tuk kepada tuhan yang dianggapnya tidak adil dan kejam. Beberapa orang yang membawa mayat Kimlan tadi terus menemani Han Hayhauw sampai keesokan paginya dan tentu saja mereka ini sepanjang malam tak putus-putusnya menghibur si bocah, yang saking sedih dan dukanya, seakan-akan sudah menjadi gila itu. Begitulah, dengan singkat dapat diceritakan bahwa keesokan paginya, berkat bantuan dari bekas kawan mendiang Han Cubeng, termasuk orang-orang yang membawa mayat Kimlan semalam, maka mayat Han Cubeng dan Kimlan dikubur baik-baik, sungguhpun tanpa disertai upacara sebagaimana mestinya. Cara penguburan itu dibuat sedemikian rupa atas kehendak Hayhauw, yaitu disisi kiri kuburan Kimlan, ditengah-tengah penguburan ibunya yang sudah ada dan disisi sebelah kanan, kuburan ayahnya. Baru kemudian Hayhauw mengetahui dari cerita orangorang pembawa mayat cicinya itu bahwa tubuh Kimlan yang sudah menjadi mayat mereka ketemukan jauh dihilir sungai. Jelaslah Kimlan membunuh diri dengan jalan mencemplungkan dirinya kedalam sungai, agaknya cara yang ditempuhnya itulah merupakan jalan satu-satunya bagi gadis itu untuk melepaskan diri daripada kesulitan yang dihadapinya. Han Hayhauw sangat berterimakasih sekali terhadap mereka yang telah memberikan bantuan besar itu dan dengan sendirinya ia merasa berutang budi yang terhingga besarnya terhadap mereka. Apalagi ketika ia mendapat ajakan-ajakan dari mereka yang menaruh belas kasihan kepadanya supaya ia mau tinggal bersama mereka makin beratlah penanggungan hutang budi dirasakan oleh anak yang sebatang kara ini, sehingga atas kebaikan mereka yang setulustulusnya membuat ia tidak berani menerimanya. Han Hayhauw ingat kepada peribahasa yang selalu diucapkan oleh mendiang ayahnya bahwa hutang uang dapat dibayar sedangkan hutang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ budi sulit untuk menulisnya, Dan kenyataan Han Hayhauw sudah maklum, baru hutang uang ayahnya kepada si tuan muda jahat, yang biarpun tidak secara langsung tapi jelas merupakan pembunuh ayah dan cicinya, sehingga dihatinya kini tersimpan dendam yang sangat besar, tak dapat dibayar. Apalagi hutang budi yang selalu dikatakan ayahnya itu tentu lebih sulit lagi untuk membuat imbalannya, Itulah sebabnya Hayhauw tidak dapat menerima lebih banyak lagi kebaikan-kebaikan dari mereka yang berhati mulia, itu karena ia kuatir bakal tak dapat membalas. Dan pada sore harinya orang-orang yang menaruh kasihan kepada Hayhauw merasa kehilangan si bocah malang itu. Mereka mencari ubek-ubekan seperti mereka mencari Kimlan kemarin dan hasilnya sia-sia belaka. Akhirnya mereka bertemu dengan tuan muda bersama tiga tukang pukulnya mendatangi gubuk bekas kelurga Han tinggal itu, agaknya tuan muda ini hendak menagih kepastian dari orang tua yang pernah ditolongnya itu. Akan tetapi setelah tuan muda ini mendengar keterangan dari orang-orang kampung yang
ditanyainya, bukan main sedih hatinya. Sedih bukan karena berduka atas kematian Cubeng dan Kimlan, melainkan ia sedih disebabkab uang yang ia telah lepas sebagai umpan untuk maksud kejinya, jadi amblas begitu saja. Memang beginilah kalau seorang yang otak dan hatinya sudah ditunggangi pengaruh materil, kalau orang mati disebabkan perbuatan atau gara-garanya, itu bukan apa-apa, jangankan disedihkan, dipikirkanpun tidak. Akan tetapi sebaliknya kalau ia rugi atau kehilangan uang sedikit saja, maka ia sedih bukan main. Seakan-akan kehilangan sebagian dari harta kekayaannya yang berlimpah-limpah, bahkan dapat juga dikatakan seakan-akan kehilangan separuh nyawanya, oooooooodwOkzoooooooo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kemanakah Han Hayhauw, si bocah malang itu? Anak kecil sudah sudah sebatang kara dan mengalami siksaan batin yang luar biasa hebatnya, benar-benar harus dikasihani. Sejak penguburan mayat ayah dan cicinya selesai, anak itu begitu melangsa hatinya, membuat ia tiba-tiba merasa tidak betah berdiam didusun Ho-leng-cun. Betapa tidak oleh karena manakala ia melihat keadaan gubuknya yang kini menjadi sunyi, terbayanglah didepan matanya peristiwa-peristiwa yang sangat mengenaskan. Ditambah lagi perasaan takut akan si tuan muda Ceng Kunhi yang menurut hematnya pasti akan menuntut segala kerugian terhadap dirinya. Itulah sebabnya, maka ia dengan berdiam-diam dan tidak berpamit kepada siapapun, pada hari itu juga ia lalu pergi meniggalkan kampung halamannya, yang semula sebelum terjadi malapetaka, begitu ia cintai dan ia merasa amat betah tinggal disitu. Ia pergi tanpa perhitungan dan tanpa mempunyai arah tujuan, karena pikirannya sudah sedemikian gelap, sehingga baginya dunia ini sudah menjadi kosong melompong. Tiada bekal yang dibawa karena dari gubuknya tiada sesuatu yang dapat dijadikan bekal. Hanya rasa dendam kesumat sajalah yang ia bawa dilubuk hatinya dan justru rasa dendam inilah yang mendorongnya sehingga ia masih mempunyai kemampuan hidup. Kalau menurutkan perasaan hati yang dipenuhi kedukaan, memang ia mati saja menyusul ibu, ayah dan cicinya. Tetapi rasa dendam dihatinya mencegah ia sampai berputus asa, bahkan merupakan semacam dorongan bahwa ia harus hidup, hidup yang penuh semangat dan mempunyai tekad, sampai ia dewasa dan bertenaga kuat supaya kelak ia dapat kembali lagi kekampung halamannya untuk menjumpai sijahat Ceng Kunhi, kepada siapa ia akan mengadakan perhitungan untuk melampiaskan rasa dendamnya. Ia selalu ingat akan dongeng mendiang ayahnya bahwa didunia ini banyak terdapat pendekar-pendekar gagah perkasa dan kepergiannya ini memanglah ia mempunyai tekad
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ hendak mencari pendekar-pendekar yang seperti sering diceritakan mendiang ayahnya itu. Ia hendak minta pertolongan kepada pendekar itu supaya membalaskan
dendam dihatinya terhadap sijahat Ceng Kunhi berikut tukang pukul tukang pukulnya yang ia tahu sering menganiaya dan membunuh orang-orang kampung semaumaunya. Akan tetapi, setelah ia mengikuti sepasang kakinya yang melangkah separan-paran sampai tiga hari dan ia sendiri tidak tahu bahwa sudah berapa jauh ia meninggalkan kampung halamannya dan entah kini ia berada dimana, tiba-tiba tubuhnya yang payah kepenatan ia rasakan tak karuan rasa. Tubuhnya sebentar terasa panas seperti dibakar dan pada saat lainnya mendadak berubah menjadi dingin seperti terbenam dibawah tumpukan salju dan membuat seluruh tubuhya menggigil, padahal saat mana waktu tengah hari dan matahari justru sedang memancarkan cahaya teriknya. Han Hayhauw tidak tahu bahwa sebenarnya ia sudah jatuh sakit karena masuk angin. Selama tiga hari itu ia tak pernah makan apa-apa, perutnya hanya diisi air melulu yang diteguknya dari sungai-sungai atau danau-danau sebagai penghilang rasa dahaga dan sekaligus pula penghilang rasa lapar diperutnya. Ditambah lagi cara tidurnya yang tidak teratur, dimana saja ia menggeletakkan diri diemper rumah atau dikolong jembatan, asal dapat melepas keletihan yang melesui tubuhnya dan melupakan untuk sementara kedukaan yang selalu menjungkupi pikiran dan hatinya. Pakaiannya yang sudah bertambalan jadi demikian kotor dan dekil, sehingga keadaan bocah ini benar-benar seperti jembel, hanya saja meskipun perutnya terasa lapar ia masih mempunyai keangkuhan untuk minta-minta. Dan pada hari yang ketiga itu benar-benar Han Hayhauw sudah tak dapat mengatasi kepayahan yang menguasai seluruh tubuhnya. Tubuhnya yang sebentar panas sebentar dingin membuat kepalanya sakit berdenyut-denyut dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ penglihatannya kabur dan berkunang-kunang, apa yang terlihat disekelilingnya seperti berputar-putar. Akan tetapi anak ini benar-benar memiliki kekerasan hati yang luar biasa, sesungguhnya sudah payah sekali, ia masih terus memaksa diri untuk terus berjalan, sungguhpun ia sendiri tidak tahu bahwa perjalanan susah payah yang ditempuhnya ini akan menuju kemana? Tubuh terhuyung-huyung karena langkah-langkah kakinya sudah demikian terseokseok, matanya yang mendatangkan penglihatan seperti berputar-putar terpaksa dipejamkan, tangan kanannya digerak-gerakkan supaya ia tidak sampai menabrak sesuatu, sedangkan tangan kirinya ditekan-tekankan keperutnya yang perih dan lapar. Namun akhirnya ia harus menyerah juga terhadap serangan yang memayahkan itu, tubuhnya yang kecil dan kurus itu tak kuat lagi berjalan dan ia terguling roboh dipinggir jalan yang sunyi. Mulutnya mengeluarkan suara rintihan kecil dan sesumbat kepada ibu, ayah dan cicinya. Kedua tangannya menekan-nekan kepalanya yang amat sakit seperti isi kepala itu ditusuk-tusuk ribuan jarum. Kedua kakinya diangkat keatas sehingga lututnya merapat kedada membuat perutnya seperti dilipat dan ditekan oleh kedua pahanya, untuk menahan rasa perih diperutnya. Kemudian dalam keadaan tubuh meringkuk seperti demikian dipinggir jalan, anak ini tak tahu apaapa lagi. Pingsan, kalau saja Hayhauw dapat merasakan, alangkah nikmatnya pingsan itu, lenyap bingung dan duka, lenyap pula rasa pusing
dikepalanya, bahkan rasa lapar yang tadinya mendatangkan rasa sakit dan perih diperutnya, kini lenyap dan apa yang terasa hanyalah kekosongan belaka. Tentu saja Han Hayhauw tidak tahu betapa kemudian dijalanan itu dipinggir mana ia meringkuk pingsan, berjalan lewat seorang kakek yang mengenakan jubah serba putih dan ditangannya memegang sebuah tongkat. Kakek ini segera
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menghentikan langkah kakinya tatkala dilihatnya dipinggir jalan meringkuk seorang anak kecil dalam keadaan demikian mengenaskan, sambil berjalan berjalan mendekati kakek in menggeleng-gelengkan kepala dan dari mulutnya terdengar keluhan yang merupakan ratapan. “Ya Tuhan, kesenangan apakah yang pernah Kau berikan kepada anak ini sehingga sekarang dia harus menderita sehebat itu . . .?” Kemudian kakek tua ini yang berambut panjang dan yang digelungkan keatas kepala dan diikat dengan sehelai pita putih, membungkuk dan mengangkat tubuh Hayhauw kepundaknya, dan sambil membawa anak malang yang masih pingsan itu, tahu-tahu sikakek berkelebat menghilang. Perlu segera diperkenalkan kepada para pembaca yang budiman bahwa kakek itu adalah Tiong Sin Tojin, seorang tosu yang tak henti-hentinya menghubungi tokohtokoh kangouw untuk melakukan perjuangan mengusir penjajah, akan tetapi, sebagaimana sudah diterangkan dibagian permulaan dalam cerita ini, pihak penjajah terlalu kuat dan memang belum waktunya untuk ditumbangkan, maka perjuangan Tiong Sin Tojin bersama kawan-kawannya selalu mengalami kegagalan. Begitulah pada hari itu, Tiong Sin Tojin baru saja habis melakukan pengacauan dan serbuan bersama-sama kawannya dikota Goan peng dan sial sekali mereka kena dilabrak habis-habisan oleh bala tentara Mongol sehingga beberapa orang kawannya gugur dan tosu ini berhasil meloloskan diri sambil membawa rasa sedih dihatinya. Menyadari bahwa pemerintah penjajah belum waktunya ditumbangkan dan dengan demikian berarti pula saatnya belum tiba untuk melakukan pemberontakan, maka tosu yang berjiwa patriot ini lalu mengambil keputusan mrngundurkan diri buat sementara dan kembali ketempat pemukimannya di gunung Ngotaysan. Dan dalam perjalanannya menuju tempat itulah, Tiong Sin Tojin melihat Han Hayhauw meringkuk pingsan dipinggir jalan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tiong Sin Tojin memiliki ilmu silat tongkat yang amat lihay dan karenanya, disamping namanya yang cukup terkenal sebagai pendekar gagah perkasa pelindung golongan tertindas, kakek ini oleh orang-orang kangouw dijuluki Sitongkat Tojin atau Tosu bertongkat sakti. Tiong Sin Tojin belum pernah mempunyai murid, maka ketika melihat keadaan Hayhauw yang sangat menyedihkan itu ia menjadi kasihan dan menolongnya. Apalagi setelah mendapat
kenyataan bahwa sebenarnya anak itu mempunyai bakat yang amat baik sekali sehingga menimbulkan hasrat baginya untuk mewariskan kepandaiannya kepada generasi muda, maka ia lalu mengambil anak itu dan dibawanya kegunung Ngotaysan, dijadikan murid tunggalnya. Han Hayhauw sangat berterimakasih sekali setelah sakitnya sembuh berkat pertolongan dan perawatan tosu itu. Kemudian hati anak ini jadi girang bukan kepalang ketika ia mendengar pernyataan bahwa ia diambil sebagai murid tunggal Tiong Sin Tojin, keinginan atau cita-citanya yang dibawanya dari kampung halamannya sekarang ternyata tercapai. Kalau pada malaman kematian ayah dan cicinya ia pernah memprotes dan mengutuk bahwa Thian tidak adil, maka sekarang ia benar-benar memuji bahwa Thian itu memang Maha Adil. Segera ia berlutut dihadapan Tiong Sin Tojin dan secara singkat ia menceritakan malapetaka yang menimpa dirinya. Dan akhirnya ia memohon kepada kakek itu untuk membalaskan sakit hati terhadap si laknat Ceng Kunhi. Tiong Sin Tojin mengelus-ngelus kumis dan jenggotnya yang sudah sebagian berwarna putih dan ketika ia mendengar permohonan anak itu, menghela napas lalu berkata. “Hayhauw, tentang pembalasan sakit hati itu adalah menjadi kewajiban sendiri untuk melaksanakan. Sangat tidak tepat kalau kau minta aku turun tangan karena urusan dendam kesumat ini sama sekali tak ada sangkut pautnya denganku. Kewajibanku hanya mendidikmu, maka untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ melaksanakan kemauan hatimu, belajarlah kau dengan rajin dan tekun supaya kelak, selain kau dapat melaksanakan perhitungan dengan musuh besarmu, juga sangat kuharapkan bahwa kau dapat menjadi seorang yang sangat berguna bagi bangsa dan tanah air.” Demikianlah, sejak saat itu Han Hayhauw mempelajari ilmu silat tongkat dari suhunya yang berkepandaian tinggi. Ia belajar dengan rajin dan tekun serta penuh kesungguhan hati. Selama ia belajar, beberapa kali suhunya meninggalkannya turun gunung sehingga ia berdiam seorang diri dipegunungan Ngotaysan itu, dan biarpun ia merasa kesunyian akan tetapi ia dapat melupakan perasaan kesepiannya sambil terus berlatih dengan giat. Maka setiap kali suhunya datang menjadi girang melihat kemajuan yang telah dicapainya begitu pesat, dan ia lalu mendapat tambahan pula tingkat pelajaran silat yang lebih tinggi. Han Hayhauw sendiri sampai tak menyadari bahwa makin lama ilmu silat yang diwariskan dari suhunya makin tinggi dan ia sudah dapat menguasainya dengan sempurna. Perubahan pada tubuhnya yang kini menjadi tegap kekar seiring dengan usianya yang meningkat dewasa, juga seakan tak disadari pula. Memang Han Hayhauw sekarang bukan lagi Han Hayhauw dulu yang merupakan seorang bocah lemah dan kebecusannya hanya menangis. Han Hayhauw sekarang telah merupakan seorang pemuda tampan dan telah mewarisi
hampir seluruh kepandaian Tiong Sin Tojin, yaitu selain ilmu silat tongkat yang amat lihay dan yang selalu dimainkan oleh tangan kanannya, juga tangan kirinya telah mewarisi semacam ilmu pukulan yang oleh gurunya dinamakan Phaciok-senghua-ciang atau ilmu pukulan Menggempur batu menjadi tepung dan ketika melatih ilmu pukulan ini, entah sudah berapa batu gunung yang besar menjadi hancur seperti tepung dihantam oleh hawa Iwekang yang dilancarkan melalui telapak tangan kiri Hayhauw. Disamping menerima gemblengan lahir yang merupakan kekuatan dan ketangguhan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ diri, Hayhauw menerima pula gemblengan batin sehingga ia kini berbatin kuat, dapat menakan dan mengalahkan segala perasaan yang timbul dari hati yang selalu dipenuhi napsu dan dapat mempegunakan daya pikir dari otak dengan penuh pertimbangan yang masak. “Hayhauw, sudah waktunya kau turun gunung dan kau mulai boleh menempuh hidup baru didunia ramai, yah ramai oleh segala keributan dan kegaduhan yang diperbuat oleh manusia. Kalau kau sekarang turun gunung, waktunya justru sangat tepat sekali oleh karena dewasa ini, dimana-mana rakyat jelata yang selama hidupnya tertindas, sudah mulai menggalang persatuan untuk mengusir penjajah dari bumi kita. Ketahuilah olehmu, muridku, bahwa sekarang adalah masa kebangkitan si lemah untuk membela hak-hak azasi bangsa dan negara. Waktu seperti saat ini justru sudah lama sangat kunantikan, yakni saat kebangkitan rakyat jelata yang cinta tanah air, untuk mengusir penjajah dari tanah air, mengikis habis pemimpin-pemimpin gadungan dan kurcaci-kurcaci laknat yang selalu menindas dan menyusahkan kita, rakyat jelata. Hayhauw, ceburkanlah dirimu kedalam kancah revolusi perjuangan rakyat ini. Tunaikanlah dharmabaktimu selaku patriot sejati pembela nusa dan bangsa.” Han Hayhauw dengan penuh khidmat berlutut dihadapan Tiong Sin Tojin yang rambut kumis dan jenggotnya kini sudah putih semua itu. Tentu saja anak muda ini menjadi gembira bahwa suhunya sudah membolehkan turun gunung, dan nasehat serta anjuran dari kakek itu membuat seluruh tubuh anak muda ini terasa puas karena dibakari api semangat yang berkobar didalam dadanya. “Suhu, nasehat suhu akan teecu jadikan obor bagi perjuangan, mudah-mudahan teecu benar-benar dapat menunaikan tugas mulia ini sebagaimana yang suhu harapkan”, kata Hayhauw dengan penuh semangat dan tiba-tiba anak muda ini teringat akan dendam kesumatnya yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sudah terpendam selama delapan tahun didalam dadanya “Suhu, teecu mohon bertanya, bahwa bagaimanakah pendapat suhu tentang sakit hati teecu terhadap putera si tuan tanah yang pernah teecu terangkan dahulu? Bolehkah teecu mengadakan perhitungan terhadapnya?”
“Sudah tentu boleh! Terserah kepada apa yang akan kau perbuat terhadap musuh besarmu itu, asal saja kau mesti selalu ingat bahwa pekerjaan apapun juga yang kau lakukan, kerjakanlah dengan hati bersih, dengan semangat besar, dan dengan kesadaran sepenuhnya bahwa apa yang kau kerjakan itu tidak berlawanan dengan kebajikan dan keadilan. Tegasnya, asal kau tak lupa bahwa kau mempelajari ilmu untuk bertugas sebagai pemberantas kejahatan dan pembela silemah yang tertindas. “Teecu paham akan segala wejangan yang suhu berikan. Tapi maaf suhu, teecu sekali lagi minta penjelasan mengenai tuan tanah. Teecu masih ingat bahwa tuan tanah didusun teecu itu yaitu tuan besar Ceng Lobin sering berbuat sewenang-wenang terhadap penduduk kampung sehingga hampir semua penduduk termasuk orang tua teecu, menderita kesengsaraan dibuatnya. Apakah tuan besar she Ceng itu dapat juga disebut golongan jahat dan patutkah diberantas?” Bibir dibalik kumis puti Tiong Sin Tojin tampak menyunggingkan senyumam tatkala orang tua ini memberi penyahutan. “Hayhauw, sudah bukan jamannya lagi kalau sekarang menyebut tuan tanah dengan istilah tuan besar, dan lebih tepat kalau kita sekarang menamakannya lintah darat! Sudah barang tentu lintah darat - lintah darat termasuk penghisap darah rakyat jelata, terutama kaum tani, malah mereka umumnya menjadi antek-antek penjajah atau lebih tepat pula disebut anjing-anjing penjilat pantat penjajah. Maka mereka bukan lagi patut diberantas, bahkan seharusnya mereka dikikis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ habis bersamaan dilenyapkannya kaum penjajah dari permukaan bumi ini!” Akhirnya Tiong Sin Tojin mengangkat muridnya yang sejak tadi berlutut dihadapannya itu dan akhirnya sekali lagi kakek ini berkata. “Nah, muridku, berangkatlah kau sekarang juga dan aku sendiripun akan berangkat. Biarpun setelah turun gunung ini perjalanan kita berpisah, tapi tekad dan perjuangan kita sama dan mungkin pada suatu waktu kelak kita akan bertemu lagi. Aku tak dapat memberi sesuatu bekal bagi perjalananmu, hanya tongkatku ini sajalah kuberikan kepadamu supaya kau selalu ingat akan segala pesan-pesanku. Terimalah, muridku!” Han Hayhauw menerima tongkat besi pemberian suhunya dengan kedua tangannya dan sikapnya penuh hormat sambil mengucapkan terimakasih atas segala kebaikan yang ia telah terima dari suhunya selama delapan tahun itu. Sungguhpun ia maklum bahwa perkatan suhunya tadi adalah merupakan ucapan terakhir dan melihat tandatanda bahwa kakek itu akan segera berangkat, namun tak urung ia memberanikan hati dan bertanya. “Tongkat suhu diberikan kepada teecu. Maka suhu sendiri menggunakan senjata apakah?”
Tiong Sin Tojin menghela napas karena bangga hatinya mendapat kenyataan bahwa muridnya itu sangat memperhatikan terhadap dirinya, maka ia menyahut sambil tersenyum. “Tak usah kau pusingkan soal seremeh ini muridku, pergunakanlah baik-baik dan sebagai mana mestinya tongkat itu dalam menjalankan dharmabaktimu. Aku sendiri bisa mencari tongkat lain lagi. Nah, cepatlah kau berkemas, bawalah pakaian-pakaian yang kau perlukan. Aku berangkat lebih dulu! Selamat berpisah, selamat berjuang dan sampai kita berjumpa kembali, muridku!”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Han Hayhauw segera berlutut pula sebagai penghormatan yang terakhir terhadap gurunya, yang sudah lenyap dari situ sungguhpun kata-katanya masih bergema ditelinganya. Kakek itu sudah pergi dengan gerakan secepat kilat. Pemuda murid tunggal Tiong Sin Tojin itu lalu memasuki sebuah pondok bambu sederhana yang selalu menjadi tempat tinggalnya selama delapan tahun ini. Diambilnya dua stel pakaian berwarna putih ditambah satu stel yang penuh tambalan seperti baju pengemis. Biarpun semula ia merasa ragu pakaian penuh tambalan ini akan tetapi tak urung dibungkusnya juga dalam satu buntalan, dengan pikiran barangkali saja pada suatu waktu ada gunanya. Buntalan pakaian itu diikat dibelakang punggungnya dan sambil tongkat pemberian suhunya dipegang ditangan kanan, mulailah ia berjalan meninggalkan pegunungan Ngotaysan. oooooooodwOkzoooooooo
Yang pertama-tama menjadi tujuan Han Hayhauw adalah dusun Ho-leng-cun, dusun kampung halamannya, dimana ia ingin melihat perkembangan jaman setelah delapan tahun lamanya ditinggalkan. Ia ingin melihat kuburan ayah, ibu, dan cicinya, dan terutama sekali ia ingin melampiaskan rasa dendam kesumatnya terhadap si juling, sianak tuan tanah Ceng Kunhi. Sepanjang jalan perjalanan sering bertanya kepada orang-orang yang dijumpainya tentang letak dusun yang menjadi tujuannya itu sehingga biarpun perjalan yang ditempuhnya ini masih sangat asing baginya, namun ia tidak sampai sesat dijalan. Benar saja sebagaimana yang diceritakan suhunya bahwa dimana-mana Han Hayhauw melihat orang berkompromi dan dari percakapan mereka yang ia dengar jelaslah bahwa mereka sedang menumpuk semangat dan menggalang kesatuan untuk mengadakan gerakan aksi revolusi dan ia mendengar pula bahwa yang mula-mula mencetuskan api
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ revolusi ini adalah seorang bernama Cue Goan Ciang dan api yang dicetuskan ini menyala dan berkobar disegenap pelosok. Akan tetapi ketika saat suatu hari Han Hayhauw melewati sebuah dusun ia merasa heran sekali bahwa penduduk dusun ini sama sekali tidak nampak gejala-gejala bangkit berevolusi.
Tetapi keheranan pemuda ini kemudian lenyap dan terganti oleh penasaran gemas dan marah yang merangsang dihatinya setelah mengetahui bahwa dusun ini jauh terpencil dari pergaulan ramai dan keadaan penghidupan para penduduk dusun ini secara mutlak berada didalam tangan seorang tuan tanah yang seakan-akan raja tak bermahkota didusun itu. Justru karena dan kekuasaan tuan tanah inilah membuat para penduduk dusun tersebut yang rata-rata lemah dan miskin menjadi takut untuk ikut serta menegakkan gerakan revolusi seperti saudara saudara mereka dilain tempat. Han Hayhauw merasa tertarik sekali hatinya untuk menyelidiki situasi dusun, ini secara mendalam. Maka pada waktu malamnya dengan mempergunakan kepandaian yang tinggi, pemuda ini coba mengintip bagian dalam gubuk-gubuk para penduduk itu baik mengintip melalui celah dinding maupun melalui atap-atap genteng yang disingkapnya secara hati-hati. Betapa keadaan para penduduk, yang dilihatnya secara diam-diam itu benar-benar membuat anak muda ini jadi turut sedih dan ngenes. Keadaan mereka begitu meskipun pada sebuah gubuk, didapati seorang anak kecil merengek-rengek menangis minta makan pada ibunya yang rebah sambil merintih sakit sedang ayah dari anak itu, bertubuh kurus kering hanya dapat menghibur anaknya, dengan perkataan, ’besok saja kau makan lagi anakku sayaang? Makanan untuk hari sudah habis mudahmudahan ayahmu dapat pinjaman, gandum dari tuan besar Li suapaya kau besok boleh makan sekenyang-kenyangnya. Sekarang, kau tidurlah hari sudah jauh malam tangismu mengganggu ibumu yang sedang sakit . . .’
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pemandangan ini saja sudah menyayat hati Hayhauw, belum lagi pemandangan-pemandangan lainnya yang kesemuanya mengingatkan kepadanya akan keadaan semasa ia masih kecil. Bok li cun, demikianlah nama dusun in, berpenghuni terdiri dari kurang lebih dua puluh lima keluarga. Dan pekerjaan mereka sehari-hari ialah menjadi buruh tani penggarap sawah yang menjadi milik dari seorang hartawan atau tuan tanah yang bernama Li Samlay. Sebagaimana umumnya kaum feodal yang menumpuk kekayaannya hasil dari pemerasan tenaga dan pengisapan darah rakyat jelata, demikian tuan tanah she Li ini yang menguasai dusun Bok li cun ini, sudah bukan merupakan persoalan yang mengherankan lagi kalau penduduk disini berkeadaan sangat menyedihkan. Lebih celaka lagi karena yang menjadi keapala kampung dusun ini bukan lain ialah si tuan tanah itu sendiri, sehingga rakyat begitu tunduk dan patuh akan segala peraturan dan perintah yang dikeluarkannya. Ketika mendengar bahwa api revolusi telah meletus dan pemberontakan timbul dimana-mana, tuan tanah Li ini maklum akan bahasa yang mengancam terhadapnya, maka segera mengadakan provokasi kepada rakyat Bok li cun disertai ancaman bahwa apabila mereka berani mencoba menerbitkan huru-hara akan dilaporkan kepada pengusaha penjajah dan akibatnya mereka tahu sendiri! Itulah sebabnya mengapa rakyat didusun ini sama sekali tidak berani berkutik dan tinggal diam dibawah tekanan sikepala kampung feodal. Segera terbitlah dihati Hayhauw keinginan untuk menolong penduduk dusun ini. Akan tetapi sesaat ia merasa ragu, dengan cara bagaimanakah untuk menolongnya?
Mereka sudah jelas memerlukan pertolongan berupa uang atau bahan makanan, dan kesemuanya itu darimanakah harus diperolehnya? Hayhauw yang baru "turba" dan masih belum berpengalaman merasa bingung untuk melaksanakan keinginan hatinya ini, sehingga untuk sesaat lamanya ia hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kebingungan dan hatinya pilu. Kemudian ia teringat akan ucapan gurunya bahwa dikalangan kangouw berlaku semacam peraturan, bahwa apabila seorang pendekar perantau kekurangan ongkos dalam perjalanannya, ia boleh pinjam uang kepada seorang hartawan kikir dan tentu saja cara pinjam uang ini harus dilakukan dengan jalan . . . mencuri. ’Ah, apa salahnya kalau aku pinjam uang dari si tuantanah Li dan dibagi-bagikan kepada mereka ini,’ demikian pikir Hayhauw dan wajahnya berseri-seri. Demikian, dikegelapan malam itu Hayhauw mencari si tuantanah Li untuk mencarinya tidak berapa sukar oleh karena rumah si tuantanah itu tentu merupakan bangunan gedung yang paling mewah dan justru rumah gedung kepala kampung Li didusun itu hanya satu-satunya dan letaknya agak jauh terpisah dari kelompok gubuk-gubuk butut para penduduk. Dengan mudah Hayhauw dapat memasuki pagar halaman gedung yang disekitarnya banyak dipasangi lampu-lampu teng sehingga keadaan disitu sangat terang bende-rang. Dua penjaga malam yang duduk melenggut dimuka gedung itu segera dibikinnya tidak berdaya setelah pemuda ini menimpukkan dua butir batu kerikil yang menotok jalan darah mereka dan dengan mempergunakan ginkangnya yang membuat tubuhnya ringan dan gesit seperti ge-rakan burung walet, pemuda ini segera melayang keatas genteng dan darimana ia mengintip kebawah. Giranglah hati Hayhauw ketika melihat keadaan dalam rumah itu demikian sunyi dan lebih girang lagi hati pemuda ini setelah mendapat kenyataan bahwa dari atas genteng di mana dia mengintip itu, adalah dibawahnya justru ruangan tidur sikepala kampung itu. Tak urung juga dada pemuda ini jadi berdebar karena pekerjaan mencuri ini baru sekali inilah ia lakukan selama hidupnya. Akan tetapi terdorong oleh keinginan menolong silemah yang menderita, ia menekan debaran didadanya dan memberanikan diri sehingga pada lain saat ia sudah melompat kebawah melalui lobang genteng yang dibukanya. Kedua kakinya tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menerbitkan suara sedikitpun ketika ia menjatuhkan diri didalam kamar yang terang benderang diterangi lampu teng itu. Sambil menahan napas ia cepat menghampiri tempat tidur yang ditutupi kelambu dan dari mana terdengar suara
dengkur yang menggeros-geros. Wajah Hayhauw segera menjadi merah karena jengah sendiri ketika setelah ia menyingkap kain kelambu ia melihat seorang lelaki tua berperut gendut sedang tidur nyenyak sambil berpelukan dengan seorang wanita yang masih muda. Hayhauw segera dapat menduga bahwa laki-laki tua itu tentu ialah si tuan tanah Li bersama istri atau gundiknya, baiknya mereka tidur begitu nyenyak seperti babi sehingga ia tidak terpergok dan supaya lebih aman bagi pekerjaannya yang akan dilakukan, Hayhauw lalu mempergunakan ujung tongkatnya untuk menotok jalan darah di tubuh laki-laki dan wanita itu sehingga makin nyenyaklah mereka tidur. Cepat Hayhauw membuka lemari yang terdapat disudut kamar itu dan kebetulan sekali setelah digeratakinya, isi lemari itu selain pakaian-pakaian mewah juga agaknya disitu dijadikan pula tempat penyimpanan uang. Tiga buah kantong yang cukup besar segera dibuka dan ketika diperiksa ternyata berisi uang emas dan perak. Hayhauw bersorak gembira didalam hati dan gerakannya seperti seorang maling ulung, tali pengikat kantong itu cepat dibetulkan dan disambarnya ketiga kantong itu lalu dikepitnya ternyata berat juga. Lalu ia mengenjot tubuh dan pada lain saat ia sudah berada diatas genteng pula. Hayhauw tidak cepat turun kebawah melainkan ia ingin melihat dan memeriksa bagian gudang makanan dari tuantanah ini. Begitulah setelah melompat-lompat seperti kucing diatas genteng dan wuwungan akhirnya ia tiba disebuah gedung yang letaknya dibelakang gedung itu dan walaupun keadaan disitu gelap, akan tetapi matanya yang sudah terlatih dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menilai dengan jelas bahwa gedung itu berisi gandum bertumpuk-tumpuk. "Ah, rakyat menderita dan kelaparan, tapi gandum disini bertumpuk-tumpuk sampai membusuk" hati Hayhauw menggerutu akhirnya, tubuh pemuda ini melayang turun dan terus berlari menuju kelompok rumah-rumah penduduk yang hendak ditolongnya. Ketika sudah sampai ditempat yang gelap ia mengendorkan larinya dan berjalan biasa dengan menghela napas lega. Tiba-tiba ia merasakan ada angin menyambar dari belakangnya. Hayhauw maklum bahwa ia diserang dari belakang maka cepat berkelit kesamping akan tetapi bersamaan dengan itu ia amat terkejut. Tahu-tahu sebuah kantong yang dikempitnya telah menghilang setelah ia rasakan sebuah renggutan merampas kantong itu. Cepat ia membalikkan tubuh sambil tongkatnya melintang didepan dada untuk menjaga segala kemungkinan. Dan dilihatnya bahwa dihadapannya kini berdiri seorang muda bertubuh kecil ramping dan berpakaian hitam serta ditangan kirinya tampak terayun-ayun kantong yang dirampasnya tadi sedangkan dikanannya kelihatan mencekal sebatang pedang yang tajam, sikapnya gagah bahkan bagi penglihatan Hayhauw, penuh ancaman. Hayhauw mengira bahwa orang ini adalah salah seorang penjaga gedung si tuan tanah yang datang mengejarnya. Ia menunggu reaksi dari orang itu lebih lanjut, akan tetapi sungguh heran orang itu tidak segera memperlihatkan sesuatu gerakan, sehingga sesaat lamanya mereka hanya berdiri saling berhadap-hadapan sambil sama-sama diam dan membisu.
"Sahabat! Maaf, aku lancang mengganggumu dan kuminta kerelaan hatimu untuk membagi hasil curianmu yang sekantong ini" terdengar orang itu berkata dan alangkah lega dan herannva hati Han Hayhauw mendengar ucapan ini. Lega, karena orang yang memergoki perbuatannya ini ternyata bukan si pengejar yang hendak menangkapnya melainkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ orang segolongan dan apa yang membuatnya heran ialah bahwa setelah mendengar suara perkataan orang itu dapat diketahui bahwa orang itu adalah seorang wanita. Timbullah sifat kejenakaan Hayhauw dan ingin menggoda wanita pencuri itu. lalu ia pura-pura membentak. "Ah, kau mau enaknya saja, minta bagi hasil segala seakan kita mengadakan perseroan. Mengapa engkau tidak mengambil sendiri saja dari gedung si hartawan itu?" "Oleh karena kau maling tamak tiga kantong uang dari lemari hartawan itu sudah kau sikat semua, maka selayaknya kalau aku minta bagi hasil dan yang sekantong ini menjadi bagianku." Maklumlah Hayhauw bahwa kiranya orang itu sudah memasuki pula kegedung si tuantanah tadi hanya keburu dimasuki olehnya. Dalam cuaca segelap itu Hayhauw masih dapat melihat dengan jelas bahwa wanita yang berpakaian seperti laki-laki itu, berwajah cantik dan aneh sekali ketika matanya bertemu dengan sinarmata wanita itu, hatinya mendadak berdebar aneh. Ia makin tertarik dan hendak mengenalnya lebih lagi serta ingin mengetahui bahwa wanita muda yang dilirik tukang maling ini sudah bersuami ataukah masih . . . gadis. Maka ia lalu mempergunakan kecerdikannya untuk memancing sambil berkata. "Aku rela memberikan kepadamu uang sekantong itu asal saja kau pergunakan untuk keperluan sosial dan tidak dijadikan untuk kepentingan sendiri. Untuk hal ini, maukah kau berjanji. nyonya?" Perkataan "nyonya" sengaja diucapkan dengan tekanan suara sedemikian rupa, agar dapat menarik perhatian orang yang dipancingnya. Dan ternyata siasatnya berhasil karena tiba-tiba wanita itu mendesis. "Ciiiihhh! Siapa sudi aku disebut nyonya . . . . . !? Ketahuilah bahwa nonamu ini bukan maling biasa yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengandalkan hidupnya dari penghasilan maling! Melainkan aku secara terpaksa sekali mengadakan pinjaman uang dari para tuan tanah untuk membiayai perkumpulanku." Hayhauw tersenyum kecil karena siasatnya secara sekaligus telah berhasil mendapatkan dua kenyataan. Dan aneh sekali, debaran didadanya semakin samer setelah mengetahui bahwa wanita itu, seperti pengakuannya tadi, masih gadis.
"Maaf nona kalau aku bertanya lebih jauh. Bolehkah aku ikut tahu perkumpulan apakah yang kau nyatakan barusan?" Terdengar gadis ini menjawab dengan suara ketus. "Kau orang yang baru bertemu denganku kali ini tidak boleh campur tahu mengenai perkumpulan yang kumaksudkan . . . ." "Oh, perkumpulan rahasia rupanya?!" tukas Hayhauw. "Benar! karena perkumpulan rahasia maka kau sebagai orang luar sama sekali tidak boleh tau sungguhpun aku sangat berterimakasih sekali kepadamu atas kerelaan sumbanganmu ini. Dan sebaliknya, dua kantong uang hasil curianmu itu kau hendak pergunakan untuk apakah?" Mendengar pertanyaan ini Hayhauw segera teringat pekerjaan yang belum selesai, maka ia segera menjawab. "Uang yang ku"pinjam" ini akan kubagi-bagikan kepada para penduduk yang sangat memerlukan bantuan. Kalau kau mau, marilah kita kerjasama!" Setelah berkata demikian ia lalu memutar tubuh dan berlari menuju kelompok gubuk penduduk yang hendak ditolongnya tadi. Agaknya si gadis ini ingin membuktikan ucapan simaling yang baik hati itu, maka iapun berlari mengikuti sianak muda dan segera ia mendapat kenyataan, benar saja bahwa anak muda itu membagi-bagikan uang yang dua kantong tadi dengan jalan memasukkannya uang-uang itu melalui lobang-lobang atap atau celah-celah dinding bobrok. Agaknya gadis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ itupun sangat tertarik hatinya sehingga ia segera membantu pekerjaan Han Hayhauw, maka dalam waktu sebentar saja uang yang dua kantong habis dibagikan secara merata keseluruh gubuk-gubuk yang terdapat didusun itu. Bahkan bukan itu saja pekerjaan yang mereka lakukan, karena setelah uang yang dua kantong itu habis, Hayhauw lalu berlari kegedung tuan tanah Li dan mengambil beberapa karung gandum yang diangkutnya dalam beberapa kali berlari bolak balik sementara gadis itu mendapat tugas membagi-bagikan kedalam setiap gubuk dengan jalan seperti memasukkan uang-uang tadi. Kerjasama mereka begitu cepat serta dilakukan secara diam-diam, seakan-akan mereka sudah mengadakan rencana bersama lebih dulu. "Nah Selesailah pekerjaan kita, bantuanmu" ujar Hayhauw setelah dijidatnya karena capek setelah matanya menatap wajah gadis itu
nona. Kuucapkan banyak terimakasih atas membagikan gandum itu beres. Ia menyusut peluh beberapa kali mengangkut gandum tadi, dan yang dalam
penglihatannya tampak makin cantik saja, sehingga makin gencarlah debaran didadanya. Gadis itupun menyeka peluhnya dan bibirnya yang mungil menyunggingkan senyuman manis tatkala berkata. "Saudara dengan sejujurnya aku puji usahamu yang mulia ini. Tak usah kau berterima kasih terhadapku, karena sejak tadi kau telah memberi upah lebih dari cukup terhadapku, yakni memberi hasil sekantong uang ini. Sekarang baiklah kita berpisah dan maaf, aku pergi lebih dahulu!" Demikianlah cepat gerakan gadis itu, baru saja ucapannya selesai dan sebelum Hayhauw coba menahannya barang sebentar
lagi, ia sudah menghilang dikegelapan malam. Untuk sejenak Hayhauw yang ditinggalkan jadi terpaku seperti terkesima. Begitu hebat ginkang dari gadis itu dan tentu ia memiliki ilmu silat yang hebat pula. Apa yang menyebabkan hati anak muda itu amat menyesal ialah karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ belum berkenalan dengan gadis itu. Ia belum tahu siapakah nama gadis yang sudah membikin dadanya berdebaran itu! Ia segera berlari hendak mengajar dan mengikuti arah kemana gadis itu pergi tadi, akan tetapi ketika ia berlari sampai jauh diluar dusun Bok li cun dan hanya kegelapan malam saja yang dilihatnya, ia jadi menghela nafas putus-asa dan menyesal. Waktu itu malam sudah lewat pertengahannya dan tiba-tiba saja Han Hayhauw merasa ngantuk. Anak muda ini lalu mencari pohon besar yang berdaun rimbun untuk dijadikan tempat tidurnya sebagai mana biasa ia sering tidur cabang-cabang pohon disepanjang perjalanan semenjak ia turun gunung. Sungguhpun ia sudah merasa ngantuk benar, akan tetapi matanya tidak dapat segera dipejamkan, ia duduk diatas cabang pohon sambil melamun. Bayangan gadis tadi seakan-akan selalu bermain-main didepan matanya. Ia amat tertarik oleh gadis yang baru dijumpainya itu sehingga tak habisnya ia mengagumi dan juga tak habis-habisnya ia menyesali diri sendiri mengapa ia tadi begitu bodoh tidak memperkenalkan diri dan menanyakan nama gadis yang terus terang saja ia mengakui bahwa kuncup bunga asmara dilubuk hatinya sudah mulai berkembang karenanya! Han Hayhauw menghela napas panjang sambil menundukkan menyembunyikan kepalanya didalam pelukan kedua tangannya yang merangkul lutut. Disandarkannya pada batang pohon besar itu dan akhirnya dapat juga ia tertidur dalam keadaan duduk. Bahkan dalam tidurnya ia bermimpikan gadis tadi . . . Kokok ayam hutan dan kicau burung-burung yang ramai selalu membuat Han Hayhauw segera menyudahi tidurnya yang selalu digoda mimpi itu. Ternyata fajar mulai menyingsing maka anak muda ini lalu meloncat turun dari tempat tidurnya dan melanjutkan perjalanannya. Kalau saja Han Hayhauw kembali kedusun Bok li cun pada waktu fajar itu tentu ia akan menyaksikan kegirangan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ terjadi didusun itu. Li samlay, kepala kampung yang merajai dusun terebut ribut kalang kabut setelah mengetahui kecurian tiga kantong uangnya. Dicaci makinya habisan-habisan para penjaga dan tukang pukulnya dan sumpah serapahnya makin menghebat ketika diketahuinya pula bahwa simpanan gandum didalam gudangnya telah banyak berkurang. Dan kegemparan terjadi pula diantara penduduk dusun, para penduduk yang hidupnya penuh penderitaan ini merasa bingung, heran disertai rasa kegirangan yang luar biasa oleh karena begitu pagi-pagi mereka bangun dari tidurnva tahu-tahu mereka dapatkan di dalam gubuk-gubuk mereka sejumlah uang emas dan perak, ditambah pula tidak kurang dari sepuluh kati gandum. Mereka heran dan bingung disebabkan mereka tidak mengerti uang dan gandum itu datang dari mana akan tetapi yang pasti hal ini tentu saja yang membuat mereka jadi girang sekali. Betapa tidak gandum yang
kira-kira sepuluh kati dapat mereka makan sekenyang-kenyangnya, dan cukup untuk selama lima hari. Dan adanya, uang emas dan perak itu, jangankan mereka pernah memiliki uang emas dan perak sebanyak itu sedang dalam mimpipun belum dan sekarang seakan-akan mereka merasa mendadak kaya dan kekayaan ini berarti penyambung nyawa bagi keluarga mereka untuk beberapa bulan lamanya. Seakan-akan mendapat komando bahwa pada waktu sepagi buta itu didalam gubuk masing-masing para penduduk yang mendapat rejeki nomplok itu lalu sama menjatuhkan diri berlutut dan memuji nama tuhan yang maha murah yang telah mengirim “Malaikat” utusan untuk menolong mereka. Mereka sama sekali tidak pernah menduga atau mendengar bahwa diatas atap gubuk mereka yang telah banyak bocor, itu pada waktu semalam melayang-layang bayangan dua sosok tubuh yang amat gesit dan ringan memasuk-masukkan hadiah-hadiah itu kedalam gubuk yang bobrok.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Demi setelah mereka dapatkan rejeki itu yang berarti bahwa hari-hari kehidupan yang mereka hadapi tidak terlalu gelap seperti apa yang selama ini mereka selalu alami, membuat semangat mereka yang tadinya melempem serempak menjadi bangkit. Api perjuangan yang sudah mulai berkobar dimana-mana akhirnya menggugah dan membakar semangat mereka. Tuan tanah Li Samlay yang selama ini menindas dan memeras mereka dan selalu mereka takuti, kini semangat dan keberanian mereka bangkit, setelah mereka berkompromi tercapailah kebulatan tekad untuk tidak mau mematuhi segala perintah, menentang dan bahkan mengganyang si tuan tanah Li Samlay, seiring dengan irama perjuangan yang mengusir penjajah durhaka dan mengikis habis segala macam antek-anteknya. Terjadinya kebangkitan semangat juang bagi penduduk dusun Bok li cun ini sungguh sesuai dan tepat dengan makna pribahasa kuno yang menyatakan bahwa rakyat akan dapat berjuang secara gagah berani dan jorjoran kalau perut mereka kenyang. Sebaliknya kalau perut rakyat lapar bagaimana akan mampu berjuang dan bertempur menghadapi lawan sedangkan untuk berjalan saja tubuhnya terhuyung-huyung lesu dan langkah kakinya gontai terseok-seok. ooooooodwoOookzoooooo
Setelah melakukan perjalanan kurang lebih sebulan dan tentu saja selama diperjalanan ia selalu mengulurkan tangan melakukan pertolongan setiap kali dijumpainya peristiwa-peristiwa yang merugikan dan menggencet si lemah akhirnya pada suatu hari sampailah ia didusun Bu leng cun, kampung halamannya yang selalu mendatangkan kenang-kenangan getir selama ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pertama-tama yang dikunjunginya adalah pusara dari ayah, ibu, dan cicinya.
Sungguh, batin Hayhauw sudah kuat berkat gemblengan suhunya, akan tetapi ketika ia berlutut sambil menghadapi tiga buah pusara yang menjejer itu walaupun ia sudah berusaha menekan perasaan batinnya sedapat mungkin, tak urung dari kedua mata menitikkan air mata kesedihan. Malapetaka yang terjadi delapan tahun yang lalu kembali menggores kalbunya. Lama juga ia seorang diri berada dikuburan itu, rumput alang-alang yang tumbuh sejak delapan tahun diatas tiga buah pusara yang tidak terurus itu, dibabat dan dicabutinya sampai bersih. Wajah ayah, ibu, dan cicinya terbayang di ruang matanya, dan aneh sekali, diantaranya tiga bayangan yang amat di cintainya itu, muncul pula sebuah bayangan lain yang juga dengan diam-diam sudah dicintainya, yakni bayangan gadis yang secara kebetulan dijumpainya didusun Ho leng cun . . . Keadaan ditempat itu sedemikian sunyi dan tenang. Kesunyian mana benar-benar mendatangkan pilu kalau mengingat bahwa hidup didunia ini sudah sebatangkara. Akan tetapi kesunyian itu akan menjadi sebaliknya, mendatangkan perasaan senang dan romantis andai kata tiba-tiba gadis yang sudah menawan hatinya itu datang saling berkenalan selanjutnya bercakap-cakap dengan hati dipenuhi perasaan mesra. Ternyata tanpa disadarinya, sambil duduk dibawah sebatang pohon kayu dan kedua tangannya menompang dagu, Hayhauw asyik melamun . . . Tiba-tiba kesepian yang menjadikan Hayhauw melamun itu dirobek oleh suara teriak-teriakan gaduh dan biarpun suara ini datang dari tempat jauh, akan tetapi cukup mengejutkan bagi Hayhauw sehingga anak muda ini tersentak dari lamunannya. Diperhatikannya suara gaduh itu dari mana datangnya dan biarpun sudah delapan tahun meninggalkan dusun ini namun ia masih cukup ingat dan mengenal letak-letak perumahan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kampung halamannya. Segera ia dapat menduga bahwa suara gaduh itu datangnya dari arah tempat tinggal tuan tanah Ceng Lobin. Teringat kepada tuan tanah ini Hayhauw segera teringat pula kepada tuan muda Ceng Kunhi, si mata juling musuh besarnya, yang barusan selagi ia asyik melamun seakan-akan dilupakannya. Darah anak muda ini tiba-tiba mendidih dan setelah beranjak dari tempat duduknya, tubuhnya lalu berkelebat menuju kearah dimana gedung tuan tanah Ccng Lobin. Selama delapan tahun Han Hayhauw meninggalkan dusun Ho leng cun, telah banyak perubahan didusun ini. Tuan tanah Ceng sudah mulai tua dan sudah tidak dibantu putera tunggalnya karena tuan muda Ceng Kunhi pada tiga tahun yang lalu sudah menikah dengan puteri seorang hartawan dikota Cintok bernama Lo Binkong dan si tuan muda itu tinggal bersama isteri dan mertuanya. Kemudian penduduk dusun Ho leng cun mendapat kabar bahwa mertua Ceng Kunhi yakni Lo Binkong diangkat menjadi gubernur dan menjabat kedudukan itu dikota Thaygoan sebagai pengganti gubernur lama yang sudah meninggal dunia. Adapun Ceng Kunhi yang ketika itu sudah memiliki ilmu silat tinggi setelah
berguru kepada seorang hwesio bayaran kawan karib mertuanya dikota Cintok, berkat mertuanya ia mendapat kedudukan tinggi pula, yaitu menjabat pangkat selaku panglima-muda dalam Pasukan Garuda penjaga keamanan kota Thaygoan dan sekaligus merangkap sebagai barisan pelindung gubernur Lo Binkong. Biarpun usianya makin bertambah tua dan tidak dibantu lagi oleh puteranya, akan tetapi tuan tanah Ceng Lobin masih tetap aktif untuk memperkaya dirinya yang sudah kaya raya yakni kekayaan yang dikeruk dari hasil banting tenaga dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ cucur peluh para penduduk dusun Ho leng cun yang dikuasainya. Dan pada waktu yang paling akhir, setelah mendengar pemberontakan yang dipimpin oleh Coe Goan Ciang dan timbul pula pemberontakan dimana-mana yang selain mengganyang pemerintahan Mongol juga mengganyang para tuan tanah, Ceng Lobin dengan sendirinya merasa terancam, dan karena merasa para tukang pukul yang lima orang itu kurang kuat untuk menjaga keselamatannya, maka tuan tanah ini lalu minta bantuan kepada puteranya yang segera mengirim seregu pasukan dan kebetulan sekali pasukan yang seregu ini dikepalai oleh seorang komandan yang sudah lama dikenalnya, yaitu komandan bertubuh gendut dan bermuka bopeng yang pernah mengepalai barisan pengumpul tenaga kerja paksa didusun ini dan pembaca tentu masih ingat nahwa komandan ini bernama Be Kunbu. Makin celakalah nasib para penduduk setelah adanya pasukan iblis yang didatangkan tuan tanah ini. Akan tetapi para penduduk yang tadinya hanya merupakan kelompok manusia lemah dan merupakan makanan empuk bagi si tuan tanah dan para anjing-anjingnya, setelah mendengar perjuangan yang dipelopori oleh Coe Goan Ciang, semangat dan jiwa mereka sudah bangkit seirama dengan kebangkitan saudara-saudara mereka disegenap tanah air. Apalagi sekarang penduduk Ho leng cun ini banyak terdiri para kaum muda yang usia mereka hampir rata-rata sepantar dengan Hayhauw. Maka darah muda mereka jadi panas dan mendidih dibakar oleh api revolusi membuat mereka sangat berani menentang dan melawan segala perbuatan biadab dari para oknum pengganggu dan penindas mereka. Mereka maklum bahwa para orang tua mereka mewariskan kemiskinan dan kesengsaraan kepada mereka, adalah disebabkan perbuatan tuan tanah Ceng. Mereka masih dan selalu ingat bahwa ayah, paman, atau kakak mereka ditarik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kerja paksa pada delapan tahun yang lalu dan sampai kini tidak kembali dan sama sekali tiada kabar beritanya, biarpun maklum bahwa Be Kunbu yang menjalankan perintah dari atasan sehingga hal itu tidak dapat terlalu mempersalahkan kepadanya, akan tetapi kalau mengingat betapa dia dan anak buahnya melakukan perbuatan biadap mengganggu ibu-ibu atau cici-cici mereka sehingga banyak yang
melakukan perbuatan nekat mengakhiri hidup mereka tak kuasa menanggung rasa malu, maka hal inilah yang justru mendatangkan rasa sakit hati mereka terhadap komandan gendut bopeng itu. Lebih-lebih rasa sakit hati mereka terhadap tuan muda Ceng Kunhi karena putera tuan tanah inilah yang menunjuk-nunjuk ketika gerakan operasi pengumpulan tenaga. Akan tetapi sekarang, karena si tuan muda bermata juling dan berwajah setan itu tidak ada didusun Ho leng cun, maka rasa sakit hati para penduduk jadi ditimpahkan seluruhnya kepada tuan tanah Ceng Lobin, karena mereka yakin bahwa kegiatan si tuanmuda itu sudah tentu atas persetujuan atau titah dari Ceng Lobin, maka sudah semestinya bahwa situa bangka itu mereka tuntut pertanggunganjawabnya. Ceng Lobin melihat gejala-gejala bahwa penduduk dusun akan memberontak, maka ia segera menggerakkan tukang pukul dan pasukan pengawalnya untuk menumpas. Akan tetapi, seperti sudah diterangkan bahwa para kaum muda penduduk dusun sekarang bukan lagi merupakan kelompok manusia-manusia lemah, melainkan telah merupakan patriot-patriot yang berjiwa dan bersemangat gagah, maka setiap kali mendapatkan aksi dari anjing peliharaan tuan tanah itu, secara gagah berani lalu mengadakan reaksi untuk menimpalinya sehingga oleh karena ini, timbullah bentrokan-bentrokan dan yang mendatangkan akibat jiwa melayang dan darah bercucuran dikedua pihak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Akan tetapi setiap terjadi bentrokan atau pertempuran, selalu dipihak para penduduklah yang lebih banyak menderita kerugian, oleh karena selain mereka rata-rata tidak pandai silat dan hanya memiliki semangat serta keberanian belaka, juga disebabkan tiadanya pimpinan. Namun walaupun demikian semangat mereka tak jadi patah karenanya, antara mereka dan mereka tak putusnya berunding dan tekat mereka tetap bulat untuk melawan si tuan tanah berikut antek-anteknya sampai kikis habis. Untuk membela hak kebebasan dan kemerdekaan ini, untuk melepaskan diri dari penindasan, biarpun harus mengorbankan nyawa, mereka rela. Melihat betapa secara terang-terangan para penduduk memberontak tuan tanah Ceng marah sekali dan segera ia perintah para anteknya untuk membumihanguskan gubukgubuk bobrok kaum pemberontak itu, supaya mereka kapok dan minta ampun. Demikian jalan pikiran Ceng Lobin dan betapapun juga ia masih mengharapkan para penduduk itu akan mau tunduk lagi dibawah kakinya, oleh karena kalau tanpa tenaga mereka yang merupakan penggarap-penggarap sawah ladang dan budak-budaknya, ia merasakan hidupnya berabe juga. Akan tetapi kenyataannya para penduduk yang dikerasi itu benar-benar jadi makin merasa sakit hati dibuatnya, mereka terpaksa membawa para orang tua dan sebagai pembalasan dibakarnya gubuk-gubuk mereka itu, mereka membabat habis gandumgandum yang sudah menguning disawah milik Ceng Lobin dan diangkut ketempat pengungsian sehingga dengan demikian, selain mereka mendapat ganti harga gubuk mereka yang sudah dibumihanguskan itu dengan harga gandum, juga gandum itu dapat mereka gunakan sebagai bekal perjuangan mereka. Bahkan mereka jadi bertekad untuk membakar gedung siuan tanah itu sebagai pembalasan yang setimpal. Demikianlah terjadi pada suatu hari, para pejuang gagah berani yang oleh kaum
penindas dicap pemberontak ini telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berjalan secara berbondong menuju ketempat gedung Ceng Lobin. Mereka ini terdiri dari limapuluh orang, yang terbanyak adalah pemuda-pemuda, akan tetapi beberapa orang sudah tua serta beberapa anak tanggung ternyata tak mau ketinggalan. Wajah mereka rata-rata menunjukkan kesungguhan tekad mereka dan mata mereka agak merah mencerminkan bahwa hati mereka dipenuhi hawa amarah yang seakan-akan sanggup membakar jagat. Senjata yang mereka bawa bermacam-macam, seperti cangkul, golok, linggis, bambu runcing, alu, martil kampak dan lain-lain lagi yang kesemuanya menyatakan bahwa rombongan pejuang ini terdiri dari kaum tani dan miskin. Ketika mereka tiba didepan gedung Ceng Lobin, segera mereka mengambil posisi mengurung. Akan tetapi untuk beberapa saat mereka agaknya merasa ragu-ragu sehingga mereka hanya berdiri tegak diluar pagar pekarangan yang terbuat dari ruji-ruji kayu yang kokoh kuat! Yang membuat mereka ragu ialah, keadaan gedung itu demikian sepi seakan-akan kosong, tak seorangpun penjaga yang kelihatan batang hidungnya. Akan tetapi kemudian secara tiba tiba sekali, seorang diantara mereka mempelopori kawan-kawannya berseru keras. "Serbuuu . . . !" -o0odwookzo0o-
Jilid IV Ia sendiri membuka pintu pagar yang sudah diikat dengan rantai besi dan ternyata ia tidak kuat membukanya, akan tetapi lima orang yang telah terbangun semangat mereka oleh pelopor ini segera maju membantunya. Pintu pagar itu didorong dan ditarik secara berbareng sehingga dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengeluarkan suara keras pintu pagar itu jebol dan roboh. Suara ambruknya pintu pagar yang gaduh ini seakan-akan menambah semangat kawankawan lainnya, sehingga mereka ini memasuki pekarangan gedung itu tidak melalui pintu pagar, melainkan mereka memanjat dan meloncati pagar itu, maka secara serempak sambil bersorak-sorak dan senjata mereka diangkat keatas kepala, mereka berlari melewati pekarangan dan menyerbu gedung itu. Pintu gedung yang besar terbuat dari papan tebal itu mereka gedor dan dibuka secara paksa, begitu juga daun-daun jendelanya mereka dobrak. Dan sebelum mereka berhasil membuat jalan untuk memasuki kedalam gedung itu tiba-tiba pintu jendela itu terbuka dari dalam disusul lima bayangan menyambar keluar dan pada detik itu juga terdengarlah
jeritan dari lima orang penyerbu, tahu-tahu ini sudah roboh mandi darah. Ternyata yang menyambar keluar itu adalah lima orang tukang pukul dan setelah melihat betapa dalam segebrakan saja lima orang kawan mereka dibikin roboh oleh kawanan anjing pemakan najis situan tanah itu, mereka jadi marah sekali dan lalu mengeroyoknya. Akan tetapi kepandaian dari lima orang tukang pukul itu terlalu hebat bagi mereka, maka pada detik berikutnya kembali lima orang kawan mereka menjerit ngeri dan roboh. Namun kawanan penyerbu itu tidak gentar dibuatnya, dengan gigih dan sambil berteriak-teriak untuk menambah semangat mereka terus mengadakan perlawanan secara gagah berani, agaknya mereka sudah menjadi nekad dan rela sekalipun mereka tewas dalam pertempuran ini, mereka maka maju terus pantang mundur. Pada saat itu, tiba-tiba dari arah belakang pula penyerbu itu terdengar soraksorai dari serombongan orang yang entah darimana datangnya, tahu-tahu mereka sudah muncul dan senjata-senjata mereka lalu membabat tubuh-tubuh dari kawanan para penyerbu itu. Ternyata serombongan orang yang baru datang ini bukan lain adalah seregu bala tentara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang dipimpin oleh sikomandan gendut bopeng Be Kunbu itu. Jelaslah bahwa Ceng Lobin telah dapat menduga datangnya penyerbuan ini, maka untuk menyambutnya ia sudah mengatur begundal-begundalnya sedemikian rupa. Lima tukang pukulnya sudah memapaki penyerbu itu secara langsung dari depan dan segera bala tentara sewaan yang dipimpin oleh Be Kunbu yang sudah banyak pengalaman bertempur, mengepung dari belakang sehingga dengan demikian, benar-benar kawanan penyerbu itu jadi tergencet dan dalam waktu sebentar saja tidak kurang dari tiga puluh orang kawan-kawan mereka sudah terkapar ditanah tewas atau menderita luka parah. Kini Ceng Lobin menampakkan dirinya yang gemuk itu diambang pintu gedungnya dan hartawan laknat ini ketawa bekakkan ketika dilihatnya kawanan pemberontak begitu mudah dibabat dan dijungkalkan oleh senjata-senjata ditangan para cecunguk sewaannya. “Hahaha ... ! Bagus! Babat semua! Bikin mampus semua bangsat-bangsat pemberontak membahayakan negara ini! Hayo, kirim keneraka semua! Hahaha ... !” Demikian Ceng Lobin gembar-gembor sambil terus ketawa bekakakan seakan-akan pertempuran yang terjadi didepan matanya itu merupakan pesta pora yang menggembirakan hatinya. Akan tetapi kemudian ketawa iblisnya siperut gede ini tiba-tiba terhenti ketika dilihatnya sesosok bayangan putih yang gesit sekali gerakannya tahu-tahu berkelebatan kian-kemari diantara kegaduhan pertempuran itu. Setiap kali bayangan putih itu berkelebat, menjerit dan robohlah seorang perajurit dan sepuluh kali bayangan putih itu bergerak dalam waktu yang cepat, tahu-tahu seregu perajurit itu sudah terjungkal semuanya. Ceng Lobin tidak percaya kepada penglihatan matanya sendiri dan ia menganggap bahwa bayangan putih yang hebat dan luar biasa gerakannya itu hanya terjadi karena khayalannya sendiri, maka
dengan mulut ternganga dibukanya kedua matanya lebar-lebar untuk melihatnya lebih tegas dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ketika itu, bayangan putih tadi sudah berkelebat pula membuat tiga kali gerakan berturut-turut dan akibatnya benar-benar membuat tuan tanah ini kaget bukan main, karena dilihatnya tiga orang tukang pukulnya sudah terjungkal mampus. “Setan ... ! Ada setan putih disiang hari bisik Ceng Lobin dengan muka pucat dan ia jadi begitu ketakutan, maka cepat ia memutar tubuh gemuknya dan tubuh yang bundar itu seperti menggelundung ketika ia lari terbirit-birit kedalam gedungnya. Pembaca kiranya sudah dapat menebak bahwa bayangan putih yang bergerak hebat luar biasa cepatnya yang datang membantu kawanan penyerbu, yang dalam waktu sedemikian cepat telah merobohkan sepuluh orang perajurit berikut tiga orang tukang pukul secara begitu mudah dan yang membuat tuan tanah merasa ketakutan setengah mampus, bukan lain ialah Han Hayhauw adanya. Pemuda itu tiba ditempat itu sungguh tepat pada waktunya, kalau tidak, atau terlambat sedikit saja, agaknya benar-benarlah kawanan penyerbu itu akan tewas semuanya. Han Hayhauw segera dapat memilih mana kawan dan lawan, maka dengan secara cepat dan tepat ia segera turun tangan. Ia mengerahkan ginkangnya yang benar-benar hebat sehingga tubuhnya gesit berkelebatan seperti gaya seekor naga putih mengamuk. Dengan ujung tongkatnya ia membagikan totokan kepada sepuluh orang prajurit itu dan ia bekerja begitu cepat, hal ini bukan ia hendak memamerkan kepandaiannya akan tetapi ia bekerja memburu waktu supaya korban yang jatuh dipihak penyerbu tidak lebih banyak lagi. Betapapun juga Hayhauw tidak mempunyai hati kejam terhadap perajurit penjajah itu sehingga ia tidak berlaku telongas, melainkan ia hanya menyerang dengan totokan saja tanpa membahayakan jiwa mereka. Akan tetapi kalau terlalu dan para tukang pukul yang ia ketahui kekejaman mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sering menganiaya para penduduk yang sampai saat ini masih diingatnya. Hayhauw marah sekali dan itulah sebabnya maka ketika ia menyerang tiga tukang pukul tadi, ia melancarkan serangan yang mematikan. Sementara itu terjadilah perubahan dipihak para penyerbu, kalau tadinya ia sudah terdesak demikian hebat dan melihat dalam waktu sebentar saja kawan-kawan mereka sudah banyak yang roboh, menyebabkan hati mereka amat cemas dan bingung sehingga semangat juang mereka jadi mengendur sendirinya. Akan tetapi, setelah melihat betapa kawan-kawan mereka
dalam waktu yang hampir bersamaan roboh berjungkalan tanpa mereka ketahui apa sebabnya oleh karena gerakan Hayhauw cepat luar biasa sehingga tak sempat terlihat oleh mereka, maka sebelum maklum apa yang telah terjadi, namun sudah barang tentu peristiwa ini membuat hati mereka menjadi girang dan semangat mereka yang tadi sudah mengendur tiba-tiba bangkit pula. Maka dengan penuh kegemasan dan marah mereka segera mencincang dan menggebuki tubuh-tubuh lawan yang sudah tak berdaya itu. Be Kunbu merasa heran sekali ketika melihat betapa anak buahnya berjungkalan dan kini dibikin pergedel oleh para penyerbu itu, namun karena sikomandan ini mempunyai penglihatan tajam segera dapat melihat seorang pemuda berpakaian putih yang ketika itu sedang merobohkan tiga orang tukang pukul tadi. Sambil mengerang nyaring seperti harimau saking murkanya komandan ini lalu menubruk dan golok besarnya dibabatkan ketubuh pemuda baju putih itu. Tatkala mana Han Hayhauw baru saja merobohkan tiga orang tukang pukul lainnya yang agaknya mereka ini marah sekali melihat kematian tiga orang kawannya, sudah menghampiri dan menyerang dari kanan kiri. Hayhauw memiliki kewaspadaan serta pendengaran luar biasa tajamnya, maklum bahwa selain dua tukang pukul menyerang dari kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sampingnya, juga ia maklum pula bahwa terdapat lagi seorang yang menyerarg dari arah belakang. Pemuda yang memiliki kecerdikan sejak kecil ini sudah menyediakan akal sempurna untuk menghadapi tiga serangan yang datangnya dalam waktu bersamaan ini, sambil berseru keras tiba-tiba tubuh anak muda ini mencelat ke udara dan karena ini, membuat ketiga penyerangnya tadi yang mempunyai arah sasaran yang sama jadi menyerang tempat kosong dan bahkan senjata mereka saling beradu dengan dahsyat sekali. Karuan saja Be Kunbu dan dua orang tukang pukul itu kaget bukan main, baiknya mereka cepat menarik senjata masing-masing dan kalau tidak, sangat mungkin tubuh mereka menjadi arah sasaran senjata kawan sendiri. Ketika itu tubuh Hayhauw yang mumbul keudara sudah membikin gerakan jungkir balik (poksay) dan dengan kedua kaki diatas dan kepala dibawah, seiring tubuhnya meluncur turun, tongkatnya mengirim serangan kearah kepala ketiga orang itu secara sekaligus. Benar-benar serangan dari anak muda itu begitu cepat, dahsyat dan mematikan. Inilah serangan yang disebut gerak tipu Soan-hong sauw-siat atau Angin taufan menyapu salju. Ketiga orang yang diserangnya itu tatkala mana sebenarnya masih belum hilang dari rasa kaget mereka, dan kini mendadak terdengar suara keras seperti benda dipukul dan tahutahu seorang tukang pukul terjungkal dengan kepala pecah serta hampir bersamaan dengan itu, Be Kunbu menjerit ngeri, tubuhnya yang gemuk bulat terhuyung-huyung sebentar dan lalu jatuh tersungkur disertai suara berdebum keras. Ternyata kepala tukang pukul tadi telah pecah dihantam tongkat Hayhauw, Be Kunbu dapat menyelamatkan kepalanya karena komandan ini cepat berkelit akan tetapi justru karena kelitannya ini, ujung tongkat ditangan Hayhauw jadi menyodok pundaknya sehingga tulang pundak itu patah dan remuk. Kedua tubuh yang baru saja roboh karena serangan Hayhauw itu lalu dijadikan rebutan kawanan penyerbu yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kini benar benar sudah pulih semangat mereka, tubuh tukang pukul yang sudah tidak bernyawa lagi karena kepalanya pecah kembali dihujani senjata dan gebukan oleh mereka. Demikian pula tubuh Be Kunbu yang gemuk itu di bak-bik-buk, secara gencar sehingga sikomandan yang sebenarnya hanya pingsan itu, akhirnya sampai ajalnya. Be Kunbu mati bukan saja dicacah dan digebuki oleh para penyerbu yang merasa dendam kepadanya, juga tubuh gendut yang kini sudah menjadi mayat itu menjadi basah dihujani ludah oleh para pembencinya. Hanya tukang pukul seorang lagi saja dapat menyelamatkan diri dari serangan Hayhauw. Tukang pukul ini memang adalah menjadi komandan dari keempat orang tukang pukul yang sudah mampus tadi sehingga tentu saja kepandaiannya lebih tinggi dari pada kawan-kawannya. Akan tetapi betapapun tinggi kepandaian yang dimilikinya, ketika dilihat kehebatan pemuda baju putih itu yang telah membikin semua kawannya mampus, hati tukang pukul itu otomatis merasa jerih dan timbullah watak pengecutnya. Maka ketika dilihatnya tongkat sipemuda yang setelah menyodok pundak Be Kunbu tadi menyambar langsung kearah dadanya, ia sama sekali tak berani menggunakan senjatanya menangkis, melainkan cepat ia membuat gerakan Ouw liong coan siut (Naga hitam membalikkan tubuh), tubuhnya berjumpalitan kebelakang tiga kali jungkiran dan setelah itu ia berlari cepat memasuki kedalam gedung majikannya. Ketika itu Han Hayhauw sudah berdiri pula diatas tanah dan melihat tukang pukul itu melarikan diri, ia segera membentak "Anjing tuan tanah! Kau hendak minggat kemanakah?" Tangan kirinya dengan jari-jari terbuka bergerak kearah punggung tukang pukul itu. Sebenarnya tukang pukul itu sudah merasa lega hati dapat menjauhkan diri dari pemuda lihay itu dan melarikan diri mencari selamat akan tetapi sebelum ia sempat masuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kedalam gedung majikannya, dimana tiba-tiba ia merasakan punggungnya didorong oleh suatu tenaga amat dahsyat sehingga tubuhnya mental kedepan dan menumbuk dinding tembok gedung itu. Setelah mana tubuh orang ini lalu mental lagi kebelakang dan kemudian terguling dalam keadaan terlentang tak berkutik. Ternyata nyawanya telah melayang menyusul nyawa kawan-kawannya. Serempak tubuh ini menjadi sasaran kemarahan dari para penyerbu pula. Sementara kawan-kawan yang lainnya pula, setelah melihat tiada musuh yang masih hidup lalu menyerang masuk kedalam gedung sambil berteriak-teriak. “Sisetan she Ceng tadi kulihat masuk kesini .... !”
“Cari sampai dapat .... !” “Bunuh mampus saja manusia laknat penindas itu.” “Jangan dibunuh! Hukum picis saja .....” Demikian sambil berteriak-teriak hiruk pikuk mereka menyerbu dalam gedung itu. Setiap ruangan atau kamar digeledah. Lemari-lemari mereka robohkan, tempat tidur – tempat tidur mereka obrak abrik dan setelah segala perabot rumah tangga itu menjadi porak poranda, akhirnya tempat prsembunyiannya yaitu sebuah
gulingkan untuk mencari tuan tanah itu. Dan yang serba indah dan mewah didalam gedung Ceng Lobin dapat mereka temukan juga dari kamar rahasia bawah tanah.
Sebelum tempat persembunyian Ceng Lobin mereka temukan mereka sudah sama menyangka bahwa sihartawan laknat itu sudah kabur, melalui pintu belakang dan beberapa orang sudah mengejarnya kesana. Akan tetapi ketika salah seorang menggentak gentakkan kakinya di atas lantai, dan lantai itu ternyata berbunyi menandakan bahwa dibawah kosong, ia menjadi curiga dan begitulah bersama kawan kawannya, dengan menggunakan linggis, cangkul, martil, dan lain-lainnya lagi lantai itu dibongkar dan kemudian ternyata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dibawah situlah situan tanah didapatkan. Beberapa orang segera terjun kebawah dan menubruk tuan tanah itu. Bukan main rasa takut Ceng Lobin melihat kemarahan rakyat jelata ini cepat bertekuk lutut sambil meratap setengah menangis minta ampun, tubuhnya yang gendut menggigil bagaikan diserang demam mendadak. Akan tetapi para penyerbu yang benar benar sudah merasa marah dan gemas itu sama sekali tak menggubris segala ratap tangis dari manusia yang sudah bertahun tahun mereka benci itu. Sebuah kemplangan dari sebatang alu mengetok kepala bundar itu dan situan tanah menjerit kesakitan. Lain lain serangan menyusul pula disertai sumpah serapah dan hujan ludah dari mereka. “Seret dia keluar ...” Seseorang diantara mereka terdengar memberi komando dan demikianlah kaki tangan dan tubuh situan tanah yang sebesar kerbau kebiri direjeng oleh beberapa orang dan mereka tidak sempat berpikir lagi untuk mencari jalan keluar, melainkan mereka mencari jalan yang paling mudah saja, yaitu secara beramai-ramai tubuh Ceng Lobin mereka ayun ambingkan dan setelah berseru. “Satu, dua, tiga ...!” maka tubuh situan tanah itu mereka lemparkan keatas dan persis melalui lobang lantai yang mereka bongkar tadi, tubuh itu mumbul keudara seperti sebuah balon besar ditiup angin. Ceng Lobin menjerit jerit seperti seekor babi disembelih dan suara jeritan ini segera berhenti tatkala tubuhnya terbanting diatas lantai dan suaranya berdebuk keras. Beberapa orang yang tidak turut masuk kedalam lubang lantai tadi dan mereka sengaja menanti disitu segera merejengi kaki dan tangan situan tanah yang sudah diam tak berkutik lagi itu. Tubuh Ceng Lobin lalu mereka seret dibawa keluar sambil bersorak-sorak tanda bahwa hati mereka puas dan gembira. Dan ketika mereka sampai diluar gedung, untuk sejenak mereka jadi melupakan apa yang akan mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ lakukan terhadap tubuh tuan tanah sebagai pelampias kemarahan dan kegemasan hati mereka. Mereka berdiri terpaku sambil mata mereka terbelalak lebar karena apa yang mereka lihat benar-benar membuat mereka tercengang tak kepalang sehingga mereka jadi demikian terkesima. Apakah yang mereka lihat di pekarangan gedung dimana tadi ia bertempur itu? Bagi penglihatan mereka hanya berupa dua bayangan putih dan hitam berkelebat kian kemari mengaburkan pandangan mata mereka, seakan-akan dua ekor naga putih dan hitam sedang bertarung hebat. Apakah yang terjadi sebenarnya ditempat itu? Baiklah kita kembali melihat keadaan Han Hayhauw, yang telah merobohkan ketiga lawannya yang terakhir tadi, pemuda ini hendak ikut masuk bersama para penyerbu kedalam gedung situan tanah, ia akan mencari seorang manusia yang dianggap menjadi musuh besarnya, yaitu Ceng Kunhi yang selalu diingatnya, bermata juling, berwajah buruk seperti muka setan. Akan tetapi baru saja sepasang kakinya bergerak hendak segera memasuki gedung itu, tiba-tiba mendengar suara bentakan menggeladak dari arah belakangnya. “Bedebah! Siapakah yang berani membuat kekacauan digedung ini .... ?!” Han Hayhauw membatalkan maksudnya seraya cepat memutar tubuh dan ia dapatkan dihadapannya berdiri sambil bertolak pinggang seorang hwesio bertubuh tinggi kekar yang entah dari mana datangnya. Wajah hwesio itu nampak amat bengis dengan kumis dan jenggotnya yang hitam panjang seperti Kwan Kong atau seorang tokoh dalam cerita Sam Kok, sungguh berlawanan dengan kepalanya yang gundul klimis. Sikapnya amat garang dan matanya yang melotot menatap Hayhauw yang diam-diam menelitinya. Dipinggangnya tergantung sebatang pedang yang sarungnya dihiasi ukir-ukiran indah sekali dan yang sangat menarik perhatian anak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ muda ini, ialah bahwa hwesio itu mengenakan jubah warna hitam. Hwesio yang belum dikenal oleh Hayhauw ini bukan lain ialah To Tek Hosiang yang pernah mewariskan ilmu pedangnya kepada Ceng Kunhi dikota Cintok. To Tek Hosiang adalah seorang hwesio keluaran dari Siauwlimpay dan oleh karena ia telah melakukan penyelewengan, maka oleh cabang-persilatan tersebut ia diusir dan bahkan tidak diakui pula sebagai anggota Siauwlimpay. Hwesio yang diusir ini lalu minggat setelah mencuri Imyang-kiam, sebatang pedang yang menjadi barang pusaka Siauwlimpay pada masa itu dan dibawanya serta dijadikan genggaman dalam petualangannya dimana ia banyak melakukan kejahatan-kejahatan yang merugikan rakyat jelata, terutama menculik dan memperkosa gadis-gadis atau wanita-wanita muda selalu menjadi kegemarannya. Hal ini tentu saja menyebabkan sesepuh Siauwlimpay yang pada masa itu dipegang oleh Tianjin Hosiang menjadi sangat marah sekali dan segera menyuruh beberapa orang anak muridnya pergi mencari dan
menghukum hwesio durjana itu, selain untuk membersihkan nama Siauwlimpay, juga untuk mengambil kembali pedang pusaka Im-yang-kiam. Tidak saja para hwesio murid dari Tianjin Hosiang pergi mencarinya, bahkan mereka ini minta bantuan para hwesio rekan-rekan mereka diberbagai tempat, akan tetapi oleh karena To Tek Hosiang selain berkepandaian tinggi juga sangat licin sehingga sangat sulit untuk ditangkap dan demikianlah sampai sebegitu lama Hwesio murtad ini selalu bebas melakukan