KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) JAWA TIMUR
Inspiratif EDISI: 002 | TH-I | VOLUME: 1 | 2011
MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN JAWA TIMUR
MENDORONG TERCIPTANYA
SEKOLAH BERBASIS IT YANG BERKUALITAS
Korsel Menganggap Pemanfaatan Teknologi Bidang Pendidikan di Negaranya ‘EXTERNAL HOUSE JOURNAL’ INI DAPAT DIPEROLEH DI L.P.M.P JATIM
Masih 20%
Penataan
Guru
Wajib Hukumnya di Tahun 2012
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Lembaga Pejaminan Mutu Pendidikan Jawa Timur
Lembaga Profesional, Kredibel dan berstandar Nasional Dengan wawasan dan kualitas global, LPMP Jawa Timur tidak hanya berpikir tetapi aktif dalam bertindak dan berinovasi untuk selalu ‘Maju Menjamin Mutu’ agar kualitas pendidikan di Jawa Timur ‘Juara’
 PROGRAM KEMITRAAN LPMP JAWA TIMUR 14 Program Kemitraan LPMP Jawa Timur dalam ‘Membangun Model Penjaminan Mutu Pendidikan’ dengan 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur sebagai langkah konkrit percepatan peningkatan mutu pendidikan (khususnya kualitas pendidik dan tenaga kependidikan) ICT Training for Teachers (partnership with Intel Indonesia)
Pemetaan Kompetensi Pengawas Sekolah
Seleksi Calon Kepala Sekolah
Seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (Penerimaan Siswa
TK/SD/SMP/SMA/SMK Seleksi Calon Pengawas Sekolah TK/SD/SMP/SMA/SMK Seleksi Calon Guru TK/SD/SMP/SMA/SMK Seleksi Guru. Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Berprestasi TK/SD/SMP/SMA/SMK Evaluasi Diri Sekolah (EDS)/Pemetaan Sekolah Pemetaan Kompetensi Guru Pemetaan Kompetensi Kepala Sekolah
Baru) SMP/SMA/SMK Diklat Terakreditasi Calon Guru/Calon Kepala Sekolah/
Calon Pengawas Sekolah (Hasil Seleksi) Terakreditasi Guru Kelas/Guru Mata Pelajaran/Pengawas
Sekolah/Kepala Sekolah dalam Jabatan Diklat Tenaga Administrasi Sekolah Diklat Prajabatan
Dekatkan, bergabung dan dapatkan manfaatnya karena LPMP Jawa Timur selalu memberikan yang terbaik buat pendidikan di Jawa Timur
Hotline: 031-8290243
editorial
Semangat Menjaga
’Gawang’ Pendidikan Sejarah adalah cermin, sementara pengalaman bagai lentera yang menuntun langkah mencapai cita. Demikian halnya Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Timur yang terus bertekad untuk menjadi pemikir, pelaksana, dan pemantau kualitas di bidang pendidikan dasar dan menengah di Provinsi Jawa Timur.
EWASA ini dunia sedang menghadapi tantangan sebagai dampak dari globalisasi. Dulu kita berpikir bagaimana merubah ketela menjadi nasi, tetapi saat ini kita dihadapkan dengan berbagai jenis makanan mulai dari hamburger, hotdog, kentang goreng dan makanan fast food lainnya. Apa jadinya kalau kita hanya bisa membuat beras menjadi nasi, padahal anak-anak kita meminta masakan roti buger? Demikianlah pula dengan perkembangan teknologi informasi yang membawa konsekuensi baru dalam bidang pendidikan. Anak-anak kita telah mengenal facebook ataupun twitter, sementara para guru masih berkutat dengan kapur tulis?
Inspiratif
Editor in chief: Salamun, Ph.D. Managing editor: M. Toni Satria D, ST Text editor: Setyo Prawoto, SH, MM
Globalisasi bukanlah ancaman melainkan tantangan yang harus kita selesaikan dengan knowledge based solution. Dengan pengetahuan itulah, kita bisa mengemas teknologi yang berdaya guna bagi pendidikan mengingat teknologi sendiri ibarat sebuah pisau, yang bisa digunakan untuk kejahatan maupun kebajikan. Edisi kali ini tidak hanya berbicara betapa ’dekat’ manfaat teknologi bagi pembelajaran abad 21 tetapi dibahas pula secara eksplisit dan implisit beberapa hal ’mayor’ (non teknologi) dan sisi lain yang masih dianggap ’minor’ tetapi bila dikulik lebih dalam ternyata menyimpan ’energi positif berlebih’ bagi peningkatan mutu dan kualitas pendidikan yang ’gol utamanya’ berhak dirasakan ’putra-putri terbaik bangsa’ sebagai ’agen perubahan’
Image & story development editor: Bagus Priambodo | Secretary & general administration: Sri Ratnaniyah, Diana Triastuty | Translator: Setyo Rini | Internal & external relation: Wahyu Nugroho, Armayu Eka W, Estu Sofiatiningrum, Nurmaulida Sitoresmi, Lunaningrung P, Kiki Amalia | Data exploration & research: Wahyu Ari Jatmiko, Eny Harijany, Winarti, Lisna Zainiyah, Wahsun, Retno Yuvita, Luluk Kudhaifah | Program development & product divercification: Aidy Mulyono, Kholis Husyaini, Budi Tri Cahyono | Photographer & e-publishing: Rahadia Wiyoshastono | Global circulation: Dwi Agus Santoso, Slamet Sumijanto, Suyanto, Setyanto | Design support: Angger Putranto
Alamat Redaksi: Jl. Ketintang Wiyata [belakang Unesa] | Tlp. 031 8290243 | http://www.lpmp-jatim.org MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
1
daftarisi TRIMAKASIH GURUKU
3. Nasehat Guru Mengantarkanku ke Negeri Beruang Merah INPUT
8. Manajemen Barang & Konsep Kepemilikan: Kecil Tapi Luar Biasa Manfaatnya 10. Pelayanan Publik: Tidak Ada Ruginya Menerapkan Konsep Simpel dan Selalu Memudahkan 11. Hak Anak: Mengapa Anak Harus Bermain? 13. Metode Bermain di Taman Kanak-Kanak SALAM KENAL
17. Afanti Fontana: Model Keterlibatan (Engaged Model) Dalam Inovasi Manajemen REFLEKSI
41. Cara Jitu Tingkatkan Kualitas Pendidik (2): Diklat Mentor ICT 43. Galeri LPMP 45. Buruknya Pendidikan Ancaman Terbesar Bagi Sebuah Bangsa 49. Penataan Guru Wajib Hukumnya di Tahun 2012 51. Indonesia Kurang Pendidikan Soft Skill 54. Hapus Sistem Rangking Hargai Setiap Kelebihan Anak 57. OASE: Kunci Sukses 59. Guru dan Calon Guru Harus Pandai Berakting 62. Penjasor: Kami Bukan ’Anak Bawang’ 66. Apa pun bisa dilakukan guru untuk Tetap Senang Membaca: Sebagai Bentuk Pegembangan Keprofesionalan Berkelanjutan
19. Berhentilah Sekolah Sebelum Terlambat CERITA SAHABAT
22. David Segoh: Arti Penting Pengembangan TIK bagi Dunia Pendidikan di Indonesia THREE IN ONE
23. NUPTK: Antara Data, NUPTK dan Sertifikasi 25. Sudah Benarkah NUPTK Anda? Sudah Keluarkah NUPTK Anda? 26. Konsultasi Permasalahan Umum NUPTK dan Sertifikasi 27. Sertifikasi Guru: Sekilas ’SERTIFIKASI GURU’ Tahun 2012 29. Jaminan Profesionalitas Guru Melalui Penilaian Kinerja ’+’ SAJIAN UTAMA
32. Laporan Khusus: IT dan ICT Bukan Puncak Pembelajaran 34. Dorong Terciptanya Sekolah Berbasis IT yang Berkualitas Beberapa tahun terakhir, perkembangan dunia teknologi maju pesat. Mau tidak mau, lembaga pendidikan yaitu sekolah pun harus bisa mengikuti perkembangan dunia teknologi di dunia. Untuk itu, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Timur telah bertekat untuk melakukan pendampingan dalam rangka mendorong terciptanya sekolah berbasis teknologi yang berkualitas di Jawa Timur.
37. Pembelajaran Berbasis Proyek Dorong Kreativitas Guru dan Siswa 39. Pengaruh & Manfaat Teknologi bagi Pendidikan Generasi ke Depan Sudah Tidak Terbendung
2
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
REFRESH
69. Islam dan Pendidikan Karakter 71. Tidur untuk Pintar HIDUP GURUKU
74. Rangsang Semangat Siswa dengan Sistem Reward dan Punishment STUDI BANDING
76. Korsel Menganggap Pemanfaatan Teknologi Bidang Pendidikan di Negaranya Masih 20% LUAR NEGERI
81. Anak adalah Pengantar Perubahan 83. Belajar dengan Telinga 85. Bagaimana Sekolah-sekolah di Eropa Melakukan Evaluasi? 87. Iskay Yachay, Dua Jenis Ilmu Pengetahuan SOSOK
89. Anies Baswedan, PhD: Berhenti Kecam Kegelapan, Mari Nyalakan Lilin RESENSI
92. Buku: Bakti Mas dan Mbak Guru, Demi Sebuah Janji Nyata 94. Film: October Sky INTEREST
96. Membangkitkan Komik Lokal
terimakasihguruku
Nasehat Guru Mengantarkanku
Ke Negeri Beruang Merah
Sebutan “Pahlawan tanpa tanda jasa” tidaklah salah jika diberikan kepada guru. Pernahkah kita merenungkan seandainya tidak ada guru dalam kehidupan kita, bagaimana jika guru tidak peduli pada pendidikan anak–anak bangsa termasuk kita? Berkat jasa guru, alhamdulillah, saya dapat mengikuti student exchange ke negeri beruang merah atau Rusia. Dalam tulisan ini, saya ingin berbagi cerita, pengalaman, serta ilmu saat saya berada di sana dan bagaimanakah nasehat guru dapat mengantarkan saya mendapatkan kesempatan ke Rusia.
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
3
terimakasihguruku
Beliau menanamkan nilai kejujuran pada saya dan pantang menyerah, serta yang paling membuat saya terinspirasi hingga saat ini, yaitu: “Jadilah orang yang bisa berguna untuk orang lain”.
ORANGTUA saya dua–duanya bekerja dan sejak kecil, saya sering ditinggal oleh kedua orangtua saya ke luar kota. Jika pun saat mereka tidak bertugas di luar kota, setiap hari mereka pergi bekerja mulai dari pagi sekitar pukul 8 pagi hingga larut malam. Bahkan saat hari Sabtu sekalipun, mereka masih sibuk bekerja. Sehingga, intensitas saya bertemu dengan mereka pun juga jarang. Masing–masing anggota keluarga memiliki kesibukan masing–masing. Di sinilah peran guru sangat mempengaruhi kehidupan saya. Saat saya masih kecil, orangtua saya meyekolahkan saya di salah satu sekolah Islam full day school yang favorit di Surabaya. Orang tua saya mempercayakan saya kepada guru–guru dalam pembentukan suatu keperibadian dengan harapan, saya mendapatkan edukasi yang berkualitas karena di sini. Karena sejak kecil saya sudah terbiasa ditinggal orangtua bekerja, maka secara tidak langsung, interaksi saya lebih sering saya lakukan dengan guru. Bagi saya, guru merupakan orang tua kedua. Kesabaran dan kewibawaan mereka dalam membimbing saya, membuat saya memfigurkan sosok seorang guru. Dulu saya bisa digolongkan sebagai salah satu anak yang ‘bermasalah’. Saya ingin seperti teman–teman (yang saya rasa), mereka mendapatkan ‘kasih sayang’ orang tua mereka secara penuh maka dari itulah terkadang saya ‘berulah’ namun dalam batas kewajaran dengan tujuan ingin mendapatkan perhatian yang selama ini kurang. Pernah suatu hari saya akhirnya ‘mogok’ sekolah dan ikut ibu saya pergi ke kantor beliau selama satu minggu. Di saat saya mogok sekolah, seorang guru mendatangi saya. Beliau dengan sabar membujuk saya untuk kembali ke sekolah, serta memberi saya pengertian jika seandai-
44
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
nya saya besikap seperti itu terus, maka saya akan menyusahkan orang tua saya karena membuat mereka tidak dapat fokus bekerja, akhirnya kebutuhan sehari– haripun juga akan terpengaruhi. Sejak saat itulah, saya sudah mulai menyadari dan mengerti akan kesibukan orangtua saya yang bukan berarti mereka tidak memberi perhatian kepada saya. Bahkan, kesibukan–kesibukan kerja yang dilakukan oleh orangtua saya tersebut ternyata merupakan perhatian yang secara langsung diberikan kepada saya untuk memenuhi kebutuhan hidup saya dan sebenarnya saat akhir pekan, saya masih mempunyai waktu dengan mereka. Dari penjelasan guru saya inilah, berlahan–lahan saya mau mengerti dan tidak terlalu protes dengan keadaan sekitar dan selalu berusaha lebih menghargai orang lain. Figuritas seorang guru selalu melekat dalam benak saya hingga saya berada di bangku SMA. Saat SMA, saya menemui seorang guru bahasa Inggris yang notabene tidak bisa dikatakan “baik” atau teman–teman saya memanggilnya ‘guru killer’. Beliau pernah marah besar saat satu kelas kacau dalam melafalkan bahas Inggris. Sampai-sampai beliau berkata pada kami: ”Mana kepala sukunya (ketua kelas)? Bubarkan saja kelas ini! Bubarkan saja Indonesia!” Namun, meskipun beliau terkenal killer, tapi cara beliau untuk bercanda dengan murid– muridnya tergolong lucu karena meskipun beliau marah–marah, tapi logat dan aksen yang beliau gunakan sangat lucu, membuat kami ingin sekali tertawa terbahak–bahak, namun tidak ada seorang pun dari kami saat itu yang berani untuk tertawa. Kami pun baru bisa tertawa saat jam pelajaran beliau telah selesai. Kelas pun menjadi ramai membicarakan beliau, terutama logat beliau saat marah, beliau menggunakan aksen
Flores atau aksen daerah timur Indonesia, daerah dimana beliau berasal. Dari itu semua, dengan sendirinya teman– teman saya yang selama 2 tahun belajar bahasa Inggris di SMA tidak pernah dan cenderung malas untuk membawa kamus, akhirnya rela membawa kamus. Bahkan 15 menit sebelum kelas bahasa Inggris dimulai, teman–teman sudah berada di kelas dan membaca teks yang akan dibahas di kelas. Maklum, selain killer dan ketat dalam kelas, beliau juga terkenal akan disiplin waktunya. Secara tidak langsung, berkat beliau, kemampuan bahasa Inggris saya dan teman–teman meningkat secara signifikan, saya yang terkenal karena sering ‘telat’ pun berangsur–angsur mulai berubah. Meskipun terkenal dengan ke-“killer”annya, namun beliau sangat bijak. Hal ini saya temukan saat saya membuat kesalahan yang sangat fatal waktu ujian, yaitu saya ketahuan membuka catatan saat ujian. Dan alhasil, kertas ujian saya disobek saat itu juga, lalu disuruh keluar dan menghadap beliau setelah ujian selesai. Saya sudah tertunduk lemas dan jantung berdegup kencang. Saya sangat takut sekali saat itu, untuk melangkah ke kantor beliau pun juga dengan langkah bergetar. Begitu tiba di meja beliau, seperti dugaan saya, saya memang dimarahi oleh beliau. Namun, ditengah kemarahannya, suara beliau tiba–tiba berubah menjadi lebih lembut. Beliau menuturkan kepada saya bahwa nilai bukanlah segalanya. Beliau ternyata mengadakan ulangan atau ujian, hanya untuk mengukur kemampuan murid–muridnya, karena yang sesungguhnya dinilai yaitu keaktifan di kelas dan kemajuan murid–muridnya dalam memahami bahasa Inggris. Beliau menanamkan nilai kejujuran pada saya dan pantang menyerah, serta yang paling membuat
TERIMAKASIHGURUKU terimakasihguruku
saya terinspirasi hingga saat ini, yaitu: “Jadilah orang yang bisa berguna untuk orang lain”. Saya baru menyadari bahwa ke-killer–an beliau bukan karena beliau benci kepada murid–muridnya, justru karena rasa sayang beliau dan keinginan beliau untuk mendidik anak– anak bangsa untuk menjadi manusia berkualitas serta bisa berguna bagi masyarakat. Sayangnya, tahun dimana saat beliau mendidik saya dan teman– teman saya, merupakan tahun terakhir bagi beliau untuk menjadi seorang guru dan mengajar di sekolah kami, karena saat saya dan teman–teman lulus dan melanjutkan ke jenjang kuliah, beliau sudah tidak mengajar lagi di sekolah kami tercinta. Jasa, kerja keras, dan nasehat beliau tidak sia–sia dan bahkan dapat mengantarkan saya meraih kesempatan ke Moscow, Rusia, dalam program pertukaran pemuda internasional oleh organisasi pemuda internasional AIESEC yang terdapat di lebih dari 110 negara. Berkat bimbingan beliau, bahasa Inggris saya yang dulunya kacau, menjadi sangat baik dan bahkan saya dapat meraih kesempatan pergi ke Rusia pada awal tahun 2011 selama 2 bulan untuk mewakili Jawa Timur dan tahun 2012 ini, saya diterima magang di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di New Delhi, India. Dan, insya Allah, pada bulan Maret 2012 ini, saya dan delegasi lain akan mewakili Indonesia pada konferensi kepemimpinan pemuda internasional se – Asia Pasifik di Jepang. Sejujurnya saya tidak menyangka akan terpilih menjadi wakil pemuda Indonesia untuk Rusia, dan yang paling tidak saya sangka lagi adalah justru orang
Rusianya sendiri yang memilih saya untuk datang ke Rusia mengerjakan cross cultural project selama 2 bulan di sana. Kisah dan proses exchange saya pun dimulai pada Bulan Oktober 2010. Sejak kecil, saya ingin sekali bisa ke luar negeri saat winter dan merasakan musim salju di negara orang. Suatu hari, saya melihat ada sebuah poster opportunity untuk exchange ke luar negeri di situs jejaring sosial. Saya memberanikan diri untuk mendaftar dalam program ini. Program exchange ini diselenggarakan oleh AIESEC. AIESEC adalah organisasi pemuda internasional yang membernya berada lebih dari 110 negara dan teritori yang didirikan sejak perang dunia II yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian dunia. Beberapa proses pun saya jalani. Proses pertama yaitu seleksi dokumen. Dalam seleksi dokumen tersebut, saya juga diharuskan untuk mengisi formulir exchange, terdapat beberapa negara–negara tujuan yaitu Rusia, China, India, Ukraina, Thailand, Romania, Turki, dan lainnya. Saat itu saya memilih Rusia karena saya ingin merasakan pengalaman pertama saya ke luar negeri ke benua Eropa dan merasakan salju serta menikmati keunikan gereja St.Basil yang menyerupai istana permen lolipop yang berwarnawarni meskipun saya harus pergi ke tempat yang sangat jauh dari Indonesia dan harus meninggalkan orang tua saya selama hampir 2 bulan. Seleksi demi seleksi saya lalui dengan sangat berat. Sampai akhirnya pada tanggal 21 November 2010, pihak Rusia menghubungi saya dan saya dinyatakan DITERIMA oleh mereka. Akhirnya, saya pun positif berangkat.
Tak henti–hentinya rasa syukur saya panjatkan pada Allah SWT, sujud syukur dan tangis haru yang sudah tidak dapat dibendung lagi, berkali–kali saya membaca pengumuman tersebut dan tulisan DITERIMA (ACCEPTED) benar– benar nyata. Tanggal 10 Februari 2010, saya dan delegasi lainnya dari Jawa Tengah dan DKI Jakarta, berangkat bersama–sama. Saat itu saya satu perjalanan dan satu pesawat dengan Hida dari Semarang dan Dito dari Jogjakarta. Kami berangkat dari Jakarta dengan menggunakan Etihad Airways pukul 18:00 WIB dan sampai di bandara Abu Dhabi untuk transit sekitar pukul 23.00 (GMT+5). Di bandara tersebut, kami melepaskan kelelahan sejenak karena perjalanan jauh Setelah transit selama 8 jam, akhirnya pada pukul 08.00 (GMT+5), kami melanjutkan perjalanan. Sebelum memasuki pesawat, saya dapat membayangkan betapa dinginnya kota Moscow di waktu winter dari para calon penumpang yang menunggu di ruang tunggu. Mereka telah menyiapkan mantel yang super tebal meskipun kondisi di Abu Dhabi tidak terlalu parah dinginnya. Sebelum sampai di Moscow, kami harus menempuh perjalanan lagi sekitar 3 jam. Pemandangan putihnya salju sudah bisa dilihat dari monitor pesawat. Pesawat kami melalui gurun salju yang sangat luar biasa. Kemudian, tidak lama setelah itu, kota Moscow pun sudah hampir terlihat. Namun tiba–tiba terjadi masalah dengan pesawat kami. Pilot pesawat belum mendapatkan jalur landasan yang tepat karena arena pendaratan pesawat masih penuh oleh
Sejujurnya saya tidak menyangka akan terpilih menjadi wakil pemuda Indonesia untuk Rusia, dan yang paling mengagetkan adalah, justru orang Rusianya sendiri yang memilih saya untuk datang ke Rusia mengerjakan cross cultural project selama 2 bulan di sana
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
5
terimakasihguruku
Selama dalam perjalanan menuju ke stasiun Pavaletzkaya, pemandangan di luar jendela Aeroexpress serba putih bagaikan kapas–kapas yang menyelimuti bumi. Rumah, mobil, supermarket, jembatan, semua tertutup oleh putihnya salju.
pesawat–pesawat yang landing dan take of serta tidak ada daerah landing yang sesuai. Area landing lain tidak dimungkinkan untuk mendarat karena area tersebut licin dan beku oleh salju. Setelah pesawat berputar–putar diatas bandara Domodedovo sekitar 10 menit, akhirnya pesawat kami dapat mendarat. Para penumpang yang lain pun lega dan bertepuk tangan karena keberhasilan sang pilot mendarat dengan baik. Saya tidak dapat membayangkan jika pesawat yang saya tumpangi belum bisa menemukan area untuk landing sampai bahan bakar pesawat habis, maka bisa dipastikan pesawat yang kami tumpangi akan menjadi pesawat karam dan mungkin bisa dipastikan tidak ada yang selamat, tapi syukurlah pesawat kami telah mendaratkan rodanya dengan baik di bandara teramai Rusia, Domodedovo. Finally, Russia! I’m coming! Dinginnya musim dingin Moscow menusuk sampai tulang dan angin musim dingin yang berhembus kencang menyambut kedatangan saya, Hida, dan Dito keluar dari pesawat. Saat keluar dari pesawat, temperatur tiba–tiba berubah, yang semula di dalam pesawat temperatur dan suhu masih ‘bersahabat’, namun begitu keluar dari pesawat serasa masuk ke freezer raksasa. Baju berlapis 4 yang saya pakai lumayan cukup untuk menepis dinginnya Moscow walaupun sebenarnya saya masih sedikit kedinginan. Begitu sampai
66
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
di bandara, kami melakukan pengecekan paspor dan visa di bagian imigrasi, setelah itu kami mengambil koper dan menunggu delegasi Indonesia yang lain datang dengan flight airways yang berbeda. Pertama kali saat di tempat pengambilan koper, kami bertemu denga Nuri, peserta dari Jogjakarta sama seperti Dito. Satu jam berikutnya kami bertemu dengan Destra yang juga berasal dari Jogjakarta. Setelah semuanya sudah mengambil koper masing–masing, kami berjalan menuju pintu keluar bandara untuk memberi tahu Yana, salah satu anggota AIESEC Moscow bahwa kami sudah tiba di bandara sambil membeli provider cellular МТС. Ada hal mengejutkan dari Yana, bahwa kami baru bisa bertemu dengan buddy kami di tengah kota Moscow yaitu di stasiun Pavaletskaya. Buddy adalah orang yang akan menjadi teman dekat kami serta yang memberitahu jadwal beserta aktivitas apa saja yang harus kami jalani selama di Moscow. Untuk pergi ke tengah kota Moscow, memang harus menuju stasiun Pavaletskaya kalau dari bandara Domodedovo. Dari Domodedovo, kami harus menggunakan kereta Aeroexpress untuk akses tercepat dan termudah menuju stasiun Pavaletzkaya. Selama dalam perjalanan menuju ke stasiun Pavaletzkaya, pemandangan di luar jendela Aeroexpress serba putih bagaikan kapas–kapas yang menyelimuti bumi. Rumah, mobil,
supermarket, jembatan, semua tertutup oleh putihnya salju. Salju terasa begitu dekat dengan saya meski saya belum sempat untuk merasakannya secara langsung. “Stanse Paveletskaya” begitulah pengumuman kepada penumpang Aeroexpress saat kereta sudah sampai di tempat tujuan. Hembusan angin musim dingin yang beku menyambut kedatangan kami di stasiun Pavaletskaya. Butiran putih lembut dan dingin jatuh di pipi saya. Subhanallah, untuk pertama kalinya saya merasakan salju. Meskipun begitu indah dan lembut, namun dinginnya angin musim salju tidak dapat dipungkiri dinginnya. Saat itu temperatur menunjukkan -25’C. Berbeda sekali dengan Surabaya yang bersuhu rata–rata +32’C. Benar–benar seperti masuk ke dalam kulkas yang super dingin, terlebih lagi Rusia terkenal dengan musim dingin terdingin dan terlama. Namun, hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi saya, bahkan saya sangat excited sekali bermain dengan salju yang jatuh saat saya keluar dari kereta Aeroexpress. Di dalam stasiun sana, para buddy sudah menunggu kedatangan kami. Mereka sudah menunggu 2 jam yang lalu, kami semua merasa bersalah karena budaya Indonesia yang suka “ngaret” ternyata merugikan orang lain. Di tengah dinginnya suhu yang tidak bersahabat, mereka menunggu kami dengan sabar. Mereka juga mengantarkan kami
terimakasihguruku sampai ke rumah host masing–masing. Saat itu yang menjadi buddy saya adalah Alisha. Gadis manis tersebut seumuran dengan saya. Dia terlihat sangat senang saat mendapatkan teman baru dari luar negeri dan bisa belajar bahasa Inggris, maklum, rata–rata orang Rusia tidak bisa bahasa Inggris, namun saya salut melihat generasi muda mereka bersemangat untuk belajar bahasa Inggris. Alisha juga sangat baik. Meskipun berbadan kecil, tapi dia membantu saya untuk menggeret koper saya yang luar biasa berat sampai di rumah host saya yang bernama Lena. Saat saya sampai di flat Lena, dia masih berada di universitasnya. Yang berada di dalam flatnya hanyalah mamanya yang sedikit mengerti tentang bahasa Inggris. Setelah Alisha memberi penjelasan panjang lebar kepada mamanya Lena, yang saya panggil beliau dengan sebutan “Auntie” yang berarti “tante”, kami berdua disuguhi teh hangat dan makan malam. Saya sangat bersyukur mendapatkan “ibu” yang baik yang menjadi host mother saya. Dalam keadaan kedinginan, lapar, serta lelah luar biasa karena jet lag, beliau menyambut kami dengan hangat dan dijamu sangat baik, serta mendapatkan pengetahuan baru bahwa dalam budaya mereka, menjamu tamu di dapur merupakan hal yang wajar, hal ini disebabkan karena di dapur, terasa hangat. Tidak lama setelah itu, Alisha harus pulang karena rumahnya sangat jauh. Akhirnya Auntie menyuruh saya untuk tidur karena terlihat sangat lelah. Kondisi saya saat itu memang luar biasa capek, akhirnya saya tidak punya pilihan lain untuk tidak tidur. Pagi harinya saya bertemu dengan Lena, cantik dan baik sekali. Namun pada minggu ke-3 saya di Moscow, saya pindah host family di tempat si kembar cantik Masha dan Sasha, mereka juga sama halnya dengan Lena, baik dan sangat cantik. Pemandangan yang serba putih, jalan–jalan dipenuhi dengan salju, butiran–butiran halus dan lembut
turun dari langit, angin yang sangat dingin berhembus, suhu rata–rata jauh dibawah nol derajat, beginilah keadaan yang akan mewarnai hari–hari saya selama 7 minggu ke depan. Jauh dari orang tua, perbedaan budaya, suku, bangsa, ras, agama, perbedaan bahasa, serta banyak perbedaan lain dan tantangan yang harus saya hadapi selama di sana. Namun semua hal tersebut tidak membuat semangat saya turun, bahkan semakin banyak perbedaan, semakin banyak pula hal yang dapat dipelajari. Pada hari–hari pertama pun saya sudah
mendapatkan banyak tantangan dan bahkan saat sebelum pulang pun saya kehilangan visa dan paspor saya, tapi semua saya anggap sebagai learning untuk saya mengembangkan diri. Banyak hal yang saya dapatkan selama saya internship di sana. Yang paling saya suka adalah saat mengeksplore kota Moscow, mengunjungi tempat–tempat menari dan bersejarah seperi Red Square atau lapangan merah, Gereja yang seperti istana permen lolipop yang bernama St.Basil, museum vodka, museum seni, gedung teater Bolshoi yang megah dan menawan bergaya Eropa, Kremlin, pasar tradisional Izmailovo yang menjual ‘matrioshka’ dan menjual baju tradisional Rusia serta pernak pernik Rusia, Jalan
Arbats, Mall terbesar bergaya Eropa, sampai metro–metro bawah tanah yang menjadi publik transportasi utama Moscow menarik untuk dikunjungi dan dijelajahi satu persatu karena setiap metro memiliki ciri khas tersendiri yang menggambarkan Rusia saat perang dunia dulu kala, dan masih banyak tempat menarik lainnya untuk dikunjungi. Selain meng-eksplore Moscow dan berjalan-jalan, saya juga mengerjakan proyek sosial bersama dengan anak– anak dari Brazil dan Jerman. Hari–hari saya di sana diisi dengan kunjungan ke berbagai sekolah untuk presentasi tentang Indonesia serta mengunjungi rumah sakit khusus untuk anak–anak yang divonis terkena leukimia dan sedikit harapannya untuk hidup. Saat presentasi tentang Indonesia itulah, saya merasakan bagaimana susahnya dan beratnya perjuangan seorang guru yang harus menyiapkan materi–materi sebelumnya dan harus menyiapkan strategi agar para audien tetap tertarik pada presentasi kita, syukurlah setiap saya berpresentasi, semua menyimak dengan antusias. Akhirnya, pada tanggal 25 Maret 2011, saya harus pulang ke Indonesia, namun banyak sekali pengalaman yang tidak pernah terlupakan yang saya dapatkan selama di Rusia. Di sini, sekali lagi saya bersyukur atas jasa guru. Berkat nasehat beliau untuk selalu berusaha mengejar mimpi, saya bisa berdiri dan mempunyai pengalaman yang sangat berharga dalam hidup, serta tidak hanya berhenti saat ini saja, saya masih berani untuk mengejar impian untuk pergi ke berbagai negara untuk memberikan positive impact bagi masyarakat dunia, serta selalu berusaha untuk menjadi manusia yang berguna bagi negeri tercinta, Indonesia. Terimakasih, guruku. FAUZIA DYAH AYU PARAMITHA
Mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga 2009 Mahasiswa sastra Inggris STIBA Satya Widya 2009
”Ku persembahkan untuk Ustadzah Nana & Ustad Imam dari SD Al-Hikmah Surabaya, lalu Pak Marcus, Bu Ieke dan Bu Endang dari SMAN 6 Surabaya” MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011 2012
7
input MANAJEMEN BARANG & KONSEP KEPEMILIKAN
Kecil Tapi Luar Biasa Manfaatnya Pernah atau Seringkah Terlintas di Pemikiran Kita?
Ini mungkin menjadi rezeki saya untuk mendapatkan kesempatan mengunjungi kelas yang sangat luar biasa. Saya kagum terhadap kelas tersebut bukan karena fasilitasnya yang serba mewah atau lantainya yang mengkilat. Kelas tersebut tidak ber-AC apalagi berlantai keramik dengan kualitas terbaik. Tetapi karena manajemen barangnya sangat baik.
88
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
MANAJEMEN BARANG & KONSEP KEPEMILIKAN
ETIAP peralatan milik kelas tertata rapi pada tempat masing-masing. Lebih indah lagi adalah habit yang terbangun pada diri siswanya yang mengembalikan barang tersebut pada tempatnya dengan rapi dan tertib. Manajemen barang kelas tersebut juga menyangkut sistem kontrol barang, di mana dengan hanya sekilas pandang sang guru sudah dapat mengidentifikasi barang mana yang telah kembali ketempatnya dengan baik dan barang apakah yang belum kembali ke tempatnya. Lebih jauh tentang manajemen barang kelas itu adalah pada setiap barang milik siswa seperti pensil, penggaris, atau tempat pensil telah diberi label nama siswa dengan baik. Sehingga dengan mudah sebuah pensil dapat dikembalikan lagi kepada pemiliknya, jika terjatuh di bawah meja atau kursi. Apa pentingnya ini semua bagi proses pendidikan anak yang sangat komplek dan multidimensi? Peralatan kelas yang tertata rapi dan habit siswa untuk mengembalikan setiap peralatan tersebut ke tempat semula dengan baik dan rapi. Ada beberapa hal yang patut kita renungkan terkait dengan fenomena ini: Mari kita mencoba untuk membayangkan jika seorang siswa selama 6 tahun masa pendidikan dasar, bahkan 12 tahun hingga pendidikan menengah terbiasa untuk mengembalikan setiap barang ke tempatnya. Maka ia akan tumbuh menjadi sosok yang selalu rapi dan mengembalikan barang pada tempatnya. Jika ia tumbuh menjadi seorang karyawan, ia adalah karyawan yang rapi pada setiap wilayah pekerjaannya. File-file dan jadwal kerjanya tersusun rapi. Dan seandainya ia menjadi seorang direktur sebuah perusahaan, dapat dipastikan perusahaan tersebut akan berhasil dengan kerapiannya Selalu mengembalikan barang pada tempatnya adalah ciri pribadi yang bertanggung jawab. Sehingga dengan selalu membiasakan setiap siswa untuk mengembalikan barang pada tem-
patnya maka seorang guru sebenarnya telah membangun karakter tanggung jawab pada diri siswanya. Kebiasaan ini memang bagian kecil dari sebuah bangunan tanggung jawab yang besar. Tetapi yakinlah bahwa bangunan tanggung jawab yang besar dapat dimulai dari memastikan tanggung jawab pada hal-hal kecil yang dapat dilakukan oleh siswa dengan baik, penuh kesadaran dan konsisten. Tidak ada salahnya kita sebagai guru yang memulai untuk membangun yang kecil-kecil tersebut. Seringkali proses pembelajaran guru terganggu karena tidak selalu tersedianya peralatan kelas yang seharusnya dikembalikan pada tempatnya. Seperti pada seorang guru yang sedang fokus mengajar dengan menggambar beberapa obyek di papan tulis. Tiba-tiba guru tersebut membutuhkan penghapus papan tulis, tetapi sayang sekali penghapus tersebut tidak pada tempatnya. Proses pembelajaran akhirnya sedikit terganggu karena tidak adanya penghapus tersebut. Semua anggota kelas sibuk mencarikan penghapus buat siguru. Kejadian di atas dapat dihindari jika kelas tersebut mempunyai manajemen barang yang baik.
Apa pentingnya setiap barang milik siswa terlabeli dengan baik. Mungkin beberapa penjelasan berikut ini mempermudah kita untuk lebih mengerti betapa pentingnya sebuah label nama pada bendabenda milik siswa. Memberi label nama pada barang anak akan mengajarkan konsep kepemilikin kepadanya. Barang ini milik si Andi karena tertulis label Andi, sedangkan barang itu milik Tini karena juga tertulis label Tini. Bagi anak pada usia dini semua barang adalah miliknya, hingga ada seseorang yang menyatakan bahwa barang ini memang miliknya dan barang itu milik temannya. Konsep ini
input
terasa lebih penting pada beberapa anak yang memang di rumahnya belum diajari tentang konsep kepemilikan, bahwa barang ini miliknya maka ia dapat menggunakannya dengan baik, serta barang itu milik saudaranya maka ia harus izin setiap kali ingin menggunakannya. Memberi label terhadap barang akan mempermudah anak untuk memahami tentang konsep kepemilikan ini. Ketika konsep kepemilikan telah terbangun dengan baik, maka guru dapat memulai membangun rasa tanggung jawab terhadap barang miliknya. Memiliki sebuah barang adalah dapat menggunakannya, merawatnya, dan menjaganya dengan baik. Jika terjadi kehilangan atau penemuan barang maka guru atau orang lain dapat dengan mudah mengembalikan kepada pemiliknya. Sering terjadi ada anak yang tidak mau mengakui bahwa barang ini miliknya, padahal seluruh teman sekelasnya mengetahui bahwa barang ini memang miliknya. Adanya label nama pada setiap barang akan menghindari menumpuknya barang hilang pada etalase kehilangan Ada beberapa anak yang kurang terbangun konsep kepemilikannya mudah menggunakan barang milik temannya. Kebiasaan ini jika tidak dibimbing oleh guru atau orang tua dengan baik akan dapat memunculkan kebiasaan untuk kurang jujur. Adanya label nama pada barang masing-masing siswa adalah tindak preventif bagi anak untuk tidak menggunakan barang milik temannya. Karena setiap kali ia menggunakannya, maka guru atau orang tua dapat mengidentifikasinya dengan baik Pada setiap jenjang pendidikan kita selalu menyampaikan materi ajar tentang kejujuran, tanggung jawab, kerapian, dan kerajinan. Kelas kita adalah wilayah tanggung jawab kita untuk membentuknya. Mengapa kita tidak menjadikan kelas-kelas tersebut dunia kejujuran, tanggung jawab dan kerapian. Tempat di mana setiap siswa dapat menikmati kejujuran, tanggung jawab, kerapian & selanjutnya mereka dapat mengimplementasikannya.
MIFTAHUL JINAN  Fokus pada penulisan buku-buku parenting & pendidikan (Alhamdulillah Anakku Nakal dll)  Master trainer dari Kualita Pendidikan Indonesia (KPI)  Dosen program Ma’had Aly Al-Akbar Education Centre  Email:
[email protected] MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
9
input PELAYANAN PUBLIK
Tidak Ada Ruginya Menerapkan Konsep
Simpel & Selalu Memudahkan
Prof. Imam Robandi Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh November (ITS)
BERBICARA tentang pelayanan publik di Indonesia termasuk di bidang pendidikan, sudah prima atau belum, mudah-mudahan sudah. Contoh ada orangtua/wali murid yang datang ke sekolah menanyakan atau memperjelas tetang sesuatu, guru yang datang ke LPMP dan dinas pendidikan ingin bertanya tentang informasi penting terkait bidang tugasnya atau bahkan seorang mahasiswa S1 misalnya yang bertanya seputar urusan administrasi ke bagian kemahasiswaan kampus dan lain-lain, saya tetap yakin pelayanan terbaik sudah dilakukan. Karena itukan memang sudah menjadi tugas dan kewajibannya Namun seandainya kita bertanya ke
10
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
orang pada umumnya, seperti apa salah satu ciri pelayanan yang baik itu? Pasti mereka akan bilang pelayanan prima yang menyenangkan atau yang baik itu sebenarnya identik dengan cara yang simpel dan memudahkan. Nah mengulas sedikit seputar konsep simpel dan selalu memudahkan ini saya jadi ingat waktu saya masih masih menimba ilmu di Jepang. Jujur saja, orang Jepang itu sangat simpel. Mereka tidak menyukai hal-hal yang rumit, pola pikir orang Jepang yang simpel terlihat jelas dari arsitek bangunan yang ada di Jepang. Tak hanya arsitek bangunan, konsep pelayanan kepada masyarakatnya pun sama-sama simpelnya. Semua pelayanan di Jepang tidak rumit, cepat, ramah, transparan dan sangat memudahkan. Begitu gampang dan bagusnya sistem pengurusan
surat-surat di kantor pemerintahan, membuat masyarakatnya tidak malas untuk mengurus surat-surat dan lainlainnya Jadi Jepang itu walaupun negara kecil, namun negaranya sangat hebat. Itu karena penduduk Jepang sekali lagi merupakan orang-orang yang berpikiran simpel dan memudahkan orang lain. Bahkan, Jepang sudah menggunakan dan menerapkan konsep Islami yaitu sederhana dan memudahkan. Bukankah di Islam, kita selalu diminta untuk memudahkan urusan orang lain? Orang Jepang yang bukan penganut agama Islam saja telah menerapkan konsep Islam. Sedang Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam seharusnya justru lebih baik, tulus dan ikhlas dalam menerapkan konsep tersebut .Siska Prestiwati W
input HAK ANAK
mengapa anak
Oleh: Fadibah Setiawan Widyaiswara Pertama di LPMP Jawa Timur
Harus Bermain?
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
11
input
HAK ANAK
Bagi seorang anak, bermain adalah suatu kegiatan yang serius namun mengasyikkan. Bermain adalah aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak karena menyenangkan bukan karena akan memperoleh hadiah atau pujian. BERMAIN adalah salah satu alat utama yang menjadi latihan untuk pertumbuhannya. Bermain adalah medium di mana si anak mencoba diri bukan saja dalam fantasinya tetapi juga aktif dalam situasi nyata sesuai usia perkembangannya Melalui bermain anak dapat melakukan koordinasi otot kasar seperti merayap, merangkak, berjalan, berlari, meloncat, melompat, menendang, melempar dan lain sebagainya. Selain itu anak dapat berlatih menggunakan kemampuan kognitifnya untuk memecahkan berbagai masalah seperti kegiatan mengukur diri, mengukur berat, membandingkan, mencari jawaban yang berbeda dan sebagainya. Lebih dari itu dengan bermain anak dapat pula melatih kemampuan bahasanya dengan cara: mendengarkan beraneka macam bunyi, mengucapkan suku kata atau kata, memperluas kosa kata, berbicara sesuai dengan tata bahasa Indonesia dan sebagainya. Manfaat lainnya dari bermain, anak dapat meningkatkan kepekaan emosinya dengan cara mengenalkan bermacam perasaan, mengenalkan perubahan perasaan, membuat pertimbangan dan menumbuhkan kepercayaan diri. Bermain bagi anak erat kaitannya bagi pengembangan kemampuan sosialnya seperti membina hubungan dengan anak lain, bertingkah laku sesuai dengan tuntutan masyarakat, menyesuaikan diri dengan teman sebaya, dapat memahami tingkah lakunya sendiri dan paham bahwa setiap perbuatan ada konsekuensinya. Dengan bermain anak akan memperoleh kesempatan memilih kegiatan yang disukainya, bereksperimen dengan bermacam bahan dan alat, berimajinasi, memecahkan masalah dan bercakap-cakap secara bebas, berperan dalam kelompok, bekerja sama dalam kelompok dan memperoleh pengalaman yang menyenangkan. Itulah sebabnya sebisa mungkin anak, menikmati dunianya dengan bermain!
12
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
HAK ANAK
input
Metode Bermain
di Taman Kanak-Kanak
1. Pengertian Bermain bagi Anak Taman Kanak-Kanak Beberapa ahli peneliti memberi batasan arti bermain dengan memisahkan aspek-aspek tingkah laku yang berbeda dalam bermain. Dikemukakan sedikitnya ada lima kriteria dalam bermain (Dworetzky, dalam Moeslihatoen 1999:31). Motivasi intrinsik. Tingkah laku bermain dimotivasi dari dalam diri anak.
Pengaruh positif. Tingkah laku itu menyenangkan atau menggembirakan. Bukan dikerjakan sambil lalu. Tingkah laku itu bukan dilakukan sambil lalu. Cara/tujuan. Cara bermain lebih diutamakan daripada tujuannya. Kelenturan. Bermain itu perilaku yang lentur. Kelenturan ditunjukkan baik dalam bentuk maupun dalam
hubungan serta berlaku dalam setiap situasi. Jika kita menggunakan kelima kriteria tersebut, maka kita dapat mengatakan bahwa bila seorang anak menggunakan mainan hewan-hewanan dengan cara yang lentur tanpa tujuan yang jelas dalam pikirannya, kegiatannya berpurapura, menyenangkan bagi dirinya sendiri, dan melakukan kegiatan hanya untuk bergiat, maka dapat dikatakan ia MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
13
input
HAK ANAK
sedang bermain. 2. Fungsi Bermain bagi Anak Taman Kanak-Kanak Sesuai dengan pengertian bermain yang merupakan tuntutan dan kebutuhan bagi perkembangan anak usia TK, Fungsi bermain bagi anak TK diantaranya: a. Mempertahankan Keseimbangan Kegiatan bermain dapat membantu penyaluran kelebihan tenaga, setelah melakukan kegiatan bermain anak memperoleh keseimbangan antara kegiatan dengan menggunakan kekuatan tenaga dan kegiatan yang memerlukan ketenangan. b. Menghayati Berbagai Pengalaman yang Diperoleh dari Kehidupan Sehari-Hari Anak yang bermain seolah-olah dalam hal ini Fungsi bermain sebagai sarana untuk menghayati kehidupan sehari-hari ini berguna untuk menumbuhkan kebiasaan anak, juga mengenal berbagai profesi contohnya bila orang sakit harus berobat ke puskesmas, bila sakit gigi berobat ke dokter gigi, untuk menyiapkan makanan harus belanja ke pasar terlebih dahulu dan seterusnya. Situasi ini akan mendorong anak bermain sebagai dokter kecil, atau jadi ibu dengan kesungguhan hati dan penuh kegembiraan. c. Mengantisipasi Peran yang Akan Dijalani di Masa yang Akan Datang Meskipun anak bermain berpura-pura namun sebenamya kegiatan tersebut merupakan upaya untuk mempersiap-
kan anak melaksanakan peran tersebut kelak. berperan sebagai orang tua, berarti mencoba menghayati perilaku, dan sikap sebagai orang tua. d. Menyempurnakan Keterampilan yang Dipelajari Anak TK merupakan pribadi yang sedang tumbuh. Dengan demikian anak selalu berusaha menggunakan kekuatan tubuhnya. Tidak hanya keterampilan gerak yang dimantapkan, tetapi juga interaksi sosial. Bermain merupakan latihan spontan untuk meningkatkan keterampilan. Dalam usia 5 tahun kemampuan interaksi sosialnya bertambah misalnya saya jadi sopirnya, kamu jadi penumpangnya. Dengan bermain keterampilan kognitif anak juga ditingkatkan. Misalnya keterampilan berbahasa, berhitung, mengenal lingkungan sosial dan baik, membandingkan, mengumpulkan dan membuat generaliaasi. e. Menyempurnakan Keterampilan Memecahkan Masalah Masalah yang dihadapi oleh anak sehari-hari dapat bersifat masalah emosional, sosial, maupun intelektual. Dengan bermain anak dapat menyalurkan rasa ingin tahu, seperti bagaimana caranya memasak air, mengapa pohon layu bila tidak diberi air, mengapa es mencair di udara terbuka, dan sebagainya. f. Meningkatkan Keterampilan Berhubungan dengan Anak Lain Melalui kegiatan bermain anak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan keterampilan bergaulnya, seperti bagaimana menghindari pertentang-
Melalui kegiatan bermain anak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan keterampilan bergaulnya, seperti bagaimana menghindari pertentangan dengan teman, bagaimana tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, berbagi kesempatan menuntut hak dengan cara yang dapat diterima, mengkomunikasikan keinginan, dan bagaimana mengungkapkan perasaan serta kebutuhannya.
14 14
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
an dengan teman, bagaimana tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, berbagi kesempatan menuntut hak dengan cara yang dapat diterima, mengkomunikasikan keinginan, dan bagaimana mengungkapkan perasaan serta kebutuhannya. 3. Penggolongan Kegiatan Bermain Anak TK Ada beberapa penggolongan kegiatan bermain sesuai dengan anak usia TK, yaitu, kegiatan bermain sesuai dengan dimensi perkembangan sosial anak, dan kegiatan bermain berdasarkan pada kegemaran anak. a. Dimensi Perkembangan Sosial Anak Gordon & Browne (moeslihatoen 1999:34) mengadakan penggolongan kegiatan bermain sesuai dengan dimensi perkembangan sosial anak dalam 4 bentuk, yaitu: a)secara soliter (bermain sendiri), b)secara paralel, c) asosiatif, d) secara kooperatif b. Berdasarkan Kegemaran Anak Berdasarkan kegemarannya anak akan bermain bebas dan spontan seperti bermain pura-pura, bermain dengan cara membangun atau menyusun, bertanding dan berolahraga. Bermain pura-pura banyak dilakukan oleh anak yang kurang pandai menyesuaikan diri. Bermain pura-pura dapat dibedakan dalam bentuk: Minat pada personifikasi, misalnya berbicara pada boneka atau bendabenda mati. Bermain pura-pura dengan menggunakan peralatan, misalnya minum
HAK ANAK
dengan menggunakan cangkir kosong. Bermain pura-pura dalam situasi tertentu, misalnya situasi kehidupan sehari-hari dalam keluarga, situasi di tempat praktek dokter yang mengobati anak sakit, dan sebagainya. Bermain dengan cara membangun atau menyusun juga akan mengembangkan kreativitas anak. Setiap anak akan menggunakan imajinasinya membentuk suatu bangunan mengikuti daya khayalnya. Misalnya anak yang membuat bangunan dari tanah liat atau membuat gunung, terowongan, dan rumah dari pasir. Anak usia TK tertarik bermain dengan anak lain untuk menguji kemampuannya dengan kemampuan anak lain. Misalnya main petak umpet, polisi dan pencuri, dan sebagainya. 4. Sarana dan Alat Bermain Anak TK a. Ruang dan Tempat Bermain Taman kanak–kanak perlu ruang dan tempat untuk kegiatan pengembangan kemampuan ilmu pengetahuan alam, pengembangan bahasa; bermain musik, bermain drama, membangun atau menyusun balok-balok, bermain dengan alat-alat, bermain pertukangan, dan pasir. Tempat dan ruang bermain terdiri dari: dalam kelas, luar kelas b. Bahan dan Peralatan Bahan dan peralatan yang disediakan hendaknya merupakan sumber belajar yang dapat membantu mengembangkan seluruh dimensi
perkembangan anak usia TK, seperti: Bahan dan Peralatan Bagi Pengembangan Dimensi Perkembangan Motorik Anak TK Anak usia TK adalah anak yang selalu aktif. Oleh karena itu, sebagian besar alat bermain diperuntukkan bagi pengembangan koordinasi gerakan otot kasar. Bahan dan Peralatan Bermain bagi Pengembangan Kognitif Anak Usia TK Kegiatan bermain dilakukan dengan mengamati dan mendengar. Mengamati dilakukan dengan: melihat bentuk, warna, ukuran; melihat persamaan dan perbedaan bentuk, warna, dan ukuran; Kegiatan mendengar dilaksanakan dengan mendengar bunyi, suara, nada; melihat persamaan dan perbedaan bunyi, suara, nada; memecahkan masalah berdasarkan pengenalannya tentang bunyi, suara, dan nada. Bahan atau peralatan apa pun yang disediakan hendaknya membantu perkembangan anak dalam mengamati dan mendengar agar memperoleh keterampilan dalam hal mengenal, mengingat, berpikir konvergen, berpikir divergen, dan memberi penilaian. Bahan dan Peralatan Bermain bagi Pengembangan Kreativitas Anak TK Ciri-ciri kreatif adalah: kelenturan, kepekaan, penggunaan daya imajinatif, kesediaan mengambil risiko dan menjadikan diri sendiri sebagai sumber dan pengalaman. Penggunaan balok-balok, peralatan memanjat, dan hubungan sosial memberi kesempatan bagi anak untuk mengambil risiko.
input
Bahan dan Peralatan Bermain bagi Pengembangan Bahasa Anak Usia TK Bahan dan peralatan yang dapat dipergunakan dalam pengembangan keterampilan: a) Bahasa reseptif adalah segala sesuatu yang dapat mengembangkan gambaran mental tentang apa yang didengar seperti suara angin, suara mobil, dan sebagainya. b) Bahasa ekspresif meliputi bendabenda yang ada di sekitar anak dengan cara menyebutkan nama-nama benda tersebut (kata benda); dengan menyebutkan perilaku orang seperti berjalan, berlari, meloncat (kata kerja) dan dengan kata-kata yang menyatakan perasaan seseorang seperti senang, susah, bahagia (kata sifat, kata keadaan). Bahan dan Peralatan Bermain bagi Pengembangan Sosial Anak Usia TK Bahan dan peralatan yang digunakan untuk kegiatan ini adalah tempat air, buku cerita, buku bergambar, bahan teka-teki, kuda-kudaan, sepeda roda tiga bersadel rangkap, telepon mainan, beberapa topi pemadam kebakaran, dan sebagainya. Bahan dan Peralatan Bermain bagi Pengembangan Emosi Anak Usia TK Bahan dan peralatan yang diperlukan untuk mengembangkan emosi ini antara lain: a)tanah liat dan lumpur, b) menggambar dengan jari tangan, c) balok-balok atau sejenisnya, d)hewan piaraan, e)peralatan drama, f )buku cerita/ dongeng
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
15
input
HAK ANAK
Melalui kegiatan bermain anak dapat mengembangkan kreativitasnya, yaitu melakukan kegiatan yang mengandung kelenturan, memanfaatkan imajinasi atau ekspresi diri, kegiatan-kegiatan pemecahan masalah, mencari cara baru dan sebagainya. 5. Rancangan Kegiatan Bermain Rancangan kegiatan bermain meliputi penentuan tujuan dan tema kegiatan bermain; macam kegiatan bermain; tempat dan ruang bermain; bahan dan peralatan bermain; dan urutan langkah bermain. Tujuan kegiatan bermain bagi anak usia TK adalah untuk meningkatkan perkembangan anak usia TK baik perkembangan motorik, kognitif, bahasa, kreativitas, emosi atau sosial. Dalam program kegiatan bermain hasil yang optimal akan diperoleh bila kegiatan itu dirancang dengan saksama. Jadi dalam kegiatan bermain itu terlebih dahulu dikomunikasikan kepada anak dan diutarakan apa yang akan diperoleh dari kegiatan bermain seperti: menghindari pertentangan, berbagi kesempatan atau giliran, menuntut hak dengan cara yang dapat diterima, mengkomunikasikan keinginan yang dapat diterima, dan seterusnya. Kemudian tentukan kegiatan bermain yang cocok dengan tujuan dan tema. Contohnya kegiatan bermain ”pola kehidupan keluarga dalam situasi makan bersama”. Kegiatan ini dapat menjadi cermin budaya bangsa. Karena itu kegiatan makan bersama dalam
keluarga hendaknya sesuai dengan budaya makan yang baik yang dianut masyarakat Indonesia. Tempat dan ruang bermain dapat dilakukan di dalam dan di luar ruang. Selama melakukan kegiatan bermain guru tidak lagi mencari bahan atau perlengkapan yang belum tersedia. Kualitas pelaksanaan kegiatan bermain banyak dipengaruhi oleh perancangan kegiatan bermain yang sudah disusun. Hasil pelaksanaan kegiatan bermain merupakan masukan bagi guru untuk mengadakan perbaikan dan pengembangan rancangan bermain yang telah disusun. 6. Pelaksanaan Kegiatan Bermain a. Kegiatan Pra Bermain Ada dua macam persiapan dan kegiatan pra bermain Kegiatan penyiapan siswa dalam melaksanakan kegiatan bermain. Kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang siap untuk dipergunakan. b. Kegiatan Bermain Kegiatan bermainnya meliputi langkah-langkah yang sudah direncanakan oleh guru tersebut. c. Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, kegiatan
bermain itu guru dapat melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut: Menarik perhatian dan membangkitkan minat anak tentang aspek-aspek penting dalam aktivitas yang telah dilakukannya. Menghubungkan pengalaman anak dengan ativitas tersebut Menunjukkan aspek-aspek penting. Memahami seberapa dalam penghayatan anak. Bermain merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak TK. Melalui bermain anak akan dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, sosial, nilai, dan sikap hidup. Melalui kegiatan bermain anak dapat melakukan koordinasi otot kasar, seperti merayap, merangkak, berjalan, berlari, meloncat, melompat, menendang, melempar, dan lain -sebagainya. Melalui kegiatan bermain anak dapat berlatih menggunakan kemampuan kognitifnya untuk memecahkan berbagai masalah seperti kegiatan mengukur diri, mengukur berat, membandingkan, mencari jawaban yang berbeda dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA Craft Anna. (2000). Membangun Kreativitas Anak (Creativity Across the Primary Curriculum). Depok. Inisiasi Press Moeslihatoen R. (1999). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta. Rineka Cipta. Semiawan Conny R. (2003). Pengembangan Rambu-Rambu Belajar Sambil Bermain Pada Pendidikan Anak Usia Dini (Buletin PADU. Vol. 2 No:01. April 2003). Jakarta. Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia. Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda.
16 16
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
salamkenal Avanti Fontana PhD CF CC Faculty Member Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia CIS Lead Facilitator & Coach Innovation
[email protected],
[email protected] | Blog: avantifontana.com
Model Keterlibatan (Engaged Model)
Dalam Inovasi Manajemen
Inovasi merupakan keberhasilan secara ekonomi dan sosial karena diperkenalkannya cara baru atau kombinasi baru dari cara lama dalam mengubah input menjadi output sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan besar dalam perbandingan antara nilai manfaat dan harga menurut persepsi konsumen atau pengguna (Fontana 2009, 2010, 2011). DALAM dunia pendidikan, kata inovasi sudah tidak asing lagi. Yang mungkin masih relatif asing, tidak saja di dunia pendidikan adalah memaknai inovasi itu sendiri dan menyelami bagaimana melakukannya dengan baik. Sering inovasi diartikan sebagai ide baru saja. Ia kerap juga diartikan sebagai teknologi saja. Ia kadang dilihat hanya sebagai invensi. Tulisan ini ingin menunjukkan dengan singkat bahwa inovasi adalah lebih daripada itu semua. Seorang guru masuk kelas untuk mengajar matematika. Keberadaannya di kelas adalah salah satu bagian dari proses penciptaan nilai yang sedang ia lakukan. Pengajarannya disebut inovatif jika ia mampu menciptakan nilai manfaat bagi para muridnya, menurut para muridnya, tidak saja menurut sang guru. Namun karena guru adalah bagian dari institusi pendidikan di mana ia mengajar, persepsi nilai manfaat tidak cukup hanya dilihat oleh para muridnya tetapi juga harus terlihat dan dirasakan oleh pemangku kepentingan yang lain di sekolah itu: pimpinan sekolah, rekan guru, karyawan administrasi dan lainlain yang relevan. Itu artinya bahwa proses aktivitas penciptaan nilai itu tidak terjadi baru dan hanya di kelas, namun harus terjadi dalam satu rangkaian proses atau rantai nilai inovasi. Hal ini dapat digambarkan dengan dimulainya persiapan bahan
ajar yang sering didampingi dengan aktivitas eksplorasi dan pengolahan data dan informasi. Seninya adalah bahwa proses inovasi ini tidak berjalan sendirian oleh sang guru. Manajemen sekolah harus memastikan kesediaan sarana mengajar-belajar yang kondusif untuk proses mengajar-belajar yang interaktif dan partisipatif. Dari sini pembaca sudah melihat bahwa mata atau radar inovasi di dunia pendidikan dan khususnya di dunia mengajar-belajar bisa beragam. Yang utama saya bisa sampaikan ada empat poros radar inovasi (lihat Bagan 1): poros produk (mengajar apa?), siapa (untuk murid, siswa atau mahasiswa tingkat apa?), proses (bagaimana proses persiapan hingga siap mengajar sampai selesai misalnya satu semester?) dan kehadiran di pasar (sejauh mana serta bagaimana pemangku kepentingan mengetahui kemanfaatan “produk” anda di sekolah di mana anda berada?). Radar inovasi lainnya bisa ditambahkan misalnya pengalaman siswa dan orangtua karena anak sekolah di sekolah anda dan orangtua menyekolahkan putra dan putri mereka di sekolah anda. Radar yang lainnya lagi adalah radar jejaring; sekolah anda membangun jejaring kerja sama dengan institusi dan individu yang relevan yang memungkinkan kemajuan proses mengajar-belajar dan proses kematangan keunggulan sekolah anda.
BAGAN 1. RADAR INOVASI
PRODUK MEREK JEJARING KEHADIRAN
MODEL
SOLUSI
PENGALAMAN KONSUMEN
NILAI
HARGA - MANFAAT UNTUK KONSUMEN RANTAI PASOK
KONSUMEN
ORGANISASI
NILAI TAMBAH ALTERNATIF PROSES
Satu hal yang penting dalam proses inovasi tersebut di atas beserta radar-radar inovasi yang dibangun adalah manajemen yang perlu memperhatikan desain organisasi sekolah. MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
17
salamkenal BAGAN 2. SEKOLAH SEBAGAI KUMPULAN PERANGKAT KERAS & LUNAK ORGANISASI
BAGAN 5. PERAN GURU BERGESER SEBAGAI FASILITATOR PEMBELAJARAN PERAN FASILITASI HARUS MENDAPAT DUKUNGAN UTUH DARI MANAJEMEN SEKOLAH
VISIBLE ASPECTS Strategies Objectives Policies and Procedures Structure Technology Formal Authority Chain of Command HIDEN ASPECTS Attitudes Perceptions Group Norms Informal Interactions Interpersonal and Intergroup Conflicts
Manajemen Sekolah harus memperhatikan kesiapan organisasi untuk mendukung proses mengajar-belajar. Ini artinya sekolah sebagai organisasi profesional harus ditatakelola seprofesional mungkin. Kesiapan bangunan sekolah nan indah tidak cukup. Sekolah perlu memiliki misi dan visi yang jelas dengan strategi dan implementasi yang utuh dan terukur. Sering untuk itu kita para aktivis pendidikan dipanggil untuk melakukan inovasi manajemen atau inovasi administrasi atau sering juga disebut dengan inovasi organisasi. Dan proses inovasi manajemen ini, seperti proses-proses inovasi lainnya, harus melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan. Tuntutan inovasi dunia pendidikan tidak saja dipicu oleh semakin maraknya sekolah dengan program-program internasional dan membanjirnya kampus-kampus internasional di tengah maraknya globalisasi pendidikan di saat internasionalisasi pendidikan Indonesia belum mapan, ia juga dipicu oleh perubahan paradigma mengajar-belajar itu sendiri yang semakin melibatkan lebih banyak penggunaan teknologi di dalamnya. Perhatikan Bagan 3-5 berikut ini. BAGAN 3. PERAN TEKNOLOGI DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR TANPA PENGGUNAAN YANG INOVATIF YANG DILAKUKAN OLEH PELAKU BELAJAR-MENGAJAR, NISCAYA KECANGGIHAN TEKNOLOGI MENJADI BERMAKNA. ADDING TECHNOLOGY TO EXISTING EDUCATIONAL PRACTICE
W WW
CO M
PUT
ERS
ITS
Ada dua kelompok individu yang akan membentuk proses inovasi manajemen: (1) agen perubahan internal, para karyawan perusahaan (staf struktural) yang sedang melakukan inovasi, yang proaktif dalam mencipta, bereksprimen dan memvalidasi (menguji dan menjalankan) inovasi manajemen; (2) agen perubahan eksternal, yang terdiri dari konsultan independen, akademisi dan para guru yang proaktif dalam menciptakan minat dan kepentingan dalam inovasi manajemen, mempengaruhi pengembangannya dan melegitimasi efektivitas maupun kelanggengan praktek-praktek manajemen baru hasil inovasi manajemen. Agen-agen perubahan eksternal (yang berasal dari luar organisasi) berperan penting dalam inovasi manajemen karena mereka memberi legitimasi dan keahliannya dalam fase-fase yang berbeda dari proses inovasi manajemen. Mereka dapat memberikan kredibilitas pada ide orisinal yang muncul dari hasil eksperimen di dalam organisasi dan mereka dapat berperan pula sebagai action researchers bersama tim internal organisasi pada fase implementasi yang kemudian mereka menteorikan dan melabelkan inovasi manajemen tersebut. Bagan 6 merupakan penyederhanaan Kerangka Proses Inovasi Manajemen dalam Birkinshaw dkk (2008: Figure 1, Management Innovation Process Framework, halaman 832). BAGAN 6. PENDEKATAN INOVASI MANAJEMEN (ENGAGED MODEL)
MULTYMEDIA CURRENT EDUCATION
CURRENT EDUCATION WRAPPED IN TECHNOLOGY
BAGAN 4. PERAN GURU BERGESER SEBAGAI FASILITATOR PEMBELAJARAN PERAN FASILITASI HARUS MENDAPAT DUKUNGAN UTUH DARI MANAJEMEN SEKOLAH RETHINKING, REINVENTING & REENGINEERING EDUCATIONAL THEORY & EDUCATIONAL PRACTICE
CURRENT EDUCATION
18
COMPUTER SUPPORTED & COMPUTER MEDIATED EDUCATION OF FUTURE
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
refleksi
Berhentilah Sekolah
Sebelum Terlambat Momentum akhir tahun 2011 dan beralih ke tahun baru 2012 setidaknya merupakan momentum yang tepat digunakan untuk mencoba merenungkan kembali makna hakiki dari mengapa negeri ini di proklamasikan sebagai Negara yang merdeka. Dalam Pembukaan Undang–Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Negara berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa serta mensejahterakan rakyatnya agar rakyatnya dapat tampil sejajar dengan rakyat bangsa–bangsa lain di dunia ini. PENDIDIKAN setidaknya merupakan jembatan untuk mewujudkan apa yang menjadi cita–cita luhur dari proklamasi kemerdekaan bangsa ini. Pendidikkan dan sekolah adalah dua hal yang berbeda, tetapi ibarat dua sisi mata uang yang saling membutuhkan. Pendidikan harus dimaknai sebagai upaya sadar untuk membangun kesadaran diri para peserta didik bahwa dalam dirinya ada potensi yang bisa dikembangkan sesusai dengan kapasitas yang dia miliki. Pendidikan harus dijalankan dalam rangka menghormati kemampuan yang dimiliki oleh anak. Sedangkan sekolah dimaknai sebagi ruang yang bisa digunakan oleh siswa sebagai sarana untuk
mempelajari sesuatu dalam proses pendidikan yang dijalani. Tentu saja alam semesta bisa dimaknai sebagai ruang untuk belajar. Lalu bagaimana dengan pendidikan kita? Setidaknya bila diurut melalui proses sejarah berdirinya Negara Republik Indonesia, ada 4 fase model pendidikan, pertama pendidikan yang dijalankan pada masa sebelum kemerdekaan, pada masa ini pendidikan yang dilakukan adalah lebih ditekankan pada penanaman ideologi bangsa agar menjadi bangsa yang bermartabat, untuk bisa bermartabat, maka bangsa ini harus merdeka, proses pendekatan pembelajaran yang dilakukan dalam
fase ini adalah dengan mengedepankan potensi yang ada pada peserta didik dengan melakukan apa yang disebut dengan “ 3 N “, yaitu: Niteni (Penanaman Nilai), Nirok ke (Modelling) dan Nambahi (Pengembangan kreatifitas). Pada fase ini belajar lebih ditekankan pada kesadaran peserta didik akan pentingnya belajar dan menjadi manusia yang bisa melanjutkan kehidupannya agar bisa lebih baik dari yang dialaminya. 3 N yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan saat itu dapat dijalankan dengan baik, karena berangkat dari kesadaran yang dibangun melalui penghargaan dan penghormatan terhadap nilai-nilai luhur yang harus MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
19
refleksi diperjuangkan dan ditegakkan. Kedua, Fase Kemerdekaan, Periode Orde Lama, pada periode ini, model pendekatan pendidikan yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan apa yang dijalankan pada saat masa sebelum kemerdekaan, dimana dengan kesadaran akan keterbatasan yang ada dan menyadari sebagai bangsa yang baru merdeka setelah digerogoti oleh penjajah selama 350 tahun, belajar pada saat itu merupakan barang yang sangat berharga dan mahal. Oleh karenanya kegiatan belajar sebagai bagian dari proses pendidikan dijalankan atas dasar kesadaran yang tingi untuk bisa menjadi manusia yang bermartabat dan beharga dihadapan manusia dari bangsa–bangsa lain. Pendidikan dijalankan atas kepentingan dan kebutuhan bagi berlanjutnya kehidupan yang lebih baik. Pendidikan pada saat itu merupakan ladang yang subur bagi bersemainya ideologi. Ketiga Periode Orde Baru, Pada awal–awal periode ini, pendidikan dijalankan bagi kepentingan berkembangnya ideologi yang dimiliki oleh kekuasaan saat itu. Pendidikan dilakukan sebagai alat kekuasaan, akibatnya kemudian terjadi dehumanisasi dalam proses pendidikan saat itu.
kreatifitas sudah ada, terbukti dengan adanya upaya menjadikan proses pendidikan berbasis pada kebutuhan sekolah, sekolah sebagai tempat berlangsungnya pendidikan diberi kesempatan dan kewenangan untuk mengatur manajemen pendidikannya. Proses yang kita kenal dengan Manajemen Berbasis Sekolah atau MBS, pada dasarnya memberi kewenangan pada para pelaku pendidikan di tingkat sekolah yang dijalankan oleh para kepala sekolah dan guru untuk untuk mengembangkan model pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dasar sekolah dan para siswanya. Setelah itu diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ), yang memberi kewenanangan penuh pada guru untuk melakukan proses pembelajaran dengan lebih mengembangkan potensi siswa, meski disisi lain pada periode ini pemerintah juga masih setengah hati dengan masih diberlakukannya ujian nasional terpusat. Kewenangan yang
diberikan kepada guru untuk melakukan improvisasi proses pendidikan yang mengembangkan potensi siswa ternyata tidak sepenuhnya bisa dijalankan dengan baik. Hal ini wajar terjadi, karena sebagian besar para pengelola pendidikan dan pendidik saat ini adalah merupakan produk dari sistem pembelajaran yang dijalankan pada masa orde baru. Pendidikan tidak semestinya menjadikan anak–anak yang pada dasarnya adalah subyek pendidikan menjadi asing akan potensi yang dimilikinya. Anak–anak semestinya harus dipahami sebagai bagian dari proses yang menentukan keberhasilan pendidikan. Proses pendidikan harus dijalankan dengan kesadaran bahwa dalam diri anak pada dasarnya ada kekuatan dan potensi besar yang bisa dikembangkan bila dilakukan pendekatan yang tepat. Ini artinya bahwa kemampuan anak satu dengan anak yang lainnya harus dipahami berbeda satu sama lain, karena
Proses dehumanisasi pendidikan saat itu lebih didasarkan pada kebutuhan kekuasaan dan dilakukan secara sistematis mulai dari pusat sampai pada tingkat sekolah, segala sesuatunya berpusat pada kepentingan kekuasaan dan penguasa saat itu. Akibatnya pendidikan yang dijalankan pada saat itu tidak boleh ada tafsir beda antara pelaku di pusat kekuasaan dan di sekolah. Para peserta didik menjadi teraleniasi dari jati dirinya sebagai manusia. Mereka harus belajar sesuai dengan doktrin– doktrin yang diinginkan dari pusat kekuasaan. Siswa menjadi tidak mandiri, kurang kreatif dan kurang percaya diri. Pendidikan dibangun atas kepentingan pasar, akibatnya mental para peserta didik sedikit sekali yang bermental entrepreneur, sebagian besar bermental pegawai, mereka lebih senang menjadi buruh bagi kepentingan perusahaan– perusahaan nasional ataupun internasional atau menjadi pegawai–pegawai dilingkungan pemerintahan. Dan Keempat, Periode Reformasi. Pada periode ini, kesadaran untuk mengembalikan pendidikan ke arah pembangunan jati diri bangsa dengan membangun
20 20
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
Anak–anak semestinya harus dipahami sebagai bagian dari proses yang menentukan keberhasilan pendidikan. Proses pendidikan harus dijalankan dengan kesadaran bahwa dalam diri anak pada dasarnya ada kekuatan dan potensi besar yang bisa dikembangkan bila dilakukan pendekatan yang tepat.
refleksi Tantangan terbesar dari penyelenggaran pendidikan kita saat ini adalah mengembalikan jati diri pendidikan yang lebih menghormati keberadaan dan kemampuan peserta didik, serta mampu mengembangkan proses pembelajaran yang berdasar pada kompetensi dan kebutuhan siswa belajar, ditengah para pelaku pendidikan yang selalu mengedepankan kepentingannya dan kebutuhannya sendiri dalam proses pembelajaran.
Tuhan memang mencipakan manusia dengan keunikan masing–masing yang harus kita hargai. Memahami keunikan anak sebagai manusia dan sekaligus sebagai peserta didik adalah sesuatu yang gampang– gampang susah. Menjadi gampang kalau kita memang berdedikasi sebagai pendidik yang selalu melakukan proses improvisasi dan kreasi dalam pembelajaran. Dan tentu saja dari proses improvisasi dan kreasi yang kita lakukan akan sangat membantu kita melakukan pendekatan yang tepat terhadap kompetensi siswa yang harus kita kembangkan. Menjadi susah kalau kompetensi kita sebagai pendidik hanya berdasar pada daripada tidak ada pekerjaan lain, maka saya terima menjadi guru atau kita sudah berfikir materialistis bahwa enak jadi guru, karena sekarang ini guru banyak diperhatikan dengan berbagai macam tunjangan. Lalu bukankah guru–guru kita pada saat ini adalah mereka yang berada pada level pilihan daripada tidak bekerja, maka saya terima saja menjadi guru dan saya menjadi guru, karena sekarang nasib guru banyak diperhatikan dengan berbagai macam tunjangan. Semoga tidak. Sudah saatnya ditengah tantangan global yang semakin kuat, kita tidak bisa menghindar atau lari dari kenyataan. Kita harus bangkit, kita tidak ingin bangsa ini menjadi semakin terpuruk dan mengalami krisis jati diri. Pendidikan merupakan jalan yang paling mungkin kita lakukan untuk merubah perilaku generasi bangsa ini yang sudah mulai tergerus dari nilai-nilai
luhur budaya bangsa. Pendidikan harus kita refleksi kembali sebagai sebuah lahan persemaian ideologi dan nilai– nilai moral bangsa yang harus terus dikembangkan agar menjadi bangsa yang bermartabat dihadapan bangsa– bangsa lain. Tentu saja juga tidak boleh mengabaikan keragaman yang kita miliki. Pendidikan kita diharapkan mampu melahirkan generasi bangsa yang tangguh dan mampu menghargai dan menghormati perbedaan. Pendidikan kita harus sudah saatnya meletakkan jati diri anak sebagai manusia sebagai dasar perencanaan kita membangun perencanaan pembangunan manusia. Pada tingkat sekolah, pemahaman guru terhadap kompetensi dan kebutuhan anak dalam belajar adalah hal yang mutlak diperlukan, bila guru ingin mencapai keberhasilan proses dalam pembelajaran. Karena pemahaman akan kompetensi dan kebutuhan siswa akan menjadi dasar bagi guru untuk sebuah perencanaan pembelajaran yang dia lakukan dan sesuai dengan kebutuhan ‘berhasil’ yang diinginkan siswa. Tantangan terbesar dari penyelenggaran pendidikan kita saat ini adalah mengembalikan jati diri pendidikan yang lebih menghormati keberadaan dan kemampuan peserta didik, serta mampu mengembangkan proses pembelajaran yang berdasar pada kompetensi dan kebutuhan siswa belajar, ditengah para pelaku pendidikan yang selalu mengedepankan kepentingannya dan kebutuhannya sendiri dalam proses pembelajaran. Akankah anak– anak kita akan mampu menjawab tantangan global ditengah guru–guru kita yang ego? Dan akankah bangsa ini akan bisa bangkit lewat generasinya
ditangan para guru yang tidak mau berubah menghadapi tantangan global yang dibalut dengan “ kedisiplinan “ dan “ kepentingan terbaik terhadap anak “. Harus ada keberanian yang kuat dari semua stakeholder pendidikan untuk mau berubah dan merubah sikap serta merubah sitem pembelajaran yang kita lakukan selama ini yang membelenggu kreatifitas siswa serta mengasingkan siswa dari jati dirinya sendiri. Interfensi dari semua stakeholder untuk perbaikan sistem pendidikan, mutlak dibutuhkan dengan kompetensi dan kapasitas masing–masing. Sekolah juga harus lebih terbuka terhadap masukan– masukan yang baik bagi perbaikan sistem pendidikan, begitu juga dengan pemerintah, harus lebih welcome terhadap peran serta masyarakat. Sebagai masyarakat pengguna pendidikan, tentu saja kita punya harapan yang sangat besar adanya perubahan sistem pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan, baik di tingkat sistem pendidikan nasional maupun di tingkat sistem pembelajaran disekolah yang dilakukan oleh para guru. Kita tentu sangat berharap proses pendidikan di sekolah dijalankan dengan memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan terbaik anak dan masyarakat sebagai pengguna, kalau tidak, kita akan mengulangi lagi proses yang salah, melahirkan orang–orang pintar tetapi tidak trampil, dan tentu ini akan menjadi beban bagi kita semua, bagi negara dan masyarakat. Kalau pendidikan yang dijalankan masih berpusat pada kemauan guru dan hanya menjadikan orang pintar tapi tidak trampil, maka ‘berhentilah sekolah sebelum terlambat’.
M. Isa Ansori, Drs, M.Psi Fokus pada penelitian, pengembangan dan pelatihan pada pendidikan berbasis kebutuhan anak di EduNext Qualita, Surabaya, Ketua HotLine Pendidikan Jawa Timur. Email:
[email protected]
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
21
ceritasahabat
Arti Penting Pengembangan TIK bagi Dunia Pendidikan di Indonesia
DAVID SEGOH Staf pengajar/Dosen bahasa Inggris Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga
MENGINGAT kondisi negara Indonesia yang sangat beragam, mulai dari kondisi geografis, social-ekonomi sampai budaya, sudah seharusnyalah tersedia dan tercipta beragam teknik dan media pembelajaran yang mampu melampaui cara-cara konvensional. Cara-cara inilah yang disebut sebagai teknologi pendidikan (Miarso & Wargahidbrata, 1997). Teknologi pendidikan mencakup halhal yang sangat kompleks dan saling berkaitan, mulai dari unsur manusianya, prosedurnya, tekniknya, sampai organisasinya untuk menganalisa segala aspek dari pembelajaran dan merancang, menilai, mengelola dan mengimplementasikan semua solusi yang bisa didapatkan (Miarso, 1982). Lewat teknologi, diharapkan terjadinya sebuah proses pendidikan yang terintegrasi yang dapat menciptakan sumber daya manusia yang cakap dan berkualitas tinggi serta mempunyai spirit untuk terus belajar. Tidak bisa dipungkiri bahwa dengan adanya globalisasi yang awalnya disangka akan bisa memperkecil kesenjangan antara negara-negara maju dengan negara berkembang dan negara-negara dunia ketiga, ternyata malah memperlebar (Yuhetty, 2002). Salah satu penyebabnya adalah pertumbuhan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang sangat pesat di negara-negara maju tersebut. Information boom ini
22
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
menurut Yuhetty telah membuat banyak perusahaan multinasional di negara-negara tersebut mampu untuk senantiasa mengikuti perubahan di dunia ekonomi. Di lain pihak, negara-negara dunia ketiga makin tertinggal dalam hal akses terhadap informasi dan kemampuan untuk memproduksi informasi yang ujungujungnya menghasilkan produktifitas yang rendah dan riset yang berkualitas rendah pula. Hal ini menciptakan apa yang disebut sebagai digital divide, sebuah jurang arus informasi antara negara maju dan dunia ketiga Melalui Keputusan Presiden Nomer 50 tahun 2000 tentang pembentukan Tim Koordinasi Telematika, telah disusun rencana untuk memprioritaskan pengembangan TIK. Disamping itu, sejak tahun 2001 telah pula dilaksanakan rencana untuk mengembangkan TIK untuk pendidikan melalui kerjasama pelatihan dan pengembangan HRD antara industri TIK dan institusi pendidikan, pengembangan kurikulum TIK, penggunaan TIK sebagai media pengajaran dan pembelajaran dan pengembangan model pembelajaran jarak jauh (PJJ) sebagai bagian dari inisiatif Global Development Learning (Bandem et al., 1999 & Yuhetty, 2002). Berbagai contoh hal-hal yang sudah dilakukan adalah antara lain, pengembangan WinBI (Windows dalam Bahasa Indonesia) dan Kantaya (Virtual Office). Ada juga APEC Cyber Education (ACEN), untuk mempersempit gap antara kemampuan TIK guru-guru di Indonesia dengan guru-guru dari negara APEC (Asia Pacific Economic Cooperation). Sebuah program yang disebut Millenium Internet Roadshow 2001 (MIR 2001) telah diinisiasi oleh beberapa perusahaan swasta untuk meningkatkan kesadaran publik akan TIK. Sejak 2002, sebuah program e-learning yang disebut e-dukasi dikembangkan oleh Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pendidikan (Pustekkom) bekerja sama dengan Direktorat Pendidikan Me-
nengah dan Direktorat Pendidikan Kejuruan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah-sekolah umum dan kejuruan lewat penggunaan Internet. Sementara itu, di dunia pendidikan tinggi, telah terjalin apa yang disebut sebagai The Indonesian Digital Library Network, yaitu sebuah jaringan perpustakaan elektronik antara beberapa universitas di Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan akses dunia pendidikan tinggi di Indonesia terhadap informasi. Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (DeTIKNas) mengumumkan di tahun 2007 bahwa pemerintah lewat kerja sama dengan sektor swasta akan berkomitmen untuk menghilangkan digital gap dan mengembangkan apa yang disebut sebagai e-Indonesia melalui pengembangan jejaring telekomunikasi di 43.000 desa, 31.173 sekolah menengah pertama dan atas, 2.428 universitas, dan 28. 504 puskesmas sampai dengan tahun 2025. Menurut Rosenberg (2001), dengan adanya TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yang terjadi, yaitu: pertama, dari pelatihan ke kinerja; kedua, dari ruang kelas fisik ke di mana pun dan kapan pun; ketiga, dari kertas ke online; keempat, dari sarana fisik ke jaringan; dan kelima, dari waktu siklus ke waktu yang sesungguhnya. Esensinya, interaksi antara guru dan murid bisa terjadi lewat berbagai media dan tidak tergantung lagi kepada komunikasi tatap muka langsung. Sedangkan menurut Ely (1990), ada 8 syarat untuk keberhasilan penerapan teknologi pendidikan, yaitu ketidakpuasan akan status quo yang cenderung stagnan dan puas dengan kondisi yang ada, pengetahuan dan kecakapan akan teknologi yang baru, sumber-sumber daya yang tersedia, waktu yang tersedia, imbalan dan insentif terhadap pihak-pihak yang terlibat, dorongan untuk berpartisipasi, komitmen setiap pihak dan kepemimpinan yang jelas.
three inone NUPTK
W. Arijatmiko [WAJ] Kepala Urusan Pengolah Data Mutu PTK Seksi Program & Sistem Informasi LPMP Jawa Timur
Antara Data, NUPTK & Sertifikasi Pentingnya Data
jakan yang diambil akan lebih tepat sasaran dan dapat menjadi informasi strategis untuk kebijakan peningkatan mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Selamat Datang REZIM DATA… Data..data..data..dan data. Sebuah lembaga tanpa difasilitasi dengan data yang akurat dan kemampuan mengelola serta memelihara data tersebut secara handal tidak akan dapat tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Tanpa dukungan data yang akurat, sebuah keputusan rasional tidak akan pernah tercipta, kepemimpinan menjadi tidak memiliki arah dan sasaran kerja tidak jelas. Oleh sebab itu kehadiran Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK) tidak hanya berfokus pada kuantitas data pelaporan, tetapi juga pada unsur kualitas yang ditandai dengan validitas (kebenaran) data yang secara pragmatik sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan berbasis biodata Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK). Kebutuhan akan data menjadi sebuah keharusan, oleh karena diperlukan system pendataan yang cermat dan sistematis sehingga diperoleh data yang akurat, efisien dan cepat demi mewujudkan sebuah peta data dan hasil analisis yang komprehensif sehingga kebi-
“Darinya kita dapat berprediksi, Adanya kita mempunyai informasi, Tanpanya perencanaan tidak presisi karenanya, Ayo data kita benahi” KARAKTERISTIK NUPTK NUPTK bagi guru-guru sudah bukan lagi hal asing. Karena kurang lebih 5 tahun NUPTK sudah disosialisasikan bahkan semua program tentang peningkatan mutu pendidikan: program-program pemberdayaan, pemberian kesejahteraan dan peningkatan kompetensi, kualifikasi serta peningkatan profesionalisme (sertifikasi) berbasis data NUPTK. Sehingga NUPTK wajib dimiliki oleh guru agar mendapatkan program-program tersebut. NUPTK tidak hanya untuk guru-guru di bawah binaan Kemendikbud tapi juga berlaku bagi guru-guru dibawah binaan Kemenag. Masih banyak diantara guru-guru yang belum paham karakteristik NUPTK. NUPTK bersifat single identity yang
Manfaat NUPTK BAGI GURU
BAGI PEMERINTAH
Mendapatkan nomor identifikasi resmi dan bersifat nasional dalam mengikuti berbagai program/kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah Pusat/ Daerah.
Dapat dijadikan sebagai bahan penyusunan rencana dengan sasaran yang lebih tepat/akurat.
Identitas pendukung dalam memenuhi salah satu kriteria perolehan program (termasuk bantuan) yang akan digulirkan oleh pemerintah.
Membantu pembuatan kebijakan agar lebih strategis.
Mendapatkan hak akses Fasilitas ICT seperti Penggunaan Portal PTK dan Modul Pembelajaran Jarak Jauh.
Mendukung pengambilan keputusan sebagai persyaratan dari kegiatan/program yang direncanakan. Membantu menyalurkan segala macam bentuk block-grant agar lebih efisien dan optimal. Membantu pemerintah dalam merencanakan berbagai program peningkatan kesejahteraan bagi Guru dalam mendukung pelaksanan UU No 14/2005. MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
23
three inone
NUPTK
dimiliki hanya oleh 1 individu PTK sebagai Nomor Registrasi yang sah bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah baik Formal maupun Non Formal. NUPTK terdiri 16 digit dan bersifat unik. Karena NUPTK bersifat single identity maka kepemilikan NUPTK melekat pada individu selama masih aktif sebagai PTK dan tidak bisa dipindahtangankan. Bagi PTK yang ingin memastikan NUPTKnya, bisa melihat secara online melalui aplikasi Web Browser NUPTK yang bisa di download secara free/gratis.
LAYANAN NUPTK DAN SERTIFIKASI GURU Seperti yang telah diketahui bersama, bahwa ternyata syarat menjadi calon peserta sertifikasi guru tidak hanya ‘layak secara profil’: dari sisi pengabdiannya yang dilihat dari masa kerja sebagai guru, usianya yang cukup matang, status kepegawaiannya yang sudah diakui, jumlah jam mengajarnya yang sudah 24 jam bahkan lebih. Tetapi ada satu syarat lagi yang harus di penuhi yaitu ‘layak secara data’. Yang dimaksud adalah datanya berkualitas sesuai dengan kondisi riil di lapangan yang dibuktikan dengan bukti fisik. Berkualitas berarti seluruh item yang ada harus diisi dengan valid dan mutakhir. Diharapkan para Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) selalu aktif meningkatkan kualitas datanya. Tidak perlu menunggu ketika akan ikut program yang akan diselenggarakan, baru melakukan update untuk pemutakhiran datanya tapi setiap ada perubahan lakukan update melalui masing-masing tim sekretariat kab-kota yang telah dibentuk. LPMP Jawa Tumur siap membantu para PTK dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas data PTK yang berupa layanan informasi dan konsultasi tentang pendataan NUPTK dan sertifikasi. AP2SG Mulai tahun 2011 proses rekrutmen calon peserta melalui online. Mulai tahun 2012 aplikasi yang digunakan adalah Aplikasi Pendaftaran Peserta Sertifikasi Guru (AP2SG) dibawah Pusat Pengembangan Profesi Pendidik dan urutan prioritas berubah yaitu mulai dari usia, masa kerja guru dan pangkat/ golongan. Setelah proses rekrutmen bakal calon peserta dilakukan melalui AP2SG dan diambil sesuai kuota yang telah ditetapkan, maka selanjutnya akan dilakukan pencetakan A0 sampai penyebaran A0, dimana para calon mengupdate dan mengisi datanya sesuai dengan kondisi riil dan dilengkapi dengan berkas sebagai buktinya. Dan segera setor ke PSG (Panitia
“Selamat Berjuang… Jadilah Guru Professional yang sesungguhnya sebagai bentuk rasa tanggung jawab dalam menyiapkan generasi penerus bangsa dan negara Indonesia tercinta”.
24
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
Sertifikasi Guru) di kab/kota masing-masing. Berdasarkan A0 yang telah dilakukan verifikasi langsung ke bakal calon akan diketahui data yang tidak layak. Maka perlu dilakukan data cleaning (pembersihan data) terlebih dahulu dari data tidak layak, misalnya meninggal dunia, sakit permanen, melakukan pelanggaran disiplin, mutasi ke jabatan selain guru, mutasi ke kabupaten/kota lain, mengajar sebagai guru tetap di Kementerian lain, pensiun, mengundurkan diri dari calon peserta, sudah memiliki sertifikasi pendidik (guru atau dosen) baik di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun di Kementerian lain. Selain itu, berdasarkan A0 yang telah diverifikasi langsung oleh bakal calon peserta guru itu pula, akan dihasilkan A1 sebagai bukti peserta sertifikasi guru. Diharapkan guru-guru calon peserta sertifikasi segera mempersiapkan diri baik secara berkas maupun persiapan menghadapi ujian kompetensi. Bagi yang memilih pola PLG harus mengikuti uji kompetensi awal. Jika lulus maka akan menjadi peserta PLPG dan jika tidak maka mengikuti pembinaan untuk dapat mempersiapkan diri mengikuti sertifikasi guru pada tahun berikutnya. Uji kompetensi awal yang dimaksud diperkirakan akhir Januari 2012. Uji kompetensi awal ini akan dilaksanakan di Kabupaten/Kota secara manual (offline) menggunakan LJK dan dilakukan serentak seluruh Indonesia dengan perkiraan waktu selama 120 menit. Koreksi dan penentuan kelulusan dilakukan oleh KSG (Konsorsium Sertifikasi Guru). Materi uji kompetensi awal diperkirakan adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi professional. Kompetensi Pedagogik meliputi : Mengenal karakteristik anak didik Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik Pengembangan kurikulum Kegiatan pembelajaran yang mendidik Memahami dan mengembangkan potensi Komunikasi dengan peserta didik Penilaian dan evaluasi Kompetensi Profesional meliputi : Penguasaan materi struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu Mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif
N.U.P.T.K NUPTK
three three inone inone
Sudah Benarkah NUPTK Anda? Sudah Keluarkah NUPTK Anda?
Syarat untuk dapat melihat NUPTK pada NUPTK online adalah harus terhubung dengan internet. Setelah terhubung ikuti Petunjuk ini
5. Ketik NUPTKnya dan klik cari
KLIK DI SINI
1. Gunakan aplikasi NUPTK Web Browser yang bisa anda peroleh dengan download di website http://lpmpjatim.kemdiknas.go.id (bila ada perubahan nama website akan segera kami publikasikan) tunggu sebentar hingga muncul dilayar sbb dan silahkan klik Download.
6. Jika ingin berdasarkan nama PTK, ketik nama PTKnya dan klik cari. Tunggu sampai proses connection selesai.
2. Jalankan aplikasi dengan melakukan double klik atau enter icon berikut:
TUNGGU SAMPAI PROSES SELESAI
3. Jika anda posisi terhubung internet akan muncul seperti berikut:
7. Jika ditemukan hasilnya akan seperti dibawah ini :
4. Klik kata kunci pencarian untuk melihat nuptk. Bisa berdasarkan NUPTKnya, nama PTK dll.
KLIK DI SINI
Ketik NUPTKnya dan klik cari.
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
25
three inone
NUPTK
Konsultasi Permasalahan Umum NUPTK & Sertifikasi T : Apa syarat untuk mengusulkan NUPTK baru bagi guru? J : Bagi PTK CPNS/PNS segera mengisi instrument yang dilengkapi bukti fisik dan diajukan ke sekretariat pendataan kab/kota setempat. Bagi Non PNS yang bisa mengajukan jika PTK telah memiliki masa kerja minimal 2 tahun, minimal aktif mengajar 10 jp dan memiliki SK GTY atau SK dari pemerintah daerah setempat, bukan SK Kepala Sekolah. T : Mengapa guru A sudah mengajukan NUPTK baru tetapi sampai sekarang belum keluar? J : Guru A mungkin belum memenuhi persyaratan umum atau kualitas datanya rendah karena banyak item-item yang kosong tidak diisi. Maksudnya adalah datanya tidak lengkap, biasanya nama ibu tidak diisi, riwayat pendidikan tidak terisi lengkap, hanya ijazah terakhir saja, padahal 2 item itu wajib diisi karena menjadi salah satu penentu keluarnya NUPTK. Atau karena datanya tidak rasional, tahun masuk SD lebih dulu dari tanggal lahir, lama belajar di tiap jenjang tidak sesuai misal: masuk SD tahun 1980, lulus tahun 1985 maka secara system akan dibaca hanya 5 tahun, seharusnya masuk SD tahun 1980, lulus tahun 1986. Selanjutnya SMP lama belajarnya minimal 3 tahun, SMA lama belajarnya minimal 3 tahun, D1 lama belajarnya 1 tahun, D2 lama belajarnya 2 tahun, D3 lama belajarnya 3 tahun, S1 lama belajarnya minimal 4 tahun. T : Bagaimana cara dan kemana saya harus mengupdate data? J : Cara untuk update data langsung saja ke dinas Pendidikan ke bagian ketenagaan, ke bagian yang mengurusi NUPTK. Di 38 kabupaten/kota sudah ada operator NUPTK yang khusus menangani masalah NUPTK mulai dari pengajuan sampai update data bagi yang sudah keluar NUPTKnya. Pada saat melakukan update data, PTK harus membawa bukti fisik sesuai dengan item apa yang akan kita update. Andai yang di update riwayat pendidikan, misalnya pada saat pengajuan ijazahnya masih D3, saat ini sudah punya ijazah S1, maka yang harus dibawa adalah bukti fisik ijazah S1. Kalau yang di update Golongan, maka bukti fisik yang dibawa adalah SK Kenaikan Pangkat/Golongan terakhir. T : Bagaimana kalau sekolah saya sudah pindah ke kabupaten lain, apakah saya harus mengurus NUPTK lagi? J : Kalau PTK pindah ke sekolah manapun tidak perlu mengurus NUPTK baru, karena NUPTK tersebut melekat pada individu, solusinya databasenya saja diambil dari kabupaten yang ditinggalkan dibawa ke kabupaten yang dituju atau istilahnya mutasi data NUPTK T : Untuk guru-guru yang mengajar di sekolah di bawah naungan Kementerian Agama, kemana harus mengurus NUPTK? J : Bagi guru-guru yang berada di bawah naungan Kementerian Agama, untuk pengurusan NUPTK bisa dilakukan lewat Mapenda masing-masing kab/kota, karena sejak awal tahun 2011, sudah ada MoU antara LPMP dengan pihak Kemenag masalah pengurusan NUPTK. Jadi di masing-masing Mapenda Kab/kota juga sudah ada operator NUPTK. T : Apa saja persyaratan untuk mengurus NUPTK? J : Syarat-syaratnya antara lain:
26
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
Oleh: Wahyu Arijatmiko Winarti
Masa kerja minimal 2 tahun s.d tahun kapan dia mengajukan NUPTK. Jadi Kalau dia mengajukan NUPTK tahun 2011, berarti masa kerjanya minimal tahun 2009. Mengisi instrument NUPTK sebanyak lima lembar disertai bukti fisik a.n: SK pertama kali mengajar, ijazah mulai dari SD sampai ijazah terakhir, SK pembagian tugas mengajar T : Apa yang harus saya lakukan kalau NUPTK saya double counting? J : Kalau NUPTKnya double counting itu berarti ybs pernah mengajukan NUPTK 2 kali, sehingga ybs punya 2 ID pegawai, misalnya dia pernah mengajukan NUPTK pada tahun 2007, datanya sudah diproses oleh dinas kab/kota, karena tidak keluar-keluar akhirnya ybs mengajukan lagi pada tahun 2009. Sehingga ybs punya ID tahun 2007 dan tahun 2009. Karena ID peg yang th 2007 sudah diproses oleh Jakarta dan sudah keluar NUPTKnya maka pengajuan tahun 2009 statusnya menjadi doble counting. Solusinya ya harus melacak NUPTK dengan status diterima, tentunya dengan bantuan operator dinas kab/kota. T : Mengapa guru A tidak masuk data calon sertifikasi padahal layak? J : Data Guru A di server pusat tidak terupdate T : Mengapa teman saya yang masa kerjanya lebih sedikit dari saya kok bisa ikut sertifikasi, padahal saya belum? J : Kalau dilihat dari sisi data, ada kemungkinan TMT sebagai pendidik tidak terisi dengan benar, bahkan ada yang memang TMT sebagai pendidik tidak diisi. Hal ini menyebabkan hitungan Masa Kerja PTK tidak sesuai bahkan ada yang NULL. Jadi TMT sebagai pendidik/tendik harus diisi sesuai dengan TMT pertama kali mengajar (menjadi pengajar) bagi pendidik dan TMT pertama kali menjadi pegawai bagi tenaga kependidikan. Hal ini bisa ditunjukkan dengan SK pertama kali mengajar. Oleh karena TMT sebagai pendidiknya NULL, maka ybs ada di ranking bawah sehingga tidak bisa terekrut sertifikasi. T : Kami sudah mengupdate data Guru A, tapi kenapa tetap tidak ada dalam data calon sertifikasi? J : Untuk keperluan rangking, update data yang diterima paling akhir tanggal 1 Desember 2011 T : Mengapa guru B dianggap sudah lulus sertifikasi oleh system padahal belum pernah ikut sertifikasi sebelumnya? J : NUPTK Guru B dipakai oleh guru lain untuk mendaftar sertifikasi tahun sebelumnya, karena saat itu sertifikasi tidak terintegrasi dengan NUPTK, kesempatan memakai NUPTK orang lain menjadi sangat terbuka T : Apakah Guru yang tidak lulus sertifikasi 2011 bisa ikut menjadi peserta tahun 2012? J : Guru yang tidak lulus tahun 2011 diberi kesempatan untuk menyiapkan diri untuk ikut menjadi peserta tahun 2013 selama masih memenuhi persyaratan. T : Bagaimana pusat melakukan perangkingan daftar layak sertifikasi? J : Sesuai Buku 1: Usia, Masa Kerja, Pangkat/Golongan.
SERTIFIKASI
three inone
Sekilas ’SERTIFIKASI GURU’ Tahun 2012 SESUAI PP No. 74 Tahun 2008 Tentang ‘GURU’ pasal 8, Guru selain wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional ternyata juga diwajibkan untuk memiliki ‘SERTIFIKAT PENDIDIK’ NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
PROVINSI DKI JAKARTA JAWA BARAT JAWA TENGAH DI YOGYAKARTA JAWA TIMUR NANGROE ACEH DARUSALAM SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT RIAU JAMBI SUMATERA SELATAN LAMPUNG KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TIMUR SULAWESI UTARA SULAWESI TENGAH SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGGARA MALUKU BALI NUS TENGGARA BARAT NUS TENGGARA TIMUR PAPUA BENGKULU MALUKU UTARA BANTEN BANGKA BELITUNG GORONTALO KEPULAUAN RIAU PAPUA BARAT SULAWESI BARAT Grand Total
KUOTA 12,450 43,349 35,664 4,938 42,968 8,881 23,425 8,006 7,822 4,032 9,712 7,990 5,308 4,768 4,531 6,178 3,624 2,813 12,303 3,833 2,512 6,445 5,788 5,744 2,322 3,636 1,460 12,354 1,287 1,239 2,102 869 1,647 300,000
KEBIJAKAN TAHUN 2012 SEPUTAR SERTIFIKASI GURU Penetapan peserta melalui online system: - Update data menggunakan web browser - Publikasi bakal calon peserta melalui website - Penghapusan data melalui AP2SG - Proses pengisian dan pencetakan Format A1 Uji kompetensi awal: - Bagi guru yang akan mengikuti PLPG - Soal terstandar secara nasional Perangkingan dimulai dari usia, masa kerja, dan golongan: - Data usia tidak dapat dimanipulasi - Ketiga data tersebut tersedia pada database NUPTK Penjadwalan: - Rekrutmen peserta selesai tahun 2011 - Pelaksanaan di Rayon LPTK harus selesai pada Agustus 2012 - Sertifikasi berbasis program studi. - Dilaksanakan oleh Rayon LPTK yang memiliki program studi yang terakreditasi
PERSYARATAN UMUM Guru yang belum memiliki sertifikat pendidik dan masih aktif mengajar di sekolah di bawah binaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kecuali guru Pendidikan Agama. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) dari program studi yang terakreditasi atau minimal memiliki izin penyelenggaraan. Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas dengan ketentuan: - Diangkat menjadi pengawas satuan pendidikan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (1 Desember 2008), dan - Memiliki usia setinggi-tingginya 50 tahun pada saat diangkat sebagai pengawas satuan pendidikan. Guru yang BELUM memiliki kualifikasi akademik S-1/D-IV apabila: - Pada 1 Januari 2012 sudah mencapai usia 50 tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20 tahun sebagai guru, atau - Mempunyai golongan IV/a atau memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/a (dibuktikan dengan SK kenaikan pangkat). Sudah menjadi guru pada suatu satuan pendidikan (PNS atau bukan PNS) pada saat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ditetapkan tanggal 30 Desember 2005. Guru bukan PNS pada sekolah swasta yang memiliki SK sebagai guru tetap dari penyelenggara pendidikan (guru tetap yayasan), sedangkan guru bukan PNS pada sekolah negeri harus memiliki SK dari Bupati/Walikota. Pada tanggal 1 Januari 2013 belum memasuki usia 60 tahun. Sehat jasmani dan rohani dibuktikan dengan surat keterangan sehat dari dokter. Memiliki nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan (NUPTK). PERSYARATAN KHUSUS PSPL Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang memiliki kualifikasi akademik magister (S-2) atau doktor (S-3) dengan golongan sekurang-kurangnya IV/b atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/b. Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang memiliki golongan serendah-rendahnya IV/c atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/c.
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
27
three inone
SERTIFIKASI
PENETAPAN PESERTA Semua guru yang memenuhi persyaratan mempunyai kesempatan yang sama untuk ditetapkan sebagai peserta sertifikasi guru. Guru yang sudah mengikuti sertifikasi guru tetapi diskualifikasi pada 1 (satu) tahun sebelumnya karena pemalsuan dokumen, kehilangan hak sebagai peserta sertifikasi guru sebagaimana Pasal 63 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008. Guru yang tidak lulus sertifikasi guru tahun 2011 tidak dapat menjadi peserta tahun 2012. Penetapan peserta dilakukan secara berkeadilan dan transparan Melalui online system dengan menggunakan Aplikasi Penetapan Peserta Sertifikasi Guru (AP2SG). Daftar rangking bakal calon peserta sertifikasi guru diumumkan oleh Badan PSDMP-PMP melalui situs www.sergur. pusbangprodik.org. Dinas pendidikan kabupaten/kota dapat menghapus calon peserta yang sudah tercantum namanya dalam daftar calon peserta sertifikasi guru atas persetujuan LPMP dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan yaitu: - Meninggal dunia - Sakit permanen - Melakukan pelanggaran disiplin - Mutasi ke jabatan selain guru - Mutasi ke kabupaten/kota lain - Mengajar sebagai guru tetap di Kementerian lain - Pensiun - Mengundurkan diri dari calon peserta - Sudah memiliki sertifikasi pendidik (guru atau dosen) baik di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun di Kementerian lain. PRIORITAS MENGISI KUOTA Peserta sertifikasi guru tahun 2012 tidak akan dialihtugaskan pada jabatan lain, baik fungsional maupun struktural pada tahun 2013, kecuali diangkat dalam jabatan pengawas. Semua guru yang diangkat dalam jabatan pengawas yang memenuhi persyaratan dan belum memiliki sertifikat pendidik.
28
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
Guru dan kepala sekolah berprestasi peringkat 1 tingkat provinsi atau peringkat 1, 2, dan 3 tingkat nasional, atau guru yang mendapat penghargaan internasional yang belum mengikuti sertifikasi guru dalam jabatan pada tahun 2007 s.d 2011. Semua guru yang mengajar di daerah perbatasan, terdepan, terluar yang memenuhi persyaratan. URUTAN PRIORITAS Usia: Usia dihitung berdasarkan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran yang tercantum dalam akta kelahiran atau bukti lain yang sah. Masa kerja sebagai guru: Masa kerja dihitung sejak yang bersangkutan bekerja sebagai guru baik sebagai PNS maupun bukan PNS. Pangkat/Golongan: Pangkat/golongan adalah pangkat/ golongan terakhir yang dimiliki guru saat dicalonkan sebagai peserta sertifikasi guru, ternasuk guru bukan PNS yang telah memiliki SK Inpassing. PENETAPAN PILIHAN BIDANG STUDI Sesuai dengan program studi S-1 (linier) Apabila tidak sesuai (tidak linier) dengan program studi S-1, dapat menggunakan program studi D-III Apabila tidak sesuai (tidak linier) dengan program studi S-1 dan studi D-III, guru dapat menetapkan bidang studi yang serumpun dengan program studi S-1 dan D-III Apabila tidak sesuai (tidak linier) dengan program studi S-1 dan studi D-III, guru dapat menetapkan bidang studi sesuai dengan mata pelajaran, rumpun mata pelajaran atau satuan pendidikan yang diampunya dan harus memiliki masa kerja minimal sudah 5 tahun berturut-turut mengajar mata pelajaran tersebut
NOTE: Info Lengkap, hubungi via ‘SMS’ Sdr. WAHYU NUGROHO, Kepala Urusan Informasi & Publikasi Seksi Program & Sistem Informasi LPMP Jawa Timur di nomor 081 – 859 8 958
P.K.G [PENILAIAN KINERJA GURU]
three inone
Jaminan Profesionalitas Guru Melalui Penilaian Kinerja ’+’
Rencana implementasi Permenpan RB no. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya pada tahun 2013, menuntut semua pihak untuk memiliki kesiapan. Kesiapan bukan hanya di tujukan pada guru yang akan menghadapi penilaian kinerjanya tetapi juga semua pihak termasuk di dalamnya adalah Dinas Pendidikan Kabupaten dan Kota. BAGI guru, persiapan tersebut mengacu pada upaya kreatif guru baik secara individu maupun secara bersama-sama dengan rekan sejawat memahami sekaligus meningkatkan kompetensi dan profesionalitas guna memenuhi tuntutan PK Guru. Sedangkan bagi pengambil kebijakan persiapan diarahkan untuk lebih mengoperasionalkan peraturan terkait PK Guru beserta perangkatnya. Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PK Guru) dimaksudkan untuk mewujudkan guru yang profesional, karena harkat dan martabat suatu profesi ditentukan oleh kualitas layanan profesi
yang bermutu. Melalui PK Guru dapat ditemukan secara tepat kegiatan guru di dalam kelas, dan selanjutnya membantu mereka untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, hal ini akan memberikan kontribusi secara langsung pada peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan, sekaligus membantu pengembangan karir guru sebagai tenaga profesional. Oleh karena itu, untuk meyakinkan bahwa setiap guru adalah seorang profesional di bidangnya dan sebagai penghargaan atas prestasi kerjanya, maka PK Guru harus dilakukan terhadap guru di
semua satuan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Guru yang dimaksud tidak terbatas pada guru yang bekerja di satuan pendidikan di bawah kewenangan Kementerian Pendidikan Nasional (sekarang Kementerian Pendidikan & Kebudayaan), tetapi juga mencakup guru yang bekerja di satuan pendidikan di lingkungan Kementerian Agama. Jaminan profesioinalitas guru dari implementasi aturan baru yang terkait dengan Jabatan fungsional Guru dan Angka Kreditnya ini dapat dilihat dari bebeberapa aspek berikut:
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
29
three inone
P.K.G [PENILAIAN KINERJA GURU]
1. KUALIFIKASI GURU Guru pada tahun 2013 dipersyaratkan harus memiliki kualifikasi pendidikan S1 atau D4 dan memiliki sertifikat pendidik. Ijazah S1 atau D4 yang dimiliki harus relevan dengan bidang tugas yang diampunya di sekolah. Kualifikasi akademik dan kesesuaiannya dengan bidang tugas akan menjamin pelaksanaan pendidikan di sekolah berkualitas. Kondisi disparitas mutu pendidikan selama ini sedikit banyak disebabkan oleh banyaknya guru mismatch yang mengajar di sekolah. Untuk itu guru-guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang keilmuannya (mismatch) agar segera dilakukan penataan kembali. Sebab kalau tidak dilakukan penataan ulang maka akan sangat merugikan baik bagi guru yang bersangkutan maupun bagi upaya penjaminan mutu pendidikan. Secara tegas dalam aturan baru ini mempersyaratkan bahwa guru harus mengajar sesuai dengan bidang keilmuan yang dimilikinya dan berkualifikasi Sarjana (S1)/Diploma IV. Bahkan apabila guru tidak memiliki ijazah Sarjana (S1)/ Diploma IV yang sesuai dengan bidang tugas yang diampu, maka kenaikan pangkat setinggi-tingginya adalah Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, atau pangkat terakhir yang dimiliki. Guru yang berpangkat Pengatur Muda golongan ruang II/a sampai dengan Pengatur Tingkat I golongan ruang II/d pada saat Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi ini berlaku, sampai dengan akhir tahun 2015 belum memiliki ijazah Sarjana (S1)/Diploma IV melaksanakan tugas utama Guru sebagai Guru Pertama dengan sistem kenaikan pangkat yang berbeda dengan guru yang telah
30
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
memiliki ijazah Sarjana (S1)/Diploma IV yaitu menggunakan angka kredit sebagaimana tercantum pada lampiran V Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi. Sebaliknya apabila guru memperoleh ijazah Sarjana (S1)/Diploma IV maka akan diberikan angka kredit sebesar 100% dari tugas utama dan pengembangan keprofesian berkelanjutan ditambah angka kredit ijazah Sarjana (S1)/ Diploma IV yang sesuai dengan bidang tugas yang diampu, bagi guru yang telah memiliki pangkat Penata Muda Tingkat I golongan ruang III/b ke atas. Sedangkan bagi guru yang berpangkat Pengatur Muda golongan ruang II/a sampai dengan Pengatur Tingkat I golongan ruang II/d apabila memperoleh ijazah Sarjana (S1)/Diploma IV maka akan diberikan angka kredit sebesar 65% dari diklat, tugas utama, dan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan ditambah angka kredit ijazah
2. PENGAKUAN KINERJA Terdapat hubungan yang erat antara nilai kinerja yang diperoleh oleh seorang guru dengan capaian angka kredit yang dipersyaratkan pada setiap jenjang jabatan guru. Semakin tinggi nilai kinerja yang diperoleh seorang guru maka semakin tinggi pula pengakuan angka kredit yang diberikan padanya demikian juga sebaliknya. Misalnya apabila hasil PK Guru seorang guru memperoleh nilai kinerja ‘amat baik’ (hasil konversi nilai berada pada kisaran 91-100) maka perolehan nilai kinerjanya diakui sebesar 125%, apabila guru memperoleh nilai kinerja dengan kategori ‘kurang’ (hasil konversi nilai berada pada kisaran 0-50) maka perolehan nilai kinerja hanya di-
akui 25%. Kondisi ini akan menjamin dapat mendorong guru untuk selalu memperbaiki kinerja dan profesionalitasnya. Guru yang selama ini telah melakukan upaya peningkatan profesionalitasnya akan merasa lebih adil karena kerja kerasnya akan diakui lebih baik. Sedangkan bagi guru-guru yang belum berupaya melakukan perbaikan dan peningkatan profesionalitas dengan sendirinya akan dihadapkan pada pilihan melakukan peningkatan kinerja atau selamanya akan menjadi guru tanpa jaminan dan kesejahteraan. Kedepan, perolehan kesejahteraan akan selalu diukur dengan capaian kinerja dan profesionalitas seorang guru. Dalam pedoman PK Guru disebutkan bahwa apabila seorang guru tidak dapat meningkatkan kinerjanya dalam kurun waktu dua tahun maka akan dikurangi beban mengajarnya. Ini berarti bahwa apabila beban mengajar dikurangi apalagi pengurangan tersebut berdampak pada tidak tercapainya beban mengajar minimal yaitu 24 jam pelajaran per minggu, maka tunjangan profesi bagi guru yang bersangkutan juga akan ditinjau kembali karena beban mengajarnya tidak mencapai persyaratan minimal yang telah ditetapkan.
3. KEGIATAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dilaksanakan dengan maksud memfasilitasi para guru untuk mencapai standar kompetensi profesi yang telah ditetapkan, membantu guru untuk terus memutakhirkan kompetensi agar sejalan dengan tuntutan dan tantangan pengembangan profesi, memotivasi guru-guru untuk tetap memiliki komitmen melaksanakan tugas
P.K.G [PENILAIAN KINERJA GURU]
three inone
Ketika guru memiliki nilai di bawah standar maka pelaksanaan kegiatan PKB untuk guru yang bersangkutan dilakukan melalui tahapan informal dan formal. Pentahapan ini dilakukan untuk menjamin guru yang berada di bawah standar dapat secara khusus dibantu untuk meningkatkan kinerja secara lebih cepat sebelum melakukan kegiatan PKB secara regular.
pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional dan mengangkat citra, harkat, martabat profesi guru, rasa hormat dan kebanggaan kepada penyandang profesi guru. Dengan kegiatan PKB ini akan menjadikan para guru memiliki arah dalam melakukan upaya perbaikan kualitas kinerja dan profesionalitas sepanjang karirnya sebagai guru. Untuk itu menurut kebijakan yang baru ini setiap guru wajib memiliki rencanan kegiatan PKB yang harus diikuti dalam kurun waktu satu tahun pelajaran. Dari perencanaan ini, guru akan menyadari bahwa setiap capaian nilai kinerja yang lemah pada salah satu atau lebih kompetensinya akan memiliki acuan tentang kegiatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja pada kompetensi yang lemah tersebut. Dasar utama dalam melakukan perencanaan kegiatan PKB adalah hasil evaluasi diri dan hasil pelaksanaan PK Guru formatif. PK Guru formatif dilaksanakan khusus untuk tahun pertama implementasi Permenegpan RB no 16 tahun 2009 sedangkan pada tahun kedua dan seterusnya perencanaan kegiatan-kegiatan PKB didasarkan pada PK guru sumatif. Guru yang memiliki nilai dibawah standar ketika dilakukan proses PK Guru akan dilakukan proses PKB yang berbeda dengan guru yang telah mencapai nilai di atas standar. Ketika guru memiliki nilai di bawah standar maka pelaksanaan kegiatan PKB untuk guru yang bersangkutan dilakukan melalui tahapan informal dan formal. Pentahapan ini dilakukan untuk menjamin guru yang berada di bawah standar dapat secara khusus dibantu untuk meningkatkan kinerja secara lebih cepat sebelum melakukan kegiatan PKB secara regular. Mereka dibimbing dan dibina oleh guru pembimbing sampai mencapai kinerja yang lebih baik sebelum dilakukan penilaian PK Guru sumatif di akhir tahun ajaran.
4. PEROLEHAN ANGKA KREDIT Angka kredit merupakan akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh seorang guru dalam rangka pembinaan karier kepangkatan dan jabatannya. Proses penentuan nilai sebelum akhirnya menjadi angka kredit diperoleh berdasarkan data yang dikumpulkan melalui proses pengamatan dan pemantauan yang menggambarkan kualitas aktivitas seorang guru di dalam dan di luar kelas. Dengan demikian perolehan angka kredit bukanlah sematamata pemenuhan nilai yang bersifat administratif saja tetapi penggambaran kinerja dan profesionalitas seorang guru setiap tahunnya. Dengan cara ini akan diperoleh peta profesionalitas guru dari waktu ke waktu yang akan mempermudah dalam memberikan pembinaan dan pengembangan karir guru. Perolehan Angka Kredit guru sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya nilai kinerja yang dicapai oleh guru pada setiap periode pelaksanaan PK Guru. Guru dengan kinerja amat baik akan lebih cepat dalam memenuhi angka kredit yang dipersyaratkan. Perolehan angka kredit guru harus terpenuhi dari dua unsur yaitu unsur utama dan unsur penunjang. Unsur utama terdiri dari pendidikan, hasil PK Guru Pembelajaran dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Angka kredit komulatif yang telah ditetapkan untuk setiap jenjang jabatan guru, ≥ 90% harus terpenuhi dari unsur utama sisanya (≤ 10%) dapat berasal dari unsur penunjang tetapi pemenuhan unsur ini bersifat ‘optional’. Dalam hal pemenuhan angka kredit komulatif yang telah ditetapkan, posisi PK Guru dan PKB bagaikan dua sisi mata uang. Artinya apabila salah satu dari keduanya tidak terpenuhi maka kenaikan pangkat dan jabatan guru tidak dapat dilakukan. Semua guru mulai
dari guru pertama golongan III/a sampai dengan guru utama golongan IV/e harus terpenuhi angka kreditnya dari kegiatan PKB disamping harus memenuhinya dari PK Guru. Angka Kredit dari kegiatan PKB relatif lebih sulit untuk pemenuhannya. Kesulitan tersebut dapat dilihat dari dua hal, yaitu (1) Beberapa jenis kegiatan PKB dalam pelaksanaanya mempersyaratkan adanya keterlibatan pihak lain secara mutlak. Misalnya dalam hal mengikuti kegiatan pengembangan diri, guru tidak dapat menentukan dan memastikan jenis kegiatan diklat fungsional yang harus diikuti, walaupun telah ditrencanakan dalam rencana PKB satu tahun. Kegiatan diklat fungsional sangat tergantung dari lembaga pelaksana diklat yang berwewenang melaksanakan kegiatan diklat fungsional. Demikian juga dengan kegiatan kolektif guru dibutuhkan legitimasi dari Kepala Dinas Pendidikan dalam hal bukti keikutsertaan dalam kegiatan tersebut (2) Tidak dapat ditabungnya kelebihan Angka Kredit dari kegiatan PKB untuk kepentingan kenaikan pangkat berikutnya. Kondisi ini menuntut para guru untuk bekerja keras dalam upaya pemenuhan angka kredit dari sub unsur PKB pada setiap jenjang kepangkatannya. Namun demikian para guru dapat memaksimalkan peran sanggar kegiatan guru (KKG, MGMP dan lainnya) untuk memenuhi angka kredit dari sub unsur PKB ini. Untuk itu diharapkan semua sanggar kegiatan guru memiliki program kerja yang selaras dengan rencana PKB dari setiap anggotanya. Dengan demikian peran dan fungsi sanggar kegiatan guru benar-benar mampu menjembatani tuntutan peningkatan profesionalitas guru pada satu sisi dan pemenuhan angka kredit guru pada sisi yang lain. Amiruddin, S.Pd, MT. Widyaiswara Pertama di LPMP Jawa Timur MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
31
sajianutama Dr Syawwal Ghultom LAPORAN KHUSUS
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan (SDMP) dan Penjaminan Mutu Pendidikan (PMP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
IT dan ICT
Bukan Puncak Pembelajaran
Dibandingkan negara tetangga seperti Singapura, Indonesia memang ketinggalan dalam menggunakan IT dalam proses pembelajaran. Meskipun terlambat dan saat ini Kementerian Pendidikan melalui Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan telah melakukan upaya peningkatan kemampuan dan keterampilan pendidik dan tenaga pendidikan dalam penggunaan IT dan ICT, namun Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan (SDMP) dan Penjaminan Mutu Pendidikan (PMP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dr Syawwal Ghultom terus mengingatkan para pendidik dan tenaga pendidikan untuk selalu mengingat dua hal penting sebelum menerapkan sistem pembelajaran berbasis IT. “APA yang harus kita mulai dalam belajar menggunakan IT dan ICT? Yang pertama adalah pola pikir,” tegas Syawwal Ghultom pada acara Koordinasi Peningkatan Kompetensi melalui MGMP PTK Berbasis ICT (Piloting Diklat One O One Learning) di Hotel Utami Surabaya, Minggu (30/10) silam. Syawwal Ghultom menjelaskan IT memang super canggih untuk mempercepat proses dan meningkatkan efisinsi tetapi juga mempunyai dampak negatif. Yaitu bisa membuat orang menjadi malas dan menjadi seorang plagiat (peniru) serta bisa membuat orang menjadi penipu. “Sebab, di jaringan di internet kita bisa mencari apa saja dan dalam bahasa apa saja,” jelas dia. Syawwal Ghultom mencontohkan bila siswa sekolah dasar (SD) bertanya tentang pembelajaran berbasis project. Cukup mengetik pembelajaran berbasis project di google maka semua pertanyaan akan terjawab. Bahkan, bila disuruh untuk membuat makalah pun pasti akan sangat mudah dikerjakan. Sebab, semua sudah ada di internet.
32
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
LAPORAN KHUSUS
sajianutama
” Semakin canggih alat bantu harus diikuti dengan integritas yang super canggih juga. Sebab kalau tidak, maka tidak akan memberikan dampak positif tetapi akan lebih besar dampak negatifnya.”
“Jadi kalau tidak disiapkan mental kita, mind set kita maka pembelajaran berbasis IT dan ICT bisa mendidik anak untuk tidak jujur dan gurunya bisa menjadi malas,” ungkap dia. Bagaimana IT dan ICT bisa membuat guru menjadi malas? Syawwal Ghultom menjelaskan guru tersebut cukup menyambungkan laptop yang dia miliki ke monitor maka semuanya ada dan gurunya tidak perlu belajar. Syawwal Ghultom menceritakan dirinya pernah melakukan kunjungan ke sebuah sekolah SMA berstandar internasional. Dimana, setiap kelas sudah terhubung dengan jaringan wireless dan setiap guru sudah menggunakan laptop super canggih dalam proses belajar mengajar. “Saat itu, saya datang ke kelas dengan mata pelajaran biologi dalam bahasa Inggris. Dimana, gurunya sedang mengajarkan sistem pernafasan. Guru tersebut menjelaskan apa dan bagaimana pernafasan hanya dalam bentuk naskah. Setelah selesai mengunjungi kelas tersebut, kepala sekolah menanyakan bagaimana pendapat saya, ya jujur saya jawab kalau mengajar dengan cara tersebut sudah bisa dilakukan oleh guru biasa tidak perlu embel-embel sekolah berstandar internasional,” urainya. Mengapa? Syawwal Ghultom menerangkan dalam proses belajar mengajar, guru tersebut sudah menggunakan alat bantu yang super canggih, yaitu laptop super canggih dan LCD yang juga super canggih dan sudah menggunakan bentuk power point. Seharusnya guru tersebut bisa menjelaskan sistem pernafasan
dengan menggunakan animasi atau video yang lebih canggih sebab di laptop sudah tersedia software yang mendukung. “Kalau cuma teks untuk apa? IT dan ICT bukan puncak pembelajaran. Namun, puncak pembelajaran adalah kreativitas,” tegas Syawwal Ghultom. Alat bantu laptop, sambung Syawwal Ghultom, harus digunakan saat betul-betul membantu dalam proses pembelajaran dan bukan hanya untuk tampil gagah-gagahan atau biar kelihatan keren. “Yang kedua, target terakhir mengunakan laptop dimana kementerian bekerja sama dengan LPMP adalah untuk pembelajaran yang interaktif dengan komputer tanpa buku. Yang kita kenal computer base learning atau computer essay learning,” papar dia. Syawwal Ghultom menerangkan dengan sistem pembelajaran computer base learning, akan lebih mempermudah proses belajar. Misalnya, dirinya ingin belajar fisika atau matematika, maka komputer harus bisa menguji dengan memberikan soal-soal terlebih dahulu dan si pengguna harus mengerjakan dan menjawab semua soal yang ada. Kemudian komputer menilai dan menjelaskan bahwa nilai anda kurang dan anda harus membuka modul 1. Setelah selesai modul satu, anda akan diminta kembali untuk mengerjakan soalsoal yang tadi, bila anda lulus maka komputer akan mengucapkan selamat anda lulus dan mempersilahkan anda untuk melanjutkan ke modul dua. Bila tidak lulus, maka komputer akan men-
erangkan maaf anda tidak lulus dan silahkan kembali mempelajari modul satu dan begitu seterusnya. “Sehingga metode computer base learning bisa membangkitkan rasa penasaran seorang siswa untuk menaklukkan seluruh soal yang ada. Ada kepuasan sendiri dari siswa untuk menaklukkan semua soal,” jelasnya. Syawwal Ghultom menekankan setiap pendidik dan tenaga pendidik harus bisa menyampaikan ke anak didik bahwa bahwa IT merupakan alat bantu dan bukan mengajarkan anak untuk berbohong. Dari hasil tes yang dilakukan beberapa waktu yang lalu, dari 12.000 siswa yang diuji, ada 4.000 yang sama. Dengan sistem computer bisa dilakukan pemetaan, dimana kerja siswa A, siswa B, siswa C dan seterusnya bisa diperiksa secara cepat. Siswa mana yang selesai lebih dulu dan siswa mana saja yang memiliki hasil yang sama. Bahkan, komputer bisa mendeteksi berapa persen persamaan hasil kerja siswa-siswa tersebut. Dengan tingkat kesamaan mulai dari 100 persen, 90 persen, 80 persen atau berapa persen. “Yang terpenting, mari kita dudukkan dulu dari awal bahwa pelatihan ini sebagai pilot project adalah untuk membantu. Jangan lupa menanamkan bahwa semakin canggih alat bantu ini maka harus diikuti dengan integritas yang super canggih juga. Sebab kalau tidak maka ini tidak akan memberikan dampak positif tetapi akan lebih besar dampak negatifnya,” tegas Syawwal Ghultom. Siska Prestiwati Wibisono
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
33
sajianutama LAPORAN KHUSUS
Salamun, Ph.D Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Timur
KEPALA Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Timur, Salamun, Ph.D mengatakan LPMP telah melakukan pelatihan IT kepada beberapa guru di Jatim. Dimana, para guru tersebut terus mendapatkan pelatihan dan pendampingan. Diharapkan, seluruh guru yang sudah mendapatkan pelatihan nantinya bisa menjadi master of trainer khususnya ICT. “Selain memberi pelatihan dan pendampingan kepada gurunya, nantinya sekolahnya akan dijadikan sekolah model, sekolah unggulan atau sekolah percontohan,” ungkap Salamun dalam sambutannya pada acara Koordinasi Peningkatan Kompetensi melalui MGMP
34
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
PTK Berbasis ICT (Piloting Diklat One O One Learning) di Hotel Utami Surabaya, Minggu (30/10) silam. Salamun menambahkan apapun namanya LPMP Jatim terus akan melakukan pengawalan kepada sekolahsekolah yang akan dijadikan sekolah percontohan. LPMP akan mengawal delapan standar nasional pendidikan, dari kedelapan standar nasional pendidikan, LPMP Jatim memfokuskan dari sisi sumber daya manusia (SDM), yaitu dari pendidik dan tenaga pendidikan. “Pengembangan SDM inilah yang akan menjadi perhatian serius,” tegas dia. Dalam meningkatkan mutu SDM tenaga pendidik dan tenaga pendidikan,
sambung Salamun, LPMP Jawa Timur tidak lupa melibatkan peran aktif dari para pimpinan sekolah untuk membangun komitmen kebersamaan dalam rangka membangun sekolah berkualitas khususnya dalam proses pembelajaran. “Kedepan, kita tunjukan ke masyarakat bahwa sekolah yang bagus adalah sekolah yang bisa menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan memanfaatkan IT, ini yang akan menjadi percontohan,” paparnya. Dalam sambutannya, Salamun menyampaikan untuk meningkatkan keterampilan para pendidik dan tenaga pendidikan dalam bidang IT. LPMP Jawa Timur bekerjasama dengan
LAPORAN KHUSUS
Dorong Terciptanya
Sekolah Berbasis IT yang Berkualitas
Intel dan mendapatkan bantuan 160 buah laptop. Dimana, 120 buah laptop dibagikan kepada 4 sekolah yang masing-masing sekolah menerima 30 buah. Keempat sekolah yang menerima bantuan laptop tersebut adalah SMP Al Hikmah Surabaya, SD Sekolah Alam Insan Mulia, SDN Tanggul Wetan 4 Jember dan SMPN 5 Malang akan dijadikan sebagai sekolah percontohan. Sedang 40 buah laptop lainnya disimpan di LPMP Jatim. Laptop yang disimpan di kantor LPMP akan dimanfaatkan untuk diklat para guru. “Sebab, setiap LPMP Jawa Timur mengumpulkan guru-guru di wilayah Jawa Timur maka akan dibekali keterampilan
dalam memanfaatkan IT khususnya dalam melakukan proses belajar mengajar,” ujarnya. Oleh karena itu, sambung Salamun, software-software yang sudah tersedia ini harus bisa dibuka, dipahami dan harus bisa diimplementasikan dengan mudah oleh seluruh guru yang telah mendapatkan pelatihan. Kecakapan para guru dalam membuka, memahami dan mengimplementasikan software inilah yang disebut skill atau keterampilan untuk menggunakan IT dan memanfaatkan IT dalam proses pembelajaran. “Itulah yang akan kita bangun kedepan. Target dari proses pembelajaran yang menyenangkan dan bisa mem-
sajianutama
Beberapa tahun terakhir, perkembangan dunia teknologi maju pesat. Mau tidak mau, lembaga pendidikan yaitu sekolah pun harus bisa mengikuti perkembangan dunia teknologi di dunia. Untuk itu, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Timur telah bertekat untuk melakukan pendampingan dalam rangka mendorong terciptanya sekolah berbasis teknologi yang berkualitas di Jawa Timur.
bangkitkan semangat siswa, disini tidak hanya guru saja yang senang, terampil dan mahir dalam memanfaatkan IT namun bagaimana strategi kita agar siswa juga senang, terampil dan mahir dalam menggunakan fasilitas IT yang sudah disediakan oleh sekolah,” jelas Salamun. Rencananya, ungkap Salamun, LPMP Jawa Timur akan melakukan pengawalan kurang lebih selama tiga hingga empat tahun. Dengan target nantinya lulusan sekolah khususnya pada siswa dikelas IT akan lebih berkualitas serta berdampak positif pada lingkungan. Selain bisa melahirkan lulusan yang terampil dan mahir dalam menggunakan IT, target ke guru bisa menciptakan
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
35
sajianutama
LAPORAN KHUSUS
lingkungan yang terampil IT di sekolahnya. “Agar target tersebut dapat tercapai, maka kami juga melibatkan kepala sekolah,” tuturnya. Masih menurut Salamun, LPMP telah mengundang para kepala sekolah agar juga memiliki satu paham dengan konsep yang telah dibuat oleh LPMP. Diharapkan, para kepala sekolah juga bisa memahami serta memberikan dukungan. Dimana, salah satu tugas kepala sekolah adalah melakukan kontrol terhadap para guru yang ada di sekolah yang dipimpinnya. Oleh karena itu komitmen kapala sekolah juga diharapkan selama proses pendampingan dengan cara melakukan supervisi ke guru-guru IT. Bahkan, diharapkan kepala sekolah lebih sering melakukan supervisi dan ter-schedule dengan baik. “Semakin sering kepala sekolah melakukan supervisi maka akan semakin baik. Sebab, kalau kepala sekolah tidak pernah melakukan supervisi ke kelas-kelas IT maka kepala sekolah tersebut tidak akan tahu perkembangan target yang akan dicapai dalam satuan pendidikan,” tegas dia. Selain komitmen dan peran aktif kepala sekolah, jelas Salamun, komitmen dan peran serta aktif dari Dinas
Pendidikan Kebupaten/ Kota juga sangat diperlukan. Diharapkan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota bisa ikut terjun ke sekolah-sekolah untuk melakukan pendampingan guna mengetahui apakah dalam pelaksanaannya kepala sekolah atau guru menemui kesulitannya. Salamun menambahkan proses pendampingan ini akan dilakukan secara simultan, berkelanjutan dan akan berkoordinasi dengan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota serta Kepala Sekolah. Dimana, setiap ada kesulitan akan dicarikan solusi secara bersama-sama. “Harapan kedepan, Jawa Timur bisa membangun sekolah model berkualitas,” jelasnya. Harapan inilah yang akan sedang
dipersiapkan, sambung dia, semoga awal pelaksanaan pendampingan yang dilakukan LPMP bisa berhasil dan bisa menunjukan out put yang bagus. Sehingga, keberhasilan tersebut akan dilaporkan ke Jakarta. Barangkali juga bisa disebarkan secara nasional dan bisa ditiru serta dikembangkan oleh provinsi lain. Sehingga akan banyak sekolah-sekolah berkualitas di Indonesia. Dan, kedepan Bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa yang lebih baik dalam proses pendidikan. “Dengan keyakinan bersama, komitmen bersama dan dilakukan bersama diantara pendidik dan tenaga kependidikan di seluruh Jawa Timur, semoga kedepan Jawa Timur semakin bagus seperti yang telah kita deklarasikan bersama di depan Menteri. Semoga Jawa Timur bisa membentuk model. Artinya, model sekolah, model guru, model kepala sekolah, model siswa serta model proses pembelajaran yang berkualitas,” imbuhnya. Dalam acara tersebut juga telah dilakukan penandatanganan surat kesepakatan antara LPMP Jawa Timur dengan empat sekolah di Jawa Timur (SMP Al Hikmah Surabaya, SD Sekolah Alam Insan Mulia, SDN Tanggul Wetan 4 Jember dan SMPN 5 Malang) dimana akan dilakukan pendampingan untuk dijadikan sekolah percontohan berbasis IT. Bagus Priambodo
Dora Indriana, SMAN 1 Jember
Berbagi Informasi ke Sesama Guru PELATIHAN essensial course ini sangat bagus sebab sangat membantu para guru dalam rangka meningkatkan kemampuan komputer yang telah dikuasai oleh para peserta (guru-guru itu sendiri). Sedang untuk materi pembelajaran berbasis proyek yang lebih menekankan pada siswa sangat bagus dan akan dicoba untuk segera diterapkan pada mata pelajaran yang dibidangi. Bila berhasil maka akan ditularkan ke guru-guru yang lain. “Ini hal yang baru dan melibatkan stakeholder misalkan guru mata pelajaran lain, kepala sekolah dan pihak lainnya. Selama ini, kami belum menerapkan,” ungkap Dora. Dora sangat yakin, sistem pembelajaran berbasis proyek ini bisa segera diterapkan di sekolah tempatnya mengajar.
36
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
Sebab, selama ini dirinya sudah melakukan beberapa proses yang ada di dalam sistem pembelajaran berbasis proyek. Dengan fasilitas yang ada serta pola pikir siswa yang sudah terbiasa dengan sistem pendidikan yang mendorong
siswa untuk lebih kreatif. “Selama ini saya memang belum melibatkan stakeholder. Sehingga, ada beberapa guru yang masih belum mengerti mengapa ada siswa di luar kelas atau bagaimana, kok bisa dan lain-lain. Untuk itu, saya akan segera melibatkan stakeholder seperti guru mata pelajaran lain dan kepala sekolah agar mereka bisa memahami sehingga saya bisa mulai menerapkan sistem pembelajaran ini,” papar dia. Masih menurut Dora, selain akan mulai melibatkan stakeholder dalam rangka penerapan sistem pendidikan berbasis proyek. Dirinya juga selalu menularkan kemampuan dalam rangka mengoperasionalkan komputer ke sesama guru, khususnya guru-guru biologi yang ada di Jember. Siska Prestiwati Wibisono
LAPORAN KHUSUS
sajianutama
Pembelajaran Berbasis Proyek DORONG KREATIVITAS GURU & SISWA Wendhie Prayitno Senior Trainer dari Intel Indonesia
PENERUS Bangsa Indonesia kedepan, dituntut untuk bisa bersaing dengan para penerus dari negera-negera lain. Tidak heran bila pemerintah terus melakukan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, salah satunya dengan melakukan kerjasama dengan Intel Indonesia. Senior Trainer dari Intel Indonesia, Wendhie Prayitno mengatakan sebenarnya, pembelajaran berbasis proyek atau project base learning sudah sangat dibutuhkan oleh anak didik di Indonesia. Namun mungkin kebijakan pemerintah yang belum menerapkan sistem ini. “Sebenarnya di luar negeri sudah menerapkan, intinya pada konsep pembelajaran berbasis student center dimana siswa lebih pro aktif untuk mencapai keterampilan kecakapan abad 21. Yang melingkupi keterampilan teknologi, keterampilan inovasinya dan keterampilan kepemimpinannya dan lain sebagainya,” ungkap Wendhie ditemui disela-sela pelatihan essensial course pada acara acara Koordinasi Peningkatan Kompetensi melalui MGMP PTK Berbasis ICT (Piloting Diklat One O One Learning) di Hotel Utami Surabaya, Rabu (2/11), silam. Masih menurut Wendhie, di Indonesia dari sisi kebijakannya sampai saat ini memang belum menjadikannya dalam kurikulum khusus. Tetapi, dari sisi bagian-bagiannya, sebagian dari aktivitas pembelajaran abad 21 sudah diterapkan di beberapa sekolah. Misalnya, untuk pembelajaran abad 21 dalam bidang kerjasama kolaborasi sudah ada yang melaksanakannya meskipun belum secara utuh dalam kaitannya dengan pembelajaran berbasis proyek. “Pendekatan pembelajaran berbasis proyek sudah mulai dilaksanakan terutama oleh sekolah-sekolah berbasis alam.
Walaupun ada beberapa komponen yang belum dilaksanakan,” jelasnya. Wendhie berbagi pengalaman, saat dirinya memberikan diklat kepada guruguru di sebuah sekolah alam, ternyata para pendidik dan tenaga pendidik di sekolah tersebut sudah dapat contohnya dalam hal pemberian nilai. Dimana, dalam pemberian nilai tidak langsung memberikan atau menuliskan sebuah angka namun para guru tersebut menilai bagaimana proses yang dilakukan oleh siswa mereka. Pada dasarnya, ungkap Wendhie, desain pembelajaran berbasis proyek ini bisa digunakan untuk semua mata pelajaran. Sebab, konsep ini sangat terbuka dan tidak dibatasi oleh jenjang pendidikan tertentu, untuk pendidikan formal semua bisa menerapkan mulai SD sampai SMK-SMA. Bahkan banyak universitas yang sudah melaksanakan, sedang untuk pendidikan non formal pun pembelajaran berbasis proyek ini bisa diterapkan. “Pada desain pembelajaran berbasis proyek ini, yang akan mengimplementasikan projeknya adalah siswa, guru hanya sebagai fasilitator yang mendesain rancangan pembelajarannya. Sedang, yang melaksanakan dan menerapkan adalah siswa,” tegas dia. Wendhie menjelaskan setiap siswa akan menerapkan pembelajaran abad 21 dimana siswa akan mencari informasi sendiri. Bila sistem pendidikan yang lama, ada guru yang memberikan atau ‘menyuapi’ siswa dengan informasi-informasi yang akan diujikan dalam bentuk ulangan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Namun dengan penerapan sistem pembelajaran berbasis proyek ini, semua dilakukan oleh siswa.
“Guru hanya memberikan umpan berupa permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan sekitar yang bisa dikaitkan dengan mata pelajaran. Kemudian siswa mencari solusi dari permasalahan tersebut. Dimana, siswa akan mencari dan mengumpulkan informasi mencari sendiri ,melakukan pengamatan, melakukan penelitian, berinovasi, memberikan solusi, bahkan siswa bisa mempresentasikan hasil karyanya. Serta siswa juga bisa memberikan rekomendasi bahkan siswa bisa mempublikasikan hasil karyanya,” papar Wendhie. Jadi keterampilan abad 21 bisa segera diterapkan pada semua mata pelajaran dan tidak ada batasan. Misalnya mata pelajaran umum, seperti IPS, IPA, Matematika, Biologi, Fisika, Bahasa dan lain-lain. Bahkan, dari pengalamannya, sistem pembelajaran ini memberi kesempatan bagi siswa untuk menciptakan sebuah temuan baru. Contohnya, siswa SD di Blora-Jawa Tengah, mereka sudah berani mempresentasi hasil penelitian mereka ke Kepala Desa. Dimana, saat itu ada permasalahan banyaknya kandang binatang ternak yang baunya menganggu proses belajar mengajar. Para siswa tersebut terus melakukan sosialisasi kepada para pemilik kandang binatang ternak yang ada di dekat sekolah. Akhirnya, para siswa berhasil membuat orang tua yang ada di sekitar sekolah lebih peduli terhadap lingkungan. “Target pembelajaran berbasis proyek ini adalah mengubah kebiasaan siswa,” ungkapnya. Terkait diluar hasilnya baik atau tidak, betul atau salah, ungkap Wendhie, Intinya penerapan sistem pembelajaran berbasis proyek ini adalah prosesnya, dengan tujuan akhir adalah terbentuknya perubaMEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
37
sajianutama
LAPORAN KHUSUS
han kebiasaan. Dimana, siswa akan sangat terbiasa untuk melakukan kemandirian dalam mencari informasi, pemantauan, pengamatan, penelitian, keberanian untuk berkomunikasi baik dengan sesama teman atau kepada publik, kemampuan mempresentasikan, nyaman dan bisa bekerja bersama team work. “Pembelajaran berbasis proyek ini tidak hanya mengubah habit siswa. Yang paling mendasar adalah mengubah habit-nya gurunya dulu. Kalau dulu guru memikirkan akan melakukan apa, tapi dengan pembelajaran berbasis proyek ini guru harus mendesain siswa harus melakukan apa,” ujarnya. Wendhie mengungkapkan setiap guru harus bisa mendesain sesuatu serta guru juga harus bisa mengamati apakah siswa bisa menguasainya dan melakukan proses sesuai dengan tahapantahapan dengan tepat. Misalnya, guru ingin mendesain siswa harus bisa membuat majalah dinding. Maka guru harus
memahami prasyarat apa saja yang dibutuhkan, misalnya siswa harus bisa menguasai internet untuk mengumpulkan informasi, siswa harus mampu mengoperasional komputer dengan program desain grafis dimana hal ini akan dibutuhkan siswa untuk mempresentasikan hasil pengumpulan informasi agar menarik, apakah siswa memahami bagaimana teknik wawancara yang sebenarnya, siswa harus menguasai bahasa Inggris dan lain sebagainya. “Indikator keberhasilan pendidikan berbasis proyek adalah nilai dan habit berfikir kritis dan mandiri. Sehingga dalam penerapan pembelajaran berbasis proyek ini tidak hanya mengubah kebiasaan siswa untuk menjadi kreatif tetapi juga mendorong guru untuk menjadi lebih kreatif. Sebab, bagaimana bisa seorang guru akan mengubah siswanya menjadi lebih kreatif bila yang bersangkutan sendiri tidak kreatif ?,” ujarnya.
Sistem pembelajaran berbasis proyek ini, sambung Wendhie bisa diterapkan ke semua mata pelajaran, hal ini sangat tergantung kreatifitas seorang guru untuk membaca problem yang ada disekitar dan merumuskan target apa yang akan dihasilkan oleh siswa untuk mencari pemecahan masalah tersebut. Misalnya banyak problem sampah di sekitar kita, mungkin targetnya adalah pengolahan sampah atau mendaur ulang sampah plastik menjadi sebuah produk kerajinan tangan. Wendhie menekankan, pembelajaran berbasis proyek ini tidak harus selalu berakhir dengan membuat sebuah produk. Yang terpenting adalah prosesproses yang harus dilakukan para siswa dalam menyelesaikan sebuah permasalahan yang diberikan, seperti proses penggalian informasi, pengamatan atau menyusun laporan serta proses presentasi yang dilakukan para siswa. Bagus Priambodo & Siska Prestiwati W
Darsono, S Kom | SMP NEGERI 5 MALANG
Classroom Management Evaluasi Proses Belajar Mengajar MENJADI peserta terbaik untuk tingkat One O One Learning dalam acara Koordinasi Peningkatan Kompetensi melalui MGMP PTK Berbasis ICT (Piloting Diklat One O One Learning) di Hotel Utami Surabaya, 30 Oktober sampai 2 November lalu membuat Darsono semakin memahami pentingnya seorang pendidik menguasi teknologi. Darsono mengungkapkan mengikuti Diklat One O One learning ini sangat dibutuhkan oleh para guru. Sebab, diklat ini menyajikan sistem pembelajaran yang berbeda untuk siswa. “Dengan menggunakan CMPC (Class Meet Personal Computer) akan membuat pembelajaran yang menarik bagi siswa,” ungkap Darsono Sebab, jelas Darsono, didalam CMPC ada aplikasi yaitu classroom management, dimana guru dan siswa bisa berinteraksi. Guru bisa menyampaikan materinya langsung ke siswa, memonitor kegiatan siswa di CMPC-nya masing-masing. Siswa juga bisa timbal balik, siswa bisa melakukan konsulatasi ke guru. “Dari situ kita bisa memantau prestasi siswa dan kita juga bisa melihat apakah sebagian besar siswa sudah memahami dan menguasai materi atau sebaliknya,” jelas Darsono. Masih menurut Darsono, secara garis
38
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
besar dengan aplikasi classroom management ini setiap guru bisa melakukan remidi atau evaluasi terhadap proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Yang lebih menarik lagi, guru bisa memberikan soal tidak lagi dengan menggunakan media kertas sebab menggunakan sistem paperless. Dengan menggunakan tool (alat) yang disebut file distribution, setiap guru bisa memberikan materi atau soal atau quiz kepada siswa. “Ini merupakan tantangan bagi para guru untuk bisa menggunakan fasilitas ini dengan baik sehingga bisa mencapai hasil yang maksimal,” ujarnya. Darsono menjelaskan sebenarnya di SMPN 5 Malang dimana dirinya mengabdikan diri sudah mulai menerapkan. Dengan sistem software melalui website sekolah, mereka sudah memulainya. Namun, dibandingkan dengan aplikasi yang dibuat oleh Intel Indonesia, sistem yang sudah dibuat oleh SMPN 5 Malang tidaklah sebanding. Sebab, aplikasi yang dibuat oleh Intel Indonesia memiliki banyak kelebihan, misalnya, setiap guru bisa mengetahui apakah siswa mengerjakan pekerjaannya sendiri atau menyontek temannya. “Dengan aplikasi Intel, kita juga bisa melihat kegiatan siswa, apakah dia mengoceh sendiri, apakah siswa lagi main game atau
lagi browsing internet. Bila guru mengetahui ada siswa yang melakukan kegiatan diluar materi yang diberikan, guru langsung bisa melakukan silent move sehingga siswa tidak lagi bisa melakukan kegiatan diluar materi yang sedang dibahas,” papar dia. Siska Prestiwati W
LAPORAN KHUSUS
sajianutama
Pengaruh & Manfaat Teknologi bagi Pendidikan Generasi ke Depan
SUDAH TIDAK TERBENDUNG PESATNYA perkembangan dunia teknologi tentunya mempengaruhi peradaban manusia, yang disadari atau tidak juga memberikan pengaruh pada metode pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan. Bandingkan metode pendidikan 60 tahun lalu, dimana tidak semua anak memiliki kesempatan untuk menikmati pendidikan karena sangat terbatasnya sarana dan prasana serta metode yang digunakan pun jauh berbeda dibandingkan dengan pendidikan sekarang. Hadirnya komputer yang semakin canggih pun, juga menghadirkan perubahan-perubahan metode pendidikan serta peningkatan sarana dan prasana guna mendukung proses belajar-mengajar. Bahkan, di abad ini, di negara-negara maju pun mulai dikembangkan sistem pendidikan abad 21. Bagaimanakah pendidikan abad 21 ini? Education Program Manager-Intel Indonesia, Brimy Laksmana mengatakan ada suatu pertemuan tetapi bukan pertemuan fisik melainkan pertemuan di depan komputer, seorang pria bernama Justin Raither yang tidak lain adalah chief technology officer atau ahli teknologi mengatakan bahwa perkembangan teknologi ke depan akan sangat pesat,
yaitu perkembangan teknologi 100 tahun ke depan ini nilainya sama dengan perkembangan yang terjadi 20 ribu tahun sampai sekarang. “Pertemuan melalui dunia maya tersebut mengangkat tema manusia dan mesin,” ungkap Brimy dalam acara Koordinasi Peningkatan Kompetensi melalui MGMP PTK Berbasis ICT (Piloting Diklat One O One Learning) di Hotel Utami Surabaya, 30 Oktober sampai 2 November lalu Brimy mengungkapkan pada pertemuan tersebut, Justin bercerita pada abad ini akan banyak terobosan besar dalam dunia teknologi, misalnya bagaimana sebuah prosesor yang selama ini ada di komputer anda akan dicoba ditanam di tubuh manusia. Sehingga prosesor tersebut bisa mendeteksi dan melaporkan bila di dalam tubuh Anda mengalami sebuah gangguan. Dulu komputer sangat besar, dunia teknologi semakin berkembang. Komputer yang dulu sangat besar diringkas menjadi sangat ringan dan mudah dibawa yaitu laptop. Sekarang laptop juga semakin tergeser dengan IPAD atau handphone yang lebih canggih. “Selama ini komputer masih menggunakan tangan, ke depan akan sangat mungkin komputer akan dikembangkan dengan menggunakan pikiran. Atau bisa saja pembuatan robot, yang saat ini robot masih menggunakan mesin, ke depan akan dikembangkan untuk bisa membaca perasaan manusia,” ungkap dia. Brimy memaparkan abad 20 kemarin masih datar sehingga kita masih santai. Tapi
untuk abad 21 ini perkembangan akan sangat cepat. Dimana akan berimplitasi dan mengubah seluruh perilaku manusia. “Contoh sederhananya mungkin tidak sampai lima tahun lagi, kita akan baca koran tidak lagi di kertas. Saat ini saja oplah Kompas sudah turun dan Kompas sudah siap-siap beralih ke dunia maya,” terang dia. Brimy menambahkan bila saat ini mengendarai mobil masih butuh sopir, sangat mungkin beberapa tahun mendatang setiap orang bisa mengendarai mobil tanpa sopir. Apalagi, saat ini Korea sedang menciptakan jam tangan untuk melakukan transaksi pembayaran, Jepang sedang membangun pembangkit listrik tapi di luar angkasa sehingga penyaluran energi akan disalurkan melalui micro chip. “Saya juga mendapatkan info dari seorang guru teladan di Amerika. Dia memperkirakan di Amerika akan ada satu perkembangan pada pertengahan abad ini. Sehingga akan ada 15 pekerjaan yang saat ini ada, akan hilang. Apa itu, sebut saja translater atau penerjemah akan hilang karena di Google sudah ada sistem penerjemah. Kita bisa memasukkan naskah dalam bahasa Indonesia bisa langsung diterjemahkan ke semua bahasa. Meskipun saat ini masih kurang bagus tapi ke depan akan semakin bagus,” urainya. Brimy menjelaskan bila ada 15
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
39
sajianutama
LAPORAN KHUSUS
pekerjaan akan hilang dan tergantikan oleh teknologi. Maka tidak menutup kemungkinan mereka atau orang-orang dari negara maju akan masuk ke Indonesia dan akan bersaing dengan anak-anak Bangsa Indonesia. Dimana, kualitas anakanak bangsa ini masih sedang-sedang saja. Sekarang saja, tidak sedikit guru, dokter ataupun ahli mesin yang sudah masuk ke Indonesia. “Ke depan, anak-anak kita akan bertarung head to head atau berhadapan langsung dengan mereka. Bila tidak dipersiapkan sejak sekarang, maka mereka akan kalah bersaing dengan tenaga luar negeri,” jelasnya. KEMBANGKAN PELATIHAN SISTEM ONLINE Untuk menuju pendidikan abad 21, dimana semua orang sudah terbiasa bahkan tergantung dengan teknologi.
Brimy Laksmana Education Program Manager Intel Indonesia
40 40
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
Maka, setiap guru atau tenaga pendidik juga wajib memiliki kemampuan untuk mengoperasikan komputer dengan maksimal. Memang di Indonesia, belum banyak guru yang bisa membuat blog. Namun, dengan blog yang sudah dimiliki oleh sebagian guru ini, sebenarnya bisa dimanfaatkan secara maksimal. “Pengalaman selama ini bila melatih guru-guru yang sudah handal komputer, para guru tersebut sudah punya blog. Masalahnya selama ini mereka belum bisa memanfaatkan blog untuk media pembelajaran. Selama ini memang masih satu arah, namun sebenarnya bisa digunakan untuk sharing antar guru. Misalnya mereka punya materi pembelajaran, dia sampaikan ke blog, terus sharing dengan sesama guru,” ungkap Brimy. Brimy menambahkan sebenarnya masih banyak lagi software-software yang bisa memantapkan kolaborasi yang lebih ke interaktif, misalnya yang sederhana google. Sebetulnya dokumen bisa dikerjaan bersama-sama secara langsung. Di komputer ada yang istilahnya one note yang bisa digunakan bersama-sama antara guru dan murid dalam proses pembelajaran . Saat ini dan ke depan, sambung Brimy, Intel tengah mengembangkan pelatihan online, artinya guru bisa mandiri, mengambil mendaftarkan sendiri, mengambil materi sendiri dan bisa melaporkan sendiri dan mendapatkan sertifikat. Mereka bisa melakukan pelatihan ini kapan pun, dimanapun bahkan tanpa biaya. Memang ini tergantung dari motivasi guru sendiri, di dalam pelatihan online diajarkan kepada guru tentang pembelajaran abad 21, misalnya assement dan lain-lain. “Sejak Agustus dimana pelatihan online ini kami terapkan, para guru masih belum terbiasa. Mereka masih banyak yang menanyakan mana hardcopy-nya, padahal dengan online lebih efektif dan semuanya sudah ada tinggal mendownloud saja,” jelas Brimy. Masih menurut Brimy, ini hanya masalah kebiasaan saja. Bila para guru sudah terbiasa dengan sistem pembelajaran online, maka ke depan akan semakin bagus, sebab untuk belajar apapun tidak akan terbatas waktu, biaya, dimana pun mereka berada dan sedang melakukan apapun, mereka tetap bisa belajar. Intel, ungkap Brimy, juga memiliki program world ahead yang dijalankan oleh intel di seluruh negara di dunia. Program, world ahead memiliki empat pilar. Yang pertama accesibility, yaitu Intel
berusaha membuat agar harga komputer semakin terjangkau, misalnya harganya notebook semakin murah dan terjangkau. Yang kedua adalah connectivity, ini adalah hubungan koneksi internet, saat ini wi-fi sudah banyak, ke depan akan dikembangkan wi-max, yang diharapkan coverage areanya akan lebih luas dan diharapkan nanti koneksi internet bisa lebih murah lagi. Yang ketiga adalah edukasi untuk para pengguna, karena ini teknologi maka perlu ada edukasi kepada para penggunanya. Yang keempat adalah content. “Kalau bapak sudah punya laptop sendiri, koneksi internet sudah bagus dan sudah bisa membaca. Maka yang harus dibangun adalah content, harapan kita untuk pendidik, agar para guru bisa membuat konten pendidikan lebih banyak di dunia maya,” katanya. ANAK SEMAKIN MELEK TEKNOLOGI Kemampuan para guru dalam hal penguasaan komputer dan internet mutlak dibutuhkan untuk mencetak generasi penerus yang siap menghadapi tantangan masa depan. Saat ini, orang dewasa masih menjadikan teknologi sebagai alat bantu, tapi anak-anak akan menjadikan teknologi sebagai bagian dari hidup mereka. “Yang pasti pola belajar anak-anak sekarang sudah berbeda, salah satunya dengan merekam. Sambil main mereka memutar rekaman. Contohnya, anak saya kalau mau tidur tidak mau lagi dibacakan dogeng, tapi minta dibacakan buku pelajaran,”tutur Brimy. Brimy menambahkan pendidikan untuk membangun watak atau karakter bukan otak. Itu tujuan nasional pendidikan. Padahal, selama ini proses pembelajaran adalah memindahkan otak kiri guru ke otak kiri murid atau pengetahuan guru dipindahkan ke murid. Metode tersebut, saat ini sudah tidak relevan, sebab bila metode tersebut diterapkan akan banyak potensi anak yang bisa tidak berkembang. Sehingga, akan banyak anak yang justru tidak suka dengan mata pelajaran, misalnya tidak suka kimia, tidak suka matematika atau lainnya. “Metode pembelajaran ke depan adalah learning by experience, creating your own knowlegde. Trainer atau pendidik hanya akan mengarahkan anda untuk mengetahui sesuatu. Selebihnya, bagaimana Anda mengembangkan untuk bisa lebih memahami dan menerapkannya,”pungkasnya. Siska Prestiwati W
CARA JITU TINGKATKAN KUALITAS PENDIDIK (2) Oleh: Dahat Agus Hermawan Kepala Seksi Fasilitas Sumber Daya Pendidikan, LPMP Jatim
Diklat Mentor ICT Dalam indikator kinerja kunci (IKK) Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional (saat ini Kementerian Pendidikan & Kebudayaan) 2010-2014, salah satunya adalah guru pendidikan dasar dan menengah harus lulus pelatihan literasi computer (Literasi Information and Communication Technology (ICT) atau Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)).
DIHARAPKAN sampai tahun 2014 sebesar 70% untuk guru pendidikan dasar dan 100% untuk guru pendidikan menengah sudah terliterasi ICT. Dengan demikian program peningkatan kompetensi guru dalam pemanfaatan ICT untuk kegiatan pembelajaran menjadi sangat strategis sebagai upaya percepatan pemerataan mutu pendidikan. Sejalan dengan program pengembangan profesionalisme guru dan peningkatan kesejahteraan secara berkelanjutan, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Timur memandang perlunya program peningkatan kompetensi guru berbasis ICT melalui Training of Trainer (TOT) ICT. Program ini dilaksanakan melalui pemberdayaan Kelompok Kerja Guru (KKG/MGMP) berbasis ICT yang diharapkan mampu mempercepat pemerataan mutu pendidikan di Jawa Timur. Ke depan program ini diharapkan dapat meningkatkan profesionalitas
guru dalam kelompok KKG/MGMP di kabupaten/kota se Jawa Timur. Di samping untuk mendukung pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Penelitian Tindakan Kelas (PTK), kegiatan lesson study dan PAKEM secara berkelanjutan. Dari kegiatan ini diharapkan dapat dihasilkan beberapa guru di setiap kabupaten/ kota yang berperan sebagai fasilitator/mentor untuk mengimbaskan dan memberikan bimbingan teknis tentang implementasi ICT dalam pembelajaran kepada rekan sejawatnya di daerahnya masing-masing. Sebagai titik awal dari pelaksanaan keseluruhan program tersebut diharapkan bagi KKG/MGMP yang dimaksud,
untuk mengirimkan anggotanya untuk dididik menjadi Mentor ICT dalam Training of Trainers ICT tahun 2011 di LPMP Jawa Timur. Secara umum, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tujuan ToT ICT ini adalah untuk mencetak mentor ICT dalam rangka meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru akan pemanfaatan ICT untuk pembelajaran. Setelah mengikuti ToT ini, secara khusus calon mentor diharapkan dapat memahami dan mengaplikasikan kecakapan abad 21 dan pendekatan pembelajarannya, memahami dan mengaplikasikan pemikiran kritis dan kerjasama, memahami konsep literasi ICT, memahami dan terampil menMEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
41
CARA JITU TINGKATKAN KUALITAS PENDIDIK - 2
gaplikasikan Ms. Office (Word, Excel, Power Point), memahami dan mampu mengaplikasikan internet dan email, memahami dan dapat mengaplikasikan program analisis butir soal, serta meningkatnya pemahaman dalam menyusun rencana kerja. Sasaran peserta ToT ini adalah seluruh tenaga pendidik di Propinsi Jawa Timur dari berbagai satuan pendidikan, dengan rincian sebagai berikut Guru SD: 2 orang, Guru SMP: 1 orang, Guru SMA: 1 orang, Guru SMK: 1 orang, serta Pengawas SMK: 1 orang. Metode yang digunakan dalam Pelatihan Getting Started bagi MT (Master Trainer) Sanggar KKG/MGMP tahun 2011 adalah metode ceramah, diskusi, kerja kelompok, dan praktek. Penggunaan metode yang lebih variatif pada dasarnya bergantung pada tujuan pembelajaran setiap mata tatar. Penyaji/Pemateri Pelatihan ToT ICT di LPMP Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 adalah Pejabat LPMP Jawa Timur, Widyaiswara dan Senior Trainer (ST) dari LPMP Jawa Timur. Sedangkan Peserta kegiatan Pelatihan ToT ICT untuk KKG/MGMP adalah 25 (dua puluh) orang dari setiap angkatan sebagai calon Mentor dari seluruh KKG/
MGMP yang berada di wilayah Provinsi Jawa Timur. Materi yang diajarkan yakni materi In-service learning I (50 Jam Pelatihan) meliputi materi umum seperti kebijakan peningkatan kompetensi guru berbasis ICT. Materi pokok meliputi kecakapan abad 21, dasar-dasar komputer dan internet, pemikiran kristis dan kerjasama, dasar–dasar pengolah kata, aplikasi pengolah kata, dasar– dasar multimedia, aplikasi multimedia, dasar–dasar lembar Kerja, aplikasi lembar kerja, pendekatan pembelajaran abad ke-21, penyusunan rencana kerja, presentasi rencana kerja, materi penunjang, email, Aplikasi Windows Explorer dan pre test. Materi On the job learning I (2 bulan di sekolah/sanggar), yakni pelaksanaan pengimbasan pelatihan ICT kepada minimal 6 orang guru di unit kerja atau sanggar, serta penyusunan laporan hasil pengimbasan. Produk yang dihasilkan antara lain seperti hasil kerja peserta, Feed back dari peserta dan laporan hasil pengimbasan. Materi In service learning II (30 Jam Pelajaran), meliputi Workshop Ms. Office (Word, Excel, Power Point), desain
pembelajaran bermuatan ICT, program analisis butir soal dan penyusunan action plan pembelajaran berbasis ICT. Materi On the job learning II (1 bulan di sekolah), membahas tentang pendalaman materi Ms.Office menggunakan panduan bantuan (Help Guide), pelaksanaan pembelajaran yang mengintegrasikan ICT dalam pembelajaran serta ujicoba dan analisis butir soal. Produk yang dihasilkan antara lain silabus dan RPP bermuatan ICT, hasil evaluasi proses pembelajaran yang dilakukan oleh teman sejawat, hasil belajar dari peserta didik dan hasil analisis butir soal dalam bentuk hard copy. Materi In service learning III (20 Jam Pelajaran) membahas tentang presentasi hasil pembelajaran, workshop Ms. Office (Word, Excel, Power Point), presentasi hasil analisis butir soal, penyusunan action plan pengimbasan ICT (lanjutan) dan post test. Hasil yang dicapai yakni laporan akhir seluruh program in service learning dan on the job learning dalam bentuk softcopy, hasil kerja dalam softcopy (tugas wajib dan tugas pilihan), rencana kerja pengimbasan lanjutan dan hasil analisis soal dalam bentuk softcopy.
Sasaran peserta ToT ini adalah seluruh tenaga pendidik di Propinsi Jawa Timur dari berbagai satuan pendidikan, dengan rincian sebagai berikut, 2 orang Guru SD, 1 orang Guru SMP, 1 orang Guru SMA, 1 orang Guru SMK, serta 1 orang Pengawas SMK.
42 42
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
galeriLPMP
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
43
galeriLPMP
44
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
sajianutama C.P.D & PEMERATAAN PENDIDIKAN
Buruknya Pendidikan
Ancaman Terbesar Bagi Sebuah Bangsa Oleh: Silfia Asningtias Staf pengajar Bahasa Inggris IAIN Surabaya, sedang menyelesaikan studi di Universitas Melbourne Program Pascasarjana-TESOL International
”Our nation is at risk. Our once unchallenged preeminence in commerce, industry, science and technology innovation is being overtaken by competitors throughout the world. This report is concerned with the only one of the many causes and dimensions of the problem, but it is the one that undergirds American prosperity, security, and civility. We report to the American people that while we can take justifiable pride in what our school and colleges have historically accomplished and contributed to the United Stated and the wellbeing of its people, the educational foundation of our society are presently being eroded by a rising tide of mediocrity that threatens our very future as a Nation and a people. What was unimaginable a generation ago has begun to occur—others are matching and surpassing our educational attainments.” T.H Bell, Menteri Pendidikan AS
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
45
sajianutama
C.P.D & PEMERATAAN PENDIDIKAN
PADA tanggal 26 Agustus tahun 1981, T.H Bell, Menteri Pendidikan Amerika Serikat membentuk Komisi Nasional untuk Peningkatan Mutu Pendidikan Unggul dan memimpinnya yang kemudian menyajikan laporan tentang kualitas pendidikan di Amerika Serikat kepada masyarakat Amerika Serikat dan kepada dunia pada bulan April tahun 1983. Kutipan di atas merupakan paragraf pertama yang cukup menyentak kesadaran kita bahwa buruknya kualitas pendidikan merupakan salah satu ancaman untuk keberlangsungan berbangsa dan bernegara. Laporan tersebut disampaikan pada tahun 2003, dan saat sekarang semuanya telah berubah. Kualitas pendidikan Amerika Serikat telah begitu meningkat. Semua ini adalah hasil kerjasama antara pemerintah Amerika Serikat dengan masyarakatnya. Pertanyaannya adalah ”Bagaimana mereka melakukannya?”. Beberapa hal telah diterapkan di salah satu negara bagian yakni Massachusetts. Beberapa diantaranya adalah pendanaan yang seimbang, akuntabilitas dari pembelajaran, serta standar yang diterapkan untuk mutu guru, siswa dan sekolah. Dan semua hal tersebut di monitor perkembangannya dengan seksama oleh seluruh elemen masyarakat dan pemerintah daerah. Salah satu ukuran dari peningkatan mutu tersebut adalah tingkat literasi siswa, alat ukur internasional yang digunakan adalah TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) dan IRLS (International Reading Literacy Study) yang merupakan alat perbandingan internasional. Melihat ilustrasi di atas, sudah sepatutnya kita melirik diri kita sendiri. Bagaimana sikap kita terhadap kondisi pendidikan Indonesia. Apakah kita merasa baik-baik saja, atau sama seperti Amerika 30 tahun yang lalu? Bahwa pendidikan adalah sebuah investasi masa depan, sehingga apabila mutu pendidikan tidak kita tingkatkan, maka kelangsungan berbangsa dan bernegara kita sedang dalam ancaman besar. Marilah kita lihat kondisi selayang pandang pendidikan negara kita tercinta ini dari sudut pandang yang sama, yakni tingkat literasi siswa. Menurut hasil TIMSS, Indonesia menempati urutan 36 di Matematika dan 35 dalam bidang Science dari 49 negara yang disurvey. Sedangkan hasil yang dikeluarkan oleh PISA menyebutkan bahwa dari 57 negara yang disurvey
46
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
untuk Science, Indonesia menempati urutan ke 52, 48 dari 56 negara untuk membaca dan urutan ke 51 dari keseluruhan 57 negara. Mereka yang disurvey adalah siswa-siswa usia 15 tahun atau kelas IX sekolah menengah pertama. Sedangkan menurut catatan Human Development Index (HDI) seperti dikutip oleh Dharma (2009) menyebutkan bahwa rangking kita terus merosot dari level 104 (1995), ke 109 (2000), 110 (2002) dan 112 (2003). Menurut catatan pula, tingkat literasi kita apabila dibandingkan dengan Negara-negara di Asia juga terpaut sangat jauh. Melihat data-data di atas, sudah seharusnyalah menjadi ‘wake up call’ bagi kita semua sebagai pendidik. Bahwa ada banyak hal yang mesti kita benahi. Apabila kita tidak ingin ini menjadi ancaman di masa depan, maka sudah seharusnya kita mulai menyadari bahwa sistem pendidikan kita harus segera dibenahi yang kemudian kita harapkan akan meningkatkan kualitas. Pertanyaannya sekarang, harus dimulai dari mana? Apakah dengan mengubah anggaran negara untuk pendidikan menjadi 20% atau lebih adalah jawabannya? Iya, pasti. Akan tetapi ada yang lebih penting lagi yang harusnya menjadi prioritas utama, yakni peningkatan mutu Guru. Semua perubahan yang akan dilakukan di dalam dunia pendidikan kita hendaklah dimulai dari peningkatan kualitas guru. Seperti yang dikatakan oleh Fulan (dalam Dharma, 2009) bahwa kelas dan sekolah, baru bisa efektif apabila yang pertama kita lakukan adalah merekrut orang-orang terbaik menjadi guru, dan yang kedua adalah pengkondisian lingkungan kerja guru menjadi efektif dan kondusif untuk mendorong kinerja guru serta memberikan reward atas pencapain yang diraih. Modal utama dari keberhasilan pendidikan kita adalah kualitas guru yang baik serta sarana pendukung yang membuat kemampuan guru ini tetap terasah. INDIVIDUAL
ONE-TO-ONE
Berikut adalah penyajian tentang dasar pendidikan guru serta upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan mutu guru berdasarkan analisa Richards (2005) dalam bukunya ‘Professional Development for Language Teachers’. Meskipun titik beratnya pada guru bahasa, namun penjelasannya bisa diterapkan untuk semua guru.
DASAR PENDIDIKAN GURU Selepas pendidikan selama 4 tahun di bangku kuliah, guru mulai memasuki institusi formal untuk menjalankan tugasnya, yaitu menerapkan ilmu yang sudah dipelajari selama di bangku sekolah. Namun, proses belajar tidak berhenti sampai di sana. Dunia pendidikan sangatlah dinamis dan setiap komponen pendidikan harus bisa menyesuaikan dengan perubahanperubahan tersebut. Richards (2005) mengidentifikasikan 2 hal dalam konteks pendidikan guru, yaitu ‘pelatihan’ dan ‘pengembangan profesi’. Perbedaan mendasar dari kedua istilah tersebut adalah pada tujuan pelaksanaan kegiatan. Kegiatan pelatihan lebih fokus terhadap aktifitas guru untuk lebih terampil mengajar di kelas misalnya: bagaimana guru bisa menerapkan strategi pembelajaran berpusat pada siswa atau meningkatkan kemampuan guru untuk menggunakan media pembelajaran. Sedangkan pengembangan profesi merupakan aktifitas yang berdampak jangka panjang. Kegiatan ini bisa terkait dengan refleksi mengajar (reflective journal) yang kemudian dijadikan acuan untuk pengembangan kualitas pengajaran atau explorasi teoriteori pengajaran terbaru. Jack C. Richards (2005, p.14) membuat tabel ilustrasi tentang aktivitas pengembangan guru sebagai berikut : Inisiatif untuk melakukan kegiatankegiatan yang terkait dengan peningkatan mutu bisa berasal dari guru sendiri, tanpa harus menunggu institusi yang memfasilitasi. GROUP-BASED
INSTITUTIONAL
Self-monitoring
Peer coaching
Case studies
Workshop
Journal writing
Peer observation
Action research
Action research
Critical incidents
Critical friendship
Journal writing
Teacher support group
Teaching portfolios
Action research
Teacher support group
Action research
Critical incidents Team teaching
C.P.D & PEMERATAAN PENDIDIKAN
PENINGKATAN MUTU GURU Sekarang, pertanyaannya adalah bagaimana menciptakan guru super? Ketika mengganti guru adalah sebuah kemustahilan. Tugas ini bukanlah tanggung jawab pemerintah semata atau institusi dimana guru mengajar. Yang paling penting adalah kemauan dan kemampuan guru secara pribadi untuk mau meningkatkan mutu dirinya. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:
Membaca Kegiatan ini tidak hanya diartikan sebagai memperbanyak pengetahuan melalui kegiatan membaca buku-buku literatur, namun yang lebih penting lagi ‘membaca’ perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan. Guru harus bisa ‘membaca’ fenomena ini sebagai sesuatu yang sangat wajar. Karena perubahan itu sendiri adalah sesuatu yang abadi. Ketidakmampuan guru untuk bisa menyesuaikan dan meng-update diri mereka terhadap perubahan-perubahan dalam dunia pendidikan akan mengakibatkan bencana terbesar pendidikan kita. Membaca, seperti perintah ALLAH SWT yang
paling utama yaitu ‘IQRA’, sangatlah esensi. Bahkan Dharma (2009) menyampaikan dalam tulisannya, bahwa tidak ada tawar menawar tentang ini. MEMBACA ATAU MATI!
Peningkatan mutu guru dalam bidang teknologi Sering kita mendengar komentarkomentar guru yang terkait dengan teknologi. Misalnya saja ‘saya tidak tahu apa-apa tentang teknologi’ atau ‘siswasiswa saya tahu lebih banyak tentang perkembangan teknologi daripada saya’ atau ‘saya suka menggunakan komputer tapi menyiapkan materi pelajaran sangatlah menyita waktu’ (Dudeney,2007, p.9). Ingatlah, guru adalah pelopor. Apabila kita menginginkan revolusi pendidikan, maka gurulah yang harus menjadi ujung tombak. Pemanfaatan teknologi didalam pembelajaran tidak hanya terbatas pada penggunaan internet. Ms. Word bisa kita gunakan untuk melakukan evaluasi terhadap tulisan siswa. Program Powerpoint akan sangat membantu efektivitas pembelajaran. Mengintegralkan internet untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bisa lakukan
sajianutama
dengan mengunduh materi ’authentic’ dari portal-portal pembelajaran. Menyiapkan materi pembelajaran dari nol, sangatlah menyita waktu. Dengan kita memiliki materi yang siap pakai dan bisa kita unduh langsung dari internet, kita akan memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan evaluasi pembelajaran yang telah kita lakukan.
Self-monitoring dengan reflective journal Tahap selanjutnya untuk mengembangkan kualitas guru adalah menulis jurnal reflektif. Hal ini sangatlah penting untuk melihat apa yang harus diperbaiki dan apa yang perlu untuk ditingkatkan. Kita bisa berkolaborasi dengan teman sejawat untuk melaksanakan monitoring yang kemudian bisa kita tuangkan sebagai salah satu sumber di jurnal reflektif. Richard & Ho (dalam Richards 2005) menyebutkan bahwa dengan menulis jurnal guru memiliki kesempatan untuk melihat kembali pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam survey yang mereka lakukan terhadap 32 guru yang menulis jurnal pengajaran, sebanyak 71% mengungkapkan bahwa menulis jurnal sangat
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
47
sajianutama
C.P.D & PEMERATAAN PENDIDIKAN
bermanfaat bagi mereka, 25% menyampaikan cukup bermanfaat dan hanya 4 % yang tidak mendapatkan manfaat tersebut.
Portfolio mengajar Istilah portofolio menjadi sangat populer ketika salah satu komponen sertifikasi adalah portofolio mengajar. Guru berbondong-bondong untuk mengumpulkan hasil karya siswa, mengiventarisasi media pembelajaran dan membuat silabus pembelajaran. Semoga antusiasme ini bukanlah sesaat oleh karena alasan sertifikasi saja. Beberapa keuntungan yang jelas akan kita dapat ketika menyusun portofolio, yang pertama adalah menghemat waktu untuk menyusun pembelajaran untuk tahun–tahun berikutnya. Kedua, portofolio guru bisa dijadikan alat untuk refleksi secara pribadi maupun kelembagaan. Portofolio merupakan salah satu alat bukti bahwa guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan koridor yang telah ditentukan. Ini bisa merefleksikan pola pikir guru, kreatifitas dan efektivitas pembelajaran.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS Hasil dari kedua tahap di atas, jurnal reflektif dan portofolio, bisa digunakan sebagai rujukan untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas. Kegiatan ini bersifat individu, karena tujuan dari pelaksanaannya adalah menemukan jawaban dari permasalahan yang terjadi selama proses pembelajaran. Namun, karena tahapan-tahapan mulai dari pengamatan, analisa, tindakan dan evaluasi yang cukup menyita waktu, maka kolaborasi sangatlah dianjurkan. Team teaching merupakan salah satu cara kolaborasi yang bisa ditempuh untuk mengoptimalkan hasil dari penelitian tindakan kelas. Mudah, namun cukup sulit untuk dilaksanakan. Meskipun penelitian tindakan kelas ini bisa menjadi alat yang sangat efektif untuk menjawab permasalahan yang terjadi di dalam kelas, namun tidak banyak guru yang menggunakan
teknik ini. Beberapa hal di lapangan yang mungkin menjadi alasan adalah waktu serta kemampuan guru untuk menuangkan ’inquiry’ dan ’hyphothesis’ mereka dalam bentuk tulisan. Dan inilah salah satu tugas institusi pendidikan untuk bisa memfasilitasi dalam mengembangkan keahlian ini.
Pelatihan Untuk pengembangan mutu guru, pelaksanaan pelatihan merupakan hal yang tidak terhindarkan. Kegiatan ini bisa dilaksanakan oleh institusi pendidikan dimana guru mengajar atau pihak luar misalnya universitas atau dinas pendidikan. Namun, tidak menutup kemungkinan pelatihan ini diselenggarakan oleh lembaga pendidikan lain dimana guru bisa berpartisipasi aktif untuk mencari informasi tentang kebutuhan mereka sendiri. Pelatihan merupakan ajang yang sangat efektif untuk meluaskan jaringan serta membangun antusiasme yang bisa dibawa di kelas ketika kembali mengajar. Namun, lepas dari itu semua, jangan sampai mengikuti pelatihan hanya karena alasan seritifikatnya saja, Naudzubillah!.
Intisari Sudah saatnya kita melihat permasalahan pendidikan kita lebih serius. Data-data yang tersaji di atas haruslah menjadi ’wake up call’ kita untuk mulai secara sungguh-sungguh berbenah. Negara ’super power’ Amerika Serikat membutuhkan waktu yang cukup lama, sampai 20 tahun untuk akhirnya memetik hasil dari ketanggapannya terhadap permasalahan pendidikan mereka. Cara yang ditempuh tidak hanya dengan meningkatkan anggaran pendidikan dan melengkapi fasilitas, namun lebih berkonsentrasi untuk membenahi kualitas guru. Hal ini juga membutuhkan keseriusan dari pemerintah serta institusi terkait untuk bisa memfasilitasi dan memotivasi guru untuk bisa mempersembahkan yang terbaik.
A nation at Risk. http://.www2.ed.gov/pubs/Nat at risk/risk.html Dharma, Satria. 2009. Apapun Kurikulumnya, Mutu Guru Kuncinya. Cited from www. satriadharma.wordpress.com Dharma, Satria. 2009. Laptop untuk Guru: Revolusi Pendidikan Melalui Teknologi Informasi. Cited from www. satriadharma.wordpress.com Dharma, Satria. 2009. Membaca atau Mati!. Cited from www. satriadharma.wordpress.com Dudeney, Gavin dan Hockly Nicky. 2007. How to Teach English with Technology. Malaysia: Pearson Education Limited Richards, C.Jack dan Farrel, S.C Thomas. 2005. Professional Development for Language Teachers. New York: Cambridge University Press Sapaat, Asep. Literasi Membaca. Jurnal Bogor edisi 13 Mei 2009. Cited from www.lpi-dd.net/index.php?module=detailartikel&id=12 Yusuf, Suhendar. Perbandingan Gender dalam Prestasi Literasi Indonesia. Internet download
48
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
C.P.D & PEMERATAAN PENDIDIKAN
sajianutama
Penataan Guru Wajib Hukumnya di Tahun 2012 Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional (sekarang menteri pendidikan & kebudayaan), Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan dan Menteri Agama Nomor: 05/X/PB/2011, SPB/03/M.PAN-RB/10/2011, 48 tahun 2011, 158/PMK.01/2011, 11 tahun 2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil merupakan implementasi dari amanat Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru, khususnya yang berkaitan dengan tugas guru dan pengawas dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil. MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
49
sajianutama
C.P.D & PEMERATAAN PENDIDIKAN
PENATAAN dan pemerataan guru secara sistematis telah diatur dalam Peraturan bersama tersebut sehingga perlu pemahaman yang sama antara berbagai pihak yang berkepentingan agar dapat direalisasikan dengan baik. Khususnya bagi Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan yang dimiliki yaitu membuat perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang dan antarjenis pendidikan yang menjadi tanggung jawab masing-masing, maka harus melakukan penataan guru di daerahnya. Kepada Bupati/Walikota agar segera membuat usulan perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang dan antarjenis pendidikan di wilayahnya dan menyampaikannya kepada Gubernur paling lambat bulan Februari tahun berjalan. Paling lambat bulan Maret tahun berjalan Gubernur mengusulkan perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang dan antarjenis pendidikan di wilayahnya kepada Menteri Pendidikan Nasional (sekarang menteri pendidikan & kebudayaan) melalui Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan Menteri Agama sesuai dengan kewenangannya. Disamping itu Bupati/Walikota harus membuat laporan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang
dan antarjenis pendidikan di wilayahnya dan menyampaikannya kepada Gubernur paling lambat bulan April tahun berjalan. Selanjutnya Gubernur melaporkan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Menteri Pendidikan Nasional (sekarang menteri pendidikan & kebudayaan) melalui Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan Menteri Agama sesuai dengan kewenangannya masing-masing paling lambat bulan Mei tahun berjalan dan diteruskan ke Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan Menteri Keuangan. Peraturan Bersama 5 (lima) Menteri tersebut juga memberikan sanksi tegas pada pasal 9 bagi daerah yang tidak melaksanakannya, yaitu: (1) Menteri Pendidikan Nasional (sekarang menteri pendidikan & kebudayaan) menghentikan sebagian atau seluruh bantuan finansial fungsi pendidikan dan memberikan rekomendasi kepada Kementerian terkait sesuai dengan kewenangannya untuk menjatuhkan sanksi kepada Bupati/ Walikota atau Gubernur yang tidak melakukan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang atau antarjenis pendidikan di daerahnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.
(2) Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi atas dasar rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menunda pemberian formasi guru PNS kepada Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Menteri Keuangan atas dasar rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melakukan penundaan penyaluran dana perimbangan kepada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Menteri Dalam Negeri atas dasar rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan penilaian kinerja kurang baik dalam penyelenggaraan urusan penataan dan pemerataan guru PNS sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Mengingat tahun 2012 sudah tidak mungkin ditunda lagi, maka kepada semua pihak terkait khususnya Gubernur, Bupati dan Walikota agar betul-betul melaksanakan Peraturan Bersama ini, sehingga Daerah tidak dirugikan dari sanksi di atas, tetapi justru diharapkan menghasilkan suatu kebijakan yang bermanfaat bagi ‘GURU SEBAGAI PAHLAWAN PENDIDIKAN’ di daerah masing-masing.Wahyu Nugroho
Bupati/Walikota harus membuat laporan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang dan antarjenis pendidikan di wilayahnya dan menyampaikannya kepada Gubernur paling lambat bulan April tahun berjalan.
50
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
KARAKTER BANGSA
sajianutama
Indonesia Kurang Pendidikan Soft Skill MODEL pendidikan di Indonesia masih menggunakan sistem surface learning atau belajar permukaannya saja. Sehingga, para peserta didik hanya diajarkan untuk menghafal materi pelajaran saja tanpa mengetahui intisari pembelajaran tersebut untuk kehidupan nyata. Hal itu diungkapkan oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya, Prof Dr Zainuddin Maliki Msi usai melakukan kunjungan ke The Australian Science and Mathematics School (ASMS) yang berlokasi di Adelaide, South Australia. “Kalau di Indonesia hanya menitikberatkan pendidikan pada hard skill saja sedang untuk pendidikam soft skill-nya belum tersentuh. Padahal, di ASMS sudah diterapkan sistem pendidikan authentic learning yang menggabungkan pendidikan hard skill dan soft skill,” kata Prof Zainuddin. Prof Zainuddin menjelaskan pendidikan hard skill lebih menitik beratkan pada materi pelajarannya saja. Dimana, peserta didik hanya diberikan materi pelajaran dan dituntut untuk bisa menghafal materi tersebut.
Sehingga mereka bisa mengerjakan pertanyaan-pertanyaan seputar materi tersebut. Sedang pendidikan soft skill merupakan pendidikan yang lebih mengarah pada sikap mental. Dimana, peserta didik dilatih untuk jujur, membangun semangat, menghargai perbedaan berpendapat, budi pekerti serta materi yang membangun sikap mental lainnya. “Pendidikan kita masih dibebani dengan materi hard skill saja. Bila dilihat dari segi kreativitas, bangsa kita tertinggal jauh, bahkan dibandingkan dengan Malaysia, kita kalah,”ungkapnya. Sistem pendidikan rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI) sambung Prof Zainuddin hanya mengejar bagaimana siswa bisa mengerjakan soal-soal berstandar Cambridge. Peserta didik dituntut untuk mendapatkan nilai bagus diatas kertas. Yang terjadi memang banyak orang pinter namun bagaimana dengan sikap atau perilakunya? “Apakah Indonesia ingin mencetak orang pintar tapi jorok, pintar tapi
malas dan suka menunda pekerjaan. Pinter tapi tidak disiplin? Apakah itu tujuan pendidikan di Indonesia? Hal itu akan terjadi bila sistem pendidikan hanya menekankan pada pendidikan hard skill tapi soft skill-nya tidak digarap dengan serius,” jelasnya. Prof Zainuddin menceritakan selama dirinya berada di ASMS, dirinya melihat bagaiman seorang guru matematika mengajarkan materi matematika sekaligus mengajarkan dan mendorong kreativitas siswa. Membangun semangat para siswa serta membangun kerjasama antar siswa dengan baik dalam waktu yang bersamaan. “Apakah bisa? Pasti itu yang terlontar. Jawabnya bisa, sebab guru matematika di ASMS tidak hanya mengajarkan matematika dengan menyuruh siswa menghafalkan rumus dan memberikan soal-soal. Tetapi, mereka mengajarkan matematika yang langsung bisa diterapkan dengan kehidupan nyata,” urainya. Sistem pembelajarannya, sambung Prof Zainuddin dengan membentuk
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
51
sajianutama
KARAKTER BANGSA
Sistem pendidikan authentic learning, menggabungkan pendidikan hard skill dan soft skill
kelompok. Dimana, perkelompok tersebut diberi tugas untuk memecahkan sebuah kasus atau permasalahan yang aktual. Mereka dituntut untuk mengumpulkan data, menganalisa bersama dan diminta untuk membuat makalah. Dimana, setiap kelompok tersebut harus mempresentasikan hasil analisa masalah tersebut di depan kelas dan kelompok lain pun bisa menanyakan beberapa pertanyaan yang mungkin masih ada. “Kasus nyata yang bisa dipecahkan dengan rumus matematika tersebut misalnya kecepatan sebuah kendaraan, soal bisnis, soal transportasi, soal fisik bangunan dan lain-lain. Itulah bedanya pendidikan yang memadukan hard dan soft skill. Sedang di Indonesia, guru matematika hanya mengajarkan rumus sehingga anak didik tidak
mengetahui apa gunanya matematika. Akibatnya di Indonesia, banyak siswa yang tidak suka pelajaran eksak misalnya matematika dan fisika,” tutur Prof Zainudin. Dengan sistem pembelajaran tersebut, sambung Prof Zainuddin, anak-anak akan dituntut untuk kreatif dan semangat, sebab mereka harus mengumpulkan data. Setelah data terkumpul, bersama kelompok mereka akan saling diskusi, tentunya selama mengerjakan tugas kelompok kebersamaan atau kerja tim akan terbentuk dengan sendirinya. Begitu pula dengan sikap menghargai perbedaan pendapat, tentunya selama berdiskusi dengan teman mereka akan menemukan perbedaan-perbedaan pandangan dan pendapat. Sehingga dengan seringnya berdiskusi dalam menye-
lesaikan tugas selain bisa memahami materi pelajaran yang sedang mereka pelajari, secara tidak disadari pelajaran karakter pun telah mereka pelajari dan mereka terapkan sejak dini. “Kalau Indonesia ingin menjadi bangsa yang besar. Harus membangun sumber daya manusia (SDM)nya secara holistik. Yaitu memiliki kecerdasan dan memiliki karakter yang kuat,” ujarnya. Besarnya SDM justru menimbulkan satu persoalan, mengapa SDM yang begitu banyak jumlahnya tidak terkorelasi untuk menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat, kuat dan dihargai oleh negara-negara lainnya. “Kalau kita lihat Batam dan Singapura, akan terlihat perbedaan. Pelabuhan di Batam kumuh kotor dan jorok. Begitu kita tiba di pelabuhan Singapu-
Sucipto Hadi, Msi, | Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
Pendidik Harus Punya 3U If you don’t learn you will no change, if you don’t change you will die. (Jika tak mau belajar, kamu tak akan berubah. Jika kamu tak mau berubah, kamu akan terlindas). WAJIB ada 3U untuk mengukur kualitas pendidik. Diantaranya Ulah Pikir, Ulah Roso, Ulah Raga. 3U ini harus bisa berjalan seiring karena pola pikir atau kecerdasaan emosi (emotional quotient) dan kebugaran fisik (kesehatan) merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Anak-anak saat ini dikategorikan Sucipto sebagai anak-anak Generasi C,
52
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
yakni cyber (ketergantungan teknologi). “Sangat beda anak-anak sekarang dengan dulu. Kemajuan zaman ini kalau tidak dibarengi dengan nilai-nilai luhur, akan membahayakan generesi anak-anak kita sendiri,” jelasnya. Falsafah 3U milik Ronggo Warsito itu, kata Sucipto, kental dengan pendidikan karakter bangsa. Pendidikan karakter saat ini menjadi salah satu yang penting mengingat globalisasi tanpa penyaring akan membuat bangsa kehilangan karakter dan jati dirinya. “Jadi sebelum ada globalisasi, dulu para sepuh di negeri ini sudah banyak mengajarkan
ilmu yang bermanfaat, bahkan hingga saat ini masih relevan untuk diterapkan. Tanpa karakter, kita sebagai bangsa tidak memiliki jati diri,” tegas Sucipto.
KARAKTER BANGSA
ra yang hanya ditempuh dalam waktu kurang lebih 20 menit. Akan terlihat perbedaan yang menjolok. Pelabuhan Singapura bersih, indah, nyaman dan enak dilihat,” katanya. Disinilah, sambung Prof Zainuddin letak permasalahan yang menjadikan Bangsa Indonesia tidak lagi menjadi bangsa yang besar dan bermartabat. Di Indonesia, masalah kebersihan menjadi permasalahan yang sangat serius. Hampir semua kota-kota besar di Indonesia mengalami masalah dengan sikap mental penduduknya yang tidak bisa menjaga kebersihan. “Itu salah satu contoh kecil. Masih banyak lagi contoh kurangnya pendidikan soft skill, yaitu sikap mental yang saat ini sedang hangat. Yaitu kasus Gayus Tambunan, yang pinter tetapi mentalnya kurang baik sehingga melakukan korupsi. Apakah generasi seperti itu yang ingin dicetak? Yaitu generasi yang pintar secara akademik namun karak-
sajianutama laporanutama
KARAKTER BANGSA terus belajar dan meningkatkan pengetahuannya,”pungkasnya. Sementara itu, Organizing Comitte Seminar National on Soft Skill and Character Building Universitas Muhammadiyah Surabaya, Ahmad Idris Adh mengatakan banyak siswa pintar di Indonesia. Hal ini terihat dari tingkat kelulusan setiap tahun yang hampir mencapai 93 persen. “Angka itu menunjukkan bahwa pendidikan hard skill sudah tercapai. Namun, pertanyaannya bagaimana dengan pendidikan soft skill-nya. Hal itu bisa dilihat dari sikap anak didik seharihari, apakah mereka sudah jujur dalam mengerjakan tugas, apakah mereka sudah disiplin, apakah mereka sudah menjaga kebersihan dan lingkungan serta perilaku lainnya,” terang Idris yang menjabat sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surabaya. Siska
ternya sangat buruk?,” tuturnya. Untuk mengurangi dan mengantisipasi sikap mental generasi yang tidak mencerminkan karakter Bangsa Indonesia, Prof Zainuddin menerangkan jawabannya adalah melalui pendidikan soft skill. Pendidikan soft skill harus diberikan sejak dini dan dimasukkan dalam sistem pembelajaran. Dimana, setiap guru bisa memasukkan materi-materi soft skill dalam setiap materi dan proses belajar mengajar baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. “Yang perlu diingat, dengan mengedepankan pendidikan soft skill, secara otomatis pendidikan hard skill pun akan tercapai. Karena, bila anak didik sudah memiliki karakter yang kuat, yang tidak mudah menyerah, tidak suka menunda pekerjaan, disiplin tentu mereka akan menjadi generasi yang cerdas. Tanpa diperintah untuk belajar, dengan kesadaran mereka akan termotivasi untuk
Prestiwati Wibisono
Di ASMS, seorang guru matematika mengajarkan materi matematika sekaligus mendorong kreativitas siswa, membangun semangat dan kerjasama antar-siswa dengan baik dalam waktu yang bersamaan.
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
53
sajianutama
SISTER SCHOOL
HAPUS SISTEM
RANGKING Hargai Setiap Kelebihan Anak
54
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
Sebuah bola menjadi rebutan beberapa siswa bercelana panjang, sesekali salah satu anak laki-laki itu terjatuh karena mengejar bola. Melihat temannya terjatuh, beberapa anak laki-laki langsung berlomba untuk meraih bola yang tidak berhasil dikawal oleh sang kawan. Suara teriakan disusul teriakan pun mewarnai halaman Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya. Itulah salah satu suasana jam istirahat di sekolah yang terletak di Jalan Pucang Anom Surabaya ini.
SISTER SCHOOL
KECERIAAN tidak hanya terpancar di wajah siswa laki-laki, wajah para siswi pun tampak berseri. Tidak jarang suara tawa para siswi terdengar dari ruangruang kelas yang semua siswanya sedang menikmati jam istirahat. “Kami berusaha untuk menciptakan sekolah yang menyenangkan bagi siswa. Kami ingin menghapus kesan kalau sekolah itu penjara ataupun tempat yang menyeramkan dan menegangkan,” tutur Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya, M Shodiqin Fanani S.Ag Shodiqin menerangkan dengan menjadikan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan, maka secara tidak langsung akan membuat anak semangat untuk berangkat ke sekolah. Berbekal perasaan senang dan betah berada di sekolah, maka anak pun akan semakin mudah untuk menerima pelajaran yang akan diberikan oleh para guru. “Kami berupaya untuk menjadikan guru itu tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga bisa menjadi orang tua, kakak bahkan teman bagi anak-anak. Diharapkan dengan itu, anak-anak tidak merasa berat atau takut saat proses belajar mengajar,” paparnya. Masih menurut Shodiqin, tidak hanya menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak. Pihaknya juga sudah menghapus sistem rangking. Bahkan, penilaian pun tidak menggunakan sistem kognitif yaitu memberikan nilai mulai dari nilai enam hingga sepuluh. Namun, menggunakan sistem penilaian afeksi yaitu memberikan huruf A untuk penilaian sangat baik,
huruf B untuk penilaian baik dan huruf C untuk penilaian kurang. “Kami sengaja mengadopsi penghapusan sistem rangking dari sistem pendidikan di Australia, karena kami sependapat bahwa anak itu tidak perlu dibandingkan dengan orang lain. Tetapi dibandingkan dengan anak itu sendiri pada masa lalunya. Misalnya, membandingkan perkembangan siswa pada semester pertama dengan perkembangan pada semester kedua,” jelasnya. Dengan membandingkan perkembangan anak, ungkapnya, akan diketahui dimana letak kekurangan sang anak. Sehingga pada semester kedepan, perkembangan yang kurang tersebut bisa mendapatkan perhatian yang lebih. Hal ini dilakukan karena setiap anak tidak sama, mereka memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing. Dimana, setiap kelebihan anak merupakan potensi yang bisa terus digali dan dikembangkan. Tidak hanya menghapus sistem rangking, SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya juga selalu menghargai setiap kelebihan atau prestasi masingmasing siswa. Penilaian prestasi siswa bukan hanya berdasarkan prestasi di bidang akademiknya, namun bidangbidang lainnya pun mendapatkan perhatian yang sama. Misalnya, bidang kesenian, bidang keagamaan maupun bidang musik. Shodiqin mengakui bahwa perubahan-perubahan yang coba dia terapkan di SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya merupakan hasil adopsi dari sistem pembelajaran yang sudah dite-
sajianutama
rapkan di Linfield East Public School, Sydney Australia. Selama berada di sekolah negeri di Australia tersebut, Shodiqin sangat terkesan dengan sistem pendidikan di Negeri Kangguru tersebut. “Disana, target pendidikannya sangat sederhana yaitu ‘menciptakan anak dengan karakter yang bagus dan membentuk kepribadian anak’. Disana tidak ada anak yang tidak naik kelas, disana juga tidak ada rangking,” ungkapnya. Mengapa tidak ada anak yang tinggal kelas? Shodiqin menjelaskan karena di Australia target pendidikan mulai dari taman kanak-kanak (TK) hingga sekolah menengah atas (SMA) adalah menanamkan karakter kepada anak bukan mengejar nilai-nilai yang tertulis diatas kertas. Mulai dari TK hingga SMA, terus ditekankan untuk melatih kejujuran, menghormati orang lain, mandiri, meningkatkan rasa keingintahuan siswa serta karakterkarakter lainnya. “Di Australia yang dinilai bukan hasil belajar para siswa tetapi cara belajar siswalah yang dinilai,” ujarnya. Misalnya, Shodiqin mencontohkan dalam mata pelajaran bahasa. Yang dinilai bukanlah bagaimana anak itu bisa menghafalkan bagaimana tata bahasa Inggris dengan benar. Tetapi bagaimana sikap siswa selama proses belajar mengajar. Apakah dia memperhatikan guru saat menerangkan,
“Kami berusaha untuk menciptakan sekolah yang menyenangkan bagi siswa. Kami ingin menghapus kesan kalau sekolah itu penjara ataupun tempat yang menyeramkan dan menegangkan,” tutur M Shodiqin Fanani S.Ag Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
55
sajianutama
SISTER SCHOOL
Sistem pendidikan di Australia lebih menekankan pada pembangunan karakter siswanya seiring dengan kebiasaan serta hukum yang berlaku di masyarakat.
apakah dia mendengarkan temannya saat bertanya atau sedang mengungkapkan pendapatnya atau bagaimana sikap anak selama berada dikelas apakah dia anak yang aktif bertanya atau pasif. Di Australia, siswa selalu diberi waktu, diberi kesempatan bahkan diciptakan sistem pembelajaran yang membuat siswa itu aktif untuk bertanya. Meskipun diciptakan suasana untuk aktif bertanya, sambung Shodiqin, mereka tidak berebut dan membuat gaduh kelas. Siswa di Australia saat bertanya pun juga tertib, mereka hanya diam dan mengacungkan tangan. Mereka tidak akan berbicara atau mengeluarkan kata-kata sebelum mereka ditunjuk. “Sebab, di Australia itu pelanggaran terberat adalah ngomong atau berbicara saat guru atau temannya berbicara. Mereka akan mendapatkan hukuman, salah satunya adalah bersih-bersih,” terangnya. SISTEM PENDIDIKAN TERINTEGRASI DENGAN PERATURAN DI MASYARAKAT Sistem pendidikan di Australia lebih menekankan pada pembangunan karakter siswanya seiring dengan kebiasaan serta hukum yang berlaku di masyarakat. Sehingga, para siswa benar-benar akan terbiasa dengan pendidikan karakter yang diberikan di sekolah. “Sistem yang berlaku di sekolah juga sama seperti sistem di jalan raya, kantor maupun di lingkungan masyarakat pada umumnya,” aku Shodiqin. Shodiqin menjelaskan di sekolah para siswa diajarkan untuk jujur, disiplin, menghargai orang lain, tertib dan pendidikan karakter lainnya. Secara keseluruhan ketertiban, kebersihan, kedisiplinan, menghargai orang lain sudah berlaku dimana-mana, tidak hanya dilingkungan sekolah namun diseluruh wilayah di Australia. “Aus-
56
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
tralia memang negara sekuler, namun azas kemanusiaan sangat dihormati dan ditegakkan,” tegasnya. Shodiqin menceritakan selama berada satu bulan di Australia, dia mendapatkan banyak pengalaman yang sangat mengesankan. Orang Australia sangat murah tangan dan selalu siap membantu, pada suatu hari saat dirinya akan bepergian dan menuju ke stasiun kereta api. Dirinya tersesat dan tidak tahu kemana arah menuju ke stasiun. Dia melihat seorang pria tua sedang menyapu halaman rumahnya dan menanyakan kemana arah stasiun. “Saat saya tanya, pria itu langsung menghentikan pekerjaannya. Dia meminta saya untuk mengikutinya, selama berjalan menuju ke stasiun, pria itu menanyakan kemana tujuan saya, apakah saya sudah memiliki tiket dan mengetahui jam berapa kereta akan berangkat,” kenangnya. Tidak hanya bantuan pria tua itu saja, sambung Shodiqin, dia juga menerima bantuan dari warga Australia saat dirinya berada di kantor imigrasi. Karena kemampuan bahasa Inggrisnya kurang bagus, Shodiqin mengaku mengalami kesulitan saat harus mengisi beberapa lembar dokumen di kantor Imigrasi. Melihat dirinya kebingungan, datang seorang pria yang bisa berbahasa Indonesia membantu dirinya mengisi dokumen imigrasi tersebut. “Saya juga tidak bisa lupa, saat saya berada di bandara dan mencoba mengambil troli. Saya berusaha untuk mencabut deretan troli tapi tidak bisa. Melihat beberapa kali saya mencoba menarik troli, datang seorang pria sambil berkata no..no..you must pay two dollar. Melihat saya bengong, pria bule itu mengambil koin dua dollar dan memasukkan ke box dan sebuah troli terlepas. Pria itu memberikan troli ke saya,” tutur Shodiqin. Selain sikap ramah dan menghar-
gai, Shodiqin menambahkan perilaku hidup bersih pun sudah dilakukan oleh masyarakat Australia. Selama berada di Australia, Shodiqin mengaku kagum dengan kesadaran masyakarat akan menjaga kebersihan. Kemanapun dia pergi, tidak pernah ditemukannya sebuah sampah tergeletak di jalanan. Semua sudut kota terlihat bersih, begitu pula dengan laut serta sungai yang ada, semuanya bersih dan bebas sampah. Sehingga, tercipta kota yang nyaman, bersih dan sehat. TERAPKAN SISTEM TEMATIK Selain menargetkan untuk membentuk pribadi yang berkarater, Shodiqin menambahkan jumlah mata pelajaran yang diberikan pun sangat sedikit, hanya lima mata pelajaran yaitu Matematika, IPA, Bahasa, Kesenian dan Olah Raga. Sementara pendidikan di Indonesia bisa mencapai 13 mata pelajaran. “Mereka menerapkan sistem tematik dalam mengajar,” ungkapnya. Shodiqin memberikan contoh misalnya untuk mata pelajaran Bahasa Inggris, maka guru akan mengambil tema banana atau pisang. Pada proses belajar mengajar, anak akan diajak untuk membuat pisang goreng dengan membawa berbagai kebutuhan yang diperlukan kecuali kompor, minyak goreng dan penggorengan. Selain mengenal pisang, selama proses belajar mengajar anak juga bisa mengenal proses memasak, alat-alat yang digunakan untuk memasak, bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat pisang goreng. “Dengan suasana belajar yang menyenangkan, anak-anakpun bisa mendapatkan banyak informasi lain, tidak hanya sebuah pisang. Dengan mempraktekkan anak akan mudah menghafal karena mereka memiliki pengalaman yang menyenangkan,” pungkasnya.Siska Prestiwat Wibisono
Kunci Sukses “Sang Guru sungguh bijaksana, dia tidak melarangmu memasuki istana kearifannya, tetapi justru membimbingmu ke ambang pikiranmu sendiri” Kahlil Gibran
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
57
ANPA di sadari, pembelajaran di ruang kelas ditambah dengan situasi kelas yang menegangkan, entah karena mata pelajaran yang kurang menarik ataukah gurunya yang “menyeramkan” membuat murid takut untuk bertanya, mengeluarkan pendapat atau mengeluarkan ideide kreatif mereka. Padahal, akar dari pembelajaran adalah keingintahuan dan kemampuan untuk bertanya. Jika orang tidak ingin tahu, mereka tidak akan bereksperimen untuk melihat bagaimana sebenarnya dunia ini bekerja. Rasa ingin tahu itu naluriah, tetapi bisa didorong oleh pendidikan yang mendukung keterbukaan. Sebuah pelajaran yang menarik akan berdampak pada pembelajar. “Jangan mengajari mereka; biarkan mereka belajar!” menunjukkan bahwa kita memerlukan suatu pendekatan yang lebih kreatif dalam pendidikan, pembelajaran, dan pelatihan. Saat ini, perusahan-perusahaan umumnya mencari karyawan yang percaya diri, yang mampu berpikir secara intuitif, berkomunikasi secara efektif, serta imajinatif, fleksibel, dan mampu bekerja dalam tim. Namun, sistem pendidikan tidak dirancang untuk menghasilkan lulusan dengan keterampilan-keterampilan ini, para pendidik harus meningkatkan standar, meskipun tidak perlu mengubah secara drastis kurikulum yang berlaku saat ini.
Institusi-institusi pendidikan seharusnya mau dan mampu “berpikir di luar kotak” dan menerapkan konsep kreativitas dan adaptabilitas. Sebagai contoh, Henry David Thoreau, dia adalah seorang guru lulusan dari Harvard College pada tahun 1837 dalam usia 20 tahun. Dia meninggalkan profesinya itu beberapa tahun kemudian, terutama karena kecewa dengan kelas konvensional, dan dia percaya bahwa sistem pendidikan yang konvensional itu lebih banyak menghambat proses belajar daripada memfasilitasinya. Sebuah contoh metode pembela-
jaran Thoreau kepada siswanya. Dia sering membawa siswanya dalam berbagai perjalanan lapangan (dari jalanjalan ke alam bebas hingga mengunjungi perusahaan lokal). Dia mendorong para siswanya untuk menafsirkan apa yang mereka lihat, memformulasikan hipotesis dan mengujinya. Pendekatan kreatif lain diterapkan oleh Socrates, dia mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk merangsang pemikiran kritis para siswanya dan membantu mereka sampai pada kesimpulan yang logis. Pendekatannya dikenal sebagai metode Socrates atau dialektika, yakni mengutamakan diskusi. Dia tidak memberikan jawaban, tetapi mengarahkannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang pada akhirnya menghasilkan apa yang kini kita sebut sebagai “penemuan”. Pendekatan Socrates terhadap pengajaran ini mensyaratkan bahwa guru wajib menanyakan pertanyaanpertanyaan yang mengarahkan dan membolehkan siswanya untuk merespon berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka. Respon-respon itu kemudian dianalisis sebagai bagian dari diskusi yang menyertainya. Kesimpulan dihasilkan dari logika dan tidak dari pemberitahuan gurunya. Finalnya adalah siswa menemukan jawaban berdasarkan proses logikanya sendiri. Sejumlah pendekatan telah digunakan untuk meningkatkan retensi pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Martin Taft, seorang pendidik kawakan, mengenalkan pendekatan kreatif dengan menggunakan alat bantu informasi untuk meningkatkan retensi. Dia menemukan bahwa ketika sepotong pengetahuan diulang-ulang selama pelajaran, menghafalkan materi tersebut di luar kepala menjadi tidak perlu dilakukan. Alat bantu itu benarbenar membantu untuk “menginternalisasi” pengetahuan dan membuatnya menjadi bagian dari proses berpikir seseorang. Pendekatan kretaif lainnya diterapkan oleh sekelompok distrik sekolah di dekat Chicago yang telah mengadopsi sebuah pendekatan baru dalam pengajaran matematika dan membuahkan hasil yang mengesankan. Mereka tidak menggunakan pengajaran di kelas dan ujian tradisional (ulangan harian). Di sini para siswa bekerja dalam kelompok-kel-
ompok untuk menyelesaikan berbagai permasalahan dan belajar dari kesalahan yang mereka buat. Profesor Psikologi, Joann Farver dari University of Southern California telah melakukan pendekatan yang inovatif untuk membantu para siswanya menghubungkan hal-hal yang dipelajari saat kuliah dengan kehidupan nyata. Dalam kelas psikologinya, para siswa diminta untuk bekerja di lapangan beberapa jam seminggu untuk menerapkan teori dalam praktik. Siswa bergantian menyampaikan materi dan memfasilitasi diskusi di kelas, dan mereka melaporkan bahwa mereka merasa tertantang dan terstimulasi oleh pengalaman-pengalaman tersebut. MENERAPKAN KONSEP IDEASHIP! Konsep Ideaship ini sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Konsep ini dapat diterapkan dalam mencari dan menggali ide-ide baru, segar, dan kreatif. Hal ini juga mampu untuk membangun kepercayaan diri siswa. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh para pendidik dalam pembelajaran adalah menghargai usaha mereka, memberi mereka kebebasan untuk gagal, membantu mereka mencapai sasaran-sasaran mereka, memberikan kepada mereka apa yang mereka butuhkan, jangan meminta satu solusi permasalahan saja, tapi minta sebanyak-banyaknya, jangan pernah menolak ide, minta lebih banyak lagi ide dengan lebih cepat, biarkan mereka melakukannya dengan cara mereka sendiri dan lupakan tentang efisiensi, pikirkan saja idenya. Suatu pertimbangan penting dalam pendidikan adalah bagaimana caranya bisa memastikan pemahaman tentang konsep-konsep dan gagasan-gagasan, bukan sekadar mengingat materi faktual. Tujuan akhir dari pendidikan yang baik seharusnya adalah penggunaan pengetahuan yang dipelajari dan mendorong pendekatan kreatif yang memacu penggunaan kecerdasan kreatif seseorang. Bagaimana di Indonesia ? Ilmu dan pengetahuan itu ibarat jendela dunia. Agar jendela terbuka, maka dibutuhkan seorang pengajar yang mempunyai kunci yang cocok untuk membuka jendela itu. Bagus Priambodo
Referensi: Foster, Jack. Ideaship. Bandung: Kaifa. 2005 | Rowe, Alan J. Creative Intelligence. Bandung: Kaifa. 2005
58
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
LAPORAN UTAMA sajianutama SENI PERAN
Guru dan Calon Guru
Harus Pandai Berakting SUATU ketika saya diundang untuk memberi workshop pengenalan dasardasar bermain teater bagi guru dan calon instruktur se Jawa Timur di Mojokerto dan Surabaya beberapa tahun yang lalu. Bagi saya, pelatihan ini adalah sebuah pelatihan yang menarik karena sadar atau tidak, seorang guru atau instruktur adalah aktor ketika melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar di depan kelas. Sebagai seorang aktor yang sedang memainkan ‘pertunjukan’, maka tidak salah jika dia harus tampil sebagai aktor yang ‘memukau’ para peserta didiknya agar tercipta sebuah pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Bagi seorang guru yang tidak menyadari kedudukannya sebagai seorang aktor, maka tak jarang jika dia sering menghadapi persoalan-persolan, seperti peserta didik malas mengikuti pembelajaran, mengantuk atau ngobrol sendiri. Jika yang mengantuk berjum-
lah 1 - 2 peserta didik, maka hal itu bisa dimaklumi. Namun, jika lebih dari 2 peserta didik maka ada sebuah persoalan dari guru tersebut alias mereka berhak mengantuk atau ngobrol sendiri karena guru tersebut tak mampu “memasuki dunia mereka dan mengantar dunia kita ke dunia mereka”, lantaran penampilannya tidak menarik, tidak menyenangkan, tidak memberikan inspirasi baru, menjenuhkan, dan tak menggairahkan. Ketika seorang guru menjumpai para peserta didiknya mengantuk atau ngobrol sendiri, pernahkah guru tersebut menanyakan alasannya? Jika seorang peserta didik tersebut berani menjawab secara jujur, maka mungkin berbunyi, “Cara mengajar Bapak/Ibu yang membuat kami ngantuk!” atau “Bapak/Ibu bicara sendiri, maka kami pun lantas ngobrol sendiri mencueki Bapak/Ibu!” Di sinilah akhirnya, seorang guru harus membuka diri bahwa ada masalah dengan cara atau penampilannya ketika
mengajar. Menyimak peristiwa tersebut di atas, maka secara tegas saya katakan bahwa penampilan seorang guru mau tidak mau harus dapat membuat siswa ‘tak berhak’ mengantuk atau mengobrol saat proses belajar mengajar berlangsung. Andaikan peserta didik mengobrol, maka obrolan itu bertalian dengan “dunia yang ditawarkan” oleh gurunya alias kompetensi dasar yang diajarkan oleh gurunya. Intinya, cara mengajar haruslah menarik dan atraktif. Ada banyak cara untuk membuat performa mengajar menjadi menarik dan atraktif. Salah satu kiat adalah belajar dari sebuah pertunjukan teater/ dramaturgi. Pertunjukan teater mempunyai prinsip-prinsip dasar untuk membuat penonton terus ‘terjaga’ baik secara fisik, psikologis (baca; mental) dan intelektualnya. Maka, tak ada kamus lain selain pertunjukan teater harus menarik dan MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
59
laporanutama sajianutama
SENI PERAN
atraktif. Jika seorang guru menyadari bahwa keberadaannya adalah sebagai aktor atau aktris dalam pertunjukan monolog maka dia harus mampu membuat penonton terus “menatapnya” sepanjang pertunjukan. Ia harus mampu membawa perasaan dan pikiran seluruh penonton ke atas panggung dan terlibat di dalamnya, meski tak harus secara fisik. Dengan begitu diharapkan prinsipprinsip dasar teater yang dipinjam oleh guru, mampu membuat para peserta didiknya terus terjaga mengikuti jalannya proses kegiatan belajar mengajar. Peserta didik menjadi aktif karena pengajaran guru bagaikan sebuah pertunjukan teater yang memukau dan atraktif. Tetapi bagaimana jika seorang guru merasa bukan seorang seniman teater? Yang jelas, bahwa teater bukanlah sesuatu yang eksklusif bagi kalangan seniman. Setiap orang boleh dan berhak menyelami teater dan mengambil manfaat dari teater, tanpa harus menjadi orang teater. Konon, di salah satu perkantoran elite di Jakarta, pada hari-hari dan jamjam tertentu, terdengar teriakan ”A, I, U, E, O…!”. Dalam dunia teater, lontaran ini biasa dilakukan oleh para aktor untuk berlatih olah vocal. Dan ternyata, yang berlatih di gedung itu adalah para eksekutif muda yang berparadigma kreatif. Adalah Adi Kurdi (seorang pemain teater, sinetron, dan film kawakan) yang sering mendampingi mereka melalui workshop-workhsop yang menarik. Latihannya seperti yang dilakukan orangorang teater, yakni latihan olah pikir, olah tubuh, olah sukma dan olah vokal yang meliputi pernafasan, teknik pemberian isi, artikulasi, ekspresi, emosi, dan sebagainya. Tujuannya tak lain adalah agar para eksekutif tadi mampu berkomunikasi dengan baik, mampu men-
seorang guru yang hanya duduk di kursi dan berdiri satudua kali lantaran bermaksud menulis di white board, akan membikin para siswanya cepat bosan.
60
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
jaga, mampu ”menghipnotis” lawan bicara sehingga yang diinginkannya dapat tercapai dengan baik. Para eksekutif itu memang dilatih menggunakan prinsipprinsip dasar teater untuk meningkatkan perfomanya dalam berkomunikasi. Menyimak cerita di atas, saya pikir seorang guru mestinya mendapat pelatihan yang sama seperti halnya para eksekutif tadi; dan saya pikir para guru tersebut tidak harus 100% menerapkan persis prinsip-prinsip yang dijalani oleh seorang pemain monolog karena tantangannya tak sebesar seorang pemain teater yang harus menguasai perhatian penonton sebanyak satu gedung teater, yang jumlah mencapai ratusan orang. Seorang guru ‘hanya’ perlu menguasai perhatian siswa satu kelas saja, yang umumnya berjumlah puluhan siswa. Jadi baik cakupan maupun kedalamnya, cukup 50% saja seorang guru mendalami dan menerapkan prinsip-prinsip dasar pertunjukan darama/teater. Belajar teater bukanlah sesuatu yang sulit atau asing buat orang yang awam karena pada dasarnya insting atau intuisi manusia sudah memahami prinsip-prinsip dasar teater. Semisal, soal bloking atau tata letak pemain. Kesadaran mengatur letak dan posisi tubuh sebenarnya sudah dimiliki semua orang setiap kali terlibat dalam situasi komunikasi, namun tak semua orang menyadari untuk memaksimalkan urusan bloking ini. Pengaturan bloking dalam teater diatur untuk melancarkan komunikasi dan membangun dinamika, selain memudahkan penonton menyimak setiap tokoh di panggung. Dalam pertunjukan teater, kekayaan bloking menjadi krusial karena potensi pertunjukan teater (baca: monolog) lebih besar peranan dan fungsinya. Pertunjukan monolog bisa disama-
kan dengan situasi mengajar di kelas. Seperti halnya pertunjukan monolog, para penonton bisa dijadikan pemain. Di dalam kelas, para siswa mesti dijadikan lawan bicara dan diskusi, sehingga perlu diatur juga blokingnya. Oleh karenanya, seorang guru bisa menjadi sutradara dalam pengaturan bloking bagi dirinya dan para peserta didiknya karena tata letak yang ideal untuk sebuah bangunan komunikasi ialah bahwa setiap orang dalam kelas diupayakan untuk dapat saling melihat satu sama lain. Maka, tempat duduk siswa dapat diorkestrasi sedemikian rupa seperti halnya orkestrasi ruang kelas model arena, tapal kuda, ataupun yang lain (seperti pola estetik teater tradisi). Semua model tersebut dapat diterapkan agar terbangun dinamika dan situasi dialogis sehingga jauh dari kesan formal. Setelah menyusun bloking untuk peserta didik, kini tinggal mengatur bloking untuk dirinya. Pemain monolog yang melulu hanya berdiri di satu titik dan pelit movement (pindah) akan lebih mudah membuat penonton bosan. Begitu halnya seorang guru yang hanya duduk di kursi dan berdiri satu-dua kali lantaran bermaksud menulis di white board, akan membikin para siswanya cepat bosan. Pergerakan guru dari satu titik ke titik lain diperlukan untuk menjaga intensitas perhatian peserta didik. Jika ingin mendapat perhatian dari peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung, maka seorang guru tidak boleh pelit untuk memberikan perhatian kepada siswanya. Bertalian dengan olah vokal, kesadaran mengatur volume suara perlu untuk diperhatikan bagi setiap orang yang terlibat dengan situasi komunikasi, Tidak semua orang sadar dan peka dengan
SENI PERAN
LAPORAN UTAMA sajianutama
Meski mata pelajaran yang tergolong serius pun, harus tercipta situasi-situasi komikal/humor agar menyenangkan lantaran mampu mengantisipasi datangnya aspek kejenuhan.
urusan olah vokal ini. Prinsipnya sederhana, yang serba ‘terlalu’ pasti tak baik untuk dilakukan. Volume terlalu lemah akan membuat siswa sulit mendengar, dan ujungnya bisa mendatangkan rasa kantuk. Terlalu keras bisa membuat telinga sakit. Volume suara sebaiknya disesuaikan dengan jarak antara guru dan siswa, atau besarnya ruangan kelas. Pengaturan volume bisa sesekali dikeraskan pada saat guru melihat ada siswa yang bergelagat akan mengantuk atau ngobrol. Demikian pula yang bertalian dengan artikulasi dan ekspresi. Jika artikulasi guru tidak bagus akan terdengar seperti orang yang sedang bergumam, tak jelas apa yang disampaikan. Teknik pemberian isi dan ekspresi pendialogan yang datar-datar saja pun akan memicu terciptanya situasi monoton. Monotonitas menimbulkan proses pembelajaran membosankan dan berlangsung secara tidak efektif. Yang jelas vokal guru mesti memenuhi prasyarat audibel, possibel, dan intelektebel Prinsip dasar teater yang lainnya adalah membangun ketertarikan. Seorang pemain teater monolog harus menunjukkan dirinya bahwa dia sangat tertarik dengan cerita yang akan dibawakannya, sebelum dia membuat penonton tertarik dengan apa yang dikatakan. Saya berpikir seorang guru harus memperlihatkan bahwa dirinya sangat tertarik dan bersemangat akan materi yang akan disampaikannya agar dia mampu memberikan motivasional
effect kepada para siswa untuk tertarik dan bersemangat mengikuti jalannya pembelajaran. Dalam sebuah pertunjukan teater, unsur humor sepertinya wajib ada untuk menyegarkan atmosfer gedung pertunjukan, meski yang dipentaskan reportoar berjenis tragedi. Jadi meski mata pelajaran yang tergolong serius pun, harus tercipta situasi-situasi komikal/humor agar menyenangkan lantaran mampu mengantisipasi datangnya aspek kejenuhan. Dalam ilmu kesehatan, tertawa bisa melancarkan peredaran darah yang membawa oksigen ke dalam organ-organ tubuh termasuk otak. Bila di dalam otak cukup oksigen maka manusia tak mudah mengantuk. Yang tak kalah pentingnya dalam sebuah pertunjukan, membangun stuktur dramatik menjadi sebuah persoalan yang sangat penting dikuasai oleh sutradara maupun guru yang juga bertindak sebagai seorang sutradara bagi “pertunjukannya”. Oleh karenanya, penyusunan skenario pembelajaran mesti harus mengadopsi ilmunya seorang sutradara dalam membangun struktur dramatik dalam sebuah pertunjukan teater. Pertunjukan teater yang mengabaikan aspek ini wal hasil akan menjadi hambar dan berlangsung datar-datar saja alias tidak mampu memainkan emosi penonton. Kemampuan menghidupkan struktur dramatik berhubungan tegak lurus dengan kompetensi aktor dalam menciptakan/menyuguhkan akting. Seorang guru mesti menguasai dasar dasar akting
untuk menciptakan sebuah akting yang meruang (meminjam teorinya Suyatna Anirun) dalam kerangka melakukan proses pembelajaran. Tentu masih ada sejumlah prinsipprinsip teater lainnya dari pertunjukan teater yang tujuannya adalah mempertahankan perhatian, melibatkan pikiran, dan menggedor emosi penonton. Kesemua prinsip ini secara sederhana dapat diterapkan oleh seorang guru untuk meningkatkan penampilannya dalam mengajar. Sebagai akhir tulisan ini adalah, “apabila para eksekutif mau berlatih teater, dan memanggil seorang Adi Kurdi untuk meningkatkan performa komunikasinya, tentu bukan perkara susah bagi seorang guru atau calon guru untuk menengok bukubuku tentang seni akting, atau mengintip orang-orang teater berlatih dan menyerap ilmunya”. Maka, sudahlah tepat manakala di setiap program studi pendidikan bahasa dan sasra, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, mahasiswa dibekali dengan mata kuliah dramaturgi dan penyutradaraan. Dasar pemikirannya tak lain adalah untuk bekal ilmu terapan bagi calon guru dalam mempersiapkan dirinya menjadi guru yang profesional. Selain itu, kedua mata kuliah tersebut adalah media untuk menanamkan pendidikan karakter bangsa dan pendidikan enterpreneurship yang sangat efektif. Jadi, ketika kedua isyu tersebut dijadikan program primadonanya kemendikbud, maka bagi orang-orang teater hal tersebut tidak terlalu mengejutkan.
Imam Ghozali Ar Sutradara KTA, Ketua Komite Teater DKJo dan Staf Pengajar di STKIP PGRI Jombang, Alamat: Jalan Arif Rahman Hakim No. 7 Jombang – Jawa Timur MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
61
sajianutama PENJASOR
Kami Bukan
’Anak Bawang’
Candra Padmasvasti Mulyana Konsultan Independen di UNICEF
IKHSAN, siswa kelas 5 SD di sebuah kabupaten di Jawa Timur sudah dua kali tinggal kelas. Berasal dari keluarga broken home sehingga perilakunya cenderung tertutup. Walaupun nilai akademiknya rendah namun Ikhsan telah dua kali mewakili sekolah dalam tim bola voli dan tiga kali membawa sekolah menjuarai kejuaraan sepak bola antar SD tingkat kecamatan. Sebuah kenyataan yang mungkin sering ditemukan oleh para guru dimanapun berada, bahwa terdapat siswa yang kurang berhasil di akademik justru
62
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
menonjol di mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga (Penjasor). Sebagai pendidik, adalah sebuah kepuasan profesi yang tidak bisa diukur dengan materi ketika melihat anak didik kita berhasil secara akademik setelah melalui kesulitan pembelajaran diawal bukan? Lalu, bagaimana cara terbaik membantu siswa untuk fokus dalam pelajaran? Dan bagaimana cara terbaik untuk membuat siswa menikmati sekolah dan berprestasi? Berbagai metode dan cara pendekatan pada anak didik yang ditawarkan terasa sulit untuk
diterapkan karena siswa adalah individu yang memiliki keunikan masing-masing, selain itu hampir setiap guru waktunya terbatas setelah melayani seluruh anak didik yang jumlahnya biasanya cukup banyak dalam satu sekolah. Jika sulit mendekati siswa karena mereka adalah individu yang berbeda, coba dekatilah dari persamaan mereka! Usia anak-anak dan remaja adalah usia dimana mereka sangat menikmati kebebasan dan bermain. Dimana kedua hal tersebut dapat mereka temukan di sekolah pada mata pelajaran penjasor.
PENJASOR
Hasil dari sejumlah penelitian di bidang olahraga menyebutkan bahwa olahraga mampu memberikan dampak positif yang luar biasa bagi anak-anak. Selain membuat siswa menyukai sekolah, beberapa nilai dasar dalam olahraga mengandung prinsip-prinsip dasar dari pengembangan diri, seperti mengajarkan kerja sama, pengetahuan tentang “Fair Play”, kejujuran, taat pada aturan, prinsip berbagi dan saling menghormati. Dengan mempelajari ketrampilan kehidupan (life skills) melalui olahraga maka anak-anak akan mampu mengembangkan kepribadiannya serta mendukung pengembangan psikologinya seperti meningkatkan kepercayaan diri dan keceriaan. Lebih dari itu, dengan berolahraga akan mendukung siswa menjadi lebih fokus dalam proses belajar akademik karena kondisi tubuhnya fit dan siap menerima pelajaran. Siswa seperti Ikhsan mengaku sangat menantikan sesi penjasor di sekolah, ujarnya: “Kalau di pelajaran olahraga saya senang karena bisa lebih jago dari teman-teman lainnya, selain itu kalau habis olahraga pikiran saya segar jadi ‘gak kepikiran pelajaran lain yang susah atau mikirin rumah”. Di dunia Internasional sendiri, Badan Perserikatan Bangsa–Bangsa telah mencanangkan tahun 2005 sebagai Tahun Olahraga dan Pendidikan Jasmani. Pada konferensinya di Bangkok pada tahun tersebut PBB menyatakan bahwa
penjasor penting karena dapat mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals/MDGs) di bidang kesehatan, pendidikan, dan kemiskinan. Di bidang kesehatan, jelas penjasor akan dapat berpengaruh kepada meningkatnya kebugaran masyarakat sehingga tercipta anak-anak yang menikmati olahraga dan memiliki pola hidup yang sehat serta dampak kedepannya adalah menurunnya tingkat penderita penyakit. Sedangkan di sekolah, penjasor berperan penting dalam dua hal, yakni: sisi pendidikan jasmani yang mengarah kepada aspek edukatif dan sisi olahraga yang mengarah kepada aspek prestasi. Selain siswa memiliki jasmani dan rohani yang sehat, sekaligus memungkinkan untuk berprestasi dan membantu anak menjadi lebih fokus di akademik maupun berprestasi di bidang olahraga Olahraga bagi pendidikan anak usia dini (PAUD) dan sekolah dasar menjadi sangat penting dalam rangka mendukung proses pembibitan dan pembinaan olahraga yang jika hal tersebut dilakukan sejak usia dini secara konsisten dan terencana, bukan hal yang mustahil dapat lahir olahragawan-olahragawan terbaik pada cabang-cabang olahraga tertentu. Pengaruh penjasor pada bidang pemberantasan kemiskinan adalah dengan menciptakan masyarakat yang cinta olahraga maka industriindustri olahraga akan berkembang sehingga memberikan peluang bagi
sajianutama
para pekerja di sektor-sektor jasa atau produsen olahraga Tengok pertumbuhan bisnis lapangan futsal di daerah anda, perhatikan jumlah pengendara sepeda yang lalu lalang di hari minggu pagi yang terus bertambah, selain itu yang lebih menjanjikan adalah sektor olahraga rekreasi seperti golf yang akan banyak memberikan peluang bagi para pencari kerja. KURIKULUM BERKARAKTER DI INDONESIA Meningkatnya ‘penyakit sosial’ seperti kasus korupsi, peningkatan jumlah pelaku seks bebas atau banyaknya kasus tawuran di masyarakat menjadi perhatian publik saat ini, maka sejak tahun 2008 Bapak Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono menggalakkan penerapan Kurikulum Berkarakter dalam sistem pendidikan Indonesia. Isi kurikulumnya sendiri sama dengan kurikulum tahun 2004/2006 namun memasukkan komponen 18 karakter pilihan yang diharapkan dapat diraih dalam proses pembelajaran seluruh bidang studi. Dengan memberikan pembelajaran karakter dari usia dini di sekolah diharapkan mampu membentuk karakter bangsa yang baik. Ke-18 karakter pilihan tersebut bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) Religius, (2) Jujur, (3 Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin
Guru penjasor dapat mengajak siswa untuk membuat alat bantu olahraga dari bahan-bahan bekas di sekitar, contohnya: botol plastik yang diisi air berwarnawarni dapat menjadi pembatas area permainan, gawang atau batas lari atletik.
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
63
sajianutama
PENJASOR
Sebagian guru penjasor mengaku mengalami kendala sarana dan prasarana olahraga sehingga terkadang tidak bisa mempelajari cabang olahraga tertentu sesuai dengan standar kurikulum.
Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, & (18) Tanggung Jawab (Pusat Kurikulum. Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009:9-10). Namun kenyataannya, seorang pengawas di tingkat provinsi Jawa Timur mengungkapkan bahwa umumnya para guru kesulitan untuk memasukkan pengetahuan tentang karakter tersebut ke dalam mata pelajaran yang dipelajari, terutama mata pelajaran eksakta seperti IPA, Matematika, dll. Berbeda dengan penjasor. Penjasor sangat kaya dalam pesan karakter, serta sangat mudah untuk dipahami oleh para siswa. Sesuai dengan sebuah kutipan dari Benjamin Franklin: “Tell me and I forget, Teach me and I remember. Involve me and I learn” (Katakan padaku dan aku lupa. Ajarkan padaku dan aku ingat. Libatkan aku dan aku belajar). Anak didik akan lebih memahami pesan-pesan tentang karakter melalui apa yang mereka alami di olahraga, jauh lebih mudah diterima dibandingkan melalui metode ceramah atau tulisan. Dalam sesi praktek penjasor melalui permainan atau olahraga prestasi yang dipelajari, Guru dapat dengan mudah membuka diskusi atau memberikan penjelasan perihal nilai-nilai karakter dalam olahraga yang telah dilakukan para siswa sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan mereka. Namun, apakah ke‘kaya’an man-
64
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
faat dari penjasor tersebut akan selalu mujarab bagi pengembangan prestasi dan diri siswa? Tentu saja tidak selalu, karena pendidikan bukanlah semudah kita membalikkan tangan, pendidikan adalah sebuah proses keberlanjutan dan keterlibatan banyak pihak. Syarat utama adalah adanya proses belajar mengajar penjasor yang berkualitas bagi seluruh siswa tanpa ada perbedaan, baik laki-laki dan perempuan, antara siswa yang memiliki berprestasi olahraga maupun yang tidak, maupun bagi siswa normal dengan siswa yang berkebutuhan khusus. Setiap anak didik berhak mendapatkan pengetahuan dan pengalaman berolahraga yang sama. Tantangan bagi para guru penjasor adalah “Bagaimana membuat siswa berminat dan menyukai olahraga?”, karena beberapa siswa di sekolah menengah mengaku malas atau bosan mengikuti sesi penjasor di sekolah. Zahirah, seorang siwa di madrasah negeri di Jawa Timur mengutarakan bahwa “Terkadang saya malas berolahraga karena bosan, hanya lari keliling lapangan terus senam paling akhirnya anak laki-laki main sepak bola, aku mendingan duduk di pinggir lapangan sama temen-temen bisa bukabuka HP (handphone)”. GURU PENJASOR SEBAGAI KENDARAAN MENUJU KESUKSESAN Jika kita membayangkan kesuksesan bagi anak didik kita di masa depan maka guru penjasor dapat digambarkan sebagai kendaraan yang membawa mereka menuju kesuksesan tersebut. Siswa
yang sehat akan siap dan lebih berkonsentrasi ketika menerima pelajaran, dan jika di masa depan ia menjadi seorang ahli ekonomi maka ia akan memiliki kepribadian yang kuat sehingga sukses dalam bidangnya. Guru penjasor diharapkan mampu untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak membosankan. Sebagian guru penjasor mengaku mengalami kendala sarana dan prasarana olahraga sehingga terkadang tidak bisa mempelajari cabang olahraga tertentu sesuai dengan standar kurikulum. Namun itu bukanlah alasan sehingga siswa tidak belajar cabang olaharaga tersebut. Dengan memberikan informasi dan pengalaman tentang olahraga sebanyak-banyaknya kepada siswa maka guru memberikan kunci kepada siswa, selanjutnya biar mereka yang memutuskan apakah mereka akan melanjutkannya atau tidak. Cara praktis menjawab kendala terbatasnya sarana dan prasarana olahraga di sekolah adalah dengan membuat alat bantu olahraga sendiri. Guru penjasor dapat mengajak siswa untuk membuat alat bantu olahraga dari bahan-bahan bekas di sekitar, contohnya: botol plastik yang diisi air berwarna-warni dapat menjadi pembatas area permainan, gawang atau batas lari atletik. Dengan membuat alat bantu sendiri selain siswa akan merasa senang dan merasa memiliki karena terlibat dalam proses pembuatannya, juga akan memudahkan siswa dalam penggunaanya karena jauh lebih ringan, lembut
PENJASOR
dan ukurannya kecil dari alat aslinya, misalnya: bola tenis bekas yang diberi rumbai-rumbai tali raffia untuk cabang olahraga atletik tolak peluru. Dua piring plastik yang diisi bubur kertas/semen dapat digunakan untuk olahraga lempar lembing. Sangat banyak alat-alat olahraga yang bisa diciptakan dengan memanfaatkan bahan bekas, hanya membutuhkan kreatifitas dan waktu pembuatan. Akan lebih menarik jika mampu melibatkan kepala sekolah dan guru mata pelajaran seni dalam proyek ini. Faktor lainnya yang akan mendukung keberhasilan proses belajar mengajar penjasor adalah peningkatan kompetensi guru penjasor atau aktif dalam forum komunikasi antar guru olahraga sehingga pengetahuan dan informasi tentang proses pengajaran dapat terus meningkat. Guru penjasor seperti guru pada umumnya juga diharapkan aktif menggali informasi melalui internet. Menurut Bapak Iwan dari Widyaiswara – LPMP Jawa Timur beberapa tahun lalu telah memberikan beberapa pelatihan kepada guru-guru SD mata pelajaran umum yang juga
TIPS BAGI
GURU PENJASOR
mengajar olahraga. Para guru tersebut dibekali pengetahuan dasar tentang olahraga selama sepuluh hari kemudian dipantau pelaksanaannya selama kurang lebih enam bulan. Pelatihan dan pembinaan kepada guru penjasor sangat dibutuhkan karena yang utama adalah memberikan kepercayaan diri kepada guru tersebut. Sebuah kenyataan yang cukup menarik di kota Pasuruan, guru penjasor yang baru ditunjuk sekitar dua tahun lalu oleh dinas pendidikan setempat di SDLB dan SMPLB, sering merasa tidak percaya diri ketika mengajar karena merasa tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang teknik pengajaran olahraga bagi anakanak berkebutuhan khusus sesuai dengan jenis keterbatasan yang dimiliki. Selama kuliah mereka menerima mata kuliah yang membahas anak berkebutuhan khusus hanya 2 sks, selain itu buku-buku sebagai sumber bahan ajarpun sulit diperoleh. Di beberapa kota di Indonesia saat ini sangat jarang ditemukan pengawas sekolah khusus untuk mata pelajaran penjasor sehingga mata pelajaran penjasor mayoritas dinilai oleh pengawas
sajianutama
sekolah yang tidak memiliki latar belakang pendidikan olahraga, sehingga kesulitan untuk menilai dan melakukan pembinaan lebih lanjut. Widyaiswara pun telah memberikan pelatihan penyusunan kurikulum sekolah bagi para guru penjasor se SD dan SMTP se Jawa Timur di tahun 2009. Pada akhirnya, dukungan dari pemerintah dan lembaga terkait dalam bentuk pelatihan-pelatihan bagi guru penjasor pun akan sangat memberikan pengaruh positif, serta kerjasama dari kepala sekolah dan guru-guru mata pelajaran lain akan sangat membantu terlaksananya proses belajar mengajar penjasor yang optimal, yaitu penjasor yang mengutamakan kreatifitas dari guru penjasor dan keterlibatan seluruh siswa tanpa pengecualian. Jangan anggap lagi Penjasor sebagai mata pelajaran anak bawang hanya karena tidak masuk mata pelajaran ujian nasional, tapi lihatlah penjasor sebagai mata pelajaran yang memiliki segudang manfaat bagi pengembangan prestasi siswa saat ini dan pembentukan karakter siswa di masa mendatang. Selamat dan sukses untuk seluruh guru penjasor di Indonesia!
1. Persiapkan sesi penjasor dengan baik dan kreatif sebelum dimulai 2. Ciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, aman dan nyaman 3. Awali dengan ice breaking (pencairan suasana), misalnya: senam otak, teka teki, dll 4. Sampaikan informasi tentang materi dan keselamatan olahraga di awal pelajaran 5. Kreatif saat menyampaikan materi dengan menggunakan alat bantu: kartu, poster, visual, dll. 6. Lakukan variasi ketika melakukan pemanasan, tidak selalu lari keliling lapangan. Bisa dengan permainan atau praktek gerakan dasar (Koordinasi, Keseimbangan dan Ketangkasan). 7. Untuk sekolah inklusi atau jika terdapat anak berkebutuhan khusus di sekolah anda, jangan pisahkan dengan siswa lain tapi biarkan dia terlibat namun berikan gerakan yang lebih mudah sesuai dengan kemampuannya. Untuk siswa yang berprestasi di bidang olahraga, berikanlah tantangan dengan memberi gerakan yang lebih sulit atau jarak yang lebih jauh. 8. Cari dan kembangkan olahraga/permainan tradisional di daerah anda, coba lakukan saat sesi penjasor, selain menarik juga berguna sebagai latihan ketrampilan, misalnya: permainan patok lele dapat melatih ketepatan menembak sasaran dalam olahraga. 9. Akhiri sesi penjasor dengan diskusi. Berikan pertanyaan seputar manfaat gerakan bagi tubuh dan pesan karakter yang ada dalam olahraga/permainan tersebut. 10. Ciptakan sesi olahraga yang menyenangkan dengan tetap mengutamakan disiplin siswa
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
65
sajianutama
BUDAYA BACA
APA PUN BISA DILAKUKAN GURU UNTUK
Tetap Senang Membaca Sebagai Bentuk Pengembangan
Keprofesionalan Berkelanjutan
MASALAH MINAT MEMBACA GURU Hasil penelitian Ishartiwi (2011) untuk mengetahui potret guru SD Sleman Yogyakarta menunjukkan bahwa minat membaca sebagian besar guru masih dalam kategori rendah, hal ini diindikasikan dari: (1) Sebagian guru hanya membaca buku paket yang menjadi pegangan mengajar, (2) Sebagian guru tidak memiliki koleksi bahan bacaan secara mandiri (dirumah dan di sekolah), (3) Sebagian besar guru pernah mengakses bahan bacaan dari internet namun bukan untuk menambah wawasan bahan ajar, (4) Sebagian besar guru kurang tertarik berkunjung ke pameran buku dan atau ke toko buku, (5) Sebagian guru kurang menganggap penting memiliki buku untuk memperkaya wawasan pembelajaran, dan (6) Sebagian kecil guru tidak membuka buku sumber saat membuat persiapan mengajar (isi materi dirumuskan berdasarkan kebiasaan/ rutinitas). Hal senanda diberitakan oleh harian Jawa Pos pada hari Selasa 16 Agustus 2011 yang mengutip hasil survey Badan Arsip dan Perpustakaan Surabaya menyatakan bahwa minat baca guru SD di Surabaya sangat rendah, hanya 26% yang gemar membaca berarti sekitar 70% guru SD yang tidak gemar membaca. Faktor yang mempengaruhi minat
66
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
Drs.Solichan Abdullah,M.Sc. Widyaiswara Utama di LPMP Jawa Timur
membaca rendah mencakup faktor internal: (1) Guru belum sepenuhnya memahami pentingnya membaca dengan peningkatan kinerja yang akan berdampak terhadap peningkatan hasil belajar siswa dan mutu sekolah, (2) Guru belum memandang penting budaya membaca atau membaca merupakan bagian dari profesi. (3) Guru merasa cukup dengan pengetahuan yang telah dimiliki, sehingga tidak perlu menambah wawasan melalui berbagai sumber, (4) Guru tidak mampu secara finansial untuk mengadakan sumber bacaan secara mandiri, dan (5) Guru merasa kurang waktu karena beban kerja di sekolah dan dirumah. Disamping itu faktor kebiasaan sejak kecil juga menjadi kendala, artinya kebiasaan masyarakat pada umumnya lebih senang bertutur, bukan menulis apalagi membaca.
Adapun faktor ekternal secara umum berkenaan dengan keterbatasan layanan, mencakup: (1) Sebagian besar sekolah tidak menyediakan buku bacaan untuk guru (seperti bacaan tentang pembelajaran, media pembelajaran dan buku suplemen lainya), (2) Koleksi bahan pustaka cenderung untuk siswa, bahkan ada yang hanya memiliki koleksi buku paket dan Lembar Kerja Siswa (LKS), (3) Lingkungan sebagian besar sekolah belum menganggap penting program budaya membaca sebagai prioritas program sekolah, dan (4) Sekolah belum menggalakkan pemanfaatan teknologi informasi untuk mengakses bahan bacaan. GERAKAN MEMBACA: UPAYA MENINGKATKAN PROFESIONALISME DIRI Membaca, menurut Suwaryono Wiryodijoyo (1989: 1) adalah pengucapan kata-kata dan perolehan arti dari barang cetakan. Kegiatan itu melibatkan analisis dan pengorganisasian berbagai keterampilan yang kompleks. Conny R Semiawan (2008: 27) mengungkapkan membaca dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan daya nalar, mengembangkan kreativitas, memahami diri sendiri dan orang lain, serta dapat mengembangkan kepribadian. Guru harus didorong untuk gemar
BUDAYA BACA
membaca agar mereka senantiasa memperbaharui wawasan dan pengetahuannya. Dengan membaca akan mampu mengembangkan daya kritis dan kreatif para guru. Daya kritis dan kreatifitas merupakan aspek yang penting untuk melahirkan pembelajaran yang berkualitas baru dan bermakna. Disisi lain dengan tambahan pengetahuan baru, guru akan senantiasa memperbarui mutu dan kualitas pembelajaran. Studi awal yang dilakukan terhadap mahasiswa FIP UNY yang memiliki kegemaran membaca dengan mahasiswa umumnya yang jarang membaca, sungguh memiliki perbedaan jauh dari aspek kekritisan dan kreatifitas. Oleh karena itu membaca menjadi satu kunci bagi para guru untuk menumbuhkan daya kritis dan kreatifitas, menambah pengetahuan dan wawasan. Dan itu semua adalah modal bagi guru untuk dapat disebut sebagai guru yang profesional. MEMBANGUN BUDAYA MEMBACA Meskipun sekolah merupakan tempat mencari ilmu, baik melalui lisan maupun tulisan, belum tentu murid mencarinya di dalam buku, atau melakukan kegiatan membaca untuk menimba ilmu. Kebiasaan ‘guru menjelaskan – murid mendengar’ sudah lama menjadi sistem dalam proses pembelajaran di Indonesia. Tradisi tersebut harus dihilangkan dan tradisi baca-tulis yang dikutip dari Rahardjo perlu dikembangkan, di antaranya: Menciptakan suasana Guru akan berfikir bahwa kegiatan baca-tulis penting jika sekolah membuatnya menjadi program khusus. Program yang dimaksud adalah :  Mendirikan museum sekolah  Membuat surat kabar/majalah/majalah dinding/kliping  Membentuk klub pecinta buku  Membuka toko buku/koperasi sekolah  Memberikan ceramah/bimbingan pemakai secara rutin, dsb.  Kunjungan pengarang/illustrator: diskusi, bedah buku, pelajaran teknik menulis, dsb. Membuat perpustakaan sekolah  Koleksi di perpustakaan sekolah sebaiknya sesuai dengan jenis dan ke-
butuhan sekolah, tertata rapi, terawat dan mudah ditemukan.  Pustakawan profesional sebaiknya menjaga komitmen dalam pekerjaannya, yaitu memberi teladan kepada guru, peserta didik, mengembangkan pengetahuan mengenai perpustakaan dan mempelajari metode pengajaran, kurikulum sekolah, sekaligus mempelajari perilaku manusia.  Perabotan yang nyaman, perlengkapan memadai, jam buka dan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan siswa akan menciptakan suasana yang menyenangkan. Membaca bersama dan berbagi pengalaman Kegiatan membaca yang kita kenal umumnya adalah membaca dengan diam. Bagi sebagian orang, kegiatan ini terasa berat dan membosankan. Agar menarik, kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara lain, seperti :  Membaca bergiliran  Mengadakan acara jam bercerita  Mengadakan diskusi buku mengenai ceritanya, pengarang, ilustrasi, pengalaman individu yang serupa. Dalam konteks PKB (Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan), kegiatan tersebut dapat dilakukan pada pertemuan Kelompok Kerja baik Kelompok Kerja Guru (KKG) bagi guru SD maupun Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bagi guru SMP dan SMA/K. Melakukan aktivitas Guru atau pustakawan dapat mengembangkan kegiatan membaca melalui berbagai aktivitas, seperti :  Membuat proyek bacaan (mendata buku seperti pekerjaan yang dilakukan pustakawan)  Membaca secara kreatif dengan menggambar, menjahit, membuat pembatas buku, boneka, topeng, kolase, bendera, film, jaket buku, kartu ucapan, penahan buku, brosur, iklan, kartun, puisi, lagu, pantomim, drama, teka-teki, permainan.  Membuat karangan, membuat komentar atau ringkasan, diary.  Belajar melalui gambar/barang, kunjungan, kliping, musik, teka-teki, atau mengintegrasikan pelajaran-pelajaran.  Mengadakan pertunjukan drama,
Dengan membangun suasana yang menyenangkan dan melakukan aktivitas bersama dalam kegiatan baca-tulis, guru akan tertarik dengan sendirinya dan tanpa paksaan mereka akan mengubah gaya hidup masing-masing menjadi gaya hidup yang berakar pada tradisi baca-tulis.
sajianutama
panggung boneka.  Mengadakan kunjungan ke toko buku, penerbitan, percetakan, perpustakaan lain.  Mengkampanyekan buku-buku terbaik.  Mengadakan tukar menukar buku dengan perpustakaan, atau sekolah lain.  Mengadakan bazaar, pameran, atau lomba yang berkaitan dengan buku.  Berlangganan jurnal hasil penelitian atau sejenisnya terutama bagi guru yang sudah mendapatkan tunjangan profesi pendidik dan menyandang predikat ’guru profesional’ yang tertera pada sertifikat karena lulus sertifikasi adalah hal yang wajar bila sebagian tunjangan profesinya perlu disisihkan untuk pengembangan profesinya  Mengadakan bimbingan teknis untuk guru, kepala sekolah, maupun pengelola perpustakaan. Disamping itu pihak Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota perlu secara rutin mengadakan lomba karya ilmiah bagi kalangan pendidik. SADAR AKAN PROFESI Gerakan membaca perlu diciptakan sebagai upaya untuk meningkatkan kreatifitas, daya analitis, ide-ide inovatif atau memunculkan gagasan-gagasan baru. Dengan membangun suasana yang menyenangkan dan melakukan aktivitas bersama dalam kegiatan bacatulis, guru akan tertarik dengan sendirinya dan tanpa paksaan mereka akan mengubah gaya hidup masing-masing menjadi gaya hidup yang berakar pada tradisi baca-tulis. Faktor keingintahuan akan informasi dan prinsip bahwa membaca merupakan kebutuhan rohani, merupakan pemicu yang tidak kalah penting (Sutarno, 2003). Upaya untuk pengentasan rendahnya minat baca guru tidak akan membuahkan hasil optimal bilamana dilaksanakan secara sendiri-sendiri, terpisah-pisah dan terpotong-potong. Oleh karena itu perlu digalakkan secara terstruktur dan sistematis. Menjadi ilmuwan bukanlah menjadi orang serba tahu, tetapi menjadi orang yang dituntut untuk belajar secara terus menerus dengan jalan banyak membaca buku-buku ilmu pengetahuan.
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
67
Membaca memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan berbahasa Program Membaca di Kelas mengajak guru dan penyelenggara pendidikan berupaya menumbuhkan minat baca yang kuat sejak dini pada siswa (khususnya siswa Sekolah Dasar Kelas 1 - 3), sehingga kecintaan terhadap membaca bisa dimiliki hingga mereka dewasa
gram ksanakan Pro la e m h a d u Langkah m i Kelas: Membaca d n Kelas
akaa s kan Perpust ap-tiap kela Mencipta mbahan di ti ta n aa ac b ku n koleksi bu Menyiapka program ini an ak n sa ak el m an ak g yan nalisme Guru gan Profesio an b las em g n Pe bahan di ke n bacaan tam ku i keterampila u b ya n n u aa p n u em g g m en lu p er p ar Ag al, guru f nnya maksim unakannya secara efekti penggunaa g g en m untuk dan wawasan ukungan onitor dan D em di M , an ak n erpustakaan Melaksa atihan dan p k el p tu n n u ka at ap si ap a di Kelas uru mend ac g b h la em te M ak Se m pih gra ari berbagai ap, maka Pro dukungan d ng kelas telah si an d ku u d en m en it m m k . Ko kan untu lu er ip dan d dilaksanakan a a g tu sekolah ju guru, orang eran di lingkungan tan ini. Kepala Sekolah, p er b h sangat gia ini. ngan sekola m efektivitas ke ku g ra g lin i ro d p t n yaraka erlanjuta b ke an d anggota mas as alit menjaga ku utnuk terus
n lingkunga n a k ta ip c n a me Bagaiman a? di kelas kit aca membaca rang pemb
ram ru dalam Prog u g al n o si fe ro an p a guru Pengembang mengajak par an ak s, la e K i rmainan Membaca d giatan dan pe ke ai baca ag rb e b r belaja buhkan minat m u n e m k tu n nu menyenangka erti p se ta kepada pada siswa, bacakan ceri an terampil
Mampu d siswa.
mem
giatan yang ainan dan ke m er p n ka ta Mencip aca. kan minat b aan kelas. menumbuh la perpustak o el g en m kan dan di kelas Mencipta a membaca ay d u b ah u kan seb Mencipta kolah. se i d n ataupu
untuk n orang tua a tk a b li e m cara di rumah? Bagaimana n membaca ta ia g e k g n ng Program menduku ng tua tenta
ora ikan kepada ksanakan Informas kita akan la h la ko se g n ya a aktivitas Membac tua tentang g n ra ting o a ad iatan ini pen ikan kep Informas engapa keg m an d ah i rum membaca d an k dilaku tuk meminta rang tua un o a ad p ke ngan a mereka Beri doro baca bersam em m gkan ya n ak an ntuk meluan orang tua u k anaka tu ad n p u a an g n membac n u p Beri doro au at a k membac waktu untu a ek gan orang anak mer yang baik den tan yang i as ik n u m gka jalin ko ntang penin Selalu men bagi cerita te a buku er b ac b an d em a m tua sisw pai dari ca h la te a ek er anak-anak m wa untuk rang tua bah o a k dengan ad p an ng toh yang bai n co i i d Beri doro ja en membaca d i rumah, m a pun suka tu membaca d g n ra o a an bahw menunjukk rumah
ndiri seo diri kita se Jadikan -siswi kita tur epan siswa d i d h la engan tera ca an buku d k Memba ca a b m e nm an kegiata Jadwalk sisten en dan kon m it m o k kan saat t a BuREFERENSI ang diberi y e id n a d tuk terus a strategi h kitJakarta: e guru unPra akanR.Semiawan. kolaDasar. smPembelajaran lidan a n se 2008. Belajar Sekolah Ideks n GunConny o si las dadan fe ro keSekolah i p d n a ca g a n b a a b e Ishartiwi.2001. Potret Minat n Membaca m budayGuru Sekolah Dasar (SD) Di Kabupaten Sleman Yogyakarta. http://eprints.uny.ac.id diakses 2 Agustus 2011. peng a d t a in m Jawa anAgustus 2011. 70% Guru SD Tak Gemar Membaca, halaman 29 dan 39. atk16 gkPos. menin NS , Sutarno. 2003. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Wiryodijoyo, Suwaryono.1989. Membaca : Strategi, Pengantar, dan Tekniknya, Depdikbud, Jakarta.
68
LPMP Jawa Timur | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
refresh
Islam
dan Pendidikan Karakter Oleh: Prof. Dr. Imam Suprayogo, M.A. Rektor UNIN Maulana Malik Ibrohim - Malang
Seringkali terdengar protes, atau setidaknya rasa kesal dari kalangan masyarakat, mengapa orang yang sehari-hari menunaikan ibadah sholat, zakat, puasa bahkan pernah menunaikan ibadah haji, tetapi perilakunya belum menggambarkan makna dari kegiatan ritual tersebut. Lantas disimpulkan bahwa, ibadah ritual tidak selalu memberi dampak pada perilaku terpuji sehari-hari.
S
ELAIN itu, seringkali terdengar ungkapan bahwa pada setiap tahun jama’ah haji meningkat, akan tetapi kasus-kasus korupsi tidak pernah surut. Bahkan, banyak pejabat yang berhaji dan umrah berkali-kali, tetapi perilaku korupnya tidak bisa berhenti. Gambaran sebagaimana dikemukakan itu, menunjukkan bahwa seolaholah antara kegiatan ritual, terpisah dari
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
69
refresh kegiatan lain sehari-hari yang lebih luas. Sebenarnya misi Rasulullah yang utama adalah usaha menyempurnakan akhlak yang mulia. Maka artinya, seorang muslim dalam melakukan apa saja harus didasari oleh akhlak mulia itu. Dalam berekonomi, politik, mengembangkan pendididikan, hukum, bermasyarakat dan lain-lain harus didasarkan pada akhlak yang luhur. Selalu dibayangkan bahwa, tidak akan mungkin seorang muslim melakukan sesuatu yang bertentangan dengan keyakinannya itu. Namun sementara ini yang seringkali terjadi, bahwa masih terdapat pemisahan yang sedemikian tajam antara persoalan agama dan persoalan kehidupan lain pada umumnya. Agama dianggap sebagai variabel tersendiri, terpisah dari kegiatan kehidupan pada umumnya. Maka yang lahir adalah kehidupan pribadi yang tidak utuh. Seolah-olah antara ke pasar sebagai upaya mencari rizki dianggap berbeda dari ketika ke masjid untuk sholat berjama’ah. Cara berpikir dikotomis seperti itulah kira-kira yang menjadikan Islam tidak dipandang sebagai ajaran yang utuh dan komprehensif. Lewat renungan yang lama dan mendalam, kami mendapatkan rumusan bahwa Islam sedikitnya membawa lima misi besar untuk mengantarkan ummat manusia agar menjadi selamat dan sekaligus berbahagia, baik di dunia maupun di akhirat. Kelima misi besar yang dibawa oleh Islam itu adalah sebagai berikut:
Pertama Islam menjadikan ummatnya kaya ilmu. Ilmu yang dimaksudkan di sini, lingkupnya sangat luas, yaitu bersumber pada ayat-ayat qawliyah dan sekaligus ayat-ayat kawniyah. Islam menganjurkan ummatnya untuk mempercayai yang ghaib, tetapi juga harus memikirkan ciptaan Allah, baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi. Mestinya sebagai implementasi dari konsep itu, kaum muslimin dituntut mengkaji: ilmu fisika, kimia, biologi, matematika, psikologi, sosiologi, sejarah dan lain-lain. Dalam mempelajari ilmuilmu yang dimaksud, sebagai pembeda dari kaum lainnya, harus mengawali dengan menyebut nama Allah, yaitu bismirabbika. Selain itu, kegiatan tersebut harus sampai pada kesadaran yang mendalam tentang keagungan asma
70
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
Allah. Disebutkan dalam Al Qur’an iqra’ warabbuka al-akram. Artinya kegiatan itu hingga berhasil membangun kesadaran tentang keharusan memuliakan Allah. Dengan demikian mestinya, ummat Islam kaya akan ilmu pengetahuan.
Kedua Islam menjadikan ummatnya meraih prestasi unggul. Sebagai makhluk yang berprestasi unggul, setidaktidaknya memiliki empat ciri, yaitu: (1) berhasil mengenal dirinya sebagai pintu mengenal Tuhannya, (2) bisa dipercaya, sebagaimana dicontohkan oleh Muhammad, sebagai panutannya adalah seorang yang dikaruniai gelar Al Amien, (3) bersedia untuk mensucikan dirinya, baik menyangkut pikirannya, hatinya dan raganya. Seorang muslim tidak selayaknya mengambil harta, atau mengkonsumsi makanan yang tidak halal, dan (4) seorang muslim di manapun berada selalu memberi manfaat bagi orang lain. Itulah manusia unggul yang diajarkan oleh Islam.
Ketiga Islam membangun tatanan sosial yang adil di tengah-tengah masyarakat mana pun. Keadilan dalam Islam dianggap sebagai sesuatu yang harus diwujudkan. Terdapat banyak sekali ayat-ayat Al Qur’an yang memerintahkan ummatnya agar berbuat adil. Bahwa sebelum Nabi Muhammad diutus sebagai rasul, masyarakat Arab terdiri atas kabilah atau suku-suku yang beraneka ragam. Antar suku saling berebut sumber-sumber ekonomi, pengaruh atau kekuasaan. Mereka yang kuat akan memenangkan perebutan itu, hingga menguasai sumber-sumber kebutuhan hidup. Dalam perebutan itu, mereka yang kalah, yaitu rakyat biasa bukannya ditolong melainkan justru ditindas dan bahkan dijadikan budak. Perbudakan sebagai sumber ketidak adilan ketika itu, berkembang luar biasa. Orang disamakan dengan binatang, yaitu dijual belikan di pasar-pasar. Harkat dan martabat manusia menjadi tidak ada harganya, sebagai akibat nafsu berkuasa dan menguasai sumber-sumber ekonomi itu. Dalam kondisi seperti itu, Nabi Muhammad datang untuk membangun tatanan sosial yang adil dan bermartabat.
Keempat Islam memberikan tuntunan tentang
bagaimana kegiatan ritual seharusnya dilakukan oleh setiap muslim. Kegiatan ritual yang dimaksudkan itu, seperti berdzikir, sholat, shoum, haji, dan lainlain. Kegiatan itu sangat penting untuk membangun kekuatan spiritual bagi mereka yang menjalankannya. Melalui kegiatan ritual itu, maka terbangun komunikasi antara manusia dengan Dzat Yang Maha Pencipta. Dengan kegiatan ritual itu pula maka terbangun sikap mulia, seperti rendah hati, sabar, ikhlas, amanah, peduli sesama, saling mencintai, dan lain-lain.
Kelima adalah konsep amal sholeh. Amal secara sederhana bisa diartikan bekerja, sedangkan sholeh artinya adalah lurus, benar, tepat, atau sesuai. Maka, amal sholeh sebenarnya bisa diartikan bekerja secara profesional. Dengan beramal sholeh, maka artinya adalah bahwa setiap perbuatan kaum muslimin harus dilakukan secara baik, sesuai dengan pengalaman, dan pengetahuan yang dimiliki. Suatu pekerjaan yang ditangani secara profesional akan mendatangkan hasil optimal. Umpama misi Islam itu berhasil diimplementasikan oleh ummatnya, sehingga ummat Islam menjadi kaya ilmu, meraih pribadi unggul, berada pada tatanan sosial yang adil, menjalankan kegiatan ritual secara sempurna untuk membangun spiritual dan pekerjaan selalu ditunaikan secara profesional, maka ummat Islam akan meraih kemajuan yang luar biasa. Namun sayangnya, dari kelima misi Islam tersebut, oleh sementara kaum muslimin, baru ditangkap pada aspek ritualnya. Sedangkan aspek lainnya belum dipandang sepenuhnya sebagai bagian dari Islam. Oleh karena itu, menjadi wajar manakala selama ini, ummat Islam masih belum meraih kemajuan sebagaimana yang selama ini diharapkan. Islam semestinya tidak saja dipahami sebagai agama, melainkan juga sebagai konsep tentang peradaban unggul. Konsep tersebut harus diperkenalkan melalui pendidikan secara terus menerus, agar ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW., benar-benar menjadi kekuatan untuk membangun karakter bangsa secara sempurna, dan tidak lagi dipahami hanya sebagiannya saja, sebagaimana yang kebanyakan terjadi selama ini. WaLLAHU a’lam.
refresh
Ariani Kusumaningrum, STP, MM Guru Berprestasi - Pemenang Juara I Menulis Artikel Program Untukmu Guruku (Jawa Pos 2009). Berprofesi Sebagai Guru Bahasa Mandarin di SMAN II Malang
Tidur untuk
Pintar
Tak banyak inovasi yang dilakukan para orang tua mempersiapkan buah hati mereka manghadapi berbagai test dan ujian di sekolah selain menambah jam belajar mereka dan memangkas jatah tidur mereka untuk banyak-banyak “menghirup” materi persiapan ujian. Seolah-olah jam tidur yang terpangkas akan efektif menambah waktu menimbun content hafalan yang bejibun ke dalam folder-folder otak mereka, padahal faktanya justru sebaliknya.
BERTAMBAHNYA jam belajar dengan memangkas jam tidur mereka, mulai tidur siang yang harus rela dikorbankan untuk pelajaran tambahan di sekolah, les tambahan di lembaga bimbingan sampai memangkas tidur pada malam hari demi “kejar tayang” menghabiskan materi persiapan ujian, belum lagi tugas-tugas dan PR dari guru di sekolah yang justru menenggelamkan mereka dalam kelelahan dan depresi. Padahal tanpa tidur, kita akan sulit mengingat
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
71
refresh Tidur sebenarnya mekanisme tubuh untuk memberikan kesempatan tubuh dan otak melakukan recovery setelah seharian melakukan aktivitas fisik dan non fisik.
informasi-informasi yang kita lihat, alami dan pelajari. Prof. Dr. dr. H. Aboe Amar Yoesoef, SpS (k), Kepala Lab./SMF ilmu penyakit saraf FK Unair RSUD Dr. Soetomo Surabaya menjelaskan bahwa ketika tidur, di dalam tubuh selain terjadi sintesis bahan-bahan makanan atau sel-sel jaringan, restorasi kelelahan dan cedera juga terjadi proses konsolidasi memori (mengingat). Tidur sebenarnya mekanisme tubuh untuk memberikan kesempatan tubuh dan otak melakukan recovery setelah seharian melakukan aktivitas fisik dan non fisik. Tidur juga merupakan bagian dari siklus bioritme harian (sircandian). Kita tidur bukan atas kemauan kita sendiri, melainkan atas paksaan dari jam tubuh (body clock), yang terletak di hipotalasmus. Inilah yang jarang disadari orang tua dan juga para perumus kebijakan dalam pendidikan. Materi muatan kurikulum di Indonesia kerap dikritisi para pemerhati pendidikan serta para orang tua dinilai terlalu membebani siswa. Di tambah lagi paradigma yang berkembang bahwa sekolah adalah investasi yang kelak menjamin posisi dan kedudukan di dunia kerja sehingga para orang tua berlomba-lomba memoles buah hati mereka dengan berjuta keterampilan dan mengkoleksi sertifikat atau ijazah sekolah unggulan. Akhirnya buah hati mereka harus rela “kerja rodi” menelan mentah-mentah semua jadwal belajar di sekolah, jadwal les, jadwal kursus, jadwal mengerjakan PR dan tugas sekolah tanpa mengerti arah dan tujuan mereka “disetting” seperti itu selain mendapat nilai bagus. Cobalah kita ambil contoh sederhana, adakah dari mereka yang bisa dengan gamblang menjelaskan untuk apa mereka harus bersusah-payah menghafal dan memahami rumus pytaghoras? Aplikasi apa yang dapat
72
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
mereka lakukan setelah memahami hukum Termodinamika? Ide cemerlang apa yang dapat mereka lakukan setelah mereka berhasil menghafal struktur anatomi daun? Memangkas jam tidur demi persiapan test atau ujian terus dilestarikan para siswa sampai ke jenjang pendidikan tinggi, rasanya umum sekali para siswa maupun mahasiswa melakukan SKS (Sistim Kebut Semalam) atau melakukan “Ekstrakurikuler Bergadang” untuk mempersiapkan ujian A, B dan C. Padahal selama tidur terjadi sintesis protein dan RNA, terjadi pembentukan suku cadang sel-sel tubuh untuk mengganti sel-sel rusak dan terjadi perbaikan, reorganisasi, serta pembentukan sircuit susunan syaraf baru dipermukaan otak (cortex celebri) dan sistem andrenergik yang dibutuhkan untuk aktivitas sistem retikuler (ARAS, Ascending reticular activity system) untuk menyiapkan kesiapsiagaan ketika bangun tidur. Jika ARAS kecapekan, misalnya saja karena kurang tidur, lama-lama kita tidak bisa bangun sempurna dan justru mengalami kelelahan fisik dan otak. Para ahli juga berpendapat bahwa tidur bermanfaat untuk kompetensi kognitif dan proses belajar dan mengkonsolidasi memori. Bila kebutuhan tidur terganggu, kemampuan belajarpun terganggu atau menurun. Selama ini tak sedikit orang tua beranggapan bahwa memangkas jam tidur buah hati mereka selama mempersiapkan ujian adalah konsekuensi yang lumrah harus dilakukan buah hati mereka untuk mencapai sukses. Ibarat berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian maka memangkas jatah tidur untuk menambah jam belajar pun dianggap salah satu ikhtiyar. Padahal, seperti yang disampaikan oleh Prof. Dr. dr. H. Aboe Amar Yoesoef, SpS(k)
bahwa selama tidur terjadi konsolidasi memory. Ketika kondisi bangun dan belajar, ada masukan yang ditangkap oleh panca indera. Lalu, masukan diteruskan ke sel otak bagian korteks, dan diterima sel saraf di hipokampus. Lalu, ketika sedang istirahat dan mulai tidur, masukan sensoris disimpan untuk jangka pendek di hipokampus, amigdala, dan korteks dalam bentuk short term memory (ingatan jangka pendek) untuk kemudian selanjutnya masuk ke long term memory (ingatan jangka panjang). Short term memory adalah sebuah sistem di otak kita yang berfungsi untuk menyimpan sementara informasi dan memproses informasi yang diperlukan saat kita berpikir (seperti saat kita mencoba menseleksi atau mengelompokkan informasi yang kita terima, saat kita mencoba mengerti hal baru, melogika sesuatu, menganalisis hubungan sebabakibat, mencari alasan atau argumentasi). Sebagai contoh, saat seseorang menyebutkan sejumlah bilangan secara acak kepada kita dengan kecepatan tertentu (misal 1 detik satu bilangan), dan selanjutnya kita diminta mengingat dan menyebutkan kembali bilanganbilangan tersebut secara urut berdasarkan besar bilangan. Rata-rata kapasitas short-term memory untuk orang normal dewasa sebanyak 5 hingga 7 item. Pada dasarnya Saat manusia menerima informasi, Memori Jangka Pendek atau Short Term Memory (STM) akan segera memprosesnya. Ada 3 bagian STM berdasarkan gambar 2 di bawah, yakni : 1. Sebuah Putaran Artikulasi, yang akan menyimpan bunyi dan kata-kata selama dua detik. Sebagai contoh, apabila kita mendapatkan nomer telpon baru, maka nomor-nomor tersebut di simpan di area ini. 2. Visuospatial Sketchpad, yang akan
refresh menyimpan informasi selama lima detik. 3. Pelaksana pusat yang mengkoordinasikan aktivitas total STM Long term memory adalah sebuah sistem di otak kita yang berfungsi untuk menyimpan secara permanen, mengatur, dan memanggil kembali informasiinformasi diwaktu berikutnya. Seringkali informasi yang disimpan di long-term memory akan dapat kita ingat sepanjang hidup. Jika diibaratkan dengan komponen komputer, short-term memory mirip dengan RAM (Random Access Memory) yakni tempat penyimpanan data sementara sebelum diproses di CPU (Central Processing Unit), data yang tersimpan di RAM akan terhapus atau hilang tertulis ulang dengan datadata berikutnya; sedangkan long-term memory mirip dengan hard-disk yakni tempat penyimpanan permanen data. Seperti halnya otak, apapun yang di-inputkan ke sebuah komputer akan masuk dan diproses di RAM (short-term memory) tetapi tidak semua input atau hasil pengolahan akan disimpan di harddisk (long-term memory). Kegagalan belajar yang terjadi justru pada proses meng-recall informasi yang tersimpan dalam Long Term Memory karena adanya proses decay (pembusukan) atau interference (masuknya informasi baru yang mengganggu) misalnya terjadi overleaping informasi berupa materi-materi pelajaran yang dijejalkan
dalam waktu relatif singkat bahkan cuma semalam. Masuknya informasi yang mengganggu juga dapat berupa gangguan mood, dan tentunya sangat sulit menghadirkan mood yang baik jika tubuh mengalami kelelahan karena kurang tidur. Belum lagi informasi-informasi yang mengganggu seperti ketakutan tidak lulus ujian, dimarahi orang tua sebelum berangkat sekolah, atau ditegur guru secara tak simpatik sebelum masuk kelas. Banyak faktor Internal dan Eksternal yang perlu dipersiapkan untuk mendulang sukses ujian selain memangkas jam tidur mereka. Untuk itu orang tua perlu jeli memilih jenis sekolah dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik belajar dan kemampuan intelegensi mereka. Mempertimbangkan jenis sekolah dan metode pembelajaran yang diterapkan sangat penting untuk menyelaraskan siklus bioritme harian (sircandian) mereka. Pihak sekolah pun juga perlu mendisain jam belajar dan beban materi yang dapat memberi kesempatan para siswanya memiliki waktu mengistirahatkan sel-sel tubuhnya. Tak sedikit sekolah menerapkan jam KBM (Kegiatan belajar mengajar) dari pagi sampai sore kemudian memberikan oleh-oleh setumpuk PR untuk dikerjakan siswa di rumah. Jeli dalam memilih metode pembelajaran adalah sangat penting karena setiap anak adalah pribadi individu yang khas dan unik. Salah satu hal
yang mempengaruhi efektivitas belajar anak-anak adalah gaya belajar (learning style) mereka. Walaupun gaya belajar bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar, pemahaman terhadap gaya belajar dan stimulus yang sesuai dengan gaya belajar akan meningkatkan efektivitas proses pembelajaran. Jenis sekolah dan kesesuaian metode yang diterapkan adalah poin yang bisa mengakomodasi minat dan bakat dengan karakter belajar masing-masing bukan dengan penyeragaman metode dan target yang sama. Umumnya pembelajaran di Indonesia yang menerapkan pembelajaran klasikal kurang memperhatikan hal ini. Mengelola rombongan belajar berisi 35-40 siswa per kelas sangatlah rumit mengakomodasi semua keragaman gaya belajar mereka. Pembelajaran dilakukan dengan metode dan strategi yang sama dengan target ketuntasan belajar minimal yang sama. Di sinilah guru professional dituntut kreatif menggunakan berbagai strategi pembelajaran yang dapat melayani semua siswa unik dengan gaya belajar masing-masing. Orang tua pun perlu lebih bijaksana dalam mengatur ritme belajar putra-putrinya agar tak semata menjadi pelampiasan ambisi orang tua untuk menjejalkan ilmu ini atau ilmu itu. Beri kesempatan mereka berksplorasi namun beri juga mereka ruang waktu untuk terlelap dalam alam mimpi. Toh, Tidur untuk pintar.
PROSES MEMORI OTAK INFORMASI SHORT TERM MEMORY MEMORI JANGKA PENDEK
PUTARAN ARTIKULASI VISUOSPATIAL SKETCHPAD KOORDINASI AKTIVITAS
LONG TERM MEMORY MEMORI JANGKA PANJANG
REPETISI ATAU PENGULANGAN
REFERENSI Anonim. 2010. Proses Memori Otak. http://supersuga.files.wordpress.com | Susanto, Tony. 2011. Kunci Mengingat dan Belajar Lebih mudah. http://edukasi.kompasiana.com | Yudana, I Gede Agung. 2008. http://anti-pay.blogspot.com MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
73
hidupguruku
Rangsang Semangat Siswa dengan
Sistem Reward dan Punishment
74
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
WAKTU menunjukkan pukul 13.44 WIB, suasana kelas 3B SDN Kepuh Kiriman 1 Sidoarjo mulai ramai. Siswa - siswi pun mulai kurang menaruh perhatian ke mata pelajaran Matematika. Mereka lebih banyak yang berbicara dengan teman sebangkunya. “Konsentrasi,” terdengar suara laki-laki yang keras dan tegas sehingga membuat seluruh siswa serentak menjawab,” konsentrasi pada Matematika” Usai menjawab kata yang dilontarkan oleh seorang guru kelas 3B SDN Kepuh Kiriman 1 Sidoarjo, spontan perhatian mereka tertuju ke seorang laki-laki yang berdiri di depan kelas mereka. Konsentrasi ke-46 siswa pun bisa dikembalikan pada topik bahasan mata pelajaran yang sedang mereka pelajari. “Iya, saya memang sengaja membuat slogan-slogan tersebut. Tujuannya tidak lain adalah untuk menarik perhatian siswa,” ungkap guru kelas 3B yang bernama Muh Hisbul M, saat ditemui di SDN Kepuh Kiriman 1 Sidoarjo. Hisbul memaparkan banyak variasi slogan maupun tepukan yang sengaja dia ciptakan untuk menarik perhatian seluruh siswanya. Dia menyadari dalam waktu 15 menit, konsentrasi anak-anak akan terpecah dan beralih ke hal lainnya. Apalagi, kelas yang dirinya asuh masuk pada jam siang, yaitu pukul 12.20 WIB hingga pukul 16.30 WIB. Sehingga, tidak sampai 15 menit, konsentrasi anak-anak sudah terpecah dan beralih ke yang lain.
hidupguruku Tidak selang berapa lama, terdengar suara tepukan yang cukup keras. Lagi-lagi terdengar sahutan dua tepukan dari seluruh anak di kelas. “Inilah salah satu variasi lainnya, “ ucap Hisbul usai menepukkan kedua tangannya. Hal ini kembali dia lakukan karena beberapa siswa sudah terlihat asyik berbicara dengan teman sebangkunya dan tidak memperhatikan pelajaran yang sedang diberikan. “Ya, dalam satu bulan minimal saya membuat sebuah variasi baru. Memang saya memerlukan waktu untuk membiasakan anak-anak. Namun, variasi sangat diperlukan agar anak-anak dapat kembali lagi ke tujuan awal mengingat mereka mudah bosan. Selain itu agar menarik perhatian anak dan membuat kelas lebih menyenangkan,” papar alumus PGSD Universitas Negeri Surabaya ini. Hisbul mengaku untuk menarik perhatian para siswa, tidak perlu dilakukan dengan emosi atau dengan memarahi siswa. Namun, dengan kegiatan yang dia buat baik berupa slogan atau yel-yel maupun dengan tepukan hasilnya cukup efektif dan tidak perlu menguras emosi untuk memarahi siswa. Selain itu, para siswa juga tidak akan merasa takut yang bisa menimbulkan trauma bagi siswa. Lagi-lagi Hisbul mengucapkan kalimat untuk mendapatkan perhatian para muridnya. “ Anak cerdas, ” sebutnya kali ini. Dengan kompak siswa – siswi kelas 3 B menjawab,” Itu saya.” Masih banyak cara yang diterapkan Hisbul dalam usaha untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan, selain menciptakan yel-yel yang memotivasi para siswa. Hisbul juga menerapkan sistem reward and punishment (penghargaan dan hukuman) bagi para siswa-siswi kelas 3B. “Saya akan memberi reward berupa point dan menerapkan sistem punishment dengan cara mengurangi point yang telah didapat oleh siswa tersebut,” tutur guru yang sebelumnya bertugas di SDN Bubutan VI Surabaya ini.
Hisbul menjelaskan setiap siswa yang bisa menjawab pertanyaan yang diberikan akan diberikan satu poin. Begitu pula dengan siswa yang nilai ulangan harian mencapai 100 juga akan mendapatkan satu poin. Sedang untuk nilai ujian tengah semester (UTS) atau ujian akhir semester (UAS), bila siswa mendapatkan nilai 100 maka akan mendapatkan tiga poin. Selain penghargaan dalam bidang akademik, dirinya pun akan memberikan point kepada siswa di bidang perilaku. Satu poin akan diberikan kepada siswa yang rajin mengerjakan pekerjaan rumah (PR), siswa yang rapi, siswa yang patuh serta siswa yang tertib. Sedang untuk punishment, Hisbul menerangkan point yang telah didapat akan dikurangi satu. Hukuman akan diberikan bila siswa tidak mengerjakan PR lima kali berturut-turut dan siswa yang ramai di kelas. “Untuk lebih memotivasi siswa, bila poin yang mereka kumpulkan sudah mencapai 30 poin. Maka saya akan memberikan pin kepada mereka,” ujarnya. Untuk semester ganjil yang lalu, Hisbul menyebutkan dirinya menyediakan dua puluh buah pin dengan rincian sepuluh buah pin untuk siswi dan sepuluh buah pin untuk siswa. Agar lebih menarik, dirinya sengaja mendesain pin untuk siswi dan pin untuk siswa berbeda. Selain menggunakan gambar emotion yang sesuai dengan jenis kelamin. “Alhamdulillah penerapan sistem poin dan pemberian pin mampu memotivasi semangat anak-anak untuk belajar dan lebih mudah diatur,” tegas pria berambut cepak ini. Disinggung soal dana untuk mencetak pin? Dengan senyum yang mengembang, Hisbul mengaku dirinya sengaja menyediakan anggaran pribadi untuk mencetak pin bagi siswa-siswinya. Baginya, para murid pun berhak mendapatkan penghargaan bila mereka berprestasi. Hisbul menambahkan setiap siswa yang mendapatkan pin, mereka akan memakainya setiap hari. Sebab, pin tersebut secara tidak langsung
menjadi sebuah kebanggaan bagi para siswa. Karena, tidak semua siswa bisa mendapatkan pin tersebut. Selain itu, dengan menggunakan pin secara tidak langsung mereka bisa menunjukkan bahwa mereka berprestasi. Siapa yang bertugas mencatat poin? Hisbul mengatakan dirinya menyediakan papan seluas 1 meter X 2 meter yang digantung di dinding kelas. Dalam papan tersebut diberi judul tabungan poin. Dalam tabungan poin tersebut tertulis seluruh nama siswa kelas 3B dan tujuh kolom dengan judul nama mata pelajaran. Setiap siswa yang mendapatkan poin akan meminjam spidol berwarna emas ke sekretaris kelas. Kemudian siswa tersebut akan menulis angka satu di dalam kolom sesuai dengan mata pelajaran dimana dia mendapatkan poin. Begitu pula dengan siswa yang mendapatkan hukuman dan harus mengurangi poin yang mereka dapat. Caranya, mereka meminjam spidol warna merah ke sekretaris kelas dan menulis angka satu di kolom mata pelajaran dimana dia mendapatkan hukuman. “Ya, mereka sendiri yang menulis poinnya. Ini juga untuk melatih kejujuran mereka,” ungkapnya. Selain melatih para siswa untuk jujur, Hisbul menambahkan dirinya juga memiliki catatan tabungan poin sendiri. Dimana, dalam catatan tabungan poin yang dimilikinya, memuat tanggal serta prestasi maupun kesalahan yang dilakukan siswa sehingga reward atau punishment diberikan. Selain untuk menunjukkan letak kekeliruan siswa, catatan tabungan poin yang dia miliki bisa menjadi tolak ukur tingkat kejujuran siswa. Untuk menerapkan sistem pembelajaran tersebut, Hisbul mengaku dirinya terinspirasi dari sistem pembelajaran di Jepang yang menerapkan sistem reward and punishment dengan cara pemberian dan pengurangan poin. “Alhamdulillah sistem poin dengan memberikan pin sudah saya lakukan sejak tahun 2007 lalu. Menurut saya sistem tersebut sangat efektif,” tandasnya. Siska Prestiwati Wibisono
“Untuk lebih memotivasi siswa, bila poin yang mereka kumpulkan sudah mencapai 30 poin. Maka saya akan memberikan pin kepada mereka,”
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
75
studi banding
Korsel Menganggap Pemanfaatan Teknologi Bidang Pendidikan di Negaranya
Masih 20%
Jauh sebelum Indonesia sadar dan mulai menganggap teknologi memiliki fungsi vital bagi peningkatan mutu dan kualitas pendidikan, Korea Selatan dan Jepang sudah berusaha secara maksimal menguasai literasi di bidang ICT dan manajemen tentang ICT.
76
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
studibanding Bagus Priambodo & Siska Prestiwati Wibisono BERIKUT penuturan Kepala Seksi Program dan Sistem Informasi, M Toni Satria Dugananda, ST yang beberapa waktu yang lalu telah melakukan studi banding ke Korea (tepatnya Korea Selatan) yang difasilitasi oleh Intel Indonesia Coorporation. Toni menceritakan bila dibandingkan pendidikan di Korea Selatan dengan di Indonesia selisihnya sudah jauh sekali. Bila diperkirakan bisa mencapai 7 level, dimana Indonesia jauh dibawah Korea Selatan. “Tahun 1994, di Jepang saya pernah melihat yang namanya water kloset itu ada perangkat ICTnya. Di Korea Selatan pada tahun 2010 yang lalu, water kloset yang ada perangkat ICTnya juga saya temukan di salah satu sekolah yang menjadi tujuan studi banding kami. Tapi di Indonesia belum ada satu sekolahpun dengan water kloset seperti itu,” ungkap dia. Ini artinya, sambung Toni, dari sisi teknologi, sisi penggunaan serta dari sisi pengolahan/pengelolaan ICT di bidang pendidikan, Indonesia tertinggal jauh. Kelebihan-kelebihan di Korea Selatan menunjukkan bahwa ICT itu sudah digunakan di sekolah dan di sistem jaringan, sistem network manajemen dan sistem penggunaan aplikasiaplikasi atau pengembangan kurikulum. Dimana, semuanya sudah menggunakan ICT sebagai salah satu alat untuk memperbaiki proses pembelajaran. “Di Korea Selatan kelas tertata sekali. Ada kelas konvensional, kelas multimedia, ada kelas laboratorium. Muridnya pun berada dalam satu rombongan belajar dengan sistem moving class,”kata Toni. Artinya, jelas dia, siswa itu kadangkadang masuk ke kelas konvensional, kadang-kadang masuk ke kelas multimedia dan masuk ke kelas-kelas lain yang ada di sana. Semua kelas di sana sudah memiliki standar-standar yang sesuai untuk peruntukkannya. Jadi pada waktu mereka masuk di kelas konvensional maka di sana akan dominan pada guru. Kelas Konvensional ini adalah sebuah ‘study center’ dimana guru akan menanamkan konsep, menanamkan mengenai prinsip-prinsip dasar, menanamkan terkait dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, kemampuan untuk mengetahui proses, kemampuan untuk mengetahui hubungan antar proses dengan hubungan timbal balik
dan sebaliknya. Sedangkan pada kelas-kelas yang sudah menggunakan multimedia, ada perubahan dari hal yang sifatnya normatif atau adaptif itu bisa dirubah menjadi sesuatu yang lebih produktif, lebih implementatif dengan menggunakan ICT sebagai alatnya atau toolsnya. Jadi kalau misalkan di konvensional seorang guru fisika menerangkan sebuah peluru yang bergerak bebas atau gerak berubah beraturan. Maka, pada waktu di kelas multimedia guru dan siswa/ murid akan tahu simulasi yang sifatnya visual misalkan visualisasi peluru dalam melakukan percepatan dan kecepatan melalui gerak lurus berubah beraturan. Sehingga mereka itu bisa tahu berapa sudut terjauh yang dihasilkan dan lain sebagainya. “Itu untuk fisika artinya konsep atau teori yang ada bisa/mampu untuk divisualisasikan. Tidak hanya sekedar cerita-cerita yang normatif yang membingungkan (teori, teori dan teori). Nah, itu dari proses pembelajaran. Sehingga guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan itu,” jelas dia. Toni menambahkan di kelas multimedia, setiap saat guru bisa melakukan interaksi dengan siswa dan sistem pembelajarannya sudah bukan teacher center melainkan 100% student center. Dimana, anak didik itu melakukan analisa, melakukan evaluasi dan mereka seolah-olah seperti menghadapi ujian secara formatif dan semua itu sudah berbasiskan pada teknologi. “Sehingga begitu ada suatu soal dan para siswa menjawab, maka akan segera diketahui. Berapa persen siswa yang menjawab A, B, C, atau D yang disajikan dalam bentuk grafik,” jelasnya. Dengan tingkat kesulitan-kesulitan itu mereka bisa langsung melakukan analisa butir soal secara cepat. Karena perangkatnya sudah lengkap dan mereka bisa menggunakan perangkatperangkat itu. Sayangnya, perangkat seperti ini belum dimanfaatkan secara optimal atau bahkan belum ada di Indonesia. Toni juga menuturkan di salah satu sekolah yang dikunjunginya terdapat galeri yang bisa bercerita terkait keberhasilan sekolah. Salah satunya portofolio sekolah berupa foto-foto keberhasilan sekolah. Sehingga, saat orang tua atau wali murid atau siapapun datang MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
77
studibanding
berkunjung maka akan melihat segala keberhasilan sekolah melalui berbagai portofolio yang dipamerkan di galeri tersebut. Barang-barang juga yg ikut dipamerkan diantaranya guci, piala, medali dan lain sebagainya termasuk hasil karya siswa yang sudah go internasional. “Di Indonesia belum ada sekolah yang memiliki galeri semacam itu. Dimana, galeri tersebut menunjukkan proses keberhasilan siswa,” kata Toni. Masih menurut Toni, di Korea Selatan semua kelas sudah mempuyai standar yang pasti tentang kenyamanan fasilitas. Mereka memiliki loker, bangkubangku yang tertata rapi, ada multimedia sistem, ada rak yang diantaranya rak untuk menyimpan portofolio siswa, rak untuk menyimpan alat dan bahan yang diperlukan di sekolah itu. Dengan kelas moving, begitu masuk kelas, kelas itu bersih begitu mereka keluar kelas, kelas itu juga bersih. Di dalam kelas mereka melepas sepatu sebab sepatu diletakkan di dalam loker yang ada di luar kelas. Di dalam kelas ada loker lagi untuk menyimpan alat-alat yang dibutuhkan untuk proses belajar-mengajar. Ada pula alat soundsistem multimedia lengkap sebagai penunjang kegiatan pembelajaran. “Jadi sekali lagi kelas–kelas mereka di sana sudah ada standarisasinya. Sedang di Indonesia belum sebaik itu,” ungkapnya. Walapaun pendidikan di Korea Selatan sedemikian pesatnya melakukan perubahan-perubahan terhadap teknologi. Ternyata, keberhasilan teknologi dalam pengembangan media pendidikan dan alat peraga dinilai oleh
78
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
orang Korea Selatan sendiri baru mencapai 20 persen saja. “Bila pesatnya kemajuan sistem pendidikan di Korea Selatan saja dinilai baru mencapai 20 persen. Bagaimana dengan Indonesia?,” tanya Toni. Toni memaparkan yang menjadi masalah besar adalah dari sisi manajemen, dari sisi software, hardware bahkan brainware orang Indonesia yang belum siap sepenuhnya untuk perubahan-perubahan tersebut. Belajar dari keberhasilan Korea Selatan dalam melakukan perubahan sistem pendidikan, marilah kita coba untuk implementasikannya. Setidaknya kita bisa memberikan keterampilan literasi awal kepada para guru-guru kita sebagai agen pembaharuan dan agen perubahan dalam memproses pembelajaran untuk bisa menggunakan ICT sebagai alat untuk memperbaiki proses pembelajaran di satuan pendidikan kususnyan di kelas. “LPMP Jatim mulai memperkenalkan proses pembelajaran yang terkait dengan model pembelajaran di era abad 21 secara bertahap dan pasti. Dimana kita mulai merubah dari sistem pembelajaran yang sifatnya konvensional kearah yang lebih modern. Sekali lagi ICT bukan utama tetapi ini merupakan salah satu alat penunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran atau perbaikan proses pembelajaran, perbaikan model pembelajaran, perbaikan strategi pembelajaran dan perbaikan inovasiinovasi pembelajaran,” papar Toni. Sehingga, ungkap Toni, kita akan melihat adanya satu kecocokan dengan kurikulum yang saat ini ada di Indonesia yaitu Kulrikulum Tingkat Satuan Pendi-
dikan (KTSP). Dimana, satuan pendidikan dengan adanya kurikulum tersebut memiliki otonomi penuh untuk bisa mengembangkan kurikulum-kurikulum tadi serta menciptakan perubahanperubahan baru dalam proses pembelajaran agar lebih inovatif untuk bisa dimasukkan ke dalam KTSPnya itu. Oleh karena itu kemampuan guru, kepiawaian guru dalam mengelola atau mengolah KTSP mulai dari silabus, RPP sampai dengan membuat materi, membuat sistem penilaian dan lain sebagainya itu harus mengalami perubahan. Jadi transformasinya harus besar sekali karena mau tidak mau saat ini Indonesia harus masuk ke era supremasi tekonologi di bidang pendidikan (Global Education) dimana saat ini kita sedang berada di era-era perubahan yang cukup cepat (revolusioner) dan cukup mendasar utamanya dalam hal pemanfaatan teknologi multimedia khususnya ICT bagi proses pembelajaran. “Dengan begitu guru-guru Indonesia, kami harapkan memiliki keterampilan minimal seperti literasi ICT dan itu harus dibuktikan dengan adanya sertifikat,” ujar Toni. Toni menambahkan untuk itu, LPMP Jatim mencoba melakukan terobosanterobosan baru khususnya bagi guru diantarnya pelatihan yang namanya ICT Training For Teachers. Dengan pelatihan ini LPMP Jatim tidak menerbitkan attendance certificate yang hanya kehadiran saja. Tetapi kita menerbitkan attendance certificate yang sudah disesuaikan dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 16 tahun 2009 dimana di sana ada standar-standar kriteria pe-
studibanding
“Di sini juga perbedaan sekolah kita dengan sekolah di Korea Selatan dimana ruang kelas di sana bentuknya sudah CMPC.”
nilaian kinerja guru (PKG). LPMP Jatim juga menggunakan angka-angka proses penilaian kinerja guru dimana angka 76 berdasarkan peraturan tersebut adalah skor baik sampai skor 90. Sedangkan 91 sampai 100 adalah amat baik. Artinya kita menentukan standar minimal keberhasilan dalam proses pelatihan itu adalah angka 76. “Orang yang berhasil dan mampu akan menjadi Master of Trainers,” tegas Toni. Oleh karena itu, dalam melakukan proses pengukuran kinerja, LPMP Jatim melihat bahwa dari input apapun input dari pelatihan ini, dari yang tidak bisa sama sekali, dari yang sedang bahkan dari yang pandai atau mahir sekalipun semuanya akan diproses. Kemudian, pihak LPMP Jatim akan memasukannya sebagai roll input. Dari input 100 orang maka LPMP Jatim akan memproses 100 orang dan outputnya juga akan keluar 100 orang dengan ketentuan kriteria minimal memiliki keterampilan ICT literasi dasar. Namun bagi yang skornya diatas 76 akan menjadi Master of Trainers. Sebagai outcomenya mereka berhak menjadi narasumber dan mendapat poin dalam pengelolaan angka kreditnya. “Yang bersangkutan adalah pengajar atau narasumber yang bisa dipergunakan di kelompok kerja, di forum-forum ilmiah, di banyak kegiatan lokakarya atau train of the trainers. Dimana, dia harus melakukan proses pengimbasan untuk bisa memproduksi lebih banyak lagi guru-guru yang memiliki keterampilan minimal tentang ICT literasi dasar bagi guru,” jelasnya. Untuk itu, dalam proses pembelajar-
an LPMP Jatim bekerjasama dengan intel, LPMP Jatim ingin mencoba mengemas suatu proses pelatihan dengan modul dari intel. Mulai dari pelatihan seperti Ms Office, Excel, serta Power Point. Semua itu sebenarnya bersifat general science atau general around knowledge. Dimana Ms Word dibutuhkan guru untuk membuat RPP, bagaimana guru membuat soal dengan menggunakan fasilitas aplikasi Ms Word. Untuk Excel, diharapkan guru bisa menerapkannya untuk membuat sistem penilaian. Sedang untuk Power Point diharapkan guru bisa membuat berbagai macam inovasi alat peraga pembelajaran ataupun model pembelajaran. Setelah mereka menguasai keterampilan level dasar yaitu getting started maka mereka akan melanjutkan ke level essential course. LPMP Jatim memiliki tiga pelatihan. Yang pertama adalah tingkat getting started level dasar, essential course dan one o one learning. Dimana, di sana ada perangkat paket bantuan notebooknya yang namanya CMPC (class meet personal computer). “Di sini jugalah perbedaan sekolah kita dengan sekolah di Korea Selatan dimana ruang kelas di sana bentuknya sudah CMPC,” jelas Toni. Dimana, satu orang anak itu satu computer dan itu bukan ruang laboratorium tapi kelas. Sehingga dimanapun mereka bisa belajar dan ini sudah menunjukkan kedekatan mereka dengan teknologi khususnya di bidang multimedia dalam hal ini ICT. Mereka sudah sangat dekat. Berbeda dengan di Indonesia yang masih ada jadwal tertentu kapan mereka harus masuk dalam
laboratorium. “Nah ini yang menjadi pembeda yang cukup signifikan,” tegas dia. Oleh karena itu kemampuan guruguru terhadap penguasaan jaringan/ sistem dan penguasan terhadap sistem manajemen terhadap ICT ini juga menjadi sangat penting sekali. Selain guru, kepala sekolah juga harus memiliki wawasan keterampilan cara pandang yang sama terhadap proses pembelajaran yang menggunakan ICT ini. “Nggak bisa hanya gurunya saja tapi kepala sekolahnya nggak mau tahu. Semuanya harus masuk, terlibat dan fokus di dalamnya sehingga siswanyapun juga akan paham. Kalau semuanya paham maka model strategi pembelajaran itu bisa kita lakukan,” jelasnya. Perubahan tersebut bisa terlihat dari biasanya kelompok kerja guru yang memang mereka melakukan perkumpulan di kelompok kerjanya tapi hasil dari KTSP itu tidak mereka diskusikan dengan baik, tidak melakukan pengkajian dengan baik tapi hanya sekedar copy paste. Padahal berdasarkan KTSP harusnya apa yang ditulis guru itu adalah yang diajarkan. Apa yang diajarkan guru itu harus ditulis. “Makanya guru harus membuat yang namanya PTK (Penelitian Tindakan Kelas),” ujarnya. Mulai tahun 2013 guru naik dari golongan 3 A ke 3 B harus buat PTK. Sedang guru dengan golongan 3 B ke 3 C harus buat karya tulis ilmiah begitu seterusnya sampai golongan ruang 4 E. Semua itu, dikaitkan dengan perolehan angka kreditnya agar guru bisa naik pangkat. “Itulah guru yang profesional,” tegasnya. MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
79
Remember, The World is Flat now What do we need? Do we need Global Quality Teacher and Global Education? What strategy must we do to introduce, create and develop it?
rkshops or o w , s m ra g ro me p s, Let’s join so a e id e m these things: o t s n e e v m a h le I p , s im p Oo also only talk but t o n h ic h w s course reparation of P e Th d n a n o ti za Globali on ti ca u Ed in ce n e ri Quality Teachers Expe International er ternational Teach cher Education a In g Te in in rt d o a p p ro b Su A y d Valuing Stu ms Education Progra d al ing Abroa een The Tradition Student Teach tw e b p a G e Th g Bridgin al Standard b iculum lo G ve ie ch A d n and A Global Curr Adopt a ST r The 21 n for o fo ti t n ca e u m Ed e r ir e u q ch e a R A zing Te Going Global, Internationali Century Global Arena ducation.net and Teaching l -e a m n h io g u at ro rn th te g In in tion Learn Short-term ther Global Educa A Key to Global o n g a in r d o vi et ro .n P si s ka ce u n e-d Experie m o ro Programs Class d n a chers al Competent Tea t Century Creating Glob for Twenty-firs Teacher Educators
So people, what do you think? Hopefully, those open our mind and give us new perspective
Start being global... Don’t be the last!
80
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
luarnegeri AGEN PERUBAHAN
Anak adalah
Pengantar Perubahan Wawancara dengan
NICHOLAS NEGROPONTE
Cita-cita yang ingin dicapai melalui inisiatif Anda tertuang dalam nama organisasi “Satu Laptop per Anak”. Kita masih jauh dari itu. Apakah selama ini usaha Anda sia-sia? Uruguay telah berhasil menyediakan satu laptop per anak di negaranya. Jumlahnya 450 ribu anak-anak usia 6 hingga 12 tahun. 50.000 yang terakhir akan memperoleh laptop mereka bulan ini. Peru dan Rwanda mengikuti jejak ini dan akan melakukan hal yang sama
Teknologi informasi menawarkan kesempatan akses yang besar kepada semua orang. Satu laptop per Anak (OLPC/One Laptop Per Child) adalah sebuah organisasi non profit yang ingin menjembatani pembagian alat digital ini. Pendiri sekaligus pimpinan organisasi ini, Nicholas Negroponte menjelaskan dengan rinci tentang arti dan tujuan proyek ini dalam sebuah wawancara dengan Hans Dembowski.
dalam 3 tahun. Pada kasus ini, di masing-masing Negara tersebut terdapat masing-masing 2,2 juta anak. Sejauh ini OLPC telah membagikan 1 juta laptop yang memakai 19 bahasa di 31 negara termasuk yang menyerupai bahasa Haiti, Eithiopia, Afganistan, Mongolia dan Kamboja. Bagi saya ini terasa cukup bagus dan hampir “tidak sia-sia”. Akan tetapi yang lebih penting adalah ketika OLPC mengenalkan konsep laptop tidak mahal ini tiga setengah tahun yang lalu,
konsep ini dibuang dan ditertawakan, Siapa atau apakah hal yang menghalangi dalam menjembatani pembagian alat digital ini? Ada kalanya kepentingan komersial merintangi konsep ini. Paling sering ini menjadi perang antar software Intel dan AMD atau antara Microsoft dan Open Source. Namun, tak ada seorangpun yang tertarik memiliki peralatan digital, dan masalah yang sebenarnya adalah MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
81
luarnegeri
AGEN PERUBAHAN
uang. Untuk memulai proyek ini dibutuhkan banyak dana karena banyak hal yang harus dilakukan. Setidaknya Anda harus bisa menjangkau hingga ke anakanak kelas 6. Namun kami lebih memilih menjangkau lebih banyak tingkatan kelas sekaligus. Siapakah yang memikul tanggungjawab dalam membuat perubahan menjadi nampak: pihak pejabat sektor swasta, pemerintah di negara berkembang atau negara donor beserta lembaganya? Kepala negara yang melakukan hal tersebut untuk negaranya.Waktu yang terbaik dalam memulai program ini adalah pada saat awal atau akhir tahun pelajaran.Adalah diperlukan jika yang melakukan ini adalah pemimpin tertinggi suatu negara. Tidaklah sesuai bila proyek ini ditangani sektor swasta karena anak-anak adalah sebuah misi bukan pangsa pasar. OLPC adalah semacam trotoar, udara bersih atau kesehatan dasar. Ini adalah tugas sipil dan kewarganegaraan. Menurut saya lembaga donor seharusnya mempertimbangkan untuk memberikan laptop bukan uang. Di Amerika, saya memaksa pihak pemerintahan Obama melakukan hal ini untuk Afganistan. Bagaimana komputer bisa sesuai dengan pendidikan dasar di negara berkembang terutama di area pedesaan dimana tantangan utamanya terletak pada bahwa sekolah tidak beradaptasi dengan budaya, gaya hidup dan kebutuhan masyarakat setempat? Tidakkah pengenalan komputer menambah permasalahan tersebut? Konsep bahwa “sekolah” memiliki dasar kurikulum bertingkat dan menerapkan pemisahan usia yang murni karena bidang ilmu dan bukannya karena minat murid-murid adalah merupakan model sekolah yang benar-benar melemahkan semangat dan tidak cocok dengan berbagai kebutuhan. Bukan itu pendekatan kami. OLPC memandang anak-anak sebagai pengantar perubahan. Ada semacam pembalikan terhadap pemikiran lama akan konsep belajar, yakni pembelajaran yang akan memunculkan kemampuan bawaan anak-anak untuk belajar. Saat orang menanyakan
bagaimana cara mengajari para guru supaya bisa mengajari anak-anak cara memakai laptop, saya merasa heran akan orang tersebut. Anak-anak itu cerdas. Bila diberi kesempatan, mereka akan tahu bagaimana caranya memakai komputer dan pemakaian komputer akan melatih kemampuan dasar seperti membaca, contohnya. Namun bukankah pada awalnya anak-anak memerlukan panduan? Kami tidak berfokus pada kemampuan mengoperasikan komputer. Itu adalah hasil sampingan dari kemahiran yang akan dicapai anak-anak melalui pemakaian laptop untuk belajar. Anda salah jika berpikiran bahwa kemampuan mengoperasikan komputer adalah hal berat lain dalam agenda sekolah. Laptop membuat anak-anak mengejar dan mengembangkan minat yang menggunung. Hampir
di tiap tempat dimana pun anak-anak mendapatkan laptop kami, angka kehadiran murid di sekolah meningkat tajam. Anak-anak mulai menjelajahi potensi mereka. Saat anak-anak mendapatkan akses pada peralatan ini mereka terhubung pada pendidikan mereka. Mereka belajar, berbagi, mencipta dan bekerjasama. Mereka menjadi terhubung satu sama lain, terhubung dengan dunia dan terhubung pada masa depan yang lebih cerah. Belajar adalah tujuan utama kami. Anak-anak, terutama yang masih kecil, membutuhkan kesempatan untuk belajar lebih dari sekedar Word, Excel dan Powerpoint. Tentu saja untuk bisa
memiliki keahlian ini akan bisa tercapai jika mereka tumbuh besar dengan memiliki laptop. Menurut Anda, dimanakah permasalahan tersebut bisa terpecahkan dengan baik? Secara khusus, masalah ini terselesaikan dengan baik di Peru, di sebuah desa yang sangat terpencil dimana anakanak tidak memiliki listrik di rumah atau di sekolah. Daerah ini begitu miskin dan sederhana. Mereka bahkan tidak bisa berbahasa Spanyol. Tidak ada pendapat yang mengharuskan untuk belajar disana, sehingga anak-anaklah yang mengajarkan orangtua mereka untuk membaca dan menulis misalnya. Anda baru saja dari Afrika. Apa yang paling mengesankan bagi Anda? Kami baru saja memindahkan seluruh kelompok pendidikan kami ke Kigali, ibukota Rwanda. Kami melayani seluruh wilayah Afrika dan Timur Tengah dari sana. Saya cukup sering berada di Afrika dan mengetahui betapa sedikit yang saya tahu, betapa berbedanya setiap daerah disana dan tidak pernah sebelumnya saya terkejut oleh kemiskinan yang amat sangat. PERUBAHAN PARADIGMA Satu Laptop per Anak (OLPC) diluncurkan di Forum Ekonomi Dunia di Davos pada Tahun 2006. Tujuannya adalah untuk memberikan setiap anak sebuah laptop senilai 100 US dolar sehingga bisa menjembatani pembagian informasi secara digital. Laptop OLPC yang digunakan saat ini bermerek XOs. Harganya sekitar 180 US dolar, bertenaga baterai dan bisa tersambung dengan internet tanpa kabel. Peralatan di XO ini dirancang bertahan selama 5 tahun. Program-programnya dicocokkan dengan minat anak-anak dan berbasis software open source. Sebagai organisasi non profit yang anggotanya termasuk perusahaan teknologi yang besar seperti AMD, Google dan eBay, OLPC beroperasi bersama pemerintah yang ingin mengenalkan komputer di sekolah-sekolah. Komputer XO ini tidak tersedia di toko pengecer, namun langsung dibagikan melalui sektor pendidikan negara yang bersangkutan. Sumber: D+C International Journal
NICHOLAS NEGROPONTE: Pendiri dan pimpinan organisasi non-profit One Laptop Per Child. Saat ini beliau sedang cuti dari MIT, tempat dimana dia mengajar teknologi media. Ia adalah juga rekan-pendiri dan direktur Laboratiom Media MIT. Email:
[email protected]
82
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
luarnegeri AUDIO PENDIDIKAN
Belajar dengan
Telinga Radio Internasional Jerman DW (Deutsche Welle) mendukung proyek pendidikan di negaranegara berkembang dan membantu mempercepat pembentukan demokrasi dan masyarakat sipil. Bersama program baru yang bertajuk Learning by Ear, diluncurkanlah sebuah inisiasi pendidikan bagi pendengar muda di Afrika.
HAMPIR seluruh naskah, produksi dan penyiaran Learning by Ear disusun di Afrika. ”Ini adalah cara terbaik mengembangkan program yang sesuai dengan minat pendengar DW yang tinggal di sub- Sahara,” ungkap direktur Erik Bettermann. Lebih dari 200 stasiun radio Afrika yang menjadi partner telah lama mencari lebih banyak program edukasi bagi pendengar-pendengar mudanya. Proyek yang dimiliki DW, seperti yang ditekankan oleh Bettermann, bisa hadir berkat bantuan dana pihak ketiga, yakni Dinas Kementerian Luar Negeri Jerman yang mendukung proyek-proyek budaya luar negeri dengan programnya yang bertajuk “Aktion Afrika”. Sejauh ini, Radio Internasional DW telah menyiarkan 15 episode Learning by Ear dalam semua bahasa penyiaran di Afrika: Inggris, Perancis, Portugis, Amharic, Hausa dan Kiswahili. Acara ini mencerminkan kehidupan anak muda sehari-hari. ”Para remaja sudah bosan dengan penyuluhan tentang AIDS dan penyakit lainnya” ujar actor Mozambia Elliot Alex yang bekerja untuk program berbahasa Portugis. ”Cara terbaik untuk bisa menyampaikan pesan adalah melalui sebuah cerita/kisah yang memiliki solusi nyata untuk menyelesaikan problem yang ada di kehidupan sehari-hari” katanya. Kisah seperti itu bukan hanya popu-
lar di Nollywood, sebuah tempat industri film sukes di Nigeria, tetapi juga di seluruh pangsa pasar TV dan radio di Afrika. Tim Learning by Ear telah mengetahui hal ini: sekitar 2 per 3 dari topik program tersebut disiarkan dalam drama mini radio. Dalam serial yang berisi 10 episode dan masing-masing episode berdurasi 10 menit disiarkanlah drama besar dan kecil di kehidupan sehari-hari. Drama-drama ini menampilkan persoalan kunci dalam perkembangan Afrika: globalisasi, lingkungan, HIV/ AIDS, kondisi wanita dan anak-anak, perawatan kesehatan, partisipasi politik, masyarakat sipil, komputer dan internet. Setiap topik memiliki kisah yang realistis dan mencerminkan kehidupan seharihari dari pendengar yang dituju; seperti misalnya pada kisah Malaika yang cerdas dan bersemangat yang meninggalkan desanya untuk belajar dan harus mengatasi tantangan hidup kota besar, jauh dari rumah. Meski terdapat begitu banyak kisah dan cerita pendek sederhana, namun plotnya selalu menarik dan menghibur. Contohnya adalah episode “Seorang tamu malam yang tak diundang” yang mengisahkan seorang nelayan yang miskin bernama Masika dan memiliki persoalan dengan malaria. Masika yang tidak memiliki pendapatan tetap dan tidak berpendidikan tinggi tidak tahu
bagaimana membentengi diri dan keluarganya dari penyakit malaria. Kasa nyamuk yang dibagikan sebuah LSM (NGO/ Non Government Organisation) telah dipakainya untuk jaring ikan sehingga saat anak-anaknya sakit, ia menjadi putus asa. Haruskah ia mencoba untuk tidak dulu berobat? Atau membawa anak-anaknya pada dukun tradisional? Haruskah ia menyuruh mereka menjalani tes untuk penyakit malaria? Namun bagaimana ia bisa membiayai pengobatannya? Untunglah, anak perempuannya yang berumur 14 tahun adalah murid yang baik sehingga ia tahu apa yang harus dilakukan Saat mengikuti kisah dramatis keluarga Malaika, pendengar juga akan memperoleh informasi tentang penyakit malaria dan pilihan-pilihan terapinya yang masih diperdebatkan, antara obat tradisional dan barat namun yang terpenting adalah pada bagaimana melindungi diri mereka dari penyakit yang membahayakan. Learning by Ear tak bisa menggantikan peran sekolah, namun ia bisa mengkomunikasikan masalah pendidikan yang penting pada anak muda. Oleh sebab itu program ini melengkapi usaha Jerman dan internasional untuk mencapai tujuan Milenium PBB “Pendidikan untuk Semua” yang juga ada di Afrika. “Dimana terdapat anak-anak tidak bisa bersekolah, disanalah DW membawakan MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
83
luarnegeri
AUDIO PENDIDIKAN
”Radio adalah alat yang bagus dalam menghantarkan masalah dan ide-ide yang berbeda. Hal ini khususnya sangat penting bagi anak-anak muda yang tinggal di daerah terpencil dan tidak bisa bersekolah.”
program pendidikan pada anak muda,” ucap Menteri Luar Negeri Jerman FrankWalter Steinmeier yang memiliki anggaran untuk membiayai inisiatif tersebut. Learning by Ear menyebarkan pengetahuan dan memotivasi pendengar muda untuk beraktivitas secara sosial. Pendengar muda bahkan bisa berpartisipasi dengan menggambarkan pengalaman mereka sendiri dan mengirimkannya pada website yang secara khusus dibuat untuk program ini. Menurut Cream Wright, kepala pendidikan global UNICEF, inilah faktor penentunya: “Anak-anak muda ingin keluar dari batasan-batasan yang mereka miliki. Mereka ingin menciptakan dan menggali kemungkinan-kemungkinan baru. Bagi anak-anak muda tersebut, ini bukan hanya tentang mempelajari hal yang berbeda tetapi juga tentang melihat dan mengembangkan potensi diri mereka”.
Dia menegaskan bahwa program ini bisa meningkatkan tindakan untuk menentukan nasib sendiri pada anak muda. ”Jika kami berhasil memunculkan energi dan sumber-sumber ini, ini bisa menjadi awal bagi banyak hal positif.” Learning by Ear juga memproduksi CD. Bekerja sama dengan Care Deutchland, LSM Northern Nigeria Hedtamat menggunakan rekaman audio pada karya mereka bersama anak muda Tuarag. Pemenang Grammy Award Youssou N´Dour mengetahui semua fakta ini: penyanyi dan pengarang lagu Senegal tersebut telah lama ini menjadi sosok yang dipuja melampaui batasan yang ada di Negara asalnya. Lagunya bercerita tentang masalah sosial dan ia telah lama berkecimpung secara aktif disana. Ia membantu menghubungkan anakanak muda Afrika dengan dunia mela-
lui penyediaan media-media baru dan mengenali betapa pentingnya mediamedia ini. “Radio adalah alat yang bagus dalam menghantarkan masalah dan ideide yang berbeda. Hal ini khususnya sangat penting bagi anak-anak muda yang tinggal di daerah terpencil dan tidak bisa bersekolah. Learning by Ear mengajarkan mereka banyak hal dan agak mirip dengan bersekolah.” Radio Internasional Jerman DW mencapai 40 juta pendengar di Afrika. Menurut presiden federal Jerman Horst Kohler ”usaha pendidikan adalah hal yang paling penting bagi Afrika untuk memastikan masa depan yang baik generasi mudanya. Acara seperti ini bisa secara positif mendukung hal tersebut.’ Pengejewantahan proyek semacam ini hanya mungkin terjadi karena adanya rantai kerjasama dengan rekan-rekan di Afrika. Sumber: D+C International Journal
UTE SCHAEFFER: Bekerja sebagai Direktur Program DW untuk Afrika dan Timur Tengah Email:
[email protected]
84
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
EVALUASI DIRI
luarnegeri
Bagaimana Sekolah-sekolah di Eropa
Melakukan Evaluasi? DI Kaunas, sebuah kota tua di Lithuania telah dibangun sebuah sekolah keterampilan sejak awal perang, yang sekarang telah berubah menjadi Sekolah Perdagangan dan Bisnis Kaunas (Kaunas Trade and Business School) Saat ini sekolah kejuruan mempunyai murid lebih dari 700 orang dan 61 orang guru. Guru-guru yang mereka miliki semuanya mempunyai keahlian yang sesuai dengan kebutuhan. Perpaduan keahlian para guru senior dan guru-guru muda sangat menguntungkan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman para siswa. Kegiatan di sekolah tersebut terbagi dalam tiga kelompok, yaitu pelatihan keterampilan kejuruan, pendidikan menengah umum dan pelatihan untuk orang dewasa. Sekolah tersebut berusaha menjadi lembaga pelatihan profesional di tingkat Eropa dengan menggunakan kelas besar, mempersiapkan para spesialis yang berkualitas dengan kompetensi profesional yang luas, yang bisa berintegrasi ke Eropa dan masyarakat dunia serta bisa beradaptasi dengan dunia pasar buruh yang selalu berkembang.
Sekolah ini selalu mengembangkan materi dalam kurikulum, selalu mengupdate ilmu pengetahuan baru serta menyediakan keterampilan profesional yang bagus, yang sangat bermanfaat bagi para lulusannya agar sukses dalam mencari pekerjaan di dunia bisnis. Sekolah ini juga ikut serta dalam proyek khusus yang dikenal dengan sebutan ‘Socrates, Leonardo Da Vinci’, yaitu sebuah proyek pendidikan untuk mempererat hubungan dan kolaborasi sekolah-sekolah di Denmark, Jerman, Islandia, Polandia, Swedia, Itali, Yunani, Finlandia dan Austria. Sekolah juga menyediakan fasilitas bagi para siswa untuk mengembangkan diri baik secara spiritual maupun fisik. Semua fasilitas tersebut merupakan sarana bagi siswa untuk pengembangan hidup, olah raga dan budaya. Berbagai lomba cabang olah raga, kompetisi, pesta, dan pertemuan dilaksanakan di dalam dan di luar sekolah. Para siswa juga diajak berekreasi mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan taman nasional. Kaunas Trade and Business School ini juga aktif dalam proyek/program SEFES
(Evaluasi Diri Sekolah). Sejak September 2005 lalu sekolah-sekolah dari 4 negara, yaitu: Jerman, Lithuania, Islandia, dan Polandia telah memulai program SEFES. Finlandia kemudian bergabung dengan program ini diikuti oleh beberapa sekolah di Negara-negara lain di Eropa Selama 3 tahun proyek ini berjalan, telah dilakukan banyak kegiatan. Guru-guru, para siswa, serta staf administratif, semua terlibat dalam pelaksanaan proyek ini. Kegiatan utama evaluasi diri sekolah ini meliputi: Evaluasi teman sejawat (mengobservasi materi pelajaran teman sejawat) Umpan balik siswa Catatan harian Foto-evaluasi Berkunjung ke kelas pada sekolah partner Menghadiri seminar dan koferensi yang berhubungan dengan evaluasi diri. EVALUASI TEMAN SEJAWAT (Peer-evaluation) Tujuan metode evaluasi ini adalah untuk meningkatkan proses belajar mengajar di kelas. Metode evaluasi yang MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
85
luarnegeri
EVALUASI DIRI
digunakan: mengunjungi kelas mitra guru, mengobservasi cara mengajar, mempelajari metode mengajar baru dari para mitra guru, melihat hubungan guru dengan para murid, saling bertukar pengalaman, diskusi, menyelesaikan masalah bersama. Langkah-langkah untuk peer-evaluasi: 1. Persetujuan dengan guru-guru lain terhadap program kunjungan kelas 2. Mengunjungi kelas mitra guru 3. Mengobservasi cara mengajar, pembelajaran, tingkah laku murid, hubungan antara guru dan murid 4. Setelah mengobservasi, dilakukan diskusi tentang pembelajaran, apa yang berhasil, dan apa yang kurang berhasil, membantu memecahkan kesulitan yang dihadapi di kelas, serta saling bertukar pengalaman. 5. Mencoba untuk melaksanakan pengalaman baru ke pelajaran itu sendiri. 6. Berbagi tentang keberhasilan dengan para mitra guru. UMPAN BALIK SISWA Pemberian umpan balik ini sangat penting bagi siswa maupun bagi guru. Tujuan dari umpan balik ini adalah untuk memberikan siswa pengetahuan, informasi baru, pemahaman yang menyeluruh serta tujuan pembelajaran dan kegiatan selama proses pembelajaran sekaligus memberikan hasil umpan balik ini kepada siswa, agar selalu yakin mendapatkan hasil akhir yang baik. Untuk mencapai hal tersebut digunakan tiga cara: Dartboard untuk mengecek disiplin siswa selama pelajaran Dartboard untuk mengecek aktifitas siswa selama pelajaran Kuesioner yang berhubungan dengan disiplin selama pelajaran EVALUASI FOTO Tujuan dari metode evaluasi ini adalah untuk menunjukkan sisi-sisi kekuatan dan kelemahan sekolah dengan mengambil foto-foto tentang keadaan sekolah. Serta bisa digunakan untuk mendapatkan cara penyelesaian pada masalah yang terjadi. Metode evaluasi foto: mengambil foto-foto tentang keadaan sekolah dan lingkungannya sehingga akan terlihat kelebihan sekolah dan hal-hal yang perlu ditingkatkan, memberikan komentar pada foto, berdiskusi untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan dan memutuskan cara terbaik untuk menyelesaikannya sebagai usaha meningkatkan kualitas sekolah. Ada tiga kelompok
86
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
yang melakukan evaluasi foto: Siswa (dari 3 kelas yang berbeda) Guru Staf administrasi Sebelum melaksanakan tugasnya, mereka diberi pembekalan oleh Tim SEFES bagaimana cara melakukan evaluasi foto, apa tujuan dari metode ini, kapan deadline untuk pengumpulan hasil akhir. Setiap grup bebas untuk memilih apa yang akan ditampilkan pada foto itu. Foto-foto yang telah diambil sekitar 120 foto. Setiap grup harus memilih gambar yang paling penting dari sudut pandang mereka. Foto-foto yang telah diambil oleh ketiga grup tersebut dipublikasikan di sekolah. Selama exhibisi di gedung serba guna sekolah selama satu minggu, komite sekolah dan tamutamu sekolah dapat melihat foto-foto tersebut beserta komentarnya. Mereka bisa memberikan komentar balik tentang foto-foto tersebut. Dengan begitu masalah yang terlihat di sekolah akan mendapatkan masukan yang berharga. Di hall tersebut disediakan juga sebuah kotak untuk tempat komentar para tamu tadi. Hal tersebut sangat membantu kegiatan evaluasi foto yang lebih mendalam dengan melibatkan banyak orang. Tahapan selanjutnya adalah berdiskusi, mengambil kesimpulan dan merencanakan bagaimana cara menyelesaikan masalah untuk meningkatkan kualitas sekolah. KEGIATAN PROYEK LAINNYA Setiap guru harus membuat catatan harian. Catatan harian ini akan membantu mereka melihat kembali proses pembelajaran di kelas, menyelesaikan masalah yang ada di kelas, menganalisa kegiatan di kelas untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Saat guru berkunjung ke sekolah mitra, mereka mempunyai kesempatan untuk melakukan observasi kelas pada sekolah dan mata pelajaran yang berbeda-beda, agar dapat mengetahui kegiatan spesifik sekolah yang ada di kurikulum. Dalam kegiatan ini beberapa anggota tim menghadiri beberapa seminar berbeda seperti halnya seminar yang bertajuk “Meningkatkan Kualitas Pengajaran dan Praktek tentang Evaluasi Diri”, pembicara seminar berasal dari Negara Eropa lain yang membagi pengalaman mereka dalam melakukan evaluasi diri di sekolah mereka. Beberapa anggota tim lainnya meng-
hadiri seminar/konferensi dengan topik lain seperti “Hubungan antara Evaluasi Internal maupun Eksternal dan Efeknya pada Proses Belajar Mengajar”. Pengajar dan peserta berasal dari berbagai negara Eropa. Mereka berbagi pengalaman saat melakukan evaluasi internal dan eksternal di sekolah masing-masing. Saat workshop peserta juga dituntut menyelesaikan masalah yang sering terjadi dan mencari ide-ide yang baru yang bisa diterapkan. Manfaat/dampak Proyek/Program SEFES untuk kemajuan Sekolah: Berkesempatan untuk berbagi pengalaman dengan sekolah-sekolah di Eropa yang mempunyai budaya dan sudut pandang yang berbeda . Setiap sekolah yang dikunjungi telah melakukan kegiatan proyek dan program tentang peningkatan budaya kerja dengan sangat bagus. Mendapatkan banyak peluang untuk melakukan observasi kelas pada sekolah dan mata pelajaran yang berbeda, agar dapat menemukan kegiatan spesifik yang ada di sekolah dan kurikulum. Termotivasi untuk selalu meningkatkan kemampuan berbahasa asing Ketika melaksanakan evaluasi foto pihak sekolah dapat menemukan masalah berkaitan dengan keadaan sekolah dan mencari jalan keluarnya. Umpan balik siswa sangat penting untuk meningkatkan obyektifitas dalam melakukan evaluasi diri bagi guru di sekolah. Peer evaluasi telah memberi pengalaman yang bagus untuk meningkatkan hubungan kepercayaan, menerapkan metode mengajar, mempelajari materi pembelajaran dan penilaian. Catatan harian sangat penting untuk menilai diri sendiri, untuk menganalisa kegiatan yang telah dilakukan, untuk membandingkan kemajuan kegiatan pembelajaran. Pentingnya catatan harian bisa diperkenalkan kepada guru-guru lain melalui website. Sekolah-sekolah Eropa lain telah memperkenalkan metode evaluasi diri dengan mendatangi seminar dan konferensi. Dalam pertemuan tersebut guru dan kepala sekolah berusaha bersama-sama mencari jalan keluar terhadap masalah yang dihadapi dan saling berbagi pengalaman. Guru dan staf administrasi ikut berperan serta dalam proyek ini untuk mengetahui bahwa evaluasi diri adalah faktor yang sangat penting bagi sekolah. Sumber: www.comenius-sefes.eu
PENDIDIKAN GLOBAL
luarnegeri
ISKAY YACHAY Dua Jenis Ilmu Pengetahuan
GRIMALDO RENGIFO: Direktur PRATEC yang bermarkas di Lima sebagai koordinator jaringan 20 LSM lokal di daerah pedesaan Peru
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
87
luarnegeri
PENDIDIKAN GLOBAL
Di Andes Peru, masyarakat desa memastikan bahwa anak-anak mereka tidak hanya belajar tentang norma-norma dan budaya kota di sekolah dasar namun juga belajar tentang tradisi dan lingkungan pedesaan mereka sendiri. Dengan mengenalkan pendekatan ini, PRATEC, sebuah organisasi non pemerintah membantu meningkatkan pencapaian pendidikan.
RISET yang dilakukan 10 tahun terakhir menunjukkan bahwa sebagian besar murid di Andes keluar dari pendidikan sekolah dasar tanpa kemampuan kognitif dan non kognitif yang minim sekalipun. Secara umum, anak-anak Peruvian lulus sekolah dasar tanpa benar-benar memahami teks sehingga mereka membaca huruf per huruf. Alasan di balik ini termasuk juga karena buku pelajaran yang monokultural, guru yang sangat tak terlatih serta kurikulum yang tak terhubung dengan budaya setempat dan bahasa orang-orang Andean. Survey yang diadakan oleh PRATEC (Proyecto Andino de Tecnologias Campesinas, The Andean Project for Peasant Technoligies/Proyek Andean bagi teknologi petani kecil), sebuah Lembaga Sosial Masyarakat mengungkap tentang pandangan orang tua terhadap sekolah pedesaan. Pernyataan umumnya adalah: “Anak kami lulus sekolah tanpa benarbenar mampu membaca dan menulis bahasa Spanyol.” “Anak-anak itu sudah tidak menghormati budaya kami.” “Mereka takkan pernah menemukan pekerjaan yang bisa membuat meja makan berisi makanan.” “Bukannya belajar sesuatu yang berguna, anak-anak kami telah melupakan banyak hal penting seperti hormat pada yang tua serta lupa akan keterhubungan mereka dengan Ibu Pertiwi.” “Mereka malu berbicara dalam bahasa daerah mereka dan malu bila berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat.” Disinilah letak tepatnya pendekatan yang dilakukan PRATEC. Proyek PRATEC di 6 daerah Peruvian di Andes adalah karena dukungan untuk dan dari LSM-LSM setempat. Tahap pertama, dari tahun 2000 hingga 2004 sebuah kampanye diluncurkan di 30 sekolah pedesaan untuk meningkatkan keberagaman agrobiologis dan memastikan
88
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
bahwa masyarakat bisa mencukupi sendiri kebutuhan pangannya. Pada akhir masa proyek yang pertama, konsep baru telah terbentuk, Iskay Yachay yang artinya 2 macam ilmu pengetahuan dalam bahasa Quechua berarti berganti dari pendidikan monokultural menjadi pendidikan multicultural. Di kelas saat sekolah, ilmu pengetahuan setempat dianggap sejalan dengan ilmu pengetahuan dari barat; ilmu-ilmu ini tidak saling membedakan atau menggantikan satu dengan lainnya. Program tersebut pada dasarnya adalah memanfaatkan budaya setempat untuk bisa mengajarkan mata pelajaran “modern” dengan lebih efektif. Konsep baru tidak hanya bertujuan mengajarkan dua bahasa namun juga filosofi dan gaya hidup dibaliknya. Dalam membimbing, prinsipnya adalah bahwa sekolah harus memberikan pemahaman kepada anak-anak tentang lingkungan terdekatnya sebaik mereka memahami alatalat yang dipakai untuk mencari nafkah. Ada tiga aspek yang khususnya penting bagi orang tua disini: Rasa hormat pada orang yang lebih tua Baca tulis dan berhitung Kemampuan untuk melakukan praktek kerja di desa Dalam jangka panjang, ada hal yang lebih besar untuk dipertaruhkan: rekonsiliasi antara sekolah dan masyarakat. Pendidikan bisa membantu mencairkan 3 konflik yang kerap terjadi: Ketegangan antar generasi Hilangnya kemampuan masyarakat dan keragaman hayati dalam mencukupi kebutuhan mereka sendiri Ketegangan “beragama” antara sekte evangelis dan paham cosmovision suku Andean. Hal lain yang juga penting adalah alasan mengapa banyak anak-anak Peruvian
tidak bisa belajar bahasa Spanyol dengan lebih baik adalah karena buku paketnya tidak berhubungan dengan dunia dimana mereka tinggal. Buku paket atau diktat umumnya tidak berhubungan dengan persoalan pedesaan. Melalui kerjasama dengan Universitas Tingo Maria A&M, PRATEC memulai progam belajar kelulusan 1 tahun yang bernama Intercultural Education and Sustainable Development (Pendidikan Antar budaya dan Pembangunan Berkesinambungan). 10 orang guru dari tiap daerah aktif mengikuti program tersebut pada putaran pertama. Kemudian mereka membentuk kelompok belajar di rumah bersama rekan yang ingin lebih memperhatikan budaya setempat. Hal ketiga yang diinginkan orang tua (disebutkan sebelumnya di atas) adalah agar mata pelajaran yang diajarkan di sekolah bisa dipraktekkan. Mereka mengeluhkan sekolah konvensional yang terlalu menekankan pada kemampuan kognitif. Berdasarkan pengalaman penduduk desa, ilmu pengetahuan tidak hanya berada di kepala tetapi juga di tangan. Selain bertani dan melakukan tugas rumah tangga, ketrampilan tradisional yang mereka kuasai adalah menganyam, membuat tembikar, mewarna kain dan sebagainya. Ditambah, hampir sebagian besar dari mereka bisa memainkan alat musik, menari dan menyanyi. Konsep Iskay Yachay juga menarik perhatian dan dukungan dari Negara tetangga Bolivia, Ekuador, Chili dan Argentina Utara melalui sesi-sesi jaringan kerja regional, publikasi dan pelatihan. Sistem Pendidikan Setempat dan Pribumi (Local and Indigeneos Knowledge System) dari UNESCO(www.unesco.org) juga menyebarkan konsep PRATEC dan pengalaman proyeknya menjangkau hingga diluar dunia yang berbahasa Spanyol. Sumber: D+C International Journal
sosok ANIES BASWEDAN
Berhenti Kecam Kegelapan
Mari Nyalakan Lilin “Menjadi guru itu mulia. Menjadi guru itu wajar. Dan, adanya guru di pelosok negeri itu biasa. Tapi kali ini kita melihat fenomena yang luar biasa. Anak-anak muda terbaik meninggalkan kemapanan kota, melepaskan peluang karier dan melewatkan semua kenyamanan lalu memilih menjadi guru SD di desa-desa tanpa listrik. Berangkatnya mereka ke desa terpencil untuk mengajar bukanlah sebuah pengorbanan, itu adalah kehormatan”. Anies Baswedan | dikutip dari buku Indonesia Mengajar
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
89
sosok
ANIES BASWEDAN
SEKILAS TENTANG INDONESIA MENGAJAR Berdiri pada tahun 2010, Indonesia Mengajar bermula dari ide penggiat pendidikan Anies Baswedan, PhD yang mengajak para sarjana, generasi baru yang terdidik, berprestasi dan memiliki semangat juang untuk menjadi guru SD selama satu tahun di berbagai daerah di pelosok Indonesia. Indonesia Mengajar sepenuhnya percaya bahwa hadirnya putra-putri terbaik Indonesia sebagai guru, dapat mendorong peningkatan kualitas pendidikan kita. Gerakan ini memiliki misi ganda, yaitu membantu mengisi kekurangan guru berkualitas di daerah yang membutuhkan serta menjadi wahana belajar kepemimpinan bagi anak-anak muda terbaik Indonesia agar memiliki kompetensi kelas dunia dan pemahaman masyarakat akar rumput yang utuh. Pendidikan bukan sekedar program yang dijalankan pemerintah, sekolah dan para guru. Pendidikan adalah gerakan mencerdaskan bangsa yang harus melibatkan semua orang: mendidik adalah tugas setiap orang terdidik. “Indonesia Mengajar merupakan sebuah ikhtiar untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.” Indonesia Mengajar menempatkan sarjana-sarjana terbaik di pelosok negeri. Kehadiran mereka disana untuk mengajar, mendidik, menginspirasi dan menjadi jembatan bagi masyarakat desa-desa dengan pusat-pusat kemajuan. Di pelosok negeri itu, para Pengajar Muda akan memiliki kawan baru, rumah baru, dan keluarga baru. Desa-desa itu akan selalu
90
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
menjadi bagian dari diri mereka. Begitu juga sebaliknya, para Pengajar Muda itu akan meninggalkan ilmu, inspirasi dan kenangan di masyarakat desa di pelosok negeri. Indonesia Mengajar yakin bahwa itu semua adalah rajutan erat yang akan menguatkan tenun kebangsaan kita. JEJAK PERJALANAN MENJADI PENGAJAR MUDA Sejak tahun 2010, tercatat lebih dari 18.000 sarjana Indonesia telah mendaftar untuk mengabdi pada negeri dan 170 dari mereka terpilih sebagai Pengajar Muda untuk mengajar 18.003 siswa di 122 SD, 117 desa di 14 kabupaten. Sebanyak 51 orang Pengajar Muda telah menyelesaikan tugasnya pada 10 November 2011 lalu, dan saat ini 119 orang Pengajar Muda tengah menjalankan misinya di daerah masing-masing. Untuk menjadi seorang Pengajar Muda, ada beberapa fase yang harus dilalui. Fase pertama adalah Fase Rekrutmen. Dalam fase ini, para sarjana dengan berbagai latar belakang pendidikan dapat mendaftar menjadi Pengajar Muda. Kandidat dihimbau untuk membuat akun terlebih dahulu di sistem registrasi website Indonesia Mengajar dan kemudian mengisi serta mengirimkan aplikasi online tersebut pada saat periode rekrutmen. Aplikasi online ini merupakan pintu terdepan dari keseluruhan proses seleksi Pengajar Muda dimana di dalamnya terdapat beberapa bagian yang harus diisi, salah satunya adalah esai. Ceritakan dan tunjukkan passion, semangat, dan motivasi Anda yang kuat serta pengalaman
pribadi yang dapat mendukung Anda untuk menjadi Pengajar Muda. Para kandidat yang lolos seleksi tahap I, akan dipanggil untuk mengikuti seleksi tahap II. Seleksi ini merupakan asesmen langsung yang terdiri dari wawancara dan beberapa tes lainnya yang akan dilaksanakan selama satu hari penuh. Seleksi dilaksanakan di beberapa kota seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Makassar (tentatif ). Selanjutnya, bagi yang lolos seleksi tahap II akan dipanggil untuk tes kesehatan. Bagi calon Pengajar Muda yang lolos hingga tahap akhir, akan mengikuti rangkaian berikutnya, yaitu Fase Pelatihan. Pelatihan calon Pengajar Muda dilaksanakan secara intensif selama 7 minggu. Materi pelatihan tidak hanya mencakup keterampilan mengajar secara teori dan praktik, tetapi juga hard skill dan soft skill lain yang mendukung, seperti; keterampilan fisik, belajar kreatif, leadership skill, problem solving, adaptasi masyarakat, advokasi, health and safety, jungle survival dan sebagainya. Pelatihan ini ditujukan untuk memberikan bekal bagi calon Pengajar Muda dalam melaksanakan tugas mereka di daerah penempatan selama setahun. Dalam masa pelatihan, calon Pengajar Muda mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan tokoh-tokoh inspiratif dari berbagai macam latar belakang profesi dan keahlian dalam sesi kepemimpinan. Materi-materi diberikan oleh para ahli yang kompeten di bidangnya masing-masing. Kemudian, di dua pekan terakhir masa pelatihan, para calon Pengajar Muda mendapatkan kesempatan untuk
ANIES BASWEDAN
mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari selama pelatihan melalui praktik mengajar di SD-SD yang terletak di sekitar lokasi pelatihan. Setelah melewati fase pelatihan, calon Pengajar Muda dinyatakan resmi menjadi Pengajar Muda dan memasuki Fase Penugasan. Mereka akan bertugas di berbagai pelosok Indonesia selama setahun di sekolah dasar (dapat negeri atau swasta) yang ditentukan bersama dengan Dinas Pendidikan daerah. Proses pemberangkatan Pengajar Muda ke daerah masingmasing dilakukan secara kelompok per daerah, dan secara langsung setelah pelatihan berakhir. Selama bertugas di daerah penempatan, masing-masing Pengajar Muda tinggal bersama dengan keluarga angkat selama mereka bertugas. Selama masa tugas, Pengajar Muda tidak hanya menjalankan amanah mengajar di sekolah, tetapi juga aktif berinteraksi dengan masyarakat setempat. Diharapkan, dengan adanya interaksi tersebut, Pengajar Muda dapat memahami dan mengambil pelajaran secara langsung mengenai kearifan lokal serta kehidupan masyarakat di akar rumput. Sebagai Pengajar Muda, ada empat kategori tugas yang dilaksanakan di sekolah maupun di desa, antara lain; Kegiatan kurikuler. Merupakan komponen pokok program, yaitu segala kegiatan terkait belajarmengajar dari sejak perencanaan belajar sampai evaluasi. Selain itu, ada beberapa kegiatan lain yang menjadi tugas para Pengajar Muda di lapangan; Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Kegiatan pembelajaran masyarakat, yaitu segala kegiatan belajar bersama masyarakat, dan Kegiatan jaringan dan advokasi pendidikan. Yaitu segala kegiatan untuk membangun, memelihara dan menjalin komunikasi dengan pemangku kepentingan di bidang pendidikan di wilayah terkait. Pengajar Muda diminta untuk mengambil inisiatif dalam menyusun sendiri programnya disesuaikan dengan kondisi yang ada, mengkomunikasikan dengan pihak sekolah atau pihak terkait lain, menggalang dukungan komunitas serta melaksanakan kegiatan dengan sumber daya yang terbatas. Pengajar Muda dibentuk dalam tim-tim tertentu sebagai kelompok untuk saling mendukung. Koordinasi dan komunikasi, baik antara sesama Pengajar Muda dalam satu tim maupun dengan tim Indonesia Mengajar, dilakukan secara rutin. Selain itu, Pengajar Muda juga melakukan refleksi dan evaluasi secara berkala terkait dengan
tugas mereka di daerah penempatan. Secara umum, fasilitas seperti listrik dan sinyal komunikasi terbatas. Dalam beberapa kasus, wilayah tertentu memiliki lokasi yang cukup jauh, sulit terjangkau serta tidak ada listrik dan sinyal. Setelah menyelesaikan tugas dalam menebar inspirasi selama setahun di daerah, para Pengajar Muda mendapatkan keleluasaan untuk melanjutkan rencana jangka panjang mereka. Tentunya, setelah mendapatkan pengalaman yang berharga selama setahun, para Pengajar Muda mengalami perkembangan dalam hal leadership skill dan soft skill lainnya. Indonesia Mengajar memberikan dukungan terhadap para alumni Pengajar Muda melalui pemberian rekomendasi sesuai dengan performa di lapangan yang dapat digunakan untuk mengajukan lamaran pekerjaan maupun aplikasi beasiswa studi tingkat lanjut. TENUN KEBANGSAAN Sejak Juni 2011, Indonesia Mengajar telah menugaskan enam orang Pengajar Muda di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, tepatnya di Pulau Bawean. Mereka ditempatkan di dua kecamatan; Kec. Tambak dan Kec. Sangkapura. Tenun kebangsaan negeri ini bisa diperkuat dengan gairah membagi inspirasi. Walau dengan berbagai keterbatasan, dengan bekal yang telah didapatkan selama pelatihan, Pengajar Muda diharapkan dapat memanfaatkan segala potensi yang ada di daerahnya masingmasing. Lastiani, salah satu Pengajar Muda di Bawean, mengajar anak didiknya dengan berbagai metode belajar kreatif yang pernah ia pelajari di pelatihan. “Agar tidak mudah bosan, sesekali saya mengajak anak-anak untuk belajar di luar kelas dan bermain sambil belajar di alam”, ujar alumni Universitas Dipoegoro ini. Hal yang sama dilakukan oleh Tidar Rachmadi. “Pada hari libur, saya meminta izin dari pihak sekolah dan orang tua siswa untuk mengajak anak-anak berjalan-jalan ke pantai. Ini merupakan kali pertama mereka keluar cukup jauh dari
sosok
rumahnya. Perjalanan ini saya harap dapat membukakan mata dan cakrawala mereka serta dapat memotivasi mereka untuk lebih giat belajar”, ucap pria yang sebelumnya pernah bekerja sebagai staf DPRD Jakarta. Menjadi seorang Pengajar Muda tidak hanya mengajar, tetapi juga belajar secara langsung dari anak-anak, guru serta masyarakat. “Saya banyak mendapat pengetahuan baru tentang sisi lain Indonesia. Di sini saya belajar Bahasa Bawean dari keluarga angkat saya, melihat kebudayaan khas Bawean, dan lainnya. Sungguh pengalaman berharga”, ucap dara asli Yogyakarta ini. Dengan adanya para Pengajar Muda, diharapkan tenun kebangsaan negeri ini bisa diperkuat dengan gairah membagi inspirasi sekaligus belajar dari kearifan lokal yang ada di masyarakat. Berhenti Kecam Kegelapan, Mari Nyalakan Lilin Sebagai sebuah ikhtiar untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa, Indonesia Mengajar tidak berpretensi untuk menyelesaikan seluruh persoalan pendidikan di Indonesia. Oleh karenanya, Indonesia Mengajar sangat mengapresiasi berbagai dukungan yang diberikan, baik dengan menjadi Pengajar Muda, Mitra dan Pendukung, maupun Penyala (Relawan program perpustakaan “Indonesia Menyala). Selain itu, Indonesia Mengajar juga sangat mendukung adanya berbagai inisiatif yang muncul yang berasal dari kalangan mahasiswa dan juga instansi, seperti: Gerakan UI Mengajar, Gadjah Mada Mengajar, UNAIR Mengajar, KAMMI Mengajar, Kaltim Mengajar, serta gerakan-gerakan lainnya. Adanya dukungan berbagai pihak terhadap Gerakan Indonesia Mengajar tersebut telah menunjukkan bahwa pendidikan adalah sebuah gerakan bersama. Ini bukti bahwa pendidikan bukan sekedar program yang dijalankan pemerintah, sekolah dan para guru. Pendidikan adalah gerakan mencerdaskan saudara sebangsa yang harus melibatkan semua orang. Mendidik adalah tugas setiap orang terdidik.
“Sekedar mengeluh dan mengecam kegelapan tidak akan mengubah apapun. Mari nyalakan lilin, lakukan sesuatu.” YAYASAN GERAKAN INDONESIA MENGAJAR Jln. Galuh II No 4, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, INDONESIA 12110 Tel : +62-21-7221570 | Fax :+62-21-7231430 e-mail:
[email protected] | Web: http://indonesiamengajar.org Twitter: @pengajarmuda | Facebook: Indonesia Mengajar Ditulis oleh: Retno Widyastuti Content Specialist Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar Email:
[email protected] MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
91
resensi buku
Bakti Mas dan Mbak Guru
Demi Sebuah Janji, Nyata
92
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
resensi buku
MENDIDIK adalah tugas konstitusional negara, tetapi sesungguhnya mendidik adalah tugas moral tiap orang terdidik. Begitulah salah satu kalimat penggugah semangat yang ditulis oleh Anies Baswedan, pendiri dan ketua yayasan Gerakan Indonesia Mengajar, sebagai pengantar dalam buku Indonesia Mengajar. Gerakan Indonesia Mengajar sendiri baru berdiri pada tahun 2010, yang memiliki misi mulia untuk membantu mengisi kekurangan guru berkualitas di daerah yang membutuhkan, serta menjadi wahana belajar kepemimpinan bagi anak-anak muda terbaik Indonesia agar memiliki kompetensi kelas dunia dan memahami budaya masyarakat secara utuh. Buku inspiratif ini menceritakan tentang suka duka 51 Pengajar Muda, putra-putri terbaik negeri, yang terpilih untuk mengabdi sebagai guru SD selama satu tahun di pelosok Indonesia, mulai dari Aceh Utara, NAD, hingga Fakfak, Papua Barat. Berbagai pengalaman yang mereka tulis, baik itu berupa kesulitan, kebahagiaan, tangis, maupun tawa mampu membuat kita ikut terhanyut, terharu, tersenyum, hingga berdecak kagum. Kisah-kisah perso-
nal mereka sajikan dengan apik dan terasa penuh ketulusan, mulai dari kisah menggemaskan para anak didik yang bandel namun cerdas, hingga kisah seru perjuangan satu SD dalam menghadapi olimpiade sains pertama kali. Maka tak heran jika Gerakan Indonesia Mengajar meyakini satu kalimat ini: “Setahun Mengajar, Seumur Hidup Menginspirasi”. Tak hanya membangkitkan semangat dan menyentuh hati, buku ini sedianya juga membuat kita melihat lebih dekat potret pendidikan negeri ini yang ternyata masih penuh ketimpangan. Di kota besar, sekolah-sekolah berlomba membangun gedung dan mematok label “bertaraf internasional”. Sementara jauh di pelosok sana, bangunan sekolah yang hampir roboh, fasilitas yang kurang memadai, tenaga pengajar yang kurang, dan jarak tempuh yang jauh menjadi fakta tak terbantah. Jika anda peduli dengan pendidikan negeri ini, Indonesia Mengajar adalah salah satu buku berkualitas yang patut anda baca, renungi, dan menjadi terinspirasi untuk bertindak lebih, terutama untuk melunasi sebuah janji kemerdekaan: mencerdaskan kehidupan bangsa.Bagus Priambodo
Tak hanya membangkitkan semangat dan menyentuh hati, buku ini sedianya juga membuat kita melihat lebih dekat potret pendidikan negeri ini yang ternyata masih penuh ketimpangan.
Judul Penerbit Penulis Kategori Tebal Harga ISBN
: Indonesia Mengajar : Bentang : Pengajar Muda : Kisah Inspiratif : xviii + 322 Halaman : Rp 54.000,: 9786028811576
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
93
resensi film
Sebuah Film Amerika Serikat tahun 1999 yang diangkat dari kisah nyata, seorang remaja yang tidak menerima begitu saja pada kondisi di sekelilingnya.
94
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
resensi film
HOMER Hickam tinggal di sebuah kota kecil di Virginia Barat yang mayoritas penduduknya bekerja di pertambangan secara turun- temurun, namun Homer mempuyai mimpi berbeda, ketika ia menyaksikan Sputnik, satelit buatan pertama yang mengorbit bumi, mengudara di langit Coalwood pada bulan Oktober 1957. Bersama ketiga temannya, ia membuat roket dengan percobaan yang dilakukannya berulang kali, dia terus mendapat celaan & tentangan dari masyarakatnya sendiri tapi dia tetap berjuang demi impiannya menciptakan sebuah roket yang bisa terbang setinggi mungkin Tidak ada yang lebih sulit didaki selain mendaki ‘gunung impian’. Jalannya tidak selalu mulus, kadang licin, kadang kasar. Satu persatu tantangan dihadapi oleh Homer dan The Rocket Boys. Banyak orang yang tidak percaya
mereka mampu, namun tidak sedikit orang yang mendukung impian mereka. Bagaimana jadinya jika orang yang menjatuhkan mimpi itu adalah Ayah kita sendiri? Pertentangan antara Ayah dan anak menjadi salah satu hal yang menarik dalam film ini. Keduanya adalah orang yang teguh dan keras kepala. Namun kepercayaan yang diberikan oleh guru kesayangan mereka, yaitu Miss Riley, seolah menyadarkan kembali apa yang selama ini menjadi impian Homer. Tidak peduli seberapa panjang jalan yang harus ditapaki, bara api yang harus dilangkahi, gunung yang harus didaki, yang paling penting adalah seberapa besar kita bermimpi dan seberapa besar pula diri kita untuk berbuat meraih mimpi-mimpi tersebut! Setiap tetes keringat dan air mata yang jatuh meresap ke dalam inti bumi
pasti akan ada artinya. Usaha yang mereka lakukan sama sekali bukan kesia-siaan. Berkat dukungan dari guru, kawan-kawan dan tetangga, The Rocket Boys memenangkan suatu lomba karya ilmiah yang sangat prestisius sehingga mengantarkan mereka mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi ke universitas. Film ini diadaptasi dari buku ‘Rocket Boys’ yang ditulis oleh Homer H. Hickam, tokoh utama dalam film tersebut. Disutradarai oleh Joe Johnston dan diperankan diantaranya oleh: Jake Gyllenhaal (Prince of Persia: The Sands of Time (2010) sebagai Homer Hickam, Chris Owen sebagai Quentin Wilson, William Lee Scott sebagai Roy Lee Cooke, Chad Lindberg sebagai Sherman O’Dell dan Laura Dern sebagai Miss Riley (guru inspiratif kesayangan Homer).Bagus Priambodo
Bersama ketiga temannya, ia membuat roket dengan percobaan yang dilakukannya berulang kali, dia terus mendapat celaan & tentangan dari masyarakatnya sendiri tapi dia tetap berjuang demi impiannya menciptakan sebuah roket yang bisa terbang setinggi mungkin.
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
95
interest
Membangkitkan
Komik Lokal ERIAL Dragon Ball, Kapten Kid, Detektif Conan hingga Asterix memang lebih populer dibandingkan cerita lokal. Perlu usaha bersama untuk kembali membangkitkan komik lokal Indonesia. Setahun lalu, para remaja di Surabaya disuguhkan hadirnya film animasi berdialek lokal Surabaya berjudul “Grammar Suroboyo”. Film animasi karya Mohammad Sholikin dari Gatotkaca Studio itu telah merebut hati penggemar komik di tengah ramainya penjualan komik manga. Renato (20), mahasiswa ilmu komunikasi di salah satu perguruan tinggi swasta di Rungkut Surabaya bahkan menyimpan dua serial film animasi itu di telpon selulernya. Meskipun telah berulangkali diputar, ia mengaku tidak bosan untuk memutarnya kembali untuk ditonton bersama rekan-rekannya. “Apabila film ini dilihat oleh orang Jawa Tengah mungkin akan terasa kasar, namun bagi orang Surabaya justru menarik dan lucu karena merekam logat khas Surabaya, “ katanya. Sejak berumur 10 tahun, Renato yang asal Mojokerto, kota kecil yang berjarak 50 kilometer dari Surabaya, gemar membaca komik. Mayoritas koleksinya termasuk jenis komik manga asal Jepang, seperti serial Dragon Ball, Kapten Kid, Detektif Conan dan beberapa judul lainnya. Ia juga mengkoleksi komik terbitan Marvel Amerika seperti Superman dan Spiderman. Tidak lupa koleksi komik Eropa lainnya Donald Bebek dan Asterix. Selain membeli di sejumlah toko buku, seperti Gramedia, ia juga meminjam di salah satu tempat penyewaan di kotanya yang juga banyak menyewakan komik karya Ganes TH dan Harya Suryaminata alias Hasmi komikus era tahun 70-an dengan judul Si Buta dari Gua Hantu dan Gundala Putra Petir. Empat bulan lalu, Renato juga sempat membaca salah satu komik berdialek lokal berjudul Area 31 yang menggam-
96
MEDIAN Edisi: 002 | Th-I | volume: 1 | 2011
barkan suasana kota Surabaya, mulai pasar tradisional hingga lokalisasi dolly yang terkenal di kawasan Asia Tenggara. “Ternyata saat ini banyak juga komikus lokal yang membuat komik, “ katanya. Kathleen Azali, pengelola Perpustakaan komik dan buku seni budaya C2O Surabaya mengatakan banyak kaum remaja di Indonesia yang tidak mengenal komik buatan dalam negeri. Komik manga asal Jepang sangat populer di Indonesia karena komik ini banyak dijual di toko buku. Mengapa komik manga populer di Indonesia ? Komik mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1940, dimana saat itu banyak komik dari Amerika seperti Tarzan, Rip Kirby, Phantom and Johnny Hazard disisipkan sebagai suplemen mingguan suratkabar. Saat itu, Siaw Tik Kwei membuat komik lagenda pahlawan Tiongkok “Sie Djin Koei”. Kemudian hadir pula R.A. Kosasih yang menciptakan pahlawan super Sri Asih sebagai ganti dari tokoh super hero AS Wonder Woman. Banyak lagi komikus lokal yang ikut menciptakan kisah super hero, seperti Siti Gahara, Puteri Bintang, Garuda Putih and Kapten Comet, yang mendapatkan inspirasi dari Superman dan petualangan Flash Gordon. Di era tahun 70-an, komik memasuki masa keemasannya dengan diterbitkannya berbagai macam komik mulai dari kisah super hero hingga cerita-cerita perwayangan dan epik Mahabharata. Komikus asal Medan Zam Nuldyn mulai
menyebut komik dengan istilah cerita bergambar (cergam). Selain Si Buta dari Gua Hantu dan Gundala Putra Petir, di era itu, sejumlah judul komik sangatlah populer, seperti Djampang Jago Betawi, Pendekar Selebor, Pengantin Kelana, Api di Langit Kulon, Zomba, Reo Anak Serigala, Ramayana hingga Mahabharata. Di tahun 1990-an mulai banyak komik manga Jepang yang masuk di pasaran, seperti Doraemon, Candy Candy, Kungfu Boy, Death Note, Detektif Conan, GeGeGe no Kintaro, Cutie Honie, Casshern, DevilMan dan beberapa judul lainnya. Selain diterbitkan oleh Elex Media Komputindo dan M&C (kelompok Gramedia), komik juga diterbitkan oleh penerbit lokal secara illegal. Hingga saat ini, komik manga masih mendominasi pasar komik di Indonesia. Pemasaran yang berlangsung selama bertahun-tahun dengan distribusi yang cukup teratur menyebabkan manga sangat mudah diperoleh dibandingkan komik Eropa dan Amerika. Komikus asal Perancis, Clement Baloup mengatakan manga juga membanjiri Eropa, namun jenis manga tidak berhasil mempengaruhi selera baca masyarakat Perancis sehingga komik lokal lebih populer di Perancis. “Mungkin di Indonesia, harus mencari karakter lokal agar produksi komik lokal dapat terangkat kembali, “ katanya di Surabaya beberapa pekan lalu. Clement mengatakan mengenalkan komik lokal di sekolah-sekolah, membentuk klub baca komik dan melakukan pembinaan terhadap potensi seni siswa juga merupakan salah satu cara mempopulerkan komik lokal di Indonesia. Bagus Priambodo
BEASISWA
PENELITI, PENULIS, PENCIPTA, SENIMAN, WARTAWAN DAN TOKOH Beasiswa yang ditawarkan bagi peneliti, penulis, pencipta, seniman, wartawan, olahragawan dan tokoh (P3SWOT) merupakan stimulasi bantuan beasiswa untuk lingkup nasional dan internasional dalam rangka menyiapkan para peneliti, pencipta, penulis, seniman, olahragawan dan tokoh yang cerdas dan kompetitif sesuai dengan visi pendidikan nasional. Dengan adanya program Beasiswa Unggulan P3SWOT ini, diharapkan di akhir program akan muncul critical mass para peneliti, penulis, pencipta, seniman, olahragawan dan tokoh yang berdaya saing tinggi di masa yang akan datang. Disamping itu media yang digunakan dalam mengekspresikan hasil karya tersebut bisa dalam bentuk digital maupun non-digital. Agar pelamar P3SWOT lebih kompetitif, diharapkan melakukan kegiatan ISR (Intellectual Social Responsibility) seperti yang di maksud di atas. Hal ini dilakukan seyogyanya sebelum kegiatan P3SWOT dibiayai oleh Beasiswa Unggulan, sehingga secara moral pelamar sudah melakukan pertanggungjawaban sosial terhadap penggunaan dana yang akan diterima. Sejak tahun anggaran 2010 ini pelamar untuk PENELITI diprioritaskan bagi mahasiswa penerima Beasiswa Unggulan. Sehingga diharapkan dana ini membantu penelitian studinya. Program untuk peneliti, pencipta, penulis, seniman, olahragawan dan tokoh, diselenggarakan untuk menghasilkan insan Indonesia yang unggul dengan mempunyai kompetensi sebagai berikut:
KOMPETENSI UMUM Alumni program Beasiswa Unggulan untuk para peneliti, pencipta, penulis, seniman, olahragawan dan tokoh dari daerah seluruh Indonesia akan mempunyai kompetensi secara umum yaitu: a. Mampu bersaing, bertahan dengan integritas dan disiplin. b. Mampu dan berani mengambil resiko dalam bekerja. c. Mampu memimpin, memberi keteladanan, dan menjadi pengikut yang baik. d. Mampu berkomunikasi secara efektif, mendengarkan dan berbicara di depan publik dalam bahasa internasional. e. Mampu bekerja secara tim maupun mandiri. f. Mampu memahami kebhinekaan budaya nasional, global dan spiritualitas.
t t t t t t t t t t t
KOMPETENSI KHUSUS Dengan bekal ilmu yang diperoleh selama pendidikan, alumni program Beasiswa Unggulan untuk para peneliti, pencipta, penulis, seniman, olahragawan dan tokoh, ini selain mempunyai kompetensi umum, juga menguasai kompetensi khusus yaitu: a. Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya secara kreatif. b. Mampu membaca, menganalisis dan memberdayakan sumber daya yang ada secara efektif dan inovatif. c. Mampu mengembangkan dan mengimplementasikan produk unggulan daerah dan institusi tempat mereka bekerja.
,SJUFSJBQFOVMJTZBOHNFNFOVIJTZBSBUVOUVLNFNQFSPMFICFBTJTXB program ini adalah : a. Penulis yang berprestasi menghasilkan karya tulis yang sesuai dengan bidang keahliannya b. Penulis yang kreatif, inovatif dan unggul dalam bidangnya yang ditunjukan dengan karya tulis dalam bentuk publikasi ilmiah dalam jurnal regional, nasional, internasional, dan buku c. Penulis yang telah memiliki produk dari hasil tulisannya yang sudah dipublikasikan secara nasional d. Penulis yang telah menghasilkan tulisan yang berguna bagi masyarakat dan bangsa serta di publikasikan di media massa nasional. e. Diprioritaskan penulis yang telah melakukan kegiatan ISR.
Untuk mendapatkan beasiswa program ini terdapat beberapa hal sebagai persyaratan yang wajib dipenuhi. Sehingga di dalam proses implementasi program ini membutuhkan suatu rangkaian proses pelaksanaan program Beasiswa Unggulan untuk para peneliti, pencipta, penulis, seniman, olahragawan dan tokoh. Persyaratan beasiswa program ini berbeda dengan jenis program Beasiswa Unggulan lainnya. PERSYARATAN BEASISWA UNTUK PENULIS. Program beasiswa penulis berlaku untuk pelamar yang telah menyelesaikan karya penulisan di berbagai bidang dengan prioritas pada bidang tersebut dalam Bab III. A: t &LPOPNJEBOLFVBOHBOGPLVT1FOHFOUBTBO,FNJTLJOBO t 1FSVCBIBOJLJMN MJOLVOHBOEBOLFBOFLBSBHBNBOIBZBUJ t &OFSHJCBSVEBOUFSCBSVLBO TVNCFSEBZBBMBN
INFO LENGKAP
,FUBIBOBOEBOLFBNBOBOQBOHBO ,FTFIBUBO 1FOZBLJU5SPQJT HJ[JEBOPCBUPCBUBO 1FOHFMPMBBOEBO.JUJHBTJ#FODBOB *OUFHSBTJ/BTJPOBMEBOIBSNPOJTBTJTPTJBM 0UPOPNJEBFSBIEBOEFTFOUSBMJTBTJ 4FOJEBO#VEBZB*OEVTUSJLSFBUJG DVMUVSFUFDIOPMPHZ
*OGSBTUVLUVS 5SBOTQPSUBTJEBOUFLOPMPHJQFSUBIBOBO 4BUFMJU
5FLOPMPHJ*OGPSNBTJEBOLPNVOJLBTJ 1FNCBOHVOBO.BOVTJBEBO%BZB4BJOH#BOHTB .BSJUJN UFLOPMPHJ.BSJUJN /BOP5FLOPMPHJ
Pelamar program beasiswa ini bila lolos seleksi akan mendapatkan sejumlah dana yang dapat dimanfaatkan dalam beberapa hal yaitu : B .FNCJBZBJQFOZFMFTBJBOQFOVMJTBOCVLVJMNJBIEBOQPQVMFSEBONFNJMJLJ*4#/ C .FNCJBZBJLBSZBDJQUBQFOVMJTBOCVLVZBOHTJBQEJUFSCJULBOPMFIQFOFSCJUOBTJPOBM c. Membiayai kelompok penulis yang akan mengadakan bedah buku. d. Membiayai kegiatan ilmiah di dalam dan luar negeri dalam rangka penulisan karya ilmiah, ilmiah praktis dan karya lainnya secara nasional dan internasional. e. Membiayai penulisan naskah kuno, alih bahasa naskah kuno, dan manuskript. f. Membiayai kegiatan yang berkaitan dengan hasil karya tulisnya.
Sekretariat Beasiswa Unggulan Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270. Telp. 021-5711144 (Ext. 2616) Fax. 021-5739290 | Email:
[email protected] | Website: www.beasiswaunggulan.kemdiknas.go.id
http://www.lpmp-jatim.org Global education website for teachers and people who care about education quality... We commited to improve the quality of education asi  NUPTK & Sertifik  Bangku Sekolarhsekolah) puta (Bantu dong aku se
 Tas Guru
si (Tampungan aspira
guru)
 Sepekan di JaditiJam wa Timur) (Seputar pendidikan
eek  Pictures of The W  Cerita Inspiratif  Top Interview  Fokus Lembaga  World Education  Guruku Hebat  e-Magazine  Dari Jakarta  Global Comparative & Connection