1
Antologi.... Volume, Edisi No., Juni 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA DINI DALAM MENGENAL KONSEP PENGUKURAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PIRAMIDA PINTAR Hana Hapipah1, Komariah2, Susilowati3 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected]
ABSTRAK Kemampuan pengukuran merupakan salah satu capaian perkembangan pada aspek kognitif pada anak usia dini. Rendahnya kemampuan anak di kelompok A TK Insani dalam mengenal konsep pengukuran menjadi acuan peneliti untuk memecahkan masalah tersebut melalui pembelajaran dengan menggunakan media piramida pintar. Kemampuan kognitif yang akan ditingkatkan pada penelitian ini adalah mengenai konsep pengukuran membedakan benda, mengukur benda dengan satuan tidak baku dan mengurutkan benda. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain PTK Elliot. Partisipan dalam penelitian ini adalah 8 orang anak kelompok A (Stroberi) di TK Insani Kecamatan Gede Bage Kota Bandung. Pada Penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data digunakan dengan teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi. Data yang dikumpulkan dianalisis secara kuantitatif, kualitatif, dan teknik triangulasi. Hasil dari penelitian ini memberikan penjelasan bahwa (1) Aktivitas anak dalam mengenal konsep pengukuran dengan menggunakan media piramida pintar telah meningkat dengan baik. Hal ini terlihat dari peningkatan aktivitas anak pada setiap siklusnya. (2) kemampuan kognitif anak dalam mengenal konsep pengukuran setelah mendapatkan pembelajaran dengan media piramida pintar telah meningkat dengan baik. Terbukti dari peningkatan hasil kemampuan anak pada setiap siklusnya. Pada siklus 1 sebesar 54,86%, pada siklus 2 sebesar 74,30%, dan pada siklus 3 mencapai 84,03%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aktivitas anak dan kemampuan anak dalam mengenal konsep pengukuran dengan menggunakan media piramida pintar telah meningkat dengan baik. Kata Kunci: Kemampuan Kognitif, Konsep Pengukuran, Media Piramida Pintar
1
Mahasiswa Penulis Penanggung Jawab 1 3 Penulis Penanggung Jawab 2 2
Hana Hapipah, Komariah, Susilowati, Meningkatkan Kemampuan Kognitif 2 Anak Usia Dini dalam Mengenal Konsep Pengukuran melalui Media Piramida
INCREASE COGNITIVE ABILITY IN EARLY CHILDHOOD OF RECOGNIZE MEASUREMENT CONCEPT USING SMART PYRAMID MEDIA Hana Hapipah4, Komariah5, Susilowati6 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRACT
Measurement ability form one of development performance at cognitive aspect in early childhood. Ability decrease in grup A TK Insani of recognize measurement concept be researcher reference to solve that problem by learning use smart pyramid. Cognitive ability will be enhance in this research is recognize measurement in thing differentiate, thing measure not standard unit and put thing in the right order. Research design that use this research is PTK Elliot design. In this research member subjek is 8 student in grup A (strawberry) TK Insani Kecamatan Gedebade Bandung City. In this research data accumulation using observation sheet, range not, and documentation. Accumulation data technique was use observation technique, interview technique, and documentation technique. Accumulation data was analysis in a quantitative manner, qualitative, and triangulation technique. Research result explenation extend that (1) children activity in recognize measurement concept using smart pyramid media already rise well. That thing visible by children activity rising in every cycle. (2) children cognitive ability in recognize measurement concept after learning obtain use smart pyramid was already rise well. Proved by rising children ability result inevery cycle. In I cycle get 54,86%, in cycle 2 get 74,30%, and in 3 cycle realize 84,03%. Such was the case the conclution is children activity and children ability in recognize measurement concept using smart pyramid media already rise well.
Keywords: Cognitive Ability, Measurement Concepts, Smart Pyramid Media
4
Mahasiswa Penulis Penanggung Jawab 1 6 Penulis Penanggung Jawab 2 5
3
Antologi.... Volume, Edisi No., Juni 2015
Anak usia dini berada pada masa golden age. Masa ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan anak sangat pesat. Menurut pendapat Mutiah, D (2012, hlm. 2) bahwa “rentang anak usia dini merupakan rentang usia kritis dan sekaligus stategis dalam proses pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan ditahap selanjutnya”. Masa kritis disini lebih menekankan bahwa anak akan menyerap segala sesuatu yang dia lihat, rasakan dan alami sendiri walaupun ia tidak tahu baik atau buruk. Sedangkan masa strategis, anak akan sangat mudah untuk diajari hal apapun karena pada tahap ini anak memasuki masa peka dalam perkembangannya. Pada masa ini dapat mempengaruhi proses serta tahap pendidikan yang akan dialami anak selanjutnya. Sejalan dengan itu, Masitoh (2010, hlm. 1) berpendapat bahwa “pendidikan sejak dini merupakan pendidikan yang sangat fundamental untuk pendidikan selanjutnya”. Dengan demikian jelas bahwa pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan pertama dan utama yang akan menjadi pondasi anak dalam menjalankan pendidikan selanjutnya. Salah satu cara agar pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini dapat tercapai dengan baik dan optimal, pemerintah merancang kurikulum pendidikan yang dipakai pada pendidikan anak usia dini yang lebih dikenal dengan istilah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 Tahun 2009. Kurikulum ini masih berlaku dibeberapa taman kanakkanak termasuk di TK Insani. Menurut Piaget (Mutiah, 2012, hlm. 62) anak taman kanak-kanak rentan usia 27 tahun sedang berada pada tahap praoperasional, pada masa anak masih berfikir secara simbolis. Anak akan mengerti yang ia pelajari apabila ia melihat objeknya. Tentunya dalam kegiatan pembelajaran sebisa mungkin guru harus menggunakan media yang real agar anak mampu mengerti dengan apa yang dipelajarinya. Tetapi apabila tidak
memungkinkan, hal tersebut bisa diganti dengan gambar, film, atau media pembelajaran lainnya. Dalam penyediaan media pembelajaran untuk anak tentunya harus menarik dan menyenangkan. Penggunaan media pembelajaran hendaknya disertai dengan eksplorasi langsung dan permainan yang menantang dan menarik bagi anak sehingga tidak bosan dan jenuh dalam proses pembelajarannya. Howard Gadner (dalam Daniati 2013, hlm. 239) menjelaskan bahwa ciri dari kemampuan kognitif anak adalah “Mereka suka bermain yang berkaitan dengan berpikir logis seperti mencari jejak (maze), menghitung benda-benda, timbangmenimbang, dan permainan strategi”. Dalam hal ini timbang menimbang menurut Gardner erat kaitannya dengan konsep pengukuran. Konsep pengukuran pada anak usia dini merupakan salah satu kemampuan kognitif yang harus dicapai oleh anak. Konsep pengukuran pada anak usia dini terdiri mengenal perbedaan benda berdasarkan ukurannya, mengukur benda dengan menggunakan satuan tidak baku, dan mengelompokan benda berdasarkan ukurannya. Umumnya materi pengukuran yang dikenalkan pada pendidikan anak usia dini berkisar anatara mengukur banyaksedikit, panjang-pendek, dan berat-ringan suatu benda. Dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak khususnya dalam mengenal konsep pengukuran dapat dilakukan dengan pembelajaran yang menyenangkan dan menggunakan media dan benda-benda yang real. Dengan demikian pembelajaran diharapkan anak menjadi lebih menarik dan diminati oleh anak, sehingga kemampuan anak dalam konsep pengukuran dapat tercapai dengan optimal. Matematika merupakan salah satu aspek yang dikembangkan dalam kemampuan kognitif. Menurut The National Council of Teacher of Matematics (Sriningsih, 2009, hlm. 54) kompetensi matematika untuk anak usia dini yang
Hana Hapipah, Komariah, Susilowati, Meningkatkan Kemampuan Kognitif 4 Anak Usia Dini dalam Mengenal Konsep Pengukuran melalui Media Piramida dikeluarkan pada tahun 2003 tentang Prinsip dan standar pembelajaran untuk matematika sekolah. Ada sepuluh standar pembelajaran matematika yang ditetapkan oleh NCTM yaitu: “(1) bilangan dan operasi bilangan (2) aljabar (3) geometri (4) pengukuran (5) analisis data dan probabilitas (6) pemecahan masalah (7) penalaran dan pembuktian (8) komunikasi (9) koneksi (10) representasi”. Konsep pengukuran erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Priatna dkk. (2004, hlm. 115) mengemukaan bahwa pengertian “pengukuran adalah salah satu kegiatan memberi tanda dengan bilangan real terhadap objek yang diukur”. Pengertian ini merujuk pada kegiatan pemberian angka untuk sesuatu yang akan diukur. Pengukuran bisa juga diartikan sebagai sebuah proses membandingkan antara suatu benda dengan benda lainnya dan menggunakan satuan ukur yang akan digunakan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh Kellough (1996, hlm. 291) bahwa “measurement is the process of assigning a value to a particular attribute of an object”. Ia mengungkapkan bahwa pengukuran adalah proses untuk menempatkan nilai ke atribut tertentu dari suatu objek. Lebih lanjut Beaty, J (1996, hlm. 61) mengungkapkan bahwa “ada berbagai ukuran umumnya tentang kebalikan seperti besar-kecil, panjang-pendek, luas-sempit, tebal-tipis, dalam-dangkal, kasar-halus”. Umumnya dalam mengajarkan konsep ukuran pada anak usia dini yaitu mengenai konsep kebalikan. Misalnya menjelaskan mengenai konsep besar dan kecil, panjang dan pendek, banyak dan sedikit dan lain sebagainya. Biasanya pada anak usia dini pengukuran ini hanya sebatas membandingkan 2 benda. Hal ini menyebabkan bahwa dalam pengukuran biasanya bersifat tidak pasti, karena hasil pengukuran bergantung pada objek yang akan diukur dan pembandingnya. Adapun kegiatan mengenal konsep pengukuran yang menjadi fokus dalam
penelitian kali ini adalah mengenai konsep panjang-pendek, berat-ringan dan banyak sedikit. Adapun aktivitas yang akan diteliti pada penelitian kali ini adalah kemampuan anak dalam membedakan dan menyebutkan ukuran suatu benda, mengukur benda dengan menggunakan alat ukur tidak baku dan mengurutkan benda berdasarkan urutan ukuran yang telah ditentukan. Pada dasarnya pengenalan konsep pengukuran secara sederhana ini merupakan awal agar anak mampu belajar mengenai kemampuan pengukuran dan kemampuan kognitif lainnya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dalam sebuah pembelajaran yang dilakukan untuk mengenalkan dan meningkatkan konsep pengukuran harus dilakukan secara kreatif dan menyenangkan bagi anak, sehingga anak tertarik pada pembelajaran yang sedang disampaikan. Hal ini harus disesuaikan dengan kararteristik dan kebutuhan anak. Salah satu caranya adalah melalui media pembelajaran yang menarik bagi anak. Menurut Gagne (sujiono, 2007, hlm. 8.4) “media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan anak yang dapat mendorong anak untuk belajar”. Sejalan dengan pendapat diatas, Leslie J. Briggs (Indriana, 2011, hlm. 14) mengemukaan bahwa pengertian media pembelajaran adalah “alat yang dapat digunakan untuk merangsang peserta didik agar terjadi sebuah proses belajar”. Alat yang dapat digunakan tersebut berupa film, video, buku dan lain sebagainya. Dengan adanya media pembelajaran diharapkan mampu menarik perhatian anak sehingga pembelajaranpun akan bermakna bagi anak. Menurut Zaman dan Eliyawati (dalam Latif dkk, 2013, hlm. 165) menyebutkan beberapa manfaat yang didapatkan dari penggunaan media dalam sebuah pembelajaran, diantaranya yaitu ‘penyampaian pesan dalam pembelajaran menjadi lebih nyata, lebih jelas dan tentunya lebih menarik untuk anak’. Selain
5
Antologi.... Volume, Edisi No., Juni 2015
itu dengan adanya media dapat memberikan penguatan berupa stimulasi yang baik bagi pembelajaran anak. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Mariyani, dkk (2010, hlm.67) yang mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan hendaknya harus mampu memberikan stimulus yang positif sehingga mampu meningkatkan kemampuan serta kreativitas anak. Salah satu media pembelajaran yang tepat digunakan adalah media piramida pintar. Media ini dikatakan media piramida pintar karena keunikan dari bentuknya seperti piramida yang ada di Mesir. Bentuk dari piramida pintar ini adalah limas segi empat yang setiap sisinya terdapat empat bentuk segitiga. Piramida pintar ini dibuat dengan menggunakan bahan daluang yang dilapisi dan dihias menggunakan kain planel dengan bermacam-macam warna. Media ini cukup mudah untuk dibuat oleh guru-guru yang mengajar pada pendidikan anak usia dini. Berikut ini merupakan gambaran mengenai bentuk dari piramida pintar beserta jaringjaringnya.
5. Sisi pada permainan ini dapat diubah dan dimodifikasi sesuai dengan materi apa yang akan disampaikan pada pembelajaran. 6. Media ini aman digunakan untuk anak dan tahan lama untuk digunakan pada pembelajaran di taman kanak-kanak. Melalui media piramida pintar anak diharapkan mampu memberikan kegiatan yang bermakna sehingga membuat pembelajaran menarik dan anak mampu memahami konsep pengukuran tersebut dengan baik. Oleh karena itu media piramida pintar dapat dijadikan salah satu pilihan menarik dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak terutama konsep pengukuran. METODE Metode penelitian yang digunakan kali ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan desain PTK model Elliot yang terdiri dari 3 siklus dan masing-masing siklusnya terdiri dari 3 tindakan. Partisipan dalam penelitian ini yaitu anak-anak TK Insani di
jalan Riung Hegar Nomor 22 Komplek Riung Bandung Kelurahan Cisantren Kidul Kecamatan Gedebage Kota Bandung. Anak-anak Kelompok A (Stroberi) yang berjumlah 8 orang anak. Perempuan berjumlah 4 orang dan laki-laki berjumlah 4 orang.
Adapun kelebihan dari media piramida pintar ini adalah: 1. Media ini cocok digunakan untuk pembelajaran pada anak usia dini karena terlihat menarik dan unik bagi anak. 2. Pada sisi-sisi media piramida pintar ini mencakup beberapa kegiatan permainan yang dapat dimainkan oleh anak. 3. Anak dapat mengeksplorasi piramida ini sesuai dengan keinginannya. 4. Piramida pintar ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan pembelajaran yang akan disampaikan.
Definisi operasional yang sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut. Kemampuan kognitif dalam penelitian ini adalah kemampuan anak dalam mengenal konsep pengukuran secara sederhana. Khususnya mengenal konsep panjang-pendek, banyak-sedikit dan beratringan. Adapun indikator dalam capaian konsep pengukuran adalah (1) Anak mampu mengenal konsep panjang-pendek, banyak-sedikit dan berat-ringan. (2) Anak mampu mempraktekan cara mengukur panjang-pendek,berat-ringan menggunakan satuan tidak baku. (3) Anak mampu mengurutkan benda dari panjang-pendek atau sebaliknya, banyak-sedikit atau
Hana Hapipah, Komariah, Susilowati, Meningkatkan Kemampuan Kognitif 6 Anak Usia Dini dalam Mengenal Konsep Pengukuran melalui Media Piramida sebaliknya, dan berat-ringan atau sebaliknya. Media pembelajaran yang dipakai dalam penelitian ini adalah media piramida pintar. Bentuk dari piramida pintar ini adalah limas segi empat yang setiap sisinya terdapat empat bentuk segitiga. Setiap sisi dari media ini terdapat beberapa jenis permainan yang bisa dieksplorasi oleh anak sehingga dapat menstimulus kemampuan kognitif dalam mengenal konsep pengukuran, sehingga kemampuan anak semakin meningkat. Instrumen yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang didapat akan dianalisis dengan cara kualitatif, kuantitatif dan triangulasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini diawali dengan perencanaan pembelajaran yang dimulai dengan mempersiapkan Rencana Kegiatan Harian (RKH), lembar observasi, lembar wawancara, serta media pembelajaran yang akan digunakan pada penelitian tersebut. Penelitian ini dilaksanakan 3 siklus, setiap siklus terdiri dari 3 tindakan. Pada setiap tindakan di setiap siklus memiliki fokus pembelajaran yang berbeda. Pada Tindakan 1 berfokus pada konsep panjang dan pendek. Pada Tindakan 2 berfokus pada konsep pengukuran banyak dan sedikit, sedangkan pada tindakan 3 berfokus pada pengukuran berat dan ringan. Kegiatan pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan media piramida pintar dengan urutan kegiatan yaitu membedakan dan menyebutkan ukuran, mengukur benda dengan alat ukur tidak baku dan mengurutkan benda sesuai dengan urutan ukuran. Setiap kegiatan pada penelitian ini mengacu pada rencana kegiatan harian yang telah dipersiapkan sebelumnya. Kegiatan tersebut terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan
bermain bebas dan kegiatan akhir. Penelitian ini berada pada kegiatan inti disebuah pembelajaran. Pada siklus 1 terdapat beberapa temuan penting. Pada siklus 1 pembelajaran dengan menggunakan media piramid pintar dilakukan secara klasikal dengan jumlah 1 piramida yang dimainkan oleh seluruh anak. Kegiatan anak pada siklus ini secara keseluruhan anak sudah mampu mengikuti setiap kegiatan meskipun dalam aktivitas dan hasil pada setiap anak belum optimal. Pada pelaksanaan kegiatan siklus 1, kondisi pembelajaran masih sering tidak kondusif, ada anak yang banyak bercanda dengan temannya dan tidak fokus dalam memperhatikan peneliti ataupun temannya. Beberapa hal yang dapat diupayakan yaitu mengatur posisi duduk seluruh anak yang tepat yaitu dengan melalui absen, ditentukan oleh peneliti, atau dengan permainan kocokan yang menyenangkan. Selain hal tersebut, Sebelum melakukan permainan dengan piramida pintar, peneliti hendaknya melakukan kesepakatan dengan anak agar kelas dapat dikontrol dengan baik oleh peneliti. Misalnya dengan memberikan reward berupa bintang. Hal ini untuk memotivasi anak agar berusaha dalam pembelajaran. Pada kegiatan pembelajaran pada siklus 1 ini media piramida pintar yang disediakan hanya berjumlah 1 buah dan dicoba oleh seluruh anak secara bergantian. Hal ini berdampak pada kejenuhan anak untuk menunggu giliran mereka dalam mencoba permainan tersebut. Hasilnya anak mengobrol ketika menunggu temannya mencoba permainan, ini berdampak pada kondisi kelas yang menjadi ribut. Kejadian diatas membuat peneliti berpikir untuk membagi anak kedalam kelompok dan menambah jumlah piramida pintar sesuai dengan jumlah kelompok yang telah dibentuk. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu bereksplorasi dengan piramida pintar dan anak lebih konsentrasi memperhatikan
7
Antologi.... Volume, Edisi No., Juni 2015
piramida pintarnya serta anak puas untuk memainkan setiap permainan dalam piramida pintar tersebut. Berdasarkan refleksi pada siklus 1 maka pembelajaran yang dilakukan pada siklus 2 dengan menggunakan media piramida pintar yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah kelompok yang telah ditentukan sebelumnya. Melalui kegiatan berkelompok ini anak dapat mengeksplorasi seluruh bagian piramida pintar tanpa menunggu giliran terlalu lama. Selain hal tersebut, anakpun dapat saling membantu dalam melakukan kegiatan pembelajaran secara bersama-sama, hal ini dapat meningkatkan pemahaman anak dalam mengenal konsep pengukuran dengan sederhana. Namun ada beberapa kendala yang muncul pada pembelajaran dengan menggunakan piramida pintar yang sesuai dengan jumlah kelompok yang telah dibagi pada anak yaitu pembagian kelompok harus lebih efektif, usahakan anak yang sering terlihat bersama tidak berada dalam satu kelompok. Hal ini dapat mengakibatkan anak asik bermain atau mengobrol dengan teman dekatnya. Selain itu penegakan aturan harus jelas dan tegas bagi anak, agar anak jera dan tidak melakukan lagi kesalahan yang sama. Perlu diperhatikan pula oleh peneliti adalah pengkondisian ruang kelas agar anak tidak terganggu konsentrasinya oleh anak dari kelas lain. Selain masalah tersebut, dalam penyediaan jumlah media piramida pintar dirasa masih belum cukup efektif, hal ini terlihat dari masih adanya anak yang mengobrol saat mengunggu giliran untuk menggunakan media piramida pintar tersebut meskipun sudah berkelompok. Peneliti berpikir untuk menambah jumlah media piramida pintar dalam pembelajaran dengan cara membagi anak menjadi berpasangan, sehingga media piramida pintar yang disediakan berjumlah sesuai dengan jumlah pasangan yang telah dibagi sebelumnya.
Berdasarkan kondisi-kondisi yang muncul pada saat pembelajaran siklus ke 2, maka pada pembelajaran di siklus 3 peneliti menambah jumlah media piramida pintar sesuai dengan jumlah pasangan anak yang ada di dalam kelas. Dengan demikian pembelajaran akan dilaksanakan secara berpasangan. Melihat masalah yang timbul pada pemilihan kelompok disiklus 2, peneliti memilih kelompok dengan mempertimbangkan kedekatan antar anak. Anak yang terlihat selalu dekat tidak dipasangakan, hal ini disebabkan karena mereka cenderung mengobrol dan bercanda dengan temannya. Diharapkan setiap anak dengan pasangannya dapat bekerjasama dan saling membantu apabila pasangannya mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan. Hal ini nampaknya membuat aktivitas dan hasil kemampuan kognitif mengenal konsep pengukuran pada anak meningkat dengan cukup baik. Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan pada setiap siklus, secara keseluruhan kemampuan kognitif anak dalam mengenal konsep pengukuran panjang-pendek, banyak-sedikit, dan beratringan mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Peningkatan kemampuan anak dalam setiap siklusnya dapat dilihat berdasarkan gambar dibawah ini. Grafik Persentase Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep Pengukuran Siklus I sampai siklus III 84,03% 74,30%
100% 80%
54,86%
60% 40% 20% 0% Siklus I
Siklus 2
Siklus 3
Mengenal konsep pengukuran panjangpendek Mengenal konsep pengukuran banyaksedikit Mengenal konsep pengukuran berat-ringan
Hana Hapipah, Komariah, Susilowati, Meningkatkan Kemampuan Kognitif 8 Anak Usia Dini dalam Mengenal Konsep Pengukuran melalui Media Piramida Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa kemampuan kognitif anak dalam menganal konsep pengukuran meningkat dengan cukup baik. Pada siklus I peningkatan mencapai 54,86%. Pada indikator pertama yaitu membedakan dan menyebutkan ukuran pada suatu benda dengan menggunakan media piramida pintar anak masih sering tertukar dalam penggunaannya, kurang percaya diri dan belum lantang dalam menyebutkan ukuran suatu benda. Sedangkan pada kegiatan mempraktekan cara mengukur benda dengan menggunakan satuan tidak baku pada media piramida pintar, anak masih sering ragu-ragu dalam mengukur benda menggunakan satuan tidak baku, anak juga masih sering tertukar dan kurang lantang dalam menyebutkan ukuran yang benar. Selanjutnya pada kegiatan mengurutkan benda pada media piramida pintar, anak belum mampu mengurutkan benda dengan benar, masih sering tertukar dalam penyusunannya dan masih ragu-ragu dalam penyebutan urutan ukuran. Kondisi ini terjadi karena pembelajaran dengan menggunakan media piramida pintar baru pertama kali dilaksanakan. Pada pengenalan konsep pengukuran pada anakpun baru pertama kali menggunakan benda-benda real, kegiatan yang biasa dilakukan di TK hanya sebatas pemahaman lewat LKA dan dibayangkan dengan logika anak. Sehingga hal ini berdampak pada kebingungan anak dalam melakukan kegiatan permainan menggunakan media piramida pintar. Pada siklus ke-II kemampuan anak dalam mengenal konsep pengukuran mencapai 74,30%. Dalam membedakan dan menyebutkan ukuran benda anak sudah mampu memahami konsep pengukuran tanpa tertukar dalam penggunaannya dan sudah, hanya saja anak masih kurang lantang dalam menyebutkan ukuran benda. Pada Kegiatan mengukur benda dengan alat ukur tidak baku pada media piramida pintar, anak sudah mampu mengukur benda dengan menggunakan satuan tidak baku
dan sudah tidak ragu-ragu dalam melakukannya namun masih ada anak yang tertukar dalam menyebutkan ukuran benda, dan kebanyakan anak masih kurang lantang dalam menyebutkan ukuran benda berdasarkan hasil yang telah diukur. Sedangkan pada kegiatan mengurutkan benda pada media piramida pintar rata-rata anak hanya mampu mengurutkan benda hanya satu urutan saja, belum bisa urutan sebaliknya, masih sering tertukar dalam penyusunannya dan masih kurang raguragu dalam penyebutannya. Pada siklus ini kemampuan anak sudah meningkat dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Hal ini terjadi karena penggunaan media piramida pintar yang lebih dari 1 buah, jumlah piramida pintar yang digunakan disesuaikan dengan jumlah kelompok yang ada. Meskipun demikian banyak anak yang belum mampu dengan lantang dalam menyebutkan kegiatan pembelajaran tersebut sehingga peningkatan kemampuan anak terlihat belum optimal. Pada siklus III pembelajaran sudah bisa dikatakan berhasil. Hal ini terbukti dari hasil peningkatan kemampuan anak dalam mengenal konsep pengukuran yang mencapai 84,03%. Peningkatan kemampuan ini disebabkan karena terbiasanya anak dalam melakukan pembelajaran dalam mengenal konsep pengukuran dengan menggunakan media piramida pintar yang menimbulkan pemahaman anak dalam konsep pengukuran tersebut. Rata-rata anak sudah lantang dalam menyebutkan konsep pengukuran yang ditanyakan oleh peneliti. Hal ini sejalan dengan pendapat Arsyad (2013, hlm. 73) yang mengungkapkan bahwa “agar suatu pengetahuan atau keterampilan dapat menjadi bagian kompetensi atau kecakapan intelektual seseorang, haruslah pengetahuan atau keterampilan itu sering diulang dan dilatih dalam berbagai konteks.” Meningkatnya kemampuan konsep pengukuran pada anak disebabkan oleh adanya peningkatan pada setiap indikator
Antologi.... Volume, Edisi No., Juni 2015
pembelajaran. berikut ini gambar peningkatan kemampuan anak disetiap indikator.
Siklus I
Siklus II
berat-ringan
banyak-sedikit
panjang-pendek
berat-ringan
banyak-sedikit
panjang-pendek
berat-ringan
banyak-sedikit
84,02% 74,30% 100% 90% 54,86% 80% 70% 60% 50% 94% 88% 78% 91% 88% 88% 84% 84% 84% 81% 40% 78% 78% 75% 75% 75% 72% 69% 69% 63% 63% 30% 63% 59% 56% 50% 20% 41% 41% 34% 10% 0%
panjang-pendek
9
Siklus III
Membedakan dan menyebutkan ukuran benda Mengukur benda dengan menggunakan alat ukur tidak baku Mengurutkan benda berdasarkan ukurannya
Pada gambar diatas peningkatan pada hasil kemampuan kognitif anak dalam mengenal konsep pengukuran dilihat dari kenaikan dari setiap indikator. Pada Siklus I kemampuan anak mencapai 54,86%, pada siklus 2 kemampuan anak mencapai 74,30% dan pada siklus III peningkatan semakin jelas yaitu 84,02%. Adapun Indikator yang paling meningkat adalah mengukur benda dengan menggunakan satuan tidak baku, hal ini karena anak sangat senang dengan kegiatan timbang-menimbang. Adapun indikator yang cukup sulit untuk meningkat adalah mengurutkan benda sesuai dengan ukurannya. Hal ini terjadi karena pembelajaran seperti ini baru pertama kali dilakukan oleh anak, sehingga anak belum biasa mengurutkan benda-benda dengan menggunakan media yang nyata/real.
Keberhasilan kegiatan pembelajaran pada siklus 3 ini dipengaruhi oleh media timbangan pada piramida pintar yang menarik bagi anak. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kemp dan Dayton (dalam Arsyad, 2013, hlm. 25) bahwa dampak positiif dari penggunaan media pembelajaran adalah penyajian pembelajaran bisa lebih menarik. Sehingga menimbulkan keingintahuan pada anak dan menunjukan bahwa media pembelajaran tersebut dapat meningkatkan minat anak untuk belajar. Keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan media yang berbentuk geometri sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2011) dengan judul penelitian “Peningkatan Kreativitas Anak TK dalam Kegiatan Bermain Ragam Bentuk Geometri”. Berdasarkan penelitian diatas mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan bentuk-bentuk geometri dapat menarik perhatian anak, membuat anak jadi kreatif, dan menggunakan media yang konkret. Pada penelitian sebelumnya, media geometri yang digunakan untuk mencapai tiga kriteria tersebut tidak spesifik pada bentuk medianya, hanya saja semua media yang digunakan berbentuk geometri. Berbeda dengan yang dilakukan peneliti dalam kegiatan penelitiannya kali ini yang menggunakan media piramida pintar yang mampu mencapai tiga kriteria pembelajaran sebelumnya. Upaya untuk meningkatan kemampuan kognitif dalam mengenal konsep pengukuran pada anak usia dini hendaknya dilakukan dengan cara-cara yang lebih menyenangkan dan menggunakan berbagai metode pembelajaran. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kemampuan anak dalam mengurutkan benda yang lebih sulit dalam peningkatan pembelajarannya, hal ini disebabkan karena pembelajaran seperti ini baru bagi anak, sehingga anak belum biasa
Hana Hapipah, Komariah, Susilowati, Meningkatkan Kemampuan Kognitif 10 Anak Usia Dini dalam Mengenal Konsep Pengukuran melalui Media Piramida mengurutkan benda-benda dengan menggunakan media yang nyata. Hal yang harus dilakukan adalah dengan menstimulasi anak dan mencoba mengurutkan benda-benda tersebut secara bertahap dengan cara membandingkan setiap bendanya, dengan begitu anak mampu mengetahui dan memahami cara mengurutkan benda sesuai dengan ukurannya secara benar. Selain itu metode pembelajaran yang digunakan harus lebih variatif sehingga anak tidak merasa bosan dalam melakukan pembelajaran tersebut. Hal ini sejalan dengan pendepat yang dikemukakan oleh Weina (2012, hlm. 38) yang mengungkapkan “Dalam usaha mempertahankan perhatian siswa terhadap pembelajaran, dapat dilakukan dengan jalan menggunakan elemen atau unsur pembelajaran yang beraneka ragam.” Hal ini menjadi perhatian penting untuk peneliti selanjutnya agar pembelajaran dapat meningkat secara signifikan. Dengan demikian media piramida pintar dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif anak dapat disempurnakan dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran yang bervariasi sehingga anak tidak merasa bosan dan jenuh dalam kegiatan yang dilakukan. KESIMPULAN Aktivitas anak dalam mengenal konsep pengukuran dengan menggunakan media piramida pintar telah meningkat. Hal ini terlihat dari aktivitas anak pada siklus 1. Anak terlihat belum mampu, masih raguragu dan masih kurang lantang dalam membedakan benda, mengukur benda dengan satuan tidak baku dan mengurutkan benda serta anak masih sering dibantu oleh peneliti. Pada siklus ke-2 aktivitas anak dalam mengenal konsep pengukuran dengan menggunakan media piramida pintar mulai meningkat, anak sudah mulai mampu dalam membedakan benda, mengukur benda dan mengurutkan benda, hanya saja masih ada beberapa orang anak
yang terlihat ragu dan kurang lantang dalam menyebutkannya. Peningkatan kembali terlihat pada siklus 3. Sebagian besar anak sudah mampu dalam membedakan benda, mengukur benda dengan satuan tidak baku dan mengurutkan benda. Kemampuan kognitif anak dalam mengenal konsep pengukuran setelah pembelajaran dengan menggunakan media piramida pintar mampu meningkat dengan baik. Hal ini terbukti dari hasil capaian kemampuan mengenal konsep pengukuran pada anak. Pada siklus 1 kemampuan anak dalam konsep pengukuran mencapai 54,86%, anak masih sering ragu-ragu dalam melakukan kegiatannya. Pada siklus 2 peningkatan kemampuan anak dalam mengenal konsep pengukuran mencapai 74,30%, hal ini dibuktikan dengan anak sudah mampu menyebutkan, mengukur dan mengurutkan benda denagncukup baik meskipun belum optimal dan masih banyak kekurangan. Pada siklus 3 peningkatan kemampuan pengukuran mencapai 84,03%. Anak sudah mampu menyebutkan, mengukur dan mengurutkan benda secara benar dan tidak ragu-ragu dalam melakukannya. Berdasarkan peningkatan aktivitas dan kemampuan anak yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan kemampuan kognitif anak dalam mengenal konsep pengukuran setelah mendapatkan pembelajaran dengan media piramida pintar telah meningkat dengan baik. Hal tersebut membuktikan bahwa media piramida pintar dapat meningkatkan aktivitas anak dalam mengenal konsep pengukuran. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, A. (2013). Media pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Beaty, J.J. (1996). Skill for pre-school teacher. New Jersey: Pretice Hall.
11
Antologi.... Volume, Edisi No., Juni 2015
Daniati, R. (2013). Peningkatan kemampuan kognitif anak melalui permainan flannel es krim. Jurnal Spektrum PLS, 1(1), hlm 238-239. Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Standar pendidikan anak usia dini. Jakarta: Depdiknas. Indriana, D. (2011). Ragam alat bantu media pengajaran. Jogjakarta: Diva Press. Kellough, R. D. dkk. (1996). Integrating mathematics and science. New Jersey: Prentice Hall. Latif, M. dkk. (2013). Orientasi baru pendidikan anak usia dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Maryani. (2010). Meletakkan dasar-dasar pengalaman konsep matematika melalui permainan praktis di kelompok bermain. Jurnal Pendidikan Penabur, 1 (15), hlm. 4. Masitoh. (2010). Kurikulum pendidikan anak usia dini. UPI Bandung. Mutiah, D. (2012). Psikologi bermain anak usia dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Priatna, D. dkk. (2004). Modul pendidikan matematika II. Bandung: UPI Sujiono, Y.N. (2007). pengembangan kognitif. Universitas Terbuka.
Metode Jakarta:
Sriningsih, N. (2009). Pembelajaran matematika terpadu untuk anak usia dini. Bandung: Pustaka Sebelas. Weina, M (2012). Strategi pembelajaran inovatif kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara
Yuliati, S. (2011). Peningkatan kreativitas anak TK dalam kegiatan bermain ragam bentuk geometri. (Skripsi). UPI Bandung: Tidak diterbitkan.