MAKNA MUSEUM BAGI PARA PENGUNJUNG (Studi Fenomenologi tentang Makna Museum Bagi Para Pengunjung Museum di Wilayah Surabaya) Oleh :
Aprilia Dwi Saraswati 071411623009
ABSTRAK Penelitian ini mengkaji tentang makna museum bagi para pengunjung museum di wilayah Surabaya. Metode fenomenologi dengan paradigma definisi sosial dipilih untuk menangkap fenomena-fenomena yang muncul dalam kehidupan sehari-hari informan terkait museum. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi membantu informan memahami objek (museum) dan kesadaran memberikan informan pemahaman mendalam mengenai museum. Tindakan sosial muncul setelah adanya interaksi dan adanya kesadaran, sehingga tindakan yang muncul merupakan konsep makna yang terlahir dari dalam diri informan. Pemilihan informan dilakukan dengan teknik Accidental Sampling dengan jumlah informan 7 orang. Berdasarkan 7 informan tersebut dapat digambarkan bahwa makna museum terbagi menjadi 2 tipe yaitu Tipe Aktif Felling dan Tipe Pasif Felling. Tipe Aktif Felling memiliki kecenderungan mengakses museum atas dasar dorongan dalam diri yang menganggap museum merupakan tempat yang menyenangkan dan membuat imajinasi informan berkembang, sedangkan Tipe Pasif Felling cenderung mengakses museum sebagai alternative kegiatan pengisi waktu luang dan menganggap museum tempat bagus untuk dikunjungi sebagai penghibur waktu luang. Kata kunci : museum, makna, Alfred Schutz
ABSTRACT This study examines the meaning of the museum to museum visitors in Surabaya. Phenomenological method with the social definition paradigm chosen to capture the phenomena that arise in everyday life related informants museum. The results of this study indicate that interaction helps informants understand the objects (museum) and the awareness give the informant a deep understanding of the museum. Social action comes after the interaction and awareness, so that action arising is concept meaning born from inside informant. Selection of
informants was done by using Accidental Sampling by the number of informants 7 people. 7 Based on the informant can be drawn that the meaning of the museum is divided into two types: Type of Felling Active and Passive mode Felling. Type Active Felling have a tendency to access the museum on the grounds urge within which considers the museum is a fun place and make imagination informant growing, while Type Passive Felling tend to access the museum as an alternative activity pastime and considers museum nice places to visit as entertainers spare time.
Keyword : museum, the meaning of, Alfred Schutz
Pendahuluan museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita, yang penting artinya bagi pembelajaran.1 Hadir sebagai lembaga informasi nonformal yang berguna untuk melesetarikan koleksi benda-benda yang bernilai budaya dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat. Museum muncul sebagai sarana untuk menyalurkan informasi yang dimiliki agar dapat dikonsumsi oleh masyarakat tanpa terkecuali. Masyarakat memiliki wewenang untuk mengakses 1
Yudhoyono, Bambang Susilo. 2007. Sambutan Peresmian Gedung Arca Museum Nasional dan Pembukaan Pameran Majapahit. Situs Resmi Kepresidenan. 20 Juni 2007.
museum secara menyeluruh, karena keberadaan museum itu sendiri bertujuan untuk pendidikan, pengembangan bakat minat, pengembangan kreativitas inovasi dan rekreatif. Namun perkembangan museum di Indonesia masih terbilang rendah jika dibandingkan dengan museum diluar negeri seperti museum di singapura, yang mana dalam satu tahun satu museum singapura mampu memperoleh jumlah kunjungan sebanyak 6 juta, jumlah ini cukup jauh jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan museum di Indonesia yang berjumlah 10 juta untuk keseluruhan museum yang ada di Indonesia. 2 namun museum di Indonesia tidak selamanya 2
Rizki, Abror. Lima Museum Baru akan Diresmikan Tahun 2015, Harian Kompas, 25 November 2014.
mengalami penurunan, beberapa museum yang perlahan tapi pasti mengalami peningkatan kunjungan yaitu museum 10 november di Surabaya. Surabaya merupakan salah satu wilayah bagian di Indonesia yang memiliki cukup banyak museum -/+ 9 museum, diantaranya museum 10 November, museum kesehatan, museum kapal selam, museum house of sampoerna, museum bank Indonesia, museum TNI AL, museum WR. Soepratman, museum kanker, dan museum terbaru di wilayah Surabaya yaitu museum Surabaya. Salah satu museum tersohor di wilayah Surabaya adalah museum 10 November, museum 10 November mengalami pasang surut dalam perkembangnya, salah satunya adalah jumlah kunjungan, dimana museum pernah mengalami penurunan drastis dalam kunjungan. Hal itu terjadi pada tahun 2008-2009, dimana tahun 2008 kunjungan berjumlah 145.0000 pengunjung merosot menjadi 70.230 pengunjung pada tahun 2009. Namun keadaan tersebut bukanlah sebuah penghalang bagi museum karena tahun-tahun berikutnya museum dengan perlahan tapi pasti mengalami peningkatan kunjungan dan data terakhir yang diperoleh, pada tahun 2014-2015 ini museum mengalami peningkatan kunjungan. Pada tahun 2014 sebanyak 166.565 kunjungan naik menjadi 223.687 kunjungan. Meningkatnya kunjungan merupakan wujud dari apresiasi positif masyarakat terhadap keberadaan museum disekitar mereka. Interaksi yang dilakukan oleh pengunjung terhadap museum secara terus
menerus akan mengahsilkan sebuah kumpulan pengetahuan yang berujung pada pembentukan sebuah makna. Makna sendiri secara sederhana adalah respon atas tindakan yang dilakukan seseorang terhadap sebuah objek. Makna tidak mudah dipahami, perlu perhatian khusus untuk mengetahui bahwa seseorang telah membuat makna terhadap sebuah objek. Karena dalam setiap tindakan seseorang tidak sama antara satu dengan yang lain. Dalam satu tempat namun dengan kondisi yang berbeda akan tercipta sebuah makna yang berbeda pula. Setiap pengalaman yang dilahirkan antara satu orang dengan yang lain itu berbeda. Memahami konsep makna perlu dilakukan secara mendalam. Pengenalan dengan subjek yang berinteraksi langsung pada objek akan membantu dalam mengetahui makna yang terbentuk. Pada pengunjung museum, hal ini pun akan terjadi apabila pengunjung melakukan interaksi dengan museum secara sadar. Sehingga dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui makna museum bagi para pengunjung. Metode Penelitian Penelitian tentang makna museum bagi para pengunjung di wilayah Surabaya ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui paradigma defenisi sosial yaitu sebuah aradigma yang tidak berijak ada fakta sosial yang obyektif melainkan pada proses berfikir manusia. Peneliti menggunakan paradigma tersebut karena ingin menemukan “makna” yang
diproduksi oleh informan melalui interaksi dan aksi yang dilakukan informan terhadap museum. Pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah fenomenologi, sehingga peneliti harus mampu menangkap fenomena-fenomena yang ada dimasyarakat terkait dengan museum. Karena makna tak tampak dari luar sehingga peneliti harus mampu menangkap proses interpretasi, untuk melakukan hal itu diperlukan apa yang disebut Weber verstehen, yaitu pengertian empatik atau kemampuan untuk mengeluarkan kembali dalam pikirannya sendiri, perasaan, motif dan pikiran-pikiran yang ada di balik seseorang. Sehingga untuk dapat memahami arti tingkah laku seseorang, maka peneliti berusaha melihat dari sudut pandang orang lain.3 Peneliti pengambil sampel secara random sampling yaitu accidental sampling. Setelah dilakukan pemilihan, maka peneliti memperoleh 7 informan dengan berbagai latar belakang pendidikan.
yaitu proses pemahaman aktual kegiatan kita, dan pemberian makna terhadapnya, sehingga ter-refleksi dalam tingkah laku.4 Merefleksikan tingkah laku masa lalu yang kita hasilkan adalah suatu proses pemaknaan atas tindakan yang kita lakukan. Schutz berpendapat bahwa kita hanya bisa mulai memahami makna tindakan kita ketika kita melihat kembali padanya pada saat refleksi.5 inti dari pemikiran Schutz adalah bagaimana memahami tindakan sosial melalui penafsiran. Proses penafsiran dapat digunakan untuk memperjelas atau memeriksa makna yang sesungguhnya, sehingga dapat memberikan konsep kepekaan yang implicit.6 Hakikat manusia diletakkan dalam pengalaman subyektif, terutama ketika mengambil tindakan dan mengambil sikap terhadap kehidupan sehari-hari. Konsep Schutz sendiri berlandaskan pada kesadaran (consiusnees), pengalaman dan Makna.
Schutz mengartikan manusia adalah makhluk sosial, yang mana memiliki kesadaran akan dunia kehidupan sehari-hari. Schutz meletakkan hakikat manusia dalam pengalaman subjektif, terutama ketika mengambil tindakan dan mengambil sikap terhadap dunia kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini Schutz mengikuti pemikiran Husserl,
Tindakan sosial yang dialami oleh setiap actor untuk memunculkan sebuah penafsiran yang mudah dipahami miliki proses yang berbeda pada setiap individu. Setiap actor akan memiliki rangkaian situasi tertentu hingga mencapai proses penafsiran yang akan menghasilkan sebuah makna. Setiap kejadiankejadian yang melibatkan actor secara tidak langsung akan terekam dan mencetak sebuah kenangan yang suatu saat jika diulik, kenangan tersebut akan muncul dan menjelaskan kejadian tersebut. Pemutaran kembali ingatan yang
3
4
Tinjauan Teoritis
Furchan, Arief. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya, Usaha Nasional. Hal 35-36
Ibid. hal. 18 Loc. cit. Hal. 236 6 Ibid. Hal. 18. 5
telah lampau inilah yang disebut Alfred Schutz sebagai sebuah pengalaman hidup (Life Experience), dimana para actor akan mengenang segala bentuk kegiatan yang mereka lakukan terkait dengan objek tertentu. Pengamalan hidup inilah yang akan mengajak actor untuk memahami makna dari sebuah tindakan yang pernah dilakukan dalam kehidupan mereka. Tindakantindakan yang dilakukan oleh para actor akan digali lebih dalam, hingga para actor menangkap perilaku yang dilakukan para actor ketika berinteraksi dengan objek tersebut. Proses pemahaman perilaku actor dalam mengakses objek tersebut dinamakan proses kesadaran (Consciousness). Kesadaran adalah tahap menggali informasi dari para actor tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan mereka ketika berada dalam objek atau perilaku yang
digunakan oleh actor ketika mengakses objek tersebut. Ketika actor berada dalam situasi tertentu maka perilaku yang muncul dalam diri para actor akan membuat sebuah penafsiran mengenai proses pemaknaan terhadap objek tersebut. Serangkaian tahapan yang dilalui oleh para actor merupakan bagian terpenting untuk peneliti mampu memahami sebuah simbol-simbol yang terbentuk dari proses-proses tersebut untuk menghasilkan sebuah penafsiran makna yang benar. Makna tidak muncul secara tiba-tiba dan dapat diminta secara terang-terangan karena makna akan muncul ketika para actor melakukan interaksi sosial terhadap objek tertentu dan memunculkan sebuah hubungan dalam kehidupan sehari-hari yang mana akan mempengaruhi cara berpikir mereka terhadap objek tersebut.
Hasil dan Pembahasan Dalam penelitian mengenai makna museum bagi para pengunjung diperoleh informan sebanyak 7 orang yang mana memiliki latar belakang pendidikan yang terbagi menjadi 2 yaitu perguruan tinggi (Mahasiswa) dan sekolah (Siswa). Berdasarkan variasi informan yang muncul menghasilkan, yaitu: Tingkat Pendidikan Mahasiswa
Keterangan Informan dengan latar belakang pendidikan sebagai mahasiswa melihat museum merupakan tempat menyenangkan dengan segala kekurangan yang ada. Informan menyadari kekurangan yang ada namun disisi lain museum memiliki gaya menarik yang membuat informan senang untuk berkunjung. Segala pengalaman yang pernah terjadi membuat informan memiliki pemahaman mendalam mengenai museum. ketika interaksi terus dilakukan dan berbekal keterbukaan diri menerima hal diluar diri
Siswa
mereka, membuat informan melihat museum dari sisi kesenangan bagi diri mereka. Munculnya ketertarikan informan terhadap museum merupakan sebuah perkembangan pola pikir informan dalam melihat sebuah objek termasuk museum. Perjalanan hidup mengajarkan mereka untuk mempelajari suatu hal sebelum menilai. Informan dengan latar belakang pendidikan sebagai siswa memiliki penilaian mengenai museum secara sederhana. Informan ini menilai museum secara tampak, yang mana mereka mengatakan museum bagus dan menyenangkan dalam konteks kulitnya saja. Pendalaman mengenai akses ke museum belum muncul karena pola pikir yang mereka miliki belum mengarahkan mereka untuk melihat segala sesuatu secara mendetail. Sehingga penilaian yang muncul merupakan gambaran secara tampak bagi informan.
Dalam tabel diatas dapat dilihat bahwa latar belakang memiliki pengaruh terhadap pola pikir informan. Disadari ataupun tidak, pendidikan membentuk pola pikir informan untuk lebih terbuka terhadap sebuah obyek yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari mereka. Jika dikaitkan latar belakang pendidikan dengan proses pemaknaan yang dicetuskan oleh Alfred Schutz maka terbentuk hasil tipologi, sebagai berikut :
Aspek Analisis
Pengalaman Hidup
Kecenderungan Pola Pemaknaan Pengunjung Aktif Felling
Pasif Felling
Museum merupakan tempat yang memiliki kesan tersendiri bagi informan. berkunjung ke museum memberi informan pengalaman dan memanjakan diri untuk berimajinasi
Museum merupakan tempat penyimpan peninggalan sejarah dan bagus. Museum memberikan pengalaman terkait dengan sejarah melalui koleksi yang dimiliki museum.
Kesadaran
Produksi Makna
Kunjungan yang dilakukan informan merupakan atas bentuk apresiasi positif terhadap museum. pemahaman museum muncul ketika informan merasa bahwa museum mampu memberikannya kesenangan dalam dunia keseharian. Makna yang muncul mengenai museum adalah tempat yang menyenangkan yang membuat imajinasi berkembang melalui koleksi yang disediakan museum.
Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti mengenai makna museum bagi para pengunjung museum di wilayah Surabaya, dapat ditarik sebuah kesimpulan, yaitu : 1. Makna museum terbentuk melalui sebuah perjalanan panjang. Pemahaman mendalam terbentuk akibat kesadaran yang dirasakan oleh informan terkait museum. Perkenalan sebagai interaksi awal yang mana tidak meninggalkan kesan berarti dapat berubah dengan tindakan yang dilakukan informan dengan membiasakan diri berkunjung ke museum untuk memenuhi hasrat dalam diri informan, namun di sisi lain adapun
Kunjungan yang dilakukan informan atas dasar ajakan. Berkunjung ke museum merupakan kegiatan pengisi waktu luang. Museum tidak muncul sebagai bagian dari dunia informan. Makna yang muncul mengenai museum adalah tempat yang bagus untuk diakses sebagai penghibur waktu luang.
informan yang berkunjung ke museum merupakan sebuah pencari hiburan dalam mengisi waktu luang. Sehingga muncullah dua tipe informan yaitu tipe aktif felling dan tipe pasif felling. 2. Berdasarkan makna yang dihasilkan, dapat dilihat bahwa ada 2 tipe yang dihasilkan. Kedua tipe muncul dari variasi makna yang terbentuk pada setiap informan. Variasi tersebut muncul berdasarkan latar belakang pendidikan yang dimiliki informan. Informan dengan latar belakang pendidikan sebagai mahasiswa memaknai museum sebagai tempat menyenangkan yang memberikan hal baru dalam kehidupan informan dan sebagai tempat berimajinasi
sehingga informan dengan latar belakang pendidikan sebagai mahasiswa merupakan informan dengan tipe aktif felling. Sedangkan informan dengan latar belakang pendidikan sebagai siswa memaknai museum dari sudut luarnya, dimana museum muncul sebagai tempat menyimpan benda sejarah yang menurut
informan unik dan tempat pengisis waktu luang tanpa mendalami peran museum selanjutnya. Informan ini menilai museum secara sederhana tidak berkesan mendalam sehingga informan dengan latar belakang pendidikan sebagai siswa merupakan informan dengan tipe pasif felling.
Daftar Pustaka Buku Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta Campbell, Tom. 1994. Tujuh Teori Sosial: Sketsa, Penilaian, Perbandingan. Kanisius. Yogyakarta. Furchan, Arief. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Usaha Nasional, Surabaya. Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitaif. Yogyakarta, Erlangga Kuswarno, Engkus. 2013. Fenomenologi : Konsepsi, Pedoman, dan Contoh Penelitian. Bandung, Widya Padjajaran. Ritzer, George. 1985. Sosiologi berparadigma ganda: Paradigam definisi sosial; Mengenai empat focus teori fenomenologi Alfred Schutz. Jakarta:CV. Rajawali. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta:Bandung. Suyato, Bagong. 2011. Metode Penelitian Sosial:Berbagai
Alternatif Pendekatan. Jakarta, Prenada Media Grup. Schouten, FFJ. 1992. Pengantar Didaktik Museum. proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Skripsi & Jurnal Deliana, Eldania Asri. 2014. Makna Mengajar Bagi Guru Dalam Pendidikan Inklusi (Suatu Pendekatan Fenomenologi Tentang Peran Guru Dalam Mengembangkan Literasi Informasi Siswa Pada Pendidikan Inklusi Di SMPN 29 Surabaya). http://adln.lib.unair.ac.id /go.php?id=gdlhub-gdls1-2014-delianaeld37459&q=deliana Yusnita, Cahya. Makna Perpustakaan Sekolah Bagi penyandang Tunanetra di Yayasan Pendidikan Anak-Anak Buta Surabaya. http://adln.lib.unair.ac.id /go.php?id=gdlhub-gdls1-2012-yusnitacah24532&9=mqknq+perpu stakaan+&PHPSESSID= c0fe99e60dab71878fb37 797c08ef393. Wild, John dkk. 1967. The Phenomenology of the
Social World. Illinois: Northon University Press. Hanum, Farida. Tanpa Tahun. Konsep, Materi dan Pembelajaran Sosiologi. http://staff.uny.ac.id/sites /default/files/Konsep, %20Materi,%20dan %20Pembelajaran %20Sosiologi.pdf Website Pamuji, Kukuh. 2010. Komunikasi dan Edukasi di Museum Istana Kepresidenan Jakarta. UniversitasIndonesia. https://www.google.co.i d/? gws_rd=cr,ssl&ei=EraO VpTWMZOdugSh_oq ADg#q=Komunikasi+d an+edukasi... %2C+Kukuh+Pamuji %2C+FIB+UI %2C+2010 PidatoPresiden, http://sby.kepustakaanp residen.pnri.go.id/index .php/pidato/2007/06/20/ 677.html Permasalahan dan tantangan pengembangan museum, http://kebudayaan.kemd ikbud.go.id/ditpcbm/20 15/05/11/permasalahandan-tantanganpelestarian-museum/ Yuwanto, Endro. 2010. Sekitar 15 Persen Museum di Indonesia
Ada di Yogyakarta, Republika, 25 February 2010. http://www.republika.c o.id/berita/breakingnews/nusantara/10/02/2 5/104865-sekitar-15persen-museum-diindonesia-ada-diyogyakarta Yudhoyono, Bambang Susilo. 2007. Sambutan Peresmian Gedung Arca Museum Nasional dan Pembukaan Pameran Majapahit. Situs Resmi Kepresidenan. 20 Juni 2007.http://sby.kepusta kaan presiden.pnri.go.id/inde x.php/pidato/2007/06/2 0/677.html M, Leni. 2015. Inilah 10 Museum Paling Populer di Dunia, Situs Traveling Tentik, Agustus 2015. http://www.tentik.com/i nilah-10-museumpaling-populer-didunia/ Rizki, Abror. Lima Museum Baru akan Diresmikan Tahun 2015, Harian Kompas, 25 November 2014. http://travel.kompas.co m/read/2014/11/25/104 700027/Lima.Museum. Baru.Akan.Diresmikan. Tahun.2015
Yunizar, Eva. Perkembangan Museum di Indonesia Meprihatinkan, Liputan6 News, 07 Juni 2001. http://news.liputan6.co m/read/14296/perkemba ngan-museum-diindonesiamemprihatinkan Haq, Ahmad Zaimul. 2014. Monumen Tugu Pahlawan dan Museum 10 Nopember Panen Pengunjung. Tribunnews, 5 November 2014. http://www.tribunnews. com/regional/2014/11/0 5/monumen-tugupahlawan-dan-museum10-nopember-panenpengunjung Saatuzzamani, F. Minat Masyarakat Berkunjung ke Museum. Academia. https://danimubarak.aca demia.edu/fitriyahsaatu zzamani
Subekti. Kemendikbud kucurkan Rp. 1,8 Triliun Bangun Museum. Tempo, 21 Maret 2016. https://m.tempo.co/read /news/2016/03/21/0907 55663/kemendikbudkucurkan-rp-1-8-triliunbangun-museum Ibo,
Ahma. Potret Perjuangan Arek-Arek Suroboyo di Museum 10 November. Liputan6, 12 Agustus 2015. http://lifestyle.liputan6. com/read/2290975/potr et-perjuangan-arekarek-suroboyo-dimuseum-10-november#
Museums in Surabaya. Tripadvisor. https://www.tripadvisor .com/Attractionsg297715-Activitiesc49Surabaya_East_Java_Ja va.html