Agric. Sci. J. – Vol. I (4) : 235-243 (2014)
MANAJEMEN RISIKO PRODUKSI BENIH KENTANG AEROPONIK RISK MANAGEMENT OF AEROPONIC POTATOES SEED PRODUCTION 1
Medina Juniar Djauhari1 Mahasiswa Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran ABSTRAK
Permintaan benih kentang belum terpenuhi. Hal tersebut menuntut teknologi baru dalam memperbanyak benih kentang yaitu dengan teknologi aeroponik. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi dan memetakan sumber-sumber risiko produksi CV. Fabe Aeroseed, (2) Mendeskripsikan dan merumuskan strategi penanganan risiko produksi pada CV. Fabe Aeroseed. Penelitian ini dilakukan di CV. Fabe Aeroseed di Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat dengan menggunakan metode kualitatif. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Identifikasi risiko dilakukan dengan pembuatan diagram fishbone dan pembuatan strategi penanganan risiko dengan teori strategi penanganan risiko ex-ante dan ex-post. Hasil penelitian ini terdapat lima sumber risiko antara lain risiko yang terdapat pada tenaga kerja; kurangnya pengetahuan tenaga kerja. Risiko yang terdapat pada mesin; perusahaan masih menggunakan alat tradisional untuk menjalankan proses produksi benih kentang aeroponik. Risiko yang terdapat dalam metode, timbul dari teknik aeroponik itu sendiri sehingga timbul risiko seperti kadar air umbi tinggi yang akan menyebabkan umbi cepat busuk. Dari sisi lingkungan, suhu dan kelembaban membuat tanaman semakin rentan dengan bakteri. Sedangkan dari sisi bahan baku, air dan tenaga listrik adalah risiko utama dalam hal bahan baku, maka dari itu perusahaan harus memiliki jenset dan sumber air. Strategi penanganan risiko ex-ante dalam proses produksi benih kentang aeroponik diantaranya dengan melakukan pemeliharaan, pengawasan dan menjaga kebersihan serta kesterilan dalam tiap tahapan proses produksinya. Strategi penanganan risiko ex-post dalam proses produksi benih kentang aeroponik diantaranya melakukan training dan controlling, melakukan penanaman ulang, dan pembuatan standar operasional perusahaan. Kata kunci : Benih Kentang, Risiko Produksi, Aeroponik. ABSTRACT Potato is a kind of vegetable, priority to be developed in Indonesia. Potatoes demand was high and increase every year. That high demand of potatoes plants had an impact of potatoes seed demand, but still not fulfilled. Its charge a new technology to develop potatoes seed by aeroponics technology. Aeroponics is a new technology in farm products that indicated a risk. The research aimed to: (1) Identify and risk sources mapping in production at CV. Fabe Aeroseed, (2) description and identify strategy applied by CV. Fabe Aeroseed in a managing those risk production. The research was done at CV. Fabe Aeroseed at Desa Kayuambon Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat using qualitative method. The location was chosen purposively. The production risk identification by fishbone diagram and risk solving strategy by risk handling strategy ex-ante and ex-post. The research result showed 5 risk source which were: 1) Man, lack of knowledge, 2) Machine, the company still operated a traditional tools, 3) Method, who coming from aeroponic technology such as high substances of water, caused easily spoiled, 4)
Diterima 21 Agustus 2014. Disetujui 20 Oktober 2014. Alamat Korespondensi :
[email protected]
Medina J.D. - Manajemen Risiko Produksi Benih Kentang Aeroponik
Environment, cause the plant was very sensitive to bacteria, 5) Raw Material, such as water and electricity, that’s why the company should have a genset and water sources. Ex-ante risk strategy in aeroponic potatoes seed producyion process wich were by doing maintenances, monitoring and keep sterilization in every steps of production. Ex-post risk strategy in aeroponic potatoes seed production wich were by training and controlling, re-implantation and using strandard operating procedure. Key Words : Potatoes Seed, Risk Production, Aeroponic. PENDAHULUAN Kentang merupakan salah satu jenis sayuran yang mendapat prioritas dikembangkan di Indonesia. Berdasarkan volumenya kentang merupakan bahan pangan keempat di dunia setelah padi, jagung, dan gandum (Wattimena,2000). Setiap tahun kebutuhan kentang terus meningkat namun hingga saat ini produksi kentang dari petani belum mampu memenuhi kebutuhan kentang di Indonesia. Ketidakmampuan tersebut diakibatkan oleh masih rendahnya produktivitas kentang yang ditanam petani. Hal itu terkait dengan sangat kurangnya ketersediaan benih bermutu. Dengan adanya peningkatan permintaan benih kentang tersebut, menuntut adanya adopsi teknologi baru dalam memperbanyak benih kentang. Jika kebutuhan benih kentang tercukupi, maka kebutuhan konsumsi akan tanaman kentang akan terpenuhi. Salah satu cara memperbanyak benih kentang adalah dengan adanya input iptek inovatif. Teknologi produksi benih yang sedang dikembangkan pada saat ini adalah sistem hidroponik yang kemudian dikembangkan menjadi sistem aeroponik yaitu budidaya tanaman dengan pemberian larutan hara ke akar tanaman dengan cara pengkabutan seperti di perusahaan CV. Fabe Aeroseed yang telah memproduksi benih kentang dengan sistem aeroponik sejak tahun 2009. Terlepas dari keunggulan teknik aeroponik dalam menghasilkan produksi dan kualitas yang baik, dalam menjalankan produksi benih kentang melalui teknik aeroponik juga masih memiliki beberapa
masalah. Diantaranya timbul risiko yang diakibatkan oleh sifat produk pertanian yang mudah rusak dan sangat tergantung terhadap faktor eksternal seperti cuaca dan iklim, mudah terkena hama penyakit yang dapat mempengaruhi hasil produksi ditambah lagi risiko teknologi aeroponik yang masih dinilai teknologi baru dalam memproduksi benih kentang. Perusahaan secara sadar atau tidak sadar memiliki upaya untuk dapat mengatasi permasalahan yang terjadi didalamnya termasuk upaya untuk mengatasi risiko yang mungkin muncul. Manajemen risiko dalam berbenihan kentang aeroponik menuntut para pengusaha benih kentang aeroponik untuk mengetahui apa saja sumber-sumber risiko produksi dari produksi benih kentang aeroponik. Setelah pengusaha mengetahui sumber risiko, pengusaha dapat membuat dan merencanakan suatu strategi penganganan risiko, baik yang sifatnya strategi manajemen risiko ex-ante, maupun strategi manajemen risiko ex-post (Adiyoga dan Soetarso, 1997). Strategi manajemen risiko tersebut diterapkan agar perusahaan dapat meminimalisir dan menanggulangi risiko, dengan begitu perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang maksimal. METODE PENELITIAN Analisis Deskriptif Metode deskriptif yaitu metode penelitian yang dilaksanakan dengan cara mengumpulkan, menyajikan, dan menganalisis data perusahaan berdasarkan fakta yang ada atau suatu metode yang bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat 236
Medina J.D. - Manajemen Risiko Produksi Benih Kentang Aeroponik
riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Umar, 2007). Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi risiko-risiko yang ada pada CV. Fabe Aeroseed dengan cara menganalisis secara deskriptif faktor-faktor risiko produksi. Fishbone Diagram Fishbone menggambarkan permasalahan dan penyebabnya dalam suatu kerangka tulang ikan. Diagram ini menunjukkan hubungan antara penyebabpenyebab utama suatu masalah yang terjadi. Pembuatan diagram fishbone terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu dari segi Man, Machine, Method, Environment dan Raw Materials, dengan mengamati hal tersebut, dapat diketahui penyebab dari masalah yang terjadi di perusahaan. Dengan diketahuinya masalah tersebut maka penyelesaian dapat dilakukan. Penanganan Risiko Strategi penanganan risiko Ex-ante terdiri dari perilaku-perilaku perusahaan dalam menghadapi risiko. Strategi ex-ante dirancang sebelum terjadi peristiwa yang berpotensi untuk merugikan perusahaan. Strategi ex-ante membuat petani mampu menyadari adanya risiko dan membantu membuat strategi untuk menghadapi risiko tersebut. Strategi ex-post adalah strategi yang akan dilakukan agar tidak mengalami kerugian. Jika terjadi kegagalan panen, walaupun perusahaan telah melaksanakan strategi pengelolaan risiko ex-ante, maka pilihan satu-satunya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah strategi ex-post. HASIL DAN PEMBAHASAN Risiko Produksi Benih Kentang Aeroponik Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan pihak perusahaan, maka dapat diketahui bahwa proses produksi benih kentang menggunakan sistem aeroponik terdapat risiko yang cukup tinggi. Dalam masing-
masing tahapan proses produksi tersebut, terdapat risiko didalamnya. a. Persiapan Risiko dalam tahap persiapan yaitu risiko tanaman benih kentang aeroponik terserang jamur. Dari aspek Tenaga Kerja, hal tersebut terjadi karena pada saat pembuatan bangunan green house, terdapat kesalahan karena tenaga kerja tidak mengetahui bagaimana seharusnya membuat bangunan green house yang sesuai dengan karakteristik tanaman benih kentang. Tenaga kerja yang dikerahkan dalam proses pembuatan bangunan green house bukanlah tenaga ahli yang berkecimpung dalam bidang pertanian, melainkan tenaga kerja yang berasal dari sekitar tempat perusahaan berada. Risiko lain yang ditimbulkan akibat tenaga kerja yang tidak ahli ialah, tenaga kerja kurang memperhatikan kebersihan dalam melakukan kegiatan dalam proses persiapan. Hal tersebut terjadi akibat tenaga kerja kurang mendapat pengawasan dari pihak manajemen. Seharusnya dalam menggunakan teknik aeroponik, perusahaan memakai tenaga kerja yang benar-benar menguasai teknologi aeroponik. Risiko yang terjadi dalam aspek tenaga kerja diakibatkan oleh perusahaan kurang memberikan pelatihan yang mendalam mengenai budidaya benih kentang aeroponik pada tenaga kerja khususnya dalam pembuatan bangunan green house. Suhu dalam green house yang tidak dapat dikontrol. Suhu dalam green house tersebut sangat dipengaruhi oleh ketinggian bangunan serta bahan yang digunakan oleh perusahaan dalam membangun green house yaitu dengan menggunakan para net, dimana atapnya terbuat dari net plastik hitam yang berfungsi untuk mengurangi intensitas cahaya, tetapi hama dan air hujan tidak dapat dihindari. Hal tersebut menimbulkan risiko diantaranya adalah pada saat mendung atau pagi hari intensitas yang masuk tidak cukup untuk fotosintesis dengan baik, hal tersebut menimbulkan 237
Medina J.D. - Manajemen Risiko Produksi Benih Kentang Aeroponik
risiko dalam aspek Raw Materials atau Bahan Baku. Dampak dari risiko bahan baku juga menimbulkan risiko dalam aspek Environment atau Lingkungan karena kondisi green house tidak steril akibat penggunaan para net yang dapat mengakibatkan air hujan masuk pada saat musim hujan. Hal tersebut memungkinkan kondisi dalam green house kotor dan terkontaminasi oleh bakteri dari luar green house yang terbawa oleh air hujan dan masuk ke dalam green house melalui paranet. Selain itu keadaan di dalam green house juga dipengaruhi cuaca diluar green house. Misalnya sedang musim kemarau, suhu dalam green house juga akan meningkat. Suhu yang terlalu panas akan membuat tanaman tidak dapat tumbuh secara optimal. Sebaliknya jika musim hujan, akan membuat kondisi dalam green house terlalu lembab dan hal tersebut akan mengakibatkan risiko tanaman terserang jamur semakin tinggi. Jika ditinjau dari aspek Machine, suhu dalam green house seharusnya dapat dikontrol jika perusahaan memiliki alat pengatur suhu ruangan. Kenyataannya, kondisi green house tidak dapat dikontrol karena perusahaan tidak memiliki alat tersebut. b. Penyemaian Risiko yang timbul pada saat penyemaian yaitu tanaman kerdil pada saat penyemaian. Risiko tersebut diakibatkan oleh tanaman yang mengalami perubahan media tanam. Sebelum memasuki tahap penyemaian, tahap yang dilalui planlet ialah metode kultur jaringan. Dalam metode kultur jaringan, media tanam yang digunakan ialah berupa agar-agar. Sedangkan media tanam yang digunakan dalam tahap selanjutnya yaitu tahap penyemaian menggunakan media tanam arang sekam. Dengan perubahan media tanam tersebut tanaman sulit beradaptasi, selain itu perbedaan suhu pada saat di kultur jaringan berkisar antara 16-21oC, sedangkan suhu di lapangan diatas 27oC,
maka dari itu tanaman merasa “kaget” atas perbedaan tersebut. Ditinjau dari aspek Man, tenaga kerja kurang memperhatikan kondisi suhu yang ada dalam green house sehingga terjadi penghambatan dalam perkembangan tunas tanaman. Hal tersebut terjadi karena tenaga kerja tidak sempat memeriksa suhu ruangan karena tenaga kerja harus melakukan kegiatan pemeliharaan tanaman seperti mengecek nozel. Aspek Environment, lingkungan luar green house berpengaruh ke kondisi dalam green house. Perkembangan tunas terhambat akibat suhu yang terlalu tinggi dari kondisi ideal tanaman. Pada proses penyetekkan, tanaman kentang bisa berkalikali di setek dan akan berhenti ketika tunas baru tidak lagi keluar. Namun jika kondisi suhu terlalu tinggi, tanaman kentang hanya dapat di setek 2 sampai 3 kali, dan langsung keluar umbi. Jika ditinjau dari aspek Raw Materials, bahan baku untuk penyemaian yaitu media tanam. Media tanam yang digunakan dalam proses penyemaian adalah arang sekam. Hal tersebut menjadi suatu risiko karena sebelumnya media tanam yang digunakan oleh tanaman pada saat kultur jaringan adalah agar-agar dengan kondisi yang sangat disesuaikan dengan kondisi ideal tanaman pada saat kultur jaringan. c. Penanaman Risiko yang timbul pada saat penanaman adalah: 1. Risiko tanaman tidak tumbuh normal. 2. Risiko tanaman terserang bakteri. Risiko pertama dalam tahap penanaman yaitu tanaman tidak tumbuh normal. Hal tersebut terjadi karena tanaman benih kentang sangat rentan terhadap suhu yang tinggi. Suhu yang tinggi membuat pertumbuhan tanaman menjadi tidak normal dan tanaman tumbuh tidak maksimal. Selain itu tenaga kerja juga kurang memperhatikan kondisi lingkungan pada saat proses penanaman. Pada saat penanaman, tenaga kerja melakukan penanaman pada siang hari yang 238
Medina J.D. - Manajemen Risiko Produksi Benih Kentang Aeroponik
mengakibatkan tanaman mengalami stagnansi. Stagnansi diakibatkan oleh kesalahan pegawai dalam waktu penanaman. Kelalaian pegawai dalam melakukan kegiatan penanaman diakibatkan oleh kurangnya pengawasan yang diberikan oleh perusahaan. Hal tersebut terjadi karena pihak perusahaan belum memiliki standar operasional yang tertulis. Risiko kedua dalam tahap penanaman yaitu tanaman yang terserang bakteri. Penyebaran bakteri lebih cepat karena ditunjang dengan sistem penyaluran air dan hara secara tersirkulasi, satu atau beberapa tanaman yang terinfeksi akan segera masuk ke sistem irigasi dan menyebar ketanaman tetangganya, akibatnya hampir seluruh tanaman layu dan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Tanaman yang terserang bakteri berawal dari kondisi air yang terkontaminasi oleh bakteri. bakteri tersebut berasal dari ketidaksterilan proses produksi benih kentang aeroponik. Kebersihan dan kesterilisasian dalam tiap tahap sangat berpengaruh dalam proses produksi benih kentang aeroponik. Kebutuhan air untuk tanaman diperoleh dari sumur resapan yang sengaja dibuat. Ketersediaan air merupakan hal yang harus terpenuhi karena sistem aeroponik adalah sistem yang bergantung kepada air. d. Pemeliharaan Risiko yang timbul pada saat penanaman adalah : 1. Produktivitas tanaman terganggu 2. Tanaman mati Risiko pertama dalam tahap pemeliharaan yaitu produktivitas tanaman terganggu, hal tersebut dikarenakan tanaman mengalami pemberian dosis nutrisi yang tidak tepat, dapat mengalami kekurangan ataupun kelebihan nutrisi yang diberikan oleh tenaga kerja. Pemeliharaan tanaman sangat penting dilakukan, diantaranya pengecekkan nutrisi tanaman. Nutrisi
sangat dibutuhkan oleh tanaman, maka dari itu harus dilakukan pengecekkan secara terus menerus. Apalagi menggunakan sistem aeroponik, yang dimana tanaman harus selalu diberi nutrisi karena tanaman tidak dapat mencari nutrisi selain dari nutrisi yang diberikan. Tingkat nutrisi mempengaruhi tanaman tumbuh optimal. Pemberian nutrisi yang terlalu banyak membuat tanaman berkembang secara tidak baik, begitu pula jika nutrisi yang diberikan terlalu sedikit. Nutrisi dalam tanaman tersebut pada akhirnya berpengaruh terhadap produktivitas tanaman. Kepekatan nutrisi dipengaruhi oleh bahan baku lain seperti air, dimana ketersediaan air serta keadaan air yang selalu steril harus selalu diperhatikan oleh perusahaan, karena untuk menghasilkan benih G-0 harus dalam keadaan steril tidak ada bakteri yang terdapat dalam benih tersebut. Selain itu, dalam aspek tenaga kerja, tenaga kerja tidak sempat memeriksa kepekatan nutrisi karena tenaga kerja harus melakukan kegiatan lain seperti melakukan kegiatan pemeliharaan. Hal tersebut dapat terjadi karena tenaga kerja perusahaan terlalu sedikit. Hal tersebut didasari oleh penanaman dengan teknologi aeroponik, dimana tenaga kerja yang dibutuhkan cukup 1-2 orang saja untuk 1 green house, namun kenyataannya cukup berisiko jika dilihat dalam tahap pemeliharaan, karena tenaga kerja harus meng-handle seluruh pekerjaan dalam satu waktu yang sama. Risiko selanjutnya dalam tahap pemeliharaan yaitu risiko tanaman mati. Tanaman mati dikarenakan oleh beberapa hal, diantaranya nozel yang mati, tanaman yang terserang bakteri dan jamur, dan terjadi pemadaman listrik. Tanaman dengan sistem aeroponik sangat bergantung kepada pemberian nutrisi yang disalurkan melalui pipa-pipa dan dikabutkan ke akar-akar yang menggantung. Dalam penyeluran nutrisi, Nozel berfungsi untuk mengalirkan nutrisi
239
Medina J.D. - Manajemen Risiko Produksi Benih Kentang Aeroponik
ke akar agar umbi dapat mendapatkan nutrisi. Nozel memiliki lubang-lubang kecil yang akan menyebarkan nutrisi ke seluruh bagian akar tanaman. Jika nozel mengalami penyumbatan, maka tanaman tidak mendapat nutrisi. Jika tanaan tidak mendapat nutrisi, tanaman tersebut akan mati. Penanaman benih kentang melalui sistem aeroponik sangat tergantung terhadap air, pompa air serta tenaga listrik untuk menggerakkan komponen-komponen yang lain. Selama proses penanaman benih kentang aeroponik, nutrisi dibutuhkan selama 24 jam. Untuk mengalirkan nutrisi tersebut, dibutuhkan air dan pompa yang berfungsi untuk mengalirkan nutrisi untuk tanaman secara terus menerus. Serta dibutuhkan tenaga listrik agar pompa dapat berfungsi dan tanaman mendapatkan nutrisinya. Keterbatasan bahan baku dalam perusahaan yaitu mesin pompa air yang ada di perusahaan hanya 1 buah untuk mengaliri 4 green house yang berukuran masingmasing green house 200 hingga 300 meter. Hal tersebut akan menghambat perusahaan untuk membuat green house baru karena tekanan pompa air tidak akan dapat mengaliri nutrisi ke seluruh instalasi green house. Selain itu, tanaman akan mati jika tenaga listrik dari PLN mendadak mati, hal tersebut pernah terjadi karena token listrik habis terpakai. Jika tidak ada tenaga listrik, otomatis nutrisi tidak akan mengalir untuk tanaman, dan jika hal tersebut berlangsung lama, tanaman akan kekurangan nutrisi, tanaman akan tumbuh dengan tidak normal bahkan tanaman akan mengalami kematian. Tanaman mati dapat disebabkan juga oleh tanaman yang terserang jamur. Tanaman akan terserang jamur jika tanaman tidak diperhatikan kelemababannya. Kelembaban tersebut diakibatkan oleh tanaman yang tumbuh dan menghasilkan banyak daun-daun. Tanaman tersebut tumbuh dan merunduk (kebawah) akan mengakibatkan kumpulan daun-daun
yang membuat kelembaban daerah tersebut tinggi. Kondisi tersebut diperparah oleh embun-embun pagi hari yang berada di daun-daun. Hal tersebut membuat kelembaban tanaman semakin tinggi dan jamur akan berkembang disana. Jika tanaman sudah terserang jamur, tanaman akan mengalami pembusukan dan akan mati. e. Panen dan Pasca Panen Risiko yang timbul pada saat panen dan pasca panen terdapat adalah risiko umbi busuk. Risiko umbi busuk diakibatkan oleh kadar air umbi yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan penggunaan teknik aeroponik yang menggunakan air sebagai bahan utamanya. Air diberikan secara terus menerus dan berisikan larutan nutrisi untuk tanaman yang diberikan dengan cara pengkabutan. Sehingga kadar air umbi memlalui teknik aeroponik lebih tinggi dibandingkan dengan umbi hasil ditanam ditanah, hal tersebut mengakibatkan proses dormansi yang cukup lama yaitu 3-4 bulan. Dalam proses pemanenan dan pasca panen, sebelumnya dilakukan proses pengeringan pada tanaman benih kentang. Pengeringan tersebut bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam umbi. Jika kadar air terlalu tinggi, akan membuat proses dormansi umbi lebih lama. Selanjutnya dalam tahap pergudangan, kondisi gudang yang terlalu lembab membuat umbi terserang organisme pengganggu tanaman (OPT), salah satunya kutu kebul. Yaitu sejenis serangga yang berwarna putih yang membuat umbi menjadi busuk. Selain serangan kutu, gudang juga rentan akan serangan tikus yang akan memakan umbi-umbi tersebut. Selain itu, risiko yang terjadi di gudang adalah umbi berkeringat. Hal itu terjadi karena kondisi gudang yang terlalu panas. Umbi yang berkeringat akan mengakibatkan umbi busuk. Hal tersebut terjadi karena tenaga kerja kurang memperhatikan kondisi suhu yang ada dalam gudang sehingga terjadi pembusukan umbi.
240
Medina J.D. - Manajemen Risiko Produksi Benih Kentang Aeroponik
STRATEGI PENANGANAN RISIKO 1). Strategi Penanganan Risiko Ex-ante a. Persiapan Melakukan pelatihan dan controlling yang dilakukan rutin untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja. Menggunakan mesin blower untuk seluruh green house dan jika memungkinkan menggunakan alat pengatur suhu ruangan. Jika suhu terlalu panas, menggunakan double paranet dan blower untuk menurunkan suhu ruangan. Jika musim hujan dilakukan pengontrolan agar kelembapan terjaga Menggunakan paranet yang lebih terang agar cahaya matahari dapat lebih banyak masuk kedalam green house. b. Penyemaian Membuat standar operasional perusahaan. Menggunakan blower untuk menurunkan suhu dalam green house dan jika memungkinkan menggunakan alat pengatur suhu ruangan. Menjaga suhu media tanam menggunakan blower untuk menurunkan suhu dalam green house. Menjaga suhu dan kondisi lapangan mendekati kondisi dalam kultur jaringan. c. Penanaman Menggunakan mesin blower untuk seluruh green house. Melakukan pelatihan yang dilakukan rutin untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja. Jika suhu terlalu panas, menggunakan double paranet dan blower untuk menurunkan suhu ruangan. Jika musim hujan dilakukan pengontrolan agar kelembapan terjaga. Menjaga lingkungan tanaman dengan memakai media tanam busa agar tanaman dapat tumbuh menggantung dengan maksimal.
Melakukan pembersihan green house secara rutin. Menjaga kondisi air selalu steril d. Pemeliharaan Membuat sumur resapan dengan penyaring agar kualitas air terjamin. Melakukan pelatihan yang dilakukan rutin untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja. Membuat rumus takaran nutrisi yang tepat Membuat nutrisi dengan dosis tepat. Membuat sumur resapan dengan penyaring agar kualitas air terjamin. Melakukan pengajiran dan pewiwilan. Melakukan pengecekkan listrik. e. Panen dan Pasca Panen Melakukan pembersihan dan perawatan gudang secara rutin Menambahkan blower di gudang karena suhu dalam gudang sering tinggi karena bahan bangunan gudang yang kecil dan kurang ventilasi udara. 2). Strategi Penanganan Risiko Ex-Post a. Persiapan o Memberikan rewards and appointment kepada tenaga kerja. o Jika strategi ex-ante telah dilaksanakan, namun risiko masih terjadi, harus dilakukannya penanaman ulang dengan proses sterilisasi sebelumnya o Menggunakan bahan bangunan yang lebih kuat yaitu besi, agar bangunan lebih kuat. b. Penyemaian o Melakukan pelatihan untuk meningkatkan perhatian tenaga kerja terhadap kebersihan. o Jika strategi ex-ante telah dilaksanakan, namun risiko masih terjadi, harus dilakukannya penanaman ulang. o Melakukan penyulaman jika tanaman mati saat penyemaian. 241
Medina J.D. - Manajemen Risiko Produksi Benih Kentang Aeroponik
c. Penanaman o Menggunakan alat pengatur suhu ruangan. o Memberikan rewards and appointment kepada tenaga kerja. o Jika strategi ex-ante telah dilaksanakan, namun risiko masih terjadi, harus dilakukannya penanaman ulang. o Membuat green house baru d. Pemeliharaan o Melakukan penanaman ulang. o Melakukan training dan controlling. o Menjaga kondisi lingkungan sesuai dengan kondisi ideal tanaman. o Menggunakan alat untuk mengukur dosis nutrisi. o Mempuyai air cadangan. o Mempunyai jenset. e. Panen dan Pasca Panen o Membuat bangunan gudang dengan kapasitas yang lebih banyak dan lebih nyaman serta lebih terlindung dari serangan OPT. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Hasil identifikasi risiko produksi di perusahaan CV. Fabe Aeroseed dengan diagram fishbone, terdapat lima sumber risiko antara lain risiko yang terdapat pada tenaga kerja; kurangnya pengetahuan tenaga kerja. Risiko yang terdapat pada mesin; perusahaan masih menggunakan alat tradisional untuk menjalankan proses produksi benih kentang aeroponik. Risiko yang terdapat dalam metode, timbul dari teknik aeroponik itu sendiri sehingga timbul risiko seperti kadar air umbi tinggi yang akan menyebabkan umbi cepat busuk. Dari sisi lingkungan, suhu dan kelembaban membuat tanaman semakin rentan dengan bakteri. Sedangkan dari sisi bahan baku, air dan tenaga listrik adalah risiko utama dalam hal bahan baku, maka dari itu perusahaan harus memiliki jenset dan sumber air.
2. Strategi penanganan risiko ex-ante dalam proses produksi benih kentang aeroponik diantaranya dengan melakukan pemeliharaan, pengawasan dan menjaga kebersihan serta kesterilan dalam tiap tahapan proses produksinya. Sedangkan untuk strategi penanganan risiko ex-post dalam proses produksi benih kentang aeroponik, paling utama adalah jika tanaman terjangkit bakteri, penanggulangan risiko nya adalah penanaman ulang agar steril dari bakteri. Saran 1. Perusahaan harus lebih memperhatikan tempat persemaian, penanaman dan gudang seperti kondisi suhu, kelembaban, dan kondisi air agar tidak memicu timbulnya penyakit dan virus. 2. Perusahaan perlu meningkatkan komunikasi dengan pegawai seperti pemberian nasehat, teguran, maupun pengawasan kepada pegawai untuk meningkatkan hasil produksi dan meminimalisir risiko akibat kelalaian pegawai, selain itu perusahaan harus memberikan rewards and appointment agar tenaga kerja bekerja dengan sungguh-sungguh dan merupakan apresiasi terhadap hasil kerja mereka. 3. Perlunya membuat standar operasional produksi yang ditetapkan perusahaan agar diperoleh benih kentang sesuai dengan standar yang telah ditentukan, dan pegawai dapat mengacu kepada SOP yang ada. 4. Strategi penanganan ex-ante yang yang disarankan adalah dengan menjaga kesterilan dalam tiap tahapan produksi benih kentang aeroponik. Maka, perusahaan sebaiknya sangat menjaga kesterilan dan kebersihan dalam tiap tahapannya karena bakteri sangat mudah menjangkit tanaman. 5. Strategi penanganan risiko ex-post yang dianjurkan oleh peneliti dan harus dilakukan oleh perusahaan adalah perusahaan memiliki alat untuk mengatur suhu dalam green house, 242
Medina J.D. - Manajemen Risiko Produksi Benih Kentang Aeroponik
karena risiko tersebut cukup tinggi dalam proses produksi benih kentang dengan teknologi aeroponik. DAFTAR PUSTAKA Adiyoga, W. dan Soetiarso. 1997. Strategi Petani dalam Pengelolaan Risiko Pada Usahatani Cabai. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Jurnal Hortikultura, Tahun 1999, Volume 8, Nomor(4): 1299-1311. Balai Pengembangan Benih Kentang. 2005. Teknik Aeroponik Upaya Pemecahan Masalah Pemenuhan Kebutuhan Benih Kentang. Darmawi Herman, 2010, Manajemen Risiko, Jakarta: PT Bumi Aksara. Saptana. A.Daryanto, H.K. Daryanto dan Kuntjoro. 2010. Strategi Manajemen Risiko Petani Cabai Merah pada Lahan Sawah Dataran Rendah di Jawa Tengah. Jurnal Manajemen dan Agribisnis, Volume 7 No.2 Oktober 2010. Umar, Husein. 2000. Business an Introduction. Cetakan Kedua. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Wattimena, G. A. 2000. Pengembangan Propagul Kentang Bermutu an Kultivar Kentang Unggul dalam Mendukung Peningkatan Produksi Kentang di Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Hortikultura. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 86p. World Bank. 2005. Managing Agricultural Production Risk. Innovations in Developing Countries. The World Bank. Agriculture and Rural Development Department. Washington D.C.
243