KEBUN EMAS EDISI 2013
MENJAMIN MASA DEPAN www.KebunEMAS.com
Sembilan Rahasia Evolusi KebunEMAS Rully Kustandar
Dilengkapi Dengan Video Tutorial Dengan Teknologi White Board Animation
KebunEMAS
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana Pasal 72: 1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
www.KebunEMAS.com
Page 1
KebunEMAS
Kebun EMAS Edisi 2013 DAFTAR ISI Kata Pengantar ....................................................................................................................
3
BAB 1 Tentang EMAS ..........................................................................................................
4
BAB 2 EMAS Adalah Uang .................................................................................................
9
BAB 3 Zero Inflation ............................................................................................................. 21 BAB 4 Paling Pas Nabung EMAS ...................................................................................... 30 BAB 5 Membeli Masa Depan ............................................................................................ 39 BAB 6 Keajaiban GADAI EMAS ........................................................................................ 47 BAB 7 Nilai EMAS Jadi Ukuran ......................................................................................... 57 BAB 8 Kemana Harga EMAS Bergerak ........................................................................... 63 BAB 9 Evolusi Kedua Kebun EMAS ................................................................................... 70
www.KebunEMAS.com
Page 2
KebunEMAS
KATA PENGANTAR Sahabat KebunEMAS, buku Menjamin Masa Depan merupakan versi upgrade dari buku KebunEMAS yang dalam bentuk e-book maupun buku cetak yang beredar di Gramedia. Sekaligus, ini merupakan versi buku dari Video Tutorial yang saya sampaikan dalam bentuk upgrade tersebut. Tanpa mengurangi keabsahan isi, buku ini memang tidak saya susun secara sistematis dan bersifat akademis. Seluruhnya murni merupakan pengalaman saya dengan Emas. Bahwa negeri kita yang kaya adalah negara terbesar ke-8 di dunia sebagai penghasil Emas. Namun, masih sangat sedikit konsumsi Emas masyarakat Indonesia. Dalam pengajaran pendidikan kita, dari sekolah dasar hingga jenjang universitas, investasi tentang Emas juga belum menjadi pengetahuan dan pengalaman para peserta didik. Sangat minim kalau tidak bisa dibilang tidak ada. Padahal, Emas sebagai portofolio investasi, sangat besar manfaatnya. Di dalam buku ini, Anda akan menemukan manfaat-manfaat Emas, tidak hanya sebagai lindung nilai, tetapi juga alat ukur dan menjamin masa depan Anda pada tahun-tahun yang akan datang. Tidak hanya Emas bersifat Zero Inflation, tetapi juga Emas yang bersifat likuid, mudah dijual, dan bisa dijumpai di mana-mana. Terlebih lagi, Emas juga bisa untuk lindung nilai Bisnis. Bisnis teman saya yang hancur saat krisis, bisa pulih, dan tertolong berkat Emas. Mau jalan-jalan ke luar negeri, liburan, naik haji, dan sebagainya, bisa kita lakukan dengan memanfaatkan Emas. Saya berharap, upaya berbagi pengalaman dan upgrade tentang KebunEMAS ini bisa bermanfaat untuk Anda sekalian yang saat ini sedang membaca buku ini. Terimakasih saya ucapkan kepada semua pihak yang membantu, sehingga buku ini bisa ada di tangan Anda. Semoga memberi pencerahan dan makin banyak orang sadar pentingnya punya portofolio Emas sebagai alat investasi. Bandung, November 2012
Rully Kustandar www.KebunEMAS.com
Page 3
KebunEMAS
TENTANG EMAS
BAB 1
www.KebunEMAS.com
www.KebunEMAS.com
Page 4
KebunEMAS
Tentang EMAS SI KUNING YANG BERHARGA
Emas dianggap sebagai logam yang paling berharga dalam sejarah peradaban manusia, setidaknya sejak 4000 SM. Pada tahun tersebut, ditemukan kepingan Emas di Spanyol. Bangsa yang tingal di daerah Eropa Timur itu pun menggunakan kepingan Emas sebagai perlengkapan aksesoris dan fashion. Sebuah peradaban di Irak Selatan juga mampu menciptakan perhiasan dari Emas pada 3000 SM. Bahkan, model dan desainnya masih dipakai hingga sekarang. Pada masa awal manusia mengenal Emas, ternyata si kuning yang berkilau tersebut tidak hanya digunakan sebagai perhiasan, tetapi juga digunakan sebagai perlengkapan pemakaman para penguasa. Misalnya saja pada 2500 SM, Raja Tomb of Djer dimakamkan bersama seluruh perhiasannya termasuk Emas. Dia merupakan raja pertama dari dinasti Mesir di Abydos, Mesir. Bangsa Circa di zaman Mesir Kuno pada 1932 SM bahkan menggunakan Emas sebagai bahan peti mati untuk Raja Tutankhamon. Tidak tanggung-tanggung, berat peti mati yang terbuat dari Emas tersebut hampir 2.500 pound atau setara dengan 1.250 kg. Di Eropa, Emas mulia dikenal saat kekuasaan kekaisaran (imperium) Eropa, pada awal Masehi. Pada tahun 1299, seorang penjelajah terkenal, Marco Polo, menulis jurnal hasil perjalanannya ke timur jauh-sekarang disebut benua Asia-dengan judul “Gold wealth was Almost Unlimited” atau “Emas adalah Kekayaan yang Nyaris Tak Terbatas”.
“GOLD WEALTH WAS ALMOST UNLIMITED ”
Pernyataan kontroversial bahkan muncul dari Raja Ferdinand dari Spanyol. Pada 1511, ia mengatakan ke para penjelajah, “Bawa pulanglah Emas,” perintahnya kepada mereka, ”kalau bisa, dapatkan semanusiawi mungkin, tetapi apapun resikonya, bawalah Emas!” Pernyataan Raja Ferdinand ini kemudian memicu ekspedisi besar-besaran ke benua yang baru ditemukan. Contohnya ekspedisi yang dilakukan oleh Christopher Colombus dan Vasco da Gamma. Penjelajahan inilah yang lalu memicu era kolonialisme Eropa.
www.KebunEMAS.com
Page 5
KebunEMAS
Penambangan Emas juga telah dilakukan sejak lama. Diperkirakan kegiatan pertambangan Emas telah ada sejak 2000 sampai 5000 SM. Di Indonesia sendiri penambangan Emas sudah dikenal sebelum Belanda datang ke Nusantara. Suryadi, seorang peneliti pada Opleiding Talen en Culturen van Indonesie, Universitas Leiden, Belanda, menduga tambang Emas Salida di Sumatera merupakan tambang Emas tertua di Indonesia. Sebelum Belanda datang ke Sumatera, kandungan Emas di sana telah di eksplorasi penduduk setempat. Berita mengenai “pulau Emas” ini sudah sampai ke Eropa melalui cerita-cerita para pelaut Arab. Namun, ada kemungkinan sejak zaman prasejarah aktivitas penambangan Emas telah dilalkukan di sini. Karena, beberapa barang peninggalan prasejarah ada yang terbuat dari Emas.
Selain Salida, tercatat beberapa tambang Emas tertua di Indonesia, di antaranya Alluvial di Kalimantan Barat pada abad ke-4 dan Lebong Tandai pada abad ke-7. Setelah zaman kemerdekaan sejumlah usaha pertambangan milik penjajah Belanda diambil alih oleh pemerintah Indonesia dengan mendirikan perusahaan pertambangan, di antaranya R.T. Braakensick. Selain itu juga dilakukan pertambangan dengan system kontak karya dengan sejumlah perusahaan asing serta pertambangan-pertambangan rakyat dan juga usaha pertambangan illegal. PT Freeport Indonesia yang ada di Papua kini merupakan salah satu perusahaan pertambangan Emas terbesar di dunia.
www.KebunEMAS.com
Page 6
KebunEMAS
Dalam sejarah pertambangan Emas, metode eksplorasi yang dilakukan mengikuti perkembangan zaman. Diawali dengan cara penambangan tradisional, yakni menggunakan gravitasi atau amalgamasi air raksa, lalu metode sianida, fiotasi, dan heap leaching. Pertambangan Emas terbesar di dunia saat ini dipegang oleh Afrika Selatan. Meskiun begitu, negara dengan cadangan Emas terbesar justru bukan Afirka selatan, melainkan Amerika Serikat, yang bahkan tidak memiliki tambang Emas. Hal ini berkaitan dengan fungsi Emas sebagai cadangan devisa dan instrument moneter, serta media investasi. Adapun Negara yang paling banyak menggunakan Emas adalah India. Akan tetapi, bukan sebagai instrument moneter, bukan pula sebagai media investasi, melainkan dimanfaatkan sebagai perhiasaan. Permintaan Emas di India umumnya melonjak tajam pada bulan September, yaitu saat musim kawin tiba.
DARI ALAT TUKAR KE MEDIA INVESTASI Ketika pertama kali dikenal oleh manusia, Emas belum digunakan sebagai alat tukar. Mereka cenderung menjadikan Emas sebagai perlengkapan ritual kuno dan perhiasaan. Jadi, sejak kapan manusia menggunakan Emas sebagai alat untuk bertransaksi? Menurut sebuah informasi yang saya dapatkan, pada 1091 SM, di China Emas berbentuk kotak yang berukuran kecil sudah digunakan sebagai alat tukar yang sah. Setelah Emas dikenal sebagai alat tukar untuk perdagangan internasional di Timur Tengah pada tahun 1500 SM, Mesir menjadi Negara terkaya di kawasan itu. Pasalnya, Mesir memlilki Nubia, sebuah daerah yang sangat kaya kandungan Emasnya. Standar unit di Timur Tengah pada waktu itu menggunakan koin Emas Shekel dengan berat 11,3 gram. Shekel terbuat dari campuran alami logam 2/3 Emas dan 1/3 perak yang biasa disebut elektrum. Di Lydia (sekarang Turki), Emas resmi digunakan sebagai alat tukar pada 560 SM. Tepatnya sat Raja Croesus memerintah di sana. Di Eropa sendiri, baru pada 50 SM Emas dimanfaatkan untuk transaksi dalam bentuk koin. Ini terjadi di masa kerajaan Romawi, saat Julius Caesar berkuasa. Koin Emas itu disebut Aures. Pada zaman Nabi Muhammad SAW, umat Islam juga sudah mulai mengenal Emas sebagai mata uang. Uang tersebut dikenal dengan nama dinar, yang terbuat dari Emas 22 karat, seberat 4,25 gram, dengan diameter 23 milimeter. Standar ini kemudian dibakukan oleh World Islamic Trading Organization (WITO) dan berlaku hingga sekarang.
www.KebunEMAS.com
Page 7
KebunEMAS
Pada awal Perang Dunia I, negara-negara yang berperang masih menggunakan standar Emas. Namun, perang telah menghabiskan biaya teramat banyak yang menyebabkan menipisnya persediaan Emas di negara-negara tersebut. Baru setelah Perang Dunia II, Emas digantikan oleh system mata uang konversi mengikuti perjanjian Bretton Wood pada tahun 1944. Perjanjian Bretton Wood ini didukung oleh 44 negara. Ketentuan yang disepakati adalah setiap Negara harus mematok produksi uang kertasnya terhadap dollar Amerika Serikat (USD), yaitu USD 35 dijamin dengan satu ons Emas. Perjanjian ini berlangsung selama 27 tahun (1944-1971). Pemicu berakhirnya perjanjian ini tak lain adalah Perang Vietnam, yang membuat Amerika Serikat menaggung kerugian besar sehingga mengalami kesulitan ekonomi. Mereka tak mampu lagi mempertahankan jaminan atas uang kertas dengan cadangan Emas yang mereka miliki. Akhirnya, sejak saat itu, uang kertas tidak lagi dijamin dengan Emas. Akan tetapi, ditentukan oleh kepercayaan yang didukung ketersediaan cadangan devisa (Emas dan valuta asing) yang dimiliki bank sentral masing-masing negara, serta supply and demand yang ditentukan oleh kondisi fundamental ekonomi setiap negara.
www.KebunEMAS.com
Page 8
KebunEMAS
EMAS ADALAH UANG
BAB 2
www.KebunEMAS.com
www.KebunEMAS.com
Page 9
KebunEMAS
EMAS Adalah Uang TAPI UANG BUKANLAH EMAS
Video Tutorial KebunEMAS Chapter 1
MENGAPA EMAS? Terus terang, saya selalu penuh antusias kalau diminta berbicara tentang Emas. Mengapa? Pertama, sambutan luar biasa masyarakat terhadap buku dan konsep KebunEMAS sejak saya meluncurkannya pada tahun 2007 silam. Kedua, karena saya punya mimpi, suatu saat Emas kembali menjadi bagian portofolio investasi masyarakat Indonesia. Saya bermimpi, setiap keluarga di Indonesia minimal punya 25 kg Emas. Ketiga, update KebunEMAS ini juga sekaligus akan menjawab berbagai pertanyaan yang selama ini muncul di masyarakat mengenai konsep KebunEMAS. Ketika saya mulai berinvestasi Emas pada tahun 2007, tak ada satu orang pun yang secara populis mengenalkan kembali Emas sebagai alternatif dalam berinvestasi. Padahal, sebetulnya, Emas bukan benda asing untuk masyarakat Indonesia.
www.KebunEMAS.com
Page 10
KebunEMAS
Emas sudah dikenal dan menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu. Bahkan, Emas sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia sejak zaman kerajaan Majapahit dan Mataram melintasi masa kolonialisme, perjuangan kemerdekaan, hingga zaman sekarang. Motivasi lain saya menulis buku mengenai Emas juga karena keprihatinan saat melihat kondisi negara ini. Indonesia adalah negara yang sangat kaya dan makmur. Negeri yang sering disebut sebagai zamrud khatulistiwa ini memiliki tanah yang subur yang sanggup memberikan kekayaan berupa hasil pertanian dan perkebunan yang luar biasa. Laut Indonesia yang luas juga memberikan hasil laut yang melimpah. Berbagai jenis ikan yang bergizi tinggi bisa menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat. Belum lagi sisi panorama bawah laut dan pantai yang sangat indah telah memukau jutaan manusia yang telah melihatnya. Selain itu, Indonesia juga kaya akan hasil pertambangan dan mineral. Sebut saja nama tambang yang Anda inginkan, hampir pasti kita akan bisa menemukan sumbernya di Indonesia. Nah, salah satu pertambangan yang paling menarik adalah logam mulia, Emas! Coba kita perhatikan bersama! Dari mulai ujung barat sampai ujung timur, dari Aceh hingga Papua, hampir tak ada satu provinsi pun di Indonesia yang tak memiliki tambang Emas. Aceh, Medan, Jambi, Padang, Palembang, Jawa Barat, Jawa Tengah, Mataram, Lombok, Bali, Sulawesi, hingga Papua memiliki tambang Emas. Dan, satu lagi hal yang perlu Anda ketahui, salah satu jenis Emas yang terbaik di dunia berada di tanah Papua dan Maluku. Saya ulangi, Emas di kedua daerah itu merupakan yang terbaik di dunia. Luar biasa! Kaya sekali negeri ini! Data dari US Geological Survey (Survei Geologi Amerika Serikat) mencatat, Indonesia merupakan negara ke-8 sebagai produsen Emas terbesar di dunia. Pada tahun 2011 lalu, produksi Emas Indonesia mencapai 100 ton. Angka ini sebenarnya merupakan penurunan dibandingkan produksi Emas tahun sebelumnya. Sebab, pada tahun 2010, seluruh tambang Emas Indonesia malah bisa menghasilkan Emas hingga 120 ton. www.KebunEMAS.com
Page 11
KebunEMAS
Sumber Emas terbesar di Indonesia ada di Kecamatan Tembagapura, Mimika, Papua. Produksi Emas di tambang tersebut mencapai puncaknya pada tahun 1999 lalu dengan menghasilkan Emas sebanyak 93 ton. Tahun lalu, tambang tersebut memproduksi Emas sebanyak 40 ton. Saya kira, sebutan Tembagapura untuk penghasil Emas terbesar di Indonesia itu, sebetulnya kurang tepat. Menurut saya, lebih tepat kalau disebut Emaspura. Meski Indonesia termasuk penghasil Emas terbesar dunia, ironisnya, Emas-Emas tersebut justru tak dinikmati oleh orang Indonesia. Lebih dari 50% Emas yang ditambang dari tanah air Indonesia ini justru lari ke luar negeri. Sedikit kembali ke tahun 2001. Waktu itu, produksi Emas Indonesia mencapai 162,6 ton selama satu tahun. Ini produksi Emas Indonesia tertinggi dalam sejarah. Namun, hanya sekitar 30 ton dari Emas sebesar itu yang dikonsumsi orang Indonesia. Konsumsi Emas tahun 2005 lebih parah lagi. Dari produksi Emas sebanyak 143,2 ton, hanya 1,7 ton yang dikonsumsi orang Indonesia. Sedangkan, lebih dari 140 ton sisanya diekspor ke luar negeri. Sungguh ironis! Dari data-data di atas, terungkap bahwa bukan bangsa kita sendiri yang menikmati kekayaan Emas yang begitu besar. Bukan masyarakat kita yang menikmatinya. Tapi, entah siapa mereka di luar negeri sana. Saya ingat, suatu ketika saya pernah pergi ke Bukit Tinggi di Sumatra Barat. Di sana, saya masuk sebuah lorong peninggalan Jepang yang disebut masyarakat sekitar sebagai Gua Jepang. Pemandu wisata bilang, lorong panjang itu merupakan bekas galian orang Jepang saat menjajah Indonesia. Namun, dari lubang sepanjang hampir satu kilometer itu, sama sekali tak ada sisa-sisa galian yang bisa ditemukan. Waktu pemandu wisata itu cerita, sambil menyimak dan mendengarkan saya cuma senyum-senyum saja. Dalam hati, saya bilang, orang Jepang tentu tak sebodoh itu. Hasil galiannya pasti sudah dibawa pergi ke Jepang. Karena, mungkin saja gua itu sebelumnya mengandung Emas. Sebenarnya, bisa jadi pula, gua itu merupakan bekas tambang Emas. Ini bukan tidak mungkin. Sebab, Sumatera telah lama dikenal dengan sebutan Svarnadwipa alias Pulau Emas. Daerah Padang dan Bukti Tinggi merupakan jalur Emas. Satu hal lagi yang perlu Anda tahu, penambangan Emas seringkali tak perlu dilakukan dengan menggali sampai ratusan meter ke dalam tanah. Tak jarang, Emas itu ditemukan di permukaan tanah. Kalau ke Papua, misalnya, Anda bisa melihat sungai yang
www.KebunEMAS.com
Page 12
KebunEMAS
mengandung Emas. Jadi, istilah orang Sunda, Emas itu cuma perlu disawer saja. Semudah itu orang menemukan Emas di sana. Meskipun demikian, anehnya, Emas sudah tidak populer lagi di mata masyarakat Indonesia sebelum KebunEMAS muncul. Tapi hal ini bisa dimaklumi. Saat kita sekolah, kita tak pernah mendapatkan pendidikan tentang investasi Emas. Dari sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi, tidak ada pengajaran bagaimana menggunakan Emas. Yang sering dibahas adalah pola investasi modern ala barat seperti saham, deposito, atau reksadana. Emas sama sekali tidak pernah dibahas sebagai salah satu model investasi secara tuntas. Jadi, jangan heran kalau generasi muda seperti saya hanya mengenal Emas sebagai perhiasan atau alat mempercantik diri saja. Ini yang membuat saya semakin termotivasi dan bersemangat saat berbicara tentang Emas. Begitu KebunEMAS muncul, pembicaraan tentang Emas menjadi begitu ramai. Bahkan, tahun 2011 luar biasa sekali. Sepanjang tahun itu, penjualan Emas di Unit Bisnis Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mencapai 6,05 ton. Jumlah ini naik 68,15% dari penjualan tahun sebelumnya, sekitar 3,6 ton. Oleh karena itu, kalau kita mau jujur, sebenarnya Indonesia merupakan negara yang sangat kaya, subur, dan makmur. Saya tak ingin negara kita menjadi negara-negara seperti di Afrika. Negaranya kaya dengan Emas, tapi rakyatnya miskin. Dan, sekali lagi saya katakan, Emas yang terbaik terdapat di Indonesia. Ada di Papua dan di Maluku. Karena itulah, saya mengajak masyarakat kembali mengenal atau memiliki Emas atau menjadikan Emas sebagai bagian dari portofolio investasinya. Namun, kalau bicara mengenai Emas, selalu ada dua pertanyaan yang tak bisa saya jawab. Pertama, kenapa Emas ini begitu penting untuk perekonomian sebuah negara? Sampaisampai negara itu berani berperang mempertahankan tambang Emas yang dimilikinya. Bahkan, orang rela berkelahi untuk memperebutkan Emas. Kenapa Emas jadi begitu pentingnya untuk perekonomian sebuah bangsa? Saya tidak bisa jawab sampai sekarang. Itu pertanyaan pertama.
www.KebunEMAS.com
Page 13
KebunEMAS
Kedua, kenapa hanya Emas yang disebutkan di semua agama. Sekali lagi, hanya Emas. Islam, jelas. Yang disebutkan dalam Al-Quran hanya Emas dan perak. Tidak ada istilah yang namanya berlian, intan, atau platinum. Enggak ada... Begitu pula di agama Kristen atau Budha. Banyak simbol-simbol di agama Budha yang menggunakan Emas. Hindu, apalagi. Orang Hindu di India doyan banget sama Emas. India itu konsumen Emas terbesar di dunia. Jangan heran kalau harga Emas bergejolak setiap bulan September. Kenapa? Karena di India sedang berlangsung festival keagamaan dan musim kawin. Di saat seperti itu, permintaan Emas bakal melonjak. Maklum, India merupakan konsumen Emas terbesar di dunia. Tak heran, harga Emas dunia pun bakal terpengaruh dengan terjadinya kenaikan permintaan di India.
Mimpi Saya Dengan KebunEMAS
INVESTASI ALA ORANG TUA Seperti yang saya bilang tadi. Sebenarnya, Emas sudah bukan barang asing untuk masyarakat Indonesia. Orang tua kita zaman dahulu kalau berinvestasi sederhana sekali. Yang laki doyan beli tanah, bininya gemar berbelanja Emas. Simple! Dan, memang Emas itu simple. Contohnya, tak usah jauh-jauh. Mertua saya bukan orang kaya raya. Biasa saja. Dia pensiunan Mayor Corps Polisi Militer (CPM). Hobinya beli www.KebunEMAS.com
Page 14
KebunEMAS
tanah. Dia punya 14 petak tanah di Bandung. Mertua saya ini punya sembilan anak. Istri saya anak nomor sembilan. Saat mengawinkan anaknya, dia menjual satu petak tanah. Itulah cara dia menabung. Jadi, sewaktu mengawinkan saya dan istri saya, mertua saya jual petak tanah yang kesembilan. Jualnya juga enggak jauh-jauh. Ada yang dijual ke kakaknya, ke adiknya, atau ke anak pertama. Putar-putar di situ saja. Memang, dia tidak mampu beli tanah di tengah kota Bandung. Mahal. Maka, dia beli tanah di pinggiran kota Bandung. Pinggirnya di mana? Wah, pinggir banget! Tempat jin buang anak, kalau saya bilang. Tapi, lokasi tanah pinggiran itu sebutan 20–30 tahun yang lalu. Sekarang, luar biasa tempat itu. Ketika pensiun, dia menjual tiga petak tanah lagi. Dia lalu membangun bisnis untuk mengisi aktivitas masa tuanya. Sekarang, mertua saya berusia 89 tahun. Walau sudah tergolong sangat tua, tapi keadannya masih segar dan hidupnya sejahtera. Memang, beliau tidak kaya raya, tapi sejahtera. Itulah cara menabung orang tua zaman dahulu.
DARI SEBUAH KALENG, PERGI NAIK HAJI Kalau tadi cerita mertua saya, lain lagi dengan cerita tentang ibu saya. Ibu saya ini hobinya beli Emas. Setiap melihat toko Emas, enggak boleh enggak, pasti mampir. Saya sendiri, sebelum tahun 2007 saat menemukan konsep KebunEMAS ini, paling benci dengan yang namanya Emas. Bahkan, saya bilang ke istri saya yang waktu itu masih calon istri. Kalau nanti menikah dengan saya, jangan berharap dibeliin Emas. Kenapa? Saya trauma melihat ibu. Waktu itu, saya berpikir, orang yang membeli Emas itu konsumtif dan mewah. Nah, kembali ke ibu saya yang tidak bisa kalau tidak mampir ke toko Emas. Saya ingat, waktu kecil setiap ayah saya almarhum memberi uang buat belanja, ibu langsung belanja ke pasar. Biasanya, saya suka diajak ke pasar karena saya anak paling besar. Waktu itu, kami biasa berbelanja ke pasar Kebon Kelapa di Bandung, Jawa Barat. Waktu mau masuk pasar dan melihat banyak toko Emas di depan pasar, ibu saya pasti mampir dulu. Ke mana? Ke mana lagi kalau bukan ke toko Emas itu! Setelah beli Emas, meskipun cuma setengah gram, ibu baru memakai sisa uang dari ayah saya untuk belanja. Saya yang waktu itu masih kecil seringkali berfikir sendiri. “Mama kok www.KebunEMAS.com
Page 15
KebunEMAS
konsumtif banget. Dikasih duit untuk belanja, bukannya dipakai belanja, eh, malah dibeliin Emas,” begitu pikir saya. Saya, sih, mikirnya ibu konsumtif. Tapi, tentu saja di dalam hati ngomongnya. Enggak berani ngomong. Takut kena marah. Jadi, saya pikir, ibu saya itu konsumtif. Makanya, saya tidak senang dengan Emas sampai tahun 2007. Tapi sekarang, saya sujud sama beliau. Mama benar. Karena, sebenarnya, itulah cara menabung yang benar. Jadi, kalau mau menabung itu jangan mikir dulu dan takut kebutuhan hidup kita tak terpenuhi setelah penghasilan kita dikurangi untuk menabung. Potong dulu buat tabungan, baru sisanya dipakai belanja. Cukup enggak cukup, harus cukup! Dan, Anda tahu. Uang itu pasti cukup, kok. Tapi, kalau Anda menghitung-hitung dahulu, mikir-mikir dahulu, pasti enggak akan cukupcukup. Dan, benar, kebutuhan hidup Anda juta tidak lantas tercukupi dan, satu yang pasti, Anda enggak akan bisa menabung. Itulah, ilmu The Power of Kepepet ibu saya. Beliau sering sering bilang begini, “Rul, yang bikin susah itu bukan biaya hidup, sebetulnya. Tapi, gaya hidup!” Perkataan ibu saya itu luar biasa sekali. Itu sebuah pengalaman yang menurut saya tak akan pernah saya lupakan. Ibu saya biasanya mengumpulkan Emas dan menyimpannya di kaleng susu. Dulu, ada susu mereknya Klim. Kalengnya besar. Kaleng itu sampai penuh terisi Emas. Ibu saya bisa berangkat haji, bisa ke mana-mana. Bisa menyekolahkan anaknya. Ya, itu tadi. Dari Emas yang ada di kaleng susu itu. Kalau saya mau jujur, mungkin Anda juga punya pengalaman yang sama dengan saya. Bahwa, salah satu yang membuat saya bisa seperti ini, salah satunya, menurut saya, karena Emas ibu saya. Saya ingat waktu masih sekolah SMP. Saya pernah mogok sekolah gara-gara belum bayar uang sekolah. Waktu itu saya ngomong ke ibu: “Ma, malu sudah dua bulan belum bayar uang sekolah.” Waktu saya ngomong begitu, ibu saya malah ngelamun. Dia bilang, ayo ikut mama. "Ke mana?"
www.KebunEMAS.com
Page 16
KebunEMAS
"Ayo, kamu ikut ibu!" Eh, ternyata ibu saya minta diantar ke jalan Pasundan (Pungkur), Bandung. Di situ ada pegadaian paling besar di Bandung. Anda tahu rasanya masuk Pegadaian? Begitu masuk, rasanya, kita seperti jadi orang paling miskin di dunia. Maklum, dulu belum ada bank-bank syariah seperti sekarang yang menyediakan dan menerima gadai Emas. Tapi, sekali lagi saya bilang, itulah cara yang benar. Ibu saya sering bilang, jangan pernah jual Emas kita. Kalau butuh uang, gadaikan saja Emasnya. Kalau punya uang, nanti ditebus lagi.
INVESTASI PROPERTI Terbalik lagi dengan investasi properti. Properti harus menjadi portofolio investasi yang harus Anda perhitungkan. Menurut saya, yang paling wajib itu, ya, properti. Tapi ingat, properti harus jadi portfolio investasi untuk investasi jangka panjang, bukan jangka pendek. Kenapa? Karena investasi properti punya kelemahan. Ketika butuh uang, Anda mau melepas properti, pasti membutuhkan waktu. Tidak bisa hari ini kita butuh uang, kita lepas atau menjual properti, terus jadi uang. Tidak bisa begitu. Itu kelemahan yang pertama. Kedua, jadikan properti itu sebagai investasi jangka panjang dan tidak menguras dompet Anda. Artinya, properti yang dibeli itu kalau bisa, ya, harus menghasilkan. Kalau properti tidak menghasilkan, lebih baik dipindahkan ke Emas. Jadi, properti harus bisa membiayai dirinya sendiri. Kalau beli ruko, ya, rukonya harus bisa membiayai dirinya sendiri. Entah Anda pakai untuk bikin toko, kantor, atau usaha lainnya. Minimal, kalau Anda tidak memiliki rencana usaha, sewakan ke orang lain. Paling tidak, uang sewa ruko itu bisa Anda pakai untuk menjaga kelayakan ruko, memperbaiki bagian yang rusak, atau bahkan bisa membiayai cicilan pembelian ruko bila memang dibeli secara kredit. Walau ada dua kelemahan, saya ingatkan, kepemilikan properti sangat penting dalam penataan portofolio investasi Anda. Minimal, properti berupa rumah yang Anda tinggali. Selanjutnya, setelah memiliki rumah sendiri, Anda bisa melanjutkan investasi properti dengan membeli tanah, rumah lagi, ruko, hingga apartemen.
www.KebunEMAS.com
Page 17
KebunEMAS
Tapi, seperti yang saya bilang tadi, properti butuh waktu ketika kita akan menjualnya, saat kita ingin menjadikannya uang. Kemungkinannya kecil, walau ada, di suatu pagi kita butuh uang untuk membayar sesuatu keesokan hari dan solusinya hanya menjual properti, dan langsung sukses terjadi transaksi pada sore harinya. Untuk itulah, selain properti, Anda harus memiliki jenis investasi lain. Saya sarankan, investasi lain itu berupa Emas. Emas, mungkin tak sehebat properti. Tapi, kalau bicara likuiditas, tidak ada yang bisa mengalahkan Emas. Coba sekarang Emas Anda berapa? Katakanlah, Anda butuh uang hari ini. Anda bisa jadikan uang hari ini juga. Itulah hebatnya Emas. Anda tinggal pergi ke toko Emas terdekat. Jual! Pasti jadi uang. Itulah Emas. Dan, satu lagi yang Anda tak boleh lupakan. Tidak pernah ada cerita orang menjual Emas di bawah harga pasar. Apalagi, sampai setengah harga. Tidak ada cerita seperti itu. Ketika menjual, Emas Anda akan dihargai dengan harga hari ini. Harga saat itu. Itulah hebatnya Emas. Sekali lagi, mungkin Emas tak sehebat properti. Tapi, kalau bicara likuiditas tidak ada yang bisa mengalahkan Emas.
SANG PEMENANG Coba Anda perhatikan kondisi ekonomi kita tahun 1997—1998 dan 2007-2008. Ketika itu terjadi krisis ekonomi. Saham hancur. Deposito sama hancurnya. Unitlink amburadul. Reksadana apalagi, lebih amburadul. Terus, kurs melambung sangat tinggi. Coba siapa yang menang? Yang menang adalah siapa saja yang memegang Emas. Tidak usah jauh-jauh. Coba lihat krisis ekonomi sekarang. Di Eropa yang berkepanjangan, orang Eropa mana yang menang? Mereka yang pegang Emas. Dan, yang namanya krisis ekonomi itu pasti berulang. Kalau saya perhatikan, berulang antara lima sampai delapan tahun sekali. Biasanya, krisis terjadi bergiliran, antara Asia, Amerika, Eropa, nanti balik lagi ke Asia. Begitu terus. Saat seperti itu, siapa yang menang? Ya, para pemilik Emas. Jadi, kesimpulan saya yang pertama:
EMAS Adalah Uang, Tapi Uang Bukan EMAS www.KebunEMAS.com
Page 18
KebunEMAS
Artinya, kalau punya Emas, Anda bisa jadikan uang kapanpun juga. Tapi, kalau Anda punya uang, belum tentu mau beli Emas. Sudah niat, sih, mau beli Emas ke pasar Cikini. Tapi, tokonya belum buka. Mampir dulu ke SOGO, lihat baju bagus. Dibeli, deh, itu baju. Akhirnya, Anda malah tidak jadi beli Emas. Itu sifat uang. Konsumtif. Pegang uang, jadi konsumtif. Tapi, belum pernah ada cerita orang jual Emas gara-gara mau beli baju. Enggak ada ceritanya. Ada satu momentum tahun 2007 lalu yang membuat saya jadi berpikir tentang Emas. Saya punya seorang sahabat yang tinggal Jakarta. Suatu ketika, saya pergi ke Jakarta. Sahabat saya ini punya bisnis toko komputer di Glodok. Kebetulan, notebook saya waktu itu rusak. Saya pergi ke Glodok untuk memperbaiki notebook tersebut. Kebetulan, teman saya itu ada di sana dan kami bertemu. Maka, kami pun mengobrol. Ada sesuatu yang sebenarnya saya heran padanya. Ketika 1997-1998, saya tahu persis dia kabur ke Australia. Sebab, waktu itu terjadi kerusuhan. Tokonya di Mangga Dua dan Glodok hancur. Rumahnya di Kelapa Gading juga sama. Dijarah orang. Saya tahu persis dia ke Australia sebenarnya bukan kabur. Namun, cuma untuk menghindar sementara saja. Saat mau ke Australia, dia jual mobil Kijang-nya di Bandara. Mobil kijang itu relatif masih baru. Namun, dia mau “lepas” di harga Rp 10 juta. "Ambil aja, Rul!" kata dia. Tapi, transaksi urung terjadi karena saya tidak berani ke bandara waktu itu. Nah, di tahun 2000, bisnisnya sudah bergulir lagi. Saya punya bisnis, dia juga punya bisnis. Namun, lagi-lagi, gara-gara krisis ekonomi, bisnisnya goyang lagi. Yang bikin saya heran, hanya dalam hitungan bulan, bisnis dia bisa kembali pulih lagi. Akhirnya saya tanya dia karena penasaran. "Kok, lu bisa begitu hebat? Akhirnya, dari ngobrol-ngobrol, dia cerita. "Rul, saya ini diajari ibu saya. Ibu saya juga diajarin sama ibunya. Ibunya, diajarin juga sama ibunya lagi. Kalau berbisnis, pegang ini," katanya. "Nabungnya di sini," tambahnya sambil mengeluarkan sesuatu. Emas batangan. www.KebunEMAS.com
Page 19
KebunEMAS
Dia punya Emas-Emas batangan. Waktu itu, saya belum kenal Emas. "Ini apa?", sambil saya pegang. Saya belum pernah tahu waktu itu. Yang ada di pikiran saya, yang namanya Emas itu perhiasan. "Ini Emas, Rul." Ini yang disebut Emas batangan, dia bilang. "Ini yang menyelamatkan bisnis saya," ujarnya. “Ya! Ini yang nyelamatin bisnis saya. Saya diajarin ibu saya. Ini Emas batangan.” Dalam pikiran saya, yang namanya Emas batangan itu besar. Segede batu bata, seperti di film serial Indiana Jones. "Ya, itu yang kiloan. Emas batangan itu bermacam-macam beratnya, ada 10 gram, 20 gram, 50 gram, dan lainnya," imbuh teman saya. Nah, dari situlah saya mulai berpikir tentang Emas. Ternyata, ada sesuatu yang luar biasa dengan Emas. Balik ke rumah, saya buka komputer. Saya pelajari Emas. Kemudian, lahirlah yang namanya KebunEMAS.
www.KebunEMAS.com
Page 20
KebunEMAS
ZERO INFLATION
BAB 3
www.KebunEMAS.com
www.KebunEMAS.com
Page 21
KebunEMAS
Zero Inflation EMAS TERHADAP INFLASI
Video Tutorial KebunEMAS Chapter 2
EMAS DAN KAMBING Ada sebuah cerita. Cerita ini diriwayatkan dalam sebuah hadits. Hadits-hadits riwayat Bukhari Muslim. Dalam hadits tersebut, diriwayatkan bahwa Nabi Besar Muhammad SAW pernah meminta tolong seseorang yang bernama ‘Urwah. Nabi meminta tolong ‘Urwah untuk membelikannya seekor kambing. Beliau berkata, "Hai ‘Urwah, tolong belikan aku seekor kambing." Nabi kemudian memberi ‘Urwah uang, yakni satu dinar koin Emas. Saat mulai berkembang dulu, Islam sudah mengenal mata uang yang terbuat dari Emas dan perak. Orang menyebutnya, dinar untuk koin Emas dan dirham untuk koin perak. Tapi, sesungguhnya istilah dinar dan dirham itu, hanyalah sebuah sebutan untuk ukuran berat.
www.KebunEMAS.com
Page 22
KebunEMAS
Ok, tidak apa-apa. Kita anggap sekarang, Emas itu dinar, yang perak itu dirham. Biar gampang pemahamannya. Nabi memberi ‘Urwah uang satu dinar koin Emas. "Hai ‘Urwah, tolong belikan aku seekor kambing." Berbekal uang satu dinar koin Emas tersebut, ‘Urwah kemudian pergi mencari seekor kambing. Ternyata, ‘Urwah berhasil membeli dua ekor kambing dengan uang satu dinar koin Emas. ‘Urwah tahu, Nabi hanya memerlukan satu ekor kambing. Karena dapat dua kambing, di perjalanan pulang, kambing yang satunya dijual oleh ‘Urwah. Eh, laku satu dinar juga. Jadi, dari hadits ini pun sebetulnya kita bisa mengambil kesimpulan. Kalau berdagang untung 100%, boleh. Si ‘Urwah, kan, untung 100%. Dari satu dinar dapat dua kambing. ‘Urwah menjual satu kambing, dapat satu dinar. Jadi, ‘Urwah dapat untung 100%. Cuma, bedanya, ‘Urwah ini sahabat Nabi. Sesampainya di hadapan Nabi, dia menyerahkan kambing pesanan Nabi sambil mengembalikan uang satu dinar hasil penjualan kambing satunya. Nah, itu bedanya ‘Urwah dengan kita. Kalau kita, kan, langsung masuk kantong. Saking salutnya dengan ‘Urwah, Nabi sampai berdoa khusus untuk ‘Urwah. Beliau berkata, “Hai ‘Urwah, jangankan kambing. Debu kamu jual pun, kamu pasti untung!” Nah, dari hadits ini, kita bisa mengambil kesimpulan. Bahwa pada zaman itu, lebih kurang 1400 tahun Hijriyah yang lalu, harga satu ekor kambing setara dengan satu dinar koin Emas. Dari mana kesimpulan itu diambil? Pertama, kita tahu Nabi orang yang sangat bijaksana. Ketika meminta seseorang untuk membelikan seekor kambing lalu kemudian beliau memberi orang itu satu dinar koin Emas, tentu uang tersebut akan cukup untuk membeli seekor kambing. Tidak kurang dan tidak lebih. Itulah sifat Nabi. Adapun ‘Urwah bisa membeli dua ekor kambing dengan satu dinar koin Emas itu karena kepandaiannya menawar harga. Dia seorang pedagang. Mungkin dia bilang begini, “Ini kambing buat Nabi. Kasih aku bonus, dong. Nanti aku doain.” Mungkin dia bilang begitu.
www.KebunEMAS.com
Page 23
KebunEMAS
Buktinya, dalam perjalanan pulang, ‘Urwah menjual satu ekor kambing dan laku satu dinar. Kesimpulannya, pada zaman 1400 tahun Hijriyah yang lalu, harga satu ekor kambing setara dengan satu koin dinar Emas. Dinar Emas sebagai mata uang umat Islam sampai dengan saat ini masih diproduksi. Berdasarkan penelitian dan bukti-bukti sejarah, yang disebut satu koin dinar Emas itu setara dengan Emas 22 karat seberat 4,25 gram. Ketentuan itu berdasarkan bukti-bukti sejarah. Mata uang umat Islam tidak sama dengan rupiah atau dollar. Kalau rupiah atau dollar, tidak akan dianggap sah kalau tidak ada gambar Soeharto atau Soekarno. Tapi, kalau dinar, tetap sah selama memenuhi syarat-syarat dan syariat Islam. Yang terpenting, terbuat dari Emas 22 karat dengan berat 4,25 gram. Itu sah. Makanya, jangan heran. Negara-negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam, seperti Indonesia, mencetak sendiri dinar Emasnya. Pencetakan sendiri ini boleh dan sah saja selama memenuhi syarat dan syariat yang ditentukan. Jangan heran jika Anda menemukan koin Emas dinar buatan Indonesia yang diproduksi oleh PT. Aneka Tambang Tbk (Antam). Kalau ke Malaysia, Anda juga akan menemukan Emas buatan Malaysia. Bahkan, saya pernah membeli dinar Emas buatan Turki ketika saya ke Turki. Pertanyaannya, kalau saya punya dinar Emas buatan Turki, Anda punya dinnar Emas buatan Antam, apakah Anda mau bertukar dinnar dengan saya? Saya yakin Anda mau. Kenapa? Karena nilainya sama. Dinar itu terbuat dari Emas dengan berat dan kadar yang sama. Coba kalau saya punya uang USD 50, Anda punya uang USD 50. Anda pasti mau jika kita saling bertukar. Tetapi, jika saya punya uang Rp 50, Anda punya uang USD 50, lalu saya ajak Anda untuk bertukar uang, saya yakin 100% Anda tidak mau. Iya, kan? Pertanyaan berikutnya, berapa harga satu koin dinar Emas saat ini di tahun 2012? Harga satu koin dinar Emas saat tahun 2012 saat saya menulis buku ini adalah sekitar Rp 2,25 juta. Nah, berapa harga seekor kambing sekarang? Silakan setelah membaca buku saya ini, Anda mencari tahu dan bertanya kepada tukang jual kambing berapa harga kambing. Atau, buka ingatan Anda saat Hari Raya Idul Adha terakhir. Saya yakin harga satu ekor kambing dengan kondisi layak itu seputar Rp 1,8 juta– Rp 1,9 juta atau hampir Rp 2 juta.
www.KebunEMAS.com
Page 24
KebunEMAS
Subhannallah, dari sejak zaman Nabi sekitar 1400 tahun Hijriyah yang lalu sampai dengan hari ini, di zaman internet, harga satu ekor kambing tetap setara satu dinar koin Emas. Mungkin, ada saja yang bertanya. Pak, saya beli kambing harganya Rp 1 juta. Saya yakin, itu harga kambing yang kecil. Memang, harga Rp 2 jutaan itu bukan kambing yang besar juga. Sebab, harga kambing yang besar sekali bisa sampai Rp 4 juta - Rp 5 juta. Tapi, kalau kambing yang sedang, harganya, ya, saya sekitar Rp 1,8 – Rp 1,9 juta sampai Rp 2 juta-an saat ini. Atau, dengan kata lain begini, dari zaman Nabi 1400 tahun hijriyah yang lalu sampai dengan hari ini, satu koin dinar Emas masih cukup untuk membeli satu ekor kambing yang layak, masih cukup. Subhannallah! Ini sebuah data, sebuah fakta yang tidak bisa kita bantah. Mau diadu dengan profesor manapun, ayo! Saya ingat tahun 1970. Ketika itu, saya masih kecil. Saya mengantar ayah beli kambing untuk lebaran haji. Waktu itu, harga kambing Rp 7.000. Coba, sekarang Anda punya uang Rp 7.000. Boro-boro beli satu ekor kambing. Buat beli sate kambing seporsi saja tidak cukup. Tapi, satu koin dinar Emas pada tahun 1970-an itu setara dengan Rp 9.000. Kalau Anda masih punya satu koin dinar Emas yang dibeli tahun 1970-an, hari ini, koin dinar itu masih bisa buat beli kambing yang layak.
INFLASI, EMAS, DAN DAYA BELI Contoh yang lain adalah naik haji. Tak pernah terbayangkan sebelumnya kalau ongkos naik haji kita ukur menggunakan rupiah. Tiap tahun, pasti naik. Tapi, saat kita mengukurnya dengan Emas, jumlah Emasnya menurun. Maksud saya begini. Tahun 2012, ongkos naik haji itu setara dengan 100 gram Emas. Tahun 2011, ongkos naik haji itu setara dengan 85 gram Emas. Sekarang, ongkos naik haji itu cuma 70-75 gram Emas. Jadi, kalau Anda mau menabung untuk naik haji, tabungan dalam bentuk Emas adalah yang paling pas.
www.KebunEMAS.com
Page 25
KebunEMAS
Perbandingan Onkos Naik Haji Setiap Tahun - Dari Video Tutorial KebunEMAS
Dari semua cerita ini, dari hadits tadi, saya bisa ambil kesimpulan lagi yang kedua.
EMAS itu Zero Inflation. Inflasinya NOL Apa artinya? Artinya, kalau Anda pegang Emas, kemudian harga Emas turun, sesungguhnya Anda itu tidak pernah rugi. Kenapa? Karena tidak pernah satu koin dinar Emas jadi tinggal sepotong kambing. Tapi, begitu harga Emas itu naik, jangan senang dulu. Karena, sesungguhnya, Anda itu tidak pernah untung. Kenapa? Karena tidak pernah terjadi satu koin dinar Emas bisa digunakan untuk membeli lima sampai tujuh ekor kambing. Satu koin dinar Emas tetap hanya bisa untuk membeli satu ekor kambing saja. Itulah faktanya.
www.KebunEMAS.com
Page 26
KebunEMAS
Jadi, pengertian Emas Zero Inflation adalah, kalau kita pegang Emas, saat harga Emas itu turun, sesungguhnya kita tidak rugi. Tapi kalau pun harga Emas naik, kita juga sebetulnya tidak pernah untung. Terus, ada pertanyaan, “Ngapain, dong, pak, beli Emas, pegang Emas? Mendingan pegang deposito, ada untungnya, tiap bulan dikasih bunga.” Saya cuma tersenyum saja kalau ada pertanyaan seperti itu. Kenapa? Untuk menutup penurunan nilai uang karena inflasi saja, bunga deposito sebenarnya tidak cukup. Buktinya apa? Cobalah uang Rp 7.000 itu didepositokan oleh yang beli kambing sekitar tahun 1970-an. Bunganya tidak usah diambil. Sampai sekarang, uang Rp 7.000 itu tidak mungkin bisa mencapai Rp 2 jutaan. Nah, lalu ada juga pertanyaan yang sering dilontarkan seperti ini. “Kalau begitu, kapan dong saat yang paling tepat untuk membeli Emas?” Saya paling senang dengan pertanyaan itu.
"Saat Yang Paling Tepat Untuk Membeli EMAS, Adalah Saat Kita Punya Uang"
Saat yang paling tepat adalah saat kita punya uang. Tidak ada lagi alasan lain. Buat apa mikirin harga Emas lagi turun untuk buru-buru membeli Emas atau menunda rencana membeli Emas gara-gara harga Emas lagi naik. Yang namanya Emas itu zero inflation, kok. Inflasinya nol! Jadi, Emas naik, semua komoditas akan ikut naik. Sederhana sekali! Ada sebuah analisis. Tapi, memang saya belum pernah mengujinya. Tapi, saya yakin analisis itu benar. Harga minyak mentah dunia biasa dibeli menggunakan dollar. Harga minyak per barel misalnya USD 100 dolar. Kalau harga minyak mentah dunia itu dibeli bukan menggunakan dollar, tetapi menggunakan Emas, jumlah gram Emasnya tidak akan berubah sejak tahun 1970-an. So, kapan saat yang tepat bagi Anda membeli Emas? Simpel saja! Jawaban saya, saat yang paling tepat untuk membeli Emas adalah pada saat kita punya uang. Itu artinya, gradual buying. Punya uang, beli Emas. Punya uang, beli Emas. Jadi, tabungan kita itu dipindah ke Emas. Memang, Emas tidak mendatangkan keuntungan seperti deposito ada bunga tiap bulan. Tetapi, daya beli Anda tetap sama. Dan, saya lebih suka daya beli tetap sama daripada keuntungan berupa bunga deposito. www.KebunEMAS.com
Page 27
KebunEMAS
Saya kasih contoh lagi biar Anda tidak penasaran. Pada tahun 1980-an, saya ingat waktu itu saya masih SMP, harga satu sepeda motor Honda Super Cub waktu itu Rp 1 juta. Saya waktu itu beli motor tersebut dari show room. Sekarang, tahun 2012, dengan uang Rp 1 juta, hanya bisa dapat sepeda doang, tanpa motor!
Bukan Harga EMAS Yang Naik Tapi Nilai Uang Yang Turun
Tapi, kalau uang yang Anda pakai beli motor Rp 1 juta di tahun 1980-an dijadikan Emas, hari ini, Emas itu masih bisa untuk membeli sepeda motor. Itulah yang dimaksud dengan daya beli Emas tetap sama. Jadi, dengan Emas Anda dapat motornya, enggak cuma dapat sepeda doang. Di halaman-halaman selanjutnya, nanti kita bahas tentang daya beli yang tetap sama ini dan hedging alias lindung nilai. Bagaimana Emas menjaga daya beli kita. Lantas, ada pertanyaan lain juga. “Pak, harga Emas di level berapa yang paling bagus dibeli?” Ini juga simpel! Jawaban saya: harga Emas yang paling bagus untuk dibeli adalah harga pada saat kita punya uang. Kenapa harus dipikirin? Kalau enggak punya uang, harga Emas turun juga kita enggak bisa beli. Jadi, itulah yang dimaksud dengan Emas itu zero inflation. Ada yang menyatakan begini: “Pak, kalau saya melihat data harga Emas, kan, Emas itu naik terus dari tahun ke tahun. Harga itu tidak pernah turun.” Betul. Tapi, bukankah itu keuntungan, bukan? www.KebunEMAS.com
Page 28
KebunEMAS
Kenapa? Karena, kita melihat Emas dari kaca mata uang. Jadi, Emas itu kelihatan naik harganya. Padahal, kalau kita lihat dari kacamata Emas, bukan Emas yang harganya naik tapi nilai uang yang turun. Itu yang sebetulnya terjadi. Jadi, kalau kita mau jujur, yang sebenar-benarnya itu bukan harga Emas yang naik. Tapi, sekali lagi, nilai uang-lah yang turun. Karena, Emas itu sendiri sebetulnya zero inflasi. Inflasinya nol, tidak pernah naik, tidak pernah turun. Mau bukti? Apa mau balik lagi lagi ke cerita kambing tadi?Selama 1400 tahun hijriyah lamanya, satu ekor kambing tetap setara dengan satu dinar koin Emas. Artinya, daya beli kita tetap sama.
www.KebunEMAS.com
Page 29
KebunEMAS
PALING PAS NABUNG EMAS
BAB 4
www.KebunEMAS.com
www.KebunEMAS.com
Page 30
KebunEMAS
Paling Pas, Ya, Nabung EMAS EMAS JAUH LEBIH BESAR MANFAATNYA
Video Tutorial KebunEMAS Chapter 3
MENABUNG DI BANK SEBUAH KEBODOHAN Sudah saya singgung sebelumnya, Emas itu zero inflation. Inflasinya nol. Artinya, sebetulnya kalau Emas itu naik, kita tidak pernah untung. Kalau Emas itu turun, kita juga tidak pernah rugi. Dia nol inflasinya. Berikut ini contoh sederhana sekali, yaitu antara Emas dan deposito. Deposito memang memberikan bunga yang seringkali kita menganggap bunga itu sebagai sebuah keuntungan atau pendapatan. Padahal, untuk menutupi penurunan nilai pokok dari deposito itu sendiri itu bunga yang Anda dapat dari bank itu sebenarnya tidak mampu. Tidak akan cukup. Tanpa disadari, sebetulnya daya beli kita itu berkurang. Contohnya, mari kita buktikan. Sebut saja pada tahun 2007, saya mempunyai uang Rp 1 miliar. Ada dua pilihan pemanfaatan uang tersebut, yaitu untuk membeli Emas atau mendepositokan uang di bank. www.KebunEMAS.com
Page 31
KebunEMAS
Untuk pilihan pertama, membeli Emas. Harga Emas yang saya ingat waktu itu sekitar Rp 200.000 per gram. Dengan uang Rp 1 miliar, maka pada tahun 2007 saya bisa membeli lima kilogram Emas. Mari kita beranjak ke pilihan kedua, mendepositokan uang di bank. Seandainya pada tahun 2007 saya depositokan uang tersebut di bank. Anggap saja bunga deposito itu 10% per tahun. Angka ini sebenarnya lebih besar dari pengenaan bunga kala itu. Saat itu, berdasar data Bank Indonesia (BI), bunga deposito di atas 10% itu untuk simpanan berjangka dua tahun. Untuk deposito satu tahun, perbankan saat itu memberi bunga sebesar 8,41%. Permisalan ini sekadar untuk memudahkan perhitungan saja. Uang itu saya depositokan dan tidak saya ambil bunganya. Artinya, mekanisme bunga berbunga untuk deposito saya. Maka lima tahun kemudian, uang saya itu akan menjadi Rp 1,64 miliar. Tapi, duit yang berbiak ini belum memperhitungkan potongan pajak. Sekarang kita bandingkan kedua pilihan tadi. Lima tahun kemudian, pada tahun 2012, harga Emas sekitar Rp 550.000 per gram. Dengan harga Emas tersebut, uang Rp 1,64 miliar itu hanya bisa membeli tiga kilogram Emas. Sementara, Emas lima kilogram yang saya miliki lima tahun lalu, pada tahun 2012 bernilai Rp 2,75 miliar! Secara faktual terlihat, uang Rp 1 miliar itu saya depositokan di tahun 2012 tidak mampu untuk membeli Emas sebanyak 5 kilogram! Jadi, kalau melihat angka tersebut, saya sudah kehilangan daya beli sekitar Rp 1 miliar dalam lima tahun. Untuk membeli lima kilogram Emas tahun 2012 saya butuh tambahan dana sekitar Rp 1 miliar. Jadi, menurut saya, sebuah kebodohan kalau kita masih menyimpan duit berlama-lama di bank! Ilustrasi tadi salah satu contoh. Seperti saya katakan sebelumnya, sebetulnya, kalau harga Emas itu naik, kita itu tidak pernah untung. Kalau pun ada “keuntungan” dari sisi Rupiah, sejatinya, keuntungan itu bersifat semu. Tapi, ada satu hal yang nyata, daya beli kita tetap sama. Kemudian, saran lain, kalau Anda membeli Emas, belilah yang kecil-kecil. Misalnya, Anda ingin membeli Emas satu kilogram. Jangan membeli Emas satu batang seberat satu kilogram. Lebih baik, kita beli pecah Emas satu kilogram itu dengan batangan Emas yang kecil-kecil. Paling enak menurut saya di angka 10 gram minimal atau Emas 25 gram. Maksimal beli Emas 100 gram. Ingat, jangan beli Emas satu batang yang seberat 1 kilogram. Kenapa?
www.KebunEMAS.com
Page 32
KebunEMAS
Oke, sebelum saya jelaskan lebih lanjut, pasti ada pertanyaan begini: “Pak, kan, kalau beli Emas dengan gram-graman yang lebih kecil itu lebih mahal.” Saya jawab, Betul. Tapi, kita harus memikirkan lebih jauh sisi fleksibilitas dari kepemilikan Emas tersebut.
Dari Video Tutorial KebunEMAS
Begini konkretnya, kita lihat dari permisalan kejadian yang mungkin terjadi sehari-hari. Dengan alasan harga per gram yang lebih murah, Anda membeli Emas satu kilogram dalam satu batang Emas lantakan. Tiga tahun kemudian, Anda membutuhkan uang, misalnya Rp 100 juta. Padahal, saat itu, uang Rp 100 juta itu setara dengan Emas seberat 25 gram saja. Saya yakin Anda akan merasa sayang untuk memotong Emas yang 1 kilogram itu? Pasti Anda tak akan tega. Lain halnya bila Anda membeli Emas 1 kilogram dalam satuan Emas lantakan seberat 25 gram atau 50 gram. Saat Anda memiliki pengeluaran senilai Emas 25 gram, maka Anda cukup mengeluarkan satu keping Emas saja. Di sini, Anda bisa merasakan manfaat Emas adalah uang tapi uang bukanlah Emas.
EMAS Jauh Lebih Besar Manfaatnya Daripada Keuntungannya
www.KebunEMAS.com
Page 33
KebunEMAS
Dari sinilah sebenarnya penjelasan dari fatwa para pakar Emas sejak jaman dulu bahwa tingkat inflasi Emas itu nol bisa tergambar dengan gamblang. Maksudnya, ketika harga Emas naik, Anda sebetulnya tidak mendapat untung apapun. Begitu pula ketika harga Emas itu turun, Anda juga tidak perlu merasa rugi sepeser pun, sebetulnya. Inilah yang membuat saya agak kurang sependapat dengan seminar-seminar investasi Emas yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Sebab, sebenarnya Anda tidak pernah untung! Tapi, Anda bisa mendapat manfaat yang serupa, bahkan lebih, atas Emas sudah Anda miliki. Jadi, menurut saya, bahasa dalam berbicara investasi Emas itu adalah kemanfaatan investasi Emas, bukan keuntungan investasi Emas. Penjelasan di atas kadangkala masih belum membuat orang mengerti. Saya masih sering mendengar pernyataan, “Pak, kan, harga Emas itu bisa naik dan turun dengan sangat tajam setiap hari. Tapi, secara jangka panjang, kurva harga Emas itu selalu naik. Artinya, dengan kenaikan tersebut, kita mendapat keuntungan dong.” Lagi-lagi, saya menjawab, “Betul, harga Emas memang fluktuatif dan kurvanya secara jangka panjang naik.” Tapi, biasanya setelah kalimat itu selesai, saya skak mat mereka dengan jawaban ini, “Kenaikan harga yang terjadi memang bisa Anda sebut keuntungan. Tapi, itu karena Anda melihat harga Emas itu dari sudut pandang uang! Bila Anda melihat harga Emas itu dari sudut pandang Emas, kalau mau jujur, grafik harga Emas yang kita lihat itu bukan kenaikan tapi justru penurunan nilai uang.” Mari kita sedikit kembali ke bahasan di Bab II. Kebetulan saya ada cerita lain seputar koin dinar Emas. Saya punya sahabat di Bandung. Dia seorang dosen statistik dan matematika. Dia pernah melakukan sebuah riset dan menceritakan hasilnya ke saya. “Rul, saya membuat hitungan matematika tentag dinar Emas. Harga satu koin dinar Emas, ya, satu koin dinar Emas, pada 50 tahun yang akan datang itu akan menjadi Rp 3 miliar –Rp 4 miliar.” Perhitungan teman saya ini muncul bila melihat tren pergerakan harga Emas seperti sekarang ini. Yang membuat dia merasa agak bingung adalah, “Mungkin enggak, ya, Rul, harga seekor kambing itu nanti akan setara dengan harga sebuah mobil Ferrari saat ini?” Kalau Anda menjawab “mungkin”, berarti kita mulai sepaham. Menurut saya, mungkinmungkin saja 50 tahun kemudian harga seekor kambing sama dengan harga mobil Ferrari saat ini. Dahulu, ketika harga satu dinar koin Emas itu sebesar Rp 7.000 dan sekarang di atas Rp 2 juta, kan, tidak ada yang menyangka. Artinya, mungkin-mungkin saja hal itu terjadi.
www.KebunEMAS.com
Page 34
KebunEMAS
REDENOMINASI RUPIAH Dengan kondisi perekonomian dunia dan pergerakan harga Emas akhir-akhir ini, perhitungan dosen statistik sahabat saya bisa saja terwujud. Harga satu koin dinar Emas seberat 4,25 gram, di kisaran Rp 3 miliar –Rp 4 miliar. Namun, barangkali angkanya tidak bersatuan miliar, mungkin kembali ke juta. Karena apa? Dalam waktu dekat, Bank Indonesia, selaku bank sentral, sudah menyiapkan program redenominasi Rupiah. Kebijakan ini adalah upaya bank sentral untuk melakukan penyederhanaan nilai mata uang Rupiah. Rencana kebijakan ini sudah mendapat persetujuan dari pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Inti kebijakan BI ini adalah kita akan membuang tiga nol di belakang pada satuan mata uang kita. Jadi, nanti uang Rp 100.000 akan menjadi Rp 100. Dengan kebijakan redenominasi ini, kita tidak usah khawatir. Redenominasi berbeda dengan sanering, pemotongan mata uang. Pada sanering, uang Rp 100 juta itu akan menjadi Rp 100.000. Tapi, harga mobil yang Rp 100 juta, tetap Rp 100 juta. Jadi, kita rugi. Kalau redenominasi, uang Rp 100 juta akan menjadi Rp 100.000, namun harga mobil yang Rp 100 juta pun akan menjadi Rp 100.000. Itu redenominasi. Kebijakan ini akan mulai dilaksanakan tahun depan dan akan efektif berlaku pada 2019. Pada tahap awal pelaksanaan kebijakan, BI akan mencetak uang dengan nominal baru. Misalnya, Rp 1 untuk Rp 1.000, Rp 5 untuk Rp 5.000 dan seterusnya sampai Rp 100 untuk Rp 100.000. Di sini, baik mata uang lama maupun baru sama-sama berlaku. Untuk para penjual, BI meminta pencantuman dua harga. Misalnya, harga Emas batangan seberat satu gram Rp 550.000. Selain mencantumkan harga dalam nominal lama, penjual bisa menampilkan Rp 550 untuk harga Emas batangan seberat satu gram. Masa sosialisasi dan penarikan mata uang lama ini berlangsung selama enam tahun hingga tahun 2019 dan akhirnya kebijakan redenominasi ini sepenuhnya berlaku. Saya pikir, ini program bagus. Dan menurut saya, program ini harus didukung karena malulah kita ini termasuk salah satu negara yang paling banyak nolnya di seluruh Asia setelah Vietnam. Jadi, kasihan anak cucu kita nanti 50 tahun yang akan datang. Kalau anak kelas satu SD itu belajar, berapakah harga satu ekor kambing ditambah dua ekor kambing? Tiga miliar ditambah enam miliar sama dengan sembilan miliar. Tidak praktislah. Pengurangan tiga angka nol ini tidak akan ada pengaruhnya secara signifikan terhadap perekonomian.
www.KebunEMAS.com
Page 35
KebunEMAS
Mudah-mudahan harapan itu bisa terwujud, karena kita memang hanya mau menghilangkan tiga angka nol di belakang. Cuma, memang belum-belum banyak orang yang lebih dulu mengkhawatirkan dampak negatif dari kebijakan redenominasi Rupiah. Apakah kalau nilai uangnya dipotong tiga angka nolnya, harga-harga pun akan ikut turun? Nah, itu yang jadi masalah. Tapi mudah-mudahan, dampak-dampak psikologis seperti itu tidak terjadi. Ada dua skenario yang mungkin terjadi dari kebijakan ini. Pertama, nominal uang sudah hilang tiga angka nol, Rp 100.000 jadi Rp 100. Masalahnya, si penjual kambing yang membanderol harga Rp 2 juta per ekor tidak mau menurunkan harga jualnya setelah proses redenominasi berlangsung. Artinya, harga satu ekor kambil tetap Rp 2 juta, bukan Rp 2.000. Dengan kata lain, kebijakan redenominasi Rupiah ini terperosok menjadi kebijakan sanering. Tidak cuma nominal uang yang terpotong tapi beserta nilainya. Semoga skenario ini tidak menjadi kenyataan. Karena akan banyak orang yang seketika menjadi miskin bila tidak memiliki barang-barang yang menjadi kebutuhannya seharihari. Dan ujung-ujungnya, proses transaksi berlangsung secara tukar-menukar alias barter! Skenario kedua yang mungkin terjadi adalah tingkat inflasi melonjak dengan drastis. Begini detilnya. Misalnya harga sebuah notebook Rp 20 juta. Dengan kebijakan redenominasi, harga notebook itu menjadi Rp 20.000. Saat harga notebook itu Rp 20 juta, orang mau menaikkan harga jual menjadi Rp 25 juta terasa mahal. Tapi, ketika menjadi Rp 20.000, ah, naikkan saja menjadi Rp 25.000. Padahal, nilai kenaikan Rp 5.000 itu setara dengan Rp 5 juta. Itu saja mungkin masalahnya. Oleh karena itu, menurut saya, tetap kita harus selalu bersiap untuk kejadian yang paling buruk. Nah, kalau mau siap-siap, paling bagus kita nyimpen di Emas. Emas tidak akan ada masalah. Alasannya, kita menyimpan nilai atau value dari Emas itu bukan harganya.
CARA MENABUNG EMAS Lantas, ada pertanyaan begini: “Pak, bagaimana cara menabung Emas paling sederhana?” Gampang! Sebenarnya, saya punya cerita lagi, semoga menjadi inspirasi. Cerita ini tentang apa yang dilakukan ayah saya kalau mau membangun atau merenovasi rumah. Terus terang, ayah saya tidak memiliki banyak uang sebelum memulai “proyek”. Jadi, dia melakukan proses pembangunan ini secara bertahap. www.KebunEMAS.com
Page 36
KebunEMAS
Misalnya, hari ini ayah saya mendapat uang Rp 100.000. Dia langsung mendatangi toko besi. Dia menanyakan harga semen hari ini dan dijawab harga semen Rp 20.000 per sak. Ayah saya lalu mengatakan, “Saya beli lima sak semen, tapi tidak saya ambil sekarang. Saya titip dulu di sini.” Seminggu kemudian, ayah saya punya uang Rp 500.000. Dia datang lagi ke toko besi dan belanja besi, pasir, dan sebagainya senilai Rp 500.000. Lagi-lagi, barang-barang bangunan itu dia titipkan di toko besi tersebut. Ayah saya melakukan proses seperti ini berulang kali. Setelah merasa kebutuhan bahan bangunan untuk membangun rumah atau merenovasi sudah cukup dan ada uang untuk membayar tukang, barulah ayah saya mengeksekusi pembangunan rumah dan mengambil barang-barang bangunan dari toko besi. Nah, itulah cara menabung orang tua dulu. Proses yang sangat sederhana itu pun bisa kita praktikkan dengan Emas. Anda punya uang berapa pun langsung saja datangi toko Emas di kota Anda. Tanyakan berapa harga Emas tanpa ongkos cetak hari ini. Misalnya, harga Emas sekarang Rp 500.000 per gram tanpa ongkos cetak. Sebut saja, saat itu, Anda punya duit menganggur Rp 500.000 dan pas untuk membeli satu gram Emas tanpa ongkos cetak. Seperti ayah saya tadi, datangi toko Emas dan beli satu gram Emas tapi tidak untuk diambil sekarang. Anda menitipkan Emas itu disimpan di toko Emas. Beberapa waktu kemudian Anda punya uang lagi, misalnya Rp 1 juta, dan harga Emas tanpa ongkos cetak masih sama Rp 500.000. Anda beli lagi dua gram Emas dan simpan di toko Emas tersebut. Lakukan langkah tersebut terus-menerus. Begitu nanti Emas Anda sudah lima gram, atau 10 gram, atau 25 gram, Anda baru bilang sama toko Emas: Saya mau ambil fisiknya. Saat Anda akan mengambil Emas fisiknya, pertanyaan yang tebersit di benak Anda, otomatis akan saya jawab. Saya yakin, Anda bertanya-tanya kenapa tidak langsung membeli Emas batangan satu gram, atau lima gram, atau 10 gram yang sudah jadi. Bila Anda membeli Emas satu gram, toko Emas akan memberikan harga jual Rp 570.000 atau Rp 580.000. Harga ini termasuk ongkos mencetak Emas menjadi bentuk lantakan seberat satu gram. Bila Anda menabung dulu di toko Emas sampai terkumpul lima gram, atau 10 gram, atau 25 gram dan baru meminta untuk dicetak dalam bentuk batangan, ongkos cetak yang Anda bayarkan jatuhnya akan lebih murah. Silakan Anda coba hitung sendiri. Nah, cara seperti itu bisa dilakukan. Yang saya tahu, banyak toko-toko Emas di kota besar bisa menerima hal seperti itu. Di Kota Bandung jelas bisa. Di Jakarta, saya tahu www.KebunEMAS.com
Page 37
KebunEMAS
ada di pasar Cikini. Di sana banyak toko Emas yang menyediakan cara belanja Emas seperti itu. Itu cara KebunEMAS atau cara beli Emas yang paling sederhana. Baru setelah itu, Anda bisa mengambil manfaat dari kepemilikan Emas Anda lebih jauh. Cara menabung Emas model ini sekarang dikenal dengan nama POOL ACCOUNT, nantikan pembahasannya dalam Update Video KebunEMAS bulan Januari 2013 di Member Area KebunEMAS.com
www.KebunEMAS.com
Page 38
KebunEMAS
MEMBELI MASA DEPAN
BAB 5
www.KebunEMAS.com
www.KebunEMAS.com
Page 39
KebunEMAS
Membeli Masa Depan EMAS SEBAGAI LINDUNG NILAI
Video Tutorial KebunEMAS Chapter 4.1
LINDUNG NILAI Fungsi Emas yang berikutnya adalah lindung nilai atau hedging. Sebagai contoh, berikut kejadian yang saya alami sekitar tahun 1990-an. Saat itu, saya masih bekerja. Suatu ketika ada tenaga penjual (sales) asuransi yang menawari asuransi pendidikan. Dia menawarkan iming-iming, bila membeli asuransi pendidikan ini, saat anak saya mau masuk sekolah, saya tidak usah pusing memikirkan lagi biayanya. Kata dia, di tahun 2015, kalau saya ambil asuransi pendidikan itu, saya akan mendapat uang Rp 175 juta bisa untuk membayar biaya kuliah anak. Coba sekarang, Rp 175 juta itu cukup tidak buat biaya kuliah anak? Tidak cukup. Masuk fakultas kedokteran saja minimal Rp 250 juta. Cuma, waktu itu saya belum mengerti Emas. Karena saya ditawarin terus dan didesak, akhirnya, saya ambil. Di sini, saya ingin menekankan bahwa tidak ada yang salah dengan asuransi. Nanti akan saya jelaskan kenapa. www.KebunEMAS.com
Page 40
KebunEMAS
Yang saya salah, waktu itu saya sedang pegang uang Rp 25 juta, saya konsultasikan ke sales asuransi itu pemanfaatan uang tersebut. Dia menyarankan, uang itu untuk men-topup premi asuransi pendidikan yang sudah saya miliki. Sebagai iming-iming, dia menawarkan diskon pembayaran premi yang besar. Setelah itu saya tidak perlu membayar premi lagi dan tahu-tahu pada tahun 2015 saya terima uang Rp 175 juta. Itu jauh lebih murah. Akhirnya, saya setor uang Rp 25 juta. Waktu itu saya belum mengerti Emas. Sekarang, saat sudah mulai mengerti Emas, saya paling benci melihat polis asuransi pendidikan tersebut. Kenapa? Bayangkan, tahun 1990-an, harga Emas itu ternyata Rp 23.000 per gram. Artinya apa? Kalau saya punya uang Rp 25 juta, minimal saya bisa beli Emas satu kilogram saat itu. Kalau hari ini tahun 2012, saya punya satu kilogram Emas, itu artinya sama dengan saya mempunyai uang minimal Rp 550 juta. Ini harga tahun 2012, belum tahun 2015. Cukupkah kira-kira uang itu buat biaya sekolah atau kuliah anak saya? Lebih dari cukup! Saya masih punya sisa uang buat membelikan anak saya sebuah mobil Daihatsu Xenia untuk transportasi dia kuliah. Tapi, waktu itu saya belum mengerti. Akhirnya, saya terusin dengan alasan tanggung karena tinggal tiga tahun selesai. Saya tekankan lagi, tidak ada yang salah dengan asuransi. Ingat, asuransi itu manajemen risiko. Kalau Anda bayar premi setiap bulan dengan dicicil tidak melakukan top up, saat terjadi risiko dengan diri Anda, maka perusahaan asuransi yang akan meneruskan pembayaran premi asuransi hingga masa jatuh tempo. Di situlah salah satu fungsi asuransi sebagai manajemen risiko. Jadi, rugi sebetulnya mentop up asuransi karena akhirnya kita tidak dicover lagi risiko itu. Karena perusahaan asuransi sudah mendapat uang lebih dulu di depan. Karena asuransi itu manajemen risiko, kita tetap wajib membeli atau memiliki asuransi. Tapi, belilah asuransi untuk mengcover risiko, bukan untuk investasi pendidikan. Risiko itu suatu kejadian yang tidak bisa kita prediksi kapan itu terjadi. Mari kita lihat apa saja kejadian hidup kita yang bisa terjadi sewaktu-waktu: kematian, sakit, dan kecelakaan. Praktis, sebenarnya, hanya tiga risiko itu yang perlu kita manage dengan asuransi.
www.KebunEMAS.com
Page 41
KebunEMAS
Dari Video Tutorial KebunEMAS
Bagaimana dengan pendidikan? Apakah kita tidak tahu pasti kapan anak kita akan sekolah? Tidak, kan? Begitu anak kita lahir, sebagai orang tua, kita langsung tahu anak kita masuk Kelompok Bermain tiga tahun lagi, dua tahun kemudian pindah ke taman kanak-kanak (TK), dan seterusnya. Kita tahu kapan anak masuk sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), dan kuliah di perguruan tinggi. Kesimpulannya, karena waktu pendidikan bisa kita prediksi, biaya pendidikan tidak perlu kita jaga risikonya dengan asuransi semata. Sebagai orang tua, kita wajib menyiapkan perencanaan keuangan demi mEmastikan anak-anak kita mendapatkan pendidikan yang terbaik. Ada berbagai cara lain untuk memagari “risiko pendidikan”, kalau menurut saya, jauh lebih bermanfaat dengan Emas. Kita ambil contoh-contoh yang saya alami saja. Begini, tahun 2007, anak saya yang paling besar masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) Bina Insani di Bogor, Jawa Barat. Sekolah ini menyediakan jenjang pendidikan mulai dari taman kanak-kanak (TK) sampai sekolah menengah atas (SMA). Ketika saya akan mendaftarkan anak saya ke SMP, saya bertemu teman saya, yang kebetulan menjadi kepala sekolah SMA Bina Insani. Kami ngobrol-ngobrol. Sambil mengobrol, saya bertanya iseng ke teman saya berapa biaya memasukkan anak ke SMA
www.KebunEMAS.com
Page 42
KebunEMAS
Bina Insani sekarang, tahun 2007. Teman saya mengatakan, biaya masuk SMA Bina Insani saat itu sekitar Rp 10 juta – Rp 11 juta. Kebetulan saat itu saya sedang pegang uang Rp 10 jutaan. Sesampai di rumah, saya bilang ke menteri keuangan saya, maksudnya, istri saya. Saya meminta istri saya untuk menyimpan uang itu untuk jaga-jaga biaya masuk SMA tiga tahun lagi. Permintaan saya ini didasari status saya saat itu yang sudah tidak bekerja, saya menjadi pengusaha. Jadi, kalau ada uang, harus betul-betul diamankan untuk memenuhi kebutuhan penting di masa depan. Salah satu kebutuhan penting itu, menurut saya, biaya pendidikan anak-anak saya. Saya berpikir sederhana saja, buat rekening deposito di bank dan tak usah diambil bunga depositonya, biar bunga-berbunga. Jadi, pada saatnya nanti, saya tinggal menambahi kekurangan biaya masuk SMA pada 2010. Untung, istri saya cerdas. Dia lah yang mengusulkan agar saya membeli Emas dari uang yang saya punyai saat itu. Saya tidak berfikir macam-macam, hanya menganggap ide istri saya membeli Emas sebagai bentuk tabungan uang masuk SMA anak saya itu brilian. Waktu itu, harga Emas sekitar Rp 200.000 per gram. Jadi, dengan uang Rp 10 juta, saya bisa membeli Emas 50 gram. Lantas saya simpan itu Emas di Safe Deposit Box (SDB) di bank. Biaya sewanya murah di bank. Kala itu, biaya sewa SDB di Bandung sekitar Rp 350.000 per tahun. Fungsi SDB ini tidak hanya untuk menyimpan Emas, bisa juga untuk menyimpan sertifikat, ijazah, dan sebagainya. Singkat cerita, tibalah saat saya memasukkan anak ke bangku SMA pada 2010. Terus terang, saya lupa kalau punya simpanan Emas di SDB. Kala itu bulan Juni, anak saya yang pertama masuk SMA dan diterima di SMA Taruna Bakti, Bandung, Jawa Barat. Secara kualitas dan biaya, SMA ini satu level dengan SMA Bina Insani Bogor. Saat istri saya memberi tahu anak kami sudah diterima di sekolah tersebut, spontan saya tanya berapa biaya yang dibutuhkan. Istri saya mengatakan, biaya masuk SMA Taruna Bakti sekitar Rp 15 juta – Rp 16 juta. Saya tertegun, melamun, dan pikiran menerawang memikirkan cara membayar ongkos masuk sekolah tersebut. Sampai tanpa sadar saya ngomong, “Wah, duit segitu dari mana, ya.” Seketika istri saya mengingatkan bahwa saya pernah membeli Emas sebagai tabungan untuk membayar biaya masuk SMA anak kami. Kebetulan, istri saya selalu mencatat www.KebunEMAS.com
Page 43
KebunEMAS
semua barang yang kami simpan di SDB. Di situ, tertulis, Emas 50 gram untuk sekolah Larastanti, nama anak saya yang waktu itu akan masuk SMA. Anda tahu berapa harga Emas 50 gram bulan Juni 2010? Harganya Rp 16 juta – Rp 17,5 juta. Coba! Terbukti! Emas 50 gram yang saya simpan masih cukup untuk membiayai anak saya masuk SMA, kan? Pengalaman ini benar-benar saya alami. Coba seandainya uang Rp 10 juta itu saya depositokan dan saya biarkan bunga berbunga. Saya sudah hitung, uang saya pada Juni 2010 paling banyak sekitar Rp 13 juta. Itu pun belum dipotong pajak. Lalu, bagaimana bila kita lihat biaya masuk SMA saat ini, di tahun 2012? Harga Emas 50 gram sekitar Rp 25 juta – Rp 26 juta. Mau tahu berapa biaya masuk SMA Taruna Bakti sekarang? Saat ini, biaya masuk SMA Taruna Bakti sekitar Rp 22 juta – Rp 23 juta. Artinya, Emas simpanan saya masih cukup, bahkan, masih ada sisa untuk membayar biaya masuk sekolah ini.
EMAS MENGUKUR MASA DEPAN Kisah membiayai anak masuk SMA dengan Emas ini menginspirasi saya dalam banyak hal tentang Emas. Dan saya ikut kata ibu saya, jangan pernah kamu jual Emasnya. Emas 50 gram itu saya gadaikan ke bank syariah. Uang gadainya baru dipakai buat bayar anak saya masuk sekolah, kemudian Emas itu caya cicil. Tahun 2012 kemarin, bulan April, Emas yang 50 gram ini lunas. Pada Juni 2012, anak saya yang kedua masuk SMP. Jadi, Emas ini sudah bisa membiayai dua anak saya masuk sekolah. Dan tidak saya jual juga. Saya gadaikan lagi untuk masuk sekolah anak saya yang kedua. Nanti, Emas itu saya cicil lagi untuk adiknya lagi. Detilnya, saya jelaskan nanti. Yang ingin saya sampaikan, bahwa ini cerita menjadi inspirasi yang luar biasa sekali bagi saya. Jadi, dari cerita tadi, saya punya kesimpulan berikutnya. Bahwa Emas bisa dijadikan alat ukur. Kita bisa mengukur biaya di masa yang akan datang menggunakan Emas secara sederhana. Contoh, anak saya lima tahun lagi mau masuk perguruan tinggi. Anda bisa mengukur berapa biaya masuk perguruan tinggi lima tahun yang akan datang? Buka excel hitung net present value dan net future value. Wah, pusing!
www.KebunEMAS.com
Page 44
KebunEMAS
Dengan Emas, simple! Gampang sekali mengukur biaya masuk perguruan tinggi lima tahun lagi. Datang saja ke perguruan tinggi yang Anda incar. Misalnya, anak saya mau kuliah di Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung. Datang ke Unpar dan tanya berapa biaya masuk ke Unpar. Sebut saja, biaya masuk Unpar tahun 2012 misalnya sebesar Rp 100 juta. Pulang dari sana, mampirlah ke toko Emas. Tanya harga Emas sekarang. Misalnya, biar gampang menghitung saja, harga Emas tahun 2012 itu Rp 500.000 per gram. Berarti, untuk bayar uang kuliah Rp 100 juta, kalau kita ukur dengan harga Emas sekarang itu sekitar 200 gram Emas. Langkah selanjutnya, cari 200 gram Emas! Jangan mencari uang Rp 100 juta. Kalau Anda bisa menabung Emas kemudian Emas Anda dapat 200 gram, maka mau tahun 2017, lima tahun yang akan datang, atau tahun 2020, mau sepuluh tahun, mau 20 tahun yang akan datang, saya yakin Emas yang 200 gram itu masih cukup untuk biaya anak Anda masuk Unpar. Saya jamin, sudah saya coba. Jadi, jangan nabung uang Rp 100 juta. Karena, begitu tabungan Anda Rp 100 juta terkumpul, uang itu sudah tidak akan cukup untuk biaya masuk ke perguruan tinggi lima tahun yang akan datang. Jadi, segera menabung Emas 200 gram.
Masa Depan Ada Di Genggaman Sejak Sekarang
Jadi, mengukur biaya di masa yang akan datang dengan Emas itu simple dan gampang. Cuma, masalahnya, bagaimana caranya bisa mendapat Emas 200 gram itu sekarang? Bukan tahun depan atau dua tahun yang akan datang. Kalau dahulu, caranya macam-macam. Ada cara beli-gadai, kemudian dicicil. Kalau sekarang, PT Pegadaian dan bank syariah sudah menyediakan skema cicilan Emas, bahkan sudah mulai juga lembaga-lembaga non-bank yang menawarkan fasilitas ini. Ambil, pakai cicilan Emas! Ada pertanyaan: “Apa memang untung pakai cicilan Emas?”
www.KebunEMAS.com
Page 45
KebunEMAS
Dengan konsep cicilan Emas, sebetulnya kita membeli Emas di harga hari ini. Kita beli misalkan harga Emas hari ini sekitar Rp 100 juta. Oke, deal. Saya ambil Emas 200 gram hari ini dengan harga Rp 100 juta. Uang mukanya (downpayment/DP), misalnya 20%. Berarti, Anda bayar DP Rp 20 juta, utang Anda Rp 80 juta. Tapi, Anda sudah punya Emas walaupun Emasnya masih disimpan di bank. Anda membayar cicilan selama tiga tahun atau lima tahun. Dengan begitu, Anda membeli harga Emas dengan harga hari ini kemudian Anda cicil utangnya Rp 80 juta. Utang ini tidak akan berubah walaupun harga Emas naik. Harga Emas naik, itu sudah pasti. Tapi, utang Anda tetap Rp 80 juta. Bahkan, berkurang karena kita cicil tiap bulan. Jadi, mencicil Emas itu bagus. Emas bisa dipakai untuk mengukur biaya di masa yang akan datang. Mencicil Emas itu sama dengan kita membeli masa depan. Masa depannya dibeli sekarang. Ini yang saya bilang Emas jauh lebih besar manfaatnya daripada kegunaannya.
Dari Video Tutorial KebunEMAS
www.KebunEMAS.com
Page 46
KebunEMAS
KEAJAIBAN GADAI EMAS
BAB 6
www.KebunEMAS.com
www.KebunEMAS.com
Page 47
KebunEMAS
Keajaiban GADAI EMAS EMAS SEBAGAI LINDUNG NILAI
Video Tutorial KebunEMAS Chapter 4.2
GADAI EMAS Saya ingin menerangkan bagaimana sih sebetulnya konsep gadai. Kalau dahulu, gadai hanya ada di pegadaian. Sekarang ini, bank-bank syariah sudah banyak yang mempunyai produk gadai Emas. Selain itu lembaga-lembaga non-bank pun banyak yang menawarkan layanan ini. Dan, produk-produknya cukup menarik. Satu yang perlu Anda ingat, skema gadai ini sejatinya adalah utang. Seperti halnya kredit, namanya utang dari lembaga keuangan, membutuhkan agunan atau jaminan. Perbedaan gadai dengan kredit, biasanya, barang yang menjadi agunan atas gadai itu sesuatu yang sudah kita miliki. Secara sederhana, sistem gadai itu hampir sama di semua lembaga gadai, termasuk bank syariah. Maksimum jangka waktu gadai hanya empat bulan, tapi bisa diperpanjang oleh nasabah atau konsumen.
www.KebunEMAS.com
Page 48
KebunEMAS
Selama empat bulan itu, kita tidak harus bayar apa-apa. Namun, ketika gadai itu jatuh tempo di bulan ke-4, kita wajib melunasi gadainya kemudian membayar biaya titipnya. Maksudnya, bayar biaya jasa penitipan karena kita menitipkan atau menggadaikan barang di lembaga tersebut. Kalau di lembaga umum, mungkin, disebutnya bunga. Tapi, di bank syariah, istilah bunga itu disebut dengan biaya titip. Kita harus bayar biaya titipnya. Nah, seandainya kita belum punya uang untuk melunasi utang pokoknya, kita boleh saja hanya membayar biaya titip atau bunganya saja. Kemudian, jangka waktu gadainya diperpanjang lagi empat bulan. Dan, ini juga bisa berlaku untuk empat bulan berikutnya. Hitungannya juga sama. Kita boleh bayar biaya titipnya saja alias bunganya. Jangka waktu gadainya diperpanjang lagi. Modelnya seperti itu.
Dari Video Tutorial KebunEMAS
BIAYA TITIP DAN BUNGA Perbedaan istilah untuk ongkos gadai antara PT Pegadaian dan perbankan syariah itu tak sekadar nama semata. Sejatinya, biaya titip itu berbeda dengan bunga. Jadi, ini yang harus dimengerti bersama.
www.KebunEMAS.com
Page 49
KebunEMAS
Ini yang membedakan antara konsep bunga dengan biaya titip. Kalau bunga itu hitungannya terhadap value, terhadap nilai utang. Kalau biaya titip cara perhitungannya terhadap barang. Jadi, misalnya, Anda menggadaikan Emas 25 gram di bank syariah kemudian Anda mendapat uang Rp 10 juta sebagai pinjamannya. Sesuai prinsip syariah, bank syariah tidak boleh mengenakan tambahan biaya apapun atas pinjaman Anda yang Rp 10 juta itu. Kalau ada pengenaan biaya atau kewajiban pengembalian lebih atas pinjaman yang diberikan, itu namanya riba. Di sisi lain, bank syariah butuh pEmasukan untuk “menjaga” Emas yang menjadi agunan atas pinjaman berskema gadai. Dari sini, muncul istilah biaya titip Emas atau ujroh di gadai Emas bank syariah. Nah, langsung saja ke perbedaan aplikasi bunga dan biaya titip dalam gadai. Kalau bunga mengitung dari total pinjaman, misalnya Rp 10 juta. Kalau biaya titip, pinjamannya bebas, tidak dikenakan biaya. Tapi, barang yang dititipkannya yang dikenakan biaya. Ini karena kita menggunakan jasa mereka sebagai tempat penitipan. Jadi, kalau ilustrasinya seperti berikut ini. Misalnya, Anda datang ke rumah saya bawa mobil. Pak Rully, saya mau pinjam uang Rp 10 juta sampai dengan saya bisa melunasi uang, saya saya titipkan mobil saya sebagai jaminan. Boleh saya bilang, ini uang Rp 10 juta Anda pakai. Saya tak mengenakan bunga atau biaya apapun terhadap uang yang Anda pinjam. Tapi tolong mobil yang dititipkan di parkir di halaman saya itu bayar ongkos parkirnya. Kurang lebih ilustrasinya seperti itu. Jadi, dalam konteks menggadaikan Emas tadi, Anda mambayar uang biaya untuk penitipan atau pemeliharaan Emas yang Anda titipkan. Maka, jangan heran jika dalam konsep bunga, jika terjadi pengurangan pokok utang, bunganya pun juga akan berkurang. Di bank syariah, karena konsepnya terhadap barang yang Anda titipkan, walaupun utang pokoknya dikurangi, biaya tidak berkurang selama yang dititipkannya tetap Emas 25 gram. Inilah yang membedakan antara biaya titip dan konsep bunga. Tetapi di beberapa bank syariah ada yang memberikan kelonggaran atau diskon. Ketika pokok utang itu berkurang, biaya titipnya didiskon. Maka, kadang-kadang istilah di bank syariah itu bukan persentase, tapi berapa biaya titipnya. Misalnya, biaya titip 4.000 rupiah/gram per bulan.
www.KebunEMAS.com
Page 50
KebunEMAS
Kalau konsep di bank syariah, biaya titip Rp 4.000 per gram inilah yang didiskon ketika pokoknya dikurangi. Konsepnya seperti itu. Jadi, sekali lagi, inilah yang membedakan antara konsep bunga dengan biaya titip.
LINDUNG NILAI BISNIS DENGAN EMAS Saya mau bisnis. Saya punya uang Rp 300 juta. Uang itu mau saya pakai untuk modal bisnis. Kemudian dari hasil bisnis itu saya tabungkan. Saya menabung dari keuntungan bisnis. Tiap bulan saya menabung. Setelah tiga sampai empat tahun kemudian tabungan saya ini nilainya mencapai Rp 300 juta. Orang akuntansi manapun, orang keuangan manapun, akan bilang, saya sudah balik modal. Cuma, saya orang KebunEMAS. Menurut saya, keuntungan berupa tabungan sejumlah Rp 300 juta itu belum balik modal. Kenapa? Karena uang Rp 300 juta, tiga sampai empat tahun kemudian tidak dapat membeli bisnis yang sama. Tidak akan bisa. Jadi, menurut saya, belum balik modal. Coba kalau begini, misalnya. Memang, uangnya harus dilebihkan. Misalnya, uangnya jadi Rp 340 juta. Tapi ingat, Rp 340 juta adalah uang dari tabungan. Uang Anda sendiri dan bukan utang. Kalau uang utang, tidak saya sarankan. Uang cash Rp 340 juta ini saya belikan Emas dahulu. Kemudian, Emas tersebut saya gadaikan ke bank. Uang hasil gadainya saya pakai buat modal bisnis. Uang dari Emas yang digadaikan itu dipakai untuk modal bisnis. Masa atau jangka waktu gadai itu per empat bulan. Anda harus membayar biaya titip alias bunga sebesar “x”. Maka, kita bagi empat “x” itu untuk mendapatkan angka per bulan. Misalnya “x” ini sekitar Rp 12 juta per empat bulan, kita bagi empat. Berarti, per bulan Anda harus sediakan uang untuk biaya titip sekitar Rp 3 juta. Nah, dari hasil bisnis yang sudah kita jalankan, kita sisihkan dua kali biaya titip. Jadi, kalau biaya titipnya Rp 3 juta per bulan, kita sisihkan Rp 6 juta. Jadi, kita menabung dua kali biaya titip. Dalam kasus ini jadinya kita menabung sekitar Rp 6 juta. Anda menabung tiap bulan sebesar dua kali biaya titip. Nah, di bulan ke empat pada saat gadainya jatuh tempo, maka Anda akan punya tabungan Rp 24 juta (Rp 6 juta x 4). Tabungan ini dari hasil bisnis.
www.KebunEMAS.com
Page 51
KebunEMAS
Kemudian, ketika gadainya jatuh tempo, kita wajib membayar biaya titip. Biaya titipnya Rp 12 juta (Rp 3 juta per bulan x 4). Sementara Anda punya uang dari tabungan tadi Rp 24 juta. Nah, selanjutnya, uang Rp 24 juta itu pada saat gadainya jatuh tempo, kita bagi dua. Jadi, Rp 12 juta untuk bayar biaya titip, sisanya (Rp 12 juta) untuk mengurangi pokok utang. Jadi, pokok utangnya dikurangi, kemudian gadainya diperpanjang lagi. Nanti, empat bulan berikutnya lakukan hal yang sama. Kalau ini dilakukan terus-menerus selama tiga sampai empat tahun, maka Emas yang kita gadaikan tadi lunas di tangan. Kita pegang. Jadi milik kita kembali. Nah, itu yang saya sebut balik modal. Karena Emas yang sama itu bisa membeli bisnis yang sama di tahun-tahun mendatang. Beberapa kasus yang sering terjadi, kita sering mendapat tawaran dari bank. “Pak, ini harga Emasnya naik. Jika bapak ingin Emas gadainya ditambah lagi utangnya, bisa nih pak.” Ingat pesan saya, jangan terpancing dan tergoda! Tujuan kita yang utama adalah melunasi dan menguasai kembali Emasnya. Kenapa? Karena itu modal kita. Itu modal bisnis kita. Kalau saya pribadi lebih memilih cara yang tadi. Menyisihkan uang dua kali biaya titip dan mengurangi pokok hutang pada saat perpanjangan. Ini pengalaman saya dengan salah satu bisnis saya... Waktu itu saya punya Emas 1,5 kg. Emas tersebut saya gadaikan. Saya memperoleh uang Rp 400 juta. Uang tersebut saya jadikan modal bisnis. Setiap bulan saya harus membayar biaya titip sekitar Rp 5 juta. Lantas, saya meminta kepada manajer di tempat bisnis saya itu. Saya minta tolong agar setiap bulan harus menabung dari keuntungan bisnis sebesar Rp 10 juta. Coba Anda bayangkan, sebuah bisnis dengan modal Rp 400 juta harus mampu menyisihkan uang Rp 10 juta per bulan. Mampu atau tidak? Menurut saya, sih, harusnya sangat mampu. Kalau tidak mampu, pasti ada yang salah pada bisnisnya. Yang salah bukan gadainya. Yang salah bisnisnya. Pasti ada yang enggak bener. Kalau menurut saya, tidak mampu menyisihkan Rp 10 juta sebulan mendingan ditutup saja bisnis itu. Dan ternyata, manajer saya mampu. Setiap bulan tidak pernah salah. Tidak pernah kurang. Setiap bulan, dia menyisihkan dari hasil bisnis sebesar Rp 10 juta. Empat bulan kemudian gadai Emas saya tadi jatuh tempo. Saya punya kewajiban membayar biaya titip Rp 20 juta (biaya titip Rp 5 juta per bulan x 4 bulan). Sementara www.KebunEMAS.com
Page 52
KebunEMAS
saya punya tabungan sebesar Rp 40 juta (uang yang disisikan per bulan Rp 10 juta x 4 bulan). Uang Rp 40 juta ini saya bagi dua. Yang Rp 20 juta saya pakai bayar biaya titip, yang Rp 20 juta lagi saya pakai untuk kurangi pokok utang pada saat perpanjangan gadai. Ini sudah berlangsung sejak tahun 2009. Anda tahu berapa sisa pokok utang saya dua tahun kemudian (2012)? Sisa pokok utang saya sekarang sekitar Rp 220 juta. Dan anda tahu berapa harga Emas 1,5 kg sekarang 2012? Harga Emas 1,5 kg itu sekarang sekitar Rp 800 juta. Kalau saya tidak mampu bayar cicilannya, misalnya, bisnis saya bangkrut, saya jual saja Emasnya, saya bisa memperoleh Rp 800 juta. Bayar utangnya Rp 220 juta sisanya Rp 500 juta lebih, masih bisa saya ambil. Coba kalau misalkan Emas 1,5 kg itu tidak saya gadai tapi saya jual kemudian uangnya saya pakai buat modal. Mana yang lebih menguntungkan? Kalau saya, lebih cenderung untuk digadaikan saja. Jadi, itu salah satu konsep dari KebunEMAS yang menurut saya sangat menarik untuk melindungi nilai (lindung nilai) bisnis atau usaha Anda. Tapi saya sarankan, metodenya seperti itu tadi: kurangi pokoknya, bayar biaya titipnya, perpanjang masa gadainya.
Jangan Tergiur Untuk Menaikan Pokok Hutang Saat Harga EMAS NAIK !!
Ketika Emas naik luar biasa tinggi tahun 2011, banyak lembaga gadai yang menawarkan tambahan utang atas Emas yang saya gadaikan tersebut. Bank menawarkan ke saya agar utangnya di-upgrade karena harga Emasnya naik. Jadi, nanti saya akan dapat tambahan pinjaman lagi. Saya bilang tidak mau. Buat apa? Saya harus cicil utang saya. Saya harus kuasai lagi Emasnya karena ini modal bisnis saya. Jadi, saya tidak tertarik tawaran tambahan utang tersebut.
www.KebunEMAS.com
Page 53
KebunEMAS
Daripada saya perbesar utang dan saya mendapat uang lebih, tapi sementara kapasitas bisnis saya tetap, buat saya jauh lebih baik menguasai kembali Emasnya. Soalnya, uangnya buat apa? Karena bisnis saya sedang tidak butuh uang pada saat itu. Target saya, Emas itu harus lunas. Jadi, saya kurangi terus utang pokoknya. Karena, saya pikir kalau saya bisa melunasi gadainya, Emas ini berarti milik saya. Saya bisa balik modal dan bisa mengembangkan lagi bisnisnya. Contoh lain, tapi ini syaratnya uang cash, bukan uang pinjaman, saat itu ahir tahun 2008 saya ingat harga Emas Rp 300.000 per gram. Saya punya uang cash sekitar Rp 300 juta. Uang itu saya belikan Emas. Saya memperoleh Emas satu kilogram dan kebetulan saya saat itu sedang butuh mobil. Akhirnya, uang tersebut saya belikan dulu Emas dapat 1 kg, Emasnya saya gadaikan dapat uang Rp 250 juta. Baru uang itu saya pakai untuk membeli mobil. Dapat Honda Freed baru dari show room. Waktu itu Honda Freed baru keluar. Sarannya, ingat, ini uangnya harus uang cash bukan uang pinjaman.
Dari Video Tutorial KebunEMAS
Ingat kalau uang pinjaman, logika aja, Anda harus bayar bunganya dua kali lipat. Ya bunga gadainya, ya bunga pinjamannya. Jadi, harus uang cash... Setiap empat bulan, saya kurangi pokoknya. Caranya, saya sisihkan dua kali biaya titip setiap bulan. Kemudian, tiap empat bulan saya, saya kurangi pokoknya. Saya anggap saja saya mencicil ke leasing. Sama saja ‘kan? www.KebunEMAS.com
Page 54
KebunEMAS
Motivasi saya hanya satu. Kalau saya bisa melunasi Emasnya, saya bisa beli mobil baru. Risikonya, kalau saya tidak mampu mengurangi pokok utangnya, jual saja Emasnya, lantas lunasi utangnya. Hilang dong Emasnya, nggak apa-apa, orang niatnya juga untuk membeli mobil kok. Betul enggak? Tiga tahun kemudian, gadai ini lunas. Saya ingat persis. Emas yang satu kilogram lunas, bali lagi ke saya... Tahu enggak, ketika lunas, harga Emas itu Rp 400.000 per gram. Artinya, Emas 1 kg setara dengan Rp 400 juta. Honda Freed-nya masih ada, Emasnya lunas, dan saya bisa beli mobil lainnya. Saya beli Honda CRV saat itu. Honda CRV harganya Rp 380 juta. Sekali lagi, saya tidak jual Emasnya. Saya gadaikan, beliin CRV. Nah, sekarang saya dalam posisi mencicil gadi Emas itu, yang bekas untuk membeli CRV. Dengan harapan suatu saat, saya bisa lunasin Emas itu, saya bisa ganti mobil lagi. Emas itu sekarang sudah mau lunas. Kira-kira dua tahun lagi lunas. Sekarang saja, Emas satu kilogram itu sudah Rp 540 juta. Nanti kalau CRV-nya saya jual, Emasnya kemudian saya jual, saya bisa membeli mobil baru. Mungkin jadi Alphard. Tapi ingat, uangnya bukan uang utang. Saya sering melakukan ini. Tapi, ingat, sekali lagi, Anda harus dana untuk mengurangi pokoknya. Anda harus mampu menyisihkan dua kali biaya titip setiap bulan supaya Emas itu bisa Anda kuasai kembali. Umroh saya juga begitu. Untuk biaya umroh waktu itu, saya bertiga dengan istri dan anak saya habis Rp 75–100 juta. Uangnya tidak dipakai langsung untuk bayar umroh. Saya belikan Emas dulu kemudian saya gadaikan. Uang gadainya baru saya pakai untuk berangkat umroh. Tapi kemudian saya kurangi pokok utangnya setiap empat bulan. Motivasinya, kalau saya bisa melunasi gadai itu, Emasnya balik lagi, berarti saya bisa berangkat umroh lagi. Saya senang jalan-jalan ke luar negeri. Itu juga sama caranya. Begitu ada uang, saya belikan Emas dulu. Emasnya saya gadai. Uang gadainya baru saya pakai jalan-jalan. Pulang dari jalan-jalan ‘kan saya punya utang gadai tuh. Ya, saya kurangi pokoknya. Motivasinya, kalau saya bisa lunasin Emas yang untuk dipakai jalan-jalan itu, berarti saya bisa pergi jalan-jalan lagi. Tapi, kalau tidak bisa, Emas tinggal dijual, lunasin utangnya selesai.
www.KebunEMAS.com
Page 55
KebunEMAS
Atau, kalau kondisinya, misalnya, sudah terlalu berat. Tinggal jual saja, kemudian utangnya dilunasi pakai hasil jual Emas itu. Hilang dong pak uangnya? Ya enggak apaapa. Orang niat awalnya juga buat jalan-jalan kok.
www.KebunEMAS.com
Page 56
KebunEMAS
NILAI EMAS JADI UKURAN
BAB 7
www.KebunEMAS.com
www.KebunEMAS.com
Page 57
KebunEMAS
Nilai EMAS Jadi Ukuran EMAS SEBAGAI LINDUNG NILAI
Video Tutorial KebunEMAS Chapter 4.3
ALAT UKUR HARGA PROPERTI Kita sudah bercerita bahwa Emas paling gampang untuk mengukur biaya di masa akan datang. Ini salah satu konsep Emas sebagai lindung nilai. Jadi, daya beli Anda tidak turun nilainya. Tetap sama. Emas juga bisa menjadi alat ukur untuk properti. Ini buat teman-teman atau sahabat KebunEMAS yang senang bermain properti. Contoh begini. Pada tahun 2007, saya membeli sebuah rumah di Bogor Nirwana Residence. Harga rumah itu Rp 1 miliar. Jika diukur dengan Emas pada waktu itu (tahun 2007) sekitar Rp 200.000 per gram, maka nilai rumah tersebut setara dengan lima kilogram (5 kg) Emas. Tiga tahun kemudian (tahun 2010), rumah itu saya jual. Laku Rp 1,4 miliar. Wah, senangnya. Rumah baru tiga tahun, saya jual sudah untung Rp 400 juta. www.KebunEMAS.com
Page 58
KebunEMAS
Tapi, jangan senang dulu. Sebaiknya, ukur lagi nilai jual rumah itu dengan Emas. Apakah mampu uang Rp 1,4 miliar itu untuk membeli Emas lagi sekitar 5 kg pada tahun itu (2010)? Nah, di situ barulah saya berpikir. Ternyata, saya salah. Karena, saat itu uang Rp 1,4 miliar hanya bisa untuk membeli 4,7 kg Emas. Artinya apa? Saya rugi. Rumah itu saya jual kemurahan. Jadi, Emas bisa dipakai untuk alat ukur ketika Anda membeli dan menjual properti. Ukurlah menggunakan Emas. Berapa kilogram Emas ketika Anda membeli properti tersebut dan saat menjualnya. Minimal, Anda harus memperoleh jumlah Emas yang sama. Karena Emas alat ukur yang sebenarnya. Kalau tidak bisa membeli jumlah Emas yang sama, berarti sebetulnya Anda salah menjual properti itu. Anda rugi! Harusnya, minimal sama. Atau, harusnya lebih. Itu baru untung. Jadi, jangan terpancing hanya karena nilai uangnya yang bertambah. Belum tentu Anda sudah untung! Ingat cerita tentang deposito? Saya paling sedih saat mengingat cerita ini. Kenapa? Tahun 2007, ternyata kami bisa membeli 5 kg Emas dengan uang Rp 1 miliar. Bulan September tahun 2012, uang Rp 1 miliar itu untuk beli Emas 2 kg saja masih kurang.
Dari Video Tutorial KebunEMAS
www.KebunEMAS.com
Page 59
KebunEMAS
KELEBIHAN SIFAT EMAS Saya ingat ketika tahun 1990-an. Ketika saya pertama kali bekerja, gaji saya waktu itu Rp 1 juta. Sangat cukup gaji segitu di tahun 1990-an. Saya tinggal dan Indekos di Setiabudi - Jakarta. Cukup nyamanlah, hidup dengan Rp 1 juta. Bisa pulang ke Bandung, bertemu orang tua. Bisa ngasih uang orang tua. Bisa nongkrong di Hard Rock dua minggu sekali. Kalau diukur dengan Emas, tahun 1900-an itu harga Emas masih Rp 23.000 per gram. Uang Rp 1 juta itu setara dengan 43 gram. Jadi, kalau Anda ingin kerja dengan gaji yang nyaman pada tahun 2012 ini, ukur saja 43 gram itu sekarang setara dengan uang berapa? Lebih kurang setara dengan Rp 23-24 juta per bulan. Itu baru nyaman. Coba ukur, Anda pertama kali kerja dapat gaji berapa. Ukur dengan Emas saat pertama kerja. Terus, gaji Anda naik sekarang, ukur lagi sama Emas. Bisa untuk membeli Emas yang sama atau enggak? Kalau tidak bisa, berarti sebetulnya Anda enggak naik gaji. Daya beli Anda berkurang. Jadi kalau mau protes sama bos, mau naik gaji, ukurlah dengan Emas. Itu yang paling benar. Coba rasakan dan hitung. Maka, jangan heran kalau penghasilan naik tapi hidup masih susah. Ya, itu tadi. Karena kenaikannya itu tidak seimbang dengan inflasinya. Ingat, Emas itu inflasinya nol. Itu Emas sebagai alat ukur. Kemudian, ada sifat Emas yang lain. Emas itu mudah. Artinya, mudah diperoleh. Anda mau beli di mana pun gampang. Mau beli di Bandung, jual di Medan atau mau beli di Medan jual di Jakarta, bahkan mau beli di Jakarta, jualnya di Surabaya. Atau, mau beli di Bali jualnya di Amerika, sama saja. Gampang! Jadi, Emas itu mudah diperoleh. Mudah dibawa. Anda punya uang Rp 1 Milliar-Rp 2 Milliar, mungkin butuh ransel untuk menampung uang itu. Tapi Anda punya Emas 3 kg, masuk tuh ke saku celana. Jadi, Emas punya sifat mudah, mudah diperoleh, mudah dibawa, mudah disimpan, mudah dicairkan. Saya pernah kok jual Emas di London. Saya pernah jual Emas di Prancis. Jadi, kalau saya ke luar negri, saya selalu bawa 2 atau 3 batang. Istri saya pegang 2 batang, saya pegang 2 batang, yang 25 gram an, simpan di dompet. Saya sudah merasakan Emas itu sebagai universal currency. Waktu di Perancis, saya jual Emas, di harga saat itu. Padahal yang saya bawa/jual itu Emas Antam. Saya pernah jual juga di London karena ingin tukar beli Emas yang produksi sana. Bisa! Dihargai dengan harga Emas saat itu. www.KebunEMAS.com
Page 60
KebunEMAS
Jadi, Emas itu mudah diperoleh, mudah dibawa, mudah disimpan, mudah dicairkan, dimana saja dan kapan saja. Kelemahannya, mudah hilang, mudah dicuri. Oleh karena itu, kalau punya Emas, saya sarankan tidak disimpan di rumah. Sewalah safe deposit box di bank. Ada pertanyaan, memang aman safe deposit box? Kan ada juga safe deposit box yang isinya dicuri? Ya, tapi itu kan persentasinya kecil sekali. Kalau saya mikirnya simple. Dibandingkan saya meletakkan di rumah, ada risikonya. Ditaruh di safe deposit box juga ada risikonya. Mana risiko yang lebih kecil? Ya jelas, di safe deposit box. Ruangan Safe Deposit Box terjaga dan tahan api dengan kondisi khusus. Saya punya safe deposit box untuk EmasEmas fisik yang sudah dikuasai. Murah kok. Banyak di bank-bank besar itu. Anda tinggal datang ke bank besar, bilang mau sewa safe deposit box. Bank tidak menjamin isi safe deposit box. Dia hanya menyewakan tempat dan kita juga bisa pakai untuk menyimpan ijazah, simpan sertifikat rumah, dan sebagainya. Memang sih, kalau orang tua zaman dulu, mereka gali tanah, simpan di bawah tanah. Ya, it's okay karena itu zaman dulu. Tapi, kalau zaman sekarang, 'kan sudah ada safe deposit box. Lebih praktis. Emas ini juga sifatnya sangat pribadi. Maksudnya, kalau Anda punya uang Rp 1 miliar terus disimpan di bank, minimal teller bank itu tahu Anda punya uang Rp 1 miliar, lebih jauh lagi PPATK dan sebagainya, tahu kalau Anda punya uang Rp 1 miliar. Tapi, Anda punya Emas 3 kg, tidak ada yang tahu selain orang yang Anda kasih tahu. Ya, sangat pribadi. Tidak ada orang yang tahu. Tidak kena pajak pula. Ya, karena sifatnya itu sangat pribadi. Tidak ada penyusutan. Berbeda dengan beli asuransi pendidikan. Begitu Anda bayar, uang Anda sudah berkurang 10-15%, untuk apa? itu jatah agen. Kok bisa tahu? Orang saya pernah jadi agen asuransi kok. Jadi, belum apa-apa, investasi Anda itu sudah hilang 10-15%. Tapi, Emas tidak. Jadi, Emas tidak ada penyusutan. Keindahan dan kebanggaan itu hal lain tentang Emas. Jadi, kalau Anda pegang Emas itu ada perasaan bangga dan senang. Itu pasti. Saya punya pengalaman menarik yang mungkin bisa Anda tiru, saya selalu menyimpan 1 batang Emas di dompet. Jadi, saran saya, kalau Anda punya uang lebih, cobalah beli Emas. Ya, jangan gede-gede-lah. Maksimum 25 gram. Kemudian, simpan di dompet. www.KebunEMAS.com
Page 61
KebunEMAS
Coba, pagi-pagi, kalau sedang sarapan pagi, buka dompet terus Emasnya dilihat, hati rasanya senang sekali. Jadi, ada sebuah motivasi luar biasa di dalam diri kita...
www.KebunEMAS.com
Page 62
KebunEMAS
KEMANA HARGA EMAS BERGERAK
BAB 8
www.KebunEMAS.com
www.KebunEMAS.com
Page 63
KebunEMAS
Kemana EMAS Bergerak EMAS SETIAP LIMA TAHUN
Video Tutorial KebunEMAS Chapter 5
NAIK DUA KALI LIPAT Sejauh mana harga Emas bergerak? Berapa kenaikannya? Ke arah mana harga Emas menuju? Saya pernah ikut seminar tentang Emas. Pembicara seminar sangat yakin dan dengan berapi-api bilang, Emas itu harganya naik 25% setiap tahun. Menurut saya, ini pernyataan berbahaya. Saya setuju Emas dalam jangka panjang cenderung naik. Sering saya dapat pertanyaan, berapakah kenaikan harga Emas tiap tahun? Lihat, secara jangka pendek memang Emas sangat tajam turun-naiknya. Secara jangka panjang, dia naik. Tapi, bukan berarti bisa dipastikan 20%-25% per tahun. Sekali lagi, penyataan mEmastikan persentase kenaikan Emas itu berbahaya.
www.KebunEMAS.com
Page 64
KebunEMAS
Jadi, kalau ada orang yang menanyakan, berapa kenaikan harga Emas setiap tahun? Jawaban saya, Emas naik dua kali lipat, minimal dua kali lipat setiap lima tahun. Apakah artinya benar-benar harga Emas rata-rata naik 20% per tahun? Belum tentu!
Grafik Harga EMAS Rupiah 10 Tahun Terahir
Memang, setiap lima tahun, kenaikannya minimal dua kali lipat. Tapi, inilah uniknya Emas, bukan berarti setiap tahun naik 20% harganya.
www.KebunEMAS.com
Page 65
KebunEMAS
Trend Harga Rata-Rata Emas Setiap Tahun Selama 10 Tahun
Saya punya data. Coba kita lihat grafik di atas. Anda perhatikan tahun 2002. Harga Emas itu Rp 85.000 per gram. Nah, coba bawa lima tahun ke depan. Tahun 2007, harga Emas Rp 206.000 per gram atau naik lebih dari dua kali lipat dari tahun 2002, bahkan lebih. Tahun 2002 masih Rp 85.000, sementara tahun 2007 sudah Rp 206.000 per gram. Ok, sekarang Anda lihat tahun 2003. Waktu itu harga Emas Rp 100.000 per gram. Lima tahun kemudian, pada tahun 2008, harga Emas Rp 250.000 per gram. Naik sekitar lebih dari dua kali lipat. Terus, Anda lihat tahun 2004 saat harga Emas Rp 100.000 per gram. Nah, coba Anda perhatikan dari tahun 2003 sampai 2004. Tidak ada kenaikan, bahkan pernah turun dalam satu tahun. Tapi, coba Anda tarik dari tahun 2004 ke tahun 2009. Harga Emas naik tiga kali lipat. Lebih dari dua kali lipat kenaikannya, kan? Sekarang lihat tahun 2005. Harga Emas pada waktu itu Rp 140.000 per gram. Lima tahun kemudian, tahun 2010, harga Emas Rp 360.000 per gram. Harga Emas naik lebih dari dua kali lipat. Tahun 2006, harga Emas Rp 165.000 per gram. Lima tahun kemudian, tahun 2011 harga Emas lebih dari Rp 450.000 per gram. Harganya juga lebih dari dua kali lipat. www.KebunEMAS.com
Page 66
KebunEMAS
MENCICIL EMAS Jadi, setiap lima tahun, kenaikan harga Emas lebih dari dua kali lipat. Oleh karena itu, saya sering menyarankan, kalau mau mencicil Emas atau membeli Emas dengan cara mencicil atau kredit Emas, ambil cicilan lebih dari tiga tahun. Minimal, ambillah tiga tahun. Ya, jangan ambil cuma satu tahun atau dua tahun. Kalau Anda pegang atau beli Emas secara tunai, proyeksikan atau gunakan uang yang memang tidak akan Anda gunakan lebih dari tiga tahun. Jadi, saya tidak sarankan uang yang mau digunakan kurang dari satu tahun lagi. Misalnya, Anda mau menikah tahun depan. Anda menggunakan uangnya untuk beli Emas, tidak saya sarankan. Tapi, kalau untuk sekolah anak tiga tahun lagi atau untuk tabungan sekolah anak, saya sarankan untuk mengkonversinya ke Emas. Jika Anda mau mencicil, ambillah cicilan minimal tiga tahun. Kenapa? Dengan melihat data ini, kalau di atas tiga tahun, bunga yang harus Anda bayar tidak ada apa-apanya. Kalau satu tahun, masih 50:50. Atau, jika masih dalam kisaran satu hingga dua tahun, kadang-kadang kita masih mikir-mikir dengan bunga yang kita bayarkan. Tapi, kalau Anda mau nyaman, aman, dan enak, tidak memikirkan atau khawatir, cicillah selama tiga tahun, minimal. Tapi, sekali lagi, saya sarankan pecahlah Emas-nya kecil-kecil. Maksudnya, jika Anda mau mencicil Emas 1 kg selama 5 tahun, jangan ambil Emas 1 kg satu batang, tapi pecah 1 kg itu misalnya menjadi 10 batang @ 100 grm. Kenapa? Ingat, semakin kecil Emas semakin fleksibel, Anda akan merasakan manfaatnya nanti ketika sudah lunas. Apakah itu berarti akad kredit nya jadi banyak? Tidak, akad kreditnya tetap satu. Jadi bilangnya gini: "Saya mau ambil Cicilan Emas 1 kg tapi terdiri dari 10 batang @ 100 grm". Memang nanti jatuhnya jadi lebih mahal (karena harga Emas semakin kecil lebih mahal), tapi ke depannya nanti jauh lebih fleksibel. Hal ini berbeda dengan kredit pemilikan rumah (KPR). Kalau KPR, saat Anda mencicil rumah dan setengahnya sudah Anda bayar, sertifikat rumah masih utuh di bank. Tidak bisa cicilan sudah setengah, lantas sertifikatnya kita bagi dua. Setengah untuk saya, dan sisa untuk Anda sendiri. KPR tidak begitu. Tapi, kalau Emas di beberapa bank/lembaga yang menyediakan layanan kepemilikan Emas dengan cara mencicil, Emas yang sudah lunas bisa di ambil. Makanya, saya sering
www.KebunEMAS.com
Page 67
KebunEMAS
sarankan Emas itu dipecah-pecah, walaupun jadi lebih mahal, tapi ke depannya Emas itu jauh lebih fleksibel. Oke, saya beri contoh yang lebih sederhana. Misalnya, harga Emas sekarang Rp. 500.000 per gram. Contoh harga ini supaya nanti menghitungnya mudah. Misalnya, Anda ambil Emas 1 kg, artinya 100 gram kali x 10 batang. Jadi, nanti kalau mau ambil Emas 100 gram, Anda tinggal bagi saja menjadi 10 batang. Contoh sederhana, kalau Anda ambil cicilan Emas 300 gram, dipecah menjadi 3 batang @ 100 gram, maka setiap tahun yang satu batang sudah lunas lho, boleh diambil. Contoh lainya, Anda ambil Emas cicilan setengah kilogram (500 gram). Nah, Anda pecah itu menjadi lima batang. Jadi, 5 x 100 gram. Cicilan itu Anda ambil selama lima tahun. Hal ini sama dengan setiap tahun Anda boleh ambil satu batang. Karena, satu batang itu sudah lunas. Kalau Emas 500 gram ini Anda pecah menjadi 50 gram, artinya 10 batang x 50 gram. Berarti, setiap enam bulan Emas Anda sudah lunas satu batang. Itu boleh diambil. Kalau Emas begitu, kita balik ke contoh yang tadi. Misalnya, Anda ambil Emas 1 kg dengan cicilan 10 tahun, artinya di tahun kelima, Anda sudah punya Emas lima batang di tangan. Nah, nilai Emas lima batang di tahun kelima itu 'kan naik dua kali lipat. Padahal, saat membeli harganya Rp 500 juta untuk 1 kg. Artinya, jika lima batang yang beratnya 500 gram itu Rp 250 juta. Dalam lima tahun yang akan datang, jika Emas cuma naik dua kali lipat, berarti yang lima batang ini nilainya sudah mencapai Rp 500 juta. Sementara Emas yang masih ada di bank itu lima batang juga yang masih belum lunas. Sementara utang Anda di bank itu mungkin tidak lebih dari Rp 200 juta karena ada DP yang Anda bayar. Artinya, di tahun kelima, Anda jual dua batang. Itu bisa melunasi utang Rp 200 jutanya sisanya. Dan Anda dapat delapan batang! Itulah strategi mencicil Emas. Sekali lagi, saya sarankan kalau mau mengambil cicilan Emas, ambillah yang tenornya minimal tiga tahun. Saya juga sering sarankan ke teman-teman yang kerja jadi pegawai negeri sipil atau karyawan swasta. Para pekerja itu, kan, sering mendapat pinjaman lunak dari kantor. Misalnya, bunga dari kantor bunganya 10%. Menurut saya, kalau dulu mungkin ragu mengambil pinjaman itu. Kalau dahulu beli barang konsumtif, sekarang ambil Emas. Lalu, simpanlah Emasnya di safe deposit box. Terus, Anda cicil utangnya, selama Anda sanggup bayar cicilannya. Kalau pinjaman-pinjaman lunak di kantor itu kan biasanya dari koperasi dengan potong gaji. www.KebunEMAS.com
Page 68
KebunEMAS
Selama Anda sanggup bayar cicilannya, ambillah. Coba Anda rasakan nanti ketika lunas. Suatu saat nanti pasti Anda akan datang ke saya dan bilang: Pak Rully, terima kasih. Saya yakin! Tapi, saya tidak menyarankan jika Anda membeli Emas dengan utang, kemudian Emas itu digadaikan. Banyak ya yang bisa dilakukan dengan Emas. Catatan: Walaupun kalau sudah dipecah Emas yang lunas bisa di ambil, saran saya sih kalau tidak perlu jangan di ambil? Kenapa? Lumayan, ada yang nyimpenin, gratis lagi.
www.KebunEMAS.com
Page 69
KebunEMAS
EVOLUSI KEDUA KEBUN EMAS
BAB 9
www.KebunEMAS.com
www.KebunEMAS.com
Page 70
KebunEMAS
Evolusi Kedua KebunEMAS TENTANG EMAS DAN KEBUN EMAS
Video Tutorial KebunEMAS Chapter 6
JENIS-JENIS EMAS Ada tiga jenis Emas yang beredar di pasaran. Pertama, ada Emas dalam bentuk perhiasan. Ini jenis Emas yang paling disukai kaum hawa. Emas dalam bentuk perhiasan, hampir tak ada yang 24 karat atau Emas murni. Alasannya, Emas murni tidak bagus dibuat perhiasan. Emas itu logam yang sangat lembek. Jadi, kalau Emas batangan/Emas murni 24 karat itu dibanting, dia tidak akan pecah, tapi penyok. Makanya, kalau Emas murni dibuat perhiasan, malah jadi tidak bagus. Apalagi, kalau Anda menginginkan desain perhiasan yang rumit. Perhiasan itu jadi cepat bengkok. Karena itulah, para perajin perhiasan, saat akan membuat perhiasan, mencampur Emas murni itu dengan logam lain. Karena ada campuran logam lain, maka tingkat kemurnian dari Emas itu jadi berkurang. Itulah yang secara sederhana disebut dengan terminologi karat. Jadi, kalau Anda menemukan Emas 22 karat, itu artinya, 22 bagian Emas, 2 bagian lain bukan Emas. Kalau www.KebunEMAS.com
Page 71
KebunEMAS
Anda menemukan 18 karat, itu artinya 18 bagian Emas, 6 bagian bukan Emas. Anda juga bisa mencari persentasenya. Emas yang 22 karat itu berarti 22/24 x 100 = 91,66%. Sejatinya, memang ada perhiasan yang 24 karat. Tapi, jarang. Dan biasanya bentuknya enggak bagus. Maksudnya, ya cuma gelang tok. Tidak ada ornamen-ornamen lain. Ketika Anda membeli perhiasan, misalnya membeli gelang seharga Rp 5 juta, uang yang Anda bayarkan itu bukan cuma harga untuk gelangnya saja. Tapi di dalam komponen harga itu ada ongkos untuk pembuatan dan desainnya. Bila suatu ketika Anda menjual gelang tersebut, toko Emas biasanya hanya menghargai Emasnya saja. Itulah yang menjadi kelemahan investasi Emas dalam bentuk perhiasan. Jadi berinvestasi dalam bentuk Emas perhiasan, membutuhkan waktu yang lebih lama agar manfaat dari sisi uang sudah melebihi nilai pembuatan dan desain. Keuntungan berinvestasi Emas dalam bentuk perhiasan adalah Emas itu memiliki nilai intristik: bisa Anda pakai. Lantas, bagaimana bila Anda kadung punya banyak perhiasan? Menurut saya, segera lepas dan beli Emas batangan. Perhiasan Emas yang Anda miliki, cukup lah perhiasan yang sering Anda pakai saja. Jadi, itu jenis Emas yang pertama. Jenis Emas yang kedua adalah Emas dalam bentuk koin. Nah, kalau Emas dalam bentuk koin ini ada 2 macam. Ada yang dalam koin Emas murni 24 karat dan ada juga koin yang dalam Emas 22 karat. Banyak jenis koin Emas yang beredar luas baik di toko-toko Emas maupun komunitas penggemar koin Emas. Yang sering kita kenal, mungkin Emas koin dinar. Koin dinar itu 22 karat karena ketentuannya memang harus 22 karat. Kalau koin Emas yang 24 karat itu di antaranya koin Shio, misalnya koin tujuh keajaiban dunia. Jenis koin Shio ini juga beraneka ragam. Biasanya, koin Emas itu mempunyai nilai historis. Seperti, misalnya, saya mempunyai koin memperingati 100 tahun meninggalnya Bung Karno. Nah, koin Emas itu memiliki nilai www.KebunEMAS.com
Page 72
KebunEMAS
sejarah, nilai historis. Yang mana, suatu saat bisa saja nilai koin itu melebihi nilai Emasnya. Inilah yang menjadikan koin Emas ini sebagai salah satu bentuk barang koleksi (collectible item). Yang ketiga, Emas dalam bentuk batangan. Nah, ini yang kita kenal kalau di Indonesia namanya LM/Logam Mulia. Atau, ada juga toko-toko Emas yang menyebutnya LM Antam. Emas ini buatan Divisi Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk, sebuah Badan Usaha Milik Negara di bidang pertambangan. Nah, kalau Emas batangan ini 24 karat. Kadar Emasnya 99,99%. Tak ada yang 100% karena untuk logam itu tidak mungkin 100%. Paling tinggi 99,99%. Nah, Emas batangan ini juga ada 2 macam. Kalau Anda tinggal di kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, Surabaya, atau Yogyakarta, mungkin hanya mengenal Emas batangan yang diproduksi oleh Antam.
EMAS LOKAL ATAU EMAS ANTAM? Selain Emas batangan hasil produksi pabrik seperti LM Antam, ada juga Emas batangan yang dikeluarkan oleh toko Emas. Saya menyebutnya Emas lokal atau cukim. Kalau Emas lokal ini biasanya bentuknya tidak serapi Emas Antam. Jadi, Emas lokal ini kadangkadang seperti kerikil atau dicetak. Cetakannya juga tak sehalus dan sebagus Emas batangan pabrik yang dikeluarkan oleh Antam.
www.KebunEMAS.com
Page 73
KebunEMAS
Banyak pertanyaan ke saya begini: “Pak Rully, kalau beli Emas Antam di mana? Apa harus ke Antam?” Logam Mulia Antam/Emas Antam/Emas batangan Antam itu kalau menurut saya lebih baik belinya di toko Emas. Karena, toko-toko Emas menjual juga Emas Antam. Begini alasannya. Antam itu bukan pedagang Emas. Antam itu pencetak Emas, sebenarnya. Jadi, Anda jangan heran kalau mau beli Emas batangan ke Antam, kemudian Anda menemukan stoknya kosong. Makanya, saya lebih menyarankan Anda membeli Emas Antam itu justru di toko Emas. Bahkan, di beberapa kota besar seperti Bandung, Jakarta, Yogyakarta, atau Surabaya, Emas Antam yang dijual oleh toko Emas itu biasanya harganya justru lebih murah di toko Emas daripada harga jual di Antam. Kok beli di pabriknya lebih mahal daripada di toko Emas? Saya katakan tadi bahwa Antam itu bukan pedagang Emas. Tapi, pencetak Emas. Banyak toko Emas yang punya tambang Emas juga. Nah, mereka itu datang ke Antam membawa Emas mentah dan meminta Antam mencetakkan. Toko Emas cuma bayar ongkos cetaknya. Kalau toko Emas bisa mendapatkan Emas mentah-nya lebih murah dan baru mencetakkannya di Antam. Maka, toko Emas bisa menjual juga Emas batangannya itu dengan harga lebih murah dibandingkan Emas dari tambang milik Antam. Emas, kalau sudah masuk Antam dan dimurnikan 24 karat, hasilnya sama. Di Emas cetakan itu tidak ada merek tokonya. Yang ada, merek Antam di Emas yang sudah dicetak itu. Jadi, bila Anda akan menemukan stok Emas Antam kosong dan Anda justru bisa membeli Emas batangan di toko Emas, tak perlu heran. Kenapa? Bisa jadi, Antam sedang kebanjiran order cetak Emas dari toko Emas. Makanya, menurut saya, lebih baik Anda cari Emas Antam itu justru bukan di Antam, tapi di toko Emas.
TAK ADA SERTIFIKAT? Ini penyakit orang Indonesia. Sedikit-sedikit minta sertifikat. Padahal, Emas lokal dengan Emas Antam itu sebenarnya sama saja. Memang, bisa saja Emas batangan yang dibuat toko Emas itu tidak ada merek berikut sertifikatnya. Tapi, menurut saya, itu sama saja. Yang penting Emas. Bahkan, kalau sahabat-sahabat saya di Jogja justru lebih senang Emas lokal. Karena, dari sisi harga, jauh lebih murah. Apapun, yang penting Emas, buat saya.
www.KebunEMAS.com
Page 74
KebunEMAS
Nah, Emas batangan ini banyak dijual di toko-toko Emas dengan ukuran yang beragam mulai dari satu gram sampai satu kilogram. Kalau Emas Antam, biasanya dilengkapi dengan sertifikat. Ada sertifikat yang menyatakan tingkat kemurnian dari Emas itu. Ini tentang Sertifikat Emas... Sertifikat pada Emas bukan menyatakan kepemilikan, Sertifikat yang terdapat pada Emas Antam itu menyatakan tingkat kemurnian Emas, bukan kepemilikan. Jadi tidak ada nama kita di Sertifikat itu. Oleh karena itu Hukum perdata Emas itu sederhana sekali. Bunyinya begini: “Siapa yang pegang, siapa yang bawa, dialah pemiliknya.” Lantaran hukum perdata Emas itu sesederhana itu, oleh karenanya Emas tidak termasuk harta gono-gini. Nah, buat ibu-ibu, makanya dengan suami itu jangan minta mobil, atau minta apa. Mintalah Emas! Karena Emas itu tidak bisa dibagi. Siapa yang pegang, siapa yang bawa, dialah yang punya. Itu hukum perdata Emas di seluruh dunia. Pengalaman saya, sebetulnya Emas lebih dilihat bukan karena sertifikatnya, tapi karena kemurniannya. Ini pengalaman saya. Saya pernah menjual Emas Antam di London, Inggris. Toko Emas di sana sama sekali tidak melihat sertifikatnya tapi langsung mengetes kadar Emasnya. Bila Emas yang saya bawa betul-betul Emas 24 karat 99,99%, Toko Emas itu akan menghargai Emas saya sesuai dengan harga Emas saat itu. Itu sifat Emas. Pak, saya tidak bisa jual di sini karena tidak ada sertifikatnya! Cari toko Emas lain, pasti bisa. Ketika saya jual di London ada toko Emas yang tidak mau terima, saya pindah lagi saja ke toko Emas yang lain. Itu saya lakukan di London, lho, bukan di Indonesia. Apalagi di Indonesia, pasti mudah cari toko Emas lainnya. Jadi, inilah hebatnya Emas. Universal currency, mata uang yang berlaku di seluruh dunia. Saya selalu membawa Emas di dompet. Kalau pergi ke luar negeri, saya menambah Emas di dompet saya menjadi dua atau tiga batang. Tidak ada masalah masuk ke pemindai X-Ray. Tidak pernah petugas bandara meminta saya membongkar dompet saya. Mereka hanya melihat sebentar dan setelah tahu Emas, mereka biarkan saya meneruskan perjalanan. Untuk perjalanan di dalam negeri, saya pernah membawa sampai empat kilogram Emas dan tidak masalah. Tunjukkan saja, ini Emas. Tapi, kalau keluar negeri, Anda tidak boleh bawa melebihi USD 10.000. Itu ketentuan international. Ya, cukuplah 2 batang, 25 gr. Sekali lagi, seperti saya bilang tadi, mau Emas lokal atau Emas Antam tidak masalah menurut saya. Yang penting, beli Emas. Jadikan Emas sebagai sarana hedging dan sarana investasi Anda. www.KebunEMAS.com
Page 75
KebunEMAS
Emas bukan sarana mencari keuntungan. Jadi, pisahkan antara trading dengan investasi. Saya ingin masyarakat itu lebih teredukasi dengan Emas, bukan untuk trading, tapi mengambil manfaat Emas. Mudah-mudahan, tulisan ini bisa menjawab berbagai pertanyaan yang mungkin timbul dalam diri Anda. Mulailah membeli Emas dari yang sekecil-kecilnya, semampunya. Jangan dipaksakan. Investasi investasi jangan pernah dipaksa. Jangan memaksakan diri. Santai saja. Nanti Anda kaget sendiri. Maka, saya bilang tadi, kalau misalnya Anda mau mulai membeli Emas, mulailah dengan cara yang kalau Anda tidak mau pake cicilan, mulailah cara yang paling sederhana, punya uang beliin Emas. Itu artinya gradual buying. Cara paling aman, ya, gradual buying itu. Tidak perlu nafsu. Ingat, investasi itu tidak boleh emosional. Investasi itu harus rasional.
KEBUNEMAS, BELI-GADAI, CICILAN EMAS Kalau ada pertanyaan begini: “Pak, bagaimana dengan konsep Emas yang beli Emasgadaikan, nanti punya uang, beliin lagi Emas, gadaikan lagi?” Nah, itu konsep KebunEMAS yang pertama. Seperti itu konsep yang saya luncurkan tahun 2007. Saat itu, hanya itulah yang bisa dilakukan untuk me-leverage kepemilikan Emas kita. Nah, kemudian konsep investasi Emas ini bergeser. Ada konsep yang namanya beligadai. Konsep itu saya juga yang membuat. Tapi, tujuan beli-gadai itu sebenarnya untuk membeli masa yang akan datang dengan Emas. Karena, waktu itu, perbankan syariah dan PT Pegadaian belum menyediakan produk cicilan Emas. Konsep beli-gadai ini untuk menyiasati pemenuhan kebutuhan di masa depan dengan Emas. Seperti contoh yang pernah saya sebutkan tadi, untuk sekolah anak lima tahun yang akan datang, saya butuh 200 gram Emas. Bagaimana caranya saya dapatkan Emas yang 200 gram itu sekarang? Bukan dua tahun lagi, bukan tiga tahun lagi, pakai yang namanya namanya konsep beli-gadai. Dengan konsep beli-gadai, saya bisa mendapatkan Emas 200 gram itu sekarang dengan modal awal 10%-20% harga Emas saat itu, walaupun dalam posisi tergadai. Nah, kemudian setiap bulan, saya menyisihkan dua kali biaya titip di mana ketika gadai itu jatuh tempo, saya bayar biaya titipnya dan sekaligus saya kurangi utang pokoknya. Langkah ini saya lakukan terus selama tiga sampai empat tahun dan Emas itu akan menjadi milik saya sepenuhnya. www.KebunEMAS.com
Page 76
KebunEMAS
Konsep beli-gadai untuk menyiasati kalau saya ingin membeli Emas dengan harga saat ini untuk tujuan tertentu di masa datang seperti contoh sekolah tadi. Tujuannya satu: Emas harus dikuasai. Artinya, dikurangi pokoknya, mau Emas naik seperti apapun, saya tidak tertarik untuk menambah utangnya. Nah, sayang konsep ini diselewengkan. Pada tahun 2011, KebunEMAS itu meledak. Kemudian, mulailah muncul follower-follower yang juga berbicara tentang Emas. Saya sih senang, karena makin banyak orang yang mengedukasi masyarakat tentang Emas. Cuma, sayangnya konsep beli-gadai ini dipakai untuk unsur spekulasi. Anda memiliki uang yang dijadikan modal awal membeli Emas lalu menggadaikan. Setelah harga Emas naik, Anda mengambil keuntungan. Padahal, masa gadai itu cuma empat bulan. Dalam waktu empat bulan itu belum tentu harga Emas naik. Makanya, saya juga sering menyarankan uang yang Anda pakai untuk membeli Emas itu adalah uang yang tidak akan Anda gunakan untuk tiga sampai empat tahun ke depan. Ini malah empat bulan lagi dipakai untuk bermain. Mungkin untung, tapi mungkin. Sangat mungkin juga merugi. Ketika saya mendengar banyak seminar menjadikan konsep beli-gadai sebagai investasi Emas yang spekulatif ini, terus terang, saya merasa sedih. Lalu, saya berunding dengan salah satu bank syariah untuk menciptakan konsep baru yang disebut dengan cicilan Emas atau beli Emas dengan cara mencicil. Nah, mulailah keluar produk tahun 2011 yang disebut dengan cicilan Emas di salah satu bank syariah. Sebetulnya, konsep cicilan Emas itu adalah beli-gadai yang diangsur. Tapi, sekarang dengan konsep cicilan Emas, diangsurnya per bulan, bukan per empat bulan kalau memakai system gadai. Nah, akhirnya saya lebih menyarankan teman-teman untuk mengambil konsep cicilan Emas ini. Kenapa? Karena ini konsep luar biasa untuk membeli masa depan. Masa depan, kita beli sekarang. Alat ukurnya Emas. Untuk sekolah anak, untuk pensiun. Kalau saya pensiun 20 tahun lagi, saya punya uang Rp 1 miliar, Anda kan pasti ingin punya uang Rp 1 miliarnya. Rasanya sama dengan hari ini. Coba kalau Anda menabung atau membeli asuransi, 20 tahun kemudian Anda itu punya uang Rp 1 miliar. Pasti uang Rp 1 miliar pada 20 tahun yang akan datang rasanya berbeda dengan uang Rp 1 miliar hari ini. Tapi, seandainya Anda beli Emas senilai Rp 1 miliar hari ini, kemudian Anda cicil 20 tahun, suatu saat nanti di tahun ke-20, Emas itu rasanya masih serasa senilai Rp 1 miliar hari ini.
www.KebunEMAS.com
Page 77
KebunEMAS
Jadi konsep cicilan Emas itu menurut saya luar biasa manfaatnya untuk masyarakat. Itulah kalau mau cerita dari mulai awalnya KebunEMAS yang digadaikan. Tambahin lagi uang, belikan Emas lagi, nanti punya uang, gadaikan lagi. Nah, itu kemudian berevolusi menjadi beli-gadai. Kemudian, beli-gadai ini bermutasi menjadi cicilan Emas. Jadi pisahkan antara konsep investasi dengan konsep trading. Itulah, mudah-mudahan tulisan KebunEMAS ini bisa bermanfaat bagi kita bersama. Mari kita kembali ke Emas. Mari kita menabung Emas. Jangan simpan lama-lama uang Anda di bank. Kalau Anda punya proyeksi tabungan 3-4 tahun ke depan, konversikan tabungan Anda itu ke Emas. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat.
www.KebunEMAS.com
Page 78