MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI TEKNIK BERMAIN PETAK UMPET DI PAUD TINDAHIYA KECAMATAN SUWAWA TENGAH KABUPATEN BONE BOLANGO Rosdiyana N. Ali Universitas Negeri Gorontalo Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Ruslin W. Badu, Irvin Novita Arifin ABSTRAK RosdiyanaN. Ali. NIM 153 411 105.“Meningkatkann Kemandirian anak melalui teknik bermain petak umpet di PAUD tindahiya kecamatan suwawa tengah kabupaten Bone Bolano, program studi S1- PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo, Pembimbing I : Dr. Hj. Ruslin W. Badu, M.Pd, pembimbing II : Irvin Novita Arifin, S.Pd, M.Pd. Penelitian ini dilakukan dengan mengajukan masalah“ Apakah Melalui Teknik Bermain Petak Umpet, Kemandirian Anak di PAUD Tindahiya Kec. Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango dapat ditingkatkan “.Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemandirian anak melalui teknik bermain petak umpet di PAUD Tindahiya Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolano. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode PTK yang diolah secara kualitatif, dengan empat tahapan penelitian yakni :persiapan, pelaksanaan tindakan, pemantauan dan evaluasi refleksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa siklus I terdapat 65 % atau 13 anak dari 20 anak yang memperoleh criteria mampu, 35 % atau 7 orang memperoleh kriteria tidak mampu dari 20 anak dan 15 % atau 3 orang dari 20 anak memperoleh kriteria tidak mampu. Hasil yang dicapai pada siklus II sudah mencapai indikator kinerja sehingga tindakan tidak dilanjutkan kesiklus berikutnya. Dapat Disimpulkan Bahwa Teknik Bermain Petak Umpet Dapat Meningkatkan Kemandirian Anak di PAUD Tindahiya Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango.
Kata Kunci :Kemandirian Bermain Petak Umpet
Rosdiyana N.Ali Jurusan PG PAUD Universitas Negeri Gorontalo,Dr Hj Ruslin W Badu M.P.D Dosen Asdir I Pasca Sarjana Universitas Negeri Gorontalo Irvin Novita Arifin,S,Pd,M.Pd Dosen Jurusan PG PAUD Universitars Negeri Gorontalo
PENDAHULUAN Anak usia dini disebut dengan istilah golden age atau usia emas karena pada rentang usia ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangannya yang sangat pesat pada berbagai aspek. Setiap anak akan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Anak sebagai makhluk individu dan sosial yang sangat berhak untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Dengan pendidikan yang diberikan diharapkan anak dapat tumbuh-kembang secara cerdas sesuai dengan potensi yang dimilikinya.I Sesuai pengalaman dan pengamatan selama ini, anak yang kurang kemandiriannya, agak sulit dalam menyesuaikan diri, lambat dalam menyelesaikan tugas. Dalam aktivitasnya anak selalu tergantung pada orang tua. Anak kurang berani dalam melakukan sesuatu, bahkan takut dalam mengikuti kegiatan motorik kasar.2 Di sisi lain anak yang memiliki kemandirian akan mudah untuk diterima oleh anak – anak dan teman – teman sekitarnya. Sebaliknya anak-anak yang tidak mandiri akan berpengaruh negatif terhadap perkembangannya. Jika hal ini tidak segera diatasi, anak akan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga ia memiliki kepribadian yang kaku, tidak percaya diri, selalu tergantung pada orang lain, misalnya mulai dari persiapan berangkat sekolah, ketika di lingkungan sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah. Dalam persiapan berangkat sekolah, misalnya anak selalu ingin dimandikan orang tua, dibantu berpakaian, minta disuapi, buku peralatan sekolah disiapkan orang tua, termasuk mengantar ataupun menjaga di sekolah. 3 Berdasarkan hasil observasi di PAUD Tindahiya KecamatanSuwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango, dari jumlah anak 20 orang terdapat 12 orang (60%) yang kurang memiliki kemandirian. Adapunperilaku yang nampak yakni banyak tergantung pada orang tua seperti menangis ketika tidak ditunggui oleh orang tua, tidak mau mengerjakan tugas tanpa bantuan orang tua, dalam kegiatan di sekolah belum dapat mengerjakan sendiri, kurang beraktivitas. 4 Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan teknik bermain petak umpat.Suyadi (2009:64) mengemukakan petak umpat adalah permainan yang dilakukan oleh dua anak atau lebih, di mana kegiatan intinya adalah sembunyi dan mencari. 5 IdentifikasiMasalah Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagaiberikut: a) Terdapat 12 orang anak yang belummandiri.
b) Guru belum menerapkan teknik yang tepat dalam memupuk kemandirian. c) Dalam kegiatan anak selalu tergantung pada orang tua dan guru d) Anak dalam proses pembelajaran belum menunjukkan perilaku mandiri RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah Kemandirian Anak PAUD Tindahiya Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango, dapat ditingkatka melalui teknik bermain petak umpat?”.
Cara PemecahanMasalah Untuk meningkatkan kemandirian anak, digunakan teknik bermain petak umpat, yang dikemukakan oleh Suyadi (2009:66) sebagai berikut: a) Mengumpul beberapa anak (minimal dua anak) dan meminta semuanya menyentuh benda tertentu sebagai pegangan dalam bermain. b) Meminta salah satu dari mereka untuk menutup matanya selama sepuluh detik, dibarengi dengan suara keras. c) Ketika hitungan telah dimulai, suruhlah anak yang lain untuk bersembunyi. d) Sebelum hitungan kesepuluh, mereka semua harus sudah bersembunyi dengan rapat. e) Setelah itu, suruhlah anak yang menutup mata untuk membuka dan mencari temantemannya yang sembunyi tadi. f) Jika ia berhasil menemukan salah satu dari temannya, maka ia menang. Sebaliknya, jika ia tidak mampu menemukan satu pun dari temannya yang sembunyi, maka ia kalah. TujuanPenelitian Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah, untuk meningkatkan kemandirian anak melalui teknik bermain petak umpat, di PAUD Tindahiya Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango. ManfaatPenelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: a) Bagi anak; membentuk sikap kemandirian melalui teknik bermain petak umpet. b) Bagi guru; memberi pengetahuan bagi guru, dalam merancang pembelajaran melalui teknik bermain yang dapat membantu anak agar mandiri dalam pembelajaran.
c) Bagi sekolah; meningkatkan peran sekolah untuk mewujudkan pembelajaran anak yang berkualitas. d) Bagi peneliti; member pengalaman dalam membimbing anak, agar lebih mandiri dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan.
Pengertian Kemandirian Bahara (2008) berpendapat kemandirian berasal dari kata dasar diri, maka pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat dilepaskan dari perkembangan diriitu sendiri.Diri adalah inti dari kepribadian dan merupakan titik pusat yang menyelaraskan dan mengkoordinasikan seluruh aspek kepribadian.Kemandirian juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang tidak bergantung kepada otoritas dan tidak membutuhkan arahan secara penuh (Parker, 2005). Pada dasarnya kemandirian dapat dimanifestasikan dalam bentuk sikap maupun perbuatan, sebab sebenarnya sikap merupakan dasar dari terbentuknya suatu perbuatan. Menurut Yasin Setiyawan (2013 : 45), kemandirian adalah keadaan seseorang yang dapat menentukan diri sendiri dimana dapat dinyatakan dalam tindakan atau perilaku seseorang yang dapat dinilai. Berangkat dari definisi tersebut, maka dapat diambil pengertian kemandirian adalah keadaan seseorang yang dapat berdiri sendiri, tumbuh dan berkembang karena disiplin dan komitmen sehingga dapat menentukan diri sendiri yang dinyatakan dalam tindakan dan perilaku yang dapat dinilai (Bahara, 2008). Dengan demikian kemandirian dapat disimpulkan sebagaikemampuan individu untuk berdiri sendiri yang ditandai dengan Keberanian mengambil inisiatif, mencoba mengatasi masalah tanpa minta bantuan orang lain, memperoleh kekuatan dari usaha-usaha, berusaha dan mengarahkan tingkah laku menuju kesempurnaan. Dalam Permen Diknas No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Anak Usia Dini, lingkup perkembangan yang diajarkan ada lima aspek perkembangan yaitu : 1. NAM (Nilai Agama dan Moral ) 2. SEK ( Sosial Emosional Kemandirian ) 3. Bahasa 4. Kognitif 5. Fisik Motorik Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku mandiri akan terwujud pada setiap anak, apabila orang tua ataupun guru menanamkan rasa percaya diri, memberi kebebasan kepada anak untuk berbuat tanpa tekanan sehingga anak cerdas dalam mengambil keputusan, tidak tergantung pada orang lain, dan memiliki keseimbangan emosional.
Usaha Membangun Kemandirian Dalam upaya membangun kemandirian anak sebaiknya banyak dilibatkan langsung pada aktivitas pembelajaran, seperti yang dikemukakan Piaget (dalam Mariyana, dkk, 2010:7) bahwa anak-anak dengan aktif
secara terus menerus mengolah berbagai
pengalamannya dengan cara mengembangkan dan meng-organisasikan struktur mentalnya melalui berbagai proses yang dilakukannya dari waktu dan berbagai kesempatan. Selanjutnya Yulianti (2010:8) menjelaskan setiap anak mempunyai potensi yang sangat penting untuk dikembangkan. Potensi tersebut meliputi moral, nilai-nilai agama, sosial, emosional, kognisi, bahasa, fisik atau motorik, perilaku mandiri dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar. Menurut Munandar (2009:35) bahwa anak kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Terdapat beberapa upaya membangun perilaku mandiri anak, menurut Munandar (2009:37) meliputi: a. Motivasi untuk kreatif b. Keamanan Psikologis c. Kebebasan Psikologis Selain hal-hal yang telah dikemukakan, dalam membangun perilaku mandiri anak, orang tua maupun guru perlu memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut: a. Membentuk Rasa Percaya Diri b. Memberi teladan dan contoh yang baik c. Prinsip Merefleksikan selera anak Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Anak Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kemandirian anak TK antara lain orang tua, guru dan lingkungan.
a. Faktor Orang Tua Siswanto dan Lestari (2012:3) menguraikan anak-anak adalah generasi penerus. Melalui pendidikan dan pemberian terbaik orang tua kepada anak, kelak mereka akan siap menghadapi tantangan zaman yang senantiasa berubah. Orang tua memiliki kelebihan dalam mendidik anak, karana hal itu dapat dilakukan sepanjang waktu dan disertai kasih sayang. Berbeda dengan pendidikan di sekolah, dimana waktunya terbatas dan tidak disertai kasih
sayang hakiki. Kasih guru kepada muridnya tentu berbeda dengan kasih orang tua kepada anaknya. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat dipahami orang tua sebagai peletak dasar tumbuh-kembangnya anak baik dari segi fisik dan psikhis; termasuk aspek perilaku mandiri. Perilaku mandiri anak dapat terwujud apabila orang tua mengetahui dan memahami fase dan tugas perkembangan anak. b. Faktor Lingkungan Maya dan Wido (2006: 8) mengemukakan dari lingkungan hidupnya anak-anak belajar, jika anak mengenyam rasa aman, ia akan terbiasa mengendalikan diri dan mempercayai orang sekitarnya. Dengan demikian, lingkungan sebagai unsur yang mensuplai atau menyediakan sejumlah rangsangan perlu mendapatkan perhatian sungguh-sungguh. Diperlukan perencanaan dan seleksi khusus agar dapat menyediakan lingkungan yang cocok dan diperlukan oleh anak. Ketepatan lingkungan yang disediakan akan memberi pengaruh pada proses dan hasil perilaku anak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini ditegaskan oleh Gagne (dalam Mariyana, dkk, 2010:11) bahwa kejadian-kejadian pada lingkungan akan sangat berpengaruh pada hasil belajar anak. Logikanya, adalah semakin baik suatu lingkungan dipersiapkan, anak akan semakin tinggi respons positif dari anak-anak. Dengan demikian, akan diperoleh dampak yang semakin relevan baik harapan guru maupun orang lain. Pengertian Bermain Hildebrand (dalam Isjoni, 2009:87) bermain berarti berlatih, mengekspresi, merekayasa, mengulang latihan apapun yang dapat dilakukan untuk mentransformasikan secara imajinasi hal-hal yang sama dengan dunia orang dewasa. Mutiah (2010:113) menguraikan pengertian permainan dan bermain.Permainan dan bermain memiliki arti dan makna tersendiri bagi anak.Permainan mempunyai arti sebagai sarana mensosialisasikan diri (anak)
artinya
permainan
digunakan
sebagai
sarana
membawa
anak
kealam
masyarakat.Mengenalkan anak menjadi anggota suatu masyarakat, mengenal dan menghargai masyarakat.Permainan sebagai sarana untuk mengukur kemampuan dan potensi diri anak. Anak akan menguasai berbagai macam benda, memahami sifat-sifatnya maupun peristiwa yang berlangsung di dalam lingkungannya. Bermain bagi anak adalah hidup dan hidup adalah permainan. Anak-anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya di mana pun mereka memiliki kesempatan, sehingga bermain adalah salah satu cara anak usia dini belajar, karena melalui
bermainlah anak belajar tentang apa yang ingin mereka ketahui dan pada akhirnya mengenal semua peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Permainan adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan manusia. Dimulai dari usia kanakkanak bahkan sampai usia dewasa sekalipun, manusia tetap tidak bisa terlepas dari permainan. Hal ini bisa kita lihat dari banyaknya permainan yang tersedia saat ini di pasaran.Sebagai contoh adalah permainan Petakumpat.Sebenarnya permainan-permainan tradisional (permainan rakyat) itu mengandung unsur-unsur pendidikan yang sangat baik, misalnya mengajarkan orang untuk sprortif, jujur dan kreatif. Permainan Petakumpet secara fisik akan menjadikan anak lebih kuat dan tangkas. Belum lagi manfaat emosional, intelektual, dan sosialnya yang akan berkembang dalam diri anak tersebut. Manfaat buat anak: belajar menghitung, melatih motorik kasar, mengasah ketelitian dan kepekaan, melatih kesabaran, belajar mengingatnama, belajar mengikuti aturan. Manfaat permainan petak umpet dikemukakan oleh Suyadi (2009:65) sebagai berikut: Anak menjadi lebih aktif, Anak bisa belajar bersosialisasi, Belajar berhitung, Membuat anak menjadi kreatif, Melatih anak patuh pada aturan, Belajar berdiskusi akan suatu masalah, Melatih sportivitas anak Pada kesimpulannya bermain dan permainan tidak dapat dipisahkan pada kegiatan anak. Tanpa bermain dan permainan, orang tua dan guru tidak dapat mengidentifikasi proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermain Petak Umpat dan Peranannya Dalam Membentuk Kemandirian Anak Bermain petakumpet termasuk pada permainan edukatif yang bertujuan merangsang proses kemandirian anak. Howard Gamer (dalam Siswanto & Lestari, 2012:39) menyatakan anak-anak yang berada dalam rentang usia antara 0-7 tahun adalah anak usia dini yang berada dalam tahap eksplorasi. Masa usia dini tersebut adalah saat yang tepat untuk mengenali berbagai kecerdasan yang dimiliki seorang anak. Agar para orang tua dan guru dapat mengenali atau menggali potensi kecerdasan sang anak. Sebaiknya anak dibebaskan untuk memilih jenis kegiatan yang disenangi. Dengan demikian, anak maupun orang tua dan guru dapat mengidentifikasi kombinasi antara kecerdasan anak yang cendrrung menonjol atau kuat maupun jenis-jenis kecerdasan yang tampak kurang berkembang. Selanjutnya kemandirian anak perlu difasilitasi dengan memberikan rangsangan yang sesuai, sehingga anak dapat melakukan aktivitasnya sendiri tanpa bantuan orang lain. Mashar (2011:65) mengemukakan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari orang tua dan
guru, terkait dengan pembentukan kemandirian antara lain: a) tidak terlalu melindungi; b) tidak terlalu cepat membantu; c) mendukung anak untuk mengatasi masalah; d) menunjukkan empati; e) menetapkan aturan-aturan yang tegas dan konsisten. Bermain petak umpet merupakan salah satu jenis permainan yang sangat membantu pembentukan kemandirian. Kemandirian perlu diasah sejak dini, karena kemandirian merupakan salah satu proses keberhasilan individu dalam berbagai aspek kehidupan. Kemampuan anak dalam mengembangkan kemandirian, berkorelasi positif dengan keberhasilan akademis, social dan kesehatan mentalnya.Anak yang memiliki kemandirian identik dengan anak yang bahagia, sukses, dan mampu menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Penelitian Yang Relevan Dari dua kajian penelitian yang dipaparkan diatas dapat dihubungkan dengan hasil penelitian peneliti, bahwa kemandirian anak merupakan hal yang penting bagi Perkembangan Anak Usia Dini. Relevansinya dengan penelitian Hastin Yasmin Ismail dan Wirna Jahya terdapat persamaan dan perbedaan.Persamaan dengan penelitian terdahulu adalah tujuan penelitian yaitu meningkatkan kemandirian.Perbedaannya pada penelitian terdahulu menggunakan tehnik Positive Reinforcement dan metode pemberian tugas sedangkan penelitian ini menggunakan tehnik bermain petak umpet. Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam penelitian ini adalah: ”Jika guru menggunakan teknik bermain petak umpat, maka kemandirian anak di PAUD Tindahiya Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango, dapat ditingkatkan”. Indikator Kinerja Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah apabila 85% anak telah memiliki kemandirian, yakni terjadi peningkatan dari 8 (40%) menjadi 17 orang (85%) dari jumlah anak 20 orang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Tindahiya Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango. Karakteristik Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah anak PAUD Tindahiya Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango, yang berusia rata-rata 4-5 tahun, berjumlah 20 orang anak terdiri dari 8 orang anak laki-laki dan 12 orang anak perempuan.
Variabel Penelitian Variabel penelitian meliputi:
Variabel Input Menyangkut karakteristik anak PAUD Tindahiya Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango, guru sebagai pelaksana tindakan, materi pelajaran, sumber belajar yang digunakan, prosedur evaluasi dan alat-alat pendukung lainnya. Variabel Proses Untuk meningkatkan kemandirian anak, digunakan teknik bermain petak umpat, yang dikemukakan oleh Suyadi (2009:66) sebagai berikut: a. Mengumpul beberapa anak (minimal dua anak) dan meminta semuanya menyentuh benda tertentu sebagai pegangan dalam bermain. b. Meminta salah satu dari mereka untuk menutup matanya selama sepuluh detik, dibarengi dengan suara keras. c. Ketika hitungan telah dimulai, suruhlah anak yang lain untuk bersembunyi. d. Sebelum hitungan kesepuluh, mereka semua harus sudah bersembunyi dengan rapat. e. Setelah itu, suruhlah anak yang menutup mata untuk membuka dan mencari temantemannya yang sembunyi tadi. f. Jika ia berhasil menemukan salah satu dari temannya, maka ia menang. Sebaliknya, jika ia tidak mampu menemukan satu pun dari temannya yang sembunyi, maka ia kalah. Variabel Output (Hasil)
Variabel output dalam penelitian ini menurut Permen 58 dengan indikator sebagai berikut : a. Mampu memilih kegiatan sendiri b. Mampu bekerja sendiri c. Melaksanakan tugas yang diberikan sampai selesai
Prosedur Penelitian Tahap Persiapan Dalam rangka pelaksanaan penelitian tindakan kelas, diadakan persiapan-persiapan sebagai berikut: 1. Mengadakan konsultasi dengan kepala sekolah dan guru mitra dalam pelaksanaan tindakan kelas. 2. Mempersiapkan scenario pembelajaran, beserta media yang akan digunakan. 3. Menyusun pedoman observasi yang akan digunakan dalam penelitian Tahap Pelaksanaan Tindakan Pada pelaksanaan tindakan diadakan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Tema siklus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yakni membentuk kemandirian pada anak. Jika pada Siklus II belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan, maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Tahap Pemantauan dan Evaluasi Pemantauan dan evaluasi berlangsung dalam setiap siklus, dan hasilnya akan dibahas dalam tahap analisis dan refleksi. Adapun pedoman dalam melakukan pemantauan dan evaluasi dalam meningkatkan kemandirian pada anak melalui teknik bermain petak umpet. Tahap Analisis dan Refleksi Pada tahap ini dilakukan analisa prosentase untuk mengetahui proses dan hasil yang dicapai dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, sedangkan refleksi dilakukan untuk mengukur dan membandingkan hasil yang dicapai pada setiap siklus dengan target yang ditetapkan.
Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menunjang dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu melalui observasi dan dokumentasi sebagai pendukung.
Teknik Analisa Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan pada setiap kegiatan data yang dianalisis meliputi hasil pengamatan di setiap siklus.
HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Tindahiya Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango. Adapun tujuan pembelajaran di PAUD Tindahiya sama dengan pembelajaran di PAUD lainnya, yakni menjadikan anak cerdas dan terampil sesuai dengan karakteristik pertumbuhannya. Fasilitas yang dimiliki oleh sekolah ini masih terbatas baik media, ataupun perlengkapan lainnya yang menunjang proses pembelajaran. Tenaga pendidik yang ada di sekolah ini berjumlah 2orang yakni kepala sekolah dan 1 orang tenaga honorer, jumlah anak didik yang berusia 4 – 5 tahun yakni 20 orang. Observasi Awal Observasi awal dilaksanakan pada hari Senin tanggal 25 Oktober 2014. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini, menunjukkan bahwa terdapat 12 orang (60%) dari jumlah 20 orang anak yang belum memiliki kemandirian dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan observasi awal diatas maka guru berupaya meningkatkan kemandirian anak melalui tehnik bermain petak umpet. Penelitian Tindakan Kelas Siklus I Pertemuan 1 Tahap Persiapan, Tahap Pelaksanaan Tindakan, Tahap Pemantauan dan Evaluasi, Tahap Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil prosentase rata – rata kegiatan tindakan kelas pada Siklus I Pertemuan 1 dapat dilihat terjadi peningkatan kemandirian anak melalui tehnik bermain petak umpet di PAUD Tindahiya Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango dari tiga aspek kemandirian yang diamati peningkatan mencapai 50 % yang mampu dan 50 % yang tidak mampu. Penelitian Tindakan Kelas Siklus I Pertemuan 2 Tahap Persiapan, Tahap Pelaksanaan Tindakan, Tahap Pemantauan dan Evaluasi, Tahap Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil prosentase rata – rata kegiatan tindakan kelas pada Siklus I Pertemuan 2 dapat dilihat terjadi peningkatan kemandirian anak melalui tehnik bermain petak umpet di PAUD Tindahiya Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango dari tiga aspek kemandirian yang diamati peningkatan mencapai 65 % yang mampu dan 35 % yang tidak mampu.
Penelitian Tindakan Kelas Siklus II Pertemuan 1 Tahap Persiapan, Tahap pelaksanaan Tindakan, Tahap Pemantauan dan Evaluasi, Tahap Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil prosentase rata – rata kegiatan tindakan kelas pada Siklus II Pertemuan 1 dapat dilihat terjadi peningkatan kemandirian anak melalui tehnik bermain petak umpet di PAUD Tindahiya Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango dari tiga aspek kemandirian yang diamati peningkatan mencapai 75 % yang mampu dan 25 % yang tidak mampu.
Penelitian Tindakan Kelas Siklus II Pertemuan 2 Tahap Persiapan, Tahap pelaksanaan Tindakan, Tahap Pemantauan dan Evaluasi, Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil persentase rata – rata kegiatan tindakan kelas pada siklus II Pertemuan 2, dapat dilihat terjadi peningkatan kemandirian anak melalui teknik bermain petak umpet di PAUD Tindahiya Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango.Dari tiga aspek kemandirian anak yang diamati peningkatan mencapai 85%.Hal ini dibuktikan dengan tercapainya indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya.Mencermati temuan pada siklus II pertemuan 2 ini, maka pelaksanaan penelitian tindakan kelas tidak dilanjutkan ke siklus III. Pembahasan Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan anak usia dini bertujuan membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikhis, dan fisik yang meliputi moral serta nilai-nilai agama, social emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk memasuki pendidikan dasar. Meningkatkan kemandirian anak melalui teknik bermain petak umpet, sesuai dengan pendapat Mariyana, dkk (2010:9) yang menyatakan bahwa terdapat tiga kata kunci yang saling terkait yang harus terpenuhi dalam penyediaan lingkungan belajar bagi anak usia dini, yakni: a) banyak menyajikan sesuatu yang konkret; b) dirancang secara simultan; c) menarik minat atau menyenangkan anak. Pada penelitian tindakan kelas digunakan teknik bermain petak umpet yang disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.Hal ini ditegaskan oleh Suyadi (2009:21) bahwa pemilihan jenis permainan yang sesuai dengan perkembangan anak perlu dilakukan agar pesan edukatif dalam setiap permainan dapat ditangkap anak dengan mudah dan
menyenangkan.Jika anak mampu memainkan jenis mainan tertentu secara sempurna, maka anak tersebut bisa dikatakan berhasil dalam bermain sambil belajar. Teknik bermain petak umpet merupakan salah satu teknik bermain yang dapat membantu perilaku mandiri, hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Seefeldt dan Wasik (2008:169), dengan proses bermain, anak mampu menjadi pribadi mandiri, terkendali perilaku mandiri sendiri dan tidak peduli apakah ada orang dewasa di dekatnya. Dengan teknik bermain pula membantu anak mengenal dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan. Pelaksanaan pembelajaran dengan bermain bagi anak-anak akan memperlihatkan kematangan otak, perkembangan kapabilitas rasional yang membantu memperoleh pengetahuan, pengalaman-pengalaman melalui aktivitas dinamis, spontan, dan memikat serta menyenangkan. Hasil penelitian terkait dengan meningkatkan kemandirian anak melalui teknik bermain petak umpet, menunjukkan hasil yang sangat signifikan.Dari kegiatan observasi awal anak yang memiliki kemandirian hanya berjumlah 8 orang (40%) dari jumlah anak 20 orang. Kenyataan di lapangan tentang masih rendahnya kemandirian anak meliputi: a) banyak tergantung pada orang tua seperti menangis ketika tidak ditunggui/dijaga orang tua; b) tidak mengerjakan tugas tanpa bantuan orang tua; c) dalam kegiatan di sekolah belum dapat mengerjakan sendiri, kurang beraktivitas. Hal tersebut selanjutnya menjadi dasar untuk melaksanakan tindakan melalui kegiatan siklus I pertemuan 1 dilaksanakan peneliti bersama guru mitra, terutama memberi contoh peran anak pada pelaksanaan bermain petak umpet.Selanjutnya secara bergilir anak bermain petak umpet.Adapun pesan edukatif yang diperoleh pada permainan ini adalah membentuk sikap kemandirian, yakni perilaku berani dalam melakukan suatu aktivitas. Berdasarkan hasil analisis dan tindakan pada siklus I pertemuan 1, menunjukkan bahwa terjadi perubahan yang cukup berarti dalam peningkatan kemandirian dari 8 orang (40%) menjadi 10 orang (50%) pada criteria mampu dan tidak mampu 10 orang (50%) dari jumlah anak 20 orang. Tindakan pada siklus I pertemuan 1 selanjutnya diikuti dengan pertemuan 2. Kelemahan yang ditemui pada siklus I pertemuan 1 diminimalkan dengan banyak memberi peran kepada anak untuk bermain petak umpet. Hal ini dimaksudkan dengan berperannya anak pada permainan memberi percaya diri, berani, motivasi untuk melakukan aktivitas dalam pembelajaran. Selanjutnya pada siklus I pertemuan 2, terjadi peningkatan anak yang memiliki kemandirian menjadi 13 orang (65%) pada criteria mampu dan tidak mampu 7 orang
(35%).Dengan memperhatikan hasil pada siklus I, pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II anak menunjukkan antusiasnya pada teknik bermain petak umpet. Anak sudah menunjukkan minatnya dalam bermain, peran yang diberikan guru dilaksanakan dengan baik, hal ini berpengaruh pada proses pembentukan perilaku kemandirian anak. Adapun hasil yang diperoleh pada siklus II pertemuan 1 rata-rata kemandirian anak pada criteria mampu 15 orang (75%) dan criteria tidak mampu 5 orang (25%). Siklus II pertemuan 2 mencapai rata-rata kemandirian anak 17 orang (85%) pada criteria mampu, dan tidak mampu 3 orang (15%). Dari hasil analisis dan refleksi bersama, diperoleh: a) anak ketika diberi tugas secara spontanitas dapat menyiplak bentuk, membuat sumur dari plastisin, menghubungkan gambar balon dengan angka; b) anak sudah dapat melakukan aktivitas tanpa bantuan orang lain; c) anak sudah menunjukkan kemandirian dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Dari hasil penelitian siklus II terdapat 3 orang anak yang belum mampu untuk mandiri dalam 3 aspek, oleh karena itu upaya guru untuk melatih kemandirian anak seperti membimbing anak setiap hari sebelum dan sesudah pembelajaran, konsultasi dengan orangtua, memberi latihan setiap hari. Yusuf Syamsu (2011:12) menyatakan bahwa usia dini merupakan masa anak belajar untuk menjadi lebih mandiri dan memperhatikan dirinya. Mengenai teknik bermain petak umpet dalam proses pembelajaran ditegaskan oleh Aisyah (2008:5.35) bahwa satu-satunya cara yang efektif untuk memperluas dan memperkaya perkembangan kognitif anak dengan menawarkan kesempatan bermain dalam lingkungan yang tidak menakutkan dan mengetahui pertanyaan atau pernyataan apa yang terbaik dalam mengembangkan permainan anak. Dengan mencermati hasil capaian yang telah diperoleh anak secara eksplisit hipotesis penelitian tindakan kelas ini menyatakan bahwa “ Jika tehnik bermain petak umpet digunakan pada pembelajaran maka kemandirian anak di PAUD Tindahiya Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango meningkat “di terima.
SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa kemandirian anak dapat ditingkatkan melalui teknik bermain petak umpet.Dari kegiatan observasi awal menunjukkan anak yang memiliki kemandirian berjumlah 8 orang (40%). Pada siklus I pertemuan 1 meningkat menjadi 10 orang (50%).Selanjutnya pada siklus I pertemuan 2 terjadi peningkatan kemandirian anak menjadi 13 orang (65%). Pada siklus II pertemuan 1 menjadi 15 orang (75%), dan pada siklus II pertemuan 2 menjadi 17 orang (85%) dari jumlah anak 20 orang. Berdasarkan temuan di atas, maka hipotesis tindakan: “Jika guru menggunakan teknik bermain petak umpet, maka kemandirian anak di PAUD Tindahiya Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango akan meningkat, dapat diterima”.
2 Saran Berdasarkan simpulan tersebut, dapat dikemukakan beberapa saran berikut: 1. Teknik bermain petak umpet, hendaknya diajdikan sebagai salah satu teknik pembelajaran pada anak usia dini. 2. Perlu dilakukan koordinasi dengan kepala TK, guru PAUD untuk selalu merancang pembelajaran yang dapat meningkatkan kemandirian anak.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Ahmad. 2007. Pendidikan Anak Usia Dini, Bandung: Alfabeta Anita, Yus. 2012. Model Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Prenada Media Group Mariyana, dkk. 2010. Pengelolaan Lingkungan Belajar, Jakarta: Prenada Media Group Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran di TK, Rineka Cipta: Jakarta Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta: Rineka Cipta Maya dan Wido. 2006. Mendidik dan Membesarkan Anak Usia Pra Sekolah, Jakarta: Prestasi Pustaka Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini, Jakarta: Prenada Media Group Parmonodewo, Soemantri. 2003. Pendidikan Anak Pra Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pembinaan TK dan SD. 2010. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kementerian Pendidikan Nasional Rich Dorothy. 2008. Sukses Untuk Anak-anak Pra Sekolah, Jogyakarta: Macenan Jaya Cemerlang Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta Siswanto, Lestari. 2012. Pembelajaran Aktaktif dan 100 Permainan Kreatif Untuk Pendidkan Anak Usia Dini, Jogyakarta: Andi Offset Seefeldt, Wasik. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: PT. Indeks Sujiono N. Yuliani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: PT. Indeks