i
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN PECAHAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DI KELAS IV SD NEGERI 09 LAWA
SKRIPSI
Oleh: MUHAMMAD SHOFYAN TAATI A1B3 12 027
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
i
ii
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN PECAHAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DI KELAS IV SD NEGERI 09 LAWA
SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar sarjana (S1) Kependidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Oleh: MUHAMMAD SHOFYAN TAATI A1B3 12 027
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
ii
iii
iii
iv
iv
v
v
vi
ABSTRAK Muhammad Shofyan Taati, 2016. “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Operasi Hitung Bilangan Pecahan melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Di Kelas IV SD Negeri 09 Lawa”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo. Pembimbing: (1) Dr. Izlan Sentryo, M.Pd., dan (2) Dra. Yoo Eka Yana Kansil, M.Pd. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa, aktivitas belajar siswa, dan aktivitas mengajar guru pada materi operasi hitung bilangan pecahan di kelas IV SD Negeri 09 Lawa?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa, aktivitas belajar siswa, dan aktivitas mengajar guru pada materi operasi hitung bilangan pecahan di kelas IV SD Negeri 09 Lawa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Negeri 09 Lawa yang terdaftar aktif pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang, terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 11 orang siswa perempuan. Pelaksanaan penelitian mengikuti prosedur penelitian tindakan kelas sebagai berikut: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan Tindakan, 3) pengamatan, 4) refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dengan menggunakan lembar observasi, sedangkan data kuantitatif diperoleh melalui tes siklus. Berdasarkan hasil analisis data penelitian, terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I dari 20 orang siswa terdapat 15 orang siswa yang tuntas/mencapai KKM dengan persentase ketuntasan 75% dengan nilai rata-rata 71,25. Pada siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 20 orang siswa, terdapat 17 orang siswa yang tuntas dengan persentase ketuntasan 85% dengan nilai rata-rata 79,87 dan telah mencapai standar KKM. Berdasarkan analisis data hasil pengamatan aktivitas mengajar guru melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu pada siklus I diperoleh persentase 95,31%, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 100%. Berdasarkan analisis data hasil pengamatan aktivitas belajar siswa diperoleh persentase pada siklus I yaitu 78,12%, kemudian pada siklus II meningkat menjadi 90,62%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa, aktivitas belajar siswa, dan aktivitas mengajar guru pada materi operasi hitung bilangan pecahan di kelas IV SD Negeri 09 Lawa.
vi
vi
vii
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyusun skripsi ini yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Operasi Hitung Bilangan Pecahan melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Di Kelas IV SD Negeri 09 Lawa”. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan oleh berbagai pihak. Untuk itu, dengan kerendahan hati Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Izlan Sentryo, M.Pd., selaku Pembimbing I dan Dra. Yoo Eka Yana Kansil, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu memberikan arahan dan bimbingan kepada Penulis dalam menyusun skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada: 1. Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S., selaku Rektor Universitas Halu Oleo. 2. Prof. Dr. La Iru, S.H., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo. 3. Drs. La Rabani, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo. 4. Lisnawati Rusmin, S.Pd., M.Sc., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo. 5. Dr. Muhammad Yasin, M.Pd., selaku Penasehat Akademik yang selalu memberi nasehat-nasehat yang membangun kepada Penulis.
vii
vii
viii
6. Wa Ode Hasili, S.Pd., selaku Kepala SD Negeri 09 Lawa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SD Negeri 09 Lawa. 7. Ahmad Kasim, selaku guru kelas IV di SD Negeri 09 Lawa yang telah banyak membantu dalam proses penelitian. Rasa hormat dan terima kasih setinggi-tingginya kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Kadir dan Ibunda terkasih Wandotimu yang senantiasa berdo’a dan dengan segala pengorbanan dan doanya yang tak ternilai harganya selama penulis menempuh perkuliahan, untuk itu kupersembahkan ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada mereka. Demikian Penulis sampaikan semoga semua bantuan yang diberikan mendapat pahala dari Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penyusunan skripsi ini.
Kendari,
Maret 2016
Penulis
viii
viii
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................ iv HALAM PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................v ABSTRAK ........................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix DAFTAR TABEL .................................................................................................x DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................1 B. Rumusan Masalah ............................................................................4 C. Tujuan Penelitian .............................................................................5 D. Manfaat Penelitian ...........................................................................5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ................................................................................... 7 1. Hasil Belajar ...............................................................................7 2. Model Pembelajaran TGT ........................................................20 3. Operasi Hitng Bilangan Pecahan .............................................29 B. Penelitian Yang Relevan ...............................................................36 C. Kerangka Berpikir .........................................................................37 D. Hipotesis Tindakan ........................................................................39 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ..............................................................................41 B. Setting Penelitian ..........................................................................42 C. Subjek Penelitian ...........................................................................43 D. Faktor Yang Diteliti .....................................................................43 E. Prosedur Penelitian........................................................................43 F. Data dan Teknik Pengumpulan Data ............................................51 G. Teknik Analisis Data ....................................................................52 H. Indikator Kinerja ..........................................................................54 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .............................................................................55 B. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................82 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................89 B. Saran ..............................................................................................90 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................91 LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
ix
x
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ......................................23 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 09 Lawa ...42
Persentase Aktifitas Guru Dan Siswa Pada Siklus I ............................66 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus-I .......................68 Persentase Aktifitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II ...........................80 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II .....................81
x
x
xi
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Alur Kerangka Pikir Dengan Model Pembelajaran TGT ..................39 Gambar 3.1 Model Siklus PTK ..............................................................................44
xi
xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Jadwal Penelitian .............................................................................93 Lampiran 2 Silabus .............................................................................................94 Lampiran 3 Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 .................98 Lampiran 4 LKS Siklus I Pertemuan I ..............................................................103 Lampiran 5 Daftar Pertanyaan Permainan Akademik Siklus I Pertemuan I ......106 Lampiran 6 Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I Pertemuan II ...............107 Lampiran 7 LKS Siklus I Pertemuan II .............................................................112 Lampiran 8 Daftar Pertanyaan Permainan Akademik Siklus I Pertemuan II ....115 Lampiran 9 Kunci Jawaban LKS Siklus I Pertemuan I ....................................116 Lampiran 10 Kunci Jawaban LKS Siklus I Pertemuan II ...................................117 Lampiran 11 Kunci Jawaban Permainan Akademik Siklus I Pertemuan I ..........118 Lampiran 12 Kunci Jawaban Permainan Akademik Siklus I Pertemuan II .........120 Lampiran 13 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I.....................................122 Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ...................................124 Lampiran 15 Tes Hasil Belajar Siklus I ...............................................................126 Lampiran 16 Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar Siklus I......................................127 Lampiran 17 Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II Pertemuan I ...............128 Lampiran 18 LKS Siklus II Pertemuan I .............................................................133 Lampiran 19 Daftar Pertanyaan Permainan Akademik Siklus II Pertemuan I ....136 Lampiran 20 Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II Pertemuan II... ...........138 Lampiran 21 LKS Siklus II Pertemuan II ............................................................143 Lampiran 22 Daftar Pertanyaan Permainan Akademik Siklus II Pertemuan II ...146 Lampiran 23 Daftar Pertanyaan Turnamen ..........................................................147 Lampiran 24 Kunci Jawaban LKS Siklus II Pertemuan I ...................................148 Lampiran 25 Kunci Jawaban LKS Siklus II Pertemuan II ..................................150 Lampiran 26 Kunci Jawaban Permainan Akademik Siklus II Pertemuan I .........152 Lampiran 27 Kunci Jawaban Permainan Akademik Siklus II Pertemuan II .......153 Lampiran 28 Kunci Jawaban Turnamen ..............................................................154 Lampiran 29 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II ...................................159 Lampiran 30 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ..................................157 Lampiran 31 Tes Hasil Belajar Siklus II ..............................................................159 Lampiran 32 Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar Siklus II ....................................160 Lampiran 33 Rubrik Penilaian Aktivitas Guru ....................................................161 Lampiran 34 Rubrik Penilaian Aktivitas Siswa ...................................................166 Lampiran 35 Analisis Ketuntasan Tes Hasil belajar Siklus I...............................171 Lampiran 36 Analisis Ketuntasan Tes Hasil belajar Siklus II .............................172 Lampiran 37 Dokumentasi ...................................................................................173
xii
xii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa dalam suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik yang diwujudkan dalam suatu proses pembelajaran. Dalam ruang lingkup penyelenggaraan pendidikan ini guru dengan sadar merencanakan kegiatan pembelajaran secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Namun, masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan adalah berbagai kelemahan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan kenyataan riil di lapangan, proses pembelajaran di kelas kurang meningkatkan keaktifan dan kekreaktifan siswa. Proses pembelajaran di kelas cenderung lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Dalam pencapaian materi biasanya guru hanya menggunakan metode ceramah, siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengar apa yang disampaikan dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian suasana menjadi tidak kondusif yang menyebabkan siswa menjadi pasif.
1
1
2
Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan penting/vital. Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar dan kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu, adalah penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa, agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siwa. (Hamalik, 2011: 36). Upaya peningkatan hasil belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini diperlukan guru yang kreaktif untuk membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya diperoleh hasil belajar yang optimal. Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator agar suasana kelas menjadi lebih hidup. Bila melihat tujuan pendidikan di Sekolah Dasar maka sasarannya adalah menghasilkan lulusan yang berkompeten, cerdas, dan berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan pendidikan yang lebih tinggi. Tujuan itu terus diupayakan akan tetapi tidak sesuai dengan harapan. Masalah yang utama yang menjadi kendala adalah rendahnya hasil belajar siswa.
2
3
Pada tanggal 22 Oktober 2015, melalui pembicaraan singkat dengan kepala sekolah dan guru kelas IV ditemukan bahwa data hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika, khususnya materi Operasi Hitung Bilangan Pecahan di kelas IV SD Negeri 09 Lawa, pada ulangan harian semester 2 tahun ajaran 2014/2015 dari 24 siswa hanya 17 orang siswa yang mendapat nilai ≥ 75 atau 70,83%. Nilai ini belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75 atau mencapai minimal 80%. (Sumber: Data Nilai Siswa Kelas IV Semester II SDN 09 Lawa Tahun Ajaran 2014/2015). Berdasarkan hasil observasi, hal yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah penggunaan model pembelajaran yang cenderung membosankan dan kurang menarik minat para siswa, yang pada gilirannya siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Dari hasil pengamatan tersebut, maka peneliti sebagai calon guru mencoba merefleksikan masalah yang diperoleh dengan pengalaman peneliti sebagai mahasiswa dan calon guru. Peneliti menyadari bahwa guru yang bersangkutan lebih berpengalaman dalam hal belajar mengajar dalam kelas dibandingkan dengan peneliti sebagai calon guru. Oleh karena itu, peneliti sebagai calon guru mencoba memperbaiki kinerja sebagai wawasan yang akan digunakan dimasa yang akan datang. Dengan demikian, salah satu tindakan alternatif yang harus dilakukan adalah melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Oleh karena itu, perlu pemilihan dan penerapan model pembelajaran tertentu yang dapat mengaktifkan siswa secara keseluruhan
3
4
sekaligus mengembangkan aspek kepribadian seperti kerja sama, tanggung jawab dan disiplin. Model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk belajar secara kooperatif yaitu salah satunya dengan menerapkan proses mengajar yang diiringi permainan. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan kegiatan pembelajaran yang menciptakan suasana siswa merasa ambil bagian dan berperan aktif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran tipe TGT ini, pada hakekatnya dirancang untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat belajar melalui kegiatan bermain, berlomba, dan bekerjasama dalam tim. Keberhasilan dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini tergantung pada peran dan kesiapan guru di dalamnya. Peran guru tersebut sangat tergantung dari kegiatan pembelajaran yang digunakan, juga materi yang sedang diajarkan. Dari uraian permasalahan di atas, maka penulis tertarik melakukan Penelitian dengan judul “ Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Operasi Hitung Bilangan Pecahan Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT di Kelas IV SD Negeri 09 Lawa ”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi operasi hitung bilangan pecahan di kelas IV SD Negeri 09 Lawa ?
4
5
2. Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi operasi hitung bilangan pecahan di kelas IV SD Negeri 09 Lawa ? 3. Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan aktivitas mengajar guru pada materi operasi hitung bilangan pecahan di kelas IV SD Negeri 09 Lawa ? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi operasi hitung bilangan pecahan di kelas IV SD Negeri 09 Lawa. 2. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi operasi hitung biangan pecahan di kelas IV SD Negeri 09 Lawa. 3. Untuk meningkatkan aktivitas mengajar guru melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi operasi hitung bilangan pecahan di kelas IV SD Negeri 09 Lawa. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi guru, dapat memperbaiki model pembelajaran dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, terutama dalam menerapkan model pembelajaran yang menimbulkan minat dan motivasi belajar siswa, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
5
6
2. Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan yang baik pada sekolah dalam memperbaiki proses pembelajaran matematika yang berimplikasi pada peningkatan hasil belajar siswa serta dapat meningkatkan citra sekolah di masyarakat. 3. Bagi peneliti sendiri khususnya, untuk menambah pengetahuan dan pengalaman tentang kondisi dan permasalahan pembelajaran di sekolah serta dapat menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi.
6
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagi macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun bagi masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara terus-menerus akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi. (Bell-Gredler, 1986 dalam Baharuddin, 2010: 11-12). Anthony Robbins (dalam Trianto, 2013: 15), mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu: (1) penciptaan hubungan, (2) sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dipahami, dan (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi dalam makna 7
7
8
belajar, disini bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar belum diketahui
(nol),
melainkan
merupakan
keterkaitan
dari
dua
pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru. Siahaan (dalam Hamiyah, 2014: 1), berpendapat bahwa belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dengan cara bertingkah laku yang baru berdasarkan pengalaman dan latihan. Senada dengan Morgan (dalam Thobroni, 2013: 20), mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Lebih lanjut Sudjana (dalam Hamiyah, 2014: 2), mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Hilgard
dan
Bower
(dalam
Thobroni,
2013:
19-20),
mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respons
8
9
pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat, misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya. Witherington (dalam Thobroni, 2013: 20), mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dalam reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian. Menurut L.D. Crow & A. Crow belajar adalah suatu proses aktif yang perlu dirangsang dan dibimbing kearah hasil-hasil yang di inginkan (dipertimbangkan). Belajar adalah penguasaan kebiasaankebiasaan (habitual), pengetahuan, dan sikap-sikap. (Prawira, 2013: 227). Aqib (2014: 66-67), beberapa pengertian belajar : (1) belajar menurut teori behavioristik diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut disebabkan oleh seringnya interaksi antara stimulus dan respons. Menurut teori behavioristik, inti belajar adalah kemampuan seseorang melakukan respon terhadap stimulus yang datang kepada dirinya; (2) belajar menurut pandangan teori kognitif diartikan proses untuk membangun persepsi seseorang dari sebuah obyek yang dilihat. Oleh sebab itu, belajar menurut teori ini adalah lebih mementingkan proses dari pada hasil; (3) menurut pandangan kontruktivisme, belajar adalah upaya untuk membangun pemahaman atau persepsi atas dasar pengalaman yang dialami siswa, oleh sebab itu belajar menurut pandangan teori ini merupakan proses untuk
9
10
memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Ada tiga potensi yang harus diubah melalui belajar, yaitu potensi intelektual (kognitif), potensi moral kepribadian (afektif), dan keterampilan mekanik/otot (psikomotorik). Hamalik (dalam Jihad, 2013: 2), menyajikan dua definisi yang umum tentang belajar, yaitu : (a) Belajar adalah modivikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman ( learning is defined as the modification or strengthening of behafior through experiencing), (b) Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkngan. Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan, keterampilan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. (Hudojo, 1990 dalam Jihad, 2013: 3 ). Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah proses perubahan dalam diri manusia. Apabila tidak terjadi perubahan dalam diri manusia setelah belajar, maka tidaklah dikatakan bahwa telah berlangsung proses belajar padanya. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk yang relatif permanen, seperti perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
10
11
bisa menjadi bisa, dari tidak terampil menjadi terampil, serta aspekaspek lainnya. b. Pengertian Pembelajaran Secara harfiah pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan mempelajari, dan perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran merupakan suatu proses atau upaya menciptakan kondisi belajar dalam mengembangkan kemampuan minat dan bakat siswa secara optomal, sehingga kompetensi dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembelajaran merupakan suatu proses terjadinya interaksi belajar dan mengajar dalam suatu kondisi tertentu yang melibatkan beberapa unsur, baik unsur ekstrinsik maupun unsur intrinsik yang melekat pada diri siswa dan guru termasuk lingkungan. Penjelaan ini sejalan dengan undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Undang-Undang, 2003) yang menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (La Iru, 2012: 1-2). Menurut Trianto (2013: 17), pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
11
12
Dalam makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya. Sanjaya (2011: 26), pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerjasama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada, baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa, seperti lingkungan dan sarana sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Lebih lanjut, Usman (2001) dalam Jihad (2013: 12), Pembelajaran adalah inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan belajar mengajar dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang tersedia dengan melibatkan siswa yang aktif dalam kegiatan belajar dan guru sebagai fasilitator untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
12
13
c. Ciri-Ciri Belajar Ciri-ciri belajar : (1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan mengetahui ada tidaknya hasil belajar; (2) Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena blajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup; (3) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial; (4) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman; (5) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku. (Baharuddin, 2010: 15). Hamalik (dalam Jihad, 2013: 3), memberikan ciri-ciri belajar, yaitu: (1) proses belajar harus mengalami, berbuat, mereaksi dan melampaui; (2) melalui bermacam-macam pengalaman dan mata pelajaran yang berpusat pada suatu tujuan tertentu; (3) bermakna bagi kehidupan tertentu; (4) bersumber dari kebutuhan dan tujuan yang mendorong
motivasi
secara
keseimbangan;
(5)
dipengaruhi
13
14
pembawaan dan lingkungan; (6) dipengaruhi oleh perbedaanperbedaan
individual;
(7)
berlangsung
secara
efektif
apabila
pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil yang di izinkan sesuai dengan kematangan anda sebagai peserta didik; (8) proses belajar terbaik adalah apabila anda mengetahui status dan kemajuannya; (9) kesatuan fungsional dari berbagai prosedur; (10) hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain tetapi dapat didiskusikan secara terpisah; (11) dibawah bimbingan yang berlangsung dan bimbingan tanpa tekanan dan paksaan; (12) hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi abilitas dan keterampilan; (13) dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik; (14) lambat laun dipersatukan menjadi kepribaian dengan kecepatan berbeda-beda; (15) bersifat komleks dan dapat berubahubah, jadi tidak sederhana dan statis. Lebih lanjut Muhibbin (dalam Jihad, 2013: 6), ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang penting adalah: a. Perubahan intensional dalam arti bukan pengalaman atau praktik yang dilakukakn dengan sengaja dan disadari, atau dengna kata lain bukan kebetulan; b. Perubahan positif dan aktif
dalam arti baik, bermanfaat serta
sesuai dengan harapan. Adapun perubahan aktif atinya tidak terjadi
14
15
dengan sendirinya seperti karena proses kematangan, tetapi karena usaha siswa itu sendiri; c. Perubahan efektif dan fungsional daam arti perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi siswa. Perubahan proses belajar fungsional dalam arti bahwa ia relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat diproduksi dan dimanfaatkan. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri seseorang belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku yang bersifat : (1) Intensional (disengaja); (2) positif dan aktif (bermanfaat dan atas hasil usaha sendiri); dan (3) efektif dan fungsional (berpengaruh dan mendorong timbulnya perubahan baru). d. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. (Abdurrahman, 1999 dalam Jihad, 2013: 14). Lanjut Jihad (2013: 14), hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Menurut Suprijono (2009) dalam Thobroni (2013: 22), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
15
16
Gagne (dalam Thobroni, 2013: 22-23), hasil belajar berupa halhal berikut : (1) Informasi verbal, yaitu kapabilitas pengungkapan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap ransangan spesifik. Kemampuan
tersebut
tidak
memerlukan
manipulasi
simbol,
pemecahan masalah, maupun penerapan aturan; (2) Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempersentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta konsep, dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan; (3) Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kidah dalam memecahkan masalah; (4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani; (5) Sikap, yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilku. Lebih lanjut Bloom (dalam Thobroni, 2013: 23-24), hasil belajar mencakup : 1) Domain kognitif : (a) Knowledge (pengetahuan, ingatan); (b) Comprehension (pemahaman, menjelskan, contoh); (c) Application (penerapan); (d) Analysis (menguraikan, menentukan hubungan);
16
17
(e) Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk); (f) Evaluating (menilai). 2) Domain afektif : (a) Receiving (sikap menerima); (b) Responding (memberikan tanggapan); (c) Valuing (nilai); (d) Organization (organisasi); (e) Characterization (karakterisasi). 3) Domain psikomotor terdiri dari : Keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja, tetapi termasuk kognitif, afektif, dan psikomotorik. e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut purwanto (2002) dalam Thobroni (2013: 31-34), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan menjadi dua golongan sebagai berikut : 1) Faktor internal (individual). Faktor individual meliputi hal-hal berikut : (a) Faktor kematangan atau pertumbuhan. Faktor ini berhubungan erat dengan kematangan atau tingkat pertumbuhan organ-organ tubuh manusia. Misalnya, anak usia enam bulan dipaksa untuk belajar berjalan, meskipun dilatih dan dipaksa anak tersebut tidak akan mampu melakukannya. Hal tersebut dikarenakan untuk dapat berjalan anak memerlukan kematangan potensi-potensi jasmaniah maupun rohaniahnya; (b)
17
18
Faktor kecerdasan atau intelegensi. Salah satu faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor kecerdasan. Misalnya, anak umur empat belas tahun ke atas umumnya telah matang untuk belajar ilmu pasti, tetapi pada kenyataannya tidak semua anak-anak tersebut pandai dalam ilmu pasti. Demikian pula dalam mempelajari mata pelajaran dan kecakapan-kecakapan lainnya. Misalnya, tidak semua anak pandai berbahasa asing, tidak semua anak pandai memasak, dan sebagainya; (c) Faktor latihan dan ulangan. Dengan rajin berlatih, sering melakukan hal yang berulang-ulang, kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki menjadi semakin dikuasai dan makin mendalam. Selain itu, dengan seringnya berlatih maka akan timbul minat terhadap sesuatu yang dipelajari itu. Semakin besar minat, semakin besar pula perhatiannya
sehingga
memperbesar
hasratnya
untuk
mempelajarinya. Sebaliknya, tampa latihan maka pengalamanpengalaman yang telah dimilikinya dapat menjadi hilang atau berkurang; (d) Faktor motivasi. Motivasi merupakan faktor pendorong bagi suatu aorganisme untuk melakukan sesuatu. Seseorang tidak akan mau berusaha mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya jika ia tidak mengetahui pentingnya dan faedahnya dari hasil yang akan dicapai dari belajar; (e) Faktor pribadi. Setiap manusia memiliki sifat kepribadian masing-masing yang berbeda dengan manusia lainnya. Ada orang yang mempunyai sifat keras
18
19
hati, halus perasaanya, berkemauan keras, tekun, dan sifat-sifat sebaliknya. Sifat-sifat kepribadian tersebut turut berpengaruh dengan hasil belajar yang ingin dicapai. Termasuk dalam sifat-sifat kepribadian ini adalah faktor fisik, kesehatan dan kondisi badan. 2) Faktor eksternal (yang ada diluar individu). Faktor-faktor yang ada diluar individu diantaranya : (a) Faktor keluarga atau keadaan rumah tangga. Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam turut menentukan bagaiamana dan sampai dimana belajar dialami anak-anak. Ada keluarga yang diliputi suasana tentram dan damai, tetapi adapula yang sebaliknya. Termasuk, dalam faktor keluarga yang juga turut berperan adalah ada tidaknya atau ketersediaan fasilitas-fasilitas yang dperlukan dalam belajar; (b) Faktor guru dan cara mengajarnya. Saat anak belajar disekolah, faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting. Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru dan bagaimana cara guru mengajarkan pengetahuan tersebut kepada peserta didiknya turut menentkan hasil belajar yang dicapai; (c) Faktor alat-lat yang digunakan dalam belajar formal. Ketersediaan alat-alat atau sarana prasana disekolah merupakan faktor yang sangat penting. Sekolah yang memiliki peralatan dan perlengkapan yang diperlukan dalam belajar
ditambah
dengan
guru
yang
berkualitas
akan
mempermudah dan memeprcepat belajar anak-anak; (d) Faktor
19
20
lingkungan dan kesempatan yang tersedia. Seorang anak yang memiliki intelegensi yang baik, dari keluarga yang baik, bersekolah
disekolah
yang
guru-gurunya
berkualitas,
dan
fasilitasnya baik belum tentu pula dapat belajar dengan baik. Ada faktor yang mempengaruhi hasil belajarnya, seperti kelelahan karena jarak rumah dan sekolah cukup jauh, tidak ada kesempatan karena sibuk bekerja, serta pengaruh lingkungan yang buruk yang terjadi diluar kemampuannya; (e) Faktor motivasi social. Motivasi sosial dapat berasal dari orangtua yang selalu mendorong anaknya untuk rajin belajar, motivasi dari orang lain seperti dari tetangga, sanak saudara, teman-teman sekolah, dan teman sepermainan. 2. Model Pembelajaran TGT a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Arihi (2009) dalam La Iru (2012: 47), pembelajaran Kooperatif (cooperative
learning)
merupakan
model
pembelajaran
dalam
kelompok-kelompok kecil dengan anggota kelompok 3-5 orang yang dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling kerja sama dan saling membantu untuk memahami materi, sehingga setiap siswa selain mempunyai tanggung jawab individu, tanggung jawab berpasangan, juga mempunyai tanggung jawab dalam kelompok. Lanjut (Eggen, 1996), dalam La Iru (2012: 50), pembelajaran kooperatif adalah sebuah kelompok strategi pengajaran
20
21
yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pada dasarnya coopertive learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih, dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperatif learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok. (Solihatin, 2007: 4), dalam Taniredja (2013: 56). Lebih lanjut Ngalimun (2014: 161-162), model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada control dan fasilitas, dan meminta tanggung jawab hasi kelompok berupa laporan atau presentasi. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dalam kelompok- kelompok kecil yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan bersama dalam pembelajaran.
21
22
b. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif Stahl (1994), dalam Taniredja (2013: 58), Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah: (1) belajar bersama dengan teman; (2) selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman; (3) saling mendengarkan pendapat diantara anggota kelompok; (4) belajar dari teman sendiri dalam kaelompok; (5) belajar dalam kelompok kecil; (6) produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat; (7) keputusan tergantung pada mahasiswa sendiri; (8) mahasiswa aktif. Senada dengan ciri-ciri tersebut, Johnson (1984), dalam Taniredja (2013: 58), mengemukakan pembelajaran kooperatif adalah: (1) terdapat saling ketergantungan yang positif diantara anggota kelompok; (2) dapat dipertangung jawabkan secara individu; (3) heterogen; (4) berbagi kepemimpinan; (5) berbagi tanggung jawab; (6) menekankan
pada
tugas
dan
kebersamaan;
(7)
membentuk
keterampilan sosial; (8) peran guru/dosen mengamati proses belajar mahasiswa; (9) efektivitas belajar tergantung pada kelompok. c. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut: (1) siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka hidup sepenanggungan bersama; (2) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya; (3) siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama; (4) siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara
22
23
angota kelompoknya; (5) siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok; (6) siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya; (7) siswa akan diminta mempertangung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. (Ibrahim, 2010 dalam Taniredja, 2013: 59). d. Manfaat Pembelajaran Kooperatif Orlich (2007), dalam La Iru (2012: 55), menyebutkan delapan manfaat pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) Meningkatkan pemahaman terhadap pengetahuan dasar; (2) Memberi penguatan terhadap keterampilan social; (3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat keputusan; (4) Menciptakan lingkungan belajar yang aktif; (5) Meningkatkan kepercayaan diri siswa; (7) Menghargai perbedaan gaya belajar; (8) Meningkatkan tanggung jawab siswa; (9) Fokus pada keberhasilan setiap siswa e. Langkah-langkah pembelajaran Kooperatif Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim (2000), dalam La Iru (2012: 54) : Fase
Tingkah Laku Guru Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada dan motivasi siswa pengajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada siswa Menyajikan informasi dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana Fase 3 caranya membentuk kelompok belajar dan Mengorganisasikan siswa ke dalam membentuk kelompok agar melakukan transisi secara efisien. kelompok koperatif 23
24
Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Fase 5 Evaluasi
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masingmasing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6 Guru mencari gara-gara untuk Memberikan menghargai upaya maupun hasil belajar penghargaan individu dan kelompok. Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif f. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Secara umum TGT sama dengan STAD kecuali satu hal: TGT menggunakan tournamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan angota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. (Salvin, 2008 dalam Taniredja, 2013: 66). Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan suatu model
pembelajaran
yang
mengutamakan
adanya
kelompok-
kelompok, setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah) jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, dan suku yang berbeda. Tujuan pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah : (1) Hasil belajar akademik, (2) Penerimaan keseragaman atau melatih siswa untuk menghargai dan mengikuti orang lain, dan (3) Mengembangkan keterampilan. (La Iru, 2012: 63).
24
25
Menurut Salvin dalam Taniredja (2013: 67-70), ada lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu : 1) Penyajian Kelas (Class Pressentation) Penyajian kelas
dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak
berbeda dengan pengajaran biasa atau pengajaran klasikal oleh guru, hanya pengajaran lebih difokuskan pada materi yang sedang dibahas saja. Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pembelajaran langsung, diskusi yang dipimpin oleh guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game, karena skor game akan menentukan skor kelompok. 2) Kelompok (Teams) Kelompok disusun dengan beranggotakan 4-5 orang yang mewakili pencampuran dari berbagai keragaman dalam kelas seperti kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau etnik. Fungsi utama mereka dikelompokkan adalah anggota-anggota kelompok saling meyakinkan bahwa mereka dapat bekerja sama dalam belajar dan mengerjakan game atau lembar kerja dan lebih khusus lagi untuk menyiapkan semua anggota dalam menghadapi kompetisi.
25
26
3) Permainan (Games) Pertanyaan dalam game disusun dan dirancang dari materi yang relevan dengan materi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan yang diperoleh mewakili masing-masing kelompok. Sebagian besar pertanyaan pada kuis dalam bentuk sederhana. Setiap siswa mengambil sebuah kartu yang diberi nomor dan menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor pada kartu tersebut. 4) Kompetisi (Tournament) Tournament adalah susunan beberapa geme yang dipertandingkan. Biasanya dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir unit pokok bahasan, setelah guru memberikan penyajian kelas dan kelompok mengerjakan lembar kerjanya. Untuk tournament pertama, guna menempatkan siswa pada tournamenst table dengan pengaturan beberapa siswa berkemampuan tinggi dari tiap-tiap kelompok pada meja I, siswa berkemampuan sedang pada meja II dan III, kemudian siswa berkemampuan rendah pada meja IV. Setelah tournament pertama selesai dan dilakukan penilaian, guru melakukan pengaturan kembali kedudukan siswa pada tiap meja tournament, kecuali pemenang pada meja yang berkemampuan tertinggi (meja I). Pemenang dari setiap meja dinaikkan atau digeser satu tingkat kemeja yang lebih tinggi tingkatannya dan siswa yang mendapat skor yang terrendah pada setiap meja tournament selain pada meja yang terrendah tingkatannya (meja IV) diturunkan satu tingkat kemeja yang
26
27
lebih rendah tingkatannya. Pada akhirnya mereka akan mengalami kenaikan atau penurunan sehingga mereka akan sampai pada meja yang sesuai dengan kinerja mereka. 5) Pengakuan Kelompok (Teams Recognition) Dalam pembelajaran kooperatif, penghargaan diberikan kepada kelompok dan bukan individu, sehingga keberhasilan kelompok ditentukan oleh keberhasilan setiap anggotanya. Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberi penghargaan berupa hadiah atau sertifikat atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar sehingga mencapai kriteria yang telah disepakati bersama. Lebih lanjut Taniredja (2013: 72-73), mengemukakan kelebihan pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai berikut : (a) Dalam kelas kooperatif mahasiswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan mengungkapkan pendapatnya; (b) Rasa percaya diri siswa menjadi lebih tinggi; (c) Perilaku menggangu siswa lain menjadi lebih kecil; (d) Motivasi belajar siswa bertambah; (e) Pemahaman yang lebih mendalam terhadap pokok bahasan; (f) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru; (g) Siswa dapat menelaah sebuah mata pelajaran atau pokok bahasan bebas mengaktualisasikan diri dengan seluruh potensi yang ada dalam diri siswa tersebut dapat keluar, selain itu kerja sama antar siswa dengan siswa juga antar siswa dengan guru akan membuat interaksi belajar dalam kelas menjadi hidup dan tidak membosankan.
27
28
Ciri khas yang membedakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan metode pembelajaran kooperatif lainnya adalah adanya
tournament
yang
mempertandingkan
antar
kelompok.
(Taniredja, 2013: 73). Pelaksanaan games dalam bentuk turnamen dilakukan dengan prosedur, sebagai berikut : (1) Buat kelompok siswa heterogen 4-5 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan\mekanisme kegiatan; (2) Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk
tiap
meja
ditempati
perwakilan
tiap
kelompok
yang
berkemampuan setara, meja di isi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-x ditempati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok; (3) Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disiapkan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit). Siswa bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja turnamen sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium; (4) Mumping, pada turnamen kedua (begitu juga untuk turnamen ketigakeempat dst.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja
28
29
turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama; (5) Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual. (Ngalimun, 2014: 167). 3. Operasi Hitung Bilangan Pecahan a. Hakikat Pembelajaran Matematika Istilah matematika memiliki beberapa pengertian bergantung pada cara pandang orang yang melaksanakannya. Karakteristik matematika melukiskan matematika yang memiliki bahasa simbol yang efisien, sifat keteraturan yang indah dan kemampuan analisis kuantitatif, yang akan membantu menghasilkan model matematika yang diperlukan dalam pemecahan masalah berbagai cabang ilmu pengetahuan dan masalah kehidupan sehari-hari. Karakteristik matematika lainnya adalah sifatnya yang menekankan pada proses deduktif yang memerlukan penalaran logis yang diawali dengan proses induktif
yang meliputi
penyusunan
konjektur, model
matematika, analogi dan atau generalisasi, melalui pengamatan terhadap sejumlah data. Karakteristik berikutnya, ditinjau dari segi susunan unsur-unsurnya, matematika dikenal pula sebagai ilmu yang terstruktur dan sistematis dalam arti bagian-bagian matematika tersusun secara hierarkis dan terjalin dalam hubungan fungsional yang erat. (Hendriana, 2014: 3).
29
30
Schoenfeld
(1994)
mengemukakan bahwa
dalam
Hendriana
(2014:
belajar berpikir matematis
5-6),
berarti:
a)
mengembangkan pandangan terhadap matematika: menilai proses matematisasi
dan
abstraksi
dan
memiliki
kecenderungan
menerapkanya, b) mengembangkan kompetensi berkenan dengan alat matematika, menggunakan untuk mencapai tujuan memahami struktur matematika, dam menyajikan sesuatu yang masuk akal. Kemudian Schoenfeld membuat rangkuman sebagai berikut: (1) Matematika adalah suatu disiplin ilmu yang hidup dan tumbuh dimana kebenaran dicapai secara individu dan melalui masyarakat matematis. Selanjutnya ia menyarankan agar: (a) pakar matematika mengembangakan pemahaman matematik yang dalam melalui latihan magang dalam masyarakat terutama untuk mahasiswa pascasarjana dan profesional muda; (b) dalam standar pembelajaran untuk siswa sekolah menengah kebawah siswa tidak didorong untuk magang seperti itu, oleh karena itu hendaknya siswa didorong untuk doing dan knowing mathematics. (2) Berkenan dengan pembelajaran mathematical problem solving, disarankan agar membahas tema: (a) matematika sebagai ilmu tentang pola, kegiatan yang relevan, memerhatikan struktur, menelaah keterkaitan (connection), menyajikan pola secara simbolik, menyusun konjektur dan bukti, mengabstraksi dan menggenaralisasi; (b) otoritas matematik menempel pada matematika itu sendiri, pada dasrnya matematika adalah kegiatan manusia.
30
31
b. Tujuan Pembelajaran Matematika KTSP (2006) yang disempurnakan pada kurikulum 2013, mencantumkan tujuan pembelajaran matematika sebagai berikut : (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalsai, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah; (4) mengkomunikasikan gagsan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, sikap rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Butir-butir 1 sampai dengan 4 dalam rumusan tujuan pembelajaran matematika diatas
menggambarkan
kompetensi
atau
kemampuan
berpikir
matematik, sedang butir 5 melukiskan ranah efektif yang harus dimiliki siswa yang belajar matematika. (Hendriana, 2014: 7). c. Tinjauan Materi : Operasi Hitung Bilangan Pecahan Bilangan pecahan adalah bilangan yang lambangnya dapat ditulis dengan bentuk
𝑎 𝑏
bilangan bulat dan b ≠ 0, a bukan kelipatan b,
pada pecahan a disebut pembilang dan b disebut penyebut.
31
32
Dalam penjumlahan dua pecahan berlaku hal-hal : 1) Menjumlahkan pecahan-pecahan yang penyebutnya sama ialah dengan menjumlahkan pembilang-pembilangnya kemudian membagikannya dengan penyebutnya, dan 2) Untuk menjumlahkan pecahan-pecahan yang penyebutnya berbeda, terlebih dahulu disamakan penyebut pecahan tersebut dengan mencari KPK dari kedua pecahan tersebut, kemudian lakukan seperti bagian (1). Dalam pengurangan dua pecahan berlaku hal-hal : 1) Mengurangkan pecahan-pecahan penyebutnya sama ialah dengan jalan mengurangkan
pembilang-pembilangnya
kemudian
membaginya
dengan penyebutnya, dan 2) Untuk mengurangkan pecahan-pecahan yang penyebutnya berbeda, terlebih dahulu disamakan penyebut pecahan tersebut dengan mencari KPK dari kedua pecahan tersebut, kemudian lakukan seperti bagian (1). a. Penjumlahan Pecahan Contoh : Tentukan hasil penjumlahan pecahan berikut : 1.
2.
1 4 2 7
+ +
1 4 3 7
Jawab : 1.
2.
1 4 2 7
1
1+1
4
4
3
2+3
7
7
+ = + =
2
1
4
2
= = =
5 7
32
33
Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan menjumlahkan pembilang-pembilangnya. Sedangkan penyebutnya tidak dijumlahkan. Bagaimana dengan penjumlahan pecahan yang penyebutnya berbeda? Tentu saja dilakukan dengan mengubah ke bentuk pecahan lain yang senilai sehingga penyebutnya menjadi sama. Aturan penjumlahan pecahan yang berbeda penyebutnya : 1. Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk pecahan yang senilai). 2. Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan berpenyebut sama. Contoh : Tentukan hasil penjumlahan pecahan berikut : 1.
2.
1 2 3 5
+ +
1 3 2 7
Jawab : 1. Bentuk yang senilai dengan
Bentuk yang senilai dengan
1 2 1 3
Pecahan yang senilai dengan
adalah
adalah
adalah 1 2
2 3 4 5
, , ,
4 6 8 10 2 3
, ,
4
,
,…
5
6 9 12 15
dan
1 3
,…
yang berpenyebut sama
3
2 dan , atau penyebut dari kedua pecahan adalah 2 dan 3 6 6
dengan KPK 6
33
34
1 2
1
3
3
6
+ =
Jadi,
1 2
2
3+2
6
6
+ =
1
5
3
6
+ =
=
3
2. Bentuk yang senilai dengan
5 2
Bentuk yang senilai dengan
7
Pecahan yang senilai dengan adalah
21 35
10
dan
35
5 6
adalah adalah 3 5
6
,
9 12 15 18 21
,
,
,
,
10 15 20 25 30 35 4
,
6
,
8
,
10 12
,
14 21 28 35 42
dan
2 7
,…
,…
yang berpenyebut sama
, atau penyebut dari kedua pecahan adalah 5 dan
7 dengan KPK 35 3 5
2
21
7
35
+ =
Jadi,
3 5
+
10 35
2
31
7
35
+ =
21+10
=
35
=
31 35
b. Pengurangan Pada Pecahan Operasi hitung pengurangan dalam pecahan mempunyai aturan serupa dengan penjumlahan dalam pecahan. Contoh : Tentukan hasil pengurangan pecahan berikut ini : 1.
2.
3 4 5 8
1
-4 -
3 8
Jawab : 1.
2.
3 4 5 8
1
3−1
4
4
3
5−3
8
8
- = - =
= =
2 4
= 2 8
1 4
=
1 4
34
35
Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan mengurangkan pembilang-pembilangnya. Sedangkan penyebutnya tidak dikurangkan. Bagaimana dengan pengurangan pecahan yang penyebutnya berbeda? Tentu saja dilakukan dengan mengubah ke bentuk pecahan lain yang senilai sehingga penyebutnya menjadi sama. Aturan pengurangan pecahan yang berbeda penyebutnya : 1. Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk pecahan yang senilai). 2. Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan berpenyebut sama. Contoh : Tentukan hasil pengurangan pecahan berikut : 1.
2.
5 8 8 9
-
1 6 2 3
Jawab : 1. Bentuk yang senilai dengan
Bentuk yang senilai dengan
5 8 1 6
Pecahan yang senilai dengan
adalah
15 24
dan
4 24
10 15 20 25
,
adalah
adalah 5 8
,
,
16 24 32 40 2
,
3
,
4
,
5
12 18 24 30
dan
1 6
,…
,…
yang berpenyebut sama
, atau penyebut dari kedua pecahan adalah 8 dan
6 dengan KPK 24
35
36
5 8
-
Jadi,
1 6 5 8
15
= -
24 1 6
-
=
4 24
=
15−4 24
=
11 24
11 24
2. penyebut dari kedua pecahan adalah 9 dan 3 dengan KPK 9 8 9
-
Jadi,
2 3 8 9
= -
8 9 2 3
=
6 9
=
2 9
2 9
B. Penelitian Yang Relevan Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikur : 1. Jumaeni (2012), dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Makhluk Hidup dan Lingkungannya di Kelas IVA SD Negeri 04 Poasia Kota Kendari”, menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa meningkat dengan persentase ketuntasan secara klasikal pada siklus I yaitu 65,38% dan pada siklus II yaitu 84,61%. 2. Sarlina (2015), dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Menyelesaikan Masalah Pecahan di Kelas IVB SD Negeri 7 Mandonga”, menyimpulkan bahwa : 1) Terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada materi menyelesaikan masalah pecahan. Hal ini dapat ditunjukan oleh hasil tes siklus, nilai rata-rata siswa pada siklus I yaitu 73,65 mengalami peningkatan pada 36
37
siklus II dengan nilai rata-rata 80,17 dengan persentase ketuntasan siswa pada siklus I hanya 69,23% dengan jumlah siswa 26 yang tuntas 18 siswa meningkat menjadi 87,5% pada siklus II dengan jumlah siswa yang tuntas mencapai 21 orang dari 24 siswa. 2) Terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi menyelesaikan masalah pecahan. Hal ini dapat ditunjukan oleh lembar observasi aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar siswa pada siklus I mengajar pertama yaitu 58,32% meningkat menjadi 77,6% pada mengajar kedua. Aktivitas belajar siswa pada siklus II mengajar pertama 91,7% meningkat menjadi 100% pada mengajar kedua. 3) Terjadi
peningkatan
aktivitas
mengajar
guru
pada
materi
menyelesaikan masalah pecahan. Hal ini dapat ditunjukan oleh lembar observasi aktivitas mengajar guru. Aktivitas mengajar guru pada siklus I mengajar pertama yaitu 64,28% meningkat menjadi 71,42% pada mengajar kedua. Aktivitas mengajar guru pada siklus II mengajar pertama 92,86% meningkat menjadi 100% pada mengajar kedua. C. Kerangka Berpikir Proses belajar mengajar merupakan interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kenyataan bahwa proses belajar yang sering dilakukan guru kelas IV SD Negeri 09 Lawa masih menggunakan model pembelajaran konvensional, sehingga keterlibatan siswa sangat kurang optimal dalam penguasaan materi.
37
38
Untuk mengatasi masalah tersebut maka diperlukan solusi yang tepat dengan mengupayakan perbaikan proses pengajaran yang sesuai dengan materi yang ada yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, model pembelajaran tersebut menuntut siswa untuk lebih aktif melalui kerja sama antara siswa dalam kelompok, siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan mengeluarkan pendapatnya, rasa percaya diri siswa menjadi lebih tinggi, perilaku mengganggu terhadap siswa lain menjadi kecil, pemahaman yang lebih mendalam terhadap pokok bahasan, meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi, antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan diharapkan hasil belajar matematika dapat meningkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut :
38
39
Rendahnya Hasil Belajar Pada Materi Operasi Hitung Bilangan Pecahan Siswa Kelas IV SD Negeri 09 Lawa
Faktor guru : 1. Menggunakan metode ceramah 2. Buku masih menjadi sumber utama dalam pembelajaran.
Faktor siswa : 1. Minat, motivasi siswa rendah 2. Siswa berperan sebagai pendengar atau penerima saja
Penerapan Model TGT
Faktor guru : 1. Kreatif 2. Inofatif 3. Menyenangkan
Faktor siswa : 1. Aktif 2. Fokus 3.
Bersemangat/senang
Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 09 Lawa Meningkat
Gambar 2.1 Alur Kerangka Pemikiran Pembelajaran dengan model TGT D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan masalah dan pengkajian terhadap literatur yang relevan, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini, yakni : 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi operasi hitung bilangan pecahan di kelas IV SD Negeri 09 Lawa ? 2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi operasi hitung bilangan pecahan di kelas IV SD Negeri 09 Lawa ? 39
40
3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan aktivitas mengajar guru pada materi operasi hitung bilangan pecahan di kelas IV SD Negeri 09 Lawa ?
40
41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dalam bahasa Inggris, yaitu Classroom Action Research (CAR) yang berarti Action Research (penelitian dengan tindakan) yang dilaksanakan di kelas. PTK adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. (Suyadi, 2013: 18). Iskandar (2012: 20), Penelitian tindakan kelas suatu kegiatan ilmiah yang terdiri dari Penelitian + Tindakan + Kelas. (1) Penelitian merupakan kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bemanfaat dalam memecahkan suatu masalah; (2) Tindakan merupakan suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu rangkaian siklus kegiatan; (3) Kelas merupakan sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar tidak hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika siswa sedang melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar tempat lain di bawah arahan guru.
41 41
42
Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa PTK adalah pencermatan yang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat didalamnya (guru, peserta didik dan kepala sekolah) dengan menggunakan metode refleksi diri dan bertujuan untuk melakukan perbaikan diberbagai aspek pembelajaran. Dengan kata lain, PTK adalah pencermatan yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki profesinya sebagai guru, sehingga belajar peserta didik terus meningkat. B. Setting Penelitian Setting penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini menunjukan lokasi dimana tempat dan waktu penelitian ini akan dilaksanakan. Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri 09 Lawa pada kelas IV semester genap tahun pelajaran 2015/2016, dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang. Adapun jadwal pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut. No Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan Keterangan Kegiatan Awal 1. Observasi Awal Kamis, 22 Oktober 2015 2. Seminar proposal Selasa, 22 Desember 2015 3. Observasi Lanjutan Selasa, 5 Januari 2016 Tindakan Siklus I 1. Pertemuan RPP 1 Rabu, 6 Januari 2016 3 x 35 menit 2. Pertemuan RPP 2 Jumat, 8 Januari 2016 3 x 35 menit 3. Tes Siklus I Rabu, 13 Januari 2016 60 menit 4. Pembahasan hasil tes Jumat, 15 Januari 2016 60 menit Tindakan Siklus II 1. Pertemuan RPP 3 Rabu, 20 Januari 2016 3 x 35 menit 2. Pertemuan RPP 4 Jumat, 22 Januari 2016 3 x 35 menit 3. Tes Siklus II Rabu, 27 Januari 2016 60 menit Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 09 Lawa
42
43
C. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa yang aktif dan terdaftar pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 kelas IV SD Negeri 09 LAWA dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang, terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 11 orang siswa perempuan. D. Faktor Yang Diteliti Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika yang terdapat pada materi operasi hitung bilangan pecahan kelas IV yang terdiri dari: 1. Hasil belajar siswa berdasarkan proses pembelajaran matematika pada materi operasi hitung bilangan pecahan di kelas IV, dengan menggunakan tes hasil belajar. 2. Aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika pada materi operasi hitung bilangan pecahan di kelas IV, dengan menggunakan rubrik lembar observasi. 3. Aktivitas mengajar guru dalam proses pembelajaran matematika pada materi operasi hitung bilangan pecahan di kelas IV, dengan menggunakan rubrik lembar observasi. E. Prosedur Penelitian Penelitian ini merupakan PTK dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Penelitian ini akan dilaksanakan 2 siklus, dengan masingmasing siklus dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan. Secara umum , terdapat
43
44
empat langkah dalam melakukan PTK, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. (Arikunto, 2006 dalam Suyadi, 2013: 49). Berikut bagan prosedur penelitian : Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
Gambar 3.1 Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto dalam Paizaluddin dan Ermalinda, 2014: 34) Secara rinci bagan diatas dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Siklus I a. Perencanaan Perencanaan yang dibuat didasarkan pada observasi yang telah dilakukan. Hal-hal yang ditempuh dalam perencanaan yaitu: 1) Melakukan pertemuan awal dengan kepala sekolah dan guru kelas untuk membicarakan persiapan dan waktu sebelum melakukan tindakan.
44
45
2) Menyiapkan sumber bahan ajar yang akan digunakan dalam pembelajaran. 3) Membuat
rencana
perbaikan
pembelajaran
(RPP)
dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi pembelajaran 4) Membuat lembar observasi untuk aktivitas guru dan siswa selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. 5) Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan siswa dalam memahami konsep yang diajarkan. 6) Menyiapkan LKS yang memuat materi penjumlahan dan pengurangan pada pecahan dalam kegiatan pembelajaran. 7) Merancang alat evaluasi untuk tes tindakan. b. Pelaksanaan Tindakan Kelas Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana perbaikan pembelajaran yang telah dibuat pada tahap perencanaan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Kegiatan
pembelajaran
pada
materi
penjumlahan
dan
pengurangan pada pecahan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT akan dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yaitu sebagai berikut :
45
46
1) Kegiatan Awal a) Diawali dengan melakukan apersepsi yaitu bertanya kepada siswa yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan pada pecahan. b) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. c) Membagi siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen (jenis kelamin, agama, suku, dan ras). 2) Kegiatan Inti a) Siswa menyimak penjelasan guru tentang penjumlahan dan pengurangan pada pecahan. b) Menunjuk siswa secara acak untuk menanyakan penjumlahan dan pengurangan pada pecahan. c) Guru membagikan LKS kepada siswa untuk didiskusikan bersama teman kelompok. d) Guru memberikan penjelasan singkat tentang cara pengerjaan LKS. e) Siswa mengerjakan LKS sesuai dengan penjelasan guru tentang cara pengerjaan LKS. f) Guru membimbing siswa mengerjakan LKS. g) Guru meminta siswa untuk mempersentasekan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain menanggapi. h) Setiap kelompok akan melakukan peremainan kartu bernomor.
46
47
i) Siswa melakukan permainan kartu bernomor dan guru berkeliling tiap meja untuk membimbing. j) Setelah semua soal terjawab, guru memeriksa hasil kerja dan menghitung perolehan skor masing-masing anggota kelompok. k) Guru memberi penghargaan pada siswa yang memperoleh skor tertinggi ditiap kelompok dan memberitahukan bahwa tiap anggota kelomok yang memperoleh skor tertinggi ditiap kelompoknya akan bertemu diturnamen akhir unit untuk bertanding mewakili kelompoknya, begitupun tertinggi kedua dan seterusnya. 3) Kegiatan Akhir a) Dengan
bantuan
guru
siswa
menyimpulkan
materi
pembelajaran. b) Memotivasi siswa agar tetap giat belajar. c) Memberikan Pekerjaan Rumah (PR). c. Pengamatan Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan serta melakukan evaluasi. Kegiatan observasi dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan yaitu dengan menggunakan lembar observasi yang telah terlampir. Lembar observasi aktivitas mengajar guru berguna untuk mengetahui
kelebihan
dan
kekurangan
guru
dalam
proses
47
48
pembelajaran. Sedangkan lembar observasi aktivitas belajar siswa berguna untuk mengetahui kinerja siswa dalam proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah hasil belajar siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan dapat meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan menggunakan tes tertulis bentuk tes essay. d. Refleksi Pada tahap ini hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dikumpulkan kemudian dianalisis untuk mendapatkan gambaran pembelajaran yang telah dilakukan. Dari hasil tersebut akan dilihat apakah model pembelajaran TGT yang diajarkan sudah sesuai dengan langkah-langkahnya dan juga sebagai refleksi diri untuk perbaikan tindakan siklus berikutnya. 2. Siklus II a. Perencanaan Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam perencanaan yaitu : 1) Meninjau kembali keunggulan dan kelemahan yang dicapai pada siklus I yaitu memadukan hasil refleksi siklus I agar pelaksanaan siklus II lebih efektif. 2) Membuat RPP dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games TGT.
48
49
3) Menyiapkan bahan ajar tentang menyelesaikan masalah pecahan yang akan digunakan dalam pembelajaran. 4) Menyiapkan LKS, alat dan bahan tentang menyelesaikan masalah pecahan dalam kegiatan pembelajaran. 5) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. 6) Menyiapkan alat evaluasi. b. Pelaksanaan Tindakan Kelas Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana perbaikan pembelajaran yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Dalam pelaksanaan ini, peneliti melaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yaitu, sebagai berikut : 1) Kegiatan Awal a) Apersepsi yaitu memberikan pertanyaan kepada siswa tentang operasi hitung bilangan pecahan dan menghubungkannya dengan menyelesaikan masalah pecahan. b) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. c) Membagi siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen (jenis kelamin, agama, suku, dan ras). 2) Kegiatan Inti a) Siswa menyimak penjelasan guru tentang menyelesaikan masalah pecahan.
49
50
b) Secara acak guru menunjuk siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang menyelesaikan masalah pecahan. c) Guru membagikan LKS kepada kelompok untuk didiskusikan bersama teman kelompok. d) Guru memberikan penjelasan tentang cara mengerjakan soal dalam LKS. e) Guru
membimbing
siswa
yang
mengalami
kesulitan
mengerjakan soal dalam LKS. f) Guru meminta siswa untuk mempersentasekan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain menanggapi. g) Setiap perwakilan kelompok berada pada satu meja untuk melakukan permainan kartu bernomor. h) Guru memberi arahan secara garis besar tata cara permainannya, diingatkan kemampuan dan keseriusan tiap anggota kelompok akan mempengaruhi keberhasilan tiap kelompok. i)
Siswa melakukan permainan kartu bernomor dan guru berkeliling tiap meja untuk membimbing.
j)
Setelah selesai setiap anggota kelompok kembali ke kelompok asal.
k) Guru dan siswa membahas hasil pertandingan dan memberitahukan kelompok terbaik sekaligus memberikan penghargaan kepada kelompok tersebut. 3) Kegiatan Akhir a) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan materi pembelajaran hari ini.
50
51
b) Memotivasi siswa agar tetap giat belajar. c) Memberikan Pekerjaan Rumah (PR). c. Pengamatan Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi untuk mengamati aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar untuk mengetahui sejauh mana kinerja guru dan keterlibatan siswa serta hasil belajar siswa selama proses pembelajaran. d. Refleksi Hasil dari tahap observasi selama kegiatan pembelajaran dpikumpulkan
serta
dianalisis
untuk
mendapatkan
gambaran
pembelajaran yaitu (1) apakah model pembelajaran TGT yang diterapkan untuk mengajarkan materi menyelesaikan masalah pecahan sudah sesuai langkah-langkahnya ? (2) apakah siswa dapat menyerap materi menyelesaikan masalah pecahan yang dijelaskan oleh guru ? F. Data dan Teknik Pengumpulan Data Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah (1) aktivitas belajar siswa, (2) data tentang aktivitas mengajar guru, dan (3) nilai hasil belajar siswa. Tekhnik yang digunakan untuk pengumpulan data aktivitas belajar siswa menggunakan lembar observasi yang terdiri dari menyimak penyajian kelas, bekerja secara bersama dalam kelompok, mengikuti permainan dengan
51
52
tertib, dan dapat menerima keputusan yang dibuat berdasarkan kinerja kelompoknya. Tekhnik yang digunakan untuk pengumpulan data aktivitas mengajar guru menggunakan lembar observasi yang diobservasi oleh observer yang terdiri dari penguaasaan materi yang disajikan, pembimbingan dalam belajar kelompok, mengatur jalannya permainan, dan memberikan penghargaan kepada kelompok sesuai dengan kinerja kelompok siswa. Tekhnik mengukur hasil belajar siswa pada materi operasi hitung bilangan pecahan menggunakan tes dalam bentuk uaian dan essay. G. Tekhnik Analisis Data Analisis data hasil penelitian dilakukan dengan dua cara yaitu analisis deskriptif (kualitatif) dan analisis kuantitatif. 1) Data kualitatif diperoleh dengan menggunakan rubrik lembar observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru. Untuk menentukan presentase keterlaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan, baik aktivitas guru maupun aktivitas siswa menggunakan rumus : a) Presentase Aktivitas Belajar Siswa %ABS =
Jumlah frekuensi aktivitas Jumlah total frekuensi aktivitas
x 100%
Keterangan: %ABS = Persentase Aktivitas Belajar Siswa Kriteria: ≤ 59% 60% - 69% 70% - 79% 80% - 100%
: Kurang : cukup : Baik : Sangat Baik (Kurniasih, 2014: 43). 52
53
b) Persentase Aktivitas Guru Jumlah frekuensi aktivitas
%AMG =
Jumlah total frekuensi aktivitas
x 100%
Keterangan: %AMG = Persentase Aktivitas Mengajar Guru Kriteria: ≤ 59%
: Kurang
60% - 69%
: cukup
70% - 79%
: Baik
80% - 100%
: Sangat Baik (Kurniasih, 2014: 43).
2) Analisis Kuantitatif a) Menghitung nilai rata-rata dengan rumus sebagai berikut : X =
𝑥1+𝑥2+𝑥3+...+𝑥𝑛 𝑛
atau X =
𝑋𝑖 𝑛
Keterangan : X = Nilai rata-rata ∑𝑋𝑖 = Jumlah Skor tiap siswa N = Jumlah siswa
(Hamid, 2007: 4.2).
b) Menghitung persentase ketuntasan secara klasikal dengan rumus sebagai berikut : % Tuntas =
𝑥𝑖 𝑓𝑖
x 100%
Dengan: 𝑥𝑖 = Jumlah siswa pada kategori ketuntasan 𝑓𝑖 = Jumlah siswa secara keseluruhan (Hamid, 2007: 4.2).
53
54
c) Menghitung tingkat penguasaan secara individual : Tingkat Penguasaan =
Jumlah Skor Yang diperoleh Skor Maksimal
x 100 (Herryanto, 2007: 1.12)
H. Indikator Kinerja Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian ini adalah: 1.
Meningkatnya hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 09 lawa Tahun Ajaran 2015/2016 melalui penerapan model kooperatif tipe TGT.
2.
Meningkatnya aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 09 lawa Tahun Ajaran 2015/2016 melalui penerapan model kooperatif tipe TGT.
3.
Meningkatnya aktivitas mengajar guru kelas IV SD Negeri 09 lawa Tahun Ajaran 2015/2016 melalui penerapan model kooperatif tipe TGT. Sebagai indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah jika materi
pelajaran dipahami secara klasikal minimal 80% dan proses pelaksanaan tindakan telah sesuai dengan skenario pembelajaran. (DEPDIKNAS, 2008: 5). Seorang siswa dikatakan telah mencapai ketuntasan belajar secara perorangan apabila siswa tesebut telah memperoleh nilai minimal 75 sesuai dengan KKM yang ditetapkan oleh SD Negeri 09 Lawa dan oleh DEPDIKNAS (2008: 26).
54
55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Kegiatan Pendahuluan Sebagai langkah awal sebelum kegiatan penelitian dilakukan, peneliti terlebih dahulu berdiskusi dengan Kepala Sekolah dan guru kelas IV, tujuannya adalah untuk mengetahui jadwal pelajaran matematika dan kesiapan guru sebagai observer untuk membantu peneliti dalam melakukan penelitian. 2. Deskripsi Tindakan Siklus I Pelaksanaan kegiatan dalam siklus I meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan serta refleksi. Kegiatan ini diuraikan sebagai berikut : a) Perencanaan Sebelum penelitian ini dilaksanakan, peeliti telah melakukan perencanaan-perencanaan
yang
berkaitan
dengan
pelaksanaan
penelitian. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut : 1) Membuat silabus. 2) Membuat skenario pembelajaran yang terdiri dari RPP mengajar 1 pada materi penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama, dan mengajar 2
55
55
56
pada materi pengurangan pecahan berpenyebut sama dan pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama. Selain itu, menyiapkan berbagai media, alat, dan bahan serta materi pembelajaran. 3) Membuat LKS. 4) Menyiapkan lembar observasi aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa. 5) Mendesain alat evaluasi hasil belajar siswa berupa tes essay atau uraian. b) Pelaksanaan Tindakan Dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun dan akan dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. 1) Pertemuan pertama Mengajar pertama dilaksanakan pada hari rabu tanggal 6 Januari dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 18 orang. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran yang telah disiapkan pada tahap perencanaan. Pada pertemuan ini materi matematika yang diajarkan adalah mengenai penjumlahan pecahan. Kegiatan pembelajaran diawali dengan pengucapan salam, berdoa, apersepsi, dan motivasi. Apersepsi dengan memberikan beberapa pertanyaan sehubungan dengan materi yang diajarkan.
56
57
Guru: “Anak-anak...,Bapak guru memiliki 1 biji roti, kemudian roti ini bapak guru akan bagi sama besar kepada dua orang diantara kalian, misalkan kepada Rahman dan Dafit. Berapa bagian roti kah yang didapatkan Rahman dan Dafit?” Siswa: “Setengah bagian pak” Guru: “Mengapa masing-masing dapat setengah bagian?” Siswa: “Karena roti itu dibagi menjadi dua dan sama besarnya pak” Guru: “Iya..betul 1:2, kalau penulisan dalam bentuk pecahannya bagaimana?” Siswa: “Terdiam sejenak..(beberapa siswa menjawab Guru: “Iya betul
1 2
1 2
pak)”
, dimana 1 sebagai bilangan yang dibagi
(pembilang) dan 2 adalah bilangan yang membagi (penyebut). Jadi anak-anak pada hari ini kita akan belajar tentang pecahan, dimana pecahan itu adalah suatu bilangan yang terdiri
dari pembilang dan
penyebut
dimana
pembilangnya dan penyebutnya adalah bilangan bulat (bukan nol).” Dengan menuliskan contoh pecahan dipapan tulis dan menyebutkan mana pembilang dan penyebut. Siswa: “Iya pak?” Apersepsi dilakukan dengan tujuan agar siswa memiliki gambaran pengetahuan tentang materi yang akan diajarkan. Disamping
itu,
guru
juga
menyampaikan
tentang
model
pembelajaran kooperatif tipe TGT yang akan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran serta menjelaskan prosedur dari pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini. Pada kegiatan inti, guru memberikan penyajian materi dengan menjelaskan secara singkat tentang materi penjumlahan
57
58
pecahan berpenyebut sama maupun penjumlahan pecahan yang berpenyebut tidak sama. Setelah itu guru melakukan tanya jawab secara singkat kepada siswa. Guru: “Ada yang kurang jelas bapak persilahkan untuk bertanya?” Siswa:
“pak
saya
belum
paham
menjumlahkan
pecahan
berpenyebut tidak sama” Guru: “Baik sekarang semuanya perhatikan bapak. Untuk mengerjakan soal-soal tentang penjumlahan yang berpenyebut tidak sama pertama-tama yang dilakukan adalah dengan cara menyamakan penyebut dengan mencari KPK kedua penyebut berbeda dari kedua pecahan itu, misalkan
1 2
+
1 4
=...
Langkah pertama mencari KPK, jadi anak-anak cari dulu KPK kedua penyebut yang berbeda yaitu 2 dan 4. 2 = 2, 4, 6, 8,... 4 = 4, 8, 12, 16,... Anak-anak adakah angka yang sama?” Siswa: (secara serentak) menjawab “ada pak..4 dan 8” Guru: “Antara 4 dan 8 mana yang terkecil?” Siswa: “4 pak” Guru: “Jadi, angka yang akan jadi penyebut adalah angka 4 karena angka 4 ini merupakan kelipatan persekutuan terkecil dari 2 dan 4. Setelah itu angka 4 tersebut dibagi dengan penyebut lalu dikalikan dengan pembilang pada pecahan sebelumnya yaitu
1 2
dan
1 4
. Setelah membagi dengan masing-masing
58
59
penyebut
dan
pembilangnya
dikalikan maka
dengan
diperoleh
2 4
masing-masing +
1 4
.
Sekarang
penyebutnya sudah sama kah? Siswa: (secara serentak) menjawab “ sudah sama pak” Guru: “Kalau sudah sama selanjutnya bagaimana?” Siswa: (secara serentak) menjawab “langsung dijumlahkan pak karena penyebutnya sudah sama, hasilnya
3 4
.”
Guru: “Sekarang sudah paham?” Siswa: (secara serentak) menjawab “sudah pak?” Selanjutnya, guru membagi siswa kedalam 5 kelompok secara heterogen, baik jenis kelamin, kemampuan akademik, maupun etnik. Setelah itu setiap kelompok diberikan LKS untuk dikerjakan secara bersama-sama melalui diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk yang terdapat didalamnya. Guru memberikan bimbingan kepada setiap kelompok dalam mengerjakan LKS. Setiap anggota kelompok harus menguasai materi yang telah diberikan sebagai bekal atau persiapan untuk melakukan permainan dan juga sebagai bekal untuk mengikuti turnamen pada akhir unit. Jika terdapat anggota kelompok yang belum menguasai materi, maka anggota kelompok atau teman kelompok bertanggung jawab untuk membantu anggota tersebut menguasai materi. Setelah
59
60
selesai mengerjakan LKS, guru menunjuk perwakilan tiap kelompok untuk mempersentasikan hasil diskusinya. Kegiatan selanjutnya adalah permainan. Permainan ini dinamai
permainan
akademik
dengan
menggunakan
kartu
bernomor dan masing-masing kartu bernomor telah diberi skor. Permainan diikuti oleh setiap siswa dalam kelompoknya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Setiap siswa mengerjakan soal sesuai dengan nomor yang ada pada kartu yang diperolehnya dan berhak menyimpan kartu itu jika jawabannya benar. Setelah semua soal terselesaikan, guru menghitung skor yang diperoleh tiap siswa
dan
memberikan
penghargaan
kepada
siswa
yang
memperoleh skor tertinggi. Skor bermain digunakan untuk menentukan siswa yang akan maju ketahap turnamen pada akhir unit. Kegiatan pada akhir pembelajaran yaitu menyimpulkan materi secara bersama-sama serta melakukan tanya jawab seputaran materi sebagai refleksi atas apa yang telah dipelajari. 2) Pertemuan Kedua Mengajar kedua dilaksanakan pada hari jumat tanggal 8 Januari dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 20 orang. Langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan tidak jauh berbeda dengan langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan pada mengajar pertama. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan
60
61
rencana perbaikan pembelajaran yang telah disiapkan pada tahap perencanaan. Pada pertemuan ini materi matematika yang diajarkan adalah mengenai pengurangan pecahan. Kegiatan pembelajaran diawali dengan pengucapan salam, berdoa, apersepsi, dan motivasi. Apersepsi dengan memberikan beberapa pertanyaan sehubungan dengan materi yang diajarkan. Guru:
“Anak-anak...,yang
lalu
kita
telah
belajar
tentang
penjumlahan pecahan, skarang bapak guru ingin tau bagaimana aturan menjumlahkan pecahan baik berpenyebut sama maupun berpenyebut tidak sama, ada yang bisa bantu bapak guru?” Siswa: “Beberapa orang mengacungkan tangan” Guru: “Menunjuk satu orang siswa untuk menuliskan dipapan tulis, coba Dina maju kedepan untuk menuliskannya dipapan tulis. Siswa (Dina): “Iya pak” Guru: “Anak-anak jadi ini lah aturan-aturan dalam menjumlahkan pecahan berpenyebut sama maupun menjumlahkan pecahan berpenyebut tidak sama (sambil menunjuk kepapan tulis)” Siswa: “Iya pak” Guru: “Jadi, anak-anak pada hari ini kita akan belajar tentang pengurangan pecahan dan aturan-aturan mengurangkan pecahan berpenyebut sama maupun pecahan berpenyebut
61
62
tidak sama itu sama saja dengan aturan pada penjumlahan pecahan.” Siswa: “Iya pak”. Apersepsi dilakukan dengan tujuan agar siswa memiliki gambaran pengetahuan tentang materi yang akan diajarkan. Pada kegiatan inti, guru memberikan penyajian materi dengan menjelaskan secara singkat tentang materi pengurangan pecahan berpenyebut sama maupun pengurangan pecahan yang berpenyebut tidak sama. Setelah itu guru melakukan tanya jawab secara singkat kepada siswa. Guru: “Ada yang kurang jelas bapak persilahkan untuk bertanya?” Siswa: “Pak kalau mengurangkan pecahan yang berpenyebut tidak sama langkah-langkahnya sama seperti menjumlahkan pecahan berpenyebut tidak sama kah? Guru: “iya lakukan seperti langkah-langkah menjumlahkan pecahan berpenyebut berbeda hanya saja ingat operasi hitungnya yaitu pengurangan, bukan lagi penjumlahan, paham?” Siswa: “Iya pak” Selanjutnya, guru membagi LKS kepada setiap kelompok untuk dikerjakan secara bersama-sama melalui diskusi kelompok sesuai
dengan
memberikan
petunjuk
bimbingan
yang kepada
terdapat setiap
didalamnya.
Guru
kelompok
dalam
62
63
mengerjakan LKS. Setiap anggota kelompok harus menguasai materi yang telah diberikan sebagai bekal atau persiapan untuk melakukan permainan dan juga sebagai bekal untuk mengikuti turnamen pada akhir unit. Jika terdapat anggota kelompok yang belum menguasai materi, maka anggota kelompok atau teman kelompok bertanggung jawab untuk membantu anggota tersebut menguasai materi. Setelah selesai mengerjakan LKS, guru menunjuk perwakilan tiap kelompok untuk mempersentasikan hasil diskusinya. Kegiatan selanjutnya adalah permainan. Permainan ini dinamai
permainan
akademik
dengan
menggunakan
kartu
bernomor dan masing-masing kartu bernomor telah diberi skor. Permainan diikuti oleh setiap siswa dalam kelompoknya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Setiap siswa mengerjakan soal sesuai dengan nomor yang ada pada kartu yang diperolehnya dan berhak menyimpan kartu itu jika jawabannya benar. Setelah semua soal terselesaikan, guru menghitung skor yang diperoleh tiap siswa
dan
memberikan
penghargaan
kepada
siswa
yang
memperoleh skor tertinggi. Skor bermain digunakan untuk menentukan siswa yang akan maju ketahap turnamen pada akhir unit.
63
64
Kegiatan pada akhir pembelajaran yaitu menyimpulkan materi secara bersama-sama serta melakukan tanya jawab seputaran materi sebagai refleksi atas apa yang telah dipelajari. c) Observasi Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran. Observer mengamati aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa menggunakan rubrik lembar observasi aktivitas mengajar guru dan rubrik lembar observasi aktivitas belajar siswa. 1) Hasil Observasi Aktivitas Guru Aktivitas mengajar guru diamati oleh seorang pengamat dengan menggunakan rubrik lembar pengamatan. Kegiatan yang diamati meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir/penutup. Sejumlah tahapan dalam aktivitas mengajar guru tersebut, selanjutnya dianalisis untuk mengetahui skor dan jumlah persentasenya. Hasil observasi aktivitas mengajar guru pada siklus I terdapat berbagai kekurangan sebagai berikut :
Guru masih kurang memotivasi siswa untuk membangkitkan minat belajarnya, hal ini terlihat masih ada beberapa siswa yang bercerita atau tidak memperhatikan ketika guru memberikan motivasi.
64
65
Guru masih kurang maksimal dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, dalam hal ini tidak berurutan, kurang jelas, sehingga kurang dimengerti oleh siswa.
Guru
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
menanyakan materi yang belum dipahami tetapi tidak semua siswa diberikan kesempatan.. Berdasarkan data hasil observasi (terlampir), menunjukkan bahwa hasil analisis data pengamatan aktivitas guru siklus I pertemuan I diperoleh skor 60 atau dengan persentase 93,75%, sedangkan pada pertemuan II diperoleh peningkatan skor menjadi 61 dengan persentase 95,31%. 2) Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pengamatan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dideskripsikan dalam bentuk persentase secara keseluruhan. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I terdapat berbagai kekurangan sebagai berikut :
Beberapa siswa tidak memperhatikan arahan guru ketika mengkondisikan kelas.
Beberapa siswa tidak melibatkan diri dalam membangkitkan motivasi untuk belajar, hal ini terlihat masih ada beberapa siswa yang bercerita atau tidak memperhatikan ketika guru memberikan motivasi.
Beberapa siswa tidak memperhatikan dan menyimak saat guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
65
66
Terdapat beberapa siswa yang tidak memperhatikan saat guru menyampaikan materi pembelajaran.
Beberapa orang siswa tidak terima dengan anggota kelompok yang dibagikan oleh guru.
Siswa tidak antusias untuk bertanya seputaran materi yang dipelajari.
Sebagian besar siswa tidak berdiskusi dengan anggota kelompoknya.
Hanya sebagian kecil siswa yang terlibat dalam menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Berdasarkan data hasil observasi (terlampir), menunjukkan
bahwa hasil analisis data pengamatan aktivitas siswa siklus I pertemuan I diperoleh skor 48 atau dengan persentase 75%, sedangkan pada pertemuan II diperoleh peningkatan skor menjadi 50 dengan persentase 78,12%. Untuk lebih jelasnya, persentase aktivitas guru dan siswa pada siklus I disajikan dalam tabel berikut : Tabel 4.1 Persentase Aktifitas Guru Dan Siswa Pada Siklus I NO Aspek Pengamatan
1 2 3 4
Aktifitas Guru Pertemuan Pertama Aktifitas Guru Pertemuan Kedua Aktifitas Siswa Pertemuan Pertama Aktifitas Siswa Pertemuan Kedua
Jumlah Jumlah Skor Skor Perolehan Maksimim 60 64
Persentase (%) 93,75 %
61
64
95,31 %
48
64
75 %
50
64
78,12 %
66
67
d) Evaluasi Setelah materi diajarkan pada siklus I tentang penjumlahan pecahan dan pengurangan pecahan, maka kegiatan selanjutnya dilakukan evaluasi atau tes hasil belajar. Hal ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana kemampuan kognitif siswa setelah menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT dalam proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan secara individu, karena dengan cara ini peneliti bisa melihat kemampuan kognitif siswa atas materi yang telah diajarkan. Dalam pencapaian hasil belajar siswa dikelompokkan dalam dua kategori yaitu kategori tuntas (skor ≥ 75) dan kategori belum tuntas (skor ≤ 75). Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa menunjukkan bahwa dari 20 orang siswa yang mengikuti tes terdapat 15 orang siswa yang hasil belajarnya tuntas (memperoleh nilai ≥ 75) dengan persentase 75%, sedangkan 5 orang lainnya belum tuntas (memperoleh nilai ≤ 75) dengan persentase 25%. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus ini belum mencapai standar yang telah ditetapkan yaitu 80% siswa memperoleh nilai ≥ 75 sesuai KKM. Sehingga perlu adanya refleksi perbaikan pembelajaran untuk dilaksanakan pada siklus selanjutnya dengan tujuan untuk pencapaian hasil belajar siswa sesuai standar yang telah ditetapkan.
67
68
Untuk lebih jelasnya antara jumlah siswa yang tuntas dan jumlah siswa yang belum tuntas serta persentase yang diperoleh disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.2 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus-I No
Ketuntasan
Skor
1 2
Tuntas Belum Tuntas Total
75-100 0-74
Jumlah Siswa 15 5
Persentase (%) 75% 25% 100%
e) Refleksi Refleksi merupakan proses atau tahap dalam penelitian tindakan kelas dimana bertujuan untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi pada setiap akhir pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada pelaksanaan tindakan siklus I baik mengajar 1 (pertama) dan mengajar 2 (kedua) masih belum memenuhi harapan yang ingin dicapai. Hasil diskusi antara peneliti dengan observer, hal yang menjadi penyebabnya adalah faktor guru/peneliti dan faktor siswa itu sendiri. 1) Faktor Guru yaitu penguasaan kelas masih kurang sempurna terutama dalam membimbing siswa agar dapat saling bekerja sama dalam kelompok pada saat diskusi. 2) Faktor siswa Belum terbiasa belajar dalam bentuk kelompok sehinga sulit untuk melakukan diskusi antar anggota kelompok yang pada akhirnya siswa tidak aktif dalam kelompoknya Siswa banyak bermain dalam proses pembelajaran, sehingga membuat teman yang lain terganggu 68
69
Dalam
kegiatan
persentase
kelompok,
ketika
temannya
mengerjakan soal masih ada teman dari kelompok lain yang tidak memperhatikan. Masing-masing kelompok kurang menunjukkan kerjasama yang kompak dalam memecahkan masalah yang terdapat dalam LKS. Setelah mengetahui kekurangan yang terjadi pada siklus I baik itu yang dilakukan oleh guru maupun siswa, maka pada pembelajaran siklus II guru akan mencoba meminimalisir kekurangan-kekurangan tersebut,
sehingga
hasil
belajar
dengan
menerapkan
model
pembelajaran Kooperatif tipe TGT sesuai dengan yang diharapkan yaitu mencapai 80% atau sesuai dengan indikator keberhasilan secara klasikal yaitu 80%. 3. Deskripsi Tindakan Siklus II Pelaksanaan kegiatan dalam siklus II tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan kegiatan pada siklus I, meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi serta refleksi. Masing-masing kegiatan diuraikan sebagai berikut : a) Perencanaan Perencanaan memuat model pembelajaran, metode, teknik pembelajaran, media, materi, dan perangkat pembelajaran. Berikut ini adalah tahap-tahap perencanaan tindakan.
69
70
1) Membuat silabus. 2) Membuat skenario pembelajaran yang terdiri dari RPP mengajar 3 pada materi menyelesaikan soal-soal cerita penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama, dan mengajar 4 pada materi menyelesaikan soal-soal cerita pengurangan pecahan berpenyebut sama dan pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama. Selain itu, menyiapkan berbagai media, alat, dan bahan serta materi pembelajaran. 3) Membuat LKS. 4) Menyiapkan lembar observasi aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa. 5) Mendesain alat evaluasi hasil belajar siswa berupa tes essay atau uraian. b) Pelaksanaan Tindakan 1) Pertemuan Pertama Mengajar pertama pada siklus II dilaksanakan pada hari rabu tanggal 20 Januari dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 19 orang. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran yang telah disiapkan pada tahap perencanaan (RPP 3). Pada pertemuan ini materi matematika yang diajarkan adalah menyelesaikan soal cerita pada penjumlahan pecahan.
70
71
Kegiatan pembelajaran diawali dengan pengucapan salam, berdoa, apersepsi, dan motivasi. Apersepsi dengan memberikan beberapa pertanyaan sehubungan dengan materi yang diajarkan. Guru: “Anak-anak...,Bapak guru memiliki 1 biji roti, kemudian roti ini bapak guru akan bagi sama besar kepada dua orang diantara kalian, misalkan kepada Rahman dan Dafit. Kemudian jika satu bagian roti yang dimiliki oleh Rahman digabungkan dengan satu bagian Roti yang dimiliki oleh Dafit, maka proses apakah yang terjadi? Siswa: (Terdiam), ada siswa yang menjawab “kalau digabungkan pak berarti rotinya Rahman ditambahkan dengan rotinya Dafit, berarti ini proses penjumlahan pak” Guru: “iya betul sekali, jadi pada hari ini kita akan belajar penjumlahan pecahan dalam bentuk soal-soal cerita, dalam soal cerita kalian hanya perlu liat kata kuncinya misalkan ada kata (gabungkan) berarti dijumlahkan. Mengerti anakanak?” Siswa: “Iya pak” Apersepsi dilakukan dengan tujuan agar siswa memiliki gambaran pengetahuan tentang materi yang akan diajarkan. Pada kegiatan inti, guru memberikan penyajian materi dengan menjelaskan secara singkat tentang soal cerita tentang
71
72
penjumlahan pecahan. Setelah itu melakukan tanya jawab secara singkat bersama siswa. Guru: “anak-anak ada yang kurang jelas dari penjelasan bapak?” Siswa: “Pak bagaimana kita mengetahui kalau ini penjumlahan? Guru: “Untuk mengetahui operasi hitungnya lihat kata kuncinya kalau tertulis (digabungkan, dijumlahkan, ditambahkan) berarti ini adalah penjumlahan. Mengerti anak-anak? Siswa: “Iya pak”. Selanjutnya, guru membagi LKS kepada setiap kelompok untuk dikerjakan secara bersama-sama melalui diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk yang terdapat didalamnya. Guru memberikan
bimbingan
kepada
setiap
kelompok
dalam
mengerjakan LKS. Setiap anggota kelompok harus menguasai materi yang telah diberikan sebagai bekal atau persiapan untuk melakukan permainan dan juga sebagai bekal untuk mengikuti turnamen pada akhir unit. Jika terdapat anggota kelompok yang belum menguasai materi, maka anggota kelompok atau teman kelompok bertanggung jawab untuk membantu anggota tersebut menguasai materi. Setelah selesai mengerjakan LKS, guru menunjuk perwakilan tiap kelompok untuk mempersentasikan hasil diskusinya. Kegiatan selanjutnya adalah permainan. Permainan ini dinamai permainan akademik dengan menggunakan kartu
72
73
bernomor dan masing-masing kartu bernomor telah diberi skor. Permainan diikuti oleh setiap siswa dalam kelompoknya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Setiap siswa mengerjakan soal sesuai dengan nomor yang ada pada kartu yang diperolehnya dan berhak menyimpan kartu itu jika jawabannya benar. Setelah semua soal terselesaikan, guru menghitung skor yang diperoleh tiap siswa dan memberikan penghargaan kepada siswa yang memperoleh skor tertinggi. Skor bermain digunakan untuk menentukan siswa yang akan maju ketahap turnamen pada akhir unit. Kegiatan pada akhir pembelajaran yaitu menyimpulkan materi secara bersama-sama serta melakukan tanya jawab seputaran materi sebagai refleksi atas apa yang telah dipelajari. 2) Pertemuan kedua Mengajar kedua pada siklus II dilaksanakan pada hari jumat tanggal 22 Januari dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 20 orang. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran yang telah disiapkan pada tahap perencanaan (RPP 4). Pada pertemuan ini materi matematika yang diajarkan adalah menyelesaikan soal cerita pada pengurangan pecahan.
73
74
Kegiatan pembelajaran diawali dengan pengucapan salam, berdoa, apersepsi, dan motivasi. Apersepsi dengan memberikan beberapa pertanyaan sehubungan dengan materi yang diajarkan. Guru: “Anak-anak...,pertemuan yang lalu kita telah belajar soal cerita yang berkaitan dengan penjumlahan pecahan, sekarang bapak guru ingin tau bagaimanakah mengetahui bahwa soal cerita itu dikatakan penjumlahan? Ada yang bisa bantu bapak guru? Siswa: Beberapa siswa mengacungkan tangan “saya pak” Guru: menunjuk satu siswa untuk menjelaskan “Arianti coba jelaskan bagaimana mengetahui kalau soal cerita itu operasi hitung penjumlahan?” Siswa (Arianti): “Diliat kata kuncinya pak, kalau tertulis (digabungkan, dijumlahkan, atau ditambahkan) berarti penjumlahan pak” Guru: “Iya betul, beri tepuk tangan untuk Arianti..anak-anak pada hari ini kita masih belajar tentang soal cerita hanya saja operasi
hitungnya
bukan
lagi
penjumlahan
tetapi
pengurangan. Apersepsi dilakukan dengan tujuan agar siswa memiliki gambaran pengetahuan tentang materi yang akan diajarkan. Pada kegiatan inti, guru memberikan penyajian materi dengan menjelaskan secara singkat tentang soal cerita tentang pengurangan pecahan. Selanjutnya guru melakukan tanya jawab bersama siswa. Guru: “ada yang kurang jelas dengan penjelasan bapak?” Siswa: “pak untuk mengetahui kalau soal cerita pengurangan gimana pak?” Guru: “iya anak-anak untuk mengetahui operasi hitung dalam soal cerita itu kita harus liat kata kuncinya, kalau tertulis
74
75
(diambil, dikurangi, dipotong atau diberikan), berarti itu pengurangan. Sudah paham anak-anak?” Siswa: “Iya pak”. Selanjutnya, guru membagi LKS kepada setiap kelompok untuk dikerjakan secara bersama-sama melalui diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk yang terdapat didalamnya. Guru memberikan
bimbingan
kepada
setiap
kelompok
dalam
mengerjakan LKS. Setiap anggota kelompok harus menguasai materi yang telah diberikan sebagai bekal atau persiapan untuk melakukan permainan dan juga sebagai bekal untuk mengikuti turnamen pada akhir unit. Jika terdapat anggota kelompok yang belum menguasai materi, maka anggota kelompok atau teman kelompok bertanggung jawab untuk membantu anggota tersebut menguasai materi. Setelah selesai mengerjakan LKS, guru menunjuk perwakilan tiap kelompok untuk mempersentasikan hasil diskusinya. Kegiatan selanjutnya adalah permainan. Permainan ini dinamai permainan akademik dengan menggunakan kartu bernomor dan masing-masing kartu bernomor telah diberi skor. Permainan diikuti oleh setiap siswa dalam kelompoknya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Setiap siswa mengerjakan soal sesuai dengan nomor yang ada pada kartu yang diperolehnya dan berhak menyimpan kartu itu jika jawabannya benar. Setelah semua soal terselesaikan, guru menghitung skor yang diperoleh
75
76
tiap siswa dan memberikan penghargaan kepada siswa yang memperoleh skor tertinggi. Skor bermain digunakan untuk menentukan siswa yang akan maju ketahap turnamen pada akhir unit. Selanjutnya guru mempersiapkan siswa untuk melakukan turnamen. Pada mengajar kedua siklus II ini merupakan akhir pembahasan materi pada unit ini sehingga pada akhir inilah dilaksanakannya turnamen. Guru mempersiapkan meja turnamen. Kemudian guru menunjuk perwakilan tiap kelompok secara homogen sesuai dengan tingkatan kemampuan mereka. Tingkatan kemampuan siswa telah diketahui dari prmainan-permainan akademik yang dilakukan sebelumnya, dimana tiap-tiap siswa dinilai dari skor yang dikumpulkannya pada saat permainan. Setiap perwakilan kelompok berada pada empat meja untuk melaksanakan turnamen. Turnamen ini dalam bentuk kartu soal. Turnamen ini dilaksanakan dengan tingkat kecerdasan yang homogen yaitu kecerdasan siswa setara. Turnamen dilaksanakan sebanyak 4 putaran dengan jumlah peserta sebanyak 5 orang tiap putaran ( yang merupakan wakil dari tiap kelompok). Petandingan diawali oleh peserta dengan tingkatan kemampuan tertinggi pertama dari tiap kelompok, kemudian putaran selanjutnya oleh peserta dengan tingkatan kemampuan tertinggi kedua dan seterusnya hingga semua putaran selesai. Cara melaksanakan
76
77
turnamen yaitu dengan cara siswa mengambil satu kartu soal. Bagi siswa yang berhasil menjawab pertama dan jawaban benar maka siswa tersebut akan mendapatkan poin 5, bagi penjawab kedua mendapat poin 4, bagi penjawab ketiga mendapat poin 3, penjawab keempat mendapat poin 2, yang menjawab kelima poin 1, dan apabila jawaban salah maka poinnya 0. Dalam pelaksanaannya guru membimbing siswa dan menjadi juri dalam turnamen. Setelah perolehan
semua
skor
soal
terselesaikan,
masing-masing
guru
kelompok
menghitung
dan
memberi
penghargaan kepada kelompok terbaik I, terbaik II dan Terbaik III. Kegiatan pada akhir pembelajaran yaitu menyimpulkan materi secara bersama-sama serta melakukan tanya jawab seputaran materi sebagai refleksi atas apa yang telah dipelajari. c) Oservasi 1) Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Berdasarkan analisis hasil observasi aktivitas guru dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, pada siklus II mengalami peningkatan dibanding dengan siklus sebelumnya. Hasil observasi ativitas guru pada siklus II adalah sebagai berikut :
77
78
Kegiatan memberikan motivasi mengalami peningkatan dari pertemuan I ke pertemuan II, hal ini terlihat pada pertemuan I masih ada beberapa siswa yang bercerita atau tidak memperhatikan ketika guru memberikan motivasi, tetapi pada pertemuan II semua siswa memperhatikan guru ketika memberikan motivasi.
Guru
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
menanyakan materi yang belum dipahami, pada pertemuan I tidak semua siswa diberikan kesempatan untuk bertanya, tetapi pada pertemuan II semua siswa diberikan kesempatan untuk bertanya. Berdasarkan data hasil observasi (terlampir), menunjukkan bahwa hasil analisis data pengamatan aktivitas guru siklus II mengalami peningkatan dibanding dengan siklus sebelumnya, yaitu pada pertemuan I jumlah skor yang dicapai 62 atau dengan persentase 96,87%, sedangkan pada pertemuan II diperoleh peningkatan skor menjadi 64 dengan persentase 100%. 2) Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pengamatan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dideskripsikan dalam bentuk persentase secara keseluruhan. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II adalah sebagai berikut :
Pada saat guru memberikan arahan dalam pengkondisian kelas, pada
peremuan
I hanya
sebagian
besar
siswa
yang
78
79
memperhatikan tetapi pada pertemuan II, semua siswa memperhatikan arahan guru.
Hanya
sebagian
besar
siswa
yang
terlibat
dalam
membangkitkan motivasi untuk belajar.
Pada saat guru mnyampaikan tujuan pembelajaran, pada pertemuan I hanya sebagian besar siswa yang memperhatikan tetapi pada pertemuan II, semua siswa memperhatikan penyampaian guru.
Hanya sebagian kecil siswa yang antusias untuk bertanya seputaran materi yang dipelajari.
Terdapat beberapa siswa yang tidak berdiskusi dengan anggota kelompoknya.
Ada beberapa siswa yang kurang menghargai pendapat teman bermain atau pun lawan turnamennya.
Tidak semua siswa terlibat untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Dalam melakukan evaluasi dan refleksi, pada pertemuan I hanya sebagian besar siswa yang menanggapi evaluasi dan refleksi yang di lakukan, tetapi pada pertemuan II semua siswa terlibat dan menanggapi evaluasi dan refleksi yang dilakukan. Berdasarkan data hasil observasi (terlampir), menunjukkan
bahwa hasil analisis data pengamatan aktivitas siswa siklus II pertemuan I diperoleh skor 54 atau dengan persentase 84,37%,
79
80
sedangkan pada pertemuan II diperoleh peningkatan skor menjadi 58 dengan persentase 90,62%. Hal ini berarti bahwa persentase aktivitas siswa secara keseluruhan selama proses pembelajaran mengalami peningkatan dibanding dengan siklus I. Untuk lebih jelasnya, persentase aktivitas guru dan siswa pada siklus II disajikan dalam tabel berikut : NO Aspek Pengamatan
1
Jumlah Jumlah Skor Skor Perolehan Maksimim 62 64
Persentase (%)
Aktifitas Guru 96,87 % Pertemuan Pertama 2 Aktifitas Guru 64 64 100 % Pertemuan Kedua 3 Aktifitas Siswa 54 64 84,37 % Pertemuan Pertama 4 Aktifitas Siswa 58 64 90,62 % Pertemuan Kedua Tabel 4.3 Persentase Aktifitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II d) Evaluasi Setelah materi diajarkan pada siklus II tentang menyelesaikan soal cerita penjumlahan pecahan dan pengurangan pecahan, maka kegiatan selanjutnya dilakukan evaluasi atau tes hasil belajar. Hal ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana kemampuan kognitif siswa setelah menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT dalam proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan secara individu, karena dengan cara ini peneliti bisa melihat kemampuan kognitif siswa atas materi yang telah diajarkan. Dalam pencapaian hasil belajar siswa dikelompokkan dalam dua kategori yaitu kategori tuntas (skor ≥ 75) dan kategori belum tuntas (skor ≤ 75).
80
81
Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa (terlampir) menunjukkan bahwa dari 20 orang siswa yang mengikuti tes terdapat 17 orang siswa yang hasil belajarnya tuntas
(memperoleh nilai ≥ 75)
dengan persentase 85%, sedangkan 3 orang lainnya belum tuntas (memperoleh nilai ≤ 75) dengan persentase 15%. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan hasil belajar pada siklus I atau telah mencapai standar yang telah ditetapkan yaitu 80% siswa memperoleh nilai ≥ 75 sesuai KKM. Dengan tercapainya indikator yang ditetapkan maka penelitian ini dikatakan telah berhasil pada siklus ini sehingga tidak dilanjutkan lagi kesiklus berikutnya. Untuk lebih jelasnya antara jumlah siswa yang tuntas dan jumlah siswa yang belum tuntas serta persentase yang diperoleh disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.4 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus II No 1 2
Ketuntasan Tuntas Belum Tuntas Total
Skor 75-100 0-74
Jumlah Siswa 17 3
Persentase (%) 85% 15% 100%
e) Refleksi Dari hasil observasi aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa yang yang telah dianalisis oleh peneliti dan observer menunjukan bahwa pada siklus II penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT dapat memberikan pengalaman baru pada siswa.
81
82
Dalam proses pembelajaran keaktifan dari para siswa telah tumbuh dengan
baik,
kemampuan
mengemukakan
pendapat
dan
menyimpulkan materi pembelajaran serta kebiasaan menggangu teman pada saat pembelajaran telah terminimalisir. Kelemahankelemahan yang ada pada pelaksanaan tindakan siklus I dapat diperbaiki pada siklus II. Walaupun demikian masih terdapat beberapa kekurangan dikarenakan masih ada pula siswa yang belum mampu mewakili kelompoknya untuk tampil ke depan kelas, serta masih ada pula beberapa kelompok yang sering ribut dalam menyeselaikan permasalahan yang diberikan. Sesuai dengan rencana tindakan yang tercantum dalam RPP dan berdasarkan ketercapaian indikator kinerja, maka penelitian ini dihentikan pada siklus II. B. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi operasi hitung bilangan pecahan melalui penerapan model pembelajaran koperatif tipe TGT dikelas IV SD Negeri 09 Lawa. Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti bekerja sama dengan guru kelas IV dan guru kelas V SD Negeri 09 Lawa. Peneliti bertindak sebagai guru dan guru kelas IV dan kelas V SD Negeri 09 Lawa bertindak sebagai observer untuk mengamati aktivitas guru (peneliti), dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran.
82
83
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan dengan mengikuti langkah-langkah dan tahapan-tahapan dalam PTK, yaitu tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi (aktivitas guru dan aktivitas siswa), tahapan evaluasi, serta refleksi. Tahapan perencanaan sebagai langkah awal dalam PTK dilaksanakan dengan menyusun skenario pembelajaran, menyiapkan alat dan bahan pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran, menyiapkan LKS, lembar observasi aktivitas guru, serta lembar observasi aktivitas siswa. Pelaksanaan
tindakan
sebagai
bentuk
pelaksanaan
kegiatan
pembelajaran, seperti yang tercantum dalam desain RPP siklus I dan siklus II dilakukan dengan tiga proses kegiatan diantaranya adalah kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir/penutup. Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam dan pengkondisian kelas. Selanjutnya mengadakan apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang mengarah pada materi yang akan dipelajari. Apersepsi dilakukan agar siswa memiliki gambaran materi yang akan dipelajari pada kegiatan inti. Selanjutnya, guru memberi motivasi kepada siswa agar lebih semangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru menjelaskan materi pembelajaran kepada siswa. Setelah penyajian materi, siswa dibentuk kedalam 5 kelompok belajar secara heterogen baik jenis keamin, suku, maupun etniknya. Kelompok belajar yang terbentuk kemudian diminta untuk mengerjakan LKS yang dibagikan oleh guru kepada setiap kelompok. LKS tersebut dikerjakan secara
83
84
bersama-sama oleh semua anggota kelompok melalui diskusi yang mereka lakukan. Guru bertanggung jawab dalam mengawasi dan memberikan bimbingan kepada setiap kelompok dalam mengerjakan LKS tersebut. Setiap anggota kelompok harus menguasai materi yang telah diberikan sebagai bekal atau persiapan untuk melakukan permainan dan juga sebagai bekal untuk mengikuti turnamen pada akhir unit. Jika terdapat anggota kelompok yang belum menguasai materi, maka anggota kelompok atau teman kelompok bertanggung jawab untuk membantu anggota tersebut menguasai materi. Hal ini sebagai bentuk kerja sama dan tanggung jawab dalam kelompok. Setelah selesai mengerjakan LKS, guru menunjuk perwakilan tiap kelompok untuk mempersentasikan hasil diskusinya. Kegiatan selanjutnya adalah permainan. Permainan dilakukan pada tiap kali pertemuan dalam siklus I dan Siklus II. Permainan ini dinamai permainan akademik dengan menggunakan kartu bernomor dan masing-masing kartu bernomor telah diberi skor. Permainan diikuti oleh setiap siswa dalam kelompoknya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Setiap siswa mengerjakan soal sesuai dengan nomor yang ada pada kartu yang diperolehnya
dan berhak menyimpan kartu itu jika jawabannya benar.
Setelah semua soal terselesaikan, guru menghitung skor yang diperoleh tiap siswa dan memberikan penghargaan kepada siswa yang memperoleh skor tertinggi. Skor bermain digunakan untuk menentukan siswa yang akan maju ketahap turnamen pada akhir unit.
84
85
Tahap selanjutnya adalah kegiatan turnamen. Pada mengajar kedua siklus II merupakan akhir pembahasan materi atau akhir unit, sehingga pada akhir inilah dilaksanakannya turnamen. Guru mempersiapkan meja turnamen. Kemudian guru menunjuk perwakilan tiap kelompok secara homogen sesuai dengan tingkatan kemampuan mereka. Tingkatan kemampuan siswa telah diketahui dari prmainan-permainan akademik yang dilakukan sebelumnya, dimana tiap-tiap siswa dinilai dari skor yang dikumpulkannya pada saat permainan. Setiap perwakilan kelompok berada pada empat meja untuk melaksanakan turnamen. Turnamen ini dalam bentuk kartu soal. Turnamen ini dilaksanakan dengan tingkat kecerdasan yang homogen yaitu kecerdasan siswa setara. Turnamen dilaksanakan sebanyak 5 putaran dengan jumlah peserta sebanyak 4 orang tiap putaran (yang merupakan wakil dari tiap kelompok). Petandingan diawali oleh peserta dengan tingkatan kemampuan tertinggi pertama dari tiap kelompok, kemudian putaran selanjutnya oleh peserta dengan tingkatan kemampuan tertinggi kedua dan seterusnya hingga semua putaran selesai. Cara melaksanakan turnamen yaitu dengan cara siswa mengambil satu kartu soal. Bagi siswa yang berhasil menjawab pertama dan jawaban benar maka siswa tersebut akan mendapatkan poin 4, bagi penjawab kedua mendapat poin 3, bagi penjawab ketiga mendapat poin 2, penjawab keempat mendapat poin 1, dan apabila jawaban salah maka poinnya 0. Dalam pelaksanaannya guru membimbing siswa dan menjadi juri dalam turnamen.
85
86
Setelah semua soal terselesaikan, guru menghitung perolehan skor masing-masing kelompok dan memberi penghargaan kepada kelompok terbaik I, terbaik II dan Terbaik III. Kegiatan pada akhir pembelajaran yaitu menyimpulkan materi secara bersama-sama serta melakukan tanya jawab seputaran materi sebagai refleksi atas apa yang telah dipelajari. Tahap selanjutnya adalah observasi. Kegiatan yang di observasi adalah aktivitas mengajar guru dan aktifitias belajar siswa pada siklus I dan siklus II dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Untuk aktivitas guru dalam proses pembelajaran pada siklus I, setelah dilakukan analisis diperoleh hasil bahwa total skor yang diperoleh dari sejumlah aspek yang diamati pada pertemuan I adalah sebesar 60 dengan jumlah persentase mencapai 93,75%. Sedangkan pada pertemuan II meningkat menjadi 61 dengan jumlah persentase mencapai 95,31%. Untuk aktivitas guru pada pelaksanaan siklus II, setelah dilakukan analisis diperoleh hasil bahwa total skor yang diperoleh dari sejumlah aspek yang diamati pada pertemuan I adalah sebesar 62 dengan persentase mencapai 96,87%. Sedangkan pada pertemuan II meningkat menjadi 64 dengan persentase mencapai 100%. Berdasarkan hasil analisis diatas menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan aktivitas pada siklus I.
86
87
Selanjutnya, untuk aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada siklus I, setelah dilakukan analisis diperoleh hasil bahwa total skor yang diperoleh dari sejumlah aspek yang diamati pada pertemuan I adalah sebesar 48 dengan jumlah persentase mencapai 75%. Sedangkan pada pertemuan II meningkat menjadi 50 dengan jumlah persentase mencapai 78,12%. Untuk aktivitas siswa pada pelaksanaan siklus II, setelah dilakukan analisis diperoleh hasil bahwa total skor yang diperoleh dari sejumlah aspek yang diamati pada pertemuan I adalah sebesar 54 dengan jumlah persentase mencapai 84,37%. Sedangkan pada pertemuan II meningkat menjadi 58 dengan jumlah persentase mencapai 90,62%. Perolehan ini dikategorikan baik, sehingga demikian kriteria indikator yang ditargetkan telah tercapai. Berdasarkan hasil analisis aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran pada siklus I lebih rendah/belum maksimal dibandingkan dengan aktivitas siswa pada siklus II. Hal ini disebabkan, karena pada siklus I siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT atau belum terbiasa belajar dalam bentuk kelompok sehinga sulit untuk melakukan diskusi antar anggota kelompok yang pada akhirnya siswa tidak aktif dalam kelompoknya, kurangnya kerja sama atau anggota kelompok lebih banyak kerja individual, siswa banyak bermain dalam proses pembelajaran, sehingga membuat teman yang lain terganggu. Olehnya itu, dalam pelaksanaan siklus II semua kekurangankekurangan yang terjadi dapat terminimalisir sehingga memberi dampak positif terhadap peningkatan aktivitas belajar maupun hasil belajar siswa.
87
88
Berdasarkan hasil analisis, hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I dengan rata-rata 71,25. Rata-rata ini jika dipersentasekan dalam ketuntasan belajar maka mencapai 75%. Sedangkan hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan yaitu dengan rata-rata 79,87 atau dibulatkan menjadi 80 dengan persentase ketuntasan belajar 85%. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Gambaran diatas menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa serta meningkatkan hasil belajar siswa pada materi operasi hitung bilangan pecahan di kelas IV SD Negeri 09 Lawa. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana (Istiqomah, 2006) yang menyebutkan bahwa salah satu dari 8 kelebihan pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu hasil belajar siswa lebih baik. (https://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/modelpembelajaran-teams-games-tournaments-TGT-2/#more-79).
Pendapat ini didukung oleh riset yang dilakukan
oleh pakar
pembelajaran maupun oleh para guru di sekolah tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran yaitu dari tinjuan psikologis, terdapat dasar teoritis yang kuat untuk memprediksi bahwa metode-metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok dan tanggung jawab
individual
akan
meningkatkan
pencapaian
prestasi
siswa.
(https://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-gamestournaments-TGT-2/#more-79).
88
89
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi operasi hitung bilangan pecahan. Hal ini dapat ditunjukan oleh hasil tes siklus, nilai rata-rata siswa pada siklus I yaitu 71,25 mengalami peningkatan pada siklus II dengan nilai rata-rata 79,87 dengan persentase ketuntasan siswa pada siklus I hanya 75% dengan jumlah siswa yang tuntas 15 dari 20 orang siswa kemudian meningkat menjadi 85% pada siklus II dengan jumlah siswa yang tuntas mencapai 17 orang dari 20 orang siswa. 2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi operasi hitung bilangan pecahan. Hal ini dapat ditunjukan oleh hasil observasi aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar siswa pada siklus I mengajar pertama yaitu 75% meningkat menjadi 78,12% pada mengajar kedua. Kemudian pada siklus II mengajar pertama 84,37% meningkat menjadi 90,62% pada mengajar kedua. 3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan aktivitas mengajar guru pada materi operasi hitung bilangan pecahan. Hal ini dapat ditunjukan oleh hasil observasi aktivitas mengajar guru. Aktivitas mengajar guru pada siklus I mengajar pertama yaitu 93,75% meningkat
89
89
90
menjadi 95,31% pada mengajar kedua. Kemudian pada siklus II mengajar pertama 96,87% meningkat menjadi 100% pada mengajar kedua. B. Saran Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
dilakukan
dalam
upaya
meningkatkan mutu pendidikan khususnya di SD Negeri 09 Lawa, maka penulis/peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Kepada para guru di SD Negeri 09 Lawa agar lebih kreatif dalam memilih model pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran; 2. Perlunya mengadaptasi atau mencobakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pokok bahasan lain yang masih bermasalah.
90
91
DAFTAR PUSTAKA Aqib, Zainal. 2014. Model-Model, Media, Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya. Baharudin & Esa Nur Wahyuni. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruz Media. DEPDIKNAS. 2008. Kriteria Dan Indikator Keberhasilan Pembelajaran. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Ekocin. 2011. Model Pembelajaran Teams Games Tournament. https://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teamsgames-tournaments-TGT-2/#more-79. (Diakses 29 desember 2015). Hamiyah, Nur & Mohammad Jauhar. 2014. Strategi Belajar Mengajar di Kelas. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hamid, Aqib 2007. Statistika Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka. Hendriana, Heris & Utari Soemarmo. 2014. Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung: Refika Aditama. Herryanto, Narr. 2007. Statistika Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka. Iskandar. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Referensi (GP Press Group). Jihad, Asep & Abdul Haris. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi pressindo. Jumaeni. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Makhluk Hidup dan Lingkungannya di Kelas IVA SD Negeri 04 Poasia Kota Kendari. Skripsi FKIP Universitas Halu Oleo. Kurniasih, Imas & Berlin Sani. 2014. Teknik & Cara Mudah Membuat Penelitian Tindakan Kelas Untuk Pengembangan Profesi Guru. Solo: Kata Pena. La Iru & La Ode Safiun Arihi. 2012. Analisis Penerepan Pendekatan, Metode, Strategi, dan Model-model Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.
91
92
Mustaqim, Burhan & Ary Astuty. 2008. Ayo Belajar Matematika Untuk SD dan MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Paizaluddin dan Ermalinda. 2014. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Bandung: Alfabeta. Prawira, Purwa Atmaja. 2013. Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru. Jogjakarta: Ar-Ruz Media. Sanjaya, Wina. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sarlina. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Menyelesaikan Masalah Pecahan di Kelas IVB SD Negeri 7 Mandonga. Skripsi FKIP Universitas Halu Oleo. Sumarna, Nana & Yoo Eka Yana Kansil. 2012. Panduan Penulisan Skripsi. Kendari: PGSD FKIP UHO Suyadi. 2013. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta: Diva Press. Taniredja, H. Tukiran, dkk. 2013. Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: Alfabeta. Thobroni, Muhammad & Arif Mustofa. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruz Media. Trianto. 2013. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
92
93
93
93
Lampiran 1 : Jadwal Penelitian JADWAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 09 LAWA No
Jenis Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Keterangan
Kegiatan Awal
1.
Observasi Awal
Kamis, 22 Oktober 2015
-
2.
Seminar proposal
Selasa, 22 Desember 2015
-
3.
Observasi Lanjutan
Selasa, 5 Januari 2016
-
Tindakan Siklus I 1.
Pertemuan RPP 1
Rabu, 6 Januari 2016
3 x 35 menit
2.
Pertemuan RPP 2
Jumat, 8 Januari 2016
3 x 35 menit
3.
Tes Siklus I
Rabu, 13 Januari 2016
60 menit
4.
Pembahasan hasil tes
Jumat, 15 Januari 2016
60 menit
Tindakan Siklus II 1.
Pertemuan RPP 3
Rabu, 20 Januari 2016
3 x 35 menit
2.
Pertemuan RPP 4
Jumat, 22 Januari 2016
3 x 35 menit
3.
Tes Siklus II
Rabu, 27 Januari 2016
60 menit
93
94
Lampiran 2 : Silabus Pembelajaran SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah
: SDN 09 LAWA
Mata Pelajaran Kelas/Program Semester
: MATEMATIKA : IV : 2 (Dua)
Standar Kompetensi
: 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar 6.3 Menjumlahkan pecahan
Materi Pokok dan Uraian Materi Penjumlahan Pecahan
Kegiatan Pembelajaran
Indikator Pencapaian Kompetensi
Penilaian Proses
Diskusi Menjelaskan konsep Melakukan pecahan operasi hitung dalam penjumlahan kelompok Menjelaskan aturan pecahan penjumlahan pada berpenyebut pecahan yang sama berpenyebut sama dan pecahan yang Melakukan tidak berpenyebut operasi hitung sama penjumlahan pecahan yang Memberikan contoh tidak penjumlahan pecahan berpenyebut yang berpenyebut sama sama
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
3 Jp
Sumber: Buku Sekolah Elektronik Ayo Belajar MATEMA TIKA Untuk SD/MI Kelas IV, Burhan
Produk Jenis tes : Tertulis Bentuk tes : Uraian, isian.
94
95
Kompetensi Dasar
Materi Pokok dan Uraian Materi
Kegiatan Pembelajaran
Indikator Pencapaian Kompetensi
Penilaian Proses
Alokasi Waktu
Produk
Memberikan contoh penjumlahan pecahan yang tidak berpenyebut sama 6.4 Mengurangkan pecahan
Pengurangan Pecahan
Diskusi Menjelaskan konsep Melakukan pecahan operasi hitung dalam pengurangan kelompok Menjelaskan aturan pecahan pengurangan pada berpenyebut pecahan yang sama berpenyebut sama dan pecahan yang Melakukan tidak berpenyebut operasi hitung sama pengurangan pecahan yang Memberikan contoh tidak pengurangan pecahan berpenyebut yang berpenyebut sama sama Memberikan contoh pengurangan pecahan yang tidak berpenyebut sama
Sumber Belajar Mustaqim dan Ary Astuty
Jenis tes : Tertulis Bentuk tes : Uraian, isian.
3 Jp
Sumber: Buku Sekolah Elektronik Ayo Belajar MATEMA TIKA Untuk SD/MI Kelas IV, Burhan Mustaqim dan Ary Astuty
95
96
Kompetensi Dasar
Materi Pokok dan Uraian Materi
Kegiatan Pembelajaran
Indikator Pencapaian Kompetensi
Penilaian Proses
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Produk
6.5
Menyelesai- Menyelesaikan Memberikan Diskusi soal Mengingat Jenis tes : cerita tentang kembali konsep dalam Tertulis kan soal-soal soal-soal cerita penjumlahan penjumlahan pecahan tentang operasi cerita kelompok Bentuk tes : pecahan hitung Menyelesaikan soalpenjumlahan Uraian, penjumlahan soal cerita tentang pecahan isian. pecahan penjumlahan pecahan Menyelesaikan soal-soal cerita melalui penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama ataupun yang berpenyebut tidak sama
3 Jp
Sumber: Buku Sekolah Elektronik Ayo Belajar MATEMA TIKA Untuk SD/MI Kelas IV, Burhan Mustaqim dan Ary Astuty
6.6
Menyelesai- Menyelesaikan Memberikan Diskusi soal Mengingat Jenis tes : cerita tentang kembali konsep dalam Tertulis kan soal-soal soal-soal cerita pengurangan pengurangan pecahan tentang operasi cerita kelompok Bentuk tes : pecahan hitung Menyelesaikan soalpengurangan Uraian, pengurangan soal cerita tentang pecahan isian. pecahan pengurangan pecahan Menyelesaikan
3 Jp
Sumber: Buku Sekolah Elektronik Ayo Belajar MATEMA 96
97
Kompetensi Dasar
Materi Pokok dan Uraian Materi
Kegiatan Pembelajaran
Indikator Pencapaian Kompetensi soal-soal cerita melalui pengurangan pecahan yang berpenyebut sama ataupun yang berpenyebut tidak sama
Penilaian Proses
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Produk TIKA Untuk SD/MI Kelas IV, Burhan Mustaqim dan Ary Astuty
Lagadi, Januari 2016 Mengetahui, Kepala SDN 09 Lawa
Wa Ode Hasili, S.Pd. NIP.19671231 198610 2 025
97
98
Lampiran 3 : Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I Pertemuan I RPP SIKLUS I PERTEMUAN I Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi waktu
: SD Negeri 09 Lawa : Matematika : IV/2 : 3x35 Menit (1 x pertemuan)
A. Standar Kompetensi 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah B. Kompetensi dasar 6.3 Menjumlahkan Pecahan C. Indikator Pencapaian Kompetensi Kognitif Produk 1. Menyebutkan bentuk pecahan 2. Menjelaskan aturan-aturan dalam penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama maupun penjumlahan pecahan yang tidak berpenyebut sama Proses 1. Menulis
aturan-aturan
dalam
penjumlahan
pecahan
yang
berpenyebut sama maupun penjumlahan pecahan yang tidak berpenyebut sama 2. Mengerjakan penjumlahan pecahan berpenyebut sama 3. Mengerjakan penjumlahan pecahan yang tidak berpenyebut sama Afektif 1. Mengembangkan perilaku berkarakter, meliputi: teliti, tekun, tanggung jawab, disiplin, jujur, kerjasama, kesabaran, terbuka, menghargai pendapat teman, dan berani berbuat yang benar 2. Keterampilan sosial, meliputi: bertanya, menyumbangkan ide atau pendapat, dan berpikir kreatif
98
99
Psikomotor 1. Menyamakan penyebut pecahan dengan mencari KPK atau mencari pecahan yang senilai dengan pecahan itu. D. Tujuan Pembelajaran Kognitif Produk 1. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa dapat menyebutkan bentuk dari pecahan 2. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa dapat menyebutkan aturan-aturan dalam menjumlahkan pecahan yang berpenyebut sama maupun yang tidak berpenyebut sama Proses 1. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa dapat menuliskan aturan-aturan dalam menjumlahkan pecahan yang berpenyebut sama maupun yang tidak berpenyebut sama 2. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa dapat mengerjakan penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama 3. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa dapat mengerjakan penjumlahan pecahan yang tidak berpenyebut sama. Afektif 1. Dengan terlibat aktif dalam pembelajaran, siswa dapat melakukan komunikasi dengan benar dan santun yang meliputi presentasi, bertanya, dan berpendapat. 2. Dengan terlibat secara aktif dalam pembelajaran, siswa dapat melakukan kerjasama dengan baik dalam kelompok. Psikomotor 1. Dengan
diberikan
contoh
penjumlahan
pecahan
yang
tidak
berpenyebut sama, siswa dapat menyamakan penyebutnya dengan mencari pecahan yang senilai atau dengan mencari KPK nya.
99
100
E. Materi Pembelajaran Operasi Hitung Bilangan Pecahan F. Model dan Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT.
Metode Pembelajaran: Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi Kelompok, dan Latihan.
G. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal a) Pengelolaan Kelas b) Apersepsi Mengajukan pertanyaan kepada siswa “ anak-anak...,Bapak guru memiliki 1 biji roti, kemudian roti ini bapak guru akan bagi sama besar kepada dua orang diantara kalian, misalkan kepada Rahman dan Dafit. Berapa bagian roti kah yang didapatkan Rahman? dan berapa bagian pula yang didapat oleh Dafit?”. c) Motivasi Pecahan sangat erat kaitanya dengan aktivitas kita sehari-hari, sehingga penting bagi kita untuk mempelajari operasi hitung pecahan. d) Menyampaikan tujuan pembelajaran e) Menyampaikan model pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran 2. Kegiatan Inti a) Guru menjelaskan tentang materi penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dan penjumlahan pecahan yang tidak berpenyebut sama kepada siswa secara singkat. b) Guru membagi siswa kedalam 5 kelompok yang terdiri dari 4 orang secara heterogen c) Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama anggota kelompoknya d) Guru membimbing setiap kelompok dalam mengerjakan LKS
100
101
e) Setelah waktu mengerjakan soal selesai, guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok, setiap kelompok diwakili 1 orang. f) Selanjutnya,
Guru
memberitahu
akan
diadakannya
permainan
akademik yang menggunakan kartu soal yang masing-masing kartu mempunyai skor yang berbeda tergantung pada tingkat kesukaran soal yang tertera pada kartu soal. g) Guru menjelaskan langkah- langkah permainan. Langkah-langkah permainan yang dilakukan yaitu: 1) Siswa menempatkan diri pada kelompok bermainnya. 2) Siswa menyiapkan alat tulis. 3) Salah satu siswa pada kelompok bermain mengacak kartu soal yang sudah disediakan guru. 4) Tiap siswa dalam kelompok bermain dibagikan sebuah kartu oleh siswa yang telah mengacak kartu. 5) Siswa boleh menukar kartu soal yang didapatkan dengan siswa lain dalam
satu
kelompok.
Penukaran
kartu
soal
berdasarkan
kesepakatan dari kedua belah pihak. 6) Siswa mulai menjawab/mengerjakan kartu soal yang telah didapatkan. 7) Siswa boleh mengambil kartu soal yang berikutnya asal sudah selesai menjawab kartu soal yang sebelumnya. 8) Kelompok bermain menyudahi permainan jika kartu soalnya sudah habis. 9) Tiap siswa mempunyai skor bermain yang berbeda. Skor didapat jika jawaban kartu soal benar. h) Guru menghitung perolehan skor tiap siswa dan memberikan apresiasi kepada siswa yang memperoleh nilai tertinggi. Skor bermain digunakan untuk menentukan siswa yang akan maju ke turnamen pada akhir unit.
101
102
102
103
Lampiran 4 : Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan I LKS SIKLUS I PERTEMUAN I
Mata Pelajaran : Matematika Sub Pokok : Penjumlahan Pecahan Hari / Tanggal : Kelompok : Nama-nama Anggota Kelompok : 1. ...................................................... 2. ...................................................... 3. ...................................................... 4. ...................................................... 5. ...................................................... A. Materi : Operasi Hitung Bilangan Pecahan, Sub Pokok Penjumlahan Pecahan B. Standar Kompetensi 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah C. Kompetensi Dasar 6.3 Menjumlahkan Pecahan D. Tujuan Siswa dapat menyelesaikan soal penjumlahan pecahan dan menuliskan langkah-langkahnya E. Prosedur Kerja Diskusikanlah bersama anggota kelompokmu untuk menyelesaikan soal-soal yang terdapat dibawah! F. Ringkasan Materi Bilangan pecahan adalah bilangan yang lambangnya dapat ditulis 𝑎 dengan bentuk bilangan bulat dan b ≠ 0, a bukan kelipatan b, pada pecahan 𝑏 a disebut pembilang dan b disebut penyebut. Dalam penjumlahan dua pecahan berlaku hal-hal : 1) Menjumlahkan pecahan-pecahan yang penyebutnya sama ialah dengan menjumlahkan pembilang-pembilangnya kemudian membagikannya dengan penyebutnya, dan 2) Untuk menjumlahkan pecahan-pecahan yang penyebutnya berbeda,
103
104
terlebih dahulu disamakan penyebut pecahan tersebut dengan mencari KPK dari kedua pecahan tersebut, kemudian lakukan seperti bagian (1). Contoh : Tentukan hasil penjumlahan pecahan berikut : 3. 4.
1 4 2 7
1
+ +
4 3 7
Jawab : 3. 4.
1 4 2 7
1
+ +
4 3
=
7
1+1
=
4 2+3 7
2
= =
4
=
1 2
5 7
Untuk pecahan yang berbeda penyebutnya dilakukan dengan mengubah ke bentuk pecahan lain yang senilai atau mencari KPK kedua penyebut pecahan itu sehingga penyebutnya menjadi sama. Contoh : Tentukan hasil penjumlahan pecahan berikut : 3.
1 2
+
1 3
Jawab : 3. Bentuk yang senilai dengan
Bentuk yang senilai dengan
1 2 1 3
Pecahan yang senilai dengan adalah
adalah
2 3 4 5 , , , ,… 4 6 8 10
adalah
2 3 4 5 , , , ,… 6 9 12 15
1 2
dan
1 3
yang berpenyebut sama
3
2 dan , atau penyebut dari kedua pecahan adalah 2 dan 3 6 6
dengan KPK 6 1 2
+
Jadi,
1 3 1 2
=
3
+
6 1 3
+ =
2 6
=
3+2 6
=
5 6
5 6
G. Soal 104
105
Jawablah soal-soal berikut ini dengan benar! 1. 2.
2 5 5 12
+
3 5
+
=… 4
12
=…
3. Tentukan hasil penjumlahan pecahan dibawah ini dan tuliskan langkahlangkahnya! 1 7
+
2 5
4. Uraikan penjumlahan pecahan dibawah ini! 3 8
+
1 4
5. Uraikan penjumlahan pecahan dibawah ini! 3 5
+
7 8
105
106
Lampiran 5 : Daftar Pertanyaan Permainan Akademik Siklus I Pertemuan I DAFTAR PERTANYAAN DALAM PERMAINAN AKADEMIK SIKLUS I PERTEMUAN I Nomor Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Pertanyaan Bagaimanakah aturan-aturan dalam menjumlahkan pecahan berpenyebut sama? Bagaimanakah aturan-aturan dalam menjumlahkan pecahan yang tidak berpenyebut sama? 4 4 Tentukan hasil dari + ! 7 5 1 3 Berapakah hasil dari + ? 5 5 1 3 Berapakah hasil dari + ? 5 5 3 4 Berapakah hasil dari + ? 8 7 3 4 Tentukan hasil dari + ! 15 15 1 5 Tentukan hasil dari + ! 9 8 2 4 Tentukan hasil dari + ! 9 7 3 2 Tentukan hasil dari + ! 7 6 6 4 Tentukan hasil dari + ! 14 14 5 4 Tentukan hasil dari + ! 9 9 2 4 Tentukan hasil dari + ! 7 7 3 3 Tentukan hasil dari + ! 10 5 1 4 Tentukan hasil dari + ! 7 5
106
107
Lampiran 6 : Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I Pertemuan II RPP SIKLUS I PERTEMUAN II Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi waktu
: SD Negeri 09 Lawa : Matematika : IV/2 : 3x35 Menit (1 x pertemuan)
A. Standar Kompetensi 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah B. Kompetensi dasar 6.4 Mengurangkan Pecahan C. Indikator Pencapaian Kompetensi Kognitif Produk 1. Menjelaskan aturan-aturan dalam pengurangan pecahan yang berpenyebut sama maupun pengurangan pecahan yang tidak berpenyebut sama Proses 1. Menulis
aturan-aturan
dalam
pengurangan
pecahan
yang
berpenyebut sama maupun pengurangan pecahan yang tidak berpenyebut sama 2. Mengerjakan pengurangan pecahan berpenyebut sama 3. Mengerjakan pengurangan pecahan yang tidak berpenyebut sama Afektif 1. Mengembangkan perilaku berkarakter, meliputi: teliti, tekun, tanggung jawab, disiplin, jujur, kerjasama, kesabaran, terbuka, menghargai pendapat teman, dan berani berbuat yang benar 2. Keterampilan sosial, meliputi: bertanya, menyumbangkan ide atau pendapat, dan berpikir kreatif
107
108
Psikomotor 1. Menyamakan penyebut pecahan dengan mencari KPK atau mencari pecahan yang senilai dengan pecahan itu. D. Tujuan Pembelajaran Kognitif Produk 1. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa dapat menyebutkan aturan-aturan dalam mengurangkan pecahan yang berpenyebut sama maupun yang tidak berpenyebut sama Proses 1. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa dapat menuliskan aturan-aturan dalam mengurangkan pecahan yang berpenyebut sama maupun yang tidak berpenyebut sama 2. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa dapat mengerjakan pengurangan pecahan yang berpenyebut sama 3. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa dapat mengerjakan pengurangan pecahan yang tidak berpenyebut sama Afektif 1. Dengan terlibat aktif dalam pembelajaran, siswa dapat melakukan komunikasi dengan benar dan santun yang meliputi presentasi, bertanya, dan berpendapat 2. Dengan terlibat secara aktif dalam pembelajaran, siswa dapat melakukan kerjasama dengan baik dalam kelompok Psikomotor 1. Dengan
diberikan
contoh
pengurangan
pecahan
yang
tidak
berpenyebut sama, siswa dapat menyamakan penyebutnya dengan mencari pecahan yang senilai atau dengan mencari KPK nya. E. Materi Pembelajaran Operasi Hitung Bilangan Pecahan
108
109
F. Model dan Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT.
Metode Pembelajaran: Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi Kelompok, dan Latihan.
G. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal a) Pengelolaan Kelas b) Apersepsi Mengajukan pertanyaan kepada siswa “ anak-anak...,yang lalu kita telah belajar tentang penjumlahan pecahan, skarang bapak guru ingin tau bagaimana aturan menjumlahkan pecahan baik berpenyebut sama maupun berpenyebut tidak sama, ada yang bisa bantu bapak guru? c) Motivasi Pecahan sangat erat kaitanya dengan aktivitas kita sehari-hari, sehingga penting bagi kita untuk mempelajari operasi hitung pecahan. d) Menyampaikan tujuan pembelajaran e) Menyampaikan model pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran 2. Kegiatan Inti a) Guru menjelaskan tentang materi pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dan pengurangan pecahan yang tidak berpenyebut sama kepada siswa secara singkat. b) Guru membagi siswa kedalam 5 kelompok yang terdiri dari 4 orang secara heterogen c) Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama anggota kelompoknya d) Guru membimbing setiap kelompok dalam mengerjakan LKS e) Setelah waktu mengerjakan soal selesai, guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok, setiap kelompok diwakili 1 orang.
109
110
f)
Selanjutnya, Guru memberitahu akan diadakannya permainan akademik yang menggunakan kartu soal yang masing-masing kartu mempunyai skor yang berbeda tergantung pada tingkat kesukaran soal yang tertera pada kartu soal.
g) Guru menjelaskan langkah- langkah permainan. Langkah-langkah permainan yang dilakukan yaitu: 1) Siswa menempatkan diri pada kelompok bermainnya. 2) Siswa menyiapkan alat tulis. 3) Salah satu siswa pada kelompok bermain mengacak kartu soal yang sudah disediakan guru. 4) Tiap siswa dalam kelompok bermain dibagikan sebuah kartu oleh siswa yang telah mengacak kartu. 5) Siswa boleh menukar kartu soal yang didapatkan dengan siswa lain dalam satu kelompok. Penukaran kartu soal berdasarkan kesepakatan dari kedua belah pihak. 6) Siswa mulai menjawab/mengerjakan kartu soal yang telah didapatkan. 7) Siswa boleh mengambil kartu soal yang berikutnya asal sudah selesai menjawab kartu soal yang sebelumnya. 8) Kelompok bermain menyudahi permainan jika kartu soalnya sudah habis. 9) Tiap siswa mempunyai skor bermain yang berbeda. Skor didapat jika jawaban kartu soal benar. h) Guru menghitung perolehan skor tiap siswa dan memberikan apresiasi kepada siswa yang memperoleh nilai tertinggi. Skor bermain digunakan untuk menentukan siswa yang akan maju ke turnamen pada akhir unit. 3. Kegiatan Akhir a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran b) Guru memberikan tugas rumah kepada siswa
110
111
111
112
Lampiran 7 : Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan II LKS SIKLUS I PERTEMUAN II
Mata Pelajaran : Matematika Sub Materi : Pengurangan Pecahan Hari / Tanggal : Kelompok : Nama-nama Anggota Kelompok : 1. ...................................................... 2. ...................................................... 3. ...................................................... 4. ...................................................... 5. ...................................................... A. Materi : Operasi Hitung Bilangan Pecahan, Sub Pokok Pengurangan Pecahan B. Standar Kompetensi 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah C. Kompetensi Dasar 6.3 Mengurangkan Pecahan D. Tujuan Siswa dapat menyelesaikan soal pengurangan pecahan dan menuliskan langkah-langkahnya E. Prosedur Kerja Diskusikanlah bersama anggota kelompokmu untuk menyelesaikan soal-soal yang terdapat dibawah! F. Ringkasan Materi Bilangan pecahan adalah bilangan yang lambangnya dapat ditulis 𝑎 dengan bentuk bilangan bulat dan b ≠ 0, a bukan kelipatan b, pada pecahan 𝑏 a disebut pembilang dan b disebut penyebut. Dalam pengurangan dua pecahan berlaku hal-hal : 1) Mengurangkan pecahan-pecahan penyebutnya sama ialah dengan jalan mengurangkan pembilang-pembilangnya kemudian membaginya dengan penyebutnya, dan 2) Untuk mengurangkan pecahan-pecahan yang penyebutnya berbeda,
112
113
terlebih dahulu disamakan penyebut pecahan tersebut dengan mencari KPK dari kedua pecahan tersebut, kemudian lakukan seperti bagian (1). Contoh : Tentukan hasil pengurangan pecahan berikut ini : 3. 4.
3
-
1
4 4 5
-
3
8 8
Jawab : 3. 4.
3
-
1
4 4 5
-
3
8 8
=
3−1 4 5−3
=
2
=
8
=
4
2
=
8
1 4 =
1 4
Untuk pecahan yang berbeda penyebutnya dilakukan dengan mengubah ke bentuk pecahan lain yang senilai atau mencari KPK kedua penyebut pecahan itu sehingga penyebutnya menjadi sama. Contoh : Tentukan hasil pengurangan pecahan berikut : 3.
5
-
8
1 6
Jawab : 3. Bentuk yang senilai dengan Bentuk yang senilai dengan
5 8 1 6
Pecahan yang senilai dengan adalah
15 24
dan
4 24
adalah adalah 5 8
dan
10 15 20 25 , , , ,… 16 24 32 40 2
,
3
,
4
,
5
12 18 24 30 1 6
,…
yang berpenyebut sama
, atau penyebut dari kedua pecahan adalah 8 dan
6 dengan KPK 24 5 8
-
1 6
Jadi,
5 8
= -
15 24 1 6
=
4 24
=
15−4 24
=
11 24
11 24
113
114
G. Soal Jawablah soal-soal berikut ini dengan benar! 1. 2.
7 8
-
5
3 8
-
12
=… 4
12
=…
3. Tentukan hasil pengurangan pecahan dibawah ini dan tuliskan langkahlangkahnya! 5 7
-
3 5
4. uraikan pengurangan pecahan dibawah ini! 3 8
-
1 4
5. uraikan pengurangan pecahan dibawah ini! 4 5
-
3 8
114
115
Lampiran 8: Daftar Pertanyaan Permainan Akademik Siklus I Pertemuan II DAFTAR PERTANYAAN DALAM PERMAINAN AKADEMIK SIKLUS I PERTEMUAN II Nomor Pertanyaan Soal 1 Bagaimanakah aturan-aturan dalam mengurangkan pecahan berpenyebut sama? 2 Bagaimanakah aturan-aturan dalam mengurangkan pecahan yang tidak berpenyebut sama? 3 2 3 Tentukan hasil dari - ! 7 5 7 3 4 Berapakah hasil dari - ? 5 5 6 3 5 Tentukan hasil dari - ! 8 8 4 1 6 Berapakah hasil dari - ? 7 7 14 11 7 Tentukan hasil dari ! 15 15 6 2 8 Tentukan hasil dari - ! 11 4 7 4 9 Tentukan hasil dari - ! 9 7 3 2 10 Tentukan hasil dari - ! 7 6 6 4 11 Tentukan hasil dari - ! 8 8 5 4 12 Tentukan hasil dari - ! 9 9 6 2 13 Tentukan hasil dari - ! 7 7 5 3 14 Tentukan hasil dari - ! 8 5 4 1 15 Tentukan hasil dari - ! 7 5
115
116
Lampiran 9: Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan I KUNCI JAWABAN LKS SIKLUS I PERTEMUAN I
1. 2. 3.
5 5
atau 1
9 12
=
1
2
7
+
5
3 4
=
5 35
+
14 35
=
19 35
Langkah kerja:
Samakan penyebut dengan mencari KPK 7 dengan 5 atau dengan mencari bentuk pecahan yang senilai dengan kedua pecahan tersebut.
Setelah menyamakan penyebutnya, jumlahkan pecahan baru atau jumlahkan pembilang-pembilangnya kemudian bagi dengan penyebutnya.
4. 5.
3 8 3 5
+ +
1 4 7 8
= =
3 8
+
24 40
2 8
+
= 35 40
5 8
=
59 40
116
117
Lampiran 10: Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan II KUNCI JAWABAN LKS SIKLUS I-PERTEMUAN II
1. 2. 3.
4 8
=
1 2
1 12 5 3 25 21 4 - = = 7 5 35 35 35
Langkah kerja:
Samakan penyebut dengan mencari KPK 7 dengan 5 atau dengan mencari bentuk pecahan yang senilai dengan kedua pecahan tersebut.
Setelah menyamakan penyebutnya, kurangkan pecahan baru atau kurangkan pembilang-pembilangnya kemudian bagi dengan penyebutnya.
4.
3 1 3 2 1 - = - = 8 4 8 8 8
5.
4 3 32 15 17 - = = 5 8 40 40 40
117
118
Lampiran 11: Kunci Jawaban Permainan Akademik Siklus I Pertemuan I KUNCI JAWABAN PERMAINAN AKADEMIK SIKLUS I-PERTEMUAN I Nomor
Jawaban
Soal 1
Aturan menjumlahkan pecahan-pecahan yang penyebutnya sama ialah dengan menjumlahkan pembilang-pembilangnya kemudian membagikannya dengan penyebutnya, sedangkan penyebutnya tidak dijumlahkan.
2
Aturan menjumlahkan pecahan yang tidak berpenyebut sama :
Samakan penyebut dengan mencari KPK penyebut kedua pecahan atau dengan mencari bentuk pecahan yang senilai dengan kedua pecahan tersebut.
Setelah menyamakan penyebutnya, jumlahkan pecahan baru atau jumlahkan pembilang-pembilangnya
kemudian bagi
dengan
penyebutnya.
3
4 7
4
1 5
5
3 9
6
3 8
7 8
+ + +
3
4 5 3 5 5 9 4 7
15
+
1
5
9
9
+
2 9
+ +
8 4 7
= = = = 4 15
= =
10
+
35
1+3 5 3+5 9 21 56
= 8 72 14 63
+
21 35
= =
+ +
5 8 9
56
15
35
4
32
3+4
31
=
= =
=
45 72 36 63
2 3 53 56
7 15
= =
53 72 50 63
118
119
10
3 7
11 12
6
15
6
14 5
4
2 7
14
2
+
9
13
+
+ +
3
9 4 7
10
+
1
4
7
+
5
=
18 42
4
=
14
= = 3 5
14 42
6+4 14
5+4
=
9 2+4
=
7
=
=
+
3
= 9 9
42
10 14
=
=
16 21
5 7
=1
7 6
10
5
28
35
32
6
+
+
=
10
35
=
=
9 10
33 35
Kriteria Skor Soal : 1. Jika menjawab benar untuk soal pecahan yang sama penyebutnya mendapat skor 15, sedangkan untuk soal yang berbeda penyebutnya mendapat skor 20 2. Jika menjawab soal hanya menyelesaikan satu langkah saja (untuk soal yang berbeda penyebutnya) mendapat skor 10, jika benar langkah-langkahnya tetapi salah hasilnya maka mendapat skor 15.
119
120
Lampiran 12: Kunci Jawaban Permainan Akademik Siklus I Pertemuan II KUNCI JAWABAN PERMAINAN AKADEMIK SIKLUS I PERTEMUAN II Nomor
Jawaban
Soal 1
Aturan mengurangkan pecahan-pecahan yang penyebutnya sama ialah dengan mengurangkan pembilang-pembilangnya kemudian membagikannya dengan penyebutnya, sedangkan penyebutnya tidak dikurangkan.
2
Aturan mengurangkan pecahan yang tidak berpenyebut sama :
Samakan penyebut dengan mencari KPK penyebut kedua pecahan atau dengan mencari bentuk pecahan yang senilai dengan kedua pecahan tersebut.
Setelah menyamakan penyebutnya, kurangkan pecahan baru atau kurangkan pembilang-pembilangnya
kemudian bagi
dengan
penyebutnya.
3
3 2 15 14 1 - = = 7 5 35 35 35
4
7 3 7−3 4 - = = 5 5 5 5
5
6 3 6−3 3 - = = 8 8 8 8
6
4 7
7
–
14 15
8
6 11
9
1 7
-
=
11
4−1 7
15 2
24
4
3 7
14−11
=
=
=
44
15
-
22 44
= =
3 15 2
44
= =
1 5 1
22
7 4 49 36 13 - = = 9 7 63 63 63
120
121
10
3 2 18 14 4 2 - = = = 7 6 42 42 42 21
11
6 4 6−4 2 1 - = = = 8 8 8 8 4
12
5 4 5−4 1 - = = 9 9 9 9
13
6 2 6−2 4 - = = 7 7 7 7
14
5 3 25 24 1 - = = 8 5 40 40 40
15
4 1 20 7 13 - = = 7 5 35 35 35
Kriteria Skor Soal : 1. Jika menjawab benar untuk soal pecahan yang sama penyebutnya mendapat skor 15, sedangkan untuk soal yang berbeda penyebutnya mendapat skor 20 2. Jika menjawab soal hanya menyelesaikan satu langkah saja (untuk soal yang berbeda penyebutnya) mendapat skor 10, jika benar langkah-langkahnya tetapi salah hasilnya maka mendapat skor 15.
121
122
122
123
123
124
124
125
125
126
Lampiran 15: Tes Hasil Belajar Siklus I TES HASIL BELAJAR SIKLUS I Hari/Tanggal : Nama Siswa : Jawablah soal-soal berikut ini dengan benar ! 1. Tentukan hasil dari 2. Tentukan hasil dari 3. Tentukan hasil dari 4. Tentukan hasil dari 5. Tentukan hasil dari
7 3 - ! 5 6 7 9 1 9
4
+
3 7 3 7
!
7 5
!
8
+ -
2 6 2 6
! !
6. Tuliskan hasil pengurangan 7. Tentukan hasil dari 8. Tentukan hasil dari
6 14 3 12
+ +
5 10
4 14 4 12
9. Tentukan hasil penjumlahan 10. Tentukan hasil pengurangan
-
2 10
!
! ! 2 7
+
4 11
4 7
-
! 2
11
!
126
127
Lampiran 16: Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar Siklus I KUNCI JAWABAN TES HASIL BELAJAR SIKLUS I No Soal
Jawaban
Skor
1
7 3 42 15 27 - = = = 5 6 30 30 30
5
2
7 4 49 36 13 - = = 9 7 63 63 63
5
3
1
5
9
4
3 7
+ +
5 8 2 6
= =
8
+
72 18
+
42
45 72 14 42
= =
53 72 32 42
=
16
5
21
5
3 2 18 14 4 2 - = = = 7 6 42 42 42 21
5
6
5
3
10
7
6 14
8 9
3
2 10 4
+
14 4
12
+
2
4
7
10
-
+
4 11
12
7
-
= 2
11
= = =
5−2 10 6+4 14 3+4 12
2+4 7
=
=
4−2 11
=
3 10
= =
10 14
=
5 7
7
3
12
6
3
7
=
2
3
11
Jumlah Nilai =
3
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
40
x 100
127
128
Lampiran 17: Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II-Pertemuan I RPP SIKLUS II- PERTEMUAN I Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi waktu
: SD Negeri 09 Lawa : Matematika : IV/2 : 3x35 Menit (1 x pertemuan)
A. Standar Kompetensi 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah B. Kompetensi dasar 6.5 Menyelesaikan Soal-Soal Cerita Penjumlahan Pecahan C. Indikator Pencapaian Kompetensi Kognitif Produk 1. Membuat
soal
cerita
tentang
penjumlahan
pecahan
yang
berpenyebut sama maupun penjumlahan pecahan yang berpenyebut tidak sama. Proses 1. Menyelesaikan soal cerita tentang penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama maupun penjumlahan pecahan yang berpenyebut tidak sama. Afektif 1. Mengembangkan perilaku berkarakter, meliputi: teliti, tekun, tanggung jawab, disiplin, jujur, kerjasama, kesabaran, terbuka, menghargai pendapat teman, dan berani berbuat yang benar 2. Keterampilan sosial, meliputi: bertanya, menyumbangkan ide atau pendapat, dan berpikir kreatif Psikomotor 1.
Menyamakan penyebut pecahan dari soal cerita dengan mencari KPK atau mencari pecahan yang senilai dengan pecahan itu.
128
129
D. Tujuan Pembelajaran Kognitif Produk 1. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa dapat membuat soal cerita tentang penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama maupun penjumlahan pecahan yang berpenyebut tidak sama. Proses 1. Menyelesaikan soal cerita tentang penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama maupun penjumlahan pecahan yang berpenyebut tidak sama. Afektif 1. Dengan terlibat aktif dalam pembelajaran, siswa dapat melakukan komunikasi dengan benar dan santun yang meliputi presentasi, bertanya, dan berpendapat 2. Dengan terlibat secara aktif dalam pembelajaran, siswa dapat melakukan kerjasama dengan baik dalam kelompok Psikomotor 1.
Dengan soal cerita pecahan yang berpenyebut tidak sama, siswa dapat menyamakan penyebutnya dengan mencari pecahan yang senilai atau dengan mencari KPK nya.
E. Materi Pembelajaran Operasi Hitung Bilangan Pecahan F. Model dan Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT.
Metode Pembelajaran: Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi Kelompok, dan Latihan.
G. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal a) Pengelolaan Kelas b) Apersepsi
129
130
Mengajukan pertanyaan kepada siswa “ anak-anak...,Bapak guru memiliki 1 biji roti, kemudian roti ini bapak guru akan bagi sama besar kepada dua orang diantara kalian, misalkan kepada Rahman dan Dafit. Kemudian jika satu bagian roti yang dimiliki oleh Rahman digabungkan dengan satu bagian Roti yang dimiliki oleh Dafit, maka proses
apakah
yang
terjadi?.
Kata
“digabungkan”
berarti
“penjumlahan” dalam pecahan. c) Motivasi Pecahan sangat erat kaitanya dengan aktivitas kita sehari-hari, sehingga penting bagi kita untuk mempelajari operasi hitung pecahan. d) Menyampaikan tujuan pembelajaran e) Menyampaikan model pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran 2. Kegiatan Inti a) Guru menjelaskan tentang materi
menyelesaikan soal
cerita
penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dan penjumlahan pecahan yang berpenyebut tidak sama kepada siswa secara singkat. b) Guru membagi siswa kedalam 5 kelompok yang terdiri dari 4 orang secara heterogen c) Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama anggota kelompoknya d) Guru membimbing setiap kelompok dalam mengerjakan LKS e) Setelah waktu mengerjakan soal selesai, guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok, setiap kelompok diwakili 1 orang. f)
Selanjutnya, Guru memberitahu akan diadakannya permainan akademik yang menggunakan kartu soal yang masing-masing kartu mempunyai skor yang berbeda tergantung pada tingkat kesukaran soal yang tertera pada kartu soal.
g) Guru menjelaskan langkah- langkah permainan. Langkah-langkah permainan yang dilakukan yaitu:
130
131
1) Siswa menempatkan diri pada kelompok bermainnya. 2) Siswa menyiapkan alat tulis. 3) Salah satu siswa pada kelompok bermain mengacak kartu soal yang sudah disediakan guru. 4) Tiap siswa dalam kelompok bermain dibagikan sebuah kartu oleh siswa yang telah mengacak kartu. 5) Siswa boleh menukar kartu soal yang didapatkan dengan siswa lain dalam satu kelompok. Penukaran kartu soal berdasarkan kesepakatan dari kedua belah pihak. 6) Siswa mulai menjawab/mengerjakan kartu soal yang telah didapatkan. 7) Siswa boleh mengambil kartu soal yang berikutnya asal sudah selesai menjawab kartu soal yang sebelumnya. 8) Kelompok bermain menyudahi permainan jika kartu soalnya sudah habis. 9) Tiap siswa mempunyai skor bermain yang berbeda. Skor didapat jika jawaban kartu soal benar. h) Guru menghitung perolehan skor tiap siswa dan memberikan apresiasi kepada siswa yang memperoleh nilai tertinggi. Skor bermain digunakan untuk menentukan siswa yang akan maju ke turnamen pada akhir unit. 3. Kegiatan Akhir a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran b) Guru memberikan tugas rumah kepada siswa H. Alat/Bahan dan Sumber Belajar
Buku Sekolah Elektronik Ayo Belajar MATEMATIKA Untuk SD/MI Kelas IV, dan buku matematika yang relevan
Media: Roti, kertas origami.
LKS
131
132
132
133
Lampiran 18 : Lembar Kerja Siswa Siklus II-Pertemuan I LKS SIKLUS II-PERTEMUAN I
Mata Pelajaran : Matematika Sub Pokok : Penjumlahan Pecahan Hari / Tanggal : Kelompok : Nama-nama Anggota Kelompok : 1. ...................................................... 2. ...................................................... 3. ...................................................... 4. ...................................................... 5. ...................................................... A. Materi : Operasi Hitung Bilangan Pecahan, Sub Pokok Penjumlahan Pecahan B. Standar Kompetensi 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah C. Kompetensi Dasar 6.5 Menyelesaikan soal cerita penjumlahan pecahan D. Tujuan Siswa dapat menyelesaikan soal cerita penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan berpenyebut tidak sama E. Prosedur Kerja Diskusikanlah bersama anggota kelompokmu untuk menyelesaikan soal-soal yang terdapat dibawah! F. Ringkasan Materi Soal cerita merupakan salah satu bentuk dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa. Permasalahan Matematika yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-soal berbentuk cerita (verbal). Soal cerita adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek. Cerita yang diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau masalah lainnya.
133
134
Contoh: 1. Pita Andi panjangnya
1 4
meter. Pita Della panjangnya
2 4
meter. Jika
digabungkan, maka berapa panjang pita mereka berdua? 2. Pita Andi panjangnya
1 4
meter. Pita Della panjangnya
2 5
meter. Jika
digabungkan, maka berapa panjang pita mereka berdua? Jawab: 1. Diketahui:
pita Andi = Pita Della =
Ditanykan:
1 4
meter.
2
meter.
4
panjang pita jika digabungkan?
Penyelesaian: kata “digabungkan” dalam pecahan berarti “dijumlahkan”. 1 4
+
2 4
=
1+2 4
=
3 4
Jadi, panjang pita jika digabungkan adalah 2. Diketahui:
pita Andi = Pita Della =
Ditanykan:
1 4
3
meter.
4
meter.
2 5
meter.
panjang pita jika digabungkan?
Penyelesaian: untuk pecahan yang berpenyebut tidak sama, disamakan terlebih dahulu penyebutnya dengan mencari pecahan yang senilai dengan kedua pecahan itu atau mencari KPK kedua penyebut. Bentuk yang senilai dengan Bentuk yang senilai dengan
1 4 2 5
Pecahan yang senilai dengan dan
8 20
2 3
,
adalah adalah 1 4
dan
,
4
,
5
8 12 16 20 4
,
6
,
8
10 15 20
2 5
,…
,…
yang berpenyebut sama adalah
5 20
, atau penyebut dari kedua pecahan adalah 4 dan 5 dengan KPK 20 134
135
1 4
+
2 5
=
5 20
+
8 20
=
13 20
Jadi, panjang pita jika digabungkan adalah
13 20
meter.
G. Soal Kerjakanlah soal-soal dibawah ini dengan benar! 1.
Nenek membeli gula
1
kg dan Ayah membeli gula
4
2 4
kg, jika
digabungkan, berapa kg berat belanjaan nenek dan ayah? 2.
Pak Toang mempunyai sawah
3 4
1
hektar, kemudian membeli lagi
4
hektar. Berapa hektar sawah pak Toang semua? 3.
Panjang pita ali adalah
3 10
meter. Lalu panjangnya ditambah
1 5
meter.
Berapa meter panjang pita Ali sekarang? 4.
Jerigen berisikan minyak
1 2
liter, kemudian Ibu menambahkan lagi
1 3
liter. Berapa liter minyak dalam jerigen setelah ditambahkan oleh Ibu? 5.
Andi membeli paku
1 3
kg untuk digunakan memasang pagar. Ternyata
paku yang dibeli Andi masih kurang sehingga Andi membeli lagi
1 4
kg.
Berapa kg paku yang dibeli Andi?
135
136
Lampiran 19: Daftar Pertanyaan Permainan Siklus II-Pertemuan I DAFTAR PERTANYAAN DALAM PERMAINAN AKADEMIK SIKLUS II-PERTEMUAN I Nomor Soal 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pertanyaan 1 Mirna mendapat kue bagian dari Ari, kemudian Ibu memberikan 2 1 lagi bagian. Berapa kue Mirna sekarang? 4 1 Jerigen berisikan minyak liter, kemudian Ibu menambahkan lagi 2 1 liter. Berapa liter minyak dalam jerigen setelah ditambahkan oleh 2 Ibu? 1 2 Pita Rahman panjangnya meter. Pita Dafit panjangnya meter. 4 4 Jika digabungkan, maka berapa panjang pita mereka berdua?
Siska membeli kain batik
4
meter. Karena kurang, keesokan 15 2 harinya Siska membeli lagi meter. Berapa meter kain batik yang 5 dibeli Siska? 4 1 Andi disuruh Ibu untuk belanja, membeli gula kg dan beras kg. 6 4 Berapakah jumlah belanjaan Andi? 1 Ibu mengambil gram gula untuk membuat teh dan Andi 4 1 mengambil gram untuk membuat kopi. Berapa gram gula yang 2 diambil oleh Ibu dan Andi? 1 Andi membeli paku kg untuk digunakan memasang pagar. 3 Ternyata paku yang dibeli Andi masih kurang sehingga Andi 1 membeli lagi kg. Berapa kg paku yang dibeli Andi? 4 1 Riska mengambil kain meter untuk membuat sapu tangan dan 2 1 Roro mengambil meter untuk membuat taplak meja. Berapa meter 2 kain yang diambil Riska dan Roro? 3 2 Ayah mempunyai sawah hektar, kemudian membeli lagi 6 6 hektar. Berapa hektar sawah Ayah semua?
136
137
10
Rusdi membeli emas
3
gram dan Loly juga membeli
5 Berapa gram emas mereka berdua?
1 5
gram.
137
138
Lampiran 20: Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II-Pertemuan II RPP SIKLUS II- PERTEMUAN II Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi waktu
: SD Negeri 09 Lawa : Matematika : IV/2 : 3x35 Menit (1 x pertemuan)
A. Standar Kompetensi 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah B. Kompetensi dasar 6.6 Menyelesaikan Soal-Soal Cerita Pengurangan Pecahan C. Indikator Pencapaian Kompetensi Kognitif Produk 1. Membuat
soal
cerita
tentang
pengurangan
pecahan
yang
berpenyebut sama maupun pengurangan pecahan yang berpenyebut tidak sama. Proses 1. Menyelesaikan soal cerita tentang pengurangan pecahan yang berpenyebut sama maupun pengurangan pecahan yang berpenyebut tidak sama. Afektif 1. Mengembangkan perilaku berkarakter, meliputi: teliti, tekun, tanggung jawab, disiplin, jujur, kerjasama, kesabaran, terbuka, menghargai pendapat teman, dan berani berbuat yang benar 2. Keterampilan sosial, meliputi: bertanya, menyumbangkan ide atau pendapat, dan berpikir kreatif Psikomotor 1.
Menyamakan penyebut pecahan dari soal cerita dengan mencari KPK atau mencari pecahan yang senilai dengan pecahan itu.
138
139
D. Tujuan Pembelajaran Kognitif Produk 1. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa dapat membuat soal cerita tentang pengurangan pecahan yang berpenyebut sama maupun pengurangan pecahan yang berpenyebut tidak sama. Proses 1. Menyelesaikan soal cerita tentang pengurangan pecahan yang berpenyebut sama maupun pengurangan pecahan yang berpenyebut tidak sama. Afektif 1. Dengan terlibat aktif dalam pembelajaran, siswa dapat melakukan komunikasi dengan benar dan santun yang meliputi presentasi, bertanya, dan berpendapat 2. Dengan terlibat secara aktif dalam pembelajaran, siswa dapat melakukan kerjasama dengan baik dalam kelompok Psikomotor 1. Dengan soal cerita pecahan yang berpenyebut tidak sama, siswa dapat menyamakan penyebutnya dengan mencari pecahan yang senilai atau dengan mencari KPK nya. E. Materi Pembelajaran Operasi Hitung Bilangan Pecahan F. Model dan Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT.
Metode Pembelajaran: Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi Kelompok, dan Latihan.
G. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal a) Pengelolaan Kelas b) Apersepsi
139
140
Mengajukan pertanyaan kepada siswa “ anak-anak...,pertemuan yang lalu kita telah belajar soal cerita yang berkaitan dengan penjumlahan pecahan, sekarang bapak guru ingin tau bagaimanakah mengetahui bahwa soal cerita itu dikatakan penjumlahan? Ada yang bisa bantu bapak guru? c) Motivasi Pecahan sangat erat kaitanya dengan aktivitas kita sehari-hari, sehingga penting bagi kita untuk mempelajari operasi hitung pecahan. d) Menyampaikan tujuan pembelajaran e) Menyampaikan model pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran 2. Kegiatan Inti a) Guru menjelaskan tentang materi
menyelesaikan soal
cerita
pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dan pengurangan pecahan yang berpenyebut tidak sama kepada siswa secara singkat. b) Guru membagi siswa kedalam 5 kelompok yang terdiri dari 4 orang secara heterogen c) Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama anggota kelompoknya d) Guru membimbing setiap kelompok dalam mengerjakan LKS e) Setelah waktu mengerjakan soal selesai, guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok, setiap kelompok diwakili 1 orang. f)
Selanjutnya, Guru memberitahu akan diadakannya permainan akademik yang menggunakan kartu soal yang masing-masing kartu mempunyai skor yang berbeda tergantung pada tingkat kesukaran soal yang tertera pada kartu soal.
g) Guru menjelaskan langkah- langkah permainan. Langkah-langkah permainan yang dilakukan yaitu: 1) Siswa menempatkan diri pada kelompok bermainnya. 2) Siswa menyiapkan alat tulis.
140
141
3) Salah satu siswa pada kelompok bermain mengacak kartu soal yang sudah disediakan guru. 4) Tiap siswa dalam kelompok bermain dibagikan sebuah kartu oleh siswa yang telah mengacak kartu. 5) Siswa boleh menukar kartu soal yang didapatkan dengan siswa lain dalam satu kelompok. Penukaran kartu soal berdasarkan kesepakatan dari kedua belah pihak. 6) Siswa mulai menjawab/mengerjakan kartu soal yang telah didapatkan. 7) Siswa boleh mengambil kartu soal yang berikutnya asal sudah selesai menjawab kartu soal yang sebelumnya. 8) Kelompok bermain menyudahi permainan jika kartu soalnya sudah habis. 9) Tiap siswa mempunyai skor bermain yang berbeda. Skor didapat jika jawaban kartu soal benar. h) Guru menghitung perolehan skor tiap siswa dan memberikan apresiasi kepada siswa yang memperoleh nilai tertinggi. Skor bermain digunakan untuk menentukan siswa yang akan maju ke turnamen pada akhir unit. i)
Guru mempersiapkan siswa untuk melakukan turnamen
j)
Turnamen ini dalam bentuk kartu soal. Turnamen ini dilaksanakan dengan tingkat kecerdasan yang homogen yaitu kecerdasan siswa setara.
k) Turnamen dilaksanakan sebanyak 5 putaran dengan jumlah peserta sebanyak 4 orang tiap putaran ( yang merupakan wakil dari tiap kelompok). l)
Petandingan diawali oleh peserta dengan tingkatan kemampuan tertinggi pertama dari tiap kelompok, kemudian putaran selanjutnya oleh peserta dengan tingkatan kemampuan tertinggi kedua dan seterusnya hingga semua putaran selesai.
141
142
142
143
Lampiran 21 : Lembar Kerja Siswa Siklus II-Pertemuan II LKS SIKLUS II-PERTEMUAN II
Mata Pelajaran : Matematika Sub Pokok : Pengurangan Pecahan Hari / Tanggal : Kelompok : Nama-nama Anggota Kelompok : 1. ...................................................... 2. ...................................................... 3. ...................................................... 4. ...................................................... 5. ...................................................... A. Materi : Operasi Hitung Bilangan Pecahan, Sub Pokok pengurangan pecahan B. Standar Kompetensi 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah C. Kompetensi Dasar 6.6 Menyelesaikan soal cerita pengurangan pecahan D. Tujuan Siswa dapat menyelesaikan soal cerita pengurangan pecahan berpenyebut sama dan pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama E. Prosedur Kerja Diskusikanlah bersama anggota kelompokmu untuk menyelesaikan soal-soal yang terdapat dibawah! F. Ringkasan Materi Soal cerita merupakan salah satu bentuk dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa. Permasalahan Matematika yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-soal berbentuk cerita (verbal). Soal cerita adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek. Cerita yang diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau masalah lainnya.
143
144
Contoh: 1. Andi mengambil kue
3 4
bagian, kemudian
2 4
bagian diberikan kepada
adiknya. Berapa sisa kue Andi? 2. Andi mengambil kue
1 2
bagian, kemudian
1 3
bagian diberikan kepada
adiknya. Berapa sisa kue Andi? Jawab: 1. Diketahui: kue Andi =
3 4
,
kemudian diberikan kepada adiknya
2 4
bagian. Ditanykan:
sisa kue Andi?
Penyelesaian: kata “diberikan” dalam pecahan berarti “dikurangi”. 3 4
-
2 4
=
3−2 4
=
1 4
Jadi, sisa kue Andi adalah 2. Diketahui: kue Andi =
1
bagian.
4 1 2
,
kemudian diberikan kepada adiknya
1 3
bagian. Ditanykan:
sisa kue Andi?
Penyelesaian: untuk pecahan yang berpenyebut tidak sama, disamakan terlebih dahulu penyebutnya dengan mencari pecahan yang senilai dengan kedua pecahan itu atau mencari KPK kedua penyebut. Bentuk yang senilai dengan
1 2 1
adalah
2 3
, ,…
4 6 2 3
adalah , ,… 6 9 1 1 3 Pecahan yang senilai dengan dan yang berpenyebut sama adalah 2 3 6 2 dan , atau penyebut dari kedua pecahan adalah 2 dan 3 dengan KPK 6 6 1 1 3 2 1 - = - = 2 3 6 6 6 1 Jadi, sisa kue Andi adalah bagian. 6 Bentuk yang senilai dengan
3
144
145
G. Soal Kerjakanlah soal-soal dibawah ini dengan benar! 1
1. Jeni mempunyai pita
2
meter, kemudian
2 7
meter ia gunakan untuk
membuat hiasan dinding. Berapa sisa pita Jeni? 2. Siska membeli kain batik
6 8
meter, kemudian ia gunakan
4 8
meter untuk
membuat baju. Berapa sisa kain Siska? 3. Ibu membeli minyak tanah
1 2
liter, kemudian
1 3
liter digunakan untuk
mengisi kompor. Berapa liter minyak yang belum digunakan? 4. Ibu menabung
3 4
uang belanjanya. Sebulan kemudian Ibu mengambil
2 4
dari tabungannya. Berapa sisa tabungan Ibu? 5. Pak Karta memiliki
7 8
gram emas, diberikan kepada anaknya
5 8
gram.
Berapa gram emas Pak Karta setelah diberikan sebagian kepada anaknya?
145
146
Lampiran 22: Daftar Pertanyaan Permainan Siklus II-Pertemuan II DAFTAR PERTANYAAN DALAM PERMAINAN AKADEMIK SIKLUS II-PERTEMUAN II Nomor Soal 1
Pertanyaan
memberikan kepada Ali 2
3
4
5
1
Mirna mendapat kue
1
2
4
bagian dari Ari, kemudian Mirna
bagian. Berapa kue Mirna sekarang?
Jerigen berisikan minyak tanah
3
liter, kemudian Ibu mengambil
3
4 6 liter. Berapa liter sisa minyak dalam jerigen? 3 2 Pita Rahman panjangnya meter. Diberikan kepada Dafit meter. 7 7 Berapa meter sisa pita Rahman?
Siska membeli kain batik
4
meter. Kemudian
2
meter. Digunakan 5 10 untuk membuat baju. Berapa meter kain Siska yang belum digunakan? 4 Andi disuruh Ibu untuk belanja, membeli gula kg ternyata gula 6 3 yang dibelinya tumpah kg. Berapa kg sisa gula yang dibeli Andi? 6
Kriteria Skor Soal : 1. Jika menjawab benar untuk soal pecahan yang sama penyebutnya mendapat skor 15, sedangkan untuk soal yang berbeda penyebutnya mendapat skor 20 2. Jika menjawab soal hanya menyelesaikan satu langkah saja (untuk soal yang berbeda penyebutnya) mendapat skor 10, jika benar langkah-langkahnya tetapi salah hasilnya maka mendapat skor 15.
146
147
Lampiran 23: Daftar Pertanyaan Turnamen DAFTAR PERTANYAAN TURNAMEN Nomor Soal 1
2 3
4
5
6 7 8
Pertanyaan 1 Mirna mendapat kue bagian dari Ari, kemudian Ibu memberikan 2 1 lagi bagian. Berapa kue Mirna sekarang? 4 3 1 Ayah mempunyai sawah hektar, kemudian membeli lagi hektar. 4 4 Berapa hektar sawah Ayah semua? 4 2 Siska membeli kain batik meter. Kemudian meter. Digunakan 5 10 untuk membuat baju. Berapa meter sisa kain Siska? 4 Andi disuruh Ibu untuk belanja, membeli gula kg ternyata gula 6 3 yang dibelinya tumpah kg. Berapa kg sisa gula yang dibeli Andi? 6 1 4 Tentukan hasil dari + ! 7 5 3 2 Tentukan hasil dari + ! 9 9 5 3 Tentukan hasil dari - ! 8 5 3 2 Tentukan hasil dari - ! 7 7
147
148
Lampiran 24: Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan I KUNCI JAWABAN LKS SIKLUS II PERTEMUAN I
1. Diketahui:
Gula Nenek = Gula Ayah =
Ditanykan:
1
kg.
4
2 4
kg.
Berapa kg berat belanjaan nenek dan ayah?
Penyelesaian: 1 4
+
2
=
4
1+2 4
=
3 4
Jadi, belanjaan nenek dan ayah digabungkan adalah 2. Diketahui: Pak Toang mempunyai sawah 1
3 4
3 4
kg.
hektar, kemudian membeli lagi
hektar.
4
Ditanyakan: Berapa Hektar semua sawah Pak Toang? Penyelesaian: 3 4
+
1
=
4
3+1 4
=
4 4
=1
Jadi, sawah pak Toang adalah 1 hektar. 3. Diketahui: Pita Ali adalah
3 10
meter. Lalu panjangnya ditambah
1 5
meter.
Ditanyakan: Berapa meter panjang pita Ali sekarang? Penyelesaian: 3 10
+
1 5
=
3 10
+
2 10
=
3+2 10
=
5 10
=
1 5
4. Diketahui: Jerigen berisikan minyak lagi
1 3
1 2
liter, kemudian Ibu menambahkan
liter.
Ditanyakan: Berapa liter minyak dalam jerigen setelah ditambahkan oleh Ibu?
148
149
Penyelesaian: 1 2
+
1 3
=
3 6
+
2 6
=
3+2 6
=
5 6
5. Diketahui: Andi membeli paku
1 3
kg untuk digunakan mamasang pagar.
Ternyata paku yang dibeli Andi masih kurang sehingga Andi membeli lagi
1 4
kg. Ditanyakan: Berapa kg semua paku yang dibeli Andi? Penyelesaian: 1 3
+
1 4
=
4 12
+
3 12
=
4+3 12
=
7 12
149
150
Lampiran 25: Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan II KUNCI JAWABAN LKS SIKLUS II PERTEMUAN II
1. Diketahui: Jeni mempunyai pita
1 2
meter, kemudian
2 7
meter ia gunakan
untuk membuat hiasan dinding. Ditanykan: Berapa sisa pita Jeni? Penyelesaian: 1 2
-
2 7
=
7 14
4
-
14
=
3 14
Jadi, sisa pita Jeni adalah
3 14
meter.
2. Diketahui: Siska membeli kain batik
6 8
meter, kemudian ia gunakan
4 8
meter
untuk membuat baju. Ditanyakan: Berapa sisa kain Siska? Penyelesaian: 6 8
-
4 8
=
6−4
=
8
2 8
=
1 4
Jadi, sisa kain Siska adalah
1 4
meter.
3. Diketahui: Ibu membeli minyak tanah
1 2
liter, kemudian
1 3
liter digunakan
untuk mengisi kompor. Ditanyakan: Berapa liter minyak yang belum digunakan? Penyelesaian: 1 2
-
1 3
=
3 6
-
2 6
=
3−2 6
=
4. Diketahui: Ibu menabung
1 6 3 4
uang belanjanya. Kemudian Ibu mengambil
2 4
dari tabungannya. Ditanyakan: Berapa sisa tabungan Ibu?
150
151
Penyelesaian: 3 4
-
2 4
=
3−2 4
=
1 4
5. Diketahui: Pak Karta memiliki
7 8
gram emas, diberikan kepada anaknya
5 8
gram. Ditanyakan: Berapa gram emas Pak Karta setelah diberikan sebagian kepada anaknya? Penyelesaian: 7 8
-
5 8
=
7−5 8
=
2 8
=
1 4
151
152
Lampiran 26: Kunci Jawaban Permainan Akademik Siklus II Pertemuan I KUNCI JAWABAN PERMAINAN AKADEMIK SIKLUS II PERTEMUAN I Nomor
Jawaban
Soal 1
3 4
bagian.
2
1 liter
3
3 4
4
10 15
5
11 12
6
3 4
7
7 12
meter meter kg gram kg
8
1 meter
9
5 6
10
4 5
hektar gram
Kriteria Skor Soal : 1. Jika menjawab benar untuk soal pecahan yang sama penyebutnya mendapat skor 15, sedangkan untuk soal yang berbeda penyebutnya mendapat skor 20 2. Jika menjawab soal hanya menyelesaikan satu langkah saja (untuk soal yang berbeda penyebutnya) mendapat skor 10, jika benar langkah-langkahnya tetapi salah hasilnya maka mendapat skor 15.
152
153
Lampiran 27: Kunci Jawaban Permainan Akademik Siklus II Pertemuan II KUNCI JAWABAN PERMAINAN AKADEMIK SIKLUS II PERTEMUAN II Nomor
Jawaban
Soal 1
1
bagian
4
2
3 12
3
1
meter
7
4
6 10
5
1 6
liter
meter
kg
Kriteria Skor Soal : 1. Jika menjawab benar untuk soal pecahan yang sama penyebutnya mendapat skor 15, sedangkan untuk soal yang berbeda penyebutnya mendapat skor 20 2. Jika menjawab soal hanya menyelesaikan satu langkah saja (untuk soal yang berbeda penyebutnya) mendapat skor 10, jika benar langkah-langkahnya tetapi salah hasilnya maka mendapat skor 15.
153
154
Lampiran 28: Kunci Jawaban Turnamen KUNCI JAWABAN TURNAMEN Nomor
Jawaban
Soal 1
3
bagian.
4
2
1 hektar
3
6 10
4
1 6
5
meter
kg
33 35
6
5 9
7
4 35
8
1 7
Kriteria Skor Soal : 1. Jika menjawab benar untuk soal pecahan yang sama penyebutnya mendapat skor 15, sedangkan untuk soal yang berbeda penyebutnya mendapat skor 20 2. Jika menjawab soal hanya menyelesaikan satu langkah saja (untuk soal yang berbeda penyebutnya) mendapat skor 10, jika benar langkah-langkahnya tetapi salah hasilnya maka mendapat skor 15.
154
155
155
156
156
157
157
158
158
159
Lampiran 31: Tes Hasil Belajar Siklus II TES HASIL BELAJAR SIKLUS II Hari/Tanggal : Nama Siswa : Selesaikanlah soal-soal berikut ini dengan benar ! 1.
Nenek membeli gula
3
kg dan Ayah membeli gula
2
kg, jika digabungkan, 7 7 berapa kg berat belanjaan nenek dan ayah? 2 1 2. Pak Toang mempunyai sawah hektar, kemudian membeli lagi hektar. 4 4 Berapa hektar sawah pak Toang semua? 3 1 3. Panjang kain Ali adalah meter. Lalu panjangnya ditambah meter. 7 5 Berapa meter panjang kain Ali sekarang? 1 1 4. Jerigen berisikan minyak liter, kemudian Ibu menambahkan lagi liter. 2 3 Berapa liter minyak dalam jerigen setelah ditambahkan oleh Ibu? 1 5. Andi membeli paku kg untuk digunakan memasang pagar. Ternyata paku 3 1 yang dibeli Andi masih kurang sehingga Andi membeli lagi kg. Berapa kg 4 paku yang dibeli Andi? 1 2 6. Jeni mempunyai pita meter, kemudian meter ia gunakan untuk 2 7 membuat hiasan dinding. Berapa meter pita Jeni yang belum terpakai? 6 4 7. Siska membeli kain batik meter, kemudian ia gunakan meter untuk 8 8 membuat baju. Berapa meter kain Siska yang belum terpakai? 1 1 8. Ibu membeli minyak tanah liter, kemudian liter digunakan untuk 2 3 mengisi kompor. Berapa liter minyak yang belum digunakan? 3 2 9. Ibu menabung uang belanjanya. Kemudian Ibu mengambil dari 4 4 tabungannya. Berapa sisa tabungan Ibu? 7 5 10. Pak Karta memiliki gram emas, diberikan kepada anaknya gram. 8 8 Berapa gram emas Pak Karta sekarang?
159
160
Lampiran 32: Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar Siklus II KUNCI JAWABAN TES HASIL BELAJAR SIKLUS II No Soal 1
Jawaban 5 7
2
3 4
3
5 6
5
7
3 14
7
2 8
8
1 6
9
5
meter
5
liter
12
6
3
hektar
35
4
3
kg
22
Skor
5
kg
5
meter
3
meter
5
liter
1
3
4
10
2 8
=
1 4
3
gram Jumlah
Nilai =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
40
x 100
160
161
Lampiran 33: Rubrik Penilaian Aktfitas Guru RUBRIK PENILAIAN AKTIVITAS GURU DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN No Aspek Yang Dinilai 1 Mengkondisikan kelas
2
3
4
Skor Kriteria Pemberian Skor 4 Jika guru mengkondisikan keseluruhan kelas untuk mengikuti pelajaran dengan suara jelas 3 Jika guru mengkondisikan keseluruhan kelas untuk mengikuti pelajaran dengan suara kurang jelas 2 Jika guru mengkondisikan keseluruhan kelas untuk mengikuti pelajaran dengan suara tidak jelas 1 Jika guru tidak mengkondisikan kelas untuk mengikuti pelajaran Melakukan apersepsi 4 Jika guru mengadakan apersepsi sesuai dengan materi pelajaran dengan suara yang jelas 3 Jika guru mengadakan apersepsi sesuai dengan materi pelajaran namun dengan suara yang tidak jelas 2 Jika guru mengadakan apersepsi tidak sesuai dengan materi pelajaran 1 Jika guru tidak mengadakan apersepsi Memotivasi siswa untuk 4 Jika guru memberikan motivasi dan belajar semua siswa termotivasi untuk belajar 3 Jika guru memberikan motivasi dan siswa kurang termotivasi untuk belajar 2 Jika guru memberikan motivasi dan semua siswa tidak termotivasi untuk belajar 1 Jika guru tidak memotivasi siswa untuk belajar Menyampaikan tujuan 4 Jika guru menyampaikan tujuan pembelajaran pembelajaran secara berurutan, jelas dan mudah dipahami siswa 3 Jika guru menyampaikan tujuan pembelajaran tidak berurutan, jelas dan mudah dipahami siswa 2 Jika guru menyampaikan tujuan 161
162
1 5
Menjelaskan materi pembelajaran kepada siswa
4
3
2
1 6
Mengkoordinasikan siswa kedalam kelompok yang beranggotakan 4 orang secara heterogen
4
3
2
1 7
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum dipahami
4
3
2
1
pembelajaran tidak berurutan, kurang jelas dan kurang dipahami siswa Jika guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran Jika guru menyampaikan materi pembelajaran dengan suara yang jelas dan mudah dimengerti Jika guru menyampaikan materi pembelajaran dengan suara yang kurang jelas dan kurang dimengerti Jika guru menyampaikan materi pembelajaran dengan suara yang tidak jelas dan tidak dimengerti Jika guru tidak menyampaikan materi pembelajaran Jika guru mengorganisasikan siswa kedalam beberapa kelompok yang beranggotakan 4 orang secara heterogen Jika guru mengorganisasikan siswa kedalam beberapa kelompok yang beranggotakan 4 orang tetapi tidak heterogen Jika guru mengorganisasikan siswa kedalam beberapa kelompok yang beranggotakan kurang dari 4 orang dan tidak heterogen Jika guru tidak mengorganisasikan siswa kedalam kelompok Jika guru memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk menanyakan materi yang belum dipahami Jika hanya sebagian besar siswa yang diberi kesempatan untuk menanyakan materi yang belum dipahami Jika hanya sebagian kecil siswa yang diberi kesempatan untuk menanyakan materi yang belum dipahami Jika guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum dipahami 162
163
8
Membagikan LKS kepada masing-masing kelompok untuk di diskusikan
4 3 2 1
9
Membimbing siswa mengerjakan soal dalam LKS
4
3
2
1 10
Menugaskan kelompok mempersentasekan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain menanggapi
4
3
2
1
11
Memimpin permainan atau pun turnamen
4
3 2
Jika guru membagikan LKS kepada semua kelompok Jika guru membagikan LKS kepada sebagian besar kelompok Jika guru membagikan LKS kepada sebagian kecil kelompok Jika guru tidak membagikan LKS kepada semua kelompok Jika guru menjelaskan cara mengerjakan LKS secara sistematis dan mudah dipahami siswa Jika guru menjelaskan cara mengerjakan LKS kurang sistematis dan kurang dipahami siswa Jika guru menjelaskan cara mengerjakan LKS tidak sistematis dan tidak dipahami siswa Jika guru tidak menjelaskan cara mengerjakan LKS Jika guru memberikan kesempatan kepada semua kelompok untuk mempersentasekan hasil diskusinya dan memberikan kesempatan kelompok lain untuk menanggapi Jika guru memberikan kesempatan kepada sebagian besar kelompok untuk mempersentasekan hasil diskusinya dan memberikan kesempatan kelompok lain untuk menanggapi Jika guru memberikan kesempatan kepada sebagian kecil kelompok untuk mempersentasekan hasil diskusinya dan memberikan kesempatan kelompok lain untuk menanggapi Jia guru tidak memberikan kesempatan kepada semua kelompok untuk mempersentasekan hasil diskusinya Jika guru memimpin permainan atau pun turnamen dengan adil dan teratur Jika guru memimpin permainan kurang adil dan kurang teratur Jika guru memimpin permainan 163
164
1 12
Memberi arahan tata cara permainan atau pun turnamen
4
3
2
1
13
Menghitung skor peserta untuk menentukan peserta dengan skor tertinggi atau pun pemenang untuk turnamen
4 3 2 1
14
Memberikan penghargaan kepada peserta dengan skor tertinggi atau pun pemenang untuk turnamen
4
3
2
1
15
Membantu siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari
4
3
tidak adil dan tidak teratur Jika guru tidak memimpin permainan Jika guru memberikan arahan tata cara permainan atau pun tata cara turnamen dengan jelas dan dipahami oleh peserta Jika guru memberikan arahan tata cara permainan atau pun tata cara turnamen kurang jelas dan kurang dipahami oleh peserta Jika guru memberikan arahan tata cara permainan atau pun tata cara turnamen tidak jelas dan tidak dipahami oleh peserta Jika guru tidak memberikan arahan tentang tata cara permainan atau pun tata cara turnamen Jika guru menghitung semua skor peserta. Jika guru menghitung hanya sebagian besar skor peserta Jika guru menghitung hanya sebagian kecil skor peserta Jika guru tidak menghitung skor peserta. Jika guru memberikan penghargaan kepada peserta dengan skor tertinggi dengan baik dan menunjukkan perasaan bangga Jika guru memberikan penghargaan kepada peserta dengan skor tertinggi dengan menunjukkan perasaan kurang bangga Jika guru memberikan penghargaan kepada peserta dengan skor tertinggi dengan menunjukkan perasaan tidak bangga Jika guru tidak memberikan penghargaan kepada peserta dengan skor tertinggi Jika guru membimbing siswa menyimpulkan materi pembelajaran dengan baik dan tepat Jika guru membimbing siswa menyimpulkan materi pembelajaran 164
165
2
1 16
Memberikan refleksi
4
3
2
1
kurang baik dan kurang tepat Jika guru membimbing siswa menyimpulkan materi pembelajaran tidak baik dan tidak tepat Jika guru tidak membimbing siswa menyimpulkan materi pembelajaran Jika guru memberikan refleksi dengan pertanyaan-pertanyaan seputar materi pembelajaran secara utuh Jika guru memberikan refleksi dengan pertanyaan-pertanyaan seputar materi pembelajaran tetapi tidak secara utuh Jika guru memberikan refleksi dengan pertanyaan-pertanyaan tetapi tidak sesuai dengan materi pembelajaran Jika guru tidak memberikan refleksi dengan pertanyaan-pertanyaan seputar materi pembelajaran
165
166
Lampiran 34: Rubrik Penilaian Aktivitas Siswa RUBRIK PENILAIAN AKTIVITAS SISWA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN No Aspek Yang Dinilai Skor Kriteria Pemberian Skor 1 Mendengarkan arahan guru 4 Jika semua siswa mendengarkan ketika mengkondisikan arahan guru ketika mengkondisikan kelas kelas 3 Jika sebagian besar siswa mendengarkan arahan guru ketika mengkondisikan kelas 2 Jika sebagian kecil siswa mendengarkan arahan guru ketika mengkondisikan kelas 1 Jika semua siswa tidak mendengarkan arahan guru ketika mengkondisikan kelas 2 Memperhatikan ketika guru 4 Jika semua siswa memperhatikan melakukan apersepsi guru ketika mengadakan apersepsi 3 Jika sebagian besar siswa memperhatikan guru ketika mengadakan apersepsi 2 Jika sebagian kecil siswa memperhatikan guru ketika mengadakan apersepsi 1 Jika semua siswa tidak memperhatikan guru ketika mengadakan apersepsi 3 Keterlibatan dalam 4 Jika semua siswa terlibat dalam membangkitkan motivasi membangkitkan motivasi untuk untuk belajar belajar 3 Jika sebagian besar siswa terlibat dalam membangkitkan motivasi untuk belajar 2 Jika sebagian kecil siswa terlibat dalam membangkitkan motivasi untuk belajar 1 Jika semua siswa tidak terlibat dalam
166
167
4
Memperhatikan menyimak saat menyampaikan pembelajaran
dan 4 guru tujuan 3
2
1
5
Memperhatikan penjelasan 4 guru mengenai materi pembelajaran 3
2
1
6
Membentuk kelompok 4 sesuai dengan petunjuk guru 3 2
7
1 Antusias untuk bertanya 4 seputaran materi yang
membangkitkan motivasi untuk belajar Jika semua siswa memperhatikan dan menyimak saat guru menyampaikan tujuan pembelajaran Jika sebagian besar siswa memperhatikan dan menyimak saat guru menyampaikan tujuan pembelajaran Jika sebagian kecil siswa memperhatikan dan menyimak saat guru menyampaikan tujuan pembelajaran Jika semua siswa tidak memperhatikan dan menyimak saat guru menyampaikan tujuan pembelajaran Jika semua siswa aktif memperhatikan penjelasan guru mengenai materi pembelajaran Jika sebagian besar siswa aktif memperhatikan penjelasan guru mengenai materi pembelajaran Jika sebagian kecil siswa aktif memperhatikan penjelasan guru mengenai materi pembelajaran Jika semua siswa tidak aktif memperhatikan penjelasan guru mengenai materi pembelajaran Jika siswa membentuk kelompok sesuai dengan arahan guru yaitu beranggotakan 4 orang secara heterogen Jika siswa membentuk kelompok lebih dari 4 orang secara heterogen Jika siswa membentuk kelompok 4 orang tetapi tidak heterogen Jika siswa tidak membentuk keompok Jika semua siswa antusias untuk bertanya seputaran materi yang 167
168
kurang dipahami 3
2
1
8
Mengerjakan LKS dibagikan oleh guru
yang 4 3 2 1
9
Berdiskusi kelompok
dalam 4 3
2
1 10 Mempersentasekan hasil 4 diskusi kelompoknya 3
2
1
kurang dipahami Jika sebagian besar siswa antusias untuk bertanya seputaran materi yang kurang dipahami Jika sebagian kecil siswa antusias untuk bertanya seputaran materi yang kurang dipahami Jika semua siswa tidak antusias untuk bertanya seputaran materi yang kurang dipahami Jika semua kelompok mengerjakan LKS yang dibagikan Jika sebagian besar kelompok mengerjakan LKS yang dibagikan Jika sebagian kecil kelompok mengerjakan LKS yang dibagikan Jika semua kelompok tidak mengerjakan LKS yang dibagikan Jika semua anggota kelompok aktif berdiskusi dalam mengerjakan LKS Jika sebagian besar anggota kelompok aktif berdiskusi dalam mengerjakan LKS Jika sebagian kecil anggota kelompok aktif berdiskusi dalam mengerjakan LKS Jika anggota kelompok tidak berdiskusi dalam mengerjakan LKS Jika semua kelompok mempersentasekan hasil diskusi kelompoknya Jika sebagian besar kelompok mempersentasekan hasil diskusi kelompoknya Jika sebagian kecil kelompok mempersentasekan hasil diskusi kelompoknya Jika semua kelompok tidak mempersentasekan hasil diskusi kelompoknya 168
169
11 Persiapan permainan turnamen
melakukan 4 atau pun 3
2
1
12 Bermain secara sehat dan 4 jujur 3 2 1 13 Menghargai pendapat 4 teman bermain/bertanding 3
2
1 14 Menerima penghargaan
4 3
2
Jika semua kelompok melakukan persiapan untuk melakukan permainan atau pun turnamen Jika sebagian besar kelompok melakukan persiapan untuk melakukan permainan atau pun turnamen Jika sebagian kecil kelompok melakukan persiapan untuk melakukan permainan atau pun turnamen Jika smua kelompok tidak melakukan persiapan untuk melakukan permainan atau pun turnamen Jika semua kelompok bermain secara sehat dan jujur Hanya sebagian besar kelompok bermain secara sehat dan jujur Hanya sebagian kecil kelompok bermain secara sehat dan jujur Jika semua kelompok bermain secara sehat dan jujur Jika semua peserta bermain menghargai pendapat teman bermain/bertanding Hanya sebagian besar peserta menghargai pendapat teman bermain/bertanding Hanya sebagian kecil peserta menghargai pendapat teman bermain/bertanding Jika semua peserta tidak menghargai pendapat teman bermain/bertanding Jika menerima penghargaan dengan penuh semangat dan perasaan bangga Jika menerima penghargaan kurang semangat dan perasaan kurang bangga Jika menerima penghargaan tidak semangat dan tidak bangga 169
170
1 15 Menyimpulkan materi yang 4 telah dipelajari 3
2
1
16 Menanggapi evaluasi atau 4 refleksi yang diberikan oleh guru 3
2
1
Jika tidak mau menerima penghargaan Jika seluruh siswa ikut serta menyimpulkan materi yang telah dipelajari Jika sebagian besar siswa ikut serta menyimpulkan materi yang telah dipelajari Jika sebagian kecil siswa ikut serta menyimpulkan materi yang telah dipelajari Jika seluruh siswa tidak ikut serta menyimpulkan materi yang telah dipelajari Jika seluruh siswa menanggapi evaluasi atau refleksi yang diberikan oleh guru Jika sebagian besar siswa menanggapi evaluasi atau refleksi yang diberikan oleh guru Jika sebagian kecil siswa menanggapi evaluasi atau refleksi yang diberikan oleh guru Jika seluruh siswa tidak menanggapi evaluasi atau refleksi yang diberikan oleh guru
170
171
Lampiran 35: Analisis Ketuntasan Hasil belajar Siklus I ANALISIS KETUNTASAN HASIL BELAJAR SIKLUS I No Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Rahman Sabarudin Dafit LD Ilham Rendi LD Zakaria LD Sawal LD Musahar D. Nurfaidah Wa Sumaya Hasna Rita saputri Nur Liaja Irma Safitri Ilan Nur aisah A. Nurdin Novita S.A LD Farhan H Dina N.S
1 5 5 5 0 5 5 5 5 0 5 5 0 5 5 0 0 5 5 5 5 5
Nomor Soal/Skor 4 5 6 7 8 5 5 3 3 3 5 5 3 3 3 5 5 3 3 0 0 0 3 0 3 5 5 3 3 3 5 5 3 3 3 0 5 3 3 3 0 5 3 3 3 0 0 3 0 0 5 0 3 3 3 0 5 3 3 3 0 0 3 3 3 0 5 3 3 3 5 5 3 3 3 0 0 3 3 3 0 0 3 3 3 0 5 3 3 3 5 0 3 3 3 0 5 3 3 3 5 5 3 3 3 5 5 3 3 3 Jumlah Rerata Persentase Ketuntasan
2 5 5 5 0 5 5 5 5 0 5 5 0 5 5 0 0 5 5 0 5 5
3 5 0 5 0 0 0 5 5 0 0 5 0 5 0 0 0 5 5 5 0 5
Jumlah Nilai Ket. 9 3 3 3 3 3 3 3 3 0 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
10 3 3 3 3 3 3 0 0 3 3 0 0 3 3 3 3 3 3 3 3 0
40 35 37 12 35 35 32 32 6 30 32 12 35 35 15 15 35 35 30 35 37
87,5 92,5 30 87,5 87,5 80 80 15 75 80 30 87,5 87,5 37,5 37,5 87,5 87,5 75 87,5 92,5 1.425 71,25
T T BT T T T T BT T T BT T T BT BT T T T T T
75%
Keterangan : T = tuntas BT = Belum Tuntas
171
172
Lampiran 36: Analisis Ketuntasan Hasil belajar Siklus II ANALISIS KETUNTASAN HASIL BELAJAR SIKLUS II No Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Rahman Sabarudin Dafit LD Ilham Rendi LD Zakaria LD Sawal LD Musahar D. Nurfaidah Wa Sumaya Hasna Rita saputri Nur Liaja Irma Safitri Ilan Nur aisah A. Nurdin Novita S.A LD Farhan H Dina N.S
1 3 3 3 0 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Nomor Soal/Skor 4 5 6 7 8 5 5 5 3 5 5 5 0 3 5 5 5 5 3 5 0 0 5 0 0 5 5 5 3 5 5 5 5 3 5 0 5 5 3 5 5 5 5 3 5 0 0 0 3 0 5 0 0 3 5 5 5 0 3 5 0 5 5 3 5 5 5 5 3 0 5 5 0 3 5 0 5 5 3 5 0 0 0 3 5 5 5 5 3 5 5 5 5 3 5 5 5 5 3 5 5 5 5 3 5 5 5 5 3 5 Jumlah Rerata Persentase Ketuntasan
2 3 3 3 0 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 5 5 0 0 5 5 5 0 0 5 0 0 5 5 0 0 5 5 0 5 5
Jumlah Nilai Ket. 9 3 3 0 0 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
10 3 3 3 0 0 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
40 35 32 5 37 100 35 35 15 30 30 30 35 35 30 20 100 100 35 100 100
87,5 80 12,5 92,5 100 87,5 87,5 37,5 75 75 75 87,5 87,5 75 50 100 100 87,5 100 100
T T BT T T T T BT T T T T T T BT T T T T T
1.597,5 79,87
85%
Keterangan : T = tuntas BT = Belum Tuntas
172
173
Lampiran 37: Dokumentasi Penelitan DOKUMENTASI PENELITIAN
TAHAP PRESENTASI KELAS Guru menyajikan materi pembelajaran kepada siswa
173
174
MEMBENTUK KELOMPOK Membagi siswa kedalam 5 kelompok secara heterogen
174
175
BERDISKUSI MENYELESAIKAN LKS Siswa berdiskusi bersama anggota kelompoknya menyelesaikan soal-soal dalam LKS
MEMBIMBING SISWA MENGERJAKAN LKS Guru membimbing siswa menyelesaikan soal-soal dalam LKS
175
176
PERWAKILAN TIAP KELOMPOK MEMPRESENTASIKAN HASIL DISKUSINYA Siswa mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusinya
176
177
BERMAIN AKADEMIK Masing-masing kelompok melakukan permainan akademik
177
178
PERWAKILAN TIAP KELOMPOK MENGIKUTI TURNAMEN (TAHAP TURNAMEN)
178
179
PERWAKILAN KELOMPOK TERBAIK I, II, DAN TERBAIK III MENERIMA PENGHARGAAN Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh gelar terbaik I, II, dan terbaik III
179
180
TES SIKLUS
180
181
KARTU SOAL
PENELITI BERSAMA DENGAN OBSERVER
181
182
182
183
183
184
Muhammad Shofyan Taati, lahir pada tanggal 13 Juli 1993 di Desa Madampi, Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat. Anak kedua dari enam bersaudara, pasangan Bapak Kadir dan Ibu Wandotimu. Penulis menempuh Pendidikan Dasar di SD Negeri 5 lawa (Tamat pada Tahun 2005).
Kemudian
melanjutkan
Pendidikan
Tingkat
Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Lawa (Tamat pada Tahun 2008). Pada tahun 2008 penulis menempuh Pendidikan Tingkat Menengah Atas di SMA Negeri 1 Lawa (Tamat pada Tahun 2011). Pada tahun 2012 penulis melanjutkan studi di Universitas Halu Oleo Kendari pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
184