1
2
MENINGKATKAN KETARAMPILAN MENULIS NARASI MELALUI MEDIA GAMBAR SERI DI KELAS III SDN 04 POPAYATO KABUPATEN POHUWATO
SUYONO KABA, Sumarni Mohammad, Salma Halidu
1
ABSTRAK
Suyono Kaba. 2014. Meningkatkan Keterampilan Menulis Narasi Melalui Model Media Gambar Seri Di Kelas III SDN 04 Popayato Kabupaten Pohuwato. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Hj. Sumarni Mohamad, S.Pd, M.Pd dan Pembimbing II Dra. Hj. Salma Halidu. S.Pd, M.Pd. Tujuan penelitian ini bahwa dengan melalui media gambar seri keterampilan menulis narasi siswa di kelas III SDN 04 Popayato Kabupaten Pohuwato Meningkat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Hasil pada pelaksanaan tindakan siklus I dengan menerapkan observasi awal media gambar seri keterampilan siswa menulis narasi belum mencapai indikator yang diharapkan. Sehingga dilaksanakan siklus II sebagai refleksi dari siklus I. Pada siklus II terjadi pningkatan dari hasil belajar yaitu dari 69% meningkat menjadi 81% atau indikator kinerja tercapai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan melalui gambar seri dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa khususnya pada menulis narasi di kelas III.
Kata Kunci : Menulis Narasi, Media Gambar Seri
1
Suyono Kaba, Mahasiswa Jurusan PGSD Universitas Negeri Gorontalo, Dra. Sumarni Mohammad, M.Pd dan Dra. Salma Halidu, s.Pd, M.Pd
3 Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang bersifat mekanistis. Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori saja, tetapi dilaksanakan melalui latihan dan praktik yang teratur sehingga menghasilkan tulisan yang tersusun dengan baik. Kejelasan organisasi tulisan bergantung pada cara berpikir, penyusunan yang tepat, dan struktur kalimat yang baik (Hasani,2005: 2). Keterampilan menulis merupakan urutan yang terakhir dalam proses belajar bahasa setelah keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Di antara ke empat keterampilan berbahasa tersebut, keterampilan menulis yang paling sulit dikuasai. Sedangkan karangan narasi adalah suatu wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa tersebut. Oleh karena itu perubahan paradigma pembelajaran menuntut guru untuk lebih selektif terutama dalam menyampaikan materi dan memilih media pembelajaran yang tepat. Media pembelajaran yang dipilih harus mampu melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar, sedangkan guru hanyalah fasilitator bagi mereka untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Hal ini diupayakan berlaku pada setiap proses pembelajaran, termasuk pembelajaran Bahasa Indonesia pada keterampilan menulis narasi pada aspek tema, alur dan latar di Sekolah Dasar. Sehubungan dengan uraian di atas, saya sebagai peneliti melihat gejala mengenai pembelajaran Bahasa Indonesia yang ada di SDN 04 Popayato Kabupaten Pohuwato belum mencapai hasil yang maksimal dimana proses pembelajarannya masih menggunakan metode ceramah dan guru mengajar tidak menggunakan media yang tepat seperti penggunaan media gambar seri hal ini yang menimbulkan kejenuhan sehingga keterampilan siswa dalam menulis narasi rendah. Hasil pengamatan yang diperoleh oleh peneliti dari 20 siswa kelas III SDN 04 Popayato Kabupaten Pohuwato tahun 2012/2013 semester dua yang lalu. Hanya 9 siswa atau 45% yang mampu menulis narasi dengan baik, yakni pada aspek tema, alur, dan latar. Sedangkan 11 siswa lainnya atau 55% belum bisa menulis narasi dengan baik yakni pada aspek tema, alur dan latar. Tema adalah gagasan utama dalam sebuah cerita, alur merupakan jalannya suatu cerita dan latar adalah dimana tempat peristiwa dalam crita itu terjadi. Rendahnya keberhasilan siswa menulis narasi sebagai akibat dari kurangnya kesadaran guru dalam mengajar bahasa Indonesia khususnya menulis narasi tidak menggunakan media yang menarik seperti media gambar seri sehingga siswa tidak dapat menulis narasi karena siswa tidak antusias belajar. Hal ini perlu mendapatkan perhatian yang serius dari guru. Permasalahan di atas dapat ditingkatkan dengan menggunakan media gambar seri. Media gambar seri dipilih dengan pertimbangan bahwa dengan menggunakan media gambar seri maka timbul antusias dari siswa untuk belajar dan dapat membantu siswa dalam merangkai kalimat demi kalimat menjadi sebuah narasi yang baik dengan adanya bantuan media gambar seri.
Keterampilan menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa. Banyak ahli telah mengemukakan pengertian menulis. Menurut pendapat Abbas (2006:125), keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis. Ketepatan pengungkapan gagasan harus didukung dengan ketepatan bahasa yang digunakan, kosakata dan gramatikal dan penggunaan ejaan. Menurut Rofi’uddin dan Zuhdi (1999: 159), keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan menuangkan pikiran, gagasan, pendapat tentang sesuatu, tanggapan terhadap suatu pernyataan keinginan, atau pengungkapan perasaan dengan menggunakan bahas tulis. Menurut Tarigan (2008: 3), keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan pihak lain. Sedangkan menurut Byrne (Haryadi dan Zamzani, 1996: 77), keterampilan menulis karangan atau mengarang adalah menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat yang dirangkai secara utuh dan jelas sehingga dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil.
4 Menurut pendapat Burhan Nurgiyantoro (2001: 273), menulis adalah aktivitas mengungkapkan gagasan melalui media bahasa. Menulis merupakan kegiatan produktif dan ekspresif sehingga penulis harus memiliki kemampuan dalam menggunakan kosa kata, tata tulis,dan struktur bahasa. Menurut Harris (dalam Rofi’uddin dan Zuhdi, 1999:276) keterampilan menulis diartikan sebagai kemampuan menggunakan bahasa untuk menyatakan ide, pikiran atau perasaan kepada orang lain dengan menggunaan bahasa tulis. Menulis merupakan aktivitas pengekpresian ide, gagasan, pikiran atau perasaan ke dalam lambang-lambang kebahasaan. Sedangkan menurut Suparno dan Yunus (2008:1.3), menulis merupakan kegiatan menyampaikan pesan (komunikasi) dengan mengunakan bahasa tulis sebagai media atau alatnya. Dalam komunikasi tulis setidaknya terdapat empat unsur yang terlibat yaitu (1) penulis sebagai penyampai pesan, (2) isi tulisan atau pesan, (3) saluran atau medianya berupa tulisan dan (4) pembaca sebagai penerima pesan. Menurut Gie (2002:3 ), keterampilan menulis adalah keterampilan dalam pembuatan huruf, angka, nama, suatu tanda bahasa apapun dengan suatu alat tulis pada suatu halaman tertentu. Sedangkan mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa keterampilan menulis adalah keterampilan menuangkan ide, gagasan, perasaan dalam bentuk bahasa tulis sehingga orang lain yang membaca dapat memahami isi tulisan tersebut dengan baik.
2.1.2 Tujuan Menulis di SD Setiap penulis harus mempunyai tujuan yang jelas dari tulisan yang akan itulisnya. Setiap penulis harus mempunyai tujuan yang jelas dari tulisan yang akan ditulisnya. Menurut Suriamiharja (1997: 10), tujuan dari menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan dipahami dengan benar oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap bahasa yang dipergunakan. Sedangkan menurut Suparno dan Mohamad Yunus (2008: 3.7), tujuan yang ingin dicapai seorang penulis bermacam-macam sebagai berikut: a. Menjadikan pembaca ikut berpikir dan bernalar. b. Membuat pembaca tahu tentang hal yang diberitakan. c. Menjadikan pembaca beropini. d. Menjadikan pembaca mengerti. e. Membuat pembaca terpersuasi oleh isi karangan. f. Membuat pembaca senang dengan menghayati nilai-nilai yang g. dikemukakan seperti nilai kebenaran, nilai agama, nilai pendidikan, nilai sosial, nilai moral, nilai kemanusiaan dan nilai estetika. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwatujuan menulis adalah agar pembaca mengetahui, mengerti dan memahami nilai-nilai dalam sebuah tulisan sehingga pembaca ikut berpikir, berpendapat atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan isi tulisan. 2.1.3 Pembelajaran Keterampilan Menulis di Sekolah Dasar Keterampilan menulis seperti halnya keterampilan berbahasa yang lain perlu dimiliki oleh siswa. Keterampilan menulis sudah mulai dilatihkan di tingkat Sekolah Dasar pada kelas rendah ditanamkan dasardasar menulis. Jika dasarnya sudah kuat dan dikuasai dengan benar maka siswa dapat menulis dengan baik dan benar. Sabarti Akhadiah, (1993: 64) mengemukakan bahwa keterampilan menulis sangat kompleks karena menuntut siswa untuk menguasai komponen – komponen di dalamnya, misalnya penggunaan ejaan yang benar, pemilihan kosakata yang tepat, penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf yang baik. Membelajarkan menulis harus memperhatikan perkembangan menulis anak. Perkembangan anak dalam menulis terjadi secara perlahan – lahan. Anak perlu mendapatkan bimbingan dalam memahami dan menguasai cara mentransfer pikiran ke dalam tulisan. Menurut Temple (Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi, 1999: 77), perkembangan tulisan anak meliputi 4 tahap sebagai berikut:
5 a. Tahap prafonemik. Pada tahap ini anak sudah mengenal bentuk dan ukuran huruf tetapi belum bisa menyusunnya untuk menulis kata. Anak belum bisa mengetahui prinsip fonetik yakni huruf mewakili bunyi-bunyi yang membentuk kata. b. Tahap fonemik awal. Pada tahap ini anak sudah mengenali prinsip fonetik, tahu cara kerja tulisan tetapi belum bisa mengoperasikan prinsip tersebut. c. Tahap nama huruf. Pada tahap ini, anak sudah bisa menggunakan prinsip fonetik , dia dapat menggunakan hurufhuruf yang mewakili bunyi-bunyi yang membentuk suatu kata. d. Tahap transisi. Tahap ini ditandai dengan penguasaan anak terhadap tata tulis yang semakin lengkap, dia juga sudah bisa menggunakan ejaan dan tanda baca dalam tulisan. Menurut Akhadiah (1993: 82-90), pembelajaran menulis di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut. a. Pembelajaran menulis permulaan. Pembelajaran ini meliputi persiapan menulis dengan melatih siswa memegang pensil dan menggoreskannya di kertas, menulis huruf dan merangkainya menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat sederhana. b. Pembelajaran menulis lanjut. Dalam pembelajaran ini, dapat dikelompokkan menjadi 4 pokok bahasan yaitu: 1) pengembangan paragraf, 2) menulis surat dan laporan, 3) pengembangan bermacam – macam karangan, dan 4) menulis puisi dan naskah drama. 2.1.4 Macam–Macam Karangan Menurut Akhadiah (1993: 127), karangan dapat dikelompokkan menjadi 4 macam sebagai berikut: 1. Eksposisi (paparan) Eksposisi adalah karangan yang berusaha menerangkan atau menjelaskan sesuatu yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang. Eksposisi sering digunakan dalam penulisan uraian- uraian ilmiah dan tulisan yang berisi penjelasan maupun informasi. Pembaca tidak dipaksa untuk menerima pendapat penulis, tetapi setidaknya pembaca mengetahui bahwa penulis berpendapat demikian. 2. Deskripsi (lukisan) Karangan deskripsi adalah karangan yang berusaha menggambarkan dengan kata–kata wujud atau sifat lahiriah suatu objek. Dalam karangan ini, penulis berusaha memindahkan kesan hasil pengamatannya kepada pembaca dengan membeberkan sifat dan semua perincian tentang suatu objek. Melalui rangkaian kata-kata penulis menggambarkan objek dengan sejelasjelasnya dan menggugah panca indera pembaca seolah-olah objek itu ada di depan mata pembaca. 3. Argumentasi Menurut Keraf (2007: 3), argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain agar mereka percaya dan bertindak sesuai yang diinginkan penulis. Ciri argumentasi adalah proses mencapai kesimpulan dan usaha membuktikan suatu kebenaran sebagaimana digariskan dalam penalaran penulis. 4. Persuasi Menurut Keraf (2007: 118), persuasi adalah suatu seni verbal yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki penulis pada waktu ini atau pada masa yang akan datang. Oleh karena tujuan akhirnya agar pembaca atau pendengar melakukan sesuatu, maka persuasi dapat dimasukkan pula dalam cara-cara untuk mengambil keputusan.
6 5. Narasi (cerita) Karangan narasi adalah suatu wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa tersebut. Karangan narasi adalah karangan yang mengisahkan, menceritakan, suatu peristiwa atau masalah yang disusun secara kronologis (sistematika kewaktuan) dengan tujuan memperluas wawasan seseorang. Keraf (2001:136) bahwa pengertian narasi adalah bentuk wacana yang sasaran utamanya berupa tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkai menjadi suatu peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu. Lie (2005:25) yang menyatakan narasi adalah model tulisan yang diproduksi dengan tujuan memberi informasi kepada pembacanya tentang suatu tempat, peristiwa, seseorang, atau situasi. Nurudin (dalam Alifah 2009:27) yang menyatakan bahwa narasi adalah bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam satu kesatuan waktu tertentu. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa karangan narasi adalah karangan yang menceritakan suatu rangkaian peristiwa yang disampaikan kepada pembaca secara jelas menurut urutan waktu (secara kronologis), sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau mengalami kejadian yang diceritakan. Menurut Suparno dan Mohamad Yunus (2008:4.50), langkah-langkah mengembangkan keterampilan menulis karangan narasi, sebagai berikut. a. Menentukan tema dan amanat yang akan disampaikan. b. Menentukan sasaran pembaca yaitu yang akan membaca karangan. c. Merancang peristiwa – peristiwa utama yang akan ditampilkan. d. Membagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, danakhir cerita. e. Rinci peristiwa tersebut ke dalam detail peristiwa sebagai pendukungcerita. f. Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang. 2.1.5 Pengertian Media Gambar Seri Menurut Arsyad (2002: 119), gambar seri merupakan rangkaian kegiatan atau cerita yang disajikan secara berurutan. Dengan gambar seri, siswa dilatih mengungkapkan adegan dan kegiatan yang ada dalam gambar. Sedangkan menurut Soeparno (1988: 18-19), media gambar seri biasa disebut flow cart atau gambar susun. Media gambar seri bisa dibuat dari kertas yang ukurannya lebar seperti kertas manila yang didalamnya terdiri atas beberapa gambar. Gambar-gambar tersebut saling berhubungan satu sama lainnya sehingga merupakan satu kesatuan atau satu rangkaian cerita. Masing – masing gambar diberi nomor sesuai urutan jalan ceritanya. Umumnya gambar seri yang digunakan pada pembelajaran Bahasa Indonesia SD terdiri dari 3-4 gambar yang ceritanya berangkaian. Media gambar seri dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sangat cocok digunakan untuk melatih keterampilan ekspresi tulis (mengarang) dan keterampilan ekspresi lisan (berbicara dan bercerita). Media gambar seri bisa dipasang di papan tulis sehingga siswa satu kelas dapat melihat dengan langsung, Bisa pula gambar disajikan dalam kertas gambar dan dibagikan sesuai jumlah siswa yang ada di kelas sehingga masing – masing siswa bisa melihat gambar seri dengan lebih jelas. Menurut S.Sadiman (2009: 29), media gambar memilik kelebihan diantaranya: (1) sifatnya konkret dan lebih realistis menunjukkan pokok masalah, (2) media gambar dapat mengatasi batas ruang dan waktu karena tidak semua benda dapat ditampilkan di kelas dan suatu peristiwa tidak dapat dilihat seperti adanya, dan (3) gambar dapat memperjelas suatu masalah. Namun disamping memiliki kelebihan media gambar juga mempunyai kekurangan yaitu hanya menekankan pada persepsi indera mata dan ukurannya terbatas untuk kelompok besar. Oleh karena itu gambar yang baik digunakan sebagai media pembelajaran harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Autentik yaitu gambar harus menunjukkan situasi yang sebenarnya b. seperti yang dilihat orang.
7 c. d. e. f. g. h.
Sederhana yaitu komposisi gambar harus jelas menunjukkan poin pokok dalam gambar. Ukuran relatif yaitu mampu memperbesar dan memperkecil benda/objek yang sebenarnya. Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan. Gambar hendaklah bagus dari segi seni dan sesuai dengan tujuanpembelajaran. Menurut Sudirman (Djuanda, 2006: 104), ciri – ciri gambar yang baik adalah sebagai berikut: a. Dapat menyampaikan pesan dan ide tertentu. b. Menarik perhatian, sederhana namun emberi kesan yang kuat. c. Berani dan dinamis, gambar hendaknya menunjukkan gerak dan b. perbuatan. a. Bentuk gambar bagus, menarik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pembelajaran menulis dengan bantuan gambar seri dapat dilaksanakan dengan langkah – langkah sebagai berikut: a. Siswa diminta membawa gambar berseri yang diperoleh dari media massa atau bisa disediakan oleh guru. b. Siswa kemudian mengamati gambar seri tersebut. c. Siswa menuliskan draf cerita berdasarkan gambar yang ada. d. Siswa melakukan kegiatan menulis, sedangkan guru melakukan bimbingan. e. Siswa mendiskusikan draf cerita untuk memperoleh masukan dari unsur kronologis cerita, pilihan kata, susunan kalimat, dan yang lainnya yangberhubungan dengan unsur kebahasaan. f. Siswa melakukan revisi draf dan menulis cerita yang telah jadi. Menurut para ahli dapat di simpulkan media gambar seri adalah rangkaian kegiatan atau cerita yang biasanya disebut Flow cart atau gambar seri yang terdiri dari beberapa gambar yang saling berhubungan. 2.1.6 Peran Media Gambar Seri dalam Pembelajaran Menulis Media gambar seri merupakan media yang terdiri dari beberapa buah gambar yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya yang merupakan satu rangkaian cerita. Menurut Soeparno (1988: 19), peranan gambar seri dalam pembelajaran menulis adalah membantu siswa dalalm memperoleh konsep tentang suatu topik tertentu dengan mengamati gambar seri yang dibentangkan di depan kelas kemudian siswa diminta menuangkannya dalam bentuk tulisan. Selain itu, gambar seri merupakan gambar nemois yakni suatu gambar yang dapat menimbulkan suatu ingatan pada suatu rangkaian kejadian tertentu. Sedangkan menurut pendapat Abbas (2006: 134), gambar seri yang berupa kejadian beruntun/kronologis akan membantu siswa dalam menemukan gagasan dalam bercerita. Sesuai dengan tahap perkembangannya, siswa SD masih akan lebih mudah memahami konsep bila melalui media yang konkret, begitu pula dalam pembelajaran menulis karangan. Dengan memanfaatkan media gambar seri, siswa akan terpusat perhatiannya pada segala sesuatu yang ada di dalam gambar. Gambar seri juga dapat menjadikan siswa tertarik dalam pembelajaran sehingga minat siswa untuk menulis menjadi meningkat. Dengan mengamati gambar siswa akan lebih mudah menemukan kosa kata dan mengungkapkan sesuatu yang ada di gambar dalam bentuk tulisan. Siswa dapat membuat kalimat dengan mudah dan merangkai kalimat tersebut menjadi paragraf yang sesuai dengan gambar. Siswa kemudian merangkai paragraf tersebut menjadi karangan yang berupa rangkaian cerita yang bersambungan sesuai dengan urutan gambar. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa peran gambar seri dalam pembelajaran menulis narasi adalah dapat membantu siswa menemukan gagasan, menuangkannya dalam bentuk tulisan dan merangkai ceritanya menjadi narasi yang utuh serta dapat meningkatkan ketertarikan dan minat siswa dalam pembelajaran. 2.2 Kajian Yang Relevan
8 Susi Purwandari. (2012) Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Dengan Menggunakan Media Gambar Seri Pada Siswa IV SD Manggirlor Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul. UNY Trianti Adnan Sari. (2012) Meningkatkan Keterampilan Menulis Narasi Dengan Menggunakan Kooperatif Think Write And Talk (TWT) di Kelas V SD Negeri 101 Klambir. Unimed Begitu juga penelitian yang dilakukan yulan thalib. Dengan judul ‘’ Meningkatkan Kemampuan Siswa Menulis Kalimat Sederhana Melalui Metode yang sama Di Kelas III SDN 2 Ilangata Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara. Dari kegiatan pembelajaran yang diuraikan tersebut, maka hasil belajar siswa pada pelaksanaan tindakan siklus satu mengalami peningkatan dari observasi awal yang hanya 20 % atau 11 siswa yang menguasai materi menjadi 63% atau 16 siswa. Namun demikian, capaian ini belum memenuhi indikator yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga tindakan dilanjutkan pada siklus 2. Setelah pelaksanaan tindakan siklus 2 dengan perbaikan terhadap aspek-aspek yang belum maksimal pada siklus 1, maka diperoleh data sejumlah 14 orang atau 88 % siswa yang telah menguasai/memahami materi dalam menulis narasi. 2.3 Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam penelitian ini diduga jika dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dilaksanakan dengan menggunakan media gambar seri, keterampilan menulis karangan siswa kelas III SDN 04 Popayato Kabupaten Pohuwato dapat meningkat. 2.3 Indikator Kinerja Yang menjadi keberhasilan penelitian ini apabila 75 % siswa yang diteliti pada Kelas III SDN 04 Popayato Kabupaten Pohuwato menunjukan peningkatan dengan nilai 7,5 keatas, maka penelitian dinyatakan selasai.. BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi melalui media gambar seri penelitian ini dilaksanakan di SDN 04 Popayato Kabupaten Pohuwato. Adapun kelas yang dikenai tindakan adalah siswa kelas kelas III dengan jumlah siswa 16 yang terdiri dari siswa laki-laki 2 siswa dan siswa perempuan 14 siswa. Untuk penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus masing-masing terdiri dari satu kali pertemuan. Sebelumnya peneliti melakukan observasi awal yang menjadi dasar penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada table berikut: 3.1.1 Observasi Awal Data yang menajdi dasar awal peneliti merupakan hasil pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang merupakan mitra serta pengamat dari peneliti. Observasi awal dilaksanakan dengan memfokuskan penelitian pada keterampilan menulis narasi dengan 3 aspek yang akan dinilai tema, alur, dan latar. Berdasarkan hasil dari observasi yang ada penelitian memperoleh suatu gambaran keterampilan menulis narasi yang memiliki oleh siswa masih sangat rendah 56 %. Untuk itu peneliti menyaiapkan segala sesuatu yang akan digunakan dalam pelaksanaan tindakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada tindakan siklus I.
3.1.2 Hasil Pemantauan Evaluasi siswa Siklus 1 No
Nama aspek yang diamati
1
Tema
2
Alur
Criteria penilaian Menulis Narasi T KT TT T
Jumlah
Presentase
11 2 3 11
69 % 13 % 18 % 69 %
9
3
Latar
4
Ejaan
5
Tanda baca
6
Kesesuaian isi dengan gambar
KT TT T KT TT T KT TT T KT TT Media Gambar Seri T KT TT
2 3 11 2 3 11 2 3 11 2 3
13 % 18 % 69 % 13 % 18 % 69 % 13 % 18 % 69 % 13 % 18 %
11 2 3
69 % 13 % 18 %
Dari data tersebut peneliti melakukan refleksi yang dilaksanakan pada siklus I dengan tujuan untuk mengetahui hasil keterampilan menulis narasi siswa yang telah diperoleh apakah tindakan yang telah dilaksanakan dapat mempengaruhi peningkatan keterampilan siswa yang belum mencukupi standar indicator kinerja, maka peneliti dan guru mitra mengadakan tindakan untuk memperbaiki tindakan pada siklus selanjutnya. Dari refleksi ini maka peneliti dan guru mitra dapat menetapkan beberapa kelemahan yang ada pada pelaksanaan pembelajaran 1) mengaitkan kehidupan dengan realitas kehidupan, 2) menggunakan media gambar seri secara efektif, 3) mengusai kelas, 4) menghasilkan pesan yang menarik, 5) menimbulkan partisipasi siswa, 6) melibatkan siswa dalam pemanfaatan media gambar seri, 7) menunjukan sikap terbuka 8) menumbuhkan keceriaan, 8) membantu kemajuan, 10) menggunakan bahasa 11) melakukan penilaian 12) melaksanakan tindakan, 13) menyampaikan peasan. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, maka peneliti dan guru mitra dapat menyimpulkan bahwa untuk memperbaiki segala kelemahan-kelemahan yang ada pada pelaksanaan siklus I maka harus disempurnakan pada pelaksanaan tindakan di siklus selanjutnya. 3.1.3
Hasil Pemantauan dan Evaluasi Kemampuan Menulis Siklus II
No
Nama aspek yang diamati
1
Tema
2
Alur
3
Latar
4
Ejaan
5
Tanda baca
6
Kesesuaian isi dengan gambar
Criteria penilaian Menulis Narasi T KT TT T KT TT T KT TT T KT TT T KT TT Media Gambar Seri T KT TT
Jumlah
Presentase
13 0 3 13 0 3 13 0 3 13 0 3 13 0 3
81 % 0% 19 % 81 % 0% 19 % 81 % 0% 19 % 81 % 0% 19 % 81 % 0% 19 %
13 0 3
81 % 0% 19 %
Dari hasil capaian analisis aspek penilaian di atas. Peneliti mendapat hasil pantauan pada setiap siswa terhadap aspek-aspek penilaian. Presentase kemampuan menulis permulaan pada siswa kelas II yang ditemui pada saat pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut: Penulisan huruf
10 dengan kriteria mampu (M) adalah 78 % dari 23 orang siswa yang menjadi subyek penelitian atau 18 orang siswa dan kriteria kurang mampu (KM) 22 % atau 5 orang siswa. Ketepatan tanda baca kriteria mampu (M) 78 % dari 23 orang siswa yang menjadi subyek penelitian atau 18 orang siswa, kriteria kurang mampu (KM) 17 % atau 4 orang siswa dan kriteria tidak mampu (TM) 1 orang atau 4 % dari 23 orang siswa. Ketangkasan kriteria mampu mampu (M) 83 % dari 23 orang siswa yang menjadi subyek penelitian atau 19 orang siswa, kriteria kurang mampu (KM) 4 % atau 1 orang, dan kriteria tidak mampu 13 % atau 3 orang dari 23 orang siswa. Keterampilan dalam menulis kriteria mampu (M) 78 % dari 23 orang siswa yang menjadi subyek penelitian atau 18 orang siswa, kriteria kurang mampu (KM) 17 % atau 4 orang siswa dan kriteria tidak mampu (TM) 1 orang atau 4 % dari 23 orang siswa. Dari data tersebut peneliti melakukan refleksi yang dilaksanakan pada siklus II dengan tujuan untuk mengetahui hasil keterampilan menulis narasi siswa yang telah diperoleh apakah tindakan yang telah dilaksanakan dapat mempengaruhi peningkatan keterampilan siswa yang belum mencukupi standar indicator kinerja. Berdasarkan hasil refleksi siklus II, yang dilakukan guru masih ada aspek yang kurang namun sudah mencapai indicator kinerja yang telah ditetapkan sehingga pelaksanaan tindakan kelas tidak dilanjutkan lagi kesiklus selanjutnya.
3.2 PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian diatas, jelas bahwa peningkatan keterampilan menulis narasi siswa dapat meningkat. Dari hasil pengamatan observasi awal diperoleh data hasil keterampila siswa sangat renda dari 16 siswa siswa keseluruhan jumlah siswa terdapat 9 siswa atau 56 % siswa yang criteria tepat, criteria kurang tepat terdapat 3 siswa atau 19 % sedangkan kriteria tidak tepat 4 atau 25 %. Dengan hasil yang diperoleh pada observasi awal ini menunjukan bahwa masih rendah keterampilan menulis narasi siswa. Oleh karena itu peneliti melanjutkan dengan pelaksanaan siklus I. Pada pelaksanaan siklus I dari 16 siswa keseluruhan jumlah siswa terdapat 10 siswa atau 63 % siswa yang criteria tepat, 2 siwa atau 12 % siswa yang criteria kurang tepat sedangkan criteria tidak tepat 4 orang siswa atau 25 %. Hal tersebut menandakan bahwa masih rendahnya keterampilan siswa menulis narasi melalui media gambar seri, sehingga peneliti dan guru mitra melakukan refleksi untuk melihat kelemahan-kelemahan proses pembelajaran yang terdapat pada siklus I dan dilanjutkan pada siklus II. Dari hasil tindakan pada siklus II terjadi peningkatan yang signifikan pada keterampilan siswa dalam hal menulis narasi hal ini terlihat pada capaian yang diperoleh 16 siwa dimana, 13 siswa atau 81 % mendapat kriteria tepat, 0 siswa criteria kurang tepat atau 0 %, sedangkan kriteria tidak tepat 3 siswa atau 19 %. Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa peningkatan keterampilan menulis narasi siswa melalui media gambar seri. Pada siklus I sampai dengan pelaksanaan tindakan pada siklus II Nampak sekali terjadi peningkatan keterampilan siswa, dengan demikian terbukti setelah melalui penelitian tindakan kelas keterampilan siswa menulis narasi melalui media gambar seri meningkat. Dengan demikian hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat diterima. BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan media gambar seri ternyata dapat meningkatkan keterampilan belajar siswa pada materi menulis narasi siswa di SDN 04 Popayato kabupaten Pahowato. 4.2 Saran Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi siswa, pelaksanaan tindakan keals ini diharapkan menjadi pemacu dalam meningkatkan prestasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
11 2. Bagi guru, kiranya pelaksanaan dan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi rekanrekan guru Bahsa Indonesia dalam menyajikan materi sebaiknya harus selektif dalam memilih media yang dipandang bersesuai dengan materi yang diajarkan 3. Bagi sekolah, pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan akan memberikan sumbangsi yang besar pada sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA Arief S.Sadiman, 2009. http://meretasmasadepan.blogspot.com/2011/03/langkahlangkahpengembangan-media.html. Diakses 5 Februari 2014 Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi 1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra Kelas Tinggi. Jakarta. Dirjen Dikti, Depdikbud Haryadi dan Zamzani.1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Depdikbud. Keraf. 2001. http://odazzander.blogspot.com/2012/01/karangan-narasi.html. Diakses 24 Februari 2014 Lie. 2005. http://odazzander.blogspot.com/2012/01/karangan-narasi.html. Diakses 24 Februari 2014 Moh. Yunus. 2008. Dasar-dasar Keterampilan Bahasa Indonesia. Surakarta. Unesco. Nurgiyantoro 2001. Penilaian Dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta. BPFE Saleh Abbas 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia Yang Efektif Di Sekolah Dasar. Departemen Pendidikan Nasional Suparno dalam Yunus. 2008. Keterampilan Mengarang. Yogyakarta Sudirman. 2006. http://meretasmasadepan.blogspot.com/2011/03/langkahlangkah-pengembanganmedia.html. Diakses 4 Februari 2014 Soepomo. 2006. http:/kiflipaputungan.wordpres.com/2010/06/27/pengembangan pembelajaran. Diakses 4 Februari 2014 Tarigan H. G. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung. Angkasa. The Liang Gie. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta.
media