Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BILANGAN PECAHAN Tiana Dara Lugina Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pedagogik, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia
Ani Hendriani dan Sufyani Prabawanto1 Abstrak: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Pecahan Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya skor siswa setelah dilakukannya observasi pada materi bilangan pecahan, dengan kriteria kelulusan minimum (KKM) 65. Untuk itu peneliti melakukan inovasi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division dengan tujuan meningkatkan hasil belajar siswa diatas KKM. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas model Kemmis dan MC Taggart dengan subjek penelitian 37 siswa. Hasil belajar yang diperoleh pada siklus I, dengan rata-rata yang diperoleh 74,7 dengan ketuntasan belajar mencapai 67,64%, siklus II rata-rata yang diperoleh 85,27 dengan ketuntasan belajar mencapai 86,11% dan rata-rata pada siklus III diperoleh 89,4 dengan ketuntasan belajar mencapai 97,2%. Kata kunci: kooperatif tipe stad, hasil belajar, bilangan pecahan Abstract: Application Of Cooperative Learning Model Type Of Student Team Achievement Division To Improve Student Learning Outcomes The Numbers Matter Fractions This research is motivated by the low scores of students following an observation on material fractions, with a minimum passing criteria (KKM) 65. To the researchers to innovate by implementing cooperative learning model Student Team Achievement Division with the goal of improving student learning outcomes above KKonsM. This study uses action research model of Kemmis and Taggart MC with 37 student subjects. Study results obtained in the first cycle, with an average of 74.7 obtained with mastery learning reached 67.64%, the second cycle average gained 85.27 with mastery learning reached 86.11% and average on cycle III acquired 89.4 with 97.2% achieving mastery learning. Keywords: cooperative stad, learning achievement, number matter fract
1
Penulis Penanggung Jawab
1
Tiana Dara Lugina. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student…
PENDAHULUAN Pendidikan adalah suatu perbuatan atau proses yang didalamnya berupa pengalaman belajar langsung dalam sepanjang hidup baik didalam lingkungan atau yang diselenggarakan di lembaga pendidikan formal yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan. Pendidikan, tidak terlepas dari kegiatan pembelajaran yang memiliki aturan-aturan tertentu agar tercapainya tujuan-tujuan yang diinginkan. Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan didalam kelas atau dilingkungan luar kelas, terdapat hubungan sosial antara pendidik dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Menurut peraturan Pemerintah RI No. 19/2005, pasal 19 mengenai proses pembelajaran, yaitu : Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Kenyataan dilapangan, setelah dilakukannya obeservasi pada tanggal 11 Februari 2013 di SDN Sukajaya Kecamatan Lembang kegiatan proses pembelajaran terkesan jauh dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah. Pembelajaran terasa monoton dengan metode ceramah, guru menjelaskan dengan duduk di meja atau menulis dipapan tulis, siswa mendengarkan lalu menulis dan bertanya ketika tidak memahami tulisan yang pendidik tulis dipapan tulis. Ruang kelas sebagai tempat proses belajar dan mengajar kurang memadai dengan jumlah siswa yang banyak tidak diimbangi dengan ruangan yang besar. Penggunaan model, metode, strategi dan teknik pembelajaran yang kurang bervariatif sehingga siswa merasa sulit untuk memahami pelajaran dengan baik dalam setiap materinya, terutama pelajaran matematika.
Menurut Ruseffendi (2005 : 15), “matematika (Ilmu Pasti) bagi anak-anak pada umumnya merupakan pelajaran yang tidak disenangi, kalau bukan pelajaran yang paling dibenci.” Pernyataan tersebut memang terjadi di SDN Sukajaya kelas empat mengenai pelajaran matematika. Siswa tidak senang bahkan cenderung membenci pelajaran tersebut karena terlalu banyak rumus yang harus mereka hafalkan dan kemampuan berhitung yang belum mereka kuasai dengan baik. Salah satu materi dalam pelajaran matematika yang sulit dibelajarkan di kelas empat SDN Sukajaya adalah bilangan pecahan. Setelah dilakukan observasi yang dilaksanakan penulis, kenyataan yang didapat ketika pembelajaran matematika dengan materi bilangan pecahan dikelas empat yaitu sebagian besar siswa dari 38 siswa, 34 diantaranya memperoleh skor dibawah KKM (kriteria kelulusan minimal) dengan rata-rata skor yang diperoleh 58,68. Hal ini disebabkan karena dari 37 siswa, 30 diantaranya tidak memahami konsep pembelajaran bilangan pecahan, siswa belum menguasai operasi hitung perkalian sehingga tidak bisa mengerjakan operasi hitung pecahan berpenyebut beda dan siswa tidak memiliki buku paket dan hanya memiliki LKS (lembar kerja siswa) yang isinya kurang relevan. Melihat kenyataan yang ada, penulis mencoba melakukan sebuah inovasi dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model, metode, strategi dan teknik yang tepat agar tercapainya hasil belajar siswa yang maksimal dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievment Division (STAD). STAD adalah salah satu variansi model dalam pembelajaran kooperatif yang didalamnya memiliki Lima komponen utama yang saling berhubungan satu dengan lainnya, menurut Slavin (2005: 143-146) yaitu, “presentasi kelas (class presentation), tim (teams works), kuis (quizzes), skor kemajuan individual (individual 2
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013
improvement score) dan rekognisi tim (team recognation).” Berdasarkan latar belakang masalah yang di uraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah perencanaan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bilangan pecahan? 2. Bagaimanakah pelaksanaan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bilangan pecahan? 3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi bilangan pecahan? METODE Penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2009 : 2-3) terdiri dari tiga kata, yaitu : penelitian, tindakan dan kelas. Tindakan dan kelas dapat ditarik kesimpulan bahwa PTK merupakan penelitian terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang dilakukan oleh guru atau dengan arahan guru yang dilakukan oleh siswa, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama-sama. Penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah peneliti tindakan kelas dengan model Kemmis dan MC Taggart yang menggunakan system spiral refleksi diri yang dimulai dengan rancangan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting), dan perencanaan kembali. PTK ini dilaksanakan di SDN Sukajaya Kecamatan Lembang pada tahun ajar 2012/2013 dengan subjek penelitian 37 siswa yang terdiri dari 22 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki.
3
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus yang setiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan. Prosedur penelitian tindakan kelas di SDN sukajaya ini memiliki bebrapa tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan serta refleksi. Pada penelitian ini, instrument pengumpul data ada dua, yaitu tes dan non tes. Menurut Arifin (2011 : 221), tes adalah “suatu alat yang berisi serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau soal-soal yang harus dijawab oleh siswa untuk mengukur suatu aspek perilaku tertentu.” Soal-soal yang diberikan kepada siswa ini harus di uji terlebih dahulu validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan relibialitasnya. Sedangkan teknik non tes berupa obeservasi dan angket. Observasi menurut Arifin (2004 : 153) adalah “suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena.” Observasi dalam penelitian ini diberikan kepada peneliti yang diobservasi langsung oleh guru kelas. Observasi ini digunakan untuk memastikan bahwa kegiatan pembelajaran sesuai dengan yang dirancang. Sedangkan observasi yang diberikan kepada siswa diobservasi langsung oleh observer untuk menganalisa aktivitas siswa dikelas. Observasi yang digunakan adalah observasi terbuka. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berikut peneliti mendeskripsikan hasil penelitian, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan serta hasil belajar, sebagai berikut : 1. Siklus I a. Perencanaan Pada siklus I ini, akan direncanakan pada hari Rabu tanggal 15 Mei 2012 dilaksanakan pada jam pertama. Sebelum melaksanakan kegiatan, peneliti mempersiapkan instrument penelitian berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menjadi
Tiana Dara Lugina. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student…
acuan sebagai alat menjabarkan materi pokok penjumlahan bilangan pecahan, Lembar Kerja Siswa (LKS), kisi-kisi soal serta media. Selain instrument pembelajaran, peneliti mempersiapkan instrument pengumpul data non tes berupa observasi untuk siswa sebagai alat ukur untuk melihat aktivitas dikelas saat pembelajaran dan observasi untuk peneliti yang dilakukan oleh guru kelas untuk memastikan bahwa kegiatan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Selanjutnya, seluruh instrument dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen pembimbing dan guru kelas sebagai pengamat. b. Pelaksanaan dan Pengamatan Siklus I ini dilaksanakan dalam 3x35 menit, yaitu du kali pertemuan. Dari 37 siswa, tiga diantaranya tidak hadir tanpa keterangan. Dalam pelaksaan ini, peneliti melakukan observasi kepada siswa, baik itu dalam domain kognitif, afektif dan psikomotor. Pembelajaran diawali dengan apersepsi yaitu melakulan tanya jawab dimulai dengan yang sederhana. Setelah apersepsi, siswa di bentuk kelompokkelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa berdasarkan jenis kelamin dan peringkat kelas yang peneliti acak. Dari 38 peserta ini, peneliti membagi menjadi 8 kelompok. Peneliti memberikan nama pada setiap kelompok dan menunjuk salah satu siswa sebagai ketua kelompok. Peneliti melakukan kegiatan inti yaitu menjelaskan materi dengan mengulang kembali soal pada kegiatan apresepsi, selain itu memberikan kesempatan siswa bertanya dengan menunjuk beberapa kelompok untuk bertanya. Kegiatan inti ini, dilanjut dengan memanggil setiap ketua kelompok untuk mengambil LKS kelompok satu persatu karena yang diberikan pada setiap kelompok mempunyai soal-soal yang berbeda. Dalam kegiatan mengerjakan LKS
kelompok ini, ketua kelompok harus memastikan dan bertanggung jawab agar semua anggotanya bisa memahami materi. Kegiatan dilanjut dengan mengerjakan LKS individu, dalam kegaiatn pengerjaan LKS ini, siswa tidak boleh bertanya dan harus mengerjakan sendirisendiri. Setelah mengerjakan LKS dan dikumpulkan, siswa dan peneliti bertanya jawab dengan membahas soal dari LKS satu persatu, dan memberikan penguatan. Kegaitan siklus I ini, diakhiri dengan tes akhir siklus. Hasil observasi yang dilakukan oleh observer pada aktivitas siswa dikelas adalah Sikap siswa pada siklus I ini terlihat antusias, akan tetapi belum terlihat kerjasama yang berarti pada setiap kelompoknya, keterlibatan siswa pada diskusi hanya terlihat pada kelompok lima dan dua, siswa terlihat antusias karena peneliti membuat papan skor untuk menempelkan hasil skor, hanya beberapa saja itu pun pada siswa yang terbiasa bertanya kepada guru, peranan ketua kelompok telihat baik dan pada materi penjumlahan ini, siswa cepat menangkap. c. Hasil Belajar Berdasarkan hasil uji akhir soal pada siklus I dapat diketahui bahwa pelaksanaan siklus I sudah berhasil namun belum maksimal karena ketuntasan hasil belajar mencapai 67,64% sedangkan yang belum mencapai ketuntasan belajar dengan presentase 32,34%. Maka dari hasil di atas, peneliti akan melanjutkan siklus II dengan materi pengurangan penjumlahan pecahan. 2. Siklus II a. Perencanaan Tahap perencanaan yang dirancang sesuai dengan hasil refleksi siklus I yaitu membuat rencana pelaksanaan pembalajaran (RPP) dengan menerapkan model kooperatif tipe STAD yang
4
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013
pengalokasian waktunya secara jelas dan tepat. b. Pelaksanaan dan Pengamatan Pada siklus dilaksanakan pada Kamis tanggal 16 Mei 2013 pada jam pertama dengan alokasi waktu 3x35 menit atau sekitar dua kali pertemuan. Siswa yang hadir sebanyak 36 dan satu diantaranya tidak hadir tanpa keterangan. Kegiatan pada siklus II ini, diawali dengan berdo’a bersama-sama, setelah itu peneliti mengabsen siswa. Apersepsi dilakukan dengan bertanya jawab dengan guru peneliti mengajukan beberapa soal. Kegiatan inti yang diawali dengan pembagian kelompok secara heterogen 4-5 siswa seperti siklus I dan duduk di bangku yang telah disediakan dengan kelompoknmya masing-masing pada kegiatan ini peneliti menjelaskan materi tentang. Kegiatan dilanjutkan dengan mengerjakan LKS pembelajaran individu pada kegiatan ini, siswa dilarang mencontek dan bekerjasama, hal ini untuk menganalisa sejauh mana siswa dalam memahami materi yang sudah dipelajari. Kegiatan dilanjutkan dengan mengoreksi dan membahas soalsoal yang ada pada LKS pembelajaran sehingga siswa memahami dan mengetahui kesalahan jawaban yang mereka tulis Pada kegiatan akhir, peneliti memberikan refleksi mengenai materi yang diajarkan dengan penguatan dan menanyakan beberapa siswa yang masih belum memahami materi. Setelah itu, peneliti melakukan kegiatan tes akhir siklus II untuk mengukur sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Hasil observasi yang dilakukan observer adalah keberanian siswa bertanya masih belum terlihat, peranan ketua kelompok meningkat lebih baik, materi pengurangan bilangan pecahan ini cukup dapat dipahami. c. Hasil Belajar
5
Berdasarkan hasil uji akhir pada siklus II dapat diketahui bahwa pelaksanaan siklus II sudah berhasil dan sudah cukup maksimal. Perolehan ketuntasan hasil belajar pada siklus II ini pada umumnya mencapai 86,11% sedangkan sebagian kecil siswa yang belum mencapai 13,8%. Maka dari hasil di atas, peneliti akan melanjutkan siklus III dengan materi pemecahan masalah pada bilangan pecahan. 3. Siklus III a. Perencanaan Pada perencanaan siklus III ini, kegiatan siklus akan dilaksnakan pada hari Senin tanggal 20 Mei 2013 pada jam kedua setelah istirahat. Sebelum melaksanakan kegiatan, peneliti menyusun berupa rencana, yaitu membuat rencana pelaksanaan pembalajaran (RPP), menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan, menyiapkan LKS pembelajaran kelompok, LKS pembelajaran individu dan LKS akhir siklus III dan menyiapkan instrumen pengamatan yaitu lembar observasi. b. Pelaksanaan dan Pengamatan Siswa yang hadir pada siklus III ini sebanyak 36 dan satu siswa tidak hadir tanpa keterangan. Kegiatan awal ini, diawali dengan membahas pembelajaran yang lalu. Kegiatan inti diawali dengan eksplorasi, yaitu membagi siswa kedalam kelompokkelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang secara heterogen, pembagian kelompok ini sesuai dengan siklus sebelumnya. Setelah itu peneliti menyampaikan materi mengenai menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bilangan pecahan. Kegiatan inti selanjutnya yaitu elaborasi, dimana peneliti meminta masing-masing ketua kelompok untuk maju kedepan untuk mengambil LKS kelompok secara acak dan setiap kelompok mendapatkan soal yang berbeda.
Tiana Dara Lugina. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student…
Peneliti menempelkan jawaban pada soal-soal yang sedang dikerjakan pada kartu pecahan dipapan tulis, dimana setiap kelompok akan mencocokkan jawaban mereka dengan kartu tersebut sehingga harus dikerjakan secara teliti dan bekerjasama karena dalam pengerjaan LKS ini akan dinilai oleh peneliti. Kegiatan dilanjutkan dengan mengerjakan LKS pembelajaran individu, kegiatan ini dilakukan untuk menganalisis sejauh mana siswa memahami materi ini. Dalam kegiatan ini, siswa dilarang bekerjasama. Setelah itu kegaitan dilanjut dengan mengoreksi dan membahas soal-soal yang ada pada LKS pembelajaran individu dengan bertanya jawab dan menuliskan jawabannya dipapan tulis. Kegiatan siklus III ini, ditutup dengan memberikan tes akhir siklus kepada siswa dan memberikan hadiah kepada kelompok terbaik, tersolid dan yel-yel terheboh untuk menambakan motivasi. Hasil observasi siswa yaitu kerjasama kelompok baik, keterlibatan siswa dalam diskusi sangat baik, antuasias sekali karena sudah terbiasa, keberanian ini cukup baik, keranan ketua kelompok sangat baik dan bertanggungjawab, pada siklus akhir ini, kecepatan siswa menurun karena siswa harus menganalisis soal dengan lebih teliti karena bentuk soal cerita. Hasil angket siswa menunjukan bahwa pelajaran matematika bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, siswa memahami materi pecahan ini dengan pembelajaran yang baru, ketika ada kesulitan siswa langsung bertanya kepada guru, siswa bersemangat dalam belajar kelompok ini, siswa berani mengerjakan soal didepan kelas apabila ditunjuk oleh guru, siswa memanfaatkan waktu yang guru berikan untuk mengerjakan soal, siswa lebih termotivasi dalam belajar kelompok dibandingkan belajar sendiri, siswa bersemangat dalam mengerjakan soal-
soal kelompok, siswa termotivasi sendiri dalam belajar matematika ini dan siswa berusaha mengerjakan soal dengan baik dan bersungguh-sungguh. c. Hasil Belajar Pelaksanaan kegiatan pembelajaran sudah berhasil dan sudah cukup maksimal dengan presentase ketuntasan belajar mencapai 97,2%. Akan tetapi dalam siklus III ini, terdapat tujuh orang siswa pada skor akhir siklus mengalami penurunan dan terdapat satu siswa yang tidak tuntas. Maka dari hasil di atas, peneliti mengakhiri kegiatan siklus III ini karena sudah memperoleh hasil ketuntasan belajar yang memuaskan. 4. Peningkatan Hasil Belajar Dari total jumlah siswa sebanyak 37, peneliti mengambil 32 subjek, hal ini dilakukan karena terdapat lima siswa yang tidak mengikuti kegiatan pada setiap siklus sampai akhir. Nilai ratarata gain yang dilambangkan dengan g sebesar 11,96% dengan rata-rata gain ternormalisasi yang dilambangkan dengan < > sebesar 0,66 sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada ranah kognitif dari pelaksanaan siklus I sampai siklus II mengalami kenaikan dengan kriteria sedang. Pada perolehan skor uji akhir siklus I ke siklus II terdapat enam siswa yang mengalami penurunan nilai. Hasil uji g dan < > menunjukan perolehan intrepretasi peningkatan rendah sebanyak 15 siswa, sedang sebanyak 13 siswa dan tinggi sebanyak empat siswa. Pada siklus II dan III siswa yang memperoleh intrepretasi peningkatan rendah sebanyak 20 siswa, sedang sebanyak satu siswa, dan tinggi sebanyak 11 siswa. Pada skor uji akhir siklus II ke siklus III terdapat sembilan siswa menurun skornya. Sedangkan nilai rata-rata sebesar 4,375 dan ratarata gain < > sebesar 0,071. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar 6
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013
siswa pada ranah kognitif dari pelaksanaan siklus II sampai siklus III mengalami penurunan dengan kriteria rendah. Berikut peneliti simpulkan peningkatan hasil belajar siswa melalui skor rata-rata yang diperoleh dan ketuntasan belajar dari siklus I sampai III, sebagai berikut :
Gambar 1. Grafik Rata-rata dan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I sampai Siklus III B. Pembahasan 1. Perencanaan Tahap awal PTK ini, diawali dengan kegiatan observasi yang dilakukan peneliti dengan mengikuti kegiatan pembelajaran dikelas dan melakukan tes pada bilangan pecahan untuk mengukur pemahaman siswa, dari kegiatan ini peneliti memperoleh hasil skor siswa pada materi bilangan pecahan di bawah KKM. Perencanaan siklus I sampai siklus III ini, diawali oleh peneliti dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai instrument penelitian yang dibuat sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidik (KTSP). Dalam RPP ini memuat standar 7
kompetensi, kompetensi dasar, indicator, tujuan, model, metode, teknik atau strategi, materi pokok, media, evaluasi, LKS dan lainnya. Selain itu lembar observasi untuk memastikan penelitian berjalan sesuai yang direncanakan dan angket bertujuan untuk menganalisis penerapan model kooperatif tipe STAD ini mudah dipahami, dimengerti, disukai dan terlihat hasil berupa meningkatnya skor hasil belajar siswa. Setelah semua instrument siap selanjutnya peneliti melakukan bimbingan kepada dosen pembimbing untuk mengkonsultasikan RPP dan semua alat uji instrument yang akan
Tiana Dara Lugina. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student…
digunakan selama penelitian serta menyamakan persepsi 2. Pelaksanaan dan Pengamatan Pada siklus I ini peneliti melaksanakan kegiatan sesuai yang direncanakan. Pengamatan dalam siklus I ini dilakukan oleh observer kepada siswa dan guru kelas kepada peneliti selama berlangsungnya siklus. Pada siklus I kesulitan yang dihadapi dalam mengerjakan LKS pembelajaran individu adalah siswa lupa dengan perkalian, sehingga banyak beberapa siswa diantaranya salah dalam menyamakan penyebut yang berbeda. Kendala yang dihadapi selama siklus I berlangsung ini, adalah terdapat dua kelompok yaitu kelompok tujuh dan delapan disebabkan karena ketidak cocokkan antara anggota satu dengan lainnya. Kegiatan siklus I ini diakhiri dengan memberikan hadiah berupa bintang yang ditempel pada papan skor yang nantinya akan ditotal untuk mendapatkan penghargaan. Pada siklus II, sesuai perencanaan dalam RPP, peneliti melakukan perbaikan dengan menyiapkan jawaban pada kartu tempel secara variatif seingga siswa lebih teliti. Siklus II ini, peneliti mengawali kegiatan dengan menampilkan yelyel atau jargon semangat pada setiap kelompok sehingga dapat mencairkan ketegangan dalam proses pembelajaran. Terlihat sekali siswa sangat antusias. Pada saat siswa mengambil kartu tempel untuk menemukan jawaban pada LKS kelompok, siswa kurang mendengar arahan dari peneliti sehingga terjadi kegaduhan karena saling berdesakan saat mengambil kartu. Siklus II ini berjalan dengan lancar dibandingkan
siklus I, siswa tidak malu-malu lagi dalam bertanya kepada peneliti dan ketua kelompok bertanggungjawab dengan baik dengan menjalankan arahan peneliti. Kendala yang dihadapi pada siklus II ini adalah, sikap ketidak sabaran siswa, ketika ada salah satu anggota yang sudah menyelesaikan ingin segera dikumpulkan padahal peneliti sudah memberikan pemahaman untuk lebih teliti lagi dalam mengerjakan dan dikoreksi kembali sehingga membuat anggota yang lain terburu-buru dalam mengerjakan soal-soal. Pada siklus III ini, kendala yang dihadapi adalah siswa kurang menganalisa soal dengan baik sehingga dalam penyelesainnya seharusnya dijumlahkan malah dikurangi ataupun sebaliknya. Saat mengerjakan LKS kelompok siswa bekerjasama dengan baik karena sudah terbiasa dengan kelompoknya masing-masing. Kegiatan pembelajaran ditutup dengan pengumuman kelompok yang mendapat penghargaan, terlihat kepuasan tersendiri dalam diri siswa, terutama kelompok yang mendapatkan penghargaan. Kegiatan dari siklus I sampai siklus III pelaksanaan pembelajaran sesuai hasil refleksi sebelumnya sehingga pembelajaran terlaksana jauh lebih baik dan meningkat. 3. Peningkatan Hasil Belajar Hasil yang diperoleh siswa pada hasil belajar ranah kognitif pada siklus I memperoleh ketuntasan hasil belajar mencapai 67,64%, siklus II memperoleh ketuntasan hasil belajar mencapai 86,1% dan siklus III memperoleh ketuntasan hasil belajar mencapai 97,2%.
8
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013
Peningkatan hasil belajar pada siklus I dan II, diperolehan g1, sebesar 396 dengan rata-rata 11,96 sedangkan
sebesar 6 dengan rata-rata 0,66. Gain hasil belajar pada siklus II dan III diperoleh sebesar 140 dengan rata-rata 4,375 dan < > diperoleh sebesar 1,5 dengan rata-rata 0,071. Sehingga kesimpulan yang didapat intrepretasi peningkatan sedang menjadi rendah. Dengan hasil tersebut, peneliti melakukan tindakan, yaitu dilakukannya wawancara, kepada beberapa siswa yang mengalami penurunan. Masalah yang di alami adalah dan kesulitan dalam memahami materi di siklus II. Hal ini disebabkan siswa salah dalam menyamakan penyebut, lupa perkalian dan salah mengoperasikannya, seharusnya dikurangi, malah sebaliknya, dijumlah, hal ini pun sama dengan catatan observer dengan masalah yang dialami oleh siswa. Sedangkan pada uji akhir siklus III, terdapat satu siswa yang tidak tuntas dan skor yang didapat dari setiap siklusnya tidak pernah naik. Hal ini dikarenakan siswa tersebut rendah dalam memahami mata pelajaran matematika. Setelah melakukan wawancara kepada beberapa siswa yang memperoleh kritreia rendah, siswa tersebut terburu-buru dalam memahami soal sehingga salah ketika menjawab, selain itu siswa merasa bosan dengan materi yang disampaikan apalagi ketika mengerjakan soal akhir siklus sehingga siswa mengerjakan dengan asal. Sedangkan dari catatan observer, siswa mengalami peningkatan pada siklus III karena 9
meningkatnya kegiatan diskusi, kerjasama, bertanya dan cepat memahami materi. KESIMPULAN Dari penelitian yang sudah dilaksanakan dari siklus I sampai III, peneliti dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Perencanaan siklus I sampai III mempersiapkan instrument pembelajaran berupa RPP dan LKS serta instrument pengumpul data yang sesuai dengan langkahlangkah model kooperatif tipe STAD yaitu pembelajaran kelompok yang menekankan kerjasama antar anggota kelompok dengan membagi siswa kedalam kelompok-kelompok kecil dengan heterogen, guru menyajikan pelajaran, guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok, guru memberi LKS kepada seluruh siswa dan tidak boleh saling membantu, memberi evaluasi serta penguatan. 2. Pelaksanaan model kooperatif tipe STAD ini berjalan dengan maksimal sesuai tahap pembelajaran model kooperatif tipe STAD dengan pembagian kelompok secara heterogen¸ guru menjelaskan materi dengan memberi stimulus dan siswa merespon, siswa mengerjakan LKS kelompok, berdiskusi dengan guru dan siswa, mengerjakan LKS individu dan kegaitan akhir siklus dengan uji akhir siklus sesuai. 3. Berdasarkan pelaksanaan selama tiga siklus dengan dua kali tindakan pada setiap siklusnya menunjukan peningkatan kerjasama antar siswa, diskusi
Tiana Dara Lugina. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student…
antar kelompok dan kemampuan bertanya serta ketuntasan belajar. Dengan hasil belajar pada siklus I, rata-rata yang diperoleh 74,7 dengan ketuntasan belajar mencapai 67,64%, siklus II ratarata yang diperoleh 85,27 dengan ketuntasan belajar mencapai 86,11% dan rata-rata pada siklus III diperoleh 89,4 dengan ketuntasan hasil belajar mencapai 97,2%. Jadi dengan menerapkan model kooperatif tipe STAD hasil belajar siswa dapat meningkat. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : Rosdakarya Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tentang Proses Pembelajaran. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Ruseffendi. 2005. Dasar-Dasar Matematika Modern Dan Komputer Untuk Guru. Bandung : Tarsito Slavin, E. Robert. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset Dan Praktik. Bandung: Nusa Media Suharsimi, Arikunto. 2009. Prosedur Penelitian. Yogyakarja : Rineka Cipta
10