MANAJEMEN LANSKAP KAWASAN PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN TANGERANG DI KOTA TIGARAKSA
ANGGIT LATIFAH SUKMASARI
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Lanskap Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang di Kota Tigaraksa adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. . Bogor, Juli 2014 Anggit Latifah Sukmasari NIM A44090018
ABSTRAK ANGGIT LATIFAH SUKMASARI. Manajemen Lanskap Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang di Kota Tigaraksa. Dibimbing oleh NURHAYATI H S ARIFIN. Kota Tigaraksa adalah kecamatan yang terletak di Kabupaten Tangerang. Pada tahun 2000, Kota Tigaraksa diresmikan sebagai pusat pemerintahan. Kondisi lanskap yang terpusat dan memiliki pemandangan bagus pada area pertamanannya menjadikan Tigaraksa menarik untuk dijadikan objek magang di bidang arsitektur lanskap, terutama terkait dengan ruang terbuka hijau dan lanskapnya yang digunakan untuk pusat pemerintahan. Kegiatan magang dilaksanakan di Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang selama empat bulan. Tujuan dari kegiatan magang adalah untuk mendapatkan pengalaman kerja di bidang arsitektur lanskap khususnya terhadap sistem manajemen lanskap Kota Tigaraksa. Fokus kegiatan magang adalah ruang lingkup kegiatan pemeliharaan pada area yang dikelola atau yang menjadi tanggung jawab DKPP. Metode yang digunakan pada saat kegiatan magang adalah dengan berpartisipasi aktif baik di kantor maupun di lapang. Melalui analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats) terhadap kondisi taman dan sistem manajemen eksisting, diusulkan 9 strategi. Strategi tersebut diharapkan dapat membantu dan menjadi acuan dalam kegiatan pengelolaan di DKPP Kabupaten Tangerang. Kata kunci: kota tigaraksa, lanskap kota, manajemen lanskap, pusat pemerintahan
ABSTRACT ANGGIT LATIFAH SUKMASARI. Landscape Management of Tigaraksa City as The Government District of Tangerang Regency). Supervised by NURHAYATI H S ARIFIN. Tigaraksa City was designed as goverment district of Tangerang Regency. The newly developed landscape of this district was interesting as internship object in the field of Landscape Architecture. The internship activity was conducted in Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP) - Office of Park and Cemetery - Tangerang Regency for four months. The aim of internship were to gain work experience in Landscape Architecture sector in particular to the landscape management system of Tigaraksa city. The focus of the internship was maintenance activity of area belong to DKPP’s responsibility. The method of the internship was active participation both in the office and the field works. Through the SWOT analysis (strengths, weaknesses, opportunities, threats) to the condition of park and the existing management system, 9 strategies were proposed. These strategies are expected to be reference of management activities in DKPP Tangerang Regency. Key words: central government, landscape management, landscape of city, Tigaraksa City
MANAJEMEN LANSKAP KAWASAN PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN TANGERANG DI KOTA TIGARAKSA
ANGGIT LATIFAH SUKMASARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Manajemen Lanskap Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang di Kota Tigaraksa Nama : Anggit Latifah Sukmasari NIM : A44090018
Disetujui oleh
Dr Ir Nurhayati H S Arifin, MSc Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Bambang Sulistiyantara, MAgr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Manajemen Lanskap Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang di Kota Tigaraksa”. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Nurhayati H S Arifin, MSc selaku pembimbing skripsi dan Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS selaku pembimbing akademis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Dra. Elfida, MSi selaku Kepala Bidang Pertamanan dan para pegawai dari Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kabupaten Tangerang yang telah memberikan bimbingan dan bantuan pada saat kegiatan magang dilakukan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, dan teman-teman Arsitektur Lanskap angkatan 46, atas segala doa dan kasih sayang, dan semangat yang telah diberikan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014 Anggit Latifah Sukmasari
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Magang
1
Manfaat Magang
2
Kerangka Pikir
2
Batasan Magang
3
TINJAUAN PUSTAKA
4
Pengelolaan Lanskap Kota
4
Lanskap Pusat Pemerintahan
5
METODOLOGI
6
Lokasi dan Waktu Magang
6
Metode Magang
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
11
Konsep Tata Ruang
14
Sistem Pertamanan Kota
17
Aspek Pengelolaan Lanskap
19
Persepsi Pengunjung
30
Persepsi Masyarakat Terhadap Kota Tigaraksa
32
Evaluasi Pengelolaan
33
Analisis SWOT
36
Rekomendasi Rencana Pengelolaan
44
KESIMPULAN DAN SARAN
51
Kesimpulan
51
Saran
51
DAFTAR PUSTAKA
51
LAMPIRAN
53
RIWAYAT HIDUP
63
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Jenis, bentuk, dan sumber data Contoh penilaian bobot strategis faktor internal Contoh Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE) Contoh Matriks Internal-Eksternal Matriks SWOT Data iklim Kabupaten Tangerang Pembagian kawasan Kota Tigaraksa Jenis taman/ruang terbuka hijau yang dikelola DKPP Jenis tanaman di kawasan pusat pemerintahan Pembagian wilayah pemeliharaan Jadwal pemeliharaan Tenaga kerja pelaksana pemeliharaan lanskap Kapasitas kerja tenaga kerja kawasan pusat pemerintahan Peralatan pemeliharaan Bahan yang digunakan untuk pemeliharaan Tingkat kepentingan faktor internal Penilaian bobot faktor strategis internal Tingkat kepentingan faktor eksternal Penilaian bobot faktor strategis eksternal Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE) Matriks Eksternal Faktor Evaluation (EFE) Matriks SWOT Peringkat alternatif strategi pengelolaan Rekomendasi kegiatan pemeliharaan Perhitungan HOK selama 1 tahun Anggaran biaya peralatan dan bahan pemeliharaan
7 9 9 10 10 12 14 17 18 21 21 27 28 29 29 38 39 39 39 40 40 41 43 45 46 48
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pikir magang 2 Lokasi magang (Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kabupaten Tangerang) 3 Akses menuju Kota Tigaraksa 4 Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang 5 Peta zonasi ruang 6 Peta kondisi eksisting kawasan pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang 7 a) Taman kota, (b) Hutan kota, (c) pocket park, (d) Green parking area, (e) Jalur hijau jalan, (f) Taman perkantoran, (g) Gerbang pusat kota, (h) welcome park 8 Struktur organisasi bidang reklame dan pertamanan 9 Peta zonasi pemeliharaan 10 Kegiatan penyapuan 11 Kegiatan penyiangan tanaman 12 Kegiatan pemangkasan rumput
3 6 12 14 15 16
18 20 22 23 24 24
13 Penyiraman menggunakan mobil tanki 14 Diagram persepsi pengunjung terhadap kondisi lanskap kawasan pusat pemerintahan 15 Persepsi masyarakat terhadap kondisi lanskap Kota Tigaraksa 16 Matriks Internal-Eksternal (IE) 17 Rekomendasi struktur organisasi pemelihara lanskap Kota Tigaraksa
25 31 33 41 44
DAFTAR LAMPIRAN 1 Struktur organisasi Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kabupaten Tangerang 2 Standar pemeliharaan kawasan pusat pemerintahan 3 Kuisioner persepsi pengunjung tentang lanskap kawasan pusat pemerintahan 4 Kuisioner persepsi masyarakat mengenai lanskap Kota Tigaraksa
53 54 59 61
PENDAHULUAN Latar Belakang Tigaraksa adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yang merupakan pusat kegiatan pengelolaan dan pemerintahan Kabupaten Tangerang. Keberadaannya berada di jantung kota sekaligus sebagai ikon Kabupaten Tangerang. Kota ini berbatasan dengan DKI Jakarta, Bogor, dan Kota Serang. Wilayahnya yang strategis menjadikan Kota Tigaraksa sebagai ibu kota Kabupaten Tangerang dan pusat pemerintahan secara resmi pada awal tahun 2000. Wilayah Tigaraksa yang luas dan masih tergolong kota baru menjadikan wilayah ini memiliki banyak lahan kosong. Lahan kosong yang menjadi milik pemerintah daerah (pemda) saat ini adalah sebesar 19.02 Ha dengan luas Tigaraksa secara keseluruhan sebesar 4 812 Ha. Wilayah Tigaraksa yang luas dan banyak lahan kosong memungkinkan pemerintah kabupaten (Pemkab) untuk menata lanskap pusat pemerintahan menjadi kawasan publik yang asri dengan ruang terbuka hijau. Wilayah ini memiliki view yang bagus yang terdapat di beberapa titik, salah satunya dapat dinikmati dari sekitar danau yang berada tidak jauh dari perkantoran pemerintah daerah (Pemda) Tigaraksa. Daerah sekitar danau juga memiliki area cukup luas yang digunakan sebagai ruang terbuka hijau yang dapat digunakan sebagai kawasan rekreasi. Jalan menuju perkantoran juga memiliki view bagus dengan penataan pohon peneduh dan tanaman lain yang ditata cukup baik. Luas ruang terbuka hijau (RTH) Kota Tigaraksa yang ada saat ini adalah ±635.81 Ha atau sekitar 0.66% dari luas wilayah Kabupaten Tangerang (±95 961 Ha). Target peningkatan RTH untuk Kota Tigaraksa berdasarkan rancangan RTRW tahun 2011-2031 adalah 2.54% dari luas Kabupaten atau ±1 462.60 Ha. Perencanaan wilayah pemerintahan yang cermat tidak saja memudahkan pelayanan publik tapi juga mendukung keseimbangan ekosistem. Pengelolaan lanskap yang baik akan menjadikan wilayah ini menjadi pusat pemerintahan yang asri dan berkelanjutan sehingga memberikan kenyamanan bagi pengguna baik pegawai Pemda maupun masyarakat. Diperlukan dukungan dari pemerintah dan masyarakat untuk dapat mengelola lanskap Kota Tigaraksa dengan baik. Wilayah ini menarik untuk dijadikan obyek magang di bidang arsitektur lanskap terutama terkait pengembangan lanskap RTH dan pertamanan di kota baru seperti Kota Tigaraksa. Untuk itu kegiatan magang merupakan salah satu upaya dalam mempelajari bagaimana pengelolaan lanskap Kota Tigaraksa yang digunakan sebagai pusat pemerintahan. Selain mendapatkan pengalaman kerja, mahasiswa diharapkan dapat memberikan rekomendasi tentang pengelolaan lanskap kota kepada pemerintah daerah. Tujuan Magang 1. 2.
Tujuan dari kegiatan magang ini adalah : mempelajari konsep dan sistem pengelolaan lanskap Kota Tigaraksa terutama pada kawasan pusat pemerintahannya; mendapatkan pengalaman kerja di bidang Arstektur Lanskap di Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kabupaten Tangerang;
2 3.
mengindentifikasi serta menganalisis permasalahan dalam manajemen lanskap kota, serta mencari alternatif pemecahan masalah dalam manajemen lanskap pusat pemerintahan di Kota Tigaraksa; dan 4. memberikan rekomendasi pengelolaan untuk pihak pengelola lanskap kawasan pusat pemerintahan di Kota Tigaraksa. Manfaat Magang Manfaat dari magang ini adalah menghasilkan suatu rekomendasi pengelolaan lanskap kawasan pusat pemerintaahan Kabupaten Tangerang di Kota Tigaraksa yang dikelola oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang untuk mendukung peningkatan kualitas lanskap Kota Tigaraksa secara menyeluruh. Selain itu magang juga bermanfaat untuk menjalin hubungan kerjasama yang baik antara mahasiswa dengan pihak pengelola (DKPP), serta antara pihak institusi IPB dengan pihak DKPP Kabupaten Tangerang. Kerangka Pikir Kota Tigaraksa merupakan pusat pemerintahan di Kabupaten Tangerang. Kota ini menarik untuk dipelajari melalui kegiatan magang karena memiliki penataan lanskap yang cukup baik terutama pada kawasan pusat pemerintahannya. Kegiatan magang dilakukan di Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang. Hal yang dipelajari pada kegiatan magang ini adalah manajemen lanskap kawasan pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang yang dikelola oleh DKPP dimana suatu kawasan pusat pemerintahan harus dikelola dengan baik agar dapat mendukukung kualitas lanskap disekitarnya. Kegiatan magang dilakukan dengan mengumpulkan data pendukung dan kegiatan partisipasi aktif baik di kantor maupun di lapangan. Data pendukung diperoleh dari data sekunder dan hasil wawancara maupun hasil dari kuisioner. Partisipasi aktif dilakukan baik dikantor dan di lapang. Kegiatan ini dilakukan untuk mempelajari struktur organisasi dan aspek pengelolaan lanskap di DKPP yang akan menghasilkan data magang. Dari data tersebut diperoleh faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang terdapat pada kegiatan pengelolaan atau pada kawasan pusat pemerintahan yang selanjutnya akan dianalisis melalui analisis SWOT untuk memperoleh rekomendasi berupa strategi rencana pengelolaan kawasan pusat pemerintahan kabupaten tangerang (Gambar 1).
3
Manajemen lanskap kawasan pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang Kegiatan magang
Pengumpulan data pendukung
Data sekunder
Partisipasi aktif
Wawancara /kuisioner
Aspek pengelolaan lanskap
Sistem dan organisasi pengelolaan
Data hasil magang
Data penduung Faktor-faktor: Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman Analisis SWOT
Rekomendasi strategi rencana pengelolaan lanskap kawasan pusat pemerintahan Gambar 1 Kerangka pikir magang Batasan Magang Kegiatan magang dibatasi oleh ruang lingkup kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan pada area yang dikelola atau yang menjadi tanggung jawab Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang khususnya pada kawasan pusat pemerintahannya. Namun demikian, kondisi lanskap Kota Tigaraksa secara keseluruhan menjadi bahan pertimbangan.
4
TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Lanskap Kota Menurut Stoner dan Freman (1992) pengelolaan atau manajemen adalah suatu proses merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controling) anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumberdaya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Pengelolaan lanskap merupakan sebuah proses yang terdiri dari penetapan tujuan pengelolaan, penyusunan rencana operasional pengelolaan/pemeliharaan, pelaksanaan program pengelolaan, pemantauan pekerjaan pengelolaan, evaluasi, dan penyusunan ulang perencanaan pengelolaan jika diperlukan. Dalam mempersiapkan suatu rencana pengelolaan lanskap, diperlukan proses survey dan perekaman data mengenai kondisi lanskap saat ini kemudian merumuskan kebutuhan lanskap (Parker dan Bryan, 1989). Arifin dan Arifin (2005) menyatakan pengelolaan lanskap sebagai upaya manusia untuk mendayagunakan, memelihara, dan melestarikan lanskap atau lingkungan agar memperoleh manfaat yang maksimal dengan mengusahakan kontinuitas kelestariannya. Pengelolaan ini merupakan upaya terpadu yang terdiri atas penataan dan pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengendalian, dan pengembangan lingkungan hidup. Suatu lanskap kota yang baik harus dikelola dengan tepat. Lanskap kota merupakan lanskap buatan manusia sebagai akibat dari aktivitas manusia dalam mengelola lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Simonds dan Starke 2006). Lanskap kota terjadi karena adanya pengorganisasian ruang yang mencerminkan kegiatan masyarakat setiap hari. Lanskap kota merupakan wajah bentang alam kota, tidak semata-mata lingkungan pertamanan dalam arti sempit, tetapi mencakup segala hal ruang luar (exterior, out door) baik yang alami maupun yang buatan dengan segala elemennya, baik yang keras (hardscape) maupun yang lunak (softscape). Menurut Simonds and Starke (2006) lanskap kota yang ideal adalah kota-kota yang diwujudkan sebagai suatu seni umum tiga dimensi, serta dalam kerangka pola-pola dan bentuk dari ruang-ruang terbuka yang penuh arti. Kota dalam pengertian umum adalah suatu daerah terbangun yang didominasi jenis penggunaan tanah non pertanian dengan jumlah penduduk dan intensitas penggunaan ruang yang cukup tinggi. Kota merupakan tempat yang dipandang dan dirasakan dari berbagai sudut pandang yang menggambarkan keaktifan, keberagaman, dan kompleksitasnya. Selain itu kota juga sebagai tempat tinggal dari beberapa ribu penduduk atau lebih (Branch, 1995). Tarigan (2005) mengemukakan beberapa pandangan tentang kota sebagai pusat di antaranya sebagai berikut: 1. kota adalah pusat pemerintahan, 2. kota merupakan sebuah pusat perdagangan (kegiatan ekonomi dan industri yang berkembang), 3. kota merupakan pusat pelayanan jasa (administrasi bagi warga kota itu sendiri), 4. kota merupakan pusat prasarana perkotaan yang meliputi jalan, listrik, persampahan, dan lain-lain,
5 5. 6.
7.
kota merupakan sebuah fasilitas sosial yang meliputi fasilitas pendidikan, olah raga, rekreasi, dan lain-lain, kota merupakan pusat komunikasi dan pangkalan transportasi, artinya dari kota tersebut masyarakat dapat berhubungan dengan banyak tujuan dengan berbagai pilihan alat penghubung, dan kota merupakan pusat lokasi dimana permukiman tertata dengan baik. Lanskap Pusat Pemerintahan
Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh indera dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat membayangkan, yang memiliki keindahan secara estetika dan berdaya guna secara fungsional (Arifin 2009). Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakterisitik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia (Simonds dan Starke 2006). Ibukota Kabupaten disebut sebagai kota tempat kedudukan pusat pemerintahan kabupaten, dalam perkembangannya dapat menjelma menjadi kota yang makin mempunyai ciri dan tingkat kemajuan yang memenuhi syarat untuk diklasifikasikan sebagai kota. Kawasan pemerintahan merupakan tempat untuk melaksanakan segala sesuatu hal yang berkaitan dengan pemerintahan, baik itu kegiatan politik dan administatif, serta segala kegiatan yang berkaitan dengan halhal mengenai politik dan pemerintahan. Salah satu tujuan dari direncanakannya kawasan tersebut yaitu untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi masyarakat dimana hal itu tidak dapat dilepaskan dari peran pemerintah sendiri dalam melaksanakannya (Sadyohutomo, 2008). Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia (2012) menentukan bahwa lokasi yang ideal untuk menjadi ibukota Kabupaten adalah sebagai berikut: 1. kondisi geografis yang memiliki resiko bencana alam paling sedikit, tidak berada dalam kawasan lindung, memiliki kemiringan lereng kurang dari 21%, mempunyai potensi sumberdaya air bersih, memiliki kondisi drainase permukaan baik, dan memiliki daya dukung tanah yang baik, 2. memiliki kesesuaian dengan rencana tata ruang, yaitu harus berpedoman pada Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi untuk provinsi dan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota untuk Kabupaten/Kota, 3. memiliki ketersediaan lahan yang tersedia di kawasan budidaya sesuai dengan rencana tata ruang daerah, 4. memiliki kondisi sosial, budaya masyarakat, sejarah, dan kearifan lokal yang ada di wilayah propinsi dan wilayah Kabupaten/Kota, 5. memiliki kondisi masyarakat yang kondusif bagi berlangsungnya pemerintahan dan kemasyarakatan serta adanya kesepakatan masyarakat terhadap lokasi ibukota/pusat pemerintahan, 6. memiliki keberadaan sarana dan prasarana yang ada dalam wilayah ibukota/pusat pemerintahan yang menunjang kegiatan pemerintahan dan kemasyarakatan, dan
6 7. memiliki sistem jaringan prasarana transportasi darat dan/atau perairan serta udara yang memadai terhadap lokasi ibukota/pusat pemerintahan dengan memperhatikan keterjangkauan pelayanan dalam wilayah Kabupaten/Kota atau propinsi.
METODOLOGI Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilakukan di Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang yang beralamat di perumahan Citra Raya Propinsi Banten selaku pengelola area pusat pemerintahan dan pengelola area lain di Kota Tigaraksa. Kegiatan magang dilakukan selama empat bulan efektif, yaitu pada awal bulan Maret hingga akhir Juni 2013 (04 Maret-30 Juni 2013). Lokasi magang dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Lokasi magang (Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kabupaten Tangerang) Metode Magang Metode magang yang dilakukan adalah berpartisipasi aktif, yaitu mengikuti kegiatan manajemen lanskap baik secara manajerial di kantor maupun secara teknis di lapang pada aspek pengelolaan lanskap. Tahapan dari kegiatan magang ini dapat dilihat pada penjelasan berikut. Persiapan Tahap persiapan mencakup pembuatan proposal dan perizinan magang. Hasil studi pustaka berupa informasi tentang kondisi umum lokasi magang. Selain itu, pada tahap persiapan juga dilakukan penjajakan ke lokasi magang.
7 Pengenalan Lapang Pada tahap ini dilakukan perkenalan dengan para staf yang bekerja di DKPP Kabupaten Tangerang dan mempelajari kondisi lapang dengan kunjungan langsung pada tapak. Partisipasi Aktif Pada tahap ini secara umum dilakukan partisipasi aktif dengan ikut terlibat dalam melakukan pengelolaan lanskap kota. Partisipasi aktif mencakup kegiatan administrasi di kantor dan kegiatan di lapang. Kegiatan administrasi yang dilakukan diantaranya adalah membuat jadwal pemeliharaan untuk kawasan pusat pemerintahan, membuat surat perintah penataan RTH untuk instansi tertentu, pembuatan laporan terkait penataan RTH, dan pembuatan laporan lainnya. Kegiatan lapang yang dilakukan adalah mengikuti setiap proses pelaksanaan pengelolaan lanskap Kota Tigaraksa seperti memantau pekerja yang sedang melakukan kegiatan pemeliharaan. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan selama kegiatan magang, namun ada juga data yang diperoleh dari luar kegiatan magang seperti penyebaran kuisioner yang dibagikan kepada pengunjung kawasan pusat pemerintahan dan masyarakat sekitar. Menurut Daniel dan Boster (1976), jumlah responden yang dibutuhkan yaitu sebanyak ± 30 orang. Penyebaran kuisioner dilakukan kepada 30 responden yang mengunjungi kawasan pusat pemerintahan dan 40 responden masyarakat Kota Tigaraksa. Penyebaran kuisioner bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi pengunjung tentang kualitas lanskap Kota Tigaraksa sehingga dapat membantu dalam proses pembuatan rekomendasi. Data yang diperoleh selama kegiatan magang adalah data yang terkait dengan lembaga pengelola, sistem pertamanan kota, kondisi tapak, dan aspek pengelolaan (Tabel 1). Tabel 1 Jenis, bentuk, dan sumber data Jenis Data Lembaga Pengelola Struktur Organisasi Sistem kerja Jadwal Kerja Tenaga kerja Sistem Pertamanan Kota Taman kota Taman jalan Hutan kota Gerbang pusat kota Welcome park
Bentuk Data
Sumber
Bagan/Diagram Deskriptif Bagan/Diagram Deskriptif
DKPP DKPP/ Wawancara DKPP DKPP
Deskriptif/Spasial Deskriptif/Spasial Deskriptif/Spasial Deskriptif/Spasial Deskriptif/Spasial
DKPP/Pihak terkait DKPP/Pihak terkait DKPP/Pihak terkait DKPP/Pihak terkait DKPP/Pihak terkait
8 Tabel 1 Jenis, bentuk, dan sumber data (Lanjutan) Jenis Data Kondisi Tapak Letak kawasan Luas dan batas Aksesibilitas Kualitas lanskap Iklim Topografi Tanah Aspek Pengelolaan Kegiatan pengelolaan Teknik pengelolaan Pengelolaan tenaga kerja Biaya pemeliharaan Standar pemeliharaan Bahan dan alat yang digunakan
Bentuk Data
Sumber
Spasial Deskriptif Spasial/Deskriptif Deskriptif Deskriptif Deskriptif Deskriptif
Studi pustaka/DKPP DKPP DKPP/Observasi Observasi Studi pustaka/BMG DKPP/Bakorsurtanal DKPP
Deskriptif Deskriptif Deskriptif Deskriptif/Bagan Deskriptif Deskriptif
DKPP/Observasi DKPP/Observasi DKPP DKPP DKPP DKPP/Observasi
Analisis deskriptif Analisis deskriptif merupakan tahapan yang dilakukan terhadap data yang diperoleh dari kegiatan magang berupa studi pustaka, wawancara dengan pengunjung/masyarakat sekitar maupun pengelola serta data yang diperoleh saat pengamatan di lapang. Hasil dari analisis kemudian dijadikan pertimbangan untuk menyusun faktor-faktor strategis pada analisis SWOT. Analisis SWOT Rangkuti (1998) menjelaskan bahwa analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi dengan menggunakan logika untuk memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), dan secara bersamaan meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Langkah yang harus dilakukan dalam menyusun analisis SWOT yaitu sebagai berikut : a. analisis penilaian faktor internal dan faktor eksternal, dengan faktor internal yang terdiri dari atas peluang dan ancaman, b. penentuan bobot setiap variabel sesuai dengan kepentingan untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh, dengan pemberian nilai kepentingan dilakukan berdasarkan hasil diskusi dengan pihak pengelola menggunakan Skala Likert (Kinnear dan Taylor 1991) pada kisaran bobot 4 (sangat penting), 3 (penting), 2 (cukup penting), dan 1 (tidak penting). Rangkuti (1998) menyebutkan bahwa nilai peringkat untuk faktor positif (kekuatan dan peluang) berbanding terbalik dengan faktor negatif (kelemahan dan ancaman), c. menentukan setiap bobot strategis (Tabel 2) menggunakan metode paired comparison (Kinnear dan Taylor 1991) dengan ketentuan 1. bobot 1 jika indikator faktor horizontal kurang penting dibandingkan
9 faktor vertikal, 2. bobot 2 jika indikator faktor horizontal sama penting dibandingkan faktor vertikal, 3. bobot 3 jika indikator faktor horizontal lebih penting dibandingkan faktor vertikal, dan 4. bobot 4 jika indikator faktor horizontal sangat penting dibandingkan faktor vertikal. Tabel 2 Contoh penilaian bobot strategis faktor internal Faktor Internal S1 S2 S3 W1 W2 W3
(a) S1
(b) S2
(c) S3
(d) W1
(e) W2
(f) W3
(g) Total
(h) Bobot
Total Sumber: Kinnear dan Taylor (1991) dengan penyesuaian
Keterangan: (a) hingga (f) = nilai dari paired comparison (g) Total = Σ semua nilai pada suatu baris (a) hingga (f) (h) Bobot = nilai pada setiap kolom total (g) nilai keseluruhan kolom total (g) d. pembuatan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) (Tabel 3) untuk menentukan kekuatan kondisi internal dan eksternal dari tapak, Tabel 3 Contoh Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE) (a) Simbol S1 S2 W1 W2
(b) Faktor internal
(c) Tingkat Kepentingan
(d) Rating
(e) Bobot
Total
(f) Skor
(g)
Sumber: David (2008) dengan penyesuaian
Keterangan: (a) Simbol (b) Faktor internal (c) Tingkat kepentingan
(d) Rating (e) Bobot
= simbol dari setiap faktor internal = kalimat yang menjelaskan setiap faktor internal = kalimat penilaian kepentingan setiap faktor (kurang penting hingga sangat penting) = angka penilaian kepentingan setiap faktor = bobot setiap faktor sesuai paired Comparison (Tabel 2)
10 Keterangan: (f) Skor (g) Total
= nilai setiap rating (d) x nilai setiap bobot (e) = jumlah keseluruhan skor, merupakan nilai Kekuatan kondisi internal tapak
e. pembuatan Matriks Internal-Eksternal (Tabel 4) untuk mengetahui tipe strategi yang harus digunakan untuk mengatasi permasalahan, terdapat tiga strategi yaitu grow and built (Sel I, II, 1V), hold and maintain (Sel II, V, VII), serta harvest or divest (Sel VI, VIII, dan IX), f. penentuan alternatif strategi dengan Matriks SWOT (Tabel 5), g. pembuatan tabel peringkat analisis strategi, serta h. penyusunan sintesis sebagai hasil dari analisis strategi. Tabel 4 Contoh Matriks Internal-Eksternal TOTAL SKOR IFE Kuat (3.0) Rata-rata (2.0)
Lemah (1.0)
Tinggi (3.0) TOTAL SKOR EFE
Menengah (2.0) Rendah (1.0)
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
Sumber: David (2008) dengan penyesuaian
Dengan menggabungkan kedua faktor internal (strengths dan weaknesses) dan kedua faktor eksternal (opportunities dan threats), akan diperoleh sebuah Matriks SWOT yang kemudian mengarahkan kepada empat jenis strategi untuk mengatasi permasalahan (Tabel 5). Tabel 5 Matriks SWOT Faktor Esternal Opportunities (O) Fktor Internal 1 2 Strengths (S) Strategi SO 1. 1. 2. 2. Weaknesses (W) Strategi WO 1. 1. 2. 2. Sumber: David (2008) dengan penyesuaian
Threats (T) 1 2 Strategi ST 1. 2. Strategi WT 1. 2.
Berdasarkan Matriks SWOT tersebut, terdapat empat jenis strategi yang dapat dihasilkan untuk menyelesaikan permasalahan, dengan mempertimbangkan masing-masing faktor, Rangkuti (1998) menyebutkan keempat strategi tersebut : a. SO (strengths-opportunities), yaitu strategi dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya,
11 b. ST (weaknesses-opportunities), yaitu strategi dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman, c. WO (weaknesses-threats), strategi dengan meminimalisasi kelemahan dan menghindari ancaman, d. WT (weaknesses-threats), strategi dengan meminimalisasi kelemahan dan menghindari ancaman. Penyusunan Rekomendasi Pengelolaan Dari hasil analisis SWOT terhadap kegiatan pengelolaan lanskap Kota Tigaraksa menghasilkan rekomendasi berupa rencana kegiatan pengelolaan lanskap Kota Tigaraksa pada area yang menjadi tanggung jawab pihak DKPP. Untuk mengetahui kebutuhan tenaga kerja, dilakukan perhitungan jam kerja perminggu dan kebutuhan tenaga kerja (KTK) dengan rumus sebagai berikut. Jam kerja perminggu = HOK (hari orang kerja) 1 tahun x 8 orang/jam/hari Jumlah minggu dalam 1 tahun (52 minggu) KTK
=
Jam kerja/minggu x Jam kerja produktif/minggu
efektivitas kerja optimum efektivitas kerja dilapang
Penyusunan Skripsi Penyusunan skripsi merupakan tahapan terahir setelah semua sebelumnya selesai dikerjakan. Skripsi ini merupakan media mendokumentasikan seluruh proses magang, mulai dari tahapan persiapan tersusunnya strategi pengelolaan lanskap Kota Tigaraksa sebagai pemerintahan.
proses untuk hingga pusat
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Sejarah Kota Tigaraksa Cikal-bakal Kabupaten Tangerang adalah Tigaraksa. Nama Tigaraksa itu sendiri berarti Tiang Tiga atau Tilu Tanglu, sebuah pemberian nama sebagai wujud penghormatan kepada tiga Tumenggung yang menjadi tiga pimpinan ketika itu. Seorang putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten membangun tugu prasasti di bagian Barat Sungai Cisadane, saat ini diyakini berada di Kampung Gerendeng. Sejarah pemindahan ibukota Kabupaten Tangerang ke Kecamatan Tigaraksa bermula sejak Kabupaten Tangerang memekarkan Kota Tangerang berdasarkan UU No. 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota Tangerang. Pada tahun 1995, keluar Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1995 tentang pemindahan Ibukota Kabupaten Dati II Tangerang dari Wilayah Kotamadya Dati II Tangerang ke Kecamatan Tigaraksa. Proses pemindahan itu baru dimulai pada tahun 1997. Pada awal tahun 2000, pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang yang tadinya masih berada di Kota Tangerang secara resmi dipindahkan ke Kecamatan Tigaraksa. Pemindahan
12 ini dinilai strategis dalam upaya memajukan daerah karena bertepatan dengan penerapan otonomi daerah, selain itu pemindahan ibukota ke Tigaraksa dinilai strategis, karena menggugah kembali cita-cita dan semangat para pendiri untuk mewujudkan sebuah tatanan kehidupan masyarakat yang bebas dari belenggu penjajahan (kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan) menuju masyarakat yang mandiri, maju dan sejahtera. Luas dan Aksesibilitas Kota Tigaraksa memiliki luas sebesar 4 812 Ha dengan presentase sebesar 5.08% dari luas keseluruhan Kabupaten Tangerang yaitu 95 961 Ha. Wilayah Kota Tigaraksa memiliki tiga kawasan yang terdiri dari kawasan pusat pemerintahan seluas 86 Ha, kawasan permukiman seluas 4 276.60 Ha, kawasan industri seluas 450 Ha, dan terdapat lapangan golf seluas 62.69 Ha. Lokasi dapat dicapai dari berbagai jalan seperti Jalan Raya Serang, Jalan Raya Sarwani, dan Jalan Raya Tenjo. Jalan Raya Serang merupakan jalan utama menuju kota ini (Gambar 3).
Gambar 3 Akses menuju Kota Tigaraksa Iklim Kota Tigaraksa berada di Kabupaten Tangerang yang merupakan wilayah dengan suhu relatif panas dan kelembaban yang tinggi. Selama tahun 2011, temperatur udara rata-rata mencapai 26.60°C. Suhu tertinggi pada Bulan Oktober dan Desember yaitu 35.40°C dan suhu terendah pada bulan Agustus yaitu 20.20°C. Rata-rata kelembaban udara dan intensitas matahari sekitar 78%. Kecepatan angin rara-rata tahunan sebesar 3.5 m/detik dengan arah angin yang bertiup dari arah barat. Curah hujan rata- rata per tahun adalah sebesar 1 475 mm/tahun (Tabel 6). Tabel 6 Data iklim Kabupaten Tangerang Iklim Suhu Kelembaban Hari hujan Curah hujan Kecepatan angin
Nilai 26.60 78.00 15.00 1 475.00 3.50
Sumber: BPS Kabupaten Tangerang 2012
Satuan ˚C % hari/bulan mm/tahun m/detik
13 Topografi dan Jenis Tanah Sebagian besar wilayah Kabupaten Tangerang merupakan dataran rendah. Struktur tanah di Wilayah Kecamatan Tigaraksa merupakan tanah dataran yang tidak berbukit dipengaruhi oleh keadaan curah hujan. Memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0 - 3% dengan ketinggian wilayah antara 0 - 85 m di atas permukaan laut. Tanah latosol merupakan jenis tanah yang mendominasi lahan di Kota Tigaraksa. Tanah latosol merupakan tanah yang memiliki beberapa jenis warna, seperti warna merah, merah kecoklatan, dan coklat kekuningan. Jenis tanah di Kota Tigaraksa didominasi oleh jenis tanah latosol berwarna coklat kemerahan dengan PH 6.5-7. Geografi Secara astronomis Kabupaten Tangerang terletak di bagian timur Provinsi Banten pada koordinat 106°20’-106°43’ Bujur Timur dan 6°00’--6°20’ Lintang Selatan. Kabupaten Tangerang termasuk salah satu kabupaten yang menjadi bagian dari wilayah Provinsi Banten. Jarak dari Pusat Ibu Kota Kabupaten Tangerang ± 3 Km yang dihubungkan oleh jalan Kabupaten dengan batas-batas Wilayah Kecamatan sebagai berikut : - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cisoka, Solear dan Kecamatan Balaraja. - Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cikupa dan Kecamatan Panongan. - Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cikupa dan Kecamatan Balaraja. - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Jambe dan Kecamatan Tenjo Kabupaten Bogor. Posisi Wilayah Kota Tigaraksa berada pada posisi sebelah Tenggara dibatasi oleh 2 (dua) sungai, yaitu : - Sungai Cimanceri sebelah Timur – Utara - Sungai Cipayaeun sebelah Barat – Timur Dihubungkan oleh 6 (enam) jalan, yaitu : - Jalan Cibadak – Tigaraksa ( Pemerintah Daerah ) - Jalan Cibadak – Tigaraksa - Jalan Cisoka – Tigaraksa - Jalan Jambe – Tigaraksa - Jalan Kutruk – Tigaraksa - Jalan Cikasungka – Tigaraksa Kependudukan Hasil sensus penduduk Kabupaten Tangerang pada tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Tangerang mencapai 2.96 juta orang yang terdiri dari 1.51 juta laki-laki dan 1.44 juta perempuan. Jika dilihat dari jumlah penduduk berdasarkan kecamatan di Kabupaten Tangerang Tahun 2011, jumlah penduduk pada Kota Tigaraksa mencapai 126 002 ribu jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 64 251 ribu jiwa dan penduduk perempuan sebesar 61 751 ribu jiwa (Gambar 4).
14
Gambar 4 Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang Struktur Organisasi Pengelola Lanskap Kota Tigaraksa dikelola oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang. Struktur organisasi DKPP terdiri dari jabatan utama yaitu kepala dinas yang membawahi 4 bidang yaitu bidang kebersihan, bidang reklame dan pertamanan, bidang pemakaman, dan bidang penerangan jalan umum (Lampiran 1). Visi dari Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kabupaten Tangerang adalah terwujudnya kabupaten yang bersih, teduh, hijau, indah dan terang benderang. Untuk mewujudkan visi tersebut maka misi yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam penanggulangan kebersihan, penataan taman, dan reklame serta penerangan jalan umum, b. meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor kebersihan, pertamanan dan reklame, serta penerangan jalan umum.
Konsep Tata Ruang Kota Tigaraksa Kota Tigaraksa memiliki tiga kawasan, yaitu kawasan pusat pemerintahan seluas 86 Ha, kawasan industri seluas 450 Ha, dan kawasan permukiman seluas 4 275.31 Ha (Gambar 5). Untuk kawasan pusat pemerintahan dan industri letaknya terpusat pada area tertentu. Pembagian kawasan Kota Tigaraksa dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Pembagian kawasan Kota Tigaraksa
Pusat pemerintahan Industri Permukiman
Presentase (%) 86.00 1.76 450.00 9.23 4 276.60 87.72
Total
4 812.60
No Kawasan 1. 2. 3.
Luas (Ha)
100.00
15
Gambar 5 Peta zonasi ruang
16 Pusat Pemerintahan Kawasan pusat pemerintahan terdiri dari 2 bagian, yaitu kawasan utama dan kawasan penunjang. Kawasan utama pusat pemerintahan memiliki luas sebesar 45 Ha dan kawasan penunjang memiliki luas sebesar 41 Ha. Kawasan pusat pemerintahan terletak di pusat kota sehingga memudahkan masyarakat atau pun pihak lain untuk mengakses kawasan ini. Kondisi eksisting kawasan pusat pemerintahan terdapat pada gambar di bawah berikut (Gambar 6)
Gambar 6 Peta kondisi eksisting kawasan pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang
17 Sistem Pertamanan Kota Konsep Pertamanan Kawasan pusat pemerintahan memiliki sistem pertamanan kota dengan konsep “simbol keterbukaan pemerintah terhadap masyarakat” dimana tamantaman yang dibuat terdapat pada kawasan pusat pemerintahan dan terbuka untuk umum. Masyarakat dapat melakukan aktivitas pada taman-taman tersebut seperti berekreasi atau hanya sekedar menikmati pemandangan. Selain taman, kawasan pusat pemerintahan juga memiliki hutan kota yang dapat dikunjungi oleh masyarakat sekitar. Taman yang berada di pusat pemerintahan merupakan ruang terbuka hijau publik (Gambar 7) dengan berbagai jenis tanaman yang memberi pengaruh pada kualitas lanskap kawasan pusat pemerintahan. Saat ini luas RTH seluruh Kota Tigaraksa adalah ±635.81 Ha. Terdiri dari 457.15 Ha RTH publik dan 178.66 Ha RTH privat. Berikut adalah rincian taman/ruang terbuka hijau yang dikelola oleh DKPP pada kawasan pusat pemerintahan (Tabel 8). Tabel 8 Jenis taman/ruang terbuka hijau yang dikelola DKPP Luas (m2)
1
Jenis Taman/RTH Taman Kota/Taman Aspirasi
6 700.00
-
2
Hutan Kota
85 000.00
3
Welcome Park
4 000.00
4 5
Pocket Park Green Parking area Jalur hijau jalan
1 360.56 20 413.30
-
66 860.05
-
Taman perkantoran Gerbang pusat kota
3 257.40
-
No
6
7 8
849.29
Total
Fungsi Area rekreasi Tempat untuk menyampaikan aspirasi masyarakat kepada pemerintah daerah Area rekreasi Pencipta iklim mikro Welcome area Area rekreasi Estetika Area parkir pada perkantoran di pusat pemerintahan Jalur penghubung dari gerbang pusat kota menuju pusat pemerintahan Taman pada area kantor Estetika Landmark Kota Tigaraksa Pintu masuk utama Kota Tigaraksa
250 840.60
(a)
(b)
18
(c)
(d)
(e)
(f)
(g) (h) Gambar 7 a) Taman kota, (b) Hutan kota, (c) pocket park, (d) Green parking area, (e) Jalur hijau jalan, (f) Taman perkantoran, (g) Gerbang pusat kota, (h) welcome park Kawasan pusat pemerintahan memiliki banyak jenis vegetasi seperti pohon, semak, dan penutup tanah. Pada kawasan ini, jenis tanaman yang digunakan tergolong ke dalam pohon, palem, perdu, semak, dan penutup tanah (Tabel 9). Tabel 9 Jenis tanaman di kawasan pusat pemerintahan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Latin Pohon Bauhinia purpurea Caesalpinia pulcherrima Ficus lyrata Jacaranda acutifolia Mimusoph elengi Oleina syzygium Pterocarpus indicus Samanea saman Terminalia catappa Thuja orientalis
Nama Lokal
Keadaan
Bunga kupu-kupu Bunga merak Biola cantik Jakaranda Tanjung Pucuk merah Angsana Trembesi Ketapang Cemara kipas
Tidak semua baik Baik Baik Baik Baik Baik Tidak semua baik Tidak semua baik Baik Baik
19 Tabel 9 Jenis tanaman di kawasan pusat pemerintahan (Lanjutan) No 1 2 3 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Latin Pohon (Hutan Kota) Albizia chinensis Samanea saman Psidium guajava Palem Butia capitata Cyrtostachis renda Elaeis guinensis Phoenix canariensis Roystonea regia Wodyetia bifurcata Perdu Cordyline sp. Codiaeum sp. Dracaena sp. Heliconia sp. Mussaenda sp. Semak Aerva sanguinolenta Bougainvillea sp. Furcraea gigantea Ixora sp. Rhapis excelsa Jatropha pandurifolia Zephyranthes sp. Penutup Tanah Arachis pintoi Axonopus compressus Carex morrowii Chupea hyssopifolia Chlorophytum sp. Iresine herbstii Pandanus pygmaeus Ruellia Sanseviera sp Zephyranthes sp.
Nama Lokal
Keadaan
Sengon Trembesi Jambu biji
Baik Baik Baik
Pindo palm Palem merah Sawit Palem punik Palem raja Palem ekor tupai
Baik Baik Tidak semua baik Baik Baik Baik
Hanjuang Puring Drasena Pisang hias Nusa indah
Tidak semua baik Baik Baik Tidak semua baik Baik
Sambang colok Bogenvil Agave Soka Palem wregu Batavia Bawang brojol
Baik Tidak semua baik Baik Tidak semua baik Baik Baik Tidak semua baik
Kacang-kacangan Rumput gajah Kucai Taiwan beauty Lili paris Simbang darah Pandan variegata Ruelia bunga ungu Lidah mertua Bawang brojol
Baik Baik Baik Baik Tidak semua baik Baik Baik Baik Tidak semua baik Baik
Aspek Pengelolaan Lanskap Sistem Pengelolaan Kegiatan pemeliharaan lanskap dilakukan oleh bagian Divisi Bidang Reklame dan Pertamanan DKPP Kabupaten Tangerang (Gambar 8) dengan sistem swakelola untuk kegiatan peningkatan operasional Ruang Terbuka Hijau (RTH) sedangkan kegiatan pengadaan alat-alat pengelolaan pertamanan dan penataan
20 RTH dilaksanakan oleh pihak ke tiga (penyedia barang) melalui pengadaan langsung dan lelang sederhana. Kota Tigaraka memiliki 3 kawasan yang terdiri kawasan pusat pemerintahan, kawasan permukiman, dan kawasan industri. Untuk kawasan permukiman, DKPP bekerja sama dengan para warga dan memberikan tanggung jawab pemeliharaan kepada warga. Untuk kawasan permukiman DKPP hanya melakukan pemeliharaan terhadap pengangkutan sampah rumah tangga. Sedangkan untuk kawasan industri DKPP tidak melakukan kegiatan pemeliharaan lanskap secara langsung pada kawasan tersebut. Kepala Bidang Reklame & Pertamanan
Seksi Reklame
Seksi Pertamanan
Seksi Sarpras Reklame & Pertamanan
Pelaksana
Gambar 8 Struktur organisasi bidang reklame dan pertamanan Tugas dari bidang tersebut adalah merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan pembangunan taman dan dekorasi kota. Untuk melaksanakan tugas tersebut, bidang ini memiliki fungsi sebagai berikut. a. perencanaan perumusan petunjuk teknis pembangunan taman dan dekorasi kota, b. pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisaan data perumusan pembangunan taman dekorasi kota, c. pelaksanaan kegiatan pembangunan taman serta dekorasi kota, d. pelaksanaan koordinasi dengan instasi/lembaga lainnya terkait perumusan pembangunan taman dan dekorasi kota, e. pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan, dan f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugasnya. Berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kabupaten Tangerang No.10 tahun 2012 tanggal 27 Desember 2012 tentang pelaksana kegiatan penataan ruang terbuka hijau, dibentuklah panitia pelaksana pemeliharaan lanskap di lingkup Kabupaten Tangerang yang terdiri dari 1 orang sebagai kuasa pengguna anggaran, 1 orang sebagai PPTK (pejabat pelaksana teknis kegiatan), dan staf pelaksana kegiatan. Dengan demikian kegiatan pengelolaan lanskap kawasan pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang menjadi tanggung jawab tim atau panitia ini. Pemeliharaan Lanskap Pemeliharaan merupakan suatu usaha untuk menjaga dan merawat areal lanskap dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya agar kondisi tetap baik atau sedapat mungkin mempertahankan pada keadaan yang sesuai dengan tujuan dan fungsi awal (Arifin 2009). Tingkat pemeliharaan pada lanskap Kota Tigaraksa
21 dibagi menjadi dua, yaitu pemeliharaan intensif dan ekstensif. Pemeliharaan intensif dilakukan secara rutin pada kawasan pusat pemerintahan yang memiliki luas 86 Ha (45 Ha kawasan utama dan 41 Ha kawasan penunjang) dengan area pemeliharaan seluas 25.08 Ha dan pemeliharaan ekstensif dilakukan secara insidental pada jalan utama Kota Tigaraksa sepanjang 22 000 m dengan area pemeliharaan seluas 6.60 Ha. Karena fungsinya sebagai pusat aktivitas kegiatan pemerintahan, pusat pelayanan, dan area rekreasi, maka kawasan pusat pemerintahan harus dikelola secara intensif. Pembagian wilayah pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 10 dan Gambar 9. Secara umum kegiatan pemeliharaan intensif yang dikerjakan adalah penyapuan, penyiangan, pemangkasan, penyiraman, pemupukan, proteksi tanaman, perbaikan hard material, dan pembersihan kolam. Pemeliharaan intensif dilakukan setiap hari Senin – Sabtu pukul 07.00 – 12.00 WIB. Untuk pemeliharaan ekstensif kegiatan yang dilakukan adalah pemangkasan/penebangan dan penanaman pohon. Tabel 10 Pembagian wilayah pemeliharaan Wilayah
Wilayah 1 (pusat pemerintahan)
Cakupan wilayah 1. Gerbang pusat kota 2. welcome park 3. Taman kota 4. Jalur hijau jalan 5. Hutan kota 6. Green parking area 7. pocket park 8. Taman perkantoran
Jenis Presentase pemeliharaan (%) 849.29 0.50 Intensif
Luas (m2)
4 000.00 6 700.00 66 860.05 85 000.00 20 413.30
Intensif Intensif Intensif Intensif Intensif
2.20 3.60 33.90 46.20 11.10
1 360.56 3 257.40
Intensif Intensif
0.70 1.80
Wilayah 2 1. Bahu jalan (lebar (Jalan utama 66 000.00 Ekstensif 0.14 3 meter) Tigaraksa) Setiap pekerjaan pemeliharaan harus mengikuti jadwal yang telah ditentukan. Kegiatan pemeliharaan yang teratur akan dapat menghasilkan suatu pemeliharaan yang baik dan dapat meningkatkan kenyamanan Kota Tigaraksa. Kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dijadwalkan berdasarkan jadwal yang dibuat oleh DKPP. Jadwal pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Jadwal pemeliharaan No Kegiatan Pemeliharaan 1 2 3 4
Penyapuan Penyiraman Penyiangan gulma Pemangkasan a. Rumput b. Semak c. Pohon
Frekuensi Pemeliharaan Harian Bulanan Triwulan Tahunan Insidental √ √ √ √ √ √
22 Tabel 11 Jadwal pemeliharaan (Lanjutan) No Kegiatan Pemeliharaan
Frekuensi Pemeliharaan Harian Bulanan Triwulan Tahunan Insidental √ √ √ √ √
Pemupukan Proteksi tanaman Pembersihan kolam Penebangan pohon Penyulaman tanaman pohon 10 Penyulaman tanaman penutup tanah dan semak Sumber: Wawancara dan pengamatan di lapang 5 6 7 8 9
Sumber peta : Google Earth (2013)
Gambar 9 Peta zonasi pemeliharaan
√
23 Secara umum, kegiatan pemeliharaan yang berlangsung sudah berjalan sesuai dengan standar operasional yang ditetapkan. Hanya saja terkadang kegiatan pemeliharaan yang dilakukan tidak sesuai dengan jadwal, hal ini disebabkan oleh cuaca dan iklim yang berubah-ubah dan kurangnya tingkat kedisiplinan tenaga kerja. Kegiatan Pemeliharaan Kawasan Pusat Pemerintahan Kegiatan pemeliharaan kawasan pusat pemerintahan dilakukan secara rutin pada hari Senin – Sabtu pukul 07.00 – 12.00 WIB tanpa waktu istirahat. Kegiatan ini diawasi oleh pengawas lapangan yang berjumlah 6 orang dengan 2 orang pada kawasan utama pusat pemerintahan dan 4 orang pada jalur hijau jalan. Jumlah tenaga kerja di lapangan adalah 140 orang. a) Penyapuan Kondisi bersih merupakan prioritas utama pada kawasan pusat pemerintahan. Penyapuan di area ini lebih banyak dilakukan oleh tenaga kerja perempuan. Kegiatan penyapuan dilakukan pada rumput, pedestrian, taman dan bagian pinggir jalan (Gambar 10). yang terdapat di kawasan pusat pemerintahan. Adapun sasaran dari kegiatan penyapuan adalah sampah plastik, sampah hasil pangkas tanaman dan daun-daun yang rontok. Alat yang digunakan adalah sapu lidi, keranjang sampah, dan karung. Sampah yang dihasilkan dari kegiatan penyapuan kemudian dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam karung sampah kemudian diangkut oleh mobil sampah dan dibawa ke tempat pembuangan sampah sementara (TPSS Tigaraksa). Kegiatan penyapuan ini sudah dilakukan dengan baik, hal ini terlihat dari para pekerja yang datang sesuai dengan jadwal dan kondisi pusat pemerintahan yang bersih.
Gambar 10 Kegiatan penyapuan b) Penyiangan Penyiangan merupakan kegiatan untuk menghilangkan tanaman pengganggu yang tidak diinginkan pertumbuhannya selain tanaman utama atau sering disebut dengan gulma. Kegiatan penyiangan dilakukan 1 bulan sekali. Sistem penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabuti gulma dari bagian akar pada hamparan rumput atau dengan menggunakan kored dan biasa dilakukan sebelum kegiatan pemangkasan (Gambar 11). Penyiangan dilakukan pada seluruh area taman di pusat pemerintahan, namun untuk area hutan kota kegiatan ini tidak dilakukan.
24 Pengendalian gulma sebaiknya dilakukan secara menyeluruh agar tidak mengganggu tanaman lain. Penyiangan gulma pada suatu taman hendaknya dilakukan secara teratur, minimal 1 bulan sekali atau sesuai dengan tingkat sebaran jumlah gulma yang ada. Penyiangan sebaiknya dilakukan sebelum pemupukan tanaman (Arifin dan Arifin 2005).
Gambar 11 Kegiatan penyiangan tanaman c) Pemangkasan Pemangkasan bertujuan untuk mengontrol pertumbuhan tanaman sesuai dengan yang diinginkan serta menjaga keamanan dan kesehatan tanaman. Pemangkasan dilakukan untuk semak, rumput, dan juga pohon. Pemangkasan rumput dan semak dilakukan pada seluruh kawasan pusat pemerintahan (Gambar 12). Untuk semak dan rumput dilakukan 1 bulan sekali sedangkan untuk pohon dilakukan 3 bulan sekali pada area jalur hijau. Pemangkasan dilakukan pada rumput yang tandas dengan menggunakan mesin potong rumput gendong. Penggunaan mesin pangkas gendong sudah tepat untuk kegiatan pekerjaan karena kondisi pusat pemerintahan yang cukup luas sehingga waktu pengerjaan lebih efisien. Pekerja yang bertugas untuk kegiatan pemangkasan berjumlah 28 orang. Menurut Arifin dan Arifin (2005), pelaksanaan pemangkasan tanaman, terutama pohon, yang baik harus memperhatikan waktu yang tepat. Pemangkasan pohon dilakukan pada musim tertentu, bergantung pada jenis pertumbuhannya. Pemangkasan tidak dilakukan pada saat pohon sedang musim berbunga dan berbuah. Pelaksanaan pemangkasan yang baik adalah setelah musim berbunga atau berbuah. Hal ini bertujuan merangsang pertumbuhan vegetatif dan generatif pada musim berikutnya, terutama jika setelah pemangkasan dilakukan pemupukan.
Gambar 12 Kegiatan pemangkasan rumput
25 d) Penyiraman Penyiraman tanaman diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman dan sebagai pelarut unsur hara dalam tanah. Selain itu, penyiraman dapat meningkatkan kelembaban tanah untuk mencegah kelayuan tanaman akibat proses evaportranspirasi. Penyiraman dilakukan setiap 1 kali sehari dengan menggunakan mobil tanki air berkapasitas 5 000 liter. Mobil tanki air beroperasi dengan dikendalikan oleh 2 orang pekerja. Salah satu bertindak sebagai supir dan seorang lagi bertindak sebagai tukang semprot air. Kegiatan penyiraman biasa dilakukan pada pagi hari (Gambar 13). Kegiatan penyiraman ini sudah dilakukan cukup efektif untuk penyiraman pohon, tetapi untuk tanaman semak dan penutup tanah belum berjalan efektif. Hal ini dikarenakan area penyiraman cukup luas sedangkan truk tanki air hanya berjumlah 6 unit. Menurut Nasrullah (2008), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyiraman tanaman adalah: (a) penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari; (b) penyiraman pada daerah berkelembaban tinggi dilakukan pagi hari untuk menghindari perkembangan jamur atau cendawan; (c) intensitas penyiraman disesuaikan dengan porositas media tanam; (d) banyaknya air siraman tidak melebihi kemampuan maksimal penyerapan air oleh media tanam, selain untuk meminimalkan pengikisan media tanam tersebut oleh air; (e) jika menggunakan air ledeng untuk penyiraman, air sebaiknya diendapkan terlebih dahulu selama semalam agar kandungan Cl nya berkurang dan airnya bersuhu kamar.
Gambar 13 Penyiraman menggunakan mobil tanki e) Pemupukan Pemupukan dilakukan untuk menyuplai hara tambahan yang dibutuhkan tanaman sehingga tanaman tidak kekurangan unsur hara. Kegiatan pemupukan dilakukan setiap 3 bulan sekali menggunakan pupuk urea dengan cara disebar. Pemberian pupuk dilakukan untuk pohon, sedangkan tanaman lain seperti semak dan penutup tanah hanya diberi pupuk pada saat tanaman tersebut ditanam dengan menggunakan pupuk kandang. Kegiatan pemupukan dilakukan oleh perawat taman dan dilakukan setelah kegiatan pemangkasan rumput. Pemupukan biasa dilakukan pada waktu sore hari atau pada waktu cuaca sedang teduh. Menurut Nasrullah (2008), hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pupuk adalah: (a) pupuk mudah menguap pada siang hari atau pada cuaca panas; (b) malam hari tanaman juga mampu menyerap hara; (c)
26 bunga mekar, tunas daun, dan kuncup bunga akan mudah rusak jika terkena pupuk; (d) kekurangan atau kelebihan dosis pupuk akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman yang abnormal; (e) pemupukan umumnya dilakukan 3 minggu setelah penanaman dan dilakukan 2 sampai 3 bulan sekali secara teratur; (f) jenis pupuk disesuaikan dengan kebutuhan dan fase pertumbuhan tanaman; (g) pemberian pupuk pada daun, akar, dan batang sebaiknya dilakukan pada pukul 8 sampai 10 pagi atau sore hari; (h) waktu, dosis, dan cara pemakaian pupuk yang tercantum pada kemasan sebaiknya diperhatikan. f) Proteksi HPT (Pengendalian hama dan penyakit tanaman) Kegiatan ini bertujuan untuk melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit tanaman agar tetap sehat dan memiliki nilai estetika yang tinggi. Tanaman yang terkena gangguan hama maupun penyakit, selain memberkan kesan yang kurang baik, juga mengganggu keindahan karena dedaunan yang tidak segar, meranggas, percabangan, dan batang yang kering atau keropos, serta hadirnya jenis-jenis serangga yang tidak diinginkan. Kegiatan proteksi tanaman dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan menggunakan pestisida. Jenis pestisida yang digunakan berbeda-beda tergantung pada kebutuhan tanaman. Kegiatan proteksi tanaman sudah dilakukan secara efektif, namun kegiatan ini hanya dilakukan pada pohon dan perdu saja. Langkah yang tepat dalam pengendalian hama dan penyakit adalah sebagai berikut: (a) mengidentifikasi permasalahan yang ada; (b) pemilihan pestisida yang tepat; (c) penggunaan pestisida pada waktu yang tepat (Carpenter et al 1975). g) Pembersihan kolam Kolam merupakan salah satu elemen keras taman yang harus dipelihara secara rutin agar tetap menarik. Kegiatan ini dilakukan pada kolam yang berada pada taman kota. Kolam yang terdapat di taman adalah kolam jenis kolam buatan yang terbuat dari campuran kerikil dan semen. Kegiatan pembersihan kolam dilakukan dengan cara menguras isi kolam lalu diisi kembali dengan air yang bersih. Kegiatan ini belum efektif karena dilakukan setiap 1 tahun sekali yang menyebabkan air kolam terlihat keruh yang berpengaruh pada keindahan taman. Menurut Arifin dan Arifin (2005) standar penampilan pada kolam air mancur adalah cukup baik dan akurat, indah serasi, berfungsi dengan baik, dan bersih dari lumut, sampah, atau kotoran lain. h) Perbaikan hard material Perbaikan hard material meliputi kegiatan pengecatan ulang pada hard material yang terdapat pada taman-taman di kawasan pusat pemerintahan. Pengecatan dilakukan pada kursi taman, kolam, pot tamanam dan gazebo yang berada pada taman kota dan welcome park. Kegiatan Pemeliharaan Pada Jalan Utama Kota Tigaraksa Pemeliharaan ini dilakukan di jalan utama Kota Tigaraksa yang menjadi aset pemerintah daerah. Jenis kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah pemangkasan, penebangan dan penanaman pohon. Pemangkasan dan penebangan dilakukan jika terdapat ranting pohon yang mengganggu atau menghalangi jalan. Lama kegiatan ini tergantung pada jumlah pohon yang akan dipangkas atau ditebang. Pekerjaan ini dilakukan oleh 6 orang pekerja lepas dan dilakukan pada hari kerja. Penanaman pohon dilakukan apabila terdapat pohon yang mati dan
27 perlu diganti. Pemangkasan pohon lebih baik dilakukan enam bulan sekali untuk menjaga pertumbuhan ranting pohon tetap teratur dan tidak mengganggu pengguna jalan (Arifin dan Arifin 2005). Pengelolaan Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan sumberdaya manusia yang dibutuhkan dalam melakukan suatu pekerjaan. Berhasilnya kegiatan pemeliharaan sangat ditentukan oleh tenaga kerjanya. Jumlah tenaga kerja yang dimiliki DKPP adalah 140 orang (Tabel 12) yang terdiri dari pekerja tetap dan pekerja lepas. Pekerja tetap yang bekerja secara rutin pada kawasan pusat pemerintahan berjumlah 135 orang. Pekerja tersebut bertugas sebagai tukang pangkas rumput, semak dan pohon, supir tangki air, tukang sapu taman/jalan, dan supir motor gerobak. Untuk pekerja lepas yang bekerja secara insidental berjumlah 5 orang. Pekerja lepas tersebut merupakan penebang dan pemangkas pohon yang bekerja pada jalan utama Kota Tigaraksa. Selain memiliki tenaga kerja sendiri, DKPP juga menyewa beberapa tenga kerja dari penyedia jasa apabila diperlukan. Tabel 12 Tenaga kerja pelaksana pemeliharaan lanskap No 1 2 3 4 5
6
Jenis pekerjaan Tukang sapu taman dan jalan Tukang pangkas rumput Supir motor gerobak Tukang tebang pohon Tukang rawat taman Pemangkasan semak dan penyiangan gulma Penyemprotan pestisida Pemupukan Supir dan kenek tangki air Total
Jumlah (orang) 55 28 6 5 21 2 11 12 140
Gaji dari tiap pekerja berbeda tergantung jenis kegiatan yang dilakukan. Untuk pekerja tetap yang khusus menangani pemeliharaan lanskap di lapang, upah yang diberikan berkisar antara Rp400.000,00 hingga Rp550.000,00 per bulan. Untuk pekerja lepas upah yang diberikan adalah Rp200.000,00 per hari/orang. Terdapat beberapa kriteria yang diperlukan terhadap tenaga kerja agar pekerjaan dapat dilakukan dengan baik. Kriteria tersebut berhubungan dengan pendidikan, pengalaman, dan keterampilan para pekerja terhadap jenis pekerjaan yang dilakukan. Umumnya pekerja untuk kawasan pusat pemerintahan adalah penduduk setempat dengan tingkat pendidikan SD hingga SMP. Keterampilan pekerja didasarkan pada pengalaman dan juga arahan dari pengawas lapangan. Efektivitas kerja tenaga pemeliharaan menentukan efisiensi biaya pemeliharaan. Bila mereka bekerja dengan efektif sesuai dengan kemampuan tenaga dan keterampilannya maka biaya pemeliharaan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Efektivitas kerja tenaga pemeliharaan sangat ditentukan oleh beberapa hal berikut : 1. motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki pekerja, 2. sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan,
28 3. ketersediaan alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan, 4. tingkat pengawasan pekerjaan di lapangan, 5. kelancaran komunikasi antara pimpinan dengan para mandor dan antara mandor dengan pekerja pemeliharaan di lapangan. Kapasitas kerja yang dimiliki oleh tenaga kerja pemeliharaan diperoleh berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan (Tabel 13). Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa ada beberapa kegiatan yang belum berjalan secara efektif, yaitu kegiatan penyiraman pohon, penyiraman rumput dan penutup tanah, penyemprotan pestisida pada pohon, penyiangan tanaman, dan pemupukan pohon. Hal ini disebabkan kurangnya tingkat kedisiplinan para pekerja seperti saling mengobrol dan kurangnya motivasi para pekerja. Selain itu, kondisi cuaca yang tidak menentu juga mempengaruhi kapasitas kerja di lapang. Tabel 13 Kapasitas kerja tenaga kerja kawasan pusat pemerintahan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7 8 9 10 11 12 13
Jenis Pemeliharaan taman Pembersihan dan penyapuan rumput Penyapuan jalan Pemangkasan rumput dengan mesin gendong Penyiraman pohon dengan mobil tangki Penyiraman rumput dan tanaman penutup tanah dengan mobil tangki Penyemprotan pestisida pada pohon dengan sprayer gendong Penyiangan gulma Pemangkasan semak dengan gunting pangkas Pemangkasan ranting dan dahan pohon Pemupukan pohon Penyulaman tanaman pohon Penyulaman tanaman penutup tanah dan semak Pembersihan kolam air mancur
Kapasitas Kerja/jam di lapang Pustaka* 2 440 m 400 m2 832 m2 800 m2 2 250 m 250 m2 120 pohon 150 pohon 650 m2
700 m2
13 pohon
15 pohon
32 m2 14 m2 5 pohon 8 m2
40 m2 10 m2 5 pohon 7 pohon 3 pohon 3 m2 -
*Sumber: Arifin dan Arifin (2005)
Dari hasil pengamatan yang diperoleh, tingkat pengawasan di lapangan masih belum maksimal, komunikasi antara pimpinan dan pekerja di lapang pun belum berjalan dengan baik. Pengelolaan Biaya Pemeliharaan Biaya pemeliharaan perlu dianggarkan secara teliti dan terinci. Anggaran biaya yang digunakan untuk pemeliharaan lanskap Kota Tigaraksa didapat dari dana APBD Kabupaten Tangerang. Pada tahun 2012, DKPP menghabiskan dana sebesar Rp3.296.481.000,00 untuk kegiatan penataan RTH, peningkatan operasional RTH, dan pengadaan alat-alat pengelolaan pertamanan. Total dana tersebut termasuk gaji para staf, biaya pengadaan alat pengelolaan pertamanan, biaya pembelian tanaman, biaya penanaman pohon, dan lain sebagainya. Dalam pelaksanaannya, biaya pemeliharaan yang dikeluarkan tidak memiliki kendala dan sudah sesuai dengan apa yang direncanakan oleh Dinas Pertamanan.
29 Pengelolaan Alat dan Bahan Kegiatan pemeliharaan lanskap di Kota Tigaraksa membutuhkan beberapa alat dan bahan yang memadai dengan kualitas dan kuantitas yang baik untuk menunjang kelancaran pelaksanaan pemeliharaan. Alat-alat tersebut juga harus dipelihara dengan baik agar dapat digunakan dalam waktu yang lama. Selain memiliki sendiri peralatan untuk pemeliharaan, DKPP juga terkadang menyewa alat pemeliharaan apabila diperlukan seperti alat penyemprot hama. Pengadaan peralatan dan bahan yang digunakan dilakukan setiap satu tahun sekali. Pergantian peralatan dilakukan berdasarkan kondisi peralatan itu sendiri. Apabila dalam kondisi tidak baik, maka akan dilakukan pergantian peralatan pemeliharaan. Evaluasi kelayakan peralatan pemeliharaan dilakukan setiap menjelang akhir tahun. Peralatan yang digunakan untuk kegiatan pemeliharaan adalah sapu lidi, mobil tangki air, motor gerobak, mesin potong rumput, mesin penebang pohon, mobil pick up, baju seragam, dan kored (Tabel 14). Sedangkan bahan yang digunakan dalam proses pemeliharaan adalah berbagai macam jenis pupuk dan pestisida (Tabel 15). Tabel 14 Peralatan pemeliharaan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Alat Mobil tangki air Motor grobak Mesin potong rumput Mesin penebang pohon Mobil Pick up Sapu lidi Baju seragam Pacul Kored Gunting pangkas
Jumlah 6 6 28 10 2 400 159 150 50 100
Kondisi Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Tabel 15 Bahan yang digunakan untuk pemeliharaan No Nama dagang Fungsi 1 Furadan 3G Pengendali hama penggerek batang 2 Decis 200 ml Insektisida pengendali kutu putih 3 Dursban 200 ml Insektisida pengendali serangga pada tanaman kelapa sawit 4 Herbisida Round up Pembasmi gulma 5 Curacron 200 ml Insektisida kontak 6 Pupuk Urea Membantu pertumbuhan tanaman Setelah peralatan digunakan, peralatan tersebut dibersihkan dan disimpan kembali di gudang penyimpanan yang berada di DKPP. Begitu juga dengan bahan pemeliharaan. Setelah bahan tersebut digunakan akan kembali disimpan pada gudang penyimpanan apabila masih terdapat sisa. Standar Pemeliharaan Standar pemeliharaan yang digunakan oleh DKPP merupakan standar penampilan dan pedoman perilaku kerja pertamanan serta standar umum prosedur
30 pelaksanaan kerja pemeliharaan taman dan kebersihan yang didapat dari pihak nursery. Acuan tersebut digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan pemeliharaan lanskap di Kota Tigaraksa. Pada awalnya standar pemeliharaan yang digunakan merupakan standar pemeliharaan yang didapat dari pihak nursery, namun seiring berjalannya waktu standar tersebut direvisi kembali oleh pihak Dinas Pertamanan berdasarkan pemeliharaan apa yang dapat dilakukan oleh dinas dan kondisi di lapang itu sendiri (Lampiran 2).
Persepsi Pengunjung Pengunjung merupakan faktor yang menentukan apakah suatu lanskap tersebut tergolong baik atau buruk. Jika suatu lanskap dikunjungi dengan tingkat frekuensi pengunjung yang tinggi maka hal tersebut mengindikasikan bahwa lanskap tersebut indah dan menarik. Secara tidak langsung, hal ini juga mengindikasikan bahwa lanskap tersebut juga dipelihara dengan baik. Untuk mengetahui kondisi dan kualitas lanskap Kota Tigaraksa khususnya di tamantaman pusat pemerintahan dibutuhkan suatu kuisioner terhadap para pengunjung. Berikut dilampirkan bentuk kuisioner yang disebarkan kepada para pengunjung kawasan pusat pemerintahan (Lampiran 3). Survai ini dilakukan selama satu minggu setelah kegiatan magang berakhir. Responden yang diambil dipilih secara acak yang sedang tidak melakukan aktivitas aktif. Dari diagram persepsi pengunjung pada kawasan Pusat Pemerintahan rata-rata pengunjung adalah pelajar yang didominasi oleh pengunjung dengan tingkat pendidikan SMA. Hal ini dapat dilihat dari presentase yang dihasilkan yaitu sebesar 90% untuk pelajar dan 67% untuk tingkat SMA. Tujuan mengunjungi pusat pemerintahan didominsasi untuk mengisi waktu istirahat. Selain itu pengunjung juga bertujuan untuk berekreasi dan mengunjungi fasilitas pelayanan yang ada. Hal ini sesuai dengan konsep pusat pemerintahan Kota Tigaraksa yang terbuka kepada masyarakat. Kawasan pusat pemerintahan dikunjungi oleh masyarakat dengan frekuensi kadang-kadang (1 kali/bulan-3 kali/tahun) namun banyak juga masyarakat yang sering berkunjung (hampir setiap hari-4 kali/bulan). Pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang memiliki karakteristik berupa landmark yang terdapat di Kota Tigaraksa. Tugu Tigaraksa berada di urutan paling tinggi yang dipilih pengunjung sebagai karakter pusat pemerintahan yaitu sebanyak 70%, sedangkan gerbang utama berada di nomor dua yang dipilih oleh pengunjung. Berdasarkan persepsi pengunjung, pemandangan pada taman-taman di pusat pemerintahan didominasi dengan jawaban indah sebanyak 77%. Beberapa lainnya mengatakan bahwa pemandangannya cukup indah. Hal ini menandakan bahwa kawasan Pusat Pemerintahan memiliki nilai estetika yang tinggi dan dapat dinikmati oleh masyarakat yang berkunjung. Untuk tingkat kenyamanan yang dirasakan oleh pengunjung pada saat melakukan aktivitas sebanyak 80% mengatakan nyaman. Sebanyak 10% mengatakan sangat nyaman dan 10% mengatakan tidak nyaman. Pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang yang berada di Kota Tigaraksa tergolong bersih, hal tersebut dapat dilihat dari persentase pengunjung sebesar 57%
31 mengatakan bahwa kondisi Pusat Pemerintahan bersih. Hal ini terjadi karena pemerintah daerah sangat menjaga tingkat kebersihan di daerah ini. Menurut sebagian besar pengunjung menjaga kebersihan, tidak membuang sampah sembarangan adalah sikap dan tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga kenyamanan kawasan Pusat Pemerintahan. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran pengunjung untuk menjaga kawasan Pusat Pemerintahan agar tetap nyaman. Frekuensi pengunjung Sering (hampir setiap hari-4 kali/bulan Kadang-kadang (1 kali/bulan-3 kali/tahun) Jarang (≤ 2 kali/tahun)
17% 36% 47%
Karakteristik pusat pemerintahan 7%
3%
70%
Tingkat Kenyamanan 10%
10%
Rekreasi
33% Ingin Tahu
50% 7% Pemandangan
Tugu Tigaraksa Batik Tangerang Gerbang Utama Tidak Tahu
20%
Tujuan berkunjung 10%
Sangat Nyaman Nyaman
3%
3%
Sangat Indah
17%
Jelek Sangat Jelek
77%
Kondisi Pusat Pemerintahan 7% 3% Sangat Bersih Bersih
33% Tidak Nyaman
80%
Indah
57%
Kotor Sangat Kotor
Sikap dan Tindakan Pengunjung 4%
Menjaga kebersihan, tidak membuang sampah sembarangan Tidak merusak fasilitas yang ada
23% 73%
Menegur orang lain yang mengotori atau merusak fasilitas/tanaman area ini
Gambar 14 Diagram persepsi pengunjung terhadap kondisi lanskap kawasan pusat pemerintahan
32 Tingkat Pendidikan 10%
Jenis Pekerjaan 3%
23%
7% Pelajar
SMP SMA
Ibu Rumah Tangga
Diploma 67%
Sarjana
90%
Pegawai Swasta
Gambar 14 Diagram persepsi pengunjung terhadap kondisi lanskap kawasan pusat pemerintahan
Persepsi Masyarakat Terhadap Kota Tigaraksa Masyarakat merupakan salah faktor penting yang membentuk suatu kota. Kuisioner ini digunakan untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat Kota Tigaraksa mengenai kondisi lanskap Kota Tigaraksa yang digunakan sebagai Pusat Pemerintahan. Kuisioner dibagikan kepada berbagai masyarakat yang tinggal di Kota Tigaraksa. Hasil dari kuisioner dapat dilihat pada diagram persepsi masyarakat (Gambar 15). Sebanyak 68% penduduk sudah tinggal di Kota Tigaraksa selama lebih dari sepuluh tahun dan sebanyak 16% sudah tinggal selama lima hingga sepuluh tahun. Tingkat kenyamanan masyarakat yang tinggal adalah sebesar 79%. Hal ini mengindikasikan bahwa Kota Tigaraksa memberikan rasa nyaman untuk ditinggali. Sebanyak 71% masyarakat mengatakan bahwa Kota Tigaraksa cocok untuk dijadikan pusat pemerintahan. Alasannya adalah karena letak Kota Tigaraksa yang strategis. Kondisi RTH/pertamanan di Kota Tigaraksa tergolong baik. Hal ini ditunjukkan oleh persentase masyarakat sebesar 47%. Namun sebesar 37% mengatakan bahwa kondisi RTH/pertamanan di Kota Tigaraksa jelek. Hal ini dikarenakan kondisi RTH yang belum ditata dan dimanfaatkan secara optimal. Sebanyak 55 % masyarakat Kota Tigaraksa mengatakan bahwa pengelolaan/pemeliharaan taman sudah baik dan sebanyak 39% mengatakan bahwa pengelolaan/pemeliharaan tamannya masih jelek. Menurut masyarakat, sebesar 53% mengatakan bahwa yang bertanggung jawab untuk mengelola lanskap Kota Tigaraksa adalah pemerintah, masyarakat, dan swasta. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat mau ikut bersama-sama dengan pemerintah dalam mengelola lanskap Kota Tigaraksa.
33 Tingkat Kenyamanan
Kondisi ruang terbuka hijau 3% 3%
5% Sangat nyaman
16%
Nyaman
Sangat Baik 39%
Baik 55%
79%
Tidak nyaman
Pengelolaan/pemeliharaan pertamanan
Sangat jelek
Tingkat kecocokan sebagai pusat pemerintahan
5%
11% Sangat baik
16% 13%
Baik 37%
47%
Jelek
Sangat cocok Cocok
Jelek 71%
Sangat jelek
Tidak cocok
Pihak yang bertanggung jawab 8%
53%
Pemerintah
39%
Pemerintah dan masyarakat Pemerintah, masyarakat, swasta
Gambar 15 Persepsi masyarakat terhadap kondisi lanskap Kota Tigaraksa
Evaluasi Pengelolaan Sistem Pengelolaan Sistem pengelolaan yang dilakukan oleh DKPP adalah sistem Swakelola dan pihak ketiga. Dengan sistem pengelolaan secara swakelola, DKPP dapat mengawasi secara langsung proses pemeliharaan yang dilakukan. Selain itu, menggunakan pihak ketiga juga memberikan keuntungan bagi pihak DKPP dalam hal penataan taman atau RTH mengingat tidak adanya tenaga ahli lanskap pada struktur organisasi DKPP. Kerjasama yang dilakukan antara DKPP dengan masyarakat dalam hal pemeliharaan lanskap sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari program-program yang dilakukan oleh pihak pengelola terkait penataan ruang terbuka hijau salah
34 satunya seperti pengadaan lomba yang dilakukan pada beberapa permukiman dengan tema “taman cantik” dimana setiap rukun tetangga berlomba untuk menghias rumahnya masing-masing dengan berbagai macam tanaman. Kegiatan ini belum berjalan efektif karena belum semua kawasan permukiman melakukan kegiatan tersebut. Hal ini dikarenakan area permukiman yang luas dan jumlah tenaga kerja di kantor DKPP jumlahnya kurang untuk menangani kegiatan tersebut. Untuk kebersihan, DKPP memberikan 2 tong sampah secara gratis pada setiap rumah untuk digunakan. Tong sampah tersebut untuk menampung sampah organik dan sampah anorganik. Sampah tersebut secara rutin diambil oleh petugas sampah keliling setiap jam 7 pagi. Untuk kawasan industri, pihak DKPP tidak melakukan proses pemeliharaan secara langsung, namun pihak DKPP akan memberikan surat teguran apabila kebersihan ataupun pohon yang ditanam pada area tersebut mengganggu kondisi lanskap sekitar Kota Tigaraksa. Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP) memiliki visi dan misi yang di dalamnya terdapat program-program yang harus dilaksanakan. Visi dari DKPP Kabupaten Tangerang adalah terwujudnya kabupaten yang bersih, teduh, hijau, indah dan terang benderang. Untuk mewujudkan visi tersebut maka misi yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam penanggulangan kebersihan, penataan taman, dan reklame serta penerangan jalan umum, b. meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor kebersihan, pertamanan dan reklame, serta penerangan jalan umum. Dari visi dan misi tersebut, program kegiatan yang dilakukan terkait manajemen lanskap kawasan pusat pemerintahan adalah penataan RTH, pemeliharaan RTH, dan pengadaan alat-alat pertamanan. Dari program tersebut, hampir semuanya tercapai. Hal ini dapat dilihat dari terjaganya kebersihan kawasan pusat pemerintahan, tersedianya peralatan pemeliharaan taman, terlaksananya penanaman pohon, serta tertatanya hutan kota dan taman kantor. Jadwal Pemeliharaan Jadwal pemeliharaan yang dibuat oleh DKPP sudah tersusun dengan baik, jadwal kegiatan pemeliharaan yang dibuat disusun berdasarkan standar operasional yang ada. Dari hasil wawancara dan pengamatan yang didapat, terdapat ketidaksesuaian antara jadwal kerja yang seharusnya dengan yang dilaksanakan di lapang. Waktu bekerja tidak dilakukan dengan semestinya, jadwal kerja seharusnya adalah hari Senin sampai dengan Sabtu tetapi beberapa pekerja hanya hadir pada hari Senin hingga Jumat. Hal ini terjadi karena kurangnya tingkat kedisiplinan pekerja. Para pekerja lapang terkadang malas untuk hadir pada hari sabtu karena tidak adanya pengawas lapang yang datang. Tenaga Kerja Pada tabel kapasitas kerja dapat dilihat bahwa kapasitas kerja di lapangan terdapat beberapa jenis pemeliharaan yang memiliki nilai kapasitas kerja diatas standar pustaka, ini menunjukkan bahwa kapasitas kerja di lapangan sudah cukup baik. Hal ini diperoleh karena sudah tercapainya target pemeliharaan pada beberapa jenis pemeliharaan di lapang yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh pihak DKPP dan tingkat kerajinan para pekerja pada jenis pemeliharaan tersebut.
35 Diantara beberapa jenis pemeliharaan tersebut masih ditemukan jenis pemeliharaan yang memiliki nilai kapasitas kerja di bawah standar pustaka seperti pada penyiraman pohon dengan mobil tangki, penyemprotan pestisida pada pohon dengan sprayer gendong, penyiraman rumput dengan mobil tangki, penyiangan tanaman, dan pemupukan pohon. Hal ini terjadi karena kurangnya kedisiplinan tenaga kerja di lapangan, seperti jadwal masuk dan pulang kerja yang terkadang tidak sesuai dengan hari kerja yang sebenarnya dan kurangnya pengawasan dari pihak pengelola. Ketidakefektifan juga terjadi disebabkan oleh kondisi cuaca yang berubah-ubah. Apabila terjadi hujan, kegiatan penyapuan akan mengalami kesulitan karena daun-daun menjadi basah sehingga sulit untuk disapu. Dari hasil wawancara dengan tenaga kerja di lapang, tingkat kedisiplinan pekerja dipengaruhi karena kurangnya pengawasan oleh pihak DKPP dan kecilnya jumlah upah yang diberikan. Pengawas lapangan yang bertugas terkadang tidak masuk kerja sesuai dengan jadwal yang seharusnya. Dari hasil pengamatan dan wawancara di lapang, pengawas lapangan seharusnya datang pada pukul 7 pagi tetapi beberapa dari mereka datang pada siang hari. Hal ini dikarenakan tingkat kemalasan pengawas lapangan. Pengelolaan Biaya Pemeliharaan Dana yang dipergunakan dalam proses pemeliharaan lanskap Kota Tigaraksa didapat dari APBN Kabupaten Tangerang. Dalam pelaksanaannya, biaya pemeliharaan yang digunakan tidak mengalami kendala. Pemerintah mendukung sepenuhnya kegiatan pengelolaan yang dilakukan oleh DKPP. Dukungan pemerintah ditunjukkan dengan pemberian dana pemeliharaan pada pihak DKPP setiap diajukannya proposal terkait pengelolaan lanskap kawasan pusat pemeritahan. Hal ini sangat membantu dalam meningkatkan kualitas lanskap kawasan pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang. Standar Pemeliharaan Standar pemeliharaan yang disusun sudah cukup baik. Namun dalam pelaksanaan di lapang ada pekerjaan yang belum dilakukan secara maksimal. Untuk setiap pekerjaan pada tiap-tiap area, hampir semua jenis pekerjaan sudah dilakukan sesuai dengan standar uraian pekerjaan yang telah ditetapkan. Namun masih ada beberapa jenis pekerjaan yang belum dilakukan sesuai dengan uraian pekerjaan yang telah ditetapkan. Untuk jenis pekerjaan pemupukan terkadang tidak mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Pada uraian pekerjaan disebutkan bahwa pemupukan seharusnya dilakukan setelah pekerjaan pemangkasan rumput, tetapi di lapang terkadang tidak dilakukan setelah pekerjaan pemangkasan. Selain itu pemupukan juga terkadang dilakukan pada siang hari. Menurut Arifin dan Arifin (2005) syarat-syarat umum pelaksanaan pemeliharaan taman dan kebersihan pada kegiatan pemupukan adalah sebagai berikut: (a) pupuk anorganik 3 bulan sekali sesuai petunjuk dan check list NPK, KCl, urea, TSP, CSN, gandasil A,B; (b) pupuk organik sebulan sekali sesuai petunjuk dan check list TB, kompos, T.sapi, kotoran ayam, serbuk, dan lain-lain; (c) pupuk daun (pupuk sintesis) yaitu diberikan hormon daun 1 bulan sekali seperti Bay Folan, dan sejenisnya; (d) khusus untuk pemupukan rumput dengan urea, setelah ditabur segera disiram dengan air secukupnya untuk menghindari daun terbakar.
36 Untuk jenis pekerjaan penyiraman, pada uraian pekerjaan seharusnya tidak boleh mengenai tanaman secara langsung khususnya tanaman berbunga karena akan menyebabkan bunga menjadi rontok, tetapi pada kondisi di lapang, penyiraman terkadang langsung mengenai tanaman berbunga. Hal ini dikarenakan tenaga kerja dilapang tidak fokus dalam kegiatan penyiraman. Menurut Arifin dan Arifin (2005) syarat-syarat umum pelaksanaan pemeliharaan taman dan kebersihan pada kegiatan penyiraman adalah sebagai berikut: (a) dilakukan setiap 2 kali sehari (bila tidak hujan); (b) penyiraman pada siang hari dilakukan langsung pada permukaan tanah, jangan sampai mengenai daun tanaman untuk menghindari daun yang terbakar; (c) air yang dipergunakan bersih, tidak berbau, dan tidak kotor, tidak sadah, tidak membawa penyakit, tidak merusak dan mematikan tanaman; (d) jumlah air disesuaikan dengan kebutuhan, merata, dan basah sampai keperakaran bawah agar tanaman dapat tumbuh secara optimum. Persepsi Pengunjung dan Masyarakat Jika dilihat dari pengamatan di lapang, proses pengelolaan lanskap Kota Tigaraksa masih memiliki beberapa kendala, namun pengunjung dan masyarakat sebagian besar merasa bahwa pengelolaan sudah berjalan dengan baik. Hal ini mengindikasikan sudah adanya rasa kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dalam mengelola lanskap Kota Tigaraksa. Untuk itu diperlukan adanya peningkatan dalam proses pengelolaan agar kondisi lanskap Kota Tigaraksa terutama kawasan pusat pemerintahan dapat berjalan secara berkelanjutan.
Analisis SWOT Analisis SWOT dilakukan untuk menentukan langkah-langkah kegiatan pengelolaan yang tepat dan menentukan prioritas strategi. Sebelumnya dilakukan penentuan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kegiatan pengelolaan lanskap Kota Tigaraksa. Faktor internal tersebut terdiri dari keguatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses), sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Faktor-faktor tersebut diperoleh berdasarkan hasil analisis aspek teknis pengelolaan lanskap, aspek persepsi pengunjung dan masyarakat sekitar, serta hasil pengamatan selama kegiatan magang berlangsung. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman 1. Identifikasi faktor internal a. Kekuatan (Strength) 1) Kawasan pusat pemerintahan dapat digunakan sebagai area rekreasi. Lanskap Kota Tigaraksa memiliki area rekreasi yang terletak di kawasan pusat pemerintahan, hal ini merupakan salah satu fungsi dan konsep dari kawasan pusat pemerintahan yang terbuka untuk umum. Area rekreasi yang sering dikunjungi oleh masyarakat adalah taman kota dan hutan kota. 2) Memiliki penataan lanskap yang cukup baik dengan landmark yang menjadi karakteristik lanskap Kota Tigaraksa.
37 Kota Tigaraksa memiliki penataan lanskap yang baik. Hal ini dapat dilihat dari terpusatnya kawasan-kawasan yang terdapat di Kota Tigaraksa. Hal ini juga dapat dilihat dari jalur sirkulasi yang ditata dengan baik. Penataan lanskap yang baik menjadikan lanskap Kota Tigaraksa memiliki pemandangan yang menarik. Penataan lanskap yang baik dapat memunculkan karakteristik untuk lanskap itu sendiri ditambah dengan adanya landmark yang terdapat pada kawasan pusat pemerintahan yaitu tugu yang menjulang tinggi bernama Tugu Tigaraksa dan berada di persimpangan antara jalur masuk pusat pemerintahan dengan kawasan-kawasan lain di Kota Tigaraksa. tugu ini merupakan simbol dari 3 penguasa masa lalu yang menduduki wilayah Tigaraksa. 3) Memiliki wilayah yang strategis. Letak kawasan yang mudah dijangkau dari berbagai daerah menjadikan Kota Tigaraksa memiliki wilayah yang strategis. 4) Memiliki standar pemeliharaan yang jelas. DKPP memiliki standar yang digunakan untuk proses pemeliharaan. Standar pemeliharaan digunakan dalam membantu pekerja untuk lebih memahami hal apa saja yang harus dilakukan pada saat bekerja di lapang. 5) Memiliki visi dan misi. Visi merupakan suatu gambaran keadaan masa depan yang dinginkan. Untuk mencapai visi tersebut harus ada misi yang dilaksanakan. Dengan memiliki visi dan misi, DKPP dapat menentukan langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. b. Kelemahan (Weakness) 1) Tidak adanya tenaga ahli lanskap. Dari data yang diperoleh, DKPP belum memiliki tenaga ahli di bidang lanskap. Hal ini menyebabkan kurang efektifnya pekerjaan pemeliharaan lanskap dan kurangnya pengetahuan pekerja terutama dalam kegiatan pengawasan dan manajemen ramah lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan penyemprotan pestisida yang dilakukan pada area publik seperti taman dan hutan kota. 2) Kegiatan pemeliharaan lanskap belum terkoordinasi dengan baik. Dari hasil pengamatan, kegiatan pemeliharaan lanskap belum sesuai dengan penjadwalan yang seharusnya, hal itu terjadi karena kurangnya kedisiplinan tenaga kerja di lapang. 3) Kurangnya fasilitas yang memadai untuk area rekreasi di kawasan pusat pemerintahan. Dari hasil pengamatan (kuisioner), fasilitas yang terdapat di area rekreasi belum cukup memadai khusunya pada taman-taman yang berada di lingkungan pusat pemerintahan, misalnya tempat sampah, toilet, dan taman bermain. 2.
Identifikasi faktor eksternal a. Peluang (Opportunities) 1) Dukungan pemerintah dan masyarakat. Dukungan pemerintah dalam kegiatan manajemen lanskap Kota Tigaraksa ditunjukan dengan penyediaan dana untuk kegiatan
38 pemeliharaan dan dengan kebijakan pemerintah tentang ruang terbuka hijau. Sedangkan masyarakat mendukung dengan ikut berpartisipasi dalam menjaga lanskap Kota Tigaraksa. 2) Bekerja sama dengan pihak lain untuk sistem kerja. Dalam hal sistem kerja, DKPP dapat bekerja sama dengan perguruan tinggi atau pemerintah pusat agar mendapatkan sistem kerja yang lebih baik. 3) Masih terdapat lahan kosong milik pemerintah yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau. Kota Tigaraksa masih memiliki lahan kosong yang belum jelas pemanfaatannya. Hal ini dapat dijadikan peluang untuk menambah ruang terbuka hijau sesuai dengan RTRW Kabupaten Tangerang. b. Ancaman (Threats) 1) Perubahan penggunaan lahan dari ruang terbuka hijau menjadi area terbangun. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan akan insfrastruktur kota dan ruang terbangun semakin meningkat. Sehingga mengancam berkurangnya ruang terbuka hiaju yang ada. 2) Dana pengelolaan dikurangi atau diperketat sehingga proses pemeliharaan terhambat Dengan bertambahnya kebutuhan APBD pemerintah, pemerintah dapat menekan atau memperketat dana yang dikeluarkan untuk proses pemeliharaan. Pemerintah juga dapat menekan upah tenaga kerja yang memadai sesuai dengan UMK. Penilaian Faktor Internal dan Eksternal Penilaian faktor internal dan eksternal tersebut dilakukan dengan menentukan tingkat kepentingan masing-masing faktor (Tabel 16). Selanjutnya, masing-masing faktor diberi bobot berdasarkan tingkat kepentingan yang telah ditentukan (Tabel 17). Tabel 16 Tingkat kepentingan faktor internal Simbol S1
Faktor Kekuatan (Strenghts) Kawasan pusat pemerintahan digunakan sebagai area rekreasi
Tingkat Kepentingan dapat Cukup penting
S2 S3 S4 S5 Simbol W1 W2
Memiliki penataan lanskap yang cukup baik Memiliki wilayah yang strategis Memiliki standar pemeliharaan yang jelas Memiliki visi dan misi Faktor Kelemahan (Weaknesses) Tidak adanya tenaga ahli lanskap Kegiatan pemeliharaan lanskap belum terkoordinasi dengan baik
Sangat penting Sangat penting Sangat penting Sangat penting
W3
Kurangnya fasilitas yang memadai untuk area rekreasi di kawasan pusat pemerintahan
Penting
Sangat penting Sangat penting
39 Tabel 17 Penilaian bobot faktor strategis internal Simbol O1 O2
O1
O3
O2 3
4 3
1
O3
1
1
T1 T2 Total
2 2
3 3
3 4
T1 3 2
T2 2 1
1
1
Total 12 7 4 10 12 45
2 3
Bobot 0.27 0.16 0.09 0.22 0.27 1.00
Tabel 18 Tingkat kepentingan faktor eksternal Simbol O1 O2 O3
Simbol T1 T2
Faktor Peluang (Opportunities) Dukungan pemerintah dan masyarakat Bekerja sama dengan pihak lain untuk sistem kerja Masih terdapat lahan kosong milik pemerintah yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau Faktor Ancaman (Threats) Perubahan penggunaan lahan dari ruang terbuka hijau menjadi area terbangun Dana pengelolaan dikurangi atau diperketat sehingga proses pemeliharaan terhambat
Tingkat Kepentingan Sangat penting Penting Cukup penting
Penting Sangat penting
Tabel 19 Penilaian bobot faktor strategis eksternal Simbol S1 S2 S3 S4 S5 W1 W2 W3 Total
S1 4 4 4 4 4 4 3
S2 1 3 2 2 2 2 1
S3 1 2 2 2 2 2 1
S4 1 2 2 2 2 2 1
S5 1 2 2 2 2 2 1
W1 1 2 2 2 2 2 1
W2 1 2 2 2 2 2 1
W3 1 3 3 3 3 3 3
Total 7 17 18 17 17 17 17 9 119
Bobot 0.06 0.14 0.15 0.14 0.14 0.14 0.14 0.08 1.00
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Setelah diperoleh bobot dari masing-masing faktor strategis internal dan eksternal, dilakukan penetuan peringkat (rating) antara 1-4. Selanjutnya bobot dari setiap faktor dikalikan dengan peringkatnya untuk memperoleh skor pembobotan (Tabel 20 dan Tabel 21).
40 Tabel 20 Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE) Simbol Faktor Internal Bobot Peringkat Skor Kekuatan (Strenghts) S1 Kawasan pusat pemerintahan dapat 0.06 2 0.12 digunakan sebagai area rekreasi S2 Memiliki penataan lanskap yang cukup baik 0.14 4 0.56 S3 Memiliki wilayah yang strategis 0.15 4 0.60 S4 Memiliki standar pemeliharaan yang jelas 0.14 4 0.56 S5 Memiliki visi dan misi 0.14 4 0.56 Kelemahan (Weaknesses) W1 Tidak adanya tenaga ahli lanskap 0.14 1 0.14 W2 Kegiatan pemeliharaan lanskap belum 0.14 1 0.14 terkoordinasi dengan baik W3 Kurangnya fasilitas yang memadai untuk area 0.08 2 0.16 rekreasi di kawasan pusat pemerintahan Total 1.00 2.84 Tabel 21 Matriks Eksternal Faktor Evaluation (EFE) Simbol Faktor Eksternal Bobot Peringkat Peluang (Opportunities) O1 Dukungan pemerintah 0.27 4 O2 Bekerja sama dengan pihak lain untuk 0.16 3 sistem kerja O3 Masih terdapat lahan kosong milik 0.09 2 pemerintah yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau Ancaman (Threats) T1 Perubahan penggunaan lahan dari ruang 0.22 1 terbuka hijau menjadi area terbangun T2 Dana pengelolaan dikurangi atau diperketat 0.27 1 sehingga proses pemeliharaan terhambat
Skor
Total
2.23
1.00
1.08 0.48 0.18
0.22 0.27
Berdasarkan perhitungan matriks IFE dan EFE diketahui bahwa kondisi internal lanskap Kota Tigaraksa memiliki nilai skor sebesar 2.84 dan eksternalnya mendapatkan nilai total skor sebesar 2.23. Jika nilai total skor IFE dan EFE berada diantara 2.00 hingga 2.99 maka dianggap berada pada kondisi rata-rata. Dari hasil total skor IFE dan EFE tersebut diketahui posisi lanskap Kota Tigaraksa dalam matriks internal-eksternal (IE) berada pada kuadran V (hold and maintain) yaitu strategi yang diterapkan dengan menjaga dan meningkatkan strategi yang sudah ada. Posisi tersebut menyatakan tingkat kekuatan dan kelemahannya serta
41 menetukan strategi yang paling tepat. Hasil pemetaan antara matriks IFE dan EFE dapat dilihat pada matriks IE (Gambar 16). TOTAL SKOR IFE 4
TOTAL SKOR EFE
Tinggi
Tinggi
3
Rata-rata
2
Lemah
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
1
3 Sedang 2 Rendah
Gambar 16 Matriks Internal-Eksternal (IE) Matriks SWOT Matriks SWOT menunjukkan beberapa strategi yang dapat diambil untuk mengatasi permasalahan dan mengembangkan potensi yang ada di Kota Tigaraksa. Dari matriks ini dapat dideskripsikan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang ada disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki untuk menghasilkan alternatif strategi dalam lanskap Kota Tigaraksa sebagai Pusat Pemerintahan (Tabel 22). Tabel 22 Matriks SWOT
Faktor Internal
Kekuatan (Strenghts) 1. Kawasan pusat pemerintahan dapat digunakan sebagai area rekreasi
Faktor Eksternal Peluang (opportunity) Ancaman (Threats) 1. Dukungan pemerintah 1. Perubahan penggunaan dan masyarakat lahan dari ruang terbuka 2. Bekerja sama dengan hijau menjadi area pihak lain untuk terbangun sistem kerja 2. Dana pengelolaan 3. Masih terdapat lahan dikurangi atau diperketat kosong milik pemerintah sehingga proses yang dapat dimanfaatkan pemeliharaan terhambat sebagai ruang terbuka hijau Strategi SO Strategi ST 1.Mengoptimalkan 1. Peraturan pemerintah pemanfaatan kawasan (UU No. 26 Tahun 2007) pusat pemerintahan tentang penataan ruang sebagai pusat interaksi dan Peraturan bupati No. antar masyarakat 11 Tahun 2006 tentang maupun antar izin pemanfaatan ruang masyarakat dengan 2. Optimalisasi area pemerintah rekreasi
42 Tabel 22 Matriks SWOT (Lanjutan)
Faktor Internal
2. Memiliki penataan lanskap yang cukup baik
3. Memiliki wilayah yang strategis
Faktor Eksternal Peluang (opportunity) Ancaman (Threats) 1. Dukungan pemerintah 1. Perubahan penggunaan dan masyarakat lahan dari ruang terbuka 2. Bekerja sama dengan hijau menjadi area pihak lain untuk terbangun sistem kerja 2. Dana pengelolaan 3. Masih terdapat lahan dikurangi atau diperketat kosong milik pemerintah sehingga proses yang dapat dimanfaatkan pemeliharaan terhambat sebagai ruang terbuka hijau 2.Adanya kebutuhan akan variasi taman rekreasi dan ada lahan kosong, pemerintah dapat membuat taman taman lain seperti taman kota dan taman lingkungan pada lahan kosong tersebut 3. Meningkatkan kinerja dengan pemberian motivasi dan pelatihan kerja baik untuk pengawas maupun tenaga kerja di lapang
4. Memiliki standar pemeliharaan yang jelas 5. Memiliki visi dan misi Kelemahan (Weaknesses) Strategi WO Strategi WT 1. Tidak adanya tenaga 1. Bekerja sama dengan 1. Meningkatkan ahli lanskap pihak lain untuk manajemen keuangan 2.Kegiatan pemeliharaan menyusun rencana lanskap belum pengelolaan dengan terkoordinasi dengan memperhatikan aspek baik struktur organisasi 3. Kurangnya fasilitas pengelola, tenaga kerja, yang memadai untuk area alat dan bahan, jadwal rekreasi di kawasan pusat pemeliharaan, dan pemerintahan anggaran biaya 2. Membuka peluang kerja sama bagi pihak lain untuk tenaga ahli lanskap 3. Menyediakan fasilitas yang memadai untuk mendukung kegiatan masyarakat
43 Peringkat Alternatif Strategi Pengelolaan Pembuatan ranking alternatif strategi digunakan untuk menentukan prioritas alternatif strategi yang akan digunakan dalam kegiatan pengelolaan lanskap Kota Tigaraksa. Pembuatan ranking ini dilakukan dengan cara menjumlahkan setiap faktor internal dan eksternal yang saling terkait. Nilai total skor yang paling besar menjadi prioritas utama dan begitu seterusnya (Tabel 23). Tabel 23 Peringkat alternatif strategi pengelolaan No Alternatif strategi
1
2
3
4
3.39 Bekerja sama dengan pihak lain untuk S4, S5, W1, W2, W3, O1, menyusun rencana pengelolaan dengan O2, T2 memperhatikan aspek struktur organisasi pengelola, tenaga kerja, alat dan bahan, jadwal pemeliharaan, dan anggaran biaya Peraturan pemerintah (UU No. 26 S1, S2, S3, S5, 3.62 O1, O2, T1 Tahun 2007) tentang penataan ruang dan Peraturan bupati No. 11 Tahun 2006 tentang izin pemanfaatan ruang Meningkatkan kinerja dengan S4, S5, O1, 2.96 pemberian motivasi dan pelatihan kerja O2, W1, W2 baik untuk pengawas maupun tenaga kerja di lapang S1, S2, S3, 2.92 Optimalisasi area rekreasi
5
Menyediakan fasilitas yang memadai untuk mendukung kegiatan masyarakat
6
Mengoptimalkan pemanfaatan kawasan pusat pemerintahan sebagai pusat interaksi antar masyarakat maupun antar masyarakat dengan pemerintah Membuka peluang kerja sama bagi pihak lain untuk tenaga ahli lanskap Adanya kebutuhan akan variasi taman rekreasi dan ada lahan kosong, pemerintah dapat membuat taman taman lain seperti taman kota dan taman lingkungan pada lahan kosong tersebut Meningkatkan manajemen keuangan
7 8
9
Keterkaitan Skor Peringkat dengan unsur SWOT
W3, O1, O3, T1 S1, S2, O1, O2, O3, W3, T2
1
2
3
4
2.85
5
S1, S2, S3, W3, O1, O2, T1
2.81
6
S5, O1, O2, W1, W2
2.40
7
S1, S2, S3, O1, O3, T1
2.35
8
S1, S5, O1, W1, T2
2.17
9
44 Rekomendasi Rencana Pengelolaan Bekerja sama dengan pihak lain untuk menyusun rencana pengelolaan dengan memperhatikan aspek struktur organisasi pengelola, tenaga kerja, alat dan bahan, jadwal pemeliharaan, dan anggaran biaya Strategi ini merupakan strategi W-O, yang berarti meminimalisasi kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Berdasarkan data yang didapat, terdapat kelemahan pada pengelolaan lanskap Kota Tigaraksa. Oleh karena itu, perlu disusun rencana pengelolaan lanskap dengan memperhatikan kelima aspek pengelolaan tersebut. 1.
Struktur Organisasi Pengelola Kegiatan pemeliharaan lanskap seharusnya terdiri dari beberapa seksi yang bekerja secara spesifik bertujuan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas kerja. Secara garis besar struktur organisasi dan sistem kerja kegiatan pemeliharaan lanskap yang disarankan menurut Arifin dan Arifin (2005) dapat dilihat pada Gambar 10. Pada struktur organisasi sebelumnya belum ada seksi khusus yang menangani bagian pemeliharaan lanskap. Struktur organisasi ini diharapkan dapat menambah divisi yang sudah ada.
Kepala Bidang Reklame dan pertamanan
Seksi Pemeliharaan Lanskap Administrasi
Pengawas
Seksi Pertamanan
Seksi Reklame Seksi Sarpras Reklame & Pertamanan Seksi Pemeliharaan Lanskap
Kepala Seksi Pemeliharaan Tanaman Kepala Seksi Pemeliharaan Hardmaterial Taman Kepala Seksi Pemeliharaan Fasilitas dan Utilitas Kepala Seksi Peralatan dan Pergudangan
Gambar 17 Rekomendasi struktur organisasi pemelihara lanskap Kota Tigaraksa 2.
Jadwal Pemeliharaan Terdapat 14 kegiatan pemeliharaan yang dinilai penting untuk dilakukan. Berikut ini adalah rekomendasi jadwal pemeliharaan yang mengacu pada standar kegiatan pemeliharaan (Arifin dan Arifin 2005) dengan beberapa penyesuaian berdasarkan keadaan di lapang (Tabel 24).
45 Tabel 24 Rekomendasi jadwal pemeliharaan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Kegiatan Pemeliharaan
1 *
Pembersihan dan penyapuan rumput Penyapuan jalan Penyiraman rumput dan tanaman penutup * tanah Penyiraman pohon * Pembersihan kolam Pemangkasan rumput Penyiangan gulma Penyemprotan pestisida pada pohon Pemangkasan semak Pemangkasa ranting dan dahan pohon Pemupukan pohon Penyulaman tanaman pohon Penyulaman tanaman penutup tanah dan semak
2
Frekuensi 3 4 5
6
7
* * * * * * * * *
Keterangan : 1 = harian, 2 = mingguan, 3 = bulanan, 4 = Triwulan, 5 = semesteran, 6 = tahunan, 7 = insidental
Pada pelaksanaan kegiatan di lapang, ketiga belas jadwal ini dilaksanakan oleh dua jenis pekerja yang berbeda. Kegiatan pembersihan, penyiraman, pembuangan sampah, permbersihan kolam, pemotongan rumput, penyiangan gulma, pencegahan hama dan penyakit, pemangkasan semak dan perdu, dan juga pemupukan menjadi tanggung jawab tenaga kerja tetap. Sementara itu, pekerjaan-pekerjaan lainnya menjadi tanggung jawab pekerja lepas. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan performa kegiatan pengelolaan jika dibandingkan dengan kondisi saat ini. Sebelum proses kegiatan dilaksanakan, sebaiknya pengawas lapangan memberikan arahan dan motivasi terlebih dahulu kepada para pekerja dilapang agar kegiatan pemeliharaan dapat berjalan secara maksimal. 3.
Tenaga Kerja Sesuai dengan rekomendasi struktur organisasi pengelolaan, dibutuhkan penambahan tenaga kerja untuk tenaga ahli lanskap sebagai manajer pemeliharaan dan seksi lainnya. Dengan adanya tenaga ahli lanskap, diharapkan proses pemeliharaan dapat berjalan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dan dapat mengarahkan lanskap Kota Tigaraksa sebagai kota hijau dimana selain tersedianya RTH yang baik, proses pemeliharaan juga harus memperhatikan kondisi lingkungan, selain itu ahli lanskap tersebut diharapkan dapat memberi pengarahan dan motivasi kepada pengawas lapangan dan para pekerja di lapang. Berikut adalah jumlah tenaga kerja harian pemeliharaan taman yang dibutuhkan berdasarkan luas wilayah yang dipelihara (Tabel 25).
46 Tabel 25 Perhitungan HOK selama 1 tahun
No. 1.
2. 3.
4.
5.
6.
7. 8.
9.
10. 11.
12.
13.
1
Jenis Pemeliharaan Taman Pembersihan dan Penyapuan rumput Penyapuan jalan Pemangkasan rumput dengan mesin gendong Penyiraman pohon dengan mobil tangki Penyiraman rumput dan tanaman penutup tanah dengan mobil tangki Penyemprotan pestisida pada pohon dengan sprayer gendong Penyiangan gulma Pemangkasan semak dengan gunting pangkas Pemangkasan ranting dan dahan pohon Pemupukan pohon Penyulaman tanaman pohon Penyulaman tanaman penutup tanah dan semak Pembesihan kolam air mancur TOTAL HOK 1 TAHUN
Satuan
KK per jam1
Luas/jumlah
m2
440
76006,29
Waktu yang dibutuhkan (jam) 172,74
m2
832
195507,1
m2
250
Pohon
Frek per tahun3
HOK per tahun
34,55
312
10779,07
234,98
47,00
312
14663,03
76006,29
304,03
60,81
12
729,66
120
10000
83,33
16,67
260
4333,33
m2
650
25880,76
39,82
7,96
312
2484,55
Pohon
13
10000
769,23
153,85
4
615,38
m2
32
2627,85
82,12
16,42
12
197,09
m2
14
2627,85
187,70
37,54
12
450,49
Pohon
5
8000
1600,00
320,00
2
640,00
Pohon
5
10000
2000,00
400,00
2
800,00
Pohon
3
10000
3333,33
666,67
1
666,67
m2
3
25880,76
8626,92
1725,38
1
1725,38
m2
8
39
4,88
0,98
2
1,95
HOK2
38086,62
Kapasitas kerja berdasarkan Arifin dan Arifin (2005) dengan modifikasi dari hasil pengamatan lapang 2 Hari orang kerja, dengan ketentuan 8 jam/orang/hari 3 Perhitungan total 312 hari kerja selama satu tahun (6 hari/minggu)
47 Jam kerja perminggu = 38086.62 x 8 jam/orang/hari 52 jam/minggu = 5992.81 jam/minggu KTK
= =
5992.81 jam/minggu 30/jam/minggu 285 orang
x
100 70
Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan total jam kerja perminggu adalah 5 992.81 jam. Kemudian, untuk mendapatkan KTK (kebutuhan tenaga kerja) pemeliharaan lapang yang sesuai dengan beban kerja tersebut, dilakukan perhitungan kebutuhan tenaga kerja dengan jumlah jam kerja produktif 30 jam/minggu dan efektivitas pekerja sebesar 70%. Berdasarkan perhitungan, didapatkan bahwa kebutuhan tenaga kerja pemeliharaan lapang adalah 285 orang. Jika disesuaikan dengan kondisi eksisting, masih dibutuhkan penambahan tenaga kerja untuk memelihara lanskap kawasan pusat pemerintahan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan performa kegiatan pengelolaan sesuai standarnya sehingga dapat meningkatkan kualitas lanskap kawasan pusat pemerintahan. 4.
Alat dan Bahan Secara keseluruhan, alat dan bahan yang tersedia di DKPP dalam kondisi baik. Hal ini sangat mendukung kegiatan pemeliharaan yang dilakukan. Selain itu, jumlah alat dan bahan yang tersedia sesuai dengan yang dibutuhkan sehingga mendukung proses kelancaran kegiatan pemeliharaan.
5.
Rencana Anggaran Biaya Rekomendasi biaya untuk tenaga kerja pemeliharaan lanskap Kota Tigaraksa didasarkan pada Upah Minimum Kabupaten (UMK) Tangerang sebesar Rp2.424.000,00 per bulan dengan ketentuan 8 jam kerja (Surat Keputusan Gubernur Banten No 151/Kep.582-Huk/2013 tanggal 22 November tentang penetapan Upah minimum kabupaten/kota se-Provinsi Banten tahun 2014). Berdasarkan perhitungan upah untuk tenaga kerja pemeliharaan lanskap, maka didapat total biaya untuk tenaga kerja sebesar Rp2.145.240.000 per tahun. UMK
= Rp2.424.000,00 (untuk 8 jam kerja per hari) = 5/8 x Rp2.424.000,00 = Rp.1.515.000,00 (untuk 5 jam kerja per hari)
Total gaji tenaga kerja/tahun = UMK x KTK x Jumlah bulan dalam setahun = Rp.1.515.000,00 x 285 x 12 = Rp5.181.300.000,00 per tahun. Dengan rekomendasi biaya tenaga kerja berdasarkan UMK, diharapkan upah tersebut dapat memotivasi para pekerja lapang agar dapat bekerja secara efektif dan bekerja secara penuh selama jam kerja yang telah ditentukan oleh DKPP yaitu 5 jam per hari dengan pengawasan yang ketat, sehingga kualitas lanskap Kota Tigaraksa semakin baik dan berkelanjutan.
48 Untuk alat dan bahan rekomendasi biaya yang disarankan adalah sebesar Rp119.880.000,00. Dana tersebut merupakan dana untuk peralatan sapu lidi, cangkul, gunting pangkas, kored, golok, masker, pengki, baju seragam, sarung tangan, sepatu boot, tangga bambu, tempat sampah, sprayer gendong, dan berbagai macam bahan pemeliharaan seperti pupuk urea (Tabel 26). Total anggaran biaya yang direkomendasikan selama satu tahun adalah sebesar Rp5.301.180.000,00. Tabel 26 Anggaran biaya peralatan dan bahan pemeliharaan No
Alat dan bahan
1
Sapu lidi + gagang
2
Cangkul
3
Gunting pangkas
4
Kored
5
Golok
6
Masker
7
Pengki+ gagang
8
Baju seragam Sarung tangan Sepatu boot Tangga bambu
9 10 11 12
14
Tempat sampah Sprayer gendong Furadan
15
Decis
16
Dursban
17
Herbisida
18
Curacron
19
Pupuk urea
13
TOTAL
buah
Harga satuan (Rp) 15000
825000
9900000
6 bulan
buah
70000
1470000
2940000
21
6 bulan
buah
60000
1260000
2520000
21
6 bulan 6 bulan
buah
50000
1050000
2100000
buah
50000
250000
500000
2 bulan 1 bulan
buah
1500
18000
10800
buah
20000
1100000
13200000
6 bulan 2 bulan 6 bulan 3 bulan
buah
50000
5900000
11800000
pasang
7500
885000
5310000
pasang
90000
10620000
21240000
buah
20000
20000
80000
buah
45000
2475000
4950000
unit
1500000
3000000
12000000
pak
70000
350000
4200000
botol
22000
88000
1056000
botol
22000
88000
1056000
liter
75000
750000
9000000
botol
35000
70000
840000
kg
10000
4270000
17080000
Masa efektif
Fungsi
Jumlah
Pembersihan areal taman dan jalan Penyiangan dan penggemburan tanaman Pemangkasan pohon dan semak Penyiangan tanaman Pemangkasan ranting dan dahan pohon Penyemprotan pestisida Pembersihan areal taman dan jalan Untuk keamanan Untuk keamanan Untuk keamanan
55
1 bulan
21
Alat bantu pemangkasan Untuk kebersihan Pengendalian hama Pengendalian hama Pengendalian hama Pengendalian hama Pengendalian hama Pengendalian hama Pemupukan tanaman pohon
5
12 55
118 118 118 1 55 2 5 4 4 10 2 427
6 bulan 3 tahun 1 bulan 1 bulan 1 bulan 1 bulan 1 bulan 3 bulan
Satuan
Harga total
Harga/ Tahun
119 880 000
49 Peraturan pemerintah (UU No. 26 Tahun 2007) tentang penataan ruang dan Peraturan bupati No. 11 Tahun 2006 tentang izin pemanfaatan ruang Strategi ini merupakan strategi S-T, yang berarti memanfaatkan potensi yang ada untuk menghadapi tantangan. Lanskap Kota Tigaraksa memiliki lanskap yang ditata cukup baik, selain itu kawasan pusat pemerintaan dapat digunakan sebagai area rekreasi. Area ini adalah salah satu dari ruang terbuka hijau yang terdapat di Tigaraksa. UU No. 26 Tahun 2007 dan Peraturan Bupati No. 11 Tahun 2006 dapat dijadikan sebagai pedoman dan dasar hukum untuk melindungi RTH yang terdapat di Kota Tigaraksa agar tidak dengan mudah beralih fungsi menjadi lahan terbangun. Diharapkan peraturan tersebut tidak hanya menjadi pedoman, tetapi juga dapat dilaksanakan sebaik mungkin. Meningkatkan kinerja dengan pemberian motivasi dan pelatihan kerja baik untuk pengawas maupun tenaga kerja di lapang Strategi ini merupakan strategi S-O, yang berarti memanfaatkan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Untuk memperbaiki kinerja di lapangan, perlu dilakukan pemberian motivasi dan pelatihan kerja kepada pekerja di lapangan oleh tenaga ahli lanskap agar pekerja lebih terampil saat melakukan proses pengelolaan lanskap kawasan pusat pemerintahan. Tenaga ahli lanskap bisa didapat dari bekerja sama dengan pihak lain atau dengan perekrutan tenaga ahli di DKPP. Dukungan dari pemerintah juga sangat diperlukan dalam hal ini. Optimalisasi area rekreasi Strategi ini merupakan strategi S-T, yang berarti memanfaatkan potensi yang ada untuk menghadapi tantangan. Pengguna sebaiknya menggunakan taman rekreasi seoptimal mungkin agar lahan tersebut tidak di alih fungsikan, apabila masyarakat menggunakan area tersebut secara optimal untuk rekreasi, pemerintah akan tetap mengeluarkan dana untuk proses pengelolaan. Saat ini, masih ada masyarakat yang belum mengetahui keberadaan taman-taman yang berada di pawasan pusat pemerintahan, sehingga pemanfaatannya belum optimal. Mereka dapat memanfaatkan taman-taman yang berada di kawasan ini untuk menghilangkan kepenatan setelah aktivitas sehari-hari seperti menikmati pemandangan atau memancing di danau yang berada di hutan kota. Menyediakan fasilitas yang memadai untuk mendukung kegiatan masyarakat Strategi ini merupakan strategi W-O yang berarti meminimalisasi kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Dalam upaya mengoptimalkan fungsi pertamanan kota, fasiltas yang memadai merupakan hal yang harus dilakukan agar masyarakat khususnya pengunjung taman-taman yang berada di Pusat Pemerintahan dapat merasakan kenyamanan saat berkunjung. Hal ini dapat dilakukan dengan penyediaan area bermain, wifi, toilet, dan juga tempat sampah yang tersedia di dekat area pertamanan.
50 Mengoptimalkan pemanfaatan kawasan pusat pemerintahan sebagai pusat interaksi antar masyarakat maupun antar masyarakat dengan pemerintah Strategi ini merupakan strategi S-O. Kawasan pusat pemerintahan juga merupakan pusat pelayanan publik. Dengan letak kawasan yang berada di pusat kota, diharapkan masyarakat dapat menggunakan jasa pelayanan tersebut secara optimal. Dengan mengunjungi pelayanan publik yang ada disana, masyarakat dapat berinteraksi dengan petugas pemerintahan maupun masyarakat lainnya sehingga konsep pusat pemerintahan yang terbuka dapat terwujud. Membuka peluang kerja sama bagi pihak lain untuk tenaga ahli lanskap Strategi ini merupakan strategi W-O. Tenaga ahli lanskap merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan pemeliharaan. Pihak DKPP Kabupaten Tangerang dapat melakukan kerjasama dengan pihak lain misalnya bekerjasama dengan pihak Universitas. Kerjasama yang dilakukan dapat berupa penerimaan magang mahasiswa arsitektur lanskap yang sedang melakukan penelitian sehingga pihak DKPP dan mahasiswa dapat saling diuntungkan. Hal lain yang dapat dilakukan adalah bekerjasama dengan pihak swasta Adanya kebutuhan akan variasi taman rekreasi dan ada lahan kosong, pemerintah dapat membuat taman taman lain seperti taman kota dan taman lingkungan pada lahan kosong tersebut Strategi ini masih merupakan strategi S-O. Pemerintah daerah Kota Tigaraksa masih memiliki lahan kosong yang belum jelas pemanfaatannya dengan luas ± 19.02 Ha. Hal ini dapat dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan jumlah RTH pada Kota Tigaraksa. Saat ini taman kota hanya terdapat pada kawasan pusat pemerintahan. Pemerintah dapat membuat lagi taman kota dan taman lingkungan di luar kawasan pusat pemerintahan. Hal ini juga sesuai dengan preferensi masyarakat sekitar yang menginginkan adanya taman-taman selain di kawasan pusat pemerintahan. Meningkatkan manajemen keuangan Strategi ini merupakan strategi W-T, yaitu yaitu meminimalisasi kelemahan dan menghindari ancaman. Dana kegiatan pemeliharaan lanskap yang dilakukan oleh DKPP merupakan dana yang didapat dari APBD pemerintah Kabupaten Tangerang. Dana yang diperoleh harus dikelola secara optimal. Menurut Sadyohutomo (2008) agar dana tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal langkah-langkah yang dapat dilakukan diantaranya sebagai berikut. 1. Menjalin kerjasama dengan perusahaan/instansi lain, 2. Perhatian lebih besar terhadap pemeliharaan yang lebih hemat , 3. Target pemeliharaan yang jelas dan terukur, dan 4. Keterbukaan dalam pengambilan keputusan alokasi keuangan
51
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan magang ini adalah bahwa sistem pengelolaan yang dilakukan oleh DKPP untuk pemeliharaan lanskap adalah dengan sistem swakelola dan dengan pihak ketiga. Dalam kegiatan magang, didapatkan pengalaman kerja di DKPP baik dikantor maupun di lapang. Pengalaman kerja yang didapatkan adalah kegiatan pembuatan laporan mengenai pemeliharaan, pembuatan RAB, survei lapang mengenai kegiatan pergantian tanaman, dan turut aktif dalam proses pengawasan tenaga kerja di lapang. Permasalahan utama yang dihadapi dalam kegiatan pemeliharaan adalah kurangnya kedisiplinan tenaga kerja di lapang dan kurangnya pengawasan pada saat kegiatan pemeliharaan dilakukan. Analisis pengelolaan dengan metode SWOT menghasilkan 9 alternatif strategi pengelolaan yang diharapkan dapat membantu pihak pengelola dalam meningkatkan kualitas pengelolaan lanskap Kota Tigaraksa khususnya kawasan yang dikelola oleh DKPP terutama kawasan pusat pemerintahan. Fokus dari kesembilan strategi tersebut adalah menjaga dan meningkatkan pengelolaan yang dilakukan saat ini yaitu dengan memperbaiki kelima aspek rencana pengelolaan dan upaya lain untuk mengoptimalkan penggunaan kawasan pusat pemerintahan. Saran Saran yang dapat diberikan untuk pengelolaan lanskap Kota Tigaraksa yang digunakan sebagai pusat pemerintahan, yaitu dalam kegiatan pengelolaan sebaiknya dilakukan oleh tenaga ahli lanskap terutama untuk kegiatan penataan taman sehingga dapat menciptakan kualitas lanskap yang bagus dan menarik untuk kawasan pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang yang berada di Kota Tigaraksa. Sebaiknya dilakukan pelatihan dan penyuluhan terlebih dahulu oleh tenaga ahli lanskap kepada para pekerja lapang ataupun pengawas lapangan agar nantinya lebih terampil saat melakukan kegiatan pemeliharaan. Pemberian motivasi kepada semua pekerja juga diperlukan agar mereka tidak bermalasmalasan dalam bekerja. Diperlukan adanya pendekatan antara atasan dengan para pekerja dalam proses komunikasi baik di kantor maupun di lapangan. Selain itu diperlukan juga peningkatan kinerja dengan memperbaiki kelima aspek rencana pegelolaan serta mengoptimalkan penggunaan kawasan pusat pemeritahan dalam berbagai aspek.
DAFTAR PUSTAKA Adisasmita R. 2010. Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang. Yogyakarta : Graha Ilmu. Anonim. 2012. Pemerintah Kabupaten Tangerang [internet]. [diunduh 05 Desember 2012]. Tersedia pada: http:// tangerangkab.go.id/?page_id=2187.
52 Anonim. 2012. PembagianWilayah Hukum Kabupaten Tangerang [internet]. [diunduh29 Januari 2013]. Tersediapada: http://www.patigaraksa.net/index.php?option=com_content&view=article&id= 51&Itemid=111. Arifin HS. 2009. Diktat Kuliah Pengelolaan Lanskap. Institut Pertanian Bogor. 151 hal. Arifin dan Arifin. 2005. Pemeliharaan Taman. Jakarta : Penebar Swadaya. Branch MC. 1995. Perencanaan Kota Komprehensif (terj.). Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. 293 hal. David FR. 2008. Manajemen Strategi. Jakarta (ID): Salemba Empat. Terjemahan dari: Management: Concept and Cases. Daniel TC, Boster RS. 1976. Measuring Landscape Aesthetic: The Scenic Beauty Estimation Methode. New Jersey: USDA Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kabupaten Tangerang. 2013. Laporan Kegiatan Bidang. Tangerang. 11 hal. Nasrullah N. 2008. Tanaman Hias Lanskap. Jakarta : Penebar Swadaya. Parker J dan Bryan P. 1989. Landscape Management and Maintenance.Great Britain: Gower Publishing Company. 177 hal.
Perda No. 11 Tahun 2006 tentang Ijin Pemanfaatan Ruang. Tangerang Permendagri No. 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Nama Daerah, Pemberian Nama Ibu Kota, Perubahan Nama Daerah, Perubahan Nama Ibu Kota, dan Pemindahan Ibu Kota. Jakarta PP
No. 129 Tahun 2000 tentang Kabupaten/Kota/Propinsi. Jakarta.
Pedoman
Penilaian/Pembentukam
PP No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan. Jakarta Rangkuti F. 1998. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Sadyohutomo M. 2008. Manajemen Lanskap Kota dan Wilayah Realita dan Tantangan. Jakarta : Bumi Aksara. Sebastian S. 2009. Rencana pengelolaan Lanskap Pantai Tanjung Bayang Makassar melalui Pendekatan Aspek Ekologi dan Sosial Ekonomi [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Simonds JO and Barry W Starke. 2006. Landscape Architecture. McGraw-Hill Book Company. NewYork. 396. Stoner JAF and E Freeman. 1992. Manajemen. Jilid 1. Edisi 4. Intermedia. Prentice Hall.599 hal. Tarigan R. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah (Edisi Revisi). Bumi Aksara. Jakarta. 274 hal.
LAMPIRAN Lampiran 1 Struktur organisasi Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kabupaten Tangerang KEPALA DINAS
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
SEKRETARIS
SUB BAGIAN PERENCANAAN
BIDANG KEBERSIHAN
BIDANG REKLAME & PERTAMANAN
SEKSI PENGUMPULAN & PENGANGKUTAN SAMPAH
SEKSI REKLAME
SEKSI PENGOLAHAN & PEMUSNAHAN SAMPAH
SEKSI SARANA & PRASARANA KEBERSIHAN
SEKSI PERTAMANAN
SEKSI SARPRAS REKLAME & PERTAMANAN
SUB BAGIAN UMUM & KEPEGAWAIAN
SUB BAGIAN KEUANGAN
BIDANG PEMAKAMAN
BIDANG PENERANGAN JALAN UMUM
SEKSI PENATAAN PEMAKAMAN
SEKSI PJU WILAYAH I
SEKSI PEMELIHARAAN &PENERTIBAN PEMAKAMAN
SEKSI PJU WILAYAH II
BIDANG SARANA & PRASARANA PEMAKAMAN
SEKSI SARANA & PRASARANA PJU
KEPALA UPT KEBERSIHAN WILAYAH CURUG
KEPALA UPT KEBERSIHAN WILAYAH SEPATAN
KEPALA UPT TPA JATIWARINGIN
KEPALA UPTD INSTALASI LIMPUR TINJA
KASUBAG TU UPT KEBERSIHAN WILAYAH BALARAJA
KASUBAG TU UPT KEBERSIHAN WILAYAH CURUG
KASUBAG TU UPT KEBERSIHAN WILAYAH SEPATAN
KASUBAG TU UPT TPA JATIWARINGIN
KASUBAG TU UPT INSTALASI LUMPUR TINJA
53
KEPALA UPT KEBERSIHAN WILAYAH BALARAJA
54
2 Lampiran 2 Standar pemeliharaan kawasan pusat pemerintahan LAMPIRAN NOMOR TENTANG
NO.
PEKERJAAN
I
TAMAN
: : :
SURAT KEPUTUSAN KEPALA DINAS KEBERSIHAN, PERTAMANAN DAN PEMAKAMAN / /DKPP/2013 PETUNJUK TEKNIS PEMELIHARAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT PEMERINTAHAN KAB. TANGERANG JENIS PEKERJAAN
URAIAN PEKERJAAN
1. Penyapuan
* Dilakukan satu kali/hari. * Bentangan penyapuan 5 m. * Penyapuan terhadap segala macam bentuk sampah dan pasir. * Sebelum sampah diangkut harus dimasukan dalam karung. * Pengangkutan sampah dilakukan satu kali/hari.
2. Penyiangan
* Dilakukan satu kali/bulan. * Penetekan selebar 5 cm dari area terluar. * Dilakukan sebelum pekerjaan pemangkasan.
3. Pemangkasan
* Dilakukan satu kali/bulan. * Pemangkasan semak sesuai gradasi. * Pemangkasan rumput tandas ( max 3 cm dari permukaan tanah ) * Dilakukan setelah pekerjaan penyiangan.
4. Penyiraman
* Dilakukan satu kali/hari. * Volume penyiraman 1 liter/m²/hari. * Penyiraman tidak boleh langsung mengenai tanaman. * Penyiraman dilakukan dengan mobil tangki air dan atau sprinkle.
3 Lampiran 2 Standar pemeliharaan kawasan pusat pemerintahan (Lanjutan) NO. PEKERJAAN I
II
BERM
JENIS PEKERJAAN 5. Pemupukan
URAIAN PEKERJAAN * Pemupukan pohon dilakukan sekali/3 bulan menggunakan pupuk urea/ZA dengan dosis 3 gram /m² dengan cara disebar atau disiram dengan campur air dengan dosis 10 kg /5000 liter air. * Pemupukan dilakukan pada waktu sore hari setelah jam 15.00 atau pada waktu cuaca teduh. * Pupuk sebelumnya harus disetor dulu ke gudang. * Sebelum pemupukan, kontraktor harus minta ijin/memberitahu lebih dahulu * Pemupukan dilakukan setelah pekerjaan pemangkasan rumput.
6. Proteksi HPT
* Dilakukan setiap 3 bulan sekali. * Pestisida yang digunakan : - Furadan untuk penyemprotan hama/serangga pengganggu - Dursban untuk mengendalikan hama pada tanaman. - Herbisida untuk memberantas gulma. - Curacron untuk mengendalikan hama serangga, lalat buah, kutu daun, dan hama trips. - Decis untuk mengendalikan hama/serangga pengganggu * Dosis sesuai dengan anjuran dan harus dicampur dengan perekat.
1. Penyapuan
* Dilakukan satu kali/hari. * Bentangan penyapuan 5 m. * Penyapuan terhadap segala macam bentuk sampah dan pasir. * Sebelum sampah diangkut harus dimasukan dalam karung. * Pengangkutan sampah dilakuakn satu kali/hari. 55
56
4 Lampiran 2 Standar pemeliharaan kawasan pusat pemerintahan (Lanjutan) NO . II
PEKERJAAN
JENIS PEKERJAAN 2. Penyiangan
URAIAN PEKERJAAN * Dilakukan satu kali/bulan. * Penetekan selebar 5 cm dari area terluar. * Dilakukan sebelum pekerjaan pemangkasan.
3. Pemangkasan
* Dilakukan satu kali/bulan * Pemangkasan rumput tandas ( max 3cm dari permukaan tanah). * Dilakukan setelah pekerjaan penyiangan. * Pemangkasan pohon satu kali/3 bulan sebelum pemangkasan harus minta izin/memberitahu lebih dulu
4. Penyiraman
* Dilakukan satu kali/hari * Volume Penyiraman 0,5 liter/m²/hari * Penyiraman tidak boleh langsung mengenai tanaman/rumpur. * Penyiraman dilakukan dengan mobil tangki air dan atau sprinkle.
5. Pemupukan
* Pemupukan dilakukan setelah pekerjaan pemangkasan rumput. * Pemupukan pohon dilakukan 1 kali/3 bulan menggunakan pupuk urea /ZA satu kali/3 bulan dengan dosis 3 gram/m² dengan cara disebar * Pemupukan dilakukan pada waktu sore hari setelah jam 15.00 atau pada waktu cuaca teduh. * Pupuk sebelumnya harus disetor dulu ke gudang. * sebelum pemupukan kontraktor harus minta izin/memberitahu lebih dahulu.
5 Lampiran 2 Standar pemeliharaan kawasan pusat pemerintahan (Lanjutan) NO. III
PEKERJAAN KAVLING
JENIS PEKERJAAN 1. Penyapuan
URAIAN PEKERJAAN * Dilakukan satu kali/bulan. * Penyapuan terhadap segala macam bentuk sampah dan pasir. * Sebelum sampah diangkut, harus dimasukan dalam karung. * Pengangkutan sampah dilakukan satu kali/hari.
2. Pemangkasan
* Dilakukan satu kali/bulan * pemangkasan rumput tandas ( max 3cm dari permukaan tanah )
IV
JALAN
1. Penyapuan
* Dilakukan satu kali/hari. * Bentangan penyapuan 5 m. * Penyapuan terhadap segala macam bentuk sampah dan pasir. * Sebelum sampah diangkut, harus dimasukan dalam karung. * Pengangkutan sampah dilakukan satu kali/hari.
V
HUTAN KOTA
1. Penyapuan
* Dilakukan satu kali/minggu. * Penyapuan terhadap segala macam bentuk sampah anorganik. * Sebelum sampah diangkut, harus dimasukan dalam karung. * Pengangkutan sampah dilakukan satu kali/minggu.
2. Pemangkasan
* Dilakukan satu kali/3 bulan * pemangkasan rumput tandas ( max 3 cm dari permukaan tanah )
57
6 58
Lampiran 2 Standar pemeliharaan kawasan pusat pemerintahan (Lanjutan) NO.
PEKERJAAN
JENIS PEKERJAAN 4. Penyiraman
6. Proteksi HPT
URAIAN PEKERJAAN * Dilakukan satu kali/hari * Volume Penyiraman 0,5 liter/m²/hari * Penyiraman tidak boleh langsung mengenai tanaman/rumpur. * Penyiraman dilakukan dengan mobil tangki air dan atau sprinkle. * Dilakukan setiap 3 bulan sekali. * Pestisida yang digunakan : - Furadan untuk penyemprotan hama/serangga pengganggu - Dursban untuk mengendalikan hama pada tanaman. - Herbisida untuk memberantas gulma. - Curacron untuk mengendalikan hama serangga, lalat buah, kutu daun, dan hama trips. - Decis untuk mengendalikan hama/serangga pengganggu * Dosis sesuai dengan anjuran dan harus dicampur dengan perekat. KEPALA DINAS KEBERSIHAN, PERTAMANAN DAN PEMAKAMAN KABUPATEN TANGERANG
Drs. H. HENDRA IRSANSYAH NIP. 19590901 198603 1 013
59 Lampiran 3 Kuisioner persepsi pengunjung tentang lanskap kawasan pusat pemerintahan Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Instititut Pertanian Bogor Kuesioner Pengunjung Pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang Saya adalah mahasiswa semester akhir dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Saat ini saya sedang menyusun skripsi yang berjudul Manajemen Lanskap Kota Tigaraksa Sebagai Pusat Pemerintahan di Kabupaten Tangerang. Kuesioner ini merupakan instrumen yang saya gunakan untuk mengetahui persepsi pengunjung mengenai kondisi dan kualitas lanskap di Tigaraksa khususnya di Taman Pusat Pemerintahan. Hasil dari kuesioner ini akan dijaga kerahasiaannya dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya. No. Responden: IDENTITAS PENGUNJUNG Usia/Jenis Kelamin : Alamat/Asal : Pendidikan terakhir : a. SMP b. SMA/SMK Pekerjaan : a. Mahasiswa/Pelajar b. Ibu RT c. Wiraswasta d. Pegawai swasta
c. Diploma d. Sarjana/Pascasarjana e. Pegawai Negeri f. ABRI g. Pensiunan h. Lainnya.....................
1. Tujuan mengunjungi Taman Pusat Pemerintahan a. Rekreasi c. Mengisi waktu istirahat e.Lainnya……………… b. Ingin tahu d. Mengunjungi fasilitas pelayanan Tempat yang dikunjungi..................................................................................... 2. Kunjungan ke Taman Pusat Pemerintahan a. Pertama kali c. Lebih dari kedua kali b. Kedua kali 3. Berapa frekuensi kunjungan ke Taman Pusat Pemerintahan a. Sering (hampir setiap hari - 4 kali/bulan) b. Kadang-kadang (1 kali/bulan – 3 kali/tahun) c. Jarang (≤ 2 kali/tahun) 4. Apa penanda karakteristik di kawasan Pusat Pemerintahan ini? a. Tugu Tigaraksa c. Gerbang utama b. Batik Tangerang (yang berada pada tugu) d. Lainnya…………………
60 5. Bagaimana kesan Anda saat melihat pemandangan disini? a. Sangat indah c. Jelek b. Indah d. Sangat jelek 6. Bagaimana kesan Anda terhadap kenyamanan kawasan Pusat Pemerintahan? a. Sangat nyaman c. Tidak nyaman b. Nyaman d. Sangat tidak nyaman 7. Menurut Anda, bagaimana kondisi Pusat Pemerintahan? a. Sangat bersih c. Kotor b. Bersih d. Sangat kotor 8. Sikap dan tindakan yang dapat Anda lakukan untuk menjaga kenyamanan kawasan ini : a. Menjaga kebersihan, tidak membuang sampah sembarangan b. Tidak merusak fasilitas yang ada c. Tidak merusak tanaman d. Menegur orang lain yang mengotori area ini atau merusak fasilitas/tanaman e. Memungut sampah yang mengotori kawasan f. Lainnya 9. Berikan kritik dan saran agar lingkungan Pusat Pemerintahan ini dapat dikelola dengan baik………………………………………………
Terima Kasih
61 Lampiran 4 Kuisioner persepsi masyarakat mengenai lanskap Kota Tigaraksa Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Instititut Pertanian Bogor Kuesioner Persepsi Masyarakat Terhadap Kota Tigaraksa Saya adalah mahasiswa semester akhir dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Saat ini saya sedang menyusun skripsi yang berjudul Manajemen Lanskap Kota Tigaraksa Sebagai Pusat Pemerintahan di Kabupaten Tangerang. Kuesioner ini merupakan instrumen yang saya gunakan untuk mengetahui persepsi pengunjung mengenai kondisi dan kualitas lanskap di Tigaraksa khususnya di kawasan Pusat Pemerintahan. Hasil dari kuesioner ini akan dijaga kerahasiaannya dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya. No. Responden: IDENTITAS RESPONDEN Usia/Jenis Kelamin : : Alamat /Asal Pendidikan terakhir : a. SMP b. SMA/SMK Pekerjaan : a. Mahasiswa/Pelajar b. Ibu RT c. Wiraswasta d. Pegawai swasta
c. Diploma d. Sarjana/Pascasarjana e. Pegawai Negeri f. ABRI g. Pensiunan h. Lainnya.....................
1. Lama tinggal di Tigaraksa a. < 1 Tahun c. 5-10 Tahun b. 1-5 Tahun d. > 10 Tahun 2. Apakah Anda merasa nyaman tinggal di sini? a. Sangat nyaman c. Sangat tidak nyaman b. Nyaman d. Tidak nyaman 3. Menurut Anda apakah Kota Tigaraksa cocok menjadi Pusat Pemerintahan Kab. Tangerang? a. Sangat cocok c. Tidak cocok b. Cocok d. Sangat Tidak cocok Alasan……………………………………………………………………. 4. Menurut Anda bagaimana kondisi Pertamanan /Ruang Terbuka Hijau di Kota Tigaraksa? a. Sangat baik c. Jelek b. Baik d. Sangat Jelek
62 5. Menurut Anda bagaimana pengelolaan/pemeliharaan pertamanan di Kota Tigaraksa? a. Sangat baik c. Jelek b. Baik d. Sangat Jelek 6. Menurut Anda siapa yang bertanggung jawab dalam mengelola Kota Tigaraksa? a. Pemerintah b. Swasta c. Masyarakat d. Pemerintah dan swasta e. Pemerintah dan masyarakat f. Pemerintah, masyarakat, swasta g. Lainnya………………………………………………………………. 7. Berikan kritik dan saran agar lingkungan Kota Tigaraksa dapat dikelola dengan baik……………………………………………………………
Terima Kasih
2
63
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Anggit Latifah Sukmasari, dilahirkan di Klaten pada tanggal 4 Januari 1991. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Mochtar Raharjo dan Nurhayati. Pendidikan penulis diawali di TK Tarbiyatul Mubtadi’in Tangerang pada tahun 1996. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikannya ke jenjang sekolah dasar di SD N 1 Gudang Tigaraksa pada tahun 1997, dilanjutkan dengan jenjang sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Klaten pada tahun 2003. Selepas sekolah menengah pertama, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah atas di SMA Muhammadiyah 1 Klaten pada tahun 2006. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Aktivitas utama penulis adalah pada organisasi HIMASKAP (Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap) dan tergabung dalam KMK (Keluarga Mahasiswa Klaten) pada Tahun 2009 - 2014.