MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI MENGGUNAKAN MEDIA BALOK
SRI PURWANTI NASUTION
Abstrak Tenaga pendidik hendaknya berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam proses belajar mengajar, sebaiknya guru menggunakan media pembelajaran yang kreatif, inovatif dan menarik untuk perkembangan penelitian di bidang belajar mengajar. Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka ditemukan berbagai macam media pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik, salah satunya yaitu media balok. Media balok dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini. Dengan menggunakan media balok dalam kegiatan belajar mengajar dapat membuat anak didik tertarik dan meningkatkan kemampuan kognitif anak mereka mampu mengenal benda berdasarkan fungsi, anak mampu mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk, warna dan ukuran, anak mampu mengenal pola ABC, anak mampu mengenal konsep bilangan dan anak mampu membilang banyak benda 1-10. Selain itu, dengan menggunakan media balok dalam kegiatan belajar mengajar bagi anak usia dini, baik anak didik maupun guru mengalami peningkatan keterampilan dan kreatifitas dalam berkarya, mencari inovasi baru dan menjawab pertanyaan. Kata kunci : Perkembangan Kognitif, Media Balok
A. PENDAHULUAN 1. Perkembangan Kognitif Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditunjukan kepada ide-ide dan belajar. Perkembangan kognitif berhubungan dengan meningkatkan kemampuan berfikir, memecahkan masalah, mengambil keputusan dan kecerdasan (intelegensi). Menurut Garden dan Munandar, mengemukakan bahwa intelegensi atau kecerdasan yaitu sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk menciptakan karya. Selanjutnya
1
menurut Alfend Binet mengemukakan potensi kognitif seseorang tercermin dalam kemampuan menyelesaikan tugas-tugas yang menyangkut pemahaman dan penalaran. Menurut Car dan Usman pengertian kognitif yaitu kesempatan bertindak sebagai mana mengimpestastikan dalam kemampuan atau kegiatan seperti: fasilitas menggunakan angka dan bilangan, efisien penggunaan bahasa, kecepatan pengamatan dalam memahami hubungan dan menghayal atau menciptakan. Sedangkan Witherington mengemukakan bahwa kognitif adalah pikiran (kecerdasan pikiran) melalui pikiran dapat digunakan dengan cepat dan tepat untuk mengatasi situasi memecahkan masalah, untuk mengetahui,mengenali dan memahami. Jadi menurut pendapat diatas maka dapat disimpulkan kognitif yaitu suatu proses berfikir anak yang memiliki kemampuan untuk menghubungkan dan bertindak menggunakan angka dan bilangan dan dapat memecahkan masalah. Adapun pendapat-pendapat dari sumber lain mengemukakan bahwa perkembangan kecerdasan dipengarui oleh kematangan dan pengalaman. Perlembangan kognitif dinyatakan dengan pertumbuhan kemampuan merancang, mengingat dan mencari penyelesaian masalah yang dihadapi. Menurut Piaget, seorang ahli perkembangan kognitif anak sesuai dengan perkembangan usia. Terdapat pada tingkat perkembangan anak yang berbeda-beda merupakan tahapan anak, karena pada tingkat perkembangan anak untuk mengelolah masalah-masalah pada tahap abstrak. Bahwa guru harus dengan cepat mengawasi bahan pengajaran yang kompleks dengan tahap perkembangan anak. Ini berarti pula bahwa guru harus sering menunggu tahap perkembangan anak yang tepat untuk menyampaikan bahan tertentu kepada anak. Studi Piaget mengisyaratkan agar guru meneliti bahwa siswa dengan saksama untuk memahami kualitas berpikir anak di dalam kelas. Deskripsi Piaget mengenai hubungan antara tingkat perkembangan konseptual anak dengan bahan pelajaran yang komplek menunjukan bahwa guru memperhatikan apa yang harus diajarkan dan bagaimana mengajarnya. Situasi belajar yang ideal adalah keserasian antara bahan pengajran anak. Jadi guru harus dapat menguasai perkembangan kognitif anak dan menentukan jenis kemampuan yang digunakan oleh anak.
2
Mengenai perkembangan kognitif piaget berpendapat bahwa pada anak rentang usia 2-7 tahun masuk dalam perkembangan berpikir pra opasional kognitif adalah suatu proses berpikir yang kemampuan individu untuk menghubungkan menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Dapat di simpulkan bahwa perkembangan kognitif pada anak usia dini dapat berkembang sesuai harapan agar anak dapat mengembangkan kemampuan merancang, mengingat dan mencari penyelesaian masalah yang dihadapi dengan memberikan pembelajaran yang ideal sesuai dengan tahap perkembangannya. 2. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget mengemukakan empat tahapan perkembangan kognitif yaitu tahapan sensorimotor, pra opasional, operasional konkret dan formal operasional sebagai berikut: a. Tahapan sensorimotor. Tahapan yang berlangsung mulai dari lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahapan pertama perkembangan Piaget. Dalam hal ini, anak membangun pemahaman mengenai dunia ini dengan mengkoordinasikan pengalaman sensoris (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan fisik dan motorik. Pada tahapan ini anak akan meniru tingkah laku orang. b. Tahapan praopasional Tahapan yang berlangsung sekitar usia 2 hingga 7 tahun, adalah tahapan yang perkembangan kedua . Pada tahapan ini proses berpikir anak berpusat pada penguasaan simbolsimbol, misalnya kata-kata, yang mampu mengungkapkan masa lalu. Menurut orang dewasa cara berpikr dan tingkah laku anak tidak logis. Dari kata praopasional sebagai pralogis. c. Tahapan Operasional Konkrit Tahapan yang berlangsung sekitar usia 7 hingga 11 tahun, adalah tahapan yang perkembangan kedua. Pada tahapan ini anak mulai mampu mengatasi masalah yang berkaitan dengan konservesi , namun masih dalam yang bersifat konkret, belum yang bersifat abstrak. d. Tahapan Konkret Operasional Pada tahapan ini dimulai berlangsung usia 11 tahun sampai dewasa. Dimana pada perkembangan ini anak tidak hanya menggambarkan simbol, tetapi dapat memanipulasi simbol secara logika. Remaja melakukan penalaran dengan cara yanag lebih abstrak, idealis dan logis.
3
Dari teori Piaget yang membicarakan perkembangan kognitif , dari keempat tahapan perkembangan kognitif. Maka perkembangan kognitif anak para sekolah berapa pada tahapan praoperasional adalah simbol-simbol. Pada tahapan ini anak-anak dapat mulai belajar dengan menggunakan pemikirannya tahapan bantuan kehadiran sesuatu di lingkungannya, anak dapat mengingat kembali simbol-simbol dan membayangkan benda yang tidak nampak secara fisik, seperti kata atau angka dan tidak diperlakukan adanya sensasi apapun. Tahapan perkembangan kognitif dimaksudkan sebagai usaha saling membantu untuk mencapai tujuan bersama. Bentuk-bentuk perkembangan dapat terjadi diantara siapapun dan dalam keadaan apapun. Agar kehidupan manusia terasa lebih ringan dalam permasalahan atau pekerjaan maka diperlukan suatu perkembangan. Bentuk tahapan kognitif dalam penelitian ini adalah tahapan langsung, yaitu perkembangan yanag terbentuk karena adanya tahapan. Dalam hal ini, perkembangan diberikan oleh guru kepada siswa, sehingga perkembangan kognitif pada siswa dapat terbentuk. e. Faktor- Faktor yang mempengarui perkembangan kognitif Faktor yang mempengarui perkembangan kognitif dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Faktor heriditas/keturunan Schopenhauer berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapat dipengarui oleh lingkungan. Sedangkan menurut lehrin,lindzey, dan spuhir bahwa intelegensi 75-80 peren merupakan warisan. 2. Faktor Lingkungan Manusia dilahirkan kedunia dalam keadan suci seperti kertas putih yang masih bersih belum ada tulisan atau noda(teori ini dikenal teori tabula rasa). Menurut Johan Lock, perkembangan manusia sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan dari lingkungannya. 3. Faktor Kematangan Tiap orang (fisik maupun psikis) dapat dikatakan matang jika telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing kematangan berhubungan erat dengan usia kronologis (usia kalender). 4. Pembentukan 4
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan dapat dibedakan menjadi pembentukan sengaja (sekolah formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar). Sehingga manusia berbuat intelegensi karena untuk mempertahankannya hidup atau pun dalam bentuk penyesuaian diri.
5. Faktor minat dan bakat Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan untuk berbuat lebih giat dan baik lagi. Sedangkan bakat merupakan kemampuan bawaan atau potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. artinya seorang yang memiliki bakat tertentu, maka akan semain mudah dan cepat mempelajarinya. 6. Faktor kebebasan Kebebasan, yaitu kebebasan manusia berfikir divergen (menyebar) yang berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah, juga bebas dalam memilih masalah sesuai kebutuhannya. Tingkat intelegensi adalah tingkat kecerdasan yang berbeda setiap anak dengan anak yanag lainnya, intelegensi mempengaruhi cara menyelesaikan masalahnya. Semakin cerdas seseorang maka akan mudah dan cepat menemukan jawaban dari permasalahannya. Untuk mencapai perkembangan kognitif ada faktor-faktot yang mempengaruhi perkembangan kognitif, pada anak, setiap anak mememiliki perbedaan dalam perkembangan kognitifnya yang dipengarui oleh faktor-faktor tersebut. Apabila anak mendapatkan dorongan dari berbagai faktor yang mendukung maka perkembangan kognitif anak akan dengan mudah berkembang, dan apabila tidak memiliki faktor-faktor yang tidak mendukung maka perkembangan kognitif pada anak terhambat. f. Urgensi Perkembangan Kognitif Pada dasarnya pengembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu melakukan eksporasi terhadap dunia sekitar melalui panca indranya, sehingga dengan pengetahuan yang didapatnya anak tersebut dapat melangsungkan hidupnya dan menjadi manusia yang utuh sesuai
5
kodratnya sebagai mahkluk tuhan yang harus memperdayakan apa yang ada di dunia untuk kepentingan hidup orang lain. Proses kognisi meliputi berbagai aspek, seperti persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan masalah. Sehubungan dengan hal ini piaget berpendapat. Bahwa pentingnya guru mengembangkan kognitif pada anak, adalah: 1. Agar anak mamapu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan, sehingga anak memiliki pemahaman yang utuh dan komprehensif. 2. Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa yang pernah dialaminya. 3. Agar anak mampu mengembangkan pemikiran-pemikirannya dalam rangka menghubungkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya. 4. Agar anak mampu memahami simbol-simbol yang tersebar di dunia sekitarnya. 5. Agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran, baik yang terjadi secara alamiah (sepontan), maupun melalui proses ilmiah (ilmiah). 6. Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya, sehingga pada akhirnya anak akan menjadi individu yang mampu menolong dirinya sendiri. Dengan demikian melalui perkembangan kognitif fungsi berfikir dapat digunakan dengan cepat dan untuk memecahkan masalah yang dihadapai anak.
B. Permainan Balok 1. Pengertian Permainan Balok Permainan mempunyai arti sebagai sarana mensosiolisasikan diri (anak), artinya permainan digunakan sebagai sarana membawa anak kedalam masyarakat. Permainan sebagai sarana untuk mengukur kemampuan dan potensi diri anak. Anak-anak akan menguasai berbagai macam benda, memahami sifat-sifatnya maupun peristiwa yang menguasai berbagai macam benda , memahami sifat-sifatnya maupun peristiwa yang menguasai didalam lingkungannya. Sedangkan balok adalah potongan-potongan kayu yang polos (tanpa dicat), sama tebalnya dan dengan panjang dua kali atau empat kali sama besarnya dengan satu unit balok. Sedikit berbentuk kurva, silinder dan setengah dari potongan balok juga disediakan, tetapi semua dengan panjang yang sama yang sesuai dengan ukuran balok-balok dasar. Permainan balok 6
sudah tidak asing lagi bagi dinia bermain anak-anak. Di setiap lembaga pendidikan bagi anak usia dini pastinya memiliki balok dengan berbagai variasi bentuk. Baik itu yang terbuat dari kayu maupun dari kayu maupun plastik. 2. Jenis –Jenis Balok Balok merupakan salah satu bentuk Alat Permainan Edukatif (APE) sebagai mana yang telah ditetapkan oleh Dewan Kesejahteraan Nasional sejak tahun 1972. Alat permainan Edukatif yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai pendidikan dan dapat mengembangkan seluruh aspek kemampuan anak. Salah satu indikator permainan disebut edukatif, sosial, emosional dan lain sebagainya. Balok-balok yang digunakan sebagai alat permainan dapat terbuat dari kayu maupun dari plastik. Agar anak-anak dalam proses belajar merasa senang ataupun merasa tidak jenuh sehingga hasil belajar anak biasa seoptimal mungkin. Maka dalam bermain, balok harus bermacam-macam dan aktivitas yang digunakan bervariasi, diharapkan pelaksanaan bermain balok dengan metode bermain akan membantu anak akan mengenal dan memahami bentuk, warna, dan ukuran. Selain itu, hal ini akan memudahkan anak untuk membuat berbagai variasi bentuk bangunan dan membuat anak untuk mengenal berbagai bentuk dalam geometri.
3. Tahapan Bermain Balok Dalam suatu permainan tentunya melalui berbagai tahapan. Adapun cara anak memainkan balok-balok melalui tahapan sebagi berikut: a. Anak sambil berjalan sambil membawa balok ditangannya. b. Balok diletakkan dalam susunan keatas seperti menara, menyusun memanjang, atau diletakkan saling berjejer atau berdampingan. c. Anak akan mulai membuat jembatan, yaitu meletakkan dua balok secara terpisah, kemudian meletakkan satu balok di antara kedua balok tersebut. d. Anak mulai menyusun balok dengan berbagai variasi, membuat berbagai pola dan menyusun balok-balok dengan keseimbangan. e. Anak-anak menggunakan balok-balok dan membuat bangunan sesuai dengan dunia realitas, misal bangunan sekolah, kota dan jalan raya.
7
Saat bermain balok anak-anak bebas mengeluarkan dan menggunakan imajinasi serta keinginan untuk menemukan agar dapat bermain dengan kreatif. Adapun tahap-tahap yang dilalui anak dalam bermain balok menurut Alpelman ada 7 tahapan bermain balok yang dibut oleh Harriet Johnsen sebagai berikut: 1. Balok dibawa kemana-mana, tetapi tidak digunakan untuk membagun sesuatu. 2. Anak-anak mulai membangun . 3. Membagun jembatan 4. Membuat Pagar untuk memagari suatu ruang 5. Membangun bentuk-bentuk dekoratif. 6. Mulai memberi nama pada bagunan. 7. Bangunan-bagunan yang dibuat anak-anak sering menirukan atau melambangkan bangunan yang sebenarnya yang mereka ketahui. Pada Tahapan permulaan membuat bangunan dari balok, seorang anak hanya menggunakan balok dalam jumlah yang terbatas dan hanya menggunakan ruangan yang terbatas juga. Tetapi setelah kemampuannya berkembang ia akan melakukan elaborasi dalam bentuk bangunan yang dibuatnya. Dengan demikian makin banyak balok yang dipakai dan menggunakan ruangan yang lebih luas dibandingkan saat anak berada pada tahap awal.
4. Langkah-langkah Bermain Balok Bermain bagi anak merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan. Seperti yang diungkapkan oleh Piaget, bahwa bermain adalah suatu kegiatan dilakukan secara berulang-ulang dan menimbulkan kepuasan/kesenangan bagi diri seseorang. Pada dasarnya bermain memiliki tujuan utama, yaitu memelihara perkembangan atau pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif dan terintergasi dengan lingkungan anak. Oleh karena itu agar tujuan bermain balok dapat terpenuhi, guru harus mengetahui langkah-langkah dalam bermain balok secara tepat. Menurut Yuliani nuraini dan Bmbang langkah-langkah dalam mengajarkan permainan balok adalah sebagai berikut: 1. Guru menyiapkan alat-alat dan berbagai bentuk geometri, alat-alat pendukung berbagai bentuk geometri alat-alat pendukung berbagai bentuk serta ukuran.
8
2. Anak berkumpul dan duduk di karpet, guru mengapsen anak-anak yang hadir
dan
memberitahu bahwa mereka adalah kelompok serta menghitung jumlah murid yang hadir. 3. Guru menerangkan cara bermain balok sambil menerangkan nama-nama bentuk balok yang diambil dan disusun menjadi bangunan 4. Guru mengembalikan balok sesuai dengan tempatnya sambil anak-anak menyebutkan namanama balok tersebut. 5. Guru memanggil anak untuk menepati alas yang telah disediakan dan menggabungkan alas setengah lingkaran menjadi bentuk lingkaran, segitiga siku-siku menjadi bentuk persegi. 6. Guru memberitahukan bahwa mereka akan bermain balok dan menerangkan kepada anak balok-balok dan alat lain yang digunakan kemudian anak mengambil balok sesuai kebutuhan. 7. Anak membangun dengan balok dan guru hanya mengawasi 8. Selesai membangun balok, anak boleh mengambil orang-orangan/binatang pada bangunan balok yang telah dibuat dan guru membatasi jumlahnya.
5. Manfaat Bermain Balok Bermain merupakan sebuah media yang sangat penting bagi proses berpikir anak. Bermain membantu perkembangan kognitif
anak. Bermain memberi kontribusi pada
perkembangan intelektual atau kecerdasan berpikir dengan membukakan jalan menuju berbagai pengalaman yang tentu saja memperkaya cara berpikir mereka. Teori Cognitive Developmental dari Jean Piaget, juga mengungkapkan bahwa bermain maupun mengaktifkan otak anak, mengintegrasikan fungsi belahan otak kanan dan otak kiri secara seimbang dan membentuk struktur syaraf, serta mengembangkan pilar-pilar syaraf pemahaman yang berguna untuk masa datang. Berkaitan dengan itu pula otak yang aktif adalah kondisi yang sangat baik untuk menerima pelajaran. Pendapat selanjutnya oleh Aristoteles, ia mengatakan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara kegiatan bermain anak dengan kegiatan yang akan dilakukan anak dimasa yang akan datang. Menurut Aritoteles, anak perlu di motivasi untuk bermain dengan permainan yang akan datang. Sebagai contoh anak yang bermain balok-balok, dimana dewasanya anak
menjadi
arsitek. Anak yang suka menggambar maka akan menjadi pelukis, dan lainnya.
9
Bermain balok merupakan salah satu alat bermain konstruksi yang bermanfaat untuk anak. Dengan bermain balok dapat mengembangkan aspek sosial, motorik, dan aspek kognitif. Permainan balok ditawarkan dengan berbagai macam bentuk-bentuk yang unik yang mampu merangsang anak. Biasanya balok-balok tersebut untuk menjadi sebuah bagunan. Hal ini yang merangsanag otak anak. Saat anak memainkan balok, kesabarannya sedang dilatih. Ia harus menyusun satu balok-balok tersebut untuk menjadi sebuah bangunan atau bentuk yang diinginkan. Ia pun harus berkonsentrasi agar bangunannya tidak runtuh. Jika anak bermain bersama temannya, ia dapat berdikusi dengan temannya bagaimana cara membangun susunan balok yang bagus, mengenal bentuk warna dan bentuk-bentuknya, dan anak akan menghitung jumlah balok yang dimilikinya, anak akan membandingkan mana yang lebih banyak yang dimiliki dirinya dan temanya. Dengan bermain balok, kemampuan mengamati maupun ingatan visual anak akan terlatih. Hari ini anak mengambil balok yang paling panjang dan mulai membangun. Esok hari dia akan mencari yang paling panjang dan mulai membangun lagi. Kemampuan bahasa pun akan meningkat, anak dapat berdiskusi secara sepontan tentang bangunan yang mereka bentuk. Bermain balok sangat berperan dalam mengembangkan penalaran anak. Mencari keseimbangan dan memilih mana yang cukup panjang. Anak juga menaksir jumlah pemain tiap set balok, menentukan nama bangunan yang berhasil dibentuknya, menunjukan dan membuat bangunan yang sama, bahkan lebih besar atau lebih kecil. dengan melakukan eksporasi yang didasarkan pada pilihan sendiri maka anak akan lebih mudah memahami berbagai konsep. Pendapat Reifel,Philips dan Hanline mengenai manfaat bermain balok yaitu sebagai berikut: 1. Kemampuan berkomunikasi: komunikasi diperlukan oleh anak manakala ia ingin menyatakan pendapat tentang sesuatu yang berhubungan dengan bangunan yang sedang dibuatnya. 2. Kekuatan dan koordinasi motorik halus dan kasar: Balok adalah alat bermain yang berguna untuk mengembangkan fisik anak. 3. Mengembangkan pemikiran simbolik: membangun balok-balok sangat penting bagi perkembangan kognitif anak.
10
4. Konsep matematika : dengan bermai balok anak-anak mengenal konsep lebih banyak lebih sedikit, sama dan tidak sama, konsep angka dan bilangan serta sain, seperti menghitung, klasifikasi, gravitasi dan stabilasi. Dalam kehidupan anak, bermain mempunyai arti yang sangat penting. Dapat dikatakan bahwa setiap anak yang sehat selalu mempunyai dorongan untuk bermain baik secara pribadi maupun berkelompok sehingga dapat dipastikan bahwa anak yang baik secara pribadi maupun berkelompok, dapat merangsang pengetahuan anak memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengaturan lingkungan bermain balok harus menyenangkan dan memberi rasa aman pada anak. Oleh karena itu, pengetahuan lingkungan bermain balok didesain bervariasi serta memajang balok dan kelengkapannya sehingga membangkitkan minat dan rasa ingin tahu anak serta membuat anak merasa nyaman dan senang. Apa bila anak merasa senang dan aman dengan lingkungan disekitarnya mereka akan mampu berperan lebih baik dalam pencapaian program kemampuan bermain balok. Secara umum dapat disimpulkan bahwa banyak manfaat dengan bermain balok, disamping sebagai kegiatan yang aktif, inovatif dan menyenagkan juga bermanfaat untuk pengembangan kognitif, fisik, sosial, emosional dan bermain juga mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan anak secara keseluruhan.
KESIMPULAN Dengan menggunakan media balok dalam kegiatan belajar mengajar dapat membuat anak didik tertarik dan meningkatkan kemampuan kognitif anak mereka mampu mengenal benda berdasarkan fungsi, anak mampu mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk, warna dan ukuran, anak mampu mengenal pola ABC, anak mampu mengenal konsep bilangan dan anak mampu membilang banyak benda 1-10. Selain itu, dengan menggunakan media balok dalam kegiatan belajar mengajar bagi anak usia dini, baik anak didik maupun guru mengalami peningkatan keterampilan dan kreatifitas dalam berkarya, mencari inovasi baru dan menjawab pertanyaan. DAFTAR PUSTAKA
11
Ahmad Susanto, Perkembangan anak usia dini, Prantara Media Grup, Jakarta, 2011. hlm.47 Agoes Dariyo, Psikologi perkembangan anak tiga tahun pertama, PT. Refika Aditama,2007, hlm.43. Agung Triharso, Permainan Kreatifi dan Edukatif untuk Anak Usia Dini, Cv. Andi Offset, 2013, hlm 27. Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, Kencana, Jakarta, 2010,hlm 113. Departemen Pendidikan Nasional, Alat Permainan Edukatif untuk Kelompok Bermain, 2003, hlm 5. http://www.tkalirsyadpwt.com/2013/04/13manfaat-bermain-balok-bagi-anak-usia.html Johan W. Santrok, Perkembangan Anak, Erlangga,2007, hlm 49-50. Montolalu.dkk, Bermain Permainan Anak, UT, Jakarta, 2009, hlm 7.11-7.12 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori Pperkembangan Sosial, Jakarta,2002,hlm 83. Soemiarti Patmodewo, Pendidikan Pra Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm 117. Suryadi, Psikologi Belajar PAUD, Pedagogia, Jakarta, 2010, hlm 285. Yulianai Nurani Sujiono, Metode Pengembangan Kongnitif, UT, Jakarta, hlm 1.16 Yuliani Nuraini dan Bambang Sujiono, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak, PT. Jakarta, 2010, hlm 34.
12