perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMELIHARAAN BANGUNAN SEKOLAH NEGERI ( Studi Kasus di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang )
DECISION SUPPORT SYSTEM OF STATE SCHOOL BUILDING MAINTENANCE (Case Study at Tigaraksa District Tangerang Regency)
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Magister Teknik
Disusun Oleh:
ENGKUS KUSNADI S.940809104
MAGISTER TEKNIK SIPIL KONSENTRASI TEKNIK REHABILITASI DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN SIPIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2 0 11 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMELIHARAAN BANGUNAN SEKOLAH NEGERI ( Studi Kasus di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang )
Disusun Oleh:
ENGKUS KUSNADI S.940809104
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Tim Pembimbing Jabatan
Pembimbing I
Nama
Tanda Tangan
S.A.Kristiawan, ST, M.Sc, Ph.D
Tanggal
………………
………..
……………….
………...
NIP. 19690501199512001
Pembimbing II Widi Hartono, ST, MT NIP. 197307291999031001
Mengetahui, Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil
Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS NIP. 194804221985032001
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMELIHARAAN BANGUNAN SEKOLAH NEGERI ( Studi Kasus di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang )
Disusun Oleh:
ENGKUS KUSNADI S.940809104 Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Pendadaran Tesis Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada hari Jum’at, tanggal 28 Januari 2011 Dewan Penguji Jabatan
Ketua
Nama
Tanda Tangan
Kusno Adi Sambowo, ST, Ph.D
………………
NIP. 196910261995031002
Sekretaris
Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS
………………
NIP. 194804221985032001
Penguji I
S.A.Kristiawan, ST, M.Sc, Ph.D
………………
NIP. 19690501199512001
Penguji II
Widi Hartono, ST, MT
………………
NIP.197307291999031001
Mengetahui, Direktur Program Pascasarjana
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D NIP. 195708201985031004
Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil
commit to user iii
Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS NIP. 194804221985032001
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Yang bertandatangan dibawah ini, Nama
: ENGKUS KUSNADI
NIM
: S.940809104
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul :
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMELIHARAAN BANGUNAN SEKOLAH NEGERI ( Studi Kasus di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang)
Adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tesebut.
Surakarta,
Januari 2011
Yang membuat pernyataan
Engkus Kusnadi commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UCAPAN TERIMAKASIH Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul Sistem Pendukung Kepeutusan Pemeliharaan Bangunan Sekolah Negeri (Studi Kasus di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang) dapat diselesaikan dengan bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menghaturkan rasa terimakasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS. Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku Dosen Penguji. 4. Dr. Ir. Ary Setyawan, M.Sc.(Eng), Pembimbing Akademik sekaligus Sekretaris Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Stefanus Adi Kristiawan, ST, M.Sc, Ph.D. selaku Dosen Pembimbing Utama. 6. Widi Hartono,ST,MT. selaku Pembimbing Pendamping. 7. Kusno Adi Sambowo, ST, Ph. D. selaku dosen penguji 8. Segenap Staf Pengajar Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak membantu penulis selama kuliah. 9. Pusat Pembinaan Keahlian dan Teknik Konstruksi (PUSBIKTEK), Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia Departemen Pekerjaan Umum yang telah memberikan beasiswa pendidikan kepada penulis. commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Bupati Tangerang, Kepala Badan Kepegawaian Daerah kabupaten Tangerang dan Kepala Dinas Bangunan dan Permukiman Kabupaten Tangerang yang telah memberikan izin tugas belajar kepada penulis. 11. Istriku tercinta Nina Herniawati,S.Si. dan anak-anakku tersayang Sarah Az Zahra Salsabila dan Salwa Laila Syakira yang telah memberikan dorongan dan do’a dan dorongan moral dalam menyelesaikan pendidikan ini. 12. Rekan-rekan Mahasiswa Magister Teknik Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang selama ini menjadi teman seperjuangan. 13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga tesis ini dapat memberi sumbangan ilmiah bagi civitas akademika, dan bermanfaat pemerintah daerah dan masyarakat Kabupaten Tangerang.
Surakarta,
Januari 2011
Penulis,
Engkus Kusnadi
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Bangunan gedung sekolah merupakan prasarana yang sangat penting dalam mendukung suksesnya program pendidikan. Seiring dengan bertambahnya usia, kemampuan layan bangunan sekolah akan mengalami penurunan. Agar bangunan sekolah selalu dalam kondisi baik harus dilakukan pemeliharaan dan perawatan. Kendala dalam pemeliharaan adalah adanya keterbatasan anggaran. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sistem yang dapat membantu dalam penentuan skala prioritas penanganan pemeliharaan bangunan sekolah negeri. Penilaian skala prioritas menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Kriteria yang dipakai yaitu tingkat kerusakan gedung, status tanah, status bangunan, lokasi sekolah, rasio rombongan belajar dengan jumlah ruang kelas dan luas wilayah layanan sekolah. Penilaian bobot antar kriteria melibatkan stake holder dari DPRD, Badan Perencanaan Daerah, Dinas Pendidikan, Dinas Bangunan, kepala sekolah, guru dan komite sekolah. Metode penilaian kondisi bangunan dilakukan dengan menghitung nilai indeks kondisi bangunan yang merupakan penggabungan dua atau lebih nilai kondisi komponen dikalikan dengan bobotnya (Composite Condition Index). Penilaian kerusakan bangunan dilakukan dengan survey langsung ke lapangan. Hasil analisa terhadap 41 gedung sekolah, didapat 5 besar sekolah yang mengalami kerusakan yang paling besar yaitu SDN Kadongdong dengan Indeks kondisi bangunan 44,056 %, SDN Kalapa Dua II dengan Indeks kondisi bangunan 60,76 %, SDN Pasir bolang dengan Indeks kondisi bangunan 66,71 %, SDN Kadeper dengan Indeks kondisi bangunan 73,26 % dan SDN Pete dengan Indeks kondisi bangunan 73,63 %. Adapun hasil perhitungan skala prioritas, menunjukan 5 besar sekolah yang mendapat prioritas penanganan pemeliharaan yaitu SDN Kadongdong dengan nilai 0,453, SMPN Tigaraksa II dengan nilai 0,386, SDN Kalapa Dua II dengan nilai 0,368, SDN Gudang dengan nilai 0,351 dan SDN Nagrak dengan nilai 0,347. Kata kunci: penilaian kerusakan bangunan, prioritas pemeliharaan.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT School building, is a very important infrastructure to support successful educational programs. Along with age, the ability to service the school buildings will decrease. For school buildings in good condition, must be carried out maintenance and care. Obstacles in maintenance is the presence of budget constraints. This research aims to create a system that can assist in determining the priority handling of public school building maintenance. Assessment of priorities using the method of Analytical Hierarchy Process (AHP). The criteria used is the level of damage to buildings, land status, the status of buildings, location of schools, the ratio of study groups with the number of classrooms and school service area. Assessment of weight among the criteria involve stake holders of the Parliament, the Regional Planning Agency, Department of Education, Office Building, head master, teachers and school committees. Building condition assessment method is done by calculating an index building conditions that are merging two or more of the component value multiplied by the weight condition (Condition Composite Index). Assessment of building damage done directly to the field survey. Result analysis of 41 school buildings, obtained top 5 schools that experienced the greatest damage is SDN Kadongdong with Building Condition Index 44.056%, SDN Kalapa Dua II with Building Condition Index 60.76%, SDN Pasir Bolang with Building Condition Index 66.71%, SDN Kadeper with Building Condition Index 73,26 %, SDN Pete with Building Condition Index 73.63%. As for the calculation of the priority scale, showing top 5 schools that receive priority handling of maintenance that is SDN Kadongdong with values 0.453, SMP Tigaraksa II with a value of 0.386, SDN Kalapa Dua II with a value of 0.368,SDN Gudang with a value of 0.351 and SDN Nagrak with value 0.347. Keywords: building condition assesment, maintenance priorities.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrobbila’lamin kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga tesis dengan judul Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Skala Prioritas Pemeliharaan Bangunan Sekolah Negeri di Kabupaten Tangerang (Studi Kasus di Kecamatan Tigaraksa) dapat diselesaikan. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan program pasca sarjana
pada Magister Teknik Sipil
Konsentrasi Teknik Rehabilitasi Dan Pemeliharaan Bangunan Sipil Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tesis ini mengangkat permasalahan tentang penentuan skala prioritas penanganan pemeliharaan bangunan sekolah negeri di Kabupaten Tangerang. Penelitian dilakukan di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap bahwa tesis ini dapat bermanfaat dan mampu menambah khasanah keilmuan.
Surakarta,
Januari 2011
Penulis,
Engkus Kusnadi
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ………………………………………….…….…………..
i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................
iii
PERNYATAAN ORISINILITAS ...…………………………….……..................
iv
UCAPAN TERIMAKASIH .......………………………………………......…….
v
ABSTRAK ……..…………………………………........………………….……
vii
KATA PENGANTAR …………………………………………………….…….
ix
DAFTAR ISI …………………………………………………………………...…..
x
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….…..
xiii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………
xv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..…..
xvi
DAFTAR NOTASI ………...…………………………………………….…
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang ……………..…………….……………………….…
1
1.2.
Rumusan Masalah ………..……………………………………….…
3
1.3.
Tujuan Penelitian ……………………………………………………
3
1.4.
Manfaat Penelitian ………………………….………………………..
3
1.5.
Batasan Penelitian …………..………………………………………
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1.
Kajian Pustaka ………………...……………………………………
5
2.2.
Landasan Teori ………………..…………………………………….
8
2.2.1. Bangunan Gedung Sekolah …………………………………
8
2.2.2. Standar Bangunan Gedung Sekolah ..……….………………
9
2.2.2.1 Standar Ruang Minimal ……………………………..
10
2.2.2.2 Persyaratan Lahan dan Bangunan Gedung Sekolah ..
10
2.2.3. Kerusakan Bangunan Gedung …….. ……………………
12
2.2.3.1 Penyebab Kerusakan Bangunan Gedung….……..…..
13
2.2.3.2 Jenis dan Tipe Kerusakan Bangunan Sekolah ………
14
2.2.3.3 Survei Kondisi Bangunan Sekolah …………….…..
16
to user 2.2.4. Pemeliharaan dancommit Perawatan Bangunan Gedung Sekolah …. x
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.2.4.1 Jenis Pemeliharaan dan Perawatan Gedung ………..
19
2.2.4.2 Biaya Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Sekolah ……………………………………………..
20
2.2.5. Penentuan Nilai Kondisi Bangunan ………………..……….
21
2.2.6. Perhitungan Skala Prioritas Penanganan Pemeliharaan
24
Bangunan Sekolah ………………………………………….
2.3
2.2.7. Metode Analytical Hierarchy Process ……………………….
25
2.2.7.1 Perhitungan Bobot Elemen ………………………….
27
2.2.7.2 Pembobotan Kriteria ………………………………..
29
2.2.8. Sistem Pendukung Keputusan ……………………………….
30
2.2.8.1 Subsistem Manajemen Dialog ………………………
31
2.2.8.2 Subsistem Manajemen Database ……………………
32
2.2.8.3 Subsistem Manajemen Pemodelan …………………
33
Penelitian Terdahulu ………………………………………………….
34
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.
Lokasi Penelitian …………………………………………………….
35
3.2.
Tahapan Penelitian ……………………………………………………
35
3.3.
Data Penelitian …….…..……………………………………………
39
3.2.1. Jenis dan Sumber Data ……………………………………..
39
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data…………………………………..
39
3.2.3. Teknik Pengolahan Data ……………………………………
40
3.4.
Penentuan Kriteria Awal……………………………………………..
40
3.5.
Penentuan Bobot Kriteria dan Sub Kriteria Penanganan Pemeliharaan Bangunan Sekolah ………………………..………….
3.6.
Perhitungan Skala Prioritas Penanganan Pemeliharaan Bangunan Sekolah ……………………………………………………………….
3.7.
Penyusunan Skenario Penanganan Pemeliharaan Penanganan Pemeliharaan Berdasarkan Anggaran Yang Tersedia ………………..
41 42 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.
Data Sekolah Negeri di Kecamatan Tigaraksa ………………………
43
4.2.
Perhitungan Bobot Komponen Gedung Sekolah ……………………
44
4.3.
Penentuan Nilai Pengurang dan Faktor Koreksi Pada Kerusakan commit to user Gedung ……………………………………………………………….
62
xi
perpustakaan.uns.ac.id
4.4.
4.5.
digilib.uns.ac.id
4.3.1
Penentuan Nilai Pengurang ………………………………….
62
4.3.2
Penentuan Faktor Koreksi ……………………………………
69
Perhitungan indeks kondisi bangunan gedung sekolah ……………….
73
4.4.1. Contoh Perhitungan Indeks Kondisi Bangunan Sekolah……..
73
4.4.2. Indeks Kondisi Gedung Sekolah di Kecamatan Tigaraksa…..
82
Penentuan Skala Prioritas rehabilitasi bangunan sekolah …..............
84
4.5.1 Penentuan Bobot Kriteria dan Sub Kriteria ...............................
86
4.5.2 Perhitungan Nilai Sekolah Berdasarkan Bobot Kriteria Dan Sub Kriteria .........................................................................
95
4.5.2 Penentuan Skala Prioritas Penanganan Pemeliharaan Bangunan Sekolah di Kecamatan Tigaraksa ..............................................
98
4.6.
Perhitungan Biaya Pemeliharaan Bangunan Sekolah ……………..
99
4.7.
Skenario Penanganan Pemeliharaan Bangunan Sekolah .....................
106
4.8.
Sistem Pendukung Keputusan…………………………………………
110
4.8.1 Gambaran Umum Sistem Pendukung Keputusan Pemeliharaan bangunan Sekolah. …………………………………………..
110
4.8.2 Petunjuk penggunaan sistem pendukung keputusan …………
113
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.
Kesimpulan ………………………………………………………...
122
5.2.
Saran …………………..……………………………………………
123
Daftar Pustaka ………………………………………………………………… Lampiran ………………………………………………………………………
commit to user xii
124
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Jenis dan tipe kerusakan pada bangunan gedung…........................
14
Tabel 2.2
Metode pemeriksaan non destruktif ………………….................
18
Tabel 2.3
Metode pemeriksaan destruktif…………………………..............
18
Tabel 2.4
Faktor koreksi untuk kombinasi kerusakan……………................
22
Tabel 2.5
Nilai perbandingan tingkat kepentingan elemen …….............
27
Tabel 2.6
Nilai random indeks……………………………………..............
30
Tabel 2.7
Perbandingan penelitian terdahulu dengan penulis………...........
34
Tabel 3.1
Kriteria awal yang digunakan untuk penentuan skala prioritas
41
Tabel 4.1
Kriteria pembobotan elemen dan komponen bangunan................
46
Tabel 4.2
Jenis kerusakan dan nilai pengurang komponen struktur...............
63
Tabel 4.3
Jenis kerusakan dan nilai pengurang komponen arsitektur............
66
Tabel 4.4
Jenis kerusakan dan nilai pengurang komponen utilitas................
68
Tabel 4.5
Faktor kombinasi jenis kerusakan ................................................
69
Tabel 4.6
Faktor kombinasi jenis kerusakan pada bangunan sekolah ..........
70
Tabel 4.7
Perhitungan indeks kondisi sub elemen komponen struktural……
75
Tabel 4.8
Perhitungan indeks kondisi elemen komponen struktural……......
76
Tabel 4.9
Perhitungan indeks kondisi sub komponen struktural ..................
76
Tabel 4.10
Perhitungan indeks kondisi sub elemen komponen arsitektural...
77
Tabel 4.11
Perhitungan indeks kondisi elemen komponen arsitektural …......
79
Tabel 4.12
Perhitungan indeks kondisi sub komponen arsitektural ...............
80
Tabel 4.13
Perhitungan indeks kondisi elemen komponen utilitas ................
81
Tabel 4.14
Perhitungan indeks kondisi sub komponen utilitas ……............
82
Tabel 4.15
Daftar indeks kondisi bangunan sekolah di Kecamatan Tigaraksa
83
Tabel 4.16
Bobot kriteria dan sub kriteria Penanganan Pemeliharaan Bangunan Sekolah .....................................................................
95
Tabel 4.17
Perhitungan nilai sekolah berdasarkan masing-masing kriteria
97
Tabel 4.18
Hasil perhitungan skala prioritas ............................................ commit to user Perhitungan harga satuan bangunan per m2 ...........................
98
Tabel 4.19
xiii
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.20
Perhitungan biaya rehabilitasi bangunan sekolah ....................
103
Tabel 4.21
Perhitungan Rekapitulasi biaya pemeliharaan bangunan sekolah
105
Tabel 4.22
Daftar sekolah yang direhabilitasi berdasarkan skenario pertama
106
Tabel 4.23
Daftar sekolah yang direhabilitasi berdasarkan skenario kedua
107
Tabel 4.24
Daftar sekolah yang direhabilitasi berdasarkan skenario ketiga dengan sumber dana APBD…………………………………….
Tabel 4.25
108
Daftar sekolah yang direhabilitasi berdasarkan skenario ketiga dengan sumber dana APBN/DAK………………………………
commit to user xiv
108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
Bagan alir pemeriksaan berkala pada bangunan gedung….…
17
Gambar 2.2
Skema perbandingan kriteria dan sub kriteria……………….
24
Gambar 2.3
Struktur hirarki dalam metode AHP………….......................
26
Gambar 2.4
Matriks perbandingan preferensi………..................................
28
Gambar 2.5
Struktur dasar sistem pendukung keputusan………………....
33
Gambar 3.1
Bagan alir sistem pendukung keputusan .................................
37
Gambar 3.2
Bagan alir penggunaan sistem pendukung keputusan ............
38
Gambar 4.1
Skema AHP bangunan gedung sekolah……………. .............
45
Gambar 4.2
Skema bangunan gedung sekolah………………. .................
54
Gambar 4.3
Bobot komponen gedung sekolah bertingkat dengan KM/WC.
58
Gambar 4.4
Bobot komponen gedung sekolah bertingakt tanpa KM/WC….
59
Gambar 4.5
Bobot komponen gedung sekolah tak bertingkat dengan KM/WC
60
Gambar 4.6
Bobot komponen gedung sekolah tak bertingkat tanpa KM/WC
61
Gambar 4.7
Denah dan tampak SDN Kadongdong ...................................…
74
Gambar 4.8
Photo kerusakan pada gedung SDN Kadongdong .............….
74
Gambar 4.9
Diagram alir sistem pendukung keputusan ……….................
112
Gambar 4.10 Diagram alir program sistem pendukung keputusan ...............
113
Gambar 4.11 Tampilan muka program sistem pendukung keputusan ..........
114
Gambar 4.12 Tampilan menu utama .............................................................
115
Gambar 4.13 Pemilihan jenis bangunan untuk perhitungan IKB ...................
116
Gambar 4.14 Hasil perhitungan indeks kondisi bangunan sekolah ..................
117
Gambar 4.15 Rekapitulasi hasil perhitungan indeks kondisi bangunan ..........
117
Gambar 4.16 Grafik kondisi bangunan sekolah di Kecamatan Tigaraksa ......
118
Gambar 4.17 Pengisian data untuk perhitungan bobot kriteria dan sub kriteria
119
Gambar 4.18 Hasil perhitungan bobot kriteria dan sub kriteria ....................
120
Gambar 4.19 Perhitungan nilai sekolah berdasarkan masing-masing kriteria
121
Gambar 4.20 Rekapitulasi hasil perhitungan masing-masing sekolah Gambar 4.21 Perhitungan biaya rehabilitasi bangunan sekolah ……..
121
commit to user xv
122
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Perhitungan bobot komponen/elemen Bangunan Sekolah ……
LA
Lampiran B Formulir survey kerusakan gedung sekolah.………..............
LB
Lampiran C Data Umum Sekolah....................................................……….
LC
Lampiran D Gambar eksisting dan photo dokumentasi ..................………
LD
Lampiran E Quisioner penentuan bobot kriteria dan sub kriteria …............
LE
Lampiran F
Quisioner penentuan bobot komponen bangunan sekolah .....
LF
Lampiran G Printout outpot program ..........................................................
LG
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR NOTASI
Simbol
Keterangan
λmaks
Eigenvalue maksimum
aij
Nilai matriks perbandingan berpasangan
Anxn
Matriks resiprokal
AHP
Analytical Hierarchy Process
BP
Biaya Pemeliharaan
Bt
Bobot total
C
Nilai kondisi komponen
CCI
Composite Condition Index
CI
Consistency Index
CR
Consistency Ratio
Dj
Kuantitas kerusakan
Hsb
Harga satuan pembangunan baru
IK
Indeks Kondisi
IKB
Indeks Kondisi Bangunan
IKE
Indeks Kondisi Elemen
IKK
Indeks Kondisi Komponen
IKSB
Indeks Kondisi Sub Bangunan
IKSE
Indeks Kondisi Sub Elemen
IKSK
Indeks Kondisi Sub Komponen
Kt
Koefisien tingkat
Lb
Luas bangunan
nKn
Nilai kriteria ke n
NP
Nilai pengurang
n
Jumlah komponen/elemen
RI
Random Index
Sj
Tingkat kerusakan elemen commit to user Tingkat kerusakan bagunan
Tkb
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
wi
Vektor matriks
W
Bobot komponen/elemen bangunan
Wi
Perkalian elemen matriks dalam satu baris
Xi
Eigenvector (bobot elemen)
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangunan gedung supaya dapat dihuni dengan layak selama umur layannya, harus memenuhi persyaratan teknis. Persyaratan teknis bangunan gedung bertujuan untuk menjamin terselenggaranya fungsi bangunan gedung yang aman, sehat, nyaman, efisien, seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya. Dalam perkembangan selama usia layannya, bangunan gedung mengalami pengurangan kemampuan layannya. Agar bangunan gedung dapat tetap berfungsi selama usia layannya, maka perlu dilakukan pemeliharaan dan perawatan secara intensif. Bangunan sekolah merupakan salah satu fasilitas publik yang mempunyai fungsi amat penting. Oleh karenanya bangunan sekolah ini perlu mendapatkan perhatian yang serius dalam hal pemeliharaan dan perawatannya. Pemerintah Kabupaten Tangerang setiap tahunnya telah menganggarkan dana yang cukup besar untuk pemeliharaan dan perawatan bangunan sekolah. Namun jumlah sekolah yang rusak dengan kemampuan keuangan daerah tidaklah seimbang, sehingga sampai saat ini belum semua sekolah yang rusak dapat diperbaiki. Berdasarkan data statistik dari Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, saat ini di Kabupaten Tangerang terdapat 3203 sekolah dari tingkat TK sampai dengan SLTA yang terdiri dari 1106 sekolah negeri dan 2097 sekolah swasta. Dengan jumlah sekolah yang begitu banyak dan anggaran yang terbatas, maka sampai saat inipun masih belum semua gedung sekolah dapat tertangani secara maksimal. Kondisi gedung sekolah di Kabupaten Tangerang pada saat ini berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, untuk bangunan sekolah dasar negeri dari 4867 ruang kelas yang ada, 3407 dalam kondisi baik, 476 dalam kondisi rusak berat dan 984 dalam kondisi rusak ringan, ini belum termasuk sekolah yang kebutuhan ruangnya belum terpenuhi karena dengan jumlah rombongan belajar yang commit to userrombongan belajar yang ada 7697 ada baru ada 4867 ruang yang tersedia dan jumlah
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rombongan belajar. Pada tingkat SLTP Kondisinya lebih baik yaitu dari 944 ruang kelas yang ada 852 dalam kondisi baik, 33 rusak berat dan 59 dalam kondisi rusak ringan. Pada tingkat SLTA dari 341 ruang kelas yang ada 313 dalam kondisi baik, 11 rusak berat dan 17 rusak ringan, sedangkan jumlah rombongan belajar yang ada yaitu 407 buah (Anonim,2009). Dalam proses penganggaran kegiatan rehabilitasi gedung sekolah di Kabupaten Tangerang, masih sering terdapat kekurang tepatan. Faktor-faktor yang menyebabkan kekurang tepatan penganggaran ini disebabkan oleh tidak adanya database kondisi sekolah yang akurat, dan belum adanya sistem yang komprehensif dalam penentuan skala prioritas penanganan pemeliharaan gedung sekolah. Selama ini penentuan skala priorits penanganan pemeliharaan bangunan sekolah hanya menitikberatkan pada kriteria tingkat kerusakan. Akibatnya sering terjadi kekurang tepatan dalam penentuan prioritas penanganan pemeliharaan bangunan sekolah. Ada sekolah-sekolah yang seharusnya lebih layak untuk mendapatkan pemeliharaan, tapi tidak mendapatkan pemeliharaan. Dalam kasus lain ada sekolah yang status tanahnya belum jelas tetapi mendapatkan rehabilitasi. Akibatnya dalam proses pembangunan fisik sering terjadi konflik dengan pihak-pihak yang mengklaim kepemilikan tanah sekolah. Dalam beberapa kasus proses rehabilitasi terhenti, karena sekolah kalah dalam sengketa kepemilikan lahan sekolah. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang standar prasarana dan sarana bangunan sekolah, sebenarnya telah dijelaskan syaratsyarat dari lahan dan bangunan sekolah, diantaranya persyaratan status tanah, status bangunan, persyaratan teknis bangunan sekolah dan lain-lain. Mengingat beberapa masalah diatas maka dilakukan penelitian untuk membuat sistem penilaian yang dapat membantu untuk menentukan skala prioritas penanganan pemeliharaan gedung sekolah di Kabupaten Tangerang. Diharapkan dengan adanya sebuah sistem ini, kegiatan penanganan infrastruktur bangunan sekolah di Kabupaten Tangerang menjadi lebih efisien, efektif dan tepat sasaran.
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
1.2
digilib.uns.ac.id
Rumusan Masalah : Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1.
Bagaimanakah model penilaian kondisi bangunan sekolah negeri di Kabupaten Tangerang ?
2.
Bagaimanakah kondisi bangunan sekolah negeri di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang ?
3.
Bagaimanakah
sistem pendukung keputusan untuk membantu penentuan
prioritas penanganan pemeliharaan bangunan sekolah Negeri di Kabupaten Tangerang ? 4.
Bagaimana urutan prioritas dan skenario penanganan pemeliharaan bangunan sekolah negeri di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang ?
1.3
Tujuan Penelitian
:
Tujuan dari penelitian ini, yaitu : 1.
Mendapatkan model penilaian kondisi bangunan
sekolah negeri di
Kabupaten Tangerang. 2.
Mendapatkan kondisi bangunan sekolah
negeri di Kecamatan Tigaraksa
Kabupaten Tangerang. 3.
Mendapatkan sebuah sistem pendukung penentuan prioritas penanganan pemeliharaan bangunan sekolah negeri di Kabupaten Tangerang.
4.
Mendapatkan urutan prioritas dan skenario penanganan pemeliharaan bangunan sekolah negeri di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang.
1.4 Manfaat Penelitian
:
Diharapkan dengan adanya sebuah sistem pendukung dalam penentuan skala prioritas penanganan pemeliharaan bangunan sekolah, kegiatan penanganan infrastruktur bangunan sekolah di Kabupaten Tangerang menjadi lebih efisien, efektif dan tepat sasaran sehingga secara tidak langsung dapat menunjang misi commit to user Kabupaten Tangerang yaitu membangun sumberdaya manusia melalui peningkatan
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mutu pendidikan diseluruh jenjang secara bertahap serta peningkatan derajat kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat serta peningkatan kesejehetraan sosial.
1.5 Batasan Penelitian Pada penelitian ini, dilakukan pembatasan masalah untuk memudahkan dan mencegah dari bias yaitu : 1.
Yang menjadi objek penelitian yaitu hanya bangunan ruang kelas dan kantor, bukan pada bangunan penunjang lainnya.
2.
Bangunan gedung yang diteliti dari tiap sekolah hanya diambil 1 unit, dipilih yang kondisinya paling rusak di komplek sekolah tersebut, mengacu kepada sistem penganggaran di Kabupaten Tangerang.
3.
Pembobotan komponen sekolah dilakukan berdasarkan penilaian peneliti dengan diskusi bersama orang yang ahli dan kompeten dibidang bangunan gedung.
4.
Desain kuisioner bersifat tertutup, tidak membuka kemungkinan adanya opini lain.
5.
Penilaian kondisi bangunan dilakukan dengan metode visual survey, beberapa elemen yang sulit diukur di prediksi berdasarkan kriteria yang ditentukan.
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1
Kajian Pustaka Bangunan sekolah selama umur layannya akan mengalami penurunan
kemampuan daya dukung. Penurunan kemampuan ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya faktor usia bangunan, pengaruh lingkungan setempat, faktor manusia, penggunaan material yang kurang bagus dan faktor bencana alam. Faktor manusia meliputi faktor perencanaan, pelaksanaan dan faktor pemeliharaan. Di negara-negara berkembang dimana penguasaan teknologi dan sumber daya manusia yang masih sangat terbatas, faktor kesalahan perencanaan masih sangat besar pengaruhnya dalam kegagalan bangunan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oyewande di Nigeria kegagalan bangunan disebabkan kesalahan perencanaan (50 %), kesalahan pelaksanaan (40 %) dan kegagalan akibat material yang jelek (10 %) (Oyewande dalam Ayininoula dan Olalusi, 2004). Penelitian terhadap beberapa bangunan tinggi di Jakarta menunjukan daya tahan dan kehandalan suatu gedung sangat ditentukan oleh faktor disain, pelaksanaan, dan lingkungan sekitar gedung yang mencapai bobot 80 persen, sedangkan faktor pemeliharaan bobotnya 20 persen (Rilatupa, 2008). Pada bangunan sekolah dasar, jenis kesalahan yang sering menyebabkan terjadinya kerusakan bangunan yang disebabkan faktor desain, yaitu kurang jelasnya spesifikasi material, kurang jelasnya gambar, kekurangsinkronan antara gambar arsitektur, struktur dan gambar Mekanikal Elektrikal (Hajji, 2009). Selain beberapa penyebab diatas, gempa merupakan salah satu penyebab terbesar terjadinya kerusakan bangunan, termasuk di dalamnya bangunan sekolah (Yustarini dkk, 2009). Masalah yang sering dihadapi dalam penanganan pemeliharaan adalah adanya keterbatasan anggaran, akibatnya pemeliharaan dan perawatannya harus dilakukan commit to user secara bertahap. Proses pemilihan sekolah mana yang menjadi prioritas utama sering
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjadi kendala tersendiri. Hal ini disebabkan ada banyak kriteria yang menentukan dalam pemilihan prioritas penanganan pemeliharaan. Salah satu metode yang banyak digunakan untuk menentukan skala prioritas dengan multikriteria adalah metode Analytic
Hierarchy Process (AHP) yang
dikembangkan oleh Thomas L Saaty. AHP adalah teori pengukuran melalui perbandingan berpasangan dan bergantung pada penilaian para pakar untuk mendapatkan skala prioritas. Dalam metode AHP untuk pengambilan keputusan yang perlu diketahui adalah
masalah, kebutuhan dan tujuan keputusan, kriteria
keputusan, subkriteria, stakeholder, kelompok-kelompok yang terkena dampak dan alternatif-alternatif yang diambil (Saaty, 2008). Beberapa penelitian tentang penentuan prioritas pemeliharaan bangunan gedung pernah dilakukan. Darmawan (2005) melakukan penelitian tentang penentuan skala prioritas dalam pengelolaan sarana dan prasarana gedung perkantoran pemerintahan Kabupaten Tenggamus, metode AHP
digunakan
menghitung bobot fungsionalnya. Penentuan prioritas berdasarkan
kondisi
bangunan. Untuk menilai kondisi bangunan dilakukan dengan menghitung nilai indeks kondisi bangunan yang merupakan penggabungan dua atau lebih nilai kondisi dikalikan dengan bobotnya (Composite Condition Index). Hasil penelitian menunjukan
prioritas penanganan
bangunan yaitu
Dinas Permukiman dan
Prasarana Daerah 88,72 %; Dinas Perhubungan 89,8 %; Badan Pendidikan dan Pelatihan 91,69 %; Badan Perencanaan Daerah 95,29 % dan Badan Pengawasan Daerah 97,38 %. Seputro (2008) meneliti tentang sistem untuk menentukan prioritas rehabilitasi bangunan
sekolah SMPN I Pakem Yogyakarta. Sistem pengambilan
keputusan untuk menentukan prioritas rehabilitasi menggunakan metode
AHP.
Kriteria yang menjadi acuan yaitu indeks kondisi bangunan dan besarnya biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan bangunan agar kembali ke kondisi semula. Indeks kondisi bangunan menggambarkan kondisi bangunan pada saat penelitian, angka 100 menunjukan bangunan dalam kondisi baik sekali dan angka 0 menunjukan bangunan dalam keadaan runtuh. Hasil penelitian menunjukan prioritas penanganan berdasarkan kerusakan yaitu kelas VIII A, ruang pantri, KM/WC, ruang kelas VII C, commit to user ruang kelas VIIB. Prioritas penanganan berdasarkan indeks kerusakan dan biaya 6
perpustakaan.uns.ac.id
pemeliharaan didapat prioritas penanganan yaitu
digilib.uns.ac.id
ruang kelas VIII A, ruang
laboratorium IPA, ruang kelas III A, ruang kelas III C dan ruang kelas VIII B. Suparjo dkk (2009) melakukan penelitian terhadap gedung Akademi Perawatan
Panti Rapih pasca gempa. Perhitungan tingkat kerusakan
bangunan
menggunakan metode indeks kondisi bangunan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi bangunan gedung Akademi Keperawatan Panti Rapih yaitu 93,5 % dan besarnya biaya yang diperlukan untuk perbaikan sebesar Rp. 73.160.000,00. Sutikno (2009) telah mengembangkan sistem untuk penentuan skala prioritas pemeliharaan bangunan SMKN I Singkawang. Metode yang digunakan yaitu Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk menghitung bobot fungsionalnya. Untuk menilai kondisi bangunan digunakan metode Composite Condition Index. Biaya pemeliharaan dihitung sesuai prosedur Standar Nasional Indonesia (SNI). Berdasarkan hasil penelitian tiga urutan pertama prioritas pemeliharaan pada kelompok ruang belajar dari 22 (dua puluh dua) ruang yang ada, yaitu bengkel elektronik, bengkel bangunan dan bengkel mesin. Prioritas pemeliharaan pada kelompok ruang penunjang dari 14 (empat belas) ruang yang ada berturut-turut dari pertama sampai dengan ketiga, yaitu ruang KM/WC, ruang gudang dan ruang selasar. Prioritas pemeliharaan pada kelompok ruang kantor dari 4 (empat) ruang yang ada berturut-turut dari pertama sampai dengan ketiga, yaitu ruang dewan guru, ruang tata usaha dan ruang kepala sekolah dan wakil kepala sekolah. Sibali dkk (2009) melakukan penelitian penentuan skala prioritas penanganan jalan di Kecamatan Mandonga Kota Kendari. Perhitungan bobot kriteria dengan menggunakan metode AHP, didapat bobot masing-masing yaitu pemerataan aksesibilitas (21,12 %); pengembangan wilayah (21,48 %); pengembangan sector ekonomi (18,06 %); aspek biaya (10,79 %); dampak lingkungan (16,64 %) dan kerusakan jalan (11,92 %). Dari masing-masing kriteria ditentukan sub kriterianya dan dihitung bobot masing-masing bobot sub kriteria. Penilaian bobot total untuk masing-masing jalan disesuaikan dengan bobot global dari masing-masing sub kriteria. Dari hasil penelitian didapat 5 besar bobot kinerja jalan dari 20 jalan yang diteliti yaitu Jalan Balai Kota (0,3655); Jalan Abunawas (0,3655); Jalan Tebaununggu (0,3778); Jalan Made Sabara (0,3775) dan Jalan Malik Raya (0,3766). commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Metode AHP juga telah digunakan oleh Fakhroji (2009) untuk menentukan skala prioritas penanganan pemeliharaan bangunan gedung sekolah dasar negeri di Kabupaten Tabalong. Hasil penelitian menunjukan bahwa kriteria dan bobot kriteria penentuan prioritas pemeliharaan bangunan gedung SDN adalah kriteria tingkat kerusakan bangunan (0,334), jumlah siswa (0,267), umur bangunan (0,206), lokasi bangunan (0,114) dan angka partisipasi murni (0,079). Urutan prioritas sepuluh besar pemeliharaan bangunan gedung SDN adalah SDN Masukau, SDN 2 Belimbing, SDN Kapar Hulu, SDN 2 Sulingan, SDN 4 Belimbing Raya, SDN Mabu’un, SDN 1 Sulingan, SDN 2 Kapar, SDN Kasiau Raya dan SDN 4 Belimbing. Hal yang luput dimasukan untuk menjadi kriteria dalam penelitian yang dilakukan oleh Fakhroji, adalah faktor legalitas status sekolah, legalitas bangunan sekolah apakah sudah memiliki IMB atau belum. Padahal kedua hal ini sudah diharuskan dalam Permendiknas No 24 Tahun 2007 tentang standar prasarana dan sarana bangunan sekolah. Dalam penelitian ini, akan dimasukan kriteria status tanah, kepemilikan IMB, dan kriteria rasio antara jumlah rombongan belajar dengan jumlah ruang kelas yang ada.
2.2
Landasan Teori
2.2.1 Bangunan Gedung Sekolah Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus (Anonim, 2002). Bangunan gedung sekolah adalah gedung yang sebagian atau seluruhnya berada di atas lahan, yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan pembelajaran pada pendidikan formal (Anonim, 2007 b). Bangunan gedung sekolah harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu agar layak untuk digunakan dalam mendukung kegiatan belajar dan mengajar. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk commit to user Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menenegah Pertama/Madrasah 8
perpustakaan.uns.ac.id
Tsanawiyah, Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
digilib.uns.ac.id
telah ditentukan
bahwasanya bangunan gedung sekolah harus memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan keamanan (Anonim, 2007 b). Seiring dengan bertambahnya usia bangunan dan pengaruh lingkungan di sekitarnya, maka kinerja dari gedung tersebut akan semakin menurun. Selain faktor umur bangunan banyak faktor lain yang menyebabkan berkurangnya kemampuan layan bangunan. Beberapa penelitian telah dilakukan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan kualitas bangunan. Kerusakan yang terjadi pada gedung dapat disebabkan oleh perencanaan yang salah, kesalahan pabrikasi, kesalahan pada proses konstruksi dan sebagian kecil disebabkan oleh ketidaktepatan pengoperasian dan kurangnya pemeliharaan (David dkk, dalam Ratay, 2005). Adapun faktor pelaksanaan, yang menyebabkan jeleknya mutu bangunan dapat disebabkan oleh buruknya mutu sumber daya manusia yang ada, rendahnya kualitas material yang digunakan, rendahnya standar kualitas konstruksi, lokasi proyek yang kurang tepat, pengawasan yang tidak cukup, persiapan yang kurang, tidak tepatnya penyimpanan dan penanganan material, kekurang tepatan methoda konstruksi yang dipakai, kurangnya perlindungan terhadap faktor matahari dan hujan, adanya kelemahan koordinasi antara pihak pengawas, kontraktor dan sub kontraktor (Watt, 1999). Kerusakan yang terjadi pada bangunan gedung selain disebabkan oleh faktor– faktor diatas, sering juga disebabkan oleh gempa dan faktor biologi. Sebagai negara tropis yang memiliki kelembaban udara yang tinggi, Indonesia sangat cocok untuk berkembangbiaknya makhluk hidup yang dapat merusak bangunan gedung. Bahan bangunan yang sering diserang terutama yang berbahan kayu. Makhluk hidup yang sering merusak kayu adalah jamur pembusuk, rayap, serangga bubuk serta cacing laut penggerek kayu (Suranto,2002). 2.2.2 Standar Bangunan Sekolah Kementerian Pendidikan Nasianal telah mengatur standar sarana dan prasarana sekolah dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang standar prasarana dan sarana bangunan sekolah. Standar ini mencakup commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
persyaratan kebutuhan ruang, persyaratan
lahan sekolah, persyaratan bangunan
gedung sekolah dan lain-lain. 2.2.2.1
Standar Ruang Minimal Sebuah sekolah dasar
sekurang-kurangnya haarus memiliki prasarana
sebagai berikut : ruang kelas, ruang perpustakaan, laboratorium IPA, ruang pimpinan, ruang guru, tempat beribadah, ruang UKS, jamban, gudang, ruang sirkulasi, tempat bermain/berolahraga. Sebuah sekolah menengah pertama sekurangkurangnya harus memiliki prasarana sebagai berikut: ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium ilmu pengetahuan alam, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang konseling, ruang unit kesehatan sekolah, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi, tempat bermain/berolahraga. Sebuah sekolah menengah atas sekurang-kurangnya harus memiliki prasarana sebagai berikut:
ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium biologi, ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi, tempat bermain/berolahraga (Anonim, 2007b). 2.2.2.2
Persyaratan Lahan dan Bangunan Sekolah Lahan sekolah dan bangunan sekolah mempunyai beberapa persyaratan agar
layak huni. A. Lahan Sekolah Lahan sekolah
harus sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam
peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota atau rencana lain yang lebih rinci dan mengikat, dan mendapat izin pemanfaatan tanah dari pemerintah daerah setempat. Lahan memiliki status hak atas tanah, dan/atau memiliki izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk jangka waktu minimum 20 tahun (Anonim, 2007 b). commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Bangunan Sekolah Ada beberapa persyaratan bangunan yang harus dipenuhi, yaitu : 1.
Persyaratan tata bangunan Bangunan gedung untuk satuan pendidikan SD memenuhi ketentuan tata bangunan yang terdiri dari: koefisien dasar bangunan maksimum 30 %, koefisien lantai bangunan dan ketinggian maksimum bangunan gedung yang ditetapkan dalam peraturan daerah, jarak bebas bangunan gedung yang meliputi garis sempadan bangunan gedung dengan as jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan kereta api, dan/atau jaringan tegangan tinggi, jarak antara bangunan gedung dengan batas-batas persil, dan jarak antara as jalan dan pagar halaman yang ditetapkan dalam peraturan daerah.
2.
Persyaratan keselamatan. Bangunan gedung memenuhi persyaratan keselamatan berikut : a. Memiliki struktur yang stabil dan kokoh sampai dengan kondisi pembebanan maksimum dalam mendukung beban muatan hidup dan beban muatan mati, serta untuk daerah/zona tertentu kemampuan untuk menahan gempa dan kekuatan alam lainnya. b. Dilengkapi sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif untuk mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan petir.
3.
Persyaratan kesehatan Bangunan gedung memenuhi persyaratan kesehatan berikut. a. Mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi udara dan pencahayaan yang memadai. b. Memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan gedung untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan tempat sampah, serta penyaluran air hujan. c. Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan gedung dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
4.
Persyaratan aksesibilitas. Bangunan gedung menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat. commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id
5.
digilib.uns.ac.id
Persyaratan kenyamanan Bangunan gedung memenuhi persyaratan kenyamanan berikut : a. Bangunan gedung mampu meredam getaran dan kebisingan yang mengganggu kegiatan pembelajaran. b. Setiap ruangan memiliki temperatur dan kelembaban yang tidak melebihi kondisi di luar ruangan. c. Setiap ruangan dilengkapi dengan lampu penerangan.
6.
Persyaratan sistem keamanan Bangunan gedung dilengkapi sistem keamanan berikut. a. Peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi jika terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya. b. Akses evakuasi yang dapat dicapai dengan mudah dan dilengkapi penunjuk arah yang jelas.
7.
Persyaratan daya listrik Bangunan gedung dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 900 watt.
8.
Persyaratan perizinan bangunan Bangunan gedung dilengkapi izin mendirikan bangunan dan izin penggunaan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
9.
Persyaratan rasio jumlah ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar Jumlah ruang kelas minimal sama dengan jumlah ruang kelas.
2.2.3
Kerusakan Bangunan Gedung Kerusakan bangunan adalah tidak berfungsinya bangunan atau komponen
bangunan akibat penyusutan/berakhirnya umur bangunan, atau akibat ulah manusia atau perilaku alam seperti beban fungsi yang berlebih, kebakaran, gempa bumi, atau sebab lain yang sejenis (Anonim, 2007). Menurut undang-undang nomor 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung, intensitas kerusakan bangunan dapat digolongkan atas tiga tingkat kerusakan, yaitu: a. Kerusakan ringan Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama pada komponen non-struktural, commit to user seperti penutup atap, langit-langit, penutup lantai dan dinding pengisi. 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Kerusakan sedang Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian komponen non struktural, dan atau komponen struktural seperti struktur atap, lantai, dll. c. Kerusakan berat Kerusakan berat adalah kerusakan pada sebagian besar komponen bangunan, baik struktural maupun non-struktural yang apabila setelah diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. 2.2.3.1
Penyebab Kerusakan Bangunan Menurut Rahmadi (2010), kerusakan bangunan dapat disebabkan oleh :
1.
Faktor
umur
bangunan,
deteriorasi
mutu
bahan
bangunan
akibat
creep/shrinkage, fatique, radiasi sinar matahari dan korosi, 2.
Faktor kondisi tanah dan air, differential settlement pada pondasi, up lift pada lantai basemen,
3.
Faktor angin,
4.
Faktor gempa bumi, tsunami,
5.
Faktor tanah longsor, tanah longsor sebagai akibat dari banjir, curah hujan tinggi dan erosi tanah,
6.
Faktor petir,
7.
Faktor kualitas bahan bangunan,
8.
Faktor kualitas perencanaan,
9.
Faktor kualitas pelaksanaan,
10.
Faktor alih fungsi bangunan,
11.
Faktor kebakaran. Pada kenyataannya kerusakan yang terjadi pada bangunan biasanya tidak
hanya terjadi disebabkan oleh satu sebab saja, melainkan gabungan dari beberapa penyebab. Misalkan ketika terjadi gempa bumi, kerusakan yang terjadi bisa akibat gempa bumi itu sendiri dan akibat kebakaran yang terjadi pada bangunan. Dalam kasus lain, sering kerusakan pada bangunan terjadi akibat kesalahan pada perencanaan dan pelaksanaan sekaligus. commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id
2.2.3.2
digilib.uns.ac.id
Jenis dan Tipe Kerusakan Bangunan Gedung Kerusakan yang terjadi pada bangunan gedung, secara umum terbagi menjadi
kerusakan pada komponen arsitektur, komponen struktur, dan komponen mekanikal elektrikal. Jenis dan tipe kerusakan yang terjadi pada gedung sangat dipengaruhi oleh penyebabnya. Menurut Amri (2005), jenis kerusakan yang sering terjadi pada bangunan adalah sebagaimana dalam Tabel 2.1 : Tabel 2.1 Jenis dan tipe kerusakan pada bangunan gedung (Amri, 2005) I.KOMPONEN ARSITEKTUR NAMA KOMPONEN Atap Genteng
BAHAN-BAHAN
TIPE KERUSAKAN
Bubungan Atap
genteng keramik, genteng beton, genteng logam, genteng kaca. seng, alumunium, serat, logam ringan seng, asbes, genteng, polycarbonate
retak, pecah, bocor, rembesan, karat. pecah, karat, retak, lapuk, patah. pecah, patah, lapuk, sobek
Talang dan Jurai
Seng lembaran, polimer
lapuk, karat, bocor, sobek.
Penutup Lantai
plesteran, beton tumbuk, ubin PC, teraso, keramik, marmer, vynil, parket, papan, plywood Plesteran, keramik, marmer, granit, wall paper Bahan organik, asbes, plywood, gypsum, GRC, lembar alumunium, akustik
Atap Lembaran
melendut, retak, terlepas, aus, busuk, bocor, serangan serangga Penutup Dinding retakan, terlepas, sobek, noda kotor Penutup Plapon Terlepas, lendut, gelombang, retak, pecah, busuk, hancur, berubah warna, hancur, luntur. Kusen kayu, alumunium, baja, PVC, beton busuk, bubuk, sobek, lepas, karat, retak. Daun kayu, alumunium, polimer, seng, ukuran berkurang , busuk, pintu/jendela baja karat, lepas/macetnya engsel & kunci Kunci dan besi, baja, logam campuran, karat, sulit dikunci, copot, Gantungan kuningan pecah Pekerjaan Kaca kaca biasa, kaca warna, kaca es, pecah, retak, getar kaca seni Pengecatan kapur padam, cat emulsi, cat retak rambut, mengelupas, acrylic, cat minyak belang-belang Rabat beton semen, pasir, kerikil amblas, retak, hancur
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.1 Jenis dan tipe kerusakan pada bangunan gedung (lanjutan) II.KOMPONEN STRUKTUR NAMA KOMPONEN Pondasi
BAHAN-BAHAN
TIPE KERUSAKAN
Sloof
beton, pasangan batu, pasangan pecah, penurunan, tergerus, bata patah Beton bertulang patah, retak
Kuda-kuda kayu
kayu, pelat baja
lendutan pada rangka atap, patah, lendutan pada gording dan kaso, lapuk Kuda-kuda baja WF, baja siku, kanal, baja ringan, lendutan rangka atap, baja pipa bulat lendutan pada gording dan kaso, karat, terpuntir, retak/pecah pada sambungan, trekstang tidak sempurna Rangka langit- kayu, baja, alumunium lendutan, patah, lapuk, langit bergelombang, terjatuh, serangan serangga. Dinding pemikul pasangan bata merah, batako, beton retak, melendut, runtuh beban ringan Dinding pengisi pasangan bata, panel pracetak, retak, melendut kayu , batako, gypsum, GRC, teakwood Lantai kayu, beton, panel pracetak melendut, retak, spalling, busuk, karat pada tulangan Balok Beton bertulang keropos, retak, lendut, pengelupasan, patah Pondasi Sloof
beton, pasangan batu, pasangan pecah, penurunan, tergerus, bata patah Beton bertulang patah, retak
Kolom
Beton bertulang
retak, patah, keropos, pengelupasan, lapuk, patah pada joint, runtuh
III.PEKERJAAN UTILITAS NAMA BAHAN-BAHAN KOMPONEN Saluran air kotor keramik, beton, logam, PVC dan air hujan Saluran air bersih Pipa PVC, keran air, pompa air, bak air, tanki air Pekerjaan Listrik kabel, pipa, armature
TIPE KERUSAKAN bau, pecah, bocor, tersumbat, karat pecah, bocor, pudar,tersumbat, karat terkelupas, terbakar, pecah
commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
2.2.3.3
digilib.uns.ac.id
Survei Kondisi Bangunan Sekolah Kegiatan survei/pemeriksaan kondisi bangunan
perlu dilakukan dengan
tujuan agar kegiatan pemeliharaan terhadap bangunan dapat berjalan secara efisien dan efektip. Pada prinsifnya pemeriksaan pada bangunan bisa digolongkan menjadi tiga macam, yaitu pemeriksaan untuk pendataan asset, pemeriksaan rutin/berkala, dan pemeriksaan khusus. Pemeriksaan pendataan asset dilakukan guna mendaftarkan gedung baru untuk dilaporkan dalam rangka tertib administrasi asset bangunan gedung negara. Pemeriksaan berkala adalah kegiatan pemeriksaan keandalan seluruh atau sebagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarananya dalam tenggang waktu tertentu guna menyatakan kelaikan fungsi bangunan gedung (Anonim, 2002). Pemeriksaan rutin/berkala yang dilakukan secara berkala terhadap bangunan dapat memberikan informasi tentang kerusakan yang terjadi pada bangunan sejak dini, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan. Dengan adanya penanganan kerusakan sejak awal dapat mencegah terjadinya peningkatan volume kerusakan, sehingga dapat mengefisienkan biaya pemeliharaan. Apabila ada hal khusus yang terjadi pada bangunan, seperti terjadi kebakaran, ada gempa bumi atau yang lainnya dapat dilakukan pemeriksaan khusus. Pada pemeriksaan khusus pada bangunan, biasanya untuk mendapatkan kondisi bangunan yang akurat. Pada pemeriksaan khusus dilakukan penyelidikan disertai dengan penelitian
mendetail dengan bantuan alat-alat tertentu atau penelitian lanjut di
laboratorium. Alur kegiatan survei pada bangunan gedung ditunjukan dalam Gambar 2.1
commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.1 Pemeriksaan berkala pada bangunan (Anonim,1999)
Pemeriksaan bangunan gedung secara umum dapat dilakukan dengan dua cara yaitu Pemeriksaan dengan cara tidak merusak (Non destructive test) dan Pemeriksaan dengan cara merusak (Destructive test) 1.
Pemeriksaan dengan cara tidak merusak (Non destructive test) Pada pemeriksan ini, alat bantu yang digunakan tidak sampai merusak
komponen bangunan yang ada. Jenis-jenis pemeriksaan yang tidak merusak sebagaimana dalam Tabel 2.2: commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2.2 NO
Metode pemeriksaan non destruktif (Amri, 2005) METODE
Pemeriksaan Visual 1 2 3
4 5 6 7 8 9 10 11 12
2.
digilib.uns.ac.id
PENGGUNAAN Pengamatan pola retak, pengelupasan, scalling, korosi, atau cacat pelaksanaan.
Pemeriksaan dengan alat radiograpi
Mendeteksi kemungkinan timbulnya retakan atau mutu pengelasan pada bangunan baja. Pemeriksaan dengan dial gauge atau Pemeriksaan regangan dan lendutan pada peralatan pengukur regangan khusus bangunan baja. (electrical strain gauge) Pemeriksan dengan alat Portabel Pengukuran tingkat korosi pada baja tulangan Corrosion meter didalam beton Pengujian dengan palu beton Pengukuran mutu kuat tekan beton. (Schmid’s hammer test) Pengujian dengan alat penetrasi Pengukuran mutu kuat tekan beton Windsor probe Pengujian dengan alat ultrasonic Mengetahui mutu beton dan prediksi adanya pulse velocity test retakan dan kedalaman retakan. Pengujian dengan impact echo Menentukan berbagai kerusakan dalam elemen beton seperti retak, rongga. Pemeriksaan dengan R bar meter Untuk mengetahui kedalaman posisi tulangan dan jarak antar tulangan. Pemeriksaan dengan radio aktif Mencari kebocoran pada beton Pengukuran dengan theodolite dan Untuk mengukur kemiringan atau penurunan water pass bangunan eksisting. Pengukuran dengan covermeter Menentukan tulangan tertanam, mengukur kedalaman selimut beton, dan memperkirakan diameter tulangan.
Pemeriksaan Destruktif Pengujian destruktif dilakukan dengan mengambil sebagian komponen
bangunan, misalkan komponen beton atau baja tulangan. Kemudian komponen ini diperiksa secara lebih teliti dengan bantuan alat di laboratorium. Metode pengujian destruktip diantaranya sebagaimana dalam Tabel 2.3 : Tabel 2.3 Pemeriksaan destruktif (Amri, 2005) NO 1 2 3
METODE
PENGGUNAAN
Pengujian tensile strength test pada Mengetahui kuat tarik baja. baja Pemeriksaan dengan alat Menngetahui mutu kuat tekan beton eksisting, radiograpi modulus elastisitas Pemeriksaan dengan larutan Pemeriksaan laju karbonasi pada beton yang commit to user Phenol Phetalin terbakar
18
perpustakaan.uns.ac.id
2.2.4
digilib.uns.ac.id
Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung Bangunan gedung selama umur layannya supaya tetap dapat berfungsi dengan
baik harus dilakukan pemeliharaan dan perawatan, baik rutin maupun berkala. Kegiatan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung merupakan bagian mutlak dari pemanfaatan bangunan gedung. 2.2.4.1 Jenis Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung, kegiatan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung dikatagorikan menjadi : A.
Pemeliharaan bangunan gedung Pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan menjaga keandalan
bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar bangunan gedung selalu laik fungsi
(preventive
maintenance).
Pekerjaan
permeliharaan
meliputi
jenis
pembersihan, perapihan, pemeriksaan, pengujian, perbaikan dan/atau penggantian bahan atau perlengkapan bangunan gedung, dan kegiatan sejenis lainnya berdasarkan pedoman pengoperasian dan pemeliharaan bangunan gedung. B.
Perawatan bangunan gedung Perawatan bangunan gedung adalah kegiatan memperbaiki dan/atau
mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap laik fungsi (currative maintenance). Pekerjaan perawatan meliputi perbaikan dan/atau penggantian bagian bangunan, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana berdasarkan dokumen rencana teknis perawatan bangunan gedung, dengan mempertimbangkan dokumen pelaksanaan konstruksi. Pekerjaan perawatan bangunan gedung dikategorikan menjadi : 1. Rehabilitasi
Memperbaiki bangunan yang telah rusak sebagian dengan maksud menggunakan sesuai dengan fungsi tertentu yang tetap, baik arsitektur maupun struktur commit to user
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bangunan gedung tetap dipertahankan seperti semula, sedang utilitas dapat berubah. 2. Renovasi
Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud menggunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah, baik arsitektur, struktur maupun utilitas bangunannya. 3. Restorasi Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud menggunakan untuk fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah dengan tetap mempertahankan arsitektur bangunannya sedangkan struktur dan utilitas bangunannya dapat berubah. 2.2.4.2
Biaya Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Sekolah Besarnya biaya pemeliharaan bangunan gedung negara maksimal sebesar 2 %
tiap tahunnya. Biaya perawatan bangunan disesuaikan dengan tingkat kerusakannya, yang ditentukan sebagai berikut: 1.
Perawatan tingkat kerusakan ringan, biayanya maksimum adalah sebesar 30% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama;
2.
Perawatan tingkat kerusakan sedang, biayanya maksimum adalah sebesar 45% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama;
3.
Perawatan tingkat kerusakan berat, biayanya maksimum adalah sebesar 65% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama. Pembiayaan pemeliharaan bangunan gedung sekolah mengacu kepada harga
satuan pembangunan gedung per-m2 yang dikeluarkan oleh bupati/walikota. Untuk pekerjaan pemeliharaan perhitungan biaya, harga satuan per-m2 dikalikan dengan tingkat kerusakan bangunan gedung. Perhitungan harga satuan bangunan per-m2 mengacu kepada formula yang telah dibuat oleh Dirjen Cipta Karya Departemen commit to user Pekerjaan Umum. Unsur-unsur
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang menentukan harga satuan bangunan yaitu faktor fisik dan non fisik. Faktor fisik meliputi biaya bahan bangunan dan biaya upah dan biaya peralatan. Sedangkan biaya non fisik berupa biaya keuntungan kontraktor sebesar 10 %, pajak penghasilan 2%, pajak pertambahan nilai 10 %, asuransi sebesar 3,8 %, biaya perizinan IMB dan sertifikat laik fungsi sebesar 1,5 %, tingkat inflasi harga bahan 5 % dan kesehatan dan keselamatan kerja sebesar 1 %. Harga satuan bangunan gedung per-m2 didapat dengan memasukan hargaharga bahan bangunan dan harga upah kerja kedalam formula. Harga bahan bangunan didapat dari survey pada bebarapa toko bahan bangunan dan diambil rataratanya, sedangkan harga upah kerja diambil dari survei ke kontraktor-kontraktor dan diambil harga rata-ratanya. Pembiayaan pemeliharaan bangunan didapat dengan perhitungan sebagai berikut : Bp = Lb * Tk * Kt * Hsb dengan :
2.2.5
Bp Lb Hsb Tk Kt
(2.1)
= Biaya pemeliharaan, = Luas Bangunan, = Harga Satuan Pembangunan Baru, = Tingkat/besar kerusakan, = Koefisien Tingkat.
Penentuan Nilai Kondisi Bangunan. Untuk menilai kondisi bangunan pada suatu waktu dapat dilakukan dengan
menetapkan nilai indeks kondisi bangunan yang merupakan penggabungan dua atau lebih nilai kondisi komponen yang dikalikan dengan bobot komponen masingmasing. Menurut Hudson dalam Suparjo (2009), indeks kondisi gabungan (Composite Condition Index) dirumuskan dalam Persamaan 2.2 : CCI= W1 * C1 + W2 * C2 + W3 * C3 +……………+Wn*Cn
(2.2)
Atau dapat dituliskan : CCI = ∑Öw (ǢƅȖðƅ)
(2.3)
dengan :
CCI W C I N
= Indeks Kondisi Gabungan, = Bobot Komponen, = Nilai Kondisi Komponen, = 1 = Komponen ke – to 1 (satu), commit user = Banyaknya Komponen. 21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nilai indeks kondisi ini mempunyai skala antara 0 (nol) hingga 100 (seratus), yang menggambarkan tingkat kondisi bangunan. Indeks kondisi bernilai nol berarti bangunan sudah tidak berfungsi dan seratus untuk bangunan yang masih dalam kondisi baik sekali. Menurut Hudson dalam Sutikno (2009) langkah perhitungan indeks kondisi bangunan sebagai berikut : 1. Tahap I : Indeks kondisi sub elemen ( IKSE ) Untuk menghitung hilai IKSE, menggunakan Persamaan 2.4 : p
IKSE =
100 - å i =1
dengan : α P M F(t,d)
m
å a (Tj , Sj , Dij )* F (t , d )
(2.4)
j =1
= nilai pengurang, = jumlah jenis kerusakan untuk kelompok sub elemen yang ditinjau, = jumlah tingkat kerusakan untuk jenis kerusakan, = faktor koreksi untuk kerusakan berganda yang berbeda.
Dalam menghitung IKSE dengan rumus diatas, nilai seratus diatas merupakan nilai maksimum. Nilai pengurang besarnya antara 0 (nol) sampai dengan seratus (100) tergantung pada jenis kerusakan (Tj), tingkat kerusakan (Sj), dan kuantitas kerusakan ( Dij). Karena setiap jenis kerusakan mempunyai nilai pengurang maksimum
seratus, maka sub elemen yang mengalami lebih dari satu jenis
kerusakan, nilai pengurang dari kombinasi kerusakan harus dikoreksi agar total nilai pengurang tidak lebih dari seratus. Jumlah faktor koreksi untuk setiap kombinasi kerusakan adalah satu, seperti yang diformulasikan oleh Uzarski (Darmawan, 2005), sebagaimana dalam Tabel 2.4 Tabel 2.4 Faktor koreksi untuk kombinasi kerusakan yang lebih dari satu (Darmawan, 2005). Nomor 1
2
Jumlah Kombinasi Kerusakan 2
3
Prioritas Bahaya Kerusakan I
Faktor Koreksi F (t,d) 0,8 - 0,7- 0,6
I
0,5 - 0,6
II
0,3 - 0,4
III
0,1 - 0,2
commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk semua jenis kerusakan pada satu sub elemen, maksimum jumlah perkalian antara nilai pengurang dengan faktor koreksi adalah seratus. Nilai IKSE yang dihasilkan berkisar antara 0 (nol) sampai dengan 100 (seratus. Pada sub elemen yang masih dalam kondisi baik (tanpa kerusakan) diberikan nilai pengurang sama dengan 0 (nol) sehingga memperoleh nilai IKSE sama dengan 100 (seratus). 2.
Tahap II: Indeks Kondisi Elemen (IKE) IKE = IKSE1*BSE1 + IKSE2*BSE2 +………….+ IKSEr*BSEr dengan :
3.
IKE IKSE BSE r
= Indeks Kondisi Elemen, = Indeks Kondisi Sub Elemen, = Bobot Fungsional Sub Elemen, = Banyaknya sub elemen.
Tahap III : Indeks Kondisi Sub Komponen (IKSK) IKSK = IKSK1*BSK1 + IKSK2*BSK2 +………….+ IKSKs*BSKs dengan :
4.
IKSK IKE BE s
(2.6)
= Indeks Kondisi Sub Komponen, = Indeks Kondisi Elemen, = Bobot Fungsional Elemen, = Banyaknya elemen.
Tahap IV : Indeks Kondisi Komponen (IKK) IKK = IKSK1*BSK1 + IKSK2*BSK2 +………….+ IKSKt*BSKt dengan :
5.
(2.5)
IKK IKSK BSK t
(2.7)
= Indeks Kondisi Komponen, = Indeks Kondisi Sub Komponen, = Bobot Fungsional Sub Komponen, = Banyaknya sub Komponen.
Tahap VI : Indeks Kondisi Bangunan (IKB) IKB = IKK1*BK1 + IKK2*BK2 +………….+ IKKV*BKV dengan :
IKB IKK BK v
(2.8)
= Indeks Kondisi Bangunan, = Indeks Kondisi Komponen, = Bobot Fungsional Komponen, = Banyaknya Komponen.
Kerusakan yang terjadi pada satu komponen/elemen akan menyumbangkan penurunan nilai pada komponen/elemen tersebut yang yang akhirnya akan mengurangi nilai indeks kondisi keseluruhan bangunan. Nilai indeks kondisi ini mempunyai skala 0 (nol) hingga 100 (seratus) yang menggambarkan tingkat kondisi bangunan. Penetapan nilai pengurangcommit (NP) akibat to userkerusakan yang terjadi pada setiap
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
komponen/elemen berdasarkan Tabel 2.6 sampai dengan Tabel 2.8. Besarnya nilai pengurang untuk setiap jenis kerusakan tergantung persentase volume kerusakan yaitu volume kerusakan bangunan dibandingkan dengan volume eksisting bangunan. Volume kerusakan dibagi dalam empat tingkat interval intensitas kerusakan yaitu: 1) Kerusakan ringan (>0% - < 15%), dengan NP = 25 (dua puluh lima). 2) Kerusakan sedang (>15% - 35%), dengan NP = 50 (lima puluh). 3) Kerusakan berat (>35% - 65%), dengan NP = 75 (tujuh puluh lima). 4) Kerusakan tidak laik fungsi (>65%), dengan NP = 100 (seratus). Sedangkan, bila tanpa kerusakan (0%), maka NP = 0 (nol) yang menunjukkan kondisi bangunan dalam keadaan baik, sekaligus memberikan nilai skala indeks kondisi sebesar 100 (seratus). 2.2.6
Perhitungan Skala Prioritas
Penanganan Pemeliharaan Bangunan
Sekolah Perhitungan skala prioritas didapat dengan melakukan penilaian kondisi masing-masing sekolah terhadap kriteria dan sub kriteria yang telah ditentukan. Bobot total didapat dengan menjumlahkan hasil penilaian terhadap semua kriteria yang ada. BOBOT GLOBAL
Kriteria 1 (Bobot = n1)
Sub Kriteria 1 (Bobot=n11)
Sub Kriteria 2 (Bobot=n12)
Gambar 2.2
Kriteria 2 (Bobot = n2)
Kriteria ke-n (Bobot = n3)
Sub Kriteria 3 (Bobot=n13)
Bagan Perbandingan Kriteria dan Sub Kriteria
Persamaan yang digunakan untuk menghitung bobot masing-masing sekolah mengacu kepada metode yang dikembangkan oleh Sibali (2009), yaitu : BT= nK1 + nK2 + nK3 +………………………+ nn*Kn commit to user
(2.9)
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Atau dapat dituliskan : BT = ∑Öw (f ƅ) dengan :
2.2.7
BT nKn n
(2.10)
= Bobot Total masing-masing sekolah, = Bobot Kriteria ke n, = Banyaknya Kriteria.
Metode Analytical Hierarchy Proccess (AHP) Untuk membantu pengambilan keputusan dengan batasan kriteria yang
banyak, para ahli telah mengembangkan bebarapa sistem yang dapat membantu mempermudah pengambilan keputusan lebih akurat. Teknik pengambilan keputusan yang saat ini dipakai yaitu : Teknik perbandingan indeks kinerja (Comparative Performance Index), Metode Bayes, Metode Perbandingan Eksponensial, Metode Delphi, Metode SWOT, Sistem pemungutan suara, Sistem pakar dan Proses hierarki analitik (Marimin, 2005). Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode untuk menginterpretasikan data-data kualitatif ke data kuantitatif, tidak bias, dan lebih objektif. AHP dianggap sebagai metode yang tepat untuk menentukan suatu pilihan dari berbagai kriteria. Metoda ini digunakan untuk mendapatkan skala rasio, baik dari perbandingan pasangan yang diskret maupun kontinyu. AHP memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan ketergantungan di dalam dan di antara kelompok elemen struktur (Saaty, 1991). Dalam model pengambilan keputusan dengan AHP pada dasarnya menutupi semua kekurangan dari model-model sebelumnya.Kelebihan AHP dibandingkan dengan yang lainnya : 1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari hirarki yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam. 2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternative yang dipilih oleh para pengambil keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan. AHP mempunyai kemampuan untuk memecah masalah yang multiobjektif dan multikreteria yang berdasar pada perbandingan commit to user preferensi dari setiap elemen
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam hirarki , jadi model ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif. Langkah dalam AHP sebagai berikut : 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. 2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub tujuan-sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif. 3. Membuat
matriks
perbandingan
berpasangan
yang
menggambarkan
konstribusi relative atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kinerja yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan “ judgement “ dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan dengan elemen yang lainnya. 4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgement seluruhnya sebanyak n x (n-1)/2) buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang diperbandingkan. 5. Menghitung nilai eigen dengan menguji konsistensinya , jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.
level 1
Tujuan
Tujuan
level 2 Kriteria Kriteria 1
Kriteria 2
Kriteria 3
Kriteria 4
level 3 Alternatif` Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
Alternatif 4
Gambar 2.3 Struktur hirarki dalam metode AHP commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Saaty (1980) telah menetapkan suatu skala untuk penilaian, penilaian dengan angka dari 1 sampai dengan 9 untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lain, sebagaimana dalam Tabel 2.5 : Tabel 2.5
Nilai perbandingan tingkat kepentingan elemen (Saaty, 1980)
Intensitas Kepentingan 1
3
Keterangan
Penjumlahan
Kedua elemen sama pentingnya
Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan Elemen yang satu sedikit Pengalaman dan penilaian lebih penting daripada sedikit menyokong satu elemen elemen yang lainnya dibandingkan elemen yang lainnya
5
Elemen yang satu lebih Pengalaman dan penilaian penting daripada elemen yang sedikit menyokong satu elemen lainnya dibandingkan elemen yang lainnya.
7
Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen yang lainnya Satu elemen mutlak penting daripada elemen yang lainnya
9
2,4,6,8
Kebalikan
Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan Nilai-nilai antara dua nilai Nilai ini diberikan bila ada pertimbangan yang kompromi diantara dua nilai berdekatan pilihan Jika untuk satu aktivitas I mendapat satu angka disbanding dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya disbanding dengan i
2.2.7.1 Perhitungan Bobot Elemen Perhitungan bobot elemen pada metode AHP menggunakan matriks perbandingan berpasangan, Perbandingan berpasangan dilakukan dari hirarki yang commit to user paling tinggi, dimana kriteria digunakan sebagai dasar pembuatan perbandingan. 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Misalkan, dalam suatu tujuan utama terdapat kriteria A1, A2,………….,An, maka hasil perbandingan secara berpasangan akan membentuk matriks seperti dibawah ini:
A1
A2
………….
An
A1
a11
a12
................
a1n
A2
a21
a22
..……….
a2n
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
An
an1
an2
…………..
ann
Gambar 2.4 Matriks perbandingan Preferensi Matriks An x n merupakan matriks respirokal, dan diasumsikan terdapat n elemen, yaitu w1,w2, ………, wn yang akan dinilai secara perbandingan. Nilai perbandingan secara berpasangan antara (w1,w2) dapat dipresentasikan seperti matriks tersebut. (ēw)
(ē )
= a ( i,j ) ; i.j = 1,2,……..n.
(2.11)
Unsur-unsur matriks tersebut diperoleh dengan membandingkan satu elemen operasi terhadap elemen operasi lainnya untuk satu tingkat hirarki yang sama. Sehingga bisa didapat a11 adalah perbandingan kepentingan elemen operasi A1 dengan A1 sendiri, sedangkan a12
adalah perbandingan kepentingan elemen
operasi A1 dengan A2 dan besarnya a21 adalah
1/ a12 , yang menyatakan
tingkat intensitas kepentingan elemen operasi A2 terhadap elemen operasi A1.
commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id
2.2.7.2
digilib.uns.ac.id
Pembobotan Kriteria Untuk mendapatkan bobot dari masing-masing kriteria
yaitu dengan
jalan menentukan nilai eigen (eigenvector). Cara untuk mendapatkan bobot adalah dengan langkah berikut : 1. Melakukan perkalian elemen-elemen dalam satu baris dan diakar pangkat n seperti dalam persamaan dibawah ini : .
√a11 x a12 x … … a1n
Wi =
(2.12)
2. Menghitung vektor prioritas atau vektor eigen Ĩƅ =
ēw ∑ ēw
(2.13)
Hasil yang didapat berupa vector eigen sebagai bobot elemen 3. Menghitung nilai eigen maksimum ( λmaks ), dengan cara mengkalikan matriks resiprokal dengan bobot yang didapat, hasil dari penjumlahan operasi matriks adalah nilai eigen maksimum ( λmaks ). λmaks = ∑ aij * Xi dengan :
(2.14)
λmaks
= eigenvalue maksimum
aij
= nilai matriks perbandingan berpasangan
Xi
= vector eigen ( bobot )
4. Perhitungan Indeks Konsitensi Perhitungan ini dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil. Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan harus mempunyai hubungan cardinal dan ordinal, sebagai berikut : Hubungan Kardinal : aij * ajk
= aik
Hubungan Ordinal : Ai>Aj dan Aj>Ak, maka Ai>Ak Rumusan untuk menghitung Indeks Konsistensi adalah sebagai berikut : ðA =
λša1ú – (
dengan :
)
(2.15) λmaks
= eigenvalue maksimum
n
= ukuran matriks
Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak, commit to yaitu user apabila CR < 0,1 perlu diketahui rasio yang cukup baik,
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan perhitungan Saaty dengan menggunakan 500 sampel, jika penilaian numerik dilakukan secara acak dari skala 1/9,1/8,….1,2….9 akan diperoleh rata-rata konsistensi untuk matriks dengan ukuran berbeda, sebagai mana pada Tabel 2.6:
Tabel 2.6 Nilai Random Indeks (Saaty, 1980) Ukuran Matriks
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Nilai RI
0
0
0,58
0,90
1,12
1,24
1,32
1,41
1,45
1,49
1,51
1,48
1,56
1,57
1,59
Perbandingan antara CI dan RI untuk suatu matriks didefinisikan sebagai rasio konsistensi ( CR ). ðe =
(2.16)
Dalam perhitungan model AHP, matriks perbandingan dapat diterima jika Nilai Rasio Konsistensi ≤ 0,1. Apabila nilai Nilai Rasio Konsistensi ≥ 0,1 maka penilaian perbandingan harus dilakukan kembali. Berdasarkan uraian mengenai sistem pengambilan keputusan, metode AHP merupakan metode yang sesuai untuk analisa dalam penelitian ini.
2.2.8
Sistem Pendukung Keputusan Dalam manajemen rehabilitasi bangunan, pengambilan keputusan adalah
salah satu faktor yang sangat penting. Pengambilan keputusan ini diperlukan dalam setiap tahapan, baik pada tahap perencanaan, perancangan, pelaksanaan maupun pada tahap pengontrolan. Dengan semakin kompleknya masalah yang ada biasanya pengambilan keputusan menjadi semakin rumit, apalagi jika data atau informasi yang akan dioleh sangat banyak dan membutuhkan perhitungan yang rumit. Untuk mempermudah pengolahan data biasanya menggunakan bantuan seperangkat sistem yang mampu memecahkan masalah secara efisien dan efektif. Proses pengolahan data dibantu dengan komputer, sedangkan proses penilaian tetap kita yang user pendukung keputusan (decision melakukan. Sistem ini biasa disebutcommit dengantosistem
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
support system). Pada dasarnya sistem ini memanfaatkan keunggulan komputer dalam pengolahan data yang rumit dan keunggulan manusia dalam menilai. Menurut Suryadi dan Ramdhani (2000), Pengambilan keputusan adalah bentuk pemilihan dari berbagai alternatif yang mungkin dipilih yang prosesnya melalui mekanisme tertentu dengan harapan akan mendapatkan keputusan terbaik. Sedangkan yang dimaksud dengan sistem adalah seperangkat elemen yang saling berinteraksi, membentuk kegiatan atau prosedur yang mencari pencapaian suatu tujuan dengan mengoperasikan data untuk menghasilkan informasi. Menurut Turban dan Aronson, Sistem Pendukung keputusan adalah suatu sistem interaktif berbasis komputer yang dapat membantu pengambil keputusan dalam menggunakan data dan model untuk memecahkan persoalan yang bersifat tidak teratur (Turban dalam Marimin, 2004). Berdasarkan definisi diatas sistem pendukung keputusan mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1.
Sistem pendukung keputusan menggabungkan data dan model menjadi satu bagian.
2.
Sistem pendukung keputusan dirancang untuk membantu para pengambil keputusan dalam proses pengambilan keputusan dari masalah yang tidak terstruktur.
3.
Sistem pendukung keputusan cenderung dipandang sebagai penunjang penilaian pengambil keputusan dan sama sekali bukan untuk menggantukannya.
4.
Teknik sistem pendukung keputusan dikembangkan untuk meningkatkan efektifitas pengambilan keputusan. Sesuai dengan fungsinya sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan,
maka dalam sistem pendukung keputusan biasanya terdiri dari tiga sub sistem, yaitu sub sistem dialog, sub sistem data base dan sub sistem pemodelan.
2.2.8.1 Subsistem Manajemen Dialog Sebagaimana telah dikemukakan bahwasanya dalam sistem pendukung keputusan, peran manusia dalam penilaian tidak bisa digantikan. Oleh karenanya dalam sistem ini biasanya tersedia sarana untuk melakukan komunikasi interaktif commit to user dengan komputer yang biasa disebut dengan sub sistem dialog. Komponen dialog
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam sistem pendukung keputusan adalah berupa perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang memberi sarana interface (antarmuka) antara pemakai dengan sistem. Menurut Suryadi dan Ramdhani (2000), fungsi dan fleksibilitas suatu sistem pendukung keputusan tergantung pada kemudahan interaksi antara sistem dan pemakainya (pengambil keputusan). Pada umumnya dialog antara sistem dengan pengguna terdiri dari tiga jenis, yaitu : 1. Pilihan, sistem mengajukan beberapa alternatif pilihan kepada pengambil keputusan. 2. Persetujuan, pernyataan yang diajukan oleh sistem guna mendapatkan persetujuan pemakai. Bentuk ini diaplikasikan pada penentuan pilihan diantara dua alternatif dan umumnya pada operasi-operasi tambahan, seperti penulisan laporan ke printer atau yang lainnya. 3. Isian, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus dijawab oleh pemakai dengan mengisi bagian kosong dengan jawaban yang dianggap tepat. Jenis pertanyaan biasanya berkaitan dengan masukan-masukan untuk pemodelan. 2.2.8.2 Subsistem Manajemen Database Sub sistem database ini berfungsi sebagai pengelola data yang mempunyai fungsi meliputi pemasukan data, penambahan data, perubahan data, penghapusan data, penjabaran data, pengurutan data, dan duflikasi data. Pengorganisasian data yang baik sangat menunjang analisis dan presentasi data yang dibutuhkan sistem penunjang keputusan. Database yang akan digunakan meliputi data tentang : a. Data jenis kerusakan yang terjadi pada komponen sekolah, termasuk besarnya nilai pengurang berdasarkan jenis dan volume kerusakan. b. Data umum sekolah, mencakup data jumlah siswa, jumlah rombongan belajar, data jumlah ruang kelas yang ada, dan lain-lain. c. Data status tanah sekolah d. Data status bangunan sekolah
commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.2.8.3 Subsistem Manajemen Pemodelan Sub sistem pemodelan ini berupa sistem perangkat lunak yang mempunyai fungsi yaitu sebagai perancang model, perancang format keluaran model, untuk memperbaharui dan merubah model dan untuk memanipulasi data. Sistem ini mempunyai fasilitas untuk mengkomputasikan pengambilan keputusan dan meliputi semua aktivitas yang tergabung dalam pemodelan sistem pendukung keputusan (Marimin,2004).
Gambar 2.4 Struktur dasar Sistem Pendukung Keputusan (Turban,1990)
commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.3 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai penentuan skala prioritas penanganan pemeliharaan
telah
dilakukan
beberapa
peneliti.
Adapun
persamaan
dan
perbedaannya dengan yang dilakukan oleh penulis adalah sebagaimana dalam Tabel 2.7 Tabel 2.7 Perbandingan penelitian terdahulu dengan yang dilakukan penulis Nama Peneliti
Tahun Penelitian
Judul Penelitian
Metode yang dipakai
Kriteria yang dipakai
Lokasi Penelitian
Sutikno
UNS 2009
Sistem penentuan skala prioritas pemeliharaan banguan sekolah
Tingkat kerusakan bangunan, Biaya pemeliharaan
SMKN I Kota Singkawang
Haris Fakhroji
ITS 2009
Penentuan Prioritas Pemeliharaan Bangunan Gedung SDN di Kabupaten Tabalong
Analytical Hierarchy Process Dan Composit Condition Index Analytical Hierarchy Process
Gedung SDN di Kecamatan Murung Pudak, Kabupaten Tabalong
Engkus Kusnadi
UNS 2011
Penentuan Prioritas Pemeliharaan Bangunan Sekolah Negeri dengan Sistem Pendukung Keputusan
Tingkat kerusakan bangunan, Jumlah siswa , Umur bangunan, Lokasi bangunan dan angka partisipasi murni Tingkat kerusakan bangunan, Status tanah, Status bangunan, Lokasi Sekolah, Rasio siswa dengan ruang kelas, Luas layanan sekolah
Analytical Hierarchy Process Dan Composit Condition Index
Gedung SDN, SLTPN, SMAN di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang
commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yaitu
bangunan gedung sekolah negeri di Kecamatan
Tigaraksa Kabupaten Tangerang Banten. Kecamatan Tigaraksa dijadikan objek penelitian dikarenakan Tigaraksa merupakan ibukota Kabupaten Tangerang. Diharapkan dengan penelitian ini bisa didapatkan gambaran kondisi bangunan sekolah di ibukota Kabupaten Tangerang. Bangunan sekolah yang disurvei meliputi bangunan sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah menengah atas.
3.2
Tahapan Penelitian Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Menentukan tema/topik penelitian, perumusan dan tujuan penelitian. Dalam hal ini tema yang diangkat adalah salah satu permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang, yaitu penentuan skala prioritas penanganan pemeliharaan bangunan gedung sekolah.
2.
Melakukan studi literatur dan kajian pustaka yang berkaitan dengan tema yang diteliti.
3.
Menentukan kriteria dan sub kriteria berdasarkan studi literatur, kajian pustaka dan hasil wawancara dengan pemangku kepentingan.
4.
Melakukan penyebaran kuisioner untuk pembobotan masing-masing kriteria dan sub kriteria dengan responden dari Dinas Pendidikan, Badan Perencanaan Daerah, UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Tigaraksa, DPRD, Kepala Sekolah dan Komite Sekolah.
5.
Melakukan perhitungan bobot masing-masing kriteria dan sub kriteria dengan metode AHP. commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id
6.
digilib.uns.ac.id
Membuat model penilaian kondisi bangunan yang mengacu kepada metode indeks kondisi yang dikembangkan oleh Uzarski (1997), yaitu melakukan penilaian kondisi bangunan secara bertahap dari komponen yang paling kecil sampai kepada tingkatan paling atas berupa sistem bangunan menyeluruh. Adapun langkah-langkah dalam penilaiannya sebagai berikut : a.
Untuk penilaian langkah pertama dilakukan pembuatan hirarki bangunan. Pembuatan hirarki bangunan mulai dari sistem bangunan menyeluruh terus dibagi menjadi sistem struktur, sistem arsitektur, sistem mekanikal elektrikal. Kemudian masing-masing sistem ini diuraikan sampai kepada komponen yang paling kecil.
b.
Melakukan pembobotan komponen bangunan. Pembobotan bangunan berdasarkan tingkat kepentingan fungsi komponen masing-masing elemen terhadap sistem diatasnya.
7.
Membuat sistem penentuan skala prioritas penanganan rehabilitasi dan pemeliharaan bangunan sekolah negeri.
8.
Melakukan pengumpulan data primer/survey lapangan dan data sekunder.
9.
Melakukan perhitungan indeks kondisi bangunan masing-masing sekolah berdasarkan data survey kondisi eksisting masing-masing bangunan sekolah.
10.
Melakukan perhitungan skala prioritas penanganan pemeliharaan bangunan sekolah negeri di Kecamatan Tigaraksa kabupaten Tangerang.
11.
Melakukan perhitungan kebutuhan biaya rehabilitasi/pemeliharaan masingmasing gedung sekolah.
12.
Menentukan skenario penanganan rehabilitasi/pemeliharaan berdasarkan anggaran yang tersedia.
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 3.1
digilib.uns.ac.id
Bagan alir pembuatan sistem pendukung keputusan
commit to user
37
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 3.2
digilib.uns.ac.id
Bagan alir penggunaan sistem pendukung keputusan.
commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id
3.3
digilib.uns.ac.id
Data Penelitian
3.3.1 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini jenis dan sumber data yang diperlukan terdiri dari dua macam yaitu : a.
Data primer Data primer yang dikumpulkan yaitu berupa data kondisi sekolah, baik itu
lokasi, jenis dan tingkat kerusakan, photo eksisting gedung yang ada, kondisi lingkungan sekitar sekolah dan lain-lain. Data primer yang lain yaitu data tentang penentuan jenis kriteria dan penilaian pembobotan antar kriteria yang akan digunakan untuk penentuan skala prioritas penanganan pemeliharaan bangunan sekolah. Sumber data yang dipakai yaitu responden yang memahami dibidang ini, yaitu dari Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, Badan Perencanaan Daerah, kepala sekolah dan DPRD Kabupaten Tangerang. b.
Data sekunder Data sekunder yang diperlukan mencakup data sekolah terdiri dari profil
sekolah, data jumlah siswa, jumlah rombongan belajar, jumlah ruang kelas, status tanah sekolah, status bangunan sekolah dan lain-lain. Adapun sumber data yaitu dari UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Tigaraksa. 3.3.2 Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu : a.
Observasi di lapangan Observasi langsung di lapangan untuk mendapatkan data tentang kondisi eksisting gedung sekolah. Alat bantu yang digunakan yaitu alat ukur/meteran dan kamera.
b.
Wawancara Wawancara dilakukan untuk mendapatkan kriteria yang digunakan dalam penentuan skala prioritas penanganan pemeliharaan bangunan sekolah di Kabupaten Tangerang. Wawancara dilakukan dengan pejabat Dinas Pendidikan, Badan Perencanaan Daerah, pihak sekolah dan anggota DPRD Kabupaten commit to user Tangerang. 39
perpustakaan.uns.ac.id
c.
digilib.uns.ac.id
Kuisioner Kuisioner dilakukan untuk mendapatkan pembobotan kriteria dan sub kriteria yang digunakan dalam penentu skala prioritas penanganan pemeliharaan bangunan sekolah di Kabupaten Tangerang. Wawancara dilakukan dengan pejabat Dinas Pendidikan, Badan Perencanaan Daerah, Pihak Sekolah dan anggota DPRD Kabupaten Tangerang.
3.3.3 Teknik Pengolahan Data Adapun teknik pengolahan data yang digunakan yaitu menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Pengolahan data dengan AHP ini dimaksudkan untuk mendapatkan bobot masing-masing kriteria dan sub kriteria. Adapun pengolahan data kerusakan bangunan sekolah menggunakan metode indeks kondisi bangunan (Composite condition indeks)
3.4
Penentuan Kriteria Awal Dalam penyusunan skala prioritas penanganan rehabilitasi bangunan sekolah
kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mempunyai pengaruh langsung terhadap sistem penentuan skala prioritas. Penentuan faktor-faktor tersebut berdasarkan peraturan-peraturan yang ada, studi literatur dari penelitian sebelumnya dan wawancara dengan pemangku kepentingan dalam hal rehabilitasi dan pemeliharaan bangunan sekolah. Berdasarkan hasil kajian, ditentukan kriteria-kriteria awal tersebut adalah sebagaimana dalam Tabel 3.1
commit to user
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3.1 Kriteria awal yang digunakan untuk penentuan skala prioritas Nomor
Kriteria
1
Tingkat Kerusakan
2
Status tanah
3
Status bangunan
4 5
6
3.5
Sub Kriteria
milik sekolah dengan sertifikat, milik sekolah tanpa sertifikat, bukan milik sekolah
bangunan milik sekolah dng IMB, bangunan milik sekolah tanpa IMB, bukan milik sekolah Lokasi sekolah mudah dijangkau, susah dijangkau Rasio rombongan rombel < ruang kelas, belajar dengan rombel = ruang kelas, ruang kelas rombel > ruang kelas Luas area layanan sekolah
Luas, tidak luas
Dasar Undang-undang nomor 28 th.2002 tentang Bangunan Gedung. Permendiknas nomor 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana sekolah, Undang-undang bangunan gedung Permendiknas nomor 24 tahun 2007 tentang standar sarana prasarana sekolah, Undang-undang bangunan gedung Haris, 2009 Permendiknas nomor 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana sekolah Permendiknas nomor 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana sekolah
Penentuan Bobot Kriteria dan Sub Kriteria Penanganan Pemeliharaan Bangunan Sekolah. Penentuan bobot kriteria menggunakan metode AHP, untuk menentukan
bobot akan dilakukan penyebaran kuisioner kepada pihak yang mempunyai kepentingan dan memahami masalah ini. Dari kuisioner yang didapat penilaian mereka tentang tingkat kepentingan masing-masing kriteria dari masing-masing responden. Kemudian dilakukan perhitungan sehingga didapat bobot masing-masing kriteria dari masing-masing responden. Adapun rencana responden yang akan disurvei yaitu dari :
commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang b. UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Tigaraksa c. Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Tangerang d. DPRD kabupaten Tangerang e. Kepala Sekolah di Kecamatan Tigaraksa f. Dinas Bangunan Kabupaten Tangerang g. Komite Sekolah h. Guru
3.6 Perhitungan skala Prioritas Bangunan Sekolah
Penanganan Pemeliharaan
Perhitungan skala prioritas didapat dengan mencari bobot total masing-masing sekolah setelah dilakukan perhitungan dengan persamaan 2.9. Setelah didapat bobot masing-masing sekolah dilakukan pengurutan dari nilai terbesar sampai nilai terkecil.
3.7 Penyusunan Skenario Penanganan Pemeliharaan Berdasarkan Anggaran Yang Tersedia. Setelah didapat susunan skala prioritas, maka berdasarkan anggaran yang tersedia maka dilakukan skenario penanganan pemeliharaan. Penyusunan skenario didasarkan
atas
aspek
keamanan,
efisiensi
biaya dan
aspek
pemerataan
pembangunan.
commit to user
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1
Data Teknis Sekolah Negeri di Kecamatan Tigaraksa Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, sekolah
negeri yang berada di Kecamatan Tigaraksa terdiri dari sekolah dasar negeri (SDN) sebanyak 36 buah, sekolah lanjutan tingkat pertama negeri (SLTPN) sebanyak 4 buah dan sekolah lanjut tingkat atas (SLTA). Sekolah lanjut tingkat atas terbagi menjadi sekolah menengah atas negeri (SMAN) sebanyak
2 buah dan sekolah
menengah kejuruan negeri (SMKN) sebanyak 2 buah. Adapun sistem struktur sekolah negeri Kecamatan Tigaraksa, menggunakan protipe bangunan sekolah negeri di Kabupaten Tangerang. Secara umum bangunan sekolah ini mempunyai data sebagai berikut : ·
Komponen struktur · Struktur bawah
: pondasi pelat beton setempat, pondasi batu kali
· Struktur atas
: portal beton bertulang
· Struktur atap
: Kuda-kuda kayu kamper medan 8/12, kuda-kuda baja Wide flange 150 dan kuda-kuda baja ringan
· Rangka atap ·
: Usuk kayu borneo 5/7 dan reng kayu borneo ¾
Komponen arsitektur · Penutup atap
: Genteng keramik, genteng baja ringan
· Plapond
: Rangka kayu borneo 4/6 dan penutup jabeesmen
· Dinding
: Pasangan bata finishing plester aci.
· Pintu dan jendela
: Kusen kayu kamper singkil 5/15, daun pintu panel Pasangan kaca 5 mm
· Penutup lantai
: Pasangan keramik 30/30
· Penutup dinding KM : Pasangan keramik 20/25 commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id
·
4.2
digilib.uns.ac.id
Komponen Utilitas · Sumber listrik
: PLN 1300 Watt, 2200 Watt
· Sumber air
: Air tanah dengan pompa listrik
· Instalasi Kabel
: Standar PLN
· Armatur
: Lampu TL 2x20 Watt dan lampu pijar
Pembobotan Komponen Gedung Sekolah Bangunan sekolah tersusun dari komponen-komponen yang menjadi satu
yaitu komponen struktur, arstiektur dan utilitas. Setiap komponen tersebut dapat diuraikan lagi menjadi elemen dan sub elemen, misal komponen struktur terbagi menjadi struktur bawah, struktur atas dan struktur atap. Untuk perhitungan kondisi gedung, masing-masing komponen, elemen dan sub elemen harus diketahui kondisi dan bobot masing-masing. Perhitungan bobot pada penelitian ini menggunakan metode AHP, adapun langkah perhitungan bobot yaitu : 1.
Menyusun hirarki gedung sekolah.
2.
Menentukan kriteria yang digunakan untuk memberikan penilaian kepentingan antar komponen gedung.
3.
Memberikan penilaian kepentingan antar komponen gedung berdasarkan masing-masing kriteria.
4.
Melakukan perhitungan bobot komponen gedung dan mengecek konsistensi penilaian dengan metode AHP. Skema hirarki bangunan gedung sekolah dalam penelitian ini diuraikan
sebagaimana dalam Gambar 4.2. Penentuan kriteria yang digunakan dalam penilaian bobot elemen dan komponen berdasarkan kajian literature. Sebagai contoh menurut Undang-undang nomor 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung, bangunan gedung harus memenuhi kriteria keselamatan, kenyamanan dan kesehatan. Maka ketiga kriteria ini yang digunakan sebagai dasar penentuan bobot komponen utama bangunan gedung sekolah. Kriteria untuk komponen dan elemen yang lain dapat dilihat dalam Tabel 4.1
commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user gedung sekolah. Gambar 4.2 Skema bangunan
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.1 Kriteria pembobotan komponen/elemen bangunan TINJAUAN
ELEMEN
KRITERIA PEMBOBOTAN
Gedung
Struktur Arsitektur Utilitas
Keselamatan Kenyamanan Kesehatan
Struktur
Struktur atap Struktur atas Struktur Bawah
Mendukung dan Menyalurkan beban Mendukung bentuk bangunan Mendukung kekakuan struktur
Penutup atap dan Lisplang Plapon Dinding Pintu dan Jendela Lantai Kelistrikan Air bersih Air kotor Kuda-kuda Rangka atap Ikatan angin Kolom Balok Pelat
Mendukung kenyamanan aktivitas Mengatur sirkulasi udara dan cahaya Mendukung keindahan dan bentuk bangunan Melindung dari cuaca
Arsitektur
Utilitas
Struktur atap
Struktur atas
Struktur bawah
Pondasi Sloof
Mendukung kenyamanan Mendukung aktivitas KBM Mendukung kebersihan & kesehatan Mendukung & menyalurkan beban atap Mendukung bentuk atap Memberi kekakuan pada atap Mendukung & menyalurkan beban Mendukung bentuk bangunan Memberi kekakuan pada bangunan Mendukung dan menyalurkan beban Mendukung kekakuan bangunan Melindungi dinding dari rembesan air
Gording Kaso dan reng
Mendukung dan menyalurkan beban Tempat meletakan penutup atap Mendukung bentuk atap
Kolom
Kolom utama Kolom selasar Kolom praktis
Mendukung dan menyalurkan beban Memberi kekakuan pada struktur Memperkuat dinding bata
Balok
Balok induk Balok anak Balok selasar Ring balok
Mendukung dan menyalurkan beban Memberi kekakuan pada struktur Mendukung bentuk bangunan
Rangka atap
commit to user
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.1 Kriteria pembobotan elemen bangunan (Lanjutan) TINJAUAN Pelat
Pondasi
Penutup atap
Plapon
ELEMEN
KRITERIA PEMBOBOTAN
Pelat lantai Pelat tangga
Mendukung dan menyalurkan beban Sebagai pendukung aktivitas
Pondasi pelat Pondasi batu kali
Mendukung dan menyalurkan beban Mendukung dan tempat dudukan dinding
Genteng Bubungan Lisplang Rangka plapon Penutup plapon Cat plapon
Melindungi dari panas dan hujan Mendukung keindahan bangunan Dudukan instalasi listrik Memperindah ruangan Mencegah kotoran dan meredam panas
Lantai dan penutup dinding
Lantai keramik Lantai rabat Keramik dinding
Mendukung kenyamanan aktivitas Mendukung kebersihan & kesehatan Mendukung keindahan
Pintu dan Jendela
Pintu Jendela
Melindungi dari cuaca dan polusi Mendukung Keamanan Mendukung estetika dan bentuk gedung
Pintu
Jendela
Pas. Dinding bata
Kusen Daun pintu Kunci Engsel Plitur/cat Kusen Daun jendela Kaca Kait angin Engsel Slot Plitur/cat Pasangan bata Plester aci Cat dinding
Pengaman ruangan Menunjang aksesibilitas Mendukung estetika dan bentuk gedung Melindungi dari cuaca Memberi pencahayaan alami Memberi sirkulasi udara Memberi keindahan bangunan
Melindungi bangunan dari cuaca Mendukung estetika dan bentuk gedung Memberi dudukan bagi kusen
commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.1 Kriteria pembobotan elemen bangunan (Lanjutan) TINJAUAN
Kelistrikan
Air Bersih
Air kotor
ELEMEN
KRITERIA PEMBOBOTAN
Instalasi Kabel Lampu TL Lampu pijar Stop kontak Saklar Pompa air Tangki air Instalasi pipa Bak air Kran
Membantu pencahayaan ruangan Sumber energi bagi peralatan penunjang KBM
Water closed Floor drain Septic tank Saluran air
Menyalurkan air kotor Mendukung kebersihan dan kesehatan
Menjamin ketersediaan air bersih Mendukung penyaluran air bersih
Perhitungan dilakukan dengan membandingkan nilai masing-masing sub komponen terhadap masing-masing kriteria yang digunakan. Susunan hirarki paling atas dapat dilihat pada gambar dibawah ini .
Bobot Komponen Gedung
Kriteria Keselamatan
Kriteria Kenyamanan
Kriteria Kesehatan
Komponen Struktur
Komponen Arsitektur
Komponen Utilitas
Gambar 4.1 Skema AHP bangunan gedung sekolah commit to user
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Langkah berikutnya pada setiap komponen dilakukan penilaian perbandingan untuk masing-masing kriteria, adapun langkah perhitungannya sebagai berikut : 1)
Perhitungan bobot sub bangunan berdasarkan kriteria : a. Keselamatan Perbandingan antar sub bangunan dalam menunjang keselamatan penghuni bangunan dapat dilakukan penilaian sebagai berikut : ·
Perbandingan acuan komponen struktur Struktur : Arsitektur lebih
= 3 : 1
artinya komponen struktur sedikit
penting dalam menunjang keselamatan daripada komponen
arsitektur Struktur : Utilitas lebih
= 9 : 1 artinya komponen struktur mutlak
penting dalam menunjang keselamatan daripada komponen
utilitas. ·
Perbandingan acuan komponen arsitektur Arsitektur : Struktur sedikit lebih
= 1 : 3
artinya komponen arsitektur tidak
penting dalam menunjang keselamatan daripada
komponen arsitektur Arsitektur : Utilitas
= 7 : 1 artinya komponen arsitektur jelas
lebih penting dalam menunjang keselamatan daripada komponen utilitas. ·
Perbandingan acuan komponen utilitas Utilitas : Struktur
= 1 : 9
artinya komponen utilitas mutlak
tidak lebih penting dalam menunjang keselamatan daripada komponen arsitektur Utilitas : Arsitektur
=
1 : 7 artinya komponen arsitektur jelas
tidak lebih penting dalam menunjang keselamatan daripada komponen utilitas
commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Setelah dibuat penilaian perbandingan kemudian nilai-nilai tersebut ditulis dalam bentuk matriks 3 x 3, diperoleh sebagai berikut : Struktur
Arsitektur
Utilitas
Struktur
1
3
9
Arsitektur
1/3
1
7
Utilitas
1/9
1/9
1
Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 2.12 .
√a11 x a12 x … … a1n
Wi =
, sehingga
didapat
: Wi = ( 1,00 x 3,00 x 9,00)1/3
= 3,0000
Baris II
: Wi = ( 0,33 x 1,00 x 7,00)1/3
= 1,3264
Bairis III
: Wi = ( 0,11 x 0,11 x 100)1/3
= 0,2513
Baris I
Wi
= 4,5777
Hitung bobot masing-masing komponen dengan Persamaan 2.13 Ĩƅ =
Ǣƅ ∑ Ǣƅ
Bobot komponen struktur
X1 = 3,000/4,5777 = 0,6554
Bobot komponrn arsitektur
X2 = 1,3264/4,5777 = 0,2897
Bobot komponen utilitas
X3 = 0,2513/4,5777 = 0,0549
Menghitung nilai λmaks dengan Persamaan 2.14 1 1/3 1/9
3 1 1/9
9 7 1
0,6554 0,2897 0,0549
X
λmaks = ∑ aij * Xi
=
2,01869 0,89250 0,16911 3,0803
Pengujian konsistensi dengan menghitung nilai CI menggunakan Persamaan 2.15 ðA =
ša1ú – (
)
=
,bXb (
)
= 0,04
Dengan ukuran matriks n = 3 dari tabel RI didapat nilai RI = 0,58, sehingga commit to user 2.16 nilai CR dapat dihitung dengan Persamaan
50
perpustakaan.uns.ac.id
ðe =
digilib.uns.ac.id
b,b
=
b,
X
=
0,069
Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1 , jadi hasil penilaian diatas dapat diterima CR = 0,069 < 0,1 ( Ok ). b. Kenyamanan Perbandingan antar sub bangunan dalam menunjang kenyamanan penghuni bangunan dapat dilakukan penilaian sebagai berikut : ·
Perbandingan acuan komponen struktur Struktur : Arsitektur
= 1 : 7
artinya komponen struktur
jelas
tidak lebih penting dalam menunjang kenyamanan daripada komponen arsitektur Struktur : Utilitas
= 1 : 3 artinya komponen struktur tidak sedikit
lebih penting dalam menunjang kenyamanan daripada komponen utilitas ·
Perbandingan acuan komponen arsitektur Arsitektur : Struktur
= 7 : 1
artinya komponen arsitektur lebih
penting dalam menunjang kenyamanan daripada komponen arsitektur Arsitektur : Utilitas
= 5 : 1 artinya komponen arsitektur lebih
penting dalam menunjang kenyamanan daripada komponen utilitas ·
Perbandingan acuan komponen utilitas Utilitas : Struktur lebih
= 3 : 1
artinya komponen utilitas sedikit
penting dalam menunjang kenyamanan daripada komponen
arsitektur Utilitas : Arsitektur
= 1 : 5 artinya komponen utilitas tidak lebih
penting dalam menunjang kenyamanan daripada komponen arsitektur. Setelah dibuat penilaian perbandingan kemudian nilai-nilai tersebut ditulis dalam bentuk matriks 3 x 3, diperoleh sebagai berikut :
Struktur Arsitektur Utilitas
Struktur
Arsitektur
1 7 3
1/7 1 1/5
Utilitas 1/3 5 1
commit to user
51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 2.12 .
√a11 x a12 x … … a1n
Wi =
, sehingga
didapat
: Wi = ( 1,00 x 0,14 x 0,33)1/3
= 0,3625
Baris II
: Wi = ( 7,00 x 1,00 x 5,00)1/3
= 3,2711
Bairis III
: Wi = ( 3,00 x 0,20 x 100)1/3
= 0,8434
Baris I
Wi
= 4,477
Hitung bobot masing-masing komponen dengan Persamaan 2.13 Ĩƅ =
Ǣƅ ∑ Ǣƅ
Bobot komponen struktur
X1 = 0,3625/4,477 = 0,081
Bobot komponrn arsitektur
X2 = 3,2711/4,477 = 0,7306
Bobot komponen utilitas
X3 = 0,8434/4,477 = 0,1884
Menghitung nilai λmaks dengan persamaan 2.14 1 7 3
1/7 1 1/5
1/3 5 1
0,081 0,7306 0,1884
X
=
λmaks = ∑ aij * Xi
0,24814 2,23934 0,57741 3,06489
Pengujian konsistensi dengan menghitung nilai CI menggunakan Persamaan 2.15 ðA =
ša1ú – (
,bj Xi
=
)
(
)
= 0,032
Dengan ukuran matriks n = 3 dari tabel RI didapat nilai RI = 0,58, sehingga nilai CR dapat dihitung dengan Persamaan 2.16 ðe =
=
b,b b,
X
=
0,056
Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1 , jadi hasil penilaian diatas dapat diterima CR = 0,056 < 0,1 ( Ok ). c. Kesehatan Perbandingan antar sub bangunan dalam menunjang kesehatan penghuni bangunan dapat dilakukan penilaian commit tosebagai user berikut :
52
perpustakaan.uns.ac.id
·
digilib.uns.ac.id
Perbandingan acuan komponen struktur Struktur : Arsitektur
= 1 : 9
artinya komponen struktur mutlak
tidakt lebih penting dalam menunjang kesehatan daripada komponen arsitektur Struktur : Utilitas
= 1 : 3 artinya komponen struktur sedikit tidak
lebih penting dalam menunjang kesehatan daripada komponen utilitas ·
Perbandingan acuan komponen arsitektur Arsitektur : Struktur
=
9 : 1
artinya komponen arsitektur
mutlaklebih penting dalam menunjang kesehatan daripada komponen struktur Arsitektur : Utilitas
=
7 : 1 artinya komponen arsitektur jelas
lebih penting dalam menunjang kesehatan daripada komponen utilitas ·
Perbandingan acuan komponen utilitas Utilitas : Struktur lebih
= 3 : 1
artinya komponen utilitas sedikit
penting dalam menunjang kesehatan daripada komponen
arsitektur Utilitas : Arsitektur lebih
= 1 : 7 artinya komponen utilitas jelas tidak
penting dalam menunjang kesehatan daripada komponen
arsitektur. Setelah dibuat penilaian perbandingan kemudian nilai-nilai tersebut ditulis dalam bentuk matriks 3 x 3, diperoleh sebagai berikut : Struktur Struktur Arsitektur Utilitas
1 9 3
Arsitektur
Utilitas
1/9 1 1/7
1/3 7 1
Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 2.12 Wi =
.
√a11 x a12 x … … a1n
, sehingga
didapat
: Wi = ( 1,00 x 0,11 x 0,33)1/3
= 0,3333
Baris II
: Wi = ( 9,00 x 1,00 x 7,00)1/3
= 3,9791
Bairis III
: Wi = ( 3,00 x 0,14 x 100)1/3 commit to user Wi
= 0,7539
Baris I
= 5,0663
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hitung bobot masing-masing komponen dengan Persamaan 2.13 Ĩƅ =
Ǣƅ ∑ Ǣƅ
Bobot komponen struktur
X1 = 0,3333/5,0663 = 0,0658
Bobot komponrn arsitektur
X2 = 3,9791/5,0663 = 0,7854
Bobot komponen utilitas
X3 = 0,7539/5,0663 = 0,1488
Menghitung nilai λmaks dengan persamaan 2.14 1 9 3
1/9 1 1/7
1/3 7 1
0,0658 0,7854 0,1488
X
=
λmaks = ∑ aij * Xi
0,20266 2,41924 0,4584 3,0803
Pengujian konsistensi dengan menghitung nilai CI menggunakan Persamaan 2.15 ðA =
ša1ú – (
,bXb
=
)
(
= 0,040
)
Dengan ukuran matriks n = 3 dari tabel RI didapat nilai RI = 0,58, sehingga nilai CR dapat dihitung dengan Persamaan 2.16 ðe =
=
b,b b b,
X
=
0,069
Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1 , jadi hasil penilaian diatas dapat diterima RI = 0,069 < 0,1 ( Ok ). Selanjutnya bobot komponen struktur, arsitektur, dan utilitas yang sudah diperoleh berdasarkan kriteria keselamatan, kenyamanan dan kesehatan disusun dalam bentuk matriks sebagai berikut : Keselamatan Struktur Arsitektur Utilitas
0,6554 0,2897 0,0549
Kenyamanan Kesehatan 0,0809 0,7306 0,1883
0,06579 0,78539 0,14882
commit to user
54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Perhitungan bobot antar kriteria : Perbandingan bobot antar kriteria yaitu membandingkan tingkat masing-masing kriteria dalam mendukung fungsi dari bangunan secara umum. bangunan dapat dilakukan penilaian sebagai berikut : ·
Perbandingan acuan kriteria keselamatan Keselamatan : Kenyamanan
= 2:1
artinya kriteria keselamatan
agak sedikit lebih penting daripada kriteria kenyamanan Keselamatan : Kesehatan
= 3 : 1 artinya kriteria keselamatan
sedikit lebih penting daripada kriteria kesehatan ·
Perbandingan acuan kriteria kenyamanan Kenyamanan : Keselamatan
= 1:2
artinya kriteria kenyamanan
tidak agak sedikit lebih penting daripada keselamatan Kenyamanan : Kesehatan
=
3 : 1 artinya kriteria kenyamanan
sedikit lebih penting kriteria kesehatan ·
Perbandingan acuan kriteria kesehatan Kesehatan : Keselamatan
= 1 : 3
artinya kriteria kesehatan
sedikit tidak lebih penting kriteria keselamatan Kesehatan : Kenyamanan
= 1 : 3 artinya kriteria kesehatan sedikit
tidak lebih penting daripada kenyamanan Setelah dibuat penilaian perbandingan kemudian nilai-nilai tersebut ditulis dalam bentuk matriks 3 x 3, diperoleh sebagai berikut : Keselamatan Kenyamanan Kesehatan Keselamatan Kenyamanan Kesehatan
1 1/2 1/3
2 1 1/3
3 3 1
Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 2.12 Wi =
.
√a11 x a12 x … … a1n
, sehingga
didapat
: Wi = ( 1,00 x 2,00 x 3,00)1/3
= 1,8171
Baris II
: Wi = ( 0,50 x 1,00 x 3,00)1/3
= 1,1477
Bairis III
: Wi = ( 0,33 x 0,33 x 100)1/3 commit to user Wi
= 0,4807
Baris I
= 3,4426
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hitung bobot masing-masing komponen dengan Persamaan 2.13 Ĩƅ =
Ǣƅ ∑ Ǣƅ
Bobot kriteria keselamatan
X1 = 1,8171/3,4426 = 0,5278
Bobot kriteria kenyamanan
X2 = 1,1477/3,4426 = 0,3325
Bobot kriteria kesehatan
X3 = 0,4807/3,4426 = 0,1396
Menghitung nilai λmaks dengan Persamaan 2.14 1 1/2 1/3
2 1 1/3
3 3 1
0,5278 0,3325 0,1396
X
=
λmaks = ∑ aij * Xi
1,6118 1,0153 0,4264 3,0536
Pengujian konsistensi dengan menghitung nilai CI menggunakan Persamaan 2.15 ðA =
ša1ú – (
,b
=
)
(
= 0,027
)
Dengan ukuran matriks n = 3 dari tabel RI didapat nilai RI = 0,58, sehingga nilai CR dapat dihitung dengan Persamaan 2.16 eA =
=
b,b b,
X
=
0,046
Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1 , jadi hasil penilaian diatas dapat diterima RI = 0,046 < 0,1 ( Ok ). 3)
Perhitungan bobot komponen global Perhitungan bobot komponen global, dilakukan dengan melakukan perkalian antara matriks bobot komponen bangunan dengan matriks bobot kriteria.
Struktur Arsitektur Utilitas
Selamat
nyaman
0,6554 0,2897 0,0549
0,0809 0,7306 0,1883
sehat
kriteria
bobot global
0,06579 0,78539 0,14882
0,5278 0,3325 0,1396
0,382 0,505 0,112
commit to user
56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil perhitungan diatas merupakan bobot komponen bangunan, yaitu · Bobot komponen Struktur
= 38,2 %
· Bobot komponen Arsitektur
= 50,5 %
· Bobot komponen Utilitas
= 11,2 %
Demikian perhitungan bobot dilakukan untuk hirarki yang lebih rendah sampai dengan elemen terkecil dari bangunan. Detail perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran A. Penilaian pembobotan komponen dan sub komponen bangunan gedung sekolah dalam penelitian ini melibatkan sepuluh orang ahli dibidang bangunan. Para ahli tersebut terdiri dari : a. Pihak Dinas Bangunan Kabupaten Tangerang
= 2 orang
b. Pihak konsultan
= 4 orang
c. Pihak kontraktor
= 4 orang
Dalam penelitian ini jenis gedung sekolah dibagi menjadi empat jenis, yaitu : 1. Bangunan tidak bertingkat dengan kamar mandi/WC 2. Bangunan tidak bertingkat tanpa kamar mandi/WC 3. Bangunan bertingkat dengan kamar mandi/WC 4. Bangunan bertingkat tanpa kamar mandi/WC Dari hasil perhitungan didapat bobot rata- rata elemen dan komponen dari penilaian masing – masing ahli sebagaimana
dalam
Gambar 4.3 sampai
dengan Gambar 4.6. Perhitungan lengkap bisa dilihat dalam Lampiran A.
commit to user
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit tosekolah user bertingkat dengan KM/WC Gambar 4.3 Bobot komponen bangunan
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.4 Bobot komponen bangunan sekolah bertingkat tanpa KM/WC commit to user
59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user Gambar 4.5 Bobot komponen bangunan sekolah tidak bertingkat dengan KM/WC 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.6 Bobot komponen bangunan sekolah tidak bertingkat tanpa KM/WC commit to user
61
perpustakaan.uns.ac.id
4.3
digilib.uns.ac.id
Penentuan Nilai Pengurang dan Faktor Koreksi Pada Kerusakan Bangunan Gedung
4.3.1 Penentuan Nilai Pengurang Perhitungan
indeks
kondisi
bangunan,
didapat
dengan
melakukan
pengamatan semua elemen dan sub elemen bangunan. Pengamatan yang dilakukan meliputi jenis kerusakan yang ada pada sub elemen, tingkat kerusakan dan volume atau kuantitas kerusakannya. Kerusakan yang terjadi pada elemen/sub elemen dijadikan sebagai nilai pengurang (deduct value) bagi elemen tersebut. Pada beberapa elemen ada kemungkinan terdapat lebih dari satu jenis kerusakan, maka agar nilai pengurang pada elemen tersebut tidak lebih dari seratus perlu dibuat koreksi kombinasi kerusakan. Kerusakan yang terjadi pada satu komponen/elemen akan menyumbangkan penurunan nilai pada komponen/elemen tersebut yang yang akhirnya akan mengurangi nilai indeks kondisi keseluruhan bangunan. Nilai indeks kondisi ini mempunyai skala 0 (nol) hingga 100 (seratus) yang menggambarkan tingkat kondisi bangunan. Penetapan nilai pengurang (NP) akibat kerusakan yang terjadi pada setiap komponen/elemen mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Sutikno (2009) dan Budhi Darmawan (2005). Besarnya nilai pengurang untuk setiap jenis kerusakan tergantung persentase volume kerusakan bangunan. Volume kerusakan dibagi dalam empat tingkat interval intensitas kerusakan yaitu: 1) Kerusakan ringan (>0% - < 15%), dengan NP = 25 (dua puluh lima). 2) Kerusakan sedang (>15% - 35%), dengan NP = 50 (lima puluh). 3) Kerusakan berat (>35% - 65%), dengan NP = 75 (tujuh puluh lima). 4) Kerusakan tidak laik fungsi (>65%), dengan NP = 100 (seratus). Apabila bila tanpa kerusakan (0%), maka NP = 0 (nol) yang menunjukkan kondisi elemen/komponen bangunan dalam keadaan baik, sekaligus memberikan nilai skala indeks kondisi sebesar 100 (seratus). Sebagai contoh komponen rangka atap, mempunyai luas 100 m2. Apabila ada yang mengalami kerusakan patah atau lapuk dengan luas antara 1 m2 sampai dengan kurang dari 15 m2 (>0% - < 15%) , maka nilai pengurangnya adalah 25,commit sedangkan apabila yang mengalami kerusakan to user
62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan luas diatas 15 m2 sampai dengan 35 m2 (>15% - 35%) maka nilai pengurangnya adalah 50. Demikian seterusnya sesuai dengan ketentuan diatas. Akan tetapi untuk jenis kerusakan tertentu pada elemen yang vital, maka nilai pengurang tidak mengacu pada ketentuan diatas. Misalkan jenis kerusakan patah pada elemen kuda-kuda kerusakan sebesar 10 % sudah dianggap memberikan nilai pengurang sebesar 100 %, karena dengan kerusakan 10 % pada kuda-kuda sistem struktur sudah dianggap tidak berfungsi. Jadi untuk komponen kuda-kuda kerusakan 0 – 1 % memberikan nilai pengurang 25, kerusakan 1 – < 10 % memberikan nilai pengurang 50 dan kerusakan > 10 % memberikan nilai pengurang 100. Untuk memudahkan nilai pengurang untuk masing-masing jenis kerusakan ditampilkan dalam Tabel 4.2 sampai dengan Tabel 4.4 Tabel 4.2 Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk komponen struktur Elemen
Elemen / Sub Elemen
Jenis Kerusakan
Tingkat Kerusakan
Patah/tekuk
Lapuk/karat Kuda-kuda gording
Ringan (<1/400)L Sedang (1/400 –1/200)L
Lendut Struktur Atap
Berat (>1/200)L
Ikatan angin
Usuk, reng
Pecah, lepas
Pecah, lapuk
Volume Kerusakan
Nilai Pengurang
>0% - < 1 % 1% - < 10% >10% >0% - < 10 % 10% - 50% >50% >0% - < 30% >30% - 60% > 60 % >0% - < 30% >30% - 60% > 60% >0% - < 30% 30% - 60% > 60% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% 30% - 60% > 60%
25 50 100 25 50 100 8 16 25 26 38 50 51 75 100 25 50 75 100 25 50 75 100 75 100
commit to user
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.2 Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk komponen struktur (lanjutan) Elemen
Sub Elemen
Jenis Kerusakan
Tingkat Kerusakan
Lendut
Keropos
Ringan (<1 mm)
Kolom Retak
Sedang 3 mm)
(1-
Berat (> 3 mm)
Patah
Ringan (<1 mm) Struktur Atas
Retak
Balok
Sedang 3 mm)
(1-
Berat (> 3 mm)
Ringan (<1/400)L
Lendut
Sedang (1/400 –1/200)L Berat (>1/200)L
Ringan (<1 mm)
Pelat Lantai
Retak
Sedang (1-3 mm) Berat (> 3 mm)
Volume Kerusakan
Nilai Penguran g
>0% - < 1 % 1% - 10% >10% >0% - < 15% 15% - 35% > 35% >0% - < 30% >30% - 60% > 60 % >0% - < 30% >30% - 60% > 60% >0% - < 30% 30% - 60% > 60% >0% - < 1 % 1% - 10% >10% >0% - < 30% >30% - 60% > 60 % >0% - < 30% >30% - 60% > 60% >0% - < 30% 30% - 60% > 60% >0% - < 30% >30% - 60% > 60 % >0% - < 30% >30% - 60% > 60% >0% - < 30% 30% - 60% > 60% >0% - < 30% >30% - 60% > 60 % >0% - < 30% >30% - 60% > 60% >0% - < 30% 30% - 60% > 60%
25 50 100 25 50 100 8 16 25 26 38 50 51 75 100 25 50 100 8 16 25 26 38 50 51 75 100 8 16 25 26 38 50 51 75 100 8 16 25 26 38 50 51 75 100
commit to user
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.2 Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk komponen struktur (lanjutan) Elemen
Sub Elemen
Jenis Kerusakan
Tingkat Kerusakan Ringan (<1/400)L
Struktur Atas Pelat Lantai
Lendut
Sedang (1/400 –1/200)L
Berat (>1/200)L
Ringan (<1 mm)
Retak
Sedang (1-3 mm)
Pondasi pelat beton Berat (> 3 mm)
Struktur Bawah
Turun
Pondasi batu kali
Turun, retak
Patah
Ringan (<1 mm) Sloof Retak
Sedang (1-3 mm) Berat (> 3 mm)
Volume Kerusakan
Nilai Pengurang
>0% - < 30%
8
>30% - 60%
16
> 60 %
25
>0% - < 30%
26
>30% - 60%
38
> 60%
50
>0% - < 30%
51
30% - 60%
75
> 60%
100
>0% - < 30%
8
>30% - 60%
16
> 60 %
25
>0% - < 30%
26
>30% - 60%
38
> 60%
50
>0% - < 30%
51
30% - 60%
75
> 60%
100
>0% - < 1 %
25
1% - 10%
50
>10%
100
>0% - < 15%
25
15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% > 35% >0% - < 30% >30% - 60% > 60 % >0% - < 30% >30% - 60% > 60% >0% - < 30% 30% - 60% > 60%
50 75 100 25 50 100 8 16 25 26 38 50 51 75 100
commit to user
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.3 Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk Komponen Arsitektur Elemen
Penutup atap
Sub Elemen
Jenis Kerusakan
Genteng
pecah, retak
Bubungan
pecah, retak, lendut
Lisplang
pecah, lapuk
Ringan (<1/400)L Sedang (1/400 – 1/200)L
Lendut
Plafond Rangka dan penutup Plafond
Berat (>1/200)L Lapuk , lepas
Pintu
Cat Plafond
terkelupas,pudar
Kusen Pintu
pecah, lapuk/dimakan rayap
Daun Pintu
pecah, lapuk, lepas
Engsel Pintu
lepas, macet
Handel/ Kunci
kunci rusak, handel lepas
Cat Pintu
terkelupas, warna pudar
commit to user
Volume Kerusakan
Nilai Pengurang
>0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 30% >30% - 60% > 60 % >0% - < 30% >30% - 60% > 60% >0% - < 30% 30% - 60% > 60% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65%
25 50 75 100 25 50 75 100 25 50 75 100 8 16 25 26 38 50 51 75 100 25 50 75 100 25 50 75 100 25 50 75 100 25 50 75 100 25 50 75 25 50 75 100 25 50 75 100
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.3 Jenis kerusakan dan NP untuk Komponen Arsitektur (lanjutan) Elemen
Sub Elemen
Jenis Kerusakan
Kusen Jendela
pecah, lapuk/dimakan rayap
Daun Jendela
pecah, lapuk, lepas
Kaca Jendela
pecah, retak
Engsel Jendela
Lepas, macet
Kait angin
Lepas
Cat Jendela
terkelupas, warna pudar
Pasangan bata
Pecah, retak
Plester aci
Retak, terkelupas
Cat Dinding
Terkelupas, warna pudar
Lantai dan dinding keramik
Lepas, pecah, retak
Rabat
pecah, retak
Jendela
Dinding
Penutup lantai dan dinding
Volume Kerusakan
Nilai Pengurang
>0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65%
25 50 75 100 25 50 75 100 25 50 75 100 25 50 75 100 25 50 75 100 25 50 75 100 25 50 75 100 25 50 75 100 25 50 75 100 25 50 75 100 25 50 75 100
commit to user
67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.4 Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk Komponen Utilitas Elemen
Instalasi listrik
Instalasi Air Bersih
Sub Elemen
Jenis Kerusakan
Kabel Listrik
Putus, lepas
Lampu TL, Pijar
Putus, buram
Stop Kontak, saklar
Lepas, pecah
Pompa Air
Mati
Tangki Air
Pecah, retak
Instalasi Pipa
Pecah/ bocor, tersumbat
Bak Air
pecah, bocor
Kran Air
Rusak, lepas
Tingkat kerusakan
Volume Kerusakan
Nilai Pengurang
>0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65%
25 50 75 100 25 50 75 100 25 50 75 100 25 50 75 100 25 50 75 100 25 50 75 100 25 50 75 100 25 50 75 100
commit to user
68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.4 Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk Komponen Utilitas (lanjutan) Elemen
Sub Elemen
Jenis Kerusakan
Closed/ Urinoir
pecah, retak
Instalasi pipa
Bocor/pecah, tersumbat
Septictank
Penuh, roboh
Saluran air
Roboh, pecah
Instalasi Air Kotor
Tingkat kerusakan
Volume Kerusakan >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% >0% - < 15% 15% - 35% >35% - 65% > 65% > 65%
Nilai Pengurang 25 50 75 100 25 50 75 100 25 50 75 100 25 50 75 100 100
4.3.2 Penentuan Faktor Koreksi Pada beberapa elemen sering terdapat lebih dari satu jenis kerusakan, agar nilai pengurang tidak lebih dari seratus, maka dibuat faktor koreksi nilai pengurang. Faktor koreksi disusun berdasarkan prioritas bahaya kerusakan diantara beberapa kerusakan yang terjadi. Penentuan faktor koreksi untuk akibat kombinasi kerusakan mengacu kepada nilai yang ditentukan oleh Uzarski sebagaimana pada Tabel 4.5 : Tabel 4.5 Faktor kombinasi jenis kerusakan (Uzarski dalam Iih Suparjo, 2009) Nomor
Jumlah Kombinasi Kerusakan
Prioritas Bahaya Kerusakan
Faktor Koreksi F (t,d)
1
2
I
0,8 - 0,7- 0,6
II
0,2 - 0,3 – 0,4
I
0,5 - 0,6
II
0,3 - 0,4
III
0,1 - 0,2
2
3
commit to user
69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Misal pada kuda-kuda kerusakan yang terjadi adalah patah dan melendut, maka bahaya kerusakan patah adala prioritas I dan bahaya lendut adalah prioritas II. Maka faktor koreksi untuk patah adalah 0,7 dan untuk lendut adalah 0,3. Faktor koreksi untuk kerusakan yang terjadi pada bangunan sekolah disesuaikan dengan jenis kerusakan yang terjadi. Secara detail faktor koreksi untuk berbagai jenis kerusakan disajikan pada Tabel 4.6 : Tabel 4.6 Nilai Faktor Koreksi untuk kombinasi kerusakan pada bangunan sekolah No.
Komponen/Elemen
Jumlah Kerusakan 2 2
1.
Kuda-kuda, gording
2 3
2.
Ikatan angin
2
3.
Usuk/kasau , reng
2 2 2
4.
Kolom
2 3 2 2
5.
Balok
2 3
6.
Pelat
2
7.
Sloof
2
Jenis Kerusakan Patah/tekuk Lendut Patah/tekuk Lapuk/karat Lendut Lapuk/karat Patah Lendut Lapuk/karat Pecah Lepas Pecah Lapuk Lendut Retak Lendut Keropos Keropos Retak Lendut Keropos Retak Patah Lendut Patah Retak Lendut Retak Patah Retak Lendut Retak Lendut Patah Retak
commit to user
Prioritas Bahaya
Faktor Koreksi
I II I II I II I II III I II I II I II I II I II I II III I II I II I II I II III I II I II
0,7 0,3 0,7 0,3 0,6 0,4 0,5 0,3 0,2 0,6 0,4 0,7 0,3 0,6 0,4 0,6 0,4 0,6 0,4 0,5 0,3 0,2 0,7 0,3 0,7 0,3 0,6 0,4 0,5 0,3 0,2 0,6 0,4 0,6 0,4
70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.6 Nilai Faktor Koreksi untuk kombinasi kerusakan (lanjutan) No.
Komponen/Elemen
Jumlah Kerusakan
8.
Pondasi
2
9.
Penutup atap
2 2 2
10.
Bubungan
2 3
11.
Lisplang
2 2 2
12.
Rangka Plafond Penutup Plapond
2 3
13.
Cat Plafond
2
14.
Pasangan bata
2
15.
Plesteran Dinding
2
16.
Cat Dinding
2 2 2
17.
Kusen Pintu , kusen jendela
2 3
Jenis Kerusakan Turun Retak Pecah Retak Pecah Retak Pecah Lendut Lendut Retak Pecah Lendut Retak Pecah Lapuk Lepas Lendut Lepas Lapuk Lendut Lapuk Lepas Lendut Lapuk Terkelupas Warna pudar Pecah Retak Terkelupas Retak Tekelupas Warna pudar Pecah Lapuk Pecah Rayap Rayap Lapuk Pecah Rayap Lapuk
commit to user
Prioritas Bahaya I II I II I II I II I II I II III I II I II I II I II I II III I II I II I II I II I II I II I II I II III
Faktor Koreksi 0,6 0,4 0,6 0,4 0,7 0,3 0,6 0,4 0,6 0,4 0,5 0,3 0,2 0,6 0,4 0,7 0,3 0,7 0,3 0,6 0,4 0,5 0,3 0,2 0,7 0,3 0,7 0,3 0,6 0,4 0,7 0,3 0,6 0,4 0,6 0,4 0,6 0,4 0,5 0,3 0,2
71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.6 Nilai Faktor Koreksi untuk kombinasi kerusakan (lanjutan) No.
Komponen/Elemen
18.
Daun Pintu, daun jendela
19.
Kaca
20.
Kunci Pintu
21.
Engsel Pintu , Engsel Jendela
22.
Cat Pintu, Jendela
23.
Keramik lantai, keramik dinding
24.
Rabat
25.
Instalasi Kabel
26.
Lampu TL, Pijar
27.
Stop Kontak,saklar
28.
Tangki air
29.
Pipa air bersih, air kotor
Jumlah Kerusakan
Tingkat Kerusakan Pecah 2 Lepas Pecah 2 Lapuk Lepas 2 Lapuk Pecah 3 Lepas Lapuk Pecah 2 Retak Kunci rusak 2 Handel lepas Lepas 2 Macet Terkelupas 2 Warna pudar Lepas 2 Pecah Lepas 2 Retak Pecah 2 Retak Lepas 3 Pecah Retak Pecah 2 Retak Putus 2 Lepas Putus 2 Buram Pecah 2 Lepas Pecah 2 Retak Pecah 2 Bocor Pecah 2 Tersumbat Bocor 2 Tersumbat Pecah 3 commit Bocor to user Tersumbat
Prioritas Bahaya I II I II I II I II III I II I II I II I II I II I II I II I II III I II I II I II I II I II I II I II I II I II III
Faktor Koreksi 0,6 0,4 0,6 0,4 0,6 0,4 0,5 0,3 0,2 0,7 0,3 0,7 0,3 0,7 0,3 0,7 0,3 0,6 0,4 0,7 0,3 0,7 0,3 0,5 0,3 0,3 0,7 0,3 0,6 0,4 0,6 0,4 0,6 0,4 0,6 0,4 0,6 0,4 0,7 0,3 0,7 0,3 0,5 0,3 0,2
72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.6 Nilai Faktor Koreksi untuk kombinasi kerusakan (lanjutan) No.
Komponen/Elemen
Jumlah Kerusakan
28.
Bak Air
2
29.
Kran Air
2
30.
Closed/Urinoir
2
31
Septic tank
2
32
Saluran air
2
4.4
Jenis Kerusakan Pecah Bocor Rusak Lepas Pecah Retak Roboh Penuh Roboh Pecah
Prioritas Bahaya I II I II I II I II I II
Faktor Koreksi 0,6 0,4 0,7 0,3 0,7 0,3 0,7 0,3 0,7 0,3
Perhitungan Indeks Kondisi Bangunan Sekolah Perhitungan indeks kondisi bangunan sekolah berdasarkan kepada jenis
kerusakan, tingkat kerusakan dan volume kerusakan yang terjadi pada sub elemen. Berdasarkan data tersebut bisa ditentukan nilai pengurang untuk masing-masing sub elemen. Indeks kondisi elemen didapat dengan cara menjumlahkan hasil perkalian indeks kondisi sub elemen dengan bobotnya masing-masing. Indeks kondisi sub komponen
didapat dengan cara menjumlahkan hasil perkalian indeks kondisi
elemen dengan bobotnya masing-masing. Indeks kondisi komponen didapat dengan cara menjumlahkan hasil perkalian indeks kondisi sub komponen dengan bobotnya masing-masing.
Terakhir
indeks
kondisi
bangunan
didapat
dengan
cara
menjumlahkan hasil perkalian indeks kondisi komponen dengan bobotnya masingmasing. 4.4.1
Contoh Perhitungan Indeks Kondisi Bangunan Sekolah Pada perhitungan ini akan diambil sebagai sampel yaitu SDN Kadongdong.
Kondisi SDN Kadongdong mengalami kerusakan pada komponen struktur dan arsitektur dan utilitas Kerusakan pada komponen struktur meliputi kerusakan pada komponen kuda-kuda dan kolom. Kerusakan komponen arsitektur meliputi dinding, plapon, keramik, kusen dan penutup atap. commit to user
73
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.7
digilib.uns.ac.id
Denah dan tampak SDN Kadongdong
Gambar 4.8 Photo kerusakan pada SDN Kadongdong A.
Perhitungan indeks kondisi komponen struktural Perhitungan indeks kondisi komponen struktural meliputi perhitungan kondisi
struktur atap, atas dan struktur bawah. Perhitungan menggunakan Persamaan 2.4. Misal komponen kuda-kuda mengalami patah dengan volume lebih dari 10 %, commit to user
74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
maka dari tabel didapat nilai pengurang sebesar 100 %. Maka nilai kondisi kudakuda yaitu : p
IKSE =
100 - å i =1
m
å a (Tj , Sj , Dij )* F (t , d ) = 100 - ∑ ( 1x100) = 0 j =1
Perhitungan lengkap disajikan dalam Tabel 4.7 Tabel 4.7 Perhitungan indeks kondisi sub elemen komponen struktural Elemen A
Sub Elemen b Kuda-kuda
Struktur atap
Ikatan angin
Gording
Usuk/reng Kolom utama Kolom selasar
Struktur atas
Kolom praktis Ring balk
Balok Selasar
Struktur
Pondasi
bawah Sloof
Jenis Kerusakan c patah lapuk lendut Pecah Lepas lapuk pecah retak lendut Pecah lapuk Lendut Keropos retak Lendut Keropos retak Patah Keropos retak patah retak lendut patah retak lendut Pecah Lapuk rayap Pecah
Tingkat Kerusakan D
Volume Kerusakan e 33,3 % 0% 0% 43,8 %
Sedang
0% 0% 73,16 %
Ringan Berat
20,6 % 16,5 % 0% 0% 22,7 % 36,4 %
Berat
0 % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 39,4 % 0% 0% 0% 0%
FK
NP
Indeks Kondisi
f
g
h=100-∑(fxg)
1,0 0,0 0,0
100,0 0,0 0,0 0,0 75
0,0 1,0 0,0 0,0 0,0 1,0
0,7 0,3 0,0 0,0 1,0 1,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,0 0,0 0,0 100
100 – (1x100) = 0
100 - (1x75) = 25
100 - (1x100) = 0
50 50 0,0 0,0 8,0
100 – (0,7x50 + 0,3 x50) = 50 100-(1x8) = 92
75,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
100 – (1X75)= 25
100 – ( 0 ) = 100
100 – (0 ) = 100
0,0 0,0 0,0 0,0 75 0,0 0,0 0,0 0,0
100 – (1x75) = 25
100 – ( 0 ) = 100
100 – ( 0 ) = 100
commit to user
75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari perhitungan diatas, perhitungan dilanjutkan ke penilaian indeks kondisi elemen dengan Persamaan 2.5 : IKE rangka atap = (IKSEgording x bobot gording + IKSE usuk/reng x bobot usuk/reng) IKSK penutup atap = ( 50 x 0,552 + 50 x 0,448) = 50,0 Untuk selengkapnya perhitungan disajikan dalam Tabel 4.8 : Tabel 4.8 Perhitungan indeks kondisi elemen komponen struktural Sub Komponen A Rangka atap Kolom Balok
Elemen b Gording Usuk/reng Kolom utama Kolom selasar Kolom praktis Ring Balk Balok selasar
Indeks kondisi Elemen(IKE) C 50 50 92 25 100 100 25
Bobot elemen
Indeks kondisi Sub komponen (IKSK) e = ∑(c x d)
D 0,552 0,448 0,594 0,250 0,156 0,515 0,485
50,0 76,5 63,63
Selanjutnya perhitungan dilanjutkan kepada perhitungan indeks kondisi sub komponen dengan Persamaan 2.6 IKSK struktur atap = (IKEkuda-kuda x bobot kuda-kuda + IKE rangka atap x bobot Rangka atap + IKE ikatan angin x bobot ikatan angin) IKSK penutup atap = ( 0 x 0,535 + 50,0 x 0,391 + 25 x 0,074) = 21,40 Untuk selengkapnya perhitungan disajikan dalam Tabel 4.9 : Tabel 4.9 Perhitungan indeks kondisi sub komponen struktural Sub Komponen A Struktur atap Struktur atas Struktur bawah
Elemen b Kuda-kuda Rangka atap Ikatan angin Kolom Balok Pondasi Sloof
Indeks kondisi Elemen(IKE)
Bobot elemen
Indeks kondisi Sub komponen (IKSK)
C 0,00 50,0 25,0 76,5 63,63 100,00 100,00
D 0,535 0,391 0,074 0,630 0,370 0,675 0,325
e = ∑(c x d) 21,40
71,73 100,0
commit to user
76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Akhirnya bisa didapat bobot komponen struktur, yaitu dengan menggunakan Persamaan 2.7 IKK struktur = (IKSKstruktur atap x bobot struktur atap + IKSK struktur atas x bobot Struktur atas+ IKSK struktur bawah x bobot struktur bawah) IKK struktur = ( 21,40 x 0,321 + 71,73 x 0,379 + 100,0 x 0,300 ) = 64,06 B.
Perhitungan indeks kondisi komponen arsitektural Perhitungan indeks kondisi komponen arsitektural meliputi perhitungan
kondisi atap, plapon, dinding, kusen dan lantai disajikan dalam Tabel 4.10 Tabel 4.10 Perhitungan indeks kondisi sub elemen komponen arsitektural Elemen A
Sub Elemen B Genteng
Penutup Atap
Bubungan
Tingkat Kerusakan D
Rangka
Penutup
Cat
Volume Kerusakan e
FK
NP
Indeks Kondisi
f
g
h=100-∑(fxg)
Pecah
0%
0,0
0,0
retak
8,2 %
1,0
pecah
0%
0,0
25 0,0
retak
0%
0,0
0,0
Pecah
53,6 % 0%
1,0 0,0
75,0
Lepas
0%
0,0
0,0
lapuk lepas
22 % 80 %
1,0 1,0
50,0 100,0
78,6 %
1,0
100,0
lapuk lepas
0% 78,6 %
0,0
0,0
1,0
100,0
lendut
0%
0,0
0,0
lapuk
0%
0,0
0,0
78,6 %
1,0
0,0
0%
0,0
0,0
lendut lisplang
Plapond
Jenis Kerusakan c
lendut
terkelupas pudar
Berat
100 - (1x25) = 75
100 - (75x1) = 25
0,0 100 - (1*50) = 50
100 - (100x1) = 0
100 - (100x1) = 0
100 - (100x1) = 0
commit to user
77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.10 Perhitungan indeks kondisi sub elemen komponen arsitektural (lanjutan) B
A
Kusen
Daun pintu Pintu
Kunci Handel Engsel Cat Kusen
Daun jendela
Jendela
Kaca Kait ang Engsel Slot Cat Pas. bata
Dinding
Plesteran Cat Keramik
Keramik dan dinding
Rabat keramik dinding
c Pecah Lapuk rayap pecah lapuk lepas rusak lepas lepas macet Terkelupas pudar Pecah Lapuk rayap pecah rayap lapuk Pecah retak lepas lepas macet lepas terkelupas pudar pecah Retak rontok Retak terkelupas pudar Lepas retak Pecah retak Lepas retak
D
e
f
g
85,7 % 0% 0% 85,7 % 0% 70 % 85,7 % 0% 66,7 % 0% 0% 100 % 44,4 % 0% 0% 0% 0% 42,4 % 50,4 % 0% 42,4 % 42,4 % 0% 42,4 % 100 % 0% 0% 0% 0% 2,4 % 0% 100 % 69,2 % 0% 77,1 % 0% 51,2 % 0%
10,0 0,0 0,0 10,0 0,0 1,0 10,0 0,0 1,0 0,0 0,0 1,0 1,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,0 1,0 0,0 1,0 1,0 0,0 1,0 1,0 0,0 0,0 1,0 0,0 1,0 0,0 1,0 1,0 0,0 1,0 0,0 1,0 0,0
100,0 0,0 0,0 100,0 0,0 100,0 100,0 0,0 10,0 0,0 0,0 100,0 75,0 0,0 0,0 0,0 0,0 75,0 75,0
0,0 0,0 0,0 0,0 50,0 100,0 0,0 0,0 0,0 0,0 25,0 0,0 100,0 100,0 0,0 100,0 0,0 75,0 0,0
h=100-∑(fxg) 100 - (100x1) =0
100-(100x1) =0
100-(100x1) =0 100-(100x1) =0 100-(100x1) =0
100 - (75x1) = 25
100-(75x1) =25
100-(75x1) =25 100-(75x1) =25 100-(75x1) =25 100-(75x1) =25 100-(100x1) =0 100-(0x1) =0 100-(25x1) =75 100-(100x1) =0 100-(100x1) =0 100-(100x1) =0 100-(75x1) =25
commit to user
78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari perhitungan diatas, perhitungan dilanjutkan ke penilaian indeks kondisi elemen dengan Persamaan 2.5 : IKE pintu = (IKSEkusen x bobot kusen + IKSE daun pintu x bobot daun pintu + IKSE kunci x bobot kunci + IKSE engsel x bobot engsel + IKSE cat x bobot cat) IKE pintu = (0,0 x 0,277+ 0,0 x 0,371 + 0,0x 0,177 + 0,0 x 0,060 + 0,0 x 0,116) = 0,0 Untuk selengkapnya perhitungan disajikan dalam Tabel 4.11 : Tabel 4.11 Perhitungan indeks kondisi elemen komponen arsitektural Sub Komponen
Elemen
A
b
Pintu
Jendela
Kusen Daun pintu Kunci/handel Engsel Cat Kusen Daun jendela Kaca Kait angin Engsel Slot Cat
Indeks kondisi Elemen(IKE) C 0 0 0 0 0 25 25 25 25 25 25 0
Bobot elemen
Indeks kondisi Sub komponen (IKSK)
D 0,277 0,371 0,177 0,060 0,116 0,345 0,200 0,240 0,052 0,052 0,052 0,059
e = ∑(c x d)
0,00
23,53
Selanjutnya perhitungan dilanjutkan ke perhitungan indeks kondisi sub komponen dengan Persamaan 2.6 IKSK penutup atap = (IKEgenteng x bobot genteng + IKE bubungan x bobot bubungan + IKE lisplang x bobot lisplang) IKSK penutup atap = (75 x 0,765 + 25 x 0,164 + 50 x 0,071) = 65,03 Untuk selengkapnya perhitungan disajikan dalam Tabel 4.12 :
commit to user
79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.12 Perhitungan indeks kondisi sub komponen arsitektural Sub Komponen
Elemen
A
b
Penutup atap
Plapon Pintu dan jendela Dinding
Penutup lantai Dan dinding
Genteng Bubungan Lisplang Rangka Penutup Cat Pintu Jendela Pas dinding Plesteran Cat Keramik lantai Rabat Keramik dinding
Indeks kondisi Elemen(IKE)
Bobot elemen
Indeks kondisi Sub komponen (IKSK)
C 75 25 50 0 0 0 0 23,53 100 75 0 0 0 25
D 0,765 0,164 0,071 0,512 0,345 0,143 0,338 0,662 0,591 0,304 0,105 0,735 0,120 0,145
e = ∑(c x d) 65,03
0,00
15,57
81,90
3,63
Akhirnya bisa didapat bobot komponen arsitektur, yaitu dengan menggunakan Persamaan 2.7 IKK arsitektur = (IKSKpenutup atap x bobot penutup atap + IKSK plapon x bobot plapon + IKSK dinding x bobot dinding +IKSK kusen x bobot kusen + IKSK penutup lantai/dinding x bobot penutup lantai/dinding) IKK arsitektur = (65,03 x 0,232 + 0,0 x 0,112 + 81,90 x 0,253 + 15,57 x 0,256 + 3,63 x 0,146 ) = 40,33 C.
Perhitungan indeks kondisi komponen utilitas Perhitungan indeks kondisi komponen utilitas meliputi perhitungan kondisi
instalasi listrik, air bersih dan air kotor disajikan dalam Tabel 4.13
commit to user
80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.13 Perhitungan indeks kondisi elemen komponen utilitas Elemen A
Instalasi listrik
Sub Elemen B
Instalasi pipa Bak air Kran Water closed
Instalasi air kotor\\
Instalasi pipa Septic tank Saluran air
NP
Indeks Kondisi
f
g
h=100-∑(fxg)
Mati/putus
85,7 %
1,0
100,0
Mati/putus
100 %
1,0
100,0
Pecah
0%
0,0
0,0
Lepas
75 %
1,0
100,0
Pecah
60 %
1,0
75,0
Lepas
0%
0,0
0,0
Mati
100 %
1,0
100,0
Pecah
100 %
1,0
100,0
retak
0%
0,0
0,0
pecah
83 %
1,0
100,0
Bocor
0%
0,0
0,0
tersumbat
0%
0,0
0,0
Pecah
100 %
1,0
100,0
retak
0%
0,0
0,0
rusak
100 %
1,0
100,0
lepas
0%
0,0
0,0
pecah
100 %
1,0
100,0
retak
0%
0,0
0,0
pecah
80 %
1,0
100,0
Bocor
0%
0,0
0,0
tersumbat
0%
0,0
0,0
100 %
1,0
100,0
penuh
0%
0,0
0,0
Roboh
0%
0,0
0,0
Pecah
70,5 %
1,0
100,0
Lampu TL Lampu pijar Stop kontak
Roboh
0%
FK
100 %
Lepas
Tanki air
Volume Kerusakan e
0,0 100,0
Terbakar
Pompa
Tingkat Kerusakan D
0,0 1,0
Instalasi kabel
Saklar
Instalasi air bersih
Jenis Kerusakan c
100-(1x100) = 0 100-(1x100) = 0 100-(1x100) = 0 100-100x1) = 0 100-(75x1) =25 100-(1x100) = 0 100-(1x100) = 0
100-(1x100) =0
100-(1x100) = 0 100-(1x100) = 0 100-(1x100) =0
100-(1x100) =0
100-(1x100) = 0 100-(1x100) = 0
Dari perhitungan diatas, perhitungan dilanjutkan ke penilaian indeks kondisi sub komponen dengan Persamaan 2.6 : IKSK instalasi listrik = (IKEinstalasi kabel x bobot instalsi kabel + IKE lampu TL x bobot Lampu TL + IKE lampu pijar x bobot lampu pijar + IKE stop kontak x bobot stop kontak + IKE saklar x bobot saklar ) IKSKinstalasi listrik = (0 x 0,355 + 0 x 0,289 + 0 x 0,118 + 0 x 0,12 + 25 x 0,118) commit to user = 2,95 81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk selengkapnya perhitungan disajikan dalam Tabel 4.14 : Tabel 4.14 Perhitungan indeks kondisi sub komponen utilitas Sub Komponen A
Instalasi listrik
Instalasi air bersih
Instalasi air kotor
Elemen B Instalasi kabel Lampu TL Lampu pijar Stop kontak Saklar Pompa Tanki air Instalasi pipa Bak air Kran air Water closed Instalasi pipa Septic tank Saluran air
Indeks kondisi Elemen(IKE)
Bobot elemen
Indeks kondisi Sub komponen (IKSK)
c 0 0 0 0 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0
D 0,355 0,289 0,118 0,120 0,118 0,353 0,223 0,293 0,078 0,053 0,399 0,245 0,241 0,114
e = ∑(c x d)
2,95
0,0
0,0
Akhirnya bisa didapat bobot komponen utilitas, yaitu dengan menggunakan Persamaan 2.7 IKK utilitas = (IKSKinstalasi listrik x bobot instalasi listrik + IKSK air bersih x bobot air bersih + IKSK air kotor x bobot Air kotor ) IKK utilitas D.
= ( 2,95 x 0,3981 + 0,0 x 0,318 + 0,0 x 0,270) = 1,215
Perhitungan indeks kondisi bangunan Perhitungan indeks kondisi bangunan meliputi komponen struktur, arsitektur
dan utilitas. Perhitungan menggunakan Persamaan 2.8 IK bangunan = (IKK struktur x bobot struktur + IKK arsitektur x bobot arsitektur + IKK utilitas x bobot utilitas ) = (64,06 x 0,401 + 40,33 x 0,451 + 1,215 x 0,148) = 44,056 4.4.2
Indeks Kondisi Bangunan Sekolah di Kecamatan Tigaraksa Kondisi bangunan sekolah negeri di Kecamatan Tigaraksa didapat dengan
melakukan survey langsung ke lapangan. Indeks kondisi bangunan dihitung dengan commit to user bantuan program dan didapat hasil sebagaimana dalam Tabel 4.15 :
82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.15. Daftar Indeks kondisi bangunan sekolah di Tigaraksa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
Nama Sekolah SDN Tigaraksa I SDN Tigaraksa II SDN Tigaraksa III SDN Tigaraksa IV SDN Babakan SDN Gudang SDN Kadongdong SDN Cogrek I SDN Pasirnangka SDN Seglog SDN Pasirbolang SDN Cogrek II SDN Bidara SDN Kadu SDN Pete SDN Kalapa Dua I SDN Kalapa Dua II SDN Cisereh I SDN Cisereh II SDN Guradog SDN Sodong I SDN Sodong II SDN Tapos SDN Pinang SDN Tapos Wetan SDN Bantar panjang SDN Peusar SDN Cigaling SDN Kadeper SDN Cileles SDN Jalupang SDN Kaduagung I SDN Kaduagung II SDN Bugel SDN Matagara SDN Nagrak SMPN Tigaraksa I SMPN Tigaraksa II SMPN Tigaraksa III SMAN Tigaraksa I SMAN Tigaraksa II
IKK Struktur
IKK Arsitektur
IKK Utilitas
98,59 98,59 100,00 100,00 100,00 95,38 64,57 100,00 100,00 97,36 74,36 100,00 100,00 94,60 90,72 98,59 67,95 98,59 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 98,59 100,00 100,00 100,00 91,80 100,00 98,59 98,59 98,59 100,00 100,00 98,59 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
78,17 81,55 87,33 72,04 73,37 53,06 40,33 88,52 86,54 69,09 63,64 68,18 91,61 70,52 62,05 89,41 57,31 69,27 87,39 87,58 87,63 88,26 89,53 92,26 73,96 75,03 81,60 84,02 58,10 74,39 65,51 75,62 74,11 87,50 80,33 62,77 89,08 83,68 92,09 87,07 91,56
75,02 57,57 79,05 57,67 68,06 82,15 1,22 83,26 59,30 55,81 55,35 62,59 79,27 64,80 57,57 80,45 48,73 60,48 78,17 57,57 86,36 69,47 82,16 85,36 77,41 70,62 69,47 50,35 69,24 60,62 66,52 63,57 60,62 73,37 78,44 47,40 79,65 85,55 85,55 79,65 83,68
commit to user
IKB 86,43 85,81 91,19 82,10 83,26 74,55 44,06 92,34 88,88 78,46 66,71 80,11 93,15 80,01 73,63 91,77 60,76 79,73 91,08 89,15 92,40 90,92 92,64 94,35 84,35 84,39 87,89 86,64 73,26 83,53 79,63 83,86 82,81 91,05 87,94 76,04 92,54 90,82 94,63 91,63 93,78
Tingkat Kerusakan 13,57 14,19 8,81 17,90 16,74 25,45 55,94 7,66 11,12 21,54 33,29 19,89 6,85 19,99 26,37 8,23 39,24 20,27 8,92 10,85 7,60 9,08 7,36 5,65 15,65 15,61 12,11 13,36 26,74 16,47 20,37 16,14 17,19 8,95 12,06 23,96 7,46 9,18 5,37 8,37 6,22
83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari Tabel 4.15 dapat diketahui bahwasanya secara umum kondisi sekolah di Kecamatan Tigaraksa dalam kondisi cukup baik. Dari 41 bangunan sekolah yang disurvei, 2 dalam kondisi rusak berat, 17 rusak sedang dan 22 dalam kondisi rusak ringan.
4.5
Penentuan Skala Prioritas Pemeliharaan Bangunan Sekolah Penentuan prioritas rehabilitasi bangunan sekolah tidak dapat hanya
memperhatikan kriteria kerusakan bangunan saja. Penentuan kriteria yang mempengaruhi dalam penentuan prioritas penanganan rehabilitasi bangunan sekolah mengacu kepada Undang-undang dan peraturan pemerintah yang berkaitan dengan rehabilitasi bangunan sekolah dan diskusi dengan pihak pemangku kepentingan. Berdasarkan hasil kajian dan diskusi dalam penelitian ini digunakan enam buah kriteria. Keenam buah kriteria tersebut yaitu : A. Tingkat kerusakan bangunan sekolah Kriteria tingkat kerusakan sekolah, menyatakan kondisi bangunan sekolah. Perhitungan kondisi bangunan sekolah secara detail sebagaimana dibahas dalam sub bab IV.3. Hasil perhitungan menggambarkan kondisi bangunan sekolah berdasarkan jenis kerusakan, tingkat kerusakan dan volume kerusakan yang ada pada elemen-elemen bangunan sekolah tersebut. B. Status kepemilikan tanah sekolah Status tanah sekolah menjadi salah satu kriteria dalam penentuan prioritas rehabilitasi bangunan sekolah. Dalam Undang – Undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, status kepemilikan tanah menjadi salah satu persyaratan administrasi yang harus dipenuhi. Dalam penelitian ini status tanah dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : ·
Milik sekolah dan sudah memiliki sertifikat
·
Milik sekolah dan belum memiliki sertifikat
·
Bukan milik sekolah, bisa berupa tanah pribadi yang disewa sekolah, tanah desa, tanah negara atau yang lainnya. Dalam Peraturan pemerintah tentang standar sarana dan prasarana bangunan sekolah, diperbolehkan sekolah commit to user berada diatas tanah yang disewa dengan minimal masa sewa 20 tahun.
84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Status bangunan sekolah Dalam Undang – Undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, status kepemilikan bangunan menjadi salah satu persyaratan administrasi yang harus dipenuhi. Dalam penelitian ini status bangunan sekolah dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : ·
Milik sekolah dan sudah memiliki izin mendirikan bangunan (IMB)
·
Milik sekolah dan belum memiliki izin mendirikan bangunan (IMB)
·
Bukan milik sekolah
D. Lokasi sekolah Lokasi sekolah menjadi kriteria, hal ini dimaksudkan untuk memberi prioritas kepada sekolah-sekolah yang berada pada lokasi agak terpencil/susah dijangkau. Pembagian lokasi sekolah dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu : ·
Mudah dijangkau
·
Susah dijangkau
E. Rasio antara jumlah rombongan belajar dengan jumlah ruang kelas Dalam standar sarana dan prasarana sekolah mempersyaratkan adanya jumlah ruang kelas minimal, yaitu sama dengan jumlah rombongan belajar. Karena itu rasio antara jumlah rombongan belajar dengan jumlah ruang kelas menjadi salah satu kriteria dalam penelitian ini. Rasio ini menunjukan kondisi daya tampung suatu sekolah. Pembagian rasio dalam penenlitian ini dibagi menjadi : ·
Jumlah rombongan belajar lebih banyak dari ruang kelas
·
Jumlah rombongan belajar sama dengan dari ruang kelas
·
Jumlah rombongan belajar lebih kecil dari ruang kelas
F. Luas wilayah layanan sekolah Perbedaan kondisi geografis, kepadatan penduduk dan jumlah sekolah antara satu daerah dengan daerah yang lain menyebabkan perbedaan luas wilayah layanan sekolah. Dalam standar sarana dan prasarana sekolah mempersyaratkan satu sekolah dasar maksimal melayani 2000 jiwa. Dalam penelitian ini luas layanan wilayah sekolah terbagi menjadi dua sub kriteria, yaitu : · ·
Luas, untuk sekolah yang melayani lebih dari 2000 jiwa commit to user Tidak luas, untuk sekolah yang melayani kurang dari 2000 jiwa. 85
perpustakaan.uns.ac.id
4.5.1
digilib.uns.ac.id
Penentuan Bobot Kriteria dan Sub Kriteria Penentuan penilaian bobot kriteria dan sub kriteria dengan melibatkan
beberapa pihak yang berkepentingan. Dalam penelitian ini, pihak yang terlibat dalam penilaian yaitu : a.
Dinas pendidikan Kabupaten Tangerang
b.
Badan Perencanaan Daerah kabupaten Tangerang
c.
Dinas Bangunan Kabupaten Tangerang
d.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tangerang
e.
UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Tigaraksa
f.
Kepala Sekolah di Wilayah Kecamatan Tigaraksa
g.
Guru di sekolah lingkungan Kecamatan Tigaraksa
h.
Komite Sekolah Metode pembobotan yang digunakan yaitu metode AHP. Metode ini banyak
digunakan untuk penentuan prioritas dengan kriteria banyak (multi kriteria). Proses penilaian
dilakukan
untuk masing-masing responden. Setelah
dilakaukan perhitungan dan didapat nilai bobot kriteria dari
masing-masing
responden kemudian dicari nilai rata-rata dari keseluruhan responden. Nilai rata-rata inilah yang digunakan sebagai bobot masing-masing kriteria/sub kriteria yang digunakan untuk penilaian dan penentuan prioritas masing-masing sekolah. Sebagai contoh penilaian yang dilakukan oleh responden dari Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang sebagai berikut : 1.
Penilaian kriteria utama Kriteria utama dalam penentuan skala prioritas rehabilitasi bangunan sekolah ditentukan sebanyak enam buah kriteria yaitu : a.
Tingkat kerusakan (TK)
b.
Status tanah (ST)
c.
Status bangunan (SB)
d.
Lokasi Sekolah (LS)
e.
Rasio rombongan belajar dengan ruang kelas (RSK)
f.
Luas wilayah layanan sekolah (LW) commit to user
86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penilaian tingkat kepentingan antara keenam kriteria utama berdasarkan penilaian responden dari Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang disajikan dalam matriks dibawah ini :
TK ST SB LS RSK LW
TK
ST
SB
LS
RSK
LW
1 3 1/3 1/7 1/5 1/7
1/3 1 1/3 1/9 1/7 1/5
3 3 1 1/5 1/3 1/5
7 9 5 1 3 5
5 7 3 1/3 1 1/3
7 5 5 1/5 3 1
Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 2.10 Wi =
.
√a11 x a12 x … … a1n
,
sehingga didapat
W1
= ( 1,0 x 1/3 x 3,0 x 7,0 x 5,0 x 7,0 )1/6 = 2,501
W2
= ( 3,0 x 1,0 x 3,0 x 9,0 x 7,0 x 5,0 )1/6 = 3,762
W3
= ( 1/3 x 1/3 x 1,0 x 5,0 x 3,0 x 5,0 )1/6 = 1,424
W4
= ( 1/7 x 1/9 x 1/5 x 1,0 x 1/3 x 1/5 )1/6 = 0,244
W5
= ( 1/5 x 1/7 x 1/3 x 3,0 x 1,0 x 3,0 )1/6 = 1,664
W6
= ( 1/7 x 1/5 x 1/5 x 5,0 x 5,0 x 1/3 )1/6 = 0,460 S Wi = 9,056
Hitung bobot masing-masing komponen dengan Persamaan 2.11 Ĩƅ =
Ǣƅ ∑ Ǣƅ
Bobot kriteria tingkat kerusakan
X1 = 2,501/9,056 = 0,276
Bobot kriteria status tanah
X2 = 3,762/9,056 = 0,415
Bobot kriteria status bangunan
X3 = 1,424/9,056 = 0,157
Bobot kriteria lokasi sekolah
X4 = 0,244/9,056 = 0,027
Bobot kriteria rasio siswa dg ruang kelas
X5 = 0,644/9,056 = 0,073
Bobot kriteria luas wilayah layanan
X6 = 0,460/9,056 = 0,051
commit to user
87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menghitung nilai λmaks dengan Persamaan 2.12 1
1/3
3
7
5
7
0,276
1,798
3
1
3
9
7
5
0,415
2,726
1/3
1/3
1
5
3
5
0,157
0,997
1/7
1/9
1/5
1
1/3
3
1/5
1/7
1/3
3
1
3
0,073
0,474
1/7
1/5
1/5
5
1/3
1
0,051
0,364
X
0,027
=
λmaks = ∑ aij * Xi =
0,179
6,537
Pengujian konsistensi dengan menghitung nilai CI menggunakan Persamaan 2.13 ðA =
ša1ú – (
j,
=
)
(j
)
j
= 0,1074
Dengan ukuran matriks n = 6 dari tabel RI didapat nilai RI = 1,24, sehingga nilai CR dapat dihitung dengan Persamaan 2.14 ðe =
=
b,
,
b
=
0,086
Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1, jadi hasil penilaian diatas dapat diterima CR = 0,086 < 0,1 ( Ok ). 2.
Penilaian sub kriteria
2.1
Sub kriteria tingkat kerusakan Untuk kriteria tingkat kerusakan penilaian bobot masing-masing sekolah dikalikan dengan bobot dari tingkat kerusakan gedung sekolah.
2.2
Sub kriteria status kepemilikan tanah sekolah Untuk kriteria status kepemilikan tanah sekolah dibagi menjadi tiga buah sub kriteria yaitu : a.
Milik sekolah dengan sertifikat
(Mds)
b.
Milik sekolah tanpa sertifikat (Mts)
c.
Bukan milik sekolah (Bms) commit to user
88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penilaian tingkat kepentingan antara ketiga sub kriteria berdasarkan penilaian responden dari Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang disajikan dalam matriks dibawah ini : Mds
Mts
Bms
1 1/5 1/7
5 1 1/3
7 3 1
Mds Mts Bms
Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 2.10 .
√a11 x a12 x … … a1n
Wi =
,
W1
= ( 1,0 x 5,0 x 7,0 )1/3
= 3,271
W2
= ( 1/5 x 1,0 x 3,0 )1/3
= 0,843
W3
= ( 1/7 x 1/3 x 1,0 )1/3
= 0,362
sehingga didapat
S Wi = 4,477 Hitung bobot masing-masing komponen dengan Persamaan 2.11 Bobot sub kriteria milik sekolah dengan sertifikat X1= 3,271/4,477= 0,731 Bobot sub kriteria milik sekolah dengan sertifikat X2= 0,843/4,477= 0,188 Bobot sub kriteria bukan milik sekolah
X3= 0,362/4,477= 0,081
Menghitung nilai λmaks dengan Persamaan 2.12 1 1/5 1/7
5 1 1/3
7 3 1
x
0,731 0,188 0,081
=
λmaks = ∑ aij * Xi =
2,239 0,577 0,248 3,065
Pengujian konsistensi dengan menghitung nilai CI menggunakan Persamaan 2.13 ðA =
ša1ú – (
,bj
=
)
(
)
= 0,032
Dengan ukuran matriks n = 3 dari tabel RI didapat nilai RI = 0,58, sehingga nilai CR dapat dihitung dengan Persamaan 2.14 ðe =
=
b,b b,
X
=
0,056 commit to user
89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1, jadi hasil penilaian diatas dapat diterima CR = 0,056 < 0,1 ( Ok ). 2.3
Sub kriteria status kepemilikan bangunan sekolah Untuk kriteria status kepemilikan tanah sekolah dibagi menjadi tiga buah sub kriteria yaitu : a.
Milik sekolah dengan IMB (Mdi)
b.
Milik sekolah tanpa IMB
c.
Bukan milik sekolah (Bms)
(Mti)
Penilaian tingkat kepentingan antara ketiga sub kriteria berdasarkan penilaian responden dari Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang disajikan dalam matriks dibawah ini : Mdi
Mti
Bms
Mdi 1 5 7 Mti 1/5 1 3 Bms 1/7 1/3 1 Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 2.10 Wi =
.
√a11 x a12 x … … a1n
,
W1
= ( 1,0 x 5,0 x 7,0 )1/3
= 3,271
W2
= ( 1/5 x 1,0 x 3,0 )1/3
= 0,843
W3
= ( 1/7 x 1/3 x 1,0 )1/3
= 0,362
sehingga didapat
S Wi = 4,477 Hitung bobot masing-masing komponen dengan Persamaan 2.11 Bobot sub kriteria milik sekolah dengan IMB
X1= 3,271/4,477= 0,731
Bobot sub kriteria milik sekolah dengan IMB
X2= 0,843/4,477= 0,188
Bobot sub kriteria bukan milik sekolah
X3= 0,362/4,477= 0,081
Menghitung nilai λmaks dengan Persamaan 2.12 1 1/5 1/7
5 1 1/3
7 3 1
x
0,731 0,188 0,081
=
λmaks =commit ∑ aij * to Xiuser =
2,239 0,577 0,248 3,065
90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengujian konsistensi dengan menghitung nilai CI menggunakan Persamaan 2.13 λša1ú –
ðA =
(
,bj
=
)
(
= 0,032
)
Dengan ukuran matriks n = 3 dari tabel RI didapat nilai RI = 0,58, sehingga nilai CR dapat dihitung dengan persamaan 2.14 ðe =
=
b,b b,
X
=
0,056
Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1 , jadi hasil penilaian diatas dapat diterima CR = 0,056 < 0,1 ( Ok ). 2.4
Sub kriteria Lokasi sekolah Untuk kriteria lokasi sekolah dibagi menjadi dua sub kriteria yaitu : a. Mudah dijangkau (Mj) b. Susah dijangkau (Sj) Penilaian tingkat kepentingan antara kedua sub kriteria utama penilaian responden dari Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang disajikan dalam matriks dibawah ini : Mj
Sj
Mj 1 7 Sj 1/7 1 Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 2.10 Wi =
.
√a11 x a12 x … … a1n
W1
= ( 1,0 x 7,0 )1/2
= 2,646
W2
= ( 1/7 x 1,0 )1/2
= 0,378
,
sehingga didapat
S Wi = 3,024 Hitung bobot masing-masing komponen dengan Persamaan 2.11 Bobot sub kriteria mudah dijangkau
X1= 2,646/3,024= 0,875
Bobot sub kriteria mudah dijangkau
X2= 0,378/3,024= 0,125
Menghitung nilai λmaks dengan Persamaan 2.12
commit to user
91
perpustakaan.uns.ac.id
1
7
1/7
1
digilib.uns.ac.id
0,875 x
0,875
0,125
=
λmaks = ∑ aij * Xi =
0,125 2,000
Pengujian konsistensi dengan menghitung nilai CI menggunakan Persamaan 2.13 ðA =
ša1ú – (
,bb
=
)
(
= 0,000
)
Dengan ukuran matriks n = 2 dari tabel RI didapat nilai RI = 0,00, sehingga nilai CR dapat dihitung dengan Persamaan 2.14 ðe =
=
b,bb
=
b,bb
0,00
Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1 , jadi hasil penilaian diatas dapat diterima CR = 0,00 < 0,1 ( Ok ). 2.5
Sub kriteria rasio rombongan belajar dengan ruang kelas Untuk kriteria rasio rombongan belajar dengan jumlah ruang kelas dibagi menjadi tiga buah sub kriteria yaitu : · Rombongan belajar > ruang kelas
(Rb>Rk)
· Rombongan belajar = ruang kelas
(Rb=Rk)
· Rombongan belajar < ruang kelas (Rb
berdasarkan penilaian
responden dari Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang disajikan dalam matriks dibawah ini : Rb>Rk Rb=Rk Rb
Rk
1
3
7
Rb=Rk
1/3
1
3
Rb
1/7
1/3
1
Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 2.10 Wi =
.
√a11 x a12 x … … a1n
,
W1
= ( 1,0 x 3,0 x 7,0 )1/3
= 2,759
W2
= ( 1/3 x 1,0 x 3,0 )1/3
= 1,000
W3
= ( 1/7 x 1/3 x 1,0 )1/3 = 0,362 commit to user S Wi = 4,121
sehingga didapat
92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hitung bobot masing-masing komponen dengan Persamaan 2.11 Bobot sub kriteria rombel > ruang kelas
X1= 2,759/4,121= 0,669
Bobot sub kriteria rombel = ruang kelas
X2= 1,000/4,121= 0,243
Bobot sub kriteria rombel < ruang kelas
X3= 0,362/4,121= 0,088
Menghitung nilai λmaks dengan Persamaan 2.12 1 1/3 1/7
3 1 1/3
7 3 1
x
0,669 0,243 0,088
=
λmaks = ∑ aij * Xi =
2,013 0,730 0,264 3,007
Pengujian konsistensi dengan menghitung nilai CI menggunakan Persamaan 2.13 ðA =
ša1ú – (
,bb
=
)
(
)
= 0,004
Dengan ukuran matriks n = 3 dari Tabel RI didapat nilai RI = 0,58, sehingga nilai CR dapat dihitung dengan Persamaan 2.14 ðe =
=
b,bb b,
X
=
0,006
Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1 , jadi hasil penilaian diatas dapat diterima CR = 0,006 < 0,1 ( Ok ). 2.6
Sub kriteria Luas wilayah layanan sekolah Untuk kriteria lokasi sekolah dibagi menjadi dua sub kriteria yaitu : · Luas (Lu) · Tidak luas (Tl) Penilaian tingkat kepentingan antara kedua sub kriteria utama penilaian stake holder dari Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang disajikan dalam matriks dibawah ini :
Lu Tl
Lu
Tl
1 1/9
9 1
Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 2.10 commit to user
93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
.
√a11 x a12 x … … a1n
Wi =
,
W1
1/2
= ( 1,0 x 9,0 )
= 3,000
W2
= ( 1/9 x 1,0 )1/2
= 0,333
sehingga didapat
S Wi = 3,333 Hitung bobot masing-masing komponen dengan Persamaan 2.11 Bobot sub kriteria luas
X1= 3,000 /3,333= 0,900
Bobot sub kriteria tidak luas
X2= 0,333 /3,333= 0,100
Menghitung nilai λmaks dengan Persamaan 2.12 1 1/9
9 1
0,900 0,100
=
1,800 0,200
λmaks = ∑ aij * Xi =
2,000
x
Pengujian konsistensi dengan menghitung nilai CI menggunakan Persamaan 2.13 ðA =
ša1ú – (
,bb
=
)
(
)
= 0,000
Dengan ukuran matriks n = 2 dari tabel RI didapat nilai RI = 0,00, sehingga nilai CR dapat dihitung dengan Persamaan 2.14 ðe =
=
b,bb b,bb
=
0,00
Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1 , jadi hasil penilaian diatas dapat diterima CR = 0,00 < 0,1 ( Ok Penilaian terhadap bobot masing-masing kriteria dan sub kriteria melibatkan 30 orang stake holder, yaitu : a. Anggota DPRD Kabupaten Tangerang
=
4 orang
b. Bapeda Kabupaten Tangerang
=
3 orang
c. Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang
=
4 orang
d. Dinas Bangunan Kabupaten Tangerang
=
4 orang
e. UPTD Pendidikan Kecamatan Tigaraksa
=
4 orang
f. Kepala Sekolah di Kecamatan Tigaraksa
=
4 orang
g. Guru di Kecamatan Tigaraksa
=
4 orang
commit to user =
3 orang
h. Komite Sekolah
94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk menghitung nilai bobot dari masing-masing kriteria dan sub kriteria dengan menggunakan sistem pendukung keputusan. Dari hasil perhitungan didapat nilai rat-rata dari 30 orang responden sebagaimana dalam Tabel 4.16 : Tabel 4.16 Bobot kriteria dan sub kriteria penentuan prioritas pemeliharaan bangunan sekolah. Kriteria X X1 X2
X3
X4
X5
X6
4.5.2
Uraian Tingkat kerusakan Status tanah
Status bangunan
Lokasi sekolah Rasio rombel dng ruang kelas Luas wilayah layanan sekolah
Sub Kriteria Bobot
Uraian
Bobot Lokal
0,332 0,265
0,103
0,065
0,186
0,049
Bobot global 0,332
Milik sekolah bersertifikat
0,684
0,181
Milik sekolah tak bersertifikat
0,234
0,063
Bukan milik sekolah
0,082
0,022
Milik sekolah dengan IMB
0,656
0,067
Milik sekolah tanpa IMB
0,251
0,027
Bukan milik sekolah
0,093
0,010
Mudah dijangkau
0,400
0,025
Susah dijangkau
0,600
0,039
Rombel > ruang kelas
0,613
0,113
Rombel = ruang kelas
0,280
0,052
Rombel < ruang kelas
0,107
0,021
Luas
0,792
0,039
Tidak luas
0,210
0,010
Perhitungan Nilai Sekolah Berdasarkan Bobot Kriteria dan Sub Kriteria Perhitungan bobot total untuk masing-masing sekolah, yaitu dengan
menjumlahkan nilai dari keenam kriteria tersebut, sehingga nilai bobot total didapat dengan persamaan sebagai berikut : Bobot total = n X1 +n X2 + nX3 + nX4 + nX5 + nX6 , dengan nX1 = Nilai tingkat kerusakan bangunan sekolah, dengan bobot : 0,332 nX2 = Nilai status tanah sekolah, dengan bobot : milik sendiri bersertifikat = 0,181 milik sendiri tanpa sertifikat = 0,063 bukan milik sendiri = user 0,022 commit to
95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
nX3 = Nilai status bangunan sekolah, dengan bobot : milik sendiri dengan IMB = 0,067 milik sendiri tanpa IMB = 0,027 bukan milik sendiri = 0,010 nX4 = Nilai lokasi sekolah, dengan bobot : mudah dijangkau = 0,025 susah dijangkau = 0,039 nX5 = Nilai rasio rombongan belajar dengan ruang kelas, dengan bobot : rombel > ruang kelas = 0,113 rombel = ruang kelas = 0,052 rombel < ruang kelas = 0,021 X6 = Nilai luas wilayah layanan sekolah, dengan bobot : luas = 0,039 tidak luas = 0,010 Sebagai contoh SDN Kadongdong , dengan data-data sebagai berikut : ·
Tingkat kerusakan bangunan sekolah
= 55,94 %
·
Status tanah sekolah
= Milik sekolah tanpa sertifikat
·
Status bangunan sekolah
= Milik sekolah tanpa IMB
·
Lokasi sekolah
= Mudah dijangkau
·
Rasio rombel dg ruang kelas
= Jumlah rombel > ruang kelas
·
Luas wilayah layanan sekolah
= Luas
Maka nilai SDN Kadongdong adalah sebagai berikut : Bobot total
= nX1 + nX2 + nX3 + nX4 + nX5 + nX6 = 0,332 x 0,5594 + 0,063 + 0,027 + 0,025 + 0,113 + 0,039 = 0,453
Selanjutnya perhitungan untuk semua sekolah, dilakukan dengan bantuan sistem pendukung keputusan. Hasil dari perhitungan ditampilkan dalam Tabel 4.17 :
commit to user
96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.17 Perhitungan nilai sekolah berdasarkan masing-masing kriteria No
Nama Sekolah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
SDN Tigaraksa I SDN Tigaraksa II SDN Tigaraksa III SDN Tigaraksa IV SDN Babakan SDN Gudang SDN Kadongdong SDN Cogrek I SDN Pasirnangka SDN Seglog SDN Pasirbolang SDN Cogrek II SDN Bidara SDN Kadu SDN Pete SDN Kalapa Dua I SDN Kalapa Dua II SDN Cisereh I SDN Cisereh II SDN Guradog SDN Sodong I SDN Sodong II SDN Tapos
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
SDN Pinang SDN Tapos Wetan SDN Bantar panjang SDN Peusar SDN Cigaling SDN Kadeper SDN Cileles SDN Jalupang SDN Kaduagung I SDN Kaduagung II SDN Bugel SDN Matagara SDN Nagrak SMPN Tigaraksa I SMPN Tigaraksa II SMPN Tigaraksa III SMAN Tigaraksa I SMAN Tigaraksa II
Nilai Tingkat Rusak 0,045 0,047 0,029 0,059 0,055 0,085 0,186 0,026 0,037 0,071 0,111 0,066 0,023 0,066 0,088 0,027 0,130 0,067 0,030 0,036 0,025 0,030 0,025 0,019 0,052 0,052 0,040 0,044 0,089 0,055 0,068 0,053 0,057 0,030 0,040 0,080 0,025 0,031 0,018 0,025 0,021
Nilai Status Tanah
Nilai Status Gedung
0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,181 0,027 0,063 0,027 0,063 0,027 0,063 commit0,027 to user
Nilai Lokasi Sekolah
Nilai Rasio rombel
Nilai Luas layanan
Nilai Total
0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,039 0,025 0,025 0,039 0,039 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025
0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,021 0,113 0,021 0,113 0,052 0,113 0,052 0,113 0,113 0,052 0,113 0,113 0,052 0,021 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,021 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,052 0,021
0,010 0,010 0,039 0,010 0,039 0,039 0,039 0,039 0,010 0,010 0,010 0,010 0,039 0,039 0,039 0,010 0,010 0,039 0,039 0,010 0,039 0,039 0,039 0,010 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,010 0,010 0,010 0,010 0,010
0,283 0,285 0,296 0,297 0,322 0,352 0,453 0,293 0,183 0,309 0,257 0,304 0,229 0,333 0,294 0,265 0,368 0,273 0,297 0,274 0,231 0,205 0,292 0,257 0,333 0,319 0,307 0,325 0,278 0,322 0,335 0,320 0,324 0,297 0,307 0,347 0,263 0,387 0,256 0,202 0,167
97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.5.3 Penentuan Skala Prioritas Penanganan Pemeliharaan Bangunan Sekolah di Kecamatan Tigaraksa. Penentuan skala prioritas dilakukan dengan mengurutkan dari sekolah yang mendapat nilai paling besar sampai kepada yang mendapat nilai paling kecil, sehingga dihasilkan urutan prioritas penanganan pemeliharaan bangunan sekolah di Kecamatan Tigaraksa sebagaimana dalam Tabel 4.18 : Tabel 4.18 Hasil Perhitungan skala prioritas penanganan pemeliharaan bangunan sekolah di Kecamatan Tigaraksa
No
Nama Sekolah
Nilai Tingkat Rusak
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
SDN Kadongdong SMPN Tigaraksa II SDN Kalapa Dua II SDN Gudang SDN Nagrak SDN Jalupang SDN Kadu SDN Tapos Wetan SDN Cigaling SDN Kaduagung II SDN Babakan SDN Cileles SDN Kaduagung I SDN Bantar panjang SDN Seglog SDN Peusar SDN Matagara SDN Cogrek II SDN Bugel SDN Tigaraksa IV SDN Cisereh II SDN Tigaraksa III SDN Pete SDN Cogrek I SDN Tapos SDN Tigaraksa II SDN Tigaraksa I SDN Kadeper SDN Guradog SDN Cisereh I
0,186 0,031 0,130 0,085 0,080 0,068 0,066 0,052 0,044 0,057 0,055 0,055 0,053 0,052 0,071 0,040 0,040 0,066 0,030 0,059 0,030 0,029 0,088 0,026 0,025 0,047 0,045 0,089 0,036 0,067
Nilai Status Tanah 0,063 0,181 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063
Nilai Status Gedung 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027
commit to user
Nilai Lokasi Sekolah 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,039 0,039 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,039 0,025 0,025
Nilai Rasio rombel 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,113 0,052 0,113 0,113 0,113 0,113 0,021 0,113 0,052
Nilai Luas layanan 0,039 0,010 0,010 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,010 0,039 0,039 0,010 0,039 0,010 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,010 0,010 0,039 0,010 0,039
Nilai Total 0,453 0,387 0,368 0,352 0,347 0,335 0,333 0,333 0,325 0,324 0,322 0,322 0,320 0,319 0,309 0,307 0,307 0,304 0,297 0,297 0,297 0,296 0,294 0,293 0,292 0,285 0,283 0,278 0,274 0,273
98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.18 Hasil Perhitungan skala prioritas penanganan pemeliharaan bangunan sekolah di Kecamatan Tigaraksa (lanjutan). No
Nama Sekolah
Nilai Tingkat Rusak
Nilai Status Tanah
Nilai Status Gedung
Nilai Lokasi Sekolah
Nilai Rasio rombel
Nilai Luas layanan
Nilai Total
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
SDN Kalapa Dua I SMPN Tigaraksa I SDN Pinang SDN Pasirbolang SMPN Tigaraksa III SDN Sodong I SDN Bidara SDN Sodong II SMAN Tigaraksa I SDN Pasirnangka SMAN Tigaraksa II
0,027 0,025 0,019 0,111 0,018 0,025 0,023 0,030 0,025 0,037 0,021
0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063 0,063
0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027 0,027
0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025
0,113 0,113 0,113 0,021 0,113 0,052 0,052 0,021 0,052 0,021 0,021
0,010 0,010 0,010 0,010 0,010 0,039 0,039 0,039 0,010 0,010 0,010
0,265 0,263 0,257 0,257 0,256 0,231 0,229 0,205 0,202 0,183 0,167
4.6
Perhitungan Biaya Pemeliharaan Bangunan Sekolah Mengacu kepada sistem yang digunakan di Kementrian Pekerjaan Umum dan
Direktorat Jendral Anggaran Departemen Keuangan, perhitungan kebutuhan anggaran pembangunan dihitung mengacu kepada harga pembangunan per m2. Adapun biaya total didapat dengan mengalikan harga per m2 dengan luas bangunan, koefisien tingkat bangunan, dan tingkat kerusakan. Perhitungan harga per m2 didapat dengan memperhitungkan beberapa faktor, yaitu kebutuhan bahan material, upah tenaga kerja, alat bantu, keuntungan pemborong, asuransi tenaga kerja dan lain-lain. Kementrian Pekerjaan Umum telah mengeluarkan
acuan
untuk
perhitungan
harga
bangunan
per
m2
untuk
kabupaten/kota. Yang perlu dilakukan untuk perhitungan hanya melakukan survey ke beberapa toko bahan bangunan dan kontraktor, untuk kemudian dimasukan kedalam formula yang telah ditentukan. Perhitungan biaya pada penelitian ini mengacu kepada standar harga dari Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Tangerang dan survey harga pasar di wilayah Kecamatan Tigaraksa. Perhitungan lengkap disajikan dalam Tabel 4.19 commit to user
99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.19 Perhitungan standar biaya bangunan per m2 Kebutuhan
No
Satuan
Harga
Gedung tak bertingkat Vol Jumlah
Gedung bertingkat Vol
Jumlah
KEBUTUHAN BAHAN DAN UPAH BAHAN A.
BAHAN PASANGAN
1
PASIR BETON
2 3
PASIR PASANG PASIR URUG
m3
205.000, 190.000,00
0,12 0,1278
26.199,0 24.282,00
0,17 0,1767
36.223,5 33.573,00
m3
185.000,00
0,2781
51.448,50
0,1520
28.120,00
m3
140.000,00
0,1121
15.694,00
0,1620
22.680,00
2,3285
135.053,00
2,9988
173.930,40
4
SEMEN PC (50 Kg)
Zak
58.000,00
5
KERIKIL BETON UK. 3 cm s/d 4 cm
m3
190.000,00
0,2028
38.532,00
1,3524
256.956,00
6
KERIKIL KORAL
m3
170.000,00
0,0050
850,00
1,3524
229.908,00
B.
BAHAN PASANGAN
7
BATU KALI
m3
C.
BAHAN LANTAI
8
KERAMIK 30 X 30
D.
BAHAN DINDING
9
BATU BATA UK. 5.5 X 11 X 23
10
-
BETON ROSTER / KERAWANG
E.
BAHAN PENUTUP LANGIT-LANGIT
11
ETERNIT, UK. 100 X 100
F.
BAHAN PENUTUP ATAP
12
BUBUNGAN GENTENG PLENTONG "S"
13
GENTENG PLENTONG "S"
G.
BAHAN KAYU
160.000,00
0,2150
34.400,00
m2
32.000,00
1,0395
0,0938
15.008,00
33.264,00
-
0,9702
31.046,40
-
Bh
450,00
99,3850
44.723,25
86,9734
39.138,03
Bh
6.000,00
0,2131
1.278,60
-
-
Lbr
15.000,00
0,9450
14.175,00
-
0,8820
13.230,00
-
Bh
3.200,00
0,8803
2.816,96
0,0915
292,80
Bh
2.100,00
30,0390
63.081,90
14,0182
29.438,22
-
-
0,0017
9.350,00 747.000,00
-
-
21
KAYU BALOK KLAS I
m3
5.500.000,00
22
KAYU BALOK KLAS II
m3
4.500.000,00
0,1557
700.650,00
0,1660
23
KAYU PAPAN KLAS II
m3
4.600.000,00
0,0013
5.980,00
0,0012
5.520,00
0,0495
128.700,00
0,1001
260.260,00
24
KAYU PAPAN KLAS III
m3
2.600.000,00
25
KAYU PAPAN KLAS IV
m3
1.800.000,00
0,0014
2.520,00
0,0022
3.960,00
0,1349
7.082,25
0,1728
9.072,00
-
-
0,0025
400,00
26
KAYU LAPIS
4 mm UK. 8" X 4"
Lbr
52.500,00
27
KAYU LAPIS 12 mm UK. 8" X 4"
Lbr
160.000,00
H.
BAHAN BESI
28
BESI BETON POLOS DIA. 10 mm
-
-
Kg
8.000,00
11,4648
91.718,40
10,0361
80.288,80
13,4580
114.393,00
19,8851
169.023,35
29
BESI BETON ULIR DIA. 13 mm
Kg
8.500,00
30
KAWAT BENDRAT / BETON
Kg
15.000,00
1,2712
19.068,00
2,7362
41.043,00
Kg
20.000,00
0,2476
4.952,00
0,2576
5.152,00
31
PAKU UK. 3 CM - 7 CM
I.
BAHAN SANITAIR / SALURAN AIR
32
TANKI AIR FIBRE GLASS 1000 ltr
Bh
850.000,00
0,0036
3.060,00
0,0013
1.105,00
33
BUIS BETON 1/2 DIA. 20 CM
Bh
30.000,00
0,1132
3.396,09
0,0615
1.845,00
34
PIPA GIP DIA. 1"
M
48.000,00
-
-
0,1257
6.033,60
35
PIPA GIP DIA. 1 1/2"
M
78.000,00
-
-
0,0014
109,20
36
PIPA GIP DIA. 2"
M
105.000,00
-
-
0,3098
32.529,00
37
PIPA PVC DIA. 1/2"
M
3.600,00
0,0143
51,48
-
-
38
PIPA PVC DIA. 3/4"
M
5.250,00
0,0286
150,15
-
-
39
PIPA PVC DIA. 2"
M
15.750,00
0,0430
677,25
0,0041
64,58
40
PIPA PVC DIA. 3"
M
26.250,00
-
-
-
-
41
PIPA PVC DIA. 4"
M
43.000,00
0,0358
1.539,40
0,0082
352,60
commit to user
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.19 Perhitungan standar biaya bangunan per m2 (lanjutan) Kebutuhan
No
Satuan
Harga
Gedung tak bertingkat Vol Jumlah
Gedung bertingkat Vol
Jumlah
42
KLOSET DUDUK KERAMIK
Bh
100.000,00
0,0012
120,00
0,0011
43
KLOSET JONGKOK KERAMIK AR
Bh
175.000,00
0,0072
1.260,00
0,0021
367,50
44
URINOAR KERAMIK STANDAR
Bh
400.000,00
0,0072
2.880,00
0,0068
2.720,00
45
WASTAFEL GANTUNG KERAMIK
Bh
425.000,00
0,0012
510,00
0,0012
510,00
J.
BAHAN FINISHING
46
CAT BESI
Kg
55.000,00
-
-
0,0122
671,00
47
CAT DINDING
Kg
14.000,00
0,5346
7.484,40
0,4456
6.238,40
48
CAT KAYU
Kg
55.000,00
0,3680
20.240,00
0,2005
11.027,50
K.
BAHAN LAIN - LAIN
49
KACA BENING 5 MM
m2
120.000,00
0,0376
4.512,00
0,0525
6.300,00
50
POMPA TANGAN
Bh
275.000,00
0,0018
495,00
0,0013
357,50
51
INSTALASI LISTRIK
Titik
257.000,00
0,0018
462,60
0,0013
334,10
51
BAHAN LAIN - LAIN (5% dari total Bahan)
-
95.226,85
-
126.265,97
-
-
-
-
SUB TOTAL BIAYA BAHAN
110,00
-
-
1.668.458,35
-
2.400.175,18
UPAH 1
MANDOR
ORG
70.000,00
0,2976
20.832,00
0,2697
18.879,00
2
KEPALA TUKANG
ORG
65.000,00
0,2015
13.097,50
0,2617
17.010,50
3
TUKANG BATU
ORG
60.000,00
0,5053
30.318,00
0,3662
21.972,00
4
LADEN TUKANG BATU
ORG
45.000,00
0,4043
18.193,50
0,2946
13.257,00
TUKANG BESI
ORG
60.000,00
0,4763
28.578,00
1,0618
63.708,00
LADEN TUKANG BESI
ORG
45.000,00
0,3402
15.309,00
0,9910
44.595,00
7
TUKANG KAYU
ORG
60.000,00
1,5298
91.788,00
1,8299
109.794,00
8
LADEN TUKANG KAYU
ORG
45.000,00
0,3718
16.731,00
0,3183
14.323,50
9
TUKANG CAT
ORG
60.000,00
0,4118
24.708,00
0,3319
19.914,00
LADEN TUKANG CAT
ORG
45.000,00
0,2314
10.413,00
0,1041
4.684,50
11
TUKANG BONGKAR
ORG
60.000,00
0,1270
7.620,00
0,9629
57.774,00
12
TUKANG GALI & URUG
ORG
45.000,00
1,1271
50.719,50
1,3715
61.717,50
13
TUKANG LISTRIK
ORG
65.000,00
0,1080
7.020,00
0,0918
5.967,00
14
TUKANG PIPA
ORG
65.000,00
0,0225
1.462,50
0,0086
559,00
5 6
10
SUB TOTAL BIAYA UPAH Biaya pembongkaran (5% biaya upah)
336.790,00
454.155,00
16.839,50
22.707,75
BIAYA KONSTRUKSI (K) Sub Total Biaya Bahan Bangunan
1.668.458,35
Sub Total Biaya Upah Kerja
17,19% (10% Upah
Sub Biaya Peralatan Kerja (A)
A.
BIAYA NYATA BANGUNAN
B.
JASA KONTRAKTOR
C.
PAJAK – PAJAK
a.
PPh Pasal 21 & 23
2% (A)
b.
PPn
10% (A)
10% (A)
SUB TOTAL (A) + (B) + (C)
353.629,50 35.362,95
2.400.175,18 16,30% (20% Upah
476.862,75 47.686,28
2.057.450,80
2.924.724,21
205.745,08
292.472,42
246.894,10
350.966,90
41.149,02
58.494,48
205.745,08
292.472,42
2.510.089,98
3.568.163,53
commit to user
101
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.19 Perhitungan standar biaya bangunan per m2 (lanjutan) ASURANSI
78.183,12
111.139,52
3% (A)
61.723,52
87.741,73
Tenaga Kerja
0,5% (A)
10.287,25
14.623,62
Pihak ke III
0,3% (A)
6.172,35
8.774,17
TINGKAT INFLASI
5% Bahan 1% (D)
83.422,92
120.008,76
a.
All Risk
b. c.
KESELAMATAN KERJA
25.100,90
35.681,64
TOTAL BIAYA KONSTRUKSI
2.696.796,92
3.834.993,45
BIAYA KONSTRUKSI FISIK
2.697.000,00
3.835.000,00
Adapun untuk kebutuhan biaya total rehabilitasi masing-masing sekolah dihitung dengan Persamaan 2.1
dengan :
Bp
= Lb * Tk * Kt * Hsb
Bp Lb Hsb Tk Kt
= Biaya pemeliharaan, = Luas Bangunan, = Harga Satuan Pembangunan Baru, = Tingkat/besar kerusakan, = Koefisien Tingkat.
Pada bangunan sekolah terdapat ruang kelas dan ruang selasar, harga satuan kedua jenis ruang ini berbeda. Menurut Kepmen PU No : 45/PRT/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara, harga satuan/m2 dari ruang selasar adalah setengah dari ruang biasa/kelas. Koefisien tingkat bangunan 1,0
untuk
bangunan tidak bertingkat, 1,09 untuk bangunan bertingkat dua dan 1,125 untuk bangunan bertingkat tiga. Untuk memudahkan hasil perhitungan program disajikan dalam Tabel 4.20. Sedangkan rekapitulasi kebutuhan biaya dapat dilihat pada Tabel 4.21.
commit to user
102
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.20 Perhitungan kebutuhan biaya rehabilitasi bangunan sekolah No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Tkt Kerus akan
Koef Tkt
Harga Satuan
Jumlah
224
0,559
1,00
2.697.000,00
337.707.552,00
64
0,559
1,00
1.348.500,00
48.243.936,00
R. Kls Selasar
252
0,092
1,00
2.697.000,00
62.527.248,00
72
0,092
1,00
1.348.500,00
8.932.464,00
R. Kls Selasar
158
0,392
1,00
2.697.000,00
166.512.780,00
45
0,392
1,00
1.348.500,00
23.787.540,00
R. Kls Selasar
112
0,255
1,00
2.697.000,00
77.026.320,00
32
0,255
1,00
1.348.500,00
11.003.760,00
R. Kls Selasar
158
0,240
1,00
2.697.000,00
101.946.600,00
45
0,240
1,00
1.348.500,00
14.563.800,00
R. Kls Selasar
158
0,204
1,00
2.697.000,00
86.654.610,00
45
0,204
1,00
1.348.500,00
12.379.230,00
R. Kls Selasar
193
0,200
1,00
2.697.000,00
103.834.500,00
55
0,200
1,00
1.348.500,00
14.833.500,00
R. Kls Selasar
182
0,157
1,00
2.697.000,00
77.064.078,00
52
0,157
1,00
1.348.500,00
11.009.154,00
R. Kls Selasar
158
0,134
1,00
2.697.000,00
56.920.185,00
45
0,134
1,00
1.348.500,00
8.131.455,00
R. Kls Selasar
182
0,172
1,00
2.697.000,00
84.426.888,00
52
0,172
1,00
1.348.500,00
12.060.984,00
R. Kls Selasar
182
0,167
1,00
2.697.000,00
81.972.618,00
52
0,167
1,00
1.348.500,00
11.710.374,00
R. Kls Selasar
182
0,165
1,00
2.697.000,00
80.990.910,00
52
0,165
1,00
1.348.500,00
11.570.130,00
R. Kls Selasar
158
0,161
1,00
2.697.000,00
68.389.177,50
45
0,161
1,00
1.348.500,00
9.769.882,50
R. Kls Selasar
224
0,156
1,00
2.697.000,00
94.243.968,00
64
0,156
1,00
1.348.500,00
13.463.424,00
R. Kls Selasar
224
0,215
1,00
2.697.000,00
129.887.520,00
64
0,215
1,00
R. Kls Selasar
168
0,121
1,00
1.348.500,00 2.697.000,00
18.555.360,00 54.824.616,00
48
0,121
1,00
1.348.500,00
7.832.088,00
R. Kls Selasar
390
0,121
1,00
2.697.000,00
127.238.796,30
94
0,121
1,00
1.348.500,00
15.305.205,30
R. Kls Selasar
182
0,199
1,00
2.697.000,00
97.679.946,00
52
0,199
1,00
1.348.500,00
13.954.278,00
R. Kls Selasar
182
0,179
1,00
2.697.000,00
44.176.860,00
52
0,179
1,00
1.348.500,00
6.310.980,00
R. Kls Selasar
158
0,090
1,00
2.697.000,00
76.035.172,50
45
0,090
1,00
1.348.500,00
10.862.167,50
Nama Sekolah
Jenis Ruang
SDN Kadongdong
R. Kls Selasar
SMPN Tigaraksa II SDN Kalapa Dua II SDN Gudang SDN Nagrak SDN Jalupang SDN Kadu SDN Tapos Wetan SDN Cigaling SDN Kaduagung II SDN Babakan SDN Cileles SDN Kaduagung I SDN Bantar panjang SDN Seglog SDN Peusar SDN Matagara SDN Cogrek II SDN Bugel SDN Tigaraksa IV SDN Cisereh II SDN Tigaraksa III SDN Pete
Luas (m2)
R. Kls
224
0,089
64
0,089
1,00 1,00
2.697.000,00 1.348.500,00
53.767.392,00
Selasar R. Kls Selasar
616
0,088
1,09
3.835.000,0
226.597.571,20
176
0,088
1,09
1.917.500,0
R. Kls Selasar
196
0,264
1,00
2.697.000,0
56
1,00 0,264 commit to user
1.348.500,0
7.681.056,00
Jumlah Total
385.951.488,00 71.459.712,00 190.300.320,00 88.030.080,00 116.510.400,00 99.033.840,00 118.668.000,00 88.073.232,00 65.051.640,00 96.487.872,00 93.682.992,00 92.561.040,00 78.159.060,00 107.707.392,00 148.442.880,00 62.656.704,00 142.544.001,60 111.634.224,00 50.487.840,00 86.897.340,00
61.448.448,00 258.968.652,80
32.371.081,60 139.553.568,00 19.936.224,00
159.489.792,00
103
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.20 Perhitungan kebutuhan biaya rehabilitasi bangunan sekolah (lanjutan) No
24
25
26
27
28
29 30
31
32
33
34
35
36
37
38 39
40
41
Nama Sekolah
SDN Cogrek I
SDN Tapos
SDN Tigaraksa II
SDN Tigaraksa I
SDN Kadeper
SDN Guradog SDN Cisereh I
SDN Kalapa Dua I
SMPN Tigaraksa I
SDN Pinang
SDN Pasirbolang
SMPN Tigaraksa III
SDN Sodong I
SDN Bidara
SDN Sodong II
SMAN Tigaraksa I
SDN Pasirnangka
SMAN Tigaraksa II
Jenis Ruang
Luas (m2)
Tkt Kerusak an
Koef Tkt
Harga Satuan
R. Kls Selasar
700
0,077
1,09
3.835.000,0
225.310.085,00
180
0,077
1,09
1.917.500,0
28.968.439,50
R. Kls Selasar
224
0,074
1,00
2.697.000,0
44.705.472,00
64
0,074
1,00
1.348.500,0
6.386.496,00
R. Kls Selasar
210
0,142
1,00
60
0,142
2.697.000,0 1.348.500,0
80.424.540,00
1,00
R. Kls Selasar
315
0,136
1,00
2.697.000,0
115.539.480,00
90
0,136
1,00
1.348.500,0
16.505.640,00
R. Kls Selasar
224
0,267
1,00
2.697.000,0
161.302.176,00
64
0,267
1,00
1.348.500,0
23.043.168,00
R. Kls Selasar
210
0,109
1,00
2.697.000,0
61.734.330,00
60
0,109
1,00
1.348.500,0
8.819.190,00
R. Kls Selasar
182
0,203
1,00
2.697.000,0
99.643.362,00
52
0,203
1,00
1.348.500,0
14.234.766,00
R. Kls Selasar
224
0,082
1,00
2.697.000,0
49.538.496,00
64
0,082
1,00
1.348.500,0
7.076.928,00
R. Kls Selasar
374
0,075
1,09
3.835.000,0
117.190.505,25
107
0,075
1,09
1.917.500,0
16.741.500,75
R. Kls Selasar
224
0,057
1,00
2.697.000,0
34.435.296,00
64
0,057
1,00
1.348.500,0
4.919.328,00
R. Kls Selasar
224
0,333
1,00
2.697.000,0
201.174.624,00
64
0,333
1,00
1.348.500,0
28.739.232,00
R. Kls
189
0,054
1,00
2.697.000,0
27.525.582,00
1.348.500,00
1.9666.133,00
Jumlah
Jumlah Total
254.278.524,50
51.091.968,00
91.913.760,00
11.489.220,00
Selasar
27
0,054
1,00
R. Kls Selasar
538
0,076
1,00
2.697.000,0
110.336.427,60
117
0,076
1,00
1.348.500,0
12.031.856,40
R. Kls Selasar
224
0,068
1,00
2.697.000,0
41.080.704,00
64
0,068
1,00
1.348.500,0
5.868.672,00
R. Kls Selasar
193
0,091
1,00
2.697.000,0
47.244.697,50
55
0,091
1,00
1.348.500,0
6.749.242,50
R. Kls Selasar
768
0,075
1,09
3.835.000,0
240.776.640,00
192
0,075
1,09
1.917.500,0
30.097.080,00
R. Kls Selasar
186
0,111
1,00
2.697.000,0
55.532.578,50
53
0,111
1,00
1.348.500,0
7.933.225,50
R. Kls
800
0,062
3.835.000,0
207.335.440,00
152
0,062
1,09 1,09
1.917.500,00
19.696.866,80
132.045.120,00
184.345.344,00
70.553.520,00 113.878.128,00
56.615.424,00
133.932.006,00
39.354.624,00
229.913.856,00
29.491.695,00
122.368.284,00
46.949.376,00
53.993.940,00
270.873.720,00
63.465.804,00
227.032.306,80
commit to user
104
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.21 sekolah.
digilib.uns.ac.id
Perhitungan rekapitulasi kebutuhan biaya pemeliharaan bangunan
No
Nama Sekolah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
SDN Kadongdong SMPN Tigaraksa II SDN Kalapa Dua II SDN Gudang SDN Nagrak SDN Jalupang SDN Kadu SDN Tapos Wetan SDN Cigaling SDN Kaduagung II SDN Babakan SDN Cileles SDN Kaduagung I SDN Bantar panjang SDN Seglog SDN Peusar SDN Matagara SDN Cogrek II SDN Tigaraksa IV SDN Bugel SDN Cisereh II SDN Tigaraksa III SDN Pete SDN Cogrek I SDN Tapos SDN Tigaraksa II SDN Tigaraksa I SDN Kadeper SDN Guradog SDN Cisereh I SDN Kalapa Dua I SMPN Tigaraksa I SDN Pinang SDN Pasirbolang SMPN Tigaraksa III SDN Sodong I SDN Bidara SDN Sodong II SMAN Tigaraksa I SDN Pasirnangka SMAN Tigaraksa II
Tingkat Kerusakan 0,559 0,092 0,392 0,255 0,240 0,204 0,200 0,157 0,134 0,172 0,167 0,165 0,161 0,156 0,215 0,121 0,121 0,199 0,090 0,179 0,089 0,088 0,264 0,077 0,074 0,142 0,136 0,267 0,109 0,203 0,082 0,075 0,057 0,333 0,054 0,076 0,068 0,091 0,075 0,111 0,062
Biaya Rehabilitasi (Rp) 385.951.488,00 71.459.712,00 190.300.320,00 88.030.080,00 116.510.400,00 99.033.840,00 118.668.000,00 88.073.232,00 65.051.640,00 96.487.872,00 93.682.992,00 92.561.040,00 78.159.060,00 107.707.392,00 148.442.880,00 62.656.704,00 142.544.001,60 111.634.224,00 50.487.840,00 86.897.340,00 61.448.448,00 258.968.652,80 159.489.792,00 254.278.524,50 51.091.968,00 91.913.760,00 132.045.120,00 184.345.344,00 70.553.520,00 113.878.128,00 56.615.424,00 133.932.006,00 39.354.624,00 229.913.856,00 29.491.695,00 122.368.284,00 46.949.376,00 53.993.940,00 270.873.720,00 63.465.804,00 227.032.306,80
Biaya
Komulatif ( Rp)
385.951.488,00 457.411.200,00 647.711.520,00 735.741.600,00 852.252.000,00 951.285.840,00 1.069.953.840,00 1.158.027.072,00 1.223.078.712,00 1.319.566.584,00 1.413.249.576,00 1.505.810.616,00 1.583.969.676,00 1.691.677.068,00 1.840.119.948,00 1.902.776.652,00 2.045.320.653,60 2.156.954.877,60 2.294.340.057,60 2.243.852.217,60 2.355.788.505,60 2.614.757.158,40 2.774.246.950,40 3.028.525.474,90 3.079.617.442,90 3.171.531.202,90 3.303.576.322,90 3.487.921.666,90 3.558.475.186,90 3.672.353.314,90 3.728.968.738,90 3.862.900.744,90 3.902.255.368,90 4.132.169.224,90 4.161.660.919,90 4.284.029.203,90 4.330.978.579,90 4.384.972.519,90 4.655.846.239,90 4.719.312.043,90 4.946.344.350,70
commit to user
105
perpustakaan.uns.ac.id
4.7
digilib.uns.ac.id
Skenario Penanganan Pemeliharaan Bangunan Sekolah Berdasarkan perhitungan diatas didapat bahwasanya kebutuhan total untuk
biaya rehabilitasi sebesar Rp. 4.946.344.350,00, sedangkan berdasarkan data dari Dinas Pendidikan nilai anggaran rehabilitasi/pemeliharaan Kabupaten Tangerang untuk
tahun
anggaran
2011
yang
bersumber
dari
APBD
sebesar
Rp.
15.000.000.000,00 dan APBN sebesar Rp. 30.000.000.000,00. Jadi anggaran total Rp. 45.000.000.000,00. Apabila dianggap besarnya biaya rehabilitasi/pemeliharaan sama untuk semua kecamatan, maka untuk Kecamatan Tigaraksa mendapat anggaran Rp. 1.730.769.000,00. Oleh karena itu perlu dibuat beberapa skenario penanganan rehabilitasi bangunan berdasarkan hasil perhitungan skala prioritas dan keterbatasan anggaran
yang ada. Skenario
yang dapat diambil berdasarkan beberapa
pertimbangan, yaitu sebagai berikut : A.
Skenario pertama Pada skenario ini penentuan skala prioritas berdasarkan hasil perhitungan dari
program, dibandingkan dengan anggaran yang tersedia. Maka didapat 15 buah sekolah yang dapat direhabilitasi berdasarkan anggaran yang tersedia. Tabel 4.22 Daftar sekolah yang direhabilitasi berdasarkan skenario pertama No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama Sekolah SDN Kadongdong SMPN Tigaraksa II SDN Kalapa Dua II SDN Gudang SDN Nagrak SDN Jalupang SDN Kadu SDN Tapos Wetan SDN Cigaling SDN Kaduagung II SDN Babakan SDN Cileles SDN Kaduagung I SDN Bantar panjang SDN Bugel
Nilai Prioritas Sekolah 0,453 0,387 0,368 0,352 0,347 0,335 0,333 0,333 0,325 0,324 0,322 0,322 0,320 0,319 0,297
Tingkat Kerusakan 0,559 0,092 0,392 0,255 0,240 0,204 0,200 0,157 0,134 0,172 0,167 0,165 0,161 0,156 0,090
commit to user
Biaya Rehabilitasi (Rp) 385.951.488,00 71.459.712,00 190.300.320,00 88.030.080,00 116.510.400,00 99.033.840,00 118.668.000,00 88.073.232,00 65.051.640,00 96.487.872,00 93.682.992,00 92.561.040,00 78.159.060,00 107.707.392,00 39.091.932,00
Biaya Komulatif ( Rp ) 385.951.488,00 457.411.200,00 647.711.520,00 735.741.600,00 852.252.000,00 951.285.840,00 1.069.953.840,00 1.158.027.072,00 1.223.078.712,00 1.319.566.584,00 1.413.249.576,00 1.505.810.616,00 1.583.969.676,00 1.691.677.068,00 1.730.769.000,00
106
perpustakaan.uns.ac.id
B.
digilib.uns.ac.id
Skenario kedua Pada skenario ini penentuan skala prioritas berdasarkan kepada pertimbangan
efisiensi penggunaan anggaran. Dengan anggaran yang tersedia diharapkan sebanyak mungkin sekolah yang dapat direhabilitasi. Maka pada skenario ini pemilihan sekolah yang direhabilkitasi yang mengalami rusak ringan dan sedang saja. Adapun urutan prioritas mengacu kepada hasil perhitungan program. Pada skenario ini didapat 19 buah sekolah yang dapat direhabilitasi berdasarkan anggaran yang tersedia. Tabel 4.23 Daftar sekolah yang direhabilitasi berdasarkan skenario kedua No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Nama Sekolah SMPN Tigaraksa II SDN Gudang SDN Nagrak SDN Jalupang SDN Kadu SDN Tapos Wetan SDN Cigaling SDN Kaduagung II SDN Babakan SDN Cileles SDN Kaduagung I SDN Bantar panjang SDN Seglog SDN Peusar SDN Matagara SDN Cogrek II SDN Bugel SDN Tigaraksa IV SMPN Tigaraksa III
Nilai Prioritas Sekolah 0,387 0,352 0,347 0,335 0,333 0,333 0,325 0,324 0,322 0,322 0,320 0,319 0,309 0,307 0,307 0,304 0,297 0,297 0,296
Tingkat Kerusakan
Biaya Rehabilitasi (Rp)
0,092 0,255 0,240 0,204 0,200 0,157 0,134 0,172 0,167 0,165 0,161 0,156 0,215 0,121 0,121 0,199 0,090 0,179 0,054
71.459.712,00 88.030.080,00 116.510.400,00 99.033.840,00 118.668.000,00 88.073.232,00 65.051.640,00 96.487.872,00 93.682.992,00 92.561.040,00 78.159.060,00 107.707.392,00 148.442.880,00 62.656.704,00 142.544.001,60 111.634.224,00 50.487.840,00 86.897.340,00 12.680.750,40
Biaya Komulatif ( Rp ) 71.459.712,00 159.489.792,00 276.000.192,00 375.034.032,00 493.702.032,00 581.775.264,00 646.826.904,00 743.314.776,00 836.997.768,00 929.558.808,00 1.007.717.868,00 1.115.425.260,00 1.263.868.140,00 1.326.524.844,00 1.469.068.845,60 1.580.703.069,60 1.631.190.909,60 1.718.088.249,60 1.730.769.000,00
commit to user
107
perpustakaan.uns.ac.id
C.
digilib.uns.ac.id
Skenario ketiga Skenario ketiga penentuan berdasarkan sumber dana dan waktu pelaksanaan.
Sumber dana untuk rehabilitasi terdiri dari dua sumber yaitu APBD sebesar Rp. 576.923.000,00
dan dari APBN sebesar Rp. 1.153.846.000,00. Adapun waktu
pelaksanaannya biasanya dana yang bersumber dari APBD dilaksanakan pada awal tahun sedangkan yang bersumber dari APBN dilaksanakan pada akhir tahun. Pada skenario yang keempat ini, dana yang bersumber dari APBD digunakan untuk sekolah yang mempunyai tingkat kerusakan yang berat, karena mempunyai waktu pelaksanaan yang lebih leluasa, sedangkan yang bersumber dari APBN digunakan untuk kegiatan rehab ringan dan sedang, karena waktu pelaksanaannya yang relatif singkat. Dengan skenario ini sekolah yang dapat ditangani dengan anggaran APBD sebanyak 2 sekolah, sedangkan yang bisa ditangani dengan dana APBN sebanyak 13 sekolah. Tabel 4.24
Daftar sekolah yang direhabilitasi berdasarkan skenario ketiga dengan
sumber dana dari APBD No
Nama Sekolah
Nilai Prioritas Sekolah
Tingkat Kerusakan
Biaya Rehabilitasi (Rp)
Biaya Komulatif ( Rp )
1
SDN Kadongdong
0,453
0,559
385.951.488,00
385.951.488,00
2
SDN Kalapa Dua II
0,368
0,392
190.300.320,00
576.251.808,00
Tabel 4.25
Daftar sekolah yang direhabilitasi berdasarkan skenario ketiga dengan
sumber dana dari APBN. No
Nama Sekolah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
SMPN Tigaraksa II SDN Gudang SDN Nagrak SDN Jalupang SDN Kadu SDN Tapos Wetan SDN Cigaling SDN Kaduagung II SDN Babakan SDN Cileles SDN Kaduagung I SDN Bantar panjang SDN Peusar
Nilai Prioritas Sekolah 0,387 0,352 0,347 0,335 0,333 0,333 0,325 0,324 0,322 0,322 0,320 0,319 0,307
Tingkat Kerusakan 0,092 0,255 0,240 0,204 0,200 0,157 0,134 0,172 0,167 0,165 0,161 0,156to commit 0,121
Biaya Rehabilitasi (Rp) 71.459.712,00 88.030.080,00 116.510.400,00 99.033.840,00 118.668.000,00 88.073.232,00 65.051.640,00 96.487.872,00 93.682.992,00 92.561.040,00 78.159.060,00 user107.707.392,00 38.420.740,00
Biaya Komulatif ( Rp) 71.459.712,00 159.489.792,00 276.000.192,00 375.034.032,00 493.702.032,00 581.775.264,00 646.826.904,00 743.314.776,00 836.997.768,00 929.558.808,00 1.007.717.868,00 1.115.425.260,00 1.153.846.000,00
108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.8
Sistem Pendukung Sekolah
Keputusan
Pemeliharaan
4.8.1
Gambaran Umum Sistem Pendukung Keputusan.
Bangunan
Program sistem pendukung keputusan penentuan skala prioritas penganan rehabilitasi dan pemeliharaan bangunan sekolah negeri ini dibuat sesederhana mungkin. Pembuatan
sistem
pendukung
keputusan
penentuan
skala
prioritas
rehabilitasi/ pemeliharaan bangunan sekolah ini, dimaksudkan untuk mempermudah dalam penentuan kebijakan. Dengan bantuan sistem ini perhitungan secara manual yang rumit akan menjadi lebih mudah. Pengguna sistem hanya memasukan data-data yang diperlukan, sedangkan proses perhitungan yang rumit dan berulang-ulang akan digantikan oleh sistem. Sistem ini dibuat dengan program Acces, pemilihan program ini dikarenakan Acces merupakan bagian dari Microsoft office, jadi tersedia hampir disemua personal computer. Selain itu dalam Acces tersedia fasilitias pembuat user interface, sehingga akan memudahkan pembuatan form-form isian untuk pembuatan sistem ini. Secara umum sistem ini terdiri dari beberapa bagian yaitu : 1.
Perhitungan indeks kondisi bangunan sekolah Perhitungan indeks kondisi bangunan sekolah ini dimaksudkan untuk mendapatkan kondisi bangunan sekolah yang ada. Pada program ini pengguna hanya memasukkan data-data. Adapun proses perhitungan yang rumit akan dilakukan oleh program. Adapun data yang dibutuhkan untuk perhitungan yaitu : ·
Data volume eksisting untuk masing-masing elemen dan sub elemen
·
Data jenis dan tingkat kerusakan pada masing-masing elemen dan sub elemen.
·
Data volume kerusakan untuk masing-masing jenis dan tingkat kerusakan pada masing-masing elemen dan sub elemen.
Setelah memasukan data secara otomatis akan didapat indeks kondisi bangunan secara lengkap mulai dari indeks kondisi sub elemen, elemen, sub komponen, komponen dan indeks kondisi bangunan ituuser sendiri. commit to
109
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Perhitungan skala prioritas penanganan rehabilitasi/pemeliharaan bangunan sekolah. Perhitungan skala prioritas ini untuk mendapatkan urutan prioritas penanganan rehabilitasi/pemeliharaan bangunan sekolah. Pada menu ini terdapat dua jenis perhitungan, yaitu : ·
Perhitungan bobot kriteria dan sub kriteria Pada perhitungan ini kita memasukan data hasil penilaian perbandingan kepentingan anata kriteria dan sub kriteria. Penilaiannya sendiri dilakukan oleh stake holder yang berkepentingan dalam masalah ini.
·
Perhitungan prioritas Pada perhitungan skala prioritas, data yang digunakan adalah tingkat kerusakan bangunan sekolah, status tanah sekolah, status bangunan sekolah, lokasi sekolah, rasio rombongan belajar dengan jumlah ruang kelas dan luas wilayah layanan sekolah. Setelah input data program secara otomatis akan menghitung nilai masingmasing sekolah dan akan diurutkan secara otomatis dari nilai terbesar sampai nilai terkecil.
3.
Perhitungan biaya pemeliharaan/rehabilitasi bangunan sekolah. Perhitungan biaya rehabilitasi/pemeliharaan digunakan untuk menentukan berapa jumlah sekolah yang dapat ditangani sesuai dengan anggaran yang tersedia. Pada perhitungan ini data yang diperlukan yaitu : ·
Luas sekolah
·
Tingkat kerusakan
·
Nilai koefisien tingkat sekolah
·
Harga satuan pembangunan baru
Adapun diagram alir penggunaan program dapat dilihat pada Gambar 4.9 :
commit to user
110
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MULAI
INPUT DATA KONDISI BANGUNAN : 1. Masukan volume eksisting sub elemen/elemen 2. Masukan Data Jenis Kerusakan 3. Masukan Data Tingkat Kerusakan 4. Masukan Volume Kerusakan
HITUNG INDEKS KONDISI BANGUNAN : 1. Hitung persentase kerusakan sub Elemen 2. Tentukan nilai pengurang Elemen/Sub Elemen 3. Tentukan faktor koreksi kerusakan Elemen 4. Hitung Indeks Konsisi Sub Elemen 5. Hitung Indeks Kondisi Elemen 6. Hitung Indeks Kondisi Sub Komponen 7. Hitung Indeks Konsisi Komponen 8. Hitung Indeks Kondisi Bangunan
INDEKS KONDISI GEDUNG SEKOLAH
INPUT DATA SEKOLAH : 1. Masukan data tingkat kerusakan sekolah 2. Masukan data status tanah sekolah 3. Masukan data status bangunan sekolah 4. Masukan data lokasi sekolah 5. Masukan data rasio rombel dan ruang kelas 3. Masukan data luas wilayah layanan sekolah
INPUT DATA QUISIONER PENENTUAN BOBOT KRITERIA DAN SUB KRITERIA
INPUT DATA HARGA BAHAN BANGUNAN DAN UPAH
HITUNG HARGA SATUAN BANGUNAN HITUNG BOBOT KRITERIA DAN SUB KRITERIA BERDASARKAN DATA QUISIONER
BOBOT KRITERIA DAN SUB KRITERIA
HITUNG NILAI BOBOT KRITERIA DAN TOTAL TIAP SEKOLAH
URUTKAN SEKOLAH BERDASARKAN NILAI PERHITUNGAN DARI TERBESAR SAMPAI TERKECIL
HITUNG KEBUTUHAN BIAYA REHABILITASI TIAP SEKOLAH
DANA APBD YANG TERSEDIA
KEBUTUHAN BIAYA REHABILITASI TIAP SEKOLAH
PENENTUAN SEKOLAH YANG DI REHAB
SELESAI
Gambar 4.9
Diagram alir sistem pendukung keputusan pemeliharaan bangunan sekolah commit to user
111
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.10
digilib.uns.ac.id
Diagram alir program sistem pendukung keputusan pemeliharaan bangunan sekolah commit to user
112
perpustakaan.uns.ac.id
4.8.2
digilib.uns.ac.id
Petunjuk Penggunaan Program Sistem Pendukung Keputusan Program sistem pendukung keputusan penentuan skala prioritas penganan
rehabilitasi dan pemeliharaan bangunan sekolah negeri ini dibuat sesederhana mungkin. Diharapkan dengan sistem yang sederhana akan memudahkan pengguna program ini. Adapun langkah-langkah untuk penggunaan program ini adalah sebagai berikut : 1.
Memulai dan menutup program Untuk memulai program, klik file program pada direktori program ini disimpan. Tampilan pertama yang akan muncul seperti pada Gambar 4.11
Gambar 4.11 Tampilan muka program sistem pendukung keputusan
Kemudian untuk masuk ke menu utama, klik tombol “OK” pada pojok kanan bawah. Tampilan metu utama, seperti Gambar 4.12
commit to user
113
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.12 Menu utama
Pada menu utama, terdapat beberapa menu pilihan, secara umum terdiri dari tiga menu, yaitu : A.
Perhitungan indeks kondisi gedung
B.
Perhitungan penentuan skala prioritas penanganan rehabilitasi
C.
Perhitungan biaya rehabilitasi/pemeliharaan bangunan sekolah.
Untuk masuk ke salah satu menu tersebut tinggak mengklik tombol yang tersedia, sedangkan untuk keluar tinggal mengklik tombol “SELESAI” 2.
Perhitungan indeks kondisi gedung Untuk memulai perhitungan pilih tombol perhitungan kondisi bangunan baru, maka akan muncul layar seperti Gambar 4.13
commit to user
114
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.13
digilib.uns.ac.id
Pemilihan jenis bangunan untuk perhitungan indeks kondisi
bangunan Langkah-langkah untuk perhitungan IKB adalah sebagai berikut : 1.
Isi nama sekolah
2.
Isi luas sekolah
3.
Pilih jenis gedung sekolah Pada pilihan jenis gedung sekolah terdapat empat pilihan yaitu : ·
Gedung sekolah tidak bertingkat dengan KM/WC
·
Gedung sekolah tidak bertingkat tanpa KM/WC
·
Gedung sekolah bertingkat dengan KM/WC
·
Gedung sekolah bertingkat tanpa KM/WC
4.
Isi tahun ketika survey kerusakan
5.
Isi volume eksisting elemen/sub elemen bangunan gedung
6.
Pilih jenis dan tingkat kerusakan yang terjadi pada masing-masing elemen/sub elemen. Apabila tidak terdapat kerusakan, tidak perlu diisi. Program dengan sendirinya akan menghitung nilai pengurang dan nilai kondisi untuk masingmasing sub elemen, elemen, sub komponen, komponen dan indeks kondisi bangunannya. commit to user
115
perpustakaan.uns.ac.id
7.
digilib.uns.ac.id
Untuk jenis bangunan sekolah bertingkat, setelah pengisian data balok induk, balok anak, pelat lantai dan pelat tangga, sebelum dilanjutkan ke isian berikutnya diklik dulu tombol “tutup balok induk, anak dan plat”.
8.
Setelah selesai pengisian data, maka hasil perhitungan bisa dilihat seperti pada Gambar 4.14
Gambar 4.14
Hasil perhitungan indeks kondisi elemen komponen dan
bangunan. 9.
Untuk melihat hasil perhitungan seluruh bangunan sekolah, dari menu utama pilih menu “ Lihat hasil perhitungan seluruh bangunan “, maka akan muncul Gambar 4.15 :
commit to user Gambar 4.15 Hasil rekapitulasi perhitungan kondisi bangunan sekolah.
116
perpustakaan.uns.ac.id
10.
digilib.uns.ac.id
Untuk melihat grafik hasil perhitungan seluruh bangunan sekolah, dari menu utama pilih menu “ Buka grafik IKB “, maka akan muncul Gambar 4.16 :
Gambar 4.16 Grafik kondisi bangunan sekolah
3.
Perhitungan bobot kriteria untuk penentuan skala prioritas penanganan rehabilitasi/pemeliharaan bangunan sekolah. Penentuan skala prioritas pananganan rehabilitasi/pemeliharaan bangunan sekolah pada program ini berdasarkan enam buah kriteria, yaitu : ·
Tingkat kerusakan bangunan sekolah
·
Status tanah sekolah
·
Status bangunan sekolah
·
Lokasi sekolah
·
Rasio antara rombongan belajar dan jumlah ruang kelas
·
Luas wilayah layanan sekolah Untuk menentukan bobot masing-masing kriteria, maka dilakukan
perhitungan
dengan bantuan program ini, adapun nilai perbandingan
kepentingan antar kriteria berdasarkan penilaian stake holder. Adapun langkah perhitungannya sebagai berikutcommit : to user
117
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id
Pada menu utama pilih tombol “perhitungan bobot kriteria”, maka akan muncul layar Gambar 4.17
Gambar 4.17 Pengisian untuk perhitungan bobot kriteria dan sub kriteria b.
Kemudian dilakukan pengisian nilai perbandingan kepentingan antar kriteria dan sub kriteria berdasarkan hasil penilaian stake holder.
c.
Setelah dilakukan pengisian, kita bisa melihat hasil konfigurasi matrik kepentingan dengan mengklik tombol “Lihat matrik”
d.
Program dengan sendirinya akan melakukan perhitungan nilai bobot masing-masing kriteria dan sub kriteria.
e.
Program juga akan memberikan informasi hasil uji konsistensi penilaian dari stake holder.
f.
Hasil penilaian stake holder dapat dilihat pada Gambar 4.18
commit to user
118
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.18 Hasil perhitungan bobot kriteria dan sub kriteria
g.
Hasil penilaian rata-rata dari semua stake holder dapat dilihat dengan memilih tombol “ Lihat hasil rekap bobot kriteria “ pada menu utama.
4.
Perhitungan skala prioritas penanganan rehabilitasi/pemeliharaan bangunan sekolah. Untuk memulai pehitungan, pada menu utama pilih tombol “ Perhitungan nilai kondisi sekolah input”, adapun langkah pengisian adalah sebagai berikut : 1.
Isi nilai tingkat kerusakan bangunan sekolah berdasarkan hasil perhitungan terdahulu.
2.
Isi data status tanah dengan memilih salah satu pilihan
3.
Isi data status bangunan dengan memilih salah satu pilihan
4.
Isi data lokasi sekolah dengan memilih salah satu pilihan
5.
Isi data rasio rombel dengan memilih salah satu pilihan
6.
Isi data luas wilayah dengan salahtosatu commit userpilihan
119
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk melihat hasil perhitungan dapat dilihat pada tampilan Gambar 4.19 :
Gambar 4.19 Perhitungan nilai sekolah berdasarkan masing-masing kriteria.
Untuk melihat rekap hasil perhitungan, pada menu utama dipilih tombol “ Lihat rekapitulasi nilai bangunan”, maka akan tampil sebagai Gambar 4.20
Gambar 4.20 Rekapitulasicommit hasil toperhitungan masing-masing sekolah user berdasarkan semua kriteria. 120
perpustakaan.uns.ac.id
5.
digilib.uns.ac.id
Perhitungan biaya pemeliharaan bangunan sekolah. Untuk memulai pehitungan, pada menu utama pilih tombol “ Perhitungan biaya” , maka pada layar tampil sebagai berikut : Adapun langkah perhitungan sebagai berikut : 1.
Isi nama sekolah
2.
Isi luas bangunan dan luas selasar
3.
Isi tingkat kerusakan bangunan
4.
Isi koefisien tingkat bangunan, untuk bangunan tidak bertingkat diisi 1,00 , untuk bangunan bertingkat dua diisi 1,09.
5.
Isi harga satuan bangunan per m2, dibedakan antara bangunan bertingkat dan tidak bertingkat, berdasarkan hasil perhitungan. Untuk selasar nilai bangunan setengah dari bangunan utama.
Gambar 4.21 Perhitungan biaya rehabilitasi bangunan sekolah
6.
Untuk melihat rekapitulasi perhitungan, pada menu utama pilih tombol “ Lihat rekapitulasi perhitungan biaya.
commit to user
121
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan :
1.
Model penilaian kondisi bangunan sekolah telah dibuat, perhitungan kondisi bangunan mengikuti hirarki bangunan. Indeks kondisi didapat dengan mengalikan nilai kondisi dengan bobot komponen. Dengan menggunakan bantuan program, perhitungan indeks kondisi bangunan sekolah, menjadi lebih cepat, dan akurat. Database hasil perhitungan dapat disimpan dengan baik dan pemutakhiran data lebih mudah dilakukan.
2.
Kondisi bangunan sekolah negeri di Kecamatan Tigaraksa secara umum dalam kondisi cukup baik. Dari 41 bangunan sekolah yang disurvei dan dihitung tingkat kerusakannya, didapat 2 bangunan dalam kondisi rusak berat, 17 rusak sedang dan 22 rusak ringan.
3.
Sistem pendukung keputusan pemeliharaan bangunan sekolah negeri di Kabupaten Tangerang telah dibuat. Metode perhitungan yang digunakan yaitu metode AHP. Dalam sistem ini penentuan skala prioritas pemeliharaan bangunan sekolah dengan memperhitungkan 6 buah kriteria. Penilaian tingkat kepentingan antar kriteria melibatkan 30 orang responden. Dari hasil perhitungandidapat bobot dari keenam kriteria tersebut yaitu tingkat kerusakan bangunan 0,332; status tanah sekolah 0,265; status bangunan sekolah 0,103; lokasi sekolah 0,065; rasio rombongan belajar dengan jumlah siswa 0,186 dan luas wilayah layanan sekolah 0,049.
4.
Dari hasil analisis urutan sekolah yang mendapat prioritas penanganan pemeliharaan yaitu SDN Kadongdong, SMPN Tigaraksa II, SDN Kalapa Dua II, SDN Gudang, SDN Nagrak, SDN Jalupang, SDN Kadu, SDN Tapos Wetan, SDN Cigaling,
SDN Kaduagung SDN Babakan, SDN Cileles, SDN commitII, to user
122
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kaduagung I, SDN Bantar panjang, SDN Seglog, SDN Peusar, SDN Matagara, SDN Cogrek II, SDN Bugel, SDN Tigaraksa IV, SDN Cisereh II, SDN Tigaraksa III, SDN Pete, SDN Cogrek I, SDN Tapos, SDN Tigaraksa II, SDN Tigaraksa I, SDN Kadeper, SDN Guradog, SDN Cisereh I, SDN Kalapa Dua I, SMPN Tigaraksa I, SDN Pinang, SDN Pasirbolang, SMPN Tigaraksa III, SDN Sodong I, SDN Bidara, SDN Sodong II, SMAN Tigaraksa I, SDN Pasirnangka dan SMAN Tigaraksa I. Berdasarkan anggaran yang tersedia dibuat 3 buah skenario penanganan. Pada skenario pertama urutan prioritas berdasarkan hasil perhitungan program terdapat 15 sekolah yang dapat ditangani, pada skenario kedua berdasarkan aspek efisiensi biaya sekolah yang bisa ditangani 19 buah, pada skenario ketiga berdasarkan aspek sumber anggaran sekolah yang bisa ditangani 15 buah.
5.2 Saran Agar sistem pendukung keputusan penentuan skala prioritas penanganan pemeliharaan bangunan sekolah bisa lebih sempurna lagi, maka disarankan : 1.
Perlu dilakukan penelitian dan pengkajian lebih mendalam tentang besaran nilai pengurang dan faktor koreksi untuk berbagai jenis dan tingkat kerusakan pada masing-masing sub elemen bangunan gedung.
2.
Perlu dikembangkan sistem yang dalam penentuan kriterianya bersifat dinamis. Kriteria bisa dirubah sesuai dengan tuntutan keadaan.
3.
Perlu dikembangkan
sistem pendukung keputusan penentuan skenario
pemeliharaan berdasarkan skala prioritas dan jumlah anggaran yang tersedia. 4.
Perlu dilakukan pembobotan ulang apabila sistem akan diterapkan pada lokasi lain.
commit to user
123