LAPORAN PENELITIAN
MANAJEMEN KONSTRUKSI PT. FREEPORT INDONESIA COMPANY TEMBAGAPURA IRIAN JAYA
Disusun Oleh : SETYABUDI INDARTONO 96/111240/ET/0437
PROGRAM STUDI S-1 EKSTENSI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
1998
2
LEMBAR PENGESAHAN
MANAJEMEN KONSTRUKSI PT. FREEPORT INDONESIA COMPANY TEMBAGAPURA IRIAN JAYA LAPORAN PENELITIAN
Diajukan Untuk melengkapi persyaratan lulus pada Program Studi S-1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Disusun Oleh :
SETYABUDI INDARTONO 96/111240/ET/0437
Dosen Pembimbing
Ir. RJB Soehendrodjati NIP. 130 367 374
3
LEMBAR PENGESAHAN
MANAJEMEN KONSTRUKSI PT. FREEPORT INDONESIA COMPANY TEMBAGAPURA IRIAN JAYA
LAPORAN PENELITIAN
Disusun Oleh : SETYABUDI INDARTONO 96/111240/ET/0437
Mengetahui :
Ir. Ridwan Napitupulu Mine Eng. Superintendent
4
LEMBAR PENGESAHAN
MANAJEMEN KONSTRUKSI PT. FREEPORT INDONESIA COMPANY TEMBAGAPURA IRIAN JAYA
Hari
: Senin
Tanggal
: 27 Juli 1998
Jam
: 09.00 wib
Tempat
: Ruang Pendadaran Kampus Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Penguji
Tanda tangan
Ir. RJB Soehendrodjati ______________________ Pembimbing / Penguji
Ir. Soegeng Djoyowirono ______________________ Penguji
5
KATA PENGANTAR Segala Puji hanya Milik Allah SWT yang dengan kehendak-NYA alam telah bergulir sebagaimana mestinya. Sholawat dan salam semoga tercurah pada junjungan kita Nabi dan Rasulullah Muhammad SAW, serta para sohabat sohabiatnya, serta seluruh pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dengan
segala
keterbatasan
Alhamdulillah,
Laporan
Penelitian
mengenai
Manajemen Konstruksi di PT Freeport Indonesia Tembagapura Irian Jaya telah dapat diselesaikan. Adapun Data yang diperoleh adalah dari hasil penelitian Pelaksanaan Manajemen Konstruksi PT Freeport Indonesia di Tembagapura Irian Jaya sejak awal April hingga akhir Mei 1998. Dengan telah tersusunnya laporan ini tidak lupa kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ir. H. Darmanto MSc, Selaku ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gadjahmada Yogyakarta.
2. Dr. Ir. Fatchan Nurrochmad M.Agr, Selaku Ketua Pengelola Program Studi Ekstensi Teknik Sipil Universitas Gadjahmada Yogyakarta.
3. Ir. M. Fauzi Siswanto MSc, Selaku Dosen Wali 4. Ir. RJB Soehendrodjati Selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir. 5. Ir. Soegeng Djojowirono, Selaku dosen Penguji Tugas Akhir. 6. Larry Lobdel, Selaku Manajer Construction Departement PT Freeport Indonesia 7. John Herr, Selaku Manajer Mine Construction PT Freeport Indonesia 8. Ir. Ridwan Napitupulu, selaku Pembimbing Lapangan Mine Engineering PT Freeport Indonesia
9. Kedua Orang tua serta Adik-Adik tercinta dalam memberikan support yang tiada ternilai 10. Rekan-rekan karyawan Engineering & Construction, dengan segala bantuannya 11. Teman-teman mahasiswa dan semua pihak yang tidak kami sebutkan satu persatu yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam terlaksananya penelitian ini dan dalam penyelesaian laporan penelitian ini. Semoga apa yang ada dalam buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin.
6
Tembagapura, 23 Mei 1998
Setyabudi Indartono 96 / 111240 / ET / 0437
7
DAFTAR ISI Halaman Judul
.I
Halaman Pengesahan
. ii
Kata Pengantar
.
Daftar Isi
v
Daftar Gambar
.vi
Daftar Grafik
.viii
Daftar Istilah
.x
Daftar Lampiran
xi xiii
BAB I
BAB II
BAB III
Pendahuluan
1
Permasalahan
1
Rumusan Permasalahan
3
Tujuan Penelitian
5
Faedah Penelitian
6
Keaslian
6
Tinjauan Pustaka
7
Manajemen Umum
7
Manajemen Konstruksi
16
Landasan Teori
30
Variabel Manajemen
30
Unsur-unsur Pengelola Manajemen
30
Struktur Organisasi Proyek
31
Aktivitas Manajemen Proyek
36
8
BAB IV
BAB V
Prosedur Manajemen Proyek
43
Hipotesis
44
Rencana Penelitian
45
A. Obyek Penelitian
45
B. Cara Penelitian
47
Hasil dan Pembahasan
51
A. Hasil Penelitian
51
B. Pembahasan Hasil Penelitian
88
BAB VI
Kesimpulan dan Saran
93
A. Kesaimpulan
93
B. Saran
94
Daftar Pustaka Lampiran-lampiran
9
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
Bagan Sistim Pengendalian
21
Gambar 2.2
Individual Project Organization
24
Gambar 2.3
Matrix Project Management
24
Gambar 2.4
Staff Project Organization
25
Gambar 2.5
Intermix Project Management
25
Gambar 2.6
Agregat Organization
26
Gambar 2.7
Hubungan (Antar Proyek)Tradisional
26
Gambar 2.8
Hub. Kontrak kerja Model Design & Konstruksi
27
Gambar 2.9
Model Turn Key Project
27
Gambar 2.10
Hub. Kontrak kerja Model Manajer Konstruksi Profesional
27
Gambar 3.1
Hubungan (Antar Proyek)Tradisional
32
Gambar 3.2
Hub. Kontrak kerja Model Design & Konstruksi
32
Gambar 3.3
Model Turn Key Project
32
Gambar 3.4
Hub. Kontrak kerja Model Manajer Konstruksi Profesional
33
Gambar 3.5
Individual Project Organization
34
Gambar 3.6
Matrix Project Management
35
Gambar 3.7
Staff Project Organization
35
Gambar 3.8
Intermix Project Management
35
Gambar 3.9
Agregat Organization
36
Gambar 3.10
Bagan Sistim Pengendalian
40
Gambar 3.11
Struktur Organisasi dalam pengawasan secara kontraktuil
42
Gambar 3.12
Struktur Organisasi dalam pengawasan secara Swakelola
42
Gambar 3.13
Diagram Organisasi untuk proyek APBD
43
Gambar 5.1
Lokasi Gresberg
58
Gambar 5.2
Lokasi Mill 75
59
10
Gambar 5.3
Lokasi Ridge Camp
60
Gambar 5.4
Lokasi Tembagapura
62
Gambar 5.5
Lokasi Mile 66
66
Gambar 5.6
Lokasi Mile 50
67
Gambar 5.7
Lokasi Mile 22
68
Gambar 5.8
Lokasi LIP
69
Gambar 5.9
Lokasi Kuala Kencana
70
Gambar 5.10
Lokasi PAD XI
74
Gambar 5.11
Lokasi Cargo Dock
75
Gambar 5.12
Lokasi Port Site
76
11
DAFTAR GRAFIK
Grafik 5.1
Tonase Produksi Ore Mine 1997
.....................................
52
Grafik 5.2
Produksi Ore Mine Tembaga 1997
.....................................
52
Grafik 5.3
Produksi Ore Mine Emas 1997
.....................................
52
Grafik 5.4
Produksi Ore Mine Perak 1997
.................................
53
Grafik 5.5
Produksi Tembaga Mill 1997
.....................................
53
Grafik 5.6
Produksi Emas Mill 1997
.....................................
53
Grafik 5.7
Produksi Perak Mill 1997
.....................................
55
Grafik 5.8
Proses Peleburan/Buburisasi
.................................
55
12
DAFTAR ISTILAH AEA
: Alas Emas Abadi
AFC
: Aproved For Construction
AFE
: Autorized For Expenditure
AGM
: Assistant General Manager
Airport
: Fasilitas yang tersedia di area Kerja PT Freeport di Timika
Amole
: Tipe Perumahan di Tembagapura
AVCO
: PT. Aviation Airfast Facility Company
Bachelor Quarter
: Barak karyawan staf dengan status keluarga yang belum mempunyai anak
Barak
: Perumahan untuk karyawan PT Freeport
Bukit Barat
: Tipe Perumahan di Tembagapura
Bus & Truck Shop
: Bengkel bis dan truk
Concentrate
: Leburan / campuran bahan dengan air
Conceptual Design
: Konsep disain
Conveyor Belt
: Atal transportasi/pengangkut barang dengan ban berjalan
CPM
: Critical Part Methode
CRs
: Construction Requests
Dispatche
: Ketinggian / elevasi
Erstberg
: Lokasi tambang di Puncak Jaya Irian jaya yang terbesar di dunia.
ESR
: Engineering Service Request
Expatriated
: Karyawan asing
FCN
: Field Changes Notice
FDN
: Field Design Notice
FIC
: PT. Freeport Indonesia Company
FII
: Freeport Indonesia Incorporated
Flowchart
: Diagram alir
GBT
: Gunung Bijih Timur
GKM
: Gugus Kendali Mutu
GM
: General Manager
Govre
: Goverment Relation
Grasberg
: Lokasi tambang di Puncak Jaya Irian jaya yang terbesar di dunia.
Hardware
: Perangkat keras
Hidden Valley
: Area pemukiman di mile 66
13
High Land
: Area dataran tinggi
ICO
: Inamco/Indonesia America Company
Job Site
: Area Kerja
L.I.P
: Light Industrial Park
Low Land
: Area dataran rendah
Main Office
: Kantor Pusat
MBO
: Management by Objectives
Mile 50
: Area Kerja PT Freeport dengan jarak 50 mile dari Portsite.
Mill 75
: Area Kerja PT Freeport dengan jarak 75 mile dari Portsite.
Mill
: Lokasi pengolahan bahan tambang/ concentrator ( Pembuburan )
Mine
: Area penambangan
MLA
: Mill Level Adit
MTO
: Material Take Off
Open Pit
: Sistem penambangan pada suatu daerah yang terbuka
Ore
: Bijih tambang
Palapa
: Tipe Perumahan di Tembagapura
PCN
: Potensial Change Notice
PE
:Project Engineer
PECL
:Project Engineer Check List
PERT
: Project Evaluation & Review Technique
Portacamp
: Kamp yang menggunakan dari petikemas
Portsite
: Area Kerja PT Freeport di Pelabuhan pantai selatan Irian Jaya.
Preliminary Design
: Perancanaan awal
PRs
: Purchasing Request
PT. AJC
: A. Latief Jasa Corporation
PT. P & K
: Pasaraya Nusa Karya
RO’s
: Request order
Senior Guest House:
: Tipe Perumahan di Tembagapura
Service Tram
: Pelayanan transportasi dengan kereta gantung
Staff Quarter
: Barak untuk karyawan staf
Tembagapura
: Pusat hunian dan kerja pertambangan PT Freeport di Irian Jaya .
Timika
: Ibu kota kecamatan terdekat dengan area kerja PT Freeport
14
Under ground
: Sistem penambangan yang dilakukan di dalam tanah dengan cara membuat terowongan-terowongan.
Warehouse
: Gudang
West serta Street 1-2.
: Tipe Perumahan di Tembagapura
WR’s
: Warehouse Requests
15
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
Surat Pengantar
…………………
98
Lampiran 2.
Engineering Chart Organization
…………………
99
Lampiran 3.
Administration Chart Organization
…………………
100
Lampiran 5.
Project Control Chart Organization
…………………
101
Lampiran 5.
Material Handleing Chart Organization
…………………
102
Lampiran 6.
Electrical Chart Organization
…………………
103
Lampiran 7.
Rigger Chart Organization
…………………
105
Lampiran 8.
Civil Chart Organization
…………………
105
Lampiran 9.
Civil Chart Organization
…………………
106
Lampiran 10.
Civil Chart Organization
…………………
107
Lampiran 11.
Millwright Chart Organization
…………………
108
Lampiran 12.
Welding/Piping Chart Organization
…………………
109
Lampiran 13.
Authorization for Expenditure Form
…………………
110
Lampiran 15.
Engineering Service Request Form
…………………
111
Lampiran 15.
Cost Estimate & AFE Preparation Request form
…………………
112
Lampiran 16.
Field Design Notice form
…………………
113
Lampiran 17.
Project Engineering Checcklist form
…………………
115
Lampiran 18.
Project Engineering Checcklist form
…………………
115
Lampiran 19.
Project Engineering Checcklist form
…………………
116
Lampiran 20.
Warehouse Stock Request form
…………………
117
Lampiran 21.
Warehouse Stock Request form
…………………
118
Lampiran 22.
Project Check List
…………………
119
Lampiran 23.
Project Check List
…………………
120
Lampiran 25.
Project Check List
…………………
121
Lampiran 25.
Design & Engineering Flowchart
…………………
122
Lampiran 26.
Technical Service life Cycle
…………………
123
16
Lampiran 27.
Manhours Report
…………………
125
Lampiran 28.
Cost Report
…………………
125
Lampiran 29.
Issue Ticket Report
…………………
126
17
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN Pada saat sekarang ini istilah Manajemen sudah banyak dikenal di berbagai kalangan, baik di kalangan masyarakat secara luas maupun di kalangan Perguruan Tinggi. Di kalangan perguruan tinggi sendiri, ternyata hampir semua disiplin ilmu (Fakultas) telah mengajarkan ilmu Manajemen. Juga terlihat pula di setiap organisasi masyarakat baik yang mencari keuntungan maupun lembaga-lembaga sosial, hampir semua menyadari akan arti pentingnya Ilmu Manajemen yang diterapkan di dalam organisasi, untuk memperlancar tugasnya sehari-hari. Ilmu manajemen yang secara sederhana didefinisikan sebagai “ suatu ilmu yang memperlajari bagaimana cara mencapai suatu tujuan dengan efektif serta efisien dengan menggunakan bantuan/melalui orang lain ”41, memiliki cakupan yang sangat luas. Menurut Manullang manajemen adalah seni dan ilmu pengetahuan yang meliputi ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan karyawan, pemberian perintah terhadap “human and natural resources” terutama human resources untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Menurut Terry, manajemen lebih ditekankan pada segi proses yaitu proses tertentu yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan penggunaan setiap ilmu dan seni bersama-sama dan selanjutnya menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang hendak dicapainya atau telah ditetapkan terlebih dahulu. Tujuan tersebut hanya akan dicapai jika organisasi tersebut mampu untuk membuat perencanaan, mengorganisir, mengarahkan serta mengkoordinir dalam melaksanakan rencana tersebut serta dapat mengawasi pelaksanaannya. Hal ini mengingat makin kompleksnya permasalahan yang
4
Djati Juliatrisna,Drs. 1992, Manajemen Umum-Sebuah Pengantar, Edisi pertama, terbitan kedua, hal.1,BPFEYogyakarta
18
dihadapinya, maka dari definisi manajemen yang ada, setiap organisasi membutuhkan suatu sistem manajemen yang baik. Proyek adalah suatu kegiatan yang muncul oleh karena sesuatu yang belum pernah dikerjakan, perlu dikerjakan. Proyek akan selalu menghasilkan sesuatu dalam waktu tertentu, dapat berasal dari kita sendiri, atau pihak lain serta dapat berskala besar, sedang maupun kecil. Proyek itu sendiri memerlukan sumber daya manusia, bahan mentah, modal dan teknologi tertentu yang dianggarkan. Oleh karena kompleksnya permasalahan, maka proyek perlu dikelola dengan baik. Proses pengelolaan
tersebut
meliputi
perencanaan,
pelaksanaan,
pengawasan
serta
penyelesaian. Dari permasalahan tersebut maka proyek dikatakan membutuhkan manajemen untuk mengatur itu semua agar tercapai hasil yang baik. Manajemen tersebut disebut Manajemen Proyek yang dapat dikatakan sebagai usaha merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, mengkoordinasi serta mengawasi kegiatan dalam proyek sedemikian rupa sehingga sesuai dengan jadwal waktu serta anggaran yang telah ditetapkan172. Dari teori manajemen dan manajemen proyek tersebut maka secara ideal hasil yang diperoleh oleh kegiatan proyek akan sesuai dengan rencana yang ditetapkan, karena di dalam manajemen proyek tersebut telah diatur sistem dan prosedur yang harus dikerjakan oleh masing-masing pihak yang terkait dengan tugas dan wewenangnya masing-masing, sehingga tercipta kerjasama yang baik diantara mereka dalam suatu struktur tertentu sesuai tujuan yang hendak dicapai. Namun demikian dari kenyataan yang ada tidak sedikit suatu organisasi dalam mencapai tujuannya, dengan menerapkan suatu sistem dan prosedur manajemen, tidak selalu mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang telah direncanakan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai macam hal yang mungkin kurang diantisipasi terlebih dahulu. Kekurangan tersebut dapat terjadi di setiap tahapan manajemen, baik dalam 17
Sukanto Reksohadiprodjo 1987, Manajemen Proyek, Edisi kedua, terbitan pertama, hal.4, BPFE-Yogyakarta
19
tahap
perencanaan,
pelaksanaan
maupun
dalam
tahap
penyelesaian
atau
pengawasannya. Faktor yang mempengaruhinya-pun sangat barvariasi. Dapat diakibatkan karena faktor kesengajaan maupun faktor ketidaksengajaan, atau bahkan dapat disebabkan oleh ketidaktepatan penerapan suatu sistem atau prosedur manajemen yang diterapkan. Oleh karena itu diperlukan kejelian penerapan suatu sistem/prosedur manajemen yang hendak diterapkan pada suatu pencapaian tujuan tertentu serta situasi baik waktu maupun tempat tertentu. Salah satu tinjauan manajemen adalah aspek seni, oleh karena itu maka manajer sangat dituntut keterampilan seni manajemennya dalam memilih atau menentukan sistem manajemen yang hendak diberlakukannya.
B. RUMUSAN PERMASALAHAN Dari judul yang diajukan yaitu “Manajemen Konstruksi PT Freeport Indonesia“, penulis perlu menegaskan kembali rumusan judul yang diajukan tersebut yang meliputi apa yang diteliti, dari mana data yang diperoleh, bagaimana cara mengumpulkan data serta bagaimana menganalisanya153. Adapun judul yang diajukan tersebut yang menjadi obyek penelitian adalah permasalahan Manajemen Konstruksi secara umum, yang meliputi semua tahapan/aktivitas manajemen164 yaitu : 1. Tahap Perencanaan Organizing & Staffing Budgetting & Funding 2. Tahap Pelaksanaan Directing Coordinating 3. Tahap Pengawasan 15
Suharsimi Arikunto,DR 1991, Prosedur Penelitian-Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi, terbitan ketujuh, hal.45, PT Melton Putra, Jakarta
20
Progress Accounting & Auditing
Data yang diperoleh adalah hasil penelitian Manajemen Konstruksi di PT Freeport Indonesia yang berlokasi di kota Tembagapura Irianjaya, yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penambangan emas dan tembaga milik perusahaan yang bermarkas besar di New Orleans Amerika Serikat. Data yang diperoleh ini dihasilkan dari kegiatan wawancara dengan staf karyawan PT Freeport dan studi literatur prosedur Manajemen Konstruksi yang ada di perusahaan ini.
Penulis memilih judul tersebut dengan pertimbangan-pertimbangan : 1. Bahwa ilmu manajemen adalah ilmu yang cakupannya sangat luas dan sangat fleksibel. 2. Permasalahan manajemen konstruksi yang mungkin sudah banyak dikaji masih memerlukan berbagai masukan yang tidak sedikit, khususnya sebagai contoh penerapan suatu sistem manajemen dalam mengatasi suatu permasalah dengan kondisi yang berbeda. 3. Manajemen konstruksi hingga kini masih terus berkembang dengan menyesuaikan perkembangan ilmu kontstruksi itu sendiri maupun perkembangan teknologi bidang lain serta perkembangan sosial budaya yang tidak akan pernah berhenti. 4. Dari permasalahan yang diajukan ini masih banyak peluang untuk lebih mengembangkannya, sehingga input yang diperoleh dalam bidang manajemen ini akan dapat menjadi khasanah tersendiri untuk nantinya dapat dipergunakan sebagai bahan pengembangan ilmu manajemen khususnya di bidang konstruksi.
16
Suhendrodjati RJB Ir. 1997, Manajemen Konstruksi (Draft), hal. 29, Jur. Teknik Sipil UGM, Yogyakarta
21
Dari permasalahan yang dimunculkan tersebut, penulis berusaha mencari jawaban dari hal-hal yang akan diteliti yaitu : 1. Bagaimana sistem manajemen konstruksi yang diberlakukan oleh PT Freeport, yang dalam hal ini Manajemen konstruksi yang ada merupakan bagian dari manajemen umum PT Freeport pada usaha penambangan emas dan tembaga di Irian jaya. 2. Bagaimana struktur organisasi proyek manajemen konstruksi yang disusun PT Freeport dalam melaksanakan mekanisme tugasnya. 3. Bagaimana prosedur yang diberlakukan di antara unsur-unsur manajemen konstruksi dalam PT Freeport Indonesia ini, yang meliputi semua tahap menajemen konstruksi yang berlaku.
C. TUJUAN PENELITIAN Setiap penelitian tentunya memiliki tujuan tertentu. Secara garis besar tujuan penelitian adalah 155: 1. Untuk mengetahui status/keadaan sesuatu mengenai apa dan bagaimana, sejauh mana dan sebagainya dan mendiskripsikan masalah, maka muncul penelitian diskriptif (termasuk di dalamnya survey ), penelitian historis dan filosofis. 2. Untuk membandingkan dua fenomena atau lebih ( komparasi.) 3. Untuk mencari hubungan antara dua fenomena atau lebih ( korelasi ).
Dari keterangan tersebut maka dari judul yang diajukan, peneliti mempunyai tujuan (diskriptif ) , atau memberikan gambaran tentang : 1. Bagaimana sistem manajemen konstruksi yang diberlakukan oleh PT Freeport, yang dalam hal ini Manajemen konstruksi yang ada merupakan bagian dari manajemen umum PT Freeport pada usaha penambangan emas dan tembaga di Irian jaya.
22
2. Bagaimana struktur organisasi proyek manajemen konstruksi yang disusun PT Freeport dalam menjalankan mekanisme tugasnya. 3. Bagaimana prosedur yang diberlakukan di antara unsur-unsur manajemen konstruksi dalam PT Freeport Indonesia ini, yang meliputi semua tahap menajemen konstruksi yang berlaku.
D. FAEDAH PENELITIAN Dari tujuan penelitian tersebut, maka penulis berharap hasil penelitian ini akan mendapatkan kegunaan atau faedah yaitu : Dapat memberikan gambaran arti pentingnya suatu penerapan manajemen dalam suatu proyek. Memberikan gambaran posisi manajemen dalam setiap kegiatan khususnya dalam penanganan bidang konstruksi. Dapat memberikan gambaran dan alternatif penerapan sistem manajemen konstruksi pada suatu kondisi tertentu ( PT Freeport ) Dapat memberikan informasi mengenai berbagai permasalahan yang timbul dalam penerapan suatu sistem manajemen konstruksi. Dapat memberikan masukan dari gambaran yang ada tersebut.
E. KEASLIAN PENELITIAN Sepanjang pengetahuan penulis, Tugas Akhir dengan Judul : Manajemen Konstruksi PT Freeport Indonesia Tembagapura Irianjaya, belum pernah diteliti penulis terdahulu, hal ini menguatkan asumsi penulis bahwa penelitian yang dikerjakan ini terjaga orisinalitas keasliannya.
15
Suharsimi Arikunto,DR 1991. op.cit hal.25-26,
23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MANAJEMEN UMUM 1. Pengertian Manajemen Manajemen merupakan suatu istilah yang sudah sangat populer di kalangan akademis khususnya di kalangan Perguruan Tinggi, apalagi sudah hampir seluruh disiplin ilmu di kalangan Perguruan Tinggi ini sudah mengajarkan ilmu manajemen46. Dari pengertian manajemen maka berkembanglah berbagai difinisi tentang ilmu manajemen yang secara sederhana sebagai “ suatu ilmu yang memperlajari bagaimana cara mencapai suatu tujuan dengan efektif serta efisien dengan menggunakan bantuan/melalui orang lain”. Difinisi manajemen yang muncul tersebut di antaranya adalah47 :
4
Management as knowing exactly what you want to do and then seeing that to do it in the best and cheapest way. Management as getting done through other (s). Management is the practice of determining what has to be done and accomplishing this goal in the fashion through other people. Management is distinct process consisting or planing, organizing, actuating and controlling, performed to determine accomplish stated objective by human being ad other resources. Management is the art of getting thing done through the effort of the other people. Management is the art and science of proposing, organizing, and directing human effort applied to control the forces and utilize the materials of nature for benefit of man. Management is the coordination of production to meet the objectives of organization. Management props is the function in industry concerned in the exception of policy, within the limits set up by administration, and employment of the organization for particular objects set beforest.
Djati Juliatrisna,Drs. 1992, Manajemen Umum-Sebuah Pengantar, Edisi pertama, terbitan kedua, hal. 1,BPFE-Yogyakarta 4 Djati Juliatrisna,Drs. 1992, ibid , hal.2-3
24
Management in business is the science and art of combining ideas, facilities, processes, materials, and people to produce and market a worthy product or service profitably.
Management in general as a technique by means of which the purposes and objectives of a particular human group are determined, clarified and effectualed . To manage is forecast and plan, to organize, to command, to coordinate, and to control. Manajemen adalah168 suatu proses kegiatan penggunaan sumber daya manusia, sumber daya meterial, sumber daya modal/uang dan peralatan/mesin yang dituangkan ke dalam suatu wadah tertentu/organisasi, untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam batas ruang dan waktu tertentu, dengan menggunakan metodik dan sistematik tertentu agar tercapai daya guna dan tepat guna sebesarbesarnya. Dari difinisi tersebut maka manajemen ditinjau dari unsur dan fungsinya menurut Manullang (Ghalia Indonesia,1983) dalam buku Dasar-dasar Manajemen halaman 149 : 1. Menurut Prof Drs Oey Liang Lee Perencanaan
Memimpin
Pengorganisasian
Merencanakan
Pengarahan
Menyusun
Pengkoordinasian
Mengawasi
Pengontrolan 2. Menurut Koont O’Donnel dan Niclander
Planning Organizing
Organizing
Actuating
Staffing
Controlling
Controlling
9
5. Menurut George R. Terry
Planning
Directing
16
4. Menurut Louis A. Alen
6. Menurut Henry Feyol Forecasting and planning
Soehendrodjati RJB Ir. 1987, Manajemen Konstruksi (draft ), hal. 4, Jur. Teknik Sipil UGM -Yogyakarta Djati Juliatrisna,Drs. 1992, op. cit , hal.4-6
25
3. Menurut Newman
Organizing
Planning
Commanding
Organizing
Coordinating
Assembling
Controlling
Resources 7. Menurut Hebert G. Hicks
8. Menurut Luther Gulick
Creating
Planning
Planning
Organizing
Organizing
Staffing
Motivating
Directing
Communicating
Coordinating
Controlling
Reporting Budgeting
Dari fungsi manajemen tersebut maka kegiatan manajemen merupakan suatu proses kegiatan yang mengubah input menjadi output yang sesuai tujuannya1610. Input tersebut terdiri dari unsur-unsur manusia, material, mata uang dan mesin/alat, sedangkan proses yang diperlukan dalam mengubah input tersebut menjadi output adalah proses perencanaan, proses pengorganisasian dan proses pengendalian. 2. Perencanaan/Planning411 Pengertian perencanaan ⇒ Suatu cara untuk bertindak sebelum tindakan itu sendiri dilaksanakan dengan mengadakan pemikiran terlebih dahulu mengenai hal tersebut agar diharapkan bahwa tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat dicapai dengan efektif serta efisien. Tahap perencanaan 16 4
Soehendrodjati RJB Ir. 1987, op. cit., hal. 5 Djati Juliatrisna,Drs. 1992, op. cit., hal.29-40
26
a. Menetapkan dan merumuskan tujuan atau permasalahan yang akan dipecahkan. b. Melakukan analisis kesempatan untuk dimanfaatkan, dan ancaman yang harus dihindari. c. Melakukan analisis sumber daya d. Identifikasi dan pengembangan alternatif. e. Implementasi strategi Menyangkut kurun waktu Menyangkut persoalan yang mendasar dalam organisasi Memberikan kerangka dasar dalam pengambilan keputusan Sebagai alat pemersatu dalam pengambilan keputusan f. Pelaksanaan Keputusan 3. Pengorganisasian/Organizing124 Pengertian organisasi ⇒ Sekelompok manusia yang bekerja sama, dimana kerjasama tersebut dicanangkan dalam bentuk struktur organisasi atau gambaran skematis tentang hubungan kerja, dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Asas organisasi a. Perumusan tujuan dengan jelas b. Departemenisasi c. Pembagian kerja d. Koordinasi e. Pelimpahan wewenang f. Rentangan Kontrol g. Jenjang Organisasi h. Kesatuan perintah
27
i. Fleksibelitas Bentuk organisasi a. Organisasi Garis b. Organisasi Fungsional c. Organisasi Garis dan staff d. Organisasi Gabungan e. Organisasi Matriks f. Organisasi Proyek1317 g. Organisasi Usaha h. Organisasi Team Kerja/Task Force 4. Pergerakan/Actuating144 Pengertian ⇒ Menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien ( untuk membuat orang-orang lain suka dan dapat bekerja.2a15) Fungsi Pergerakan a. Untuk mempengaruhi orang supaya bersedia menjadi pengikut b. Melunakkan daya resistensi pada orang. c. Untuk membuat orang suka mengerjakan tugas dengan baik d. Untuk mendapatkan serta memelihara dan memupuk kesetiaan, kesayangan, kecintaan kepada pimpinan, tugas serta organisasi tempat mereka bekerja.
4
Djati Juliatrisna,Drs. 1992 , ibid , hal. 41-64, BPFE-Yogyakarta Sukanto Raksohadiprodjo, 1987, Manajemen Proyek, Edisi Kedua, terbitan pertama, hal. 12, BPFEYogyakarta 4 Djati Juliatrisna,Drs. 1992,, op. cit , hal. 65-84 2a Arifin Abd.rahman Prof. DR.H , 1973, Kerangka Pokok-pokok Manajemen Umum, Edisi kedua, Icktiar baru Jakarta 17
28
e. Untuk
menanamkan,
memelihara,
dan
memupuk
rasa
tanggungjawab secara penuh pada seseorang terhadap Tuhannya, negara, masyarakat serta tugas yang diembannya. Terminologi untuk penggerakan : a. Directing b. Actuating c. Leading d. Commanding e. Motivating 5. Mengelola Konflik416 Pengertian ⇒ Suatu perbedaan kepentingan sedemikian rupa sehingga menimbulkan pertentangan diantaranya. Type konflik a. Konflik dalam diri pribadi b. Konflik antar pribadi c. Konflik pribadi dengan kelompok d. Konflik kelompok dengan kelompok e. Konflik kelompok dengan organisasi f. Konflik organsasi dengan organisasi Manajemen Konflik 1. Metode menstimulir konflik 2. Metode Menghindari konflik 3. Metode pemecahan konflik : a. Metode Dominasi dan penindasan b. Metode konfrontasi
29
c. Metode Kompromi d. Metode Pemecahan terpadu 6. Pengawasan/Controlling174 Pengertian Pengawasan ⇒ Tindakan atau proses kegiatan untuk mengetahui hasil pelaksanaan, kesalahan, kegagalan, untuk kemudian dilakukan perbaikan dan mencegah terulangnya
kembali
kesalahan-kesalahan
itu
dan
menjaga
agar
pelaksanaan tidak berbeda dengan rencana yang diterapkan. Fungsi Pengawasan a.
Mencegah terjadinya berbagai penyimpangan
b.
Untuk memperbaiki berbagai penyimpangan
c.
Untuk mendinamisir
organisasi serta segenap kegiatan manajemen
lainnya. d.
Untuk mempertebal rasa tanggungjawab.
Prinsip Pengawasan a.
Adanya rencana tertentu dalam pengawasan sebagai standar keberhasilan pengawasan
b.
Adanya pemberian instruksi, perintah serta wewenang terhadap bawahan
c.
Dapat merefleksikan berbagai sifat dan kebutuhan berbagai kegiatan yang diawasi
d.
Dapat segera dilaporkan adanya berbagai bentuk penyimpangan
e.
Pengawasan harus bersifat fleksibel, dinamis dan ekonomis.
f.
dapat merefleksikan pola organisasi
g.
Dapat menjamin diberlakukannya tindakan korektif.
Macam Pengawasan 4 4
Djati Juliatrisna,Drs. 1992, op. cit. , hal. 85-100 Djati Juliatrisna,Drs. 1992, ibid , hal. 101-108
30
a. Dari sudut yang diawasi
b.
c.
1.
Internal dan eksternal
2.
langsung dan tak langsung
3.
formal dan informal
4.
manajerial dan staf
Dari Obyek yang diawasi 1.
Sasaran Material dan Produk ( Kualitas dan Kuantitas )
2.
Keuangan dan Biaya
3.
Waktu
4.
Personalia
Waktu pengawasan 1. Preventif 2. Represif
d. Sistem Pengawasan 1. Inspektif 2. Komparatif 3. Verifikatif 4. Investigatif
Prosedur Pengawasan a. Menetapkan rencana pengawasan b. Standar-standar pengawasan c. Rencana operasional Teknik Pengawasan a. Pengawasan yang menitikberatkan pada penyimpangan yang menyolok (Control by Exception)
31
b. Pengawasan yang menitikberatkan pada pengendalian bidang pengeluaran ( Control through cost) c. Pengawasan yang menitikberatkan pada orang-orang kunci (Control through key person) d. Pengawasan dengan memperhatikan penggunaan waktu ( Control through time) e. Pengawasan
dengan
menjalankan
suatu
rangkaian
pemeriksaan/verifikasi/audit secara sistematis ( Control through audits) 7. Manajemen Berdasarkan tujuan41819 Pengertian Management by Objectives (MBO) ⇒ Management by Objectives ( MBO ) adalah merupakan proses untuk berperan serta atau berpartisipasi secara aktif yang melibatkan pihak manajer dan para anggota pada setiap tingkatan organisasi. Sistem MBO 1. Keterikatan pada program 2. Penetapan tujuan manajemen puncak 3. Tujuan-tujuan individu 4. Peran serta atau partisipasi 5. Otonomi dan pelaksanaan rencana 6. Peninjauan kembali hasil pelaksanaan Proses MBO 1. Atas dan bawahan saling membicarakan tanggungjawab pokok atasan 2. Atasan dan bawahan berdiskusi untuk menyetujui kunci pokok efektifitas jabatan bawahan 4
Djati Juliatrisna,Drs. 1992, ibid, hal. 109-126
32
3. Menetapkan tujuan pelaksanaan bersama yang dapat diukur bagi bawahan 4. Pertemuan periodik atasan dan bawahan untuk melakukan evaluasi terhadap kemajuan bawahan 5. Atasan
dan
bawahan
melakukan
peninjauan
kembali
tingkat
keberhasilan bawahan keseluruhan secara teratur 6. kembali ke point 1 Kelebihan dan Kelemahan MBO kebaikan : 1. Setiap individu diberi kesempatan untuk mengetahui apa yang diharapkan. 2. Membantu perencanaan dan membuat para manajer menetapkan tujuan beserta waktu yang diperlukan. 3. Komunikasi antar manajer dan bawahan dapat ditingkatkan 4. Setiap individu lebih menyadari akan tujuan organisasi 5. Proses manajemen dan evaluasi lebih dapat disamakan melalui pemusatan pencapaian tujuan tertentu, sehingga dimungkinkan bawahan dapat mengetahui kualitas pekerjaanya dalam kaitannya dengan tujuan organisasi. Kelemahan : 1. Kelemahan inheren atau kelemahan yang melekat dalam proses MBO, yang mencakup waktu dan usaha yang cukup besar dalam proses mempelajari teknik MBO dengan tepat, yang biasanya meningkatkan banyaknya pekerjaan tulis menulis. 2. Kelemahan yang berhubungan dan berkembang dalam praktek program-program MBO, meliputi berbagai macam masalah penting yang perlu dikendalikan guna keberhasilan program MBO, diantaranya adalah
33
a. Gaya dan Dukungan Pimpinan b. Penyesuaian perubahan c. Ketrampilan hubungan antar pribadi d. Diskripsi tugas e. Penetapan dan pengkoordinasian tujuan f. Pengendalian metode pencapaian tujuan g. Pertentangan antara kreativitas dan MBO. 8. Pengendalian Mutu dan Gugus Kendali Mutu420 Mekanisme Kelompok GKM: a. Memutar
roda
/aktivitas
Rencana-Kerjakan-Periksa-Tindakan
(Plan-Do-Check-Action) b. Delapan Langkah kunci : 1. Menemukan persoalan yang sebenarnya 2. Menemukan terjadinya persoalan 3. Mempelajari faktor yang berpengaruh 4. Mempertimbangkan langkah-langkah yang tepat 5. Menerapkan langkah yang tepat 6. Mengecek hasil yang diperoleh 7. Mencegah timbulnya persoalan yang sama 8. Persoalan-persoalan lain yang tak terpecahkan c. Menerapkan tujuh alat untuk perbaikan 1. Lembar pengumpulan data 2. stratifikasi 3. Diagram pereto 4
Djati Juliatrisna,Drs. 1992, ibid , hal.127-164
34
4. Diagram sebab akibat 5. Histogram 6. Diagram Pancar 7. Grafik
B. MANAJEMEN KONSTRUKSI
Kegiatan manajemen konstruksi adalah suatu proses kegiatan yang akan mengubah input menjadi output sesuai dengan tujuannya.21. Dalam input tersebut mencakup unsur-unsur : Manusia/man Material Mata uang/money Mesin/alat Metode222 Market Sedangkan prosesnya meliputi223 : Policy Perencanaan /Planning Programming Budgeting Actuating Monitoring Reporting 21 2
Soehendrodjati RJB Ir. 1987, op. cit, hal. 5 Affidin, Ir. BAE, Ilmu Pelaksanaan Bangunan , hal.V.3, DPU Kanwil DIY, Yogyakarta
35
Evaluating Pengorganisasian1624 Pengendalian Teknik Manajemen 1625 Rencana Pelaksanaan Pengukuran Pengendalian Pedoman Pokok1626 Merumuskan tugas Merumuskan sumber daya Mengetahui skala waktu Mengetahui tingkat kualitas dan keandalan target Mengetahui biaya produk Menyusun pendekatan untuk mengoptimumkan nilai Mengukur hasil Aktivitas Manajemen 1627: 1. Perencanaan Organizing & Staffing Budgeting & Funding 2. Pelaksanaan Directing 2
Affidin, Ir. BAE, ibid., hal.V.3 Soehendrodjati RJB Ir. 1987, op. cit., hal. 5 16 Soehendrodjati RJB Ir. 1987, ibid , hal. 16 16 Soehendrodjati RJB Ir. 1987, ibid , hal. 17-23 16
36
Coordinating 3. Pengawasan Accounting & Auditing Progress Perencanaan terdiri dari1628 : 1. Pengumpulan data 2. Formulasi rencana : a. Perumusan tujuan dan sasaran-sasaran b. Tujuan dan sasaran didasarkan pada perhitungan c. Perumusan rencana d. Fase pembuatan program prosesnya 3. Pelaksanaan1729 a. Kegiatan b. jadwal c. Biaya d. Alokasi Dana e. Alokasi sumber daya manusia f. Pandangan integratif
Pelaksanaan Proyek1730 : Persoalan alokasi sumber daya Persoalan pengawasan Persoalan apa yang akan dilakukan, bagaimana dan siapa yang melakukan 16
Soehendrodjati RJB Ir. 1987, ibid , hal. 29-53 Soehendrodjati RJB Ir. 1987, ibid , hal. 30-33 17 Sukanto Raksohadiprodjo, 1987, op. cit., hal. 65-82 16
37
Identifikasi peserta proyek serta spesifikasi peranan dalam arti wewenang dan tanggungjawab Identifikasi dan spesifikasi laporan/ informasi : biaya, rencana waktu, sisa dana, personalia, sarana dan prasarana dan lain-lain. Spesifikasi pengawasan, termasuk prosedur untuk peninjauan secara periodik Pengorganisasian1631 : Merupakan penyusunan manusia, peralatan dan fasilitas dalam suatu wadah pengaturan tertentu, untuk mencapai tujuan atau sasaran tertentu. Aspek yang terkandung dalam pengorganisasian adalah : 1. Tugas pokok organisasi ( Mission ) 2. Pengelompokan jenis-jenis kegiatan tertentu ( Function ) 3. Pekerjaan tiap petugas dalam organisasi ( Duties ) 4. Tanggung jawab petugas ( Responsibility ) 5. Pelimpahan tanggunjawab pada petugas-petugas unit ( Delegation ) 6. Ukuran penilaian pelaksanaan tugas ( Accountability ) Pengendalian dan prosesnya1632 : Obyek Pengendalian : Pengendalian personal Pengendalian material Pengendalian keuangan Pengendalian administrasi Pengendalian waktu dan kegiatan Proses pengendalian : 17
Sukanto Raksohadiprodjo, 1987, ibid , hal. 67, 83-96 Soehendrodjati RJB Ir. 1987, op. cit. , hal. 33-35 16 Soehendrodjati RJB Ir. 1987, ibid , hal. 39 16
38
1. Penentuan standar 2. Pemeriksaan 3. Perbandingan 4. Tindakan korektif Alat Pengendali1633: 1. Jaringan kerja a. CPM ( Critical Part Methode ) b. PERT ( Project Evaluation & Review Technique ) c. Barchart Schedule d. Kurva S 2. Cash Flow ( Pembayaran ) 3. Pengujian Bahan / tenaga 4. Dokumentasi 5. Laporan harian , mingguan, Bulanan. 6. Laporan Keuangan Sistim Pengendalian Proyek1634 Prinsip sistim pengendalian : Pengamat ( Sensor ) Monitor Pengendali ( Controller )
35
16 16
Soehendrodjati RJB Ir. 1987, ibid , hal. 162 Soehendrodjati RJB Ir. 1987, ibid , hal. 158-159
39
INPUT Rencana Proyek
PROSES Pelaksanaan Proyek
OUTPUT Prestasi
SENSOR
AKTIVATOR Prakarsa Tindakan
MONITOR Waktu Biaya Sumber daya
JADWAL Waktu Biaya Sumber daya
Gambar 2.1. Bagan Sistim Pengendalian16 Pengkoordinasian1636 yaitu proses rangkaian kegiatan menghubungkan, bertujuan untuk menserasikan tiap langkah dan kegiatan dalam organisasi agar tercapai gerak yang cepat untuk mencapai sasaran dan tujuan. Jenis koordinasi : 1. Koordinasi keatas yaitu oleh bawahan keatasannya 2. Koordinasi horisontal / mendatar yaitu koordinasi antar unit atau pejabat yang sederajat 3. Koordinasi kebawah yaitu oleh atasan keunsur dibawahnya.
16 16
Soehendrodjati RJB Ir. 1987, ibid , hal. 160 Soehendrodjati RJB Ir. 1987, ibid , hal. 42-43
40
Pengawasan1637 Terhadap obyek : 1. Waktu 2. Kualitas 3. Kuantitas 4. Keamanan 5. Iklim kerja 6. Terhadap kegiatan atau program fisik 7. Terhadap keuangan/biaya 8. Pengendalian perubahan 1738 9. Sistim pengawasan proyek 10. Produk239
Terhadap tahapan : 1. Tugas tahap perencanaan Konsultasi Laporan kerja Anggaran Dokumen/proposal Material dan alat 2. Tugas tahap konstruksi Monitor koordinasi pekerjaan Monitor proses Pekerjaan Pembentukan organisasi lapangan 16
Soehendrodjati RJB Ir. 1987, ibid , hal. 43-53,162 Sukanto Raksohadiprodjo, 1987, op. cit., hal. 95-115 2 Affidin, Ir. BAE, op. cit., hal.VI 17
41
Penetapan prosedur koordinasi Pertemuan rutin Memonitor jadwal pekerjaan Penetuan personil dan peralatan Pengembangan sistem pengendalian biaya Penyampaian perubahan-perubahan Penyeleksian dan koordinasi staf ahli dan percobaan-percobaan Pemerikasaan tugas konstruksi Pemeriksaan usaha pengamanan Penyerahan semua pertanyaan Pencatatan kemajuan pekerjaan Penentuan selesai bagian-bagian penting Penetapan selesainya pekerjaan Organisasi Pengawasan240 : Struktur Organisasi ( Tugas dan Wewenang ) •
Kepala Pengawas
•
Pengawas Lapangan
Pengawasan tahap perencanaan Pengawasan tahap pelaksanaan konstruksi Pengawasan tahap evaluasi Organisasi Proyek Macam Organisasi Proyek1741 : 1. Organisasi Fungsional Pemasaran
2
Affidin, Ir. BAE, ibid , hal.VI.2 Sukanto Raksohadiprodjo, 1987, op. cit., hal. 12
17
42
Produksi Personalia Pembelanjaan Administrasi Akutansi 2. Organisasi Proyek Penempatan personil dari bagian fungsional ke proyek 3. Organisasi Matrik Himpunan personil berdasarkan fungsi untuk mengerjakan proyek tertentu 4. Organisasi Usaha Untuk proyek penelitian dan pengembangan proyek 5. Organisasi Team Kerja/task Force Untuk menanggulangi proyek yang muncul dengan tiba-tiba. Bentuk Organisasi Proyek1642 :43 1. Individual Project Organization ( Matrix project management )
General Manager Project Manager A
Quality Control
Engineering
Project Manager B
R&D
Manufacturing
Gambar 2.2 Individual Project Organization
16
Soehendrodjati RJB Ir. 1987,op. cit., hal 58-67
Contract Adm.
Schedulling
Purchasing
43
Engineering
Manufacturing
Purchasing
Quality Control
R & D Contract Adm. Schedulling
Project A Project B
Gambar 2.3 Matrix project management 2. Staff Project Organization ( Intermix project Organization ) General Manager Project Manager A
Quality Control
R & D Contract Adm.
Project Manager B
Schedulling
Engineering
Quality Control
Manufacturing
R & D Contract Adm. Schedulling
Purchasing
Gambar 2.4 Staff Project Organization
General Manager Project Manager A
Quality Control
Contract Adm.
Engineering
R&D
Project Manager B
Schedulling
Purchasing
Quality Control
Manufacturing
Gambar 2.5 Intermix project Organization
Contract Adm.
Engineering
R&D
Schedulling
Purchasing
44
3. Agregate Organization
General Manager Project Manager A
Quality Control
Engineering
Contract Adm.
R&D
Manufacturing
Project Manager B
Schedulling
Quality Control
Purchasing
Contract Adm.
Engineering
Gambar 2.6 Agregate Organization Hubungan antar Unsur Pengelola Proyek1644 a. Hubungan tradisional
UU + Peraturan Pemerintah
Pemilik
Konsultan Gambar 2.7 Hubungan tradisional
Kontraktor
R&D
Manufacturing
Schedulling
Purchasing
45
b. Hubungan kontrak kerja dengan model Design & Konstruksi Pemilik
Kontraktor Disain & Konstruksi
Sub K
Sub K
Sub K
Sub K
Gambar 8. Hubungan kontrak kerja dengan model Design & Konstruksi c. Model Turn key Project Pemilik
Manajer Disain & konstruksi
Tim Disain
Tim Konstruksi
Kontraktor
_______ Hub. Kontrak --------- Hub. Kerrja Pelaksanaan
Gambar 9. Model Turn key Project
d. Hubungan kontrak dan kerja dengan model manajer konstruksi profesional Pemilik Kontraktor Disain & Konstruksi
Insinyur Arsitek 16
Tim Konstruksi
Soehendrodjati RJB Ir. 1987, ibid., hal. 65-66
Kontraktor Kontraktor
46
Gambar 2.10 Hubungan kontrak dan kerja dengan model manajer konstruksi profesional Sistem dan prosedur dalam organisasi proyek1745 1. Manajer menyiapkan kartu, ditunjukkan lingkup serta pendekatan alokasi dibicarakan dengan analis. 2. Analis memeriksa kartu sebagai dasar pembuatan garis besar studi. 3. Analis melaporkan kemajuan proyek mingguan 4. Bagian pengarsiapan mengarsip kartu proyek 5. Bagian pengarsipan mengirim ( tiap minggu ) laporan untuk ditinjau kembali 6. Manajer meninjau kembali kemanjuan tiap minggu 7. Diarsipkan bagian pengarsipan 8. Analis menyiapkan secara rinci pendekatan studi 9. Analis mengarsip salinan 10. Manajer membicarakan dengan analis dan menyetujui hasil pembicaraan 11. Bagian pengarsipan mengarsipkakan arsip penelitian umum 12. Bagian pengarsipan memilih arsip penelitian berdasar penting perlunya dan memberikan kepada analis 13. Bagian pengarsipan menyiapkan laporan status proyek dari kartu proyek 14. Manajer menilai dan menyetujui laporan status proyek 15. Bagian pengarsipan membuat distribusi laporan yang diperlukan 16. Analis menyusun lembar kerja dan bila peninjauan kembali studi selesai mengirim lembaran kerja yang telah disetujui untuk arsip 17. Bagian pengarsipan memilih bahan di kirim ke arsip penelitian. Personalia Organisasi Proyek1746 : Tim Pengidentifikasi persoalan 17 17
Sukanto Raksohadiprodjo, 1987, op. cit., hal. 15 Sukanto Raksohadiprodjo, 1987, ibid , hal. 17-18
47
Tim pembuat usulan Tim penjadwalan Tim anggaran Tim Penawaran Tim pengendali
48
BAB III LANDASAN TEORI A. VARIABEL MANAJEMEN Dari teori yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, yang masih merupakan kerangka gambaran mengenai manajemen secara umum dan manajemen konstruksi yang masih begitu luas, maka dalam bab ini akan diuraikan teori yang melandasi penulisan laporan tugas akhir ini, dalam format yang lebih spesifik agar nantinya dapat berfungsi sebagai tuntunan penulis dalam memecahkan masalah yang menjadi bahan penelitian. Adapun kerangka landasan teori tersebut meliputi kegiatan manajemen konstruksi yang lebih ditekankan pada gambaran struktur organisasi proyek dan prosedur yang berlaku umum pada struktur tersebut. Struktur organisasi dan prosedur tersebut akan diuraikan sebagai variabel manajemen konstruksi yang menjadi acuan variabel dari data yang diperlukan dalam proses penelitian sebelumnya. Variabel-variabel tersebut meliputi : 1. Unsur-unsur pengelola proyek 2. Struktur organisasi proyek 3. Aktivitas proyek 4. Prosedur manajemen proyek
B. UNSUR-UNSUR PENGELOLA PROYEK Pendukung utama pelaksanaan suatu proyek adalah pengelola proyek. Pengelola proyek adalah sekelompok individu yang diwadahi dalam suatu organisasi yang dibentuk untuk mengurusi keterlibatan tersebut. Masing-masing pihak yang terlibat atau masing-masing unsur pengelola mempunyai organisasi tersendiri yang mengatur hubungan intern unsur pengelola.
49
Dari pengertian tersebut maka tiap unsur pengelola tersebut memiliki kegiatan/aktifitas intern serta harus selalu berhubungan dengan unsur-unsur pengelola yang lain yang terkait/ kerjasama. Dalam bidang konstruksi pengelola proyek terdiri dari unsur-unsur yang sudah spesifik yang mengolah/mengurusi bidang teknik/konstruksi itu sendiri, bidang administrasi, dan mengurusi hubungan dengan pihak-pihak di luar unsur pengelola itu sendiri atau di luar proyek. Di dalam unsur tersebut paling tidak terdapat disiplin ilmu teknik
konstruksi/construction,
teknik
arsitektur/architecture,
teknik
mesin/mechanical dan electrical, sedang dalam bidang administrasi terdiri dari accounting, administration, dan lain-lainya. Dengan keberadaan personil yang sesuai dengan bidang ilmunya tersebut maka diharapkan tiap unsur yang ada dalam pengelolaan manajemen konstruksi akan dapat bekerjasama dengan baik. Secara umum pada proses konstruksi terdapat unsur-unsur pengelola yang terlibat di dalamnya yang terdiri dari : 1. Pemilik proyek/ Owner 2. Perencana proyek 3. Pelaksana Proyek 4. Pengawas proyek Dari unsur-unsur proyek seperti tersebut di atas itulah, pada proses mewujudkan proyek yang dituju akan terjadi hubungan di antara unsur-unsur pengelola proyek yang berbeda. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi proyek itu sendiri, dan kepentingan dari proyek yang direncanakan tersebut.
C. STRUKTUR ORGANISASI PROYEK
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelola proyek yang ada maka diperlukan pula suatu aturan hubungan diantara para pengelola proyek yang ada tersebut. Gambaran tersebut digambarkan pada suatu struktur organisasi proyek. Dengan
50
diketahuinya struktur organisasi proyek yang ada maka diharapkan mekanisme kerja diantara unsur-unsur pengelola proyek dapat digambarkan.
Adapun hubungan antar Unsur Pengelola Proyek yang dimaksudkan dapat terdiri dari berbagai macam bentuk diantaranya adalah berbentuk 1647 a. Hubungan tradisional
UU + Peraturan Pemerintah
Pemilik
Konsultan
Kontraktor
Gambar 3.1 Hubungan tradisional
b. Hubungan kontrak kerja dengan model Design & Konstruksi
Pemilik
Manajer Disain & konstruksi
Tim Disain
Tim Konstruksi
Kontraktor
Gambar 3.2 Hubungan kontrak kerja dengan model Design & Konstruksi
51
c. Model Turn key Project Pemilik
Kontraktor Disain & Konstruksi
Sub K
Sub K
Sub K
Sub K
Gambar 3.3 Model Turn key Project
d. Hubungan kontrak dan kerja dengan model manajer konstruksi profesional
Pemilik Kontraktor Disain & Konstruksi
Insinyur Arsitek
Kontraktor Kontraktor
Tim Konstruksi
Gambar 3.4 Hubungan kontrak dan kerja dengan model manajer konstruksi profesional
Tersusunnya bentuk organisasi yang ada tersebut merupakan usaha pengorganisasian suatu lembaga atau organisasi yang nantinya akan memiliki fungsi masing-masing. Oleh karena itu pengorganisasian1648
merupakan
penyusunan
manusia, peralatan dan fasilitas dalam suatu wadah pengaturan tertentu, untuk mencapai
tujuan
atau
sasaran
tertentu.
Aspek
yang
terkandung
pengorganisasian adalah : 16
Soehendrodjati RJB Ir. 1987, Manajemen Konstruksi (draft ), hal. 65-66, Jur. Teknik Sipil UGM Yogyakarta
dalam
52
1. Tugas pokok organisasi ( Mission ) 2. Pengelompokan jenis-jenis kegiatan tertentu ( Function ) 3. Pekerjaan tiap petugas dalam organisasi ( Duties ) 4. Tanggung jawab petugas ( Responsibility ) 5. Pelimpahan tanggunjawab pada petugas-petugas unit ( Delegation ) 6. Ukuran penilaian pelaksanaan tugas ( Accountability ) Dari berbagai macam fungsi dan difinisi serta tujuan yang hendak dicapai tersebut maka Struktur Organisasi dapat berbentuk1749 : 1. Organisasi Fungsional Pemasaran Produksi Personalia Pembelanjaan Administrasi Akutansi 2. Organisasi Proyek Penempatan personil dari bagian fungsional ke proyek 3. Organisasi Matrik Himpunan personil berdasarkan fungsi untuk mengerjakan proyek tertentu 4. Organisasi Usaha Untuk proyek penelitian dan pengembangan proyek 5. Organisasi Team Kerja/task Force Untuk menanggulangi proyek yang muncul dengan tiba-tiba. Sedangkan bentuk Organisasi Proyek1650 sendiri dapat berbentuk : 16
Soehendrodjati RJB Ir. 1987, ibid , hal. 33-35 Sukanto Raksohadiprodjo, 1987, Manajemen Proyek, Edisi Kedua, terbitan pertama, hal. 12, BPFEYogyakarta 16 Soehendrodjati RJB Ir. 1987, op. cit., hal. 58-67 17
53
1. Individual Project Organization ( Matrix project management )
General Manager Project Manager A
Quality Control
Project Manager B
R&D
Engineering
Contract Adm.
Manufacturing
Schedulling
Purchasing
Gambar 3.5 Individual Project Organization
Engineering
Manufacturing
Purchasing
Quality Control
R & D Contract Adm. Schedulling
Project A Project B
Gambar 3.6 Matrix project management
2. Staff Project Organization ( Intermix project Organization ) General Manager Project Manager A
Quality Control
R & D Contract Adm.
Project Manager B
Schedulling
Engineering
Gambar 3.7 Staff Project Organization
Quality Control
Manufacturing
R & D Contract Adm. Schedulling
Purchasing
54
General Manager Project Manager A
Quality Control
Contract Adm.
Engineering
R&D
Project Manager B
Schedulling
Purchasing
Quality Control
Manufacturing
Contract Adm.
R&D
Engineering
Schedulling
Purchasing
Gambar 3.8 Intermix project Organization
3. Agregate Organization General Manager Project Manager A
Quality Control
Engineering
Contract Adm.
R&D
Manufacturing
Project Manager B
Schedulling
Purchasing
Quality Control
Contract Adm.
Engineering
R&D
Manufacturing
Gambar 3.9 Agregate Organization
D. AKTIFITAS MANAJEMEN PROYEK Dari berbagai bentuk organisasi proyek yang ada, maka dalam manajemen konstruksi ini juga perlu diketahui terlebih dahulu apa saja yang akan dikerjakan dalam suatu proyek. Semua kegiatan yang ada tersebut disebut aktifitas proyek yang nantinya diatur dalam suatu prosedur aktifitas. Semua pengaturan dan pengelolaan aktivitas ini merupakan suatu Aktivitas Manajemen16 51, yang terdiri dari : 16
Soehendrodjati RJB Ir. 1987 , ibid , hal. 29-53
Schedulling
Purchasing
55
1. Perencanaan Organizing & Staffing Budgeting & Funding 2. Pelaksanaan Directing Coordinating 3. Pengawasan Accounting & Auditing Progress Dari setiap proses aktivitas tersebut, masing-masing proses memiliki progress sendiri-sendiri, baik dari tahap perencanaan hingga tahap pengawasannya. Masingmasing tahap tersebut memiliki karateristik dan target yang tidak sama persis. Misalnya tahap perencanaan merupakan tahap awal dari proses manajemen yang nantinya ditindak lanjuti dengan tahap berikutnya, dan memiliki target memberikan gambaran awal suatu proyek yang akan dilaksanakan. Berbeda dengan tahap pelaksanaan yang merupakan tahap aplikasi dari perencanaan yang sudah ada dan memiliki target terlaksananya semua kegiatan sesuai dengan perencanaan. Perencanaan terdiri dari16 : 1. Tahap pengumpulan data 2. Tahap formulasi rencana : a. Perumusan tujuan dan sasaran-sasaran b. Tujuan dan sasaran didasarkan pad perhitungan c. Perumusan rencana d. Fase pembuatan program prosesnya 3. Perencanaan pelaksanaan1752
16
Soehendrodjati RJB Ir. 1987 , ibid , hal. 30-33
56
a. Kegiatan b. jadwal c. Biaya d. Alokasi Dana e. Alokasi sumber daya manusia f. Pandangan integratif
Ketika semua perencanaan telah disusun dengan baik, maka tahap manajemen selanjutnya adalah tahap pelaksanaan suatu kegiatan. Kegiatan pelaksanaan ini harus berlandaskan dari semua perencanaan yang telah disusun tersebut. Adapun pelaksanaan yang harus dikerjakan ini meliputi atau terdiri dari persoalan1753 : Persoalan alokasi sumber daya Persoalan pengawasan Persoalan apa yang akan dilakukan, bagaimana dan siapa yang melakukan Identifikasi peserta proyek serta spesifikasi peranan dalam arti wewenang dan tanggungjawab Identifikasi dan spesifikasi laporan/ informasi : biaya, rencana waktu, sisa dana, personalia, sarana dan prasarana dan lain-lain. Spesifikasi pengawasan, termasuk prosedur untuk peninjauan secara periodik
Ketika proses pelaksanaan dikerjakan maka perlu adanya pengendalian yang berfungsi untuk mengendalikan setiap tahap pelaksanaan agar tetap sesuai dengan rencana yang ada. Adapun komponen-komponen pengendalian terdiri dari : 1. Obyek pengendalian 2. Proses/tahap Pengendalian 17 17
Sukanto Raksohadiprodjo, 1987, op. cit., hal. 65-82 Sukanto Raksohadiprodjo, 1987, ibid , hal. 67, 83-96
57
3. Alat Pengendali 4. Sistem Pengendalian 5. Jenis pengendalian Pengendalian dan prosesnya1654 : Obyek Pengendalian : 1. Pengendalian personal 2. Pengendalian material 3. Pengendalian keuangan 4. Pengendalian administrasi 5. Pengendalian waktu dan kegiatan 6. Kualitas & Kuantitas 7. Keamanan 8. Iklim kerja 9. Terhadap kegiatan atau program fisik 10. Pengendalian perubahan 1755 11. Sistim pengawasan proyek 12. Produk256 Proses Pengendalian ( directing) : 1. Penentuan standar 2. Pemeriksaan 3. Perbandingan 4. Tindakan korektif Alat Pengendali1657: 16
Soehendrodjati RJB Ir. 1987 , op. cit. , hal. 39 Sukanto Raksohadiprodjo, 1987, op. cit. , hal. 95-115 2 Affidin, Ir. BAE, Ilmu Pelaksanaan Bangunan , hal.VI, DPU Kanwil DIY, Yogyakarta 16 Soehendrodjati RJB Ir. 1987, op. cit., hal. 162 17
58
1. Jaringan kerja a. CPM ( Critical Part Methode ) b. PERT ( Project Evaluation & Review Technique ) c. Barchart Schedule d. Kurva S 2. Cash Flow ( Pembayaran ) 3. Pengujian Bahan / tenaga 4. Dokumentasi 5. Laporan harian , mingguan, Bulanan. 6. Laporan Keuangan
Sistim Pengendalian Proyek1658 Prinsip sistim pengendalian : Pengamat ( Sensor ) Monitor Pengendali ( Controller ) Bagan Sistim Pengendalian1659
16 16
Soehendrodjati RJB Ir. 1987 , ibid , hal. 158-159 Soehendrodjati RJB Ir. 1987, ibid , hal. 160
59
INPUT Rencana Proyek
PROSES Pelaksanaan Proyek
OUTPUT Prestasi
SENSOR
MONITOR Waktu Biaya Sumber Daya
AKTIVATOR Prakarsa Tindakan
JADWAL Waktu Biaya Sumber Daya
Gambar 3.10 Bagan Sistim Pengendalian
Personalia Organisasi Proyek1660 : Tim Pengidentifikasi persoalan Tim pembuat usulan Tim penjadwalan Tim anggaran Tim Penawaran Tim pengendali
Dalam
tahap
pelaksaanaan
juga
diperlukan
adanya
aktifitas
pengkoordinasian1661 yang merupakan proses rangkaian kegiatan menghubungkan, bertujuan untuk menserasikan tiap langkah dan kegiatan dalam organisasi agar tercapai gerak yang cepat untuk mencapai sasaran dan tujuan.
17
Sukanto Raksohadiprodjo, 1987, op. cit. , hal. 17-18
60
Adapun jenis koordinasi yang terjadi adalah: 1. Koordinasi ke atas yaitu oleh bawahan ke atasannya 2. Koordinasi horisontal / mendatar yaitu koordinasi antar unit atau pejabat yang sederajat 3. Koordinasi ke bawah yaitu oleh atasan ke unsur di bawahnya.
Setelah tahap pelaksanaan bagian tahap akhir suatu manajemen adalah tahap pengawasan dalam arti pelaporan dan evaluasi. Pengawasan dilaksanakan terhadap kualitas dan kuantitas serta rencana waktu penyelesaian pekerjaan atau terhadap cara pelaksanaan pekerjaan dan hasil/produk pelaksanaan. Organisasi Pengawasan262 :
Struktur Organisasi ( Tugas dan Wewenang ) •
Kepala Pengawas
•
Pengawas Lapangan
Pengawasan tahap perencanaan Pengawasan tahap pelaksanaan konstruksi Pengawasan tahap evaluasi
16 2
Soehendrodjati RJB Ir. 1987, op. cit., hal. 42-43 Affidin, Ir. BAE, op. cit., hal.VI.2
61
Beberapa contoh struktur organisasi dalam pengawasan263 : 1. Secara kontraktuil : Atasan Langsung Pinpro Konsultan Pengawas | Team Leaser ( tim pengendali ) | Tim Pengawas Teknik | Kepala Pengawas | Pengawas Lapangan
Kontraktor
Gambar 3.11 struktur organisasi dalam pengawasan secara kontraktuil
2. Secara Swakelola
Atasan Langsung Pinpro Kepala Pengawas | Pengawas Lapangan
Kontraktor
Gambar 3.12 struktur organisasi dalam pengawasan secara swakelola 2
Affidin, Ir. BAE , ibid , hal.VI.8-9
62
3. Diagram Organisani untuk proyek APBD
Atasan Langsung Pinpro Tim Pengawas Lapangan ( Tim Pengawas Teknik dan Tim Pengawas Lapangan )
Kontraktor
Gambar 3.13 Diagram Organisani untuk proyek APBD
E. PROSEDUR MANAJEMEN PROYEK Tata aturan/prosedur dari manajemen proyek ini berfungsi sebagai petunjuk dari tiap-tiap unsur yang ada dalam pengelola manajemen, cara bagaimana dalam menyelesaikan tugasnya dan bagaimana dalam berhubungan dengan unsur-unsur pengelola lainnya dalam proyek tersebut serta aturan bagaimana berhubungan dengan pihak-pihak diluar proyek yang masih berkaitan dengan proyek yang sedang dikerjakan tersebut. Secara umum proses manajemen adalah meliputi264 :
Policy Perencanaan /Planning Programming Budgeting Actuating Monitoring Reporting
63
Evaluating Pengorganisasian1665 Pengendalian Sistim dan prosedur dalam organisasi proyek1766 1. Manajer menyiapkan kartu, ditunjukkan lingkup serta pendekatan alokasi dibicarakan dengan analis. 2. Analis memeriksa kartu sebagai dasar pembuatan garis besar studi. 3. Analis melaporkan kemajuan proyek mingguan 4. Bagian pengarsiapan mengarsip kartu proyek 5. Bagian pengarsipan mengirim ( tiap minggu ) laporan untuk ditinjau kembali 6. Manajer meninjau kembali kemanjuan tiap minggu 7. Diarsipkan bagian pengarsipan 8. Analis menyiapkan secara rinci pendekatan studi 9. Analis mengarsip salinan 10. Manajer membicarakan dengan analis dan menyetujui hasil pembicaraan 11. Bagian pengarsipan mengarsipkakan arsip penelitian umum 12. Bagian pengarsipan memilih arsip penelitian berdasar penting perlunya dan memberikan kepada analis 13. Bagian pengarsipan menyiapkan laporan status proyek dari kartu proyek 14. Manajer menilai dan menyetujui laporan status proyek 15. Bagian pengarsipan membuat distribusi laporan yang diperlukan 16. Analis menyusun lembar kerja dan bila peninjauan kembali studi selesai mengirim lembaran kerja yang telah disetujui untuk arsip 17. Bagian pengarsipan memilih bahan di kirim ke arsip penelitian.
2
Affidin, Ir. BAE , ibid ,hal.V.3 Soehendrodjati RJB Ir. 1987, op. cit., hal. 5
16
64
F. HIPOTESIS Dengan gambaran awal bahwa pelaksanaan manajemen konstruksi PT Freeport Indonesia merupakan bagian dari manajemen yang diterapkan PT Freeport dalam usaha pertambangan emas dan tembaga, maka manajemen konstruksi yang dilaksanakan tersebut merupakan pengadaan suatu proyek intern, dengan pengertian pelaksana dari sistem kontruksi yang ada adalah bagian dari perusahaan. Oleh karena proyek yang dilaksanakan adalah milik perusahaan dan pelaksananya adalah perusahaan itu sendiri maka pengetatan kontrol atau pengawasan yang berlaku kemungkinan tidak seketat jika antara unsur-unsur manajemen konstruksi yang ada adalah terdiri dari pihak-pihak atau perusahaan tersendiri, yang lebih menekankan dalam bidang profitnya. Dalam PT Freeport, unsur-unsur pengelola manajemen konstruksi yang ada, penekanannya adalah hanya sebatas pengadaan suatu proyek sebagai sarana dan prasarana penunjang prose penambangan yang menjadi profit PT Freeport.
17
Sukanto Raksohadiprodjo, 1987, op. cit., hal. 15
65
BAB IV RENCANA PENELITIAN A. OBYEK PENELITIAN Dari judul yang diajukan yaitu “ Manajemen Konstruksi PT Freeport Indonesia“, dalam hal ini yang menjadi obyek penelitian adalah permasalahan Manajemen Konstruksi secara umum, yang meliputi semua tahapan/aktivitas manajemen1667 yaitu : 1. Tahap Perencanaan Organizing & Staffing Budgetting & Funding 2. Tahap Pelaksanaan Directing Coordinating 3. Tahap Pengawasan Progress Accounting & Auditing Manajemen Konstruksi yang menjadi bahan penelitian adalah kasus pelaksanaan manajemen konstruksi yang diterapkan di PT Freeport Indonesia yang berlokasi di kota Tembagapura Irianjaya, yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penambangan emas dan tembaga milik perusahaan yang bermarkas besar di New Orleans Amerika Serikat. Data yang diperoleh ini dihasilkan dari kegiatan wawancara dengan staf karyawan PT Freeport dan studi literatur prosedur Manajemen Konstruksi yang ada di perusahaan ini. Variabel yang dibutuhkan untuk memberikan gambaran hasil penelitian adalah :Unsur-unsur pengelola proyek 1. Struktur organisasi proyek 16
Suhendrodjati RJB Ir. 1997, Manajemen Konstruksi (Draft), hal. 29, Jur. Teknik Sipil UGM, Yogyakarta
66
2. Aktivitas proyek 3. Prosedur manajemen proyek
Dari obyek yang menjadi sasaran penelitian ini maka penulis berusaha melakukan pendekatan-pendekatan terhadap obyek dengan kegiatan tertentu. Seperti diketahui bahwa pendekatan terhadap obyek penelitian terdiri dari beberapa jenis1568 yaitu : 1. Pendekatan menurut teknik samplingnya adalah : Pendekatan populasi Pendekatan sampel Pendekatan kasus 2. Pendekatan menurut timbulnya variabel adalah : Pendekatan non eksperimen Pendekatan eksperimen 3. Pendekatan menurut pola-pola atau sifat penelitian non eksperimen: Penelitian kasus ( case studies ) Penelitian kausal komparatif Penelitian korelasi Penelitian historis Penelitian filosofis 4. Pendekatan menurut model pengembangan atau model pertumbuhan One shot model yaitu model pendekatan yang menggunakan satu kali pengumpulan data pada suatu saat Longitudinal model yaitu mempelajari berbagai tingkat pertumbuhan dengan mengikuti perkembangan sampel yang sama. Cross-sectional model yaitu gabungan antara kedua model diatas. 15
Suharsimi Arikunto,DR 1991, Prosedur Penelitian-Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi, terbitan ketujuh, hal.73-75, PT Melton Putra, Jakarta
67
Dari keterangan pendekatan di atas penelitian yang dilakukan dalam laporan ini adalah penelitian diskriptif dengan pendekatan sampel dan non eksperimen serta penelitian kasus dengan model pengembangan One shot model.
Dasar dari penentuan pendekatan ini dipengaruhi oleh kondisi yang ada pada penulis yaitu : 1. Berhubungan dengan keinginan penulis untuk memberi gambaran tentang manajemen konstruksi secara umum yang diterapkan dalam suatu perusahaan. 2. Keterbatasan waktu yang tersedia berhubung dengan ketentuan kurikulum baru. 3. Kondisi keterbatasan dana yang menjadi permasalahan di masa krisis moneter bangsa Indonesia. 4. Tersedianya subyek penelitian yaitu PT Freeport Indonesia. 5. Minat dan atau kecanderungan dari peneliti untuk mendalami ilmu manajemen konstruksi.
B. CARA PENELITIAN
Dari rencana penelitian yang ada maka penulis menyusun agenda dan proses penelitian yang akan dilakukan. Agenda dan proses yang berkaitan dengan hal ini adalah : 1. Bahan Penelitian Dari keterangan di atas maka yang menjadi bahan penelitian adalah bidang manajemen konstruksi, dengan pengertian manajemen konstruksi tersebut merupakan bagian dari bidang ilmu Teknik Sipil. Hal ini didasarkan oleh hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya
68
2. Alat/instrumen Instumen yang dipergunakan untuk pelaksanaan penelitian ini terdiri dari berbagai macam. Seperti dalam permasalahan penelitian yang ada maka terdapat berbagai macam instrumen pengumpul data1569, yaitu : a. Instrumen untuk metode tes. b. Instrumen untuk metode angket atau kuesioner c. Instrumen untuk metode observasi, yaitu check list d. Instrumen untuk metode dokumentasi.
Jenis-jenis instrumen pengumpulan data : a. Tes Yaitu serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat.
b. Angket / Kuesioner Yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden mengenai hal-hal yang ingin diketahui.
c. Wawancara Yaitu sebuah dialog yang dilakukan untuk memperoleh informasi dari yang diwawancarai.
d. Observasi Yaitu kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan alat indra.
e. Skala Bertingkat Yaitu suatu ukuran subyektif yang dibuat berskala. f. Dokumentasi Yaitu metode yang bersumber pada tulis-menulis.
15
Suharsimi Arikunto,DR 1991, ibid , hal.122-128
69
Dari keterangan metode dan instrumen tersebut, maka penulis dalam menentukan metode dan instrumen tersebut didasarkan atas : •
Tujuan penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian diskriptif dengan pendekatan sampel dan non eksperimen serta penelitian kasus dengan model pengembangan One shot model.
•
Sampel penelitian adalah permasalahan penerapan manajemen konstruksi pada PT Freeport Indonesia.
•
Lokasi penelitian yang mencangkup satu daerah proyek pada satu lokasi.
•
Pelaksana hanya dilaksanakan oleh satu peneliti.
•
Biaya dan waktu yang terbatas.
•
Data yang diperlukan hanya dalam kerangka manajemen secara umum, dengan penekanan pada prosedur umum pelaksanaan manajemen konstruksi.
Oleh karena itu penulis menetapkan cara penelitian yang dilaksanakan adalah dengan : 1. Studi literatur pada bidang yang bersangkutan 2. Wawancara. Adapun hardware dari instrumen yang digunakan adalah : Seperangkat unit komputer Tape Recorder Kaset Alat tranportasi Alat komunikasi serta alat tulis lainnya
70
3. Urutan Penelitian Setelah penentuan instrumen dan metode penelitian maka urutan penelitian yang dilaksanakan adalah : * Studi Literatur Mencari
literatur yang berhubungan dengan manajemen dan
manajemen konstruksi serta berhubungan dengan masalah penelitian Mempelajari literatur yang ada Menyusun kerangka berfikir dari literatur yang ada * Pengumpulan data manajemen Konstruksi PT Freeport Mempersiapkan data yang diperlukan Menyusun rencana pengumpulan data Mengumpulkan data dengan studi literatur dan wawancara Menyusun data yang diperoleh dari literatur maupun dari wawancara * Mempelajari data serta menganalisis manajemen konstruksi PT Freeport
Mempelajari data yang telah diperoleh dan disusun sebelumnya Menganalisis data yang diperoleh mengenai kekurangan dan kelebihannya serta pengaruh penerapannya Membandingkan dengan prosedur manajemen konstruksi yang berlaku umum. * Penyusunan laporan penelitian Mengumpulkan hasil penelitian untuk diformat menjadi laporan penelitian Menyusun laporan penelitian Mengkonsultasikan
laporan
awal
dari
penelitian
dilaksanakan Menyusun laporan sebagai laporan akhir penelitian
yang
telah
71
4. Variabel yang akan diteliti Variabel yang dibutuhkan untuk memberikan gambaran hasil penelitian adalah : • Unsur-unsur pengelola proyek • Struktur organisasi proyek • Aktivitas proyek • Prosedur manajemen proyek
5. Analisis yang dipergunakan Tahap yang dilaksanakan selanjutnya dalan proses penelitian ini adalah menentukan analisis dari data yang dikumpulkan. Sehubungan dengan macam penelitian yang bersifat diskriptif tersebut, maka analisis yang dilakukan adalah riset diskriptif yang bersifat eksploratif, yaitu dengan cara penyusunan kata-kata atau kalimat yang dipisahkan menurut katagorinya untuk memperoleh kesimpulan pada data kualitatif. Data yang bersifat kuantitatif disusun dengan wujud angka-angka hasil perhitungan yang disajikan dengan tabel, grafik atau diagram. Pada data kuantitatif penulis akan memberikan gambaran dengan visualisasi berbentuk flowchart.
72
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan disajikan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan pelaksanaan dari awal bulan April sampai dengan akhir bulan Mei 1998. Adapun hasil ini akan dibagi menjadi beberapa point untuk memudahkan pemahaman dari hasil penelitian diskriptif mengenai permasalahan Manajemen Konstruksi PT Freeport Indonesia yang berlokasi di Tembagapura Irianjaya. Point-point yang akan disajikan ini adalah : a. Struktur Organisasi Manajemen Konstruksi PT Freeport Indonesia b. Tugas dan Wewenang unsur-unsur pengelola Manajemen Konstruksi PT Freeport Indonesia c. Prosedur Pelaksanaan Manajemen Konstruksi PT Freeport Indonesia
1. GAMBARAN
UMUM
TENTANG
PT.
FREEPORT
INDONESIA
COMPANY12 PT. Freeport Indonesia Company adalah suatu perusahaan asing yang bermarkas di New Orleans LA USA, yang melakukan penambangan Tembaga, Emas, Perak di area yang disebut Erstberg (gunung biji), yang terletak di pegunungan Jayawijaya, Kecamatan Mimika Timur Kabupaten Fakfak. Lokasi penambangan ini terletak di ketinggian 4200 M di atas permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 7 derajat Celcius dan dikelilingi oleh pegunungan yang tandus dan sebagian berdekatan dengan salju abadi serta dikelilingi jurang yang terjal. Lokasi penambangan lebih banyak diselimuti oleh kabut tebal. Lokasi penambangan ini memiliki kandungan
12
Savety Departement Page, 1998, Discription of PT Freeport, PT Freeport Indonesia Company Homepage, PT Freeport Indonesia Company
73
Tembaga, Emas, Perak dengan jumlah kandungannya sekitar 1 milyar ton pada saat ekspansi di tahun 1989. Sistem penambangan dilakukan dengan dua metode yaitu tambang terbuka dan tambang bawah tanah. Dengan produksi setiap hari adalah 250 ribu ton Ore (sampai dengan tahun 1998) dan target yang akan datang mencapai 300 ton / hari. Gambaran hasil penambangan PT Freeport tahun 1997 adalah sebagai berikut : TONNAGE Grafik 5. 1 Tonase Produksi Ore Mine 1997
COPPER Grafik 5.2 Produksi Ore Mine Tembaga 1997
74
GOLD Grafik 5.3 Produksi Ore Mine Emas 1997
SILVER Grafik 5.4 Produksi Ore Mine Perak 1997
COPPER Grafik 5.5 Produksi Tembaga Mill 1997
75
GOLD Grafik 5.6 Produksi Emas Mill 1997
SILVER Grafik 5.7 Produksi Perak Mill 1997
Proses Peleburan/buburisasi Grafik 5.8 Proses Peleburan/Buburisasi
76
Selain dari usaha penambangan ini maka terdapat beberapa sarana penunjang seperti pabrik pemerosesan tambang menjadi consentrate, pembangkit listrik sebagai pendukung utama dalam menunjang mekanisme penambangan, perumahan/perkotaan, perkantoran, sekolahan, hiburan, transportasi (darat, laut, udara), lapangan terbang, pelabuhan laut, pergudangan, shopping center, dan lain-lain. Keberadaan PT. Freeport Indonesia Company adalah merupakan salah satu asset negara Indonesia dalam menunjang pembangunan di segala bidang dan menjadi salah satu obyek vital negara Indonesia yang mendapatkan perhatian keamanan yang tinggi. Nama PT. Freeport Indonesia Company (FIC), semula Freeport Indonesia Incorporated (FII) yang berbadan hukum Amerika Serikat. Perusahaan ini adalah
77
perusahaan asing pertama yang diijinkan oleh pemerintah Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto untuk melakukan penanaman modal asing di Indonesia. Realisasi diijinkannya FII melakukan penambangan di Irian Barat (saat itu) adalah tanggal 7 April 1967, dengan penambangan meliputi area seluas 10 X 10 km ditambah dengan area penunjang yang membentang dari sebelah Selatan pulau Irian, Kabupaten Fakfak dengan ketinggian 4500m di pegunungan Soekarno (saat itu) berbatasan dengan Kabupaten Paniai. Kandungan tambang saat itu (tahun 1936) adalah 30 juta ton dengan jenis kandungan adalah Tembaga. Lokasi penambangan ini terletak di wilayah pemerintahan Kabupaten Fak-Fak. Perencanaan konstruksi penambangan dan penunjang lainnya dimulai pada tahun 1970 dengan kontraktor utamanya adalah Bechtel Pemeroy. Tahun 1972, FII mulai melakukan percobaan pemerosesan tambang dan pada tanggal 3 Maret 1973, Bapak Presiden Soeharto berkenan meresmikan penambangan Tembaga di proyek FII. Pada saat itu nama propinsi Irian Barat diganti Irian Jaya dan sekaligus proyek ini diberi nama Tembagapura. Berkembangnya perusahaan ini tidak terlepas dari upaya bagian Eksplorasi melakukan penyelidikan-penyelidikan baru di lokasi penambangan Erstberg (nama yang diberikan oleh Jean J. Dozy sang penemu tambang tembaga ini pada tahun 1936) dan tahun 1978 ditemukan tambang bawah tanah yang disebut gunung bijih Timur (GBT) dilanjutkan dengan penemuan tambang bawah tanah di Mill Level Adit (MLA) thn 1982 dan tambang di Dom. Selanjutnya pada tahun 1989 ditemukan lagi satu tambang terbuka di sebelah utara Erstberg yang disebut Grasberg dan akhirnya menjadi salah satu tambang yang terbesar di dunia. Dengan
ditemukannya endapan-endapan
baru
yang menjadi deposit
perusahaan ini maka FIC melakukan upaya pembaharuan kontrak karya dengan pemerintah Indonesia. Kontrak karya pertama penambangan ini selama 30 tahun terhitung sejak tahun 1973 dan akan berakhir tahun 2003. Dalam negosiasi antara FIC dan pemerintah RI pada tanggal 30 Desember 1991 Kontrak Karya diperbaharui
78
menjadi 50 tahun dihitung dari penandatanganan pertama (30 thn) dan mendapatkan tambahan 2 X 10 tahun. Dengan dibuatnya kontrak karya baru maka nama FII di rubah menjadi PT. Freeport Indonesia Company (PT FIC) dengan dua badan hukum yaitu Indonesia dan Amerika Serikat. Selain dari pembaharuan kontrak pertama PT. FIC melakukan kontrak baru untuk penyelidikan lokasi penambangan Blok dengan luas penyelidikan adalah 2.6 juta Ha yang meliputi wilayah Pemda Fak Fak, Paniai dan Jayawijaya. PT. Freeport Indonesia Company, dalam melancarkan operasinya telah memperkerjakan karyawan mendekati 14.000 orang (karyawan tetap dan sementara / kontraktor). Para pekerja ini datang dari berbagai penjuru kepulauan Indonesia yaitu Sabang sampai Merauke. Selain karyawan nasional terdapat juga karyawan asing. Para pekerja ini berasal dari berbagai latar belakang disiplin ilmu dan termasuk tuna rungu (karyawan lokal). Selain kepedulian perusahaan pada kesejahtraan pekerjanya juga diperhatikan masyarakat sekeliling daerah penambangan. Manfaat berdirinya perusahaan ini benar-benar dapat dirasakan oleh pemerintah Indonesia maupun masyarakat setempat melalui program sosialnya dan Freeport telah beberapa kali menjadi pembayar pajak perusahaan terbesar di Indonesia dan menjadi pengekspor non migas terbesar di Indonesia. Letak Geografis PT. Freeport Indonesia Company terletak di : Pemerintah : 1. Propinsi
: Irian Jaya
2. Kabupaten
: Fakfak
3. Kecamatan
: East Mimika
4. Desa
: Tembagapura and Amamapare
Lokasi perusahaan terletak di Kecamatan Mimika Timur, yang diapit oleh Kecamatan Mimika Barat dan Agimuga.
79
Kependudukan : Jumlah penduduk ketiga kecamatan itu hingga saat ini sekitar 42 ribu jiwa sedangkan lebih dari seperempatnya berada di Desa Tembagapura dan Amamapare yang menjadi bagian dari daerah operasi perusahaan. Keadaan Alam : Keadaan alamnya bergunung-gunung, lembah, bukit, hutan, jurang, rawa dan sungai yang semuanya menjadi kendala serius bagi operasi perusahaan. Dari Timika Airport menuju kota Tembagapura dan lokasi penambangan harus melalui jalan darat tanpa aspal yang terbuat dari urukan tanah, batu dan kerikil. Selanjutnya jalan mendaki dengan tingkat kemiringan 45 derajat dan tingkat bahayanya nomor dua terberat di dunia. Untuk mencapai daerah Penambangan harus melalui kereta gantung yang mempunyai rentangan kabel tanpa penyangga terpanjang di dunia, yang panjangnya sekitar 1500 m. Keadaan Cuaca : Cuaca di pegunungan berkisar 5 s/d 25 derajat Celsius sedangkan dataran rendah berkisar 30 s/d 35 derajat Celsius. Curah hujan di pegunungan / dataran tinggi sangat tinggi dan frekuensinya setiap hari. Kabut tebal setiap saat menutupi kegiatan operasi kerja. Penggunaan transportasi udara rata-rata dari pukul 06.00 s/d 10.00 pagi. Posisi penambangan : •
Portsite
: 0449.68 Lintang Selatan : 13650.44 Bujur Timur
•
Timika Airport
: 0432.05 Lintang Selatan : 13655.04 Bujur Timur
•
Mile 50
: 0417.22 Lintang Selatan : 13700.49 Bujur Timur
•
Tembagapura
: 0408.56 Lintang Selatan : 13705.07 Bujur Timur
•
Mill 74
: 0408.30 Lintang Selatan : 13708.00 Bujur Timur
•
Grasberg
: 0408.00 Lintang Selatan : 13720.00 Bujur Timur
80
ERSTBERG
Gambar 5.1 Lokasi Gresberg
PENGERTIAN UMUM. Area ini adalah suatu daerah pusat penambangan PT Freeport Indonesia Company yang berada di pegunungan Jayawijaya, pada ketinggian kurang lebih 3.900 s/d 4.200 meter diatas permukaan laut. Suhu udara berkisar 6-8 derajat Celcius dan cuaca mayoritas berkabut. Selain dari penambangan, daerah ini berhubungan dengan puncak Cartenz dan pelintasan masyarakat dari Ilaga dan Beoga. Sistem penambangan pada daerah ini terdapat 2 jenis, yaitu: 1. Penambangan terbuka (Open Pit), yaitu penambangan pada suatu daerah yang terbuka, yang lokasinya saat ini disebut Grasberg. 2. Penambangan dalam tanah (under ground), yaitu penambangan yang dilakukan di dalam tanah dengan cara membuat terowongan-terowongan yang areanya disebut gunung Bijih Timur (GBT). Mineral dalam penambangan ini adalah emas, tembaga dan perak, hasil explorasi kandungan meneral yang terdapat dalam penambangan ini kurang lebih 1,1 milyar ton biji tembaga.
81
Untuk menunjang kelancaran operasional penambangan juga terdapat fasilitas penunjang seperti: Truck pengangkut Ore, Gudang Explosive, Perkantoran, Conveyor Belt, Shovel, Service Tram, Warehouse, Dispatcher, Tangki BBM, Perbengkelan dan lainlain.
’74
Gambar 5.2 Lokasi Mill 74
PENGERTIAN UMUM Mill adalah pabrik pengolahan Ore yang disuplai dari area mine, baik dari hasil penambangan Underground maupun Open Pit menjadi consentrate cair, untuk dikirim ke Portsite melalui pipa tambang. Mill 74 terletak 6 Mile sebelah utara kota Tembagapura pada ketinggian 3000 meter di atas permukaan laut. Suhu udara berkisar 10 - 12 derajat celcius, dengan curah hujan cukup tinggi dan berkabut. Sarana penunjangnya meliputi : Power House
82
Cable Car (Kereta Gantung) Sag Mill Tangki Solar Tangki Air Conveyor Belt Stock Pile Crusher Tambang North & South Mill Consentrate Pump Station Laboratorium Lime Plant Water Control Admin Building.
Ridge Camp
Gambar 5.3 Lokasi Ridge Camp
83
PENGERTIAN UMUM Ridge Camp merupakan area yang terletak di Mile 72 dan tempat ini sangat strategis mengingat para karyawannya mayoritas bekerja di Millsite dan Minesite. Sarana dan prasarana di pemukiman area Ridge Camp antara lain : Messhal Staff dan Non Staff, Rechall Bar Staff dan Non Staff Sporthall Shopping Centre Post Office Bank Exim dan lain-lain.
Sedangkan sarana penunjang operasional lainnya sebagai berikut : Tangki Air Acetline Oxygen Plant Mecine Shop Warehouse Caterpilar Shop Rebuild Shop Trakindo Shop Tire Shop Bus & Truck Shop Warehouse Konstruksi Crusher Water Pump Station Bus Station.
84
TEMBAGAPURA
Gambar 5.4 Lokasi Tembagapura PENGERTIAN UMUM Tembagapura adalah suatu kota kecil yang terletak di lembah pegunungan Jayawijaya, pada ketinggian 2300 meter di atas permukaan laut, dengan suhu udara antara 24-26 derajat celcius. Kota ini berada pada posisi Mile 68 di area kerja (job site) PT Freeport Indonesia Company, yang dikelilingi oleh hutan dan pegunungan, dengan cuaca dominan berkabut dan hujan. Tembagapura dapat ditempuh dalam waktu 1 jam 15 menit dengan light Vehicle (kendaraan kecil) dan dalam waktu 15 menit dengan helicopter dari Timika Airport. Kota Tembagapura merupakan pusat pengendali dari semua aktivitas opersianal PT Freeport Indonesia Company, khususnya di area kerja, karena di kota ini terletak pusat perkantoran atau yang lebih dikenal dengan sebutan Main Office. Di perkantoran inilah tempat kedudukan para executive PT Freeport Indonesia Company di area kerja, dari General Manager (GM), Assistant General Manager (AGM) serta para Manager. Dari Main Office ini
85
dikeluarkan semua kebijaksanaan, keputusan-keputusan serta peraturan-peraturan kerja perusahaan. Selain Main Office terdapat pula perkantoran-perkantoran lain dari beberapa departmen, yang melakukan aktivitas perkantorannya di kota Tembagapura ini. Selain area perkantoran, kota Tembagapura juga merupakan suatu area pemukiman bagi karyawan yang melakukan aktivitas operasionalnya di area Ridge Camp, Mile 74, Erstberg/Grasberg, Mile 66 dan di area Tembagapura (Mile 68), maupun bagi keluarga karyawan atau tanggungannya, khususnya untuk karyawan Staff yang ada di Job Site, serta merupakan tempat bermukimnya para executive perusahaan bersama keluarganya. Adapun tipe-tipe perumahan yang terdapat di area kota Tembagapura adalah sebagai berikut: 1. Tipe A : Adalah perumahan yang disediakan untuk para tamu perusahaan, yang terdapat di Senior Guest House. 2. Tipe B : Adalah perumahan untuk para General Manager dan Assistant General Manager, yang terdapat di area pemukiman West serta Street 1-2. 3. Tipe C : Adalah perumahan untuk para Manager, yang terdapat di area pemukiman Street 3-5 serta west. 4. Tipe D : Adalah perumahan untuk para Senior Staff yang terdapat di area pemukiman Street 6-11F, Amole. 5. Tipe E : Adalah perumahan untuk para Senior Staff yang terdapat di area pemukiman Bukit Barat, Palapa dan Street 12-24. 6. Barak-Barak Karyawan: •
Bachelor Quarter : adalah barak untuk karyawan staf dengan status keluarga yang belum mempunyai anak
•
Staff Quarter : adalah barak untuk karyawan staf
•
Barak : F dan J adalah barak untuk para karyawan Staf yang berstatus lajang.
•
Barak : A,B,C,D,E,G,H,I,K,L,M,N adalah barak untuk para karyawan Non-Staff.
86
Di samping perkantoran dan pemukiman di atas terdapat pula beberapa sarana penunjang di area kota Tembagapura, sebagai berikut: 1. Senior Guest House. Senior Guest House adalah suatu tempat penginapan untuk para tamu perusahaan maupun untuk para executive PT Freeport dari New Orlanes, Cairn, Singapura maupun dari Indonesia sendiri, yang dikelola oleh Guest Relation Dept.
2. Hospital. Hospita adalah sarana kesehatan yang dilengkapi dengan peralatan kedokteran yang modern dengan para dokter-dokter dari luar maupun dalam negeri. Sarana ini dikelola oleh Swasta PT AEA. (Alas Emas Abadi) 3. Helipad. Helipad adalah suatu tempat pendaratan pesawat-pesawat Helicopter maupun sebagai tempat untuk perawatan dan perbaikan Helicopter, yang dikelola langsung Avco 4. Shopping center. Shopping center adalah pusat perbelanjaan yang terdiri dari 2 (dua) stOre yaitu Family Store (Shopping Centre Keluarga) dan Single Store (Shooping Centre Bujangan/karyawan berstatus lajang), yang menyediakan berbagai macam barang keperluan sehari-hari, bagian ini dikelolah oleh PT. P & K (Pasaraya Nusa Karya). 5. Community Hall. Community Hall adalah suatu tempat pertemuan yang berdaya tampung 1000 orang, baik pertemauan yang berbentuk meeting, seminar maupun acara-acara ramahtamah, pertunjukan-pertunjukan kesenian seperti pagelaran tari daerah dan lain-lain, dikelola oleh PT, AJC ( A. Latief Jasa Corporation ). 6. Sport Complex. Sport Complex adalah komplek olah raga dengan fasilitas-fasilitas lapangan: Sepak Bola, Basket Ball, Bulu Tangkis, Volley Ball, Tennis Lapangan, Tennis Meja,
87
Squars, serta ruangan-ruangan Seperti Billiard Room dan ruangan untuk tempat latihan bela diri. Sarana ini dikelola oleh PT AJC. 7. Fitness Room. Fitness Room adalah salah satu sarana olah raga khusus untuk senam kebugaran dan senam aerobik yang dilengkapi dengan berbagai macam peralatan fitness yang modern. Sarana ini dikelolah oleh PT. AJC. 8. Sekolah. Sekolah adalah sarana pendidikan yang disediakan untuk anak-anak karyawan yang tinggal di area kota Tembagapura serta Hidden Valley, yang terdiri dari: TK, SD, SMP. Selain itu juga terdapat sekolah untuk anak-anak karyawan expat, yang langsung di kelola oleh PT FIC. 9. Sarana Ibadah. Sarana Ibadah adalah suatu sarana tempat beribadah yang disediakan untuk semua penghuni kota Tembagapura sebagai tempat untuk melaksanakan kewajiban agamanya seperti: Gereja dan Mesjid. Sarani ini dikelola langsung oleh pengguna. 10. Sarana Komunikasi. Sarana Komunikasi adalah suatu sarana penghubung atau komunikasi jarak jauh maupun jarak dekat yang disediakan untuk kepentingan perusahaan maupun untuk kepentingan pemerintah dan penghuni kota Tembagapura, melalui sarana Perumtel dan Satelit. 11. Lupa Lelah Club. Lupa Lelah Club adalah suatu sarana hiburan berupa bar dan restaurant yang disediakan khusus untuk para karyawan Staff maupun keluarganya untuk mendapatkan hiburan atau hanya untuk sekedar melepas lelah dari segala kesibukan kerja. Sarana ini kelola oleh PT AJC. 12. Sarana Instansi ABRI dan Pemerintah.
88
Sarana Instansi ABRI dan Pemerintah adalah sarana-sarana yang disediakan oleh perusahaan untuk instansi-instansi terkait yang ada di kota Tembagapura seperti sarana perkantoran dan perumahan. Adapun instansi-instansi terkait tersebut adalah: 12.1. ABRI. 1. Angkatan Darat (Sat-Gas Yon 752). 2. Kepolisian (Kepolisian Pos Khusus Tembagapura). 3. Intel. Instansi aparat keamanan terkait ini ditangani oleh Security Dept. 12.2. Pemerintah. 1. Imigrasi 2. Bea dan Cukai. 3. Bank Exim. 4. Perumtel. Instansi pemerintah tersebut di kelola oleh Govre ( Goverment Relation ).
MILE 66
Gambar 5.5 Lokasi Mile 66
89
PENGERTIAN UMUM Mile 66 merupakan suatu tempat pemukiman yang terletak 2 Mile sebelum memasuki kota Tembagapura dari Timika, dengan suhu udara rata-rata berkisar 15 derajat celcius, pada ketinggian 2500 meter di atas permukaan laut. Tempat ini terdapat beberapa fasilitas berupa : Sport kompleks Shopping Centre Perkantoran dan lain-lain. Selain untuk pemukiman dan perkantoran terdapat juga aktivitas Security yaitu Check Point.
MILE 50
Gambar 5.6 Lokasi Mile 50
PENGERTIAN UMUM
90
Mile 50 terletak di perbatasan antara High Land dan Low Land. Tempat ini sangat strategis karena merupakan urat nadi lalu lintas aktivitas operasi perusahaan yaitu tempat persilangan pengiriman consentrate dari Millsite ke Portsite dan pengiriman bahan bakar dari Portsite ke Minesite, selain itu juga merupakan tempat penampungan bahan peledak, bahan bakar dan material lainnya. Di tempat ini juga terdapat 2 tangki BBM yang masing-masing berkapasitas 1.500.000 gallons dan 3.000.000 gallons dan juga terdapat pump station, dengan kekuatan 85 gallons dan 150 gallons permenit yang dipompakan ke High Land.
TIMIKA - MILE 22
Gambar 5.7 Lokasi Mile 22
PENGERTIAN UMUM Timika terletak di lowland yang membentang luas, dan letak pos dari satu ke lainnya sangat berjauhan. Suhu di Timika sama dengan di daerah lowland lainnya lebih kurang 34 - 35 derajat Celsius, dengan ketinggian 34 - 109 meter di atas permukaan laut yang terbentang dari Mile 26 - 37. Area ini terdapat beberapa sarana perkantoran, rekreasi, penginapan dan perumahan / pemukiman, yaitu : Base Camp Levee ( Bendungan air ) Barat dan Timur
91
Finance Office Explorasi Laboratorium Environmental Menara Komunikasi Power Plant dan lain-lain. Di area ini terdapat juga perkampungan masyarakat yang bernama desa Kwamki Lama/ desa Harapan, yang terletak di sebelah utara hotel, dan ada pula pemukiman dan perkantoran yang terdapat di sekitar kota Timika, yaitu Timika Indah dan Finance Office.
L.I.P. ( Light Industrial Park )
Gambar 5.8 Lokasi LIP
92
PENGERTIAN UMUM LIP merupakan tempat atau area yang terdapat sarana penunjang kegiatan di Kota Kuala Kencana baik dalam jangka panjang dan jangka pendek dan terdapat objek vital antara lain : Power plant Menara komunikasi BBM Air Bersih Food Warehouse Sarana tempat tinggal seperti ICO ( Inamco/Indonesia America Company ) Camp. Adapun faktor penunjang yang ada di dalamnya adalah warehouse, Komaritim dan lain-lain. Letak dari LIP sangat berdekatan dengan perkampungan masyarakat dan tranmigrasi yang tentunya terdapat kerawanan-kerawanan dan kesenjangan sosial yang akan mengakibatkan terjadi hal-hal yang dapat merugikan perusahaan. LIP merupakan pusat industri yang ada di Lowland dan sebagai jalur untuk memasuki kota Kuala Kencana. Dengan demikian pengamanan yang dilakukan harus secara maksimal dan merupakan pintu gerbang untuk memasuki area perusahaan yang terdapat Check Point 32. Di check point 32 ini merupakan filter bagi kendaraan dan personil yang akan masuk dan keluar dari perusahaan. Tentunya pengamanan yang ada sangatlah komplek guna melaksanakan pengamanan yang terpadu dibuatlah suatu portacamp yang dapat digunakan untuk panduan bagi anggota yang bertugas agar tercapainya pengamanan yang maksimal.
93
KUALA KENCANA
Gambar 5.9 Lokasi Kuala Kencana
PENGERTIAN UMUM Kuala Kencana adalah kota yang dibangun untuk menunjang kesejahteraan karyawan di PT Freeport di dalam mempertinggi daya kerja, yang terdapat sarana dan prasarana perkotaan. Pada umumnya keadaan tanahnya datar dengan luas sekitar 13.250.000 m2. Di kota baru tersebut terdapat pemukiman dengan fasilitas kota yang memadai dan tentunya apabila terjadi gangguan akan mengakibatkan terganggunnya produksi tambang, karena terdapatnya keluarga karyawan yang tinggal di daerah perkotan tersebut. Sarana dan fasilitas dimaksud di atas adalah sebagai berikut : 1. Kantor pusat pengendali segala aktivitas perusahaan. 2. Perumahan karyawan Staff dan non Staff. 3. Sarana pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, dan sekolah Internasional). 4. Sarana peribadatan (Mesjid dan Gereja). 5. Sarana perkantoran Departmen-Departmen Terkait.
94
6. Sarana perkantoran pemerintah maupun ABRI. 7. Sarana kesehatan. 8. Apartment dan Bachelor Quarter (BQ). 9. Sarana Light Industrial Park. 10. Sarana Komunikasi. 11. Sarana Hiburan dan rekreasi. 12. Sarana olah raga. 13. Gedung pertemuan. 14. Water Pump. 15. Shopping. Di sekitar lokasi ini terdapat pemukiman masyarakat lokal, yang terletak di sebelah Timur disebut kampung Iwaka suku Amungme dan sebelah Selatan terdapat kampung Kwamki Lama (terdiri bermacam-macam suku) serta perkampungan transmigrasi. Khusus masyarakat Kwamki Lama adalah suatu pemukiman masyarakat asli yang akan menjadi perkampungan rawan bagi perusahaan di masa yang akan datang, oleh karena pemukiman tersebut pada suatu lokasi yang dekat dengan proyek perusahaan yang sangat sensitip yang harus diantisipasi. Dengan demikian pengamanan yang ada di kota baru tentunya merupakan pengamanan yang komplek karena kota tersebut merupakan sarana dari perusahaan yang tentunya faktor keamanan ada di Security Departement. Dengan demikian Security Dept. membuat satu petunjuk untuk pelaksanaan tugas agar tercapai suatu tingkat kemanan yang maksimal. Petunjuk ini berguna sebagai pegangan dan prosedur dalam melaksanaan tugas serta mengacu kepada kondisi dan situasi yang ada, karena tentunya perlu mengantisipasi akan kemungkinan timbulnya kesenjangan sosial jika ditinjau dari keadaan kota tersebut. Dengan demikian Security Dept. harus mengantisipasi terhadap kemungkinan-kemungkinan dari luar maupun dari dalam kota itu sendiri.
95
AIRPORT PENGERTIAN UMUM Bandara Timika adalah fasilitas yang dibangun oleh PT. Freeport Indonesia Company, guna menunjang segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan transportasi udara. Bandara Timika ini digunakan untuk penerbangan perusahaan dan komersial lainnya, yang dilakukan baik siang maupun malam hari. Bandara Timika ini termasuk katagori bandara Swasta kelas 2 bertaraf internasional yang dikelola oleh PT. Aviation Airfast Facility Co. Bandara Timika dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang antara lain: •Menara pengawas •alat bantu Navigasi •Pompa Air •Tangki BBM •Power House •Hanggar •Meteorologi •Mobil pemadam kebakaran •alat Rescue •Terminal Internasional dan Domestik X’ray •Metal Detector •Counter Bording •Office dan lain-lain. Luas keseluruhan Bandara Timika adalah 50.000 m persegi, dengan panjang Run Way 2.600 m, lebar 30 m. Run Way ini dilengkapi dengan lampu pendarat baik siang maupun malam hari. Bandara Timika mampu didarati berbagai jenis pesawat udara sampai dengan jenis : Boing 757.
96
Terminal Terminal Bandar Udara kegiatannya dibagi dalam 2 bagian yaitu : Terminal Internasional. Terminal ini dipergunakan untuk melayani penerbangan Internasional. Terdapat petugas Imigrasi, Bea Cukai dan Karantina. Untuk penerbangan luar negeri ke Australia 2 kali seminggu yaitu Rabu dan Minggu dan ke Amerika tidak mempunyai jadwal tetap. Dalam 1 minggu terdapat 2 kali (Schedule) penerbangan Timika Cairns dan penerbangan internasional yang melayani Timika USA yang mengoperasikan pesawat jenis Boing 757. Terminal Domestik Terminal ini digunakan untuk penerbangan domestic (dalam negeri) setiap hari oleh penerbangan komersial yang dilayani oleh Merpati, Sempati, Airfast, misi dan lain-lain.
97
PAD XI
Gambar 5.10 Lokasi PAD XI PENGERTIAN UMUM Pad XI adalah tempat penampungan barang yang datang dari Cargo Dock dan Mile 50 melalui transportasi laut dan darat. Transportasi laut menggunakan tongkang dengan waktu tempuh kurang lebih 2.5 jam. Pad XI menampung 3 jenis barang pokok, yaitu : •Bahan Peledak. •Bahan Bakar Minyak. •Material penunjang lainnya. Di samping sebagai tempat penampungan barang-barang perusahaan, Pad XI mempunyai fasilitas-fasilitas lainnya seperti : Shiping Receiving, gudang Explosive 6 buah, serta Tangki Gasoline dan Pump Station. Para pekerja di area ini berdomisili di Portsite dan Timika, dan dalam pengoperasiannya Pad XI di bawah kendali PT. P & O. Di sebelah barat area Pad XI terdapat pemukiman masyarakat lokal dari suku Tipoeka yang berjumlah sekitar 20 KK dengan mata pencahariannya sebagai nelayan,
98
sedangkan letak area Pad XI tepatnya di sebelah Barat Laut area Portsite dengan suhu udara kurang lebih 34 derajat Celcius.
GARGO DOCK
Gambar 5.11 Lokasi Cargo Dock
PENGERTIAN UMUM Cargo Dock adalah salah satu bagian dari perusahaan yang ada di Lowland, yang terletak di Pad V sebelah Timur Amamapare atau Portsite, dengan suhu udara sekitar 34 - 35 derajat celcius. Cargo Dock ini merupakan pelabuhan laut milik perusahaan yang khusus melakukan aktivitas bongkar muat barang-barang milik perusahaan baik dari dalam maupun luar negeri. Cargo Dock ini panjangnya adalah 293 meter dan lebar 8.5 meter dengan kedalaman air 17 meter (pasang naik).
99
Cargo Dock ini di kelola oleh 3 (tiga) departmen di bawah pengelolan kontraktor P&O, yaitu : 1. Marine Department, untuk mengelola aktivitas bongkar muat barang dari kapal ke darat dan dari darat ke kapal. 2. Shipping & Receiving Department, untuk mengelola masalah dokumen-dokumen barang-barang yang masuk dan keluar dari area Cargo Dock, serta menyuplai barang-barang kepada para pemesan barang tersebut. 3. Transport Department, untuk mengelola aktivitas pengangkutan barang melalui angkutan darat dengan Truck kemana barang tersebut akan disuplai. Selain ketiga department tersebut di atas terdapat pula satu instansi pemerintah yang melakukan aktivitas kerjanya di area Cargo Dock, yaitu Bea Cukai (Costum), yang bertugas melakukan pemeriksaan dan pengawasan terhadap barangbarang yang masuk.
PORTSITE
Gambar 5.12 Lokasi Portsite
100
PENGERTIAN UMUM Portsite terletak di suatu tempat yang bernama Amamapare yang merupakan bagian dari area PT. Freeport Indonesia Company, yang terletak di bagian Selatan Kota Tembagapura. Portsite adalah satu-satunya area pelabuhan milik perusahaan, yang dikelola oleh Peninsula and Oriental (P & O), dan merupakan pintu utama, masuknya barang-barang perusahaan baik dari dalam maupun luar negeri. Jarak dari Tembagapura ke Portsite adalah 95 km dan dapat ditempuh dengan menggunakan fasilitas kendaraan darat adalah 2 jam (di Cargo Dock). Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan transportasi laut seperti MB Jaramaya, MB Wania dan MB Tipoeka, ( berkekuatan 3300 PK, dengan kapasitas penumpang 35 orang) ditempuh dalam waktu 5 menit, di samping itu dapat juga menggunakan Speed Boat, Flat Boat dengan dua motor penggerak yang masingmasing berkekuatan 40 PK dengan kapasitas penumpang maksimal 8 orang dan ditempuh dalam waktu lebih 3 menit melalui sungai Jaramaya. Selain kendaraan darat dan laut, Portsite dapat juga ditempuh dengan menggunakan pesawat Helicopter, dari Kota Tembagapura ditempuh dalam waktu 25 menit. Status pelabuhan Portsite ini bersifat swasta penuh (bukan untuk mansyarakat umum), dan merupakan pusat bongkar muat barang-barang yang berhubungan dengan aktivitas operasional perusahaan. Portsite diklasifikasikan sebagai salah satu objek vital perusahaan, karena area ini merupakan suatu proses akhir dari produksi pertambangan. Disebut demikian oleh karena tambang yang diexploitasi dari Erstberg dan Underground, kemudian diolah di pabrik 74 dan disalurkan melalui pipa tambang ke Portsite dalam bentuk consentrate cair sepanjang 115 Km. Consentrate cair ini diolah kembali di pabrik Portsite guna proses pengeringan (Dewatering Plant). Kemudian ditampung dalam 3 gudang consentrate kering yang siap dikapalkan. Proses pengapalan dilakukan melalui Conveyor Belt ke Scale House selanjutnya disalurkan ke Ship Loading dengan sistem curah ke palka kapal, untuk dikirim ke negara-negara pembeli. Selain berfungsi sebagai tempat pengiriman consentrate,
101
Portsite juga berfungsi sebagai tempat masuk dan keluar barang-barang perusahaan, melalui kapal-kapal carteran perusahaan. Pengelolanya adalah Marine Department. Di Amamapare juga terdapat sarana-sarana penunjang berupa: Mess Hall Staff / Non Staff, Barrack Staff / Non Staff, Perumahan keluarga Senior Staff, Senior Guest House, Klinik, Sekolah, Gereja, Mesjid, Pasar Swalayan, Olah raga (lapangan Volley Ball, Bulu Tangkis, Tennis Lapangan, Tennis Meja, Fitness Centre) dan Gedung Kesenian. Perkantoran maupun perumahan disiapkan juga oleh perusahaan untuk instansi terkait (Perhubungan Laut, Imigrasi, Karantina, Bea dan Cukai) dan aparat keamanan (Polisi dan Angkatan Darat). Di sebelah Timur dari area Portsite terdapat suatu pemukiman masyarakat yang disebut pulau Karaka yang dihuni oleh masyarakat asli suku Komoro, seperti dari Timika Pantai, Kokonao dan sebagainya.
2.
STRUKTUR
ORGANISASI
MANAJEMEM
KONSTRUKSI
PT
FREEPORT INDONESIA19 Manajemen Organisasi PT Freeport Indonesia mempunyai 3 unsur pengelola yaitu : Client Client adalah pemilik proyek/owner yaitu pihak yang mengajukan usulan diselenggarakannya pembangunan suatu proyek. Client dalam PT Freeport Indonesia adalah terdiri dari departemendepartemen maupun perorangan yang diberi wewengan, yang ada di lingkungan PT Freeport Indonesia. Adapun Departemen-departeman yang ada tersebut meliputi : Mines
Gresberg Operation Gresberg Maintenance ( Tram, 74, Manhour, Supt. Equipment dll ) Mine General Service
Under Ground
Mine Underground ( IOZ, U/G Operational, MTC, Hilton, Engineering, DOZ, Amole, Big Gossan, GBT)
19
Technical Service Departement, 1997, Procedural Manual ( Final Draft ), PT Freeport Indonesia Company
102
Operation Service
Construction Mine Construction 74 Construction Low Land Construction Portsite Construction Highland/transmission Construction Technical Service 68 Construction Infrastructure Survice ( OXY, Ridge Camp, Electrical,Mechine Shop R/C, Rebar Shop )
Mill
Mill South Plant Mill Crusing Plant Mill Sag Plant Maintenance
Suport Service
Communitu Affair Security ISS/YPJ Public Relation Finance & Accounting MIS & Communication
Bussines Incobator ( Mitradaya dll ) HRD & Staff Development Savety & Industrial Health Environmental Training Material Exploration
Exploration A ( Diamond Drill, Heliop ) Exploration B
Independence
Trakindo Utama
Contractor
Petrosea Ram Raising / Red Path Thiess Dwi Tunggal Inamco Buma Kumawa Flour Daniel Pama Persada
103
Kamundan Raya Detroit Diesel United Tractor Provatization
APPDC Fleet Maintenance
Company
APPDC Marine & Logistic APPDC Fleet Construction & Road Maintenance HRD & Finance Nusa Powe Service AEA Hospital AJC ONK TDS Agumar AVCO Pangansari Utama Pangansari MIT Pangansari Cathering Surabaya Facility ( PT Bumi Utamakarya, PT Mitradaya Petikemas )
Technical Service Departement Technical Service Departement adalah pihak yang diberi wewenang untuk melakukan perencanaan dan perancangan disain proyek. Technical Service Departement terdairi dari berbagai divisi yaitu : 1. Infrastruktur Architectural Estimator Administration 2. Electrical Document Control 3. Civil Mechanical Geotechnical
104
Engineering & Construction Departement Engineering & Construction Departement adalah pihak yang diberi wewenang untuk melaksanakan / mengerjakan suatu proyek. Engineering & Construction Departement PT Freeport Indonesia terdiri dari 7 tempat dari Portsite sampai ke Mine, yaitu : 1. Mine Engineering & Construction Departemen 2. 74 Engineering & Construction Departemen 3. Lowland Engineering & Construction Departemen 4. Portsite Engineering & Construction Departemen 5. Highland
&
Transmission
Engineering
&
Construction
Departemen 6. Infrastructure Engineering & Construction Departemen 7. Engineering & Construction Departemen Service ( OXY, Ridge Camp, Electrical,Mechine Shop R/C, Rebar Shop )
Di dalam masing-masing Engineering & Construction Departement, terdiri dari beberapa divisi yang dipimpin oleh seorang superintendent yaitu : Divisi Administrasi Divisi Engineering Divisi Sipil Divisi Struktural Divisi Mekanikal Divisi Elektrikal Divisi Piping Divisi Material Divisi Project Kontrol Welding
105
3. TUGAS
DAN
WEWENANG
UNSUR-UNSUR
PENGELOLA
MANAJEMEN KONSTRUKSI PT FREEPORT INDONESIA Client 1. Mengajukan Proyek yang mencangkup kriterianya secara umum 2. Mengisi ESR( Engineering Service Request ) dengan lengkap dan jelas*14 3. Menyetujui Conceptual Design yang dihasilkan Technical Service. 4. Mengikuti dan mereview proses dan hasil conceptual desain dan melakukan perubahan yang diperlukan, kemudian mengembalikan hasilnya. 5. Memberikan masukan benefit. 6. Merubah hasil disain jika perlu 7. Mengikuti perkembangan progress dari proyek yang dikerjakan Technical Service 1. Tim Disain •
Membentuk tim disain dari berbagai disiplin hingga draftman
•
Membuat Preliminary Design / disain awal setelah mendapat pengajuan dari Client
•
Mengajukan hasil disain kepada estimator untuk di estimasi biayanya
•
Bekerjasama dengan Material Take Off ( MTO ) dalam tahap pendataan material yang diperlukan
•
Membuat hasil perhitungan disain/ Conceptual Design dengan disertai gambar
•
*14
lampiran 14
Memonitor perkembangan proyek secara umum
106
2. Tim Estimator •
Melakukan estimasi biaya dan waktu yang diperlukan pada suatu proyek
•
Bekerjasama dengan MTO dalam mengorganisir tahap estimasi proyek
•
Mengkoordinasikan hasil estimasinya dengan Client.
•
Mengontrol progress konstruksi dengan project control di lapangan.
3. Tim Material Take Off ( MTO ) •
Bekerjasama dengan tim Estimator dan Disain dalam koordinasi kebutuhan material suatu poyek.
•
Melakukan pengecekan terhadap estimasi barang untuk dilaporkan ke pada pihak-pihak yang memerlukan dan berhubungan misalnya warehouse dan atau vendornya.
•
Menerima
dan
memproses
Warehouse
Requests*20-21
dan
Construction Requests dan Request order yang lain dibawah progress contruction. Engineering & Construction Departemen ♦ Divisi Administrasi •
Melakukan
pencatatan-pencatatan
manpower
dibawah
departemennya. •
Menurusi
keperluan
manpower
diluar
job
description
departemennya ( konstruksi ) seperti vacation, healthy request dan lain-lain. ♦ Divisi Engineering
*20-21
lampiran 20-21
107
•
Melakukan pengecekan gambar yang diterimanya sebelum konstruksi untuk mengecek kelengkapannya.
•
Membuat FCN ( Field Changes Notice) / FDN ( Field Design Notice)*16 jika diperlukan pada gambar.
•
Membuat disain untuk konstuksi tambahan tambahan jika diperlukan.
•
Menyusun Punchlist dan report progress lainnya.
•
Mengontrol progress konstruksi pada tiap bidangnya dan mengkoordinasikan dengan bidang yang lain.
♦ Divisi Sipil •
Melaksanakan progress konstuksi bidang pekerjaan sipil yaitu pekerjaan tanah, retaining walls, timbunan, pekerjaan beton slab, grade beam, slab on ground, elevasi slab, alinement jalan, dan pelayanan underground.
•
Mengontrol pekerjaannya agar mendapatkan hasil yang baik.
•
Mengkoordinasikan dengan pekerjaan lainnya
♦ Divisi Struktural •
Melaksanakan progress konstuksi bidang pekerjaan struktur yaitu pekerjaan framing, pekerjaan wall freming, pekerjaan additional levels dan pekerjaan blockwork
•
Mengontrol pekerjaannya agar mendapatkan hasil yang baik.
•
Mengkoordinasikan dengan pekerjaan lainnya
♦ Divisi Mekanikal •
Mengkoordinasikan dengan pekerjaan lainnya
•
Melaksanakan progress konstuksi bidang pekerjaan mekanikal yaitu air conditioning/heating, ventilation, springkler system,
*16
lampiran 16
108
smoke detector, fire extinguisher, fire hidrant, Structural of pump, heavy equipment, structural of tank, instalation of equipment dan lain-lain. •
Mengontrol pekerjaannya agar mendapatkan hasil yang baik.
•
Mengkoordinasikan dengan pekerjaan lainnya
♦ Divisi Elektrikal / Instrument •
Melaksanakan progress konstuksi bidang pekerjaan elektrikal yaitu pekerjaan lighting, emergency lighting, power outlet, dan power services.
•
Mengontrol pekerjaannya agar mendapatkan hasil yang baik.
•
Mengkoordinasikan dengan pekerjaan lainnya
♦ Divisi Piping •
Melaksanakan progress konstuksi bidang pekerjaan piping yaitu pekerjaan pipa cold water piping, hot water piping, fixtures, sewage conection, storm water drainage, dan lainnya
•
Mengontrol pekerjaannya agar mendapatkan hasil yang baik.
•
Mengkoordinasikan dengan pekerjaan lainnya
♦ Divisi Material •
Melaksanakan progress konstuksi bidang pekerjaan material yaitu pengadaan dan pengecekan material di lapangan.
•
Mengajukan pengadaan dan pengiriman material tambahan.
•
Mengontrol pekerjaannya agar mendapatkan hasil yang baik.
•
Mengkoordinasikan dengan pekerjaan lainnya
♦ Divisi Project Kontrol •
Melaksanakan progress konstuksi bidang pekerjaan controlling yaitu cost control dan schedule control.
•
Mengontrol pekerjaannya agar mendapatkan hasil yang baik.
109
•
Mengkoordinasikan dengan pekerjaan lainnya
♦ Welding •
Melaksanakan progress konstuksi bidang pekerjaan welding yaitu pekerjaan pengelasan-pengelasan.
4.
•
Mengontrol pekerjaannya agar mendapatkan hasil yang baik.
•
Mengkoordinasikan dengan pekerjaan lainnya
PROSEDUR
PELAKSANAAN
MANAJEMEN
KONSTRUKSI
PT
FREEPORT INDONESIA a. Prosedur pekerjaan Disain pada Design & Engineering*25 1. Client Mengajukan Engineering Service Request ( ESR )*14 2. Design & Enineering menerima Engineering Service Request ( ESR ) 3. Penunjukan Project Engineer ( PE ) pada Design & Engineering 4. Penyusunan Project Engineer Check List ( PECL )*17-19 dan Conceptual Design oleh Design & Engineering 5. Client mereview PECL dan Conceptual Design 6. Pihak Construktion meriview PECL dan Conceptual Design 7. Penyusunan Cost Estimation dari data Conceptual Design dan Autorized For Expenditure ( AFE )*13,15. 8. Management PTFI menyetujui AFE 9. Design & Engineering menyususn Preliminary Design kemudian mereviewnya serta menyetujuinya. 10. MTO group menyusun MTO/Procurement dari semua item. 11. Design & Engineering menyusus detail design
*25
lampiran 25 lampiran 14 *17-19 lampiran 17-19 *13,15 lampiran 13, 15 *14
110
12. Design & Engineering membuat gambar detail design 13. Design & Engineering mengeluarkan
gambar yang siap dilaksanakan
yang sebelumnya sudah disetujui 14. Pihak konstuksi dan Client mereview gambar tersebut 15. Design & Engineering mengeluarkan gambar AFC ( Aproved For Construction ) 16. Konstuksi memulai pekerjaan konstruksi. 17. Design & Engineering mengeluarkan MTO dan spesifikasinya. 18. MTO grup melakukan breakdown dari Warehouse Requests (WRs) dan Purchasing Request (PRs) kemudian menerima tawarannya. 19. Design & Engineering melakukan evaluasi penawaran 20. Client dan pihak konstruksi mengusulkan perubahan sekup 21. Design & Engineering mengeluarkan gambar hasil perubahan yang diusulkan konstuksi maupun Client. 22. Grup estimasi menyiapkan PCN ( Potensial Change Notice ) dan AFE Supplement 23. Management PTFI menyetujui sekup perubahan yang telah direview oleh grup estimasi 24. Design & Engineering melakukana redesign dan mengeluarkan reissued AFC drawing. 25. Pihak konstruksi tetap melakukan pekerjaan konstruksinya 26. Pihak konstruksi menyiapkan as build sketches. 27. Design & Engineering membuat as build drawing 28. Design & Engineering menyetujui WR & PR 29. Grup MTO menyusun PR 30. Grup MTO memulai expediting.
111
b. Prosedure pekerjaan Technical Services *26 1. Client Mengajukan Engineering Service Request ( ESR ) 2. Penunjukan Project Engineer ( PE ) pada Design & Engineering 3. Penyusunan Preliminary Engineering Design yang berisi draf konsep disain, review dicipline engineer, review design complience dan persetujuan Client. 4. Cost estimate 5. Preoject Engineer review 6. Client mereview jika tidak cocok dilakukan preliminary engineering design 7. Pihak konstruksi mereview dengan construction area dan project control, jika tidak cocok dilaukan preliminary engineering design 8. Menyiapkan paket AFE yang berisi alamat keuangannya, pengisian formulir PBB, tandatangan Technical Service Departement head. 9. Distribusi Paket AFE dan disetujui oleh kontruksi dan project control. 10. Review sumber daya jika tidak ada Client atau Vice President menyetujui untuk dikerjakan atau tidak 11. Paket AFE disetujui Client atau tidak, jika tidak disusun Paket AFE lagi. 12. Disetujui Manajemen perusahaan 13. Penyusunan detail disain dan direview 14. Paket kontruksi dikeluarkan 15. Penyediaan material
c. Prosedur Pekerjaan Konstruksi 1. Menerima dan mereview PECL dan Conceptual Design 2. Mereview gambar AFC 3. Melakukan perubahan sekup konstruksi jika ada *26
lampiran 26
112
4. Melakukan pekerjaan konstruksi 5. Menyiapkan as build sketches
B. PEMBAHASAN PENELITIAN
Dari hasil penelitian di atas maka perlu pembahasan dari apa yang ada tersebut. Adapun pembahasan dari hasil penelitian ini akan dilaksanakan dari segi : 1. Efektifitas dan efisiensi dari struktur dan unsur Manajemen Konstruksi yang ada di PT Freeport Indonesia serta prosedur-prosedur yang berlaku. 2. Kelebihan dan Kekurangan dari Manajemen Konstruksi PT Freeport Indonesia
Hasil Pembahasan : Jika dilihat dari alur prosedur yang ada, penulis menilai efektifitas dan efisiensi yang tinggi dapat dicapai dengan baik. Namun begitu masih ada beberapa catatan yang masih bisa ditambahkan untuk peningkatan hasil yang efektif dan efisien tersebut. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang terjadi pada pelaksanaan prosedur yang berlaku di antaranya adalah : 1. Karyawan a) Dari struktur organisasi yang ada, dapat dilihat bahwa karyawan di tingkat manajer atas/top manager masih dikuasai oleh karyawan expatriated/asing, dari superintendent sampai vice president. Di sini terlihat bahwa seolah-olah karyawan lokal/Indonesia belum mampu meduduki posisi tersebut. Padahal secara teknis kemampuan karyawan bangsa Indonesia sendiri/lokal sebenarnya telah mampu bersaing dengan karyawan expatriated tersebut dalam menduduki posisi tersebut. Dan bahkan, jika tanpa karyawan expatriated pun penulis menilai karyawan lokal
113
telah mampu sepenuhnya mengelola Engineering & Construction Departement . Oleh karena itu masih dirasakan “nasionalisasi” belum dalam kondisi yang baik. b) Dari kondisi masih dominannya karyawan expatriated yang menduduki posisi top manager ini mnegakibatkan efisiensi biaya yang ada makin kurang baik. Hal ini disebabkan untuk menggaji karyawan expatriated , besarnya dapat lebih dari sepuluh kali sebulan. Hal ini dikarenakan oleh gaji karyawan expatriated dibayar dengan standar US Dolar, sedangkan karyawan lokal masih dengan standar rupiah. c) Dalam proses konstruksi, biaya terbesar masuk dalam pengeluaran untuk karyawan dan material1. Dari segi karyawan, seperti disebutkan sebelumnya, gaji karyawan expatriated besarnya berlipat ganda dari karyawan lokal, sedangkan karyawan lokal sendiri, untuk ukuran standar pekerja bidang konstruksi, PT Freeport telah memberikan nilai yang lebih daripada karyawan konstruksi di perusahaan lain. Sebagai contoh, pekerja konstruksi tingkat paling rendah / tenaga kasar, pendapatan perbulan bersih dapat mencapai satu juta rupiah atau lebih, sedangkan untuk staff dapat mencapai lebih dari dua juta rupiah. Belum lagi untuk tingkatan foreman ke atas. Gaji karyawan Freeport ini dapat mencapai lebih dari lima juta rupiah. Dari besarnya pendapatan karyawan Freeport ini maka dapat diperkirakan jumlah biaya proyek yang dialokasikan untuk gaji karyawan. Hal ini juga ditambah dengan pengeluaran biaya dari perusahaan untuk tunjangan hidup karyawan yang tinggal di barak, dimana untuk konsumsinya dihitung untuk satu porsi makan harian dihargai sekitar tigapuluh sampai empatpuluh lima ribu rupiah. d) Dengan kondisi pekerjaan seperti di area Freeport ini, yaitu daerahnya relatif terisolir dari daerah keramaian yang lain, kondisi karyawan yang pola hidup sehariannya selalu sama serta didukung jauhnya karyawan dari keluarga/famili
1
Adhy Sworo, 1998, interview , Technical Service Departement
114
banyak mengakibatkan kondisi karyawan yang bisa dikatakan dalam kondisi “stress“ , walaupun segala fasilitas sampai yang tercanggihpun sudah tersedia.
2. Material 7 a) Untuk keperluan pengadaan material, PT Freeport mengeluarkan biaya yang cukup besar. Hal ini disebabkan oleh pengadaan material yang harus didatangkan dari luar daerah bahkan dari luar negeri seperti Amerika, Australia dan Singapura, di luar vendor dalam negeri seperti dari Jakarta dan Surabaya. Penyediaan stock material dari daerah yang jauh ini mengakibatkan cost untuk transportasinya menjadi tinggi. b) Dari keseluruhan material yang dibutuhkan, tidak semuanya harus dibeli dari luar. Mengingat daerah kawasan Freeport ini merupakan daerah gunung dan pegunungan, maka pengadaan agregat untuk pekerjaan konstruksi dapat disediakan ditempat. Oleh karena itu PT Freeport menyediakan beberapa crusher selain untuk proses pembuburan/concentrate bijih tambang, juga tersedia crusercruser untuk mendukung penyediaan agregat untuk keperluan konstruksi. c) Konstruksi yang dipakai oleh PT Freeport kebanyakan menggunakan struktur baja. Oleh karena itu PT Freeport juga menyediakan fasilitas fabrikasi utnuk mendukung keperluan pekerjaan struktural tersebut. 3. Area Pekerjaan 13 Kondisi area pekerjaan yang rata-rata terletak di daerah bertemperatur dan tekanan udara yang rendah mempengaruhi tingkat energik karyawan dalam bekerja. Hal ini mempengeruhi tingkat efektifitas kerja para karyawan tiap harinya, terutama dapat terasa pada pekerjaan di lapangan. Ditambah dengan
7
Lily Yulianto, 1998, Interview, Technical Service Departement Savety Departement, 1998, Savety Orientations, PT Freeport Indonesia Company
13
115
kondisi area pekerjaan terutama di lokasi mill hingga mine yang tiap harinya selalu berkabut. 4. Keamanan / Savety 13 a) Sehubungan dengan kondisi area pekerjaan yang ada dalam kondisi yang cukup membahayakan bahkan menjadi area pekerjaan tambang paling berbahaya di dunia, maka PT Freeport menerapkan sistem pengawasan terhadap keamanan pekerjaan yang sangat ketat. Dengan ketatnya penerapan sistem ini dengan panduan yang jelas, maka Zerro Accident yang menjadi target utama savety di PT Freeport ini sering didapat. Untuk mencapai Zerro Accident ini PT Feeport menerapkan sistim bonus untuk memberikan semangat kehati-hatian dalam bekerja. b) Untuk mencapai Zerro Accident ini perusahaan telah menyediakan peralatan savety yang memadai.
5. Prosedural a) Belum tersedianya kelengkapan prosudural guide lines yang baku untuk tiap divisi maupun unsur pengelola proyek20 b) Masih terjadinya review dan perbaikan serta perubahan yang ada baik dari tahapan disain hingga ketika proses pelaksanaannya. Hal ini dimungkinkan karena terdapatnya hasil disain yang kurang teliti sahingga pada penerapan di lapangan pada khususnya, kadang terjadi tidak macth-nya antara disain dengan existing-nya. c) Perbedaan tersebut akan mengakibatkan
perubahan pelaksanaan di lapangan
dibandingkan dengan disain awal. Perubahan–perubahan yang sering terjadi tersebut, dengan Field Change Notice (FCN) akan selalu dikontrol sejauh mana perubahan yang dikehendaki dan yang terjadi. Untuk pelaksanaan FCN ini sendiri
20
Yosy, 1998, Interview , Technical Service Departement
116
harus selalu disetujui oleh pihak manajer sebelum dilakukan
perubahan di
lapangan. d) Dari pengamatan yang dilakukan, sistem pengawasan proyek
ini meliputi
pengawasan waktu dan biaya proyek. Pada pengaswasan schedule data waktu ini, project control selalu mencatat progress
yang ada tiap harinya untuk setiap
pekerjaan. Kemudian diolah sedemikian rupa untuk disesuaikan dengan jadwal yang telah direncanakan. Jika terjadi keterlambatan pekerjaan, project control akan melaporkan pada setiap meeting yang dilaksanakan tiap pekan. Secara financial atau tanggungjawab lainnya pihak konstruksi tidak mendapatkan sanksi dalam penyelesaian proyek, seperti denda, dan lain-lainnya. Dalam pengawasan biaya, project control mendapatkan input untuk diolah dari timesheet yang dikumpulkan, material purchasing yang direncanakan maupun yang ditambahkan yang disesuaikan dengan FCN yang telah dibuat. e) Dari kondisi yang ada dirasakan juga, untuk permasalahan koordinasi dirasakan masih kurang. Misalnya pada pekerjaan project control, sering terjadi pemasukan data yang diperlukan untuk diolah, terlambat. Hal ini menyulitkan petugas project control dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Keadaan ini diakibatkan juga oleh faktor banyaknya proyek yeng harus di-handle, sedangkan jumlah petugasnya sendiri masih dirasa kurang10.
6. Produk a) Disain struktur yang dihasilkan/dibuat untuk proyek-proyek struktural PT Freeport ini dikerjakan oleh Technical Service sebagai konsultan perancana lokal dan oleh konsultan perencana dari luar untuk bangunan struktural yang relatif konplek, seperti disain untuk tunnel, conveyor dan lain-lainnya. Konsultan dari luar tersebut di antaranya adalah Bechtel dan Flour Daniel dari Amerika, Manic dan Mc Entire dari Australia serta Krupp dari Jerman.
117
b) Dengan memperhatikan proyek yang sedang dibangun maka hasil proyek yang diharapkan adalah struktur yang memiliki nilai keamanan yang sangat tinggi. Untuk mendapatkan hasil tersebut, maka disain yang dibuat maupun perubahan yang terjadi di lapangan diberikan safety factor yang tinggi. c) Dengan asumsi hasil yang demikian maka biaya yang didapatkan juga akan naik.
10
Mine Construction Project Control, 1997, Standard Oparate Manual, PT Freeport Indonesia
118
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Unsur pengelola Proyek PT Freeport Indonesia (PTFI) merupakan bagian dari departeman-departemen yang ada di PTFI , dalam menunjang kegiatan utama perusahaan yaitu penambangan. 2. Unsur pengelola dalam Manajemen PT Freeport adalah merupakan bagian dari satu perusahaan, dan terdiri dari Client, Technical Service Departement dan Engineering & Construction Departement 3. Client adalah unsur pengelola proyek yang berkedudukan sebagai pemilik proyek/owner,sedangkan Technical Service Departement yang berkedudukan sebagai konsultan/perencana serta Engineering & Construction Departement yang berkedudukan sebagai kontraktor/pelaksana proyek. 4. Prosedur pelaksanaan dan pengaturan dalam manajemen proyek di PTFI diatur dengan prosedural gudelines yang sebagian telah disediakan dan memuat aturan hubungan, tugas dan wewenang antar masing-masing unsur pengelola tersebut. 5. Proyek yang dikelola adalah,
proyek intern dengan jumlah yang cukup
banyak. 6. Tidak adanya faktor profit dari masing-masing pengelola manajemen PTFI. 7. Area proyek PT Freeport adalah termasuk area pekerjaan tambang yang paling berbahaya di dunia, sehingga permasalahan savety menjadi prioritas utama dalam setiap pekerjaan.
119
8. Biaya proyek di PT Freeport termasuk biaya skala besar. Hal ini disebabkan oleh tingginya biaya untuk karyawan dan pengadaan material yang rata-rata didatangkan dari luar. 9. Pada
dataran
praktis,
manajemen
konstruksi
PTFI
telah
berusaha
menggunakan sarana canggih sebagai alat bantu terutama sebagai alat bantu komunikasi. 10. Masih sering terjadi munculnya berbagai permasalahan dalam pengelolaan proyek di lingkungan perusahaan tersebut. 11. Gambaran Pelaksanaan Manajemen PTFI merupakan salah satu contoh pelaksanaan/aplikasi manajemen konstruksi yang dapat diterapkan, dengan menyesuaikan kondisi yang ada.
B. SARAN Dengan kondisi hasil penelitian yang disebutkan pada bab kesimpulan maka penulis berusaha menyusun masukan sebagai saran dari penelitian ini yaitu : 1. Perlunya Pengadaan Prosedural Guidelines yang lebih jelas untuk tiap pengelola proyek pada khususnya dan keseluruhan departemen pada umumnya dengan mengacu / mengambil contoh pada ketat dan lengkapnya prosedural sevety yang telah diberlakukan. 2. Kelangkapan fasilitas yang telah ada hendaknya dapat menunjang kelengkapan dan kelancaran operasional kerja yang lain. 3. Dengan kondisi alam sekitar dan jam kerja yang begitu hendaknya penghargaan dan kesejahteraan lahir dan batin karyawan menjadi prioritas utama, di samping keselamatan kerja. 4. Permasalahan nasionalisasi dalam perusahaan ini hendaknya lebih diperhatikan mengingat potensi nasional sudah sangat memadai untuk pekerjaan konstruksi ini sehingga tidak ada atau dapat mengurangi tingkat ketargantungan pada pihak asing sedini mungkin, dan dapat bermanfaat
120
untuk menekan cost project dalam setiap pekerjaan serta meningkatakan kemudahan koordinasi dalam hal komunikasi lisan, sampai ke tingkat karyawan paling bawah. 5. Bidang manajemen merupakan bidang yang sangat luas dan mempunyai peluang pengembangan yang masih sangat banyak, sehingga pemakaian alat bantu teknologi canggih masih perlu dieksplorasi untuk kepentingan pengembangan bidang ini.
121
DAFTAR ISTILAH AEA
: Alas Emas Abadi
AFC
: Aproved For Construction
AFE
: Autorized For Expenditure
AGM
: Assistant General Manager
Airport
: Fasilitas yang tersedia di area Kerja PT Freeport di Timika
Amole
: Tipe Perumahan di Tembagapura
AVCO
: PT. Aviation Airfast Facility Company
Bachelor Quarter
: Barak karyawan staf dengan status keluarga yang belum mempunyai anak
Barak
: Perumahan untuk karyawan PT Freeport
Bukit Barat
: Tipe Perumahan di Tembagapura
Bus & Truck Shop
: Bengkel bis dan truk
Concentrate
: Leburan / campuran bahan dengan air
Conceptual Design
: Konsep disain
Conveyor Belt
: Atal transportasi/pengangkut barang dengan ban berjalan
CPM
: Critical Part Methode
CRs
: Construction Requests
Dispatche
: Ketinggian / elevasi
Erstberg
: Lokasi tambang di Puncak Jaya Irian jaya yang terbesar di dunia.
ESR
: Engineering Service Request
Expatriated
: Karyawan asing
FCN
: Field Changes Notice
FDN
: Field Design Notice
FIC
: PT. Freeport Indonesia Company
FII
: Freeport Indonesia Incorporated
Flowchart
: Diagram alir
GBT
: Gunung Bijih Timur
GKM
: Gugus Kendali Mutu
GM
: General Manager
Govre
: Goverment Relation
Grasberg
: Lokasi tambang di Puncak Jaya Irian jaya yang terbesar di dunia.
Hardware
: Perangkat keras
Hidden Valley
: Area pemukiman di mile 66
122
High Land
: Area dataran tinggi
ICO
: Inamco/Indonesia America Company
Job Site
: Area Kerja
L.I.P
: Light Industrial Park
Low Land
: Area dataran rendah
Main Office
: Kantor Pusat
MBO
: Management by Objectives
Mile 50
: Area Kerja PT Freeport dengan jarak 50 mile dari Portsite.
Mill 74
: Area Kerja PT Freeport dengan jarak 74 mile dari Portsite.
Mill
: Lokasi pengolahan bahan tambang/ concentrator ( Pembuburan )
Mine
: Area penambangan
MLA
: Mill Level Adit
MTO
: Material Take Off
Open Pit
: Sistem penambangan pada suatu daerah yang terbuka
Ore
: Bijih tambang
Palapa
: Tipe Perumahan di Tembagapura
PCN
: Potensial Change Notice
PE
:Project Engineer
PECL
:Project Engineer Check List
PERT
: Project Evaluation & Review Technique
Portacamp
: Kamp yang menggunakan dari petikemas
Portsite
: Area Kerja PT Freeport di Pelabuhan pantai selatan Irian Jaya.
Preliminary Design
: Perancanaan awal
PRs
: Purchasing Request
PT. AJC
: A. Latief Jasa Corporation
PT. P & K
: Pasaraya Nusa Karya
RO’s
: Request order
Senior Guest House:
: Tipe Perumahan di Tembagapura
Service Tram
: Pelayanan transportasi dengan kereta gantung
Staff Quarter
: Barak untuk karyawan staf
Tembagapura
: Pusat hunian dan kerja pertambangan PT Freeport di Irian Jaya .
Timika
: Ibu kota kecamatan terdekat dengan area kerja PT Freeport
123
Under ground
: Sistem penambangan yang dilakukan di dalam tanah dengan cara membuat terowongan-terowongan.
Warehouse
: Gudang
West serta Street 1-2.
: Tipe Perumahan di Tembagapura
WR’s
: Warehouse Requests
124
DAFTAR PUSTAKA Adhy Suoro, 1998, Interview May 20th 1998 Affidin , Ilmu Pelaksanaan Bangunan, Departemen Pekerjaan Umum Kanwil DIY Construction Departement, 1998, Bi-Weekly Cost & Progress Report KKB Project, PT Freeport Indonesia Company Djati Juliatrisna , 1992, Manajemen Umum-Sebuah Pengantar, Edisi Pertama, terbitan kedua, BPFE, Yogyakarta Eman, 1998, Interview May 22th 1998 Engineering & Construction Departement, 1998, Monthly Cost & Progress Report SIB, EIP & Army Project, PT Freeport Indonesia Company Lily Yulianto, 1998, Interview April 23th 1998 Material Departement Page, 1998, MIMS Smart Guided, PT Freeport Homepages. PT Freeport Indonesia Company Mine Construction Departement, 1998, Administration chart organization files, PT Freeport Indonesia Company Mine Construction Project Control, 1997, Standard Operate Manual ( SOP ), PT Freeport Indonesia Company PT Freeport Indonesia, 1997, Project Management Skills Implementation (Case Study), PT Freeport Indonesia Company Savety Departement Page, 1998, Description of PT Freeport, PT Freeport Indonesia Company Homepages, PT Freeport Indonesia Company Savety Departement, 1998, Savety Orientations, PT Freeport Indonesia Company Setyabudi Indartono, 1994, Laporan Kerja Praktek. Suharsimi Arikunto , 1991, Prosedur Penelitian-Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi, terbitan Ketujuh, PT Melton Putra Jakarta Suhendrodjati RJB , 1987, Manajemen Konstruksi ( Draft), Jurusan teknik Sipil UGM, Yogyakarta.
125
Sukanto Reksohadiprodjo, 1987, Manajemen Proyek, Edisi Kedua, terbitan Pertama, BPFE, Yogyakarta Technical
Departemen
Service,
1997,
Procedural
Guidelines:
MTO/procurement/Expediting, PT Freeport Indonesia Company Technical Departemen Service, 1997, Procedures Manual ( Draft ), PT Freeport Indonesia Company Yosy, 1998, Interview May 20th 1998