkan besar kecilnya kesalahan serta memperhatikan pembelaan yang bersangkutan menteri menetapkan keputusan yang berisi: 1) Dinyatakan bersalah/lalai dan dibebani ganti rugi; 2) Dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan dari kewajiban untuk mengganti. Dalam hal Ini kerugian negara dibebankan pada negara.
d. Keputusan Menteri tersebut di atas dapat dimintakan banding kepada Presiden dalam Jangka waktu 30 hari sejak diterimanya keputusan Menteri tersebut oleh yang bersangkutan. e.
Apabila setelah lewat 30 hari yang bersangkutan tidak mengajukan banding maka keputusan Menteri tersebut mempunyai kekuatan hukum pasti dan dapat dilaksanakan.
51
6. Pelaksanaan Keputusan
a.
Pelaksaan keputusan pembebanan ganti rugi dilakukan melalui pemotongan gaji/penghasilan lain dari yang bersangkutan atau dengan cara lain asal menjamin kepentingan negara.
b. Kerugian negara datam bentuk hilangnya/musnahnya barang Inventaris Kekayaan Milik Negara (IKMN) tidak dapat diganti secara natura melainkan dengan uang menurut tata cara tersebut pada butir 3.
7. Kadaluwarsa a. Dalam proses Tuntutan ganti rugi beriaku 2 (dua) macam kadaluarsa yaitu: 1) 8 (delapan) tahun setelah terjadinya kerugian negara dihitung mulai tanggal 31 Desember tahun timbulnya kerugian negara. 2) 5 (lima) tahun setelah diketahuinya kerugian negara dihitung dad tanggal 31 Desember tahun diketahuinya kerugian negara. Di dalam menetapkan waktu kadaluwarsa selalu ditetapkan waktu kadaluwarsa yang terpendek demi kepentingan pegawai negeri yang dikenakan proses Turoutan Ganti Rugi. b. Apabila pegawai negeri yang merugikan negara meninggal dunia dalam jabatannya maka tanggung jawab untuk mengganti kerugian beralih kepada ahli warisnya.
E. PROSES PENYELESAIAN SECARA HUKUM PERDATA
1) Kerugian negara akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pihak ketiga diupayakan segera untuk ditarik dari yang bersangkutan. 2) Upaya untuk menarik kembali kerugian negara tersebut pertama kali dilakukan di luar pengadilan melalui penyelesaian secara damai/sukarela baik secara tunai atau menyicil menurut kesepakatan yang telah dicapai. 3) Apabila upaya penyelesaian secara damai tidak berhasil maka penyelesaian dilakukan melalui proses hukum acara perdata dimana menteri akan melakukan gugatan perdata kepada yang bersangkutan melalui Pengadilan Negeri. Apabila diperiukan dan untuk menjamin kepentingan negara menteri dapat mengajukan permohonan untuk meminta sita jaminan atas kekayaan bersangkutan baik bergerak maupun tidak bergerak. Penanganan proses gugatan perdala ini ditingkat Departemen dilakukan oleh Biro
52
Hukum. 4) Pengadilan Perdata akan mengadili pokok perkara dengan terieblh dahulu menawarkan penyelesaian secara damai diantara pihak yang berperkara. 5) Pengadilan Perdata akan mengadili pokok perkara berdasarkan fakta yang diajukan oleh kedua belah pihak, apabila upaya penyelesaian damai tidak dapat diiakukan. Pengadilan perdata akan memutuskan pokok perkara dan keputusan baru akan dapat dilaksanakan apabila telah mempunyai kekuatan hukum pasti (di tingkat pertama, banding atau kasasi)
6) Pelaksanaan keputusan Pengadilan Perdata yang sudah mempunyai kekuatan pasti akan dilaksanakan oleh Pengadilan dengan cara melelang kekayaan yang bersangkutan khususnya yang dijadikan serta jaminan. Hasil lelang akan di setor Re Kas Negara untuk melunast hutangnya.
7) Apabila upaya damai dan atau keputusan Pengadilan Perdata tidak Juga dapat dilaksanakan dan telah dinyatakan macet maka penyelesaian selanjutnya diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) melalui Badan Urusan Piutang dan Letang Negara (BUPLN) dengan disertai data/dokumen yang diperlukan. Dalam penyerahan pengurusan piutang negara tersebut harus ada barang jaminan yang akan dapat dieksekusi apabila yang bersangkutan tidak melunasi utangnya.
F. TINDAK LANJUT KERUGIAN NEGARA 1. Bidang Kepegawaian a. Sanksi untuk Bendahara Bendahara yang melakukan perbuatan melanggar hukum sehingga mengakibatkan kekurangan perbendaharaan sebelum memperoleh keputusan pasti periu dilakukan tindakan sementara berupa pembebasan darijabatannya sebagai Bendahara. b. Sanksi untuk Pegawai Negeri Pegawai Negeri Sipil yang melakukan perbuatan tercela, baik kejahatan mengakibatkan kerugian negara dapat dikenakan sanksi berupa tindakan administratif sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 30 tahun 1985 tentang Disiplin Pegawai Negeri. c.
Rehabilitas Keputusan Instansi yang berwenang yang membebaskan yang bersangkutan dari tuduhan melakukan kesalanan harus diikuti dengan keputusan pejabat yang berwenang yang merehabilitasi nama baik yang bersangkutan dan mengembalikannya ke dalam status tidak bersalah.
53
Dengan demikian maka hak-hak yang bersangkutan harus dipulihkan kembali. d. Pembebasan dari Tanggung Jawab Kerugian negara yang timbul di luar kesalahan Bendahara atau Pegawai Negeri harus dihapus dari perhitungan dan atau tanggungjawab Bendahara atau Pegawai Negeri berdasarkan peraturan yang berlaku: 1) Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 20 dan 21 tahun 1956 (Lembaran Negara nomor 35 dan 36 tahun 1956) yang mengatur bahwa kekurangan perbendaharaan yang terjadi di luar kesalahan
Bendahara dapat dihapuskan dari perhitungan Bendahara tanpa melalui proses Tuntutan Perbendaharaan. 2) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1956 memberi kewenangan kepada menteri untuk menghapus barang-barang yang bernilai sampai dengan Rp. 25.000,3) Berdasarkan Regeling Materiil Beheer (RMB) Stbl. 1866 nomor 151 berikut peraturan pelaksanaannya mengenai penghapusan karena susut; musnah, rusak. busuk dan sebagainya yang terjadi karena faktor alam.
54
55
56
BAGIAN ALIR PROSES TEMUAN TP – TGR
STOP
MULAI
HASIL DARI : 1. Laporan atasan langsung 2. Verifikasi pertanggungjawaban anggaran 3. Pemeriksaan oleh : a. Itjen Departemen b. BPKP c. BEPEKA 4. Laporan dari sumber lain
1. 4. Damai 2. 5. Proses TGR 3. 6. Proses Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
TIDAK YA Terjadi Kerugian Negara
YA
YA Comtable Tekort ?
Bendahara bersalah ?
tdk
PN/PIhak III Bersalah ?
tdk
1. Penyusutan 2. Penghapusan 3. Pembebasan
YA
1. Damai 2. Proses TGR 3. Proses Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
57
STOP
Lampiran 1a Berdasarkan Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor 1811/GT Tanggal 9-1-1954 DAFTAR PERTANYAAN (LAPORAN) TENTANG KERUGIAN NEGARA YANG DIDERITA OLEH NEGARA (KHUSUS UNTUK BENDAHARA) Nomor
Pertanyaan
1.
Nama (termasuk juga nama kecil), Jabatan dan tempat kedudukan dan yang merugikan negara karena kecurangan, penggelapan, perbuatan tanpa hak atau cara-cara lain.
2.
Nama (termasuk Juga nama kecil), jabatan dan tempat kedudukan dan yang memegang uang-uang dan/atau barangbarang yang terbukti, hilang atau kurang karena sebab-sebab lain.
3.
Dalam kedudukan apa yang bersangkutan telah memegang uang-uang dan/atau barang-barang itu.
4.
Nama (termasuk juga nama kecil), jabatan dan tempat kedudukan dari yang sebagai Bendahara diwajibkan mempertanggungjawabkan pengurusan atas uang-uang dan/atau barang-barang yang digelapkan, hilang atau kurang karena sebab-sebab lain.
5.
Jumlah dan jenis uang-uang dan/atau barang-barang yang dipersoalkan (diperinci dengan lengkap)
6.
Kapan hal yang merugikan negara itu dimulai dan karena sebab-sebab apa. Kapan hal merugikan itu diketahui oleh siapa dan dengan cara bagaimana.
7.
Apakah kerugian yang diderita oleh negara itu telah sebagian dibayar kembali, Jika demikian oleh siapa dan berapa.
8.
Apakah pelaku yang merugikan negara itu sanggup dan bersedia melunasi dengan sukarela kerugian (atau sisanya) dengan tempo sesingkat mungkin.
Jawaban
58
Nomor
Pertanyaan
9.
Apakah Bendahara bersedia menerangkan secara tertulis bertanggungiawab dengan tidak dapat diubah dan tidak bersarat atas kekurangan yang terlebih dahulu daftar perhitungan dan bersedia melunasi kekurangan itu dalam tempo sesingkat mungkin, ( jika demikian surat keterangan yg asli harus dikirimkan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK-RI).
10.
Apakah terhadap yang merugikan negara telah dilakukan tuntutan hukum pidana ataukah ada alas an untuk membiarkan hal itu. Jika telah ada keputusan Hakim maka harus dilampirkan salinan rangkap dua dari keputusan itu.
11.
Pegawai-pegawai negeri manakah (sebutkan nama termasuk juga nama kecil, jabatan dan tempat kedudukan) yang berkewajiban melakukan pengawasan atas pengurusan uanguang Negara dan atau barang-barang yg dipegang oleh orang yg dipersoalkan. Dapatkah mereka itu dipertanggung jawabkan / mempertanggungkawabkan dalam arti atas kerugian tersebut. Jika tidak ada sebabnya. Jika dapat apakah alasan-alasannya. Apakah mereka membayar kembali kerugian atau sebagian dari hal itu sekaligus atau dalam tempo 2 tahun (lihat Bijblad No. 11617).
12.
Apakah daftar perhitungan dari Bendahara (termasuk berita acara yg ditandatangani Bendahara) dalam mana kekurangan itu dinyatakan, telah dibuat dan dikirimkan kepada BPK.
13.
Dapatkah Bendahara itu dituduh salah, alpa atau teledor terhadap kekurangan yang terbit dalam daftar perhitungan, jika tidak apa sebabnya. Jika dapat berdasarkan apa.
Jawaban
59
Lampiran 1b
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor 1811/G.T. tanggal 9-1-1954 DAFTAR PERTANYAAN (LAPORAN) TENTANG KERUGIAN NEGARA YANG DIDERITA OLEH NEGARA (KHUSUS UNTUK PEGAWAI NEGERI BUKAN BENDAHARA)
No 1.
Pertanyaan Nama (termasuk juga nama kecil), jabatan dan tempat kedudukan dan yang merugikan negara karena kecurangan. penggelapan, perbuatan tanpa hak atau cara-cara lain.
2.
Nama (termasuk juga nama kecil), jabatan dan tempat kedudukan dan yang memegang uang-uang dan/atau barang-barang yang terbukti, hilang atau kurang karena sebab-sebab lain.
3.
Dalam kedudukan apa yang bersangkutan telah memegang uang-uang dan/atau barang-barang itu.
4.
Jumlah dan jenis uang-uang dan/atau barang-barang yang dipersoalkan (diperinci dengan lengkap)
5.
Kapan hal yang merugikan negara itu dimulai dan karena sebab-sebab apa. Kapan hai merugikan itu diketahui oleh apa dan dengan cara bagaimana.
6.
Apakah kerugian yang diderita oleh negara itu telah sebagian dibayar kembali, jika demikian oleh siapa dan berapa.
7.
Apakah yang merugikan itu sanggup dan bersedia melunasi dengan sukarela kerugian (atau sisanya) dengan tempo sesingkat mungkin.
Jawaban
60
No 8.
9.
Pertanyaan
Jawaban
Apakah terhadap pelaku yang merugikan negara telah dilakukan tuntutan hukum pidana ataukah ada alasan untuk membiarkan hal itu. Jika telah ada keputusan Hakim maka harus dilampirkan salinan rangkap dua dari keputusan itu. Pegawai-pegawai negeri manakah (sebutkan nama termasuk juga nama kecil, jabatan dan tempat kedudukan) yang berkewajiban melakukan pengawasan atas pengurusan uanguang negara dan/atau barang-barang yang dipegang oleh orang yang dipersoalkan. Dapatkah mereka itu dipertanggungjawabkan dalam arti atas kerugian tersebut. Jika tidak apa sebabnya. Jika dapat apakah alasanalasannya. Apakah mereka membayar kembali kerugian atau sebagian dan hal itu sekaligus atau dalam tempo 2 tahun (lihat Bijblad No. 11617).
Jikalau satu atau lebih dari pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas tidak atau tidak lantas dapat dijawab, maka hendaknya diberitahukan sebabnya.
61
Lampiran 2
SURAT KETERANGAN TANGUNG JAWAB MUTLAK
Yang bertandatangan dibawah ini:
Nama ................................. alamat..........................................................;........ a) Menerangkan dengan tidak akan menarik kembali, bahwa saya bertanggungiawab atas kerugian negara/kekurangan perbendaharaan Rp...................................................b) (..................................................................................................................) yakni kerugian/kekurangan yang disebabkan karena ................. ..............................c)
1. Jumlah kerugian/kekurangan tersebut telah saya ganti dengan menyetor jumlah tersebut dalam rekening kas Negara pada Bank..........................di.........................d) pada tanggal.........................................................................................e) (salinan bukti tanda setor dilampirkan bersama ini)
2. Jumlah kerugian/kekurangan tersebut akan saya ganti dalam jangka waktu.............f) g) bulan dengan jaminan berupa………………………………………………………………. Saya setanjutnya telah maklum, bahwa saya setelah memberi keterangan ini tidak bokeh mengajukan pembelaan di dalam bentuk apapun, dan menerima bahwa terhadap saya tidak dilakukan proses tuntutan menuntut peraturan tuntutan perbendaharaan/tuntutan ganti rugi yang berlaku.
Kekurangan di atas tidak menutup kemungkinan: a.
Bahwa negara dapat membebaskan saya dari pertanggnngjawaban dan saya akan menerima kembali apa yang tetah dibayar, jika setelah pemberian keterangan ini terdapat hal-hal yang sekiranya diketahui lebih dahulu, akan'menyebabkan Negara membebaskan saya dari pertanggungjawabannya.
b.
Bahwa negara masih dapat menghapuskan kekurangan perbendaharaan/kerugian negara dan saya akan menerima kembali apa yang telah saya bayar, apabila setelah keterangan ini diberikan temyata, bahwa kekurangan/kerugian termaksud dapat diperhitungkan dengan kelebihan-kelebihan yang terdapat rialam pengurusan saya. atau kekurangan/kerugian itu adalah akibat dari pengaruh alam, pencurian, rusak, hilang diluar kesalahan, kelalalan atau kealpaan saya.
c. Bahwa dalam pertanggungjawaban bersama, kepada saya dapat diberi 62
pembayaran kembali apa yang telah dibayar oleh saya daripada apa yang seharusnya dibebankan kepada saya. d.
Bahwa saya dapat meminta pembebasan dan/atau pembayaran kembali atas dasar ketentuan tersebut.
Saksi-saksi ..................................................20..h) ttd
ttd
1. (......................................)i) (.....................................................) j) ttd 2. (......................................)
Mengetahui: Atasan Langsung/Kepala Kantor (Nama/NIP/Jabatan/Tanda Tangan dan dilengkapi dengan stempel dinas) Petunjuk pengisian Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM) a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
diisi nama dan alamat pelaku yang menyebabkan kerugian negara diisi jumlah dalam angka dan huruf . diisi sebab-sebab terjadinya kerugian negara diisi nama Bank dan kota tempat Bank tersebut (KPPN) diisi tanggal penyetoran ke Bank diisi lama kesanggupan untuk mengganti (maksimum 24 bulan) diisi harta/kekayaan yang dijamlnkan diisi tempat, tanggal, bulan dan tahun diisi nama dan tandatangan diatas materai Rp. 6.000,diisi nama, pangkat jabatan saksi-saksi
Catatan : apabila d dan e diisi maka f dan g tidak perlu diisi, dan sebaliknya.
63
Lampiran 3 SURAT KEPUTUSAN PEMBEBANAN PENGGANTIAN SEMENTARA (PASAL 82 ICW) NOMOR:
:
MENTERI PERUMAHAN RAKYAT Membaca : Laporan dari: 1. ................................... di........................ tanggal Nomor........................ 2. ........................ di........................ tanggal...................................
Nomor........................... Disertai dengan lampiran-lampirannya, darimana ternyata bahwa pada tanggal .................. pada kantor................................ di............................ telah terjadi kecurian/kehilangan/penggelapan uang negara sebesar Rp .............. ......(................................,.....................,.........,.............) yang berada dalami tanggungjawab Bendahara Saudara. Menimbang:a. bahwa Bendahara dapat dipersalahkan, karena lalai dalam menjalankan tugas kewajibannya; b. bahwa ................................................................................................................ ......... ................................................................................................................ ........
c. bahwa untuk menjamin kepentingan negara, kepada Bendahara itu dikenakan Pembebanan Penggantian Sementara Mengingat: Pasal 82 Undang-undang Perbendaharaan Indonesia 64
(ICW) MEMUTUSKAN I. Membebankan penggantian sementara kepada Bendahara / Satuan Kerja ........................................................................................................................ ............................................................................................................................ . satminkal ..................................................... di.......................................... sebesar Rp....................................... (..........................................................) berdasarkan alasan-alasan seperti tersebut di atas.
H. Mempersilahkan Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara di ................... untuk menerbitkan surat penagihan atas nama Saudara ........................................... Bendahara Satuan Kerja/Satuan kerja..................................................................... di
Jakarta...................... 20... MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT TTD
Tembusan: Surat Keputusan ini dikirimkan kepada: 1. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara di...............; 2. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan di Jakarta; 3. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan di Jakarta; 4. Direktur Jenderal Anggaran dan Perimbangan Keuangan di Jakarta; 5. Direktur Jenderal Perbendaharaan; 6. Inspektur Jenderal Kementerian Negara Perumahan Rakyat; 7. Kepala Biro Keuangan Kementerian Negara Perumahan Rakyat; 8. Kepala Satuan Kerja/Satuan Kerja Sementara ............................. di......................; 9. Yang bersangkutan untuk diketahui dan dijalankan sebagaimana mestinya.
65
Lampiran 4
SURAT PEMBERITAHUAN (GUGATAN)
Jakarta..............200...... KepadaYth. Sdr. ................. di ................................................
Menurut laporan Tim Peneitti yang terdiri dari ................ tertanggal ............. Saudara telah melakukan perbuatan melanggar hukum/melalaikan kewajiban sehingga karenanya, baik langsung atau tidak langsung menyebabkan negara menderita kerugian sebesar Rp. ............... yang terdiri dari uang sebesar Rp................ dan berupa barang dengan harga taksiran Rp. ..................................................
Vonis Hakim Pengadilan Negeri di ........................ tanggal ..................................... Nomor ................................. yang menjatuhkan hukuman jabatan berupa pemecatan dari-jabatan dengan tidak hormat, tidak mengurangi hak negara untuk menuntut penggantian kerugian tersebut. Dengan ini kepada Saudara diberi kesempatan dalam waktu 14 hari setelah menerima surat ini, untuk mengajukan pembelaan din secara tertulis. Apabila Saudara bersedia mengganti dengar sukarela jurnlah tersebut secara sekaligus dengan menyetorkan ke Rekening Kas Negara .......................... ataupun berjanji akan mengangsur dalam beberapa angsuran dengan memberi jaminan yang kuat, hendaknya Saudara memberitahukan hal Itu.
Jakarta...................... 20... MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT TTD
66
Lampiran 5 SURAT KEPUTUSAN PEMBEBANAN GANTI RUGI TINGKAT PERTAMA DALAM PROSES TUNTUTAN GANTI RUGI : NOMOR: MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT
Membaca surat Kepala Kantor ................................................................. serta lampirannya, darimana temyata:
1. Bahwa ......................... pangkat/jabatanbekas pegawai .................................................. pada kantor ............................... di ............................................................... secara langsung/ tidak langsung akibat perbuatannya melanggar hukum/kelalaiannya, telah menimbulkan kerugian bagi negara sebesar Rp. …………………………………………………………………………………………… (................................................................................................................................). 2. Bahwa untuk kerugian tersebut harus dilakukan tuntutan ganti rugi. 3. Bahwa kepada ........................................................... tersebut oleh Pengadilan Negeri di.............................. dengan kepirtusan tanggal ......................................................... Nomor .......................... ................telah dijatuhi hukuman penjara selama .......... tahun karena telah melakukan tindak pidana. 4. Bahwa terdapat alasan untuk turut mempertanggungjawabkan Kepala Bagian ..................... .................................. pangkat .............. yang kurang melakukan pengawasan sebagaimana ditetapkan dalam peraturan - peraturan yang berlaku sehingga dengan demikian telah memungkinkan dilakukannya kecurangan-kecurangan oleh Membaca pula surat Kepala Kantor, serta lampiran-lampirannya darimana ternyata: a. Bahwa kepada ................................. dan ...............;..................................... dengan surat tanggal ........................... Nomor .................................................. dan tanggal ................................ dan Nomor ....................................................... telah memberitahukan dan diberi kesempaten untuk membela diri dalam batas waktu 30 hari setelah menerima surat tersebut, surat mana telah diserahkan kepada ....................................................................... pada tanggal ....................................... b. Bahwa dari ....................................... dan dari………………. ................................. telah/tidak diterima surat pembelaan diri, namun pembelaan atas dirinya tidak dapat diterima. c. Bahwa dengan surat tanggal ........................dan .......................................................... masing-masing telah menyatakan menerima salah telah melakukan perbuatan curang tersebut. Menimbang: I.
Terhadap
67
1. SebesarRp......................(....................................................... rupiah) dan 2. SebesarRp......................(...................................................... rupiah) dengan catatan apabila ............................................................................ tidak lagi diwajibkan membayar dan apa yang telah dibayar olehnya akan dikembalikan.
Jakarta..................... 20... MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT ; TTD
(...................................................................)
68
Lampiran 6
SURAT KEPUTUSAN PEMBEBANAN GANTI RUGI
TINGKAT KEDUA DALAM PROSES TUNTUTAN GANTI RUGI NO:................................. MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Menimbang:
1. *) 2. *)
Bahwa yang bersangkutan tidak mengajukan banding dalam batas waktu 30 hari setelah diterimanya Surat Keputusan Pembebanan Ganti Rugi Tingkat I dalam proses Tuntutan Ganti Rugi. Bahwa banding yang diajukan atas Surat Keputusan Pembebanan Ganti Rugi Tingkat I dalam proses Tuntutan Ganti Rugi ditoiak oleh Presiden sesuai dengan Surat Keputusan Presiden Rl No................ tanggal ...............................
MEMUTUSKAN **) Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Rl dalam proses Tuntutan Ganti Rugi No..................... tanggal............................ rnembebankan: 1. Kepada.......................................................................................................... 2. Kepada.......................................................................................................... masing-masing dengan ganti rugi berturut-turut: 1. SebesarRp..........................(....................................................... rupiah)dan 2. SebesarRp..........................(..................................................... rupiah) dengan catatan apabila ........................................................ tidak lagi diwajibkan membayar dan apa yang telah dibayar olehnya akan dikembalikan. Jakarta, ....................20 ... MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT TTD
(................................................)
*) Pilih salah satu sesuai dengan kondisi yang ada •*) Bila pilihan No. 2
69
70
71
mmm
72