MASKULINISASI IKAN GUPPY (Poecilia reticulata) MENGGUNAKAN TESTIS SAPI DENGAN METODE PERENDAMAN INDUK BUNTING Lailatul Lutfiyah1), Darmawan Setia Budi2), Muhammad Thohawi Elziyad Purnama3), Prayogo4) 1,2,3,4)
Program Studi Budidaya Perairan, PDD Banyuwangi Universitas Airlangga Departemen Manajemen Kesehatan Ikan dan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.3)Departemen Anatomi, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.
1,2,4)
ABSTRAK Secara morfologis ikan Guppy jantan lebih diminati karena memiliki corak warna yang lebih indah, menarik, dan tubuh lebih ramping dibandingkan dengan ikan Guppy betina.Sehingga budidaya ikan Guppy jantan lebih menguntungkan daripada ikan Guppy betina.Penggunaan hormone steroid sintetik (metyl testosterone) dalam kegaitan produksi benih ikan secara monosex jantan perlu dihindari karena sudah ada larangan dari pemerintah, sehingga perlu pengkajian sumber-sumber hormone testosterone alami untuk pembenihan secara monosex.Salah satu sumber hormone testosterone alami adalah testis sapi. Penggunaan testis sapi pada maskulinisasi ikan guppy diharapkan mampu meningkatkan prosentase anakan jantan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak testis sapi terhadap nisbah kelamin anakan ikan guppy melalui metode perendaman induk bunting.Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Universitas Airlangga PDD Banyuwangipada bulan juni-Nopember 2016. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima taraf perlakuan dengan empat kali ulangan. Perlakuan dengan berbagai dosis perendaman ekstrak testis sapi dengan lama perendaman 24 jam. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah rata-rata jumlah anakan yang dihasilkan setiap induk, presentase jumlah anakan jantan, kelangsungan hidup anakan, dan perkembangan gonad ikan perlakuan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah anakan tertinggi pada perlakuan P3, presentase jumlah anakan jantan tertinggi pada P+ dan kelangsungan hidup semua perlakuan tertinggi (100%). Kata Kunci : Ikan guppy, maskulinisasi, testis sapi. Pendahuluan Ikan gapi merupakan salah satu jenis
ramping dibandingkan dengan ikan gapi
ikan hias air tawar yang dibudayakan di
kelamin tunggal jantan atau betina dengan
Indonesia. Ikan gapi memiliki tubuh yang
teknik pengarahan kelamin (sex reversal)
berwarna indah dan sirip ekornya yang lebar
dapat dilakukan dengan cara hormonal,
sehingga harus
kromosonal, atau kombinasi keduanya. Pada
dipertahankan supaya
kualitasnya tetap terjaga dengan
betina. Dalam budidaya ikan, produksi
baik.
umumnya untuk memproduksi monosex
Secara morfologis ikan gapi jantan lebih
jantan dapat dilakukan melalui teknik sex
diminati karena memiliki corak warna yang
reversal
lebih indah, menarik, dan tubuh lebih
steroid. Metode yang biasa digunakan
dengan
menggunakan
hormon
adalah
dengan
cara
perendaman,
Rancangan
percobaan
yang
digunakan
penyuntikan atau melalui pakan. Hormon
adalah rancangan acak lengkap (RAL)
yang umum digunakan adalah hormone
dengan lima taraf perlakuan dengan empat
sintetik seperti 17α-metiltestosteron, 17α-
kali ulangan. Perlakuan dengan berbagai
metil dihydro testosterone (MDHT) dan
dosis perendaman ekstrak testis sapi dengan
trembolon acetate. Namun seiring dengan
lama perendaman 24 jam. P0 = Tanpa
perkembangannya,
perendaman (kontrol negatif).
penggunaan
hormone
17α-metiltestosteron
P+
negatif terhadap keamanan pangan dan
dengann dosis 1 mg/L (kontrol positif)
kelestarian lingkungan (Bartet, et al, 2003).
P1 = Perendaman ekstrak testis sapi dengan
Salah
dosis 3 mL/L
satu
digunakan adalah
bahan untuk
testis
alami proses
sapi,
karena
yang
dapat
maskulinisasi testis
sapi
=
Perendaman
sintetik dikhawatirkan memberikan dampak
P2 = Perendaman ekstrak testis sapi dengan dosis 6 mL/L
mengandung hormon testosteron yang dapat
P3 = Perendaman ekstrak testis sapi dengan
digunakan
dosis 9 mL/L
dalam
proses
maskulinisasi
(Adamu, et al, 2006).
Pembuatan ektrak testis sapi dengan
Bahan dan Metode Penelitian ini telah dilaksanakan di
cara
Laboratorium Universitas Airlangga PDD
disentrifuse pada 3000 rpm selama 1 menit
Banyuwangi pada bulan Agustus-Oktober
hingga Ekstrak Testis Sapi (ETS) yang
2016.
untuk
berupa supernatan. Kemudian Ektrak testis
perlakuan penelitian adalah induk ikan gapi,
sapi tersebut disimpan di dalam freezer -
anakan ikan gapi, testis sapi dan hormon
20oC hingga siap untuk digunakan.
metil-testosteron.
Hasil dan Pembahasan
Bahan
digunakan
yang
digunakan
Sedangkan
selama
alat
penelitian
yang adalah:
testis
dengan
dilakukan
seperangkat
kemudian
Hasil Pengamatan
toples,
dihaluskan
ditambahkan NaCl fisiologis dan kemudian
akuarium ukuran 100 x 50 x 50 cm lengkap aerasinya,
sapi
jenis pada
kelamin
umur
ikan
ikan gapi 2
bulan,
alatbedah, pisau dapur, botol sampel, tabung
karena pada umur 2 bulan ikan gapi telah
corning,
memiliki kenampakan ciri seksual primer
blender,
freezer,timbangan
sentrifuse,
digital,kertas
tissue,
mikroskop binokuler, serta kamera digital.
dan sekunder yang sudah dapat dibedakan dengan jelas antara jantan dan betina.
Hasil rata-rata anakan, persentase anakan jantan dan kelangsungan hidup ikan gapi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1.Rata-rata anakan, Persentase anakan jantan, Kelangsungan hidup
a. Jantan
120 100
rata2 anakan
80 60
anakan jantan
40 Kelangsungan Hidup
20 0 P0
P+
P1
P2
P3
Gambar 1. Rata-rata anakan, Persentase anakan jantan, Kelangsungan hidup
b. Betina Gambar 4.Gonad ikan gapi (Poecilia reticulata) jantan (a) dan betina (b)
Pembahasan Semua anakan ikan diperlakuan dan kontrol berhasil hidup dari awal penelitian hiangga Gambar 2. Indukan Jantan Ikan gapi
akhir
penelitian.
Hal
ini
menunjukkan bahwa perlakuan rendaman pada induk bunting tidak mempengaruhi kelangsungan hidup anak ikan gapi hingga umur 2 bulan. Berdasarkan
Gambar 3. Indukan Betina Ikan gapi
data
diatas
dapat
diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi nilai dosis testis sapi yang diberikan sangat berpengaruh
dengan
jumlah
rata-rata
anakan. Hal ini sesuai dengan pernayataan
(Muslim, 2010) bahwasannya testis sapi
jenis kelamin jantan maupun pada betina
selain
untuk
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
penjantanan (fungsi gonatik), juga berfungsi
endogenous hormon, eksogenous hormon
secara
dan faktor
sebagai
sumber
somatik
hormon
(pertumbuhan).
lingkungan.
Arfah (2007)
Kelangsungan hidup ikan juga dipengaruhi
menyebutkan bahwa secara buatan, teknik
oleh
alih
faktor
selama
makanan
dan kualitas
air
pemeliharaan. Effendi (1997),
kelamin
dikarenakan
dimungkinkan
pada
awal
terjadi
perkembangan
menyatakan bahwa faktor penting yang
embrio atau larva belum terjadi diferensiasi
mempengaruhi
kelamin.
pertumbuhan
kelangsungan
hidup
ikan
dan adalah
Phelps
menambahkan
dan
Popma
(2000)
bahwa
faktor
yang
tersedianya jenis makanan serta adanya
mempengaruhi keberhasilan
lingkungan
adalah ukuran dan umur, lama perlakuan,
yang
oksigen,amoniak,
baik
seperti
karbondioksida,
nitrat,
hidrogen sulfida dan ion hidrogen.
sex reversal
lingkungan. Untuk mengarahkan ikan berkelamin
Jumlah anakan ikan jantan yang
jantan, hormon yang digunakan adalah
dihasilkan tertinggi terdapat pada perlakuan
hormon androgen (Dunham, 2004). Menurut
P+ (94,4%) yang sedikit mendekati dengan
Phelps dan Popma (2000), hormon androgen
perlakuan P3(91,6%). Hal ini menunjukkan
mempunyai dua aktifitas fisiologi yaitu
bahwa
androgenic
perendaman
testis
sapi
pada
activity
dan
anabolic
perlakuan P3 hampir sama kualitasnya
activity.Berkembangnya
dengan perlakuan P+ yang menggunakan
kelamin jantan terkait dengan androgenic
17α-Metil testosteron. Arfah dkk (2007)
activity. Hormon androgen yang umum
menyatakan bahwa masuknya hormon ke
digunakan
dalam tubuh induk bunting diduga melalui
(sexreversal) adalah hormon sintetik 17α-
proses osmosis. Dimana konsentrasi hormon
methyltestosteron
dalam media pemeliharaan lebih tinggi dari
2000). Peredaran hormon tersebut terbatas,
konsentrasi hormon di dalam tubuh indukan
sehingga harga mahal dan juga sulit didapat.
bunting itu sendiri, sehingga hormon di
Menurut Phelps et al,. (2001), diduga residu
dalam media masuk secara difusi ke dalam
hormon
tubuh induk bunting. Bulkini dkk (2013)
lingkungan.
menambahkan bahwa proses pembentukan
larangan penggunaan 21 jenis obat-obatan
dalam
ini
pengarahan
(Phelps
menjadi DKP
karakteristik
dan
bahan
(2008),
kelamin
Popma,
pencemar menyatakan
dalam kegiatan budidaya perikanan, salah satunya steroid sintetik (metyltestosteron). Oleh karena itu testis sapi dapat digunakan sebagai
bahan
alternative
dalam
Sex
reversal. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah anakan tertinggi pada perlakuan P3, presentase jumlah anakan jantan tertinggi pada P+ dan kelangsungan hidup semua perlakuan tertinggi (100%). Perlakuan perendaman testis menghasilkan
anakan
jantan
sapi
yag
tertinggi
terdapat pada perlakuan P3 (9 ml/l). Oleh karena itu perendaman testis sapi dengan dosis 9 ml/l dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam maskulinisasi ikan.
DAFTAR PUSTAKA Adamu, S. MY Fatihu, NM Useh, NGD Ibrahim, M Mamman, VI Sekoni dan KAN Kesievo. 2006. Testicular Pathologic Changes in Relation to Serum Concentrations of Testosteron in Trypanosoma pivax Infected White Fulani Bull. Journal of Animal and. Arfah H, Martati E, Soelistyowati, D, T. 2007. Efektivitas Madu Terhadap Pengarahan Kelamin Ikan Gapi (Poecilia reticulate peters). Jurnal Akuakultur Indonesia, 6(2): 155160(2007). Bartet, A.N., A.R.S.B. Athauda, M.S. Fitzpatrick, and W.M.C. Sanchez. 2003. Ultrasound and enhanced immersion protocols for
masculinization of nile tilapia (Oreochromis niloticus). Jurnal of The World Aquaculture Society:210216. Bulkini,A., Soelistyowati, D, T dan Arfah, H. 2013. Maskulinisasi ikan cupang Betta splendens melalui perendaman embrio dalam ekstrak purwoceng Pimpinella alpine.Jurnal Akuakultur Indonesia 12 (2), 144–149. DKP. 2008. 21 Obat-Obatan Yang Dilarang. Dirjen Perikanan Budidaya, Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar. Sukabumi. Dunham, R.A. 2004. Aquaculture and Fisheries Biotechnology : Genetic Approaches. CABI Publ. Cambridge, USA. 357 P. Effendie, M.I., 1997. Metode BiologiPerikanan. Penerbit Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 hal. Muslim. 2010. Maskulinisasi IkanNila (Oreochromis niloticus) dengan Pemberian Tepung Testis Sapi. Tesis.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Phelps RP dan Thomas JP. 2000. Sex Reversal of Tilapia. Page 34-59 in B.A. Costa-Pierce and J.E. Rakocy, eds. Tilapia Aquaculture in the Americas, Vol 2. The Word Aquaculture Society, Baton Rounge, Louisiana, United States. Phelps RP; Sanchez WC, Couturier GM; Abiado M; Dabrowski K. 2001. Studies on Fate of Methyltestosteron and Its Metabolism In Tilapia and on The Use of Phytochemicals as an Alternative Methode to Produce a Monosex Population of Tilapia. Reproduction Control Research 1 (10RCR1/Experiment/Mexico).