Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Embriani BBPPTP Surabaya LATAR BELAKANG Serangan hama merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan produksi dan mutu tanaman. Berbagai jenis hama menyerang tanaman sejak di pembibitan, pertanaman, hingga di gudang penyimpanan. Seluruh bagian tanaman juga dapat diserang hama meliputi akar, batang, daun, bunga, sampai buah. Beberapa jenis hama yang menyerang saat pembibitan antara lain siput, semut merah, orong-orong, dan ulat. Jenis hama yang menyerang saat di pertanaman antara lain ulat pupus, kutu, dan belalang. Salah satunya adalah ulat grayak yang mempunyai nama ilmiah Spodoptera litura Fabricus (Lepidoptera; Noctuidae). Serangan hama ini merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan produksi dan mutu tembakau. Hama ini sering mengakibatkan penurunan produktivitas bahkan kegagalan panen karena menyebabkan daun dan buah sayuran menjadi sobek, terpotong-potong dan berlubang. Bila tidak segera diatasi maka daun atau buah tanaman di areal pertanian akan habis. Spodoptera litura hidup dalam kisaran inang yang luas dan bersifat polipagus, karena itu hama ini dapat menimbulkan kerusakan yang serius. Menurut (Sudarmo, 1993 dalam Bayu aji, 2013) kerusakan yang ditimbulkan pada stadium larva berupa kerusakan pada daun tanaman inang daun menjadi berlubang. Larva instar 1 dan 2 memakan permukaan daun, kecuali epidermis permukaan atas tulang daun. Larva 3 sampai 5 makan bagian helaian daun muda tetapi tidak makan tulang daun yang tua.
MENGENAL Spodoptera litura.
Hama ini banyak ditemukan pada daun tanaman tembakau. Larva instar 1−2 berkelompok makan secara bersama di bawah permukaan daun dan menyisakan lapisan epidermis atas sehingga daun terlihat transparan. Pada instar yang lebih lanjut, ulat makan seluruh daun sehingga menyebabkan daun berlubang-lubang. Pada serangan yang parah dapat menghabiskan seluruh daun tanaman. Hama ini mengalami metamorfosis sempurna yakni dimulai dari telur, larva/ulat, pupa/kepompong, dan imago/dewasa.
Peletakan telur secara berkelompok yang berisi 25− 500 butir. Kelompok telur ini diselimuti oleh lapisan rambut-rambut halus seperti beludru berwarna cokelat. Telur bulat dengan diameter 0,6 mm dan akan menetas dalam waktu 2−3 hari. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Lepidoptera
Famili
: Noctuidae
Subfamili
: Amphipyrinae
Genus
: Spodoptera
Species
: Spodoptera litura F.
Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadangkadang tersusun dua lapis), berwarna coklat kekuning-kuningan diletakkan berkelompok (masing-masing berisi 25-500 butir) yang bentuknya bermacam-macam pada daun atau bagian tanaman lainnya. Kelompok telur tertutup bulu seperti beludru yang berasal dari bulu-bulu tubuh bagian ujung ngengat betina. Lama stadium telur 3-5 hari. Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklat-coklatan dan hidup berkelompok. Beberapa hari kemudian tergantung ketersediaan makanan, larva menyebar dengan menggunakan benang sutera dari mulutnya. Dan ulat membuat lubang pada daun. Siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab) dan menyerang tanaman pada malam hari. Umumnya larva mempunyai titik hitam arah lateral pada setiap abdomen. Lama stadium larva 6 – 13 hari. Larva berkepompong dalam tanah atau pasir. Membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon) berwarna coklat kemerahan dan berkisar 1.6 cm. Lama stadium larva 10 – 14 hari. Ulat grayak (Spodoptera litura F.) (Lepidoptera, Noctuidae) merupakan salah satu hama daun yang penting karena mempunyai kisaran inang yang luas. S. litura menyerang tanaman budidaya pada fase vegetatif yaitu memakan daun tanaman yang muda sehingga tinggal tulang daun saja dan pada fase generatif dengan memangkas polong–polong muda. Spodoptera litura merupakan salah satu serangga hama yang mempunyai banyak tanaman inang. Pengetahuan mengenai jenis-jenis tanaman inang dapat digunakan sebagai sarana pengendalian. Untuk maksud tersebut perlu diketahui inang yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Serangga ini telah diketahui merupakan
hama yang cukup penting pada berbagai tanaman, tetapi tidak begitu menyukai tanaman dari golongan Graminae. Pengendalian hama tembakau yang efektif, aman, dan ramah lingkungan sangat penting dalam usaha budi daya tembakau. Guna mendukung keberhasilan usaha pengendalian, informasi tentang jenis hama, gejala serangan, biologi, ekologi, dan perilaku hama sangat diperlukan. GEJALA SERANGAN Serangan parah terjadi pada musim kemarau, pada saat kelembaban udara ratarata 70% dan suhu udara18-23%. Pada saat cuaca demikian, ngengat akan terangsang untuk berbiak serta prosentase penetasan telur sangat tinggi, sehingga populasinya menjadi sangat tinggi dan tingkat serangannya jauh melampaui ambang ekonomi. Kerusakan daun yang diakibatkan larva yang masih kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Larva instar lanjut merusak tulang daun dan buah. Pada serangan berat menyebabkan gundulnya tanaman. PENGENDALIAN Pengendalian hama secara biologis atau pengendalian hayati mendapat perhatian yang cukup besar. Hal ini antara lain disebabkan oleh kesadaran masyarakat yang semakin tinggi akan bahayanya efek samping penggunaan insektisida kimia, baik terhadap manusia maupun lingkungan. Dampak negatif penggunaan insektisida yang kurang bijaksana akan menimbulkan resistensi hama, resurgensi hama, munculnya hama kedua, terbunuhnya jasad bukan sasaran (parasitoid, predator dan serangga berguna lainnya), residu insektisida dan pencemaran lingkungan. Untuk meminimalkan penggunaan insektisida perlu dicari pengendalian pengganti yang efektif dan aman terhadap lingkungan. Salah satunya adalah pemanfaatan mikroorganisme seperti jamur, bakteri, dan virus untuk menekan peningkatan populasi hama. Stadia larva merupakan stadia yang paling merusak tanaman budidaya. Usaha pengendalian S. litura sejalan dengan perkembangan konsep Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) lebih diarahkan pada usaha-usaha pengendalian yang tidak membahayakan lingkungan dan manusia. Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV) merupakan salah satu jenis virus yang dapat menjadi patogen bagi S. litura (Arifin, 1991). Virus patogen dari
golongan Baculovirus ini telah diketahui dapat menginfeksi hampir 200 spesies serangga yang termasuk golongan Lepidoptera, Hymenoptera, dan Diptera. Sebagian besar dari tipe virus ini menginfeksi serangga dari ordo Lepidoptera. Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV) adalah salah satu jenis virus patogen yang berpotensi sebagai agensia hayati dalam mengendalikan ulat grayak, karena bersifat spesifik, selektif, efektif untuk hama-hama yang telah resisten terhadap insektisida dan aman terhadap lingkungan. Efektivitas NPV dalam mengendalikan S. litura dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah perbedaan tingkat instar S. litura. Masingmasing tingkat larva S. litura mempunyai kerentanan yang berbeda terhadap NPV. Umumnya NPV ditularkan melalui kontaminasi pada makanan larva misalnya saja polyhedral dari larva yang yang terinfeksi virus ini hancur dan jatuh pada daun kemudian daun tersebut termakan oleh larva lain. NPV juga terdapat pada larva dewasa jika larva terserang NPV. Penularan NPV juga dapat terjadi secara transovarial, artinya induk yang terinfeksi NPV dapat menghasilkan telur yang terkontaminasi NPV (Purnomo, 1991). Kematian larva S. litura yang disebabkan oleh NPV tidak terjadi pada saat aplikasi dilakukan, karena di dalam tubuh larva berlangsung proses biologis yang membutuhkan waktu beberapa hari sejak terjadinya infeksi virus hingga larva mati. Proses tersebut diawali dengan tertelannya polyhedral masuk ke dalam usus larva. Di dalam usus, akan terjadi reaksi enzimatik yang bersifat alkalis yang menyebabkan polyhedral larut dan membebaskan virus. Virus yang bebas mampu menembus dinding usus masuk ke rongga tubuh dan menyerang sel-sel jaringan rentan (Arifin, 1991). Meskipun dalam jumlah yang sangat rendah, NPV mampu memperbanyak diri di dalam tubuh larva hingga mencapai jumlah yang efektif untuk membunuh inangnya, khususnya yang rentan (peka). (Indrayani et al, 1998 dalam Hendra, 2003). Larva S. litura yang terinfeksi NPV memperlihatkan gejala pergerakan larva yang menjadi lambat, kulit larva berwarna keabu-abuan, permukaan kulitnya mengkilat dan tubuhnya sedikit membengkak. Larva-larva yang mempunyai gejala tersebut apabila disentuh malas bergerak dan akhirnya larva akan mati. Kulit larva yang terinfeksi virus akan menjadi sangat rapuh sehingga tubuh larva akan mudah pecah bila tersentuh. Dari kulit tubuh yang pecah tersebut akan keluar cairan kental yang berwarna kecoklatan (Elita, 2000). Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan NPV sebagai pengendali ini adalah umur atau tingkat instar serangga sasaran tersebut. Okada dalam Soekarna (1985)
yang melakukan penelitian di Jepang pada tahun 1977 menemukan perbedaan kepekaan antar instar larva Spodoptera litura dan Leucania separata terhadap NPV. Menurut Kurnia et al, (2002) pengendalian menggunakan SI-NPV akan menjadi efektif jika dilakukan pada saat S. litura berada pada instar II.
KESIMPULAN
Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV) adalah salah satu jenis virus patogen yang berpotensi sebagai agensia hayati dalam mengendalikan ulat grayak, yang bersifat spesifik,
Kematian larva S. litura yang disebabkan oleh NPV tidak terjadi pada saat aplikasi dilakukan, karena di dalam tubuh larva berlangsung proses biologis yang membutuhkan waktu beberapa hari sejak terjadinya infeksi virus hingga larva mati.
Pengendalian menggunakan SI-NPV akan menjadi efektif jika dilakukan pada saat S. litura berada pada instar II.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. 1991. Bioekologi, serangan dan pengendalian hama pemakan daun kedelai. Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kedelai. Malang, 8-11 Agustus 1991. Bayu Aji N., SP, 2013. Pengenalan dan Pengendalian Hama Ulat Grayak Pada Kapas. BBPPTP Surabaya Elita, F. 2000. Pemberian berbagai konsentrasi Nuclear Polyhedrosis Virus untuk mengendalikan hama Spodoptera litura F. dan pengaruhnya terhadap produksi Kedelai (Glycine max L. Merril). Skripsi S1. Fakultas Pertanian. Pekanbaru: Universitas Riau. J Hennie Laoh, Fifi Puspita, Hendra. 2003. Kerentanan Larva Spodoptera litura F. terhadap Virus Nuklear Polyhedrosis. Jurnal Natur Indonesia 5(2): 145-151 (2003) ISSN 1410-9379. Diakses Tanggal 15 April 2014. Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of Crop in Indonesian. Di dalam Van der daan, D.A. (ed). Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve. Kurnia, N.T., Anggraeni & Laksanawati, A. 2002. Respon S.litura F. terhadap infeksi SINPV. Prosiding Seminar Nasional Biologi XVI. Bandung, 25-26 Juli 2002. Diakses Purnomo. 1991. Pengaruh sublaten NPV terhadap biologi Spodoptera litura F. (Lepidoptera; Nuctuidae). Jurnal Litbang. Pertanian 2: 34-40. Diakses Tanggal 15 April 2014. Soekarna, D. 1985. Ulat Grayak dan Pengendaliannya. Pertanian 4: 65-70.