Katarina Puty Arista | 655
MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PETA KONSEP TIPE NETWORK TREE Oleh Katarina Puty Arista
[email protected] Indri Anugraheni
[email protected] Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga ABSTRAK Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya kreativitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas III SDN Kupang 03 Kec. Ambarawa Kab. Semarang. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III yang berjumlah 37 orang siswa yang terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan teknik analisis datanya dengan observasi terhadap kreativitas belajar siswa dan kegiatan mengajar guru. Sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif peta konsep tipe network tree dapat meningkatkan kreativitas belajar pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) siswa kelas 3 SDN Kupang 03 Kecamatan Ambarawa. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya kreativitas siswa pada kondisi awal, dari 37 siswa, yang dinyatakan kreatif hanya sebanyak 14 siswa dengan presentase 27%. Kemudian, siswa yang belum kreatif sebanyak 27 anak dengan presentase 73%. Pada siklus I kreativitas siswa mengalami perubahan yakni : siswa kreatif sebanyak 12 siswa dengan presentase 32%. Kemudian, siswa yang belum kreatif sebanyak 25 anak dengan presentase 68%. Dan pada siklus II presentase kreativitas belajar siswa semakin meningkat dan sesuai dengan presentase yang ingin dicapai pada tingkat kreativitas belajar siswa, yaitu : dari 37 siswa, semua siswa dinyatakan kreatif dengan presentase 100%. Kemudian, siswa yang belum kreatif sudah tidak ada. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif peta konsep tipe network tree pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) materi sumpah pemuda dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa. Kata kunci : kreativitas, Pembelajaran Kooperatif, Peta Konsep, Network Tree PENDAHULUAN Permendiknas No 22 tahun 2006 menyatakan bahwa “mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata Pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
656 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017
berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945”. Sedangkan tujuannya peserta didik memiliki kemampuan: (1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; (2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta antikorupsi; (3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain; (4) Berinteraksi dengan bangsabangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran PKn siswa kelas 3 SDN Kupang 03 Ambarawa, peneliti mendapatkan data berupa beberapa kekurangan yang ada dalam pembelajaran. Pertama, guru masih kesulitan dalam menentukan metode yang tepat untuk mengajarkan mata pelajaran PKn kepada para anak didiknya. Sehingga, saat ini guru kelas masih memilih menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan materi pelajaran. Kemudian, menurut guru dalam kegiatan pembelajaran PKn, tidak jarang dijumpai siswa yang asik bermain sendiri, bosan, kurang memperhatikan dan terlihat mengantuk pada saat mengikuti pelajaran. Kekurangan yang paling utama dalam proses pembelajaran adalah rendahnya kreativitas peserta didik dalam mengikuti mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang masih rendah. Kenyataan tersebut, menarik untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif peta konsep sebagai alternatif pendekatan meningkatkan kreativitas siswa. Sebagaimana tahapan proses pembelajaran melalui peta konsep. Siswa bersama guru membuat rumusan tentang topik tertentu. Kemudian topik yang dipelajari itu, tercipta berbagai pemahaman/pengertian tentangnya. Selain bercorak individu, pendekatan peta konsep juga mensyaratkan kerja kelompok. Dengan demikian kreativitas siswa tidak hanya tumbuh dari diri pribadi saja. Melainkan juga berdinamika sesuai dengan interaksi antar siswa antar kelompok. Komunikasi dan interaksi antar peserta didik diharapkan terjalin sampai batas maksimalnya. Keaktifan siswa dapat ditemui pada model pembelajaran kooperatif peta konsep ini. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelliti merumuskan masalah sebagai berikut : Apakah dengan melalui pendekatan peta konsep tipe Network Tree pada mata pelajaran PKn kelas 3 di SDN Kupang 03 Ambarawa dapat meningkatkan kreativitas siswa? Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kreativitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif peta konsep tipe network tree pada mata pelajaran PKn kelas 3 SDN Kupang 03 Ambarawa tahun pelajaran 2017/2018. KAJIAN PUSTAKA Kreativitas Belajar Siswa Susanto, (2012:99) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Selanjutnya, menurut Torrance dalam Wardani (2011:4) mendefinisikan kreativitas sebagai proses merasakan dan
Katarina Puty Arista | 657
mengamati adanya masalah, membuat dugaan, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian menganalisis, dan terakhir menyampaikan laporan hasil. Selanjutnya, Suratno (2009:1) mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan berpikir seseorang dalam menghasilkan gagasan baru yang efektif dan etis. Kreativitas selalu merujuk pada kompetensi seseorang untuk menemukan sesuatu yang belum pernah ada. Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menggagas kemudian menemukan sesuatu yang baru dan belum pernah ada sebelumnya. Model Pembelajaran Kooperatif Peta Konsep Tipe Network Tree Model pembelajaran merupakan pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas, termasuk dalam penyusunan kurikulum, membuat materi, menentukan tujuan pembelajaran, menentukan langkah-langkah pembelajaran, pengelolaan kelas, dan lingkungan dalam pembelajaran. Menurut Sugiyono, pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Sedangkan menurut Isjoni (2010:20) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompokkelompok kecil sehingga siswa saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Trianto (2010:63) menyebutkan dalam model pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi atau tipe model yang dapat diterapkan, salah satunya ialah model pembelajaran peta konsep (concept mapping). Pandangan Doran dkk, dalam Iskandar: 2004 (dalam Haris:12) menyatakan peta konsep merupakan diagram yang dibentuk atau disusun untuk menunjukkan pemahaman seseorang tentang suatu konsep atau gagasan yang mempunyai struktur berjenjang dari yang bersifat umum menuju yang bersifat khusus, dilengkapi dengan garis-garis penghubung yang sesuai. Peta konsep merupakan cara yang dinamik untuk menangkap butir-butir pokok informasi dalam bentuk proposisi melalui belajar alamiah dan berpikir. Lain halnya dengan George Posner dan Alan Rudnistsky dalam Nur (2001:36) yang mengatakan peta konsep mirip peta jalan. Namun peta konsep menaruh perhatian pada hubungan antar ide-ide, bukan hubungan antar tempat. Peta konsep bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang penting, melainkan juga menghubungkan antar konsep-konsep tersebut. Pada pembuatan peta konsep, siswa dilatih mengidentifikasi ide-ide kunci. Kemudian menyusunnya dalam pola logis. Kadang – kadang peta konsep berupa diagram hierarki, kadang pula berwujud hubungan sebab akibat. Ciri-ciri peta konsep menurut Dahar (1988:153), adalah sebagai berikut: 1. Peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisiproposisi suatu bidang studi. Dengan membuat sendiri peta konsep, siswa “melihat” bidang studi itu lebih jelas, dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna. 2. Suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang menunjukkan hubunganhubungan proposisional antara konsep-konsep. Hal inilah yang membedakan belajar bermakna dengan belajar mencatat pelajaran tanpa memperlihatkan hubungan antara konsep-konsep.
658 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017
3. Cara menyatakan hubungan antara konsep-konsep tidak semua konsep memiliki bobot yang sama.Ini berarti ada konsep yang lebih inklusif daripada konsep-konsep lainnya. 4. Hirarki merupakan ciri keempat. Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep tersebut. Terdapat lima langkah yang dapat dilakukan dalam proses pembuatan peta konsep adalah sebagai berikut : Tabel 1 : Langkah-Langkah Membuat Peta Konsep Tipe (Network Tree) No. Langkah-langkah Aktivitas Siswa 1. Mempelajari sumber Guru meminta siswa untuk mempelajari sumber atau materi yang telah ditentukan dan membuat ringkasan dari materi. 2. Menentukan konsep Guru meminta siswa menentukan konsep atau pointpoint yang akan dibuat ke dalam peta konsep. 3. Mengurutkan konsep Guru meminta siswa untuk mengurutkan konsep dari yang paling umum ke yang paling khusus. 4. Menyusun konsep Menggambarkan atau menuliskan konsep yang telah diurutkan pada selembar kertas atau buku catatan. 5. Menghubungkan Memberikan garis atau kata penghubung diantara konsep konsep-konsep yang telah diurutkan. Sumber : Hasil Penelitian diolah (2017) Menurut Michael Michalk, dalam bukunya Cracking Creativity, yang dirujuk oleh Tony (2005:6) menyatakan bahwa peta konsep atau mind map memiliki kelebihan: (1) mengaktifkan seluruh otak, (2) membereskan akal dari kesusutan aka, (3) memungkinkan berfokus pada pokok bahasan, (4) membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah, (5) memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan perincian, (6) memungkinkan kita mengelompokkan konsep, dan membantu kita membandingkannya, (7) mensyaratkan kita memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan informasi tentangnya dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (2010:2) menyebutkan pengertian PTK dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1) penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas yaitu penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan permasalahan dalam pembelajaran PKn melalui model pembelajaran kooperatif peta konsep tipe network tree yang menitik beratkan pada kreativitas siswa dalam proses pembelajaran.
Katarina Puty Arista | 659
Subjek dan Seting Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 3 SDN Kupang 03 beralamat di Jalan Bougenville II No 523 Kode Pos 50612, Desa/ Kelurahan Kupang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, sejumlah 35 siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2017/2018. Prosedur penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini berdasarkan penelitian tindakan kelas (PTK). Pelaksanaan ini dibagi menjadi dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan antara lain : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, (4) refleksi. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa : (1) pedoman wawancara yang digunakan untuk mengetahui kendala yang dihadapi siswa dan guru dalam pelaksanaan pembelajaran. (2) lembar observasi, digunakan untuk mengukur aktivitas siswa dan guru. (3) lembar kerja siswa (LKS), digunakan untuk mengukur kreativitas belajar siswa, dan (4) teknik dokumentasi. Peneliti menggunakan teknik analisis data dengan cara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Dimulai dari kondisi awal, hasil kreativitas siswa didapat dengan cara memberikan LKS yang telah didesain khusus untuk mengukur kreativitas siswa secara kelompok. Cara pengambilan data yaitu dengan mengamati secara langsung maupun melihat hasil pekerjaan kelompok itu sendiri. Kemudian dilakukan penilaian sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Setelah melakukan penilaian, anggota dari setiap kelompok akan diberikan penilaian sesuai dengan skor yang didapat oleh kelompoknya. Berikut ini merupakan skor kreativitas siswa pada kondisi awal yang akan disajikan melalui tabel 2 berikut ini. Tabel 2 : Kreativitas Siswa Kelas 3 SDN Kupang 03 Ambarawa Pada Kondisi Awal Skor Jumlah Siswa Presentase Skor 1 (Tidak memenuhi semua kriteria) 10 27% Skor 2 (Memenuhi 2 dari 4 kriteria) 15 41% Skor 3 (Memenuhi 3 dan 4 kriteria) 12 32% Skor 4 (Memenuhi semua kriteria) 0% Jumlah 37 100% Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017 Dengan kriteria penilaian kreativitas : 1. (Proposisi) Ketepatan membuat konsep. 2. (Hirarki) Ketepatan dalam membuat konsep dari umum ke khusus. 3. (Contoh) Kemampuan siswa menyebutkan contoh. 4. (Cross Link) Kemampuan siswa membuat gambar garis yang unik.
660 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017
Dari tabel 2 diatas dapat kita ketahui bahwa tingkat kreativitas siswa sebelum adanya tindakan masih rendah. Hal tersebut dapat dibuktikan dari 37 siswa, masih ada 10 atau 27% dari jumlah siswa secara keseluruhan hanya mendapatkan skor 1. Selain itu, 15 siswa atau 41% dari 37 siswa hanya mampu mendapatkan skor 2. Sementara itu, ada 12 atau 32% dari jumlah siswa secara keseluruhan yang mampu memperoleh skor 3. Kreativitas siswa kelas 3 SDN Kupang 03 Ambarawa pada kondisi awal juga disajikan melalui diagram gambar 1 berikut ini: 18 16 16 14 12
11 10
10 8 6 4 2 0 Skor 1 (Tidak memenuhi semua kriteria)
Skor 2 (Memenuhi 2 Skor 3 (Memenuhi 3 dari 4 kriteria) dan 4 kriteria)
Skor 4 (Memenuhi semua kriteria)
Gambar 1 : Diagram Kreativitas Siswa Kelas 3 SDN Kupang 03 Ambarawa Pada Kondisi Awal Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017 Dari diagram gambar di atas, bahwa 11 dari 37 siswa memperoleh skor 1 dimana siswa tidak memenuhi semua kriteria kreativitas. Diikuti 16 dari 37 siswa memperoleh skor 2 yang artinya siswa tersebut mampu memenuhi 2 dari 4 kriteria kreativitas. Selanjutnya, 10 dari 37 siswa mendapatkan skor 3 yang berarti siswa tersebut mampu memenuhi 3 dari 4 kriteria kreativitas. Tingkat kreativitas siswa kelas 3 SDN Kupang 03 Ambarawa dapat dilihat pada table 3 di bawah ini. Tabel 3 : Tingkat Ketuntasan Kreativitas Siswa Kelas 3 SDN Kupang 03 Ambarawa Pada Kondisi Awal No Kategori Frekuensi Presentase 1. Kreatif 10 27% 2. Belum Kreatif 27 73% Jumlah 37 100% Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017 Dalam penelitian ini, siswa dikatakan kreatif jika siswa mampu mendapatkan skor 3, yang berarti siswa mampu memenuhi 3 dari 4 kriteria yang sudah ditentukan. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kreativitas siswa masih rendah. Dari 37 siswa, yang dinyatakan kreatif hanya sebanyak 14 siswa dengan
Katarina Puty Arista | 661
presentase 27%. Kemudian, siswa yang belum kreatif sebanyak 27 anak dengan presentase 73%. Dari hasil data tersebut guru harus mengganti metode pembelajaran yang sering digunakan yaitu metode ceramah dengan metode yang lebih menarik, sehingga siswa dapat lebih kreatif dalam pembelajaran. Adapun cara yang digunakan sebagai upaya meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar adalah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif peta konsep tipe network tree. Setelah memaparkan keadaan kondisi awal kreativitas belajar siswa, berikut ini peneliti memaparkan pelaksanaan tindakan yang dimulai dari siklus I, pelaksanaan siklus I yang dilakukan melalui empat tahap meliputi perencanaan (planning), pelaksanaan (action), observasi (observation), serta refleksi (reflection). Sebelum dilaksanakan tindakan perbaikan, ada beberapa hal yang direncanakan oleh peneliti, antara lain : 1. Menyusun Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif peta konsep tipe network tree. 2. Menentukan waktu pelaksanaan tindakan pertemuan pertama siklus I yaitu pada hari Sabtu tanggal 22 Juli 2017 pada jam pelajaran ke 2 dan 3. 3. Menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh guru maupun siswa dalam kegiatan pembelajaran seperti buku dan media pembelajaran. 4. Menyiapkan lembar observasi untuk mendapatkan data aktivitas guru dan siswa pada saat pelaksanaan model pembelajaran kooperatif peta konsep tipe network tree berlangsung. Setelah melalui tahapan perencanaan, tahapan selanjutnya yaitu pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada pertemuan pertama. Pertemuan pertama siklus I dilakukan hari Sabtu tanggal 22 Juli 2017 pada jam pelajaran ke 2 dan 3 yang dihadiri oleh: 1) Peneliti yaitu orang yang melakukan penelitian di SDN Kupang 03 Ambarawa; 2) Kolaborator yaitu guru kelas 3 SDN Kupang 03 Ambarawa yang berkolaborasi dengan peneliti dan bertugas untuk mengajarkan materi pembelajaran PKn dengan model pembelajaran kooperatif peta konsep tipe network tree; 3) observer, ialah guru lain yang mempunyai peran mengobservasi jalannya kegiatan belajar mengajar mata pelajaran PKn dengan model pembelajaran kooperatif peta konsep tipe network tree. Pada kegiatan awal, guru memasuki ruang dan mengucapkan salam. Kemudian memimpin doa bersama seperti biasanya. Setelah itu guru langsung melakukan absensi untuk memeriksa kehadiran siswa. Pada pertemuan pertama siklus I ini semua siswa dapat hadir dalam pembelajaran. Memasuki kegiatan apersepsi, guru mengajak siswa untuk bernyanyi Satu Nusa Satu Bangsa. Setelah itu guru memotivasi siswa dan mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran pada hari itu. Tidak lupa guru juga menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pembelajaran hari itu. Tujuan pembelajaran pertemuan pertama siklus I adalah siswa dapat menjelaskan pengertian sumpah pemuda dengan benar serta siswa dapat menjelaskan sejarah munculnya sumpah pemuda dengan benar. Memasuki kegiatan inti, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan menggunakan kertas warna-warni yang telah dipotong-potong, siswa yang mendapatkan warna yang sama akan menjadi satu kelompok. Setelah kelompok
662 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017
terbentuk dan siswa duduk dengan masing-masing kelompoknya, guru membagikan handout tentang materi pengertian sumpah pemuda dan isi sumpah pemuda, sejarah peristiwa sumpah pemuda. Setelah itu, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca dan memahami materi sumpah pemuda bersama dengan kelompoknya masing-masing. Setelah dirasa cukup dalam mendalami materi, guru membagikan lembar kerja kelompok untuk setiap kelompok. Tujuan dari pembagian lembar kerja kelompok adalah untuk kemudian dikerjakan siswa dalam kelompok dengan cara berdiskusi. Selesai memberikan waktu untuk berdiskusi, guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Setelah sesi presentasi selesai, siswa kembali membaca dan memahami materi tentang sejarah munculnya sumpah pemuda. Kemudian, guru memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk melengkapi sebuah peta konsep. Guru meminta siswa untuk menentukan bahan atau materi yang akan dijadikan peta konsep. Hal ini sesuai dengan langkah-langkah dalam membuat peta konsep yang pertama yaitu mempelajari sumber. Langkah yang kedua dalam membuat peta konsep yaitu menentukan konsep. Dengan dibantu guru siswa untuk menentukan konsep-konsep yang relevan. Langkah yang ketiga yakni mengurutkan konsep. Implementasinya, guru meminta siswa untuk mengurutkan konsep-konsep yang sudah didapat. Memasuki langkah selanjutnya yaitu langkah keempat menyusun konsep. Siswa diminta untuk menyusun konsep-konsep di atas kertas mulai dari yang paling umum ke yang paling khusus. Langkah terakhir menghubungkan konsep, yaitu guru meminta siswa untuk menghubungkan konsep-konsep yang telah dicatat dengan garis-garis penghubung. Selama mengerjakan tugas untuk melengkapi peta konsep, guru selalu berkeliling untuk melakukan pengawasan dan pembimbingan jika ada siswa yang mengalami kesulitan. Selain itu, siswa diminta untuk mengembangkan konsep yang telah dicatat dengan konsep-konsep lain yang berhubungan. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugas tersebut, guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari pada hari itu. Menginjak kegiatan akhir dalam pembelajaran, guru melakukan refleksi pembelajaran dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika masih ada yang belum mengerti mengenai materi pelajaran. Setelah itu, guru memberikan tugas berupa PR dan menginformasikan kepada siswa bahwa PR tersebut akan dibahas pada pertemuan yang akan datang. Kegiatan pembelajaran ditutup dengan do’a bersama seperti biasanya. Bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, juga dilakukan observasi terhadap aktivitas guru dan siswa pada saat pelaksanaan model pembelajaran kooperatif peta konsep tipe network tree berlangsung. Observasi dilakukan guna memperoleh data yang berhubungan dengan pelaksanaan tindakan penelitian dengan menggunakan instrumen yang dirancang oleh peneliti. Selanjutnya, hasil dari pelaksanaan observasi akan dijadikan sebagai bahan refleksi. Refleksi merupakan aktivitas mengkaji dan menganalisis secara mendalam dan menyeluruh tindakan yang dilakukan dan didasarkan data yang terkumpul pada kegiatan observasi atau pengamatan. Melalui refleksi, evaluasi akan ditemukan kelemahan dan kelebihan yang masih ada pada tindakan yang telah dilakukan untuk
Katarina Puty Arista | 663
kemudian dijadikan dasar penyempurnaan rencana tindakan pertemuan atau siklus berikutnya. Sementara itu, data hasil siklus I diperoleh perkembangan kemajuan sebagai berikut: (1) Diagram Kreativitas Siswa Kelas 3 SDN Kupang 03 Ambarawa pada siklus I. 16 14 12 10 8 6 4 2 0
15
15 12 10
12 10
Skor 1 (Tidak Skor 2 (Memenuhi 2 Skor 3 (Memenuhi 3 Skor 4 (Memenuhi memenuhi semua dari 4 kriteria) dan 4 kriteria) semua kriteria) kriteria) Pertemuan 1
Pertemuan 2
Gambar 2 : Diagram Kreativitas Siswa Kelas 3 SDN Kupang 03 Ambarawa Pada Siklus I Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017 (2) Tingkat kreativitas siswa kelas 3 SDN Kupang 03 Ambarawa pada siklus I. Tabel 4 : Tingkat Ketuntasan Kreativitas Siswa Kelas 3 SDN Kupang 03 Ambarawa Pada Siklus I No Kategori Frekuensi Presentase 1. Kreatif 12 32% 2. Belum Kreatif 25 68% Jumlah 37 100% Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017 Karena pelaksanaan tindakan pada siklus I belum memenuhi indikator kinerja, maka pelaksanaan tindakan akan dilanjutkan pada siklus II untuk dapat memperoleh hasil belajar pada taraf yang lebih baik. Pelaksanaan siklus II dilakukkan dengan melalui empat tahap meliputi perencanaan (planning), pelaksanaan (action), observasi (observation), serta refleksi (reflection). Siklus II direncanakan berlangsung dua kali pertemuan. Sebelum dilaksanakan tindakan perbaikan, ada beberapa hal yang direncanakan oleh peneliti, antara lain: menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) model pembelajaran kooperatif peta konsep tipe network tree siklus II, menentukan waktu pelaksanaan tindakan pertemuan pertama siklus II, Selasa 25 Juli 2017 pada jam pelajaran ke 2 dan 3 serta pertemuan kedua Rabu 26 Juli 2017 jam pelajaran ke-4 dan 5. Selain itu, menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh guru maupun siswa dalam kegiatan pembelajaran seperti buku dan media belajar lainnya, menyiapkan lembar observasi untuk mendapatkan data aktivitas guru dan siswa. Pertemuan pertama dan kedua siklus II dilakukan hari Selasa 25 Juli 2017 (Jam ke- 2 dan 3) dan Rabu 26 Juli 2017 (Jam ke 4-5 ) yang dihadiri oleh: 1) Peneliti yaitu
664 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017
orang yang melakukan penelitian di SDN Kupang 03 Ambarawa; 2) Kolaborator yaitu guru kelas 3 SDN Kupang 03 Ambarawa yang berkolaborasi dengan peneliti dan bertugas untuk mengajarkan materi pembelajaran PKn dengan model pembelajaran kooperatif peta konsep tipe network tree; 3) observer, ialah guru lain yang mempunyai peran mengobservasi jalannya kegiatan belajar mengajar mata pelajaran PKn dengan model pembelajaran kooperatif peta konsep tipe network tree. Pada kegiatan awal, guru memulai pembelajaran seperti biasa yaitu meliputi beberapa kegiatan pembukaan atau pengawalan. Kegiatan tersebut diantaranya mengucap salam pembuka, memimpin do’a, melakukan absensi, melakukan apersepsi, mengkondisikan siswa agar siap belajar dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru juga melakukan hal yang sama yaitu meminta siswa untuk bergabung dengan kelompoknya. Setelah siswa siap ditempat duduk dalam kelompok, guru membagikan handout tentang materi tokoh-tokoh Sumpah Pemuda. Selesai mempelajari materi, guru membagikan lembar kerja kelompok yang berisi soal cerita, guru meminta siswa untuk mendiskusikan soal cerita tersebut bersama dengan kelompoknya masing-masing. Selanjutnya, guru menunjuk beberapa kelompok untuk maju ke depan kelas mempresentasikan hasil diskusi siswa bersama kelompok. Lalu, siswa diminta untuk kembali ke tempat duduknya masing-masing dan guru membagikan selembar kertas kosong untuk mengerjakan tugas selanjutnya yaitu membuat peta konsep tentang tokoh-tokoh peristiwa sumpah pemuda dengan kreativitas masing-masing. Guru memberi penjelasan bahwa dalam tugas membuat peta konsep tersebut yang paling tepat dan kreatif akan mendapatkan hadiah. Kemudian, guru meminta siswa untuk mengumpulkan tugas yang diberikan. Sama halnya dengan pertemuan kedua siklus I, pada pertemuan kedua siklus II ini dilakukan pengukuran hasil belajar kognitif. Adapun instrumen atau alat ukur yang digunakan yaitu berupa soal tes pilihan ganda dengan jumlah soal 20 butir. Selama siswa mengerjakan soal evaluasi, guru berkeliling untuk membimbing dan memastikan siswa agar tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal yang diberikan. Setelah dirasa waktu pengerjaan soal cukup, siswa diminta untuk mengumpulkan soal yang telah dikerjakan di meja guru. Namun, guru tetap memberikan tugas berupa PR dan memberitahu siswa bahwa PR tersebut akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Pembelajaran pada hari itu ditutup dengan doa bersama. Pada refleksi siklus II ditemukan beberapa kelebihan sebagai berikut: guru semakin memantapkan keahliannya dalam melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif peta konsep tipe network tree, guru nampak sangat mudah dalam menyampaikan materi pelajaran ,secara keseluruhan siswa sangat aktif dan fokus terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, siswa semakin percaya diri dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas, keberanian siswa bertanya maupun menanggapi hasil diskusi dari kelompok sudah sangat meyakinkan. Pada siklus II terdapat perkembangan kemajuan pembelajaran sebagai berikut : (1) Kreativitas siswa kelas 3 SDN Kupang 03 Ambarawa pada siklus II juga disajikan melalui diagram gambar.
Katarina Puty Arista | 665
25
21
20
16
15
12
10 10 5 0
0
0
0 Skor 1 (Tidak Skor 2 (Memenuhi 2 Skor 3 (Memenuhi 3 Skor 4 (Memenuhi memenuhi semua dari 4 kriteria) dan 4 kriteria) semua kriteria) kriteria) Pertemuan 1
Pertemuan 2
Gambar 3 : Diagram Kreativitas Siswa Kelas 3 SDN Kupang 03 Ambarawa Pada Siklus II Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017 (2) Tingkat kreativitas siswa kelas 3 SDN Kupang 03 Ambarawa pada siklus II. Tabel 5 : Tingkat Ketuntasan Kreativitas Siswa Kelas 3 SDN Kupang 03 Ambarawa Pada Siklus II No Kategori Frekuensi Presentase 1. Kreatif 0 0% 2. Belum Kreatif 37 100% Jumlah 37 100% Sumber : Hasil Penelitian Data Diolah, 2017 Kondisi awal, menunjukkan ketuntasan hasil belajar siswa masih kurang memuaskan, terbukti dari 37 siswa, yang dinyatakan kreatif hanya sebanyak 14 siswa dengan presentase 27%. Kemudian, siswa yang belum kreatif sebanyak 27 anak dengan presentase 73%. Penyebabnya adalah cara guru dalam mengajar masih menggunakan metode ceramah yang mengakibatkan siswa pasif dan bosan karena pembelajaran yang monoton sehingga mengakibatkan kreativitas belajar siswa rendah karena tidak tertarik dengan pembelajaran. Setelah adanya tindakan kelas menggunakan model pembelajaran kooperatif peta konsep tipe network tree pada siklus I dan II, maka terjadi peningkatan kreativitas belajar siswa sebagai berikut : siswa kreatif sebanyak 12 siswa dengan presentase 32% pada siklus I, 37 siswa dinyatakan kreatif dengan presentase 100% pada siklus II. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maulana Hasan (2012), yang membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif peta konsep tipe network tree dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa. Selain itu, berdasarkan data pengamatan atau observasi aktivitas guru dan siswa yang dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus juga meningkat. Berangkat dari hasil observasi aktivitas guru, pada pertemuan pertama siklus I guru melakukan 13 dari 16 aspek pengamatan dan masih belum melakukan 3 dari 16 aspek pengamatan. Kemudian pada pertemuan kedua meningkat menjadi 15 aspek pengamatan yang dilakukan. Memasuki pertemuan pertama siklus II, aktivitas guru semakin meningkat. Hal itu dibuktikan
666 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017
dengan guru mampu melakukan 15 dari 16 aspek pengamatan yang telah ditentukan. Pada pertemuan kedua siklus II guru memantapkan aktivitasnya dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif peta konsep tipe network tree dan melakukan semua kegiatan yang ada pada aspek pengamatan. Sejalan dengan aktivitas guru, aktivitas siswa kelas 3 SDN Kupang 03 Ambarawa juga meningkat. Berangkat dari hasil observasi aktivitas siswa, pada pertemuan pertama siklus I siswa melakukan 12 dari 24 aspek pengamatan dan masih belum melakukan 12 dari 16 aspek pengamatan. Kemudian pada pertemuan kedua meningkat menjadi 17 aspek pengamatan yang dilakukan. Memasuki pertemuan pertama siklus II, aktivitas siswa semakin meningkat. Hal itu dibuktikan dengan siswa mampu melakukan 14 dari 16 aspek pengamatan yang telah ditentukan. Pada pertemuan kedua siklus II siswa memantapkan aktivitasnya dalam pembelajaran melalui model kooperatif peta konsep tipe network tree dan hanya menyisakan 1 aspek pengamatan yang belum dilakukan. Pembahasan Berdasarkan dari pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui penerapan model kooperatif peta konsep tipe network tree, dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas 3 SDN Kupang 03 Ambarawa. Dengan demikian, hasil penelitian ini telah menjawab hipotesis tindakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru menggunakan metode peta konsep tipe network tree sebagai pendukung pembelajaran, dapat meningkatkan kreativitas siswa khususnya pada mata pelajaran PKn pada materi Sumpah Pemuda. Selain itu, hasil penelitian ini telah melengkapi dan memperkuat penelitian terdahulu, seperti yang dilakukan Maulana Hasan (2012) yang menunjukkan implementasi metode pembelajaran peta konsep mampu meningkatkan kreativitas siswa. Sebelumnya tingkat kreativitas siswa pada prasiklus terdapat 3 siswa yang kreativitasnya sangat rendah, 25 siswa dengan tingkat kreativitas rendah, selanjutnya 2 siswa dengan kreativitas sedang dan 2 siswa dengan tingkat kreativitas tinggi. Pada siklus I terdapat peningkatan terhadap kreativitas siswa yaitu peningkatan kreativitas terlihat ada 2 siswa yang kategori kreativitasnya sangat tinggi, selanjutnya 22 siswa dengan kategori tinggi, 7 siswa dengan kategori sedang dan 1 siswa dengan kategori rendah. Dalam siklus II peningkatan tingkat kreativitas terlihat pada kategori sangat tinggi dari 2 siswa menjadi 9 siswa. Selanjutnya 17 siswa dengan kategori tinggi dan 6 siswa dengan kategori sedang. Pada siklus II sudah tidak terlihat siswa yang dikategorikan rendah ataupun tidak rendah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Penerapan model pembelajaran kooperatif peta konsep tipe network tree pada siswa kelas 3 SDN Kupang 03 Ambarawa, dapat meningkatkan kreativitas siswa. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kreativitas siswa yang selalu mengalami peningkatan pada kondisi awal dan setiap siklusnya. Pada kondisi awal, presentase siswa yang
Katarina Puty Arista | 667
kreatif hanya mencapai 27%. Pada siklus I, presentase siswa yang dinyatakan kreatif meningkat menjadi 32%. Kemudian pada siklus II, presentase siswa yang dinyatakan kreatif semakin meningkat menjadi 100%. Saran 1.
2.
3.
4.
Saran peneliti berdasarkan simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagi Siswa Disarankan supaya mempertahankan kreativitas yang telah ditingkatkan melalui penelitian ini dan juga lebih meningkatkan kreativitasnya. Bagu Guru Disarankan untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar pada materi yang lainnya juga melalui penerapan model pembelajaran kooperatif peta konsep tipe network tree. Bagi Kepala Sekolah Disarankan supaya kepala sekolah untuk lebih memberikan masukan maupun dukungan kepada guru dalam hal meningkatkan kreativitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Bagi Peneliti Selanjutnya Disarankan agar mengkaji lebih banyak sumber maupun referensi yang terkait dengan model pembelajaran kooperatif peta konsep tipe network tree agar hasil yang didapat bisa lebih baik dan lebih lengkap.
DAFTAR PUSTAKA Wahyu Pramudita, Indri Anugeraheni. 2017. Jurnal Scholaria Vol. 7, No. 1 : Studi Penguasaan Matematika dan Bahasa Inggris Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Isnining (2011) Upaya Merancang Peta Konsep dalam Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Materi Sumber Daya Alam Kelas IV SD Dringo Todanan Blora semester I 2010/2011. Kardi Soeparman. 1997. Upaya peningkatan kualitas pembelajaran konsep ilmu pengetahuan alam di sekolah dasar. Surabaya: Depdikbud. Maulana Hasan, (2012) Upaya Peningkatan Hasil Belajar dan kreativitas Siswa Melalui Pembelajaran Peta Konsep Pada Mata Pelajaran IPS kelas V SDN Tuntang 02 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012 Munandar Utami. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. . 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. Rofiq M. Nafiur. 2010. Jurnal Falasifa Vol. 1 No. 1: Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dalam Pengajaran Pendidikan Islam. Nur Abu. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Sahrir (2008) Penerapan Peta Konsep Untuk meningkatkan Kreativitas Siswa Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung Kelas VIII SMPN 2 Kartasura.
668 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017
Sanjaya, Wina. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prenada Media. Sugandi, Achmad dkk. 2006. Teori Pembelajara. Semarang: UPT MKK UNNES. Suherman Erman. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA UPI. Sujana Atep. 2005. Peta Konsep (Concept Maps) dalam Pembelajaran Sains: Studi pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar (SD). Bandung: UPI. Suprijono Agus. 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Suratno Tatang. 2009. Jurnal Pendidikan Dasar: Pengembangan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Susanto Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group. Sutowijoyo. 2002. Penerapan Strategi Belajar Peta KonsepY yang Dilatihkan dengan Direct Instruction Pada Pokok Bahasan Struktur Belajar Siswa Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Tesis Magister Pendidikan Untuk Tidak Dipublikasikan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya. Tony Buzan. 2005. Buku Pintar Mind Mapping: Jakarta: Gramedia Pustaka Torrance, E.P. (1969). Creativity What Research Says to the Teacher. Washington DC: National Education Association. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Wardani NS. 2011. Jurnal Widya Sari, Vol. 13, No. 1: Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran IPS SD Melalui Diskusi Kelompok. Yamin Martinis. 2005. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada.