Fitriati, Menentukan Hubungan Antara... MENENTUKAN HUBUNGAN ANTARA GENDER, SIKAP MATEMATIKA DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA: UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN
Fitriati1
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji validitas dan reliabilitas tes kemampuan matematika berbasis UN yang dikembangkan sebagai salah satu instrumen dalam penelitian menentukan hubungan anatar gender, sikap matematika dan prestasi belajar matematika. Tes terdiri dari 30 soal berbentuk pilihan ganda berdasarkan materi yang diuji untuk ujian nasional dengan menyeleksi materi–materi yang telah dipelajari pada kelas satu dan dua saja. Tes yang telah dikembangkan diuji coba kepada 51 siswa kelas X SMA yang tersebar dalam 2 SMA dikota Banda Aceh. Hasil tes dianalisis dengan software Item Analisis (ITEMAN) yang menghasilkan 15 item soal dapat diterima, 8 item soal harus direvisi, sedang sisanya 7 item soal harus dibuang dari instrumen tes karena tidak memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas data yang telah ditetukan. Untuk itu peneliti perlu mendesain kembali instrumen penelitian dengan mempertimbangkan data-data tersebut agar hasil penelitian yang dihasilkan benarbenar valid sehingga dapat digunakan untuk mengolah data selanjutnya dengan menggunakan teknik loglinear model untuk menguji hubungan antara gender, sikap terhadap matematika dan prestasi belajar matematika. Kata Kunci: Tes Kemampuan Matematika, Validitas dan Reliabilitas dan ITEMAN
1
Fitriati, Dosen Prodi Pendidikan Matematika, STKIP BBG, Email:
[email protected]
ISSN 2355-0074
Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |11
Fitriati, Menentukan Hubungan Antara... membosankan. Sebagian besar siswa masih
PENDAHULUAN Matematika adalah mata pelajaran
mempunyai
kesan
negatif
terhadap
yang diperlukan dalam setiap aspek kehidupan
matematika seperti matematika itu momok,
sehari-hari. Manfaat matematika itu sendiri
matematika tidak menyenangkan (Zubaidah,
tidak hanya terbatas sebagai pengetahuan
2013). Kesan negative ini akan berefek pada
dalam menghitung saja, tapi yang lebih
proses belajar dan prestasi belajar matematika
pentingnya adalah ketika seseorang menguasai
yang akan dicapai oleh siswa nantinya.
matematika dengan baik, maka pola berfikir
Tidak dipungkiri bahwa matematika
mereka akan lebih rasional dan kritis. Manfaat
adalah pelajaran yang sulit (Zubaidah, 2013;
akan pentingnya pendidikan matematika ini
Rusgianto, 2006). Matematika abstrak, banyak
telah dipahami secara global oleh banyak
rumus, dan banyak hitung-hitungan (Sriyanto,
negara-negara di dunia. Dalam laporannnya
2007).
IAE (2008) menyatakan bahwa pendidikan
pemahaman tingkat tinggi, suatu materi akan
matematika
yang
sulit dipahami jika materi prasyarat tidak
fundamental tidak hanya bagi perkembangan
dipahami dengan baik, oleh karena itu factor
ekonomi dan sosial dari sebuah negara tetapi
lain seperti kurikulum, metode penyampaian,
juga bagi perkembangan individual dari setiap
kecerdasan, kemauan, kesiapan guru dan
warga negara. Oleh kerena itu, banyak negara-
kesiapan siswa harus juga diperhatikan dalam
negara
proses pembelajaran matematika.
memberikan
maju
dan
efek
modern
menjadikan
Belajar
matematika
menuntut
matematika sebagai salah satu pelajaran
Salah satu factor lain yang tak kalah
terpenting yang harus dikuasai oleh setiap
penting adalah factor gender (jenis kelamin)
orang yang ingin meraih sukses dalam
siswa. Banyak literature dalam pendidikan
kehidupan
matematika
nya.
Keperluan
menguasai
mengungkapkan
bahwa
jenis
matematika ini telah menjadi kesepakatan
kelamin (gender) mepengaruhi prestasi belajar
internasional, dimana hampir semua negara
siswa (Geary et al., 2000; ). Studi tentang
menyatakan bahwa melek matematika harus
perbedaan gender dalam prestasi belajar
membekali siswa dengan skil-skil seperti
matematika dan sikap terhadap matematika
berfikir kreatif, berfikir kritis, penalaran yang
telah dilakukan semenjak tiga decade yang
logis dan problem solving (NCTM, 2000).
lalu. Perbedaan gender dalam capaian prestasi
Namun
internasionalisasi
matematika telah dikenali sebagai phenomena
manfaat pendidikan matematika ini ditemukan
global dalam beberapa studi crossnational.
bahwa
dalam
Steoretipe bahwa anak perempuan dan wanita
memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip
pada umum nya lemah akan matematika masih
matematika juga terlihat universal (Yildirim,
ada, meskipun banyak juga bukti yang
2006).
memperlihatkan masih ada kesamaan gender
kesulitan
siswa-siswa
Pada umum nya banyak siswa
mengangap pelajaran
dibalik
matamatika yang
ISSN 2355-0074
sulit
sebagai dan
suatu
dalam prestasi belajar matematika (Hedges &
bahkan Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |12
Fitriati, Menentukan Hubungan Antara... Nowell, 1995; Hyde, Fennema & Lamon,
dapat digambarkan dalam cara yang lebih
1990; Quest, Hyde & Linn, 2010).
konprehensif.
Pada saat yang sama, sejumlah studi
Berdasarkan uraian perlu dilakukan
yang focus terhadap perbedaan gender dalam
penelitian untuk menguji apakah terdapat
sikap
matematika
hubungan antara gender, sikap terhadap
menemukan bahwa anak laki-laki cenderung
matematika dan prestasi belajar matematika.
memiliki
terhadap
Dalam menguji keterkaitan antar variabel
matematika (Quest, et al., 2010; Hyde,
tersebut maka instrumen yang digunakan harus
Fennema, Ryan, et al., 1990). Akan tetapi
valid dan realibel, dengan demikian tujuan dari
dalam studi sekarang ini seperti TIMSS dan
penelitian ini untuk menguji validitas dan
PISA menemukan bahwa perbedaan gender
reliabilitas instrumen yang digunakan benar-
dalam prestasi belajar matematika dan sikap
benar
terhadap matematika semakin menurun (IEA,
matematika sehingga kesimpulan yang ditarik
2008; OECD, 2007; Quest, et al., 2010).
valid dan reliable.
Laporan Studi TIMSS 20007 mengungkapkan
LANDASAN TEORITIS
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
A.
dan
attitude
sikap
terhadap
yang
positif
dapat
mengukur
prestasi
belajar
Prestasi belajar dan faktor-faktor
dalam kemampuan rata-rata antara anak laki-
yang mempengaruhinya.
laki dan perempuan kelas empat dari beberapa
Dalam hubungannya dengan belajar,
negara yang ikut. Akan tetapi, pada kelas
maka prestasi belajar adalah hasil yang
delapan,
memiliki
diperoleh setelah mengalami proses kegiatan
diatas
rata-rata
belajar. Prestasi belajar yang dimaksud adalah
anak
laki-laki.
hasil belajar matematika yang merupakan
Disamping itu studi ini menemukan bahwa
akibat yang diperoleh setelah melakukan
baik anak laki-laki maupun anak perempuan
aktivitas mental yang berlangsung dalam
dari beberapa negara yang ikut memiliki sikap
interaksi dengan lingkungannya, sehingga ada
positive yang sama terhadap matematika (IEA,
perubahan
2008). Ini menunjukkan bahwa stereotipe
keterampilan,
tentang female inferiority dalam matematika
pembelajaran matematika. Prestasi matematika
sedikit bertolak belakang dengan data actual
dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi yang
dari
Ini
bertujuan untuk mendapatkan data yang
tentang
menunjukkan sejauh mana tingkat kemampuan
perbedaan gender dalam matematika telah
dan keberhasilan matematika siswa dalam
beubah dan kondisi-kondisi ini berbeda di
pencapaian tujuan pembelajaran.
anak
perempuan
kemampuan
matematika
dibandingkan
dengan
penelitian
mengindikasikan
sebelumnya. bahwa
pattern
pengetahuan, dan
nilai
pemahaman, sikap
dalam
beberapa negara. Kondisi ini menujukkan
Tinggi rendahnya prestasi seseorang
bahwa penelitian yang berkelanjutan tentang
dalam belajar pasti dipengaruhi oleh berbagai
masalah ini harus dilakukan sehingga kondisi
faktor. Menurut Slameto (1995) faktor-faktor
tentang perbedaan gender dalam matematika
yang
ISSN 2355-0074
memengaruhi
hasil
belajar
dapat
Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |13
Fitriati, Menentukan Hubungan Antara... digolongkan menjadi dua golongan yaitu
tek atau alat bantu belajar lain nya; dan (4)
faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern
faktor penilaian.
adalah faktor yang ada dalam diri individu
Berdasarkan
uraian
diatas
dapat
yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern
dipahami bahwa prestasi belajar matematika
adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
intern meliputi faktor psikologis (berupa faktor
adalah gender dan sikap terhadap matematika.
inteligensi, minat, bakat, motif, kematangan
B.
Sikap Terhadap matematika
dan kesiapan). Sedangkan didalam faktor
Salah satu faktor interen yang dapat
ekstern, dapat dikelompokkan menjadi tiga
mempengaruhi prestasi belajar matematika
faktor juga, yaitu faktor keluarga (berupa cara
adalah sikap terhadap matematika. Sikap
orang tua mendidik, relasi antara anggota
merupakan salah satu faktor afektif yaitu
keluarga, suasana rumah tangga, keadaan
faktor yang mengacu pada berbagai perasaan
ekonomi, pengertian orang tua dan latar
(feelings) dan kecenderungan hati (mood)
belakang
yang secara umum termasuk kepada hal-hal
(mencakup
kebudayaan), metode
faktor
mengajar,
sekolah kurikulum,
yang
tidak
berkait
dengan
kemampuan
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
berpikir. Menurut Shadiq (no date), ada tiga
siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu
faktor afektif yang dapat mempengaruhi
sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung,
proses pembelajaran matematika siswa, yaitu
metode belajar dan tugas rumah), serta faktor
keyakinan (beliefs), Sikap (attitude), dan
masyarakat (berupa kegiatan siswa dalam
Emosi (emotion). Rajecki sebagaimana dikutip
masyarakat, adanya media massa, teman
Norjoharuddeen
bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat).
“Attitudes refers to the predisposition to
Dalam memberi arti atau merespon suatu mata
respond in a favourable or unfavourable way
pelajaran bagi tiap siswa akan berbeda-beda
with respect to a given object (i.e., person,
baik siswa laki-laki atau perempuan, karena
activity, idea, etc).” Artinya, sikap (attitudes)
hal tersebut merupakan proses yang terjadi
mengacu kepada kecenderungan seseorang
dalam diri siswa.
terhadap
respon
(2001)
yang
menyatakan:
berkait
dengan
oleh
„kesukaan‟ ataupun „ketidaksukaan‟ terhadap
Hudoyo (1990) yaitu hasil belajar mengajar
suatu objek yang diberikan (seperti orang,
matematika dipengaruhi oleh beberapa faktor
kegiatan, ataupun gagasan). Dari hasil analisis
seperti (1) faktor peserta didik yang meliputi
literature yang disampaikan diatas dapat
kemampuan, kesiapan, sikap, minat, dan
disimpulkan bahwa sikap merupakan suatu
intelegensi; (2) faktor pengajar yang meliputi
kecendrungan tingkah laku untuk berbuat
pengalaman,
kemampuan
sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan pola
terhadap matematika dan penyampaian nya,
tertentu terhadap dunia sekitar, baik berupa
motivasi; (3) faktor sarana dan prasarana yang
manusia maupun objek-objek tertentu. Guru
meliputi ruangan, alat bantu belajar dan buku
hendaknya memperhatikan faktor sikap dalam
Pendapat
ISSN 2355-0074
senada
dikemukan
kepribadian,
Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |14
Fitriati, Menentukan Hubungan Antara... proses belajar matematika agar hasil dapat
oleh Andre, Whigham, Hendrickson and
dicapai secara maksimal.
Chamber (1999) mendapati siswa sekolah
Dalam banyak literatur disebutkan
dasar
menganggap
pekerjaan
matematika
bahwa sikap terhadap matematika seperti
adalah ranahnya laki-laki. Hasil yang senada
perasaan suka mempunyai
pengaruh yang
juga ditemukan oleh Gallagher and kaufman
signifikan terhadap prestasi belajar. Sebagai
(2006) yang mendapati bahwa ketertarikan
contoh
anak laki-laki terhadap matematika lebih besar
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Hammouri (2004), Kiamanesh (2004) dan
dibandingkan dengan anak perempuan.
Rusgianto (2006) yang menemukan bahwa
Disamping itu, penelitian tentang
sikap positif mempunyai efek yang signifikan
perbedaan
gender
dalam
kemampuan
terhadap hasil belajar. Berdasarkan temuan ini
matematika juga menunjukkan perbedaan
maka perlu di uji secara lebih lanjut tentang
yang sangat besar antara siswa perempuan dan
keterkaitan faktor ini terhadap hasil belajar
laki-laki. Sebagai contoh penelitian yang
pada setting penelitin yang lain sehingga
dilakukan
gambaran yang lebih konprehensif dapat
Hayes & Serrano (2004) menunjukkan bahwa
dideskripsikan.
perbedaan belajar dalam prestasi belajar
C.
Perbedaan gender dalam
matematika sangat jelas pada tingkat sekolah
Matematika
menengah dimana siswa perempuan mulai
Penelitian tentang perberdaan gender
menunjukkan
O‟Connor-Petruso,
sikap
kurang
Schiering,
percaya
diri
dalam prestasi dan sikap terhadap matematika
tentang kemapuan meraka dalam matematika,
telah banyak dilakukan semenjak tiga decade
kemapuan mereka dalam menyelesaikan soal
yang lalu. Rendahnya prestasi belajar anak
pemecahan masalah matematika juga rendah
perempuan merupakan hasil yang paling
dibandingkan dengan siswa laki-laki. Akan
banyak ditemukan (Hedges & Nowell, 1995;
tetapi kondisi sedikit bertolak belakang dengan
Fennema & Lammon, 1990; Quest et al.,
laporan IAE (2008) yang mengungkapkan
2010; Baker & Jones, 1993). Dan persepsi
bahwa
bahwa matematika adalah domainnya anak
dunia dalam matematika tidak lebih buruk
laki-laki
yang
daripada kemampuan laki-laki meskipun laki-
ditemukan dalam beberapa penelitian tentang
laki memiliki kepercayaan diri yang lebih dari
masalah ini. Sebagai contoh penelitian meta
perempuan
analisis yang dilakukan oleh Hyde, et al.,
perempuan-perempuan dari negara dimana
(1990)
siswa
kesamaan gender telah diakui menunjukkan
perempuan pada umumnya kurang percaya diri
kemampuan yang lebih baik dalam tes
dalam
mereka
matematika. Hal ini diperkuat dari hasil
cenderung memiliki sikap negative terhadap
penelitian Aminah dkk menunjukkan tidak
matematika dibandingkan dengan siswa laki-
terdapat
laki. Penelitian yang sama yang dikerjakan
kemampuan geometri siswa dari aspek gender.
masih
yang
belajar
ISSN 2355-0074
ada
sebagaimana
menemukan
matematika
bahwa
dan
kemampuan
dalam
perbedaan
perempuan
diseluruh
matematika,
yang
dan
signifikan
Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |15
Fitriati, Menentukan Hubungan Antara... Singkatnya, sebelumnya
sejumlah
suatu materi tertentu yang seharusnya dikuasai
disebutkan diatas menemukan bahwa prestasi
sesuiai dengan tujuan pengajaran (Arifin,
belajar matematika itu dipengaruhi oleh
2011). Validitas isi adalah validitas yang
karakteristik peserta didik seperti gender and
dilihat dari segi tes itu sendiri sebagai alat
sikap terhadap matematika. Temuan yang
pengukur hasil belajar yaitu: sejauh mana
berbeda
penelitian
teshasil belajar sebagai alat ukur hasul belajar
mengakibatkan perbedaan dalam cara melihat
peserta didik, sejauh mana isinya telah dapat
keterkaitan antar variabel. Beberapa penelitian
mewakili
berkesimpulan bahwa satu variabel tertentu
kesuluruhan materi atau bahan pelajaran yang
mempuyai kontribusi yang signifikan terhadap
seharusnya diuji.
variabel lain sedangkan yang lain tidak. Oleh
Validitas
dari
itu
yang
mengukur tingkat pemguasaan terhadap isi
telah
karena
sebagaimana
penelitian
beberapa
melakukan
representasi
Konstruk
terhadap
(Construct
dengan
Validity), secara stimilogi, kata kontruksi
yang
berbeda
mengandung arti susunan, kerangka atau
Indonesia
sangatlah
rekaan. Dengan demikian, validitas konstruk
diperlukan karena ini akan memberi kontribusi
dapat diartikan sebagai validitas yang dilihat
untuk
yang
dari segi susunan, kerangka atau rekaannya.
konprehensif tentang perbandingan dari hasil
Adapun secara terminologis, suatu tes hasil
penelitian
maupun
belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang
internasional tentang keterikatan antar faktor
memiliki validitas kontruksi, apabila tes hasil
gender,
belajar tersebut –ditinjau dari segi susunan,
menggunakan
analisis
secara
teknik
berdasarkan
kasus
menghasilkan
ditingkat
sikap
gambaran
nasionl
terhadap
matematika
dan
prestasi be;ajar matematika.
kerangka atau rekaannya –telah dapat dengan
D.
Validitas dan Reliabilitas Tes
tepat mencerminkan suatu kontruksi dalam
Validitas berasal dari kata validity
teori psikologis (sudijono, 2009). Untuk
yang berarti sejauh mana ketepatan dan
menentukan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan
instrument harus dilakukan proses penelaahan
fungsi ukurnya. Dengan demikian, maka
teoritis dari suatu konsep dari variabel hendak
instrumen yang valid untuk tujuan tertentu
diukur,
ialah tes yang mampu mengukur apa yang
penetuan
hendak diukur (Arifin, 2011).
kepada penjabaran dan penulisan butir-butir
Konsep
validitas tes dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (1) Validitas isi (Content
validitas
mulai
dari
dimensi
konstruk
perumusan
suatu
konstruk,
dan indicator, sampai
item instrumen. Validitas
empiris
sama
dengan
Validity), (2) Validitas Konstruk (Construct
validitas criteria yang berarti bahwa validitas
Validity), dan (3) Validitas Empiris atau
ditentukan berdasarkan criteria, baik criteria
Validitas criteria.
internal maupun criteria eksternal. Validitas
Validitas
tes
yang ditentukan berdasarkan criteria internal
mempermasalahkan seberapa jauh suatu tes
disebut validitas internal, sedangkan validitas
ISSN 2355-0074
isi
suatu
Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |16
Fitriati, Menentukan Hubungan Antara... yang ditentukan berdasarkan criteria ekternal
reliabilitas yang tinggi ataukan belum, maka
disebut validitas eksternal. Validitas internal
perhitungan reliabilitas soal dapat dihitung
mempermasalahkan validitas butir atau item
dengan menggunakan rumus Alpha (Cronbath
suatu Instrumen dengan menggunakan hasil
Alpha).
ukur
METODE PENELITIAN
instrument
tersebut
sebagai
suatu
kesatuan dan criteria, sehingga juga bisa
Penelitian ini menggunakan instrumen tes
disebut sebagai validitas suatu butir soal.
kemampuan matematika berbasis UN yang
Validitas
besaran
dikembangkan oleh peneliti. Tes kemampuan
koefesien korelasi antar skor butir dengan skor
matematika diberikan kepada siswa untuk
total instrument (Djali dan Muljono, 2008).
mengetahui data prestasi belajar matematika
Jika
siswa. Peneliti mengembangkan 30 soal
butir
butir
tercermin
soal
pada
kontinum,
maka
untuk
menghitung koefisien korelasi antara skor
matematika
butir dengan skor total instrumen digunakan
berdasarkan materi yang diuji untuk ujian
koefisien product moment (r) dengan criteria
nasional dengan menyeleksi materi –materi
jika koefisien korelasi skor butir denga skor
yang telah dipelajari pada kelas satu dan dua
total lebih besar dari koefisien korelasi tabel r,
saja. Tes yang telah dikembangkan diuji coba
koefisien korelasi butir signifikan dan butir
kepada 51 siswa kelas X SMA yang tersebar
tersebut dianggap valid secara empiris.
dalam 2 SMA dikota Banda Aceh yaitu SMA
Validitas eksternal adalah validitas empiris,
yaitu
berdasarkan eksternal
validitas
criteria
itu
dapat
yang
eksternal. berupa
diukur
ukur
pilihan
ganda
N 4 Kota Banda Aceh dan SMA N 5 Kota Banda Aceh.
Kriteria
hasil
berbentuk
Data hasil uji coba dianalisis dengan menggunakan
sofware
ITEMAN
untuk
instrument baku atau istrumen yang dianggap
mendapatkan informasi tentang validitas dan
baku dapat pula berupa hasil ukur lain yang
reliabiltas data. Berdasarkan hasil tersebut
sudah tersedia dan dapat dipercaya sebagai
kemudian peneliti menggunakan item-item
ukuran dari suatu konsep atau variabel yang
soal yang memenuhi kriteria valid dan realibel
hendak diukur.
kemudian baru dapat digunakan pada tahap
Reliabilitas berasal dari kata reliability
penelitian selanjutnya. Adapun kriteria yang
berarti sejauh mana hasi suatu pengukuran
digunakan
dapat dipercaya. Dalam rangka memnetukan
tidaknya item soal adalah kriteria menurut
apakah soal-soal tes yang dikembangkan
Pakpahan (1990) sebagai berikut:
memiliki
daya
keajegan
mengukur
oleh
menentukan
valid
atau
atau
Tabel . Kriteria indek kesukaran dan daya beda Kategori Diterima Direvisi
ISSN 2355-0074
Indek Kesukaran 0,30 ≤ p ≤ 0,70 0,10≤ p ≤ 0,29 atau 0,70 ≤ p ≤ 0,90
Koefisien Daya Beda B ≥ 0,30 0,10 < B < 0,29
Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |17
Fitriati, Menentukan Hubungan Antara... Ditolak
Sementara kriteria yang digunakan
dinyatakan belum memiliki reliabilitas
untuk meninterpretasikan koefisien reliabilitas (r) adalah sebagai berikut (Masrun, 1979):
yang tinggi. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Apabila r ≥ 0.70 berarti soal-soal tes yang
B ≤ 0,10
p < 0,10 atau p > 0.90
sedang
diuji
Data
hasil
ujicoba
yang
berupa
reliabilitasnya
jawaban siswa terhadap tes kemampuan
dinytakan telah memiliki reliabilitas
matematika yaitu soal-soal tipe UN yang
yang tinggi.
berjumlah
30
soal,
diolah
dengan
2. Apabila r < 0.70 berarti bahwa soal-
menggunakan software ITEMAN. Adapun
soal yang sedang diuji reliabilitasnya
hasil analisis data dengan menggunakan ITEMAN adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Item soal scale statistic No
Scale
Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Banyak Soal Banyak Peserta Tes Rata-rata Varian Standar Deviasi Nilai Terendah Nilai Tertinggi Median Alpha
30 51 9.412 10.203 3.194 3 16 9 0.503
Dari tabel 4.1 diatas dapat dilihat
baik yang ditunjukkan oleh α=0.503. Hal ini
intrumen tes terdiri dari 30 soal dan diikuti
sesuai
dengan
Masrun
(1979)
yang
oleh 51 peserta dari 2 SMA di kota Banda
menyatakan bahwa tes disebut realiabel itu
Aceh. Rata-rata yang diperoleh siswa dalam
apabila reliabiltasnya minimal 0,70. Untuk itu
tes tersebut adalah 9.412 dengan standar
perlu dilihat lebih lanjut soal-soal yang mana
deviasi sebesar 3.194. Hasil analisis data
yang tidak berfungsi dengan baik, berikut ini
dengan ITEMAN juga menunjukkan bahwa
disajikan analisis item soal dilihat dari tingkat
tingkat reliabilitas instrumen tergolong kurang
kesukaran dan daya beda.
Tabel 3. Hasil Analisis Soal dengan menggunakan ITEMAN NO Item 1 2 3 4 5 ISSN 2355-0074
Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5
Tingkat Kesukaran 0.353 0.333 0.765 0.725 0.196
Daya Beda 0.059 0.371 0.578 0.879 0.574
Keputusan Soal direvisi Soal diterima Soal diterima Soal diterima Soal diterima Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |18
Fitriati, Menentukan Hubungan Antara... 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Soal 6 Soal 7 Soal 8 Soal 9 Soal 10 Soal 11 Soal 12 Soal 13 Soal 14 Soal 15 Soal 16 Soal 17 Soal 18 Soal 19 Soal 20 Soal 21 Soal 22 Soal 23 Soal 24 Soal 25 Soal 26 Soal 27 Soal 28 Soal 29 Soal 30
0.059 0.216 0.196 0.059 0.608 0.392 0.588 0.667 0.078 0.255 0.314 0.059 0.137 0.059 0.314 0.373 0.392 0.137 0.373 0.235 0.275 0.137 0.510 0.157 0.451
0.197 0.408 0.131 -0.745 0.643 0.619 0.452 0.793 0.057 0.796 -0.391 0.354 0.227 -0.379 0.388 0.441 0.587 0.171 -0.484 0.879 0.041 0.395 0.636 0.146 0.380
Soal ditolak Soal diterima Soal ditolak Soal ditolak Soal diterima Soal diterima Soal diterima Soal diterima Soal ditolak Soal diterima Soal direvisi Soal direvisi Soal ditolak Soal ditolak Soal diterima Soal diterima Soal diterima Soal ditolak Soal direvisi Soal direvisi Soal direvisi Soal direvisi Soal diterima Soal direvisi Soal diterima
Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat
validitas itemnya yang ditunjukkan oleh indek
beberapa item dalam instrument tes dalam
kesukaran dan koefisien daya beda sudah
penelitian ini harus direvisi bahkan ada
masuk dalam kategori baik. Kelima belas item
sebagian harus ditolak karena tidak memenuhi
tersebut adalah soal nomor 2,3,4,5,7,10, 11,
kriteria kevalidan soal. Misal nya delapan item
12, 13, 15, 20, 21, 22, 28, 30 yang memiliki
soal (1,16,17, 24,25,26,27 dan 29) harus
indek kesukaran 0,30 ≤ p ≤ 0,70 dan koefisien
ditolak karena indek kesukarannya p < 0.10
daya beda 0,30 ≤ p ≤ 1,00 (Pakpahan, 1990).
atau p > 0.90 (Pakpahan, 1990) dan koefisien
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
daya bedanya B ≤ 0,30 (Pakpahan, 1990).
analisis data dengan ITEMAN menunjukkan
Adapun item soal yang harus ditolak atau
15 item soal dapat diterima, 8 item soal harus
dibuang dari instrument tes tersebut berjumlah
direvisi, sedang sisanya 7 item soal harus
7 item yaitu soal nomor 6,8,9,14,18,19 dan
dibuang dari instrumen tes karena tidak
23. Hal ini dikarenakan ketujuh item soal
memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas
tersebut memiliki indek kesukaran 0,10 ≤ p ≤
data yang telah ditetukan. Untuk itu peneliti
0,29 atau 0,70 ≤ p ≤ 0,90 dan koefisien daya
perlu mendesain kembali instrumen penelitian
-1,00 ≤ B ≤ 0,19
dengan mempertimbangkan data-data tersebut
(Pakpahan, 1990). Sedangkan 15 item soal
agar hasil penelitian yang dihasilkan benar-
yang lain dapat diterima karena tingkat
benar valid.
beda yang buruk yaitu
ISSN 2355-0074
Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |19
Fitriati, Menentukan Hubungan Antara... kesukaran, koefisien daya beda dan analisis
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
fungsi opsi yang telah memenuhi kategori
disimpulkan bahwa instrumen penelitian atau
baik.
perangkat tes yang dikembangkan sebanyak 20
instrumen
soal pilihan ganda tipe UN dikategorikan valid
digunakan untuk pengumpulan data pada tahap
dan reliabel secara kuantitatif setelah direvisi.
selanjutnya
Tingkat validitas dan reliabilitas perangkat tes
menguji keterkaitan antara gender, suka
secara
matematika dan prestasi belajar matematika
kuantitatif
tergambar
berdasarkan
analisis butir soal yang ditunjukkan oleh indek
ISSN 2355-0074
Temuan tes
ini yang
yang
menyatakan dikembangkan
akan
digunakan
bahwa siap
untuk
dengan teknik analisis Loglinear model.
Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |20
Fitriati, Menentukan Hubungan Antara... DAFTAR PUSTAKA Andre, T., Whigham, M., Hendrickson, A., & Chamber, S. (1999). Competency beliefs, positive affect, and gender stereotype of elementary students and their parents about science versus other subject. Journal of Research in Science Teaching, 36, 719-747. Asmaningtiyas, Y.A. 2012. Kemampuan ac.id/index.php/tarbiyah/.../pdf-.
laki-laki
dan
perempuan.
ejournal.uin-malang.
Baker, D. P., & Jones, D. P. (1993). Creating gender equality: Crossnational gender stratification and mathematical performance. Sociology of Education, 66, 91–103. Bartlett, M. S. (1935). Contingency-table interactions. Journal of the Royal Statistical Society Supplement, 2, 249-252. Carr, M., & Jessup, D. L. (1997). Gender differences in first grade mathematics strategy use: Social and metacognitive influences. Journal of educational psychology, 89, 318-328. Field, A. (2009). Discovering Statistics Using SPSS (3th ed). London: Sage Publication. Gallagher, A. M., & Kaufman, J. C. (2006). Gender differences in mathematics: an integrativepsychological approach. 54(2); 245- 247. Geary, D. C., Saults, F., Liu, & Hoard, M. K. (2000). Sex differences in spatial cognition, computational fluency, and arithmetical reasoning. Journal of experimental child psychology, 77,337-353. Hammouri, HindA.M, (2004). Attitudeinal and motivational variables related to mathematics achievement in Jordan, Educational research, 46(3),241- 257. Hedges, L. V., & Nowell, A. (1995, July 7). Sex differences in mental test scores, variability, and numbers of high-scoring individuals. Science, 269, 41–45. Hyde, J. S., Fennema, E., & Lamon, S. (1990). Gender differences in mathematics performance: A meta-analysis. Psychological Bulletin, 107, 139–155. Hyde, J. S., Fennema, E., Ryan, M., Frost, L. A., & Hopp, C. (1990). Gender comparisons of mathematics attitudes and affect. Psychology of Women Quarterly, 14, 299–324. IEA
(2008). TIMSS 2007 Technical Report. http://timss.bc.edu/timss2007/techreport.html>.
Viewed
on
15
March
2011.
<
IEA (2008). TIMSS 2007 User Guide for the International Database. Viewed on 15 March 2011.< http://timss.bc.edu/timss2007/idb_ug.html>. IEA (2008). TIMSS 2007 International Mathematics Report; Finding from the IEA‟s Trend in International Mathematics and Science Study at the Fourth and Eighth Grades. Viewed on 15 March 2011. < http://timss.bc.edu/timss2007/intl_reports.html>. IEA (2008). TIMSS 2007 Mathematics Assessment Framework. Viewed on 2 April 2011,< http://timss.bc.edu/timss2007/frameworks.html>. Kiamanesh, A. R , (2004). Factor affecting Iranian students‟ achievement in mathematics. In proceedings of the IRC-2004 TIMSS Vol 1 (ed) C. Papanastasiou. (Cyprus University, Nicosia,
ISSN 2355-0074
Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |21
Fitriati, Menentukan Hubungan Antara... 2004). 157-169. Viewed on ieahq/IRC2004/kiamanesh.pdf.
26
Mei
2011.
Marascuilo, L. A., & Busk, P. L (1987). Loglinear model: a way to study main effect and interactions for multidimensional contingency tables with categorical data. Journal of Counseling Psychology, 34 (4), 433-455. Norjoharuddeen, M.B (2001) Belief, Attitudes and Emotions in Mathematics Learning. Makalah disajikan pada diklat PM-0917. Penang: Seameo- Recsam. O‟Connor-Petruso, S & K. Miranda. (2004) “Gender Inequalities among the Top Scoring Nations, Singapore, Republic of Korea, and Chinese Taipei, in Mathematics Achievement from the TIMSS-R Study” in Proceedings of the IRC-2004 TIMSS Vol. II (ed.) C. Papanastasiou, (Cyprus University, Nicosia, 2004) 31-47. Pakpahan (1990). Analissa Soal Berdasarkan Data Empirik. Jakarta: Pusisjian Depdikbud. Rusgianto, H,S. (2006). Hubungan Antara Sikap Terhadap Matematika, Kecerdasan Emosional Dalam Interaksi Sosial Di Kelas Dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Smp Negeri 5 Yogyakarta Tahun 2006, Paper di presentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2006 dengan tema “ Trend Penelitian dan Pembelajaran Matematika di Era ICT “ yang diselenggarakan pada tanggal 24 Nopember 2006. Sriyanto. (2007). Strategi sukses menguasai Matematika. Jakarta: PT. Buku Kita. Zubaidah, A.MZ (2013), Perspektif Gender dalam Pendidikan Matematika. Journal Marwah, 12( 1) , 14-31.
ISSN 2355-0074
Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 |22